Hai semua rekan-rekan Buddhis. Saya member baru di sini. Kesempatan ini, saya ingin menanyakan sesuatu tentang ajaran Buddhis sehubungan dengan kelahiran kembali.
1. Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah menjadi baik, jika ia tidak tahu kesalahan apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya?
2. Jika si A mati dan ia dilahirkan kembali menjadi si B, sedangkan si B tidak punya kenangan tentang si A, maka dapatkah dikatakan si B = si A? Bukankah ini berarti si B adalah orang yang sama sekali lain?
Mohon ditanggapi. Thanks.
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 09:24:25 PM
Hai semua rekan-rekan Buddhis. Saya member baru di sini. Kesempatan ini, saya ingin menanyakan sesuatu tentang ajaran Buddhis sehubungan dengan kelahiran kembali.
1. Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah menjadi baik, jika ia tidak tahu kesalahan apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya?
2. Jika si A mati dan ia dilahirkan kembali menjadi si B, sedangkan si B tidak punya kenangan tentang si A, maka dapatkah dikatakan si B = si A? Bukankah ini berarti si B adalah orang yang sama sekali lain?
Mohon ditanggapi. Thanks.
bukan tidak mungkin, bahkan sudah terjadi dimana siswa-i Sang Buddha yang menjadi baik walaupun mereka tidak mengingat kehidupan sebelumnya.
apakah anda tidak baik ? apakah anda bisa mengingat kehidupan lampau ?
			
 
			
			
				Thanks bro Adi Lim.
Quotebukan tidak mungkin, bahkan sudah terjadi dimana siswa-i Sang Buddha yang menjadi baik walaupun mereka tidak mengingat kehidupan sebelumnya.
Dari mana bro tahu bahwa mereka menjadi lebih baik? Bisa saja kan di kehidupan sebelumnya mereka ternyata 
lebih baik, namun dalam kehidupan sekarang hanya menjadi 
baik (artinya, ada penurunan kualitas)?
Quoteapakah anda bisa mengingat kehidupan lampau?
1. Mengenai hal ini, saya pernah membaca argumentasi seperti ini:
"Mengapa tampaknya Anda mengenal sebuah rumah atau kota, padahal sebelumnya Anda belum pernah berada di sana? Apakah karena dalam kehidupan yang terdahulu Anda pernah tinggal di sana? Banyak rumah dibangun menurut desain yang serupa. Perabot di kota-kota yang berjauhan mungkin dibuat berdasarkan pola yang sama. Dan, bukankah pemandangan di beberapa tempat yang sangat berjauhan kelihatannya sangat mirip? Jadi, tanpa mempercayai reinkarnasi (atau kelahiran kembali), perasaan pernah mengenal dapat dimengerti."
2. Jika memang itu -- kelahiran kembali -- yang terjadi pada setiap orang, mengapa tidak 
setiap orang pernah mengingat kehidupan lampau?
Terima kasih atas tanggapannya bro.
			
				Jangankan kehidupan lampau, berapa orang yang bisa mengingat masa kecilnya, waktu dia masih bayi?
			
			
			
				Quote from: Wolvie on 02 October 2012, 09:59:27 PM
Jangankan kehidupan lampau, berapa orang yang bisa mengingat masa kecilnya, waktu dia masih bayi?
Thanks bro Wolvie.
Nah itu. Jadi bagaimana kredibilitas ajaran "kelahiran kembali" ini?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 10:04:45 PM
Thanks bro Wolvie.
Nah itu. Jadi bagaimana kredibilitas ajaran "kelahiran kembali" ini?
maksudnya klo kita ga ingat jadi ga bisa membuktikan?
lantas apa karena kita ga ingat masa kecilnya gimana lantas kita ga exist, kan ngga..
			
 
			
			
				Quote from: Wolvie on 02 October 2012, 10:10:18 PM
maksudnya klo kita ga ingat jadi ga bisa membuktikan?
lantas apa karena kita ga ingat masa kecilnya gimana lantas kita ga exist, kan ngga..
Thanks bro.
Menarik.
Sekalipun kita mungkin tidak ingat masa kecil, tetapi kita bisa membuktikan adanya masa kecil, yaitu melalui bukti empiris, bahwa agar sesorang bisa menjadi dewasa, ia harus melalui masa kecil. Jadi seorang yang dewasa 
pasti menjalani masa kecil (sekalipun mungkin ia tidak ingat), dapat dibuktikan.
Nah sekarang, bagaimana bro membuktikan bahwa seorang yang hidup sekarang 
pasti sudah menjalani kehidupan di masa lampau?
Silakan bro.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 10:19:09 PM
Thanks bro.
Menarik.
Sekalipun kita mungkin tidak ingat masa kecil, tetapi kita bisa membuktikan adanya masa kecil, yaitu melalui bukti empiris, bahwa agar sesorang bisa menjadi dewasa, ia harus melalui masa kecil. Jadi seorang yang dewasa pasti menjalani masa kecil (sekalipun mungkin ia tidak ingat), dapat dibuktikan.
Nah sekarang, bagaimana bro membuktikan bahwa seorang yang hidup sekarang pasti sudah menjalani kehidupan di masa lampau?
Silakan bro.
beberapa orang bisa mengingat past life/ hidup lampaunya dari dia bermeditasi atau cara lain menjalani past life regression melalui hypnosis.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 09:24:25 PM
1. Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah menjadi baik, jika ia tidak tahu kesalahan apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya?
Baik atau buruk itu semua hanyalah sesuatu perbuatan yang dihasilkan. Sesuatu perbuatan hanyalah sesuatu perbuatan. Sama dengan teori warna gelap? Tidak ada sesungguhnya warna gelap yang ada kurang nya cahaya pada warna itu. Sama dengan manusia, seseorang bisa melakukan kesalahan karena ketidak tahuannya akan sesuatu perbuatan yang menghasilkan keburukan bagi seseorang atau pun bagi dirinya. Seseorang dapat berbuat baik juga karena ke tahuannya akan sesuatu perbuatan yang menghasilkan kebaikan bagi seseorang ataupun bagi dirinya. Seseorang dapat mengatakan sesuatu perbuatan buruk karena tahu perbuatan baik begitu juga sebaliknya.
Seseorang dapat berubah menjadi baik tidak harus tahu kesalahan dikehidupan masa lampaunya. Cukup menambahkan kasih didalam bathin nya yang berbuah pikiran baik dan terwujud oleh ucapan dan tingkah lakunya maka Ia akan menjadi baik. Biarpun dia penjahat terjahat didunia ini bila dibathin nya diberi kasih maka Ia akan menjadi baik. Begitu juga sebaliknya biarpun dia orang terbaik yang ada didunia ini maka bila dalam bathin nya terjadi benci,iri dan sombong maka dia akan menjadi orang yang mengesalkan bagi kita.
Bathin kita sama dengan ruang kosong bila ruang kosong itu diterangi dengan penuh cahaya maka bathin kita pun akan penuh cahaya, begitu juga sebaliknya bila ruang kosong itu di tiadakan cahayanya atau berkurang maka bathin kita juga akan gelap gulita. Pada intinya menjadi baik atau buruk semua itu tergantung diri kita masing masing bagaimana kita berprilaku positif atau negatif.
			
 
			
			
				Quote from: Wolvie on 02 October 2012, 10:23:53 PM
beberapa orang bisa mengingat past life/ hidup lampaunya dari dia bermeditasi atau cara lain menjalani past life regression melalui hypnosis.
Thanks bro.
1. Mengenai "meditasi":
Dari mana bro tahu bahwa ketika seseorang bermeditasi, apa yang ia ingat adalah kehidupan masa lampaunya? Bisa saja kan ini seperti bermimpi? Sewaktu kita mimpi, kita merasa menjalani kehidupan yang nyata, Namun sebenarnya, 
kita tidak pernah menjalani kehidupan persis seperti dalam mimpi itu. Mungkinkah meditasi juga seperti ini?
2. Mengenai "hipnotis":
Saya pernah baca argumentasi seperti ini:
"Apakah mengingat kembali suatu kehidupan di masa dan tempat yang berbeda di bawah pengaruh 
hipnotis membuktikan kebenaran reinkarnasi?
Di bawah pengaruh hipnotis, banyak keterangan yang tersimpan dalam otak dapat dikeluarkan. Ahli-ahli hipnotis dapat menyadap ingatan di bawah sadar. Namun, bagaimana keterangan-keterangan tersebut sampai ke sana? Mungkin Anda membaca buku, menonton film, atau mengamati orang-orang tertentu di televisi. Jika Anda menempatkan diri pada kedudukan orang yang sedang diamati, kesan yang didapat akan jelas sekali, seolah-olah Anda mengalaminya sendiri. Mungkin apa yang Anda lakukan sudah begitu lama sehingga Anda sudah lupa, tetapi di bawah pengaruh hipnotis, hal itu dibangkitkan kembali, seolah-olah Anda mengingat suatu "kehidupan yang lain". Namun, kalau ini benar, bukankah setiap orang mempunyai kenangan seperti ini? Tetapi tidak demikian. Perlu diperhatikan bahwa makin banyak pengadilan tertinggi di negara-negara bagian di Amerika Serikat menolak kesaksian hasil pengaruh hipnotis. Pada tahun 1980, Mahkamah Agung Minnesota menyatakan bahwa "kesaksian dari ahli yang terpandai menunjukkan bahwa tidak seorang ahli pun dapat menentukan apakah ingatan, atau sebagian dari ingatan, yang didapat melalui hipnotisme merupakan kebenaran, dusta, atau omong kosong belaka—pengisi kekosongan dengan khayalan. Secara ilmiah kesaksamaannya tidak dapat diandalkan". (State v. Mack, 292 N.W.2d 764) Pengaruh saran ahli-ahli hipnotis atas orang yang dihipnotis merupakan suatu faktor mengapa kebenaran hipnotis tidak dapat diandalkan."
Jadi, meditasi dan hipnotis bukan bukti mutlak akan adanya kehidupan sebelumnya.
Silakan ditanggapi bro.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 09:24:25 PM
2. Jika si A mati dan ia dilahirkan kembali menjadi si B, sedangkan si B tidak punya kenangan tentang si A, maka dapatkah dikatakan si B = si A? Bukankah ini berarti si B adalah orang yang sama sekali lain?
Coba Anda jawab dulu tentang ini bagaimana pendapat Anda?
Ada sebuah lilin menyala pada suatu ketika api lilin ini dipindahkan kelilin yang lain. Lilin yang pertama telah mati dan lilin yang kedua baru menyala. Katakan lilin pertama adalah A dan lilin kedua adalah B. Pertanyaannya siapakah api lilin itu?,.... Apakah api lilin itu sesuatu yang sama?,... 
			
 
			
			
				sekalian tanya, kepada master2 disini:
Quotekenapa makan membuat perut kenyang ?
			
				Quote from: Mas Tidar on 02 October 2012, 11:05:24 PM
sekalian tanya, kepada master2 disini:
Baca ini jadi iseng nya keluar, kalau manusia sudah makan yang sangat banyak sekali masih tidak kenyang bukan manusia kali yah! tapi peta yang kelaparan tidak pernah kenyang biar pun seisi dunia ini di telan sang peta. 
			
 
			
			
				Quote from: Alucard Lloyd on 02 October 2012, 10:25:03 PM
Baik atau buruk itu semua hanyalah sesuatu perbuatan yang dihasilkan. Sesuatu perbuatan hanyalah sesuatu perbuatan. Sama dengan teori warna gelap? Tidak ada sesungguhnya warna gelap yang ada kurang nya cahaya pada warna itu. Sama dengan manusia, seseorang bisa melakukan kesalahan karena ketidak tahuannya akan sesuatu perbuatan yang menghasilkan keburukan bagi seseorang atau pun bagi dirinya. Seseorang dapat berbuat baik juga karena ke tahuannya akan sesuatu perbuatan yang menghasilkan kebaikan bagi seseorang ataupun bagi dirinya. Seseorang dapat mengatakan sesuatu perbuatan buruk karena tahu perbuatan baik begitu juga sebaliknya.
Seseorang dapat berubah menjadi baik tidak harus tahu kesalahan dikehidupan masa lampaunya. Cukup menambahkan kasih didalam bathin nya yang berbuah pikiran baik dan terwujud oleh ucapan dan tingkah lakunya maka Ia akan menjadi baik. Biarpun dia penjahat terjahat didunia ini bila dibathin nya diberi kasih maka Ia akan menjadi baik. Begitu juga sebaliknya biarpun dia orang terbaik yang ada didunia ini maka bila dalam bathin nya terjadi benci,iri dan sombong maka dia akan menjadi orang yang mengesalkan bagi kita.
Bathin kita sama dengan ruang kosong bila ruang kosong itu diterangi dengan penuh cahaya maka bathin kita pun akan penuh cahaya, begitu juga sebaliknya bila ruang kosong itu di tiadakan cahayanya atau berkurang maka bathin kita juga akan gelap gulita. Pada intinya menjadi baik atau buruk semua itu tergantung diri kita masing masing bagaimana kita berprilaku positif atau negatif.
Thanks bro Alucard.
Bagaimana cara bro mengetahui seperti apa yang dimaksud perbuatan sempurna (atau pencerahan) itu? Bagaimana menentukan ukurannya? Katakanlah di dalam kehidupan sebelumnya seseorang berbuat baik kepada sesama. Namun ia tidak tahu bahwa (misal) memetik padi itu ternyata sudah suatu kejahatan. Bagaimana di kehidupan selanjutnya ia bisa merubah hal ini, jika di kehidupan selanjutnya ia tidak tahu bahwa memetik padi itu ternyata salah?
Singkatnya, bagaimana cara menentukan ukuran kesempurnaan itu? Dengan jalan berbuat baik dan menghilangkan hawa nafsu? Namun bagaimana jika memetik padi (atau tumbuhan lain) juga ternyata sudah suatu kejahatan?
Berdasarkan penjelasan bro, maka hanya ada satu kemungkinan: Orang tidak akan pernah mencapai kesempurnaan (hanya terus-menerus mengulang kehidupan, karena tidak tahu seperti apa ukuran kesempurnaan/pencerahan itu).
Silakan ditanggapi bro.
			
 
			
			
				pada dasar nya ketika kita manusia meninggal maka citta(pikiran) yang ada pada manusia terurai seperti juga badan jasmani (rupa) terurai juga.
kepribadian kita yang terdapat dan tersusun dalam citta ikut terurai juga , dan ketika kita lahir lagi (belum tentu sebagai manusia lohh) maka terciptalah susunan dan terbentuk kepribadian yang baru sesuai alam dan lingkungan dimana dia di lahirkan kembali.
			
			
			
				Quote from: Alucard Lloyd on 02 October 2012, 11:04:45 PM
Coba Anda jawab dulu tentang ini bagaimana pendapat Anda?
Ada sebuah lilin menyala pada suatu ketika api lilin ini dipindahkan kelilin yang lain. Lilin yang pertama telah mati dan lilin yang kedua baru menyala. Katakan lilin pertama adalah A dan lilin kedua adalah B. Pertanyaannya siapakah api lilin itu?,.... Apakah api lilin itu sesuatu yang sama?,...
Thanks bro Alucard.
Menarik sekali. Baik, saya akan menanggapi dengan hal yang sama:
Si A mati karena sakit. Lalu ginjalnya dipindahkan kepada si B. Apakah si B menjadi si A (dengan kata lain, apakah si B adalah si A) hanya karena 
salah satu bagian dari diri si A pindah ke si B?
Silakan ditanggapi bro.
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 02 October 2012, 11:25:44 PM
pada dasar nya ketika kita manusia meninggal maka citta(pikiran) yang ada pada manusia terurai seperti juga badan jasmani (rupa) terurai juga.
kepribadian kita yang terdapat dan tersusun dalam citta ikut terurai juga , dan ketika kita lahir lagi (belum tentu sebagai manusia lohh) maka terciptalah susunan dan terbentuk kepribadian yang baru sesuai alam dan lingkungan dimana dia di lahirkan kembali.
Thanks bro.
Kalau semuanya terurai (baik pikiran dan tubuh), maka dari mana bro tahu yang terlahir kembali itu adalah "kita"? Apa buktinya bahwa itu adalah "kita"?
Mohon ditanggapi.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 11:26:59 PM
Thanks bro Alucard.
Menarik sekali. Baik, saya akan menanggapi dengan hal yang sama:
Si A mati karena sakit. Lalu ginjalnya dipindahkan kepada si B. Apakah si B menjadi si A (dengan kata lain, apakah si B adalah si A) hanya karena salah satu bagian dari diri si A pindah ke si B?
Silakan ditanggapi bro.
hahaha, dalam Buddhis manusia mempunyai apa yang di kenal sebagai nama dan rupa;  bila si nama telah terurai tinggal jasad jasmani saja (rupa) itu tidak berhubungan lagi, jadi jelas si ginjal adalah salah satu bagian dari tubuh manusia (rupa) meskkipun ginjal tersebut masih bisa berfungsi dengan baik si ginjal ini tidak ada nama (citta ) hingga bisa merubah kepribadian orang yang menerima ginjal tersebut.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 11:26:59 PM
Thanks bro Alucard.
Menarik sekali. Baik, saya akan menanggapi dengan hal yang sama:
Si A mati karena sakit. Lalu ginjalnya dipindahkan kepada si B. Apakah si B menjadi si A (dengan kata lain, apakah si B adalah si A) hanya karena salah satu bagian dari diri si A pindah ke si B?
Silakan ditanggapi bro.
harus belajar anatta lagi yahh...
tidak ada "aku" yang berpindah dari satu kehidupan ke kehidupan lain
Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 11:34:03 PM
Thanks bro.
Kalau semuanya terurai (baik pikiran dan tubuh), maka dari mana bro tahu yang terlahir kembali itu adalah "kita"? Apa buktinya bahwa itu adalah "kita"?
Mohon ditanggapi.
tidak ada "aku"
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 11:34:03 PM
Thanks bro.
Kalau semuanya terurai (baik pikiran dan tubuh), maka dari mana bro tahu yang terlahir kembali itu adalah "kita"? Apa buktinya bahwa itu adalah "kita"?
Mohon ditanggapi.
karena perbuatan dan kebiasaan selagi hidup dari lahir hingga ajal menjelang akan mempengaruhi proses penguraian ini (proses kematian) dan menentukan kelahiran di alam mana, juga proses penguraian tersebut sampai dimana.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 11:15:23 PM
Thanks bro Alucard.
Bagaimana cara bro mengetahui seperti apa yang dimaksud perbuatan sempurna (atau pencerahan) itu? Bagaimana menentukan ukurannya? Katakanlah di dalam kehidupan sebelumnya seseorang berbuat baik kepada sesama. Namun ia tidak tahu bahwa (misal) memetik padi itu ternyata sudah suatu kejahatan. Bagaimana di kehidupan selanjutnya ia bisa merubah hal ini, jika di kehidupan selanjutnya ia tidak tahu bahwa memetik padi itu ternyata salah?
Singkatnya, bagaimana cara menentukan ukuran kesempurnaan itu? Menghilangkan hawa nafsu? Namun bagaimana jika memetik padi (atau tumbuhan lain) juga ternyata sudah suatu kejahatan?
Berdasarkan penjelasan bro, maka hanya ada satu kemungkinan: Orang tidak akan pernah mencapai kesempurnaan (hanya terus-menerus mengulang kehidupan, karena tidak tahu seperti apa ukuran kesempurnaan/pencerahan itu).
Silakan ditanggapi bro.
Tidak ada didunia ini yang nama nya sempurna, kesempurnaan hanyalah sebuah persepsi pikiran manusia. Manusia berpikir untuk menjadi sempurna tetapi yang dia dapat hanya ketidak puasan. Tolak ukur seseorang untuk melakukan kebaikan adalah kebenaran itu sendiri. Saya selalu diajarkan untuk berbuat benar dari kesalahan kesalahan yang saya lakukan. Seperti yang tertuang di jalan mulia beruas 8 semua itu adalah cara untuk mencapai pencerahan. Pertanyaan saya pencerahan apa yang ada tanyakan seperti buddha kah? Atau hanya sebatas sotapanna?
Hawa nafsu adalah rintangan bathin ini adalah akar permasalahan kehidupan didunia ini. Dan saya diajarkan untuk mengenal, mengendalikan dan melepaskan ( tidak melekat ) pada hawa nafsu yang timbul didalam diri kita. Dan ini bukan untuk menjadi sempurna atau pun tercerahkan melainkan untuk menjadi kebebasan diri dari hawa nafsu itu sendiri. Layaknya burung yang bebas terbang tanpa terikat lagi oleh tali dikakinya.
Pada umumnya kita hidup terus berputar diroda samsara, tetapi ini bukanlah sesuatu keharusan yang terjadi didunia ini. Saya diajarkan bahwa roda samsara dapat dihentikan dapat dipatahkan, tanpa harus menjadi sempurna tanpa harus menjadi yang tercerahkan tetapi cukup mencapai berhentinya dukkha yaitu nibbana. Untuk mencapai nibbana tidak harus menjadi sempurna dan tercerahkan tetapi cukup dengan mengikis kotoran kotoran bathin sehingga terlepas dari bathin kita.
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 02 October 2012, 11:37:51 PM
hahaha, dalam Buddhis manusia mempunyai apa yang di kenal sebagai nama dan rupa;  bila si nama telah terurai tinggal jasad jasmani saja (rupa) itu tidak berhubungan lagi, jadi jelas si ginjal adalah salah satu bagian dari tubuh manusia (rupa) meskkipun ginjal tersebut masih bisa berfungsi dengan baik si ginjal ini tidak ada nama (citta ) hingga bisa merubah kepribadian orang yang menerima ginjal tersebut.
Thanks bro.
Tetapi kelihatannya bro belum mengerti maksud saya. Perhatikan di post sebelumnya saya menekankan kalimat "salah satu bagian".
Bro kan percaya bahwa ketika seseorang meninggal maka ada 
sesuatu (yang saya sebut sebagai "salah satu bagian") yang berpindah, yaitu energi.
Maka mengapa dipersempit hanya pada "energi"? Atas dasar apa? Mengapa bagian yang lain (seperti ginjal) tidak termasuk? Mengapa halus-kasar yang jadi ukuran? Bukankah ginjal itu juga pada dasarnya disusun dari energi (menurut keyakinan Buddhis)?
Itu maksud saya.
Silakan ditanggapi.
			
 
			
			
				Quote from: will_i_am on 02 October 2012, 11:39:18 PM
harus belajar anatta lagi yahh...
tidak ada "aku" yang berpindah dari satu kehidupan ke kehidupan lain
tidak ada "aku"
Thanks bro.
Jadi jika tidak ada kata "aku", siapa yang lahir kembali itu? Dan apakah masih cocok disebut "kembali"?
Mohon ditanggapi.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 11:26:59 PM
Thanks bro Alucard.
Menarik sekali. Baik, saya akan menanggapi dengan hal yang sama:
Si A mati karena sakit. Lalu ginjalnya dipindahkan kepada si B. Apakah si B menjadi si A (dengan kata lain, apakah si B adalah si A) hanya karena salah satu bagian dari diri si A pindah ke si B?
Silakan ditanggapi bro.
Yang Anda buat pertanyaan disini adalah bagian lilin A dipotong dan diberikan kepada lilin B bukan api nya itu sendiri?
Ini sama dengan bila otak saya ditukar dengan otak kera apakah saya jadi kera atau kera jadi saya?
Yang saya maksud disini adalah jiwa atau roh Anda bila Anda menggap itu ada? Sama dengan api....
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 09:24:25 PM
1. Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah menjadi baik, jika ia tidak tahu kesalahan apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya?
terbukti banyak orang menjadi lebih baik bahkan tanpa mengetahui kehidupan sebelumnya. misalnya para Buddha dan para Arahat, dalam kehidupan sebelumnya mrk bukanlah Buddha atau Arahat, tapi dalam kehidupan terakhir mereka bisa menjadi lebih baik.
Quote
2. Jika si A mati dan ia dilahirkan kembali menjadi si B, sedangkan si B tidak punya kenangan tentang si A, maka dapatkah dikatakan si B = si A? Bukankah ini berarti si B adalah orang yang sama sekali lain?
B tidak sama dengan A, anda boleh saja jika mau menganggap bahwa si B adalah orang yg sama sekali lain, karena konsep kelahiran kembali dalam Buddhisme memang tidak sama dengan konsep reinkarnasi dari kepercayaan lain. sementara reinkarnasi versi non-Buddhisme meyakini adanya sesuatu yg berpindah dari tubuh lama ke tubuh baru, sedangkan Buddhisme tidak meyakini demikian. Kelahiran kembali dalam Buddhisme adalah proses sebab akibat, B tidak sama dengan A namun B muncul disebabkan oleh A
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 02 October 2012, 11:42:12 PM
karena perbuatan dan kebiasaan selagi hidup dari lahir hingga ajal menjelang akan mempengaruhi proses penguraian ini (proses kematian) dan menentukan kelahiran di alam mana, juga proses penguraian tersebut sampai dimana.
Thanks bro.
Jadi seperti apa titik pencerahan itu? Bagaimana seseorang tahu bahwa ia sudah mencapai titik pencerahan?
Silakan ditanggapi.
			
 
			
			
				Thanks bro Indra.
Quote from: Indra on 03 October 2012, 12:04:04 AM
terbukti banyak orang menjadi lebih baik bahkan tanpa mengetahui kehidupan sebelumnya. misalnya para Buddha dan para Arahat, dalam kehidupan sebelumnya mrk bukanlah Buddha atau Arahat, tapi dalam kehidupan terakhir mereka bisa menjadi lebih baik.
Nah ini dia. Dari mana seseorang tahu bahwa di kehidupan sebelumnya ia bukan Buddha atau Arahat, sedangkan ingatan/pikiran tentang kehidupan sebelumnya sudah musnah?
Quote from: Indra on 03 October 2012, 12:04:04 AM
B tidak sama dengan A, anda boleh saja jika mau menganggap bahwa si B adalah orang yg sama sekali lain, karena konsep kelahiran kembali dalam Buddhisme memang tidak sama dengan konsep reinkarnasi dari kepercayaan lain. sementara reinkarnasi versi non-Buddhisme meyakini adanya sesuatu yg berpindah dari tubuh lama ke tubuh baru, sedangkan Buddhisme tidak meyakini demikian. Kelahiran kembali dalam Buddhisme adalah proses sebab akibat, B tidak sama dengan A namun B muncul disebabkan oleh A
Jika ternyata B bukan A, maka apa esensi kata "kelahiran kembali"? Apanya yang "kembali"?
Silakan ditanggapi.
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 12:11:16 AM
Thanks bro Indra.
Nah ini dia. Dari mana seseorang tahu bahwa di kehidupan sebelumnya ia bukan Buddha atau Arahat, sedangkan ingatan/pikiran tentang kehidupan sebelumnya sudah musnah?
Karena seorang Buddha atau Arahat tidak akan terlahir kembali, bagaikan api yg kehabisan bahan bakarnya, api itu menjadi padam.
Quote
Jika ternyata B bukan A, maka apa esensi kata "kelahiran kembali"? Apanya yang "kembali"?
sudah saya jelaskan di atas mengenai proses "kelahiran kembali", apakah disebut "kelahiran kembali" atau "kelahiran tak kembali" sebutan ini hanyalah persoalan bahasa dalam komunikasi konvensional.
Quote
Silakan ditanggapi.
bukankah saya memang sudah menanggapi?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 10:50:40 PM
1. Mengenai "meditasi":
Dari mana bro tahu bahwa ketika seseorang bermeditasi, apa yang ia ingat adalah kehidupan masa lampaunya? Bisa saja kan ini seperti bermimpi? Sewaktu kita mimpi, kita merasa menjalani kehidupan yang nyata, Namun sebenarnya, kita tidak pernah menjalani kehidupan persis seperti dalam mimpi itu. Mungkinkah meditasi juga seperti ini?
Coba anda duduk meditasi, lalu coba anda ingat apa yang anda lakukan 2 jam yang lalu, lalu sekarang saya tanya sama anda darimana anda tahu bahwa itu adalah sesuatu yang anda jalani 2 jam yang lalu?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 11:57:54 PM
Thanks bro.
Tetapi kelihatannya bro belum mengerti maksud saya. Perhatikan di post sebelumnya saya menekankan kalimat "salah satu bagian".
Bro kan percaya bahwa ketika seseorang meninggal maka ada sesuatu (yang saya sebut sebagai "salah satu bagian") yang berpindah, yaitu energi.
Maka mengapa dipersempit hanya pada "energi"? Atas dasar apa? Mengapa bagian yang lain (seperti ginjal) tidak termasuk? Mengapa halus-kasar yang jadi ukuran? Bukankah ginjal itu juga pada dasarnya disusun dari energi (menurut keyakinan Buddhis)?
Itu maksud saya.
Silakan ditanggapi.
well kata energi adalah kata jaman ini, di jaman ini kita kenal tuhan, pesawat, televisi dan lain sebagai nya.
pengertian dan persepsi nya harus bisa di lihat secara Buddhisme, bila manusia kehilangan nama (terurai) maka tinggal rupa saja badan jasmani (body/ mayat), tetapi setelah di tinggal pergi sang nama bisakah sang rupa ini ada menerima nama yang lain? hal ini bisa terjadi juga.
ginjal adalah salah satu dari organ tubuh (rupa) ketika di tinggal mati karena sakit (seingat ku donor dari ginjal biasanya di ambil dari pasien yang hidup sedang kan bila diambil dari orang koma ketika otak manusianya dinyatakan secara kedokteran mati otak [brain dead], bukan orang yang sudah mati beneran; bahkan ada jangka waktu dimana organ organ tersebut dapat di harvest untuk dapat di pergunakan kembali atau cangkok), bagaimana menjelaskan nya yah! misalkan ada guci berisi air anggur (keduanya [cairan dan wadah]ini disebut manusia) yang jatuh pecah dan air nya tumpah kemudian ada guci lain yang berisi air limun tapi guci tersebut ada sedikit bocor jadi di ambilsalah satu pecahan guci pertama untuk menambal guci yang bocor tersebut agar air limun tersebut tidak kering atau habis dari guci tersebut, tentunya guci beisi air limun ini tidak mendadak berubah jadi guci berisi air anggur bukan setelah di tambal dengan tambalan dari pecahan guci air anggur.
			
 
			
			
				sorry double post
			
			
			
				Quote from: Alucard Lloyd on 02 October 2012, 11:51:54 PM
Tidak ada didunia ini yang nama nya sempurna, kesempurnaan hanyalah sebuah persepsi pikiran manusia. Manusia berpikir untuk menjadi sempurna tetapi yang dia dapat hanya ketidak puasan. Tolak ukur seseorang untuk melakukan kebaikan adalah kebenaran itu sendiri. Saya selalu diajarkan untuk berbuat benar dari kesalahan kesalahan yang saya lakukan. Seperti yang tertuang di jalan mulia beruas 8 semua itu adalah cara untuk mencapai pencerahan. Pertanyaan saya pencerahan apa yang ada tanyakan seperti buddha kah? Atau hanya sebatas sotapanna?
Hawa nafsu adalah rintangan bathin ini adalah akar permasalahan kehidupan didunia ini. Dan saya diajarkan untuk mengenal, mengendalikan dan melepaskan ( tidak melekat ) pada hawa nafsu yang timbul didalam diri kita. Dan ini bukan untuk menjadi sempurna atau pun tercerahkan melainkan untuk menjadi kebebasan diri dari hawa nafsu itu sendiri. Layaknya burung yang bebas terbang tanpa terikat lagi oleh tali dikakinya.
Pada umumnya kita hidup terus berputar diroda samsara, tetapi ini bukanlah sesuatu keharusan yang terjadi didunia ini. Saya diajarkan bahwa roda samsara dapat dihentikan dapat dipatahkan, tanpa harus menjadi sempurna tanpa harus menjadi yang tercerahkan tetapi cukup mencapai berhentinya dukkha yaitu nibbana. Untuk mencapai nibbana tidak harus menjadi sempurna dan tercerahkan tetapi cukup dengan mengikis kotoran kotoran bathin sehingga terlepas dari bathin kita.
Thanks bro.
1. Maksud bro, seseorang bisa mencapai nirwana tanpa mencapai pencerahan? Bukannya Sidharta mengajarkan bahwa nirwana itu dicapai jika mencapai pencerhan?
2. Jika "tidak ada didunia ini yang nama nya sempurna" (saya menganggap sempurna = tercerahkan), maka bagaimana Sidharta mencapai pencerahan sementara ia masih di dunia? Dan setelah mencapai pencerahan, bukankah Sidharta masih hidup di dunia sampai ia mati? Nah jika ia masih hidup di dunia setelah mencapai pencerahan, bukankah selama di dunia ia masih butuh makan (yang berarti, masih ada keinginan/nafsu)? Atau ternyata ia tidak makan lagi?
Silakan ditanggapi bro. 
			
 
			
			
				Quote from: Alucard Lloyd on 03 October 2012, 12:03:04 AM
Yang Anda buat pertanyaan disini adalah bagian lilin A dipotong dan diberikan kepada lilin B bukan api nya itu sendiri?
Ini sama dengan bila otak saya ditukar dengan otak kera apakah saya jadi kera atau kera jadi saya?
Yang saya maksud disini adalah jiwa atau roh Anda bila Anda menggap itu ada? Sama dengan api....
Thanks bro.
Lho, bro kan ingin mengatakan bahwa yang berpindah itu energi, bukan? Nah bukankah ginjal juga tersusun dari energi?
			
 
			
			
				kok muter yah omg nya? beda atuh api disini melambangkan nama sedang lilin adalah rupa; 
wa rasanya tidak akan menanggapi lebih lanjut, soalnya tanpa mau mengetahui dasar nya pembicaraan tidak akan nyambung akan muter muter saja disitu, antara yang satu berusaha menjelekan dan yang satu berusaha menerangkan dengan baik.
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 12:35:38 AM
Thanks bro.
Lho, bro kan ingin mengatakan bahwa yang berpindah itu energi, bukan? Nah bukankah ginjal juga tersusun dari energi?
bisa dijelaskan lagi Bro, bahwa ginjal tersusun dari energi?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 09:24:25 PM
Hai semua rekan-rekan Buddhis. Saya member baru di sini. Kesempatan ini, saya ingin menanyakan sesuatu tentang ajaran Buddhis sehubungan dengan kelahiran kembali.
1. Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah menjadi baik, jika ia tidak tahu kesalahan apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya?
2. Jika si A mati dan ia dilahirkan kembali menjadi si B, sedangkan si B tidak punya kenangan tentang si A, maka dapatkah dikatakan si B = si A? Bukankah ini berarti si B adalah orang yang sama sekali lain?
Mohon ditanggapi. Thanks.
Halo Isaac. Izinkan saya menanggapi.
1. Sebelum membentuk di kehidupan selanjutnya, yang berperan paling penting sebagai bahan bakar terbentuknya skandha adalah hukum karma. 
Analoginya, lilinnya (energi yang membentuk skandha) boleh berbeda, tapi api karmanya tetap sama. Dengan menabur karma yang baik, maka akan tercipta benih untuk hal-hal seperti nanti kamu terlahir dimana, ataupun karma yang dialami secara langsung di kehidupan itu juga. Namun karma itu sendiri agar matang tercipta dari niat, pikiran, dan perbuatan kamu. 
Moral guide kita yang tercipta dari rumitnya cara kerja pikiran suatu 
beings. 
Walaupun dia sudah tahu apa kesalahan dia di kehidupan lampau (misalnya dengan akses hipnotis atau meditasi), tidak menjamin dia akan membuat karma-karma baru yang baik.
2. Perasaan "aku" yang kamu rasakan itu hanyalah bentukan dari 5 skandha. Ketika kamu sudah terurai (skandha-skandha itu), maka akan terbentuk lagi menjadi 'being' yang baru. 
Perasaan "aku" itu masih ada di kamu, tapi kamu tidak bisa mengingat "aku" yang sebelumnya. 
Misalnya, nanti kalau kamu terlahir di alam selain manusia, kamu tidak akan ingat kenapa kamu bisa di sana. Hanya perasaan "aku" itu masih melekat. 
Untuk mengingat kembali "aku" sebelumnya, kamu harus melihat dari alam bawah sadar kamu, siapakah "aku" di kehidupan lainnya.
Dengan menyadari bahwa kita ini sebenarnya terikat satu dengan lainnya, dengan itulah konsep ego-less bisa tersadari.
			
 
			
			
				Thanks bro.
Quote from: Indra on 03 October 2012, 12:15:20 AM
Karena seorang Buddha atau Arahat tidak akan terlahir kembali, bagaikan api yg kehabisan bahan bakarnya, api itu menjadi padam.
1. Bro, seseorang dinyatakan sebagai Buddha atau Arahat, ketika ia sudah mati bukan? Artinya, yang menetukan (atau menilai) ini adalah orang lain, bukan? Maka, dari mana orang lain itu tahu bahwa seseorang itu memang menjadi Buddha atau Arahat? apakah mereka memang sudah mengetahui seluruh hidup orang itu, sampai ke isi hatinya?
2. Jika memang segala sesuatunya "padam" (tidak ada hubungan antara eksistensi sebelum dan sesudah), maka bagaimana dapat dikatakan bahwa yang menjadi Buddha itu adalah Sidharta?
Quote from: Indra on 03 October 2012, 12:15:20 AM
sudah saya jelaskan di atas mengenai proses "kelahiran kembali", apakah disebut "kelahiran kembali" atau "kelahiran tak kembali" sebutan ini hanyalah persoalan bahasa dalam komunikasi konvensional.
bukankah saya memang sudah menanggapi?
Jadi artinya memang tidak ada yang "kembali", yang ada hanya yang "lahir" (entah siapa pun itu)? Apakah bro yakin inilah yang dulunya Sidharta ajarkan?
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 12:47:51 AM
Thanks bro.
1. Bro, seseorang dinyatakan sebagai Buddha atau Arahat, ketika ia sudah mati bukan? Artinya, yang menetukan (atau menilai) ini adalah orang lain, bukan? Maka, dari mana orang lain itu tahu bahwa seseorang itu memang menjadi Buddha atau Arahat? apakah mereka memang sudah mengetahui seluruh hidup orang itu, sampai ke isi hatinya? Bagaimana jika ternyata ada kesalahan yang disembunyikannya?
2. Jika memang segala sesuatunya "padam" (tidak ada hubungan antara eksistensi sebelum dan sesudah), maka bagaimana dapat dikatakan bahwa yang menjadi Buddha itu adalah Sidharta?
Jadi artinya memang tidak ada yang "kembali", yang ada hanya yang "lahir" (entah siapa pun itu)? Apakah bro yakin inilah yang dulunya Sidharta ajarkan?
			 
			
			
				Quote from: daimond on 03 October 2012, 12:39:23 AM
kok muter yah omg nya? beda atuh api disini melambangkan nama sedang lilin adalah rupa; 
wa rasanya tidak akan menanggapi lebih lanjut, soalnya tanpa mau mengetahui dasar nya pembicaraan tidak akan nyambung akan muter muter saja disitu, antara yang satu berusaha menjelekan dan yang satu berusaha menerangkan dengan baik.
Baik bro, agar tidak mutar-mutar, tolong jelaskan: Apakah materi itu adalah energi?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 12:47:51 AM
Thanks bro.
1. Bro, seseorang dinyatakan sebagai Buddha atau Arahat, ketika ia sudah mati bukan? Artinya, yang menetukan (atau menilai) ini adalah orang lain, bukan? Maka, dari mana orang lain itu tahu bahwa seseorang itu memang menjadi Buddha atau Arahat? apakah mereka memang sudah mengetahui seluruh hidup orang itu, sampai ke isi hatinya?
sptnya diskusi agak gak nyambung, agar saya bisa menyesuaikan bahasa penyampaian saya, bolehkah saya mengetahui apa agama yg anda anut?
Sang Buddha Gotama menjadi Buddha pada usia 35 tahun, dan Beliau parinibbana (wafat) pada usia 80 tahun, jadi bagaimana anda bisa mengatakan bahwa "seseorang dinyatakan sebagai Buddha atau Arahat ketika ia sudah mati"?
Quote
2. Jika memang segala sesuatunya "padam" (tidak ada hubungan antara eksistensi sebelum dan sesudah), maka bagaimana dapat dikatakan bahwa yang menjadi Buddha itu adalah Sidharta?
karena Sidharta menjadi Buddha pada kehidupannya sbg Sidharta, bukan nunggu matek dulu.
Quote
Jadi artinya memang tidak ada yang "kembali", yang ada hanya yang "lahir" (entah siapa pun itu)? Apakah bro yakin inilah yang dulunya Sidharta ajarkan?
silakan anda membantah jika saya membuat pernyataan yg salah.
			
 
			
			
				aku tanya apabila materi itu adalah almunium, ferrum, uranium menghasilkan energi (panjang dan gelombang energi) dan warna yang sama?
			
			
			
				Quote from: emulio on 03 October 2012, 12:47:43 AM
Halo Isaac. Izinkan saya menanggapi.
1. Sebelum membentuk di kehidupan selanjutnya, yang berperan paling penting sebagai bahan bakar terbentuknya skandha adalah hukum karma. 
Analoginya, lilinnya (energi yang membentuk skandha) boleh berbeda, tapi api karmanya tetap sama. Dengan menabur karma yang baik, maka akan tercipta benih untuk hal-hal seperti nanti kamu terlahir dimana, ataupun karma yang dialami secara langsung di kehidupan itu juga. Namun karma itu sendiri agar matang tercipta dari niat, pikiran, dan perbuatan kamu. Moral guide kita yang tercipta dari rumitnya cara kerja pikiran suatu beings. 
Walaupun dia sudah tahu apa kesalahan dia di kehidupan lampau (misalnya dengan akses hipnotis atau meditasi), tidak menjamin dia akan membuat karma-karma baru yang baik.
2. Perasaan "aku" yang kamu rasakan itu hanyalah bentukan dari 5 skandha. Ketika kamu sudah terurai (skandha-skandha itu), maka akan terbentuk lagi menjadi 'being' yang baru. 
Perasaan "aku" itu masih ada di kamu, tapi kamu tidak bisa mengingat "aku" yang sebelumnya. 
Misalnya, nanti kalau kamu terlahir di alam selain manusia, kamu tidak akan ingat kenapa kamu bisa di sana. Hanya perasaan "aku" itu masih melekat. 
Untuk mengingat kembali "aku" sebelumnya, kamu harus melihat dari alam bawah sadar kamu, siapakah "aku" di kehidupan lainnya.
Dengan menyadari bahwa kita ini sebenarnya terikat satu dengan lainnya, dengan itulah konsep ego-less bisa tersadari.
Thanks bro Emolio.
1. Tolong jelaskan penegrtian "skandha" ini, agar saya tidak salah paham.
2. Bukankah bro percaya bahwa segala sesuatu berasal dari energi? Maka seharusnya tidak ada pembedaan antara 'lilin' (tubuh) dengan 'api' (pikiran/perasaan), karena keduanya pada dasarnya dalah energi.
3. Bagaimana bisa tahu kehidupan sebelumnya jika -- seperti teman-teman Buddhis lain katakan -- pikiran/ingatan juga musnah?
4. "Perasaan 'aku' masih ada"? Tetapi bukankah teman-teman lain katakan sudah tidak ada "aku"? Mana nih yang benar?
Thanks bro.
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 03 October 2012, 12:53:45 AM
sptnya diskusi agak gak nyambung, agar saya bisa menyesuaikan bahasa penyampaian saya, bolehkah saya mengetahui apa agama yg anda anut?
Sang Buddha Gotama menjadi Buddha pada usia 35 tahun, dan Beliau parinibbana (wafat) pada usia 80 tahun, jadi bagaimana anda bisa mengatakan bahwa "seseorang dinyatakan sebagai Buddha atau Arahat ketika ia sudah mati"?
karena Sidharta menjadi Buddha pada kehidupannya sbg Sidharta, bukan nunggu matek dulu.
Saya kr****n bro.
Nah itu juga yang tadi saya pikirkan (karena saya tidak pasti akan hal ini, makanya saya buat dalam bentuk pertanyaan. Perhatikan post saya sebelumnya).
Jika Sidharta menjadi Buddha sewaktu di dunia:
1. Bagaimana ia bisa menjadi sempurna/tercerahkan sewaktu masih di dunia, sedangkan teman bro mengatakan di dunia ini tidak ada kesempurnaan?
2. Apakah sewaktu menjadi Buddha di dunia, Sidharta tidak makan lagi? Jika ia masih makan, bukankah itu berarti ia masih memiliki nafsu (maka, belum tercerahkan)? Jika ia tidak makan, bagaimana mungkin ia bisa hidup 45 tahun lagi? Jika ia tidak makan, maka ada dua kemungkinan:
a. Ia -- tidak lama kemudian -- akan mati, atau
b. Ia bisa hidup terus tanpa makan.
Namun kenyataannya Sidharta tidak mengalami keduanya. Maka yang tersisa adalah: bahwa ia makan (memiliki nafsu).
Bagaimana penjelasannya bro.
(Sejujurnya, saya bertanya sebagai orang yang ingin tahu, bukan ingin menjelekkan). 
			
 
			
			
				Sorry, repost.
			
			
			
				
ada yang mau bikin saren ?
atau ada yang suka makan saren ?
			
			
			
				Quote from: daimond on 03 October 2012, 12:55:49 AM
aku tanya apabila materi itu adalah almunium, ferrum, uranium menghasilkan energi (panjang dan gelombang energi) dan warna yang sama?
Thanks bro.
Entah itu pajang dan warnanya berbeda, tetapi tetap saja sama-sama energi bukan? Lagi pula, bukankah Buddhis percaya bahwa alam semesta berasal dari satu energi?
Jika ternyata seluruh yang ada di alam semesta ini berasal dari satu energi, maka sebenarnya tidak ada perbedaan antara energi di 'lilin' dan energi di 'api', karena pada dasarnya keduanya berasal dari satu sumber, dari energi yang sama.
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 03 October 2012, 12:47:29 AM
bisa dijelaskan lagi Bro, bahwa ginjal tersusun dari energi?
Ginjal itu bagian dari alam semesta ini, bukan? Dan dalam keyakinan Buddhis, alam semesta ini adalah energi bukan? Atau ternyata saya salah? Jika salah, mohon diluruskan.
Thanks.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 01:04:49 AM
Thanks bro Emolio.
1. Tolong jelaskan penegrtian "skandha" ini, agar saya tidak salah paham.
2. Bukankah bro percaya bahwa segala sesuatu berasal dari energi? Maka seharusnya tidak ada pembedaan antara 'lilin' (tubuh) dengan 'api' (pikiran/perasaan), karena keduanya pada dasarnya dalah energi.
3. Bagaimana bisa tahu kehidupan sebelumnya jika -- seperti teman-teman Buddhis lain katakan -- pikiran/ingatan juga musnah?
4. "Perasaan 'aku' masih ada"? Tetapi bukankah teman-teman lain katakan sudah tidak ada "aku"? Mana nih yang benar?
Thanks bro.
1 dan 2 
Skandha adalah apa yang membentuk suatu beings. 
Ada 5 yaitu tubuh, perasaan, pencerapan/persepsi, pikiran, kesadaran (consciousness). Di bawahnya masih banyak sekali sub-bagiannya, tapi secara garis besar adalah itu. 
Jadi api di situ bukanlah pikiran atau perasaan, tapi analogi dari bahan bakar karma yang hinggap di skandha (lilin)
3. Mungkin yang dimaksud musnah itu 
disassamble (terurai) kali ya? Energi tidak bisa diciptakan dan dihancurkan, hanya bisa berubah bentuk. Ketika kamu mengakses pikiran kamu dari meditasi, kamu ibaratnya masuk ke perpustakaan dimana "aku" yang sebelumnya itu ada.  
4. Ketika dibilang "aku", itu adalah perasaan bahwa, ada rasa "aku" di dalam diri (kamu merasakannya bukan?). Itulah "aku" yang dimaksud. 
Kamu mungkin rancu dengan perasaan bahwa 'aku' itu adalah 'aku' yang statis. Kamu merasa "aku" itu adalah esensi kekal karena kamu percaya dengan konsep jiwa. Realitanya, semua di alam ini tidak ada yang statis. Tidak ada jiwa yang kekal. Perasaan "aku" muncul tapi bukan berarti itu "aku" itu sama.
Teman-teman buddhis bilang ada "aku" benar, buktinya kamu sekarang ini ada. Tidak ada "aku" juga benar karena pada dasarnya tidak ada inheren di dalam diri.
_____________________________________________________________________________________________
Namun demikian, karena hal ini sungguh-sungguh harus dialami sendiri baru mengerti, saya mungkin tidak bisa tepat karena memakai bahasa untuk menjelaskan ini. Bila ada seseorang, misalnya para mystic dari berbagai agama yang sudah mencapai tingkatan meditasi tertentu, kamu bisa tanya konsep tanpa-diri ini. Mereka akan bilang bahwa kita semua ini terikat satu sama lain, seperti jaringan web. Tidak ada sesuatu pun yang berdiri sendiri.
			
 
			
			
				Quote from: emulio on 03 October 2012, 12:47:43 AM
Walaupun dia sudah tahu apa kesalahan dia di kehidupan lampau (misalnya dengan akses hipnotis atau meditasi), tidak menjamin dia akan membuat karma-karma baru yang baik.
Justru karena itu bro, jika yang tahu saja tidak jaminan menjadi lebih baik, bagaimana dengan yang tidak tahu? Dari mana di tahu kriteria yang benar itu? Bagaimana jika ternyata memetik padi adalah sudah suatu kejahatan? Atas dasar apa bahwa kejahatan itu hanya membunuh manusia, atau membunuh hewan? Mengapa tidak termasuk membunuh tumbuhan?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 01:15:17 AM
Saya kr****n bro.
karena anda beragama bintang2 maka saya sarankan agar anda membaca2 dulu tentang Buddhisme baru kemudian anda tanyakan apa yg anda tidak mengerti. 
Quote
Nah itu juga yang tadi saya pikirkan (karena saya tidak pasti akan hal ini, makanya saya buat dalam bentuk pertanyaan. Perhatikan post saya sebelumnya).
Jika Sidharta menjadi Buddha sewaktu di dunia:
1. Bagaimana ia bisa menjadi sempurna/tercerahkan sewaktu masih di dunia, sedangkan teman bro mengatakan di dunia ini tidak ada kesempurnaan?
mohon anda copaskan ke sini pernyataan "teman saya" bahwa "di dunia ini tidak ada kesempurnaan" agar saya bisa lebih memahami konteksnya.
Quote
2. Apakah sewaktu menjadi Buddha di dunia, Sidharta tidak makan lagi? Jika ia masih makan, bukankah itu berarti ia masih memiliki nafsu (maka, belum tercerahkan)? Jika ia tidak makan, bagaimana mungkin ia bisa hidup 45 tahun lagi? Jika ia tidak makan, maka ada dua kemungkinan:
a. Ia -- tidak lama kemudian -- akan mati, atau
b. Ia bisa hidup terus tanpa makan.
Namun kenyataannya Sidharta tidak mengalami keduanya. Maka yang tersisa adalah: bahwa ia makan (memiliki nafsu).
Bagaimana penjelasannya bro.
(Sejujurnya, saya bertanya sebagai orang yang ingin tahu, bukan ingin menjelekkan).
dari mana anda mendapatkan definisi ini bahwa orang makan artinya masih memiliki nafsu? Dalam Buddhisme, seorang dikatakan tercerahkan bukan berarti lantas berubah jadi batu atau kayu. boleh tau bagaimana definisi "tercerahkan" dalam paham anda?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 01:47:56 AM
Justru karena itu bro, jika yang tahu saja tidak jaminan menjadi lebih baik, bagaimana dengan yang tidak tahu? Dari mana di tahu kriteria yang benar itu? Bagaimana jika ternyata memetik padi adalah sudah suatu kejahatan? Atas dasar apa bahwa kejahatan itu hanya membunuh manusia, atau membunuh hewan? Mengapa tidak termasuk membunuh tumbuhan?
Standar moral, kita memakai panca sila (five precepts)ang menjadi tuntunan moral kita. 
Pancasila berbunyi sebagai berikut:
-Aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan (nilai kemanusiaan) guna mencapai samadi.
-Aku bertekad melatih diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan (nilai keadilan)guna mencapai samadi.
-Aku bertekad melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila (berzinah, menggauli suami/istri orang lain, nilai keluarga)guna mencapai samadi.
-Aku bertekad untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar /berbohong, berdusta, fitnah, omongkosong (nilai kejujuran)guna mencapai samadi.
-Aku bertekad untuk melatih diri menghindari segala minuman dan makanan yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan (nilai pembebasan)guna mencapai samadi.
_____________________________________________________________________________________________
Tapi bila digeneralisir untuk orang di luar buddhist, seorang buddhist melihat 3 hal sebelum melakukan sesuatu:
1. Niat (bila niat itu bagus seperti welas asih, atau cinta), maka itu baik.
2. Efek untuk yang lain
3. Efek untuk diri sendiri
Lebih jauh lagi, pada intinya, self-awareness dan pengertian diri akan membuat kita mengerti mana yang baik dan jahat. Atheist sekalipun bila merenungi dirinya, akan tahu karena moral guide ini sudah ada sejak awal. Kita harus melihat apa adanya untuk tahu moral guide ini.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 01:23:02 AM
Thanks bro.
Entah itu pajang dan warnanya berbeda, tetapi tetap saja sama-sama energi bukan? Lagi pula, bukankah Buddhis percaya bahwa alam semesta berasal dari satu energi?
ada referensinya? kok malah terdengar seperti Tuhanis bagi saya...
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 12:47:51 AM
1. Bro, seseorang dinyatakan sebagai Buddha atau Arahat, ketika ia sudah mati bukan? Artinya, yang menetukan (atau menilai) ini adalah orang lain, bukan? Maka, dari mana orang lain itu tahu bahwa seseorang itu memang menjadi Buddha atau Arahat? apakah mereka memang sudah mengetahui seluruh hidup orang itu, sampai ke isi hatinya?
2. Jika memang segala sesuatunya "padam" (tidak ada hubungan antara eksistensi sebelum dan sesudah), maka bagaimana dapat dikatakan bahwa yang menjadi Buddha itu adalah Sidharta?
bro... kalau boleh tahu dikau memahami Buddhisme dari/lewat mana tow?
			
 
			
			
				[spoiler]
Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 09:47:43 PM
Thanks bro Adi Lim.
Dari mana bro tahu bahwa mereka menjadi lebih baik? Bisa saja kan di kehidupan sebelumnya mereka ternyata lebih baik, namun dalam kehidupan sekarang hanya menjadi baik (artinya, ada penurunan kualitas)?
1. Mengenai hal ini, saya pernah membaca argumentasi seperti ini:
"Mengapa tampaknya Anda mengenal sebuah rumah atau kota, padahal sebelumnya Anda belum pernah berada di sana? Apakah karena dalam kehidupan yang terdahulu Anda pernah tinggal di sana? Banyak rumah dibangun menurut desain yang serupa. Perabot di kota-kota yang berjauhan mungkin dibuat berdasarkan pola yang sama. Dan, bukankah pemandangan di beberapa tempat yang sangat berjauhan kelihatannya sangat mirip? Jadi, tanpa mempercayai reinkarnasi (atau kelahiran kembali), perasaan pernah mengenal dapat dimengerti."
2. Jika memang itu -- kelahiran kembali -- yang terjadi pada setiap orang, mengapa tidak setiap orang pernah mengingat kehidupan lampau?
Terima kasih atas tanggapannya bro.
[/spoiler]
karena anda 
mengaku bukan buddhis,
saya sarankan anda pelajari 'ilmu Buddhisme', jika tidak mengerti baru bertanya !
Dan kebetulan pelajari ilmu Buddhisme perlu waktu lama untuk memahaminya, jadi harus sabar dan tekun.
karena pertanyaan yang berdasarkan hanya mengapa dan kenapa kemudian diuraikan dengan logika2 anda, malah tidak akan ketemu dan sangat panjang ........., ujung2nya malah jadi debat.
Jika anda ragu yang diatas ^, anda boleh 'melihat dan membongkar file DC' para senior/pendahulu model ANDA dan sudah cukup banyak singgah di DC utk menjalankan 'misi', akhirnya gagal dan pergi, capek deh.
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 12:35:38 AM
Thanks bro.
Lho, bro kan ingin mengatakan bahwa yang berpindah itu energi, bukan? Nah bukankah ginjal juga tersusun dari energi?
Saya tidak tulis energi Anda yang beranggap seperti itu. Saya tulis jiwa/ roh. Apakah Anda percaya adanya jiwa atau Anda percaya adanya roh? Maka itu saya lambangkan sebagai api. Sedangkan lilin saya lambangkan sebagai wujud fisik. Tetapi mengapa pembicaraannya jadi membahas energi?
			 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 12:29:39 AM
Thanks bro.
1. Maksud bro, seseorang bisa mencapai nirwana tanpa mencapai pencerahan? Bukannya Sidharta mengajarkan bahwa nirwana itu dicapai jika mencapai pencerhan? Tolong referensi tentang ini?
2. Jika "tidak ada didunia ini yang nama nya sempurna" (saya menganggap sempurna = tercerahkan)
Kata sempurna dengan tercerahkan artinya sudah berbeda? Bagaimana bisa dianggap sama? Ini sama saja anda anggap ayam dengan bebek sama?
ya tolong jangan ngeyel.com 
			
 
			
			
				kalo intinya yang ditanyakan ts adalah bukti rebirth, maka jawabannya simpel aja: tidak ada bukti empiris mengenai rebirth.
rebirth adalah sebuah konsep agama buddha yang bersifat spekulatif untuk mereka yang tidak melihat langsung.
penelitian terilmiah yang pernah dilakukan mengenai rebirth dilakukan oleh ian stevenson dibukunya "Twenty Cases Suggestive of Reincarnation" (http://www.amazon.com/Twenty-Cases-Suggestive-Reincarnation-Enlarged/dp/0813908728/ref=sr_1_fkmr0_1?ie=UTF8&qid=1349229278&sr=8-1-fkmr0&keywords=suggestive+case+samuelson).
saya pikir apabila niat ts adalah untuk mengetahui atau mengejar bukti rebirth maka diskusinya akan mandeg sampai di sini saja. apabila ts mau mengetahui lebih baik mengenai konsep rebirth itu, bisa diteruskan pertanyaan2nya. apabila niat ts adalah untuk "menggugurkan" konsep rebirth, maka niatnya salah karena rebirth adalah sebuah konsep keagamaan, yang tidak bisa diperbincangkan secara ilmiah ataupun dibuktikan secara empiris. cukup diketahui bagi non-buddhis atau dipercayai bagi buddhis.
			
			
			
				Quote from: juanpedro on 03 October 2012, 03:04:08 AM
ada referensinya? kok malah terdengar seperti Tuhanis bagi saya...
bro... kalau boleh tahu dikau memahami Buddhisme dari/lewat mana tow?
Saya dan Isaac sempat berdiskusi tentang alam semesta tersusun dari apa, dan terbentuk dari apa 
consciousness itu. Saya ambil referensi dari sini untuk menjawabnya.
http://www.lankalibrary.com/Bud/energy.htm (http://www.lankalibrary.com/Bud/energy.htm)
			
 
			
			
				Quote from: adi lim on 03 October 2012, 06:05:01 AM
[spoiler][/spoiler]
karena anda mengaku bukan buddhis,
saya sarankan anda pelajari 'ilmu Buddhisme', jika tidak mengerti baru bertanya !
Dan kebetulan pelajari ilmu Buddhisme perlu waktu lama untuk memahaminya, jadi harus sabar dan tekun.
karena pertanyaan yang berdasarkan hanya mengapa dan kenapa kemudian diuraikan dengan logika2 anda, malah tidak akan ketemu dan sangat panjang ........., ujung2nya malah jadi debat.
Jika anda ragu yang diatas ^, anda boleh 'melihat dan membongkar file DC' para senior/pendahulu model ANDA dan sudah cukup banyak singgah di DC utk menjalankan 'misi', akhirnya gagal dan pergi, capek deh.
Setuju sama yg 
dibold, kalau tidak maka hanya akan buang2 waktu dan resources bagi Sir Isaac Newton maupun DC-ers yg lain. ;D
			
 
			
			
				Saya coba jawab, kembali pada pertanyaan awal sebelum melebar. 
Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 09:24:25 PM
Hai semua rekan-rekan Buddhis. Saya member baru di sini. Kesempatan ini, saya ingin menanyakan sesuatu tentang ajaran Buddhis sehubungan dengan kelahiran kembali.
1. Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah menjadi baik, jika ia tidak tahu kesalahan apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya?
Dalam Buddhisme, seseorang menjadi baik dengan mengikis noda bathin yaitu keserakahan, kebencian, dan kegelapan bathin; sebaliknya seseorang menjadi buruk dengan mengembangkan tiga hal tersebut. Jadi tidak ada hubungannya dengan ingatan masa lampau. 
Misalnya anda seorang Kr1sten, bisa memilih jadi orang baik atau tidak, tanpa perlu membuktikan Adam & Hawa makan buah pengetahuan. Begitu juga bagi Buddhis, mau jadi orang baik yah jadi orang baik, karena memahami manfaatnya, bukan karena mengetahui ada kejadian apa di masa lampau. 
Quote2. Jika si A mati dan ia dilahirkan kembali menjadi si B, sedangkan si B tidak punya kenangan tentang si A, maka dapatkah dikatakan si B = si A? Bukankah ini berarti si B adalah orang yang sama sekali lain?
Mohon ditanggapi. Thanks.
Andaikan seseorang menyetir mobil dan ngantuk, ketiduran lalu keliru mengemudi dan menabrak pohon. Ia selamat dan kemudian terbangun dengan tubuh penuh luka dan tidak punya kenangan tentang apa yang dilakukannya tadi. Apakah bisa dikatakan orang yang menabrakan mobil ke pohon berbeda dengan orang yang terluka karena ia tidak punya ingatan/kenangan menabrak pohon?
Secara umum, yang disebut makhluk adalah 5 kelompok: jasmani, kesadaran, pencerapan, perasaan, dan ingatan. Kelima kelompok ini senantiasa mengalami proses dan berubah, bukan hanya sewaktu kematian. Jadi tidak ada sesuatu yang 'kekal' yang bisa disebut sebagai 'jati diri' penunjuk si "A". Jika menilai apakah itu individu yang sama, maka tergantung sudut pandang mau dibicarakan dalam konteks apa. Sebagai perbandingan sederhana, anda tentu mengenal 'lahir baru'. Jika seseorang dulunya bajingan, penipu, pembunuh, kemudian bertobat dan 'lahir baru', maka dari satu sudut pandang bisa dibilang dia orang yang sama, namun dari sudut pandang lain, bisa disebut berbeda.
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 09:24:25 PM
Hai semua rekan-rekan Buddhis. Saya member baru di sini. Kesempatan ini, saya ingin menanyakan sesuatu tentang ajaran Buddhis sehubungan dengan kelahiran kembali.
1. Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah menjadi baik, jika ia tidak tahu kesalahan apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya?
saya jadi teringat tentang kisah seseorang yang terkena panah beracun yang menolak untuk diobati sebelum ia mengetahui secara jelas siapa yang melepaskan anak panah tersebut.
padahal sebenarnya itu bukanlah hal yang penting, dan dengan mengetahui itu pun tidak akan bisa membuatnya sembuh. tapi dengan mencabut anak panah, memberikan penawar racun, dan mengobati lukanya, itulah cara agar ia bisa sembuh.
mengetahui kesalahan mungkin memang bisa menjadi titik awal bagi seseorang untuk berubah, dalam artian memperbaiki dan tidak mengulag kesalahan yang sama. tapi kuncinya tetap bukan pada mengetahui kesalahan, melainkan keinginan dan usaha untuk berubah.
tidak perlu jauh2 melihat ke kehidupan lampau untuk menjadi lebih baik, sekarangpun kita pasti tidak lepas dari kesalahan, belajarlah dari sana. kalo memang benar2 ingin berubah. :)
tapi kalo mau cari susah ya, silahkan cari tau dulu apa kesalahan yang pernah di kehidupan sebelumnya, satu kehidupan, dua kehidupan, sepuluh, seratus, seribu, dan g akan ada ujungnya, tindakan yang sia2 dan buang2 waktu. ;D
kesimpulan : g perlu mengetahui kesalahan apa yang dilakukan di kehidupan lampau untuk menjadi lebih baik.
			
 
			
			
				Yang bertanya itu,mendengar sepotong ajaran Buddha lalu mencoba memutar topik ini sedemikian rupa agar kelihatan "agak berisi".Maaf bro isac new,apakah anda sudah menghabiskan paling sedikit 1 tahun untuk membaca ajaran Buddha? Kalau sudah,sebutkan bagian sutta-sutta apa saja yang telah anda baca?Kalau sudah,saya yakin pertanyaan seperti itu tidak akan muncul,sebaliknya anda akan menemukan jawaban yang tidak bisa dijawab oleh kitab agama samawi.Pertanyaanmu akan terjawab dengan baik bila anda membaca dan merenungkan dengan niat baik. Orang bijak pasti pintar,tapi orang pintar belum tentu bijak malah kebanyakan jadi picik.Kebanyakan manusia kalau melihat sebatang pohon buah,yang dilihat adalah buahnya,daunnya,semakin maju batin seseorang maka mulai melihat batang ke bawah.Jarang ada manusia yang melihat akar dari sebuah pohon.
			
			
			
				Quote from: Indra on 03 October 2012, 02:04:59 AM
mohon anda copaskan ke sini pernyataan "teman saya" bahwa "di dunia ini tidak ada kesempurnaan" agar saya bisa lebih memahami konteksnya.
Komentar bro Alucard di reply 21:
QuoteTidak ada didunia ini yang nama nya sempurna, kesempurnaan hanyalah sebuah persepsi pikiran manusia. Manusia berpikir untuk menjadi sempurna tetapi yang dia dapat hanya ketidak puasan. Tolak ukur seseorang untuk melakukan kebaikan adalah kebenaran itu sendiri. Saya selalu diajarkan untuk berbuat benar dari kesalahan kesalahan yang saya lakukan. Seperti yang tertuang di jalan mulia beruas 8 semua itu adalah cara untuk mencapai pencerahan. Pertanyaan saya pencerahan apa yang ada tanyakan seperti buddha kah? Atau hanya sebatas sotapanna?
Quote from: Indra on 03 October 2012, 02:04:59 AM
dari mana anda mendapatkan definisi ini bahwa orang makan artinya masih memiliki nafsu? Dalam Buddhisme, seorang dikatakan tercerahkan bukan berarti lantas berubah jadi batu atau kayu. boleh tau bagaimana definisi "tercerahkan" dalam paham anda?
Baik, saya akan coba sampaikan pemikiran saya:
Sidharta dalam Empat Kesunyataan Mulia poin ke (2) mengatakan bahwa "penderitaan disebabkan oleh nafsu". Nah, apakah "ketiadaan makanan" bisa membuat seseorang menderita? Ya, maka dapat disimpulkan bahwa "kebutuhan akan makan" juga termasuk nafsu.
Jika ingin konsisten kepada definisi Sidharta, maka "nafsu" hendaknya tidak hanya dipersempit pada sesuatu yang berkaitan dengan keserakahan, keinginan, dll, tetapi juga 
segala sesuatu yang bisa mendatangkan penderitaan, termasuk "kebutuhan akan makan".Namun, jika "kebutuhan akan makan" ternyata termasuk "nafsu", bagaimana mungkin Sidharta mencapai pencerahan? Padahal ia masih perlu makan selama 45 tahun lagi?
Maka, hanya ada dua kemungkinan di sini:
1. Sidharta tidak mencapai pencerahan, atau
2. Pernyataan Sidharta di Empat Kesunyataan Mulia poin (2) itu salah.
Nah, dilema kan bro?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:05:16 PM
Komentar bro Alucard di reply 21:
Maka, hanya ada dua kemungkinan di sini:
1. Sidharta tidak mencapai pencerahan, atau
2. Pernyataan Sidharta di Empat Kesunyataan Mulia poin (2) itu salah.
Nah, dilema kan bro?
ndak dilema kok ! 
kamu yang salah dan bodoh karena kebodohan kamu utk mencocokkan kepercayaan melalui asumsi dan pernyataan logika anda kepada penghuni DC, dimana pola dasar kepercayaan dan keyakinan memang berbeda.
kalau anda masih lanjut, sebentar lagi 
mahluk tuhan kesayangan anda akan jadi topik hujatan  :))
			
 
			
			
				 [at] IN; apakah anda sudah mengetahui atau mempelajari cara makan yang sesuai dengan Buddhisme? bila belum pelajari lah dulu cara makan anggota sangha yang sebenarnya.
			
			
			
				Quote from: Alucard Lloyd on 03 October 2012, 06:18:23 AM
Saya tidak tulis energi Anda yang beranggap seperti itu. Saya tulis jiwa/ roh. Apakah Anda percaya adanya jiwa atau Anda percaya adanya roh? Maka itu saya lambangkan sebagai api. Sedangkan lilin saya lambangkan sebagai wujud fisik. Tetapi mengapa pembicaraannya jadi membahas energi?
Thanks bro.
1. Saya percaya jiwa adalah "kehidupan secara keseluruhan", bukan semacam mahluk halus yang ada dalam tubuh. Saya percaya roh adalah energi hidup (tetapi bukan suatu kepribadian / memiliki kepribadian). Jadi dalam keyakinan saya, baik jiwa maupun roh tidak pindah ke eksistensi berikutnya.
2. Yang kita bahas adalah konsep Buddhis (bukan keyakinan saya), dan dalam diskusi sebelumnya dengan teman yang menganut keyakinan Buddhis mengenai hal ini, ada di singgung tetang energi. Itulah sebabnya di pikiran saya langsung mengaitkan 'api' itu dengan energi. Maaf jika saya salah, atau jika ternyata pernyataan teman itu tidak mewakili keyakinan Buddhis secara official.
=================================================================================
Baik BTT, agar saya tidak keliru, tolong di klarifikasi: Jadi apakah yang berpindah dari si A ke si B adalah karmanya (perbuatannya)?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:21:37 PM
Baik BTT, agar saya tidak keliru, tolong di klarifikasi: Jadi apakah yang berpindah dari si A ke si B adalah karmanya (perbuatannya)?
bukan pindah tapi loncat seperti kutu
kutu juga ciptaan tuhan.       :))
mahluk tuhan kok percaya kamma, aneh ?  ???
			
 
			
			
				Quote from: adi lim on 03 October 2012, 03:10:51 PM
ndak dilema kok ! 
kamu yang salah dan bodoh karena kebodohan kamu utk mencocokkan kepercayaan melalui asumsi dan pernyataan logika anda kepada penghuni DC, dimana pola dasar kepercayaan dan keyakinan memang berbeda.
Thanks bro.
Saya kira ini tidak rumit. Tolong jawab pertanyaan saya: Apakah "ketiadaan makanan" bisa membuat seseorang menderita?
Bayangkan ini: Ada seorang pengikut ajaran Buddhis yang selalu melakukan kebajikan dan hatinya murni. Namun orang ini tidak memiliki makanan dan kelaparan (yang berarti mendatangkan penderitaan kepadanya). Dalam kondisi ini, bisakah ia mencapai pencerahan? Sedangkan pencerahan diperoleh jika tidak ada lagi penderitaan?
Quote from: adi lim on 03 October 2012, 03:10:51 PM
kalau anda masih lanjut, sebentar lagi mahluk tuhan kesayangan anda akan jadi topik hujatan  :))
Mungkin yang bro maksudkan Yesus? Sewaktu di bumi, Yesus memang makan. Tetapi Yesus tidak mengajarkan bahwa untuk mendapat keselamatan harus menghilangkan penderitaan. Ingat bro, poin penekanan saya pada "mencapai pencerahan dengan menghilangkan penderitaan".
			
 
			
			
				Pertama, selamat untuk anda
karena lumayan rajin, sampai mencari ttg Empat Kesunyataan Mulia
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:05:16 PM
Baik, saya akan coba sampaikan pemikiran saya:
Sidharta dalam Empat Kesunyataan Mulia poin ke (2) mengatakan bahwa "penderitaan disebabkan oleh nafsu".
Empat Kesunyataan Mulia poin ke (2) mengatakan bahwa 
"penderitaan disebabkan oleh 
nafsu".
pemakaian kata "nafsu" kurang sesuai
mungkin karena "lost in translation"
coba lihat lagi di http://en.wikipedia.org/wiki/Samudaya
the origin (Pali: samudaya) of dukkha is commonly explained as craving (Pali: tanha) conditioned by ignorance (Pali: avijja) 
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:05:16 PM
Nah, apakah "ketiadaan makanan" bisa membuat seseorang menderita? Ya, maka dapat disimpulkan bahwa "kebutuhan akan makan" juga termasuk nafsu.
ini hanyalah pemikiran anda saja, mengambil kesimpulan anda sendiri 
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:05:16 PM
Jika ingin konsisten kepada definisi Sidharta, maka "nafsu" hendaknya tidak hanya dipersempit pada sesuatu yang berkaitan dengan keserakahan, keinginan, dll, tetapi juga segala sesuatu yang bisa mendatangkan penderitaan, termasuk "kebutuhan akan makan".
tahu dari mana itu konsisten dengan definisi Sang Buddha ?
Sang Buddha sudah menjelaskan definisi ini dengan jelas
dan definisinya berlainan dengan kesimpulan anda
coba cari lagi datanya, sebagai home work 
			
				Kayaknya gw sudah menemukan stephen suleeman baru nih  :)) :))
Welcome back bro  ;D
			
			
			
				Quote from: adi lim on 03 October 2012, 03:26:54 PM
bukan pindah tapi loncat seperti kutu
kutu juga ciptaan tuhan.       :))
mahluk tuhan kok percaya kamma, aneh ?  ???
Lho, bukannya sebelumnya teman bro mengilustrasikan adanya perpindahan 'api' karma?
Apa saya yang salah tangkap?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:32:05 PM
Thanks bro.
Saya kira ini tidak rumit. Tolong jawab pertanyaan saya: Apakah "ketiadaan makanan" bisa membuat seseorang menderita?
tidak makan pasti menderita
terlalu kenyang juga menderita
kalau tidak rumit jangan bertanya lagi  ^-^
Quote
Bayangkan ini: Ada seorang pengikut ajaran Buddhis yang selalu melakukan kebajikan dan hatinya murni. Namun orang ini tidak memiliki makanan dan kelaparan (yang berarti mendatangkan penderitaan kepadanya). Dalam kondisi ini, bisakah ia mencapai pencerahan? Sedangkan pencerahan diperoleh jika tidak ada lagi penderitaan?
saya juga membayangkan mengapa tuhan menciptakan anda yang bodoh ini
Quote
Mungkin yang bro maksudkan Yesus? Sewaktu di bumi, Yesus memang makan.
emank yesus sekarang dimana ?
Quote
Tetapi Yesus tidak mengajarkan bahwa untuk mendapat keselamatan harus menghilangkan penderitaan. Ingat bro, poin penekanan saya pada "mencapai pencerahan dengan menghilangkan penderitaan".
karena yesus nafsunya masih kuat, makanya tidak mendapat pencerahan
dan yesus sendiri aja tidak selamat bahkan mengalami penderitaan ketika menjelang kematian.
			
 
			
			
				 [at]  adi lim: sebelum berkomentar, pertimbangkan dulu baik-baik. Jangan "asbun".
			
			
			
				Quote from: dhammadinna on 03 October 2012, 03:41:32 PM
 [at]  adi lim: sebelum berkomentar, pertimbangkan dulu baik-baik.
saya sudah mempertimbangkan untuk melayani orang model begini
menghadap model begini harus asbun juga ?  ^-^
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:35:36 PM
Lho, bukannya sebelumnya teman bro mengilustrasikan adanya perpindahan 'api' karma?
Apa saya yang salah tangkap?
saya tidak tahu kapasitas mereka
saya hanya melayani anda
			
 
			
			
				Quote from: adi lim on 03 October 2012, 03:39:30 PM
tidak makan pasti menderita
terlalu kenyang juga menderita
Thanks bro (Saya tidak akan menanggapi yang tidak relevan).
Bro, kalau boleh kasi masukan, anggaplah saya orang yang ingin tahu tetapi mungkin agak 'ngeyel'. Jadi tolong jangan dianggap musuh. Tetapi sekali lagi hanya masukan.
Baik, jadi seorang Buddhis yang melakukan kebajikan dan memiliki hati yang bersih namun kondisi hidupnya miskin (sehingga setiap hari tidur dengan perut lapar), tidak akan mencapai pencerahan?
			
 
			
			
				Quote from: adi lim on 03 October 2012, 03:45:22 PM
saya tidak tahu kapasitas mereka
saya hanya melayani anda
Artinya ada perbedaan keyakinan? (Wah, kalau begitu jangan salahkan saya jika saya salah membuat kesimpulan) 
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:48:50 PM
Thanks bro (Saya tidak akan menanggapi yang tidak relevan).
Bro, kalau boleh kasi masukan, anggaplah saya orang yang ingin tahu tetapi mungkin agak 'ngeyel'. Jadi tolong jangan dianggap musuh. Tetapi sekali lagi hanya masukan.
masukan dari kamu, saya kira tidak perlu
Quote
Baik, jadi seorang Buddhis yang melakukan kebajikan dan memiliki hati yang bersih namun kondisi hidupnya miskin (sehingga setiap hari tidur dengan perut lapar), tidak akan mencapai pencerahan?
sebagai umat awam tidak ada batin yang bersih
jika memang miskin tentunya harus menerima resiko lapar dan menderita.
standar anda arti pencerahan itu apa ?
			
 
			
			
				Quote from: bluppy on 03 October 2012, 03:32:43 PM
Pertama, selamat untuk anda
karena lumayan rajin, sampai mencari ttg Empat Kesunyataan Mulia
Empat Kesunyataan Mulia poin ke (2) mengatakan bahwa 
"penderitaan disebabkan oleh nafsu".
pemakaian kata "nafsu" kurang sesuai
mungkin karena "lost in translation"
coba lihat lagi di http://en.wikipedia.org/wiki/Samudaya
the origin (Pali: samudaya) of dukkha is commonly explained as craving (Pali: tanha) conditioned by ignorance (Pali: avijja)
 
ini hanyalah pemikiran anda saja, mengambil kesimpulan anda sendiri
 
tahu dari mana itu konsisten dengan definisi Sang Buddha ?
Sang Buddha sudah menjelaskan definisi ini dengan jelas
dan definisinya berlainan dengan kesimpulan anda
coba cari lagi datanya, sebagai home work
Thanks bro atas klarifikasinya.
Namun yang menjadi pertanyaan: Apakah penderitaan hanya disebabkan oleh craving/ignorance? Sekalipun craving/ignorance sudah dihindari, bukankah masih ada sumber yang lain lagi?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:50:29 PM
Artinya ada perbedaan keyakinan? (Wah, kalau begitu jangan salahkan saya jika saya salah membuat kesimpulan)
tidak ada menuduh kamu salah, tapi saya masih menganggap kamu bodoh
bisa berbeda, kapasitas batin setiap orang berbeda.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:05:16 PM
Komentar bro Alucard di reply 21:
Baik, saya akan coba sampaikan pemikiran saya:
Sidharta dalam Empat Kesunyataan Mulia poin ke (2) mengatakan bahwa "penderitaan disebabkan oleh nafsu". Nah, apakah "ketiadaan makanan" bisa membuat seseorang menderita? Ya, maka dapat disimpulkan bahwa "kebutuhan akan makan" juga termasuk nafsu.
Jika ingin konsisten kepada definisi Sidharta, maka "nafsu" hendaknya tidak hanya dipersempit pada sesuatu yang berkaitan dengan keserakahan, keinginan, dll, tetapi juga segala sesuatu yang bisa mendatangkan penderitaan, termasuk "kebutuhan akan makan".
Namun, jika "kebutuhan akan makan" ternyata termasuk "nafsu", bagaimana mungkin Sidharta mencapai pencerahan? Padahal ia masih perlu makan selama 45 tahun lagi?
Maka, hanya ada dua kemungkinan di sini:
1. Sidharta tidak mencapai pencerahan, atau
2. Pernyataan Sidharta di Empat Kesunyataan Mulia poin (2) itu salah.
Nah, dilema kan bro?
ketiadaan makanan bisa membuat seseorang menderita?
jawabnya IYA jika seseorang masih terikat dengan nafsu keinginan untuk makan. :)
Tapi bagi seorang Buddha, tidak ada lagi keinginan, tapi kenapa masih tetap makan?
makan itu hanya dilakukan sekedar untuk menjaga tubuh jasmani ini, karna jasmani memang butuh makanan kasar, berbeda dengan makanan batin.
maka yang makan disini adalah jasmaninya, nafsunya udah g bekerja lagi.
sehingga bagi seorang Buddha, apa pun yang ia lakukan adalah kiriya (tidak menghasilkan akibat) karna perbuatan itu sudah tidak disertai  dengan nafsu.
cmiww.
mungkin sulit membayangkannya, sekedar tau teori aja, tapi untuk membuktikan juga bisa, dalam kehidupan ini selagi masih hidup. :)
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:48:50 PM
Thanks bro (Saya tidak akan menanggapi yang tidak relevan).
Bro, kalau boleh kasi masukan, anggaplah saya orang yang ingin tahu tetapi mungkin agak 'ngeyel'. Jadi tolong jangan dianggap musuh. Tetapi sekali lagi hanya masukan.
Baik, jadi seorang Buddhis yang melakukan kebajikan dan memiliki hati yang bersih namun kondisi hidupnya miskin (sehingga setiap hari tidur dengan perut lapar), tidak akan mencapai pencerahan?
imo, percerahan itu adalah urusan batin.
hidup bisa miskin, perut bisa lapar, tapi belum tentu batinnya juga lapar dan miskin, dan sebaliknya.
hidup bisa kaya tapi batinnya belum tentu kaya. :)
			
 
			
			
				Quote from: adi lim on 03 October 2012, 03:43:25 PM
saya sudah mempertimbangkan untuk melayani orang model begini
emank ada yang salah bunyinya ?  ^-^
1. Kalau ada yang bertanya, jawablah tanpa menghina agama lain maupun si penanya.
2. Jawablah pertanyaan yang dilontarkan, kalau kamu sendiri cukup yakin akan kebenarannya. Pertimbangkan dulu. Kalau km ragu, sebaiknya diam.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:48:50 PM
Baik, jadi seorang Buddhis yang melakukan kebajikan dan memiliki hati yang bersih namun kondisi hidupnya miskin (sehingga setiap hari tidur dengan perut lapar), tidak akan mencapai pencerahan?
mungkin mencapai pencerahan
mungkin juga tidak mencapai pencerahan
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:55:07 PM
Thanks bro atas klarifikasinya.
kok dipanggil bro ?  >:D
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:55:07 PM
Namun yang menjadi pertanyaan: Apakah penderitaan hanya disebabkan oleh craving/ignorance? Sekalipun craving/ignorance sudah dihindari, bukankah masih ada sumber yang lain lagi?
iya benar, ada sumber yang lain
home work yang tadi belum dikerjakan
kan jawabannya di sana.  ;D 
			
 
			
			
				Thanks bro.
Quote from: adi lim on 03 October 2012, 03:54:33 PM
sebagai umat awam tidak ada batin yang bersih
jika memang miskin tentunya harus menerima resiko lapar dan menderita.
Bro tidak menjawab pertanyaan saya dengan tegas. Sekali lagi, dalam kondisi seperti yang saya gambarkan itu, dapatkah orang itu mencapai pencerahan?
Quote from: adi lim on 03 October 2012, 03:54:33 PM
standar anda arti pencerahan itu apa ?
Standar saya? Bukan bro. Tetapi dari yang pernah saya pelajari, Sidharta mengatakan bahwa untuk mencapai pencerahan seseorang harus terlepas dari nafsu dan 
penderitaan. Apakah saya salah?
			
				Quote from: dhammadinna on 03 October 2012, 03:58:00 PM
1. Kalau ada yang bertanya, jawablah tanpa menghina agama lain maupun si penanya.
saya tidak menghina agama, tapi saya hanya mengomentari individu
apakah saya mengatakan kebenaran tentang yesus dan tuhan itu salah ? 
Quote
2. Jawablah pertanyaan yang dilontarkan, kalau kamu sendiri cukup yakin akan kebenarannya. Pertimbangkan dulu. Kalau km ragu, sebaiknya diam.
saya akui memang menjawab asal2 dan asbun
anda juga tidak bisa melarang saya diam, karena ini forum bebas 'cerita' bu dhammadina.
kasihan tuhan penguasa alam DC, udah capek2 buat forum, tapi sepi ......
			
 
			
			
				kita disini ada melatih diri melaksanakan atthasila, salah satunya adalah hanya makan sebelum jam 12 siang (sebelum matahari ada diatas kepala) sampai matahari terbit pada hari berikutnya.
			
			
			
				Quote from: adi lim on 03 October 2012, 03:56:18 PM
tidak ada menuduh kamu salah, tapi saya masih menganggap kamu bodoh
Baik bro, jadi saya bodoh, karena 'dibodohi' orang lain. Hehehe
Tetapi saya tidak akan mengatakan orang lain itu bodoh. Mungkin itu keyakinannya.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 04:01:41 PM
Thanks bro.
Bro tidak menjawab pertanyaan saya dengan tegas. Sekali lagi, dalam kondisi seperti yang saya gambarkan itu, dapatkah orang itu mencapai pencerahan?
saya jawab sudah sesuai kebenaran yang saya pelajari, tapi anda tidak mengerti
anda tidak bisa mengerti, saya maklum, karena kapasitas anda memang demikian
Quote
Standar saya? Bukan bro. Tetapi dari yang pernah saya pelajari, Sidharta mengatakan bahwa untuk mencapai pencerahan seseorang harus terlepas dari nafsu dan penderitaan. Apakah saya salah?
standar arti pencerahan kamu apa ? 
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 04:05:28 PM
Baik bro, jadi saya bodoh, karena 'dibodohi' orang lain. Hehehe
Tetapi saya tidak akan mengatakan orang lain itu bodoh. Mungkin itu keyakinannya.
memang bodoh, 
tapi saya tidak tahu kamu bodoh dalam hal apa, bodoh batin, bodoh ilmu, atau bodoh lainnya ... 
makanya kamu harus pelajari Kitab Pitaka, jika kurang jelas baru bertanya, karena arti umum belum tentu sama dengan arti yang tercantum di kitab.
jadi anggapan anda dengan tidak menyebut bodoh kepada orang lain itu suatu keyakinan !  ^-^
			
 
			
			
				Quote from: adi lim on 03 October 2012, 03:54:33 PM
sebagai umat awam tidak ada batin yang bersih
jika memang miskin tentunya harus menerima resiko lapar dan menderita.
Bukannya Sidharta mengajarkan bahwa pencerahan dapat dicapai siapa saja, tidak terkecuali umat awam?
			
 
			
			
				Quote from: adi lim on 03 October 2012, 04:10:19 PM
memang bodoh, 
tapi saya tidak tahu kamu bodoh dalam hal apa, bodoh batin, bodoh ilmu, atau bodoh lainnya ... 
makanya kamu harus pelajari Kitab Pitaka, jika kurang jelas baru bertanya, karena arti umum belum tentu sama dengan arti yang tercantum di kitab.
jadi anggapan anda dengan tidak menyebut bodoh kepada orang lain itu suatu keyakinan !  ^-^
Hehehe.
Thanks bro.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 04:12:21 PM
Bukannya Sidharta mengajarkan bahwa pencerahan dapat dicapai siapa saja, tidak terkecuali umat awam?
betul sekali tidak terkecuali.
tapi buat anda sekarang ini, pasti tidak.
anda hanya memutar bertanya yang gampang dijawab, dan anda tidak akan mengerti
belajar dulu buku pitaka, jika sudah selesai barulah bertanya seputar yang berhubungan dengan buddhisme
jangan asumsikan dengan 'logika' anda
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 03 October 2012, 03:11:58 PM
 [at] IN; apakah anda sudah mengetahui atau mempelajari cara makan yang sesuai dengan Buddhisme? bila belum pelajari lah dulu cara makan anggota sangha yang sebenarnya.
Bukan masalah cara makan bro, tetapi apakah seorang yang kondisi hidupnya membuat ia kelaparan (padahal ia melakukan kebajikan dan hatinya bersih), dapat mencapai pencerahan?
			
 
			
			
				Quote from: adi lim on 03 October 2012, 04:15:04 PM
betul sekali tidak terkecuali.
tapi buat anda sekarang ini, pasti tidak.
anda hanya memutar bertanya yang gampang dijawab, dan anda tidak akan mengerti
belajar dulu buku pitaka, jika sudah selesai barulah bertanya seputar yang berhubungan dengan buddhisme
jangan asumsikan dengan 'logika' anda
Begini bro, tolong perhatikan bahwa saya selalu mengajukan pertanyaan, jadi saya tidak memposisikan diri sebagai orang yang sudah tahu, tetapi ingin tahu.
Jangan salahkan saya kalau tidak mengerti, sebab (1) ternyata ada perbedaan keyakinan, dan (2) bro hanya menjawab sepotong-sepotong, seolah-olah saya orang yang sudah mengerti. Kalau saya sudah mengerti, saya tidak perlu bertanya lagi.
Nah, agar tidak bertele-tele, tolong jawab dan jelaskan:
Apakah seorang yang berbuat kebajikan dan hatinya bersih namun hidup kelaparan, dapat mencapai pencerahan?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 04:12:21 PM
Bukannya Sidharta mengajarkan bahwa pencerahan dapat dicapai siapa saja, tidak terkecuali umat awam?
tidak Buddha Gautama tidak pernah mengajarkan seperti itu hanya orang yang debu nya sedikit dapat menerima ajaran nya hingga dapat mudah mencapai pencerahan sedangkan mahluk lain untuk mempelajari Buddhisme mungkin memerlukan waktu yang lama bahkan ber ribu ribu kehidupan mungkin saja terjadi dan harus menempuh perjalanan ber trilyun trilyun tahun cahaya untuk mencapai pencerahan (nibana)
			
 
			
			
				Quote from: bluppy on 03 October 2012, 03:58:33 PM
mungkin mencapai pencerahan
mungkin juga tidak mencapai pencerahan
Mengapa masih "mungkin"?
Quote from: bluppy on 03 October 2012, 03:58:33 PM
iya benar, ada sumber yang lain
home work yang tadi belum dikerjakan
kan jawabannya di sana.  ;D
Sis sejujurnya, di forum lain (FK), saya tidak pernah menggantung jawaban bagi orang yang bertanya, terlebih lagi jika orang itu tidak mengetahui banyak tentang ajaran agama saya. Saya akan coba memberi penjelasan yang lengkap.
Nah, bisakah sis menjelaskan penjabarannya?
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 03 October 2012, 04:25:47 PM
tidak Buddha Gautama tidak pernah mengajarkan seperti itu hanya orang yang debu nya sedikit dapat menerima ajaran nya hingga dapat mudah mencapai pencerahan sedangkan mahluk lain untuk mempelajari Buddhisme mungkin memerlukan waktu yang lama bahkan ber ribu ribu kehidupan mungkin saja terjadi dan harus menempuh perjalanan ber trilyun trilyun tahun cahaya untuk mencapai pencerahan (nibana)
Thanks bro.
Jadi keyakinan bro Daimond berbeda dengan bro Adi Lim? Apakah bro Daimon dari aliran Theravada?
			
 
			
			
				Quote from: adi lim on 03 October 2012, 04:15:04 PM
anda hanya memutar bertanya yang gampang dijawab, dan anda tidak akan mengerti
belajar dulu buku pitaka, jika sudah selesai barulah bertanya seputar yang berhubungan dengan buddhisme
jangan asumsikan dengan 'logika' anda
"Gampang dijawab"? Bagaiman mungkin bro bisa berkata "gampang dijawab", jika di keyakinan Buddhis sendiri masih ada perbedaan pendapat?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 04:33:29 PM
Thanks bro.
Jadi keyakinan bro Daimond berbeda dengan bro Adi Lim? Apakah bro Daimon dari aliran Theravada?
ya wa theravada, tidak tahu bro adi lim aliran Buddha apa wa tidak pernah menanyakan nya?, toh semua masih berasal dari satu ajaran Sang Buddha.
			
 
			
			
				Quote from: hemayanti on 03 October 2012, 03:56:25 PM
ketiadaan makanan bisa membuat seseorang menderita?
jawabnya IYA jika seseorang masih terikat dengan nafsu keinginan untuk makan. :)
Tapi bagi seorang Buddha, tidak ada lagi keinginan, tapi kenapa masih tetap makan?
makan itu hanya dilakukan sekedar untuk menjaga tubuh jasmani ini, karna jasmani memang butuh makanan kasar, berbeda dengan makanan batin.
maka yang makan disini adalah jasmaninya, nafsunya udah g bekerja lagi.
sehingga bagi seorang Buddha, apa pun yang ia lakukan adalah kiriya (tidak menghasilkan akibat) karna perbuatan itu sudah tidak disertai  dengan nafsu.
cmiww.
mungkin sulit membayangkannya, sekedar tau teori aja, tapi untuk membuktikan juga bisa, dalam kehidupan ini selagi masih hidup. :)
imo, percerahan itu adalah urusan batin.
hidup bisa miskin, perut bisa lapar, tapi belum tentu batinnya juga lapar dan miskin, dan sebaliknya.
hidup bisa kaya tapi batinnya belum tentu kaya. :)
Kok langsung loncat sudah menjadi Buddha sih bro? Yang saya tanyakan adalah seorang yang ingin mencapai pencerahan. (tentu saja ia belum jadi Buddha).
Baik, dia tidak memiliki nafsu namun masih butuh makan untuk menjaga tubuh jasmani. Namun yang saya tanyakan, bagaimana jika seseorang itu tidak memiliki makanan? Bukankah dalam kondisi itu ia menderita? Bisakah ia mencapai pencerahan dalam kondisi ini?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 04:16:25 PM
Bukan masalah cara makan bro, tetapi apakah seorang yang kondisi hidupnya membuat ia kelaparan (padahal ia melakukan kebajikan dan hatinya bersih), dapat mencapai pencerahan?
wow...anda pintar
dan baru menyadari bahwa ini pertanyaan yg pintar
Bodhisatta Siddhatta menjalani penyiksaan diri selama 6 tahun, menjadi kurus kering dan hanya tersisa tulang dibalut kulit. Kemudian beliau menyadari bahwa jalan penyiksaan diri adalah sia-sia. Kemudian beliau kembali memakan makanan dan memulihkan kondisi tubuhnya. Dan tak lama kemudian, mengubah cara berlatih dan mencapai penerangan sempurna
Ada juga kejadian di mana Sang Buddha akan membabarkan ajaran pada sekelompok orang. Dan ada satu orang yang memiliki potensi baik, tapi dia dalam keadaan kelaparan, dan Sang Buddha menyuruh orang yang kelaparan itu diberikan makanan terlebih dahulu. Setelah orang itu cukup makan, dan tenang pikirannya, barulah Sang Buddha membabarkan ajaran, dan orang itu dapat mengerti dengan baik inti ajarannya. 
Ok, jawaban saya :  kalau dalam keadaan tubuh kelaparan, bukan situasi yang ideal untuk mencapai pencerahaan.
=========================================
btw. ttg definisi kata "keinginan" dan "kebutuhan"
"kebutuhan untuk makan" = butuh makan untuk bertahan hidup
"keinginan untuk makan" = ingin makan yang enak2, tetap makan walaupun tubuh sudah mendapat gizi yang cukup untuk bertahan hidup
=========================================
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 04:28:47 PM
Sis sejujurnya, di forum lain (FK), saya tidak pernah menggantung jawaban bagi orang yang bertanya, terlebih lagi jika orang itu tidak mengetahui banyak tentang ajaran agama saya. Saya akan coba memberi penjelasan yang lengkap.
Nah, bisakah sis menjelaskan penjabarannya?
nag, makanya saya bilang anda rajin
sejujurnya saya tidak serajin anda
tapi ok lah karena ditanya kedua kali. 
the origin of dukkha is identified as the three unwholesome roots:
    moha: ignorance
    lobha: desire, attachment
    doha: anger, aversion
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 04:43:51 PM
Baik, dia tidak memiliki nafsu namun masih butuh makan untuk menjaga tubuh jasmani. Namun yang saya tanyakan, bagaimana jika seseorang itu tidak memiliki makanan? Bukankah dalam kondisi itu ia menderita? Bisakah ia mencapai pencerahan dalam kondisi ini?
kelaparan di sini masih dipengaruhi relativitas, bro
anggaplah kelaparan yg ekstrim, 
pasti tidak dpt mencapai pencerahan
kecuali kelaparan itu ditanggulangi terlebih dahulu
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 03 October 2012, 12:23:54 AM
  
well kata energi adalah kata jaman ini, di jaman ini kita kenal tuhan, pesawat, televisi dan lain sebagai nya.
pengertian dan persepsi nya harus bisa di lihat secara Buddhisme, bila manusia kehilangan nama (terurai) maka tinggal rupa saja badan jasmani (body/ mayat), tetapi setelah di tinggal pergi sang nama bisakah sang rupa ini ada menerima nama yang lain? hal ini bisa terjadi juga.
1. Bro, 'rupa' yang dimasuki 'nama' ini maksudnya mayatnya? Artinya ada 'nama' lain yang 'hinggap' (atau apalah istilahnya) di 'rupa' ini?
2. Apakah 'nama' di sini sama pengertiannya dengan 'aku' (seperti yang disebutkan salah satu member)?
Quote from: daimond on 03 October 2012, 12:23:54 AM
  ginjal adalah salah satu dari organ tubuh (rupa) ketika di tinggal mati karena sakit (seingat ku donor dari ginjal biasanya di ambil dari pasien yang hidup sedang kan bila diambil dari orang koma ketika otak manusianya dinyatakan secara kedokteran mati otak [brain dead], bukan orang yang sudah mati beneran; bahkan ada jangka waktu dimana organ organ tersebut dapat di harvest untuk dapat di pergunakan kembali atau cangkok), bagaimana menjelaskan nya yah! misalkan ada guci berisi air anggur (keduanya [cairan dan wadah]ini disebut manusia) yang jatuh pecah dan air nya tumpah kemudian ada guci lain yang berisi air limun tapi guci tersebut ada sedikit bocor jadi di ambilsalah satu pecahan guci pertama untuk menambal guci yang bocor tersebut agar air limun tersebut tidak kering atau habis dari guci tersebut, tentunya guci beisi air limun ini tidak mendadak berubah jadi guci berisi air anggur bukan setelah di tambal dengan tambalan dari pecahan guci air anggur.
Bro, apakah ilustasi ini untuk menjelaskan gambaran saya, atau menjelaskan maksud dari "kelahiran kembali"?
			
 
			
			
				Dalam kosakata Buddhis
tanha = kehausan untuk memegang/melekat pada kesenangan indriawi, sering diterjemahkan sebagai hawa napsu
Sedangkan seorang Buddha tidak ada lagi tanha, yang ada adalah tinggal cetana / kehendak yang sifatnya murni disebut kiriya. Ia makan hanya untuk menunjang kehidupanNya itu saja.
4 Kebenaran Arya menyebutkan tanha sebagai penyebab penderitaan. 
			
			
			
				Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 04:52:12 PM
kelaparan di sini masih dipengaruhi relativitas, bro
anggaplah kelaparan yg ekstrim, 
pasti tidak dpt mencapai pencerahan
kecuali kelaparan itu ditanggulangi terlebih dahulu
Nah begini baru jelas. Thanks bro.
Jadi kesimpulannya: Sekalipun seseorang sudah berbuat kebaikan dan memiliki hati yang bersih, namun jika ia menderita kelaparan ekstrim, ia tidak akan mencapai pencerahan.
Apakah member lain setuju dengan hal ini?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 04:36:01 PM
"Gampang dijawab"? Bagaiman mungkin bro bisa berkata "gampang dijawab", jika di keyakinan Buddhis sendiri masih ada perbedaan pendapat?
perbedaan pendapat adalah hal yg wajar, karena semua di sini masih belajar, kecuali seseorang yg telah tercerahkan (Buddha atau Arahat)
namun ketika 'yg telah tercerahkan' berbicara, bagi yg masih belajar pun terkesan mereka mengatakan pendapat yg berbeda-beda
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 05:01:05 PM
Nah begini baru jelas. Thanks bro.
Jadi kesimpulannya: Sekalipun seseorang sudah berbuat kebaikan dan memiliki hati yang bersih, namun jika ia menderita kelaparan ekstrim, ia tidak akan mencapai pencerahan.
Apakah member lain setuju dengan hal ini?
eit, nanti dulu bro
apa yg anda maksud 'sudah berbuat kebaikan dan memiliki hati yang bersih'?
			
 
			
			
				Quote from: bluppy on 03 October 2012, 04:49:34 PM
Bodhisatta Siddhatta menjalani penyiksaan diri selama 6 tahun, menjadi kurus kering dan hanya tersisa tulang dibalut kulit. Kemudian beliau menyadari bahwa jalan penyiksaan diri adalah sia-sia. Kemudian beliau kembali memakan makanan dan memulihkan kondisi tubuhnya. Dan tak lama kemudian, mengubah cara berlatih dan mencapai penerangan sempurna
Ada juga kejadian di mana Sang Buddha akan membabarkan ajaran pada sekelompok orang. Dan ada satu orang yang memiliki potensi baik, tapi dia dalam keadaan kelaparan, dan Sang Buddha menyuruh orang yang kelaparan itu diberikan makanan terlebih dahulu. Setelah orang itu cukup makan, dan tenang pikirannya, barulah Sang Buddha membabarkan ajaran, dan orang itu dapat mengerti dengan baik inti ajarannya. 
Ok, jawaban saya :  kalau dalam keadaan tubuh kelaparan, bukan situasi yang ideal untuk mencapai pencerahaan.
Thanks sis.
Jadi kesimpulannya, seseorang yang menderita kelaparan (baik disengaja maupun tidak), tidak akan mencapai pencerahan.
(Boleh sharing sis ya?) Tetapi apakah sis tidak merasakan ada dilema di sini?
Di dunia ini banyak orang (termasuk penganut Buddhis) yang sekalipun sudah berusaha sebaik mungkin, namun kehidupan ekonominya sulit, banyak yang menderita kelaparan. Bukankah ini berarti orang-orang seperti ini akan sulit mencapai pencerahan, sekalipun mungkin mereka sudah melakukan kebajikan dan memiliki hati yang murni?
Quote from: bluppy on 03 October 2012, 04:49:34 PM
btw. ttg definisi kata "keinginan" dan "kebutuhan"
"kebutuhan untuk makan" = butuh makan untuk bertahan hidup
"keinginan untuk makan" = ingin makan yang enak2, tetap makan walaupun tubuh sudah mendapat gizi yang cukup untuk bertahan hidup
Ya, saya mengerti. Terima kasih.
Quote from: bluppy on 03 October 2012, 04:49:34 PM
nag, makanya saya bilang anda rajin
sejujurnya saya tidak serajin anda
tapi ok lah karena ditanya kedua kali. 
the origin of dukkha is identified as the three unwholesome roots:
    moha: ignorance
    lobha: desire, attachment
    doha: anger, aversion
Baik, jadi itu definisi "menderita" menurut Sidharta. Tetapi apakah memang itu saja sumber penderitaan? Jika itu adalah sumber penderitaan dari diri kita (faktor dalam), bagaimana dengan penderitaan akibat faktor luar, misalnya diperlakukan tidak adil, disiksa, dll? Bisakah orang-orang dalam kondisi ini (sekalipun sudah meninggalkan faktor dalam) mencapai pencerahan?
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 05:07:04 PM
eit, nanti dulu bro
apa yg anda maksud 'sudah berbuat kebaikan dan memiliki hati yang bersih'?
Yang saya maksud sejelas kata-kata itu, bahwa orang itu selalu melakukan kebaikan dalam hidupnya, dan di hatinya tidak ada nafsu, dendam, dll (semua yang jelek-jelek).
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 05:21:16 PM
Yang saya maksud sejelas kalimat itu, bahwa orang itu selalu melakukan kebaikan dalam hidupnya, dan di hatinya tidak ada nafsu, dendam, dll (semua yang jelek-jelek).
			 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 05:21:16 PM
Yang saya maksud sejelas kata-kata itu, bahwa orang itu selalu melakukan kebaikan dalam hidupnya, dan di hatinya tidak ada nafsu, dendam, dll (semua yang jelek-jelek).
kalau itu sekualitas 'yg tercerahkan', maka kesimpulan anda salah
			
 
			
			
				defenisi derita dulu yah, derita adalah yang tidak kita inginkan, kita tidak harapkan,..... penderitaan dari perubahan sesuatu yang baru beli berubah menjadi kain bekas, perubahan dengan berlalu nya waktu dll.
Mengerti definisi derita atau dukha yang sesungguhnya mampu melihat atau mengenali pisau pisau derita yang menancap di ke tubuh kita baik nama dan rupa. seperti derita ini karena perubahan waktu dll
dengan menyadari hal tersebut rasa sakit dari derita setidak nya akan berkurang.
pada umumnya manusia tidak dapat melakukan identifikasi deritanya hingga timbul aksi atau hanyut dalam derita yang dirasakan tersebut seolah olah dia adalah mahluk paling malang di universe ini.
			
			
			
				Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 05:23:45 PM
kalau itu sekualitas 'yg tercerahkan', maka kesimpulan anda salah
Lho kok jadi mutar lagi bro?
Kan sebelumnya saya tanya: apakah orang yang berbuat kebaikan dan memiliki hati yang bersih namun menderita kelaparan, dapat mencapai pencerahan? Lalu bro jawab, jika ia menderita kelaparan ekstrim, ia tidak akan mencapai pencerahan. namun sekarang bro bilang itu sudah kondisi "yang tercerahkan" (sekalipun dalam kondisi kelaparan). Jadi bagaimana sebenarnya bro?
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 03 October 2012, 05:31:52 PM
defenisi derita dulu yah, derita adalah yang tidak kita inginkan, kita tidak harapkan,..... penderitaan dari perubahan sesuatu yang baru beli berubah menjadi kain bekas, perubahan dengan berlalu nya waktu dll.
Mengerti definisi derita atau dukha yang sesungguhnya mampu melihat atau mengenali pisau pisau derita yang menancap di ke tubuh kita baik nama dan rupa. seperti derita ini karena perubahan waktu dll
dengan menyadari hal tersebut rasa sakit dari derita setidak nya akan berkurang.
pada umumnya manusia tidak dapat melakukan identifikasi deritanya hingga timbul aksi atau hanyut dalam derita yang dirasakan tersebut seolah olah dia adalah mahluk paling malang di universe ini.
Artinya, jika seseorang masih mengalami penderitaan (entah karena 'faktor dari dalam' maupun 'faktor dari luar') ia tidak bisa mencapai pencerahan?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 05:18:44 PM
Bukankah ini berarti orang-orang seperti ini akan sulit mencapai pencerahan, sekalipun mungkin mereka sudah melakukan kebajikan dan memiliki hati yang murni?
mencapai pencerahan memang 
sulit, tapi bukan tidak mungkin
"melakukan kebajikan" dan "memiliki hati murni" (walaupun ini terlalu abstrak definisinya)
akan menambah probabilitas untuk mencapai pencerahan tersebut
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 05:18:44 PM
Baik, jadi itu definisi "menderita" menurut Sidharta. Tetapi apakah memang itu saja sumber penderitaan? Jika itu adalah sumber penderitaan dari diri kita (faktor dalam), bagaimana dengan penderitaan akibat faktor luar, misalnya diperlakukan tidak adil, disiksa, dll? 
penderitaan ada 2 macam :
penderitaan fisik (contoh: disiksa) dan 
penderitaan mental (contoh: merasa dendam, marah, benci karena disiksa)
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 05:18:44 PM
Bisakah orang-orang dalam kondisi ini (sekalipun sudah meninggalkan faktor dalam) mencapai pencerahan?
kalimat "sudah meninggalkan faktor dalam" ?
maksudnya sudah tidak mengalami penderitaan mental ?
btw, "pencerahan" yg anda maksud itu apakah 
pencapain penerangan sempurna seperti Samma Sambuddha? 
atau pencerahan Arahat ? 
atau pencerahan tingkat kesucian sotapanna?
(sorry pakai istilah2, tapi definisinya beda2 sih)
btw, ada cerita bhikkhu yang menderita penyakit kudis, bernanah darah. Seluruh tubuhnya terkena penyakit kulit yang parah (
penderitaan fisik, faktor luar). Sang Buddha membersihkan tubuhnya, mengganti jubahnya, membuat tubuhnya terasa lebih nyaman dan pikirannya tenang (
tidak ada penderitaan mental, faktor dalam). Dan kemudian Sang Buddha membabarkan ajaran pada bhikkhu itu, (dan kalau tidak salah ingat, agak lupa detailnya sih) bhikkhu itu berhasil menangkap intisari ajaran itu, dan happy ending. Lupa happy endingnya itu, bhikkhu itu mencapai kesucian sotapanna atau yg lainnya ... 
			
 
			
			
				Quote from: bluppy on 03 October 2012, 05:47:31 PM
btw, "pencerahan" yg anda maksud itu apakah 
pencapain penerangan sempurna seperti Samma Sambuddha? 
atau pencerahan Arahat ? 
atau pencerahan tingkat kesucian sotapanna?
(sorry pakai istilah2, tapi definisinya beda2 sih)
Jangan2 pencerahan dalam arti matek kesakitan dalam posisi tergantung dengan tangan dan kaki dipaku.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 05:47:11 PM
Artinya, jika seseorang masih mengalami penderitaan (entah karena 'faktor dari dalam' maupun 'faktor dari luar') ia tidak bisa mencapai pencerahan?
selama dia tidak menyadari derita dia maka dia ada dalam kegelapan, setelah dapat mengenali faktor derita dia akan tidak hanya mengurangi derita tetapi dapat merasakan ketenangan hingga jalan keluar dari derita tetsebut terbuka.
			
 
			
			
				Quote from: bluppy on 03 October 2012, 05:47:31 PM
mencapai pencerahan memang sulit, tapi bukan tidak mungkin
"melakukan kebajikan" dan "memiliki hati murni" (walaupun ini terlalu abstrak definisinya)
akan menambah probabilitas untuk mencapai pencerahan tersebut
Tetapi saya jadi mikirnya, "Orang yang baik (jasmani-rohani) namun hidupnya miskin (yang identik dengan menderita), susah juga ya masuk nirwana".
Quote from: bluppy on 03 October 2012, 05:47:31 PM
penderitaan ada 2 macam :
penderitaan fisik (contoh: disiksa) dan 
penderitaan mental (contoh: merasa dendam, marah, benci karena disiksa)
Maaf sis, tetapi apakah ini berarti Sidharta tidak lengkap memberi penjabaran sumber penderitaan? Karena seperti yang sis tunjukkan, itu hanya penderitaan dari 'faktor dalam', dari diri orang itu sendiri. Padahal masih ada sumber penderitaan lain, yaitu dari 'faktor luar', dari orang lain, atau yang ditimbulkan oleh orang lain.
Quote from: bluppy on 03 October 2012, 05:47:31 PM
btw, "pencerahan" yg anda maksud itu apakah 
pencapain penerangan sempurna seperti Samma Sambuddha? 
atau pencerahan Arahat ? 
atau pencerahan tingkat kesucian sotapanna?
(sorry pakai istilah2, tapi definisinya beda2 sih)
Wah, sejujurnya saya tidak tahu ada perbedaan tingkat pencerahan. Apakah Sidharta juga mengajarkan seperti itu?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 05:44:40 PM
Lho kok jadi mutar lagi bro?
Kan sebelumnya saya tanya: apakah orang yang berbuat kebaikan dan memiliki hati yang bersih namun menderita kelaparan, dapat mencapai pencerahan? Lalu bro jawab, jika ia menderita kelaparan ekstrim, ia tidak akan mencapai pencerahan. namun sekarang bro bilang itu sudah kondisi "yang tercerahkan" (sekalipun dalam kondisi kelaparan). Jadi bagaimana sebenarnya bro?
coba anda lihat lagi, pertanyaan anda yg saya tanggapi
biar pastinya, saya jawab yg ini:
ada dua kemungkinan 'orang berbuat kebaikan dan memiliki hati yang bersih':
1. yg belum tercerahkan, maka kesulitan apapun dapat menghambatnya (bukan tidak bisa sama sekali) mencapai pencerahan, perlu usaha ekstra
2. yg sudah tercerahkan, maka kesulitan apapun tidak membuat pencerahannya menurun/hilang, dan tidak membuat batinnya menderita
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 03 October 2012, 05:52:19 PM
selama dia tidak menyadari derita dia maka dia ada dalam kegelapan, setelah dapat mengenali faktor derita dia akan tidak hanya mengurangi derita tetapi dapat merasakan ketenangan hingga jalan keluar dari derita tetsebut terbuka.
Bro, yang kita bahas tentu saja penderitaan yang di sadari.
Maksud saya begini: Ada seorang yang baik (jasmani-rohani), namun ia dipenjara oleh pemberontak. Di penjara, ia selalu disiksa (tentu saja, ia menderita), namun begitu, ia tidak marah/dendam. Apakah dalam kondisi ini ia bisa mencapai pencerahan?
(Ini yang saya maksud dengan penderitaan karena 'faktor luar')
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 05:58:11 PM
Tetapi saya jadi mikirnya, "Orang yang baik (jasmani-rohani) namun hidupnya miskin (yang identik dengan menderita), susah juga ya masuk nirwana".
miskin tidak identik dengan menderita.
Persepsi dan pendapat anda yg merasa miskin identik dengan menderita
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 05:58:11 PM
Maaf sis, tetapi apakah ini berarti Sidharta tidak lengkap memberi penjabaran sumber penderitaan? 
Sang Buddha sudah secara lengkap menjabarkannya
hanya saja anda belum cukup rajin untuk mencari tahu sendiri
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 05:58:11 PM
Wah, sejujurnya saya tidak tahu ada perbedaan tingkat pencerahan. Apakah Sidharta juga mengajarkan seperti itu?
Siddhatta tidak mengajarkan, tapi Sang Buddha ada mengajarkan
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:04:06 PM
Maksud saya begini: Ada seorang yang baik (jasmani-rohani), namun ia dipenjara oleh pemberontak. Di penjara, ia selalu disiksa (tentu saja, ia menderita), namun begitu, ia tidak marah/dendam. Apakah dalam kondisi ini ia bisa mencapai pencerahan?
(Ini yang saya maksud dengan penderitaan karena 'faktor luar')
illustrasi cerita anda di atas
sedikit mirip dengan cerita di bawah
Quote from: bluppy on 03 October 2012, 05:47:31 PM
btw, ada cerita bhikkhu yang menderita penyakit kudis, bernanah darah. Seluruh tubuhnya terkena penyakit kulit yang parah (penderitaan fisik, faktor luar). Sang Buddha membersihkan tubuhnya, mengganti jubahnya, membuat tubuhnya terasa lebih nyaman dan pikirannya tenang (tidak ada penderitaan mental, faktor dalam). Dan kemudian Sang Buddha membabarkan ajaran pada bhikkhu itu, (dan kalau tidak salah ingat, agak lupa detailnya sih) bhikkhu itu berhasil menangkap intisari ajaran itu, dan happy ending. Lupa happy endingnya itu, bhikkhu itu mencapai kesucian sotapanna atau yg lainnya ... 
"Apakah dalam kondisi ini ia 
bisa mencapai pencerahan?"
ya, dari cerita di atas, bisa mencapai pencerahaan kesucian sotapanna (kalo tidak salah ingat ceritanya)
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 06:00:52 PM
coba anda lihat lagi, pertanyaan anda yg saya tanggapi
biar pastinya, saya jawab yg ini:
ada dua kemungkinan 'orang berbuat kebaikan dan memiliki hati yang bersih':
1. yg belum tercerahkan, maka kesulitan apapun dapat menghambatnya (bukan tidak bisa sama sekali) mencapai pencerahan, perlu usaha ekstra
2. yg sudah tercerahkan, maka kesulitan apapun tidak membuat pencerahannya menurun/hilang, dan tidak membuat batinnya menderita
Apakah penderitaan itu hanya batin?
Bagaimana jika kasusnya begini bro: Ada seorang yang menjadi Arahat di umur 30 tahun. Namun di umur 40 tahun ia ditangkap oleh pemberontak dan di penjara. Selama di penjara ia diberi makan sekali dua hari dan selalu di siksa.
Pertanyaannya: Dalam kondisi ini, apakah ia menderita? Jika ya, apakah ini mengurangi / menghilangkan pencerahannya? Jika tidak, mengapa tidak? Bukankah pencerahan diperoleh jika tidak ada penderitaan lagi?
			
 
			
			
				Quote from: bluppy on 03 October 2012, 06:11:35 PM
illustrasi cerita anda di atas
sedikit mirip dengan cerita di bawah
"Apakah dalam kondisi ini ia bisa mencapai pencerahan?"
ya, dari cerita di atas, bisa mencapai pencerahaan kesucian sotapanna (kalo tidak salah ingat ceritanya)
Kelihatannya tidak sama sis. Dalam cerita sis, biksu itu tubuhnya sudah merasa nyaman, sedangkan dalam ilustrasi saya, orang itu disiksa (tubuhnya sakit/menderita).
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:21:10 PM
Kelihatannya tidak sama sis. Dalam cerita sis, biksu itu tubuhnya sudah merasa nyaman, sedangkan dalam ilustrasi saya, orang itu disiksa (tubuhnya sakit/menderita).
Tanya: Apakah anda mengetahui kondisi batin dari orang yang ada di dalam ilustrasi anda? 
			
 
			
			
				Quote from: bluppy on 03 October 2012, 06:11:35 PM
miskin tidak identik dengan menderita.
Persepsi dan pendapat anda yg merasa miskin identik dengan menderita
Miskin itu "identik" sis dengan penderitaan, tetapi bukan "adalah". Jadi identik maksudnya "umumnya", yaitu bahwa orang miskin umumnya menderita.
Quote from: bluppy on 03 October 2012, 06:11:35 PM
Sang Buddha sudah secara lengkap menjabarkannya
hanya saja anda belum cukup rajin untuk mencari tahu sendiri
Waduh, berarti sis yang tidak lengkap memberi penjelasannya, sebab sis hanya memberi penjelasan dari 'faktor dalam'. Bisa sis tunjukkan dari kitab Buddhis bahwa Sidharta juga menjabarkan 'faktor luar'?
			
 
			
			
				Quote from: Kelana on 03 October 2012, 06:25:13 PM
Tanya: Apakah anda mengetahui kondisi batin dari orang yang ada di dalam ilustrasi anda?
Kan sudah saya tulis orang itu baik (jasmani-rohani).
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:30:00 PM
Kan sudah saya tulis orang itu baik (jasmani-rohani).
Jika demikian ia bukan arahat, belum tercerahkan.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:28:59 PM
Miskin itu "identik" sis dengan penderitaan, tetapi bukan "adalah". Jadi identik maksudnya "umumnya", yaitu bahwa orang miskin umumnya menderita.
Waduh, berarti sis yang tidak lengkap memberi penjelasannya, sebab sis hanya memberi penjelasan dari 'faktor dalam'. Bisa sis tunjukkan dari kitab Buddhis bahwa Sidharta juga menjabarkan 'faktor luar'?
benarkah anda meminta rujukan kitab Buddhis? jika saya memberikan bacaan apakah anda akan membacanya?
silakan anda baca yg ini dulu dan lihat bagaimana penderitaan yg dialami oleh Siddhatta.
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17327.msg278874.html#msg278874
			
 
			
			
				Quote from: Kelana on 03 October 2012, 06:31:21 PM
Jika demikian ia bukan arahat, belum tercerahkan.
Memang ia belum menjadi Arahat. Justru itu saya tanya, apakah dalam kondisi itu ia bisa mencapai pencerahan? (Tolong lihat lagi posting sebelumnya tentang hal ini. Dan jangan kaburkan dengan contoh saya yang lain, yaitu tentang yang sudah Arahat).
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:14:10 PM
Apakah penderitaan itu hanya batin?
maksudnya yg mencerap penderitaan adalah bathin bukan fisik
contoh: kalau dokter otopsi jenazah, apa tu jenazah teriak2?
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:14:10 PM
Bagaimana jika kasusnya begini bro: Ada seorang yang menjadi Arahat di umur 30 tahun. Namun di umur 40 tahun ia ditangkap oleh pemberontak dan di penjara. Selama di penjara ia diberi makan sekali dua hari dan selalu di siksa.
Pertanyaannya: Dalam kondisi ini, apakah ia menderita? Jika ya, apakah ini mengurangi / menghilangkan pencerahannya? Jika tidak, mengapa tidak? Bukankah pencerahan diperoleh jika tidak ada penderitaan lagi?
ia tidak lagi menderita karena bathin-nya(nama) telah tercerahkan/terbebaskan/sempurna, pencerahannya tidak jadi kurang/hilang, pencerahan diperoleh jika penyebab penderitaan telah dilenyapkan sampai ke akar-akarnya, apa akar-akarnya? lobha(keserakahan), dosa(kebencian), dan moha(kebodohan), di kesempatan lain lobha & dosa adalah tanha(keinginan/craving)
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:35:25 PM
Memang ia belum menjadi Arahat. Justru itu saya tanya, apakah dalam kondisi itu ia bisa mencapai pencerahan? (Tolong lihat lagi posting sebelumnya tentang hal ini. Dan jangan kaburkan dengan contoh saya yang lain, yaitu tentang yang sudah Arahat).
Selama ia memiliki kondisi menderita batin yang diakibatkan oleh tanha ia belum arahat, belum tercerahkan. Jadi pertanyaannya kepada anda adalah selama apa ia mempertahankan kondisinya seperti itu (menderita batin akibat tanha)?
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 03 October 2012, 06:32:55 PM
benarkah anda meminta rujukan kitab Buddhis? jika saya memberikan bacaan apakah anda akan membacanya?
silakan anda baca yg ini dulu dan lihat bagaimana penderitaan yg dialami oleh Siddhatta.
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17327.msg278874.html#msg278874
Saya kira tidak usah diperumit bro. Tunjukkan saja tertulis di mana 
di kitab yang ajarannya dari Sidharta (i.e Tripitaka) yang mengajarkan hal itu. Misalnya jika di keyakinan agama saya, jika seseorang bertanya seperti ini, saya akan katakan (bahkan mencantumkan) tertulis di kitab A, pasal B, ayat C.
Tetapi saya hanya ingin tahu dari kitab yang berisi ajaran Sidharta (Tripitaka), bukan dari kitab lain, karena kalau kitab lain, itu sudah ajaran orang lain.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:43:09 PM
Saya kira tidak usah diperumit bro. Tunjukkan saja tertulis di mana di kitab yang ajarannya dari Sidharta (i.e Tripitaka) yang mengajarkan hal itu. Misalnya jika di keyakinan agama saya, jika seseorang bertanya seperti ini, saya akan katakan (bahkan mencantumkan) tertulis di kitab A, pasal B, ayat C.
Tetapi saya hanya ingin tahu dari kitab yang berisi ajaran Sidharta (Tripitaka), bukan dari kitab lain, karena kalau kitab lain, itu sudah ajaran orang lain.
ini bukti lain dari tujuan anda di sini, anda bahkan tidak melihat link yg saya berikan itu, karena jika anda melihatnya, anda akan tahu bahwa link itu berisi kitab Majjhima Nikaya dari Sutta Pitaka, koleksi pertama dari Tipitaka.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:43:09 PM
Saya kira tidak usah diperumit bro. Tunjukkan saja tertulis di mana di kitab yang ajarannya dari Sidharta (i.e Tripitaka) yang mengajarkan hal itu. Misalnya jika di keyakinan agama saya, jika seseorang bertanya seperti ini, saya akan katakan (bahkan mencantumkan) tertulis di kitab A, pasal B, ayat C.
Tetapi saya hanya ingin tahu dari kitab yang berisi ajaran Sidharta (Tripitaka), bukan dari kitab lain, karena kalau kitab lain, itu sudah ajaran orang lain.
 :))
			
 
			
			
				Quote from: Kelana on 03 October 2012, 06:42:07 PM
Selama ia memiliki kondisi menderita batin yang diakibatkan oleh tanha ia belum arahat, belum tercerahkan. Jadi pertanyaannya kepada anda adalah selama apa ia mempertahankan kondisinya seperti itu (menderita batin akibat tanha)?
Bro, jika bro memperhatikan ilustrasi saya itu, sebenarnya bukan penderitaan batin yang saya soroti, melainkan penderitaan fisik, akibat kelaparan dan di siksa. Nah, dalam kondisi ini (sekalipun batinnya murni), apakah ia bisa mencapai pencerahan?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:46:39 PM
Bro, jika bro memperhatikan ilustrasi saya itu, sebenarnya bukan penderitaan batin yang saya soroti, melainkan penderitaan fisik, akibat kelaparan dan di siksa. Nah, dalam kondisi ini (sekalipun batinnya murni), apakah ia bisa mencapai pencerahan?
bagi yg belum tercerahkan 'bathinnya belum murni'
jadi kondisi (bathinnya murni) yg anda katakan salah
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 03 October 2012, 06:45:07 PM
ini bukti lain dari tujuan anda di sini, anda bahkan tidak melihat link yg saya berikan itu, karena jika anda melihatnya, anda akan tahu bahwa link itu berisi kitab Majjhima Nikaya dari Sutta Pitaka, koleksi pertama dari Tipitaka.
Bro, sejujurnya, saya sudah memeriksa link itu bahkan sebelum bro menulis post bro ini. Bro menganggap saya berbohong? Biarlah yang mahakuasa yang tahu.
Sejujurnya, saya tidak pernah mendengar istilah Majjhima Nikaya (itulah sebabnya saya kira itu bukan bagian dari Tripitaka), tetapi saya pernah mendengar istilah Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka, dan Abidhamma Pitaka.
Baik, jadi di ayat mana Sidharta menjelaskan tentang penderitaan dari 'faktor luar'?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:04:06 PM
Bro, yang kita bahas tentu saja penderitaan yang di sadari.
Maksud saya begini: Ada seorang yang baik (jasmani-rohani), namun ia dipenjara oleh pemberontak. Di penjara, ia selalu disiksa (tentu saja, ia menderita), namun begitu, ia tidak marah/dendam. Apakah dalam kondisi ini ia bisa mencapai pencerahan?
(Ini yang saya maksud dengan penderitaan karena 'faktor luar')
faktor pencerahan itu di pupuk dari beribu ribu, berjuta juta kehidupan yang lampau, seperti wa jawab bila debu nya sedikit maka ajaran para Buddha dapat membantu nya.
Bila melihat para umat Buddha pada jaman sang Buddha mencapai pencerahan saat tersebut karena latihan yang telah di lakukan pada banyak masa kehidupan sebelumnya hingga dapat mendapat bantuan sang Buddha untuk mencapai pencerahan.
jadi ada kondisi kondisi tertentu harus di penuhi hingga bisa mencapai pencerahan nibbana.
jadi bila kamma nya belum sampai orang tersebut tetap tidak akan mengalami pencerahan, tetapi bila kamma telah masak maka dia dapat mencapai pencerahan
			
 
			
			
				Quote from: Kelana on 03 October 2012, 06:45:46 PM
 :))
kalau bro mengamati kalimat saya, saya tidak mengatakan bahwa link yang diberi bro Indra itu bukan Tripitaka, tetapi saya tidak tahu kitab apa itu. Itulah sebabnya saya memberi parameter.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:46:39 PM
Bro, jika bro memperhatikan ilustrasi saya itu, sebenarnya bukan penderitaan batin yang saya soroti, melainkan penderitaan fisik, akibat kelaparan dan di siksa. Nah, dalam kondisi ini (sekalipun batinnya murni), apakah ia bisa mencapai pencerahan?
Ilustrasi anda kontradiksi.
Saat anda mengatakan: " (sekalipun batinnya murni)*.... ini berarti ia sudah tercerahkan. lalu buat apa lagi mencapai pencerahan?
*dalam pengertian Buddhis.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:53:04 PM
Bro, sejujurnya, saya sudah memeriksa link itu bahkan sebelum bro menulis post bro ini. Bro menganggap saya berbohong? Biarlah yang mahakuasa yang tahu.
Sejujurnya, saya tidak pernah mendengar istilah Majjhima Nikaya (itulah sebabnya saya kira itu bukan bagian dari Tripitaka), tetapi saya pernah mendengar istilah Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka, dan Abidhamma Pitaka.
Baik, jadi di ayat mana Sidharta menjelaskan tentang penderitaan dari 'faktor luar'?
kami tidak peduli dengan si Maha Kuasa, karena si Maha Kuasa anda tidak berkuasa atas kami.
dan dalam membaca teks2 Buddhis, sutta adalah unit bacaan terkecil, kami tidak menggunakan ayat2an lagi. link yg saya berikan itu langsung menunjuk pada sutta yg dimaksud. jika anda memang sungguh ingin tahu, bacalah link itu. jika anda bukan bertujuan untuk ingin tahu, tidak perlu baca, silakan cari strategi lainnya setelah strategi "kelahiran kembali" gagal, lanjut dengan strategi "pencerahan" juga gagal.
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 03 October 2012, 06:55:03 PM
faktor pencerahan itu di pupuk dari beribu ribu, berjuta juta kehidupan yang lampau, seperti wa jawab bila debu nya sedikit maka ajaran para Buddha dapat membantu nya.
Bila melihat para umat Buddha pada jaman sang Buddha mencapai pencerahan saat tersebut karena latihan yang telah di lakukan pada banyak masa kehidupan sebelumnya hingga dapat mendapat bantuan sang Buddha untuk mencapai pencerahan.
jadi ada kondisi kondisi tertentu harus di penuhi hingga bisa mencapai pencerahan nibbana.
Ya, katakanlah orang dalam ilustrasi saya itu sudah menjalani beribu-ribu kehidupan. Nah, dalam kondisi terkini itu, apakah ia bisa mencapai pencerahan?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:56:44 PM
kalau bro mengamati kalimat saya, saya tidak mengatakan bahwa link yang diberi bro Indra itu bukan Tripitaka, tetapi saya tidak tahu kitab apa itu. Itulah sebabnya saya memberi parameter.
sebenarnya tidak susah untuk mengetahui kitab apa Majjhima Nikaya itu, semudah mengetikkan kata itu di google. tapi anda terlalu sibuk dengan pikiran bagaimana menjatuhkan Buddhisme sehingga anda tidak punya waktu untuk melakukan hal itu. anda tidak harus mengakuinya, tapi kami sudah terbiasa dengan kelompok anda. tapi para pendahulu anda masih jauh lebih baik dari anda, karena setidaknya mrk cukup berpengetahuan dalam hal Buddhisme. walupun toh akhirnya gagal juga.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:56:44 PM
kalau bro mengamati kalimat saya, saya tidak mengatakan bahwa link yang diberi bro Indra itu bukan Tripitaka, tetapi saya tidak tahu kitab apa itu. Itulah sebabnya saya memberi parameter.
Saya juga tidak mengatakan bahwa anda mengatakan bahwa link yang diberi bro Indra itu bukan Tripitaka. Saya hanya tertawa karena anda tidak tahu kitab apa itu.
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 03 October 2012, 06:57:22 PM
kami tidak peduli dengan si Maha Kuasa, karena si Maha Kuasa anda tidak berkuasa atas kami.
Ya saya mengerti itu. Makanya tadi sempat bingung juga mau nulis bagaimana. Tetapi ya sudahlah, yang pasti apa yang saya sampaikan itu benar. Percaya atau tidak, terserah.
Quote from: Indra on 03 October 2012, 06:57:22 PM
dan dalam membaca teks2 Buddhis, sutta adalah unit bacaan terkecil, kami tidak menggunakan ayat2an lagi. link yg saya berikan itu langsung menunjuk pada sutta yg dimaksud. jika anda memang sungguh ingin tahu, bacalah link itu. jika anda bukan bertujuan untuk ingin tahu, tidak perlu baca, silakan cari strategi lainnya setelah strategi "kelahiran kembali" gagal, lanjut dengan strategi "pencerahan" juga gagal.
Itu sama saja seperti seorang non-K yang ingin bertanya tentang keyakinan K, disuruh baca satu kitab dulu.
"Strategi kelahiran kembali gagal"? Lho, saya malah belum jelas konsep Buddhis tentang kelahiran kembali, karena ada yang memberi penjelasan berbeda, ada yang hanya sepotong-sepotong.
Tolong bro jelaskan dengan lengkap bagaimana penjelasan kelahiran kembali itu. Apanya yang "kembali"?
(Tentang pencerahan juga belum jelas lho bro)
Silakan.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 04:43:51 PM
Kok langsung loncat sudah menjadi Buddha sih bro? Yang saya tanyakan adalah seorang yang ingin mencapai pencerahan. (tentu saja ia belum jadi Buddha).
Baik, dia tidak memiliki nafsu namun masih butuh makan untuk menjaga tubuh jasmani. Namun yang saya tanyakan, bagaimana jika seseorang itu tidak memiliki makanan? Bukankah dalam kondisi itu ia menderita? Bisakah ia mencapai pencerahan dalam kondisi ini?
oh iya, sorry, salah tangkap. :)
pencerahan tidak dicapai pada saat menyiksa diri, tetapi setelah mengubah cara berlatih.
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 05:58:11 PM
Tetapi saya jadi mikirnya, "Orang yang baik (jasmani-rohani) namun hidupnya miskin (yang identik dengan menderita), susah juga ya masuk nirwana".
dari posting2 sebelumnya yang disoroti adalah orang miskin menderita g bisa mencapai nibbana.
bahkan orang yang kaya dan hidup senang pun belum tentu bisa.
nibbana dicapai bukan menggunakan harta maupun kesenangan duniawi.
Dan lagi, pencerahan itu bukan hal yang mudah, tidak hanya dengan percaya maka sendirinya akan tercerahkan, tapi harus berlatih sesuai dengan jalan yang telah ditunjukkan oleh ia yang telah merealisasi.
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 05:01:05 PM
Nah begini baru jelas. Thanks bro.
Jadi kesimpulannya: Sekalipun seseorang sudah berbuat kebaikan dan memiliki hati yang bersih, namun jika ia menderita kelaparan ekstrim, ia tidak akan mencapai pencerahan.
Apakah member lain setuju dengan hal ini?
kelaparan itu adalah penderitaan fisik, mka untuk menyembuhkannya juga dengan obat fisik.
sedangkan pencerahan itu menyangkut batin.
tapi jika seandainya penderitaan fisik itu (misal: kelaparan) menjadi penghalang bagi seseorang untuk mengembangkan batinnya, untuk menerima ajaran, maka sebaiknya ia mengatasi / menyembuhkan dulu penderitaan fisik itu baru kemudian mulai berlatih / mendengarkan ajaran.
namun menurutku, tidak selamanya penderitaan fisik itu menghalangi perkembangan batin, tergantung tiap individu.
sehingga saya kurang setuju dengan kesimpulan yang anda buat.
menurut saya, orang miskin yang kelaparan juga bisa tercerahkan, jika dia mengetahui ajaran yang benar untuk menjadi tercerahkan.
Adalah kondisi yang lebih buruk dari orang miskin dan ini bisa dipastikan tidak mungkin mencapai pencerahan walaupun perutnya selalu kenyang yaitu orang-orang yang berada diluar dari Ajaran (Dhamma), yang tidak menjalankan Jalan Mulia Berunsur 8.
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 03 October 2012, 07:00:44 PM
sebenarnya tidak susah untuk mengetahui kitab apa Majjhima Nikaya itu, semudah mengetikkan kata itu di google. tapi anda terlalu sibuk dengan pikiran bagaimana menjatuhkan Buddhisme sehingga anda tidak punya waktu untuk melakukan hal itu. anda tidak harus mengakuinya, tapi kami sudah terbiasa dengan kelompok anda. tapi para pendahulu anda masih jauh lebih baik dari anda, karena setidaknya mrk cukup berpengetahuan dalam hal Buddhisme. walupun toh akhirnya gagal juga.
Ya, saya akui memang pengetahuan saya masih sedikit tentang Buddhis (itulah sebabnya saya bertanya), dan mungkin yang terdahulu lebih baik pengetahuannya. Tidak masalah. Tetapi tetap saja, saya melihat jawaban-jawaban yang diberikan tidak memuaskan, malah menimbulkan pertanyaan baru.
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 03 October 2012, 05:50:15 PM
Jangan2 pencerahan dalam arti matek kesakitan  dalam posisi tergantung dengan tangan dan kaki dipaku.
=))
tapi bro saka, mohon hati2 ! liat teguran dibawah ini
Quote from: dhammadinna on 03 October 2012, 03:58:00 PM
1. Kalau ada yang bertanya, jawablah tanpa menghina agama lain maupun si penanya.
2. Jawablah pertanyaan yang dilontarkan, kalau kamu sendiri cukup yakin akan kebenarannya. Pertimbangkan dulu. Kalau km ragu, sebaiknya diam.
			 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:10:50 PM
Ya, saya akui memang pengetahuan saya masih sedikit tentang Buddhis (itulah sebabnya saya bertanya), dan mungkin yang terdahulu lebih baik pengetahuannya. Tidak masalah. Tetapi tetap saja, saya melihat jawaban-jawaban yang diberikan tidak memuaskan, malah menimbulkan pertanyaan baru.
spt yg sudah saya katakan kita semua di sini masih belajar (belum mengalaminya secara langsung)
namun kalaupun di sini ada yg sudah tercerahkan, anda pun belum tentu terpuaskan
nah, inilah menjadi kesulitan/penghambat bagi anda untuk tercerahkan
tapi pintu pencerahan selalu terbuka bagi siapa saja yg belum tercerahkan
selalu ada kesempatan mungkin di kehidupan2 berikutnya
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:59:06 PM
Ya, katakanlah orang dalam ilustrasi saya itu sudah menjalani beribu-ribu kehidupan. Nah, dalam kondisi terkini itu, apakah ia bisa mencapai pencerahan?
wa rasa dah jawab dan tidak perlu di jawab lagi
soal penderitaan faktor eksternal anda dapat membaca jataka atthakata tentang kelahiran masa lampau sang Buddha sebagai Bhodisatva
			
 
			
			
				Quote from: Kelana on 03 October 2012, 06:56:57 PM
Ilustrasi anda kontradiksi.
Saat anda mengatakan: " (sekalipun batinnya murni)*.... ini berarti ia sudah tercerahkan. lalu buat apa lagi mencapai pencerahan?
*dalam pengertian Buddhis.
Jadi maksud bro, sekalipun fisik seseorang menderita, namun jika batinnya murni (tidak ada marah, dendam, nafsu, dll, sesuai pengertian Buddhis), ia bisa tercerahkan? (Tetapi kok jadi beda dengan member yang lain?)
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:06:39 PM
Ya saya mengerti itu. Makanya tadi sempat bingung juga mau nulis bagaimana. Tetapi ya sudahlah, yang pasti apa yang saya sampaikan itu benar. Percaya atau tidak, terserah.
Itu sama saja seperti seorang non-K yang ingin bertanya tentang keyakinan K, disuruh baca satu kitab dulu.
tidak sama, karena saya tidak menyuruh anda membaca satu kitab Tipitaka, melainkan hanya 1 sutta di antara ribuan sutta dalam Tipitaka. anda tidak perlu minder kalau kitab anda setipis buku stensilan.
Quote
"Strategi kelahiran kembali gagal"? Lho, saya malah belum jelas konsep Buddhis tentang kelahiran kembali, karena ada yang memberi penjelasan berbeda, ada yang hanya sepotong-sepotong.
Tolong bro jelaskan dengan lengkap bagaimana penjelasan kelahiran kembali itu. Apanya yang "kembali"?
(Tentang pencerahan juga belum jelas lho bro)
Silakan.
Oh kalau masih belum jelas, silakan dilanjutkan. mengenai "kembali" itu sudah dibahas, anda harus lebih cerdas dalam berdiskusi di sini, karena kaum Buddhis identik (baca: umumnya) cerdas.
Tapi, setidaknya anda tidak membantah bahwa itu adalah strategi anda, bukan?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:19:32 PM
Jadi maksud bro, sekalipun fisik seseorang menderita, namun jika batinnya murni (tidak ada marah, dendam, nafsu, dll, sesuai pengertian Buddhis), ia bisa tercerahkan? (Tetapi kok jadi beda dengan member yang lain?)
untuk mencapai bathin murni perlu latihan melalui banyak kehidupan dan mampu membakar atau mengikis lobha, moha, dan dosa, setelah itu tergantung masaknya kamma hingga bisa mencapai pencerahan contoh ananda mencapai pencerahan setalah Buddha parinibbana.
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 06:37:25 PM
ia tidak lagi menderita karena bathin-nya(nama) telah tercerahkan/terbebaskan/sempurna, pencerahannya tidak jadi kurang/hilang, pencerahan diperoleh jika penyebab penderitaan telah dilenyapkan sampai ke akar-akarnya, apa akar-akarnya? lobha(keserakahan), dosa(kebencian), dan moha(kebodohan), di kesempatan lain lobha & dosa adalah tanha(keinginan/craving)
Jadi seorang yang batinnya murni (tidak ada keserakahan, marah, dendam, dll sesuai konsep Buddhis), meskipun fisiknya tersiksa/menderita, dapat tercerahkan?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:59:06 PM
Ya, katakanlah orang dalam ilustrasi saya itu sudah menjalani beribu-ribu kehidupan. Nah, dalam kondisi terkini itu, apakah ia bisa mencapai pencerahan?
bisa jika kondisi2nya terpenuhi, jika tidak/kurang maka akan tertunda/terhambat
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:24:32 PM
Jadi seorang yang batinnya murni (tidak ada keserakahan, marah, dendam, dll sesuai konsep Buddhis), meskipun fisiknya tersiksa/menderita, dapat tercerahkan?
dari awal sampai sekarang hanya 
pencerahan dan tercerahkan  
			 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:24:32 PM
Jadi seorang yang batinnya murni (tidak ada keserakahan, marah, dendam, dll sesuai konsep Buddhis), meskipun fisiknya tersiksa/menderita, dapat tercerahkan?
kalau kriterianya 'batin murni' maka ia 'sudah tercerakan', tidak perlu mencerahkan ulang
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:24:32 PM
Jadi seorang yang batinnya murni (tidak ada keserakahan, marah, dendam, dll sesuai konsep Buddhis), meskipun fisiknya tersiksa/menderita, dapat tercerahkan?
Sudah saya sampaikan, ilustrasi anda kontradiksi.
Kalau batinnya sudah murni (tidak ada keserakahan, marah, dendam, dll sesuai konsep Buddhis), berarti sudah tercerahkan, lalu buat apa lagi pencerahan lagi?
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 03 October 2012, 07:20:01 PM
Oh kalau masih belum jelas, silakan dilanjutkan. mengenai "kembali" itu sudah dibahas, anda harus lebih cerdas dalam berdiskusi di sini, karena kaum Buddhis identik (baca: umumnya) cerdas.
Tapi, setidaknya anda tidak membantah bahwa itu adalah strategi anda, bukan?
Strategi itu kan istilah bro. Perhatikan saya mengutip kata-kata bro. Jika saya melihat ada yang rancu dalam keyakinan Buddhis lalu saya bertanya, apakah itu strategi? Strategi itu kalau sudah diberitahu jawaban yang jelas dan lengkap, saya masih ngotot. Tetapi saya belum melihat hal itu.
Jujur saya ini tidak cerdas. Maka silakan bro menjelaskan bagaimana kelahiran kembali itu (jangan suruh saya lihat jawaban member lain, soalnya bisa beda-beda lho).
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:29:41 PM
Strategi itu kan istilah bro. Perhatikan saya mengutip kata-kata bro. Jika saya melihat ada yang rancu dalam keyakinan Buddhis lalu saya bertanya, apakah itu strategi? Strategi itu kalau sudah diberitahu jawaban yang jelas dan lengkap, saya masih ngotot. Tetapi saya belum melihat hal itu.
Jujur saya ini tidak cerdas. Maka silakan bro menjelaskan bagaimana kelahiran kembali itu (jangan suruh saya lihat jawaban member lain, soalnya bisa beda-beda lho).
'kelahiran kembali' cuma konsep bahasa (mungkin dari rebirth) bro
kalau di Indonesia biasanya memakai 'tumimbal lahir'
			
 
			
			
				Quote from: Kelana on 03 October 2012, 07:28:26 PM
Sudah saya sampaikan, ilustrasi anda kontradiksi.
Kalau batinnya sudah murni (tidak ada keserakahan, marah, dendam, dll sesuai konsep Buddhis), berarti sudah tercerahkan, lalu buat apa lagi pencerahan lagi?
Kok kontradiksi sih bro?
Baik, kita ilustrasikan kembali:
1. Ada seorang yang baik kelakuannya, namun hatinya terkadang masih kotor.
2. Ia ditangkap pemberontak dan dipenjara.
3. Di dalam penjara, ia hanya diberi sedikit makanan dan selalu disiksa.
4. Setahun di penjara, selain menderita fisik, ia juga dendam dengan pemberontak itu.
5. Setahun kemudian, sekalipun kelaparan dan tubuh sakit di siksa (menderita fisik), ia berusaha menyucikan batinnya (sesuai konsep buddhis), namun belum bisa.
6. Setahun berikutnya, sekalipun masih kelaparan dan tubuh sakit di siksa (menderita fisik), ia akhirnya bisa menyucikan batinnya (sesuai konsep Buddhis).
Nah, dalam kondisi ini, apakah ia bisa tercerahkan? Jika ya, pada tahap mana ia tercerahkan?
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 07:33:59 PM
'kelahiran kembali' cuma konsep bahasa (mungkin dari rebirth) bro
kalau di Indonesia biasanya memakai 'tumimbal lahir'
Ya apapun itu istilahnya, tolong jelaskan seperti apa itu.
Thanks.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:29:41 PM
Strategi itu kan istilah bro. Perhatikan saya mengutip kata-kata bro. Jika saya melihat ada yang rancu dalam keyakinan Buddhis lalu saya bertanya, apakah itu strategi? Strategi itu kalau sudah diberitahu jawaban yang jelas dan lengkap, saya masih ngotot. Tetapi saya belum melihat hal itu.
Jujur saya ini tidak cerdas. Maka silakan bro menjelaskan bagaimana kelahiran kembali itu (jangan suruh saya lihat jawaban member lain, soalnya bisa beda-beda lho).
saya tidak suka membahas apa yg sudah dibahas, jika anda tidak mau berusaha, maka anda tidak akan memperoleh apa pun di sini. Dan jika anda tidak cerdas sebaiknya anda meminta bantuan dari kelompok anda yg lebih cerdas.
Dan jika itu bukan strategi, maka anda tentu sudah membantahnya sejak awal, bukan tunggu ketika rencana anda terbongkar baru tergopoh2 menyelamatkan pantat anda. namun hal ini bisa dimaklumi karena anda tidak cerdas
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 03 October 2012, 07:41:58 PM
saya tidak suka membahas apa yg sudah dibahas, jika anda tidak mau berusaha, maka anda tidak akan memperoleh apa pun di sini. Dan jika anda tidak cerdas sebaiknya anda meminta bantuan dari kelompok anda yg lebih cerdas.
Bro, saat seseorang bertanya kepada Sidharta, apakah ia akan menjawab, "Saya tidak suka membahas apa yg sudah dibahas. Tanyakan kepada murid-murid yang lain". Saya kira tidak seperti itu.
Jika bro main ke FK, saya dengan senang hati menjelaskan kepada orang yang bertanya.
Jangan bertele-tele bro: Jelaskan saja mengenai kelahiran kembali (tentu saja, jika bro memang ingin membagikan kebenaran bro)
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 03 October 2012, 07:41:58 PM
Dan jika itu bukan strategi, maka anda tentu sudah membantahnya sejak awal, bukan tunggu ketika rencana anda terbongkar baru tergopoh2 menyelamatkan pantat anda. namun hal ini bisa dimaklumi karena anda tidak cerdas
Hehehe.
Saya memang membantah tentang kelahiran kembali yang menurut saya belum memuaskan. Namun karena perbincangan cendrung mengearah ke pencerahan, maka hal itu yang saya tanggapi.
Tetapi itu terserah bro, mau bilang saya pakai strategi, mau menyelamatkan p....t, biarlah batin kita yang tahu, bukan?
Dan saya memang tidak cerdas. Maka tolong beritahu saya. Jangan sampai dikatakan bro tidak bisa menjawab pertanyaan dari seorang yang tidak cerdas.
Silakan bro. (Langsung to the poin jawab pertanyaan saya ngapa bro? Hehehe)
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:38:10 PM
Kok kontradiksi sih bro?
Baik, kita ilustrasikan kembali:
1. Ada seorang yang baik kelakuannya, namun hatinya terkadang masih kotor.
2. Ia ditangkap pemberontak dan dipenjara.
3. Di dalam penjara, ia hanya diberi sedikit makanan dan selalu disiksa.
4. Setahun di penjara, selain menderita fisik, ia juga dendam dengan pemberontak itu.
5. Setahun kemudian, sekalipun kelaparan dan tubuh sakit di siksa (menderita fisik), ia berusaha menyucikan batinnya (sesuai konsep buddhis), namun belum bisa.
6. Setahun berikutnya, sekalipun masih kelaparan dan tubuh sakit di siksa (menderita fisik), ia akhirnya bisa menyucikan batinnya (sesuai konsep Buddhis).
Nah, dalam kondisi ini, apakah ia bisa tercerahkan? Jika ya, pada tahap mana ia tercerahkan?
ya ini kontradiksi karena bila bathin telah murni tidak mungkin dianggap pemberontak dan dipenjara ini artinya masih ada kamma buruk yang berbuah atau kamma penghalang hingga bathin nya tidak mungkin 100% bersih dari lobha, moha dan dosa.
biasa nya kamma buruk nya akan berbuah bila telah mencapai bathin yang murni dengan parinibanna atau berakhirnya masa kehidupan rupa.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:38:10 PM
Kok kontradiksi sih bro?
Baik, kita ilustrasikan kembali:
1. Ada seorang yang baik kelakuannya, namun hatinya terkadang masih kotor.
2. Ia ditangkap pemberontak dan dipenjara.
3. Di dalam penjara, ia hanya diberi sedikit makanan dan selalu disiksa.
4. Setahun di penjara, selain menderita fisik, ia juga dendam dengan pemberontak itu.
5. Setahun kemudian, sekalipun kelaparan dan tubuh sakit di siksa (menderita fisik), ia berusaha menyucikan batinnya (sesuai konsep buddhis), namun belum bisa.
6. Setahun berikutnya, sekalipun masih kelaparan dan tubuh sakit di siksa (menderita fisik), ia akhirnya bisa menyucikan batinnya (sesuai konsep Buddhis).
Nah, dalam kondisi ini, apakah ia bisa tercerahkan? Jika ya, pada tahap mana ia tercerahkan?
begini bro spt yg sudah saya katakan
jika kondisi2/sebab2 pencerahan dpt dipenuhinya maka ia bisa tercerahkan bahkan pd tahap sempurna (Arahat)
namun di sini kan jelas ada kondisi penderitaan fisik, maka perlu dikaji lagi apakah penderitaan fisiknya wajar (semua orang juga mengalaminya) atau luar biasa
jika luar biasa maka ini dapat menghambat berkembangnya kondisi2/sebab2 pencerahan
namun kalau kondisi penderitaan fisik itu dapat dihilangkan/diatasi maka hambatan tsb telah diminimalisir
biar gampangnya gini bro
menurut Buddhisme semua mahhluk termasuk hewan bisa mencapai pencerahan
namun kalau kini ia hewan, maka ia harus menunggu (tertunda) dahulu hingga ia dilahirkan minimal jadi manusia
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:51:18 PM
Bro, saat seseorang bertanya kepada Sidharta, apakah ia akan menjawab, "Saya tidak suka membahas apa yg sudah dibahas. Tanyakan kepada murid-murid yang lain". Saya kira tidak seperti itu.
silakan anda bertanya pada Sidharta.
Quote
Jika bro main ke FK, saya dengan senang hati menjelaskan kepada orang yang bertanya.
jadi saya harus meniru anda gitu? padahal anda tidak cerdas.
Quote
Jangan bertele-tele bro: Jelaskan saja mengenai kelahiran kembali (tentu saja, jika bro memang ingin membagikan kebenaran bro)
saya sudah memberikan link dan anda tidak mau membaca. jika anda sudah membaca dan masih belum paham, anda boleh bertanya lagi, dan mungkin saya akan memberikan link lain lagi agar anda bisa membaca lagi. banyak orang yg merasa terbantu dengan cara ini, saya tidak mengerti kenapa anda tidak... eittss keknya saya ngerti deh.
Ada perbedaan antara agama anda dengan Buddhist, kami tidak berkepentingan untuk membagikan kebenaran kepada orang lain (baca: merekrut), karena kami tidak diiming2i dengan janji surga jika berhasil merekrut orang. orang2 yg tertarik untuk mempelajari Buddhisme silakan datang dan belajar, dan kami akan terlibat dalam diskusi yg sehat dan menyenangkan. di forum ini saya tahu ada cukup banyak member yg beragama non-Buddhis namun mereka sungguh2 belajar, dan membaca jika diberikan rujukan.
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 03 October 2012, 07:58:38 PM
ya ini kontradiksi karena bila bathin telah murni tidak mungkin dianggap pemberontak dan dipenjara ini artinya masih ada kamma buruk yang berbuah atau kamma penghalang hingga bathin nya tidak mungkin 100% bersih dari lobha, moha dan dosa.
biasa nya kamma buruk nya akan berbuah bila telah mencapai bathin yang murni dengan parinibanna atau berakhirnya masa kehidupan rupa.
Waduh, coba perhatikan kembali ilustrasi itu bro. Dia kan ditangkap sewaktu batinnya masih kotor. Dan selama suatu waktu di penjara, batinnya juga masih kotor.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:41:04 PM
Ya apapun itu istilahnya, tolong jelaskan seperti apa itu.
seharusnya ini yg kita bahas, namun karena telah melenceng ke pencerahan, gimana kalau ini kita tunda dulu? atau pembahasan pencerahan kita sudahi/tunda?
			
 
			
			
				Quote from: Xan To on 03 October 2012, 12:23:09 AM
Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 10:50:40 PM
Thanks bro.
1. Mengenai "meditasi":
Dari mana bro tahu bahwa ketika seseorang bermeditasi, apa yang ia ingat adalah kehidupan masa lampaunya? Bisa saja kan ini seperti bermimpi? Sewaktu kita mimpi, kita merasa menjalani kehidupan yang nyata, Namun sebenarnya, kita tidak pernah menjalani kehidupan persis seperti dalam mimpi itu. Mungkinkah meditasi juga seperti ini?
Coba anda duduk meditasi, lalu coba anda ingat apa yang anda lakukan 2 jam yang lalu, lalu sekarang saya tanya sama anda darimana anda tahu bahwa itu adalah sesuatu yang anda jalani 2 jam yang lalu?
Pencerahan tidak ditentukan pada apakah dia sedang menderita atau tidak/kelaparan atau tidak....
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 07:59:35 PM
begini bro spt yg sudah saya katakan
jika kondisi2/sebab2 pencerahan dpt dipenuhinya maka ia bisa tercerahkan bahkan pd tahap sempurna (Arahat)
namun di sini kan jelas ada kondisi penderitaan fisik, maka perlu dikaji lagi apakah penderitaan fisiknya wajar (semua orang juga mengalaminya) atau luar biasa
jika luar biasa maka ini dapat menghambat berkembangnya kondisi2/sebab2 pencerahan
namun kalau kondisi penderitaan fisik itu dapat dihilangkan/diatasi maka hambatan tsb telah diminimalisir
biar gampangnya gini bro
menurut Buddhisme semua mahhluk termasuk hewan bisa mencapai pencerahan
namun kalau kini ia hewan, maka ia harus menunggu (tertunda) dahulu hingga ia dilahirkan minimal jadi manusia
Nah, jawaban seperti bro Siswahardy ini baru jelas. Jadi penderitaan fisik yang luar biasa bisa menghambat pencerahan. Thanks bro atas jawabannya. Kalau sudah jelas saya tidak akan bertanya lagi.
Baik, sekarang bagaimana jika kasusnya begini:
1. Ada seorang Arahat.
2. Di daerahnya terjadi pemberontakan oleh orang-orang yang tidak menganut ajaran Buddhis.
3. Ia di penjara.
4. Selama dipenjara, ia disiksa fisik secara luar biasa menyakitkan.
Pertanyaannya: Apakah Arahat ini merasakan kesakitan fisik? Jika ya, apakah ini akan mengurangi tingkat pencerahannya? (Sebab pencerahan dicapai hanya jika tidak ada penderitaan lagi, termasuk fisik)
Silakan bro.
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 03 October 2012, 08:02:14 PM
Ada perbedaan antara agama anda dengan Buddhist, kami tidak berkepentingan untuk membagikan kebenaran kepada orang lain (baca: merekrut), karena kami tidak diiming2i dengan janji surga jika berhasil merekrut orang. orang2 yg tertarik untuk mempelajari Buddhisme silakan datang dan belajar, dan kami akan terlibat dalam diskusi yg sehat dan menyenangkan. di forum ini saya tahu ada cukup banyak member yg beragama non-Buddhis namun mereka sungguh2 belajar, dan membaca jika diberikan rujukan.
Hehehe.
Bro yang cerdas, K tidak pernah mengajarkan "janji masuk jika berhasil merekrut orang".
Hehehe.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 08:20:21 PM
Hehehe.
Bro yang cerdas, K tidak pernah mengajarkan "janji masuk jika berhasil merekrut orang".
Hehehe.
apakah saya mengatakan demikian?
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 08:06:19 PM
seharusnya ini yg kita bahas, namun karena telah melenceng ke pencerahan, gimana kalau ini kita tunda dulu? atau pembahasan pencerahan kita sudahi/tunda?
Terserah bro mau membahas yang mana. Dan saya pastikan, jika saya mendapat jawaban yang jelas, saya akan berhenti bertanya.
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 03 October 2012, 08:21:35 PM
apakah saya mengatakan demikian?
Oh begitu. Berarti dalam hal ini kita sama dong.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 08:23:39 PM
Terserah bro mau membahas yang mana. Dan saya pastikan, jika saya mendapat jawaban yang jelas, saya akan berhenti bertanya.
sebenarnya bukan urusan kami apakah anda mau berhenti atau tidak mau berhenti, tapi kan juga tidak ada kewajiban di pihak kami untuk melayani anda, bukan?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 08:04:39 PM
Waduh, coba perhatikan kembali ilustrasi itu bro. Dia kan ditangkap sewaktu batinnya masih kotor. Dan selama suatu waktu di penjara, batinnya juga masih kotor.
jadi untuk memproses bathin nya menjadi murni perlu proses dan latihan dari kehidupan nya dari masa lampau tidak mungkin bisa mempunyai bathin yang murni tapi kamma penghalang nya sedang berbuah, kecuali dia mempunyai abhinya yang mampu menghancurkan kamma buruk ( sayang nya kemampuan semacam ini hanya ada pada seorang sang SammasamBuddha).
contoh nyata riwayat Angulimala, pada awalnya dia bukan lah penjahat, tetapi karena demi memenuhi permintaan guru nya yang meminta kalung jari segar sebanyak 100 untai.
ada contoh jelas serombongan anggota sangha terkurung selama beberapa hari di sebuah gua ini adalah kamma buruk mereka berbuah mereka mencapi kesucian setelah keluar atau bebas dari kamma buruk dan mendengar sabda sang Buddha baru bisa mencapai kesucian jadi tidak sedang dalam proses kamma buruk berbuah.
ada cerita tentang seorang algojo yang mendengar dhammadesana dari salah satu murid utama karena kamma buruk nya dia tidak dapat tenang dan memahami dhammadesana tersebut hingga sang murid utama bertanya dan di jawab hingga mampu memberi ketenangan setelah mencapai kesucian ketika menghantar sang murid utama keluar langsung parinibana di tabrak kerbau.
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 03 October 2012, 08:21:35 PM
apakah saya mengatakan demikian?
saya keberatan di bilang sama, karena anda ....
			
 
			
			
				sudah di-reply 180x, boleh tau kesimpulan sementara-nya ?
			
			
			
				Quote from: Mas Tidar on 03 October 2012, 08:28:33 PM
sudah di-reply 180x, boleh tau kesimpulan sementara-nya ?
Mengenai pencerahan, kesimpulan (apakah dapat dikatakan sementara?) yang saya dapat: Penderitaan fisik yang luar biasa dapat menghambat seseorang mencapai pencerahan (sekalipun batinnya sudah murni).
Mengenai kelahiran kembali, sejauh ini belum ada.
			
 
			
			
				Sy dikacangin sama si Isac
			
			
			
				I told you  ::)
			
			
			
				QuoteSy dikacangin sama si Isac
Quote from: Xan To on 03 October 2012, 08:08:42 PM
Pencerahan tidak ditentukan pada apakah dia sedang menderita atau tidak/kelaparan atau tidak....
Maafkan saya bro, bukan maksud seperti itu.
Hmm... mengenai hal ini, saya di beritahu salah satu member bahwa penderitaan fisik berpengaruh.
Quote from: Xan To on 03 October 2012, 08:08:42 PM
Coba anda duduk meditasi, lalu coba anda ingat apa yang anda lakukan 2 jam yang lalu, lalu sekarang saya tanya sama anda darimana anda tahu bahwa itu adalah sesuatu yang anda jalani 2 jam yang lalu?
Dari mana saya tahu? Karena ada ingatan, ingatan tentang situasi persis seperti yang saya jalani 2 jam yang lalu.
			
 
			
			
				oouww ...
Quote from: Mas Tidar on 03 October 2012, 08:28:33 PM
sudah di-reply 180x, boleh tau kesimpulan sementara-nya ?
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 08:36:31 PM
Mengenai pencerahan, kesimpulan (apakah dapat dikatakan sementara?) yang saya dapat: Penderitaan fisik yang luar biasa dapat menghambat seseorang mencapai pencerahan (sekalipun batinnya sudah murni) => perlu baca RAPB (http://dhammacitta.org/perpustakaan/riwayat-agung-para-buddha/).
Mengenai kelahiran kembali, sejauh ini belum ada.
			
				1. seseorang akan berubah baik / buruk krn perbuatan dia sendiri
meskipun dia tau dia jahat bisa saja dia tidak mau berubah menjadi baik sedangkan nasehat2 untk menjadi baik sudah dia dapat dari teman / orang tua 
jadi jika bro tanya seseaorang kok tidak bisa berubah menjadi baik itu tergantung pribadi masing2. saya rasa pertanyaan ini tidak ada hubungan dgn kelahiran kembali.
2. jika si a mati dan lahir menjadi b secara fisik mmg tidak sama, dan di buddhist tidak dikatakan bahwa kelahiran kembali adalah 100persen sama, misalnya elvis presley sudah mati, gak mungkin kan tiba2 lahir elvis baru yg 100 persen sama. :) mungkin saja dia lahir menjadi justin beiber sekarang
hehehe.
jadi dalam konsep buddhist tidak pernah mengatakan kelahiran kembali itu 100 persen sama,
saya rasa bro sudah mendapat jawaban yg tepat kan ?
Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 09:24:25 PM
Hai semua rekan-rekan Buddhis. Saya member baru di sini. Kesempatan ini, saya ingin menanyakan sesuatu tentang ajaran Buddhis sehubungan dengan kelahiran kembali.
1. Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah menjadi baik, jika ia tidak tahu kesalahan apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya?
2. Jika si A mati dan ia dilahirkan kembali menjadi si B, sedangkan si B tidak punya kenangan tentang si A, maka dapatkah dikatakan si B = si A? Bukankah ini berarti si B adalah orang yang sama sekali lain?
Mohon ditanggapi. Thanks.
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 08:36:31 PM
Mengenai pencerahan, kesimpulan (apakah dapat dikatakan sementara?) yang saya dapat: Penderitaan fisik yang luar biasa dapat menghambat seseorang mencapai pencerahan (sekalipun batinnya sudah murni).
yg di-bold mohon dicatat/diingat
yg tercerahkan (Arahat) berarti batinnya telah tercerahkan/terbebaskan/sempurna/murni
yg belum tercerahkan berati batinnya belum tercerahkan/terbebaskan/sempurna/murni
kalau batin sudah murni berarti sudah tercerahkan otomatis tidak perlu mencapai pencerahan kembali
harusnya kesimpulan anda:
Penderitaan fisik yang luar biasa dapat menghambat seseorang mencapai pencerahan (karena batinnya belum murni).paham bro
			
 
			
			
				Quote from: downjav on 03 October 2012, 09:03:06 PM
1. seseorang akan berubah baik / buruk krn perbuatan dia sendiri
meskipun dia tau dia jahat bisa saja dia tidak mau berubah menjadi baik sedangkan nasehat2 untk menjadi baik sudah dia dapat dari teman / orang tua 
jadi jika bro tanya seseaorang kok tidak bisa berubah menjadi baik itu tergantung pribadi masing2. saya rasa pertanyaan ini tidak ada hubungan dgn kelahiran kembali.
2. jika si a mati dan lahir menjadi b secara fisik mmg tidak sama, dan di buddhist tidak dikatakan bahwa kelahiran kembali adalah 100persen sama, misalnya elvis presley sudah mati, gak mungkin kan tiba2 lahir elvis baru yg 100 persen sama. :) mungkin saja dia lahir menjadi justin beiber sekarang
hehehe.
jadi dalam konsep buddhist tidak pernah mengatakan kelahiran kembali itu 100 persen sama,
saya rasa bro sudah mendapat jawaban yg tepat kan ?
Berarti pertanyaan saya itu cocoknya untuk yang percaya reinkarnasi kali ya?
Baik, lupakan pertanyaan saya itu. Mari kita bahas kelahiran kembali.
Bro mengatakan "tidak 100 persen sama". Jadi apa-nya dari -- misal -- Elvis Presley yang 'pindah' (apapun istilahnya menurut konsep Buddhis) ke Justin Beiber?
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 09:06:41 PM
harusnya kesimpulan anda:
Penderitaan fisik yang luar biasa dapat menghambat seseorang mencapai pencerahan (karena batinnya belum murni).
salut untuk bro siswahardy
sudah sabar menjelaskan "hati yg murni"
untuk yang kesekian kalinya (errr...i lost count)
Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 09:06:41 PM
paham bro
moga2 saudara isaacus juga paham. amin.
atau kalau belum paham, tetap sabar sampai paham
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:38:10 PM
Kok kontradiksi sih bro?
Baik, kita ilustrasikan kembali:
1. Ada seorang yang baik kelakuannya, namun hatinya terkadang masih kotor.
2. Ia ditangkap pemberontak dan dipenjara.
3. Di dalam penjara, ia hanya diberi sedikit makanan dan selalu disiksa.
4. Setahun di penjara, selain menderita fisik, ia juga dendam dengan pemberontak itu.
5. Setahun kemudian, sekalipun kelaparan dan tubuh sakit di siksa (menderita fisik), ia berusaha menyucikan batinnya (sesuai konsep buddhis), namun belum bisa.
6. Setahun berikutnya, sekalipun masih kelaparan dan tubuh sakit di siksa (menderita fisik), ia akhirnya bisa menyucikan batinnya (sesuai konsep Buddhis).
Nah, dalam kondisi ini, apakah ia bisa tercerahkan? Jika ya, pada tahap mana ia tercerahkan?
Ilsutrasi anda kontradiksi seperti yang sebelumnya saya sampaikan. Nanti saya sampaikan mengapa dan apa penyebabnya. Mari kita lihat ke ilustrasi.
Karena ilustrasinya ada perubahan, saya akan bertanya kembali. Bagaimana anda bisa langsung memastikan, menyimpulkan orang yang masih kelaparan dan tubuh sakit di siksa (menderita fisik) tersebut dikatakan 
akhirnya bisa  menyucikan batinnya (sesuai konsep Buddhis)? Faktor, penyebab apa yang ada sehingga ia bisa menyucikan batinnya (sesuai konsep Buddhis) saat itu?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:32:05 PM
Thanks bro.
Saya kira ini tidak rumit. Tolong jawab pertanyaan saya: Apakah "ketiadaan makanan" bisa membuat seseorang menderita?
Bayangkan ini: Ada seorang pengikut ajaran Buddhis yang selalu melakukan kebajikan dan hatinya murni. Namun orang ini tidak memiliki makanan dan kelaparan (yang berarti mendatangkan penderitaan kepadanya). Dalam kondisi ini, bisakah ia mencapai pencerahan? Sedangkan pencerahan diperoleh jika tidak ada lagi penderitaan?
Mungkin yang bro maksudkan Yesus? Sewaktu di bumi, Yesus memang makan. Tetapi Yesus tidak mengajarkan bahwa untuk mendapat keselamatan harus menghilangkan penderitaan. Ingat bro, poin penekanan saya pada "mencapai pencerahan dengan menghilangkan penderitaan".
Penderitaan itu adanya hanya dipikiran. Yang menentukan sesuatu itu menyenangkan atau tidak menyenangkan=menderita, hanya pikiran.
Contoh sederhana hujan. Jika hujan turun pada weekdays, yg menyebabkan jalanan macet, anda telat masuk kantor, anda mungkin membenci hujan.
Jika pada hari minggu, hujan turun, anda jadi bisa tidur lebih nyenyak, ataupun anda jadi bisa mengalami peristiwa romantis dengan pacar,
anda mungkin sangat menyukai hujan.
Jadi apakah yg menyebabkan diwaktu tertentu anda bisa membenci hujan, tapi dilain waktu malah menyukai hujan?
That's your mind playing tricks with you :)
Yah belajar dulu sono dasar-dasar agama buddha, baru pertanyaan anda menjadi lebih bermutu :)
Analogi saya yang lain, jika anda tidak mengerti kali bagi kurang tambah, kemudian anda mencoba membahas aljabar dengan dasar ilmu biologi, apa yang terjadi??
Hahaha.. sekali lagi, belajar dulu dasar2nya, jangan mau instant
			
 
			
			
				penderitaan fisik? tuduhan pemberontak.adalah sebuah kamma buruk  pertama; sedang di siksa (penyiksaan nya masih sedang berlangsung) oleh orang lain adalah kamma buruk kedua, dengan ada nya dua buah kamma buruk yang sedang berbuah dan berlangsung mungkin kah sebuah kondisi bathin murni dapat di capai bila dia tidak mempunyai kamma yang cukup untuk mengatasi hal hal tersebut.
bukan penderitaan fisik hebat tetapi ada nya kamma kamma penghalang yang sedang berbuah.
sungguh mengesalkan kata kata wa seperti di putar balikan
			
			
			
				Quote from: daimond on 03 October 2012, 09:12:49 PM
penderitaan fisik? tuduhan pemberontak.adalah sebuah kamma buruk  pertama sedang kena siksa oleh orang lain adalah kamma buruk kedua, dengan ada nya dua buah kamma buruk yang sedang berbuah dan berlangsung mungkin kah sebuah kondisi bathin murni dapat di capai bila dia tidak mempunyai kamma yang cukup untuk mengatasi hal tersebut.
bukan penderitaan fisik hebat tetapi ada nya kamma penghalang yang sedang berbuah.
Siapa yang bilang orang itu pemberontak? (Aduh, coba baca lagi bro).
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 08:50:02 PM
Maafkan saya bro, bukan maksud seperti itu.
Hmm... mengenai hal ini, saya di beritahu salah satu member bahwa penderitaan fisik berpengaruh.
Dari mana saya tahu? Karena ada ingatan, ingatan tentang situasi persis seperti yang saya jalani 2 jam yang lalu.
Bunuh diri, dibunuh, kecelakaan, penyakit, usia tua itu semua hanyalah cara untuk mati. Yang menyebabkan Seseorang tidak bisa tercerahkan itu adalah karena kurang matangnya faktor yang menentukan Pencerahan. Contoh nyata, member2 yang ada disini, apakah sudah tercerahkan? Jika belum, lalu mengapa belum tercerahkan padahal tidak mengalamin penderitaan fisik kan?
Pertanyaan saya kepada anda adalah, dari mana anda bisa tahu bahwa yang anda ingat itu bukan ilusi?
			
 
			
			
				Sampai sekarang si isaac belum membaca link yg diberikan indra
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 10:50:40 PM
Thanks bro.
1. Mengenai "meditasi":
Dari mana bro tahu bahwa ketika seseorang bermeditasi, apa yang ia ingat adalah kehidupan masa lampaunya? Bisa saja kan ini seperti bermimpi? Sewaktu kita mimpi, kita merasa menjalani kehidupan yang nyata, Namun sebenarnya, kita tidak pernah menjalani kehidupan persis seperti dalam mimpi itu. Mungkinkah meditasi juga seperti ini?
2. Mengenai "hipnotis":
Saya pernah baca argumentasi seperti ini:
"Apakah mengingat kembali suatu kehidupan di masa dan tempat yang berbeda di bawah pengaruh hipnotis membuktikan kebenaran reinkarnasi?
Di bawah pengaruh hipnotis, banyak keterangan yang tersimpan dalam otak dapat dikeluarkan. Ahli-ahli hipnotis dapat menyadap ingatan di bawah sadar. Namun, bagaimana keterangan-keterangan tersebut sampai ke sana? Mungkin Anda membaca buku, menonton film, atau mengamati orang-orang tertentu di televisi. Jika Anda menempatkan diri pada kedudukan orang yang sedang diamati, kesan yang didapat akan jelas sekali, seolah-olah Anda mengalaminya sendiri. Mungkin apa yang Anda lakukan sudah begitu lama sehingga Anda sudah lupa, tetapi di bawah pengaruh hipnotis, hal itu dibangkitkan kembali, seolah-olah Anda mengingat suatu "kehidupan yang lain". Namun, kalau ini benar, bukankah setiap orang mempunyai kenangan seperti ini? Tetapi tidak demikian. Perlu diperhatikan bahwa makin banyak pengadilan tertinggi di negara-negara bagian di Amerika Serikat menolak kesaksian hasil pengaruh hipnotis. Pada tahun 1980, Mahkamah Agung Minnesota menyatakan bahwa "kesaksian dari ahli yang terpandai menunjukkan bahwa tidak seorang ahli pun dapat menentukan apakah ingatan, atau sebagian dari ingatan, yang didapat melalui hipnotisme merupakan kebenaran, dusta, atau omong kosong belaka—pengisi kekosongan dengan khayalan. Secara ilmiah kesaksamaannya tidak dapat diandalkan". (State v. Mack, 292 N.W.2d 764) Pengaruh saran ahli-ahli hipnotis atas orang yang dihipnotis merupakan suatu faktor mengapa kebenaran hipnotis tidak dapat diandalkan."
Jadi, meditasi dan hipnotis bukan bukti mutlak akan adanya kehidupan sebelumnya.
Silakan ditanggapi bro.
Sy sudah menduga, memang bahasan tentang tumimbal lahir, klo memang ngotot minta bukti akan sulit dicari buktinya. Tapi tidak bisa dibuktikan bukan berarti tidak ada.. 
Apalagi jika memang tujuan pertanyaan adalah untuk mencari2 kelemahan dalam Buddhism.. Bahkan dalam agama lain pun tidak semua hal bisa dibuktikan secara explisit, sejelas2nya..
Sekarang anda minta bukti tentang meditasi, apakah anda sendiri sudah meditasi ?
Anda minta bukti tentang past life regression, anda sendiri sudah menjalaninya ?
Banyak kasus yang sy dengar dari saudara sendiri maupun sy sendiri tentang past life, tapi pada akhirnya itu adalah pengalaman kami, kalau anda masih pula ngotot minta bukti sejelas2nya, ya sulit juga, namany juga bukan anda yang ngalamin.
oh ya, satu lagi di luar meditasi dan hypnosis adalah ingatan spontan, tapi lagi2 ini pun akan terbentur pada pembuktian dan seringkali meski sudah dibuktikan pun, bagi orang yang memang MEMILIH UNTUK TIDAK PERCAYA, tetap saja pembuktian itu akan berusaha dia mentahkan lagi.
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 09:06:41 PM
yg di-bold mohon dicatat/diingat
yg tercerahkan (Arahat) berarti batinnya telah tercerahkan/terbebaskan/sempurna/murni
yg belum tercerahkan berati batinnya belum tercerahkan/terbebaskan/sempurna/murni
kalau batin sudah murni berarti sudah tercerahkan otomatis tidak perlu mencapai pencerahan kembali
harusnya kesimpulan anda:
Penderitaan fisik yang luar biasa dapat menghambat seseorang mencapai pencerahan (karena batinnya belum murni).
paham bro
Oh, ternyata begitu maksudnya. Jadi jika seorang masih mengalami penderitaan fisik, itu berarti batinnya belum murni. Jika batin seseorang sudah murni, maka ia tidak akan menderita fisik lagi, sekalipun di siksa.
Begitu bro?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:04:06 PM
Bro, yang kita bahas tentu saja penderitaan yang di sadari.
Maksud saya begini: Ada seorang yang baik (jasmani-rohani), namun ia dipenjara oleh pemberontak. Di penjara, ia selalu disiksa (tentu saja, ia menderita), namun begitu, ia tidak marah/dendam. Apakah dalam kondisi ini ia bisa mencapai pencerahan?
(Ini yang saya maksud dengan penderitaan karena 'faktor luar')
ilustrasi ceritanya berubah rubah wa jyga ada salah baca.
			
 
			
			
				Isaacus Newtonus: 
- kalau mau minum susu, apa harus pelihara sapi ?
QuoteIsaacus Newtonus: gw laper nih, nih gw kasi uang buat beli lauk & nasi, cepetan yah (member DC)
member DC: udah dibeli'in nih nasi & lauk-nya
Isaacus Newtonus: Lu makan lah, ntar gw kan bisa kenyang
member DC: ... ?!?!?!?
Quote from: sl99 on 03 October 2012, 09:28:52 PM
Sampai sekarang si isaac belum membaca link yg diberikan indra
			
				Quote from: Kelana on 03 October 2012, 09:11:50 PM
Ilsutrasi anda kontradiksi seperti yang sebelumnya saya sampaikan. Nanti saya sampaikan mengapa dan apa penyebabnya. Mari kita lihat ke ilustrasi.
Karena ilustrasinya ada perubahan, saya akan bertanya kembali. Bagaimana anda bisa langsung memastikan, menyimpulkan orang yang masih kelaparan dan tubuh sakit di siksa (menderita fisik) tersebut dikatakan akhirnya bisa  menyucikan batinnya (sesuai konsep Buddhis)? Faktor, penyebab apa yang ada sehingga ia bisa menyucikan batinnya (sesuai konsep Buddhis) saat itu?
Tentu saja dengan bermeditasi.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 08:14:23 PM
Nah, jawaban seperti bro Siswahardy ini baru jelas. Jadi penderitaan fisik yang luar biasa bisa menghambat pencerahan. Thanks bro atas jawabannya. Kalau sudah jelas saya tidak akan bertanya lagi.
Baik, sekarang bagaimana jika kasusnya begini:
1. Ada seorang Arahat.
2. Di daerahnya terjadi pemberontakan oleh orang-orang yang tidak menganut ajaran Buddhis.
3. Ia di penjara.
4. Selama dipenjara, ia disiksa fisik secara luar biasa menyakitkan.
Pertanyaannya: Apakah Arahat ini merasakan kesakitan fisik? Jika ya, apakah ini akan mengurangi tingkat pencerahannya? (Sebab pencerahan dicapai hanya jika tidak ada penderitaan lagi, termasuk fisik)
Silakan bro.
yg merah, siapa bilang begitu? coba baca lagi postingan saya sebelumnya
yg benar: pencerahan dicapai bila 
penyebab penderitaan tidak ada lagi
pengertiannya:
orang yg tercerahkan telah melenyapkan sebab2 karma baru yg dpt mengakibatkan penderitaan dan tumimbal lahir (berakibat derita: lahir, sakit, tua & mati)
namun sebab2 karma lampau (terhitung mundur dari detik terakhir sebelum mencapai pencerahan) tetap dapat berakibat/berbuah (contoh: penyiksaan fisik) selama ia belum parinibbana (wafat & tidak bertumimbal-lahir lagi)
nah, untuk kasus yg anda berikan kan jelas kalau di situ ada 'penyiksaan fisik'
buat kita sbg orang awam melihat ia mengalami 'penderitaan fisik'
tapi apakah bathinnya menderita akibat penyiksaan itu?
kita lihat dulu apakah dia teriak2/meringis2/menagis? seharusnya itu tidak terjadi
kalau anda bilang terjadi, maka pastinya dia bukan Arahat
			
 
			
			
				Saya bertahun2 membaca, mendengar, bertanya, mengenai ajaran buddha.
Dasarnya saja sudah sangat sulit untuk memahaminya, butuh membaca, mengulang, kemudian pelan2 mengerti seiring pengalaman hidup.
Nah si isaac ini kagak tau apa-apa langsung mau membahas tentang nibbana?? ckckckckck
Belum bisa jalan udah mau latihan karate dia.... ckckckckck
baca dulu nih bro
http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/empat-kesunyataan-mulia/#more-7305
Itu baru dasar ya, setelah itu selesai, silahkan dibahas disini, setelah itu masih banyak yg bisa saya cekokin untuk jadi bahan bacaaan anda yang berikutnya
			
			
			
				Jadi jika seorang masih mengalami penderitaan fisik (Mr. J)
itu berarti batinnya belum murni (ya)
Jika batin seseorang sudah murni, maka ia tidak akan menderita fisik lagi, sekalipun di siksa. (≠ Mr. J)
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 09:31:35 PM
Oh, ternyata begitu maksudnya. Jadi jika seorang masih mengalami penderitaan fisik, itu berarti batinnya belum murni. Jika batin seseorang sudah murni, maka ia tidak akan menderita fisik lagi, sekalipun di siksa.
Begitu bro?
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 09:31:35 PM
Oh, ternyata begitu maksudnya. Jadi jika seorang masih mengalami penderitaan fisik, itu berarti batinnya belum murni. Jika batin seseorang sudah murni, maka ia tidak akan menderita fisik lagi, sekalipun di siksa.
Begitu bro?
di putar putar lagi, bila sudah mampu melihat penderitaan dengan ketenangan hingga tidak lagi dirasakan rasa sakit dari penderitaan hanya sadar sakit secara rupa tersebut maka kondisi bathin nya mendekati kemurnian; 
tapi apa bila dia masih merasakan sakit dari derita tersebut namanya masih manusia biasa.
			
 
			
			
				Quote from: Mas Tidar on 03 October 2012, 09:36:56 PM
Jadi jika seorang masih mengalami penderitaan fisik (Mr. J)
itu berarti batinnya belum murni (ya)
Jika batin seseorang sudah murni, maka ia tidak akan menderita fisik lagi, sekalipun di siksa. (≠ Mr. J)
Kok "≠ Mr. J" bro? Kan masih di kehidupan yang sama?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 08:36:31 PM
Mengenai pencerahan, kesimpulan (apakah dapat dikatakan sementara?) yang saya dapat: Penderitaan fisik yang luar biasa dapat menghambat seseorang mencapai pencerahan (sekalipun batinnya sudah murni).
Mengenai kelahiran kembali, sejauh ini belum ada.
batinnya sudah murni ya sudah mencapai pencerahan, mau bilang berapa kali?
			
 
			
			
				sudah ditanyakan dihalaman awal, tapi di-skip: http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23057.0/message,413721.html
jadi-nya yah sperti ini...
Quote from: Wolvie on 03 October 2012, 09:30:14 PM
Sy sudah menduga, memang bahasan tentang tumimbal lahir, klo memang ngotot minta bukti akan sulit dicari buktinya. Tapi tidak bisa dibuktikan bukan berarti tidak ada.. 
Apalagi jika memang tujuan pertanyaan adalah untuk mencari2 kelemahan dalam Buddhism.. Bahkan dalam agama lain pun tidak semua hal bisa dibuktikan secara explisit, sejelas2nya..
Sekarang anda minta bukti tentang meditasi, apakah anda sendiri sudah meditasi ?
Anda minta bukti tentang past life regression, anda sendiri sudah menjalaninya ?
Banyak kasus yang sy dengar dari saudara sendiri maupun sy sendiri tentang past life, tapi pada akhirnya itu adalah pengalaman kami, kalau anda masih pula ngotot minta bukti sejelas2nya, ya sulit juga, namany juga bukan anda yang ngalamin.
oh ya, satu lagi di luar meditasi dan hypnosis adalah ingatan spontan, tapi lagi2 ini pun akan terbentur pada pembuktian dan seringkali meski sudah dibuktikan pun, bagi orang yang memang MEMILIH UNTUK TIDAK PERCAYA, tetap saja pembuktian itu akan berusaha dia mentahkan lagi.
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 09:42:06 PM
Kok "≠ Mr. J" bro? Kan masih di kehidupan yang sama?
ah belang nya; wakaka
			
 
			
			
				mene ge tehe, lu kan udah tau jawaban-nya masi tanya lagi ...
malu bertanya, sesat dijalan
kebanyakan tanya, ketahuan kapasitas otaknya (isitilah Sang Batara)
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 09:42:06 PM
Kok "≠ Mr. J" bro? Kan masih di kehidupan yang sama?
			
				ngomong2 soal miskin yang menderita....saat siddharta meninggalkan kehidupan istana dan menjadi pertapa "miskin" (boleh dibilang sangat miskin karena hanya mempunyai mangkok dan jubahnya yang melekat), beliau dapat mencapai penderahan(kebuddhaan).."namun".......untuk mendapatkan hasil pencerahan tersebut beliau harus mengumpulkan parami (buah kebaikan) dari kehidupan berkalpa2 (bermilyar kehidupan yang lampau)
trus bagaimana agar kita/orang yang miskin mendapat pencerahan???
mulailah mengumpulkan parami (buah kebaikan) pada kehidupan saat ini??baik itu saat kondisi miskin...cacat...kaya...lemah...sakit...
bagaimana cara kita mengumpulkan parami2 tersebut???
silahkan masbro baca tentang "4 KM"
atau ada sesepuh yang mau menerangkan lebih rinci silahkan...
yang saya tangkap dari pertanyaan masbro adalah "apakah kita dapat mendapatkan pencerahan pada kehidupan saat ini juga??" mungkin karena konsepnya masih terbawa manusia dilahirkan 1x..
silahkan dikoreksi...
			
			
			
				Nyimak aja, gan, baru 2 hari threadnya udah 14 hal... 
			
			
			
				Quote from: ariyakumara on 03 October 2012, 09:50:38 PM
Nyimak aja, gan, baru 2 hari threadnya udah 2 hal... 
2? kok di sini udah 14 hal?
			
 
			
			
				Quote from: Wolvie on 03 October 2012, 09:30:14 PM
Sy sudah menduga, memang bahasan tentang tumimbal lahir, klo memang ngotot minta bukti akan sulit dicari buktinya. Tapi tidak bisa dibuktikan bukan berarti tidak ada.. 
Apalagi jika memang tujuan pertanyaan adalah untuk mencari2 kelemahan dalam Buddhism.. Bahkan dalam agama lain pun tidak semua hal bisa dibuktikan secara explisit, sejelas2nya..
Sekarang anda minta bukti tentang meditasi, apakah anda sendiri sudah meditasi ?
Anda minta bukti tentang past life regression, anda sendiri sudah menjalaninya ?
Banyak kasus yang sy dengar dari saudara sendiri maupun sy sendiri tentang past life, tapi pada akhirnya itu adalah pengalaman kami, kalau anda masih pula ngotot minta bukti sejelas2nya, ya sulit juga, namany juga bukan anda yang ngalamin.
oh ya, satu lagi di luar meditasi dan hypnosis adalah ingatan spontan, tapi lagi2 ini pun akan terbentur pada pembuktian dan seringkali meski sudah dibuktikan pun, bagi orang yang memang MEMILIH UNTUK TIDAK PERCAYA, tetap saja pembuktian itu akan berusaha dia mentahkan lagi.
Baik, kita bahas kelahiran kembali.
Bagaimana meditasi bisa membuat kita mengingat kehidupan sebelumnya, jika dalam keyakinan Buddhis, ingatan itu sendiri terurai, dan "aku" di kehidupan sekarang bukanlah "aku" di kehidupan sebelumnya?
			
 
			
			
				menurut pandangan kami, diskusi topik ini dikarenakan ada iri hati sang gembala dari domba yang sadar bahwa sebenarnya sang domba adalah manusia.
jadi sekarang sang gembala mau cari justifikasi bahwa si domba yang telah sadar tetap lah domba.
o.. oh, kamu ketahuan   =))
			
			
			
				tä temenin, mau kacang "garuda"/ "2 kelinci", kwaci "Tjap Gajah" ato roti "merk" perjanjian ?
sekalian minum anggur nggak?
Quote from: ariyakumara on 03 October 2012, 09:50:38 PM
Nyimak aja, gan, baru 2 hari threadnya udah 2 hal...
			 
			
			
				sudah jelas memang ada membawa misi dateng kesini.
			
			
			
				Quote from: bangun _pw on 03 October 2012, 09:48:40 PM
yang saya tangkap dari pertanyaan masbro adalah "apakah kita dapat mendapatkan pencerahan pada kehidupan saat ini juga??" mungkin karena konsepnya masih terbawa manusia dilahirkan 1x..
silahkan dikoreksi...
Nah itu dia. Tetapi dari mana bro tahu bahwa saat ini saya baru menjalani kehidupan 1x? Bisa saja kan -- menurut keyakinan Buddhis -- saya ternyata sudah menjalani kehidupan ribuan kali?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 09:52:49 PM
Baik, kita bahas kelahiran kembali.
Bagaimana meditasi bisa membuat kita mengingat kehidupan sebelumnya, jika dalam keyakinan Buddhis, ingatan itu sendiri terurai, dan "aku" di kehidupan sekarang bukanlah "aku" di kehidupan sebelumnya?
ga ada kewajiban dari diri sy untuk menjelaskan, jawab dulu tuh pertanyaan sy:
anda sudah meditasi?
anda sudah jalani past regression?
sy belum pernah baca dalam keyakinan Buddhist, ingatan terurai, darimana anda baca itu?
			
 
			
			
				Quote from: Mas Tidar on 03 October 2012, 09:53:23 PM
menurut pandangan kami, diskusi topik ini dikarenakan ada iri hati sang gembala dari domba yang sadar bahwa sebenarnya sang domba adalah manusia.
jadi sekarang sang gembala mau cari justifikasi bahwa si domba yang telah sadar tetap lah domba.
o.. oh, kamu ketahuan   =))
Hehehe.
Hati-hati bro, jangan jadi 'peramal', jangan-jangan dengan berprasangka buruk (dengan mengatakan "iri hati") bro ternyata sudah melakukan kejahatan. Ntar susah mencapai pencerahan.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 09:34:50 PM
Tentu saja dengan bermeditasi.
Apa yang ia lakukan dalam meditasinya? Tentu saja saya bertanya mengenai pikirannya bukan fisiknya
Saya akan membaca jawaban anda besok, karena sudah malam.
Good Night Sdr. Isaacus
			
 
			
			
				Quote from: ariyakumara on 03 October 2012, 09:50:38 PM
Nyimak aja, gan, baru 2 hari threadnya udah 14 hal...
iya, capek baca... ;D
			
 
			
			
				Bakal masuk record guiness nih thread ini.
Kayaknya gw harus koprol sambil bilang "Wow!"  ^-^
BTW, I told you  :whistle:  (dutiyampi)
			
			
			
				Quote from: bluppy on 03 October 2012, 09:11:26 PM
salut untuk bro siswahardy
sudah sabar menjelaskan "hati yg murni"
untuk yang kesekian kalinya (errr...i lost count)
iya sis, lagi nostagia masa kecil nih, main komedi puter ;D
			
 
			
			
				Quote from: Wolvie on 03 October 2012, 10:01:19 PM
ga ada kewajiban dari diri sy untuk menjelaskan, jawab dulu tuh pertanyaan sy:
anda sudah meditasi?
anda sudah jalani past regression?
sy belum pernah baca dalam keyakinan Buddhist, ingatan terurai, darimana anda baca itu?
Sebelumnya saya baca seperti ini:
Quotepada dasar nya ketika kita manusia meninggal maka citta(pikiran) yang ada pada manusia terurai seperti juga badan jasmani (rupa) terurai juga.
Mungkin saya salah. Apakah pikiran ini mencakup ingatan?
Bro, agar saya tidak meraba-raba, tolong jelaskan apa saja yang terurai dan apa saja yang 'berpindah' (sesuai konsep Buddhis) ke kehidupan selanjutnya.
			
 
			
			
				(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi1085.photobucket.com%2Falbums%2Fj424%2Fsn_lorun%2F384186_4798764886761_976451049_n.jpg&hash=56f466a6f984e5add281bbf254360a24a821f83e)
[spoiler]=)) =)) =))[/spoiler]
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 10:05:47 PM
Hehehe.
Hati-hati bro, jangan jadi 'peramal', jangan-jangan dengan berprasangka buruk (dengan mengatakan "iri hati") bro ternyata sudah melakukan kejahatan. Ntar susah mencapai pencerahan.
			 
			
			
				Quote from: Kelana on 03 October 2012, 10:10:36 PM
Apa yang ia lakukan dalam meditasinya? Tentu saja saya bertanya mengenai pikirannya bukan fisiknya
Saya akan membaca jawaban anda besok, karena sudah malam.
Good Night Sdr. Isaacus
Dia melakukan seperti yang juga -- misalnya -- Sidharta dulu lakukan.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 09:59:32 PM
Nah itu dia. Tetapi dari mana bro tahu bahwa saat ini saya baru menjalani kehidupan 1x? Bisa saja kan -- menurut keyakinan Buddhis -- saya ternyata sudah menjalani kehidupan ribuan kali?
tidak ada yang mengatakan anda baru menjalani kehidupan 1x....
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 10:15:33 PM
Sebelumnya saya baca seperti ini:
Mungkin saya salah. Apakah pikiran ini mencakup ingatan?
Bro, agar saya tidak meraba-raba, tolong jelaskan apa saja yang terurai dan apa saja yang 'berpindah' (sesuai konsep Buddhis) ke kehidupan selanjutnya.
ni orang maunya nanyaaaaaaaaaaaaaaa terusss tapi giliran ditanya ga mau jawab..
cape deh..
ini terakhir kali sy menanggapi
semoga anda berbahagia dan semoga ketemu dengan apa yang anda cari..
semoga suatu saat anda bisa membuktikan tumimbal lahir anda sendiri.
sekian
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 10:17:34 PM
Dia melakukan seperti yang juga -- misalnya -- Sidharta dulu lakukan.
apakah itu yg "Sidharta dulu lakukan"?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 09:59:32 PM
Nah itu dia. Tetapi dari mana bro tahu bahwa saat ini saya baru menjalani kehidupan 1x? Bisa saja kan -- menurut keyakinan Buddhis -- saya ternyata sudah menjalani kehidupan ribuan kali?
jangankan ribuan x, bahkan2 jutaan/milyaran x, bro
			
 
			
			
				Quote from: Wolvie on 03 October 2012, 10:19:59 PM
ni orang maunya nanyaaaaaaaaaaaaaaa terusss tapi giliran ditanya ga mau jawab..
cape deh..
ini terakhir kali sy menanggapi
semoga anda berbahagia dan semoga ketemu dengan apa yang anda cari..
semoga suatu saat anda bisa membuktikan tumimbal lahir anda sendiri.
sekian
Lho, kan sudah saya jawab pertanyaan bro tentang ingatan.
Kalau pertanyaan tentang meditasi dan kelairan kembali, ini tentu tidak relevan, sebab saya bukan yang memiliki keyakinan seperti itu. 
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 10:31:58 PM
quote author=Isaacus Newtonus link=topic=23057.msg414035#msg414035 date=1349276372]
Nah itu dia. Tetapi dari mana bro tahu bahwa saat ini saya baru menjalani kehidupan 1x? Bisa saja kan -- menurut keyakinan Buddhis -- saya ternyata sudah menjalani kehidupan ribuan kali?
jangankan ribuan x, bahkan2 jutaan/milyaran x, bro
Ya, maksud saya adalah "banyak" (mau ribuan, jutaan, atau miliar, terserah).
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 09:24:25 PM
1. Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah menjadi baik, jika ia tidak tahu kesalahan apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya?
kesalahan dari segala kesalahannya adalah tanha (keinginan)
saya jawab satu dulu ya bro
monggo
			
 
			
			
				Quote from: Xan To on 03 October 2012, 09:27:42 PM
Bunuh diri, dibunuh, kecelakaan, penyakit, usia tua itu semua hanyalah cara untuk mati. Yang menyebabkan Seseorang tidak bisa tercerahkan itu adalah karena kurang matangnya faktor yang menentukan Pencerahan. Contoh nyata, member2 yang ada disini, apakah sudah tercerahkan? Jika belum, lalu mengapa belum tercerahkan padahal tidak mengalamin penderitaan fisik kan?
Pertanyaan saya kepada anda adalah, dari mana anda bisa tahu bahwa yang anda ingat itu bukan ilusi?
Woi pertanyaan saya belum di jawab.......
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 03 October 2012, 10:28:53 PM
apakah itu yg "Sidharta dulu lakukan"?
Ya seperti yang Sidharta lakukan sewaktu bermeditasi. Apa yang dipikirkan, dirasakan, dll (apapun itu sesuai konsep Buddhis), itulah yang juga orang itu lakukan sewaktu bermeditasi.
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 10:35:57 PM
kesalahan dari segala kesalahannya adalah tanha (keinginan)
saya jawab satu dulu ya bro
monggo
ketinggalan satu bro
+ avijja (ketidaktahuan)
			
 
			
			
				Quote from: Xan To on 03 October 2012, 10:36:54 PM
Woi pertanyaan saya belum di jawab.......
QuotePertanyaan saya kepada anda adalah, dari mana anda bisa tahu bahwa yang anda ingat itu bukan ilusi?
Banyak cara, salah satunya bahwa ingatan kita 2 jam yang lalu itu bisa dibenarkan oleh kesaksian orang yang saat itu bersama kita (katakanlah saat itu kita bersama orang lain). Yang pasti ini masih bisa dibuktikan secara empiris.
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 10:38:05 PM
ketinggalan satu bro
+ avijja (ketidaktahuan)
saran saya anda pelajari dulu deh arti sesungguhnya tanha & avijja, ngak bisa cuma diartikan keinginan & ketidaktahuan secara harafiah semata
tapi ini umumnya bisa makan waktu lama tergantung kemampuan seseorang (ada juga yg lebih cepat)
			
 
			
			
				ngomong soal penderitaan fisik kemaren saya lihat foto bhikkhu yang berdemonstrasi dengan membakar diri...linknya lupa dmana..
secara harafiah....orang yang membakar tubuhnya tentu akan sangat kesakitan...teriak2lah...berlari atau berguling2 kesakitan...
gampangnya aja jari kita kena sedikit api aja langsung teriak terus ngomel (*&^*&^*&( [at] 
nah dphoto tersebut si bhikkhu duduk bersila ...(kalo dliat dari fotonya si diem2 aja gak gerak)...namun tidak memancarkan kesakitan??karena saya tidak tahu...
tapi asumsi saya badannya pasti merasa sakit...namun batinnya telah dapat mengatasi kesakitan tersebut....sehingga dia bisa duduk terbakar dengan tenang ,meskipun akhirnya meninggal tapi ini mungkin bisa mewakili perasaan tersiksa yang bro tanyakan...
apakah seorang arahat yang disiksa akan kesakitan??
asumsi saya sama...dia akan kesakitan jasmaninya...namun tidak untuk batinnya,,dengan mengatasi sakit batin dia dapat mengatasi sakit jasmaninya??
mau bukti???masbro bisa belajar meditasi (jika anda memang openmind)..
dan saat meditasi...atasilah rasa sakit digigit nyamuk tanpa membunuhnya...tanpa membencinya...dan tanpa mengusirnya tentu..
jika anda dapat melakukan ini....anda akan mendapat buah parami untuk mencapau pencerahan dikehidupan salanjutnya..
satu lagi saya pernah membaca tentang seorang bhikkhu yang diteliti oleh ilmuwan dengan menusuk sebuah jarum tembus ditelapak tangannya...(mohon bro jangan ambil tentang kesaktiannya,,namun pembahasan tentang "rasa tersiksanya")
saat si bhikkhu berkosentrasi dan pikirannya terpusat....bhikkhu tersebut mengatakan bahwa dia merasakan jarum itu menembus telapak tangannya...namun tidak merasakan sakitnya..
lalu dia mengatakan...jika saat dtusukan dalam keadaan tidak bermeditasi/mengkosentrasikan pikirannya...dia mengatakan bahwa jarum itu sangat menyakiti telapak tangannya...
intinya...jika seorang arahat dtangkap dan disiksa namun dia tetap dapat mengendalikan pikirannya dengan seimbang saya rasa dia tetap tidak merasa sakit dan jika dia mendapat pencerahan tentu pencerahan tersebut dapat dijaga dengan baik oleh pikirannya..
"pendapat pribadi"
			
			
			
				Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 10:31:58 PM
jangankan ribuan x, bahkan2 jutaan/milyaran x, bro
waktu wa masih kecil dulu wa ada bermimpi ada orang memakai baju putih tidur diranjang di kiri kanan ada orang laki laki dan perempuan lebih muda sedang sesenggukan, pikirnya kenapa yah pada nangis ada yang luka kah (waktu kecil kan kita nangis kalau ada rasa sakit dari luka, waktu itu wa juga tidak tahu manusia bisa mati) heran saja, wa samar samar ada kenal sama yang tidur diranjang tersebut dan rasanya itu adalah wa, aneh juga yah kok bisa ada di dua tempat jadi takut dan coba balik lagi tahu tahu seperti tersedot dan jatuh dari ranjang sampai benjol gede di kepala wa sakitnya bukan main karena hal tersebut membuat wa agak selalu teringat mimpi tersebut, waktu itu wa anggap dunia yang sekarang ini adalah justru sebuah mimpi dan tidak nyata, wa tidak benar benar hidup disini karena bisa mandi dan bermain dibawah hujan dll (meskipun kena marah).
Setelah besar sedikit baru tahu namanya kematian setelah ada saudara meninggal di pulau serbang dan keluarga kita kesana ikut berduka cita.
Butuh waktu yang cukup lama untuk menyadari diri ku hidup di dunia ini kadang diri ku waktu masih kecil masih percaya dunia ini adalah sebuah mimpi dan suatu waktu aku akan terbangun dari mimpi ini.
Untung saja wa waktu kecil di jaga dengan baik oleh keluarga ku bila tidak ... tidak tahu deh apa yang terjadi.
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 10:35:57 PM
kesalahan dari segala kesalahannya adalah tanha (keinginan)
saya jawab satu dulu ya bro
monggo
Baik, katakanlah dia sudah berhasil menghilangkan keinginannya. Namun bagaimana jika -- misal -- ternyata memetik padi adalah suatu kejahatan? Bagaimana menentukan tolak ukur perbuatan baik itu?
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 03 October 2012, 10:53:42 PM
waktu wa masih kecil dulu wa ada bermimpi ada orang memakai baju putih tidur diranjang di kiri kanan ada orang laki laki dan perempuan lebih muda sedang sesenggukan, pikirnya kenapa yah pada nangis ada yang luka kah (waktu kecil kan kita nangis kalau ada rasa sakit dari luka, waktu itu wa juga tidak tahu manusia bisa mati) heran saja, wa samar samar ada kenal sama yang tidur diranjang tersebut dan rasanya itu adalah wa, aneh juga yah kok bisa ada di dua tempat jadi takut dan coba balik lagi tahu tahu seperti tersedot dan jatuh dari ranjang sampai benjol gede di kepala wa sakitnya bukan main karena hal tersebut membuat wa agak selalu teringat mimpi tersebut, waktu itu wa anggap dunia yang sekarang ini adalah justru sebuah mimpi dan tidak nyata, wa tidak benar benar hidup disini karena bisa mandi dan bermain dibawah hujan dll (meskipun kena marah).
Setelah besar sedikit baru tahu namanya kematian setelah ada saudara meninggal di pulau serbang dan keluarga kita kesana ikut berduka cita.
ya, begitulah hidup ini kadang2 begitu banyak yg tidak kita ketahui, sulit untuk dijelaskan dgn kata2
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 10:56:56 PM
Baik, katakanlah dia sudah berhasil menghilangkan keinginannya. Namun bagaimana jika -- misal -- ternyata memetik padi adalah suatu kejahatan? Bagaimana menentukan tolak ukur perbuatan baik itu?
pertanyaan salah
seorang Arahat tidak akan melakukan lagi yg namanya kejahatan
jangankan Arahat, Sotapana saja tidak akan
info tingkat kesucian: Sotapana, Sakadagami, Anagami, & Arahat
kalau tolok ukur perbuatan baik, ya semua perbuatan yg tidak melanggar pancasila (sudah ada yg kasih jawaban untuk anda di awal2 kan)
intinya: tidak membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, & bermabuk2an termasuk turunan2nya
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 10:37:16 PM
Ya seperti yang Sidharta lakukan sewaktu bermeditasi. Apa yang dipikirkan, dirasakan, dll (apapun itu sesuai konsep Buddhis), itulah yang juga orang itu lakukan sewaktu bermeditasi.
kami tidak berpikir pada saat meditasi, mungkin itulah karena salah meditasi maka bisa tergantung dengan tangan dan kaki dipaku bak kriminal.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 09:24:25 PM
Hai semua rekan-rekan Buddhis. Saya member baru di sini. Kesempatan ini, saya ingin menanyakan sesuatu tentang ajaran Buddhis sehubungan dengan kelahiran kembali.
1. Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah menjadi baik, jika ia tidak tahu kesalahan apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya?
2. Jika si A mati dan ia dilahirkan kembali menjadi si B, sedangkan si B tidak punya kenangan tentang si A, maka dapatkah dikatakan si B = si A? Bukankah ini berarti si B adalah orang yang sama sekali lain?
Mohon ditanggapi. Thanks.
Isaac,
Sebelum saya menanggapi, ada sedikit klarifikasi untuk masalah istilah 
consciousness1. Konsep "aku" / jiwa / roh /
 consciousness / nurani, dst, sebenarnya hanya masalah 
perbedaan istilah saja untuk menjelaskan konsep yang sama.
Untuk menjelaskan komponen alam semesta yang sempat kamu tanyakan, saya memakai kata "energi" karena saya menjelaskan dari sudut pandang fisika yang kebetulan saya pelajari sedikit. 
Energi membentuk 
consciousness, juga matter dan forces. 
Jadi ringkasnya bisa dibilang:
Energi membentuk consciousness / roh / jiwa / nurani / perasaan 'aku'. 
Lebih lanjut, saya samakan energi dengan 
consciousness agar mudah.
Mungkin dalam ajaran kamu jiwa dan roh masih dibedakan.
2.  Saya sudah jawab 2 pertanyaan kamu di atas. Apakah kamu sudah cukup jelas dengan jawabannya?
3. Bila kita ingin tahu apakah ada rebirth vs tidak ada rebirth, tidak akan bisa ketemu jawabannya selain kita alami sendiri. Hal ini karena rebirth tidak ada 
absolute proof yang bisa kita amati. 
Kalau saya bilang "bumi itu bulat", semua akan sepakat karena ada buktinya, dan bukan sekedar teori lagi. Namun tidak untuk rebirth karena tidak ada bukti (proof), hanya evidence.
Untuk membandingkan, saya akan memakai analogi teori gravitasi. 
(eh, kamu kan yang nemuin teori gravitasi, gara-gara kejatuhan apel ;D)
Gravitasi tidak bisa kita tes di laboratorium untuk tahu apakah gravitasi itu eksis atau tidak, tapi kamu juga tidak akan berani lompat dari gedung karena sudah mengalami sendiri yang namanya gravitasi dan melihat evidence bahwa kalau kita menjatuhkan benda, pasti jatuh ke bawah. Semoga analoginya kena, namun intinya, saya ingin kamu membedakan evidence sama proof dalam penjelasan saya.
Terkait rebirth, 
evidence sudah sangat banyak dari testimonial orang-orang yang mengalaminya sendiri. Juga dari kemampuan orang-orang yang bisa secara detil mengingat tempat kelahiran masa lalunya dan berbicara dengan bahasa yang dia tidak tahu sebelumnya (xenoglossy).
Nama yang bisa kamu google tentang orang yang selama hidupnya meneliti rebirth ini adalah DR Brian Weiss. Kesimpulannya, 
evidence untuk rebirth sudah begitu banyak, namun tidak 100% membuktikan adanya rebirth. Satu-satunya jalan harus kamu alami sendiri.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 10:56:56 PM
Baik, katakanlah dia sudah berhasil menghilangkan keinginannya. Namun bagaimana jika -- misal -- ternyata memetik padi adalah suatu kejahatan? Bagaimana menentukan tolak ukur perbuatan baik itu?
 ;D ;D mungkin sesepuh dsini bosan x ya menerangkan yang itu2 aja...
tapi kalo bisa jangan bosan2  :)) :))
masbro yang baik... (ikut gaya salah 1 sesepuh)
mungkin masbro sebelum bertanya yang sangat dasar seperti diatas dapat membaca2 dulu tentang buddhisme,...
apa itu karma??apa itu buah karma??apa itu karma baik dan tidak baik..
apa itu perbuatan yang menghasilkan karma baik dan yang tidak menghasilkan karma baik....
dapatkah karma dihilangkan???dan lain sebagainya...agar pembahasannya tidak kembali lagi ke pertanyaan itu2 saja...
banyak sekali menanyakan hal2 yang sama...
"sekedar saran buat admin atau sodara tuhan agar membuat sticky yang berisi pertanya2an dasar dari umat lain atau umat buddha yang masih pemula seperti saya agar nanti tidak ada pertanyaan yang berulang2 ke situ2 aja...jika umat lain ada pertanyaan yang kurang memuaskan bisa mencantumkan link pertanyaan dan jawaban yang dianggap kurang memuaskan" 
menurut pendapat pribadi saya "untuk mencapai pencerahaan (kebuddhaan) saat masih berkecimpung di keduniawian sangat sulit...karena kita kadang terbentur dengan aturan2 yang melarang kita utk menggapai pencerahan lebih singkat...contohnya saja "bertani-membunuh hama", "berdagang-berbohong","bahkan kadang menjadi pemuka agamapun tidak luput dari kesalahan seperti menyakiti dengan perkataan yaitu melanggar untuk berucap  benar atau berfaedah"...saya pikir sangat sulit jika kita tidak menjadi pertapa hutan yang jauh dari gangguan...dan dengan sempurna menjalankan 4 KM
namun.......sebagai umat awam kita diajarkan utk memupuk pebuatan2 yang dapat menghasilkan parami meskipun tidak sebanyak jika menjadi pertapa/bhikkhu hutan yang jauh dari gangguan keduniawian...
karena di dalam agama buddha mengenal 31 alam khidupan dan banyak sekali surga2 yang bisa disinggahi tanpa harus melepas kehidupan duniawi...
jika anda kaya...sering2lah berderma..
jika anda miskin??berdermalah dengan tenaga...
setelah saya bilang 31 alam khudpan ada pertanyaan lagi...."bagaimana anda tahu ada 31 alam???"
lagi2 anda yang harus membuktilan sendiri...(apakah anda openmind)
berlatih meditasi...jika anda memang mempunyai bakat "indra ke-6 ke-7 dst akan muncul) dan anda dapat membuktikan 31 alam dan kehidupan2 anda yang lampau dari 1 khidupan sampai berjuta2 kehidupan....jika anda mampu melakukan itu...dan tersadarkan bahwa betapa menderitanya kehidupan2 yang ada lalui...betapa melelahkannya...mungkin anda akan tercerahkan dan saat itu juga utk berusaha menghentikan khidupan2 selanjutnya...
utk 31 alam yang dapat anda jumpai adalah alam manusia...hewan....dewa dan makhluk peta (alam rendah)...utk contoh 2 terakhir jika anda mempunyai bakat/kemampuan dapat melihatnya..
dan sekali lagi....(jika anda openmind) berlatihlah meditasi yang benar ..
jangan beranggap meditasi itu duduk diam...bengong...pikiran kosong...melantur sana sini...
tak semudah yang anda bayangkan...
jika anda tidak dapat melihat 31 alam kehidupan(alam surga/dewa) setidaknya meditasi memberikan hal positif di kehidupan anda (asal bermeditasi dengan tujuan benar)
hal positifnya apa???
jika anda merasa tersiksa....kehidupan anda yang tadinya sangat sulit menghadapinya....anda akan merasakan lebih mudah menjalaninya...
pikiran lebih tenang...ada yang menghina anda anda bisa lebih menata batin anda untuk tidak marah...dan masih banyak lainnya,...
jika anda tidak percaya....ada 2 opsi
1. buktikan
2. tinggalkan
memang bukan jaminan seperti di agama anda jika menganut agama buddha kelahiran berikutnya anda akan lahir di surga...atau manusia yang lebih baik...
semua kembali dari diri sendiri....jika sekarang selalu berbuat baik tapi kehidupan selanjutnya menjadi hewan??buat apa beragama buddha???dimana enaknya???
memang gak ada jaminan...kalopun anda menjadi rohaniawan/bhikkhu bisa saja kehidupan selanjutnya menjadi hewan atau alam rendah yang lain...
namun..... hal itu bisa terjadi jika karma2 jelek yang lampau berbuah sangat kuat dikehidupan berikutnya....
"jadi apa untungnya saya berbuat banyak kebaikan???kalo ujung2nya jadi babi??"
dengan memupuk banyak parami dan kebaikan di kehidupan sekarang anda bisa jadi hanya sebentar menjadi babi (biasanya kelahiran menjadi hewan karena "kebodohan" (bisa dicari "kebodoham" itu dalam ajaran buddha itu apa aja")), dan setelah meninggal menjadi babi anda dapat lahir di surga yang penuh dengan kesenangan....syukur2 jadi bayi babi prematur..lahir trus mati jadi dewa  ;D ;D
namun lagi..... surga bukanlah tujuan utama umat buddha,,ada yang lebih penting yaitu "nibbana"
bagaimana caranya??silahkan anda baca2 dulu tentang buddhisme...karena saya juga masih dalam tahap belajar  _/\_ _/\_
			
 
			
			
				Lanjutkan....  ::) ;D
			
			
			
				om dato tono kemana ya ?
karena muridnya gusti brewok muncul lagi !   :))
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 10:43:46 PM
Banyak cara, salah satunya bahwa ingatan kita 2 jam yang lalu itu bisa dibenarkan oleh kesaksian orang yang saat itu bersama kita (katakanlah saat itu kita bersama orang lain). Yang pasti ini masih bisa dibuktikan secara empiris.
Persoalannya jika anda tidak dengan orang lain, lalu bagaimana caranya anda bisa tahu bahwa apa yang anda liat dalam benak anda bukan ilusi tapi ingatan?
			
 
			
			
				[at] masbro Isaac
mungkin link ini bisa membantu masbro dalam menemukan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang di ajukan. dibaca ya :)
[spoiler]http://www.w****a.com/forum/topik-umum/3941-bisakah-agama-salah-2.html
*wihara[/spoiler]
			
			
			
				... Dan entah sengaja atau tidak, reply saya diabaikan. 
			
			
			
				waktu masih kecil kelas sd sekolah di indonesia, wa sadar sekolah yang wa alami tidak wajar.
seingat seharusnya pergi kesekolah tidak pergi pagi pagi sekali ketika air di kamar mandi dan hawa di udara masih sangat dingin menurut tubuh ku (wa sampai mengiggil kedinginan terkena udara pagi), ketika memakai seragam sekolah, seharusnya tidak perlu pakai seragam jadi wa bisa memakai baju yang lebih tebal untuk melawan hawa dingin pada pagi hari tersebut.
Membawa tas berisi buku pelajaran, buku catatan, buku pr yang sangat berat dengan tangan ku(tas ku adalah tas koper merk president) menurut ku sangat aneh sekali daku harus membawa bawa buku banyak sekali dalam tas dari rumah ke sekolah seharusnya diri ku tidak perlu repot membawa bawa buku selalu dari rumah ke sekolah terus menerus, satu ketika tas yang betisi buku tersebut terlepas sendiri di jalan dan buku buku ku berhamburan di jalan; wa waktu itu merasakan ini bukan dunia ku orang yang terbaring di tempat tidur itulah diriku dan seharusnya sadar bangun dari tidur tersebut, seharusnya ada satu tempat di sekolah dimana aku dapat meletakan sebagian barang atau buku jadi tidak tiap hari harus bolak balik membawa buku buku setiap hari.
sekolah di indonesia sangat aneh setiap mata pelajaran setiap kali melakukan catatan ke bukucatatan dari  catatan dari papan tulis bukan nya ada fotocopy toh tinggal fotocopy saja? ini seperti hukuman tulis menulis tangan yang kupergunakan untuk menulis rasa nya sakit bukan main.
Menurut ku sekolah di indonesia bukan lah sekolah tapi tempat penyiksaan anak kecil, setelah berpindah sekolah beberapa kali wa menyadari semua sekolah di indonesia hampir sama saja semuanya.
Setelah membaca buku buku cerita dari enid bylton wa ada sedikit menyadari sekolah di indonesia tidaklah sama dengan sekolah yang ada nya tidak di wilayah indonesia, dan yang wa rasa aneh sebenar nya adalah hal yang wajar tapi sayang nya bukan di sekolah yang berada di wilayah republik indonesia, sekolah atau pendidikan untuk anak anak seharusnya sangat menyenangkan untuk ukuran umur anak anak tersebut.
			
			
			
				Quote from: daimond on 04 October 2012, 08:38:09 AM
waktu masih kecil kelas sd sekolah di indonesia, wa sadar sekolah yang wa alami tidak wajar.
seingat seharusnya pergi kesekolah tidak pergi pagi pagi sekali ketika air di kamar mandi dan hawa di udara masih sangat dingin menurut tubuh ku (wa sampai mengiggil kedinginan terkena udara pagi), ketika memakai seragam sekolah, seharusnya tidak perlu pakai seragam jadi wa bisa memakai baju yang lebih tebal untuk melawan hawa dingin pada pagi hari tersebut.
Membawa tas berisi buku pelajaran, buku catatan, buku pr yang sangat berat dengan tangan ku(tas ku adalah tas koper merk president) menurut ku sangat aneh sekali daku harus membawa bawa buku banyak sekali dalam tas dari rumah ke sekolah seharusnya diri ku tidak perlu repot membawa bawa buku selalu dari rumah ke sekolah terus menerus, satu ketika tas yang betisi buku tersebut terlepas sendiri di jalan dan buku buku ku berhamburan di jalan; wa waktu itu merasakan ini bukan dunia ku orang yang terbaring di tempat tidur itulah diriku dan seharusnya sadar bangun dari tidur tersebut, seharusnya ada satu tempat di sekolah dimana aku dapat meletakan sebagian barang atau buku jadi tidak tiap hari harus bolak balik membawa buku buku setiap hari.
sekolah di indonesia sangat aneh setiap mata pelajaran setiap kali melakukan catatan ke bukucatatan dari  catatan dari papan tulis bukan nya ada fotocopy toh tinggal fotocopy saja? ini seperti hukuman tulis menulis tangan yang kupergunakan untuk menulis rasa nya sakit bukan main.
Menurut ku sekolah di indonesia bukan lah sekolah tapi tempat penyiksaan anak kecil, setelah berpindah sekolah beberapa kali wa menyadari semua sekolah di indonesia hampir sama saja semuanya.
Setelah membaca buku buku cerita dari enid bylton wa ada sedikit menyadari sekolah di indonesia tidaklah sama dengan sekolah yang ada nya tidak di wilayah indonesia, dan yang wa rasa aneh sebenar nya adalah hal yang wajar tapi sayang nya bukan di sekolah yang berada di wilayah republik indonesia, sekolah atau pendidikan untuk anak anak seharusnya sangat menyenangkan untuk ukuran umur anak anak tersebut.
hubungannya dengan kelahiran kembali apa om? :)
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 04 October 2012, 08:38:09 AM
waktu masih kecil kelas sd sekolah di indonesia, wa sadar sekolah yang wa alami tidak wajar....
....Setelah membaca buku buku cerita dari enid bylton wa ada sedikit menyadari sekolah di indonesia tidaklah sama dengan sekolah yang ada nya tidak di wilayah indonesia, dan yang wa rasa aneh sebenar nya adalah hal yang wajar tapi sayang nya bukan di sekolah yang berada di wilayah republik indonesia, sekolah atau pendidikan untuk anak anak seharusnya sangat menyenangkan untuk ukuran umur anak anak tersebut.
^^ Daimond salah nge-post thread buku harian kah?  ::)
			
 
			
			
				Quote from: sanjiva on 04 October 2012, 09:11:37 AM
^^ Daimond salah nge-post thread buku harian kah?  ::)
bukan... dia lagi ngigau, semalaman belajar sama fisikawan kita  8)
			
 
			
			
				kekna salah post neh ,haha
			
			
			
				Saya bantu sundul  ;D , ditunggu tanggapan dari TS.
Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 09:24:25 PM
Hai semua rekan-rekan Buddhis. Saya member baru di sini. Kesempatan ini, saya ingin menanyakan sesuatu tentang ajaran Buddhis sehubungan dengan kelahiran kembali.
1. Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah menjadi baik, jika ia tidak tahu kesalahan apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya?
2. Jika si A mati dan ia dilahirkan kembali menjadi si B, sedangkan si B tidak punya kenangan tentang si A, maka dapatkah dikatakan si B = si A? Bukankah ini berarti si B adalah orang yang sama sekali lain?
Mohon ditanggapi. Thanks.
Quote from: Kainyn_Kutho on 03 October 2012, 11:26:31 AM
1. Saya coba jawab, kembali pada pertanyaan awal sebelum melebar. 
Dalam Buddhisme, seseorang menjadi baik dengan mengikis noda bathin yaitu keserakahan, kebencian, dan kegelapan bathin; sebaliknya seseorang menjadi buruk dengan mengembangkan tiga hal tersebut. Jadi tidak ada hubungannya dengan ingatan masa lampau. 
Misalnya anda seorang Kr1sten, bisa memilih jadi orang baik atau tidak, tanpa perlu membuktikan Adam & Hawa makan buah pengetahuan. Begitu juga bagi Buddhis, mau jadi orang baik yah jadi orang baik, karena memahami manfaatnya, bukan karena mengetahui ada kejadian apa di masa lampau. 
2. Andaikan seseorang menyetir mobil dan ngantuk, ketiduran lalu keliru mengemudi dan menabrak pohon. Ia selamat dan kemudian terbangun dengan tubuh penuh luka dan tidak punya kenangan tentang apa yang dilakukannya tadi. Apakah bisa dikatakan orang yang menabrakan mobil ke pohon berbeda dengan orang yang terluka karena ia tidak punya ingatan/kenangan menabrak pohon?
Secara umum, yang disebut makhluk adalah 5 kelompok: jasmani, kesadaran, pencerapan, perasaan, dan ingatan. Kelima kelompok ini senantiasa mengalami proses dan berubah, bukan hanya sewaktu kematian. Jadi tidak ada sesuatu yang 'kekal' yang bisa disebut sebagai 'jati diri' penunjuk si "A". Jika menilai apakah itu individu yang sama, maka tergantung sudut pandang mau dibicarakan dalam konteks apa. Sebagai perbandingan sederhana, anda tentu mengenal 'lahir baru'. Jika seseorang dulunya bajingan, penipu, pembunuh, kemudian bertobat dan 'lahir baru', maka dari satu sudut pandang bisa dibilang dia orang yang sama, namun dari sudut pandang lain, bisa disebut berbeda.
			
				Quote from: daimond on 04 October 2012, 08:38:09 AM
waktu masih kecil kelas sd sekolah di indonesia, wa sadar sekolah yang wa alami tidak wajar.
seingat seharusnya pergi kesekolah tidak pergi pagi pagi sekali ketika air di kamar mandi dan hawa di udara masih sangat dingin menurut tubuh ku (wa sampai mengiggil kedinginan terkena udara pagi), ketika memakai seragam sekolah, seharusnya tidak perlu pakai seragam jadi wa bisa memakai baju yang lebih tebal untuk melawan hawa dingin pada pagi hari tersebut.
Membawa tas berisi buku pelajaran, buku catatan, buku pr yang sangat berat dengan tangan ku(tas ku adalah tas koper merk president) menurut ku sangat aneh sekali daku harus membawa bawa buku banyak sekali dalam tas dari rumah ke sekolah seharusnya diri ku tidak perlu repot membawa bawa buku selalu dari rumah ke sekolah terus menerus, satu ketika tas yang betisi buku tersebut terlepas sendiri di jalan dan buku buku ku berhamburan di jalan; wa waktu itu merasakan ini bukan dunia ku orang yang terbaring di tempat tidur itulah diriku dan seharusnya sadar bangun dari tidur tersebut, seharusnya ada satu tempat di sekolah dimana aku dapat meletakan sebagian barang atau buku jadi tidak tiap hari harus bolak balik membawa buku buku setiap hari.
sekolah di indonesia sangat aneh setiap mata pelajaran setiap kali melakukan catatan ke bukucatatan dari  catatan dari papan tulis bukan nya ada fotocopy toh tinggal fotocopy saja? ini seperti hukuman tulis menulis tangan yang kupergunakan untuk menulis rasa nya sakit bukan main.
Menurut ku sekolah di indonesia bukan lah sekolah tapi tempat penyiksaan anak kecil, setelah berpindah sekolah beberapa kali wa menyadari semua sekolah di indonesia hampir sama saja semuanya.
Setelah membaca buku buku cerita dari enid bylton wa ada sedikit menyadari sekolah di indonesia tidaklah sama dengan sekolah yang ada nya tidak di wilayah indonesia, dan yang wa rasa aneh sebenar nya adalah hal yang wajar tapi sayang nya bukan di sekolah yang berada di wilayah republik indonesia, sekolah atau pendidikan untuk anak anak seharusnya sangat menyenangkan untuk ukuran umur anak anak tersebut.
walaupun tampaknya tidak relevan dengan judul thread, namun postingan ini sungguh mencerahkan bagi saya yg terlibat dalam diskusi ini. ada makna penting di sampaikan oleh Bro daimond yg tersirat di balik postingannya ini.
			
 
			
			
				 _/\_
Bro isnew sangat hebat Anda dapat membuat semua merespon pertanyaan anda yang sebenarnya sederhana salut saya untuk Anda  =D>
Saya tidak akan merespon kembali pertanyaan Anda karena kita tidak membuat batas dan aturan yang dibahas di tread ini. Dilihat dari sekian banyak pendapat yang ada Anda hanya memutar balik kan pendapat yang satu dengan yang lain.
Pokok nya salut buat Anda dan Anda cocok dan berbakat untuk menjadi seorang provokator andal. =D>
Dan untuk semua nya saran saja jangan ditanggapi pertanyaan pertanyaan bro isnew karena hanya membuat kemerosotan bathin ^:)^
			
			
			
				Quote from: Indra on 04 October 2012, 10:01:22 AM
walaupun tampaknya tidak relevan dengan judul thread, namun postingan ini sungguh mencerahkan bagi saya yg terlibat dalam diskusi ini. ada makna penting di sampaikan oleh Bro daimond yg tersirat di balik postingannya ini.
Dan makna yang ingin disampaikan tersebut adalah....?
			
 
			
			
				Quote from: Alucard Lloyd on 04 October 2012, 10:17:16 AM
 _/\_
Bro isnew sangat hebat Anda dapat membuat semua merespon pertanyaan anda yang sebenarnya sederhana salut saya untuk Anda  =D>
Saya tidak akan merespon kembali pertanyaan Anda karena kita tidak membuat batas dan aturan yang dibahas di tread ini. Dilihat dari sekian banyak pendapat yang ada Anda hanya memutar balik kan pendapat yang satu dengan yang lain.
Pokok nya salut buat Anda dan Anda cocok dan berbakat untuk menjadi seorang provokator andal. =D>
Dan untuk semua nya saran saja jangan ditanggapi pertanyaan pertanyaan bro isnew karena hanya membuat kemerosotan bathin ^:)^
Menurut saya pribadi, kalian sendiri yang terjebak sehingga menjawab melebar. 
No offense.
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 04 October 2012, 10:17:36 AM
Dan makna yang ingin disampaikan tersebut adalah....?
itu adalah pesan rahasia untuk kita semua, bahwa orang gila gak perlu ditanggapi secara serius
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 04 October 2012, 10:19:09 AM
Menurut saya pribadi, kalian sendiri yang terjebak sehingga menjawab melebar. 
No offense.
Maka dari itu saya menuliskan pendapat ini sehingga tidak menjadi melebar,...
			
 
			
			
				same question. :)
Quote from: Kainyn_Kutho on 04 October 2012, 10:17:36 AM
Dan makna yang ingin disampaikan tersebut adalah....?
Quote from: Indra on 04 October 2012, 10:21:29 AM
itu adalah pesan rahasia untuk kita semua, bahwa orang gila gak perlu ditanggapi secara serius
:yes:
			
				Quote from: Alucard Lloyd on 04 October 2012, 10:17:16 AM
 _/\_
Bro isnew sangat hebat Anda dapat membuat semua merespon pertanyaan anda yang sebenarnya sederhana salut saya untuk Anda  =D>
Saya tidak akan merespon kembali pertanyaan Anda karena kita tidak membuat batas dan aturan yang dibahas di tread ini. Dilihat dari sekian banyak pendapat yang ada Anda hanya memutar balik kan pendapat yang satu dengan yang lain.
Pokok nya salut buat Anda dan Anda cocok dan berbakat untuk menjadi seorang provokator andal. =D>
Dan untuk semua nya saran saja jangan ditanggapi pertanyaan pertanyaan bro isnew karena hanya membuat kemerosotan bathin ^:)^
Selamat, anda sudah sadar  ;D
			
 
			
			
				tidak salah post waktu itu aku merasakan dengan jelas bahwa pendidikan saat ini berbeda dengan yang aku ketahui seharusnya, pengetahuan tentang pendidikan yang seharus pernah ku alami bukan berasal dari sekolah yang ada indonesia tapi luar,jadi dari kehidupan sekolah pada masa kehidupan lalu berbeda dengan sekolah pada kehidupan masa ini
			
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 04 October 2012, 08:36:24 AM
... Dan entah sengaja atau tidak, reply saya diabaikan. 
reply saya juga.
sepertinya karena gak ada celah buat diputer2in...  :))
Quote from: Kainyn_Kutho on 04 October 2012, 10:19:09 AM
Menurut saya pribadi, kalian sendiri yang terjebak sehingga menjawab melebar. 
No offense.
saya menilai skor 1-0 untuk om isaacus.
no offense juga.
			
 
			
			
				Quote from: morpheus on 04 October 2012, 10:34:01 AM
reply saya juga.
sepertinya karena gak ada celah buat diputer2in...  :))
;D Selama orang menggenggam kehidupan lampau bisa dibuktikan secara empiris, maka tentu akan 'terputar-putar'. 
Quotesaya menilai skor 1-0 untuk om isaacus.
no offense juga.
Ini ga setuju. Sedikitnya 3-0 untuk Om Isaacus.
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 04 October 2012, 10:28:58 AM
tidak salah post waktu itu aku merasakan dengan jelas bahwa pendidikan saat ini berbeda dengan yang aku ketahui seharusnya, pengetahuan tentang pendidikan yang seharus pernah ku alami bukan berasal dari sekolah yang ada indonesia tapi luar,jadi dari kehidupan sekolah pada masa kehidupan lalu berbeda dengan sekolah pada kehidupan masa ini
 ::):hammer::hammer:
			
 
			
			
				[OOT]
Quote from: daimond on 04 October 2012, 08:38:09 AM
.... sekolah di indonesia sangat aneh setiap mata pelajaran setiap kali melakukan catatan ke bukucatatan dari  catatan dari papan tulis bukan nya ada fotocopy toh tinggal fotocopy saja? ini seperti hukuman tulis menulis tangan yang kupergunakan untuk menulis rasa nya sakit bukan main.....
kalau dianggap hukuman ya pasti menderita :))
walaupun memang ada sisi negatifnya, saya memandang tradisi mencatat ada manfaatnya. 
1) paling tidak, ada kesempatan bagi siswa untuk fokus sekali lagi pada materi saat ia mencatat 
2) menulis merupakan salah satu cara dalam menguasai bahasa 
3) pas sudah tua catatan bisa buat kenang-kenangan :))
*IMO    
			
				Quote from: morpheus on 04 October 2012, 10:34:01 AM
reply saya juga.
sepertinya karena gak ada celah buat diputer2in...  :))
saya menilai skor 1-0 untuk om isaacus.
no offense juga.
Kayak main bola, score 1 - 0  :whistle: :))
			
 
			
			
				Quote from: morpheus on 04 October 2012, 10:34:01 AM
reply saya juga.
sepertinya karena gak ada celah buat diputer2in...  :))
saya menilai skor 1-0 untuk om isaacus.
no offense juga.
karena reply-nya anda langsung mencabut akar sehingga diperkirakan probabilitas munculnya daun-daun baru adalah nol. =))
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 04 October 2012, 10:46:19 AM
;D Selama orang menggenggam kehidupan lampau bisa dibuktikan secara empiris, maka tentu akan 'terputar-putar'. 
bukan pembuktian kok yg dipertanyakan.
Quote
Ini ga setuju. Sedikitnya 3-0 untuk Om Isaacus.
tidak juga, saya berpendapat sebaliknya, score ini hanya karena melihat rating dari thread ini, tapi sebenarnya rating ini justru menguntungkan kita kan?
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 04 October 2012, 10:46:19 AM
Ini ga setuju. Sedikitnya 3-0 untuk Om Isaacus.
Menurut saya lebih 8 - 0 untuk om isnew ;D
			
 
			
			
				 Quote from: Indra on 04 October 2012, 10:57:03 AM
tidak juga, saya berpendapat sebaliknya, score ini hanya karena melihat rating dari thread ini, tapi sebenarnya rating ini justru menguntungkan kita kan?
Gpp om biar seneng bro isnew jadi dia sering sering dah berkunjung disini,...  ;D
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 10:17:34 PM
Dia melakukan seperti yang juga -- misalnya -- Sidharta dulu lakukan.
Siddhartha tidak dalam permasalahan kesakitan fisik saat Ia melakukan meditasi kala itu. Kondisi yang berbeda maka permasalahan yang muncul dan dihadapi saat meditasi tentu akan berbeda dengan orang yang ada diilustrasi. Anda tidak bisa menyamakan ilustrasi anda dengan kehidupan Siddhartha.
So, pertanyaannya adalah: Permasalahan apa yang muncul saat meditasinya dan bagaimana ia mengatasinya?
Apakah setelah sesi meditasinya berakhir, ia akhirnya tidak disiksa lagi dan diberi makan? Jika tetap disiksa, apakah ia masih terganggu dengan rasa sakit yang ia alami dari penyiksaan dan kelaparan sehingga membuatnya gelisah, ingin segera melenyapkannya? Jika ya mengapa ia terganggu? Jika tidak mengapa ia tidak terganggu?
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 04 October 2012, 10:57:03 AM
bukan pembuktian kok yg dipertanyakan.
Betul sekali. Bukan pembuktian yang dipertanyakan, namun pembuktian itu yang dipertahankan. 
Quotetidak juga, saya berpendapat sebaliknya, score ini hanya karena melihat rating dari thread ini, tapi sebenarnya rating ini justru menguntungkan kita kan?
Tentu saja ada juga potensi keuntungannya. ;D 
Quote from: Alucard Lloyd on 04 October 2012, 10:59:36 AM
Menurut saya lebih 8 - 0 untuk om isnew ;D
Yah... tinju aja bisa beda2 skor dari wasitnya, jadi bolehlah kita di sini beda2 juga. ;D 
			
 
			
			
				Saya menilai mengapa diskusi ini menjadi berputar-putar, karena banyak member yang sudah ad hominem dulu terhadap saya. Saya tekankan kembali, saya dalam posisi bertanya. Atau lebih ekstrim lagi, saya katakan: Pengetahuan saya tentang Buddhis masih NOL BESAR, maka saya bertanya. Oleh sebab itu, kepada member yang tulus, berikan jawaban yang jelas dan lengkap atas pertanyaan saya, sehingga saya tidak menduga-duga, yang akhirnya jadi berputar-putar.
Baik, BTT.
			
			
			
				Quote from: Indra on 03 October 2012, 11:12:48 PM
kami tidak berpikir pada saat meditasi, mungkin itulah karena salah meditasi maka bisa tergantung dengan tangan dan kaki dipaku bak kriminal.
Kan sudah saya katakan, "apapun itu menurut konsep Buddhis", jadi ketika saya menulis "apa yang dipikirkan", itu bisa berarti tidak memikirkan apa-apa/tidak berpikir.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 11:52:05 AM
Kan sudah saya katakan, "apapun itu menurut konsep Buddhis", jadi ketika saya menulis "apa yang dipikirkan", itu bisa berarti tidak memikirkan apa-apa/tidak berpikir.
bisa dijelaskan bagaimana cara menginterpretasikan suatu pernyataan "berpikir" bisa menjadi "tidak memikirkan apa-apa/tidak berpikir"?
jika menggunakan logika matematis ini sama dengan X<>X, bagaimana anda menjelaskan hal ini?
			
 
			
			
				Quote from: Xan To on 04 October 2012, 07:29:23 AM
Persoalannya jika anda tidak dengan orang lain, lalu bagaimana caranya anda bisa tahu bahwa apa yang anda liat dalam benak anda bukan ilusi tapi ingatan?
Bro, maksud saya, di kehidupan sekarang ini, apa yang terjadi 2 jam yang lalu, masih bisa dibuktikan. Tidak harus ada orang lain, bisa saja berupa bukti catatan (misal 2 jam lalu saya menulis, dan tulisan itu saya cek masih ada dan isinya sesuai dengan yang saya tulis 2 jam yang lalu). Atau keberadaan suatu benda, misalnya 2 jam yang lalu saya baca buku lalu diletak di atas meja. Lalu saya cek ternyata buku itu ada dan adalah buku yang sama.
Intinya, itu masih bisa dibuktikan dengan bukti nyata. Namun bagaimana dengan kelahiran kembali, bisakah dibuktikan? Mungkin dengan kesaksian orang lain, atau ada benda-benda tertentu yang menjadi bukti konkrit, yang benda dan kondisi sekitarnya sesuai dengan ingatan akan kehidupan masa lampau itu?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 11:49:54 AM
Saya menilai mengapa diskusi ini menjadi berputar-putar, karena banyak member yang sudah ad hominem dulu terhadap saya. Saya tekankan kembali, saya dalam posisi bertanya. Atau lebih ekstrim lagi, saya katakan: Pengetahuan saya tentang Buddhis masih NOL BESAR, maka saya bertanya. Oleh sebab itu, kepada member yang tulus, berikan jawaban yang jelas dan lengkap atas pertanyaan saya, sehingga saya tidak menduga-duga, yang akhirnya jadi berputar-putar.
Baik, BTT.
dengan pengakuan anda itu bahwa anda tidak tahu apa2, bukankah seharusnya anda bisa menerima petunjuk dari orang lain, misalnya jika anda yg mengatakan bahwa jawaban atas pertanyaan anda ada di [link], bukankah anda seharusnya membaca petunjuk itu? apakah anda melakukan hal itu?
			
 
			
			
				Quote from: Mas Tidar on 03 October 2012, 09:47:56 PM
malu bertanya, sesat dijalan
kebanyakan tanya, ketahuan kapasitas otaknya (isitilah Sang Batara)
Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 11:49:54 AM
Saya menilai mengapa diskusi ini menjadi berputar-putar, karena banyak member yang sudah ad hominem dulu terhadap saya. Saya tekankan kembali, saya dalam posisi bertanya. Atau lebih ekstrim lagi, saya katakan: Pengetahuan saya tentang Buddhis masih NOL BESAR, maka saya bertanya. Oleh sebab itu, kepada member yang tulus, berikan jawaban yang jelas dan lengkap atas pertanyaan saya, sehingga saya tidak menduga-duga, yang akhirnya jadi berputar-putar.
Baik, BTT.
			 
			
			
				Quote from: Indra on 04 October 2012, 11:58:58 AM
dengan pengakuan anda itu bahwa anda tidak tahu apa2, bukankah seharusnya anda bisa menerima petunjuk dari orang lain, misalnya jika anda yg mengatakan bahwa jawaban atas pertanyaan anda ada di [link], bukankah anda seharusnya membaca petunjuk itu? apakah anda melakukan hal itu? prefer to ask more question
			 
			
			
				Quote from: Indra on 04 October 2012, 11:57:28 AM
bisa dijelaskan bagaimana cara menginterpretasikan suatu pernyataan "berpikir" bisa menjadi "tidak memikirkan apa-apa/tidak berpikir"?
jika menggunakan logika matematis ini sama dengan X<>X, bagaimana anda menjelaskan hal ini?
Nah ini nih yang buat dikusi mutar-mutar. Baik saya copy kembali tulisan saya:
QuoteYa seperti yang Sidharta lakukan sewaktu bermeditasi. Apa yang dipikirkan, dirasakan, dll (apapun itu sesuai konsep Buddhis), itulah yang juga orang itu lakukan sewaktu bermeditasi.
Bro mengerti mengapa saya tambahkan kalimat dalam tanda kurung "apapun itu sesuai konsep Buddhis"? Sebagai orang yang cerdas, seharusnya bro mengerti.
			
 
			
			
				Quote from: Mas Tidar on 04 October 2012, 11:59:30 AM
kebanyakan tanya, ketahuan kapasitas otaknya (isitilah Sang Batara)
Hehehe.
Memangnya kapan saya bilang saya cerdas?
Tetapi saya pernah baca pepatah lain, "Kita hanya tahu sejauh yang kita tanya".
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 12:04:57 PM
Hehehe.
Memangnya kapan saya bilang saya cerdas?
Tetapi saya pernah baca pepatah lain, "Kita hanya tahu sejauh yang kita tanya". <<== menunjukan kapasitas otak
			 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 12:02:29 PM
Nah ini nih yang buat dikusi mutar-mutar. Baik saya copy kembali tulisan saya:
ketika anda membuat suatu pernyataan, maka member lain berhak untuk mempertanyakan pernyataan anda, jika itu anda anggap sebagai mutar-mutar, maka adalah anda sendiri yg menjadi penyebabnya.
Quote
Bro mengerti mengapa saya tambahkan kalimat dalam tanda kurung "apapun itu sesuai konsep Buddhis"? Sebagai orang yang cerdas, seharusnya bro mengerti.
tentu saja saya mengerti, tapi tetap saja saya berhak mempertanyakan validitas pernyataan anda.
			
 
			
			
				Karena pertanyaan awal saya kelihatannya lebih cocok ke penganut reinkarnasi, maka saya kira member Buddhis bisa mengabaikan pertanyaan itu.
Namun sebenarnya pertanyaan saya -- dalam diskusi yang berlangsung ini -- adalah sederhana saja, yaitu seputar:
1. Seperti apa kelahiran kembali itu. Apa sebenarnya yang 'berpindah' (atau apapun istilahnya dalam konsep Buddhis) dari kehidupan sebelum ke kehidupan sesudah.
2. Bagaimana seseorang dapat mencapai pencerahan.
Setelah mendapat penjelasan, tentu saja tidak berhenti sampai di situ. Mari kita sama-sama menguji apakah penjelasan itu adalah kebenaran. Sebab suatu penjelasan belum tentu serta-merta adalah kebenaran. Apa faktor pengujinya? Tentu saja standar yang bisa kita akui bersama (objektif).
Kira-kira begitu maksud saya.
Silakan member yang ingin menjelaskan (dengan kalimat sendiri) kedua hal diatas.
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 12:20:15 PM
1. Seperti apa kelahiran kembali itu. Apa sebenarnya yang 'berpindah' (atau apapun istilahnya dalam konsep Buddhis) dari kehidupan sebelum ke kehidupan sesudah.
ini sudah saya jawab pada reply pertama saya di thread ini, jika ada yg ingin anda bantah mari kita bahas.
Quote
2. Bagaimana seseorang dapat mencapai pencerahan.
dalam hal ini, apa yg bisa saya berikan hanyalah contoh kasus yg tercatat dalam kitab kami, dan saya sudah memberikan link untuk anda baca, sayangnya anda terlalu sibuk dengan strategi anda hingga tidak bersedia meluangkan waktu untuk membaca.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 11:58:07 AM
Bro, maksud saya, di kehidupan sekarang ini, apa yang terjadi 2 jam yang lalu, masih bisa dibuktikan. Tidak harus ada orang lain, bisa saja berupa bukti catatan (misal 2 jam lalu saya menulis, dan tulisan itu saya cek masih ada dan isinya sesuai dengan yang saya tulis 2 jam yang lalu). Atau keberadaan suatu benda, misalnya 2 jam yang lalu saya baca buku lalu diletak di atas meja. Lalu saya cek ternyata buku itu ada dan adalah buku yang sama.
Intinya, itu masih bisa dibuktikan dengan bukti nyata. Namun bagaimana dengan kelahiran kembali, bisakah dibuktikan? Mungkin dengan kesaksian orang lain, atau ada benda-benda tertentu yang menjadi bukti konkrit, yang benda dan kondisi sekitarnya sesuai dengan ingatan akan kehidupan masa lampau itu?
Sebelum ngomongin bukti empiris, sy mau tanya sama anda mengenai Ingatan dan Ilusi, darimana ada bisa membedakan itu semua? Anda sendiri mengatakan bahwa Hipnotis bisa membajak memory seseorang. Dengan demikian bisa saja Memory anda sebenarnya sudah dibajak. Nah sekarang sy tanya darimana anda bisa tahu kalo buku yang ada dimeja bukan hasil manipulasi memory/salah ingat? Pernah denger kan De Javu? Jika anda sendiri bahkan di masa sekarang tidak mampu untuk membukti apa yang anda lakukan di masa sekarang lalu bagaimana mungkin anda ngotot meminta bukti adanya kehidupan masa lalu. Ingatan itu milik pribadi bukan milik orang lain. Nah sekarang yang menjadi pertanyaan saya dari mana anda bisa membedakan apa yang anda ingat itu sebagai kenyataan dan bukan ilusi?
Mengenai kesaksian itu ada, masalahnya adalah akan ada selalu orang yang menentangnya, seperti pernyataan seorang ustaz di salah satu surat kabar makassar, dia bilang ada orng bisa mengingat masa lalu seseorang sebenarnya itu adalah gambaran yang ditanam oleh Jin Karim. So apapun penjelasan Buddhistme mengenai kelahiran kembali pasti ada pro kontranya. Jadi kesimpulannya, jika anda tidak percaya, leave it
			
 
			
			
				Saya menunggu jawaban ::)
			
			
			
				Quote from: Kelana on 04 October 2012, 12:43:50 PM
Saya menunggu jawaban ::)
berat !
wong tidak punya pengetahuan bro, hanya iseng berputar-putar
			
 
			
			
				Quote from: Kelana on 04 October 2012, 12:43:50 PM
Saya menunggu jawaban ::)
berat !
wong tidak punya pengetahuan bro, hanya iseng berputar-putar
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 11:49:54 AM
Saya menilai mengapa diskusi ini menjadi berputar-putar, karena banyak member yang sudah ad hominem dulu terhadap saya. Saya tekankan kembali, saya dalam posisi bertanya. Atau lebih ekstrim lagi, saya katakan: Pengetahuan saya tentang Buddhis masih NOL BESAR, maka saya bertanya. Oleh sebab itu, kepada member yang tulus, berikan jawaban yang jelas dan lengkap atas pertanyaan saya, sehingga saya tidak menduga-duga, yang akhirnya jadi berputar-putar.
Baik, BTT.
Kalo nol besar, belajarnya dari awal, dari dasar.
Anda ini lucu, belum belajar dasar sudah ingin tau akhirnya.
Anda belum bisa jalan, sudah ingin latihan karate.
Anda belum bisa berenang, sudah ingin renang indah..
			
 
			
			
				Quote from: Xan To on 04 October 2012, 12:28:19 PM
Sebelum ngomongin bukti empiris, sy mau tanya sama anda mengenai Ingatan dan Ilusi, darimana ada bisa membedakan itu semua? Anda sendiri mengatakan bahwa Hipnotis bisa membajak memory seseorang. Dengan demikian bisa saja Memory anda sebenarnya sudah dibajak. Nah sekarang sy tanya darimana anda bisa tahu kalo buku yang ada dimeja bukan hasil manipulasi memory/salah ingat? Pernah denger kan De Javu? Jika anda sendiri bahkan di masa sekarang tidak mampu untuk membukti apa yang anda lakukan di masa sekarang lalu bagaimana mungkin anda ngotot meminta bukti adanya kehidupan masa lalu. Ingatan itu milik pribadi bukan milik orang lain. Nah sekarang yang menjadi pertanyaan saya dari mana anda bisa membedakan apa yang anda ingat itu sebagai kenyataan dan bukan ilusi?
Menurut saya, ingatan itu sendiri sebenarnya tidak membuktikan apa-apa. Dalam pengadilan, seseorang tidak bisa menuduh orang lain hanya dengan mengatakan, "Saya 
ingat dia membunuh adik saya". Sekali lagi, ingatan tidak membuktikan apa-apa.
Itulah sebabnya, dalam contoh yang saya sebutkan, saya selalu menyertakan "bukti luar" (maksudnya, bukti di luar, atau bukti selain, ingatan itu sendiri), seperti orang lain, buku, dan catatan.
Nah, bagaimana dengan kelahiran kembali, adakah "bukti luar" (bukti di luar ingatan itu sendiri) yang bisa meneguhkan hal itu?
Quote from: Xan To on 04 October 2012, 12:28:19 PM
Mengenai kesaksian itu ada, masalahnya adalah akan ada selalu orang yang menentangnya, seperti pernyataan seorang ustaz di salah satu surat kabar makassar, dia bilang ada orng bisa mengingat masa lalu seseorang sebenarnya itu adalah gambaran yang ditanam oleh Jin Karim. So apapun penjelasan Buddhistme mengenai kelahiran kembali pasti ada pro kontranya. Jadi kesimpulannya, jika anda tidak percaya, leave it
Bukti seperti itu tidak objektif. Itu sama saja menyuruh orang Buddhis percaya "penampakan-penampakan akan Yesus" di dalam keyakinan K. Saya tidak akan menggunakan bukti seperti itu. Seperti saya katakan, mari kita gunakan standar yang bisa kita akui bersama.
			
 
			
			
				Quote from: sl99 on 04 October 2012, 01:50:53 PM
Kalo nol besar, belajarnya dari awal, dari dasar.
Anda ini lucu, belum belajar dasar sudah ingin tau akhirnya.
Salah satu cara belajar adalah dengan bertanya.
Quote from: sl99 on 04 October 2012, 01:50:53 PM
Anda belum bisa jalan, sudah ingin latihan karate.
Anda belum bisa berenang, sudah ingin renang indah..
Itu perasaan bro aja.
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 04 October 2012, 12:28:09 PM
ini sudah saya jawab pada reply pertama saya di thread ini, jika ada yg ingin anda bantah mari kita bahas.
Maksudnya yang ini:
Quote
B tidak sama dengan A, anda boleh saja jika mau menganggap bahwa si B adalah orang yg sama sekali lain, karena konsep kelahiran kembali dalam Buddhisme memang tidak sama dengan konsep reinkarnasi dari kepercayaan lain. sementara reinkarnasi versi non-Buddhisme meyakini adanya sesuatu yg berpindah dari tubuh lama ke tubuh baru, sedangkan Buddhisme tidak meyakini demikian. Kelahiran kembali dalam Buddhisme adalah proses sebab akibat, B tidak sama dengan A namun B muncul disebabkan oleh A
Agar saya tidak salah paham, bisa bro jelaskan lebih 
terperinci maksud dari "B muncul disebabkan oleh A"?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 01:55:57 PM
Menurut saya, ingatan itu sendiri sebenarnya tidak membuktikan apa-apa. Dalam pengadilan, seseorang tidak bisa menuduh orang lain hanya dengan mengatakan, "Saya ingat dia membunuh adik saya". Sekali lagi, ingatan tidak membuktikan apa-apa.
Itulah sebabnya, dalam contoh yang saya sebutkan, saya selalu menyertakan "bukti luar" (maksudnya, bukti di luar, atau bukti selain, ingatan itu sendiri), seperti orang lain, buku, dan catatan.
Nah, bagaimana dengan kelahiran kembali, adakah "bukti luar" (bukti di luar ingatan itu sendiri) yang bisa meneguhkan hal itu?
Bukti seperti itu tidak objektif. Itu sama saja menyuruh orang Buddhis percaya "penampakan-penampakan akan Yesus" di dalam keyakinan K. Saya tidak akan menggunakan bukti seperti itu. Seperti saya katakan, mari kita gunakan standar yang bisa kita akui bersama.
karena sekarang anda meminta bukti maka saya katakan tidak ada bukti tentang kelahiran kembali, hal ini sama saja dengan kepercayaan tanpa bukti bahwa orang yg menerima sosok lemah tertentu yg bahkan tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri sebagai juru selamat dan dengan meyakini itu maka ia masuk surga. 
tapi walaupun sama2 tidak bisa dibuktikan saya lebih memilih kepercayaan yg lebih masuk akal.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 02:04:31 PM
Maksudnya yang ini:
Agar saya tidak salah paham, bisa bro jelaskan lebih terperinci maksud dari "B muncul disebabkan oleh A"?
ini sangat sulit saya jelaskan (apalagi secara terperinci) kepada orang yg tidak memiliki dasar pengetahuan Buddhis, untuk memahami ini anda harus terlebih dulu mengetahui doktrin2 dasar Buddhisme spt Empat Kebenaran Mulia, Kemunculan Bergantungan, Jalan Mulia Berunsur Delapan, dll. jika anda tertarik saya akan mencarikan linknya untuk anda, tapi jika anda berjanji akan membacanya. bagaimana? berani menerima tantangan ini?
			
 
			
			
				 [at]  Isaacus.
Anggaplah Kelahiran Kembali / reinkarnasi adalah sebuah hipotesa yang belum bisa dibuktikan kebenarannya tetapi juga belum bisa dibuktikan ketidak benarannya.
Apakah anda punya hipotesa yang lebih logis atau bisa diterima dengan pikiran waras mengenai kelahiran di dunia ini yang tidak adil seperti misalnya :
Seorang anak yang dilahirkan dalam kondisi cacat, lemah mental dalam keluarga yang miskin, hari ini bisa makan besok munngkin kelaparan ?  
Sedangkan ada anak yang dilahirkan sebagai putra raja, sehat waras dan semuanya tercukupi?
Apakah hal ini merupakan suatu  keadilan bagi si anak cacat?
 :-?
			
			
			
				Quote from: Indra on 04 October 2012, 02:06:23 PM
karena sekarang anda meminta bukti maka saya katakan tidak ada bukti tentang kelahiran kembali, hal ini sama saja dengan kepercayaan tanpa bukti bahwa orang yg menerima sosok lemah tertentu yg bahkan tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri sebagai juru selamat dan dengan meyakini itu maka ia masuk surga. 
tapi walaupun sama2 tidak bisa dibuktikan saya lebih memilih kepercayaan yg lebih masuk akal.
Sekalipun yang saya bold itu masih dapat diperdebatkan, tetapi tetap saja, saya tidak pernah mengajukan bukti seperti itu. Masalahnya beberapa member menggunakan "kesaksian" sebagai bukti. Itu sama saja menyuruh Buddhis percaya kesaksian tentang penampakan Yesus. Orang yang cerdas, karena memepertimbangkan lawan bicara yng berbeda keyakinan, tidak akan menggunakan 'bukti' seperti itu. Mari menggunakan bukti yang bisa diakui bersama.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 02:13:47 PM
Sekalipun yang saya bold itu masih dapat diperdebatkan, tetapi tetap saja, saya tidak pernah mengajukan bukti seperti itu. Masalahnya beberapa member menggunakan "kesaksian" sebagai bukti. Itu sama saja menyuruh Buddhis percaya kesaksian tentang penampakan Yesus. Orang yang cerdas, karena memepertimbangkan lawan bicara yng berbeda keyakinan, tidak akan menggunakan 'bukti' seperti itu. Mari menggunakan bukti yang bisa diakui bersama.
wahai orang tidak cerdas, bukankah saya sudah mengatakan tidak ada bukti, dan again, untuk hal2 yg sama2 tidak bisa dibuktikan, maka saya lebih memilih pilihan yg cerdas daripada pilihan tolol percaya sama makhluk lemah yg bahkan tidak dapat menyelamatkan diri sendiri.
untuk bagian yg anda bold itu jika menurut anda masih bisa diperdebatkan, silakan lakukan di tempat lain, kami tidak tertarik untuk memperdebatkan hal2 bodoh itu.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 01:58:29 PM
Salah satu cara belajar adalah dengan bertanya.
Itu perasaan bro aja.
Link sudah dibaca om?
Jadi ada sudah ngerti ya dasar2 ajaran buddha?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 01:55:57 PM
Menurut saya, ingatan itu sendiri sebenarnya tidak membuktikan apa-apa. Dalam pengadilan, seseorang tidak bisa menuduh orang lain hanya dengan mengatakan, "Saya ingat dia membunuh adik saya". Sekali lagi, ingatan tidak membuktikan apa-apa.
Itulah sebabnya, dalam contoh yang saya sebutkan, saya selalu menyertakan "bukti luar" (maksudnya, bukti di luar, atau bukti selain, ingatan itu sendiri), seperti orang lain, buku, dan catatan.
Nah, bagaimana dengan kelahiran kembali, adakah "bukti luar" (bukti di luar ingatan itu sendiri) yang bisa meneguhkan hal itu?
Bukti seperti itu tidak objektif. Itu sama saja menyuruh orang Buddhis percaya "penampakan-penampakan akan Yesus" di dalam keyakinan K. Saya tidak akan menggunakan bukti seperti itu. Seperti saya katakan, mari kita gunakan standar yang bisa kita akui bersama.
Bagaimana anda bisa menyertakan "bukti luar" jika memory anda dibajak? apakah bukti luar itu akan serta merta membuktikan 2 jam kejadian yang anda alami?
anda bisa baca Twenty Cases Suggestive of Reincarnation, disitu diterangkan ada seorang anak yang bisa mengingat kehidupan sebelumnya, dia tau namanya yang dulu, orang tuanya, saudaranya, rumahnya, sebab kematiannya, tp seperti saya katakan akan ada pro kontra dimana seorang ustaz mengatakan itu adalah gambaran yang di tanam jin Karim.
Disatu sisi hanya benda2 tertentu lah yang dapat selamat dari perubahan jaman, bagaimana mungkin anda mengharapkan "bukti luar" dari kehidupan sebelumnya?
			
 
			
			
				entah anda mau atau tidak mau baca, tapi kalo soal kelahiran kembali ada dibahas disini (http://dhammacitta.org/dcpedia/Pertanyaan_Baik_Jawaban_Baik_%28Dhammika%29#Kelahiran_Kembali)
			
			
			
				Quote from: will_i_am on 04 October 2012, 02:30:32 PM
entah anda mau atau tidak mau baca, tapi kalo soal kelahiran kembali ada dibahas disini (http://dhammacitta.org/dcpedia/Pertanyaan_Baik_Jawaban_Baik_%28Dhammika%29#Kelahiran_Kembali)
Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 02:13:47 PM
Sekalipun yang saya bold itu masih dapat diperdebatkan, tetapi tetap saja, saya tidak pernah mengajukan bukti seperti itu. Masalahnya beberapa member menggunakan "kesaksian" sebagai bukti. Itu sama saja menyuruh Buddhis percaya kesaksian tentang penampakan Yesus. Orang yang cerdas, karena memepertimbangkan lawan bicara yng berbeda keyakinan, tidak akan menggunakan 'bukti' seperti itu. Mari menggunakan bukti yang bisa diakui bersama.
hm, itu terserah anda mau percaya atau tidak, anda bertanya wa sudah menjawab sejujur nya anda puas akan jawaban nya atau tidak anda pikir sendiri saja, bukan masalah bagi diri ku toh!.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 11:58:07 AM
Intinya, itu masih bisa dibuktikan dengan bukti nyata. Namun bagaimana dengan kelahiran kembali, bisakah dibuktikan? Mungkin dengan kesaksian orang lain, atau ada benda-benda tertentu yang menjadi bukti konkrit, yang benda dan kondisi sekitarnya sesuai dengan ingatan akan kehidupan masa lampau itu?
Buku-buku tentang kelahiran kembali
yang ditulis oleh scientist barat 
melalui eksperimen, data ilmiah, wawancara, dll
(bukan berdasarkan keyakinan agama dll)
Buku "Through Time Into Healing" by Dr. Brian Weiss
Buku "Many Lives, Many Masters" by Dr. Brian Weiss
[spoiler]Dr. Brian Weiss, M.D., graduating Phi Beta Kappa, magna cum laude, from Columbia University and Yale Medical School, spent years in the disciplined study of the human psychology, training his mind to think as a scientist and a physician.He distrusted anything that could not be proved by traditional scientific method.
Many Lives, Many Masters is the true story of a prominent psychiatrist, his young patient, and the past-life therapy that changed both their lives.[/spoiler]
Buku "Born Again" by Walter Semkiw, MD, MPH
[spoiler]Dr. Semkiw is a Board Certified Occupational Medicine physician who practices at a major medical center in San Francisco, where he served as the Assistant Chief of Occupational Medicine.  Previously, he served as Medical Director for Unocal 76, a Fortune 500 oil company.[/spoiler] 
Buku "Twenty Cases Suggestive of Reincarnation" by Ian Stevenson, MD
[spoiler]
Ian Pretyman Stevenson, MD, (October 31, 1918–February 8, 2007) was a Canadian biochemist and professor of psychiatry. Until his retirement in 2002, he was head of the Division of Perceptual Studies at the University of Virginia School of Medicine[/spoiler]
btw, saya ada beberapa bukunya. 
bro isaacus tinggal di daerah mana?
mau dipinjemin bukunya?
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 04 October 2012, 02:23:18 PM
wahai orang tidak cerdas, bukankah saya sudah mengatakan tidak ada bukti, dan again, untuk hal2 yg sama2 tidak bisa dibuktikan, maka saya lebih memilih pilihan yg cerdas daripada pilihan tolol percaya sama makhluk lemah yg bahkan tidak dapat menyelamatkan diri sendiri.
untuk bagian yg anda bold itu jika menurut anda masih bisa diperdebatkan, silakan lakukan di tempat lain, kami tidak tertarik untuk memperdebatkan hal2 bodoh itu.
(Saya ngomong apa, dia ngomong apa. Siapa yang bilang mau memperdebatkan hal itu di sini? Lagaknya kaya orang cerdas, padahal...memprihatinkan.)
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 03:55:45 PM
(Saya ngomong apa, dia ngomong apa. Siapa yang bilang mau memperdebatkan hal itu di sini? Lagaknya kaya orang cerdas, padahal...memprihatinkan.)
itu malah menunjukkan ketidak-cerdasan anda yg mencapai tingkat tak tertolong, apakah saya mengatakan bahwa anda mau memperdebatkan? bacalah dengan benar sebelum menjawab, agar anda tidak mempermalukan diri sendiri dan kaum anda.
			
 
			
			
				Quote from: Xan To on 04 October 2012, 02:24:22 PM
Bagaimana anda bisa menyertakan "bukti luar" jika memory anda dibajak? apakah bukti luar itu akan serta merta membuktikan 2 jam kejadian yang anda alami?
(Kok kayaknya ga mudeng juga si bro ini)
Sekalipun saya 
tidak ingat sama sekali apa yang terjadi 2 jam yang lalu, tetapi "bukti luar" bisa meneguhkan kejadian itu, misal dengan adanya rekaman/video kegiatan saya 2 jam yang lalu.
Jadi jangankan dibajak, bahkan tidak ingat sama sekali-pun, kita masih bisa meneguhkan suatu peristiwa di masa lampau, yaitu dengan "bukti luar".
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 04 October 2012, 03:58:34 PM
itu malah menunjukkan ketidak-cerdasan anda yg mencapai tingkat tak tertolong, apakah saya mengatakan bahwa anda mau memperdebatkan? bacalah dengan benar sebelum menjawab, agar anda tidak mempermalukan diri sendiri dan kaum anda.
Jadi apa maksudnya bro mengatakan:
Quoteuntuk bagian yg anda bold itu jika menurut anda masih bisa diperdebatkan, silakan lakukan di tempat lain, kami tidak tertarik untuk memperdebatkan hal2 bodoh itu.
Apa maksudnya mengatakan "silakan lakukan di tempat lain"? Jika bro tahu "saya tidak mau memperdebatkan", apa pentingnya kalimat itu diucapkan? Bersikaplah jujur dan cerdas.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 04:09:04 PM
Jadi apa maksudnya bro mengatakan:
Apa maksudnya mengatakan "silakan lakukan di tempat lain"? Jika bro tahu "saya tidak mau memperdebatkan", apa pentingnya kalimat itu diucapkan? Bersikaplah jujur dan cerdas.
pertanyaan ini seharusnya anda ajukan sebelum tuduhan anda itu, secara buddhis, perilaku tolol ini digambarkan dengan formula "apa yg seharusnya anda katakan sebelumnya, anda katakan belakangan; dan apa yg seharusnya anda katakan belakangan, anda katakan sebelumnya ..."
maksud saya persis spt apa yg tertulis "silakan lakukan di tempat lain" maksudnya adalah bahwa saya mempersilakan anda untuk melakukannya di tempat lain, apakah bisa ada arti lain dari kalimat sederhana itu?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 04:03:31 PM
(Kok kayaknya ga mudeng juga si bro ini)
Sekalipun saya tidak ingat sama sekali apa yang terjadi 2 jam yang lalu, tetapi "bukti luar" bisa meneguhkan kejadian itu, misal dengan adanya rekaman/video kegiatan saya 2 jam yang lalu.
Jadi jangankan dibajak, bahkan tidak ingat sama sekali-pun, kita masih bisa meneguhkan suatu peristiwa di masa lampau, yaitu dengan "bukti luar".
Itu kan kalo ada CCTV, Video dll masalahnya kan gak ada, nah skrg anda buktiin ke sy kalo anda pernah hidup 2 jam yang lalu, kalo 2 jam saja anda tak mampu membuktikan kepada saya, lalu bagaimana mungkin anda minta bukti kehidupan sebelumnya, misalnya sama orang yang kelahiran terakhirnya sebagai manusia pada tahun 1500? anda pikir setiap orang kalo lahir kembali pasti jadi manusia lagi??? bagaimana mungkin anda bisa mengingat kehidupan sebelumnya, anda sendiri bahkan tidak bisa membedakan antara Ingatan dan Ilusi walaupun itu terjadi dimasa hidup ini tapi anehnya anda tetap ngotot minta bukti kelahiran kembali???
Lalu komentar anda mengenai Twenty Cases Suggestive of Reincarnation bagaimana? disitu sudah ada contoh anak kecil yang bisa menyebutin namanya dulu, orang tuanya yang mana, rumahnya dimana, saudaranya siapa aja, kenapa dia mati. jadi "bukti luar" yang anda harapkan sudah terpenuh jadi selanjutnya bagaimana? Ditunggu jawabannya
			
 
			
			
				Quote from: dtgvajra on 04 October 2012, 02:09:26 PM
 [at]  Isaacus.
Anggaplah Kelahiran Kembali / reinkarnasi adalah sebuah hipotesa yang belum bisa dibuktikan kebenarannya tetapi juga belum bisa dibuktikan ketidak benarannya.
Apakah anda punya hipotesa yang lebih logis atau bisa diterima dengan pikiran waras mengenai kelahiran di dunia ini yang tidak adil seperti misalnya :
Seorang anak yang dilahirkan dalam kondisi cacat, lemah mental dalam keluarga yang miskin, hari ini bisa makan besok munngkin kelaparan ?  
Sedangkan ada anak yang dilahirkan sebagai putra raja, sehat waras dan semuanya tercukupi?
Apakah hal ini merupakan suatu keadilan bagi si anak cacat?
 :-?
Nah, ini baru bagus, mencoba memberi argumentasi yang logis (Sejujurnya teman-teman yang menggunakan argumentasi tentang "ingatan" juga termasuk argumentasi yang logis, cuma tidak kuat. Tetapi tetap saya ucapkan terima kasih kepada mereka).
Baik, jadi bro beranggapan, "karena seseorang terlahir cacat, pastilah di kehidupan sebelumnya ia berbuat jahat. Dan karena seseorang terlahir enak, pastilah di kehidupan sebelumnya ia berbuat baik". Mungkin ini bisa saya istilahkan "prinsip berbanding lurus".
Masalahnya, di dalam kehidupan yang kita saksikan sehari-hari (realita), tidak semuanya bekerja berdasarkan prinsip ini. Sebab, jika prinsip ini -- prinsip berbanding lurus -- bekerja mutlak, maka: 
orang yang rajin harus pasti kaya, dan orang yang malas harus pasti miskin. Namun, kenyataan tidak seperti itu, bukan? Ada yang rajin bekerja, namun hidupnya tetap miskin. Di sisi lain, ada yang bermalas-malasan, namun hidupnya kaya. Mengapa ini bisa terjadi? Karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Mungkin si orang rajin itu tetap miskin, karena ia hidup di daerah yang sulit. Mungkin si orang malas itu bisa kaya, karena dapat warisan dari orang tua yang kaya. Intinya, ada faktor lain (selain rajin-malas) yang mempengaruhi.
Ketika melihat seorang yang miskin, kita tidak bisa mengatakan, "Dia ini 
pasti malas".
Maka begitu juga, ketika kita melihat seorang terlahir cacat, kita tidak bisa mengatakan, "Dia 
pasti jahat di kehidupan sebelumnya". Sebab ada faktor-faktor lain (selain baik-jahat) yang mempengaruhi. Sehubungan dengan kelahiran, faktor lain apa yang bisa berpengaruh? Genetika, lingkungan (mungkin daerahnya tercemar), dll.
"Apakah ini adil bagi si anak cacat itu?" Mengapa kita harus mengharapkan keadilan dalam proses kelahiran, sedangkan dalam kehidupan yang dijalani saja masih bisa ada ketidakadilan? Memaksa harus tidak ada ketidakadilan dalam kelahiran, itu sama saja dengan memaksa harus tidak ada ketidakadilan dalam seluruh proses kehidupan. Itu tidak realistis dalam dunia sekarang ini.
			
 
			
			
				Quote from: Xan To on 04 October 2012, 04:46:03 PM
Itu kan kalo ada CCTV, Video dll masalahnya kan gak ada, nah skrg anda buktiin ke sy kalo anda pernah hidup 2 jam yang lalu, kalo 2 jam saja anda tak mampu membuktikan kepada saya, lalu bagaimana mungkin anda minta bukti kehidupan sebelumnya sama orang yang kelahiran terakhirnya sebagai manusia pada tahun 1500 misalnya? anda pikir setiap orang kalo lahir kembali pasti jadi manusia lagi??? anda sendiri bahkan tidak bisa membedakan antara Ingatan dan Ilusi. bagaimana mungkin anda bisa mengingat kehidupan sebelumnya, jangan lah kamu bermimpi bisa mengingat kehidupan sebelumnya
Initinya, kejadian 2 jam yang lalu itu 
masih bisa dibuktikan, atau masih ada cara untuk membuktikannya, bukan? (entah apapun itu caranya, yang jelas diluar "pengakuan diri sendiri")
Quote from: Xan To on 04 October 2012, 04:46:03 PM
Lalu komentar anda mengenai Twenty Cases Suggestive of Reincarnation bagaimana? disitu sudah ada contoh anak kecil yang bisa menyebutin namanya dulu, orang tuanya yang mana, rumahnya dimana, saudaranya siapa aja, kenapa dia mati. Ditunggu jawabannya
Kan sudah saya katakan, itu sama saja dengan menyuruh seorang Buddhis percaya "penampakan akan Yesus" oleh seorang K. Bukti seperti itu tidak objektif, karena hanya "pengakuan diri sendiri".
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 05:02:50 PM
Initinya, kejadian 2 jam yang lalu itu masih bisa dibuktikan, atau masih ada cara untuk membuktikannya, bukan? (entah apapun itu caranya, yang jelas diluar "pengakuan diri sendiri")
Kan sudah saya katakan, itu sama saja dengan menyuruh seorang Buddhis percaya "penampakan akan Yesus" oleh seorang K. Bukti seperti itu tidak objektif, karena hanya "pengakuan diri sendiri".
Anda pikir anak itu cuma ngaku? Tuh anak buktiin sama keluarganya yang sekarang kalo dia pernah hidup dengan keluarga sebelumnya, anak itu bawa orang tua nya yang sekarang ke orang tuanya yang dulu, dikenalin keluarganya yang dulu, saudaranya, tempat dimana dia mati dulu, semua di TUNJUKIN, jelas??? makanya kasus ini kemudian menjadi gempar, dan akhirnya diteliti sama seorang Ilmuwan, namanya Ian Stevenson jelas?  trus sekarang tanggapan anda? masih ngeyel?
			
 
			
			
				 [at] Isaacus Newtonus
mo tanya..dlm agama anda..
di sebut apakah proses terlahirnya yesus... (yg sebelumnya adalah mahluk bukan manusia) ?
bagaimana proses nya?
apanya yg berpindah dlm proses itu... pikirannya? tubuhnya? atau???
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 04:55:31 PM
Nah, ini baru bagus, mencoba memberi argumentasi yang logis (Sejujurnya teman-teman yang menggunakan argumentasi tentang "ingatan" juga termasuk argumentasi yang logis, cuma tidak kuat. Tetapi tetap saya ucapkan terima kasih kepada mereka).
Baik, jadi bro beranggapan, "karena seseorang terlahir cacat, pastilah di kehidupan sebelumnya ia berbuat jahat. Dan karena seseorang terlahir enak, pastilah di kehidupan sebelumnya ia berbuat baik". Mungkin ini bisa saya istilahkan "prinsip berbanding lurus".
Masalahnya, di dalam kehidupan yang kita saksikan sehari-hari (realita), tidak semuanya bekerja berdasarkan prinsip ini. Sebab, jika prinsip ini -- prinsip berbanding lurus -- bekerja mutlak, maka: orang yang rajin harus pasti kaya, dan orang yang malas harus pasti miskin. Namun, kenyataan tidak seperti itu, bukan? Ada yang rajin bekerja, namun hidupnya tetap miskin. Di sisi lain, ada yang bermalas-malasan, namun hidupnya kaya. Mengapa ini bisa terjadi? Karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Mungkin si orang rajin itu tetap miskin, karena ia hidup di daerah yang sulit. Mungkin si orang malas itu bisa kaya, karena dapat warisan dari orang tua yang kaya. Intinya, ada faktor lain (selain rajin-malas) yang mempengaruhi.
Ketika melihat seorang yang miskin, kita tidak bisa mengatakan, "Dia ini pasti malas".
Maka begitu juga, ketika kita melihat seorang terlahir cacat, kita tidak bisa mengatakan, "Dia pasti jahat di kehidupan sebelumnya". Sebab ada faktor-faktor lain (selain baik-jahat) yang mempengaruhi. Sehubungan dengan kelahiran, faktor lain apa yang bisa berpengaruh? Genetika, lingkungan (mungkin daerahnya tercemar), dll.
"Apakah ini adil bagi si anak cacat itu?" Mengapa kita harus mengharapkan keadilan dalam proses kelahiran, sedangkan dalam kehidupan yang dijalani saja masih bisa ada ketidakadilan? Memaksa harus tidak ada ketidakadilan dalam kelahiran, itu sama saja dengan memaksa harus tidak ada ketidakadilan dalam seluruh proses kehidupan. Itu tidak realistis dalam dunia sekarang ini.
dari pernyataan yang saya petik adalah "ketidak adilan tumimbal lahir (jika memang ada)"
saya berikan contoh : "seorang anak terlahir sumbing"
"suatu hari lahirlah seorang bayi berbibir sumbing dikeluarga kaya, terpandang dan penuh welas asih...mereka merasa sangat tidak adil kenapa sang anak terlahir dengan bibir sumbing padahal mereka selalu melakukan kebaikan??(saya tangkap maksud dari masbro begini...bahwa gak semuanya berbanding lurus)
ketidak adilannya : 
1. kenapa anak itu tiba2 terlahir sumbing??(mestinya karena kerusakan gen)
2. orangtuanya tidak adil kenapa tiba mendapat anak berbibir sumbing
3. orangtuanya bekerja halal, banyak berdana, banyak beribadah kenapa dikehidupan ini mendapat mendapat anak berbibir sumbing??
apakah masbro sudah membaca dasar2 dari karma??
apakah masbro tahu ada karma yang berefek pada kehidupan saat ini juga dan ada pula karma yang memberikan efek setelah 1/2/3 kehidupan berikutnya??
jika belum silahkan dibaca2 lagi..(saran saya saat membaca mencobalah berpikiran terbuka...jika anda membaca hanya untuk mencari kelemahan mungkin akan sulit dipahami)
saya coba terangkan kasus "bibir sumbing" pada cerita di atas dengan menggunakan istilah "karma" dan "tumimbal lahir".
anggaplah bayi bibir sumbing si A
orangtua laki2 si B dan orangtua perempuan si C
pertama2 kita buat peristiwanya...
peristiwa si A :
si A pada kehidupan sebelumnya adalah pencari ikan di sungai...suatu ketika si membacok kepala ikan lele saat berusaha menangkapnya ...namun meleset dan terkena mulut si lele...si lele kabur..si A maki2 kesal...
lalu beberapa tahun kemudian si A meninggal.. (lalu karena kebaikannya dmasa2 lalu dia masih terlahir menjadi manusia namun dia terlahir dengan bibir sumbing..case closed utk kasus si A)
peristiwa si B :
si B di 3 kehidupan dahulu adalah anak yang durhaka...tidak pernah menghormati orangtuanya...gemar merampok...dan suatu ketika dia meyiksa korbannya dengan memukul2 bi2r korbannya..
karena paraminya masih baik di kehidupan selanjutnya dia terlahir menjadi manusia namun sangat dermawan...hasilnya di kehidupan berikutnya dia terlahir menjadi orang kaya...akan tetapi karena karma masa lampaunya terlahir setelah 2 kehidupan selanjutnya dia mendapati seorang bayi yang mempunyai kekurangan fisik...case closed utk si B)
peristiwa si C :
di kehidupan sekarang...saat mengandung..si wanita bertemu dengan bayi yang mengalami bibir sumbing di sebuah rumah sakit..
lalu bersama ibunya dia berkata "iiihhh....ngeri banget deh punya anak kayak gitu...jangan sampe anak gw kayak gitu...jijik rasanya.."sambil ngelus2 perutnya
(alhasil karena perbuatan yang kurang bijaksana tersebut dia melahirkan anak yang berbibir sumbing...case closed utk kasus si C)
dari ke3 peristiwa diatas mungkin masbro dapat menarik kesimpulan..."bahwa segala sesuatunya tidak dapat terjadi di kehidupan saat ini juga"
jika terlahir berbibir sumbing " sadarilah hasil tersebut hasil dr karma masa lampau dan perbaikilah segala ucapan dan tindakan agar dikehidupan berikutnya tidak terlahir dengan bibir sumbing,toh pada kehidupan saat ini masih bisa memperbaiki segala nasib anda berikutnya"
begitu juga yang mempunyai anak berbibir sumbing...tentu akan menjaga ucapannya agar kejadian itu tidak terulang lagi..
lalu untuk membuktikan tumimbal lahir pada kehidupan saat ini gimana??(ini yang saya tangkap dari masbro)
seperti jawaban sebelumnya...gunakan "meditasi" untuk membuktikan secara pribadi...kalo masbro merasa buku2 berdasarkan penelitian ilmiah tidak dapat merubah keyakinan masbro...
karena sangat percuma menerangkan kepada orang yang sesungguhnya tidak mau tahu saat dijelaskan,karena telah menutup mata dan telinganya termasuk menutup pikiran dan logikanya..
			
 
			
			
				Cangkir sudah penuh berisi anggur, bagaimana mau diisi teh?   :whistle:
#tembus 500 post nih kayaknya  ^-^
			
			
			
				Quote from: bluppy on 04 October 2012, 03:47:19 PM
Buku-buku tentang kelahiran kembali
yang ditulis oleh scientist barat 
melalui eksperimen, data ilmiah, wawancara, dll
(bukan berdasarkan keyakinan agama dll)
Buku "Through Time Into Healing" by Dr. Brian Weiss
Buku "Many Lives, Many Masters" by Dr. Brian Weiss
[spoiler]Dr. Brian Weiss, M.D., graduating Phi Beta Kappa, magna cum laude, from Columbia University and Yale Medical School, spent years in the disciplined study of the human psychology, training his mind to think as a scientist and a physician.He distrusted anything that could not be proved by traditional scientific method.
Many Lives, Many Masters is the true story of a prominent psychiatrist, his young patient, and the past-life therapy that changed both their lives.[/spoiler]
Buku "Born Again" by Walter Semkiw, MD, MPH
[spoiler]Dr. Semkiw is a Board Certified Occupational Medicine physician who practices at a major medical center in San Francisco, where he served as the Assistant Chief of Occupational Medicine.  Previously, he served as Medical Director for Unocal 76, a Fortune 500 oil company.[/spoiler] 
Buku "Twenty Cases Suggestive of Reincarnation" by Ian Stevenson, MD
[spoiler]
Ian Pretyman Stevenson, MD, (October 31, 1918–February 8, 2007) was a Canadian biochemist and professor of psychiatry. Until his retirement in 2002, he was head of the Division of Perceptual Studies at the University of Virginia School of Medicine[/spoiler]
btw, saya ada beberapa bukunya. 
bro isaacus tinggal di daerah mana?
mau dipinjemin bukunya?
sis, sepertinya masbro yang satu ini lebih suka belajar dengan metode tanya jawab daripada membaca sendiri.
			
 
			
			
				Quote from: sanjiva on 04 October 2012, 06:29:37 PM
Cangkir sudah penuh berisi anggur, bagaimana mau diisi teh?   :whistle:
Buang cangkirnya.  ;D
			
 
			
			
				Quote from: Xan To on 04 October 2012, 05:22:55 PM
Anda pikir anak itu cuma ngaku? Tuh anak buktiin sama keluarganya yang sekarang kalo dia pernah hidup dengan keluarga sebelumnya, anak itu bawa orang tua nya yang sekarang ke orang tuanya yang dulu, dikenalin keluarganya yang dulu, saudaranya, tempat dimana dia mati dulu, semua di TUNJUKIN, jelas??? makanya kasus ini kemudian menjadi gempar, dan akhirnya diteliti sama seorang Ilmuwan, namanya Ian Stevenson jelas?  trus sekarang tanggapan anda? masih ngeyel?
mungkin tidak dibaca...
			
 
			
			
			
			
				Quote from: will_i_am on 04 October 2012, 08:29:59 PM
mungkin tidak dibaca...
bukan... ngak bisa baca, cuma bisa nulis (nanya) ;D
			
 
			
			
				Quote from: Xan To on 04 October 2012, 05:22:55 PM
Anda pikir anak itu cuma ngaku? Tuh anak buktiin sama keluarganya yang sekarang kalo dia pernah hidup dengan keluarga sebelumnya, anak itu bawa orang tua nya yang sekarang ke orang tuanya yang dulu, dikenalin keluarganya yang dulu, saudaranya, tempat dimana dia mati dulu, semua di TUNJUKIN, jelas??? makanya kasus ini kemudian menjadi gempar, dan akhirnya diteliti sama seorang Ilmuwan, namanya Ian Stevenson jelas?  trus sekarang tanggapan anda? masih ngeyel?
Bro, agar saya tidak salah paham, saya ingin memastikan: Apakah kasus anak kecil yang diteliti Ian Stevenson itu reinkarnasi atau kelahiran kembali?
			
 
			
			
				Bro Emolio, maaf telat dibalas.
Quote from: emulio on 03 October 2012, 11:50:39 PM
Isaac,
Sebelum saya menanggapi, ada sedikit klarifikasi untuk masalah istilah consciousness
1. Konsep "aku" / jiwa / roh / consciousness / nurani, dst, sebenarnya hanya masalah perbedaan istilah saja untuk menjelaskan konsep yang sama.
Untuk menjelaskan komponen alam semesta yang sempat kamu tanyakan, saya memakai kata "energi" karena saya menjelaskan dari sudut pandang fisika yang kebetulan saya pelajari sedikit. 
Energi membentuk consciousness, juga matter dan forces. 
Jadi ringkasnya bisa dibilang:
Energi membentuk consciousness / roh / jiwa / nurani / perasaan 'aku'. 
Lebih lanjut, saya samakan energi dengan consciousness agar mudah.
Mungkin dalam ajaran kamu jiwa dan roh masih dibedakan.
Baik saya mengerti. Tetapi bisa diperjelas lagi bagaimana enegi bisa menghasilkan kesadaran?
Quote from: emulio on 03 October 2012, 11:50:39 PM
3. Bila kita ingin tahu apakah ada rebirth vs tidak ada rebirth, tidak akan bisa ketemu jawabannya selain kita alami sendiri. Hal ini karena rebirth tidak ada absolute proof yang bisa kita amati. 
Kalau saya bilang "bumi itu bulat", semua akan sepakat karena ada buktinya, dan bukan sekedar teori lagi. Namun tidak untuk rebirth karena tidak ada bukti (proof), hanya evidence.
Tetapi bukankah ini sama saja dengan menyuruh bro percaya akan penampakan Yesus yang dialami seorang K? Bukankah mereka (K) yang mengaku mengalaminya juga bisa mengatakan mereka punya evidence?
Quote from: emulio on 03 October 2012, 11:50:39 PM
Untuk membandingkan, saya akan memakai analogi teori gravitasi. 
(eh, kamu kan yang nemuin teori gravitasi, gara-gara kejatuhan apel ;D)
Gravitasi tidak bisa kita tes di laboratorium untuk tahu apakah gravitasi itu eksis atau tidak, tapi kamu juga tidak akan berani lompat dari gedung karena sudah mengalami sendiri yang namanya gravitasi dan melihat evidence bahwa kalau kita menjatuhkan benda, pasti jatuh ke bawah. Semoga analoginya kena, namun intinya, saya ingin kamu membedakan evidence sama proof dalam penjelasan saya.
Mengenai gravitasi, sekalipun tidak bisa dibuktikan keberadaan "dirinya sendiri", (tidak bisa dilihat), namun keberadaannya masih bisa dibuktikan dengan "bukti luar", yaitu benda yang jatuh.
Bagaimana dengan kelahiran kembali, selain "dirinya sendiri", adakah "bukti luar" yang bisa meneguhkannya? Seperti yang bro dan teman-teman lain katakan, tidak ada.
			
				Thanks bro Emolio.
QuoteStandar moral, kita memakai panca sila (five precepts)ang menjadi tuntunan moral kita.
Pancasila berbunyi sebagai berikut:
-Aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan (nilai kemanusiaan) guna mencapai samadi.
-Aku bertekad melatih diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan (nilai keadilan)guna mencapai samadi.
-Aku bertekad melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila (berzinah, menggauli suami/istri orang lain, nilai keluarga)guna mencapai samadi.
-Aku bertekad untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar /berbohong, berdusta, fitnah, omongkosong (nilai kejujuran)guna mencapai samadi.
-Aku bertekad untuk melatih diri menghindari segala minuman dan makanan yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan (nilai pembebasan)guna mencapai samadi.
Bro, berbeda dengan K, agama Buddha dapat dikatakan agama karena 
pencerahan manusia itu sendiri (tanpa melibatkan kekuatan yang lebih tinggi).
Maka siapa yang bisa menentukan tolak ukur suatu standar moral? Sedangkan nilai manusia bisa berbeda-beda? Mengapa harus kelima itu saja? Jika ada seorang yang menerima kelima nilai itu, namun ditambah lagi dengan nilai "menolak membunuh hewan", maka orang ini lebih mulia dari Sidharta, karena Sidharta masih makan daging. Tetapi bahkan itu pun belum yang paling mulia. Jika ada seseorang yang menerima keenam nilai itu, namun ditambah lagi dengan nilai "tidak membunuh tumbuhan", maka orang ini jauh lebih mulia lagi, sebab ia sama sekali tidak membunuh kehidupan apapun di dunia ini (Tentu saja, tidak lama setelah ia mendapat 'pencerahan' itu, ia akan mati).
			
				Bro Emolio.
1. Apakah ajaran 5 skandha itu bersumber dari Tripitaka?
2. Yang saya tangkap dari penjelasan bro, bahan dasar alam semesta adalah energi, dan energi ini membentuk 5 skandha. Namun bagaimana hubungan energi dasar ini dengan hukum karma?
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 10:58:09 PM
Thanks bro Emolio.
Bro, berbeda dengan K, agama Buddha dapat dikatakan agama karena pencerahan manusia itu sendiri (tanpa melibatkan kekuatan yang lebih tinggi).
Maka siapa yang bisa menentukan tolak ukur suatu standar moral? Sedangkan nilai manusia bisa berbeda-beda? Mengapa harus kelima itu saja? Jika ada seorang yang menerima kelima nilai itu, namun ditambah lagi dengan nilai "menolak membunuh hewan", maka orang ini lebih mulia dari Sidharta, karena Sidharta masih makan daging. Tetapi bahkan itu pun belum yang paling mulia. Jika ada seseorang yang menerima keenam nilai itu, namun ditambah lagi dengan nilai "tidak membunuh tumbuhan", maka orang ini jauh lebih mulia lagi, sebab ia sama sekali tidak membunuh kehidupan apapun di dunia ini (Tentu saja, tidak lama setelah ia mendapat 'pencerahan' itu, ia akan mati).
selain pancasila kita ada atthasila, dasasila dan vinaya. untuk pemula maka pancasila boleh di latih boleh tidak terserah pada pendirian manusia masing masing bebas untuk melakukan atau tidak melakukan dengan konsekwensi harus di tanggung masing masing.
mengenai mahluk hidup definisi mahluk hidup  di buddhis me berbeda dengan definisi yang anda paksakan tersebut.
segala sesuatunya tidak akan menyambung bila anda memaksakan standrat yang anda pakai sendiri karena standrat yang di pakai Buddhisme tidak sama seperti standrat metrik dan standart kaki, panjang satu meter tidak akan sama dengan panjang satu kaki.
Seperti anda berusaha merubah dan merantai pandangan semua yang ada disini sesuai pandangan and pendapat mu saja.
			
 
			
			
				sorry double post.
			
			
			
				Quote from: daimond on 04 October 2012, 11:13:22 PM
mengenai mahluk hidup definisi mahluk hidup  di buddhis me berbeda dengan definisi yang anda paksakan tersebut.
Yang mana yang saya paksakan? Bukankah definis makhluk hidup yang saya sampaikan adalah definisi universal? (orang atheis pun akan mengakui).
Quote from: daimond on 04 October 2012, 11:13:22 PM
segala sesuatunya tidak akan menyambung bila anda memaksakan standrat yang anda pakai sendiri karena standrat yang di pakai Buddhisme tidak sama seperti standrat metrik dan standart kaki, panjang satu meter tidak akan sama dengan panjang satu kaki.
Justru karena itu (perhatikan kembali tulisan saya sebelumnya). Karena agama Buddha adalah agama pencerahan seorang manusia, mengapa standar seorang manusia itu yang diikuti? Padahal masih bisa ada standar yang lebih mulia?
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 04 October 2012, 11:13:22 PM
Seperti anda berusaha merubah dan merantai pandangan semua yang ada disini sesuai pandangan and pendapat mu saja.
Kok pendapat saya bro? Kan sudah saya katakan, kita ingin sama-sama menguji berdasarkan 
standar yang diakui bersama. Tentunya semua orang (bahkan atheis sekalipun) akan mengakui bahwa hewan dan tumbuhan adalah makhluk hidup. Atau bro mau mengatakan hewan dan tumbuhan bukan mahluk hidup?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 10:37:07 PM
Bro Emolio, maaf telat dibalas.
Baik saya mengerti. Tetapi bisa diperjelas lagi bagaimana enegi bisa menghasilkan kesadaran?
Tetapi bukankah ini sama saja dengan menyuruh bro percaya akan penampakan Yesus yang dialami seorang K? Bukankah mereka (K) yang mengaku mengalaminya juga bisa mengatakan mereka punya evidence?
Mengenai gravitasi, sekalipun tidak bisa dibuktikan keberadaan "dirinya sendiri", (tidak bisa dilihat), namun keberadaannya masih bisa dibuktikan dengan "bukti luar", yaitu benda yang jatuh.
Bagaimana dengan kelahiran kembali, selain "dirinya sendiri", adakah "bukti luar" yang bisa meneguhkannya? Seperti yang bro dan teman-teman lain katakan, tidak ada.
1. Saya teringat dengan kutipan dari Prof Yohanes Surya, seorang ahli fisika Indonesia, tentang bagaimana alam semesta ini bisa mengatur dirinya. Dia memakai fakta tentang gundukan pasir. 
Pasir bila kita tuangkan terus menerus, akan semakin meninggi. Pada ketinggian kritis, pasir-pasir yang kita tuangkan akan mengatur dirinya sedemikian rupa sehingga tercipta bukit pasir. Semakin kita tambahkan pasir-pasir itu, maka pasir itu akan terus mengatur dirinya agar kemiringan bukit tetap sama.
Pertanyaan kamu, bagaimana energi bisa menghasilkan kesadaran, atau bagaimana terbentuknya 5 skandha, sama dengan bukit pasir tersebut. Energi itu mengatur dirinya (
self-organize) untuk menciptakan apa yang kita namakan kesadaran.
2.  Memang proof tidak ada, tapi evidence yang paling meyakinkan adalah adanya ingatan yang jelas dari orang yang mampu mengingat kelahiran sebelumnya tentang kehidupan masa lalu, seperti detil tempat, budaya, atau nama sanak famili sebelumnya. Beberapa yang lain membuktikan dengan 
xenoglossy (bicara bahasa yang belum dia dengar sebelumnya).
Dengan analogi gravitasi, kamu sudah melihat bagaimana gravitasi itu bekerja dengan mata kepala sendiri, bukan dari buku-buku saja. Sama dalam kasus kelahiran kembali, evidence akan menguat untuk kamu ketika kamu sendiri berada di samping orang yang bisa mengingat kembali masa lalunya dan menyaksikan sendiri kejadiannya. 
Yang paling baik, kamu bisa mulai mencoba meditasi atau hipnotis Past Life Regression untuk mengalami sendiri kelahiran kembali itu.
Setelah mengalami, silakan simpulkan sendiri.
			
 
			
			
				Quote from: The Ronald on 04 October 2012, 05:30:31 PM
 [at] Isaacus Newtonus
mo tanya..dlm agama anda..
di sebut apakah proses terlahirnya yesus... (yg sebelumnya adalah mahluk bukan manusia) ?
bagaimana proses nya?
apanya yg berpindah dlm proses itu... pikirannya? tubuhnya? atau???
Bolehkah membahas/menjelaskan keyakinan lain di forum ini?
Saya perlu memastikan terlebih dahulu.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 10:58:09 PM
Maka siapa yang bisa menentukan tolak ukur suatu standar moral? Sedangkan nilai manusia bisa berbeda-beda?
kalau tolok ukur standar moral dari agama anda apa? dari Tuhan atau manusia?
Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 10:58:09 PM
Mengapa harus kelima itu saja? Jika ada seorang yang menerima kelima nilai itu, namun ditambah lagi dengan nilai "menolak membunuh hewan", maka orang ini lebih mulia dari Sidharta, karena Sidharta masih makan daging.
ada rujukan kalau 'makan daging' berarti melakukan 'pembunuhan'? ada juga rujukan bahwa 'Buddha makan daging'?
Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 10:58:09 PM
Tetapi bahkan itu pun belum yang paling mulia. Jika ada seseorang yang menerima keenam nilai itu, namun ditambah lagi dengan nilai "tidak membunuh tumbuhan", maka orang ini jauh lebih mulia lagi, sebab ia sama sekali tidak membunuh kehidupan apapun di dunia ini (Tentu saja, tidak lama setelah ia mendapat 'pencerahan' itu, ia akan mati).
ada rujukan kalau 'tumbuhan' adalah 'makhluk hidup'?
NB: semua rujukan yg saya minta dari Buddhisme ya, bukan sumber lain, kan kita lagi bahas Buddhisme
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 10:37:07 PM
Bagaimana dengan kelahiran kembali, selain "dirinya sendiri", adakah "bukti luar" yang bisa meneguhkannya? Seperti yang bro dan teman-teman lain katakan, tidak ada.
ini sepertinya udah pernah ditekankan oleh seseorang.....
Bro Isaac masi ingat tidak siapa?
			
 
			
			
				itu standart yang anda paksakan dan  pakai sendiri standrat budhisme tidak sama dengan pandangan yang  anda paksakan tersebut, dan bila anda bicara seperti itu artinya sebaiknya mulai membuka buka buku budhisme  dari riwayat bodhisatva; anda mengatakan anda pernah berdiskusi dengan orang budhisme tapi hal hal yang di tunjukan disini semua nya hanya pandangan ingin menang sendiri sesuai persepsi anda.
seperti pelangi yang brasal dari cahaya matahari yang bisa diurai oleh air di angkasa menjadi pelangi, manusia kemudian menggunakan prisma mengurai cahaya matahari tersebut, apakah pelangi itu busur tuhan?
wa rasa pelangi adalah busur tuhan adalah sangat aneh terdengar nya bagi diri ku.
			
			
			
				Quote from: daimond on 04 October 2012, 11:36:06 PM
wa rasa pelangi adalah busur tuhan adalah sangat aneh terdengar nya bagi diri ku.
emang pakai tolok ukur kita, kan tolok ukurnya yg lebih tinggi
ngak bisa dinalar pakai otak manusia, tapi pakai otak buaya
info: otak buaya -> +/- sebesar biji wijen (kalau ngak salah itu ukuran iman)  ;D
			
 
			
			
				Thanks bro.
Quote from: emulio on 04 October 2012, 11:29:03 PM
1. Saya teringat dengan kutipan dari Prof Yohanes Surya, seorang ahli fisika Indonesia, tentang bagaimana alam semesta ini bisa mengatur dirinya. Dia memakai fakta tentang gundukan pasir. 
Pasir bila kita tuangkan terus menerus, akan semakin meninggi. Pada ketinggian kritis, pasir-pasir yang kita tuangkan akan mengatur dirinya sedemikian rupa sehingga tercipta bukit pasir. Semakin kita tambahkan pasir-pasir itu, maka pasir itu akan terus mengatur dirinya agar kemiringan bukit tetap sama.
Gundukan pasir (materi, yang berasal dari energi) itu bisa terbentuk karena adanya hukum (i.e gravitasi). Pasir itu tidak akan membentuk gundukan dengan kemiringan yang sama jika tidak ada hukum. Maka dari mana sumber hukum ini?
Thanks bro.
Quote from: emulio on 04 October 2012, 11:29:03 PM
Pertanyaan kamu, bagaimana energi bisa menghasilkan kesadaran, atau bagaimana terbentuknya 5 skandha, sama dengan bukit pasir tersebut. Energi itu mengatur dirinya (self-organize) untuk menciptakan apa yang kita namakan kesadaran.
Kalau memang seperti itu, mengapa hal itu tidak berlaku universal? Mengapa batu tidak memiliki kesadaran ataupun pikiran?
Coba perhatikan contoh pasir bro itu: Energi (materi) + Hukum = Rancangan. Energi tidak bisa mengatur dirinya sendiri. Pasir tanpa hukum (i.e gravitasi) tidak bisa menghasilkan bukit-bukit pasir dengan bentuk yang sama.
Quote from: emulio on 04 October 2012, 11:29:03 PM
2.  Memang proof tidak ada, tapi evidence yang paling meyakinkan adalah adanya ingatan yang jelas dari orang yang mampu mengingat kelahiran sebelumnya tentang kehidupan masa lalu, seperti detil tempat, budaya, atau nama sanak famili sebelumnya. Beberapa yang lain membuktikan dengan xenoglossy (bicara bahasa yang belum dia dengar sebelumnya).
Dengan analogi gravitasi, kamu sudah melihat bagaimana gravitasi itu bekerja dengan mata kepala sendiri, bukan dari buku-buku saja. Sama dalam kasus kelahiran kembali, evidence akan menguat untuk kamu ketika kamu sendiri berada di samping orang yang bisa mengingat kembali masa lalunya dan menyaksikan sendiri kejadiannya. 
Lho, kan sudah saya katakan, itu sama saja seperti kesaksian orang yang mengaku pernah melihat Yesus. apa bro percaya?
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 10:58:09 PM
Thanks bro Emolio.
Bro, berbeda dengan K, agama Buddha dapat dikatakan agama karena pencerahan manusia itu sendiri (tanpa melibatkan kekuatan yang lebih tinggi).
Maka siapa yang bisa menentukan tolak ukur suatu standar moral? Sedangkan nilai manusia bisa berbeda-beda? Mengapa harus kelima itu saja? Jika ada seorang yang menerima kelima nilai itu, namun ditambah lagi dengan nilai "menolak membunuh hewan", maka orang ini lebih mulia dari Sidharta, karena Sidharta masih makan daging. Tetapi bahkan itu pun belum yang paling mulia. Jika ada seseorang yang menerima keenam nilai itu, namun ditambah lagi dengan nilai "tidak membunuh tumbuhan", maka orang ini jauh lebih mulia lagi, sebab ia sama sekali tidak membunuh kehidupan apapun di dunia ini (Tentu saja, tidak lama setelah ia mendapat 'pencerahan' itu, ia akan mati).
Hmm...standar moral agama K mengharuskan orang bekerja di Hari Sabat dihukum mati kan? 
Anyway, kembali ke topik, saya mau menjelaskan 2 hal ini dulu: 
1. Buddhisme tidak mengatakan makan daging itu sama dengan membunuh. 
2. Tumbuhan bukanlah makhluk hidup. 
At best, bisa dideskripsikan sebagai "benda hidup".
Saya jawab ringkas saja.
Sebenarnya pancasila itu adalah 
moral guide yang ada di dalam diri kita masing-masing. 
Semua manusia sebenarnya tahu hal ini bila dia menyelidiki ke dalam dirinya.
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 04 October 2012, 11:32:58 PM
kalau tolok ukur standar moral dari agama anda apa? dari Tuhan atau manusia?
Agama kami bukan agama manusia, tetapi agama dari sesuatu yang lebih tinggi (yang kami sebut Tuhan). Bro mau bukti?
Quote from: siswahardy on 04 October 2012, 11:32:58 PM
ada juga rujukan bahwa 'Buddha makan daging'?
Tertulis di Aṅguttara Nikāya 5.44
"Ini tentang seorang umat awam, Ugga, yang mempersembahkan beberapa pilihan makanan yang baik untuk Sang Buddha: di antaranya adalah daging babi yang dimasak dengan buah jujube yang diterima oleh Sang Buddha. Sekali lagi, ini jelas bahwa 
Sang Buddha dan para siswanya makan daging."
Quoteada rujukan kalau 'tumbuhan' adalah 'makhluk hidup'?
NB: semua rujukan yg saya minta dari Buddhisme ya, bukan sumber lain, kan kita lagi bahas Buddhisme
Bro, dimana-mana (bahkan atheis dan sains) juga mengakui bahwa tumbuhan adalah makhluk hidup. Kalau Buddhisme mengatakan tumbuhan bukan makhluk hidup, maka secara standar universal, Buddhisme sudah salah. Ini menjadi satu bukti kelemahan agama Buddha.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 11:44:36 PM
Thanks bro.
Gundukan pasir (materi, yang berasal dari energi) itu bisa terbentuk karena adanya hukum (i.e gravitasi). Pasir itu tidak akan membentuk gundukan dengan kemiringan yang sama jika tidak ada hukum. Maka dari mana sumber hukum ini?
Thanks bro.
Kalau memang seperti itu, mengapa hal itu tidak berlaku universal? Mengapa batu tidak memiliki kesadaran ataupun pikiran?
Coba perhatikan contoh pasir bro itu: Energi (materi) + Hukum = Rancangan. Energi tidak bisa mengatur dirinya sendiri. Pasir tanpa hukum (i.e gravitasi) tidak bisa menghasilkan bukit-bukit pasir dengan bentuk yang sama.
Lho, kan sudah saya katakan, itu sama saja seperti kesaksian orang yang mengaku pernah melihat Yesus. apa bro percaya?
1. Saya mengerti arah pembicaraan kamu, jadi yang mengatur pasir itu adalah tuhan kamu? 
Kamu mensyaratkan bahwa haruslah ada designer di sini, yang mempunyai pribadi. 
Namun seperti yang saya katakan bahwa alam semesta ini juga boleh dibilang "pribadi" (pakai tanda kutip). Tidak melulu harus ehm....si YHWH, yang ciptain hukum-hukum itu.
2. Saya percaya rebirth dari kesimpulan saya setelah mempelajari konsep ini dan melihat bagaimana alam semesta itu sangatlah adil. 
Evidence dari Ian itu hanya menguatkan kepercayaan saya sebelumnya.
Footnote:
Tentang energi, silakan debat langsung ke Prof Yohanes Surya. 
Saya tertarik dengan fisika, namun saya bukanlah ahli di bidang ini. 
Saya hanya menghubungkan apa yang saya anggap benang merah antara agama saya dengan fisika. 
Energi 
intersect dengan ajaran saya, maka saya ambil konsep energi untuk menjawab pertanyaan kamu tentang alam semesta tersusun dari apa.
			
 
			
			
				di dalam 31 alam kehidupan ada namanya alam brahma, mahluk brahma ini adalah mahluk tingkat tinggi karena diri nya hidup saannngaat lamma dan berkemampuan adi kuasa di semesta ini kadang dia menyamakan diri nya sebagai adi kuasa yang berkuasa dialam semesta ini, tetapi suatu ketika dia juga akan musnah atau mati, jangan lah tertipu oleh mahluk mahluk macam ini.
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 11:56:08 PM
Agama kami bukan agama manusia, tetapi agama dari sesuatu yang lebih tinggi (yang kami sebut Tuhan). Bro mau bukti?
emang ada bukti nyatanya? atau kata kitab yg tulisan tangan manusia?
kalau yg nyata boleh, kalau kata kitab saya sudah bosan
Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 11:56:08 PM
Tertulis di Aṅguttara Nikāya 5.44
"Ini tentang seorang umat awam, Ugga, yang mempersembahkan beberapa pilihan makanan yang baik untuk Sang Buddha: di antaranya adalah daging babi yang dimasak dengan buah jujube yang diterima oleh Sang Buddha. Sekali lagi, ini jelas bahwa Sang Buddha dan para siswanya makan daging."
trus soal 'makan daging' adalah 'pembunuhan' mana?
Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 11:56:08 PM
Bro, dimana-mana (bahkan atheis dan sains) juga mengakui bahwa tumbuhan adalah makhluk hidup. Kalau Buddhisme mengatakan tumbuhan bukan makhluk hidup, maka secara standar universal, Buddhisme sudah salah. Ini menjadi satu bukti kelemahan agama Buddha.
maaf Bro, ini tidak absah, kita tidak sedang membahas atheisme atau sains
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 05 October 2012, 12:02:17 AM
di dalam 31 alam kehidupan ada namanya alam brahma, mahluk brahma ini adalah mahluk tingkat tinggi karena diri nya hidup saannngaat lamma dan berkemampuan adi kuasa di semesta ini kadang dia menyamakan diri nya sebagai adi kuasa yang berkuasa dialam semesta ini, tetapi suatu ketika dia juga akan musnah atau mati, jangan lah tertipu oleh mahluk mahluk macam ini.
Sulit bila orangnya sudah terlanjur percaya. Kepercayaannya sudah melekat.
			
 
			
			
				Quote from: emulio on 04 October 2012, 11:47:34 PM
Hmm...standar moral agama K mengharuskan orang bekerja di Hari Sabat dihukum mati kan? 
Bukan, itu agama Y.
Quote from: emulio on 04 October 2012, 11:47:34 PM
1. Buddhisme tidak mengatakan makan daging itu sama dengan membunuh. 
Memang Buddhisme tidak mengatakan seperti itu. Tetapi yang perlu di sadari, agama Buddha adalah agama manusia. Maka siapa yang bisa menentukan tolak ukur suatu standar moral? Kelima nilai itu tidak salah. Tapi dari penilaian orang lain, bisa saja kelima nilai itu belum sempurna. Misal ada seorang yang mengatakan bahwa pencerahan hanya dapat dicapai jika melakukan kelima nilai itu (dan turunannya) ditambah dengan tidak membunuh hewan. Jika hanya melakukan kelima nilai itu, belum bisa mencapai pencerahan.
Nah artinya, dari sudut pandang orang ini, bahkan Sidharta-pun belum mencapai pencerahan.
Apakah kita akan mengatakan orang ini salah? Mana bisa. Atas dasar apa dia dikatakan salah?
Inilah kesulitannya jika agama manusia. Tidak ada yang bisa menentukan standar nilai.
Quote from: emulio on 04 October 2012, 11:47:34 PM
2. Tumbuhan bukanlah makhluk hidup. At best, bisa dideskripsikan sebagai "benda hidup".
Menurut ilmiah, tumbuhan adalah makhluk hidup.
"Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan. Contoh klasifikasi makhluk hidup adalah:
Berdasarkan ukuran tubuhnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi pohon, perdu, dan semak."
http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_ilmiah
QuoteSebenarnya pancasila itu adalah moral guide yang ada di dalam diri kita masing-masing.
Semua manusia sebenarnya tahu hal ini bila dia menyelidiki ke dalam dirinya.
Benar bahwa itu adalah moral guide. Tetapi bisa saja ada manusia lain yang berkata bahwa moral guide saja tidak cukup untuk mencapai pencerahan. Inilah kesulitannya jika agama manusia.
Lagi pula, moral guide setiap orang, sekalipun dalam beberapa poin sama, namun bisa juga berbeda. Ini bisa disebabkan karena kebiasaan dan lingkungan. Misal di suku-suku tertentu, wanitanya tidak mengenakan penutup dada dianggap biasa. Padahal di tempat lain, itu dianggap tidak bermoral.
Jadi moral guide pun tidak bisa dijadikan standar.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 11:56:08 PM
Agama kami bukan agama manusia, tetapi agama dari sesuatu yang lebih tinggi (yang kami sebut Tuhan). Bro mau bukti?
bukan manusia berarti tidak berkaki dua, si sesuatu yg lebih tinggi ini kakinya berapa ya? empat, enam, delapan atau seribu?
Quote
Tertulis di Aṅguttara Nikāya 5.44
"Ini tentang seorang umat awam, Ugga, yang mempersembahkan beberapa pilihan makanan yang baik untuk Sang Buddha: di antaranya adalah daging babi yang dimasak dengan buah jujube yang diterima oleh Sang Buddha. Sekali lagi, ini jelas bahwa Sang Buddha dan para siswanya makan daging."
sebaiknya anda menampilkan suttanya langsung bukan kesimpulan pihak ke-3.
Quote
Bro, dimana-mana (bahkan atheis dan sains) juga mengakui bahwa tumbuhan adalah makhluk hidup. Kalau Buddhisme mengatakan tumbuhan bukan makhluk hidup, maka secara standar universal, Buddhisme sudah salah. Ini menjadi satu bukti kelemahan agama Buddha.
standar universal yg mana? yg anda maksud standar universal itu juga bisa salah. mungkin anda ingat tentang standar universal bahwa bumi ini datar, dan anda juga tentu ingat apa yg dilakukan pihak gereja pada Galileo ketika mengatakan bahwa bumi ini bulat.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 11:23:17 PM
Kok pendapat saya bro? Kan sudah saya katakan, kita ingin sama-sama menguji berdasarkan standar yang diakui bersama. Tentunya semua orang (bahkan atheis sekalipun) akan mengakui bahwa hewan dan tumbuhan adalah makhluk hidup. Atau bro mau mengatakan hewan dan tumbuhan bukan mahluk hidup?
ini adalah forum Buddhisme yang di akui disini menurut ketentuan adalah tentu saja standrat Buddhisme, bila anda berusaha memakai standrat anda sendiri pakailah di forum religi anda sendiri.
bila anda masih terus menerus memaksakan persepsi dan standrat anda yang anda punyai silahkan tidak usah datang lagi kemari
apa yang anda lakukan adalah sangat tidak sopan memaksakan persepsi dan standrat anda kepada orang lain.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 12:20:25 AM
Memang Buddhisme tidak mengatakan seperti itu. Tetapi yang perlu di sadari, agama Buddha adalah agama manusia. Maka siap yang bisa menentukan tolak ukur suatu standar moral? Kelima nilai itu tidak salah. Tapi dari penilaian orang lain, bisa saja kelima nilai itu belum sempurna. Misal ada seorang yang mengatakan bahwa pencerahan hanya dapat dicapai jika melakukan kelima nilai itu (dan turunannya) ditambah dengan tidak membunuh hewan. Jika hanya melakukan kelima nilai itu, belum bisa mencapai pencerahan.
tumben anda benar, pasti ini bukan anda sendiri yg menuliskan, karena anda kan tidak cerdas.
anda benar bahwa sekedar mematuhi Sila tidak akan bisa menghasilkan pencerahan. Sila hanya faktor penunjang dalam perjalanan menuju pencerahan, tapi masih ada hal2 lain yg harus diusahakan untuk bisa sampai pada pencerahan.
Quote
Nah artinya, dari sudut pandang orang ini, bahkan Sidharta-pun belum mencapai pencerahan.
mari kita sepakati dulu definisi "pencerahan" di sini, bagaimana definisi "pencerahan" menurut anda?
Quote
Apakah kita akan mengatakan orang ini salah? Mana bisa. Atas dasar apa dia dikatakan salah?
kami bukan hakim, kalaupun ada member di sini yg berprofesi jadi hakim, namun forum ini juga bukan persidangan, jadi kami tidak menentukan seseorang bersalah atau tidak.
Quote
Inilah kesulitannya jika agama manusia. Tidak ada yang bisa menentukan standar nilai.
nah itu dia, bahkan agama manusia saja sudah menyulitkan, apalagi agama non-manusia (baca: makhluk tak jelas)
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 12:20:25 AM
Menurut ilmiah, tumbuhan adalah makhluk hidup.
"Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan. Contoh klasifikasi makhluk hidup adalah:
Berdasarkan ukuran tubuhnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi pohon, perdu, dan semak."
http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_ilmiah
Standar Universal yg anda kemukakan di sini adalah standar duniawi sedangkan Buddhisme adalah ajaran Spiritual, jadi Gak Matching, Bro KC (baca: kurang cerdas)
Tumbuhan tidak memiliki persyaratan lengkap untuk dikatakan sebagai makhluk hidup. walaupun demikian, dalam aturan moralitas yg lebih tinggi, para bhikkhu juga dilarang untuk merusak tanaman. tapi pedoman dasar untuk umat awam tidak mengharuskan hal ini.
Quote
Benar bahwa itu adalah moral guide. Tetapi bisa saja ada manusia lain yang berkata bahwa moral guide saja tidak cukup untuk mencapai pencerahan. Inilah kesulitannya jika agama manusia.
nah itu dia, bahkan agama manusia saja sudah menyulitkan, apalagi agama non-manusia (baca: mysterious self-claimed being)
Quote
Lagi pula, moral guide setiap orang, sekalipun dalam beberapa poin sama, namun bisa juga berbeda. Ini bisa disebabkan karena kebiasaan dan lingkungan. Misal di suku-suku tertentu, wanitanya tidak mengenakan penutup dada dianggap biasa. Padahal di tempat lain, itu dianggap tidak bermoral.
Jadi moral guide pun tidak bisa dijadikan standar.
lagi2 anda benar, itu makanya telanjang dada tidak dilarang dalam Buddhisme. moralitas dalam Buddhis adalah mengenai perbuatan dan ucapan, bukan fashion.
			
 
			
			
				 =)) =)) =)) :)) :)) :))
Quote from: dtgvajra on 04 October 2012, 07:08:25 PM
Buang cangkirnya.  ;D
Quote from: sanjiva on 04 October 2012, 06:29:37 PM
Cangkir sudah penuh berisi anggur, bagaimana mau diisi teh?   :whistle:
#tembus 500 post nih kayaknya  ^-^
			 
			
			
				pepatah infonesia mengatakan masuk kandang macan mengaum, masuk kandang kambing mengembik, apa yang di lakukan saudara IN jelas sekali telah melanggar aturan atau nlrma yang berlaku dalam forum ini secara tidak sopan pikirnya semua di forum ini harus mengikuti kinginan nya hingga melecehkan standrat Buddhisme dan hanya standart dia yang lebih tinggi harusnya di terima oleh kita.
Buddha sebelumnya telah banyak mengalami kelahiran di 31 alam ini, karenanya mengetahui dengan jelas berbagai alam dan mahluk di 31alam, ini sebelum lahir sebagai sidharta gautama, Bodhisatva ada lahir dan hidup di alam tusitta (surga tussita) kemudian setelah melihat saat yang tepat memilih Ratu MahaMaya yang tidak mempunyai keturunan dengan raja sudhodhana untuk menjadi ibu kandung nya, dengan kekuatan abhinya nya sang bhodisatva mem buat dia dikandung oleh ratu mahamaya, kelahiran di ikuti dengan melangkah 7 langkah dan bebicara inilah kelahiranku yang terakhir,
 Banding sama Mr j sama sekali berbeda yusuf dan maria hanya keturunan daud yang kesekian sekian dan bukan sosok berkedudukan sosial, juga pekerjaan yusuf adalah tukang kayu.
			
			
			
				Quote
nah itu dia, bahkan agama manusia saja sudah menyulitkan, apalagi agama non-manusia (baca: makhluk tak jelas)
sebenarnya bukan mahluk tidak jelas bahkan bisa di definisikan dari apa yang terdapat dalam kitab mereka dariperjanjian lama dan baru, mahluk tersebut bahkan tidak mencapai tingkat mahluk dari alam brahma, cuma kita di indonesia ini menjaga kerukunan beragama jadi kita tidak menyinggung urusan agama dan kepercayaan yang lain.
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 04 October 2012, 11:32:58 PM
kalau tolok ukur standar moral dari agama anda apa? dari Tuhan atau manusia?
ada rujukan kalau 'makan daging' berarti melakukan 'pembunuhan'? ada juga rujukan bahwa 'Buddha makan daging'?
ada rujukan kalau 'tumbuhan' adalah 'makhluk hidup'?
NB: semua rujukan yg saya minta dari Buddhisme ya, bukan sumber lain, kan kita lagi bahas Buddhisme
ah, percuma juga dikasi tapi g dibaca. 
cpddd...
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 05 October 2012, 12:20:59 AM
bukan manusia berarti tidak berkaki dua, si sesuatu yg lebih tinggi ini kakinya berapa ya? empat, enam, delapan atau seribu?
Salah. Banyak yang bukan manusia yang berkaki dua.
Quote from: Indra on 05 October 2012, 12:20:59 AM
standar universal yg mana? yg anda maksud standar universal itu juga bisa salah. mungkin anda ingat tentang standar universal bahwa bumi ini datar, dan anda juga tentu ingat apa yg dilakukan pihak gereja pada Galileo ketika mengatakan bahwa bumi ini bulat.
Standar universal, atau kebenaran universal, tidak mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya. Alkitab juga tidak pernah mengatakan bumi pusat tata surya. Justru manusia-lah yang mengatakan hal itu, dalam hal ini adalah Gereja ka****k, karena mengikuti pemikiran Aristoteles (saya bukan ka****k). Justru lagi-lagi ini membuktikan betapa 'kebenaran manusia' itu terbatas. Manusia memiliki kekurangan/kesalahan. Bahkan si pemikir besar Yunani itu bisa salah. Kekurangan seorang manusia juga terlihat dalam Empat Kesunyataan Mulia: Sidharta mengatakan penderitaan muncul karena hasrat salah dalam diri manusia, padahal sumber penderitaan tidak hanya itu. Penderitaan juga bisa muncul dari "faktor luar", pederitaan bisa muncul karena ditimnbulkan oleh orang lain.
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 05 October 2012, 12:48:43 AM
Standar Universal yg anda kemukakan di sini adalah standar duniawi sedangkan Buddhisme adalah ajaran Spiritual, jadi Gak Matching, Bro KC (baca: kurang cerdas)
Justru ini akan membuat 'kebenaran dalam Buddhisme' itu hanya kebenaran subjektif, kebenaran yang hanya klaim sepihak. Kalau hanya klaim sepihak, semua agama juga bisa. Bahkan bisa saja muncul agama baru yang mengaku benar, namun hanya klaim sepihak.
Quote from: Indra on 05 October 2012, 12:48:43 AM
Tumbuhan tidak memiliki persyaratan lengkap untuk dikatakan sebagai makhluk hidup. walaupun demikian, dalam aturan moralitas yg lebih tinggi, para bhikkhu juga dilarang untuk merusak tanaman. tapi pedoman dasar untuk umat awam tidak mengharuskan hal ini.
Menurut bro apa ciri makhluk hidup?
"Manusia, hewan, dan tumbuhan termasuk makhluk hidup.Bagaimanakah ciri-ciri makhluk hidup?Ciri-ciri makhluk hidup adalah :D.Memerlukan makanan,E.Bergerak,F.Tumbuh,G.Berkembang biak,H.bernafas danI.Menerima dan menaggapi rangsang rangsang."
http://www.scribd.com/doc/10016680/Makhluk-Hidup
Lagi-lagi saya melihat ada dilema dalam ajaran Buddhis tentang kelahiran kembali. Jika Buddhis percaya adanya kelahiran kembali, dan eksistensi di kehidupan selanjutnya bisa berbeda wujud, maka bisa saja kan ternyata tumbuhan itu adalah seseorang dari kehidupan sebelumnya? Bahwa ketika seseorang memetik padi, ternyata dia sudah membunuh seseorang? Mengapa kelahiran kembali hanya dalam wujud hewan dan manusia? Mengapa tidak juga dalam wujud tumbuhan? Siapa yang bisa membatasi kriterianya? Atas wewenang apa?
Ini adalah suatu dilema.
Quotelagi2 anda benar, itu makanya telanjang dada tidak dilarang dalam Buddhisme. moralitas dalam Buddhis adalah mengenai perbuatan dan ucapan, bukan fashion.
Jadi wanita yang bertelanjang dada dalam Buddhis dianggap bermoral? (tolong baca kembali post saya sebelumnya)
			
 
			
			
				bila kita melihat apa yang terjadi pada kain dan habel bahwa mahluk yang mereka sembah lebih menyenangi prrsembahan hewan dan darah, mahluk macam apa itu?
kemudian meminta persembahan anak manusia meski kemudian diganti dengan persembahan  domba untuk menyenangkan nya
Melihat 7 tulah di mesir, sungguh hebat tapi kita juga melihat jenis mahluk yang suka membunuhi anak tunggal dari orang mesir dan keterbatasan mahluk ini karena pintu orang israel harus di tandai dulu baru bisaterhindar dari bencana.
ini bisa di bilang sejenis iblis bahkan mungkin raja iblis ( king of demon) dalam definisi buddhis mungkin sejenis yaksha karena mahluk tingkat brahma tidak berciri ciri seperti ink.
mr j mengatakan siapa yang meninggikan diri akan di rendahkan, yang menerima tamparan pipi kiri berikan pipi kanan mu untuk di tampar.
			
			
			
				Quote from: daimond on 05 October 2012, 08:50:08 AM
bila kita melihat apa yang terjadi pada kain dan habel bahwa mahluk yang mereka sembah lebih menyenangi prrsembahan hewan dan darah, mahluk macam apa itu?
kemudian meminta persembahan anak manusia meski kemudian diganti dengan persembahan  domba untuk menyenangkan nya
Melihat 7 tulah di mesir, sungguh hebat tapi kita juga melihat jenis mahluk yang suka membunuhi anak tunggal dari orang mesir dan keterbatasan mahluk ini karena pintu orang israel harus di tandai dulu baru bisaterhindar dari bencana.
ini bisa di bilang sejenis iblis bahkan mungkin raja iblis ( king of demon) dalam definisi buddhis mungkinsejenis yaksha
Apakah bro memang tulus ingin mediskusikan hal itu? Jika ya, silakan mampir ke FK.
			
 
			
			
				Wah wah, kok ada postingan bagus beberapa member yang tidak ditanggapi ya sama bro Issacus Newtonus  ???
			
			
			
				Quote from: daimond on 05 October 2012, 06:53:44 AM
pepatah infonesia mengatakan masuk kandang macan mengaum, masuk kandang kambing mengembik, apa yang di lakukan saudara IN jelas sekali telah melanggar aturan atau nlrma yang berlaku dalam forum ini secara tidak sopan pikirnya semua di forum ini harus mengikuti kinginan nya hingga melecehkan standrat Buddhisme dan hanya standart dia yang lebih tinggi harusnya di terima oleh kita.
Di bagian mana saya berlaku tidak sopan atau melecehkan? Kan sudah saya katakan, saya ingin menguji berdasarkan standar yang bisa diakui bersama. Jika Buddhisme mengatakan tumbuhan bukan makhluk hidup, itu berarti keyakinan Buddhis tidak mencapai standar/dibawah standar. Jika Buddhis tetap memaksakan 'standar'nya, itu berarti kebenaran Buddhis hanyalah kebenaran subjektif (klaim sepihak).
Quote from: daimond on 05 October 2012, 06:53:44 AM
Buddha sebelumnya telah banyak mengalami kelahiran di 31 alam ini, karenanya mengetahui dengan jelas berbagai alam dan mahluk di 31alam, ini sebelum lahir sebagai sidharta gautama, Bodhisatva ada lahir dan hidup di alam tusitta (surga tussita) kemudian setelah melihat saat yang tepat memilih Ratu MahaMaya yang tidak mempunyai keturunan dengan raja sudhodhana untuk menjadi ibu kandung nya, dengan kekuatan abhinya nya sang bhodisatva mem buat dia dikandung oleh ratu mahamaya, kelahiran di ikuti dengan melangkah 7 langkah dan bebicara inilah kelahiranku yang terakhir,
Bagaimana ia bisa mengatakan "inilah kelahiran
ku yang terakhir", sedangkan dalam ajaran tentang kelahiran kembali, "aku" di kehidupan sebelumnya bukanlah "aku" di kehidupan setelahnya? Darimana ia tahu hal itu?
			
 
			
			
				Quote from: rooney on 05 October 2012, 08:59:58 AM
Wah wah, kok ada postingan bagus beberapa member yang tidak ditanggapi ya sama bro Issacus Newtonus  ???
Pelan-pelan bro.
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 05 October 2012, 12:29:23 AM
ini adalah forum Buddhisme yang di akui disini menurut ketentuan adalah tentu saja standrat Buddhisme, bila anda berusaha memakai standrat anda sendiri pakailah di forum religi anda sendiri.
bila anda masih terus menerus memaksakan persepsi dan standrat anda yang anda punyai silahkan tidak usah datang lagi kemari
apa yang anda lakukan adalah sangat tidak sopan memaksakan persepsi dan standrat anda kepada orang lain.
Jika bro berprinsip seperti itu, ini hanya akan menunjukkan bahwa kebenaran Buddhis hanyalah kebenaran subjektif, kebenaran berdasarkan klaim sepihak.
			
 
			
			
			
			
				Quote from: daimond on 05 October 2012, 08:26:53 AM
sebenarnya bukan mahluk tidak jelas bahkan bisa di definisikan dari apa yang terdapat dalam kitab mereka dariperjanjian lama dan baru, mahluk tersebut bahkan tidak mencapai tingkat mahluk dari alam brahma, cuma kita di indonesia ini menjaga kerukunan beragama jadi kita tidak menyinggung urusan agama dan kepercayaan yang lain.
Jika bro memang tulus ingin mendiskusikannya, silakan mampir ke FK.
			
 
			
			
				Quote from: rooney on 05 October 2012, 09:02:51 AM
Uda 2x dilewatin lho...
Maaf bro (karena sudah terlalu banyak), di reply berapa aja ya?
			
 
			
			
				Quote from: The Ronald on 04 October 2012, 05:30:31 PM
 [at] Isaacus Newtonus
mo tanya..dlm agama anda..
di sebut apakah proses terlahirnya yesus... (yg sebelumnya adalah mahluk bukan manusia) ?
bagaimana proses nya?
apanya yg berpindah dlm proses itu... pikirannya? tubuhnya? atau???
Jika bro memang ingin mendikusikannya, silakan mampir ke FK.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:05:31 AM
Maaf bro (karena sudah terlalu banyak), di reply berapa aja ya?
Mungkin baiknya diteruskan dlu diskusinya sama yang sedang berjalan sekarang. Yang tadi saya bilang diangkatnya nanti saja. Hanya sekedar mengingatkan aja sih  :D
			
 
			
			
				Quote from: rooney on 05 October 2012, 09:09:27 AM
Mungkin baiknya diteruskan dlu diskusinya sama yang sedang berjalan sekarang. Yang tadi saya bilang diangkatnya nanti saja. Hanya sekedar mengingatkan aja sih  :D
Mungkin maksud bro tulisan dari bro Xan To yang ini?
Quote1. Saya coba jawab, kembali pada pertanyaan awal sebelum melebar.
Dalam Buddhisme, seseorang menjadi baik dengan mengikis noda bathin yaitu keserakahan, kebencian, dan kegelapan bathin; sebaliknya seseorang menjadi buruk dengan mengembangkan tiga hal tersebut. Jadi tidak ada hubungannya dengan ingatan masa lampau.
Misalnya anda seorang Kr1sten, bisa memilih jadi orang baik atau tidak, tanpa perlu membuktikan Adam & Hawa makan buah pengetahuan. Begitu juga bagi Buddhis, mau jadi orang baik yah jadi orang baik, karena memahami manfaatnya, bukan karena mengetahui ada kejadian apa di masa lampau.
2. Andaikan seseorang menyetir mobil dan ngantuk, ketiduran lalu keliru mengemudi dan menabrak pohon. Ia selamat dan kemudian terbangun dengan tubuh penuh luka dan tidak punya kenangan tentang apa yang dilakukannya tadi. Apakah bisa dikatakan orang yang menabrakan mobil ke pohon berbeda dengan orang yang terluka karena ia tidak punya ingatan/kenangan menabrak pohon?
Secara umum, yang disebut makhluk adalah 5 kelompok: jasmani, kesadaran, pencerapan, perasaan, dan ingatan. Kelima kelompok ini senantiasa mengalami proses dan berubah, bukan hanya sewaktu kematian. Jadi tidak ada sesuatu yang 'kekal' yang bisa disebut sebagai 'jati diri' penunjuk si "A". Jika menilai apakah itu individu yang sama, maka tergantung sudut pandang mau dibicarakan dalam konteks apa. Sebagai perbandingan sederhana, anda tentu mengenal 'lahir baru'. Jika seseorang dulunya bajingan, penipu, pembunuh, kemudian bertobat dan 'lahir baru', maka dari satu sudut pandang bisa dibilang dia orang yang sama, namun dari sudut pandang lain, bisa disebut berbeda.
Jika memang ya, sudah saya luruskan di reply 288:
QuoteKarena pertanyaan awal saya kelihatannya lebih cocok ke penganut reinkarnasi, maka saya kira member Buddhis bisa mengabaikan pertanyaan itu.
Namun sebenarnya pertanyaan saya -- dalam diskusi yang berlangsung ini -- adalah sederhana saja, yaitu seputar:
1. Seperti apa kelahiran kembali itu. Apa sebenarnya yang 'berpindah' (atau apapun istilahnya dalam konsep Buddhis) dari kehidupan sebelum ke kehidupan sesudah.
2. Bagaimana seseorang dapat mencapai pencerahan.
Setelah mendapat penjelasan, tentu saja tidak berhenti sampai di situ. Mari kita sama-sama menguji apakah penjelasan itu adalah kebenaran. Sebab suatu penjelasan belum tentu serta-merta adalah kebenaran. Apa faktor pengujinya? Tentu saja standar yang bisa kita akui bersama (objektif).
Kira-kira begitu maksud saya.
Silakan member yang ingin menjelaskan (dengan kalimat sendiri) kedua hal diatas.
			 
			
			
				Saya angkat lagi ya...
Pertanyaan
Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 09:24:25 PM
Hai semua rekan-rekan Buddhis. Saya member baru di sini. Kesempatan ini, saya ingin menanyakan sesuatu tentang ajaran Buddhis sehubungan dengan kelahiran kembali.
1. Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah menjadi baik, jika ia tidak tahu kesalahan apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya?
2. Jika si A mati dan ia dilahirkan kembali menjadi si B, sedangkan si B tidak punya kenangan tentang si A, maka dapatkah dikatakan si B = si A? Bukankah ini berarti si B adalah orang yang sama sekali lain?
Mohon ditanggapi. Thanks.
Jawaban oleh Kainyn_Kutho
Quote from: Kainyn_Kutho on 03 October 2012, 11:26:31 AM
Saya coba jawab, kembali pada pertanyaan awal sebelum melebar. 
1. Dalam Buddhisme, seseorang menjadi baik dengan mengikis noda bathin yaitu keserakahan, kebencian, dan kegelapan bathin; sebaliknya seseorang menjadi buruk dengan mengembangkan tiga hal tersebut. Jadi tidak ada hubungannya dengan ingatan masa lampau. 
Misalnya anda seorang Kr1sten, bisa memilih jadi orang baik atau tidak, tanpa perlu membuktikan Adam & Hawa makan buah pengetahuan. Begitu juga bagi Buddhis, mau jadi orang baik yah jadi orang baik, karena memahami manfaatnya, bukan karena mengetahui ada kejadian apa di masa lampau. 
2. Andaikan seseorang menyetir mobil dan ngantuk, ketiduran lalu keliru mengemudi dan menabrak pohon. Ia selamat dan kemudian terbangun dengan tubuh penuh luka dan tidak punya kenangan tentang apa yang dilakukannya tadi. Apakah bisa dikatakan orang yang menabrakan mobil ke pohon berbeda dengan orang yang terluka karena ia tidak punya ingatan/kenangan menabrak pohon?
Secara umum, yang disebut makhluk adalah 5 kelompok: jasmani, kesadaran, pencerapan, perasaan, dan ingatan. Kelima kelompok ini senantiasa mengalami proses dan berubah, bukan hanya sewaktu kematian. Jadi tidak ada sesuatu yang 'kekal' yang bisa disebut sebagai 'jati diri' penunjuk si "A". Jika menilai apakah itu individu yang sama, maka tergantung sudut pandang mau dibicarakan dalam konteks apa. Sebagai perbandingan sederhana, anda tentu mengenal 'lahir baru'. Jika seseorang dulunya bajingan, penipu, pembunuh, kemudian bertobat dan 'lahir baru', maka dari satu sudut pandang bisa dibilang dia orang yang sama, namun dari sudut pandang lain, bisa disebut berbeda.
Jawaban oleh Morpheus
Quote from: morpheus on 03 October 2012, 09:04:59 AM
kalo intinya yang ditanyakan ts adalah bukti rebirth, maka jawabannya simpel aja: tidak ada bukti empiris mengenai rebirth.
rebirth adalah sebuah konsep agama buddha yang bersifat spekulatif untuk mereka yang tidak melihat langsung.
penelitian terilmiah yang pernah dilakukan mengenai rebirth dilakukan oleh ian stevenson dibukunya "Twenty Cases Suggestive of Reincarnation" (http://www.amazon.com/Twenty-Cases-Suggestive-Reincarnation-Enlarged/dp/0813908728/ref=sr_1_fkmr0_1?ie=UTF8&qid=1349229278&sr=8-1-fkmr0&keywords=suggestive+case+samuelson).
saya pikir apabila niat ts adalah untuk mengetahui atau mengejar bukti rebirth maka diskusinya akan mandeg sampai di sini saja. apabila ts mau mengetahui lebih baik mengenai konsep rebirth itu, bisa diteruskan pertanyaan2nya. apabila niat ts adalah untuk "menggugurkan" konsep rebirth, maka niatnya salah karena rebirth adalah sebuah konsep keagamaan, yang tidak bisa diperbincangkan secara ilmiah ataupun dibuktikan secara empiris. cukup diketahui bagi non-buddhis atau dipercayai bagi buddhis.
			
				Quote from: sanjiva on 04 October 2012, 08:58:04 PM
Tumpah dong...  :)) :))
Kalau otak sudah penuh, buang otaknya, ganti yg lebih gede RAM nya. 
 ;D
			
 
			
			
				mr j apa  bisa bicara setelah dia lahir dan berjalan tujuh langkah kah ini namanya dhamma niyama (hukum alam semesta yang mengatur keajaiban, bisa di bilang hukum tuhan yang mengatur keajaiban dan kesaktian, meski definis tuhan di buddhis tidak sama dengan dikau punya mungkin nya)
			
			
			
				Quote from: daimond on 05 October 2012, 09:28:55 AM
mr j apa  bisa bicara setelah dia lahir dan berjalan tujuh langkah kah ini namanya dhamma niyama (hukum alam semesta yang mengatur keajaiban, bisa di bilang hukum tuhan yang mengatur keajaiban dan kesaktian, meski definis tuhan di buddhis tidak sama dengan dikau punya mungkin nya)
Sekali lagi, jika ingin membahas hal itu, silakan mampir ke FK.
			
 
			
			
				Coba lagi ah...
Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 12:20:15 PM
Karena pertanyaan awal saya kelihatannya lebih cocok ke penganut reinkarnasi, maka saya kira member Buddhis bisa mengabaikan pertanyaan itu.
Namun sebenarnya pertanyaan saya -- dalam diskusi yang berlangsung ini -- adalah sederhana saja, yaitu seputar:
1. Seperti apa kelahiran kembali itu. Apa sebenarnya yang 'berpindah' (atau apapun istilahnya dalam konsep Buddhis) dari kehidupan sebelum ke kehidupan sesudah.
Kelahiran kembali itu idenya sama saja seperti 'kehidupan setelah kematian' bagi agama2 lain. Bedanya kalau di Kr1sten, misalnya, hanya menganut sekali saja, tapi kalau di Buddhisme itu berlangsung terus menerus selama orang itu belum mencapai kesucian.
Apa yang berpindah? Ini pertanyaan yang kurang tepat. Seperti ditanyakan, dari susu menjadi keju, apanya yang berpindah? 
Jika anda baca jawaban saya sebelumnya, sudah saya katakan bahwa makhluk ini terdiri dari 5 kumpulan: jasmani, kesadaran, persepsi, perasaan, ingatan. Selain jasmani, keempat hal lainnya disebut 'bathin' dan kelima ini senantiasa berproses dan berubah, bukan hanya pada saat kematian. Yang disebut kematian adalah terurainya bathin dan jasmani, dan kesadaran berlanjut mencari jasmani baru sesuai dengan kamma. 
Quote2. Bagaimana seseorang dapat mencapai pencerahan.
Seseorang dapat mencapai pencerahan jika dapat mengikis keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin sampai pada akarnya. 
QuoteSetelah mendapat penjelasan, tentu saja tidak berhenti sampai di situ. Mari kita sama-sama menguji apakah penjelasan itu adalah kebenaran. Sebab suatu penjelasan belum tentu serta-merta adalah kebenaran. Apa faktor pengujinya? Tentu saja standar yang bisa kita akui bersama (objektif).
Untuk menguji secara objektif kebenaran tersebut, maka kembali ke basicnya yaitu dukkha. Bolehlah kita selidiki secara bertahap kebenarannya. 
			
				Quote from: rooney on 05 October 2012, 09:24:59 AM
kalo intinya yang ditanyakan ts adalah bukti rebirth, maka jawabannya simpel aja: tidak ada bukti empiris mengenai rebirth.
rebirth adalah sebuah konsep agama buddha yang bersifat spekulatif untuk mereka yang tidak melihat langsung.
penelitian terilmiah yang pernah dilakukan mengenai rebirth dilakukan oleh ian stevenson dibukunya "Twenty Cases Suggestive of Reincarnation".
Penelitian Stevenson itu mengenai reinkarnasi atau kelahiran kembali? (sebab Buddhis mengatakan reinkarnasi bukanlah kelahiran kembali)
Quotesaya pikir apabila niat ts adalah untuk mengetahui atau mengejar bukti rebirth maka diskusinya akan mandeg sampai di sini saja. apabila ts mau mengetahui lebih baik mengenai konsep rebirth itu, bisa diteruskan pertanyaan2nya. apabila niat ts adalah untuk "menggugurkan" konsep rebirth, maka niatnya salah karena rebirth adalah sebuah konsep keagamaan, yang tidak bisa diperbincangkan secara ilmiah ataupun dibuktikan secara empiris. cukup diketahui bagi non-buddhis atau dipercayai bagi buddhis.
Baik, karena tidak ada bukti, maka saya kira ini selesai. Pertanyaannya saya ubah: Seperti apa kelahiran kembali itu? Apanya yang 'berpindah' (atau apapun istilahnya dalam Buddhisme) dari kehidupan sebelum ke kehidupan sesudah?
Silakan bro.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:39:17 AM
karena tidak ada bukti, maka saya kira ini selesai. 
bikin kesimpulan sendiri lagi.
di hal 21, reply saya ngk ditanggapi ?
pengen bukti tapi ngk mau dibaca buku2 yg disarankan
anyway bagus juga kalau menurut anda sudah selesai
horeee....kita bisa pakai energi dan waktu masing2
untuk hal yg lebih berguna
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:33:36 AM
Sekali lagi, jika ingin membahas hal itu, silakan mampir ke FK.
yang buat ribut ribut disini kan u bukan wa, memang nya wa tertarik ajaran yaksha yang haus darah.
			
 
			
			
				Thanks bro.
Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 09:37:30 AM
Coba lagi ah...
Kelahiran kembali itu idenya sama saja seperti 'kehidupan setelah kematian' bagi agama2 lain. Bedanya kalau di Kr1sten, misalnya, hanya menganut sekali saja, tapi kalau di Buddhisme itu berlangsung terus menerus selama orang itu belum mencapai kesucian.
Apa yang berpindah? Ini pertanyaan yang kurang tepat. Seperti ditanyakan, dari susu menjadi keju, apanya yang berpindah? 
Jika anda baca jawaban saya sebelumnya, sudah saya katakan bahwa makhluk ini terdiri dari 5 kumpulan: jasmani, kesadaran, persepsi, perasaan, ingatan. Selain jasmani, keempat hal lainnya disebut 'bathin' dan kelima ini senantiasa berproses dan berubah, bukan hanya pada saat kematian. Yang disebut kematian adalah terurainya bathin dan jasmani, dan kesadaran berlanjut mencari jasmani baru sesuai dengan kamma. 
Baik, jadi bukan berpindah (itulah sebabnya saya selalu menambahkan: apapun istilahnya dalam konsep Buddhis) melainkan berubah, seperti susu berubah menjadi keju.
Namun ada yang membingungkan dari penjelasan bro di atas. Bro mengatakan "kesadaran" adalah batin, dan batin ini terurai, yang berarti kesadaran terurai. Namun selanjutnya bro mengatakan "kesadaran berlanjut". Bagaimana penjelasannya: kesadaran terurai, namun kesadaran berlanjut? Jika kesadaran itu sendiri sudah terurai, dalam bentuk apa lagi ia berlanjut? Tolong diperjelas.
Thanks.
			
				Quote from: bluppy on 05 October 2012, 09:42:59 AM
anyway bagus juga kalau menurut anda sudah selesai
horeee....kita bisa pakai energi dan waktu masing2
untuk hal yg lebih berguna
Maksudnya, upaya untuk mencari pembuktian empiris kelahiran kembali itu sudah selesai, tidak perlu dibahas lagi.
			
 
			
			
				Quotedi hal 21, reply saya ngk ditanggapi ?
pengen bukti tapi ngk mau dibaca buku2 yg disarankan
Quote from: bluppy on 04 October 2012, 03:47:19 PM
Buku-buku tentang kelahiran kembali
yang ditulis oleh scientist barat 
melalui eksperimen, data ilmiah, wawancara, dll
(bukan berdasarkan keyakinan agama dll)
Buku "Through Time Into Healing" by Dr. Brian Weiss
Buku "Many Lives, Many Masters" by Dr. Brian Weiss
[spoiler]Dr. Brian Weiss, M.D., graduating Phi Beta Kappa, magna cum laude, from Columbia University and Yale Medical School, spent years in the disciplined study of the human psychology, training his mind to think as a scientist and a physician.He distrusted anything that could not be proved by traditional scientific method.
Many Lives, Many Masters is the true story of a prominent psychiatrist, his young patient, and the past-life therapy that changed both their lives.[/spoiler]
Buku "Born Again" by Walter Semkiw, MD, MPH
[spoiler]Dr. Semkiw is a Board Certified Occupational Medicine physician who practices at a major medical center in San Francisco, where he served as the Assistant Chief of Occupational Medicine.  Previously, he served as Medical Director for Unocal 76, a Fortune 500 oil company.[/spoiler] 
Buku "Twenty Cases Suggestive of Reincarnation" by Ian Stevenson, MD
[spoiler]
Ian Pretyman Stevenson, MD, (October 31, 1918–February 8, 2007) was a Canadian biochemist and professor of psychiatry. Until his retirement in 2002, he was head of the Division of Perceptual Studies at the University of Virginia School of Medicine[/spoiler]
Maaf, saya tidak punya bukunya bro. Oh ya, mengenai buku Stevenson itu, itu penelitian tentang reinkarnasi atau kelahiran kembali?
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 09:37:30 AM
Seseorang dapat mencapai pencerahan jika dapat mengikis keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin sampai pada akarnya. 
Pertama-tama, perlu diingat bahwa Buddhisme adalah agama manusia (karena upaya manusia itu sendiri). Maka pertanyaannya: Siapa yang menentukan standar (yang berwarna biru) itu? Bagaimana jika ada manusia lain yang mengatakan "mengikis keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin sampai pada akarnya" belum bisa mencapai pencerahan. Pencerahan hanya bisa dicapai jika melakukan yang berwarna biru dan ditambah dengan tidak membunuh hewan.
Nah, bagaimana? Siapa yang bisa menentukan standar?
			
 
			
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 10:01:31 AM
mana om forum kr****n nya? ane pengen liat.... :D
ini tulus loh... bukan maen2
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:54:43 AM
Maaf, saya tidak punya bukunya bro.
Quote from: bluppy on 04 October 2012, 03:47:19 PM
btw, saya ada beberapa bukunya. 
bro isaacus tinggal di daerah mana?
mau dipinjemin bukunya?
			 
			
			
				di alam semesta ada namanya hukum alamsemesta Buddha tidak membuat hukum alam semesta tapi hanya menunjukan pada manusia bagaimana bekerja nya hukum alam semesta ini  sebagaimana ada nya baik ada buddha dan tidak ada ajaran buddha hukum alam semesta akan selalu bekerja pada 31 alam kehidupan di alam semesta ini.
ada 5 niyama (hukum alam semesta) dari kamma niyama, citta niyama, uttu niyama, bija niyama dan dhamma niyama.
di dunia manusi buddha menunjukan jalan dari jalan mulia berunsur delapan agar manusia mampu berjumpa dengan pembuat hukum alam semesta ini secara personal karena apa yang di katan orang bisa membuat miss persepsi atau terpolusi hinnga bisa menyesat kan.
			
			
			
				Quote from: sl99 on 05 October 2012, 10:12:07 AM
mana om forum kr****n nya? ane pengen liat.... :D
ini tulus loh... bukan maen2
Ketik aja yang saya bold itu. Ntar langsung ketemu.
			
 
			
			
				Quote from: bluppy on 05 October 2012, 10:14:01 AM
btw, saya ada beberapa bukunya.
bro isaacus tinggal di daerah mana?
mau dipinjemin bukunya?
Saya tinggal di Pulau Batam. (sebelumnya, thanks sis atas kebaikannya)
			
 
			
			
				Thanks Bro.
Quote from: daimond on 05 October 2012, 10:16:08 AM
di alam semesta ada namanya hukum alamsemesta Buddha tidak membuat hukum alam semesta tapi hanya menunjukan pada manusia bagaimana bekerja nya hukum alam semesta ini  sebagaimana ada nya baik ada buddha dan tidak ada ajaran buddha hukum alam semesta akan selalu bekerja pada 31 alam kehidupan di alam semesta ini.
1. Jika Buddha tidak membuat hukum alam, lalu dari mana datangnya hukum itu?
2. Bagaimana bisa muncul 31 alam kehidupan? Siapa yang membuatnya? Apakah alam-alam itu ada dengan sendirinya?
Quote from: daimond on 05 October 2012, 10:16:08 AM
ada 5 niyama (hukum alam semesta) dari kamma niyama, citta niyama, uttu niyama, bija niyama dan dhamma niyama.
Bisa diterjemahkan ke bahasa Indonesia kelima niyama itu? Apakah ajaran 5 niyama ini bersumber dari Tripitaka?
Thanks.
			
				wow udah halaman 26 nih..
bro isaacus, maksud anda ke forum ini untuk apa sih? untuk belajar? atau untuk mempermasalahkan bukti2 kebenaran konsep buddhisme?
jika anda ingin belajar, wellcome. kami akan sambut dengan tangan terbuka dan senang hati..
seperti jawaban member DC sebelum ini, jika anda ingin bukti empiris tentang tumimbal lahir, maka tidak ada member disini yang bisa memberikan buktinya. analoginya mungkin sama jika saya bertanya kepada anda dan menuntut bukti keberadaan tuhan, anda tidak mungkin menghadirkan bukti empiris kepada saya.
tapi jika anda tanya pengertian dan atau konsep2 tumimbal lahir, rasanya member disini akan bisa langsung memberikan penjelasan kepada anda.
seperti contoh link yang diberikan bro Indra, namum sepertinya tidak anda baca.
ketika anda bertanya jalan, dan seseorang memberikan peta kepada anda dan anda tidak membacanya bagaimana anda bisa tau jalan benarnya yang mana? maka tidak heran thread ini jadinya mutar2..
silahkan berdiskusi yang baik, saya ke FK juga tanya dengan baik dan tidak muter2 jika diberikan penjelasan dan akan membaca jika diberikan link ke artikel atau ke Alkitab online.
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 10:26:49 AM
Thanks Bro.
1. Jika Buddha tidak membuat hukum alam, lalu dari mana datangnya hukum itu?
2. Bagaimana bisa muncul 31 alam kehidupan? Siapa yang membuatnya? Apakah alam-alam itu ada dengan sendirinya?
Bisa diterjemahkan ke bahasa Indonesia kelima niyama itu? Apakah ajaran 5 niyama ini bersumber dari Tripitaka?
Thanks.
kama niyama (hukum kamma), citta niyama (hukum pikiran atau kesadaran), uttu niyama (hukum alam misal mengatur cuaca ( hujan angin gempa dll, pergerakan bumi bintang matahari, dll )), bija niyama (hukum mengatur tumbuh tumbuhan), dhamma niyama (hukum dhamma atau bisa juga dikataka hukum tentang keajaiban ).
pergi dan tanya sendiri ke pembuat hukum alam semesta ini.
seperti hukum kamma, tumimbal lahir dan sebagai nya buddha menjelsaskan apa yang terjadi di alam semesta ini buddha bukan yang membuat kematian, buddha cuma menjelaskan ketika orang mati begini loh prosesnya yang ada dari padamnya 5 indria dan setrusnya dan kemudian bertumimbal lahir lagi semua ini bukan buddha yang buat buddha hanya menjelaskan mekanisme di balik kematian.
			
 
			
			
				Quote from: Rico Tsiau on 05 October 2012, 10:28:16 AM
wow udah halaman 26 nih..
bro isaacus, maksud anda ke forum ini untuk apa sih? untuk belajar? atau untuk mempermasalahkan bukti2 kebenaran konsep buddhisme?
jika anda ingin belajar, wellcome. kami akan sambut dengan tangan terbuka dan senang hati..
Tentu saja ingin belajar. Dan dengan belajar kita bisa mengetahui sesuatu yang benar dan yang salah, bukan?
Quote from: Rico Tsiau on 05 October 2012, 10:28:16 AM
seperti jawaban member DC sebelum ini, jika anda ingin bukti empiris tentang tumimbal lahir, maka tidak ada member disini yang bisa memberikan buktinya. analoginya mungkin sama jika saya bertanya kepada anda dan menuntut bukti keberadaan tuhan, anda tidak mungkin menghadirkan bukti empiris kepada saya.
Ya, mengenai bukti empiris kelahiran kembali, saya sudah katakan sebelumnya ini tidak perlu dibahas lagi.
Quote from: Rico Tsiau on 05 October 2012, 10:28:16 AM
tapi jika anda tanya pengertian dan atau konsep2 tumimbal lahir, rasanya member disini akan bisa langsung memberikan penjelasan kepada anda.
seperti contoh link yang diberikan bro Indra, namum sepertinya tidak anda baca.
ketika anda bertanya jalan, dan seseorang memberikan peta kepada anda dan anda tidak membacanya bagaimana anda bisa tau jalan benarnya yang mana? maka tidak heran thread ini jadinya mutar2..
silahkan berdiskusi yang baik, saya ke FK juga tanya dengan baik dan tidak muter2 jika diberikan penjelasan dan akan membaca jika diberikan link ke artikel atau ke Alkitab online.
Seperti sudah saya katakan sebelumnya, link itu sudah saya baca, namun tidak memberi penjelasan terperinci tentang kelahiran kembali. Satu bagian yang berhubungan (yang saya dapat) hanya ini:
"24. "Ketika pikirannya yang terkonsentrasi sedemikian murni, cerah, tanpa noda, bebas dari ketidak-sempurnaan, lunak, lentur, kokoh, dan mencapai kondisi tanpa-gangguan, ia mengarahkannya pada pengetahuan kematian dan 
kelahiran kembali makhluk-makhluk. Dengan mata-dewa, yang murni dan melampaui manusia, ia melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan 
muncul kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, kaya dan miskin. Ia memahami bagaimana makhluk-makhluk berlanjut sesuai dengan perbuatan mereka ... (seperti Sutta 4, §29) ...  Demikianlah dengan mata-dewa yang murni dan melampaui manusia, ia melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan muncul kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, kaya dan miskin, dan ia memahami bagaimana makhluk-makhluk berlanjut sesuai dengan perbuatan mereka. Ini juga, Brahmana, disebut jejak kaki Sang Tathāgata ... tetapi seorang siswa mulia belum sampai pada kesimpulan: 'Sang Tathāgata telah tercerahkan sempurna .."
Bagian ini hanya menjelaskan kelahiran kembali makhluk-makhluk, dan mereka muncul kembali "hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, kaya dan miskin". Namun mengenai 
apa-nya yang "muncul kembali" itu, tidak dijelaskan. Salah satu member mencoba menjelaskan bahwa "kesadaran berlanjut", namun juga dikatakan "kesadaran terurai". Maka saya belum mendapat penjelasan bagaimana kesadaran yang terurai bisa berlanjut.
Mungkin bro bisa bantu jelaskan?
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 05 October 2012, 10:42:09 AM
kama niyama (hukum kamma), citta niyama (hukum pikiran atau kesadaran), uttu niyama (hukum alam misal mengatur cuaca ( hujan angin gempa dll, pergerakan bumi bintang matahari, dll )), bija niyama (hukum mengatur tumbuh tumbuhan), dhamma niyama (hukum dhamma atau bisa juga dikataka hukum tentang keajaiban ).
Thanks bro. Nah, begini kan jelas.
Quote from: daimond on 05 October 2012, 10:42:09 AM
pergi dan tanya sendiri ke pembuat hukum alam semesta ini.
Siapa dia? Pastinya dia seorang yang luar biasa bukan? Karena hukum-hukum alam ini bekerja secara luar biasa. Maka sudah sewajarnya jika kita berguru kepadanya, bukan?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:39:17 AM
Penelitian Stevenson itu mengenai reinkarnasi atau kelahiran kembali? (sebab Buddhis mengatakan reinkarnasi bukanlah kelahiran kembali)
ian stevenson adalah seorang saintis, yang tentunya meneliti menggunakan metode ilmiah, tanpa bias iman ataupun kepercayaan.
seperti yang kita ketahui, di dunia ini satu fenomena bisa memiliki beberapa penjelasan. seperti fenomena lahirnya seorang anak di luar pernikahan. mungkin ada yang menjelaskan bahwa sang ibu hamil secara "gaib" oleh sesuatu roh supernatural dan ada pula yang menjelaskan bayi itu berasal dari pertemuan telur dan sperma yang berkembang menjadi zigot dan akhirnya bayi. sains tentunya akan mengambil penjelasan yang memiliki bukti2 empiris, terukur dan bisa diulang.
dalam hal ini, prof stevenson meneliti beberapa fenomena yang tak terjelaskan oleh sains. sebagai seorang saintis, tentu dia mengambil langkah2 eliminasi bukti2 yang tercemar dan kemungkinan2 lain yang logis. namun kepada 20 kasus yang ada di buku ini, setelah mengeliminasi kasus2 yang tidak kuat, sains benar2 tidak dapat menjelaskannya, selain adanya seseorang yang telah mati dan terlahir kembali.
stevenson tidak mengatakan bahwa konsep reinkarnasi ataupun rebirth ini benar. stevenson hanya menuliskan fakta2 dan catatan mengenai fenomena yang tak terjelaskan oleh sains ini. tidak berbasiskan konsep reinkarnasi ataupun rebirth. dalam pemikiran sains dan masyarakat awam, mereka tak perduli bedanya reinkarnasi ataupun rebirth, pokoknya pakai saja istilah yang umum diketahui masyarakat luas: reinkarnasi.
jadi saya ulang lagi, ini bukan merupakan bukti empiris mengenai rebirth. 
saya hanya menuliskan penelitian terilmiah tanpa bias mengenai fenomena kelahiran kembali ini dilakukan oleh prof stevenson.
Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:39:17 AM
Baik, karena tidak ada bukti, maka saya kira ini selesai. Pertanyaannya saya ubah: Seperti apa kelahiran kembali itu? Apanya yang 'berpindah' (atau apapun istilahnya dalam Buddhisme) dari kehidupan sebelum ke kehidupan sesudah?
rebirth itu adalah sebuah konsep keagamaan, yang tentu saja tidak berdasarkan dalil2 maupun pembuktikan sains. buddhis tidak perlu repot2 ataupun mencocok2kan fenomena2 diluaran untuk mendukung kepercayaan ataupun imannya, seperti halnya kristian tidak perlu repot2 mencari bukti ataupun mencocok2kan fenomena2 jalan di atas air atau babi kemasukan roh jahat. semuanya hanya kepercayaan dan spekulasi kok.
kembali ke pertanyaan anda mengenai kelahiran kembali, sebenarnya saya gak terlalu suka berbicara mengenai hal2 spekulatif seperti rebirth. salah atau benar, saya dan anda tidak tahu. saya tidak terlalu perduli mengenai konsep2 seperti ini. buddhisme tidak dipelajari dengan cara seperti itu.
namun saya anggap anda sebagai teman berlainan kepercayaan yang ingin tahu. menurut teorinya, dalam buddhisme (theravada) tidak ada sesuatu yang berpindah karena semuanya hanyalah proses, hanyalah komponen. satu kematian di sini, seketika ada satu kehidupan di sana. bagaimana prosesnya? apakah ada wifi antara kehidupan lalu dengan kehidupan sekarang? saya gak tau. namanya juga kepercayaan. buddhisme mencoba menjelaskannya dengan hukum2 alam.
			
 
			
			
				Quoteian stevenson adalah seorang saintis, yang tentunya meneliti menggunakan metode ilmiah, tanpa bias iman ataupun kepercayaan.
seperti yang kita ketahui, di dunia ini satu fenomena bisa memiliki beberapa penjelasan. seperti fenomena lahirnya seorang anak di luar pernikahan. mungkin ada yang menjelaskan bahwa sang ibu hamil secara "gaib" oleh sesuatu roh supernatural dan ada pula yang menjelaskan bayi itu berasal dari pertemuan telur dan sperma yang berkembang menjadi zigot dan akhirnya bayi. sains tentunya akan mengambil penjelasan yang memiliki bukti2 empiris, terukur dan bisa diulang.
dalam hal ini, prof stevenson meneliti beberapa fenomena yang tak terjelaskan oleh sains. sebagai seorang saintis, tentu dia mengambil langkah2 eliminasi bukti2 yang tercemar dan kemungkinan2 lain yang logis. namun kepada 20 kasus yang ada di buku ini, setelah mengeliminasi kasus2 yang tidak kuat, sains benar2 tidak dapat menjelaskannya, selain adanya seseorang yang telah mati dan terlahir kembali.
stevenson tidak mengatakan bahwa konsep reinkarnasi ataupun rebirth ini benar. stevenson hanya menuliskan fakta2 dan catatan mengenai fenomena yang tak terjelaskan oleh sains ini. tidak berbasiskan konsep reinkarnasi ataupun rebirth. dalam pemikiran sains dan masyarakat awam, mereka tak perduli bedanya reinkarnasi ataupun rebirth, pokoknya pakai saja istilah yang umum diketahui masyarakat luas: reinkarnasi.
jadi saya ulang lagi, ini bukan merupakan bukti empiris mengenai rebirth.
saya hanya menuliskan penelitian terilmiah tanpa bias mengenai fenomena kelahiran kembali ini dilakukan oleh prof stevenson.
Thanks bro atas penjelasannya yang baik. Ya, seperti sudah saya katakan sebelumnya, pembuktian empiris kelahiran kembali ini tidak perlu dibahas lagi.
Quotekembali ke pertanyaan anda mengenai kelahiran kembali, sebenarnya saya gak terlalu suka berbicara mengenai hal2 spekulatif seperti rebirth. salah atau benar, saya dan anda tidak tahu. saya tidak terlalu perduli mengenai konsep2 seperti ini. buddhisme tidak dipelajari dengan cara seperti itu.
Hmm... Sejujurnya saya kurang setuju. Mengetahui kebenaran akan hal ini penting, sebab menyangkut masa depan, juga menyangkut arti kehidupan. Tetapi saya tetap menghargai pendapat bro.
Quotenamun saya anggap anda sebagai teman berlainan kepercayaan yang ingin tahu.
Terima kasih sudah menganggap saya teman. Saya percaya bro seorang yang berprinsip, "satu musuh terlalu banyak, seribu teman terlalu sedikit".
Quote from: morpheus on 05 October 2012, 11:03:56 AM
menurut teorinya, dalam buddhisme (theravada) tidak ada sesuatu yang berpindah karena semuanya hanyalah proses, hanyalah komponen. satu kematian di sini, seketika ada satu kehidupan di sana. bagaimana prosesnya? apakah ada wifi antara kehidupan lalu dengan kehidupan sekarang? saya gak tau. namanya juga kepercayaan. buddhisme mencoba menjelaskannya dengan hukum2 alam.
Ada yang masih membingungkan saya. Jika "tidak ada sesuatu yang berpindah" seperti yang bro katakan, bagaimana mungkin ada yang mengaku ia bisa mengingat kehidupan sebelumnya?
Bisa tolong bro jelaskan?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 10:52:47 AM
Tentu saja ingin belajar. Dan dengan belajar kita bisa mengetahui sesuatu yang benar dan yang salah, bukan?
oh, jika begitu di DC ini banyak thread2 tentang ajaran dasar buddhisme.
saya sarankan anda mulai dari situ, juga banyak artikel2 dan buku2 yang bisa di download gratis.
kami persilahkan bro..
dan jika kurang mengerti, bisa buka thread untuk bertanya dan diskusi. atau bisa ke thread ini (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,9554.0.html) <==
Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 10:52:47 AM
Mungkin bro bisa bantu jelaskan?
ini bro saya kasih link.. karena agak panjang juga kalau harus saya jawab dengan ketikan di thread ini.
so jangan bosen baca2 ya bro, di FK saya bahkan download AUDIO ceramahnya PS. Philip M**tofa, anda tau siapa dia kan?
ini link nya :
PUNABBHAVA (http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=75)
monggo di klik
 _/\_
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 08:32:33 AM
Salah. Banyak yang bukan manusia yang berkaki dua.
ya bahkan juga ada yg tanpa kaki yaitu yg berjalan dengan perutnya, itukah yg anda maksudkan?
Quote
Standar universal, atau kebenaran universal, tidak mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya. Alkitab juga tidak pernah mengatakan bumi pusat tata surya. Justru manusia-lah yang mengatakan hal itu, dalam hal ini adalah Gereja ka****k, karena mengikuti pemikiran Aristoteles (saya bukan ka****k). Justru lagi-lagi ini membuktikan betapa 'kebenaran manusia' itu terbatas. Manusia memiliki kekurangan/kesalahan. Bahkan si pemikir besar Yunani itu bisa salah. Kekurangan seorang manusia juga terlihat dalam Empat Kesunyataan Mulia: Sidharta mengatakan penderitaan muncul karena hasrat salah dalam diri manusia, padahal sumber penderitaan tidak hanya itu. Penderitaan juga bisa muncul dari "faktor luar", pederitaan bisa muncul karena ditimnbulkan oleh orang lain.
bukankah beberapa abad lalu, bahwa bumi itu datar juga merupakan kebenaran universal? kenapa sekarang kebenaran itu bisa menjadi ketidak-benaran? 
jika ada seorang waras di tengah2 kumpulan orang gila, maka si waras akan dianggap gila dan para orang gila dianggap waras, tapi kebenarannya adalah si waras tetap waras dan si gila tetap gila. Buddhisme memilih untuk berperan sebagai si waras di sana walaupun kelompok anda (baca: kelompok gila) menganggapnya sbg gila.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 10:59:28 AM
Siapa dia? Pastinya dia seorang yang luar biasa bukan? Karena hukum-hukum alam ini bekerja secara luar biasa. Maka sudah sewajarnya jika kita berguru kepadanya, bukan?
Dia itu adalah sesosok makhluk dari spesies tak jelas yg cuma ngaku2 maha ini dan maha itu, kalau cuma begitu, kecuali dia memiliki bukti dan sertifikat bahwa dia adalah pembuat hukum itu.
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 05 October 2012, 11:21:09 AM
ya bahkan juga ada yg tanpa kaki yaitu yg berjalan dengan perutnya, itukah yg anda maksudkan?
Burung berkaki dua, dan burung bukan manusia. Atau bro mau mengatakan burung adalah manusia?
Quote from: Indra on 05 October 2012, 11:21:09 AM
bukankah beberapa abad lalu, bahwa bumi itu datar juga merupakan kebenaran universal? kenapa sekarang kebenaran itu bisa menjadi ketidak-benaran? 
Kebenaran universal adalah kebenaran sejati, kebenaran yang sesungguhnya. Bumi datar itu bukan kebenaran universal, itu 'kebenaran' manusia tertentu.
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 05 October 2012, 11:27:49 AM
Dia itu adalah sesosok makhluk dari spesies tak jelas yg cuma ngaku2 maha ini dan maha itu, kalau cuma begitu, kecuali dia memiliki bukti dan sertifikat bahwa dia adalah pembuat hukum itu.
"Tak jelas" karena bro belum mengenalnya. Tetapi yang pasti: 
ia jauh lebih luar biasa dari pada seorang manusia.Saya ingin berguru kepadanya.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 08:49:48 AM
Justru ini akan membuat 'kebenaran dalam Buddhisme' itu hanya kebenaran subjektif, kebenaran yang hanya klaim sepihak. Kalau hanya klaim sepihak, semua agama juga bisa. Bahkan bisa saja muncul agama baru yang mengaku benar, namun hanya klaim sepihak.
tentu saja bagi penganut ajaran lain akan beranggapan demikian, tapi kami yg telah mempelajarinya dan membandingkannya dengan ajaran2 lain termasuk ajaran agama anda, kami menganggap bahwa kebenaran subjektif versi "Buddhisme" ternyata lebih logis dan masuk akal ketimbang kebenaran konyol agama anda.
Quote
Menurut bro apa ciri makhluk hidup?
"Manusia, hewan, dan tumbuhan termasuk makhluk hidup.Bagaimanakah ciri-ciri makhluk hidup?Ciri-ciri makhluk hidup adalah :D.Memerlukan makanan,E.Bergerak,F.Tumbuh,G.Berkembang biak,H.bernafas danI.Menerima dan menaggapi rangsang rangsang."
http://www.scribd.com/doc/10016680/Makhluk-Hidup
Kalau begitu R2D2 juga makhluk hidup dong, menurut kebenaran anda itu?
Quote
Lagi-lagi saya melihat ada dilema dalam ajaran Buddhis tentang kelahiran kembali. Jika Buddhis percaya adanya kelahiran kembali, dan eksistensi di kehidupan selanjutnya bisa berbeda wujud, maka bisa saja kan ternyata tumbuhan itu adalah seseorang dari kehidupan sebelumnya? Bahwa ketika seseorang memetik padi, ternyata dia sudah membunuh seseorang? Mengapa kelahiran kembali hanya dalam wujud hewan dan manusia? Mengapa tidak juga dalam wujud tumbuhan? Siapa yang bisa membatasi kriterianya? Atas wewenang apa?
Ini adalah suatu dilema.
dan termasuk ada makhluk yg terlahir kembali jadi R2D2, begitulah menurut anda?
Quote
Jadi wanita yang bertelanjang dada dalam Buddhis dianggap bermoral? (tolong baca kembali post saya sebelumnya)
wanita bertelanjang dada tidak melanggar aturan moralitas dalam Buddhis, aturan Moralitas dalam Buddhis yg paling dasar adalah Pancasila (tidak membunuh, tidak mencuri, tidak melakukan hubungan seks yg tidak benar, tidak berbohong, dan tidak mabuk2an). tidak ada dalam daftar itu "tidak bertelanjang dada"
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 11:29:04 AM
Burung berkaki dua, dan burung bukan manusia. Atau bro mau mengatakan burung adalah manusia?
oh jadi yg anda maksudkan dengan non-manusia itu ternyata adalah burung? =)) agama anda itu bikinan burung? =)) =))
Quote
Kebenaran universal adalah kebenaran sejati, kebenaran yang sesungguhnya. Bumi datar itu bukan kebenaran universal, itu 'kebenaran' manusia tertentu.
anda lihat sendiri kan? bagaimana selama beberapa abad seluruh dunia tertipu dengan kebenaran yg mereka anggap universal bahwa bumi adalah datar. dalam kasus Buddhisme juga demikian, Buddhisme mengajarkan kebenaran2 universal yg sejati, tapi anda dan kaum anda masih belum mampu melihat kebenaran itu karena masih dikuasai oleh Mara.
			
 
			
			
				out of his peanut brain
Quote from: rooney on 05 October 2012, 08:59:58 AM
Wah wah, kok ada postingan bagus beberapa member yang tidak ditanggapi ya sama bro Issacus Newtonus  ???
			 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 11:30:43 AM
"Tak jelas" karena bro belum mengenalnya. Tetapi yang pasti: ia jauh lebih luar biasa dari pada seorang manusia.
"Ada lebih banyak orang dungu di dunia ini, biarlah mrk yg bijaksana yg jumlahnya lebih sedikit menjadi pengikut Gotama, dan mrk yg dungu yg jumlahnya lebih banyak menjadi pengikutku" (Sanjaya Belatthiputta)
Quote
Saya ingin berguru kepadanya.
silakan ... pergilah dengan damai
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 10:00:45 AM
Pertama-tama, perlu diingat bahwa Buddhisme adalah agama manusia (karena upaya manusia itu sendiri). Maka pertanyaannya: Siapa yang menentukan standar (yang berwarna biru) itu? Bagaimana jika ada manusia lain yang mengatakan "mengikis keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin sampai pada akarnya" belum bisa mencapai pencerahan. Pencerahan hanya bisa dicapai jika melakukan yang berwarna biru dan ditambah dengan tidak membunuh hewan.
Nah, bagaimana? Siapa yang bisa menentukan standar?
IMO, semua agama adalah bikinan manusia, bahwa seorang manusia tertentu mengatakan menerima ajaran ini itu langsung dari superman hanyalah klaim sepihak juga yg tidak ada buktinya.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:54:43 AM
Maaf, saya tidak punya bukunya sist bro. Oh ya, mengenai buku Stevenson itu, itu penelitian tentang reinkarnasi atau kelahiran kembali?
			 
			
			
				Quote from: Rico Tsiau on 05 October 2012, 11:17:27 AM
ini bro saya kasih link.. karena agak panjang juga kalau harus saya jawab dengan ketikan di thread ini.
so jangan bosen baca2 ya bro, di FK saya bahkan download AUDIO ceramahnya PS. Philip M**tofa, anda tau siapa dia kan?
ini link nya :
PUNABBHAVA (http://bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=75)
monggo di klik
 _/\_
Thanks bro. Saya sudah baca link-nya. Khususnya saya ingin menyoroti bagian ini:
QuoteProses Kelahiran Kembali
Dalam proses kelahiran kembali atau rebirth (bahasa Inggris), tidak terjadi suatu perpindahan roh/jiwa/kesadaran ke dalam jasmani yang baru. Yang terjadi dalam proses kelahiran kembali adalah adanya proses berkesinambungan dari kesadaran (citta) pada kehidupan lampau dengan kesadaran (citta) kehidupan baru yang merupakan suatu aksi-reaksi. Oleh karena itu proses kelahiran kembali sangatlah berhubungan dengan proses kematian itu sendiri. Dan kedua proses yang berhubungan dengan batin ini sangatlah kompleks.
Guru Buddha menjelaskan dalam Satta Sutta; Radha Samyutta; Samyutta Nikaya 23.2 {S 3.189} bahwa makhluk hidup pada umumnya dan manusia pada khususnya merupakan perpaduan dari lima kelompok (Panca Khandha), yang kelimanya dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama yaitu jasmani atau fisik dan yang kedua adalah batin. Baik fisik maupun batin ini tidak terlepas dari hukum perubahan, suatu saat muncul dan saat kemudian mengalami pemadaman/mati. Batin sendiri terdiri dari perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran. Unsur-unsur batin ini disebut dalam bahasa Pali sebagai citta. Citta juga sering disebut dengan kesadaran. Citta/kesadaran ini mengalami kemunculan, pemisahan dan pemadaman/mati.
Pada saat seseorang mengalami kematian, jasmani tidak lagi bisa berfungsi untuk mendukung citta/kesadaran. Citta/kesadarannya pun akan mengalami pemadaman/kematian dan secara otomatis ia meneruskan kesan apapun yang tertanam padanya kepada Citta/kesadaran penerusnya yang tidak lain merupakan Citta/kesadaran pada kehidupan yang baru. Penerusan Kesadaran (Patisandhi Vinnana) ini terjadi dengan adanya peran dari Kamma yang pernah dilakukan.
Ketika jasmani mengalami kematian, dalam pikiran orang yang sekarat muncul kesadaran yang bernama Kesadaran Ajal (Cuti Citta). Ketika Kesadaran Ajal mengalami pemadaman juga, maka orang tersebut dikatakan sudah meninggal. Tetapi pada saat yang bersamaan pula (tanpa selang/jeda waktu) Citta/kesadaran kehidupan baru muncul. Dan saat itulah seseorang telah dilahirkan kembali, sudah berada dalam kandungan dengan jasmani yang baru berupa janin. Keseluruhan proses ini terjadi dalam waktu yang singkat.
Ada yang ingin saya tanyakan:
1. Diatas dikatakan ada "kesinambungan antara kesadaran lama dan kesadaran baru". Namun juga dikatakan "kesadaran lama mati". Bagaimana sesuatu yang sudah "mati", namun masih berkesinambungan? Bagaimana sesuatu yang sudah berhenti, namun masih berlanjut? Sekalipun pada saat yang bersamaan muncul kesadaran baru, tetapi tetap saja itu adalah kesadaran "baru", bukan lagi kesadaran "lama".
2. Apakah Satta Sutta; Radha Samyutta; Samyutta Nikaya 23.2 {S 3.189} memang mengajarkan yang biru dan yang merah, atau hanya mengajarkan yang biru saja? (sehingga yang merah sebenarnya penambahan dari orang lain?)
Oh ya bro, dimana saya bisa membaca Tripitaka online bahasa Indonesia?
Thanks.
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 05 October 2012, 11:44:16 AM
IMO, semua agama adalah bikinan manusia, bahwa seorang manusia tertentu mengatakan menerima ajaran ini itu langsung dari superman hanyalah klaim sepihak juga yg tidak ada buktinya.
Kalau bro memang ingin mengetahuinya, silakan main ke FK. Mari kita bahas, benar-tidak K itu agama manusia. Apakah ada 
bukti objektif bahwa agama K memang berasal dari sesuatu yang lebih tinggi? (Tentu saja jika bro ingin melihat kebenaran secara lebih luas).
Tujuan saya main ke sini juga agar ingin melihat kebenaran secara lebih luas. Saya tidak ingin menjadi katak dalam tempurung. Saya ingin mengetahui kebenaran apa yang dimiliki Buddhisme, apakah memang itu layak disebut KEBENARAN SEJATI. Tetapi kalau belum apa-apa sudah mengatakan tumbuhan dan hewan bukan makhluk hidup, maka kebenarannya sudah patut dipertanyakan. Mungkinkah ada 
blunder dari pemikir-pemikir Buddhis masa awal?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 11:59:40 AM
Thanks bro. Saya sudah baca link-nya. Khususnya saya ingin menyoroti bagian ini:
Ada yang ingin saya tanyakan:
1. Diatas dikatakan ada "kesinambungan antara kesadaran lama dan kesadaran baru". Namun juga dikatakan "kesadaran lama mati". Bagaimana sesuatu yang sudah "mati", namun masih berkesinambungan? Bagaimana sesuatu yang sudah berhenti, namun masih berlanjut? Sekalipun pada saat yang bersamaan muncul kesadaran baru, tetapi tetap saja itu adalah kesadaran "baru", bukan lagi kesadaran "lama".
anda harus terlebih dulu mempelajari tentang doktrin Buddhis tentang sebab-akibat, nama-rupa, kemunculan bergantungan, dll untuk bisa memahami doktrin kelahiran kembali ini. sungguh melelahkan berdiskusi dengan orang yg tidak mau menerima penjelasan orang lain, yg tidak mau membaca rujukan yg telah diberikan.
Quote
2. Apakah Satta Sutta; Radha Samyutta; Samyutta Nikaya 23.2 {S 3.189} memang mengajarkan yang biru dan yang merah, atau hanya mengajarkan yang biru saja? (sehingga yang merah sebenarnya penambahan dari orang lain?)
bukan, itu adalah interpretasi penulis atas sutta itu
Quote
Oh ya bro, dimana saya bisa membaca Tripitaka online bahasa Indonesia?
Thanks.
setau saya Tipitaka/Tripitaka berbahasa Indonesia masih belum lengkap di terjemahkan, karena Tipitaka terdiri dari banyak kitab yg tebal2, tidak sept kitab agama anda yg setipis kitab stensilan. tapi untungnya bagian yg anda maksudkan itu sudah diterjemahkan, dan bisa didownload atau dibaca online di http://dhammacitta.org/perpustakaan/samyutta-nikaya-khotbah-khotbah-berkelompok-sang-buddha/ terdiri dari 5 buku yg tidak terlalu tipis, semoga anda meminta ini untuk anda baca. selamat membaca
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 12:09:29 PM
Kalau bro memang ingin mengetahuinya, silakan main ke FK. Mari kita bahas, benar-tidak K itu agama manusia. Apakah ada bukti objektif bahwa agama K memang berasal dari sesuatu yang lebih tinggi? (Tentu saja jika bro ingin melihat kebenaran secara lebih luas).
Tujuan saya main ke sini juga agar ingin melihat kebenaran secara lebih luas. Saya tidak ingin menjadi katak dalam tempurung. Saya ingin mengetahui kebenaran apa yang dimiliki Buddhisme, apakah memang itu layak disebut KEBENARAN SEJATI.
saya melihat bahwa anda sedang melakukan aksi salesmanship di sini, berusaha merekrut member DC ini untuk bergabung ke forum anda. saya sudah tau soal itu kok, perlu anda ketahui bahwa saya juga memiliki latar belakang agama yg sama dengan anda, bedanya hanya bahwa saya tidak mudah terkecoh oleh trick-trick tipuan 
			
 
			
			
				aku lebih suka kata terurai dari pemadaman.yah begitulah kadang penggunaan bahasa nya juga rada rumit bila pakai bahasa indonesia jadi terus menerus ada refisi mencari padanan kata yang tepat dan mudah di mengerti.
			
			
			
				Quote from: Indra on 05 October 2012, 12:13:46 PM
saya melihat bahwa anda sedang melakukan aksi salesmanship di sini, berusaha merekrut member DC ini untuk bergabung ke forum anda. saya sudah tau soal itu kok, perlu anda ketahui bahwa saya juga memiliki latar belakang agama yg sama dengan anda, bedanya hanya bahwa saya tidak mudah terkecoh oleh trick-trick tipuan
Saya tidak promosi. Bahkan mencantumkan linknya saja saya enggan. Saya tidak ada kepentingan di sana, bahkan saya juga pernah di-ban di sana. Tetapi di sana mungkin bisa lebih leluasa membahas keyakinan K. Itu saja. Atau ada tempat lain yang bisa leluasa?
Jika yang saya bold itu benar, mungkin bro belum mempelajari Alkitab secara mendalam, atau mungkin juga saya yang belum mendalam. Maka bagaimana, dimana kita bisa diskusi? Terserah bro. Jangan-jangan saya juga sudah tertipu. Nah bro kan bisa menyadarkan saya, dan bro melakukan kebaikan. Saya tidak fanatik sempit. Jika bro bisa memberi argumentasi yang kuat dan objektif, saya akan menerima. Bagaimana?
			
 
			
			
				^ ^ ^ kalo mau bahas ajaran K, ada di thread lain. Tapi sebaiknya sekarang fokus ke buddhism dulu biar ga ribet dan ga OOT.. kalo uda beres, baru lanjut ke yang lain... 
			
			
			
				Quote from: Indra on 05 October 2012, 11:33:23 AM
wanita bertelanjang dada tidak melanggar aturan moralitas dalam Buddhis, aturan Moralitas dalam Buddhis yg paling dasar adalah Pancasila (tidak membunuh, tidak mencuri, tidak melakukan hubungan seks yg tidak benar, tidak berbohong, dan tidak mabuk2an). tidak ada dalam daftar itu "tidak bertelanjang dada"
Apakah ini memang jawaban official dari Buddhisme? Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
			
 
			
			
				Quote from: dhammadinna on 05 October 2012, 12:27:31 PM
^ ^ ^ kalo mau bahas ajaran K, ada di thread lain. Tapi sebaiknya sekarang fokus ke buddhism dulu biar ga ribet dan ga OOT.. kalo uda beres, baru lanjut ke yang lain...
Yup. Setuju. (sebenarnya bisa saja di bahas, tetapi di 'lapak' lain)
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 12:22:00 PM
Jika yang saya bold itu benar, mungkin bro belum mempelajari Alkitab secara mendalam, atau mungkin juga saya yang belum mendalam. Maka bagaimana, dimana kita bisa diskusi? Terserah bro. Jangan-jangan saya juga sudah tertipu. Nah bro kan bisa menyadarkan saya, dan bro melakukan kebaikan. Saya tidak fanatik sempit. Jika bro bisa memberi argumentasi yang kuat dan objektif, saya akan menerima. Bagaimana?
itu benar, bukankah saya sudah menampilkan bagain aturan moralitas Buddhis yg salah satunya adalah "tidak berbohong"? saya berusaha untuk mematuhi itu. saya memang tidak mendalaminya karena setelah sedikit yg saya pelajari langsung menyadarkan saya akan tipuan2 itu. perkara anda juga tertipu atau tidak, ya itu urusan anda, saya tidak berkewajiban untuk menyadarkan anda. karena dalam Buddhisme tidak ada iming2 masuk surga jika berhasil merekrut.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 12:32:00 PM
Apakah ini memang jawaban official dari Buddhisme? Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
wanita bertelanjang dada tidak ada masalhkan dilihat oleh seorang bayi nya? 
karena anda yang melihat dan sudah dewasa dan terpengaruh polusi culture modern maka berpikir(proses pikiran manusia dewasa) dan berperangsaka yang tidak tidak ini baru menjadi masalah 
ada meditasi untuk melihat obyek asubha, melihat bagaimana proses mayat membusuk hingga mampu mengendalikan pikiran untuk tidak terliputi nafsu indria macam tersebut.
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 05 October 2012, 12:34:44 PM
itu benar, bukankah saya sudah menampilkan bagain aturan moralitas Buddhis yg salah satunya adalah "tidak berbohong"? saya berusaha untuk mematuhi itu. saya memang tidak mendalaminya karena setelah sedikit yg saya pelajari langsung menyadarkan saya akan tipuan2 itu.
Lho, saya juga baru sedikit mempelajari Buddhis sudah menemukan keanehan. Tetapi saya tidak langsung berhenti, saya masih bertanya, siapa tahu ada yang bisa memberi jawaban secara logis dan objektif.
Quote from: Indra on 05 October 2012, 12:34:44 PM
 karena dalam Buddhisme tidak ada iming2 masuk surga jika berhasil merekrut.
Dan dalam K juga tidak ada iming-iming masuk surga jika berhasil merekrut.
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 05 October 2012, 12:36:04 PM
wanita bertelanjang dada tidak ada masalhkan dilihat oleh seorang bayi nya? 
karena anda yang melihat dan sudah dewasa dan terpengaruh polusi culture modern maka berpikir(proses pikiran manusia dewasa) dan berperangsaka yang tidak tidak ini baru menjadi masalah
Apakah seorang bayi sudah mengenal 
nilai moral?
(Nah, ini keanehan baru lagi dalam Buddhisme)
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 12:20:25 AM
Bukan, itu agama Y.
Memang Buddhisme tidak mengatakan seperti itu. Tetapi yang perlu di sadari, agama Buddha adalah agama manusia. Maka siapa yang bisa menentukan tolak ukur suatu standar moral? Kelima nilai itu tidak salah. Tapi dari penilaian orang lain, bisa saja kelima nilai itu belum sempurna. Misal ada seorang yang mengatakan bahwa pencerahan hanya dapat dicapai jika melakukan kelima nilai itu (dan turunannya) ditambah dengan tidak membunuh hewan. Jika hanya melakukan kelima nilai itu, belum bisa mencapai pencerahan.
Nah artinya, dari sudut pandang orang ini, bahkan Sidharta-pun belum mencapai pencerahan.
Apakah kita akan mengatakan orang ini salah? Mana bisa. Atas dasar apa dia dikatakan salah?
Inilah kesulitannya jika agama manusia. Tidak ada yang bisa menentukan standar nilai.
Menurut ilmiah, tumbuhan adalah makhluk hidup.
"Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan. Contoh klasifikasi makhluk hidup adalah:
Berdasarkan ukuran tubuhnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi pohon, perdu, dan semak."
http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_ilmiah
Benar bahwa itu adalah moral guide. Tetapi bisa saja ada manusia lain yang berkata bahwa moral guide saja tidak cukup untuk mencapai pencerahan. Inilah kesulitannya jika agama manusia.
Lagi pula, moral guide setiap orang, sekalipun dalam beberapa poin sama, namun bisa juga berbeda. Ini bisa disebabkan karena kebiasaan dan lingkungan. Misal di suku-suku tertentu, wanitanya tidak mengenakan penutup dada dianggap biasa. Padahal di tempat lain, itu dianggap tidak bermoral.
Jadi moral guide pun tidak bisa dijadikan standar.
1. Saya menyindir, intinya, katanya moral guide kamu itu dari tuhan, tapi ajaran moral seperti itu lebih jauh dari absolut. Hanya relatif dan tidak berlaku universal.
2. Kamu akan tahu moral guide ini bila meningkatkan self-awareness dan self-understanding kamu, walaupun kamu bukan umat buddhist. Pancasila adalah 5 moral guide utama yang menjadi arah bagi kita umat buddhist.
3. Tumbuhan:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=789.0 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=789.0)
Jangan mempermasalahkan istilah. Sains juga bilang manusia adalah kelompok binatang. 
Siapa yang salah, tidak ada yang salah, itu hanya istilah saja dari segi masing-masing.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 11:16:01 AM
Hmm... Sejujurnya saya kurang setuju. Mengetahui kebenaran akan hal ini penting, sebab menyangkut masa depan, juga menyangkut arti kehidupan. Tetapi saya tetap menghargai pendapat bro.
setuju mengetahui kebenaran itu penting, tapi saya lihat banyak yang tak bisa 
membedakan antara kebenaran dengan kepercayaan/konsep/doktrin.
kepercayaan bukan kebenaran.
konsep bukan kebenaran.
doktrin bukan kebenaran.
yang saya lihat justru karena tidak bisa membedakan antara kebenaran dan kepercayaan, banyak yang buta diri bahkan sampai mengakhiri nyawanya seperti david koresh (http://en.wikipedia.org/wiki/David_Koresh) yang percaya kedatangan kedua yesus kristus akhirnya bunuh diri rame2 beserta puluhan pengikutnya dengan membakar diri...
Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 11:16:01 AM
Ada yang masih membingungkan saya. Jika "tidak ada sesuatu yang berpindah" seperti yang bro katakan, bagaimana mungkin ada yang mengaku ia bisa mengingat kehidupan sebelumnya?
tidak dijelaskan dalam teori buddhis, hanya disebutkan sebagai kekuatan pikiran (mind), sehingga saya gak tau dan gak mau berspekulasi.
bisa saja dicoba dijelaskan melalui teori lainnya, namun tetaplah spekulasi.
tidak ada yg berpindah itu adalah sebuah teori dan berspekulasi.
ada yg berpindah itu juga adalah sebuah teori dan berspekulasi.
apakah ada cara untuk membuktikannya?
			
 
			
			
				orang bodoh yang tidak mau belajar, begitulah !
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 12:41:58 PM
Apakah seorang bayi sudah mengenal nilai moral?
(Nah, ini keanehan baru lagi dalam Buddhisme)
maksud ku karena bayi tidak punya pikiran macam macam seperti otang dewasa maka tidak menganggap hal itu tidak benar tidak salah.
bila melihat wanita bali sebelum sukarno mengenakan kebaya ke wanita bali tidak masalah bagi mereka hidup sehari hsri bertelanjang dada, tetapi karena orang luar pulau seperti sukarno menganggap hal itu tidak pantas dll, baru  membawa masalah bagi wanita bali untuk hidup normal hingga harus mengenakan kebaya dari jawa.
			
 
			
			
				Thanks bro.
Quote from: emulio on 05 October 2012, 12:47:21 PM
1. Saya menyindir, intinya, katanya moral guide kamu itu dari tuhan, tapi ajaran moral seperti itu lebih jauh dari absolut. Hanya relatif dan tidak berlaku universal.
Itu hanya aturan dari si Empunya 'Rumah'. Tidak ada yang berlebihan/salah dalam aturan itu. Seorang ayah bisa saja berkata, "Jangan lewat di ruang tamu karena lagi di pel". Anak yang baik tidak akan berpikir, "Ih, si ayah ini tidak logis, masa tidak boleh lewat di ruang tamu".
Quote from: emulio on 05 October 2012, 12:47:21 PM
2. Kamu akan tahu moral guide ini bila meningkatkan self-awareness dan self-understanding kamu, walaupun kamu bukan umat buddhist. Pancasila adalah 5 moral guide utama yang menjadi arah bagi kita umat buddhist.
3. Tumbuhan:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=789.0 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=789.0)
Jangan mempermasalahkan istilah. Sains juga bilang manusia adalah kelompok binatang. 
Siapa yang salah, tidak ada yang salah, itu hanya istilah saja dari segi masing-masing.
Baiklah kalau itu hanya masalah istilah. Namun yang tetap menjadi persoalan: Karena Buddhisme adalah agama manusia, maka siapa yang bisa menentukan standar pencerahan? Sidharta mengatakan standarnya adalah A, tetapi orang lain bisa saja mengatakan standarnya adalah A+B? (Kalau hanya A tidak lulus)
			
				Quote from: daimond on 05 October 2012, 08:50:08 AM
bila kita melihat apa yang terjadi pada kain dan habel bahwa mahluk yang mereka sembah lebih menyenangi prrsembahan hewan dan darah, mahluk macam apa itu?
kemudian meminta persembahan anak manusia meski kemudian diganti dengan persembahan  domba untuk menyenangkan nya
Melihat 7 tulah di mesir, sungguh hebat tapi kita juga melihat jenis mahluk yang suka membunuhi anak tunggal dari orang mesir dan keterbatasan mahluk ini karena pintu orang israel harus di tandai dulu baru bisaterhindar dari bencana.
ini bisa di bilang sejenis iblis bahkan mungkin raja iblis ( king of demon) dalam definisi buddhis mungkin sejenis yaksha karena mahluk tingkat brahma tidak berciri ciri seperti ink.
mr j mengatakan siapa yang meninggikan diri akan di rendahkan, yang menerima tamparan pipi kiri berikan pipi kanan mu untuk di tampar.
----intemezo----
daimond, saya wakilkan jawabannya, karena saya sempat bertanya ke sana juga. 
Jawaban para member K untuk hal seperti pembunuhan (yang berlawanan dengan hukum mereka sendiri) 
1. tuhan berdaulat, 
2. tuhan tahu yang terbaik, 
3. tuhan memberantas ketidakadilan dengan membunuh, 
4. tuhan ingin menguji kesetiaan, 
5. tuhan ingin menghapus dosa dari awal dengan membunuh karena sudah tahu orang-orang (anak-anak) itu akan tetap berdosa nantinya
6. manusia berdosa karena tidak menyembah tuhan
7. kita manusia tidak bisa menyelami jalan pikirannya
8. tuhan ingin melindungi umatnya
9. tuhan menghukum manusia
10. lihat konteks ayatnya
Rasionalisasi seperti ini membuat mereka mandeg untuk menyadari bahwa tuhan mereka itu bukanlah tuhan semesta alam. Mereka tidak bisa melihat bahwa membunuh ya membunuh, terlepas apapun alasannya dan konteksnya. Dan itu melanggar hukum tuhan (kata mereka hukum tuhan) sendiri.
Lebih parah lagi, karena yang dibunuh adalah anak kecil yang tidak berdosa.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 12:32:00 PM
Apakah ini memang jawaban official dari Buddhisme? Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
emang kalo cewek mandi sambil telanjang dada, melanggar aturan ya??
			
 
			
			
				seperti ri katakan Buddha hanya menerangkan apa yang ada di alamsesta ini, maka alamsemesta ini yang menentukan pencapaian pencerahan oleh suatu mahluk., biarpun dia mengatakan telah tercerahkan tetapi hukum alamsemesta tahu apa dia telah tercerahkan atau belum.
ketika cinca melempar fitnah ke sang Buddha gautama, kursi raja deva saka memanas hingga raja para deva melihat dengan kemampuan nya tentang fitnah yang berlangsung hingga raja deva turun dan berubah menjadi tikus mengerat tali tali kayu dimana cinca menyumpal perut nya seperti orang hamil setelah tali terputus buntalan hamil jatuh menimpa kaki dan bumi terbelah menelan nya.
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 01:03:51 PM
Thanks bro.
Itu hanya aturan dari si Empunya 'Rumah'. Tidak ada yang berlebihan/salah dalam aturan itu. Seorang ayah bisa saja berkata, "Jangan lewat di ruang tamu karena lagi di pel". Anak yang baik tidak akan berpikir, "Ih, si ayah ini tidak logis, masa tidak boleh lewat di ruang tamu".
Baiklah kalau itu hanya masalah istilah. Namun yang tetap menjadi persoalan: Karena Buddhisme adalah agama manusia, maka siapa yang bisa menentukan standar pencerahan? Sidharta mengatakan standarnya adalah A, tetapi orang lain bisa saja mengatakan standarnya adalah A+B? (Kalau hanya A tidak lulus)
1. Si empunya rumah kurang bijak kalau begitu.  ;) dan kurang konsisten. Ya kita tamunya jadi bingung deh.
2. Saya bingung kamu masih mempersoalkan hal seperti ini. Bila pola pikir kamu manusia itu selalu di bawah tuhan kamu (aka YHWH) dan tidak ada kesempatan menjadi lebih tinggi, kamu akan selalu beranggapan apa yang keluar dari Siddharta itu bukan standar realitas kehidupan. 
Tapi Siddharta sendiri telah mencapai pencerahan, dan dia menunjukkan jalan mencapai ya seperti itu.
Sebenarnya sederhana saja sih resepnya: langkah awal adalah kamu harus melihat segala sesuatu apa adanya. 
Kamu terkekang oleh pra-konsepsi bahwa ada sesuatu di 
luar kamu yang lebih hebat dari kamu.
Namun dengan melihat ke dalam diri, kamu akan lebih mengerti apa yang saya maksudkan ketika saya bilang di dalam diri kamu juga ada tuhan itu (dan tidak melulu YHWH).
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 05 October 2012, 12:58:47 PM
maksud ku karena bayi tidak punya pikiran macam macam seperti otang dewasa maka tidak menganggap hal itu tidak benar tidak salah.
Saya bingung, kok bayi yang dijadikan standar nilai. Bayi kotorannya aja masih dimakan bro. Apa itu yang mau bro jadikan standar?
Quote from: daimond on 05 October 2012, 12:58:47 PM
bila melihat wanita bali sebelum sukarno mengenakan kebaya ke wanita bali tidak masalah bagi mereka hidup sehari hsri bertelanjang dada, tetapi karena orang luar pulau seperti sukarno menganggap hal itu tidak pantas dll, baru  membawa masalah bagi wanita bali untuk hidup normal hingga harus mengenakan kebaya dari jawa.
Nah itu, seperti yang saya katakan sebelumnya, bahwa standar moral manusia -- sekalipun ada persamaan -- bisa berbeda. Maka siapa yang bisa menetukan yang paling mulia? Jika Buddhis mengatakan wanita yang bertelanjang dada adalah bermoral, lalu ada seorang lain yang mengatakan wanita bertelanjang dada tidak bermoral, maka dapat dikatakan orang lain itu lebih mulia dari Buddhis.
Apakah pendapat itu salah? Oh tidak. Atas dasar apa dikatakan salah? Siapa yang berwenang menentukannya?
Itulah dilemanya agama manusia (atau kebenaran yang hanya bersumber dari manusia). Tidak ada tolak ukur.
			
 
			
			
				kau kira yang tempat di kau berdiri tidak hidup, sidartha gautama memanggil ibu bumi sebagai saksi dalam mencapai penerangan sempurna.
			
			
			
				Quote from: emulio on 05 October 2012, 01:12:40 PM
1. Si empunya rumah kurang bijak kalau begitu.  ;) dan kurang konsisten. Ya kita tamunya jadi bingung deh.
Justru karena dia bijak maka dilarang, kan lantainya lagi di pel, jadi masih basah, sehingga orang tidak jatuh.
Quote from: emulio on 05 October 2012, 01:12:40 PM
2. Saya bingung kamu masih mempersoalkan hal seperti ini. Bila pola pikir kamu manusia itu selalu di bawah tuhan kamu (aka YHWH) dan tidak ada kesempatan menjadi lebih tinggi, kamu akan selalu beranggapan apa yang keluar dari Siddharta itu bukan standar realitas kehidupan. 
Tapi Siddharta sendiri telah mencapai pencerahan, dan dia menunjukkan jalan mencapai ya seperti itu.
Sebenarnya sederhana saja sih resepnya: langkah awal adalah kamu harus melihat segala sesuatu apa adanya. 
Kamu terkekang oleh pra-konsepsi bahwa ada sesuatu di luar kamu yang lebih hebat dari kamu.
Namun dengan melihat ke dalam diri, kamu akan lebih mengerti apa yang saya maksudkan ketika saya bilang di dalam diri kamu juga ada tuhan itu (dan tidak melulu YHWH).
Saya mengerti maksud bro. Namun bagaimana jika ada seorang yang berpikir lebih murni lagi, yang percaya bahwa menghilangkan kehidupan hewan dan tumbuhan adalah kejahatan, dan tidak akan mencapai pencerahan?
Maka dari sudut pandang orang ini, bahkan (maaf) Sidharta-pun belum mencapai pencerahan. "Tetapi bukankah Sidharta mengakui bahwa ia mencapai pencerahan?" Orang ini akan menjawab, "Itu hanya pengakuan dia saja".
Nah bagaimana? Siapa yang bisa menentukan standar?
			
 
			
			
				Quote from: morpheus on 05 October 2012, 12:48:30 PM
kepercayaan bukan kebenaran.
konsep bukan kebenaran.
doktrin bukan kebenaran.
Hmm...Kelihatannya saya kurang setuju. Jika bro mengatakan seperti itu, berarti 
tidak ada sama sekali kebenaran dalam kepercayaan, konsep, dan doktrin.
Mungkin lebih tepatnya:
kepercayaan bukan 
pasti kebenaran.
konsep bukan 
pasti kebenaran.
doktrin bukan 
pasti kebenaran.
Quote from: morpheus on 05 October 2012, 12:48:30 PM
yang saya lihat justru karena tidak bisa membedakan antara kebenaran dan kepercayaan, banyak yang buta diri bahkan sampai mengakhiri nyawanya seperti david koresh (http://en.wikipedia.org/wiki/David_Koresh) yang percaya kedatangan kedua yesus kristus akhirnya bunuh diri rame2 beserta puluhan pengikutnya dengan membakar diri...
Ya, Yesus Kristus juga mengatakan "tidak semua orang yang percaya kepadaku akan memperoleh keselamatan".
Quote from: morpheus on 05 October 2012, 12:48:30 PM
tidak dijelaskan dalam teori buddhis, hanya disebutkan sebagai kekuatan pikiran (mind), sehingga saya gak tau dan gak mau berspekulasi.
bisa saja dicoba dijelaskan melalui teori lainnya, namun tetaplah spekulasi.
tidak ada yg berpindah itu adalah sebuah teori dan berspekulasi.
ada yg berpindah itu juga adalah sebuah teori dan berspekulasi.
apakah ada cara untuk membuktikannya?
Jadi yang saya tangkap dari penjelasan bro, bro tidak ingin terlalu memikirkan masalah doktrin. Baik, terima kasih bro atas sumbangan pemikirannya.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 01:13:44 PM
Saya bingung, kok bayi yang dijadikan standar nilai. Bayi kotorannya aja masih dimakan bro. Apa itu yang mau bro jadikan standar?
Nah itu, seperti yang saya katakan sebelumnya, bahwa standar moral manusia -- sekalipun ada persamaan -- bisa berbeda. Maka siapa yang bisa menetukan yang paling mulia? Jika buddhis mengatakan wanita yang bertelanjang dada adalah bermoral, lalu ada seorang lain yang mengatakan wanita bertelanjang dada tidak bermoral, maka dapat dikatakan orang lain itu lebih mulia dari Buddhis.
Apakah pendapat itu salah? Oh tidak. Atas dasar apa dikatakan salah? Siapa yang berwenang menentukannya?
Itulah dilemanya agama manusia (atau kebenaran yang hanya bersumber dari manusia). Tidak ada tolak ukur.
buddhisme tidak pernah memaksaan seseorang untuk mengikuti moralitas yang terdapat dalam buddhis me terserah dia mau mengikuti atau tidak buddhisme memberi kebebasan penuh bagi manusia untuk memilih dan menerima konsekwensi dari pilihan nya, bila di kau memancung seekor domba hidup dengan berpikir ini adalah persembahan kepada mahluk tinggi untuk menyenangi nya maka di kau akan merasakan kehidupan 100 kali sebagai domba yang kemudian mati dengan kepala pecah sebanyak 100 kali
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 05 October 2012, 01:36:42 PM
buddhisme tidak pernah memaksaan seseorang untuk mengikuti moralitas yang terdapat dalam buddhis me terserah dia mau mengikuti atau tidak buddhisme memberi kebebasan penuh bagi manusia untuk memilih dan menerima konsekwensi dari pilihan nya, bila di kau memancung seekor domba hidup dengan berpikir ini adalah persembahan kepada mahluk tinggi untuk menyenangi nya maka di kau akan merasakan kehidupan 100 kali sebagai domba yang kemudian mati dengan kepala pecah sebanyak 100 kali
Lho, yang saya bold itu adalah keyakinan bro, bukan keyakinan saya. Bagaimana mungkin bro memaksakan hal itu terjadi kepada saya?
(Tuh kan, subjektif lagi)
			
 
			
			
				[spoiler]Menurut saya: mungkin sebaiknya member tidak membawa kepercayaan om Isaac ke dalam diskusi. mungkin karena ada offense dari member sini makanya ada defense dari om Isaac dan sebaliknya (melindungi kepercayaan masing2) sehingga diskusi ini tidak berjalan baik (berputar2). mohon dimengerti karena saya juga ingin belajar dari thread ini. terima kasih _/\_[/spoiler]
			
			
			
				Quote from: will_i_am on 05 October 2012, 01:08:11 PM
emang kalo cewek mandi sambil telanjang dada, melanggar aturan ya??
Suruh aja cewek itu mandi di tengah jalan, kalau memang tidak melanggar aturan.
Makanya itu kembali dan kembali saya tanyakan, siapa yang berwenang menentukan standar? Bro bilang itu tidak melanggar, tetapi si Badu bilang itu melanggar. Bro mau mengatakan si Badu salah? Atas dasar apa si Badu salah? Siapa yang berhak menetapkan standar?
Itulah dilemanya agama yang hanya mengandalkan pendapat (baca: pencerahan) manusia. Semoga bro bisa mengerti maksud saya.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 01:24:03 PM
Justru karena dia bijak maka dilarang, kan lantainya lagi di pel, jadi masih basah, sehingga orang tidak jatuh.
Saya mengerti maksud bro. Namun bagaimana jika ada seorang yang berpikir lebih murni lagi, yang percaya bahwa menghilangkan kehidupan hewan dan tumbuhan adalah kejahatan, dan tidak akan mencapai pencerahan?
Maka dari sudut pandang orang ini, bahkan (maaf) Sidharta-pun belum mencapai pencerahan. "Tetapi bukankah Sidharta mengakui bahwa ia mencapai pencerahan?". Orang ini akan menjawab, "Itu hanya pengakuan dia".
Nah bagaimana? Siapa yang bisa menentukan standar?
1. Bener...saya setuju aja deh....bijak memang kalau bekerja di hari sabat harus dihukum mati, kalau persembahan ke si YHWH dipesen gak pake ragi, kalau cukur rambut harus ngikutin model dia.
Eh iya, di belahan dunia lain, mereka gak tau hukum "bijaksana" ini :( 
Si empunya masih kurang komunikasinya dan pilih-pilih tamu.
2. Setahu saya, pencerahan ya pencerahan, mau orang itu kepercayaannya apapun ya dia akan menyadari hal yang sama.
3. Para arahant mengonfirmasi apa yang dilihat Buddha itu sama. 
Pada zaman sekarang pun, dimana sains dan psikologi sudah begitu maju, mereka setuju dengan ajaran Siddharta tentang realitas kehidupan, dan ya memang seperti itu.
*Isaac, kalau hanya berdebat, tidak akan ada habisnya. Thread ini bisa mencapai 1000 post, tapi kamu tetap tidak akan puas. Ada baiknya kamu menyelami dahulu apa inti ajaran buddha. Baru bila tidak mengerti, bertanya.
Kamu bisa mulai dengan pdf ini, yang menjadi awal mula pengenalan saya dengan buddhisme dan membuat saya yakin dengan buddhisme, instead menjadi atheist. Saya harap kamu mau membacanya, ada beberapa fakta kunci tentang buddhisme yang sepertinya kamu belum tahuhttp://www.thedhamma.com/buddhaslists.pdf (http://www.thedhamma.com/buddhaslists.pdf)
			
 
			
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 01:38:54 PM
Lho, yang saya bold itu adalah keyakinan bro, bukan keyakinan saya. Bagaimana mungkin bro memaksakan hal itu terjadi kepada saya?
(Tuh kan, subjektif lagi)
Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 01:38:54 PM
Lho, yang saya bold itu adalah keyakinan bro, bukan keyakinan saya. Bagaimana mungkin bro memaksakan hal itu terjadi kepada saya?
(Tuh kan, subjektif lagi)
sorry hp ku tidak tahu mana yang di bold, seingat ku standrat yang kukatan dari awal adalah standrat buddhisme bukan standrat keyakinan anda, bila anda terus menerus seperti itu sebaik nya tidak perlu datang kemari lagi sudah kukatakan bukan.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 01:13:44 PM
Nah itu, seperti yang saya katakan sebelumnya, bahwa standar moral manusia -- sekalipun ada persamaan -- bisa berbeda. Maka siapa yang bisa menetukan yang paling mulia? Jika buddhis mengatakan wanita yang bertelanjang dada adalah bermoral, lalu ada seorang lain yang mengatakan wanita bertelanjang dada tidak bermoral, maka dapat dikatakan orang lain itu lebih mulia dari Buddhis.
Apakah pendapat itu salah? Oh tidak. Atas dasar apa dikatakan salah? Siapa yang berwenang menentukannya?
Itulah dilemanya agama manusia (atau kebenaran yang hanya bersumber dari manusia). Tidak ada tolak ukur.
Misalnya di Indonesia, bagi masyarakat yang tidak lagi primitif, wanita yang bertelanjang dada di tempat umum tentu dianggap tidak sopan. 
Menurut KBBI: bermoral = sesuai dengan moral (adat sopan santun), maka wanita tersebut bisa dikatakan tidak sopan / tidak bermoral.
Tapi bagaimana dengan di tempat lain? misalnya di pedalaman, wanita yang berpakaian justru dianggap aneh.
Jadi, tentang "bertelanjang dada", di satu tempat bisa dikatakan tidak bermoral, di tempat lain bermoral (di satu tempat dianggap tidak sopan, di tempat lain sopan-sopan aja).
Oleh karena itu, bertelanjang dada 
tidak bisa dikatakan sebagai bermoral atau tidak.
Berbeda dengan moralitas dalam buddhism (secara umum, terdiri dari 5 sila seperti yang disebutkan Indra). Di manapun kamu berada, di negara manapun, di pedalaman maupun di kota, mencuri/membunuh,dst sebenarnya adalah suatu perbuatan buruk. 
Hal itu adalah buruk, bahkan sekalipun semua orang di tempat itu menganggapnya baik.
			 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 01:34:22 PM
Hmm...Kelihatannya saya kurang setuju. Jika bro mengatakan seperti itu, berarti tidak ada sama sekali kebenaran dalam kepercayaan, konsep, dan doktrin.
Mungkin lebih tepatnya:
kepercayaan bukan pasti kebenaran.
konsep bukan pasti kebenaran.
doktrin bukan pasti kebenaran.
maksud saya, kepercayaan itu tidak sama dengan kebenaran.
kalo sesuatu yang dipercaya itu ternyata benar, maka bukan kepercayaan lagi namanya, melainkan pengetahuan.
tahu beda dengan percaya.
tahu itu pasti, percaya itu spekulatif.
mungkin ini perbedaan bahasa dan persepsi saja.
Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 01:34:22 PM
Ya, Yesus Kristus juga mengatakan "tidak semua orang yang percaya kepadaku akan memperoleh keselamatan".
jadi banyak yang jadi kristian juga tetep gak selamet?
bagaimana tahu kristian yang mana yg selamet, kristian yang mana yg gak selamet?
kalo gak dijawab, gapapa, om...
Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 01:34:22 PM
Jadi yang saya tangkap dari penjelasan bro, bro tidak ingin terlalu memikirkan masalah doktrin. Baik, terima kasih bro atas sumbangan pemikirannya.
bukan tidak ingin memikirkan masalah doktrin atau tidak mau pusing mikirin doktrin, om.
bagi saya, buddhisme itu tidak dipelajari dengan percaya ataupun beriman. buddhisme itu dipelajari dengan kebebasan berpikir dan mengalami. buddhisme adalah sebuah problem solving yang diajarkan Buddha terhadap satu problem terbesar manusia. karena itulah saya tidak ambil pusing masalah doktrin ataupun kepercayaan yang spekulatif.
kalo boleh saya bilang, inilah perbedaan cara berpikir buddhis dengan cara berpikir samawi.
satu penyebab banyak yg tertarik dengan keindahan cara berpikir buddhis yang modern ini.
			
 
			
			
				Quote from: emulio on 05 October 2012, 01:46:50 PM
1. Bener...saya setuju aja deh....bijak memang kalau bekerja di hari sabat harus dihukum mati, kalau persembahan ke si YHWH dipesen gak pake ragi, kalau cukur rambut harus ngikutin model dia.
Memang bijak bro, lihat aja tuh anak-anak disuruh disunat di hari ke delapan. Bijak bukan?
Quote from: emulio on 05 October 2012, 01:46:50 PM
Eh iya, di belahan dunia lain, mereka gak tau hukum "bijaksana" ini :( 
Si empunya masih kurang komunikasinya dan pilih-pilih tamu.
Tenang aja bro, jangan kecil hati. Dia adil kok. Tuh banyak 'prajurit'Nya sekarang yang datang memberitakannya, bahkan dari rumah ke rumah berdua-dua. Rumah bro pernah disinggahi tidak?
Quote from: emulio on 05 October 2012, 01:46:50 PM
2. Setahu saya, pencerahan ya pencerahan, mau orang itu kepercayaannya apapun ya dia akan menyadari hal yang sama.
3. Para arahant mengonfirmasi apa yang dilihat Buddha itu sama. 
Pada zaman sekarang pun, dimana sains dan psikologi sudah begitu maju, mereka setuju dengan ajaran Siddharta tentang realitas kehidupan, dan ya memang seperti itu.
Kalau masalah itu sih, banyak juga tuh orang kr****n yang mengkonfirmasi mengaku melihat "Yesus sebagai Tuhan" (Oh ya, sekedar mengingatkan kembali, saya bukan termasuk K yang percaya Yesus adalah Tuhan, saya percaya Yesus Kristus adalah Anak Allah. Kedudukannya dibawah Tuhan)
Quote from: emulio on 05 October 2012, 01:46:50 PM
*Isaac, kalau hanya berdebat, tidak akan ada habisnya. Thread ini bisa mencapai 1000 post, tapi kamu tetap tidak akan puas. Ada baiknya kamu menyelami dahulu apa inti ajaran buddha. Baru bila tidak mengerti, bertanya.
Kamu bisa mulai dengan pdf ini, yang menjadi awal mula pengenalan saya dengan buddhisme dan membuat saya yakin dengan buddhisme, instead menjadi atheist. Saya harap kamu mau membacanya, ada beberapa fakta kunci tentang buddhisme yang sepertinya kamu belum tahu
http://www.thedhamma.com/buddhaslists.pdf (http://www.thedhamma.com/buddhaslists.pdf)
Kalau masalah ajaran untuk melakukan kebaikan, semua agama juga punya bro. Tetapi beragama tidak cukup hanya "jangan melakukan kejahatan", sebab jika hanya itu, orang atheis pun tahu. Beragama berarti harus memiliki sesuatu yang lebih. Sesuatu yang bisa memberi arti kehidupan, bukan hanya sekedar lahir, besar, bekeluarga, tua, mati, lalu tidak ada lagi, karena kalaupun ada, sudah digantikan oleh orang yang lain. Tidak, hidup tidak hanya seperti itu.
Saya sudah bertanya, itulah yang selalu saya lakukan di forum ini.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 02:01:00 PM
Memang bijak bro, lihat aja tuh anak-anak disuruh disunat di hari ke delapan. Bijak bukan?
Tenang aja bro, jangan kecil hati. Dia adil kok. Tuh banyak 'prajurit'Nya sekarang yang datang memberitakannya, bahkan dari rumah ke rumah berdua-dua. Rumah bro pernah disinggahi tidak?
Kalau masalah itu sih, banyak juga tuh orang kr****n yang mengkonfirmasi mengaku melihat "Yesus sebagai Tuhan" (Oh ya, sekedar mengingatkan kembali, saya bukan termasuk K yang percaya Yesus adalah Tuhan, saya percaya Yesus Kristus adalah Anak Allah. Kedudukannya dibawah Tuhan)
Kalau masalah ajaran untuk melakukan kebaikan, semua agama juga punya bro. Tetapi beragama tidak cukup hanya "jangan melakukan kejahatan", sebab jika hanya itu, orang atheis pun tahu. Beragama berarti harus memiliki sesuatu yang lebih. Sesuatu yang bisa memberi arti kehidupan, bukan hanya sekedar lahir, besar, bekeluarga, tua, mati, lalu tidak ada lagi, karena kalaupun ada, sudah digantikan oleh orang yang lain. Tidak, hidup tidak hanya seperti itu.
Saya sudah bertanya, itulah yang selalu saya lakukan di forum ini.
1. Iya, kan saya udah bilang bijak, tapi sayangnya kurang komunikatif aja sih empunya. 
Saya ngomong zaman itu, bukan zaman sekarang. Tuh, di belahan dunia lain ada yang kepleset kan karena papan pengumumannya cuma dipasang di ruang tamu si empunya rumah (di negara Israel).
Oya, bekerja di hari sabat lalu dihukum mati adalah aturan terbijak yang pernah saya dengar yang keluar dari suatu oknum. Presiden Korea Utara juga mirip-mirip, tapi masih kalah "bijak".
2. Konfirmasi pencerahan beda dengan pengalaman religius dimana alam bawah sadar mewujud ke suatu image. Makanya image orang bisa beda-beda, ada Yesus, Siddharta, Muhammad. Tapi kalo pencerahan adalah suatu kondisi "kosong" (pakai tanda kutip), bukan hal-hal seperti itu. Ketika mencapai itu, dia melihat realitas dunia apa adanya dan sebenar-benarnya.
3. Kamu sudah menyelami belum? Saya jarang-jarang kasih link kalau tidak perlu-perlu amat. Tapi link yang saya berikan tadi akan membuat kamu mengerti tentang buddhisme. 
Tentu kalau kamu ke sini untuk mencari info tentang buddhisme, dan bukannya berdebat dan mencari celah dengan mencari-cari kesalahan dengan ajaran buddhisme.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 02:01:00 PM
Kalau masalah ajaran untuk melakukan kebaikan, semua agama juga punya bro. Tetapi beragama tidak cukup hanya "jangan melakukan kejahatan", sebab jika hanya itu, orang atheis pun tahu. Beragama berarti harus memiliki sesuatu yang lebih. Sesuatu yang bisa memberi arti kehidupan, bukan hanya sekedar lahir, besar, bekeluarga, tua, mati, lalu tidak ada lagi, karena kalaupun ada, sudah digantikan oleh orang yang lain. Tidak, hidup tidak hanya seperti itu.
memiliki Tuhan?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:49:10 AM
Thanks bro.
Baik, jadi bukan berpindah (itulah sebabnya saya selalu menambahkan: apapun istilahnya dalam konsep Buddhis) melainkan berubah, seperti susu berubah menjadi keju.
Namun ada yang membingungkan dari penjelasan bro di atas. Bro mengatakan "kesadaran" adalah batin, dan batin ini terurai, yang berarti kesadaran terurai. Namun selanjutnya bro mengatakan "kesadaran berlanjut". Bagaimana penjelasannya: kesadaran terurai, namun kesadaran berlanjut? Jika kesadaran itu sendiri sudah terurai, dalam bentuk apa lagi ia berlanjut? Tolong diperjelas.
Thanks.
Yang saya tuliskan adalah terurainya bathin dan jasmani, maksudnya bathin terpisah dari jasmani, dan pada waktu itu, perasaan, persepsi, dan ingatan tidak menemukan landasan; sementara itu kesadaran berlanjut dan bergabung ke jasmani baru sesuai dengan kamma-nya. Ketika kesadaran bergabung dengan jasmani, maka muncullah kembali perasaan, persepsi, dan ingatan itu. Jika diumpamakan, kesadaran itu seperti arus listrik, jasmani seperti bohlam, dan cahaya yang ditimbulkan seperti perasaan, persepsi, dan ingatan. Kematian itu diibaratkan seperti bohlam rusak, maka cahaya tidak ada, lalu ketika listrik mengaliri bohlam lain, maka muncullah cahaya yang lain. 
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 11:59:40 AM
Thanks bro. Saya sudah baca link-nya. Khususnya saya ingin menyoroti bagian ini:
Ada yang ingin saya tanyakan:
1. Diatas dikatakan ada "kesinambungan antara kesadaran lama dan kesadaran baru". Namun juga dikatakan "kesadaran lama mati". Bagaimana sesuatu yang sudah "mati", namun masih berkesinambungan? Bagaimana sesuatu yang sudah berhenti, namun masih berlanjut? Sekalipun pada saat yang bersamaan muncul kesadaran baru, tetapi tetap saja itu adalah kesadaran "baru", bukan lagi kesadaran "lama".
2. Apakah Satta Sutta; Radha Samyutta; Samyutta Nikaya 23.2 {S 3.189} memang mengajarkan yang biru dan yang merah, atau hanya mengajarkan yang biru saja? (sehingga yang merah sebenarnya penambahan dari orang lain?)
Oh ya bro, dimana saya bisa membaca Tripitaka online bahasa Indonesia?
Thanks.
Quote from: Indra on 05 October 2012, 12:11:12 PM
anda harus terlebih dulu mempelajari tentang doktrin Buddhis tentang sebab-akibat, nama-rupa, kemunculan bergantungan, dll untuk bisa memahami doktrin kelahiran kembali ini. sungguh melelahkan berdiskusi dengan orang yg tidak mau menerima penjelasan orang lain, yg tidak mau membaca rujukan yg telah diberikan.
bukan, itu adalah interpretasi penulis atas sutta itu
setau saya Tipitaka/Tripitaka berbahasa Indonesia masih belum lengkap di terjemahkan, karena Tipitaka terdiri dari banyak kitab yg tebal2, tidak sept kitab agama anda yg setipis kitab stensilan. tapi untungnya bagian yg anda maksudkan itu sudah diterjemahkan, dan bisa didownload atau dibaca online di http://dhammacitta.org/perpustakaan/samyutta-nikaya-khotbah-khotbah-berkelompok-sang-buddha/ terdiri dari 5 buku yg tidak terlalu tipis, semoga anda meminta ini untuk anda baca. selamat membaca
jawaban saya sudah di wakili oleh bro Indra, thk's to bro Indra.
makanya pada awalnya ada saya sampaikan bahwa jika anda ingin belajar, sebaiknya anda belajar dasar2nya dulu..
dan juga sudah saya katakan sebelumnya di forum ini ada begitu banyak thread yang bisa anda baca, juga ada artikel, buku, dll yang bisa anda download sepuasnya.
jika anda tidak memahami dasar2 buddhisme, susah sekali kami untuk menerangkan pada anda. karena pertanyaan anda cenderung kontradiksi dan terdengar aneh. seperti contoh mencerahkan pikiran orang yang sudah murni.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 01:46:35 PM
Suruh aja cewek itu mandi di tengah jalan, kalau memang tidak melanggar aturan.
Makanya itu kembali dan kembali saya tanyakan, siapa yang berwenang menentukan standar? Bro bilang itu tidak melanggar, tetapi si Badu bilang itu melanggar. Bro mau mengatakan si Badu salah? Atas dasar apa si Badu salah? Siapa yang berhak menetapkan standar?
Itulah dilemanya agama yang hanya mengandalkan pendapat (baca: pencerahan) manusia. Semoga bro bisa mengerti maksud saya.
menurut agama Buddha, itu gak melanggar aturan moralitas,,,
tapi ada juga aturan negara yang harus dipatuhi,,
atau mungkin juga si cewek udah gila makanya mau mandi di tengah jalan.
			
 
			
			
				Quote from: emulio on 05 October 2012, 02:12:14 PM
1. Iya, kan saya udah bilang bijak, tapi sayangnya kurang komunikatif aja sih empunya. 
Saya ngomong zaman itu, bukan zaman sekarang. Tuh, di belahan dunia lain ada yang kepleset kan karena papan pengumumannya cuma dipasang di ruang tamu si empunya rumah (di negara Israel).
Kan sudah pernah kita bahas, bahwa bagi orang-orang yang tidak sempat mengenal, ada Kerajaan Seribu Tahun. Nah, yang jadi masalah bagi orang yang sudah mengenai, tetapi masih menolak.
Quote from: emulio on 05 October 2012, 02:12:14 PM
2. Konfirmasi pencerahan beda dengan pengalaman religius dimana alam bawah sadar mewujud ke suatu image. Makanya image orang bisa beda-beda, ada Yesus, Siddharta, Muhammad. Tapi kalo pencerahan adalah suatu kondisi "kosong" (pakai tanda kutip), bukan hal-hal seperti itu. Ketika mencapai itu, dia melihat realitas dunia apa adanya dan sebenar-benarnya.
Lho, bukannya bro pernah baca kesaksian di FK, bahwa seseorang yang pernah mengalami penampakan itu, dalam keadaan sadar?
Quote from: emulio on 05 October 2012, 02:12:14 PM
3. Kamu sudah menyelami belum? Saya jarang-jarang kasih link kalau tidak perlu-perlu amat. Tapi link yang saya berikan tadi akan membuat kamu mengerti tentang buddhisme. 
Tentu kalau kamu ke sini untuk mencari info tentang buddhisme, dan bukannya berdebat dan mencari celah dengan mencari-cari kesalahan dengan ajaran buddhisme.
Yah ini sama saja dengan pertanyaan, "Jadi kamu tidak percaya Roh Kudus? Kamu sudah pernah Berbahasa Roh belum?" Pertanyaan ini kan tidak logis ditanyakan kepada orang yang berbeda keyakinan.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 10:00:45 AM
Pertama-tama, perlu diingat bahwa Buddhisme adalah agama manusia (karena upaya manusia itu sendiri). Maka pertanyaannya: Siapa yang menentukan standar (yang berwarna biru) itu? 
 
Bagaimana jika ada manusia lain yang mengatakan "mengikis keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin sampai pada akarnya" belum bisa mencapai pencerahan. Pencerahan hanya bisa dicapai jika melakukan yang berwarna biru dan ditambah dengan tidak membunuh hewan.
Nah, bagaimana? Siapa yang bisa menentukan standar?
Keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin ini bukanlah didefiniskan secara sederhana dalam bahasa sehari-hari. Kalau secara teknis, keserakahan adalah kehausan akan pemuasan suatu kenikmatan; kebencian adalah penolakan terhadap sesuatu yang tidak diinginkan; kebodohan bathin adalah ketidak-mampuan melihat kebenaran sebagaimana adanya. Ketika membunuh hewan, bagaimanakah bathin seorang berproses? Pikiran bagaimanakah yang timbul? Orang lain tidak tahu, harus ia sendiri yang menyelidiki bathinnya. 
Jadi siapa menentukan standardnya? Ini juga pertanyaan yang ditanyakan dengan kurang tepat. Sama seperti jika orang bertanya, 'gimana menentukan standard jatuh cinta?' 
Keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin itu diselidiki dan dipahami secara internal oleh masing-masing individu.  
			
 
			
			
				Quote from: will_i_am on 05 October 2012, 02:23:17 PM
menurut agama Buddha, itu gak melanggar aturan moralitas,,,
tapi ada juga aturan negara yang harus dipatuhi,,
atau mungkin juga si cewek udah gila makanya mau mandi di tengah jalan.
Jika aturan negara mengatakan itu salah, bagaimana? Berarti aturan negara lebih mulia dari aturan Buddhisme, bukan?
Justru saya melihat, "menurut agama Buddha, itu gak melanggar aturan moralitas" adalah sudah suatu 
blunder yang fatal dari pemikir-pemikir Buddhis masa awal. Ini bukti nyata bahwa agama manusia itu punya kelemahan. Manusia punya kekurangan. Seorang yang mencari kebenaran dari manusia, tidak akan pernah mencapai KEBENARAN SEJATI.
Ingat bro, bahkan pemikir-pemikir besar seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles saja bisa salah.
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 02:33:17 PM
Keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin ini bukanlah didefiniskan secara sederhana dalam bahasa sehari-hari. Kalau secara teknis, keserakahan adalah kehausan akan pemuasan suatu kenikmatan; kebencian adalah penolakan terhadap sesuatu yang tidak diinginkan; kebodohan bathin adalah ketidak-mampuan melihat kebenaran sebagaimana adanya. Ketika membunuh hewan, bagaimanakah bathin seorang berproses? Pikiran bagaimanakah yang timbul? Orang lain tidak tahu, harus ia sendiri yang menyelidiki bathinnya. 
Bro berkata, "Ketika membunuh 
hewan, bagaimanakah bathin seorang berproses? Pikiran bagaimanakah yang timbul? Orang lain tidak tahu, harus ia sendiri yang menyelidiki bathinnya", sehingga dari kata-kata ini, bro menyiratkan bahwa seandainya batin seseorang murni dalam melakukannya, ia bisa saja membunuh hewan.
Tetapi itu karena bro sudah terkonsep bahwa 
membunuh hewan diperbolehkan. Namun jika memang batin yang menentukan, bagaimana jika saya ganti menjadi seperti ini: "Ketika membunuh 
manusia, bagaimanakah bathin seorang berproses? Pikiran bagaimanakah yang timbul? Orang lain tidak tahu, harus ia sendiri yang menyelidiki bathinnya."
Jika memang batin yang menentukan, mengapa membunuh manusia tidak boleh?
Bro bisa memahami maksud saya? Intinya, bro sudah terkonsep bahwa membunuh manusia tidak boleh, membunuh hewan boleh.
Nah, yang jadi pertanyaan: Bagaimana jika ada seseorang yang mengatakan bahwa membunuh hewan, bahkan dengan motif hati yang benar sekalipun, adalah salah? Bahwa orang yang membunuh hewan dengan alasan atau motif hati apapun, tidak akan mencapai pencerahan?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 12:32:00 PM
Quote from: Indra on 05 October 2012, 11:33:23 AM
wanita bertelanjang dada tidak melanggar aturan moralitas dalam Buddhis, aturan Moralitas dalam Buddhis yg paling dasar adalah Pancasila (tidak membunuh, tidak mencuri, tidak melakukan hubungan seks yg tidak benar, tidak berbohong, dan tidak mabuk2an). tidak ada dalam daftar itu "tidak bertelanjang dada"
Apakah ini memang jawaban official dari Buddhisme? Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
Memangnya apa yang salah dengan bertelanjang dada? 
Buddhisme adalah ajaran yang membedakan secara terperinci antara noda bathin dengan sosial-budaya. Wanita bertelanjang dada adalah hal biasa di pedalaman. Bahkan di negara barat juga ada penganut nudist yang telanjang. Sementara di lain tertentu, wanita memperlihatkan rambut pun bisa dihukum mati. Ini adalah perbedaan karena nilai budaya setempat, berbeda dengan noda bathin. Buddhisme menganggap budaya adalah netral, dan fokusnya adalah pada noda bathin. 
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 02:33:17 PM
Jadi siapa menentukan standardnya? Ini juga pertanyaan yang ditanyakan dengan kurang tepat. Sama seperti jika orang bertanya, 'gimana menentukan standard jatuh cinta?' 
Keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin itu diselidiki dan dipahami secara internal oleh masing-masing individu. 
Ini justru menunjukkan ketimpangan lain dalam ajaran Buddhisme, yaitu: bahwa ternyata standar pencerahan itu tidak ada, bahwa apa yang disampaikan Sidharta-pun tidak bisa dijadikan standar pencerahan, karena ujung-ujungnya kembali kepada pribadi masing-masing.
			
 
			
			
				[spoiler=AP]
dari awal hanya berputar2 tentang konsep dan selalu menggesekkan konsep A, B, C dst.
[/spoiler]
Quote from: Sunyata on 05 October 2012, 01:42:22 PM
[spoiler]Menurut saya: mungkin sebaiknya member tidak membawa kepercayaan om Isaac ke dalam diskusi. mungkin karena ada offense dari member sini makanya ada defense dari om Isaac dan sebaliknya (melindungi kepercayaan masing2) sehingga diskusi ini tidak berjalan baik (berputar2). mohon dimengerti karena saya juga ingin belajar dari thread ini. terima kasih _/\_[/spoiler]
			 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 02:42:30 PM
Bro berkata, "Ketika membunuh hewan, bagaimanakah bathin seorang berproses? Pikiran bagaimanakah yang timbul? Orang lain tidak tahu, harus ia sendiri yang menyelidiki bathinnya", sehingga dari kata-kata ini, bro menyiratkan bahwa seandainya batin seseorang murni dalam melakukannya, ia bisa saja membunuh hewan.
Tetapi itu karena bro sudah terkonsep bahwa membunuh hewan diperbolehkan. Namun jika memang batin yang menentukan, bagaimana jika saya ganti menjadi seperti ini: "Ketika membunuh manusia, bagaimanakah bathin seorang berproses? Pikiran bagaimanakah yang timbul? Orang lain tidak tahu, harus ia sendiri yang menyelidiki bathinnya."
Jika memang batin yang menentukan, mengapa membunuh manusia tidak boleh?
Bro bisa memahami maksud saya? Intinya, bro sudah terkonsep bahwa membunuh manusia tidak boleh, membunuh hewan boleh.
Nah, yang jadi pertanyaan: Bagaimana jika ada seseorang yang mengatakan bahwa membunuh hewan, bahkan dengan motif hati yang benar sekalipun, adalah salah? Bahwa orang yang membunuh hewan dengan alasan atau motif hati apapun, tidak akan mencapai pencerahan?
Wah, anda "hebat" sekali sudah bisa buat kesimpulan saya sudah terkonsep 'bunuh hewan boleh'. ;D [1]
Yang saya maksud adalah untuk mengikis noda bathin, maka seseorang harus menyelidiki pikiran apa yang timbul ketika ia melakukan sesuatu, termasuk dalam membunuh hewan. Dengan perhatian benar, maka ia bisa melihat pikiran yang timbul, juga menilai manfaatnya. 
Dengan cara menyelidiki bathin demikian, seorang Buddhis bisa menyimpulkan bahwa pembunuhan semua makhluk (bukan hanya manusia seperti asumsi anda) itu didasarkan pemikiran "demikian", yang adalah tidak bermanfaat. Karena tidak bermanfaat maka dihindari, bukan karena di kitabnya sudah tertulis standard tertentu. 
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 02:45:36 PM
Memangnya apa yang salah dengan bertelanjang dada? 
Buddhisme adalah ajaran yang membedakan secara terperinci antara noda bathin dengan sosial-budaya. Wanita bertelanjang dada adalah hal biasa di pedalaman. Bahkan di negara barat juga ada penganut nudist yang telanjang. Sementara di lain tertentu, wanita memperlihatkan rambut pun bisa dihukum mati. Ini adalah perbedaan karena nilai budaya setempat, berbeda dengan noda bathin. Buddhisme menganggap budaya adalah netral, dan fokusnya adalah pada noda bathin. 
Jadi kenapa Sang Buddha mengenakan jubah, om? apakah Sang Buddha pernah menjelaskan mengapa? adakah rujukan sutta untuk itu?
Mohon petunjuknya om Kainyn. Mungkin juga bermanfaat buat om Isaac. ;D
_/\_
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 02:46:59 PM
Ini justru menunjukkan ketimpangan lain dalam ajaran Buddhisme, yaitu: bahwa ternyata standar pencerahan itu tidak ada, bahwa apa yang disampaikan Sidharta-pun tidak bisa dijadikan standar pencerahan, karena ujung-ujungnya kembali kepada pribadi masing-masing.
Betul, itulah perbedaannya. Apa yang disampaikan Siddharta bukan untuk dijadikan dogma, namun untuk kita selidiki kebenarannya. Anda bilang itu ketimpangan, saya bilang itu 'anti-brainwash'. No problem. 
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 03:10:02 PM
Anda bilang itu ketimpangan, saya bilang itu 'anti-brainwash'. No problem.
Terkadang otak kita memang perlu dicuci agar bersih dari kesalahan-kesalahan ajaran manusia.
			
 
			
			
				Quote from: Sunyata on 05 October 2012, 03:01:51 PM
Jadi kenapa Sang Buddha mengenakan jubah, om? apakah Sang Buddha pernah menjelaskan mengapa? adakah rujukan sutta untuk itu?
Mohon petunjuknya om Kainyn. Mungkin juga bermanfaat buat om Isaac. ;D
_/\_
Jubah itu memang atribut dari seorang samana, tidak memakai hal yang mewah, juga tidak ekstrem sampai telanjang. Hal ini juga memang sesuai dengan norma pada masa itu dan norma masyarakat yang tidak mengembangkan noda bathin tidak masalah untuk diikuti dan dijalani. 
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 03:13:53 PM
Terkadang otak kita memang perlu dicuci agar bersih dari kesalahan-kesalahan ajaran manusia.
Saya kembalikan. Anda pakai standard dari mana?
			
 
			
			
				bro Isaacus Newtonus, tadi anda bilang disini bertujuan belajar..
tapi semakin saya ikuti, saya rasa anda bukan ingin belajar, anda hanya mau pamer bahwa agama anda lebih superior dari buddhisme.
anda secara 'tersirat' bermaksud untuk berpromosi dengan menunjukkan sesuatu yang anda anggap kelemahan buddhisme dan menyatakan itu sebagai tidak sesuai dengan kebenaran universal, timpang, dan hanya ajaran 'manusia' yang akan mengenal kesalahan yang dalam hal ini pun anda ingin menggiring pemikiran bahwa agama langit yang anda anut pasti tidak mengenal kesalahan.
namun sayangnya apa yang anda anggap timpang, lemah, tidak benar secara universal, dan memiliki kesalahan ini sesungguhnya tidak anda pahami dengan baik. bahkan saya ragu apa anda mau berusaha untuk memahaminya. anda hanya menilai dari mindset anda yang terprogram berpikir kukuh bahwa ajaran agama lain (dalam hal ini, buddhisme) adalah tidak benar dan bukan jalan keselamatan.
open your mind, dan cobalah belajar lebih dalam apa itu buddhisme? bagaimana cara pandangnya pada kehidupan ini, bagaimana penerapannya dalam diri. atau minimal anda coba bongkar (baca) sana sini bagaimana dan apa yang diajarkan dalam buddhisme sebelum anda sudah menilai ajaran ini timpang dan lainnya.
dari penyusunan kosa kata, dan dari cara bertutur saya nilai anda cukup intelek. namun sayang mindset anda terdogma sedemikian rupa sehingga anda tidak lebih hanya seperti katak dalam tempurung. ayo buka tempurung itu, lihatlah dunia ini.
 _/\_
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 03:13:53 PM
Terkadang otak kita memang perlu dicuci agar bersih dari kesalahan-kesalahan ajaran manusia.
Saya tidak menyangka anda akan mengeluarkan komentar subjektif seperti ini.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 03:13:53 PM
Terkadang otak kita memang perlu dicuci agar bersih dari kesalahan-kesalahan ajaran manusia.
ckckckck.....  #-o
			
 
			
			
				luar biasa juga.. total post 160 hanya di thread ini..
			
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 03:16:42 PM
Jubah itu memang atribut dari seorang samana, tidak memakai hal yang mewah, juga tidak ekstrem sampai telanjang. Hal ini juga memang sesuai dengan norma pada masa itu dan norma masyarakat yang tidak mengembangkan noda bathin tidak masalah untuk diikuti dan dijalani.
tapi saya pernah baca tentang bhikkhu yg terlahir sebagai kutu karena jubahnya. Itu bagaimana, om?
			
 
			
			
				Quote from: Rico Tsiau on 05 October 2012, 03:32:18 PM
ckckckck.....  #-o
QuoteSaya tidak menyangka anda akan mengeluarkan komentar subjektif seperti ini.
Lho, apa yang saya katakan itu memang benar. Terkadang otak kita perlu dicuci dari kesalahan-kesalahan ajaran manusia. Siapa yang mencuci? Kita sendiri. Jika kita tahu ada ajaran salah yang kita pegang, maka kita tinggalkan, dan menerima ajaran yang benar. 
"Kesalahan-kesalahan ajaran manusia" siapa? Siapa saja, mau ajaran Gereja, Pendeta, Bhiksu, Ulama, dll. Semua ajaran manusia yang salah harus kita bersihkan, kita buang dari otak kita.
			
 
			
			
				reply saya dicuekin om isaacus  :'( :'( :'(
jadinya iseng ke pembahasan lain nih  ;D
Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 02:33:56 PM
Jika aturan negara mengatakan itu salah, bagaimana? Berarti aturan negara lebih mulia dari aturan Buddhisme, bukan?
<gak_serius>
dengan logika yang sama, aturan taliban > aturan muslim moderat > aturan kristian > aturan negara demokrasi
taliban harus mencuci bersih kesalahan2 ajaran infidel...
</gak_serius>
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 03:39:43 PM
Lho, apa yang saya katakan itu memang benar. Terkadang otak kita perlu dicuci dari kesalahan-kesalahan ajaran manusia. Siapa yang mencuci? Kita sendiri. Jika kita tahu ada ajaran salah yang kita pegang, maka kita tinggalkan, dan menerima ajaran yang benar. 
"Kesalahan-kesalahan ajaran manusia" siapa? Siapa saja, mau ajaran Gereja, Pendeta, Bhiksu, Ulama, dll. Semua ajaran manusia yang salah harus kita bersihkan, kita buang dari otak kita.
ok..
to the point saja, lalu harus terima ajaran apa?
ayo lah, anda sudah sampai pada misi akhir anda bukan?
jangan tunda lagi.
sekarang silahkan kabarkan kabar baik dan kabar keselamatannya.
akan kami baca kok, tenang saja...
supaya misi anda bisa cepat selesai, karena saya rasa anda juga capek udah 3 hari disini belum punya kesempatan menuntaskan misi anda. nah sekarang lah saatnya...
 :|
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 12:40:46 PM
Lho, saya juga baru sedikit mempelajari Buddhis sudah menemukan keanehan. Tetapi saya tidak langsung berhenti, saya masih bertanya, siapa tahu ada yang bisa memberi jawaban secara logis dan objektif.
itulah keunggulan Buddhisme, bukan? walaupun ada keanehan tapi masih mendorong seseorang agar menyelidiki lebih lanjut, berbeda dengan agama anda, begitu ada keganjilan udah bikin muntah2.
Quote
Dan dalam K juga tidak ada iming-iming masuk surga jika berhasil merekrut.
entah ya ... tapi saya toh tidak mengatakan demikian, bukan?
			
 
			
			
				Quote from: Rico Tsiau on 05 October 2012, 03:45:21 PM
ok..
to the point saja, lalu harus terima ajaran apa?
ayo lah, anda sudah sampai pada misi akhir anda bukan?
jangan tunda lagi.
sekarang silahkan kabarkan kabar baik dan kabar keselamatannya.
akan kami baca kok, tenang saja...
supaya misi anda bisa cepat selesai, karena saya rasa anda juga capek udah 3 hari disini belum punya kesempatan menuntaskan misi anda. nah sekarang lah saatnya...
 :|
=))
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 03:39:43 PM
Lho, apa yang saya katakan itu memang benar. Terkadang otak kita perlu dicuci dari kesalahan-kesalahan ajaran manusia. Siapa yang mencuci? Kita sendiri. Jika kita tahu ada ajaran salah yang kita pegang, maka kita tinggalkan, dan menerima ajaran yang benar. 
"Kesalahan-kesalahan ajaran manusia" siapa? Siapa saja, mau ajaran Gereja, Pendeta, Bhiksu, Ulama, dll. Semua ajaran manusia yang salah harus kita bersihkan, kita buang dari otak kita.
Saya setuju kok... 
Ajaran Yesus atau Buddha sekalipun perlu kita kaji... 
 [at] Sunyata dan Rico: apa yang salah dengan ini?
			
 
			
			
				Quote from: dhammadinna on 05 October 2012, 03:56:17 PM
Saya setuju kok... 
Ajaran Yesus atau Buddha sekalipun perlu kita kaji... 
 [at] Sunyata dan Rico: apa yang salah dengan ini?
tidak ada yang salah kok, lha siapa yang bilang salah?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 03:39:43 PM
Lho, apa yang saya katakan itu memang benar. Terkadang otak kita perlu dicuci dari kesalahan-kesalahan ajaran manusia. Siapa yang mencuci? Kita sendiri. Jika kita tahu ada ajaran salah yang kita pegang, maka kita tinggalkan, dan menerima ajaran yang benar. 
"Kesalahan-kesalahan ajaran manusia" siapa? Siapa saja, mau ajaran Gereja, Pendeta, Bhiksu, Ulama, dll. Semua ajaran manusia yang salah harus kita bersihkan, kita buang dari otak kita.
ok..
to the point saja, lalu harus terima ajaran apa?
ayo lah, anda sudah sampai pada misi akhir anda bukan?
jangan tunda lagi.
sekarang silahkan kabarkan kabar baik dan kabar keselamatannya.
akan kami baca kok, tenang saja...
supaya misi anda bisa cepat selesai, karena saya rasa anda juga capek udah 3 hari disini belum punya kesempatan menuntaskan misi anda. nah sekarang lah saatnya...
 :|
----------------------------------------------
Dutiyampi
----------------------------------------------
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 03:39:43 PM
Lho, apa yang saya katakan itu memang benar. Terkadang otak kita perlu dicuci dari kesalahan-kesalahan ajaran manusia. Siapa yang mencuci? Kita sendiri. Jika kita tahu ada ajaran salah yang kita pegang, maka kita tinggalkan, dan menerima ajaran yang benar. 
"Kesalahan-kesalahan ajaran manusia" siapa? Siapa saja, mau ajaran Gereja, Pendeta, Bhiksu, Ulama, dll. Semua ajaran manusia yang salah harus kita bersihkan, kita buang dari otak kita.
Sip, agar otak kita dapat "dicuci", maka tidak boleh terjebak oleh brainwashed  ;D
			
 
			
			
				Quote from: Rico Tsiau on 05 October 2012, 04:02:49 PM
ok..
to the point saja, lalu harus terima ajaran apa?
ayo lah, anda sudah sampai pada misi akhir anda bukan?
jangan tunda lagi.
sekarang silahkan kabarkan kabar baik dan kabar keselamatannya.
akan kami baca kok, tenang saja...
supaya misi anda bisa cepat selesai, karena saya rasa anda juga capek udah 3 hari disini belum punya kesempatan menuntaskan misi anda. nah sekarang lah saatnya...
 :|
----------------------------------------------
Dutiyampi
----------------------------------------------
Jangan OOT deh bro...
			
 
			
			
				Quote from: Sunyata on 05 October 2012, 03:38:48 PM
tapi saya pernah baca tentang bhikkhu yg terlahir sebagai kutu karena jubahnya. Itu bagaimana, om?
Dalam kasus bhikkhu Tissa tersebut, yang 'bahaya' adalah kemelekatan terhadap jubah, bukan pemakaian jubahnya sendiri. Di sini dikisahkan ia mendapatkan kain lalu dijahitkan oleh saudarinya menjadi jubah yang kasar. Ia semula tidak mau menerima, namun kemudian diserahkan ke tukang jahit yang ahli untuk jadi jubah halus. Di malam pada saat jubah itu selesai, ia meninggal, dan karena pikiran melekat pada jubahnya itu yang membawanya pada kelahiran sebagai kutu. 
Jadi objek, apakah jubah, harta, wanita, dll, sebetulnya netral. Karena pikiran dipengaruhi kemelekatan maka merespon objek itu menjadi tidak netral. 
			
 
			
			
				Quote from: morpheus on 05 October 2012, 01:58:24 PM
maksud saya, kepercayaan itu tidak sama dengan kebenaran.
kalo sesuatu yang dipercaya itu ternyata benar, maka bukan kepercayaan lagi namanya, melainkan pengetahuan.
tahu beda dengan percaya.
tahu itu pasti, percaya itu spekulatif.
mungkin ini perbedaan bahasa dan persepsi saja.
Pengetahuan-pun belum tentu adalah kebenaran. Orang-orang di jaman dulu memiliki "pengetahuan" bahwa bumi adalah pusat tata surya. Ini bukan hanya sekedar kepercayaan, mereka memanggap memiliki bukti empiris, yaitu "matahari terbit, dan matahari terbenam".
Intinya, didalam pengetahuan, bisa jadi ada kebenaran, dan di dalam kepercayaan bisa jadi ada kebenaran. Namun pengetahuan dan kepercayaan bukan 
pasti adalah kebenaran.
Tetapi, ya, saya kira maksud kita adalah sama.
Quote from: morpheus on 05 October 2012, 01:58:24 PM
jadi banyak yang jadi kristian juga tetep gak selamet?
bagaimana tahu kristian yang mana yg selamet, kristian yang mana yg gak selamet?
kalo gak dijawab, gapapa, om...
Hal ini tentu tidak bisa dibahas di sini.
Quote from: morpheus on 05 October 2012, 01:58:24 PM
bukan tidak ingin memikirkan masalah doktrin atau tidak mau pusing mikirin doktrin, om.
bagi saya, buddhisme itu tidak dipelajari dengan percaya ataupun beriman. buddhisme itu dipelajari dengan kebebasan berpikir dan mengalami. buddhisme adalah sebuah problem solving yang diajarkan Buddha terhadap satu problem terbesar manusia. karena itulah saya tidak ambil pusing masalah doktrin ataupun kepercayaan yang spekulatif.
kalo boleh saya bilang, inilah perbedaan cara berpikir buddhis dengan cara berpikir samawi.
satu penyebab banyak yg tertarik dengan keindahan cara berpikir buddhis yang modern ini.
Agama lain juga banyak menjelaskan problem soving kehidupan.
			
 
			
			
				Quote from: dhammadinna on 05 October 2012, 04:04:44 PM
Jangan OOT deh bro...
Oops...
mungkin anda salah paham...
kalau anda bisa menilai, saya justru tepat dan berada pada inti tujuan TS
hanya saja saya lebih blak2an.
 [at]  TS, setuju?
			
 
			
			
				 [at]  All
Menurut saya, kita sedikitnya memuji Isaacus Newtonus. Walaupun logikanya berbeda dengan kita, tapi sepanjang yang saya lihat, dia tidak bawa-bawa kepercayaannya ke dalam bahasan, tidak seperti 'specimen' yang sudah2. 
			
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 04:12:14 PM
 [at]  All
Menurut saya, kita sedikitnya memuji Isaacus Newtonus. Walaupun logikanya berbeda dengan kita, tapi sepanjang yang saya lihat, dia tidak bawa-bawa kepercayaannya ke dalam bahasan, tidak seperti 'specimen' yang sudah2.
ya mungkin anda benar, thank's sudah mengingatkan..
 _/\_
			
 
			
			
				 [at] cc dhammadinna
[spoiler]
Quote from: dhammadinna on 05 October 2012, 03:56:17 PM
Saya setuju kok... 
Ajaran Yesus atau Buddha sekalipun perlu kita kaji... 
 [at] Sunyata dan Rico: apa yang salah dengan ini?
tidak ada yg salah, cc. saya hanya tersugesti.[/spoiler]
			
				Quote from: Rico Tsiau on 05 October 2012, 04:02:49 PM
ok..
to the point saja, lalu harus terima ajaran apa?
ayo lah, anda sudah sampai pada misi akhir anda bukan?
jangan tunda lagi.
sekarang silahkan kabarkan kabar baik dan kabar keselamatannya.
akan kami baca kok, tenang saja...
supaya misi anda bisa cepat selesai, karena saya rasa anda juga capek udah 3 hari disini belum punya kesempatan menuntaskan misi anda. nah sekarang lah saatnya...
 :|
----------------------------------------------
Dutiyampi
----------------------------------------------
Kan sudah saya bilang, tujuan/misi saya ke sini adalah belajar, dan dengan belajar kita tahu mana yang benar dan mana yang salah. Tidak ada aturan bahwa dalam belajar kita harus manggut-manggut menerima semua yang diajarkan. Tidak ada yang salah dengan bertanya, selama pertanyaan itu dalam batas-batas yang wajar dan dapat diterima akal. Dan kebenaran akan bertahan terhadap ujian.
Saya tidak ingin menjadi katak dalam tempurung. Itulah sebabnya saya datang ke forum ini. Saya ingin melihat kebenaran apa yang dimiliki Buddhisme. Dan untuk menguji suatu kebenaran, dibutuhkan pertanyaan-pertanyaan.
Mungkin dalam proses menguji sesuatu, pertanyaan/pernyataan saya menyinggung orang lain, saya minta maaf. Tetapi saya tidak ada motif lain, hanya ingin menguji kebenaran.
			
 
			
			
				Maaf kalau ada post teman-teman yang belum ditanggapi. Kiranya dapat dimaklumi, karena saya harus membalas sambil bekerja.
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:16:20 PM
hanya ingin menguji kebenaran.
menguji kebenaran, sekaligus
menguji kesabaran
tapi ngk pa2 kok, seru juga liat jalur diskusinya
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:16:20 PM
Kan sudah saya bilang, tujuan/misi saya ke sini adalah belajar, dan dengan belajar kita tahu mana yang benar dan mana yang salah. Tidak ada aturan bahwa dalam belajar kita harus manggut-manggut menerima semua yang diajarkan. Tidak ada yang salah dengan bertanya, selama pertanyaan itu dalam batas-batas yang wajar dan dapat diterima akal. Dan kebenaran akan bertahan terhadap ujian.
Saya tidak ingin menjadi katak dalam tempurung. Itulah sebabnya saya datang ke forum ini. saya ingin melihat kebenaran apa yang dimiliki Buddhisme. Dan untuk menguji suatu kebenaran, dibutuhkan pertanyaan-pertanyaan.
Mungkin dalam proses menguji sesuatu, pertanyaan-pertanyaan saya menyinggung orang lain. Saya minta maaf. Tetapi saya tidak ada motif lain, hanya ingin menguji kebenaran.
ok, silahkan.
dan saya juga minta maaf telah curiga pada motif anda dan semoga memang benar adanya niat anda adalah belajar untuk menambah wawasan. sikap yang terpuji, menurut saya.
lalu bro isaacus, sejauh ini, apa yang sudah anda pelajari di sini? apa memberi manfaat bagi anda?
			
 
			
			
				dari cara posting anda mengingatkan saya kepada om Seth yg memegang teguh paham Kreasionis di milis tetangga dan kebetulan mengidolakan Issac Newton juga
Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:08:01 PM
Pengetahuan-pun belum tentu adalah kebenaran. Orang-orang di jaman dulu memiliki "pengetahuan" bahwa bumi adalah pusat tata surya. Ini bukan hanya sekedar kepercayaan, mereka memanggap memiliki bukti empiris, yaitu "matahari terbit, dan matahari terbenam".
Intinya, didalam pengetahuan, bisa jadi ada kebenaran, dan di dalam kepercayaan bisa jadi ada kebenaran. Namun pengetahuan dan kepercayaan bukan pasti adalah kebenaran.
Tetapi, ya, saya kira maksud kita adalah sama.
Hal ini tentu tidak bisa dibahas di sini.
Agama lain juga banyak menjelaskan problem soving kehidupan.
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 01:03:51 PM
Thanks bro.
Itu hanya aturan dari si Empunya 'Rumah'. Tidak ada yang berlebihan/salah dalam aturan itu. Seorang ayah bisa saja berkata, "Jangan lewat di ruang tamu karena lagi di pel". Anak yang baik tidak akan berpikir, "Ih, si ayah ini tidak logis, masa tidak boleh lewat di ruang tamu".
Baiklah kalau itu hanya masalah istilah. Namun yang tetap menjadi persoalan: Karena Buddhisme adalah agama manusia, maka siapa yang bisa menentukan standar pencerahan? Sidharta mengatakan standarnya adalah A, tetapi orang lain bisa saja mengatakan standarnya adalah A+B? (Kalau hanya A tidak lulus)
Yg saya bold hitam,  saya setuju 100%.
Jadi yang bukan Buddhisme agama ..........
 ;D ;D ;D
			
 
			
			
				 [at] isaacus,
begini bro, buddhisme menganut paham ehipassiko (datang dan lihat-buktikan)
sang buddha mengajarkan untuk menerapkan sikap ehipassiko di dalam menerima ajarannya. buddha mengajarkan untuk "datang dan buktikan" ajarannya, bukan "datang dan percaya".
ketika anda datang ke sini untuk menyelidiki ajaran buddhadhamma, silahkan..
tapi kalau boleh saya beri saran sebaiknya anda mulai dari ajaran paling dasar buddhisme dan tidak langsung lompat ke ajaran yang lebih mendalam.
sebelum post ini, saya juga sudah memberikan saran serupa.
silahkan...
seperti kata2 guru agung kami :
"Wahai, suku Kalama. Jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kata orang, koleksi kitab suci, penalaran logis, penalaran lewat kesimpulan, perenungan tentang alasan, penerimaan pandangan setelah mempertimbangkannya, pembicara yang kelihatannya meyakinkan, atau karena kalian berpikir, `Petapa itu adalah guru kami. `Tetapi setelah kalian mengetahui sendiri, `Hal-hal ini adalah bermanfaat, hal-hal ini tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana; hal-hal ini, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan`, maka sudah selayaknya kalian menerimanya."
(Kalama Sutta; Anguttara Nikaya 3.65)
			
			
			
				^ ^ ^ Catatan: yang di-ehipassiko (dibuktikan) itu adalah Empat Kebenaran Mulia ya... jangan melebar kemana-mana...
			
			
			
				Quote from: Forte on 05 October 2012, 03:33:44 PM
luar biasa juga.. total post 160 hanya di thread ini..
Iya, masih beretika & beritikad baik, bukan type penyampah di mana2. 
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:08:01 PM
Agama lain juga banyak menjelaskan problem soving kehidupan.
maksud anda problem solving samawi?
maaf, menurut saya, itu hanya pelarian / escape, bukan problem solving.
sepertinya pembahasan kita selesai nih  ;D
			
 
			
			
				Quote from: Rico Tsiau on 05 October 2012, 04:22:56 PM
dan saya juga minta maaf telah curiga pada motif anda dan semoga memang benar adanya niat anda adalah belajar untuk menambah wawasan. sikap yang terpuji, menurut saya.
Thanks bro. Tidak masalah. Tetapi pujian bro terlalu berlebihan, sebenarnya saya ini biasa saja.
Quote from: Rico Tsiau on 05 October 2012, 04:22:56 PM
lalu bro isaacus, sejauh ini, apa yang sudah anda pelajari di sini?
Apa yang saya pelajari?
1. Mengenai kelahiran kembali, paling tidak saya sudah sedikit lebih tahu bagaimana sebenarnya kepercayaan Buddhisme, namun mengenai apanya yang berubah, masih belum jelas, karena terakhir diskusi dengan bro Indra, beliau menyuruh saya untuk mempelajari yang lain juga.
2. Mengenai pencerahan, saya mendapat gambaran yang sedikit lebih jelas tentang bagaimana cara mencapai pencerahan. Namun untuk pertanyaan siapa yang menentukan standarnya, kelihatannya belum terjawab.
Yang pasti, saya bisa melihat bahwa sebenarnya kebanyakan orang Buddhis adalah orang yang ingin melakukan kebaikan, orang yang ingin memurnikan diri dari semua keburukan-keburukan dunia. Itu adalah hal yang bagus dan patut dipuji.
Namun yang saya sayangkan, umat Buddhis menolak adanya entitas yang lebih tinggi, padahal keteraturan, hukum, kecerdasan yang ada di alam semesta ini sudah menjadi bukti kuat akan sesuatu yang lebih tinggi dari manusia (maaf bukan promosi, hanya menyampaikan pandangan saya)
Tetapi, pengetahuan yang bertambah tentang keyakinan Buddhisme tentu saja bermanfaat bagi saya, karena saya jadi lebih memahami pendirian umat Buddhis.
			
 
			
			
				Saya tertarik dengan yang ini: 
Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:47:35 PM
Namun yang saya sayangkan, umat Buddhis menolak adanya entitas yang lebih tinggi, padahal keteraturan, hukum, kecerdasan yang ada di alam semesta ini sudah menjadi bukti kuat akan sesuatu yang lebih tinggi dari manusia (maaf bukan promosi, hanya menyampaikan pandangan saya)
Dulu di satu FK juga pernah ada yang bertanya demikian. Saya beri contoh misalnya "hukum" keseimbangan ekonomi. Apakah ada yang mengatur kalau permintaan bertambah sementara persediaan tetap/turun, maka harganya menjadi naik? Jika anda bilang harus ada entitas lebih tinggi yang mengatur semesta, maka tentunya harus ada 'Tuhan Ekonomi' juga yang mengatur naik-turunnya harga tersebut. Nyatanya tidak. Semua fenomena ini adalah berkondisi. Karena berkondisi, maka ia 'teratur' sesuai 'prasyarat' pembentuknya. 
Lalu jika semua keteraturan ini diciptakan oleh satu entitas yang lebih tinggi, lalu entitas tersebut diciptakan lagi oleh siapa? Penciptanya lagi diciptakan oleh siapa? Tidak ada habisnya. 
Apakah di sini semuanya teratur sesuai rancangan entitas tersebut, atau biasa disebut 'Intelligent Design'? Jika anda belajar evolusi, maka akan melihat jika semua makhluk ini ada perancangnya, maka perancang tersebut adalah sesosok teknisi gagal-total. Misalnya mulai dari retina yang terletak di belakang mata (sehingga gambaran cahaya yang masuk menjadi bias), usus buntu yang tanpa fungsi dan potensi masalah, sampai ke tulang ekor yang entah untuk apa. Jika anda penganut ID, maka anda akan menemukan masalah 'mengapa' sang perancang begitu teledor dalam membuat ciptaan. Namun jika anda kembali pada konsep evolusi, semua akan jelas dengan sendirinya. 
			
				^ mencerahkan _/\_
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:47:35 PM
Thanks bro. Tidak masalah. Tetapi pujian bro terlalu berlebihan, sebenarnya saya ini biasa saja.
ok, selanjutnya saya anggap ini adalah diskusi dan bukan perdebatan.
Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:47:35 PM
Apa yang saya pelajari?
1. Mengenai kelahiran kembali, paling tidak saya sudah sedikit lebih tahu bagaimana sebenarnya kepercayaan Buddhisme, namun mengenai apanya yang berubah, masih belum jelas, karena terakhir diskusi dengan bro Indra, beliau menyuruh saya untuk mempelajari yang lain juga.
mengenai saran bro Indra, ya, jika anda ingin memahami tumimbal lahir, sebaiknya anda juga memperdayakan pemikiran dengan pengetahuan lainnya yang mendukung untuk memahami konsep tumimbal lahir. jika tidak anda akan gagal memahaminya.
bukan hal gampang menurut saya, tapi jika anda sudah tertarik untuk mempelajari dan menambah wawasan dalam buddhisme tidak ada salahnya dicoba.
dewasa ini cukup banyak web yang berbasis buddhisme, anda boleh cari di google. gampang kok.
Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:47:35 PM
2. Mengenai pencerahan, saya mendapat gambaran yang sedikit lebih jelas tentang bagaimana cara mencapai pencerahan. Namun untuk pertanyaan siapa yang menentukan standarnya, kelihatannya belum terjawab.
jika anda berusaha mencari standar ukur disini saya ragu anda akan menemukannya, dan mungkin akan mengecewakan anda. tapi jika anda mulai mempelajari konsep2 buddhisme lainnya, saya yakin perlahan anda akan memahami 'standar' pencerahan yang dimaksud.
Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:47:35 PM
Namun yang saya sayangkan, umat Buddhis menolak adanya entitas yang lebih tinggi, padahal keteraturan, hukum, kecerdasan yang ada di alam semesta ini sudah menjadi bukti kuat akan sesuatu yang lebih tinggi dari manusia (maaf bukan promosi, hanya menyampaikan pandangan saya)
bisa dimengerti, karena konsep logika pemikiran kita sangat berbeda.
ketika anda menyayangkan kami menolak adanya entitas yang lebih tinggi yang adi kuasa dan adi daya, kami justru mensyukuri bahwa kami tidak terjebak dalam pandangan bahwa ada satu atau suatu entitas yang dimaksud ini.
Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:47:35 PM
Tetapi, pengetahuan yang bertambah tentang keyakinan Buddhisme tentu saja bermanfaat bagi saya, karena saya jadi lebih memahami pendirian umat Buddhis.
semoga dengan saling tukar pikiran ini akan memberikan manfaat bagi kita semua.
tengkiu...
 _/\_
			
 
			
			
				Thanks bro.
Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 05:02:38 PM
Dulu di satu FK juga pernah ada yang bertanya demikian. Saya beri contoh misalnya "hukum" keseimbangan ekonomi. Apakah ada yang mengatur kalau permintaan bertambah sementara persediaan tetap/turun, maka harganya menjadi naik? Jika anda bilang harus ada entitas lebih tinggi yang mengatur semesta, maka tentunya harus ada 'Tuhan Ekonomi' juga yang mengatur naik-turunnya harga tersebut. Nyatanya tidak. Semua fenomena ini adalah berkondisi. Karena berkondisi, maka ia 'teratur' sesuai 'prasyarat' pembentuknya. 
Ada yang mengatur 'hukum' itu, yaitu manusia. Atas dasar apa itu diatur? Atas dasar pengetahuan akan jumlah. Jika manusia tidak tahu bahwa jumlah suatu barang sedikit, maka harga tidak akan naik. Jadi "pengetahuan akan sesuatu" oleh "suatu kesadaran", 
menciptakan 'hukum' itu. Dalam hal ini, manusia adalah 'tuhan ekonomi', pencipta hukum ekonomi.
Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 05:02:38 PM
Lalu jika semua keteraturan ini diciptakan oleh satu entitas yang lebih tinggi, lalu entitas tersebut diciptakan lagi oleh siapa? Penciptanya lagi diciptakan oleh siapa? Tidak ada habisnya. 
Ini tidak relevan. Tidak mengetahui siapa pencipta Tuhan tidak serta-merta membuat Tuhan tidak ada. Ada banyak hal-hal yang tidak manusia ketahui. Misalnya, dimana ujung alam semesta? Tidak mengetahui jawaban pertanyaan itu, tidak lantas menjadikan ruang alam semesta ini menjadi tidak ada.
Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 05:02:38 PM
Apakah di sini semuanya teratur sesuai rancangan entitas tersebut, atau biasa disebut 'Intelligent Design'? Jika anda belajar evolusi, maka akan melihat jika semua makhluk ini ada perancangnya, maka perancang tersebut adalah sesosok teknisi gagal-total. Misalnya mulai dari retina yang terletak di belakang mata (sehingga gambaran cahaya yang masuk menjadi bias), usus buntu yang tanpa fungsi dan potensi masalah, sampai ke tulang ekor yang entah untuk apa. Jika anda penganut ID, maka anda akan menemukan masalah 'mengapa' sang perancang begitu teledor dalam membuat ciptaan. Namun jika anda kembali pada konsep evolusi, semua akan jelas dengan sendirinya.
Kelihatannya bro keliru. Dulu para ahli memang menganggap usus buntu tidak ada fungsi. Tetapi sekarang sudah diketahui fungsinya. Seorang profesor, yaitu Profesor Behe mengatakan bahwa usus buntu berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh.
Tidak mengetahui fungsi sesuatu, tidak berarti bahwa sesuatu itu tidak berfungsi. Tidak pernah melihat sesuatu, bukan berarti sesuatu itu tidak ada.
Sekali lagi, ini membuktikan betapa terbatasnya pengetahuan manusia. Kita --manusia -- sering terburu-buru menyimpulkan sesuatu, padahal yang kita ketahui masih-lah sangat sedikit tentang kehidupan dan alam semesta ini.
Kita berkata, "Saya tahu segalanya!". Alam berkata, "Anda tidak tahu apa-apa".
(Maaf bro, bukan bermaksud menyinggung)
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 05:45:47 PM
Kelihatannya bro keliru. Dulu para ahli memang menganggap usus buntu tidak ada fungsi. Tetapi sekarang sudah diketahui fungsinya. Seorang profesor, yaitu Profesor Behe mengatakan bahwa usus buntu berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh.
Tidak mengetahui fungsi sesuatu, tidak berarti bahwa sesuatu itu tidak berfungsi. Tidak pernah melihat sesuatu, bukan berarti sesuatu itu tidak ada.
Bagaiman bisa anda menulis seolah2 anda beragama berdasar iptek dan logika, sementara kitab suci agama anda bilang si tuhan menjadikan terang dulu ada di dunia, baru beberapa hari kemudian menciptakan matahari?  :o   Aneh bin ajaib  :P
			
 
			
			
				Quote from: sanjiva on 05 October 2012, 05:52:18 PM
Bagaiman bisa anda menulis seolah2 anda beragama berdasar iptek dan logika, sementara kitab suci agama anda bilang si tuhan menjadikan terang dulu ada di dunia, baru beberapa hari kemudian menciptakan matahari?  :o   Aneh bin ajaib  :P
Hal itu tentu tidak bisa didiskusikan di sini. (Sebenarnya pertanyaan itu sudah lama saya bahas di forum lain)
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 10:18:56 PM
Bro, agar saya tidak salah paham, saya ingin memastikan: Apakah kasus anak kecil yang diteliti Ian Stevenson itu reinkarnasi atau kelahiran kembali?
Jadi sekarang mulai berdalih apakah reinkarnasi atau kelahiran kembali? Di Buddhist disebut Kelahiran Kembali, di Hindu disebut Reinkarnasi, tapi intinya hidup sebagai manusia tidak sekali, seperti yang diyakini agamamu. Jelas, dan sekarang apakah anda mengakuinya atau cuma sekedar pingin tahu saja? kalo cuma sekedar pingin tau saja?
Saya rasa bahasan ini cukup sampai disini, saya sudah menjawab apa yang perlu saya jawab, Salam
			
 
			
			
				Quote from: Radi_muliawan on 05 October 2012, 04:29:12 PM
dari cara posting anda mengingatkan saya kepada om Seth yg memegang teguh paham Kreasionis di milis tetangga dan kebetulan mengidolakan Issac Newton juga
Wah bro, terus terang saya tidak kenal dengan om Seth. Seperti yang bro katakan, mungkin kebetulan saja saya dan beliau sama-sama menyukai Isaac Newton.
			
 
			
			
				 :| :| saya nyimak aja deh
ane kasih link kalo masbro masih menghubung2kan tumbuhan
[spoiler]http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/umum/Uraian%20Mengenai%20Tumbuhan.pdf (http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/umum/Uraian%20Mengenai%20Tumbuhan.pdf)[/spoiler]
			
			
			
				Quote from: sanjiva on 04 October 2012, 06:29:37 PM
Cangkir sudah penuh berisi anggur, bagaimana mau diisi teh?   :whistle:
#tembus 500 post nih kayaknya  ^-^
DONE.  ^-^
			
 
			
			
				Quote from: Xan To on 05 October 2012, 05:58:48 PM
Jadi sekarang mulai berdalih apakah reinkarnasi atau kelahiran kembali? Di Buddhist disebut Kelahiran Kembali, di Hindu disebut Reinkarnasi, tapi intinya hidup sebagai manusia tidak sekali, seperti yang diyakini agamamu. Jelas, dan sekarang apakah anda mengakuinya atau cuma sekedar pingin tahu saja? kalo cuma sekedar pingin tau saja?
Saya rasa bahasan ini cukup sampai disini, saya sudah menjawab apa yang perlu saya jawab, Salam
Lho bro, kan sudah disepakati bahwa bukti empiris tentang kelahiran kembali itu tidak ada. Maka tidak perlu dibahas lagi. Kelihatannya si bro telat kereta nih.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 03:13:53 PM
Terkadang otak kita memang perlu dicuci agar bersih dari kesalahan-kesalahan ajaran manusia.
kalau cuci otak yg sebesar biji wijen memang mudah  :))  :))  :))
			
 
			
			
				[at] om newton
anda selalu menekankan kalau Buddhisme adalah ajaran manusia, maka saya perlu menyampaikan beberapa hal sbb:
1. Buddha adalah manusia, tapi 'luar biasa', kalau anda dan saya tidak ada 1/1000000-nya kali
2. apa yg disampaikannya adalah Dhamma (kebenaran) yg tdp di alam semesta yg dapat diselami oleh siapa saja dlm bathin masing2, jadi kalau anda tdk dpt menyelaminya, saya memakluminya karena saya pun belum menyelami sepenuhnya
jadi tidaklah beralasan kalau anda menekankan standard yg berlaku universal untuk hal ini, karena bathin masing2 orang berbeda2
memangnya ada satu agama dimana penilaian umatnya seragam (spt komunis)?
kalau ada, kan tidak mungkin terjadinya percabangan2 (sekte2) di suatu agama
dan justru saya pikir Buddhisme sedari awal telah tepat menekankan bahwa ini tergantung bathin masing2
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 05:45:47 PM
Ada yang mengatur 'hukum' itu, yaitu manusia. Atas dasar apa itu diatur? Atas dasar pengetahuan akan jumlah. Jika manusia tidak tahu bahwa jumlah suatu barang sedikit, maka harga tidak akan naik. Jadi "pengetahuan akan sesuatu" oleh "suatu kesadaran", menciptakan 'hukum' itu. Dalam hal ini, manusia adalah 'tuhan ekonomi', pencipta hukum ekonomi.
Jika manusia yang merancang hukum tersebut, menjadi 'tuhan' bagi hukum tersebut, berarti bisa donk menetapkan harga emas atau dollar sesuka hati? ;D 
Hati-hati dalam menjawab. 
QuoteIni tidak relevan. Tidak mengetahui siapa pencipta Tuhan tidak serta-merta membuat Tuhan tidak ada. Ada banyak hal-hal yang tidak manusia ketahui. Misalnya, dimana ujung alam semesta? Tidak mengetahui jawaban pertanyaan itu, tidak lantas menjadikan ruang alam semesta ini menjadi tidak ada.
Betul. Tidak mengetahui satu hal, bukan berarti hal itu tidak ada. Namun berlaku pula sebaliknya, tidak mengetahui satu hal, bukan berarti hal itu ada. 
Buddha sendiri tidak pernah mengukuhkan ada atau tidaknya sosok tersebut, hanya mengatakan jika memang semua ini diciptakan, maka penciptanya tentu sosok jahat karena menciptakan demikian banyak penderitaan.
Nah, jika anda ingin membuktikan keberadaan sesuatu, maka berikan argumen pendukung keberadaannya, bukan menuntut orang lain yang membuktikan 'ketidak-adaan' hal tersebut. Ini namanya 'shifting of burden fallacy'. 
QuoteKelihatannya bro keliru. Dulu para ahli memang menganggap usus buntu tidak ada fungsi. Tetapi sekarang sudah diketahui fungsinya. Seorang profesor, yaitu Profesor Behe mengatakan bahwa usus buntu berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh.
Tidak mengetahui fungsi sesuatu, tidak berarti bahwa sesuatu itu tidak berfungsi. Tidak pernah melihat sesuatu, bukan berarti sesuatu itu tidak ada.
Sekali lagi, ini membuktikan betapa terbatasnya pengetahuan manusia. Kita --manusia -- sering terburu-buru menyimpulkan sesuatu, padahal yang kita ketahui masih-lah sangat sedikit tentang kehidupan dan alam semesta ini.
Kita berkata, "Saya tahu segalanya!". Alam berkata, "Anda tidak tahu apa-apa".
(Maaf bro, bukan bermaksud menyinggung)
OK, soal usus buntu, saya koreksi, maksudnya adalah itu organ 'warisan' evolusi, yang kemudian mengembangkan fungsi lain, bukan tidak berfungsi. 
Namun terlepas dari itu tidak serta-merta membawa kita lebih dekat pada kesimpulan 'adanya pencipta', bukan? Atau anda punya argumen yang membawa kita ke sana? 
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 06:06:19 PM
Lho bro, kan sudah disepakati bahwa bukti empiris tentang kelahiran kembali itu tidak ada. Maka tidak perlu dibahas lagi. Kelihatannya si bro telat kereta nih.
 berbeda pendapat dengan yg diteliti oleh ian stevenson http://en.wikipedia.org/wiki/Ian_Stevenson
http://www.medicine.virginia.edu/clinical/departments/psychiatry/sections/cspp/dops/home-page
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 06:06:19 PM
Lho bro, kan sudah disepakati bahwa bukti empiris tentang kelahiran kembali itu tidak ada. Maka tidak perlu dibahas lagi. Kelihatannya si bro telat kereta nih.
Anda itu bodoh atau saya nya yang kurang jelas?
katakan lah anda itu anak kecil yang diceritakan dalam buku Twenty Cases Suggestive of Reincarnation, setelah anda berumur beberapa tahun, anda mulai berkata kepada orang tua yang melahirkan anda bukan sebagai ibu anda (skrg), dan selama kurun waktu tertentu anda terus berkata demikian sehingga akhirnya Ibu anda (Skrng) bersedia pergi ke rumah yang katanya rumah anda, disana anda bisa menunjukan ibu yg anda bilang sebagai ibu anda (lama). menunjukan saudara-saudara anda (lama) dan semua yang anda sebutkan benar mengenai keluarga anda yang dulu, karena keluarga anda yang dulu juga mengakui nama mereka memang seperti yang anda sebutkan padahal anda masih kecil dan tidak pernah pergi ke rumah keluarga anda yang lama karena jaraknya yang jauh, mengerti?
Apakah ini bukti empiris yang anda maksud?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 02:24:15 PM
Kan sudah pernah kita bahas, bahwa bagi orang-orang yang tidak sempat mengenal, ada Kerajaan Seribu Tahun. Nah, yang jadi masalah bagi orang yang sudah mengenai, tetapi masih menolak.
Lho, bukannya bro pernah baca kesaksian di FK, bahwa seseorang yang pernah mengalami penampakan itu, dalam keadaan sadar?
Yah ini sama saja dengan pertanyaan, "Jadi kamu tidak percaya Roh Kudus? Kamu sudah pernah Berbahasa Roh belum?" Pertanyaan ini kan tidak logis ditanyakan kepada orang yang berbeda keyakinan.
1. Saya gak masalah kerajaan 1000 tahun atau tidak. 
Waktu itu saya juga sudah jawab, bahwa dengan kerajaan 1000 tahun pun, ini tetap menjadikan tuhan tidak adil karena yang satu bisa langsung masuk surga karena sudah tahu dan yang lain mesti dites di kerajaan 1000 tahun.
Eh, apa hubungannya sama sindiran saya Isaac? Kan saya menyoroti moral tuhan semesta alam versi kr****n yang begitu keren mencantumkan hukuman mati dari suatu hal sekecil ini.
Oya, maaf agak menyimpang, pertanyaan saya di FK masih tidak terjawab tentang mengapa tuhan membunuh orang-orang termasuk anak kecil, dan dengan sendirinya melanggar moral yang dia tetapkan sendiri. 
Monggo mampir lagi ke sana. teman-teman FK tidak ada yang sejago kamu ;D
Waktu itu kamu sudah jawab, tapi sudah saya berikan logcal fallaciesnya. 
Sama yang nabi nuh itu sudah deal kan kalau itu dongeng, logical fallacies untuk jawaban kamu semua hewan berasal dari 42 spesies bla bla sudah saya ajukan dan tidak kamu bantah.
2.  Apa definisi sadar menurut kamu? 
Kadang hipnotis massal membuat para orang yang dihipnotis melihat hal yang mereka anggap sangat nyata, tapi tidak buat yang tidak dihipnotis.
Oh...saya ingat. Paulus maksud kamu? 
Kalau Yesus bisa seperti itu, so does Siddharta. Dalam ajaran kami, Yesus bisa dikategorikan arahant karena memiliki kemampuan sebagai seorang arahant. Saya sudah baca argumen kamu di FK tentang nubutan Yesus bla bla...
Tapi kemampuan Yesus tidaklah mencerminkan tuhan karena para arahant juga bisa. 
Lebih baik link saya itu dibaca, karena di sana juga mengupas tentang alkitab. Khususnya menyoroti masalah keautentikan bahasa yang sudah hilang karena lost in translation (khususnya konsep tentang tuhan).
3. Gak nyambung. Saya tanya kamu sudah menyelami belum, maksudnya kamu sudah menyelami ajaran buddhisme belum sebelum bertanya-tanya banyak begini. kalau belum, makanya saya menyarankan kamu baca dahulu pdf yang saya kasih, karena pdf yang saya kasih itu membuat saya yakin dengan buddhisme, Itu kan tadi konteksnya.
Jadi sekarang gak ada salahnya kamu baca dulu, sebelum kamu bertanya hal-hal yang sulit. Saya sudah bilang, 1000 post sekalipun gak akan memuaskan kamu kalau kamu memulainya belajar sesuatu dengan metode top-down.
Note:
Terima kasih karena sudah menyempatkan membalas postingan yang begini banyak. Saya mengapresiasi keinginan kamu untuk berdiskusi.
			
 
			
			
				Hmm tunggu dikit.. Yakin yesus dikategorikan  arahat ? Kalau tidak salah menurut cerita..Yesus akan turun ke kehidupan bumi 1 kali lagi. Apakah arahat yg sudah parinibbana masih harus ke kehidupan bumi 1 kali lagi? :D
Quote from: emulio on 05 October 2012, 07:33:35 PM
1. Saya gak masalah kerajaan 1000 tahun atau tidak. 
Waktu itu saya juga sudah jawab, bahwa dengan kerajaan 1000 tahun pun, ini tetap menjadikan tuhan tidak adil karena yang satu bisa langsung masuk surga karena sudah tahu dan yang lain mesti dites di kerajaan 1000 tahun.
Eh, apa hubungannya sama sindiran saya Isaac? Kan saya menyoroti moral tuhan semesta alam versi kr****n yang begitu keren mencantumkan hukuman mati dari suatu hal sekecil ini.
Oya, maaf agak menyimpang, pertanyaan saya di FK masih tidak terjawab tentang mengapa tuhan membunuh orang-orang termasuk anak kecil, dan dengan sendirinya melanggar moral yang dia tetapkan sendiri. 
Monggo mampir lagi ke sana. teman-teman FK tidak ada yang sejago kamu ;D
Waktu itu kamu sudah jawab, tapi sudah saya berikan logcal fallaciesnya. 
Sama yang nabi nuh itu sudah deal kan kalau itu dongeng.
2.  Apa definisi sadar menurut kamu? 
Kadang hipnotis massal membuat para orang yang dihipnotis melihat hal yang mereka anggap sangat nyata, tapi tidak buat yang tidak dihipnotis.
Oh...saya ingat. Paulus maksud kamu? 
Kalau Yesus bisa seperti itu, so does Siddharta. Dalam ajaran kami, Yesus bisa dikategorikan arahant karena memiliki kemampuan sebagai seorang arahant. Saya sudah baca argumen kamu di FK tentang nubutan Yesus bla bla...
Tapi kemampuan Yesus tidaklah mencerminkan tuhan karena para arahant juga bisa. 
Lebih baik link saya itu dibaca, karena di sana juga mengupas tentang alkitab. Khususnya menyoroti masalah keautentikan bahasa yang sudah hilang karena lost in translation.
3. Gak nyambung. Saya tanya kamu sudah menyelami belum, maksudnya kamu sudah menyelami ajaran buddhisme belum sebelum bertanya-tanya banyak begini. kalau belum, makanya saya menyarankan kamu baca dahulu pdf yang saya kasih, karena pdf yang saya kasih itu membuat saya yakin dengan buddhisme, Itu kan tadi konteksnya.
Jadi sekarang gak ada salahnya kamu baca dulu, sebelum kamu bertanya hal-hal yang sulit. Saya sudah bilang, 1000 post sekalipun gak akan memuaskan kamu kalau kamu memulainya belajar sesuatu dengan metode top-down.
Note:
Terima kasih karena sudah menyempatkan membalas postingan yang begini banyak. Saya mengapresiasi keinginan kamu untuk berdiskusi.
			
				Quote from: emulio on 05 October 2012, 07:33:35 PM
Oh...saya ingat. Paulus maksud kamu? 
Kalau Yesus bisa seperti itu, so does Siddharta. Dalam ajaran kami, Yesus bisa dikategorikan arahant karena memiliki kemampuan sebagai seorang arahant. Saya sudah baca argumen kamu di FK tentang nubutan Yesus bla bla...
Tapi kemampuan Yesus tidaklah mencerminkan tuhan karena para arahant juga bisa. 
Bro, harap di
bedakan antara 
kemampuan batin dengan 
kesucian batin itu berbeda.
Y3sus memang punya kemampuan batin karena pernah belajar meditasi di India, tapi dia bukan arahat.
1.  Arahat tidak marah2 kayak J3sus ngobrak-ngabrik pedagang di depan bait a11ah.
2.  Arahat tidak lahir kembali.
3.  Arahat sudah tidak memiliki pandangan salah tentang diri yg kekal.
4.  Arahat tidak punya pandangan salah bahwa dengan doa saja bisa bebas dari penderitaan.
5.  Arahat tidak punya rasa takut (mati) kayak waktu J3sus disalip.
Kalau J3sus, gw yakin sotapana saja belum, apalagi arahat.  :no:
			
 
			
			
				Quote from: Radi_muliawan on 05 October 2012, 07:41:36 PM
Hmm tunggu dikit.. Yakin yesus dikategorikan  arahat ? Kalau tidak salah menurut cerita..Yesus akan turun ke kehidupan bumi 1 kali lagi. Apakah arahat yg sudah parinibbana masih harus ke kehidupan bumi 1 kali lagi? :D
Wah....Berarti belum ya >.< 
Maaf sekali:(
Tapi di ajaran mereka bahkan lebih exaggerate dianggap tuhan.
			
 
			
			
				Quote from: sanjiva on 05 October 2012, 07:45:08 PM
Bro, harap dibedakan antara kemampuan batin dengan kesucian batin itu berbeda.
Y3sus memang punya kemampuan batin karena pernah belajar meditasi di India, tapi dia bukan arahat.
1.  Arahat tidak marah2 kayak J3sus ngobrak-ngabrik pedagang di depan bait a11ah.
2.  Arahat tidak lahir kembali.
3.  Arahat sudah tidak memiliki pandangan salah tentang diri yg kekal.
4.  Arahat tidak punya pandangan salah bahwa dengan doa saja bisa bebas dari penderitaan.
5.  Arahat tidak punya rasa takut (mati) kayak waktu J3sus disalip.
Kalau J3sus, gw yakin sotapana saja belum, apalagi arahat.  :no:
Setuju 100%. 
Oya, tentang Yesus belajar meditasi di India, barangkali si Isaac belum tahu.
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 05 October 2012, 06:39:36 PM
[at] om newton
anda selalu menekankan kalau Buddhisme adalah ajaran manusia, maka saya perlu menyampaikan beberapa hal sbb:
1. Buddha adalah manusia, tapi 'luar biasa', kalau anda dan saya tidak ada 1/1000000-nya kali
2. apa yg disampaikannya adalah Dhamma (kebenaran) yg tdp di alam semesta yg dapat diselami oleh siapa saja dlm bathin masing2, jadi kalau anda tdk dpt menyelaminya, saya memakluminya karena saya pun belum menyelami sepenuhnya
jadi tidaklah beralasan kalau anda menekankan standard yg berlaku universal untuk hal ini, karena bathin masing2 orang berbeda2
memangnya ada satu agama dimana penilaian umatnya seragam (spt komunis)?
kalau ada, kan tidak mungkin terjadinya percabangan2 (sekte2) di suatu agama
dan justru saya pikir Buddhisme sedari awal telah tepat menekankan bahwa ini tergantung bathin masing2
om Newton, saya mau menambahkan (berdasarkan pemahaman saya)
Dhamma itu objektif, namun semua makhluk termasuk manusia itu subjektif
kenapa makhluk subjektif? menurut Buddhisme karena 'berilusi ada ego'/moha (sesungguhnya anatta=semuanya [siapa/apa pun juga] tidak ada ego/roh/diri/inti)
akibat subjektivitas tsb makhluk jadi egois/diskriminatif (memuaskan ego/lobha & melindungi ego/dosa) sehingga menderita/dukkha berulang-ulang di dalam samsara (lingkaran kelahiran-kematian)
dan Buddhisme pun menawarkan jalan menuju objektivitas tsb (menghilangkan subjektivitas yg semu itu), tentunya ini sudah masuk pada praktek lanjutan di mana keyakinan adalah salah satu modal utamanya
jadi pd dasarnya selama kita 'belum tercerahkan' maka selalu subjektif, maka tidak beralasan adanya 'standard tunggal'/objektivitas penuh yg anda gagas
coba deh, anda asah kepekaan anda lagi thd apa yg saya sampaikan ini, anda lihat dlm kehidupan sehari2 yg nyata ada di hadapan anda
apakah dpt ditemukan pemikiran2 menjadi tunggal/sama/tidak berbeda-beda? jangan2 di dlm diri anda saja anda akan terkesima bahwasannya pikiran anda pun selalu berubah2 (tidak tunggal)?
NB: buat teman2 Buddhis jika ada pemahaman saya yg keliru mohon dikoreksi
			
 
			
			
				Quote from: emulio on 05 October 2012, 08:00:03 PM
Setuju 100%. 
Oya, tentang Yesus belajar meditasi di India, barangkali si Isaac belum tahu.
sumbernya dari mana yah? pengen tahu nih!
			
 
			
			
				Quote from: emulio on 05 October 2012, 07:56:23 PM
Wah....Berarti belum ya >.< 
Maaf sekali:(
Tapi di ajaran mereka bahkan lebih exaggerate dianggap tuhan.
Kalau tuhan nya saja masih gila hormat, boro boro arahat, sotapanna aja belum.
Ingat nick bro Sanjiva  ;D
"Worship me or I'll torture you forever"
-your loving God-
			 
			
			
				Sekali lagi ajaran Buddha memang bukan untuk setiap manusia tapi hanya untuk manusia yang debunya sedikit baru dapat mudah di selami olehnya, kalau bro IN ngotot terus sebaiknya menyadari mungkin ajaran dan standrat yang ada dalam Buddhism memang bukan untuk anda yang dapat anda pelajari dan mengerti hingga bisa mendapat manfaat dan berdaya guna dalam kehidupan sehari hari dari bro IN.
			
			
			
				sepertinya pembahasannya menarik ikut nimbrung ah karena udh panjang x lebar x tinggi pusing baca nya jadi saya balas seada nya mohon maaf kalau ada kesamaan pembahasan:
menurut saya dengan pengetahuan dhamma yang pas2an saya akan mencoba menjelaskan seperti ini : Buddha pernah berkata jika mau tahu apa yang kita perbuat dimasa lalu lihat lah apa yang kita dapatkan di masa sekarang, jika ingin mengetahui apa yang kita peroleh di masa mendatang lihatlah apa yang kita lakukan di masa sekarang.. Jgn bandingkan agama buddha dengan agama anda.
Skrg saya mau bertanya : Jika kita terlahir kaya,miskin,bijaksana,dungu, menurut agama kr****n itu adalah kehendak-Nya bila seseorang telah ditentukan baik pada awal nya jadi pada dasar nya mereka yang masuk surga dan neraka telah ditentukan dari awal oleh pencipta bukan kah ini tidak adil?
menurut ajaran Buddha jika anda saat ini pintar itu karena kehidupan dulu anda suka mengajarkan kebenaran, jika anda terlahir kaya itu karena anda dulu nya dermawan, jika anda terlahir tampan itu karena anda menghindari pembunuhan ini lah yang di sebut hukum karma, suatu hukum universal yang mengatur hidup kita semua.. dan hidup ini selalu mengarah ke hidup yang baik.  jika anda bertanya bagaimana saya tahu.. anda bisa memikirkan dengan logika anda yang luar biasa ini lah nama nya sebab akibat, ini lah rantai samsara. ini lah jawaban kenapa banyak manusia terlahir berbeda2
saran saya jika anda tidak setuju dengan konsep agama buddha maka jangan dipelajari karena memahami dhamma adalah jodoh dalam kehidupan lampau tidak usah dipaksakan.
Untuk memahami ajaran Buddha pelajari lah dahulu 4 kesunyataan mulia dan 8 jalan kebenaran ini lah yang telah dibabarkan oleh Sang Buddha jalan menuju bebas nya penderitaan. Jika anda memahami ini makan hukum karma, dsb nya akan otomatis anda pahami. percaya lah karena dulu nya saya juga kr****n
			
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 06:40:00 PM
Jika manusia yang merancang hukum tersebut, menjadi 'tuhan' bagi hukum tersebut, berarti bisa donk menetapkan harga emas atau dollar sesuka hati? ;D 
Hati-hati dalam menjawab. 
Lho bro, kok jadi lari ke "sesuka hati"? Kan yang kita bahas tentang hukum, dan hukum berarti keteraturan. Kalau bro bilang sesuka hati, berarti sudah tidak ada hukum lagi.
Kalau masih ada hukum (baca: aturan), maka tidak bisa menetapkan harga emas sesuka hati. Polanya masih tetap berlaku: semakin sedikit jumlah emas, semakin mahal harganya, semakin banyak jumlah emas, semakin murah harganya.
Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 06:40:00 PM
Betul. Tidak mengetahui satu hal, bukan berarti hal itu tidak ada. Namun berlaku pula sebaliknya, tidak mengetahui satu hal, bukan berarti hal itu ada. 
Nah, jika anda ingin membuktikan keberadaan sesuatu, maka berikan argumen pendukung keberadaannya, bukan menuntut orang lain yang membuktikan 'ketidak-adaan' hal tersebut. Ini namanya 'shifting of burden fallacy'.
"Tidak mengetahui satu hal, bukan berarti hal itu ada"? Lho, kan sudah saya kasih contoh nyata, yaitu tentang ruang. Pertanyaan tentang siapa yang menciptakan Tuhan, sama dengan pertanyaan tentang dimana ujung ruang alam semesta ini. Bahkan sekalipun ada ujungnya, apa diluar ujung itu? Ada ujung lagi. Lalu apa diluar ujung lagi itu? Tidak ada habisnya juga kan? Namun sekalipun kita tidak tahu jawabannya, yang pasti 
ada ruang.
Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 06:40:00 PM
Buddha sendiri tidak pernah mengukuhkan ada atau tidaknya sosok tersebut, hanya mengatakan jika memang semua ini diciptakan, maka penciptanya tentu sosok jahat karena menciptakan demikian banyak penderitaan.
Jika Buddha saja -- yang menurut bro sudah tercerahkan -- tidak pernah (mungkin tidak berani?) mengatakan Tuhan tidak ada, bagaimana mungkin bro berani mengatakan seperti itu? Apakah bro lebih tercerahkan dari Buddha?
QuoteOK, soal usus buntu, saya koreksi, maksudnya adalah itu organ 'warisan' evolusi, yang kemudian mengembangkan fungsi lain, bukan tidak berfungsi.
Bro, sudah berkali-kali Evolusionist 'menjilat ludah'nya (maaf jika hal ini kedengaran kasar, ini hanya untuk menekankan betapa Evolusionist sudah sering kali keliru). Bagaimana mungkin mereka mengklaim memiliki kebenaran, sedangkan kesimpulan terus dirubah (contoh sederhananya, mengenai usus buntu itu). Sikap keras kepala hanya menunjukkan tiada kerendahan hati, tidak mau mengakui keterbatasan dan kekurangan manusia.
Evolusionist mengaku ilmiah. Namun ketika membahas tentang awal mula kehidupan, Richard Dawkins (tokoh Evolusi terkemuka) berkata, "sebuah molekul yang 
sangat luar biasa terbentuk secara 
kebetulan".
Hehehe, masakan seorang ilmiah bicaranya "kebetulan", dan parahnya yang kebetulan itu adalah sesuatu yang luar biasa. Ini sama saja mengatakan: angin menerbangkan pasir dan batu di Arab Saudi dan terbentuklah Burj Kalifa!
Maka, wajarlah jika seorang profesor, yaitu Profesor William Thorpe dari fakultas zoologi di Universitas Cambridge, mengatakan kepada sesama ilmuwan, "Semua spekulasi dan diskusi dangkal yang diterbitkan selama sepuluh sampai lima belas tahun terakhir, yang menjelaskan caranya kehidupan bermula, ternyata terlalu sederhana dan 
tidak berbobot. Jalan keluar untuk problem itu sebenarnya masih sama jauhnya seperti dulu."
			
 
			
			
				QuoteY3sus memang punya kemampuan batin karena pernah belajar meditasi di India, tapi dia bukan arahat.
Quote from: emulio on 05 October 2012, 08:00:03 PM
Setuju 100%. 
Oya, tentang Yesus belajar meditasi di India, barangkali si Isaac belum tahu.
Saya sudah pernah mendengar hal itu, tentang spekulasi bahwa Yesus pergi berguru ke Tibet di umur 13-18 Tahun. Atau tentang anggapan bahwa ia mati di Khasmir. Tetapi tentu saja itu tidak bisa didiskusikan di sini.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:47:35 PM
Thanks bro. Tidak masalah. Tetapi pujian bro terlalu berlebihan, sebenarnya saya ini biasa saja.
Apa yang saya pelajari?
1. Mengenai kelahiran kembali, paling tidak saya sudah sedikit lebih tahu bagaimana sebenarnya kepercayaan Buddhisme, namun mengenai apanya yang berubah, masih belum jelas, karena terakhir diskusi dengan bro Indra, beliau menyuruh saya untuk mempelajari yang lain juga.
2. Mengenai pencerahan, saya mendapat gambaran yang sedikit lebih jelas tentang bagaimana cara mencapai pencerahan. Namun untuk pertanyaan siapa yang menentukan standarnya, kelihatannya belum terjawab.
Yang pasti, saya bisa melihat bahwa sebenarnya kebanyakan orang Buddhis adalah orang yang ingin melakukan kebaikan, orang yang ingin memurnikan diri dari semua keburukan-keburukan dunia. Itu adalah hal yang bagus dan patut dipuji.
Namun yang saya sayangkan, umat Buddhis menolak adanya entitas yang lebih tinggi, padahal keteraturan, hukum, kecerdasan yang ada di alam semesta ini sudah menjadi bukti kuat akan sesuatu yang lebih tinggi dari manusia (maaf bukan promosi, hanya menyampaikan pandangan saya)
Tetapi, pengetahuan yang bertambah tentang keyakinan Buddhisme tentu saja bermanfaat bagi saya, karena saya jadi lebih memahami pendirian umat Buddhis.
Segala sesuatu sudah diatur sebagaimana mesti nya jika anda bertanya siapa pencipta hukum gravitasi saya juga ga bisa jawab tetapi ada ilmuwan yang telah menemukan hukum gravitasi yaitu Isaac Newton.. Nah Dhamma yaitu 4 kebenaran mulia dan 8 jalan kebenaran adalah hukum yang sudah ada sejak awal Buddha Sakyamuni tidak menciptakan Dhamma tetapi Dhamma itu memang sudah ada dari awal siapa yang menciptakan nya saya juga tidak tahu karena Buddha tidak membabarkan nya lebih lanjut kenapa tidak dibabarkan karena itu tidak bermanfaat bagi bebas nya penderitaan.
Saya pahami disini anda tidak mengerti arti "pencerahan" mgkn maksud anda pencerahan itu anda mengerti ajaran Buddha dan membuat anda paham reinkarnasi tidak membuat anda tercerahkan .Arti pencerahan disini adalah anda bisa mengatasi hawa nafsu, bebas dari rasa benci,iri hati,ketamakan,noda2 batin ini lah sumber dari penderitaan 
			
 
			
			
				Quote from: Xan To on 05 October 2012, 07:19:43 PM
Anda itu bodoh atau saya nya yang kurang jelas?
katakan lah anda itu anak kecil yang diceritakan dalam buku Twenty Cases Suggestive of Reincarnation, setelah anda berumur beberapa tahun, anda mulai berkata kepada orang tua yang melahirkan anda bukan sebagai ibu anda (skrg), dan selama kurun waktu tertentu anda terus berkata demikian sehingga akhirnya Ibu anda (Skrng) bersedia pergi ke rumah yang katanya rumah anda, disana anda bisa menunjukan ibu yg anda bilang sebagai ibu anda (lama). menunjukan saudara-saudara anda (lama) dan semua yang anda sebutkan benar mengenai keluarga anda yang dulu, karena keluarga anda yang dulu juga mengakui nama mereka memang seperti yang anda sebutkan padahal anda masih kecil dan tidak pernah pergi ke rumah keluarga anda yang lama karena jaraknya yang jauh, mengerti?
Apakah ini bukti empiris yang anda maksud?
Baik, jadi bro ingin tetap membahas hal ini. Kalau begitu saya tanya: Bagaimana si anak bisa mengingat kehidupan sebelumnya, sedangkan dalam ajaran kelahiran kembali, "aku" di kehidupan sekarang bukanlah "aku" di kehidupan sebelumnya? Bagaimana ia bisa mengingat, padahal -- berdasarkan ajaran kelahiran kembali -- ingatan dan kesadaran sudah terurai?
Silakan bro.
			
 
			
			
				Quote from: sanjiva on 05 October 2012, 07:45:08 PM
Bro, harap dibedakan antara kemampuan batin dengan kesucian batin itu berbeda.
Y3sus memang punya kemampuan batin karena pernah belajar meditasi di India, tapi dia bukan arahat.
1.  Arahat tidak marah2 kayak J3sus ngobrak-ngabrik pedagang di depan bait a11ah.
2.  Arahat tidak lahir kembali.
3.  Arahat sudah tidak memiliki pandangan salah tentang diri yg kekal.
4.  Arahat tidak punya pandangan salah bahwa dengan doa saja bisa bebas dari penderitaan.
5.  Arahat tidak punya rasa takut (mati) kayak waktu J3sus disalip.
Kalau J3sus, gw yakin sotapana saja belum, apalagi arahat.  :no:
Sebenarnya tanpa perlu merespon poin per poin, saya sudah bisa melihat ketimpangan dalam argumentasi bro, sebab bro hanya mengakui sepotong-sepotong informasi tentang Yesus dalam Alkitab, dan menolak informasi yang lain. Saya kira jauh lebih jujur jika: mengakui semuanya, atau menolak semuanya. Tetapi hal itu tidak bisa di bahas di sini.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:23:59 PM
Lho bro, kok jadi lari ke "sesuka hati"? Kan yang kita bahas tentang hukum, dan hukum berarti keteraturan. Kalau bro bilang sesuka hati, berarti sudah tidak ada hukum lagi.
Kalau masih ada hukum (baca: aturan), maka tidak bisa menetapkan harga emas sesuka hati. Polanya masih tetap berlaku: semakin sedikit jumlah emas, semakin mahal harganya, semakin banyak jumlah emas, semakin murah harganya.
"Tidak mengetahui satu hal, bukan berarti hal itu ada"? Lho, kan sudah saya kasih contoh nyata, yaitu tentang ruang. Pertanyaan tentang siapa yang menciptakan Tuhan, sama dengan pertanyaan tentang dimana ujung ruang alam semesta ini. Bahkan sekalipun ada ujungnya, apa diluar ujung itu? Ada ujung lagi. Lalu apa diluar ujung lagi itu? Tidak ada habisnya juga kan? Namun sekalipun kita tidak tahu jawabannya, yang pasti ada ruang.
Jika Buddha saja -- yang menurut bro sudah tercerahkan -- tidak pernah (mungkin tidak berani?) mengatakan Tuhan tidak ada, bagaimana mungkin bro berani mengatakan seperti itu? Apakah bro lebih tercerahkan dari Buddha?
Bro, sudah berkali-kali Evolusionist 'menjilat ludah'nya (maaf jika hal ini kedengaran kasar, ini hanya untuk menekankan betapa Evolusionist sudah sering kali keliru). Bagaimana mungkin mereka mengklaim memiliki kebenaran, sedangkan kesimpulan terus dirubah (contoh sederhananya, mengenai usus buntu itu). Sikap keras kepala hanya menunjukkan tiada kerendahan hati, tidak mau mengakui keterbatasan dan kekurangan manusia.
Evolusionist mengaku ilmiah. Namun ketika membahas tentang awal mula kehidupan, Richard Dawkins (tokoh Evolusi terkemuka) berkata, "sebuah molekul yang sangat luar biasa terbentuk secara kebetulan".
Hehehe, masakan seorang ilmiah bicaranya "kebetulan", dan parahnya yang kebetulan itu adalah sesuatu yang luar biasa. Ini sama saja mengatakan: angin menerbangkan pasir dan batu di Arab Saudi dan terbentuklah Burj Kalifa!
Maka, wajarlah jika seorang profesor, yaitu Profesor William Thorpe dari fakultas zoologi di Universitas Cambridge, mengatakan kepada sesama ilmuwan, "Semua spekulasi dan diskusi dangkal yang diterbitkan selama sepuluh sampai lima belas tahun terakhir, yang menjelaskan caranya kehidupan bermula, ternyata terlalu sederhana dan tidak berbobot. Jalan keluar untuk problem itu sebenarnya masih sama jauhnya seperti dulu."
Saya melihat di sini ada kemungkinan penggiringan opini. Jadi saya mencoba "menetralkan" sejenak
Intinya : walaupun dikatakan Evolusionist sering salah, bukan berarti ENDING-nya salah. Apa yang sekarang dikatakan "kebetulan terbentuk", bukan berarti ENDING-nya juga kebetulan terbentuk. Teknologi terus berkembang. Tidak tertutup kemungkinan bahwa "kebetulan" itu bisa dijelaskan secara sains.
Kesimpulan : Adanya upaya penggiringan opini bahwa "karena kebetulan tidak bisa dijelaskan saat ini, maka jawaban dari kebetulan itu adalah teori penciptaan"
Dan pendapat yang cukup lucu adalah komplen bahwa Evolusionist sering salah.
Sebenarnya hal itu "manusiawi" koq, manusia mengakui kelemahan karena keterbatasan teknologi.. 
Tapi dibandingkan "konsep kewahyuan" yang katanya "diturunkan dari langit" harusnya gak pernah bakal salah..  koq bisa-bisanya juga sering direvisi.. ?
			
 
			
			
				Quote from: bangun _pw on 05 October 2012, 06:04:17 PM
 :| :| saya nyimak aja deh
ane kasih link kalo masbro masih menghubung2kan tumbuhan
[spoiler]http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/umum/Uraian%20Mengenai%20Tumbuhan.pdf (http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/umum/Uraian%20Mengenai%20Tumbuhan.pdf)[/spoiler]
Thanks bro, saya sudah baca linknya, sebenarnya ada yang ingin saya komentari dari tulisan itu, namun mungkin ini bisa nanti saja.
Tetapi tetap saja bro, tulisan itu tidak menjawab pertanyaan: Mengapa membunuh manusia tidak boleh, sedangkan membunuh hewan dan tumbuhan boleh?
"Itu karena Sidharta mengajarkan seperti itu". Mengapa harus mengikuti Sidharta, yang adalah manusia? Mengapa tidak mengikuti si Badu, yang juga manusia, yang mengatakan tidak boleh membunuh hewan dan tumbuhan karena keduanya tetap saja adalah kehidupan, dan yang membunuh tidak akan mencapai nirwana?
(Maaf bukan maksud menyinggung)
			
 
			
			
				Quote from: Forte on 05 October 2012, 09:54:41 PM
Tapi dibandingkan "konsep kewahyuan" yang katanya "diturunkan dari langit" harusnya gak pernah bakal salah..  koq bisa-bisanya juga sering direvisi.. ?
Nah, kelihatannya bro belum memahami perbedaan "naskah kuno Alkitab" dan "Alkitab terjemahan". "Naskah kuno Alkitab" 
tidak pernah di revisi, sekali lagi 
tidak pernah di revisi. Naskah kuno itu disimpan di museum-museum terkenal di seluruh dunia. Bro bisa cek. Yang direvisi itu adalah Alkitab terjemahan. Apakah terjemahan yang direvisi membuat naskah kuno-nya menjadi tidak absah? Tentu logikanya tidak seperti itu. Sebenarnya saya ingin menjelaskan lebih banyak, tetapi tentu tidak bisa dilakukan di sini.
			
 
			
			
				Quote from: godfrey on 05 October 2012, 09:40:03 PM
Saya pahami disini anda tidak mengerti arti "pencerahan" mgkn maksud anda pencerahan itu anda mengerti ajaran Buddha dan membuat anda paham reinkarnasi tidak membuat anda tercerahkan .Arti pencerahan disini adalah anda bisa mengatasi hawa nafsu, bebas dari rasa benci,iri hati,ketamakan,noda2 batin ini lah sumber dari penderitaan 
Dari pengamatan saya atas ilustrasi yang TS berikan mengindikasikan memang TS tidak memahami apa itu pencerahan dalam Buddhisme.  TS mengilustrasikan orang yang telah murni, suci batinnya yang sedang disiksa dengan mempertanyakan apakah ia bisa mencapai pencerahan. Padahal orang yang suci murni batinnya tersebut otomatis sudah tercerahkan. Oleh karena itu beberapa kali saya bertanya untuk apa orang yang telah tercerahkan mencapi pencerahan lagi?
Kemungkinan TS beranggapan bahwa pencerahan itu terpisah dari kondisi batin sehingga beranggapan bahwa pencerahan itu muncul belakangan yang harus dicari-cari meskipun batin sudah murni. Mungkin TS terbawa oleh konsep penyelamatan dalam keyakinannya sendiri dimana seseorang harus bebas dari dosa terlebih dulu baru kemudian mendapatkan keselamatan.
Padahal Pencerahan dalam Buddhisme tidak sama dengan penyelamatan dalam kr1sten yang harus menunggu mati atau tunggu jemputan di hari penghakiman.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 10:06:03 PM
Nah, kelihatannya bro belum memahami perbedaan "naskah kuno Alkitab" dan "Alkitab terjemahan". "Naskah kuno Alkitab" tidak pernah di revisi, sekali lagi tidak pernah di revisi. Naskah kuno itu disimpan di museum-museum terkenal di seluruh dunia. Bro bisa cek. Yang direvisi itu adalah Alkitab terjemahan. Apakah terjemahan yang direvisi membuat naskah kuno-nya menjadi tidak absah? Tentu logikanya tidak seperti itu. Sebenarnya saya ingin menjelaskan lebih banyak, tetapi tentu tidak bisa dilakukan di sini.
Justru itu yang cukup lucu.. tapi sebelumnya saya ingin tanya, bahasa apa yang bro Isaac kuasai ? 
Apakah bro menguasai bahasa yang ditulis oleh naskah kuno ?
Andai kata bro menguasai, apakah bro BERKESEMPATAN membaca dan mempelajarinya ? 
Dari sini muncul pertanyaannya :
1. darimana datang statement "tidak pernah direvisi" kalau bro sendiri gak bisa memvalidasi
2. darimana datangnya kesalahan penerjemahan ? apakah maaf orang2 situ tidak kompeten dengan ajaran sendiri sampe salah menerjemahkan sampai harus sering direvisi ?
3. apa gunanya naskah kuno itu ? oke.. memuaskan bro.. anggaplah SAH. saya tidak melihat manfaatnya diletak di museum karena yang dipegang oleh umat pasti pegang naskah terjemahan bukan ? 
4. karena umat pegang naskah terjemahan, berarti selama ini yang dipelajari sering salah juga donk ?
Tidak tertutup kemungkin yang bro punya sekarang juga salah bukan ?
			
 
			
			
				Quote from: Forte on 05 October 2012, 09:54:41 PM
Saya melihat di sini ada kemungkinan penggiringan opini. Jadi saya mencoba "menetralkan" sejenak
Intinya : walaupun dikatakan Evolusionist sering salah, bukan berarti ENDING-nya salah. Apa yang sekarang dikatakan "kebetulan terbentuk", bukan berarti ENDING-nya juga kebetulan terbentuk. Teknologi terus berkembang. Tidak tertutup kemungkinan bahwa "kebetulan" itu bisa dijelaskan secara sains.
Kesimpulan : Adanya upaya penggiringan opini bahwa "karena kebetulan tidak bisa dijelaskan saat ini, maka jawaban dari kebetulan itu adalah teori penciptaan"
"Bukti" bukanlah "opini".
Opini: Usus buntu tidak punya fungsi, ini adalah cacat/keteledoran Pencipta, jika memang Pencipta itu ada (Evolusionist)
Bukti: Usus berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh (Creationist)
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:58:52 PM
Thanks bro, saya sudah baca linknya, sebenarnya ada yang ingin saya komentari dari tulisan itu, namun mungkin ini bisa nanti saja.
Tetapi tetap saja bro, tulisan itu tidak menjawab pertanyaan: Mengapa membunuh manusia tidak boleh, sedangkan membunuh hewan dan tumbuhan boleh?
"Itu karena Sidharta mengajarkan seperti itu". Mengapa harus mengikuti Sidharta, yang adalah manusia? Mengapa tidak mengikuti si Badu, yang juga manusia, yang mengatakan tidak boleh membunuh hewan dan tumbuhan karena keduanya tetap saja adalah kehidupan, dan yang membunuh tidak akan mencapai nirwana?
(Maaf bukan maksud menyinggung)
sekali lagi ini adalah konsepsi dan standrat Buddhisme yang telah ada sejak masa lampau, bila ada tidak bisa memakai standrat Buddhisme memang anda tidak cocok memakai standrat Budhisme dan tidak dapat mempelajari dan memahami Budhisme, karena pengetahuan dhamma yang SangBuddha babarkan tidak buat untuk setiap manusia tetapi bagi manusia yang debu nya sedikit, mungkin anda termasuk yang tidak dapat memahami Buddhisme jadi jangan ngotot untuk mengatakan standrat yang kami pakai tidak boleh di gunakan dan memaksa pendapat anda sendiri.
Quote"Itu karena Sidharta mengajarkan seperti itu". Mengapa harus
mengikuti Sidharta, yang adalah manusia? Mengapa tidak mengikuti
si Badu, yang juga manusia, yang mengatakan tidak boleh membunuh
hewan dan tumbuhan karena keduanya tetap saja adalah kehidupan,
dan yang membunuh tidak akan mencapai nirwana?
(Maaf bukan maksud menyinggung)
Rep
ini sengaja anda gunakan ini bukan menyinggung tapi kurang ajar sekali setiap orang berhak memilih standrat yang di gunakan dalam kehidupan nya sehari hari dan lagi  anda selalu merendahkan sidartha gautama dari tulisan anda tersirat seperti itu.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:58:52 PM
Thanks bro, saya sudah baca linknya, sebenarnya ada yang ingin saya komentari dari tulisan itu, namun mungkin ini bisa nanti saja.
Tetapi tetap saja bro, tulisan itu tidak menjawab pertanyaan: Mengapa membunuh manusia tidak boleh, sedangkan membunuh hewan dan tumbuhan boleh?
"Itu karena Sidharta mengajarkan seperti itu". Mengapa harus mengikuti Sidharta, yang adalah manusia? Mengapa tidak mengikuti si Badu, yang juga manusia, yang mengatakan tidak boleh membunuh hewan dan tumbuhan karena keduanya tetap saja adalah kehidupan, dan yang membunuh tidak akan mencapai nirwana?
(Maaf bukan maksud menyinggung)
sekali lagi ini adalah konsepsi dan standrat Buddhisme yang telah ada sejak masa lampau, bila ada tidak bisa memakai standrat Buddhisme memang anda tidak cocok memakai standrat Budhisme dan tidak dapat mempelajari dan memahami Budhisme, karena pengetahuan dhamma yang SangBuddha babarkan tidak buat untuk setiap manusia tetapi bagi manusia yang debu nya sedikit, mungkin anda termasuk yang tidak dapat memahami Buddhisme jadi jangan ngotot untuk mengatakan standrat yang kami pakai tidak boleh di gunakan dan memaksa pendapat anda sendiri.
Quote"Itu karena Sidharta mengajarkan seperti itu". Mengapa harus
mengikuti Sidharta, yang adalah manusia? Mengapa tidak mengikuti
si Badu, yang juga manusia, yang mengatakan tidak boleh membunuh
hewan dan tumbuhan karena keduanya tetap saja adalah kehidupan,
dan yang membunuh tidak akan mencapai nirwana?
(Maaf bukan maksud menyinggung)
Rep
ini sengaja anda gunakan ini bukan menyinggung tapi kurang ajar sekali setiap orang berhak memilih standrat yang di gunakan dalam kehidupan nya sehari hari dan lagi  anda selalu merendahkan sidartha gautama dari tulisan anda tersirat seperti itu.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:58:52 PM
Thanks bro, saya sudah baca linknya, sebenarnya ada yang ingin saya komentari dari tulisan itu, namun mungkin ini bisa nanti saja.
Tetapi tetap saja bro, tulisan itu tidak menjawab pertanyaan: Mengapa membunuh manusia tidak boleh, sedangkan membunuh hewan dan tumbuhan boleh?
"Itu karena Sidharta mengajarkan seperti itu". Mengapa harus mengikuti Sidharta, yang adalah manusia? Mengapa tidak mengikuti si Badu, yang juga manusia, yang mengatakan tidak boleh membunuh hewan dan tumbuhan karena keduanya tetap saja adalah kehidupan, dan yang membunuh tidak akan mencapai nirwana?
(Maaf bukan maksud menyinggung)
sekali lagi ini adalah konsepsi dan standrat Buddhisme yang telah ada sejak masa lampau, bila ada tidak bisa memakai standrat Buddhisme memang anda tidak cocok memakai standrat Budhisme dan tidak dapat mempelajari dan memahami Budhisme, karena pengetahuan dhamma yang SangBuddha babarkan tidak buat untuk setiap manusia tetapi bagi manusia yang debu nya sedikit, mungkin anda termasuk yang tidak dapat memahami Buddhisme jadi jangan ngotot untuk mengatakan standrat yang kami pakai tidak boleh di gunakan dan memaksa pendapat anda sendiri.
Quote"Itu karena Sidharta mengajarkan seperti itu". Mengapa harus
mengikuti Sidharta, yang adalah manusia? Mengapa tidak mengikuti
si Badu, yang juga manusia, yang mengatakan tidak boleh membunuh
hewan dan tumbuhan karena keduanya tetap saja adalah kehidupan,
dan yang membunuh tidak akan mencapai nirwana?
(Maaf bukan maksud menyinggung)
Rep
ini sengaja anda gunakan ini bukan menyinggung tapi kurang ajar sekali setiap orang berhak memilih standrat yang di gunakan dalam kehidupan nya sehari hari dan lagi  anda selalu merendahkan sidartha gautama dari tulisan anda tersirat seperti itu, 
jadi sekarang anda sekali lagi ngeles bahwa anda tidak membawa pesan dan misi disini bukan nya memaksakan pendapat anda sendiri anda beruasaha melakukan brainswash sebaik nya anda coba cuci sdndiri kepala anda bila memang tidak bisa mempelajari buddhisme bilang saja terus terang memang ajran buddha tidak untuk setiap manusia kok! hanya untuk manusia yang debu nya sedikit hingga mampu mempelajari dhamma anda ngotot juga percuma karena memang anda tipe yang tidak dapat mempelajari Buddhisme bikin susah diri anda sendiri saja nanti nya.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 02:33:56 PM
Jika aturan negara mengatakan itu salah, bagaimana? Berarti aturan negara lebih mulia dari aturan Buddhisme, bukan?
Justru saya melihat, "menurut agama Buddha, itu gak melanggar aturan moralitas" adalah sudah suatu blunder yang fatal dari pemikir-pemikir Buddhis masa awal. Ini bukti nyata bahwa agama manusia itu punya kelemahan. Manusia punya kekurangan. Seorang yang mencari kebenaran dari manusia, tidak akan pernah mencapai KEBENARAN SEJATI.
Ingat bro, bahkan pemikir-pemikir besar seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles saja bisa salah.
gak nyambung...
aturan negara ya aturan negara
aturan agama ya aturan agama
di china ada aturan gak punya anak lebih dari 1, kalau ya, harus diaborsi/bayar denda...
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 10:20:59 PM
"Bukti" bukanlah "opini".
Opini: Usus buntu tidak punya fungsi, ini adalah cacat/keteledoran Pencipta, jika memang Pencipta itu ada (Evolusionist)
Bukti: Usus berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh (Creationist)
Anda menggunakan 1 opini (katakanlah kesalahan evolusionist) untuk membenarkan konsep ketuhanan ?
makanya itu yang saya katakan penggiringan.. dan andaikan ada 1000 opini yang salah, bukan berarti juga artinya konsep ketuhanan benar.. karena teknologi masih terus berkembang.. apa yang belum bisa dijawab sekarang .. bisa dijawab nanti..
Dan jika mau seperti anda, saya juga bisa memaparkan keaneh2an konsep penciptaan lalu menggunakannya sebagai pembenaran konsep sains ? contoh case : adam dan hawa manusia pertama, lalu ada anak : kain dan habel. Habel dibunuh, sisa kain. Koq bisa beranak pinak ? Apakah Hawa incest dengan Kain ? 
1. Lalu kalau incest harusnya ada faktor genetik dominan terus muncul, dan manusia tidak akan bertahan hidup jika faktor genetik yang buruk muncul. Kenapa manusia masih exist ? 
2. Tapi di sisi lain, kenapa faktor genetik manusia berbeda ? 
Apakah butuh pertanyaan2 sains buat begini ? Jujur saja.. pertanyaan ini gak usah dijawab.. karena saya hanya iseng bertanya agar membuka mata bro jangan memandang dari 1 opini saja ;D 
			
 
			
			
				Quote from: Forte on 05 October 2012, 10:20:35 PM
Justru itu yang cukup lucu.. tapi sebelumnya saya ingin tanya, bahasa apa yang bro Isaac kuasai ? 
Apakah bro menguasai bahasa yang ditulis oleh naskah kuno ?
Andai kata bro menguasai, apakah bro BERKESEMPATAN membaca dan mempelajarinya ? 
Dari sini muncul pertanyaannya :
1. darimana datang statement "tidak pernah direvisi" kalau bro sendiri gak bisa memvalidasi
Hehehe.
Silakan bro mampir ke FK (bukan promosi lho), dalam diskusi di sana saya sering tampilkan ayat dan menjelaskan terjemahannya dalam naskah kuno (Ibrani dan Yunani)
Quote from: Forte on 05 October 2012, 10:20:35 PM
2. darimana datangnya kesalahan penerjemahan ? apakah maaf orang2 situ tidak kompeten dengan ajaran sendiri sampe salah menerjemahkan sampai harus sering direvisi ?
Revisi tidak harus salah terjemahan. Ada juga yang merupakan penyesuaian bahasa. Misal bahasa Indonesia lama dengan yang terbaru (Dulu 'yang' ditulis 'jang', dll)
Memang ada juga yang salah terjemahan, tetapi biasanya itu tidak prinsipil, tidak merubah ajaran. Mereka yang mempelajari bahasa Alkitab mengerti apa yang saya maksud ini.
Quote from: Forte on 05 October 2012, 10:20:35 PM
3. apa gunanya naskah kuno itu ? oke.. memuaskan bro.. anggaplah SAH. saya tidak melihat manfaatnya diletak di museum karena yang dipegang oleh umat pasti pegang naskah terjemahan bukan ?
Kok aneh sekali pertanyaan bro ini? Ya tentu saja untuk dipelihara. Itu kan naskah kuno yang umurnya sudah ribuan tahun. Tetapi tentu saja naskah-naskah kuno itu sudah difoto, sehingga tetap dapat diterjemahkan dan dpelajari.
Quote from: Forte on 05 October 2012, 10:20:35 PM
4. karena umat pegang naskah terjemahan, berarti selama ini yang dipelajari sering salah juga donk ?
Tidak tertutup kemungkin yang bro punya sekarang juga salah bukan ?
Memangnya bro menganggap salahnya itu seperti apa? Sudah saya jelaskan diatas.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 10:40:08 PM
Hehehe.
Silakan bro mampir ke FK (bukan promosi lho), dalam diskusi di sana saya sering tampilkan ayat dan menjelaskan terjemahannya dalam naskah kuno (Ibrani dan Yunani)
Revisi tidak harus salah terjemahan. Ada juga yang merupakan penyesuaian bahasa. Misal bahasa Indonesia lama dengan yang terbaru (Dulu 'yang' ditulis 'jang', dll)
Memang ada juga yang salah terjemahan, tetapi biasanya itu tidak prinsipil, tidak merubah ajaran. Mereka yang mempelajari bahasa Alkitab mengerti apa yang saya maksud ini.
Kok aneh sekali pertanyaan bro ini? Ya tentu saja untuk dipelihara. Itu kan naskah kuno yang umurnya sudah ribuan tahun. Tetapi tentu saja naskah-naskah kuno itu sudah difoto, sehingga tetap dapat diterjemahkan dan dpelajari.
Memangnya bro menganggap salahnya itu seperti apa? Sudah saya jelaskan diatas.
anda tidak jawab pertanyaan saya.. apakah begitu susah jawab "ya / tidak" ?
1. saya bisa menampilkan koq bahasa ibrani dan yunani walau saya tidak menguasainya.. apakah itu menandakan saya menguasai bahasa itu ?
2. benarkah TIDAK MERUBAH AJARAN ? ;D
3. maksud saya buat apa dipelihara toh tidak ada manfaatnya kalau sering direvisi dan sering salah juga
4. contoh aja ya.. apa kata terakhir Y*sus sebelum wafat ? Mana yang benar dari Injil Matius Markus Lukas dkk ?
			
 
			
			
				Quote from: Forte on 05 October 2012, 10:29:45 PM
Dan jika mau seperti anda, saya juga bisa memaparkan keaneh2an konsep penciptaan lalu menggunakannya sebagai pembenaran konsep sains ? contoh case : adam dan hawa manusia pertama, lalu ada anak : kain dan habel. Habel dibunuh, sisa kain. Koq bisa beranak pinak ? Apakah Hawa incest dengan Kain ? 
Hehehe.
Inilah yang selalu saya sayangkan dari kebanyakan manusia, sering terburu-buru mengambil kesimpulan, padahal belum memeriksa semua data yang ada. Kita merasa sudah tahu segalanya, padahal tidak.
Jawaban saya singkat saja: Apakah bro sudah membaca ayat selanjutnya yang mengatakan bahwa Adam juga melahirkan anak-anak perempuan? Belum lagi ditambah dengan, bahwa umur orang saat itu sangat panjang, sehingga yang menjadi istri Kain bisa jadi adalah generasi yang ke sekian?
Kalau bro memang tulus ingin mengetahui hal ini, mari kita bahas di tempat lain.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 10:49:34 PM
Hehehe.
Inilah yang selalu saya sayangkan dari kebanyakan manusia, sering terburu-buru mengambil kesimpulan, padahal belum memeriksa semua data yang ada. Kita merasa sudah tahu segalanya, padahal tidak.
Jawaban saya singkat saja: Apakah bro sudah membaca ayat selanjutnya yang mengatakan bahwa Adam juga melahirkan anak-anak perempuan? Belum lagi ditambah dengan, bahwa umur orang saat itu sangat panjang, sehingga yang menjadi istri Kain bisa jadi adalah generasi yang ke sekian?
Kalau bro memang tulus ingin mengetahui hal ini, mari kita bahas di tempat lain.
katakanlah benar.. saya ikuti aja.. intinya ada incest bukan ?
			
 
			
			
				Quote from: Forte on 05 October 2012, 10:48:42 PM
anda tidak jawab pertanyaan saya.. apakah begitu susah jawab "ya / tidak" ?
1. saya bisa menampilkan koq bahasa ibrani dan yunani walau saya tidak menguasainya.. apakah itu menandakan saya menguasai bahasa itu ?
2. benarkah TIDAK MERUBAH AJARAN ? ;D
3. maksud saya buat apa dipelihara toh tidak ada manfaatnya kalau sering direvisi dan sering salah juga
4. contoh aja ya.. apa kata terakhir Y*sus sebelum wafat ? Mana yang benar dari Injil Matius Markus Lukas dkk ?
Lho, kan sudah saya katakan:
QuoteSilakan bro mampir ke FK (bukan promosi lho), dalam diskusi di sana saya sering tampilkan ayat dan menjelaskan terjemahannya dalam naskah kuno (Ibrani dan Yunani)
Sekali lagi, jika bro memang ingin membahas hal itu, mari kita bahas di tempat lain.
			
 
			
			
				Quote from: Forte on 05 October 2012, 10:50:25 PM
katakanlah benar.. saya ikuti aja.. intinya ada incest bukan ?
Kalau bro berpikir itu incest, maka semua manusia yang menikah adalah incest, karena berasal dari nenek moyang yang sama.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 10:51:57 PM
Lho, kan sudah saya katakan:
Sekali lagi, jika bro memang ingin membahas hal itu, mari kita bahas di tempat lain.
kan juga sudah saya katakan, tujuan saya adalah untuk membuka mata bro agar jangan menggunakan 1 opini yang aneh untuk membenarkan pandangan bro
anda yang memulai diskusi di sini, ya saya sebagai member sini ya saya reply di sini.. ;D
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 10:53:19 PM
Kalau bro berpikir itu incest, maka semua manusia yang menikah adalah incest, karena berasal dari nenek moyang yang sama.
bisa tidak bro jawab dengan iya / tidak ? ;D
anda sudah menampakkan geliat belut anda.. 
perasaan tadi saya bertanya, incest kan ? saya pikir anda cukup menjawab iya / tidak
dan di sisi lain, saya tidak memiliki pandangan bahwa nenek moyang itu sama :) makanya incest tidak terjadi
			
 
			
			
				[at] om Newton
sedari awal anda sangat bersikeras tentang tolok ukur, mulai makan daging berarti pembunuhan hewan, tentang tebang pohon jangan2 termasuk pembunuhan, untuk hal2 yg spesifik ini saya sarankan anda cari literatur Buddhisme untuk jelasnya sebelum anda asal ngomong kalau Buddhisme begini begitu
saya coba memberikan anda gambaran tentang benar/salah menurut Buddhisme, singkatnya pikiran, ucapan dan perbuatan orang yg 'belum tercerahkan' masih salah (belum benar), dan berlaku sebaliknya
ini tidak saja berkenaan dengan baik dan jahat, jadi kebaikan (kelihatannya baik) pun kalau tidak didasari kebenaran adalah salah (tetap berakibat dukkha)
siapakah pelopor/pemimpin dari pikiran, ucapan & perbuatan? tidak lain adalah pikiran, oleh karena itu pikiran-lah yg harus dijadikan benar, maka 2 yg lainnya pasti ikut, kalau yg 2 saja dijadikan benar namun pikirannya tidak, maka yg 2 bisa kembali salah
berkenaan dgn metode2 untuk tercapainya itu anda bisa lihat cara2 yg ditawarkan Buddhisme (banyak aliran dng masing2 metodenya), tentunya ada keterbatasan2 tertentu yg tidak dapat dihindari
maksudnya walaupun tripitaka itu banyak luar biasa jangan harap pertanyaan2 remeh temeh tentang bagaimana ya cara BAB (buang air besar) yg benar bisa anda dapati di sana
lalu kalau tidak ada, anda bilang mana tolok ukurnya bukankah semua manusia tiap hari BAB, nanti beda2 tafsir dong
NB: teman2 cmiiw
			
			
			
				semoga bro Isaac bisa membaca postingan di atas..
Hendaknya jika bro Isaac SERIUS MAU BELAJAR.. belajar lah dulu dari literatur yang ada.. ketika sudah menguasai literatur Buddhisme yang ada, barulah dipertanyakan..
Jangan baca sepotong, lalu diperdebatkan.. makanya gak heran banyak mempertanyakan niat belajar bro apakah serius / emang hanya ingin debat aja ;D
			
			
			
				Quote from: Forte on 05 October 2012, 10:57:08 PM
bisa tidak bro jawab dengan iya / tidak ? ;D
anda sudah menampakkan geliat belut anda.. 
perasaan tadi saya bertanya, incest kan ? saya pikir anda cukup menjawab iya / tidak
dan di sisi lain, saya tidak memiliki pandangan bahwa nenek moyang itu sama :) makanya incest tidak terjadi
Memang begini jadinya kalau bro menerima sepotong, namun menolak potongan lainnya. Seperti saya katakan sebelumnya, lebih baik: Terima semua, atau tolak semua.
Takutnya sudah panjang lebar kita diskusi tentang hal ini, ujung-ujungnya bro bilang, "Lagi pula saya tidak percaya Adam dan Hawa itu ada". Hehehe. (Semoga ini hanya kekhawatiran saya saja)
			
 
			
			
				loh disini memang bukan penganut adam dan hawa adalah manusia petama yang ada di bumi ini kok! itu kan menurut kitab suci yang anda gunakan, seperti dikatakan memang standartnya disini adalalah standrat Buddhisme yang terang idelogi dan standratnya tidak sama dengan anda yang  dari bagian awal kitab kejadian mensugestikan incest adalah hal wajar terjadi juga terhadap nabi nuh dan pembersihan/ pembunuhan manusia dan mahluk hidup besar besaran yang di lakukan tuhan kalian.
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 11:12:50 PM
Memang begini jadinya kalau bro menerima sepotong, namun menolak potongan lainnya. Seperti saya katakan sebelumnya, lebih baik: Terima semua, atau tolak semua.
Takutnya sudah panjang lebar kita diskusi tentang hal ini, ujung-ujungnya bro bilang, "Lagi pula saya tidak percaya Adam dan Hawa itu ada". Hehehe. (Semoga ini hanya kekhawatiran saya saja)
betul. Memang saya gak percaya.. ;D 
Tapi bro bisa lihat sendiri kan ? Omong kosong kalau bro bisa belajar Buddhisme dengan baik sambil berusaha membanding2kan dengan agama bro ;D 
Jika bro serius mau mempelajari, bacalah literatur buddhisme dulu.. pelajari semua baru dibandingkan.. jangan belajar sepotong.. menerima sepotong dan menolak sepotong seperti yang bro katakan kepada saya..
Semoga sandiwara saya bisa menyadarkan bro.. 
Saya mohon pamit.. Terima kasih ikut serta dalam "film singkat" ini.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:23:59 PM
Lho bro, kok jadi lari ke "sesuka hati"? Kan yang kita bahas tentang hukum, dan hukum berarti keteraturan. Kalau bro bilang sesuka hati, berarti sudah tidak ada hukum lagi.
Kalau masih ada hukum (baca: aturan), maka tidak bisa menetapkan harga emas sesuka hati. Polanya masih tetap berlaku: semakin sedikit jumlah emas, semakin mahal harganya, semakin banyak jumlah emas, semakin murah harganya.
"Tidak mengetahui satu hal, bukan berarti hal itu ada"? Lho, kan sudah saya kasih contoh nyata, yaitu tentang ruang. Pertanyaan tentang siapa yang menciptakan Tuhan, sama dengan pertanyaan tentang dimana ujung ruang alam semesta ini. Bahkan sekalipun ada ujungnya, apa diluar ujung itu? Ada ujung lagi. Lalu apa diluar ujung lagi itu? Tidak ada habisnya juga kan? Namun sekalipun kita tidak tahu jawabannya, yang pasti ada ruang.
Jika Buddha saja -- yang menurut bro sudah tercerahkan -- tidak pernah (mungkin tidak berani?) mengatakan Tuhan tidak ada, bagaimana mungkin bro berani mengatakan seperti itu? Apakah bro lebih tercerahkan dari Buddha?
Bro, sudah berkali-kali Evolusionist 'menjilat ludah'nya (maaf jika hal ini kedengaran kasar, ini hanya untuk menekankan betapa Evolusionist sudah sering kali keliru). Bagaimana mungkin mereka mengklaim memiliki kebenaran, sedangkan kesimpulan terus dirubah (contoh sederhananya, mengenai usus buntu itu). Sikap keras kepala hanya menunjukkan tiada kerendahan hati, tidak mau mengakui keterbatasan dan kekurangan manusia.
Evolusionist mengaku ilmiah. Namun ketika membahas tentang awal mula kehidupan, Richard Dawkins (tokoh Evolusi terkemuka) berkata, "sebuah molekul yang sangat luar biasa terbentuk secara kebetulan".
Hehehe, masakan seorang ilmiah bicaranya "kebetulan", dan parahnya yang kebetulan itu adalah sesuatu yang luar biasa. Ini sama saja mengatakan: angin menerbangkan pasir dan batu di Arab Saudi dan terbentuklah Burj Kalifa!
Maka, wajarlah jika seorang profesor, yaitu Profesor William Thorpe dari fakultas zoologi di Universitas Cambridge, mengatakan kepada sesama ilmuwan, "Semua spekulasi dan diskusi dangkal yang diterbitkan selama sepuluh sampai lima belas tahun terakhir, yang menjelaskan caranya kehidupan bermula, ternyata terlalu sederhana dan tidak berbobot. Jalan keluar untuk problem itu sebenarnya masih sama jauhnya seperti dulu."
Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 10:53:19 PM
Kalau bro berpikir itu incest, maka semua manusia yang menikah adalah incest, karena berasal dari nenek moyang yang sama.
Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 11:12:50 PM
Memang begini jadinya kalau bro menerima sepotong, namun menolak potongan lainnya. Seperti saya katakan sebelumnya, lebih baik: Terima semua, atau tolak semua.
Takutnya sudah panjang lebar kita diskusi tentang hal ini, ujung-ujungnya bro bilang, "Lagi pula saya tidak percaya Adam dan Hawa itu ada". Hehehe. (Semoga ini hanya kekhawatiran saya saja)
Quote from: Indra on 05 October 2012, 12:11:12 PM
anda harus terlebih dulu mempelajari tentang doktrin Buddhis tentang sebab-akibat, nama-rupa, kemunculan bergantungan, dll untuk bisa memahami doktrin kelahiran kembali ini. sungguh melelahkan berdiskusi dengan orang yg tidak mau menerima penjelasan orang lain, yg tidak mau membaca rujukan yg telah diberikan.
bukan, itu adalah interpretasi penulis atas sutta itu
setau saya Tipitaka/Tripitaka berbahasa Indonesia masih belum lengkap di terjemahkan, karena Tipitaka terdiri dari banyak kitab yg tebal2, tidak sept kitab agama anda yg setipis kitab stensilan. tapi untungnya bagian yg anda maksudkan itu sudah diterjemahkan, dan bisa didownload atau dibaca online di http://dhammacitta.org/perpustakaan/samyutta-nikaya-khotbah-khotbah-berkelompok-sang-buddha/ terdiri dari 5 buku yg tidak terlalu tipis, semoga anda meminta ini untuk anda baca. selamat membaca
			 
			
			
				[at] om Newton
saya bisa saja menjawab tentang pertanyaan2 anda yg spesifik tsb tapi itu akan meluas kemana-mana yg sptnya itulah keinginan anda dari awal
dan pastinya kalau itu terjadi apakah anda kira Buddhisme adalah ilmu segalanya? padahal Buddhisme sangat concern di spritual (tidak lebih tidak kurang)
Buddhisme tidak mengatur tentang bagaimana bernegara, bermasyarakat, dsb dimana hampir di semua agama samawi itu diatur (inilah biang kekacauan, agama dijadikan kendaraan politik)
kalaupun di Buddhisme ada berbicara tentang hal itu, menurut saya itu hanya wacana bukan aturan apalagi tolok ukur/standard
			
			
			
				thanks bro sunyata telah membantu merangkumkan semua ;D
			
			
			
				Quote from: Forte on 05 October 2012, 11:06:17 PM
semoga bro Isaac bisa membaca postingan di atas..
Hendaknya jika bro Isaac SERIUS MAU BELAJAR.. belajar lah dulu dari literatur yang ada.. ketika sudah menguasai literatur Buddhisme yang ada, barulah dipertanyakan..
Jangan baca sepotong, lalu diperdebatkan.. makanya gak heran banyak mempertanyakan niat belajar bro apakah serius / emang hanya ingin debat aja ;D
Kan sdh jelas mau promo dan rekrut anggota baru.
Yg diajukan juga sebagian besar bukan pertanyaan, tapi mempertanyakan.
Kalau sebuah pertanyaan dijawab, cocok atau tidak cocok dengan pemikiran si penanya, maka si penanya yg memang mau bertanya, bersedia menerima jawaban tsb walaupin tidak cocok,
Kalau mempertanyakan , ya  begitulah, muter terus bin ngeyel.
			
 
			
			
				Quote from: Forte on 05 October 2012, 11:29:40 PM
thanks bro sunyata telah membantu merangkumkan semua ;D
Karena yg memperhatikan juga merasa lelah... Huff... (:$ #:-S (:$
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:23:59 PM
Evolusionist mengaku ilmiah. Namun ketika membahas tentang awal mula kehidupan, Richard Dawkins (tokoh Evolusi terkemuka) 
berkata, "sebuah molekul yang sangat luar biasa terbentuk secara kebetulan".
Hehehe, masakan seorang ilmiah bicaranya "kebetulan", dan parahnya yang kebetulan itu adalah sesuatu yang luar biasa. Ini 
sama saja mengatakan: angin menerbangkan pasir dan batu di Arab Saudi dan terbentuklah Burj Kalifa!
Maka, wajarlah jika seorang profesor, yaitu Profesor William Thorpe dari fakultas zoologi di Universitas Cambridge, 
mengatakan kepada sesama ilmuwan, "Semua spekulasi dan diskusi dangkal yang diterbitkan selama sepuluh sampai lima belas 
tahun terakhir, yang menjelaskan caranya kehidupan bermula, ternyata terlalu sederhana dan tidak berbobot. Jalan 
keluar untuk problem itu sebenarnya masih sama jauhnya seperti dulu."
Isaac, tentang evolusionist vs creationist.
Di sini kamu menggiring opini dengan memakai retorika para creationist yang menjelaskan "kemustahilan" dari teori evolusi. 
Jadi saya ambil pendekatan berbeda. Mari kita membandingkan "kemustahilan" dengan kemustahilan juga. Dan kali ini kemustahilan dari teori Intelligent Design.
Menurut teori yang diusung para creationist ini, alam semesta terbentuk karena campur tangan Tuhan Berpribadi (dan karena mereka beragama K, maka mereka percaya, Tuhan Berpribadi itu bernama YHWH/Allah/Jehovah). 
Lebih lanjut, mereka juga melabeli Tuhan Berpribadi itu dengan label maha baik, maha tahu, maha hadir, maha bisa, dan sebagainya yang ekstrim positif. Saya ambil yang maha baik.
_____________________________________________________________________________________________
Kontradiksinya, bila Tuhan itu maha baik, mengapa kejahatan ada? Mengapa sakit penyakit ada? Mengapa bencana alam ada? Mengapa begitu banyak penderitaan di dunia ini?
Apa Tuhan tidak sanggup menghapus semua itu? Bila tidak sanggup, berarti Tuhan tidak maha bisa.
Bila Tuhan sanggup tapi tidak mau, berarti Tuhan tidak maha baik.
Bila Tuhan sanggup dan mau menghapus itu, mengapa masih ada kejahatan dan sakit-penyakit?
_____________________________________________________________________________________________
Rasionalisasi terbaik para creationist adalah semua itu terjadi akibat dosa manusia di Taman Eden dan juga karena kehendak bebas manusia.
Muncul pertanyaan dari rasionalisasi itu, kenapa anak-anak yang tidak tahu sebelumnya itu, ikut menanggung dosa Adam dan Hawa? Apakah ini adil?
Dan buat apa kehendak bebas kalau begitu, bila semua bayi itu berdosa dari lahirnya?
Lebih tidak adil lagi, dengan adanya bayi yang terlahir cacat, apa maksud Tuhan melahirkan bayi cacat? Apa untuk kebesaran namanya? Kalau begitu lagi-lagi Tuhan tidak maha baik dan tidak maha adil karena untuk kebesaran namanya dia memilih-milih orang. 
Saya masih banyak sederet kontradiksi yang pada intinya akan membuat atribut-atribut "maha" itu bertabrakan satu sama lain.
Di sini saya tidak mau menyebutkan sifat YHWH yang sudah lebih jelas lagi sangat kontradiktif dengan maha baik itu, jadi anggaplah di atas itu konsep Tuhan secara umum saja.
Kesimpulannya, para evolusionist memang belum bisa menjelaskan ada apa sebelum "big bang" itu; namun sebaliknya, para creationist juga menghadapi masalah untuk menjelaskan kontradiksi di atas dengan melihat kenyataan bahwa Intelligent Design yang mereka dengung-dengungkan sempurna itu, memiliki banyak 
chaos di dalamnya.
Footnote:
Sebenarnya jawaban paling 'masuk akal' dari mereka adalah: "Tuhan itu maha segalanya, jadi semua itu mungkin bagi Tuhan" dan "Tuhan itu berdaulat karena dia yang menciptakan alam semesta". 
Orang yang waras sudah tidak mau berdebat dengan delusi seperti ini.
			
 
			
			
				Quote from: dtgvajra on 05 October 2012, 08:37:43 PM
Kalau tuhan nya saja masih gila hormat, boro boro arahat, sotapanna aja belum.
Ingat nick bro Sanjiva  ;D
"Worship me or I'll torture you forever"
-your loving God-
Inga....inga.....  :)) :)) :))
			
 
			
			
				mau mengoreksi sedikit mengenai evolusi...
evolusi bukanlah klaim, bukan pula spekulasi. evolusi memiliki bukti2 yang lengkap dan solid dari berbagai cabang ilmu: geologi, biologi, kimia dan fisika mulai dari yang dulu sampai yang paling mutakhir, semua mendukung adanya evolusi. jadi bukti2 evolusi itu adalah bukti2 empiris, bukan bukti2 yang sekadar lahir dari mikir2 ataupun logika semata. sedangkan bukti empiris penciptaan mahluk supernatural, emmm... nol.
disinformasi yang sering dilontarkan penganut kepercayaan penciptaan:
* bagaimana mungkin kebetulan yang luar biasa bisa terjadi membentuk manusia?
evolusi terjadi melalui proses yang panjang dan terjadi secara gradual dari mahluk sederhana sampai kepada mahluk yang lebih kompleks. bukan sebuah kebetulan yang tiba2 membentuk rantai dna manusia secara ajaib. bukan pula seperti monyet di depan piano yang secara kebetulan memencet2 piano mengumandangkan sonata beethoven. evolusi tidak pernah menerangkan terjadinya mahluk kompleks begitu.
* dunia begitu mengagumkan dan teratur, pasti ada kepintaran mahluk adi kuasa dibaliknya
seperti saya katakan sebelumnya, sebuah fenomena selalu memiliki beberapa penjelasan, mulai dari penjelasan yang sederhana sampai kepada penjelasan yang lebih tinggi. untuk tingkat anak sd mungkin gampangnya menjelaskan fenomena pelangi sebagai fenomena ciptaan tuhan. namun untuk tingkat anak sma yang lebih tinggi, penjelasan itu tidak lagi memuaskan. ternyata pelangi itu adalah terurainya sinar matahari secara optik menjadi spektrum2 cahaya yang berwarna-warni.
demikian pula dengan fenomena2 alam lainnya. semakin banyak rahasia alam yang terungkap lewat sains, semakin jauh kesimpulan sains dari adanya sebuah sosok pencipta yang personal, apalagi tuhan personal yang tercantum dalam buku2 agama. fenomena2 alam itu bekerja berdasarkan hukum2 alam tertentu yang sifatnya impersonal, berdasarkan sebab dan akibat. jadi kasarnya dengan kondisi lingkungan yg terkontrol dan sama, air akan mendidih pada suhu seratus derajad dan membeku pada suhu nol derajat. didoakan siang malam supaya tidak membeku, air tetap beku pada suhu nol derajat. karena hukum alam ini impersonal, tidak dikontrol ataupun dipengaruhi oleh sesosok tuhan personal yang bisa dirayu dengan iman ataupun permohonan doa.
sedangkan fondasi pemikiran kepercayaan penciptaan hanya berdasarkan satu klaim: 
we don't know... therefore god the creator exists!
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:43:02 PM
Baik, jadi bro ingin tetap membahas hal ini. Kalau begitu saya tanya: Bagaimana si anak bisa mengingat kehidupan sebelumnya, sedangkan dalam ajaran kelahiran kembali, "aku" di kehidupan sekarang bukanlah "aku" di kehidupan sebelumnya? Bagaimana ia bisa mengingat, padahal -- berdasarkan ajaran kelahiran kembali -- ingatan dan kesadaran sudah terurai?
Silakan bro.
setelah diberi bukti sekarang ngeles lagi, apa yang andalakukan semuanya tahu disini putar putar dan berputar lagi bilang saja anda tidak bisa menerima ajaran buddhisme semudah itu kok, seperti dari awal ku bilang anda memnjelekan bukan tapi anda bilang mau belajar dan tidak melakukan misi;
 bukan nya anda sedang berkata dusta, coba apa anda bisa bersumpah atas nama tuhan anda dan mr j anda tidak berkata dusta kepada saya dan semua member dc ini, bila anda tidak berkata dusta bahwa anda sedang tidak membawa misi yang berusaha meng kris ten kan member dc dan bila anda ternyata membawa misi melakukan usaha meng kris ten kan member dc maka anda akan disambar petir sejutakali dan masuk neraka selama lamanya?
			
 
			
			
				ketemu ayat bagus nih, dari UDUMBARITA SUTTA (http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/udumbarita-sutta/)
--------------------------------------------------------
07. Kemudian Sang Bhagava mendatangi pertapa pengembara Nigrodha berkata kepada beliau:
 "Selamat datang Sang Bhagava, Sang Bhagava silakan ke mari, Lama sekali bagi Sang Bhagava untuk mendapatkan kesempatan ke sini. Bhante silakan duduk di tempat duduk ini."
 
Sang Bhagava duduk di tempat duduk yang telah tersedia dan pertapa pengembara Nigrodha duduk di sebuah tempat yang lebih rendah di samping Beliau. Setelah pertapa pengembara Nigrodha duduk, Sang Bhagava berkata kepadanya: "Nigrodha, apakah yang anda sekalian bicarakan dengan duduk bersama-sama di sini yang telah terhenti karena saya ke sini?"
 
Pertapa pengembara Nigrodha menjawab pertanyaan Sang Bhagava dengan berkata: "Bhante, baru saja kami melihat Sang Bhagava berjalan-jalan di Moranivago di tepi sungai Sumagadha. Setelah melihat Sang Bhagava kami berkata: 'Jika Samana Gotama datang ke sini, kami akan bertanya kepadanya, Bhante, ajaran dhamma apakah yang Sang Bhagava ajarkan kepada siswa beliau sehingga para siswa yang telah belajar itu mendapatkan kesenangan dan menyatakan bahwa mereka memiliki kemauan yang kuat sekali untuk melaksanakan kehidupan suci yang tertinggi (adibrahmacariya)?' "
 
"Nigrodha, sulit sekali bagi seseorang yang berpandangan lain, memiliki kepercayaan lain, memiliki keyakinan lain dan yang tanpa memiliki ajaran yang jelas serta cara pelaksanaannya, untuk mengerti ajaran dan cara saya mengajar para siswaku sehingga para siswa yang telah belajar itu mendapat kesenangan dan menyatakan bahwa mereka memiliki kemauan yang kuat sekali untuk melaksanakan kehidupan suci yang tertinggi. Nigrodha, sebaiknya kita membicarakan ajaranmu yang berkenaan dengan pelaksanaannya dalam kehidupan yaitu: 'Apa yang dicapai dan apa yang tidak dicapai dalam melaksanakan pertapaan dengan menyiksa diri.' "
 
Setelah Sang Bhagava berkata demikian, para pertapa pengembara dengan nyaring berseru: "Bhante, hebat sekali! Bhante, menakjubkan sekali kemampuan dan kehebatan Samana Gotama yang memiliki ajaran sendiri dan mengajak membicarakan ajaran orang lain!"
23. Nigrodha, mungkin kau berpikir: 'Samana Gotama mengatakan hal-hal ini karena suatu keinginan untuk mendapatkan murid';  tetapi kau janganlah mengartikan kita-kataku seperti itu. Biarlah dia yang adalah gurumu tetap sebagai gurumu. Nigrodha, mungkin kau berpikir: 'Samana Gotama mengatakan hal-hal ini karena keinginannya agar kita melanggar peraturan kita'. Tetapi kau janganlah mengartikan kata-kataku seperti itu. Biarlah peraturanmu tetap peraturanmu. Nigrodha, mungkin kau berpikir: 'Samana Gotama mengatakan hal-hal ini karena keinginannya agar kita keluar dari cara kehidupan kita'. Tetapi kau janganlah mengartikan kata-kataku seperti itu. Biarlah cara hidupmu tetap cara hidupmu. Nigrodha, mungkin kau berpikir: 'Samana Gotama mengatakan hal-hal ini karena keinginannya untuk menyatakan kepada kita tentang hal-hal tertentu dari ajaran kita yang salah dan dipandang salah oleh orang-orang dalam perkumpulan kita'. Tetapi kau janganlah mengartikan kata-kataku seperti itu. Biarlah hal-hal tertentu dari ajaranmu yang salah dipandang salah oleh orang-orang dalam perkumpulanmu tetap demikian bagimu. Nigrodha, mungkin kau berpikir: 'Samana Gotama mengatakan hal-hal ini karena keinginannya untuk melepaskan kita dari hal-hal tertentu dari ajaran kita yang benar dan dipandang benar oleh orang-orang dalam perkumpulan kita'. Tetapi kau janganlah mengartikan kata-kataku seperti itu! Biarlah hal-hal tertentu dari ajaranmu yang benar dan dipandang benar oleh orang-orang dalam kumpulanmu tetap demikian bagimu. Nigrodha, mengapa saya berkata seperti itu, yaitu bukan karena saya ingin kau keluar dari cara kehidupanmu, bukan karena saya ingin menyatakan hal-hal yang salah dalam ajaranmu, atau karena saya ingin melepaskan kau dari ajaranmu yang benar. Tetapi, ada hal-hal buruk yang tidak dilenyapkan, hal-hal jahat yang menyebabkan kelahiran diperbarui, yang menyebabkan penderitaan, yang menyebabkan kesakitan, yang menyebabkan kelahiran, menjadi tua dan kematian di masa datang. Maka untuk melenyapkan hal-hal ini, saya mengajarkan dhamma dan bagi orang yang melaksanakannya ia akan dapat melenyapkan, kesucian akan berkembang dan dalam kehidupan ini kau sendiri akan mencapai serta tetap berada dalam pengertian dan merealisasikan kebijaksanaan tertinggi."
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:43:02 PM
Baik, jadi bro ingin tetap membahas hal ini. Kalau begitu saya tanya: Bagaimana si anak bisa mengingat kehidupan sebelumnya, sedangkan dalam ajaran kelahiran kembali, "aku" di kehidupan sekarang bukanlah "aku" di kehidupan sebelumnya? Bagaimana ia bisa mengingat, padahal -- berdasarkan ajaran kelahiran kembali -- ingatan dan kesadaran sudah terurai?
Silakan bro.
imo, karena ada hukum KAMMA dan kondisi-kondisi lainnya...
oh ya btw Sdr. TS sudah menganggap ini sebagai bukti empiris belum?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 06:02:47 PM
Wah bro, terus terang saya tidak kenal dengan om Seth. Seperti yang bro katakan, mungkin kebetulan saja saya dan beliau sama-sama menyukai Isaac Newton.
Gw malah teringat dengan seseorang yg bernama Stephen Suleeman, tadinya banyak tanya tentang buddhism juga kayak anda, tapi sekarang sejak anda nongol dia tak pernah nongol lagi. ^-^ ;D
			
 
			
			
				loccckk?
			
			
			
			
			
				trit ini hebat ya... bisa menarik perhatian momod-momod saat launching perdananya.
ngiri.com :-[
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:23:59 PM
Lho bro, kok jadi lari ke "sesuka hati"? Kan yang kita bahas tentang hukum, dan hukum berarti keteraturan. Kalau bro bilang sesuka hati, berarti sudah tidak ada hukum lagi.
Kalau masih ada hukum (baca: aturan), maka tidak bisa menetapkan harga emas sesuka hati. Polanya masih tetap berlaku: semakin sedikit jumlah emas, semakin mahal harganya, semakin banyak jumlah emas, semakin murah harganya.
Jadi bingung... 
Anda katakan tentang entitas yang mengatur hukum.
Saya katakan keteraturan hukum itu terbentuk karena keterkondisian. 
Saya beri perumpamaan hukum ekonomi tidak diciptakan namun muncul karena kondisi.
Anda katakan hukum ekonomi diatur oleh 'tuhannya' yaitu manusia. 
Namun kemudian anda katakan sendiri bahwa manusia tidak bisa menetapkan bagaimana seharusnya hukum ekonomi, namun tunduk pada 'jika permintaan naik/persediaan turun, maka harga naik.'
Jadi pertanyaannya, apakah entitas yang anda bicarakan ini mengatur hukum atau tunduk pada hukum? 
Quote"Tidak mengetahui satu hal, bukan berarti hal itu ada"? Lho, kan sudah saya kasih contoh nyata, yaitu tentang ruang. Pertanyaan tentang siapa yang menciptakan Tuhan, sama dengan pertanyaan tentang dimana ujung ruang alam semesta ini. Bahkan sekalipun ada ujungnya, apa diluar ujung itu? Ada ujung lagi. Lalu apa diluar ujung lagi itu? Tidak ada habisnya juga kan? Namun sekalipun kita tidak tahu jawabannya, yang pasti ada ruang.
Betul, yang pasti ada ruang. Tapi saya belum melihat kepastian adanya pencipta. Bagaimana donk?
QuoteJika Buddha saja -- yang menurut bro sudah tercerahkan -- tidak pernah (mungkin tidak berani?) mengatakan Tuhan tidak ada, bagaimana mungkin bro berani mengatakan seperti itu? Apakah bro lebih tercerahkan dari Buddha?
Anda tidak menyimak. Buddha tidak pernah mengukuhkan ada/tidak ada karena konsep tuhan itu tidak bermanfaat untuk diperdebatkan. Namun, terhadap orang yang beriman dengan argumen sosok pencipta, Buddha mengatakan jika memang ada yang disebut pencipta, maka itu adalah sosok yang jahat karena menciptakan makhluk dengan segala penderitaannya. 
QuoteBro, sudah berkali-kali Evolusionist 'menjilat ludah'nya (maaf jika hal ini kedengaran kasar, ini hanya untuk menekankan betapa Evolusionist sudah sering kali keliru). Bagaimana mungkin mereka mengklaim memiliki kebenaran, sedangkan kesimpulan terus dirubah (contoh sederhananya, mengenai usus buntu itu). Sikap keras kepala hanya menunjukkan tiada kerendahan hati, tidak mau mengakui keterbatasan dan kekurangan manusia.
Evolusionist mengaku ilmiah. Namun ketika membahas tentang awal mula kehidupan, Richard Dawkins (tokoh Evolusi terkemuka) berkata, "sebuah molekul yang sangat luar biasa terbentuk secara kebetulan".
Hehehe, masakan seorang ilmiah bicaranya "kebetulan", dan parahnya yang kebetulan itu adalah sesuatu yang luar biasa. Ini sama saja mengatakan: angin menerbangkan pasir dan batu di Arab Saudi dan terbentuklah Burj Kalifa!
Maka, wajarlah jika seorang profesor, yaitu Profesor William Thorpe dari fakultas zoologi di Universitas Cambridge, mengatakan kepada sesama ilmuwan, "Semua spekulasi dan diskusi dangkal yang diterbitkan selama sepuluh sampai lima belas tahun terakhir, yang menjelaskan caranya kehidupan bermula, ternyata terlalu sederhana dan tidak berbobot. Jalan keluar untuk problem itu sebenarnya masih sama jauhnya seperti dulu."
Tampaknya anda berusaha menggiring opini dengan mencampur awal mula (yang masih spekulasi bagi sains) dengan evolusi yang sudah terbukti. Anda mau menolak evolusi dan percaya entitas pencipta "kebetulan" iseng2 menciptakan, silahkan. 
"angin menerbangkan pasir dan batu di Arab Saudi dan terbentuklah Burj Kalifa" atau "angin menerbangkan rongsokan dan membentuk pesawat terbang."  ;D inilah propaganda kreasionis yang menyelewengkan makna evolusi.
*Jika evolusi adalah kebetulan, maka kita boleh berharap munculnya beruang kutub berjemur di pantai Hawaii. Semua ilmuwan akan menertawakan ide ini sebab evolusi adalah lain-lain kecuali kebetulan.
*Namun jika tuhan berkehendak, maka beruang kutub berjemur di pantai Hawaii ini pasti terjadi. Dan orang-orang kreasionis pasti menyetujuinya. Mengapakah? Karena 
kebetulan tuhan berkehendak begitu. 
-Jika bukti baru ditemukan apakah mendukung atau menyalahi hipotesis sebelumnya, maka ilmuwan memperbaharui hipotesis dengan variable yang lebih detail
-Jika bukti baru ditemukan dan menyalahi iman, maka kreasionis menganggapnya ujian keyakinan sebab iman tidak mungkin salah. (Note: tidak ada bukti baru ditemukan yang mendukung iman kreasionis. No offense.)
Karena alasan inilah saya tidak ingin bicara sains dengan kreasionis. Nah, anda boleh lanjutkan masalah Buddhisme kalau mau, tapi kalau soal sains, saya tidak layani.
			
 
			
			
				dari halaman awal sudah di ingatkan pelajari dulu konsep Buddhisme, baru bertanya !
dijelaskan dengan konsep buddhisme dibalas konsep sang maha kuasa, logika ekonomi dan logika sains, udah mentok di suruh mampir ke situs utk bahas yang tidak boleh bahas disini.
ternyata ada 'udang' dibalik 'ikan' => misionoris yang malu-malu kucing
			
			
			
				Quote from: adi lim on 06 October 2012, 10:31:10 AM
dari halaman awal sudah di ingatkan pelajari dulu konsep Buddhisme, baru bertanya !
dijelaskan dengan konsep buddhisme dibalas konsep sang maha kuasa, logika ekonomi dan logika sains, udah mentok di suruh mampir ke situs utk bahas yang tidak boleh bahas disini.
ternyata ada 'udang' dibalik 'ikan' => misionoris yang malu-malu kucing
Akhirnya terbukti juga omongan om rico benar kan ;D
satu hal yang cukup membanggakan, bahwa umat Buddha yang sudah mempelajari Buddhisme dengan baik, tidak tertarik untuk masuk ke forum K, karena tahu hal tersebut tidak berguna..
Umur terbatas, kalau sudah menemukan yang terbaik, untuk apa belajar agama lain lagi ? :))
Berbeda dengan TS yang merasa masih ada yang kurang dengan agama nya, makanya merasa perlu mempelajari Buddhisme.. heheheh ;D
Intinya : orang yang sudah bahagia dengan ajaran agamanya, tidak akan mencari "pelarian" (baca:SELINGKUH) untuk mempelajari agama lain lagi. Berhubung umur yang terbatas, lebih baik waktu tersebut digunakan untuk mempelajari yang lain. 
Makanya apakah TS berbahagia dalam agama K ? Silakan dijawab sendiri. jika bahagia.. idealnya tidak perlu lagi mempelajari Buddhisme karena apa yang didapatkan hendaknya sudah membuat diri puas bukan ? ;D
			
 
			
			
				Quote from: Forte on 06 October 2012, 11:06:50 AM
Intinya : orang yang sudah bahagia dengan ajaran agamanya, tidak akan mencari "pelarian" (baca:SELINGKUH) untuk mempelajari agama lain lagi. Berhubung umur yang terbatas, lebih baik waktu tersebut digunakan untuk mempelajari yang lain. 
Makanya apakah TS berbahagia dalam agama K ? Silakan dijawab sendiri. jika bahagia.. idealnya tidak perlu lagi mempelajari Buddhisme karena apa yang didapatkan hendaknya sudah membuat diri puas bukan ? ;D
nafsu besar kemampuan kurang :))
			
 
			
			
				Quote from: Forte on 06 October 2012, 11:06:50 AM
Akhirnya terbukti juga omongan om rico benar kan ;D
satu hal yang cukup membanggakan, bahwa umat Buddha yang sudah mempelajari Buddhisme dengan baik, tidak tertarik untuk masuk ke forum K, karena tahu hal tersebut tidak berguna..
Umur terbatas, kalau sudah menemukan yang terbaik, untuk apa belajar agama lain lagi ? :))
Berbeda dengan TS yang merasa masih ada yang kurang dengan agama nya, makanya merasa perlu mempelajari Buddhisme.. heheheh ;D
Intinya : orang yang sudah bahagia dengan ajaran agamanya, tidak akan mencari "pelarian" (baca:SELINGKUH) untuk mempelajari agama lain lagi. Berhubung umur yang terbatas, lebih baik waktu tersebut digunakan untuk mempelajari yang lain. 
Makanya apakah TS berbahagia dalam agama K ? Silakan dijawab sendiri. jika bahagia.. idealnya tidak perlu lagi mempelajari Buddhisme karena apa yang didapatkan hendaknya sudah membuat diri puas bukan ? ;D
:whistle:
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 10:49:34 PM
Hehehe.
Inilah yang selalu saya sayangkan dari kebanyakan manusia, sering terburu-buru mengambil kesimpulan, padahal belum memeriksa semua data yang ada. Kita merasa sudah tahu segalanya, padahal tidak.
Jawaban saya singkat saja: Apakah bro sudah membaca ayat selanjutnya yang mengatakan bahwa Adam juga melahirkan anak-anak perempuan? Belum lagi ditambah dengan, bahwa umur orang saat itu sangat panjang, sehingga yang menjadi istri Kain bisa jadi adalah generasi yang ke sekian?
Kalau bro memang tulus ingin mengetahui hal ini, mari kita bahas di tempat lain.
ini malah lebih aneh lagi si adam jadi hemaprodite terus incest sama anakny si kain, jadi gay?  
			
 
			
			
				Quote from: Forte on 06 October 2012, 11:06:50 AM
Akhirnya terbukti juga omongan om rico benar kan ;D
satu hal yang cukup membanggakan, bahwa umat Buddha yang sudah mempelajari Buddhisme dengan baik, tidak tertarik untuk masuk ke forum K, karena tahu hal tersebut tidak berguna..
Umur terbatas, kalau sudah menemukan yang terbaik, untuk apa belajar agama lain lagi ? :))
Berbeda dengan TS yang merasa masih ada yang kurang dengan agama nya, makanya merasa perlu mempelajari Buddhisme.. heheheh ;D
Intinya : orang yang sudah bahagia dengan ajaran agamanya, tidak akan mencari "pelarian" (baca:SELINGKUH) untuk mempelajari agama lain lagi. Berhubung umur yang terbatas, lebih baik waktu tersebut digunakan untuk mempelajari yang lain. 
Makanya apakah TS berbahagia dalam agama K ? Silakan dijawab sendiri. jika bahagia.. idealnya tidak perlu lagi mempelajari Buddhisme karena apa yang didapatkan hendaknya sudah membuat diri puas bukan ? ;D
Saya rasa sudah berjodoh Isaac masuk ke sini. 
Saya sudah mampir ke FK dan kebanyakan dari mereka sedikitpun tidak mau melihat pandangan lain.
Semoga Isaac bisa melihat 
big picture dari hidup ini, bukan hanya tentang sembah-sembahan dan surga-neraka.
			
 
			
			
				Quote from: emulio on 06 October 2012, 03:42:53 PM
Saya rasa sudah berjodoh Isaac masuk ke sini. 
Saya sudah mampir ke FK dan kebanyakan dari mereka sedikitpun tidak mau melihat pandangan lain.
Semoga Isaac bisa melihat big picture dari hidup ini, bukan hanya tentang sembah-sembahan dan surga-neraka.
tidak mungkin lah coba betapa enteng nya tulis adam ada melahirkan anak anak perempuan; pikiran nya pasti keajaiban tuhan membuat adam bisa melahirkan secara instan, melihat hal seperti ini mereka tentu nya tidak berpikir logis secara natural adam mesti mengandung dulu butuh benih dari pria lain kalau menurut logis nya, jadi bagaimana bisa bicara pada orang yang telah terparti seperti  itu, paling banter biarkan saja.
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 06 October 2012, 09:25:16 AM
Jadi bingung... 
Anda katakan tentang entitas yang mengatur hukum.
Saya katakan keteraturan hukum itu terbentuk karena keterkondisian. 
Saya beri perumpamaan hukum ekonomi tidak diciptakan namun muncul karena kondisi.
Anda katakan hukum ekonomi diatur oleh 'tuhannya' yaitu manusia. 
Namun kemudian anda katakan sendiri bahwa manusia tidak bisa menetapkan bagaimana seharusnya hukum ekonomi, namun tunduk pada 'jika permintaan naik/persediaan turun, maka harga naik.'
Jadi pertanyaannya, apakah entitas yang anda bicarakan ini mengatur hukum atau tunduk pada hukum? 
Bro, jika bro renungkan lagi, maka kata "keterkondisian" yang bro gunakan, itu berarti "
pengetahuan akan sesuatu oleh 
suatu kesadaran" yang saya maksudkan.
- Jika tidak ada yang 
mengetahui bahwa jumlah emas itu sedikit, maka itu tidak akan mempengaruhi harga.
- Jika tidak ada 
kesadaran (dalam hal ini manusia) yang mengetahui nilai suatu emas, maka itu tidak akan mempengaruhi harga (bahkan tidak berharga). Jika tidak ada manusia di bumi ini, maka emas tidak ada bedanya dengan batu.
Jadi sekali lagi, "pengetahuan akan sesuatu oleh suatu kesadaran" menciptakan hukum ekonomi. Bro menyebutnya keterkondisian, namun keterkondisian itu dapat diurai lagi menjadi faktor-faktor lain yang terlibat.
Apakah manusia bisa "sesuka hati"? Bisa saja. Katakanlah di negara diktator pemerintahnya sesuka hati menetapkan harga tanpa mengikuti pasar global. Barang yang banyak, harganya tetap mahal, dan yang sedikit, harganya tetap murah. Tetapi di sini tidak berlaku lagi hukum (dalam hal ini, hukum ekonomi). Ini sudah kasus diluar hukum ekonomi.
Nah, yang kita bahas kan siapa yang menciptakan hukum ekonomi bukan?
Quote from: Kainyn_Kutho on 06 October 2012, 09:25:16 AM
Anda tidak menyimak. Buddha tidak pernah mengukuhkan ada/tidak ada karena konsep tuhan itu tidak bermanfaat untuk diperdebatkan. Namun, terhadap orang yang beriman dengan argumen sosok pencipta, Buddha mengatakan jika memang ada yang disebut pencipta, maka itu adalah sosok yang jahat karena menciptakan makhluk dengan segala penderitaannya. 
Ini justru hanya akan menunjukkan bahwa pencerahan Buddha masih terbatas, ia belum menyadari semua realitas kehidupan, karena ia masih belum pasti apakah pencipta ada atau tidak. Kalimat "
jika memang ada yang disebut pencipta, maka itu adalah sosok yang jahat karena menciptakan makhluk dengan segala penderitaannya", menunjukkan bahwa Buddha 
tidak pasti apakah tuhan ada atau tidak. Taruhlah -- misal -- bahwa memang ada pencipta yang jahat, jadi bagaimana? Apakah kejahatan yang dia lakukan lantas membuat dia tidak ada, atau bukan pencipta?
Lagi pula, apakah karena ada kejahatan, maka penciptanya juga jahat? Mengapa harus disimpulkan seperti itu? Misal bro menciptakan radio. Bro merancangnya sebagus mungkin, dan akhirnya radio itu berfungsi. Namun tidak beberapa lama radio itu rusak. Mengapa harus disimpulkan bahwa bro-lah yang merusak radio itu? Bisa saja kan radio itu rusak karena faktor luar, mungkin karena listrik yang tidak stabil, atau karena ada orang lain yang sengaja merusak. Jadi sekali lagi, mengapa harus disimpulkan bro-lah yang merusak? Dan apakah karena radio itu rusak, berarti bro ada pencipta yang perusak? Saya kira logikanya tidak seperti itu.
Quote from: Kainyn_Kutho on 06 October 2012, 09:25:16 AM
Tampaknya anda berusaha menggiring opini dengan mencampur awal mula (yang masih spekulasi bagi sains) dengan evolusi yang sudah terbukti. Anda mau menolak evolusi dan percaya entitas pencipta "kebetulan" iseng2 menciptakan, silahkan. 
*Jika evolusi adalah kebetulan, maka kita boleh berharap munculnya beruang kutub berjemur di pantai Hawaii. Semua ilmuwan akan menertawakan ide ini sebab evolusi adalah lain-lain kecuali kebetulan.
*Namun jika tuhan berkehendak, maka beruang kutub berjemur di pantai Hawaii ini pasti terjadi. Dan orang-orang kreasionis pasti menyetujuinya. Mengapakah? Karena kebetulan tuhan berkehendak begitu. 
Lho, bukannya yang ngomong "kebetulan" itu justru dedengkotnya Evolusionist, si Richard Dawkins? (Kayaknya bro menertawakan diri sendiri deh)
Quote from: Kainyn_Kutho on 06 October 2012, 09:25:16 AM
Betul, yang pasti ada ruang. Tapi saya belum melihat kepastian adanya pencipta. Bagaimana donk?
Baik, saya ngikut arus saja dulu. Jadi -- menurut bro -- tidak ada bukti bahwa tuhan ada, dan juga tidak ada bukti bahwa tuhan tidak ada.
Maka satu-satunya cara untuk menyimpulkan ada-tidaknya Tuhan adalah melalui apa yang kelihatan, yaitu alam semesta. Baik, saya ingin memberi sebuah gambaran sederhana:
Suatu ketika bro melihat sebuah lukisan pegunungan dengan pepohonan berikut pemandangan laut yang sangat indah. Bro mengamati lukisan itu dan terkagum. Karena bro adalah orang yang cerdas, bro mengetahui warna-warna cat yang digunakan, bro mengetahui kompisisi warnanya, dan bro juga mengetahui teknik lukis yang digunakan. Namun bro tidak tahu siapa yang membuat lukisan itu.
Nah, sebagai orang yang cerdas, apakah karena tidak tahu siapa yang membuat lukisan itu, lantas bro menyimpulkan bahwa tidak ada yang melukis lukisan itu? Bahwa entah dengan bagaimana cat-cat tertumpah -- mungkin melalui proses tumpahan jutaan kali -- dan membentuk lukisan itu?
Silakan ditanggapi.
			
 
			
			
				yang menciptakan radio kan bukan orang yang MAHA... :)) :))
			
			
			
				Quote from: emulio on 06 October 2012, 03:42:53 PM
Semoga Isaac bisa melihat big picture dari hidup ini, bukan hanya tentang sembah-sembahan dan surga-neraka.
Thanks bro Emolio. (Boleh cerita sedikit ya)
Saya mencoba belajar banyak hal dalam hidup ini. Saya mencoba memahami apa makna hidup ini, apa yang kita cari, apa yang paling berarti dalam hidup. Prinsip hidup saya adalah "Kemurnian, kesederhanaan, kasih, kerendahan hati" (Kayak semboyan Prancis aja..hehehe). Sekalipun orang-orang lain dengan tulus berupaya mendorong saya untuk meningkatkan karir (mungkin agar mendapatkan posisi dan gaji yang lebih baik), namun saya mencoba menolak dengan sopan. Saya memahami, bahwa yang paling berarti bukanlah hal-hal itu. Yang membuat kita bernilai bukan bagaimana 'sampul' kita, melainkan bagaimana 'isi' kita. Cangkir tidak merubah rasa kopi. Tentu saja saya membutuhkan uang, tetapi uang hanya untuk hidup, bukan hidup hanya untuk uang. (Sebagian umat Buddhis mungkin berprinsip seperti saya juga)
Namun kehidupan tetaplah tidak memiliki arti jika kehidupan manusia tidak ada bedanya dengan hewan. Kita lahir, hewan juga lahir. Kita bertumbuh besar, hewan juga bertumbuh besar. Kita berkeluarga, hewan juga bekeluarga. Kita membangun sesuatu, hewan juga membangun sesuatu. Kita tua, hewan juga tua. Kita mati, hewan juga mati. Jadi apa istimewanya manusia?
Saya mencoba merenungkan alam semesta. Saya melihat -- sebagai contoh sederhana -- bagaimana pohon sawit bisa menghasilkan minyak. Ini luar biasa! Mengapa para ahli tidak bisa melakukan hal yang sama? Mengapa upaya yang disengaja saja tidak bisa? Akhirnya saya berkesimpulan "Pastilah ada yang merancang semua ini".
Singkatnya, saya 'melihat' adanya Tuhan. Dan semakin saya pelajari, saya menyadari bahwa Tuhan ini sangat pengasih; Ia membuat kita bisa menikmati musik, Ia membuat kita bisa menikmati pemandangan alam, dll; hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh hewan. Bahkan sekalipun -- mungkin -- ada tindakanNya yang tidak kita mengerti, ini tidak menghilangkan kenyataan bahwa Ia pengasih.
Karena menyadari kasih dan kebaikanNya, maka sudah sewajarnya saya 'berterima kasih dan menghormati' (baca: menyembah) Dia. Saya sendiri tidak terlalu memusingkan masalah surga. Bagi saya, upah karena melayani, bukan melayani karena upah.
Singkatnya seperti itu.
Mungkin cara pandang saya terhadap penyembahan berbeda dengan cara pandang bro.
(Bukan bermaksud lain. Hanya ingin sharing pandangan saja)
			
 
			
			
				Sory doube post.
			
			
			
				Quote from: khiong on 06 October 2012, 04:57:55 PM
yang menciptakan radio kan bukan orang yang MAHA... :)) :))
Yang saya tekankan bukan masalah "Maha" atau tidak. Jika bro mengamati, gambaran itu untuk menanggapi tulisan, "jika memang ada yang disebut pencipta, maka itu adalah sosok yang jahat karena menciptakan makhluk dengan segala penderitaannya."
Adanya kerusakan radio bukan berarti si pencipta radio adalah perusak.
Begitu.
			
 
			
			
				.
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 05:41:05 PM
Yang saya tekankan bukan masalah "Maha" atau tidak. Gambaran itu untuk menanggapi tulisan, "jika memang ada yang disebut pencipta, maka itu adalah sosok yang jahat karena menciptakan makhluk dengan segala penderitaannya."
Adanya kerusakan radio bukan berarti si pencipta radio adalah perusak.
Begitu.
justru itu di Buddhism tidak mengenal penciptaan spt yg anda maksud
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 05:41:05 PM
Yang saya tekankan bukan masalah "Maha" atau tidak. Jika bro mengamati, gambaran itu untuk menanggapi tulisan, "jika memang ada yang disebut pencipta, maka itu adalah sosok yang jahat karena menciptakan makhluk dengan segala penderitaannya."
Adanya kerusakan radio bukan berarti si pencipta radio adalah perusak.
Begitu.
penggiringan opini
			
 
			
			
				[at] om Newton
jika anda nyaman/senang dgn penciptaan, silakan saja
Buddhism juga tidak meminta anda untuk menolak itu
lalu apa lagi yg anda inginkan di sini?
			
			
			
				radio kan perumpama yang anda tampilkan. :)) .. terus,yang buta matanya bagaimana menikmati pemandangan alam? yang tuli telinganya bagaimana menikmati musik..?
			
			
			
				[at] Newton
yahudi, katholik, islam, hindu, konfucianisme, taoisme, dll juga mengenal penciptaan/Tuhan
oh ya, kepercayaan primitif: animisme & dinamisme pun juga mengenal Tuhan
apa beda atau lebihnya Tuhan anda dgn mereka?
monggo
			
			
			
				kalau dipikir-pikir, kenapa mereka tidak dijadikan satu saja ya?
bukankah Tuhan itu satu?
			
			
			
				Quote from: emulio on 06 October 2012, 12:19:00 AM
Isaac, tentang evolusionist vs creationist.
Di sini kamu menggiring opini dengan memakai retorika para creationist yang menjelaskan "kemustahilan" dari teori evolusi. 
Jadi saya ambil pendekatan berbeda. Mari kita membandingkan "kemustahilan" dengan kemustahilan juga. Dan kali ini kemustahilan dari teori Intelligent Design.
Menurut teori yang diusung para creationist ini, alam semesta terbentuk karena campur tangan Tuhan Berpribadi (dan karena mereka beragama K, maka mereka percaya, Tuhan Berpribadi itu bernama YHWH/Allah/Jehovah). 
Lebih lanjut, mereka juga melabeli Tuhan Berpribadi itu dengan label maha baik, maha tahu, maha hadir, maha bisa, dan sebagainya yang ekstrim positif. Saya ambil yang maha baik.
_____________________________________________________________________________________________
Kontradiksinya, bila Tuhan itu maha baik, mengapa kejahatan ada? Mengapa sakit penyakit ada? Mengapa bencana alam ada? Mengapa begitu banyak penderitaan di dunia ini?
Apa Tuhan tidak sanggup menghapus semua itu? Bila tidak sanggup, berarti Tuhan tidak maha bisa.
Bila Tuhan sanggup tapi tidak mau, berarti Tuhan tidak maha baik.
Bila Tuhan sanggup dan mau menghapus itu, mengapa masih ada kejahatan dan sakit-penyakit?
_____________________________________________________________________________________________
Baik, saya akan menjelaskannya.
Adalah wajar bila kita bertanya, "jika Allah itu pengasih, mengapa Ia membiarkan penderitaan?"
Sebelum menjawab hal ini, saya ingin memberi gambaran:
Misal ada seorang Guru yang bijak mengajar di sebuah kelas. Sewaktu menerangkan suatu rumus di papan tulis, tiba-tiba seorang murid -- katakanlah si Jono -- menyela dan dengan sombong mengatakan cara Guru itu salah. Apa yang akan Guru itu lakukan? Si murid langsung di usir? Ini hanya akan menimbulkan keraguan dalam hati murid-murid lain. Mereka bisa berpikir, "Jangan-jangan si Jono benar!". Apa yang akan Guru itu lakukan? Cara terbaik menyelesaikan 'sengketa' ini adalah dengan 
memberi waktu kepada si Jono membuktikan di papan tulis benar-tidaknya tuduhan itu.
Jika kita memeriksa kembali apa yang terjadi di Taman Eden, juga ada suatu 'sengketa'. Setan mengatakan kepada Hawa bahwa apabila ia memakan buah itu, ia akan menjadi "seperti Allah, tahu yang baik dan yang jahat". Dengan kata lain, Setan mengatakan bahwa manusia bisa menetukan mana yang benar dan yang salah, tanpa perlu bergantung kepada Allah. Apa yang akan Allah lakukan? Langsung melenyapkan mereka? Ingat peristiwa itu tidak hanya melibatkan mereka saja, melainkan juga disaksikan oleh malaikat-malaikat. Maka untuk membuktikan benar-tidaknya tuduhan Setan itu, Allah 
memberi waktu kepada Setan dan manusia yang menolak jalanNya.
Kita lihat di dunia ini, banyak orang -- sekalipun mengaku percaya kepada Allah -- namun tidak hidup dengan standar Allah tentang yang benar dan yang salah. Apa hasilnya? Kita melihat memang dunia ini menjadi semakin buruk. Ketika Adam dan Hawa memakan buah itu, maka mulailah terjadi penyimpangan. Dan seraya manusia bertambah, maka bertambah juga penyimpangan, yang melahirkan penderitaan. Karena Allah
 memberi waktu kepada Setan dan manusia yang menolak jalanNya (membiarkan mereka ada), maka Allah -- tentu saja dengan berat hati -- juga terpaksa membiarkan adanya pederitaan.
Tetapi sebagaimana Guru tadi tidak membiarkan selamanya si murid memberi pembuktian (karena memang dia-lah yang salah), maka Allah juga tidak akan selamanya membiarkan Setan dan manusia yang menolak jalanNya. Suatu saat Ia akan menghentikan mereka, yang berarti suatu saat Ia juga akan mengakhiri penderitaan.
Itulah kira-kira jawaban singkat yang bisa saya berikan.
			
 
			
			
				acara sebenar nya telah di mulai 
dasar pendusta. 
			
			
			
				Quote from: daimond on 06 October 2012, 06:11:46 PM
acara sebenar nya telah di mulai 
dasar pendusta.
Lho, saya jadi bingung. Sebelumnya ada member yang berkata:
Quoteudah mentok di suruh mampir ke situs utk bahas yang tidak boleh bahas disini.
Kan sudah saya bilang berkali-kali, kalau mau bahas keyakinan K, mari bahas di tempat lain, saya tidak mempermasalahkan tempatnya. Eh, malah ada yang nuduh "promosi" dan "sudah mentok". Sekarang saya jelaskan di sini ((ingat lho, saya menjawab karena ada yang bertanya. Dan berkali-kali sudah saya katakan sebelumnya untuk membahas di tempat lain), bro bilang "acara sebenarnya".
Serba salah saya.
			
 
			
			
				.
			
			
			
				.
			
			
			
				Quotemain yang berlaku mulai 3 April 2008
sebagai berikut:
1. Semua thread harus mempunyai
hubungan dengan Buddhisme atau
filsafat Buddhis.
2. Forum ini bukan tempat untuk
membandingkan agama, kepercayaan
dan filsafat Non-Buddhis dengan
agama, kepercayaan dan filsafat Non-
Buddhis.
3. Semua yang membuka thread baru
harus menyebutkan dengan jelas apa
agama, kepercayaan atau filsafat apa
yang dibandingkan mulai dari post
pertama.
4. Topik harus spesifik, misalnya
"semua agama mengajarkan..." terlalu
luas.
5. Jangan dengan cara apapun
merendahkan Tiga Permata, yaitu
Buddha, Dhamma, dan Sangha.
6. Jangan mempromosikan agama,
kepercayaan dan filsafat Non-Buddhis
7. Bagi yang merasa Buddhis, harap
ingat toleransi, sebagaimana diajarkan
dalam Brahmajala Sutta.
tidak tahu sudah di baca belum sama bro IN
			
 
			
			
				 :)) bagi saya yang punya daya pikir yang rendah..mengapa ada setan..?sebagian mengatakan setan itu MAHA jahat.kalau ada alasannya bla-bla-bla... sama aja MAHA alasan. :))
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 06:06:44 PM
Baik, saya akan menjelaskannya.
Adalah wajar bila kita bertanya, "jika Allah itu pengasih, mengapa Ia membiarkan penderitaan?"
Sebelum menjawab hal ini, saya ingin memberi gambaran:
Misal ada seorang Guru yang bijak mengajar di sebuah kelas. Sewaktu menerangkan suatu rumus di papan tulis, tiba-tiba seorang murid -- katakanlah si Jono -- menyela dan dengan sombong mengatakan cara Guru itu salah. Apa yang akan Guru itu lakukan? Si murid langsung di usir? Ini hanya akan menimbulkan keraguan dalam hati murid-murid lain. Mereka bisa berpikir, "Jangan-jangan si Jono benar!". Apa yang akan Guru itu lakukan? Cara terbaik menyelesaikan 'sengketa' ini adalah dengan memberi waktu kepada si Jono membuktikan di papan tulis benar-tidaknya tuduhannya itu.
Jika kita memeriksa kembali apa yang terjadi di Taman Eden, juga ada suatu 'sengketa'. Setan mengatakan kepada Hawa bahwa apabila ia memakan buah itu, ia akan menjadi "seperti Allah, tahu yang baik dan yang jahat". Dengan kata lain, Setan mengatakan bahwa manusia bisa menetukan mana yang benar dan yang salah, tanpa perlu bergantung kepada Allah. Apa yang akan Allah lakukan? Langsung melenyapkan mereka? Ingat peristiwa itu tidak hanya melibatkan mereka saja, melainkan juga disaksikan oleh malaikat-malaikat. Maka untuk membuktikan benar-tidaknya tuduhan Setan itu, Allah memberi waktu kepada Setan dan manusia yang menolak jalanNya.
Kita lihat di dunia ini, banyak orang -- sekalipun mengaku percaya kepada Allah -- namun tidak hidup dengan standar Allah tentang yang benar dan yang salah. Apa hasilnya? Kita melihat memang dunia ini menjadi semakin buruk. Ketika Adam dan Hawa memakan buah itu, maka mulailah terjadi penyimpangan. Dan seraya manusia bertambah, maka bertambah juga penyimpangan, yang melahirkan penderitaan. Karena Allah memberi waktu kepada Setan dan manusia yang menolak jalanNya (membiarkan mereka ada), maka Allah -- tentu saja dengan berat hati -- juga terpaksa membiarkan adanya pederitaan.
Tetapi sebagaimana Guru tadi tidak membiarkan selamanya si murid memberi pembuktian (karena memang dia-lah yang salah), maka Allah juga tidak akan selamanya membiarkan Setan dan manusia yang menolak jalanNya. Suatu saat Ia akan menghentikan mereka, yang berarti suatu saat Ia juga akan mengakhiri penderitaan.
Itulah kira-kira jawaban singkat yang bisa saya berikan.
intermezzo
Kalau jawaban seperti diatas
Menjadi Pertanyaan :
1. Apakah adalah MANFAAT "tuhan" itu "ada?" ???????
2. Siapa yang mengizinkan "tuhan" menciptakan saya, karena secara logika dan waras saya harus mengatakan lebih baik saya tidak diciptakan ( karena hanya percaya satu kehidupan ). Karena tidak ada manfaat yang diberikan>
			
 
			
			
				Berarti saya harus terima bullying dari konsep "tuhan". Bingung kan ?????
Salam Sejahtera
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 05:30:53 PMSingkatnya, saya 'melihat' adanya Tuhan. Dan semakin saya pelajari, saya menyadari bahwa Tuhan ini sangat pengasih; Ia membuat kita bisa menikmati musik, Ia membuat kita bisa menikmati pemandangan alam, dll; hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh hewan. Bahkan sekalipun -- mungkin -- ada tindakanNya yang tidak kita mengerti, ini tidak menghilangkan kenyataan bahwa Ia pengasih.
Saya juga ingin cerita bro.
Setelah itu, dengan kasih-Nya, Ia memberikan tsunami, tornado, gempa, letusan gunung vulkanik, dan sebagainya. Mencuri semuanya. Apa yg anda anggap sebagai suatu "kebahagiaan dari kasih-Nya". Mungkin anda merasa diberkahi dengan itu. Tapi untuk orang lain, itu tidak ada bedanya dengan pembunuhan massal. Apalagi orang yg masih bertahan dari kasih-Nya itu, menderita karena sesuatu yg anda anggap sebagai "kebahagiaan dari kasih-Nya". Semacam KDRT. Mungkin kalau Ia manusia, sudah bisa dibawa ke pengadilan, dan dihukum mati. Ya, kami tidak tahu apa maksud dari kasih-Nya itu, tapi...
Sungguh menyedihkan... "pelajaran" yg dialami oleh mereka yg tidak bersalah...
(Hanya pendapat pribadi, tidak usah ditanggapi dengan serius)
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 06 October 2012, 06:24:57 PM
tidak tahu sudah di baca belum sama bro IN
Kan sudah saya bilang berkali-kali bro, kalau mau bahas kepercayaan saya, mari bahas di tempat lain.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 05:30:53 PM
Singkatnya, saya 'melihat' adanya Tuhan. Dan semakin saya pelajari, saya menyadari bahwa Tuhan ini sangat pengasih; Ia membuat kita bisa menikmati musik, Ia membuat kita bisa menikmati pemandangan alam, dll; hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh hewan. Bahkan sekalipun -- mungkin -- ada tindakanNya yang tidak kita mengerti, ini tidak menghilangkan kenyataan bahwa Ia pengasih.
saya katakan anda 'sial' telah 'melihat' Tuhan, kami di sini beruntung tidak melihat Tuhan. Tuhan anda memang sangat pengasih, karena ia bukan hanya membuat anda bisa menikmati musik (suatu credit yg dirampas dari para seniman musik), tapi juga menciptakan para teroris, pemerkosa, bahkan tsunami, dll.
			
 
			
			
				Quote from: Sunyata on 06 October 2012, 06:39:04 PM
Saya juga ingin cerita bro.
Setelah itu, dengan kasih-Nya, Ia memberikan tsunami, tornado, gempa, letusan gunung vulkanik, dan sebagainya. Mencuri semuanya. Apa yg anda anggap sebagai suatu "kebahagiaan dari kasih-Nya". Mungkin anda merasa diberkahi dengan itu. Tapi untuk orang lain, itu tidak ada bedanya dengan pembunuhan massal. Apalagi orang yg masih bertahan dari kasih-Nya itu, menderita karena sesuatu yg anda anggap sebagai "kebahagiaan dari kasih-Nya". Semacam KDRT. Mungkin kalau Ia manusia, sudah bisa dibawa ke pengadilan, dan dihukum mati. Ya, kami tidak tahu apa maksud dari kasih-Nya itu, tapi...
Sungguh menyedihkan... "pelajaran" yg dialami oleh mereka yg tidak bersalah...
(Hanya pendapat pribadi, tidak usah ditanggapi dengan serius)
wah keduluan sama Sunyata, ya udah deh, gue duduk manis aja
			
 
			
			
				Quote from: Sunyata on 06 October 2012, 06:39:04 PM
Saya juga ingin cerita bro.
Setelah itu, dengan kasih-Nya, Ia memberikan tsunami, tornado, gempa, letusan gunung vulkanik, dan sebagainya. Mencuri semuanya. Apa yg anda anggap sebagai suatu "kebahagiaan dari kasih-Nya". Mungkin anda merasa diberkahi dengan itu. Tapi untuk orang lain, itu tidak ada bedanya dengan pembunuhan massal. Apalagi orang yg masih bertahan dari kasih-Nya itu, menderita karena sesuatu yg anda anggap sebagai "kebahagiaan dari kasih-Nya". Semacam KDRT. Mungkin kalau Ia manusia, sudah bisa dibawa ke pengadilan, dan dihukum mati. Ya, kami tidak tahu apa maksud dari kasih-Nya itu, tapi...
Sungguh menyedihkan... "pelajaran" yg dialami oleh mereka yg tidak bersalah...
(Hanya pendapat pribadi, tidak usah ditanggapi dengan serius)
Quotesaya katakan anda 'sial' telah 'melihat' Tuhan, kami di sini beruntung tidak melihat Tuhan. Tuhan anda memang sangat pengasih, karena ia bukan hanya membuat anda bisa menikmati musik (suatu credit yg dirampas dari para seniman musik), tapi juga menciptakan para teroris, pemerkosa, bahkan tsunami, dll.
QuoteSaya juga ingin cerita bro.
Setelah itu, dengan kasih-Nya, Ia memberikan tsunami, tornado, gempa, letusan gunung vulkanik, dan sebagainya. Mencuri semuanya. Apa yg anda anggap sebagai suatu "kebahagiaan dari kasih-Nya". Mungkin anda merasa diberkahi dengan itu. Tapi untuk orang lain, itu tidak ada bedanya dengan pembunuhan massal. Apalagi orang yg masih bertahan dari kasih-Nya itu, menderita karena sesuatu yg anda anggap sebagai "kebahagiaan dari kasih-Nya". Semacam KDRT. Mungkin kalau Ia manusia, sudah bisa dibawa ke pengadilan, dan dihukum mati. Ya, kami tidak tahu apa maksud dari kasih-Nya itu, tapi...
Sungguh menyedihkan... "pelajaran" yg dialami oleh mereka yg tidak bersalah...
(Hanya pendapat pribadi, tidak usah ditanggapi dengan serius)
QuoteBerarti saya harus terima bullying dari konsep "tuhan". Bingung kan ?????
Quoteintermezzo
Kalau jawaban seperti diatas
Menjadi Pertanyaan :
1. Apakah adalah MANFAAT "tuhan" itu "ada?" ???????
2. Siapa yang mengizinkan "tuhan" menciptakan saya, karena secara logika dan waras saya harus mengatakan lebih baik saya tidak diciptakan ( karena hanya percaya satu kehidupan ). Karena tidak ada manfaat yang diberikan>
Quote:)) bagi saya yang punya daya pikir yang rendah..mengapa ada setan..?sebagian mengatakan setan itu MAHA jahat.kalau ada alasannya bla-bla-bla... sama aja MAHA alasan. :))
Sejujurnya, semua yang bro-bro tanyakan diatas, saya juga sudah pernah bertanya seperti itu. Yang jelas ada jawabannya, dan itu adalah jawaban yang logis, bukan jawaban-jawaban yang dipaksakan.
Tetapi tentu kita tidak bisa bahas hal itu di sini. Jika bro berminat, mari kita bahas di tempat lain.
(Saya melihat, kebanyakan dari kita masih seperti orang yang melihat karena "matahari terbit dan matahari terbenam", lalu dengan terburu-buru menyimpulkan "matahari-lah yang mengelilingi bumi". Hehehe)
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 06:06:44 PM
Baik, saya akan menjelaskannya.
Adalah wajar bila kita bertanya, "jika Allah itu pengasih, mengapa Ia membiarkan penderitaan?"
Sebelum menjawab hal ini, saya ingin memberi gambaran:
Misal ada seorang Guru yang bijak mengajar di sebuah kelas. Sewaktu menerangkan suatu rumus di papan tulis, tiba-tiba seorang murid -- katakanlah si Jono -- menyela dan dengan sombong mengatakan cara Guru itu salah. Apa yang akan Guru itu lakukan? Si murid langsung di usir? Ini hanya akan menimbulkan keraguan dalam hati murid-murid lain. Mereka bisa berpikir, "Jangan-jangan si Jono benar!". Apa yang akan Guru itu lakukan? Cara terbaik menyelesaikan 'sengketa' ini adalah dengan memberi waktu kepada si Jono membuktikan di papan tulis benar-tidaknya tuduhan itu.
Jika kita memeriksa kembali apa yang terjadi di Taman Eden, juga ada suatu 'sengketa'. Setan mengatakan kepada Hawa bahwa apabila ia memakan buah itu, ia akan menjadi "seperti Allah, tahu yang baik dan yang jahat". Dengan kata lain, Setan mengatakan bahwa manusia bisa menetukan mana yang benar dan yang salah, tanpa perlu bergantung kepada Allah. Apa yang akan Allah lakukan? Langsung melenyapkan mereka? Ingat peristiwa itu tidak hanya melibatkan mereka saja, melainkan juga disaksikan oleh malaikat-malaikat. Maka untuk membuktikan benar-tidaknya tuduhan Setan itu, Allah memberi waktu kepada Setan dan manusia yang menolak jalanNya.
Kita lihat di dunia ini, banyak orang -- sekalipun mengaku percaya kepada Allah -- namun tidak hidup dengan standar Allah tentang yang benar dan yang salah. Apa hasilnya? Kita melihat memang dunia ini menjadi semakin buruk. Ketika Adam dan Hawa memakan buah itu, maka mulailah terjadi penyimpangan. Dan seraya manusia bertambah, maka bertambah juga penyimpangan, yang melahirkan penderitaan. Karena Allah memberi waktu kepada Setan dan manusia yang menolak jalanNya (membiarkan mereka ada), maka Allah -- tentu saja dengan berat hati -- juga terpaksa membiarkan adanya pederitaan.
Tetapi sebagaimana Guru tadi tidak membiarkan selamanya si murid memberi pembuktian (karena memang dia-lah yang salah), maka Allah juga tidak akan selamanya membiarkan Setan dan manusia yang menolak jalanNya. Suatu saat Ia akan menghentikan mereka, yang berarti suatu saat Ia juga akan mengakhiri penderitaan.
Itulah kira-kira jawaban singkat yang bisa saya berikan.
Terima kasih atas ilustrasinya dan terima kasih sudah sharing pengalaman kamu.
Ilustrasi guru itu jadi benar kalau memang allah berpribadi pencipta alam semesta itu ada, 
tapi sayangnya tidak. 
Maaf bila kamu mungkin tidak terbiasa hidup tanpa konsep tuhan berpribadi karena sudah begitu melekatnya konsep ini dari dulu di benak kamu. Tapi memang seperti itulah realitanya, dan saya harap dari diskusi ini kamu ada kemajuan dalam melihat alam ini. 
FYI, teori Intelligent Design sudah dibantah dengan telak sehingga jawaban terakhir para creationist adalah "Tuhan maha segalanya, jadi itu mungkin." Para evolusionist sudah malas berdebat dengan orang yang berkabut seperti itu.
_____________________________________________________________________________________________
Oya, jadi ada satu lagi yang mengganjal. 
Si hawa kan makan Buah Pengetahuan yang Baik dan Jahat, agar tahu yang baik dan jahat. 
Nah, berarti sebelum itu, si hawa 
belum mengetahui bahwa mengambil buah itu salah donk  ???
_____________________________________________________________________________________________
Tentang kelapa sawit. 
Tidak mengetahui tidak menjadikan tuhan berpribadi ada.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 06:39:17 PM
Kan sudah saya bilang berkali-kali bro, kalau mau bahas kepercayaan saya, mari bahas di tempat lain.
loh bukan nya anda membahas kelahiran kembali sambil membawa keyakinan dan standrat keyakinan anda disini; 
menggunakan kata ajaran manusia lah dan mau bukti ajaran apa tuh pertama kali tulis siapa yang melenceng dari jalur? 
Dan wa tidak tertarik sama sekali dengan ajaran tuhan yang melakukan pembersihan / pembunuhan terhadap manusia dan mahluk hidup secara besar besaran.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 06:44:33 PM
Sejujurnya, semua yang bro-bro tanyakan diatas, saya juga sudah pernah bertanya seperti itu. Yang jelas ada jawabannya, dan itu adalah jawaban yang logis, bukan jawaban-jawaban yang dipaksakan.
Tetapi tentu kita tidak bisa bahas hal itu di sini. Jika bro berminat, mari kita bahas di tempat lain.
(Saya melihat, kebanyakan dari kita masih seperti orang yang melihat karena "matahari terbit dan matahari terbenam", lalu dengan terburu-buru menyimpulkan "matahari-lah yang mengelilingi bumi". Hehehe)
RAHASIA 
			
 
			
			
				Quote from: emulio on 06 October 2012, 06:45:23 PM
Terima kasih atas ilustrasinya dan terima kasih sudah sharing pengalaman kamu.
Ilustrasi guru itu jadi benar kalau memang allah berpribadi pencipta alam semesta itu ada, 
tapi sayangnya tidak. 
Maaf bila kamu mungkin tidak terbiasa hidup tanpa konsep tuhan berpribadi karena sudah begitu melekatnya konsep ini dari dulu di benak kamu. Tapi memang seperti itulah realitanya, dan saya harap dari diskusi ini kamu ada kemajuan dalam melihat alam ini.
Thanks bro.
Ya kan bro mempertanyakan "Allah berpribadi yang pengasih" dalam kitab suci K, maka saya juga beri jawabannya dari kitab suci K.
Nah, kalau bro ternyata tidak percaya adanya "Allah berpribadi yang pengasih", ya tidak perlu diajukan pertanyaan-pertanyaan bro sebelumnya itu dong, hehehe.
(Kelihatannya diskusi kita tentang tuhan yang berpribadi dengan yang tidak, belum kelar-lekar ya bro? Hehehe)
Quote from: emulio on 06 October 2012, 06:45:23 PM
FYI, teori Intelligent Design sudah dibantah dengan telak sehingga jawaban terakhir para creationist adalah "Tuhan maha segalanya, jadi itu mungkin." Para evolusionist sudah malas berdebat dengan orang yang berkabut seperti itu.
Lho, bukannya sudah terbukti tuh tentang usus buntu? Yang sebelumnya Evolusionist mengatakan itu "kekagalan", namun sekarang....? Hehehe.
Quote from: emulio on 06 October 2012, 06:45:23 PM
Oya, jadi ada satu lagi yang mengganjal. 
Si hawa kan makan Buah Pengetahuan yang Baik dan Jahat, agar tahu yang baik dan jahat. 
Nah, berarti sebelum itu, si hawa belum mengetahui bahwa mengambil buah itu salah donk  ???
O sudah bro. Ini bisa dibahas di tempat lain.
			
 
			
			
				Quote from: CHANGE on 06 October 2012, 06:49:34 PM
RAHASIA
Maksudnya jawabannya "rahasia"? Hehehe. Itu bukan jawaban yang logis. Kan sudah saya bilang, ada jawaban yang logis.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 06:57:09 PM
Maksudnya jawabannya "rahasia"? Hehehe. Itu bukan jawaban yang logis. Kan sudah saya bilang, ada jawaban yang logis.
Ngak Logis, ya ?
Kenapa masih di RAHASIA kan jawaban logis sampai sekarang ?
Tunggu petunjuk jawaban logis yang masih " MISTERI "
Supaya RAHASIA menjadi " TERBUKA "
			
 
			
			
				Quote from: CHANGE on 06 October 2012, 07:02:44 PM
Ngak Logis, ya ?
Kenapa masih di RAHASIA kan yang jawaban logis sampai sekarang ?
"Dirahasiakan"? Kan sudah saya bilang, kalau mau tahu jawabannya, mari kita bahas di tempat lain. Di sini tidak boleh menjelaskan keyakinan agama lain, bukan?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 06:06:44 PM
Baik, saya akan menjelaskannya.
Adalah wajar bila kita bertanya, "jika Allah itu pengasih, mengapa Ia membiarkan penderitaan?"
Sebelum menjawab hal ini, saya ingin memberi gambaran:
Misal ada seorang Guru yang bijak mengajar di sebuah kelas. Sewaktu menerangkan suatu rumus di papan tulis, tiba-tiba seorang murid -- katakanlah si Jono -- menyela dan dengan sombong mengatakan cara Guru itu salah. Apa yang akan Guru itu lakukan? Si murid langsung di usir? Ini hanya akan menimbulkan keraguan dalam hati murid-murid lain. Mereka bisa berpikir, "Jangan-jangan si Jono benar!". Apa yang akan Guru itu lakukan? Cara terbaik menyelesaikan 'sengketa' ini adalah dengan memberi waktu kepada si Jono membuktikan di papan tulis benar-tidaknya tuduhan itu.
Jika kita memeriksa kembali apa yang terjadi di Taman Eden, juga ada suatu 'sengketa'. Setan mengatakan kepada Hawa bahwa apabila ia memakan buah itu, ia akan menjadi "seperti Allah, tahu yang baik dan yang jahat". Dengan kata lain, Setan mengatakan bahwa manusia bisa menetukan mana yang benar dan yang salah, tanpa perlu bergantung kepada Allah. Apa yang akan Allah lakukan? Langsung melenyapkan mereka? Ingat peristiwa itu tidak hanya melibatkan mereka saja, melainkan juga disaksikan oleh malaikat-malaikat. Maka untuk membuktikan benar-tidaknya tuduhan Setan itu, Allah memberi waktu kepada Setan dan manusia yang menolak jalanNya.
Kita lihat di dunia ini, banyak orang -- sekalipun mengaku percaya kepada Allah -- namun tidak hidup dengan standar Allah tentang yang benar dan yang salah. Apa hasilnya? Kita melihat memang dunia ini menjadi semakin buruk. Ketika Adam dan Hawa memakan buah itu, maka mulailah terjadi penyimpangan. Dan seraya manusia bertambah, maka bertambah juga penyimpangan, yang melahirkan penderitaan. Karena Allah memberi waktu kepada Setan dan manusia yang menolak jalanNya (membiarkan mereka ada), maka Allah -- tentu saja dengan berat hati -- juga terpaksa membiarkan adanya pederitaan.
Tetapi sebagaimana Guru tadi tidak membiarkan selamanya si murid memberi pembuktian (karena memang dia-lah yang salah), maka Allah juga tidak akan selamanya membiarkan Setan dan manusia yang menolak jalanNya. Suatu saat Ia akan menghentikan mereka, yang berarti suatu saat Ia juga akan mengakhiri penderitaan.
Itulah kira-kira jawaban singkat yang bisa saya berikan.
Atau kadang-kadang tuhan tidak perlu menunggu manusia membuktikan, tuhan langsung membinasakan manusia dengan banjir besar :D
			
 
			
			
				disini ajah, knapa jauh2 harus ketempat lain ...
Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 07:04:11 PM
"Dirahasiakan"? Kan sudah saya bilang, kalau mau tahu jawabannya, mari kita bahas di tempat lain. Di sini tidak boleh menjelaskan keyakinan agama lain, bukan?
			 
			
			
				agar rahasia-nya, ndak dipertanyakan ...
Quote from: sl99 on 06 October 2012, 07:07:04 PM
Atau kadang-kadang tuhan tidak perlu menunggu manusia membuktikan, tuhan langsung membinasakan manusia dengan banjir besar :D
			 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 06:06:44 PM
Baik, saya akan menjelaskannya.
Adalah wajar bila kita bertanya, "jika Allah itu pengasih, mengapa Ia membiarkan penderitaan?"
Sebelum menjawab hal ini, saya ingin memberi gambaran:
Misal ada seorang Guru yang bijak mengajar di sebuah kelas. Sewaktu menerangkan suatu rumus di papan tulis, tiba-tiba seorang murid -- katakanlah si Jono -- menyela dan dengan sombong mengatakan cara Guru itu salah. Apa yang akan Guru itu lakukan? Si murid langsung di usir? Ini hanya akan menimbulkan keraguan dalam hati murid-murid lain. Mereka bisa berpikir, "Jangan-jangan si Jono benar!". Apa yang akan Guru itu lakukan? Cara terbaik menyelesaikan 'sengketa' ini adalah dengan memberi waktu kepada si Jono membuktikan di papan tulis benar-tidaknya tuduhan itu.
Jika kita memeriksa kembali apa yang terjadi di Taman Eden, juga ada suatu 'sengketa'. Setan mengatakan kepada Hawa bahwa apabila ia memakan buah itu, ia akan menjadi "seperti Allah, tahu yang baik dan yang jahat". Dengan kata lain, Setan mengatakan bahwa manusia bisa menetukan mana yang benar dan yang salah, tanpa perlu bergantung kepada Allah. Apa yang akan Allah lakukan? Langsung melenyapkan mereka? Ingat peristiwa itu tidak hanya melibatkan mereka saja, melainkan juga disaksikan oleh malaikat-malaikat. Maka untuk membuktikan benar-tidaknya tuduhan Setan itu, Allah memberi waktu kepada Setan dan manusia yang menolak jalanNya.
Kita lihat di dunia ini, banyak orang -- sekalipun mengaku percaya kepada Allah -- namun tidak hidup dengan standar Allah tentang yang benar dan yang salah. Apa hasilnya? Kita melihat memang dunia ini menjadi semakin buruk. Ketika Adam dan Hawa memakan buah itu, maka mulailah terjadi penyimpangan. Dan seraya manusia bertambah, maka bertambah juga penyimpangan, yang melahirkan penderitaan. Karena Allah memberi waktu kepada Setan dan manusia yang menolak jalanNya (membiarkan mereka ada), maka Allah -- tentu saja dengan berat hati -- juga terpaksa membiarkan adanya pederitaan.
Tetapi sebagaimana Guru tadi tidak membiarkan selamanya si murid memberi pembuktian (karena memang dia-lah yang salah), maka Allah juga tidak akan selamanya membiarkan Setan dan manusia yang menolak jalanNya. Suatu saat Ia akan menghentikan mereka, yang berarti suatu saat Ia juga akan mengakhiri penderitaan.
Itulah kira-kira jawaban singkat yang bisa saya berikan.
Sebelumnya,sebagai perkenalan sy kasih +1 dulu ;D
Sy mau Tanya banyak soal kr****n,
Allah anda dikatakan maha pencemburu(ditulis di injil) bagaimana anda menanggapi Hal InI? 
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 07:04:11 PM
"Dirahasiakan"? Kan sudah saya bilang, kalau mau tahu jawabannya, mari kita bahas di tempat lain. Di sini tidak boleh menjelaskan keyakinan agama lain, bukan?
OK, berarti saya harus SABAR terhadap COBAAN ini, karena saya juga menyadari  bahwa yang RAHASIA itu sangat berharga. Dan menjadi MISTERI yang butuh waktu untuk mengungkapkan.
 Karena memang Tuhan ingin menunjukkan KEPERKASAAN-NYA  dan KETIDAKBERDAYAAN manusia. Jadi saya harus menikmati " Panggung Sandiwara " yang sedang berlangsung. Sayangnya saya tidak punya tiket pertunjukan ini.
Bro, sejujurnya konsep " tuhan " yang kamu paparkan membuat saya  " PENASARAN " lohhhh.
Moga-moga nanti malam saya bermimpi ketemu " tuhan " dan akan saya tanyakan pertanyaan yang menjadi MISTERI. Sehingga penasaran saya langsung hilang, karena memang hidup dalam "mimpi"  itu mengasyikan. 
			
 
			
			
				Dan minimal dapat " MENGHIBUR " diri sendiri.
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 06:44:33 PM
Sejujurnya, semua yang bro-bro tanyakan diatas, saya juga sudah pernah bertanya seperti itu. Yang jelas ada jawabannya, dan itu adalah jawaban yang logis, bukan jawaban-jawaban yang dipaksakan.
Tetapi tentu kita tidak bisa bahas hal itu di sini. Jika bro berminat, mari kita bahas di tempat lain.
(Saya melihat, kebanyakan dari kita masih seperti orang yang melihat karena "matahari terbit dan matahari terbenam", lalu dengan terburu-buru menyimpulkan "matahari-lah yang mengelilingi bumi". Hehehe)
[insane]Selama ini saya melihat, rata2 reply anda adalah hasil dipaksa2kan. 
Contoh: kita bicara buddhisme, lalu anda ribut soal tanaman. kita bicara soal seseorang yg telah mencapai pencerahan, tapi anda ngotot kalau dia belum tercerahkan. dan yg paling penting, kita sedang bicara soal buddhisme, anda malah memaksakannya untuk sama dengan sains ataupun kepercayaan anda, dan masih banyak lagi yg tidak dapat disebutkan disini (MUNGKIN DI "TEMPAT LAIN")[/insane]
			
 
			
			
				ikut menyimak ...
			
			
			
				yah wa dah tebar tebar garam masih tidak tahu diri setelah belut licin muncul kepala ular nya wa keplak pake "aturan main" pas sekali saat itu diatas post ini, entah sadar tidak; memang tujuan utamanya bukan mempelajari kelahiran kembali semua post dia itu pertama itu adalah dusta untuk tujuan mempromosikan keyakinan nya.
			
			
			
				kami hanya mengakui adanya tuhan penguasa yang menciptakan alam DC.
 :))
			
			
			
				saya hanya bisa.... :)) :)) :))
ayo2 sebelum di lock deva ryu...
"para pirsawan...perdebatan semakin seru...kita simak akhir dari drama ini.....sungguh sulit ditebak...apakah yang tercerahkan aa tono harus turun tangan menangani ini....semakin menarik sekali...."
just intermezo
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 06:56:06 PM
Thanks bro.
Ya kan bro mempertanyakan "Allah berpribadi yang pengasih" dalam kitab suci K, maka saya juga beri jawabannya dari kitab suci K.
Nah, kalau bro ternyata tidak percaya adanya "Allah berpribadi yang pengasih", ya tidak perlu diajukan pertanyaan-pertanyaan bro sebelumnya itu dong, hehehe.
(Kelihatannya diskusi kita tentang tuhan yang berpribadi dengan yang tidak, belum kelar-lekar ya bro? Hehehe)
Lho, bukannya sudah terbukti tuh tentang usus buntu? Yang sebelumnya Evolusionist mengatakan itu "kekagalan", namun sekarang....? Hehehe.
O sudah bro. Ini bisa dibahas di tempat lain.
1. Sebenarnya sudah kelar bila ada orang ketiga yang non-biased yang menilai debat kita. 
Argumen di postingan terakhir saya tentang kemustahilan teori Intelligent design itu memang tidak akan bisa dijawab creationist manapun. Sekarang bila kamu tetap menganggap tuhan YHWH maha bisa, tuhan YHWH tahu yang terbaik, tuhan YHWH tidak terjangkau akal, ya sudah saya tidak akan berdebat lagi. Silakan jalani "iman" kamu. 
Di zaman Buddha hidup juga banyak orang seperti kamu dan menganggap tuhannya pencipta segalanya (bukan YHWH ya). Mereka sama kepala batunya dengan kamu. So. no problem buat saya. Saya cuma sungguh berharap kamu bisa melihat dari sisi apa adanya.
2. Info "sains" kamu itu di-cherry pick dari google ya. 
Kamu memberi saya 2 "fakta" sains selama kita debat. Tapi....
-Yang 42 spesies bla bla hewan masuk bahtera Nuh itu salah. 
-Yang disunat hari kedelapan itu ada signifikasi sama kesehatan juga salah. 
Saya ungkapkan yang sunat saja ke kamu. Yang bahtera Nuh sudah deal kalau itu dongeng karena kamu tidak bantah lagi dengan jawaban terakhir saya.
Yang sunat.
Begini, setiap orang memiliki jam biologis dan waktu tumbuh kembang sendiri. Para peneliti sangat mustahil menentukan kapan tepatnya dia harus begini dia harus begitu, apalagi sampai presisi hari. 8 hari itu dipas-paskan saja entah karena peneliti itu K atau mendapat intervensi dari otoritas K. 
Makanya saya sudah bilang lihat jangan dari apologetika saja. Lihat balasan dari apologetika tersebut.
3. Saya ganti. Yang ini belum ada jawabannya. Bagaimana Hawa bisa digoda oleh si ular tanpa pengetahuan yang baik dan jahat? Bagaimana bisa si ular menggoda orang yang tidak punya kompas baik dan jahat? Sudah jelas si Hawa sempat berdebat dengan si ular, jadi tentu pada saat itu si Hawa sudah tahu mana yang salah (tidak patuh) dan benar (patuh) 
SEBELUM makan buah itu.
Kalau memang sudah ada "rasionalisasi" dari para creationist, tolong berikan rujukannya saja.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 06:06:44 PM
Baik, saya akan menjelaskannya.
Adalah wajar bila kita bertanya, "jika Allah itu pengasih, mengapa Ia membiarkan penderitaan?"
Sebelum menjawab hal ini, saya ingin memberi gambaran:
Misal ada seorang Guru yang bijak mengajar di sebuah kelas. Sewaktu menerangkan suatu rumus di papan tulis, tiba-tiba seorang murid -- katakanlah si Jono -- menyela dan dengan sombong mengatakan cara Guru itu salah. Apa yang akan Guru itu lakukan? Si murid langsung di usir? Ini hanya akan menimbulkan keraguan dalam hati murid-murid lain. Mereka bisa berpikir, "Jangan-jangan si Jono benar!". Apa yang akan Guru itu lakukan? Cara terbaik menyelesaikan 'sengketa' ini adalah dengan memberi waktu kepada si Jono membuktikan di papan tulis benar-tidaknya tuduhan itu.
Jika kita memeriksa kembali apa yang terjadi di Taman Eden, juga ada suatu 'sengketa'. Setan mengatakan kepada Hawa bahwa apabila ia memakan buah itu, ia akan menjadi "seperti Allah, tahu yang baik dan yang jahat". Dengan kata lain, Setan mengatakan bahwa manusia bisa menetukan mana yang benar dan yang salah, tanpa perlu bergantung kepada Allah. Apa yang akan Allah lakukan? Langsung melenyapkan mereka? Ingat peristiwa itu tidak hanya melibatkan mereka saja, melainkan juga disaksikan oleh malaikat-malaikat. Maka untuk membuktikan benar-tidaknya tuduhan Setan itu, Allah memberi waktu kepada Setan dan manusia yang menolak jalanNya.
Kita lihat di dunia ini, banyak orang -- sekalipun mengaku percaya kepada Allah -- namun tidak hidup dengan standar Allah tentang yang benar dan yang salah. Apa hasilnya? Kita melihat memang dunia ini menjadi semakin buruk. Ketika Adam dan Hawa memakan buah itu, maka mulailah terjadi penyimpangan. Dan seraya manusia bertambah, maka bertambah juga penyimpangan, yang melahirkan penderitaan. Karena Allah memberi waktu kepada Setan dan manusia yang menolak jalanNya (membiarkan mereka ada), maka Allah -- tentu saja dengan berat hati -- juga terpaksa membiarkan adanya pederitaan.
Tetapi sebagaimana Guru tadi tidak membiarkan selamanya si murid memberi pembuktian (karena memang dia-lah yang salah), maka Allah juga tidak akan selamanya membiarkan Setan dan manusia yang menolak jalanNya. Suatu saat Ia akan menghentikan mereka, yang berarti suatu saat Ia juga akan mengakhiri penderitaan.
Itulah kira-kira jawaban singkat yang bisa saya berikan.
Isaac, saya lupa berikan 
logical fallacies kamu dalam ilustrasi ini. 
Dan sebenarnya juga ilutrasi ini secara keseluruhan tetap tidak menjawab kontradiksi maha baik tapi ada bencana alam dan sakit penyakit. Ingat, kita bicara tuhan semesta alam, yang seharusnya maha bijaksana dan 
maha bisa.
Jadi begini:
Guru di sini adalah Tuhan menurut kamu
Setan adalah murid kritis 
manusia adalah murid polos
Malaikat adalah murid-murid lain yang sedang-sedang saja
Tolong hubungkan:
Apa yang kira-kira akan diprotes si murid kritis? 
Cerita berlanjut, si murid kritis membujuk si murid polos untuk membangkang gurunya.
Dan bila merujuk dengan ilutrasi kamu, karena si manusia itu masih sangat polos (ibarat anak batita) karena belum adanya Pengetahuan yang Baik dan Jahat, apakah adil ikut menghukumnya?
Lalu, seorang guru yang baik seharusnya 
menjelaskan, khususnya kepada anak yang masih polos itu, dan 
bukannya malah memberikan waktu (?) dengan HUKUMAN DIUSIR dari kelas alias Taman Eden! 
Kalau begitu, mungkin memang si guru salah ya :whistle:
Juga, sepertinya sih Tuhan gak kasih manfaat apa-apa dari cerita guru-murid di atas selain bilang begini:
"Anak-anak, jangan ambil apel bapak ya. Awas kalau diambil, nanti Bapak hukum! 
Bapak kan sayang kalian. Bapak taruh apel ini di sana untuk menguji kalian, khususnya murid Bapak yang masih polos ini". 
Yah, begitulah logika orang K.  ::)
			
 
			
			
				reply owe dicuekin lagi ama om isaacus  :'( :'(
			
			
			
				Quote from: morpheus on 06 October 2012, 11:03:34 PM
reply owe dicuekin lagi ama om isaacus  :'( :'(
tenanglah om.. TS hanya bisa mereply pertanyaan yang bisa dijawab..
pertanyaan yang tidak bisa dijawab TIDAK MUNGKIN direply.. ;D
cukup gampang koq : dengan beralasan : terlalu banyak pertanyaan, jadi sorry kalau kelewatan ;D
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 07:04:11 PM
"Dirahasiakan"? Kan sudah saya bilang, kalau mau tahu jawabannya, mari kita bahas di tempat lain. Di sini tidak boleh menjelaskan keyakinan agama lain, bukan?
anda ngak baca ini:
Quote from: siswahardy on 06 October 2012, 01:52:39 AM
"Nigrodha, sulit sekali bagi seseorang yang berpandangan lain, memiliki kepercayaan lain, memiliki keyakinan lain dan yang tanpa memiliki ajaran yang jelas serta cara pelaksanaannya, untuk mengerti ajaran dan cara saya mengajar para siswaku sehingga para siswa yang telah belajar itu mendapat kesenangan dan menyatakan bahwa mereka memiliki kemauan yang kuat sekali untuk melaksanakan kehidupan suci yang tertinggi. Nigrodha, sebaiknya kita membicarakan ajaranmu yang berkenaan dengan pelaksanaannya dalam kehidupan yaitu: 'Apa yang dicapai dan apa yang tidak dicapai dalam melaksanakan pertapaan dengan menyiksa diri.' "
			 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 06:06:44 PM
Jika kita memeriksa kembali apa yang terjadi di Taman Eden, juga ada suatu 'sengketa'. Setan mengatakan kepada Hawa bahwa apabila ia memakan buah itu, ia akan menjadi "seperti Allah, tahu yang baik dan yang jahat". Dengan kata lain, Setan mengatakan bahwa manusia bisa menetukan mana yang benar dan yang salah, tanpa perlu bergantung kepada Allah. Apa yang akan Allah lakukan? Langsung melenyapkan mereka? Ingat peristiwa itu tidak hanya melibatkan mereka saja, melainkan juga disaksikan oleh malaikat-malaikat. Maka untuk membuktikan benar-tidaknya tuduhan Setan itu, Allah memberi waktu kepada Setan dan manusia yang menolak jalanNya.
mengapa all4h begitu bodohnya MENCIPTAKAN Hawa yg seharusnya sedari awal ia TAHU akan terbujuk iblis?
atau bahkan lebih bodoh lagi MENCIPTAKAN iblis yg di kemudian hari akan menentangnya?
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 06 October 2012, 11:32:13 PM
mengapa all4h begitu bodohnya MENCIPTAKAN Hawa yg seharusnya sedari awal ia TAHU akan terbujuk iblis?
atau bahkan lebih bodoh lagi MENCIPTAKAN iblis yg di kemudian hari akan menentangnya?
siapa bilang Iblis itu ciptaan all4h? kalau dipikir2, sepertinya Iblis lebih maha kuasa daripada all4h. terbukti Iblis berhasil mangalahkan all4h.
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 07 October 2012, 12:00:29 AM
siapa bilang Iblis itu ciptaan all4h? kalau dipikir2, sepertinya Iblis lebih maha kuasa daripada all4h. terbukti Iblis berhasil mangalahkan all4h.
kalau begitu iblis memang lebih pintar dari yg maha2an, bro
			
 
			
			
				 :-t :-t :-t :outoftopic:
mari kita kembali ke topik, dan mendinginkan hati yang telah panas.
ingat sila ke 4 -musavada
1. Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah menjadi baik, jika ia tidak tahu kesalahan apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya?
berikut merupakan sepenggal kalimat dari "san zi jing"
人之初,性本善。性相近,习相远
yg artinya kira2 sebagai berikut, 
人初生之时,本性都是善艮的。善良的本性彼此都很接近,后来因为生活和学习环境的不同,差异越来越大。(失之毫厘,差以千里) 
manusia ketika lahir, memiliki sifat yang baik, sifat baik yang saling berdekatan. kemudian karena lingkungan hidup dan lingkungan belajar yang berbeda-beda, maka makin lama makin jauh perbedaan masing2 orang 
note: san zi jing bukan merupakan literatur Buddhism .
2. Jika si A mati dan ia dilahirkan kembali menjadi si B, sedangkan si B tidak punya kenangan tentang si A, maka dapatkah dikatakan si B = si A? Bukankah ini berarti si B adalah orang yang sama sekali lain?
dalam Buddhisme, yg diakui adalah Tumimbal lahir bukan Reinkarnasi 
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 30 November 2008, 08:05:44 PM
Tumimbal lahir -> Buddhis
Reinkarnasi -> Hindu
Reinkarnasi berarti ada "sesuatu" yang lahir kembali, entah itu roh, jiwa, atman, atta.
Tumimbal lahir berarti karena ada sebab akibat maka ada makhluk lama mati menimbulkan makhluk baru. Makhluk baru bukan kelanjutan roh, jiwa, atman atau atta dari makhluk lama, melainkan makhluk lama mati dan menyebabkan lahirnya makhluk baru. Tetapi bukan berarti tidak ada hubungan, ada hubungan kualitas-kualitas makhluk baru yang ditentukan oleh sebab yang dilakukan oleh makhluk lama, dalam hal ini karma.
Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 09:47:43 PM
Thanks bro Adi Lim.
Dari mana bro tahu bahwa mereka menjadi lebih baik? Bisa saja kan di kehidupan sebelumnya mereka ternyata lebih baik, namun dalam kehidupan sekarang hanya menjadi baik (artinya, ada penurunan kualitas)?
1. Mengenai hal ini, saya pernah membaca argumentasi seperti ini:
"Mengapa tampaknya Anda mengenal sebuah rumah atau kota, padahal sebelumnya Anda belum pernah berada di sana? Apakah karena dalam kehidupan yang terdahulu Anda pernah tinggal di sana? Banyak rumah dibangun menurut desain yang serupa. Perabot di kota-kota yang berjauhan mungkin dibuat berdasarkan pola yang sama. Dan, bukankah pemandangan di beberapa tempat yang sangat berjauhan kelihatannya sangat mirip? Jadi, tanpa mempercayai reinkarnasi (atau kelahiran kembali), perasaan pernah mengenal dapat dimengerti."
2. Jika memang itu -- kelahiran kembali -- yang terjadi pada setiap orang, mengapa tidak setiap orang pernah mengingat kehidupan lampau?
Terima kasih atas tanggapannya bro.
Dapat mengingat kehidupan lampau merupakan salah satu ABHINNA ( Kemampuan batin ) .
Abhinna merupakan hasil dari meditasi, tetapi mendapatkan Abhinna bukan merupakan tujuan dalam meditasi.
ya, inilah jawaban saya semampunya, semoga dapat memuaskan saudara Isaacus Newtonus
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 05:30:53 PM
Thanks bro Emolio. (Boleh cerita sedikit ya)
Saya mencoba belajar banyak hal dalam hidup ini. Saya mencoba memahami apa makna hidup ini, apa yang kita cari, apa yang paling berarti dalam hidup. Prinsip hidup saya adalah "Kemurnian, kesederhanaan, kasih, kerendahan hati" (Kayak semboyan Prancis aja..hehehe). Sekalipun orang-orang lain dengan tulus berupaya mendorong saya untuk meningkatkan karir (mungkin agar mendapatkan posisi dan gaji yang lebih baik), namun saya mencoba menolak dengan sopan. Saya memahami, bahwa yang paling berarti bukanlah hal-hal itu. Yang membuat kita bernilai bukan bagaimana 'sampul' kita, melainkan bagaimana 'isi' kita. Cangkir tidak merubah rasa kopi. Tentu saja saya membutuhkan uang, tetapi uang hanya untuk hidup, bukan hidup hanya untuk uang. (Sebagian umat Buddhis mungkin berprinsip seperti saya juga)
Namun kehidupan tetaplah tidak memiliki arti jika kehidupan manusia tidak ada bedanya dengan hewan. Kita lahir, hewan juga lahir. Kita bertumbuh besar, hewan juga bertumbuh besar. Kita berkeluarga, hewan juga bekeluarga. Kita membangun sesuatu, hewan juga membangun sesuatu. Kita tua, hewan juga tua. Kita mati, hewan juga mati. Jadi apa istimewanya manusia?
Saya mencoba merenungkan alam semesta. Saya melihat -- sebagai contoh sederhana -- bagaimana pohon sawit bisa menghasilkan minyak. Ini luar biasa! Mengapa para ahli tidak bisa melakukan hal yang sama? Mengapa upaya yang disengaja saja tidak bisa? Akhirnya saya berkesimpulan "Pastilah ada yang merancang semua ini".
Singkatnya, saya 'melihat' adanya Tuhan. Dan semakin saya pelajari, saya menyadari bahwa Tuhan ini sangat pengasih; Ia membuat kita bisa menikmati musik, Ia membuat kita bisa menikmati pemandangan alam, dll; hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh hewan. Bahkan sekalipun -- mungkin -- ada tindakanNya yang tidak kita mengerti, ini tidak menghilangkan kenyataan bahwa Ia pengasih.
Karena menyadari kasih dan kebaikanNya, maka sudah sewajarnya saya 'berterima kasih dan menghormati' (baca: menyembah) Dia. Saya sendiri tidak terlalu memusingkan masalah surga. Bagi saya, upah karena melayani, bukan melayani karena upah.
Singkatnya seperti itu.
Mungkin cara pandang saya terhadap penyembahan berbeda dengan cara pandang bro.
(Bukan bermaksud lain. Hanya ingin sharing pandangan saja)
Menurut saya, tuhan itu seharusnya lebih pinter, menurut saya, tuhan menciptakan alam semesta seperti sebuah permainan.
Permainan tersebut sudah berlangsung sangat lama sekali, sehingga hanya tuhan yang tahu kapan permainan itu dimulai.
Permainan itu punya aturan-aturan, hukum-hukum, dimana ada aturan-aturan/hukum-hukum yang membuat para pemainnya
terjebak didalam permainan tersebut.
Ada juga hukum-hukum/aturan yang bisa membuat para pemainnya keluar dari permainan tersebut.
Umumnya para pemain sudah terlalu dalam terjerat dalam aturan-aturan yg mengikat mereka untuk terus bermain.
Tapi ada juga yg berhasil "menemukan" pasal-pasal aturan yang bisa membuat mereka keluar dari permainan itu.
Jadi... menurut saya, tuhan tidak kurang kerjaan untuk selalu mengawasi permainan yg diciptakannya.
Tuhan sudah seharusnya cukup pintar untuk membuat sebuah permainan yang bisa berjalan sendiri tanpa campur tangannya.
			
 
			
			
				Thanks bro.
Quote from: emulio on 06 October 2012, 09:57:54 PM
Argumen di postingan terakhir saya tentang kemustahilan teori Intelligent design itu memang tidak akan bisa dijawab creationist manapun.
Lho, justru tuduhan dini tentang kegagalan Intelign Design itu yang salah. Saya sudah bahas ini dengan salah satu member di reply 494.
Sebelumnya bro Kainyn menulis:
"Apakah di sini semuanya teratur sesuai rancangan entitas tersebut, atau biasa disebut '
Intelligent Design'? Jika anda belajar evolusi, maka akan melihat jika semua makhluk ini ada perancangnya, maka perancang tersebut adalah sesosok teknisi gagal-total. Misalnya mulai dari retina yang terletak di belakang mata (sehingga gambaran cahaya yang masuk menjadi bias), 
usus buntu yang tanpa fungsi dan potensi masalah, sampai ke tulang ekor yang entah untuk apa. Jika anda penganut ID, maka anda akan menemukan masalah 'mengapa' sang perancang begitu teledor dalam membuat ciptaan. Namun jika anda kembali pada konsep evolusi, semua akan jelas dengan sendirinya."
Lalu saya jawab:
"Kelihatannya bro keliru. Dulu para ahli memang menganggap usus buntu tidak ada fungsi. Tetapi sekarang sudah diketahui fungsinya. 
Seorang profesor, yaitu Profesor Behe mengatakan bahwa usus buntu berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh.Tidak mengetahui fungsi sesuatu, tidak berarti bahwa sesuatu itu tidak berfungsi. Tidak pernah melihat sesuatu, bukan berarti sesuatu itu tidak ada.
Sekali lagi, ini membuktikan betapa terbatasnya pengetahuan manusia. Kita --manusia -- sering terburu-buru menyimpulkan sesuatu, padahal yang kita ketahui masih-lah sangat sedikit tentang kehidupan dan alam semesta ini.
Kita berkata, "Saya tahu segalanya!". Alam berkata, "Anda tidak tahu apa-apa".
Jadi, apa lagi masalahnya?
QuoteYang 42 spesies bla bla hewan masuk bahtera Nuh itu salah
Yang bahtera Nuh sudah deal kalau itu dongeng karena kamu tidak bantah lagi dengan jawaban terakhir saya.
Lho, kan sudah saya jawab. Coba bro periksa lagi di FK di tread Delusi yang bro buat itu, di halaman 10. (Kayaknya bro kurang memperhatikan nih). Ini jawaban saya:
"Mengingat hal ini, 
beberapa peneliti telah mengatakan bahwa, seandainya hanya ada 
43 'jenis' mamalia, 74 'jenis' burung, dan 10 'jenis' reptilia di dalam bahtera, mereka sudah dapat menghasilkan beragam spesies yang dikenal dewasa ini. Ada yang lebih liberal lagi dengan memperkirakan bahwa hanya diperlukan 72 'jenis' hewan berkaki empat dan kurang dari 200 'jenis' burung. Keanekaragaman fauna yang dikenal dewasa ini dapat dihasilkan dari perkawinan dengan sesama 'jenis' yang sangat sedikit jumlahnya setelah Air Bah; hal itu dibuktikan dengan keragaman manusia yang tidak ada habisnya—pendek, tinggi, gemuk, kurus, dengan tak terhitung banyaknya variasi warna rambut, mata, dan kulit—yang semuanya berasal dari satu keluarga Nuh.
Perkiraan ini mungkin tampak terlalu sedikit bagi beberapa orang, khususnya karena sumber-sumber seperti The Encyclopedia Americana menunjukkan bahwa ada lebih dari 1.300.000 spesies binatang. (1977, Jil. 1, hlm. 859-873) Akan tetapi, lebih dari 60 persennya adalah serangga. Jika angka-angka tersebut dipilah-pilah lagi, dari 24.000 amfibi, reptilia, burung, dan mamalia, 10.000 adalah burung, 9.000 adalah reptilia dan amfibi, yang banyak di antaranya dapat hidup di luar bahtera, dan hanya ada 5.000 mamalia, termasuk ikan paus dan lumba-lumba, yang juga dapat hidup di luar bahtera. Para peneliti lainnya memperkirakan bahwa hanya ada sekitar 290 spesies mamalia darat yang lebih besar daripada domba dan sekitar 1.360 yang lebih kecil daripada tikus. (The Deluge Story in Stone, karya B. C. Nelson, 1949, hlm. 156; The Flood in the Light of the Bible, Geology, and Archaeology, karya A. M. Rehwinkel, 1957, hlm. 69) Jadi, sekalipun perkiraan-perkiraan didasarkan atas angka yang telah berkembang tersebut, bahtera itu masih dapat dengan mudah menampung sepasang dari segala binatang."Perhatikan bahwa "43 'jenis' mamalia, 74 'jenis' burung, dan 10 'jenis' reptilia" itu adalah kesimpulan "beberapa ahli". Jadi bukan karangan Watchtower. Bahkan sekalipun ada 1.300.000 spesies, tetap saja itu masih muat (perhatikan yang saya bold).
Jadi apa lagi masalahnya bro?
Quote-Yang disunat hari kedelapan itu ada signifikasi sama kesehatan juga salah.
Yang sunat.
Begini, setiap orang memiliki jam biologis dan waktu tumbuh kembang sendiri. Para peneliti sangat mustahil menentukan kapan tepatnya dia harus begini dia harus begitu, apalagi sampai presisi hari. 8 hari itu dipas-paskan saja entah karena peneliti itu K atau mendapat intervensi dari otoritas K.
Makanya saya sudah bilang lihat jangan dari apologetika saja. Lihat balasan dari apologetika tersebut.
Siapa yang mengatakan tujuan sunat berhubungan dengan kesehatan? Sebagai mantan K masakan bro tidak tahu tujuan sunat bagi orang Israel?
Saya tidak membahas tujuan sunat, melainkan mengapa di sunat pada hari ke delapan, mengapa tidak di hari lain. Baru di jaman modern ini kita tahu alasannya. Pada hari ke delapan vitamin K sebagai unsur pembeku darah memiliki kadar yang cukup. Unsur pembeku penting lain, yakni protrombin, tampaknya lebih tinggi kadarnya pada hari kedelapan ketimbang pada waktu lain sepanjang kehidupan seorang anak. Berdasarkan bukti ini, seorang pakar bernama Dr. S.I. McMillen menyimpulkan, "Hari yang paling baik untuk melakukan sunat adalah hari kedelapan." Jika kitab suci K itu berasal dari manusia, darimana manusia yang hidup 3500 tahun yang lalu mengetahui tentang mengapa hari ke delapan ini? Kan itu dulu yang kita bahas.
Jadi keberatan-keberatan bro tentang bahtera dan sunat, gugur.
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 11:15:23 PM
Thanks bro Alucard.
Bagaimana cara bro mengetahui seperti apa yang dimaksud perbuatan sempurna (atau pencerahan) itu? Bagaimana menentukan ukurannya? Katakanlah di dalam kehidupan sebelumnya seseorang berbuat baik kepada sesama. Namun ia tidak tahu bahwa (misal) memetik padi itu ternyata sudah suatu kejahatan. Bagaimana di kehidupan selanjutnya ia bisa merubah hal ini, jika di kehidupan selanjutnya ia tidak tahu bahwa memetik padi itu ternyata salah?
Singkatnya, bagaimana cara menentukan ukuran kesempurnaan itu? Dengan jalan berbuat baik dan menghilangkan hawa nafsu? Namun bagaimana jika memetik padi (atau tumbuhan lain) juga ternyata sudah suatu kejahatan?
Berdasarkan penjelasan bro, maka hanya ada satu kemungkinan: Orang tidak akan pernah mencapai kesempurnaan (hanya terus-menerus mengulang kehidupan, karena tidak tahu seperti apa ukuran kesempurnaan/pencerahan itu).
Silakan ditanggapi bro.
Misi murid sang Buddha adalah untuk melenyapkan penderitaan, , makanya belajar dari Guru Buddha, yang merupakan guru para dewa dan manusia, Guru paling top deh. karena Dia telah berhasil menemukan formula supaya tidak terus berputar-putar dalam samsara
kutipan dari wikipedia http://id.wikipedia.org/wiki/Empat_tingkat_pencerahan (ftp://id.wikipedia.org/wiki/Empat_tingkat_pencerahan)
QuoteManusia biasa
Seorang manusia biasa, atau disebut juga puthujjana (dalam bahasa Pali) (Sanskerta:pṛthagjana) yang terperangkap di dalam Samsara yang tiada henti. Kebajikan atau kejahatan yang dipengaruhi oleh keinginan dan keengganannya, seorang manusia biasa terlahir pada tingkat tinggi atau rendah sebagai mahluk hidup (surga ataupun neraka) sesuai dengan tindakan mereka. Karena manusia ini mempunyai kendali yang sedikit sekali atas pikiran dan kebiasaan mereka, takdir mereka tidak dapat diketahui dan menjadi pokok akan penderitaan yang mendalam. Seorang manusia biasa yang tidak pernah melihat dan mengalami kebenaran sejati akan Dhamma, dan oleh karenanya tidak mempunyai cara untuk menemukan pengakhiran dari keadaan akhirnya.
nah, supaya tidak terperangkap, maka harus melenyapkan seluruh belenggu 
QuoteArahat
Tingkat keempat adalah Arahat, seorang manusia yang telah tercerahkan sepenuhnya, yang telah meninggalkan seluruh belenggu, dan pada saat meninggal (Sanskrit: Parinirvāṇa ; Pāli: Parinibbāna) tidak akan terlahirkan kembali di dunia manapun, dan telah meninggalkan Saṃsāra sepenuhnya.
nah, kalau telah berhasil tidak berputar-putar dalam samsara, itu baru namanya SEMPURA...
inilah pendapat saya, mohon koreksi nya bila ada kesalahan , maklum ilmu juga masih kulit2 nya aja.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 07 October 2012, 12:38:00 AM
"Mengingat hal ini, beberapa peneliti telah mengatakan bahwa, seandainya hanya ada 43 'jenis' mamalia, 74 'jenis' burung, dan 10 'jenis' reptilia di dalam bahtera, mereka sudah dapat menghasilkan beragam spesies yang dikenal dewasa ini. Ada yang lebih liberal lagi dengan memperkirakan bahwa hanya diperlukan 72 'jenis' hewan berkaki empat dan kurang dari 200 'jenis' burung. Keanekaragaman fauna yang dikenal dewasa ini dapat dihasilkan dari perkawinan dengan sesama 'jenis' yang sangat sedikit jumlahnya setelah Air Bah; hal itu dibuktikan dengan keragaman manusia yang tidak ada habisnya—pendek, tinggi, gemuk, kurus, dengan tak terhitung banyaknya variasi warna rambut, mata, dan kulit—yang semuanya berasal dari satu keluarga Nuh.
ada buktinya kalau keragaman DNA manusia dimungkinkan hanya berasal dari satu keluarga Nuh?
			
 
			
			
				Quote from: emulio on 06 October 2012, 09:57:54 PM
3. Saya ganti. Yang ini belum ada jawabannya. Bagaimana Hawa bisa digoda oleh si ular tanpa pengetahuan yang baik dan jahat? Bagaimana bisa si ular menggoda orang yang tidak punya kompas baik dan jahat? Sudah jelas si Hawa sempat berdebat dengan si ular, jadi tentu pada saat itu si Hawa sudah tahu mana yang salah (tidak patuh) dan benar (patuh) SEBELUM makan buah itu.
Kalau memang sudah ada "rasionalisasi" dari para creationist, tolong berikan rujukannya saja.
Lho bro, bukannya ini juga sudah pernah kita bahas di FK? (Cepat lupa nih si bro)
Saya salin lagi:
"Seorang pencipta pisau, sewaktu ia menciptakan pisau, ia menciptakan dengan tujuan untuk kebaikan, untuk memudahkan pekerjaan manusia. Namun ia tahu, bahwa pisau itu berpotensi disalahgunakan. Maka ketika ada seseorang menggunakan pisau untuk membunuh, pantaskan si pencipta pisau yang dipersalahkan? Tidak, sebab tujuan ia menciptakan bukan untuk membunuh, sekalipun ia tahu ada potensi ke arah itu. Namun jika senadainya semua orang menggunakan pisau dengan benar, maka tidak ada pembunuhan.
Maka begitu juga, pengetahuan tentang yang salah (atau yang jahat) itu diberikan, agar manusia dapat menghindarinya, sekalipun tentu saja ada potensi manusia malah mengaktualkannya. Namun senadainya manusia menggunakan pengetahuan yang jahat itu dengan benar (yaitu agar dapat dihindari), maka tidak akan ada kejahatan. Jadi jika ada yang menggunakan pengetahuan tentang yang jahat itu secara salah (yaitu dengan diaktualkan), maka salah siapa? Apakah salah yang memberikan? Tidak, karena tujuan itu diberikan bukan untuk diaktualkan, melainkan untuk dihindari."
Dalam hal ini, pengetahuan tentang yang salah itu adalah: "Saya tahu bahwa memakan buah itu adalah salah".
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 07 October 2012, 12:48:11 AM
ada buktinya kalau keragaman DNA manusia dimungkinkan hanya berasal dari satu keluarga Nuh?
sptnya lebih memungkinkan yg ini:
10.Vasettha, terdapat suatu saat, cepat atau lambat, setelah suatu masa yang lama sekali, ketika dunia ini hancur. Dan bilamana hal ini terjadi, umumnya mahluk-mahluk terlahir kembali di Abbassara (Alam Cahaya); di sana mereka hidup dari ciptaan batin (mano maya), diliputi kegiuran, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa, hidup dalam kemegahan. Mereka hidup secara demikian dalam masa yang lama sekali.Vasettha, terdapat juga suatu saat, cepat atau lambat, setelah selang suatu masa yang lama sekali, ketika dunia ini mulai terbentuk kembali. Dan ketika hal ini terjadi, 
mahluk-mahluk yang mati di Abhassara (Alam Cahaya), biasanya terlahir kembali di sini sebagai manusia. Mereka hidup dari ciptaan batin (mano maya), diliputi kegiuran, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa, hidup dalam kemegahan. Mereka hidup secara demikian dalam masa yang lama sekali.
			
 
			
			
				[at] Newton
gimana bro, rasa ingin tahu anda tentang Buddhisme demikian besar, tapi koq tidak thd agama yg jelas2 anda anut?
apakah anda menerapkan standard ganda, bro? atau ada maksud lain?
			
			
			
				Quote from: emulio on 06 October 2012, 10:40:16 PM
Isaac, saya lupa berikan logical fallacies kamu dalam ilustrasi ini.
Dan sebenarnya juga ilutrasi ini secara keseluruhan tetap tidak menjawab kontradiksi maha baik tapi ada bencana alam dan sakit penyakit. Ingat, kita bicara tuhan semesta alam, yang seharusnya maha bijaksana dan maha bisa.
Menurut bro mengapa bencana alam seperti banjir bisa terjadi? Mengapa penyakit seperti AIDS bisa muncul? Apakah ini berasal dari Allah, atau karena manusia? Juga -- karena bro mempertanyakan ajaran dalam Alkitab --, apakah menurut bro di Alkitab tidak dijelaskan oknum lain yang memiliki kuasa atas alam? Apakah bro tidak pernah baca bahwa Setan sanggup menciptakan badai sehingga membunuh anak-anak Ayub? Apakah bro tidak pernah baca di Alkitab bahwa Setan -- sementara ini -- adalah penguasa dunia?
Lalu mengapa Allah biarkan? Ya itu tadi, seperti jawaban saya sebelumnya.
Quote from: emulio on 06 October 2012, 10:40:16 PM
Jadi begini:
Guru di sini adalah Tuhan menurut kamu
Setan adalah murid kritis 
manusia adalah murid polos
Malaikat adalah murid-murid lain yang sedang-sedang saja
Salah. Setan dan manusia yang menolak Allah (dalam kasus Eden, Adam dan Hawa) adalah anak yang menentang.
Quote from: emulio on 06 October 2012, 10:40:16 PM
Tolong hubungkan:
Apa yang kira-kira akan diprotes si murid kritis? 
Lho bukankah sudah jelas? Bahwa si murid menganggap Guru tidak cakap mengajar. Bahwa si murid dapat mengerjakan sendiri soal tanpa mengikuti ajaran Guru.
Persamaannya: Setan dan manusia (Adam dan Hawa) -- dengan memakan buah itu -- menganggap Allah tidak berhak memberi aturan. Bahwa Setan dan manusia yang memberontak bisa menentukan sendiri mana yang benar dan mana yang salah (menentukan sendiri standarnya), tanpa perlu melibatkan Allah.
Quote from: emulio on 06 October 2012, 10:40:16 PM
Cerita berlanjut, si murid kritis membujuk si murid polos untuk membangkang gurunya.
Dan bila merujuk dengan ilutrasi kamu, karena si manusia itu masih sangat polos (ibarat anak batita) karena belum adanya Pengetahuan yang Baik dan Jahat, apakah adil ikut menghukumnya?
Sudah saya jelaskan di post sebelumnya.
Quote from: emulio on 06 October 2012, 10:40:16 PM
Lalu, seorang guru yang baik seharusnya menjelaskan, khususnya kepada anak yang masih polos itu, dan bukannya malah memberikan waktu (?) dengan HUKUMAN DIUSIR dari kelas alias Taman Eden! 
Kalau begitu, mungkin memang si guru salah ya :whistle:
Bro salah tangkap. 'Hukum diusir dari kelas' itu nanti di Armagedon, ketika Allah menghukum Setan dan manusia yang memberontak.
Quote from: emulio on 06 October 2012, 10:40:16 PM
Juga, sepertinya sih Tuhan gak kasih manfaat apa-apa dari cerita guru-murid di atas selain bilang begini:
"Anak-anak, jangan ambil apel bapak ya. Awas kalau diambil, nanti Bapak hukum! 
Bapak kan sayang kalian. Bapak taruh apel ini di sana untuk menguji kalian, khususnya murid Bapak yang masih polos ini".
 
Jelas ada manfaatnya. Dengan memberi waktu/kesempatan kepada manusia yang memberontak, maka akan terbukti, apakah dengan melepaskan diri dari Allah kehidupan manusia memang menjadi bertambah baik, atau sebaliknya?
Jadi ada pelajaran yang sangat berharga, bahwa betapa kita selalu membutuhkan bimbingan Allah di setiap langkah kehidupan kita.
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 07 October 2012, 01:18:12 AM
[at] Newton
gimana bro, rasa ingin tahu anda tentang Buddhisme demikian besar, tapi koq tidak thd agama yg jelas2 anda anut?
apakah anda menerapkan standard ganda, bro? atau ada maksud lain?
Yang saya bold itu maksudnya gimana bro?
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 07 October 2012, 01:26:37 AM
Yang saya bold itu maksudnya gimana bro?
coba jawab reply #625, jgn cuma bisa klaim sepihak
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 07 October 2012, 01:26:37 AM
Yang saya bold itu maksudnya gimana bro?
hoi bro IN anda katanya mau belajar buddhisme disini bagaimana apa kperkataan tersebut adalah dusta?
sebagaimana di katakan aturan main apa anda pertama kali posting menjelaskan identitas anda beragama k?
Memang hebat orang agama k sudah berdusta tidak ada perkataan minta maaf, betapa sangat sangat sopan santun nya mereka dan sangat sangat berbudi pekerti dan sangat sangat bermoral.
			
 
			
			
				gimana nih agama langit yg perfectionis? koq error2 juga
			
			
			
				Quote from: morpheus on 06 October 2012, 11:03:34 PM
reply owe dicuekin lagi ama om isaacus  :'( :'(
Quotemau mengoreksi sedikit mengenai evolusi...
evolusi bukanlah klaim, bukan pula spekulasi. evolusi memiliki bukti2 yang lengkap dan solid dari berbagai cabang ilmu: geologi, biologi, kimia dan fisika mulai dari yang dulu sampai yang paling mutakhir, semua mendukung adanya evolusi. jadi bukti2 evolusi itu adalah bukti2 empiris, bukan bukti2 yang sekadar lahir dari mikir2 ataupun logika semata. sedangkan bukti empiris penciptaan mahluk supernatural, emmm... nol.
we don't know... therefore god the creator exists!
Bukti empiris bagaimana bro? Sedangkan Creationist maupun Evolutionist sama-sama mendasarkan argumentasi dari masa lalu.
Quotedisinformasi yang sering dilontarkan penganut kepercayaan penciptaan:
* bagaimana mungkin kebetulan yang luar biasa bisa terjadi membentuk manusia?
evolusi terjadi melalui proses yang panjang dan terjadi secara gradual dari mahluk sederhana sampai kepada mahluk yang lebih kompleks. bukan sebuah kebetulan yang tiba2 membentuk rantai dna manusia secara ajaib. bukan pula seperti monyet di depan piano yang secara kebetulan memencet2 piano mengumandangkan sonata beethoven. evolusi tidak pernah menerangkan terjadinya mahluk kompleks begitu.
we don't know... therefore god the creator exists!
Tidak usah terlalu jauh ke manusia dulu bro. Sedangkan masih berbicara tentang molekul yang menjadi awal mula kehidupan saja, Richard Dawkin sudah berkata itu terbentuk secara "kebetulan". Sekalipun dia tahu bahwa itu memang mustahil terjadi, tetapi ia berkeras bahwa itu yang terjadi. Nah, sekarang bro sudah tahu kan teori bro dibangun diatas pijakan yang seperti apa?
Quote* dunia begitu mengagumkan dan teratur, pasti ada kepintaran mahluk adi kuasa dibaliknya
seperti saya katakan sebelumnya, sebuah fenomena selalu memiliki beberapa penjelasan, mulai dari penjelasan yang sederhana sampai kepada penjelasan yang lebih tinggi. untuk tingkat anak sd mungkin gampangnya menjelaskan fenomena pelangi sebagai fenomena ciptaan tuhan. namun untuk tingkat anak sma yang lebih tinggi, penjelasan itu tidak lagi memuaskan. ternyata pelangi itu adalah terurainya sinar matahari secara optik menjadi spektrum2 cahaya yang berwarna-warni.
Penjelasan bagaimana bro? Sedangkan masih tentang molekul yang menjadi awal kehidupan saja Richard Dawkins berkata "kebetulan". "Kebetulan" ini yang bro maksud "penjelasan"?
Quotedemikian pula dengan fenomena2 alam lainnya. semakin banyak rahasia alam yang terungkap lewat sains, semakin jauh kesimpulan sains dari adanya sebuah sosok pencipta yang personal, apalagi tuhan personal yang tercantum dalam buku2 agama. fenomena2 alam itu bekerja berdasarkan hukum2 alam tertentu yang sifatnya impersonal, berdasarkan sebab dan akibat. jadi kasarnya dengan kondisi lingkungan yg terkontrol dan sama, air akan mendidih pada suhu seratus derajad dan membeku pada suhu nol derajat. didoakan siang malam supaya tidak membeku, air tetap beku pada suhu nol derajat. karena hukum alam ini impersonal, tidak dikontrol ataupun dipengaruhi oleh sesosok tuhan personal yang bisa dirayu dengan iman ataupun permohonan doa.
Dari mana munculnya "hukum-hukum alam" yang akurat itu? "Kebetulan"?
Coba bro tanggapi diskusi saya dengan salah satu member tentang hukum ekonomi. Apakah hukum ekonomi bisa ada tanpa ada oknum yag terlibat? Juga coba bro tanggapi ilustrasi saya tentang lukisan di post sebelumnya.
Quotesedangkan fondasi pemikiran kepercayaan penciptaan hanya berdasarkan satu klaim:
we don't know... therefore god the creator exists!
Justru bro-lah yang melangkah terlalu jauh. Sedangkan Buddha saja -- yang menurut bro sudah mendapatkan pencerahan -- tidak berani mengatakan Pencipta itu ada atau tidak ada. Ingat lho, Buddha pernah berkomentar tentang Pencipta. Kecuali ia tidak bernah membahas hal itu, bro mungkin masih bisa membela diri. 
Jika bro mengaku mengikuti buddha, maka --dalam hal ini -- bro seharusnya bersikap seperti Buddha.Jangan melangkah terlalu jauh, ntar masuk jurang lho.
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 06 October 2012, 06:06:44 PM
Baik, saya akan menjelaskannya.
Adalah wajar bila kita bertanya, "jika Allah itu pengasih, mengapa Ia membiarkan penderitaan?"
Sebelum menjawab hal ini, saya ingin memberi gambaran:
Misal ada seorang Guru yang bijak mengajar di sebuah kelas. Sewaktu menerangkan suatu rumus di papan tulis, tiba-tiba seorang murid -- katakanlah si Jono -- menyela dan dengan sombong mengatakan cara Guru itu salah. Apa yang akan Guru itu lakukan? Si murid langsung di usir? Ini hanya akan menimbulkan keraguan dalam hati murid-murid lain. Mereka bisa berpikir, "Jangan-jangan si Jono benar!". Apa yang akan Guru itu lakukan? Cara terbaik menyelesaikan 'sengketa' ini adalah dengan memberi waktu kepada si Jono membuktikan di papan tulis benar-tidaknya tuduhan itu.
Jika kita memeriksa kembali apa yang terjadi di Taman Eden, juga ada suatu 'sengketa'. Setan mengatakan kepada Hawa bahwa apabila ia memakan buah itu, ia akan menjadi "seperti Allah, tahu yang baik dan yang jahat". Dengan kata lain, Setan mengatakan bahwa manusia bisa menetukan mana yang benar dan yang salah, tanpa perlu bergantung kepada Allah. Apa yang akan Allah lakukan? Langsung melenyapkan mereka? Ingat peristiwa itu tidak hanya melibatkan mereka saja, melainkan juga disaksikan oleh malaikat-malaikat. Maka untuk membuktikan benar-tidaknya tuduhan Setan itu, Allah memberi waktu kepada Setan dan manusia yang menolak jalanNya.
Kita lihat di dunia ini, banyak orang -- sekalipun mengaku percaya kepada Allah -- namun tidak hidup dengan standar Allah tentang yang benar dan yang salah. Apa hasilnya? Kita melihat memang dunia ini menjadi semakin buruk. Ketika Adam dan Hawa memakan buah itu, maka mulailah terjadi penyimpangan. Dan seraya manusia bertambah, maka bertambah juga penyimpangan, yang melahirkan penderitaan. Karena Allah memberi waktu kepada Setan dan manusia yang menolak jalanNya (membiarkan mereka ada), maka Allah -- tentu saja dengan berat hati -- juga terpaksa membiarkan adanya pederitaan.
Tetapi sebagaimana Guru tadi tidak membiarkan selamanya si murid memberi pembuktian (karena memang dia-lah yang salah), maka Allah juga tidak akan selamanya membiarkan Setan dan manusia yang menolak jalanNya. Suatu saat Ia akan menghentikan mereka, yang berarti suatu saat Ia juga akan mengakhiri penderitaan.
Itulah kira-kira jawaban singkat yang bisa saya berikan.
Bro Newton anda melupakan satu hal didalam taman eden ada juga pohon kehidupan yg memakan pohon kehidupan akan hidup selama nya.. Iblis tidak berbohong ketika menyuruh hawa makan buah pohon pengetahuan karena memang kita menjadi seperti Allah tau yg baik dan jahat, pertanyaannya adalah kenapa si mas adam ama mba hawa ini ga memakan buah kehidupan yang tidak dilarang itu bisa anda jelaskan?? dan aneh aja sih masa makan buah aja dosa kalau dosa ngapaen di ciptain buah nya?
Bagaimana cara nya Tuhan menghentikan penderitaan?? Menurut Buddha Sakyamuni jelas menghentikan penderitaan adalah dengan menekan hawa nafsu jadi kita bisa bahagia dengan apa yg kita miliki.. Dengan tiba2 Tuhan Yesus turun dari langit apa itu bisa membuat anda bahagia??
			
 
			
			
				Quote from: Forte on 06 October 2012, 11:09:10 PM
tenanglah om.. TS hanya bisa mereply pertanyaan yang bisa dijawab..
pertanyaan yang tidak bisa dijawab TIDAK MUNGKIN direply.. ;D
cukup gampang koq : dengan beralasan : terlalu banyak pertanyaan, jadi sorry kalau kelewatan ;D
saya juga ga dibales  _/\_
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 07 October 2012, 12:00:29 AM
siapa bilang Iblis itu ciptaan all4h? kalau dipikir2, sepertinya Iblis lebih maha kuasa daripada all4h. terbukti Iblis berhasil mangalahkan all4h.
Menurut 15lam iblis adalah jin makhluk yang diciptakan 4LL4h dari api abadi mereka jatuh dalam dosa karena menolak sujud kepada adam, Menurut Kr15t3n iblis adalah malaikat yg jatuh dalam dosa karena malaikat lucifer mau menjadi seperti 4ll4h.. Mana yg benar?? saya tidak tahu dan juga tidak perduli karena itu tidak membebaskan saya dari penderitaan  _/\_
			
 
			
			
				Quote from: godfrey on 07 October 2012, 02:06:13 AM
saya juga ga dibales  _/\_
apa lagi wa, tuhan mereka yang membunuh anak kecil (anak tunggal orang mesir, tentu saja ada yang masih bayi dan balita) mungkin mengajarkan dusta tuh tidak apa apa nanti juga diampuni kan apa lagi sebuah dusta putih, dan tidak perlu minta maaf atas dusta tersebut kalau ketahuan juga tidak apa apa, sangat hebat bukan aturan moralitasnya.
			
 
			
			
				kasihan bro Newton sendirian musti jawab begitu banyak pertanyaan, biar saya bantu deh
Quote from: godfrey on 07 October 2012, 02:02:41 AM
Bro Newton anda melupakan satu hal didalam taman eden ada juga pohon kehidupan yg memakan pohon kehidupan akan hidup selama nya.. Iblis tidak berbohong ketika menyuruh hawa makan buah pohon pengetahuan karena memang kita menjadi seperti Allah tau yg baik dan jahat, pertanyaannya adalah kenapa si mas adam ama mba hawa ini ga memakan buah kehidupan yang tidak dilarang itu bisa anda jelaskan?? dan aneh aja sih masa makan buah aja dosa kalau dosa ngapaen di ciptain buah nya?
kalau tidak makan buah kehidupan & makan buah pengetahuan, karena adam dan hawa itu pada dasarnya bodoh oleh karenanya ingin berpengetahuan
kalau kenapa makan buah pengetahuan dosa, karena all4h khawatir nanti manusia lebih pintar darinya jadi tidak bisa dibodoh-bodohin lagi
Quote from: godfrey on 07 October 2012, 02:02:41 AM
Bagaimana cara nya Tuhan menghentikan penderitaan?? Menurut Buddha Sakyamuni jelas menghentikan penderitaan adalah dengan menekan hawa nafsu jadi kita bisa bahagia dengan apa yg kita miliki.. Dengan tiba2 Tuhan Yesus turun dari langit apa itu bisa membuat anda bahagia??
sebenarnya ngak turun dari langit, tapi yg benar naik ke langit di hari 3
ya, bisa dibilang bahagialah karena dosa asal (makan buah) telah ditebus gusti brewok
dan tentunya kami harus menjadi bodoh kembali spt sebelumnya (sbl makan buah)
kalau masalah penderitaan, ya itu kehendak dalang, wayang ngak boleh complain
semoga jawaban saya berkenan di hati anda
			
				Quote from: siswahardy on 07 October 2012, 02:20:04 AM
kasihan bro Newton sendirian musti jawab begitu banyak pertanyaan, biar saya bantu deh
kalau tidak makan buah kehidupan & makan buah pengetahuan, karena adam dan hawa itu pada dasarnya bodoh oleh karenanya ingin berpengetahuan
kalau kenapa makan buah pengetahuan dosa, karena all4h khawatir nanti manusia lebih pintar darinya jadi tidak bisa dibodoh-bodohin lagi
sebenarnya ngak turun dari langit, tapi yg benar naik ke langit di hari 3
ya, bisa dibilang bahagialah karena dosa asal (makan buah) telah ditebus gusti brewok
dan tentunya kami harus menjadi bodoh kembali spt sebelumnya (sbl makan buah)
semoga jawaban saya berkenan di hati anda
iya kasian di keroyok  _/\_
turun dari langit nanti pas kiamat tapi ga tau kiamat nya kapan dari kepercayaan orang K awal mereka berpikir gusti  itu akan segera kembali tetapi setelah ditunggu ratusan tahun ga turun2 baru dimulai penyusunan doktrin dan kitab suci 350 tahun setelah kenaikan Tuhan Yesus dan satu hal lagi yg menyetujui adalah orang romawi yg notabene penyembah berhala jadi pada dasar nya agama K adaalh agama penyembah berhala yg di transformasi menjadi agama ber Tuhan... Itu sebab nya hari lahir Tuhan Yesus 25 desember yg merupakan hari peringatan dewa matahari... Itu sebab nya kenapa perayaan paskah ada kelinci dan telur paskah karena bertepatan dengan perayaan musim semi.. satu lagi happy easter. kata "easter" berasal dari "eostre" dewi kesuburan orang2 pagan (saya jadi bingung kata nya bukan penyembah berhala tapi masih kental tradisi berhala nya )... Saya tidak tahu si bro newton tahu apa tidak mengenai sejarah agama nya sendiri.
apa yg saya tulis diatas adalah fakta sejarah yg tidak pernah diberi tahu kepada jemaat , yah jadi pada dasar nya pemimpin agama sama Tuhannya mirip2 suka bodoh2in manusia
			
 
			
			
				[at] godfrey
soal dewa matahari & paganisme, saya sudah tahu (sengaja saya tutup2i)  ^:)^
soal saulus anda sudah tahu belum? kalau belum biar gelap aja deh  :))
			
			
			
				yah wa dah kasih ingat siapa meninggikan diri akan di rendah kan.
			
			
			
				Quote from: daimond on 07 October 2012, 02:47:03 AM
yah wa dah kasih ingat siapa meninggikan diri akan di rendah kan.
untung mahaguru wa ngak pernah ngajarin ngobrak-ngabrik rumah orang
kenapa ada guru lain ngajarin sebaliknya ya...  :)
(inga... inga.. kaya tramtib ngobrak-ngabrik pedagang kaki lima)  8)
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 07 October 2012, 02:50:44 AM
untung mahaguru wa ngak pernah ngajarin ngobrak-ngabrik rumah orang
kenapa ada guru lain ngajarin sebaliknya ya...  :)
Karena beda kalau kita segala perbuatan kita free choice 100% cuma terima resikonya dari setiap perbuatan kita, kalau satu lagi biarpun salah sebesar apa pun ada darah Mr y yang mengampuni, wa dulu juga pola pikir seperti itu; tapi pikir punya pikir kok terasa berhutang yah (terasa tidak normal) dan normalnya suatu ketika kita mesti bayar, jadi mending wa tanggung sendiri dah biar tidak membebani Mr Y lagian yang  butuh bantuan nya sangat sangat banyak.
Setelah lepas baru tahu oh bigini, oh begitu jalan semestinya, dunia terlihat seperti ini dan hal hal yang tidak di mengerti sebelumnya jadi terbuka.
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 07 October 2012, 03:00:43 AM
Karena beda kalau kita segala perbuatan kita free choice 100% cuma terima resikonya dari setiap perbuatan kita, kalau satu lagi biarpun salah sebesar apa pun ada darah Mr y yang mengampuni, wa dulu juga pola pikir seperti itu pikir punya pikir kok terasa berhutang yah dan suatu ketika kita mesti bayar, jadi mending wa tanggung sendiri dah biar tidak membebani Mr Y lagian yang  butuh bantuan nya sangat sangat banyak.
kaya iklan durasi pendek bro sampai 3 x ulang  :))
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 07 October 2012, 01:25:00 AM
Menurut bro mengapa bencana alam seperti banjir bisa terjadi? Mengapa penyakit seperti AIDS bisa muncul? Apakah ini berasal dari Allah, atau karena manusia? Juga -- karena bro mempertanyakan ajaran dalam Alkitab --, apakah menurut bro di Alkitab tidak dijelaskan oknum lain yang memiliki kuasa atas alam? Apakah bro tidak pernah baca bahwa Setan sanggup menciptakan badai sehingga membunuh anak-anak Ayub? Apakah bro tidak pernah baca di Alkitab bahwa Setan -- sementara ini -- adalah penguasa dunia?
mengapa setan mau diciptakan ?
si all$h ternyata pengin nama tersohor biar di puja
Quote
Lalu mengapa Allah biarkan? Ya itu tadi, seperti jawaban saya sebelumnya.
kedua kalinya : si all$h ternyata pengin nama tersohor biar di puja
Quote
Salah. Setan dan manusia yang menolak Allah (dalam kasus Eden, Adam dan Hawa) adalah anak yang menentang.
kok hasil ciptaan ditolak yang menciptakannya ?
kasian deh si all$h =))
Quote
Lho bukankah sudah jelas? Bahwa si murid menganggap Guru tidak cakap mengajar. Bahwa si murid dapat mengerjakan sendiri soal tanpa mengikuti ajaran Guru.
Persamaannya: Setan dan manusia (Adam dan Hawa) -- dengan memakan buah itu -- menganggap Allah tidak berhak memberi aturan. Bahwa Setan dan manusia yang memberontak bisa menentukan sendiri mana yang benar dan mana yang salah (menentukan sendiri standarnya), tanpa perlu melibatkan Allah.
jadi memang si all$h tidak berkuasa atas ciptaannya, kasian deh
Quote
Bro salah tangkap. 'Hukum diusir dari kelas' itu nanti di Armagedon, ketika Allah menghukum Setan dan manusia yang memberontak.
lagi2 kok hasil ciptaan ditolak yang menciptakannya.
Quote
Jelas ada manfaatnya. Dengan memberi waktu/kesempatan kepada manusia yang memberontak, maka akan terbukti, apakah dengan melepaskan diri dari Allah kehidupan manusia memang menjadi bertambah baik, atau sebaliknya?
disini keliatan si all$h tidak ada kerjaan 
Quote
Jadi ada pelajaran yang sangat berharga, bahwa betapa kita selalu membutuhkan bimbingan Allah di setiap langkah kehidupan kita.
hanya orang yang kurang cerdas butuh bimbingan all$h :))
penghuni alam DC tidak butuh bimbingan si all$h hidupnya baik kok
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 07 October 2012, 01:36:28 AM
hoi bro IN anda katanya mau belajar buddhisme disini bagaimana apa kperkataan tersebut adalah dusta?
sebagaimana di katakan aturan main apa anda pertama kali posting menjelaskan identitas anda beragama k?
Memang hebat orang agama k sudah berdusta tidak ada perkataan minta maaf, betapa sangat sangat sopan santun nya mereka dan sangat sangat berbudi pekerti dan sangat sangat bermoral.
jangan berharap ! ??? 
species mahluk beginian tidak mengenal sila  :)
jangankan ber musavada, mati in mahluk hidup aja dianggap perbuatan suci.
			
 
			
			
				sepertinya sudah mulai oot nih, apa mau di lock?
sudah melenceng ke arah debat agama langit dan agama manusia nih, mendingan bikin thread baru.
			
			
			
				at : All Member
sia-sia memberikan sutta kepada mahluk ini, tidak akan dibaca.
lebih baik dijawab sesuai dengan kata2 ala duniawi yang logika menurut kemauan dia dan yg lucu2 aja.
			
			
			
				Quote from: godfrey on 07 October 2012, 02:06:13 AM
saya juga ga dibales  _/\_
memang tidak punya kemampuan
			
 
			
			
				Quote from: ryu on 07 October 2012, 06:42:26 AM
sepertinya sudah mulai oot nih, apa mau di lock?
sudah melenceng ke arah debat agama langit dan agama manusia nih, mendingan bikin thread baru.
saya sangat setuju nih, marilah kita berusaha untuk berdiskusi secara baik dan benar
"If you can't explain it simply, you don't understand it well enough"
kalau masih belum cukup mengerti, mari belajar lebih banyak lagi :)
			
 
			
			
				Quote from: ryu on 07 October 2012, 06:42:26 AM
sepertinya sudah mulai oot nih, apa mau di lock?
sudah melenceng ke arah debat agama langit dan agama manusia nih, mendingan bikin thread baru.
setuju di lock memang dia dari awal bikin thread ini bukan demi belajar agama buddha menanyakan kelahiran kembali itu hanya kedok doang untuk aksi sebenarnya untuk pamer dia punya agama lebih superior dsb, toh setelah di beri penjelasan tentang kelahiran kembali dia muter muter dan tidak ada yang mau di terima nya semua ini bisa di dibilang dusta.
Lock
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 07 October 2012, 07:24:51 AM
setuju di lock memang dia dari awal bikin thread ini bukan demi belajar agama buddha menanyakan kelahiran kembali itu hanya kedok doang untuk aksi sebenarnya untuk pamer dia punya agama lebih superior dsb, toh setelah di beri penjelasan tentang kelahiran kembali dia muter muter dan tidak ada yang mau di terima nya semua ini bisa di dibilang dusta.
Lock
menurut saya, pertanyaan-pertanyaan dari  Isaacus Newtonus cukup bagus,
dia tidak emosian dalam berdiskusi, 
tidak menyerang ataupun menjelek-jelekkan pribadi orang lain
kenapa saudara-saudara yang mengaku sebagai Buddhis tidak dapat berdiskusi dengan cara yang lebih baik?
kenapa harus menyerang pribadi ataupun agama yg lain.
ingat sila ke 4, Musavada
menurut saya, Trit ini jangan di LOCK asal kembali ke topik awal.
			
 
			
			
				dia dari awal sudah memang bukan belajar buddhism, bertanya tentang kelahiran kembali itu tentu nya hanya batu loncattan dia untuk menerangkan ajaran superior nya wa dari pertama sudah mengingatkan nya, begitu di bilang ajaran manusia dan mau saya beri bukti ajaran lebih tinggi sebrnarnya hal itu yang di nyatakan nya, berkaata tidak bermakdud menyinggung, tidak maksud promo fK (secara halus dia melecehkan member dc disini) dan mari kita berdiskusi di tempat lain pada akhirnya setelah wa lempar aturan main yang salah satunya,
Quote
5. Jangan dengan cara apapun merendahkan Tiga Permata, yaitu
Buddha, Dhamma, dan Sangha.
6. Jangan mempromosikan agama, kepercayaan dan filsafat Non-
Buddhis 
contoh nya adalah yang satu ini.
Quote"Itu karena Sidharta mengajarkan seperti itu". Mengapa
harus mengikuti Sidharta, yang adalah manusia? Mengapa
tidak mengikuti si Badu, yang juga manusia, yang
mengatakan tidak boleh membunuh hewan dan tumbuhan
karena keduanya tetap saja adalah kehidupan, dan yang
membunuh tidak akan mencapai nirwana?
(Maaf bukan maksud menyinggung) 
ini adalah batu yang di lempar sembunyi tangan dengan kata kata "maaf bukan maksud menyinggung".
			
				Quote from: antidote on 07 October 2012, 07:40:59 AM
menurut saya, pertanyaan-pertanyaan dari  Isaacus Newtonus cukup bagus,
dia tidak emosian dalam berdiskusi, 
tidak menyerang ataupun menjelek-jelekkan pribadi orang lain
kenapa saudara-saudara yang mengaku sebagai Buddhis tidak dapat berdiskusi dengan cara yang lebih baik?
kenapa harus menyerang pribadi ataupun agama yg lain.
ingat sila ke 4, Musavada
menurut saya, Trit ini jangan di LOCK asal kembali ke topik awal.
Topik awal sudah dibahas dan TS juga sudah punya kesimpulan sendiri. Jadi apa yg harus BTT?
Karena TS terus membandingkan buddhisme dengan kepercayaannya, menganggap bahwa kalau tidak sama, maka tidak bisa diterima dan HARUS DIBUANG saja (menurut TS). Bagaimana menjelaskan buddhisme kepada orang yg tidak mau menerimanya? Ok, guwa khilaf telah menyinggung pribadi TS. Sekarang giliran om antidote menjelaskan kelahiran kembali kepada TS. Silahkan BTT, saya tidak akan menginterupsi.
			
 
			
			
				Quote from: daimond on 07 October 2012, 08:02:11 AM
dia dari awal sudah memang bukan belajar buddhism, bertanya tentang kelahiran kembali itu tentu nya hanya batu loncattan dia untuk menerangkan ajaran superior nya wa dari pertama sudah mengingatkan nya, begitu di bilang ajaran manusia dan mau saya beri bukti ajaran lebih tinggi sebrnarnya hal itu yang di nyatakan nya, berkaata tidak bermakdud menyinggung, tidak maksud promo fc (secara halus dia melecehkan member dc disini) dan mari kita berdiskusi di tempat lain pada akhirnya setelah wa lempar aturan main yang salah satunya,
Bila kita mampu, maka kita usahakan menjawab 
bila mulai OOT, tulis aja "maaf OOT, buka topik baru"
Quote"Itu karena Sidharta mengajarkan seperti itu". Mengapa
harus mengikuti Sidharta, yang adalah manusia? Mengapa
tidak mengikuti si Badu, yang juga manusia, yang
mengatakan tidak boleh membunuh hewan dan tumbuhan
karena keduanya tetap saja adalah kehidupan, dan yang
membunuh tidak akan mencapai nirwana?
bukan karena siapa yg mengajar, tetapi apa yang diajakankan nya makanya kita mengikuti suatu ajaran tersebut.
Mengenai pembunuhan, sang Buddha tidak penah mengatakan pembunuhan itu hal yang baik.
Makan atau tidak makan daging, bukan merupakan persoalan untuk melenyapkan penderitaan, yang merupakan tujuan umat Buddha.
Untuk melenyapkan penderitaan, harus membebaskan diri dari belenggu. CMIIW
Mengenai tumbuhan, telah di jelaskan oleh teman yang lain, dalam Buddhime tumbuhan bukan merupakan 
makhluk hidup, karena 
tidak memiliki kesadaran. Tumbuhan adalah 
benda Hidup.
menurut saya, gak jadi soal, apakah dia mau belajar , atau pun mencari celah, ataupun hal lainnya
kita jawab semampunya saja
Tetap berkepala dingin 
 _/\_
			
 
			
			
				Quote from: antidote on 07 October 2012, 08:38:13 AM
Bila kita mampu, maka kita usahakan menjawab 
bila mulai OOT, tulis aja "maaf OOT, buka topik baru"
bukan karena siapa yg mengajar, tetapi apa yang diajakankan nya makanya kita mengikuti suatu ajaran tersebut.
Mengenai pembunuhan, sang Buddha tidak penah mengatakan pembunuhan itu hal yang baik.
Makan atau tidak makan daging, bukan merupakan persoalan untuk melenyapkan penderitaan, yang merupakan tujuan umat Buddha.
Untuk melenyapkan penderitaan, harus membebaskan diri dari belenggu. CMIIW
Mengenai tumbuhan, telah di jelaskan oleh teman yang lain, dalam Buddhime tumbuhan bukan merupakan makhluk hidup, karena tidak memiliki kesadaran. Tumbuhan adalah benda Hidup.
menurut saya, gak jadi soal, apakah dia mau belajar , atau pun mencari celah, ataupun hal lainnya
kita jawab semampunya saja
Tetap berkepala dingin 
 _/\_
itu malah telah dikasih link tumbuhan nya oleh memberdc lain nya dan dibaca, tapi kata kata nya muter lagi seperti itu, malah nya kita di lemparin batu
			
 
			
			
				Quote from: bangun _pw on 05 October 2012, 06:04:17 PM
 :| :| saya nyimak aja deh
ane kasih link kalo masbro masih menghubung2kan tumbuhan
[spoiler]http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/umum/Uraian%20Mengenai%20Tumbuhan.pdf (http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/umum/Uraian%20Mengenai%20Tumbuhan.pdf)[/spoiler]
Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:58:52 PM
Thanks bro, saya sudah baca linknya, sebenarnya ada yang ingin saya komentari dari tulisan itu, namun mungkin ini bisa nanti saja.
Tetapi tetap saja bro, tulisan itu tidak menjawab pertanyaan: Mengapa membunuh manusia tidak boleh, sedangkan membunuh hewan dan tumbuhan boleh?
"Itu karena Sidharta mengajarkan seperti itu". Mengapa harus mengikuti Sidharta, yang adalah manusia? Mengapa tidak mengikuti si Badu, yang juga manusia, yang mengatakan tidak boleh membunuh hewan dan tumbuhan karena keduanya tetap saja adalah kehidupan, dan yang membunuh tidak akan mencapai nirwana?
(Maaf bukan maksud menyinggung)
			 
			
			
				^^^ ndak ada gunanya, om.
			
			
			
				menurut wa lock.
			
			
			
				ya semua tenang dulu, lihat TS mau arah diskusi ini kemana, biar tidak melebr kemana2, dan apakah TS sudah puas dengan jawaban member di sini atau belum.
			
			
			
				^^^ mungkin perlu diabsen. Yg mau lock bilang, yg tidak mau juga bilang!
			
			
			
				Kan kedua belah pihak boleh sepakat untuk tidak sepakat .
Sdr Isaac tidak sepakat dengan pendapat rekan Buddhist disini, sebaliknya juga demikian.
Yang penting kedua belah pihak tidak asah golok dan runcingkan tombak utk membela konsep masing masing.
Saya setuju utk kembali ke topik semula.
			
			
			
				ya memang sudah berbeda konsepnya, maka silahkan ambil mana yang dianggap cocok untuk masing2.
			
			
			
				Quote from: antidote on 07 October 2012, 07:40:59 AM
menurut saya, pertanyaan-pertanyaan dari  Isaacus Newtonus cukup bagus,
dia tidak emosian dalam berdiskusi, 
tidak menyerang ataupun menjelek-jelekkan pribadi orang lain
kenapa saudara-saudara yang mengaku sebagai Buddhis tidak dapat berdiskusi dengan cara yang lebih baik?
kenapa harus menyerang pribadi ataupun agama yg lain.
ingat sila ke 4, Musavada
menurut saya, Trit ini jangan di LOCK asal kembali ke topik awal.
Sedikitnya sudah 2 kali anda menyebutkan "ingat Musavada", apakah anda melihat ada member di pihak Buddhis yg telah berbohong di sini? bisakah anda mencopas postingan kebohongan itu? atau mungkin anda menjelaskan dulu definisi "musavada" menurut anda.
			
 
			
			
				Diskusi ini memang tidak akan menghasilkan apa2, karena misi TS sudah jelas, yaitu memasarkan produk sampahnya di sini, omong kosong soal mau belajar Buddhism, terbukti ketika diberikan rujukan pun tidak dibaca.
dengan pertimbangan, bahwa walaupun tidak menghasilkan apa2, tapi jika dilanjutkan tetap saya berarti DC memberi tempat dan kesempatan kepada TS untuk memasarkan produk sampahnya di sini. maka saya setuju LOCK ...
			
			
			
				Ya, AJAL sudah menjemput diskusi ini, LOCK!
			
			
			
				Karena niat dari awalnya tidak tulus, dan setelah di beri pengertian dan pengetahuan yang benar bukan nya nya benar mau belajar pake jurus acara belut licin muter muter, terus berusaha untuk menerapkan idiologi dan standratnya padahal sudah di beri tahu dan mengetahui dengan jelas forum ini menggunakan idiologi dan standrat Buddhisme; bahkan dengan lancang sekali meminta kita untuk tidak usah mendengarkan atau tidak usah memperhatikan Ajaran Sidharta Gautama, dan meminta member dc untuk mengganti standrat yang digunakan dengan standratnya.
Dengan berbagai pertimbangan tersebut dan diskusi ini tidak akan bisa mempertemukan ke dua idiologi bahkan sudah terjadi usaha melecehkan dan memaksakan kehendak dari pihak lain untuk memaksakan idiologi dan keyakinan terhadap member dc.
wa setuju room ini dilock.
			
			
			
				Jangan...
biar traficnya tinggi...
			
			
			
				sementara sy lock dl, dan TS review dl hasil dari thread ini, sudah mentok rasanya bila melihat dari banyaknya halaman ini.
kalau ada yg merasa kurang puas boleh PM mod.
			
			
			
				Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Moderator karena telah membuka kembali tread ini. Kepada teman-teman lain, diharapkan tidak membuat pernyataan atau pertanyaan tentang keyakinan K, agar diskusi dapat terfokus. Kembali ke pembahasan awal, yang didiskusikan adalah:
- Tentang kelahiran kembali
- Tentang pencerahan.
Baik saya akan memulai. Pertanyaan yang saya rasa belum terjawab sehubungan dengan pencerahan adalah:
Mengapa Buddha -- yang dianggap sudah mencapai pencerahan -- tidak berani mengatakan Pencipta itu ada atau tidak? bukankah Buddha seharusnya mengetahui semua realitas kehidupan? Apakah ini berarti pencerahan Buddha masih terbatas?
Silakan.
			
			
			
				dan semoga anda tidak melencengkan jalur diskusi, dan tidak menerapkan jurus jurus lempar batu sembunyi tangan, bila tidak ingin menyinggung maka tulisan itu tidak perlu di post, bila tidak ingin berpromosi maka hal itu tidak perlu ditulis.
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 08 October 2012, 09:06:33 AM
Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Moderator karena telah membuka kembali tread ini. Kepada teman-teman lain, diharapkan tidak membuat pernyataan atau pertanyaan tentang keyakinan K, agar diskusi dapat terfokus. Kembali ke pembahasan awal, yang didiskusikan adalah:
- Tentang kelahiran kembali
- Tentang pencerahan.
Baik saya akan memulai. Pertanyaan yang saya rasa belum terjawab sehubungan dengan pencerahan adalah:
Mengapa Buddha -- yang dianggap sudah mencapai pencerahan -- tidak berani mengatakan Pencipta itu ada atau tidak? bukankah Buddha seharusnya mengetahui semua realitas kehidupan? Apakah ini berarti pencerahan Buddha masih terbatas?
Silakan.
pencerahan Buddha tidak terbatas dan Beliau mengetahui semua realitas kehidupan
mengenai pencipta personal jelas ditolak, kalau yg non personal tidak pernah dikatakannya secara pasti
kalau Buddha mengatakan ada atau tidak adanya pencipta baik personal atau tidak personal apakah ada manfaatnya untuk mengakhiri penderitaan?
lalu atas dasar apa anda mengatakan kalau beliau tidak berani mengatakan ada atau tidak ada? padahal KEBENARAN SEJATI yg dia sampaikan terletak pd MENGAKHIRI PENDERITAAN, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan ada atau tidak ada pencipta
kita bahas ini dulu deh
			
 
			
			
				mungkin ini adalah replay saya yang terkhir untuk menanggapi saudara ...
(sebelumnya mohon sesepuh memberikan koreksi apabila ada kekurangan dalam pandangan saya)
tahukah anda bahwa sebelum buddha gautama ada buddha2 lainnya??
tahukah anda ajaran buddha disebut dhamma??
buddha gautama menemukan kembali dhamma saat mencapai pencerahan..
dhamma baik sebelum maupun sang buddha ada di dunia...dhamma tetaplah ada...
dhamma menurut saya adalah pengetahuan alam..dia tetap exist dmanapun
baik sebelum "tuhan" hadir diantara manusia maupun sesudah tenar diantara manusia...
inilah sebabnya...baik manusia purba yang tidak mengenal tuhan dan melakukan perbuatan baik
dia berhak mendapatkan surga, karena sesuai dhamma (hukum alam) bahwa yang menabur kebaikan akan menuai kebaikan..
saya akan membandingkan alam dengan tuhan:
Quotesiapakah yang menciptakan "tuhan"???manusia itu sendiri yang menciptakan tuhan..
kenapa manusia menciptakan tuhan?? karena manusia membutuhkan suatu pegangan dalam dirinya..butuh suatu perlindungan
diluar kemampuannya...
dahulu kala sesuatu hal yang memberikan kemakmuran, kesejahteraan mereka anggap sebagai tuhan..
contohnya "matahari" yang memberikan panen2 berlimpah, orang2 mulai memberikan nama matahari sebagai "tuhan/dewa"
dan saat panen mengalami kegagalan..orang2 mencari cara agar "tuhan matahari" memberikan kembali panen berlimpah...
baik secara mengorbankan binatang/manusia...
zaman semakin berkembang...pikiran manusia semakin kompleks,...mataharipun mulai dtinggalkan...namun manusia masih membutuhkan suatu
perlindungan...akhirnya mereka membuat "tuhan" yang tak berwujud..dengan sifat2 yang maha pengasih, maha penyanyang...dll
dan saat manusia mengalami musibah...menganggap tuhan sedang memberikan cobaan..
sekarang alam :
Quote
alam terus bekerja....baik dia disembah maupun tidak...planet2 terus terbentuk dan hancur ..hal ini terus berulang..
bumi inipun umurnya kian tua..dan suatu saat akan hancur juga...dan akan terbentuk lagi...alam terus bekerja..
saat manusia mulai mengeksploitasi bumi...alampun hilang keseimbangannya...kutub mencair...perubahan iklim yang signifikan..
banjir...kekeringan...inipun karena alam telah hilang keseimbangannya..
karena sesuai hukum alam...anda rusak ozonnya...anda dapat panasnya...bukan suatu cobaan tuhan...alampun bisa sangat baik saat anda
menjaganya...dan bisa amat murka saat ada teledor (baca hukum sebab akibat)
lalu sang buddha kembali menemukan hukum2 alam ini yang terkubur saat pikiran manusia terpenuhi kebodohan2 batin..
sang buddha pun mulai mengajarkan hal2 yang perlu diajarkan...karena hal2 yang manusia biasa belum bisa menerimanya hanya akan
memberikan debat kusir yang terjadi seperti thread sekarang ini...
jadi...daripada anda berdebat dan meninggikan ego..apakah tuhan itu exist atau tidak...sang buddha memilih mengajarkan hal2 yang berguna bagi para murid2nya..
contohya "hal2 yang memberikan berkah untuk dirinya seperti 4 kesunyataan mulia" bila dijabarkan lagi bisa anda baca penjabarannya
hal ini lebih berguna daripada memperdebatkan evolusi/manusia pertama/asal mula bumi..
karena saat anda dapat menjalankan dhamma...dan suatu saat mencapai pencerhaan juga..anda akan melihat dunia ini..alam ini dengan apa adanya bukan dengan persepsi masing2..
dhamma mengajarkan bagaimana alam ini bisa murka saat ekosistemnya terganggu..
yaitu mengendapkan lobha..keserakahan...manusia yang kian serekah untuk mengeksploitasi dunia ini..dan lain sebagainya..
jika anda terus keras kepala tanpa ada niat mempelajari dengan tulus...silahkan,,,sebaiknya anda  gunakan pengetahuan anda dengan baik..
saya melihat banyak sekali umat2 K memberikan donasi (dengan tulus tanpa ada maksud apapun kepada orang2 yang membutuhkan..
kmren saya melihat di DDAITV seorang suster dari luar yang mendirikan pusat rehabilitasi untuk penyandang cacat...sungguh mulia sekali..
daripada memaksakan doktrin yang memang konsepnya sudah berbeda, malahan mengganggu yang lain..
saya yakin..suatu negara bangsa akan harmonis jika para pemeluk beragama saling menghormati dan menghargai keyakinan masing2..
tanpa ada embel2 mencari umat sebanyak2nya..
dan saya pikir jika dunia ini semua beragama tuhan tidak menjamin kedamaian dunia...begitu juga jika semua menganut buddhisme tanpa menjalankan dhamma dengan baik..
saya rasa berdebatan tuhan ini sudah berlangsung ribuan tahun..dan apa hasilnya??
jika seseorang yang meyakini tuhan itu ada dan melihat segala perbuatan anda namun anda menyakiti, menindas pihak lain
dengan mengatasnamakan agama/tuhan...sangat disayangkan sekali...
lalu bagaimana dengan saya??? "saya merasa tuhan ada ataupun tidak ada tidaklah penting bagi saya"
QuoteBaik saya akan memulai. Pertanyaan yang saya rasa belum terjawab sehubungan dengan pencerahan adalah:
Mengapa Buddha yang dianggap sudah mencapai pencerahan -- andapun bisa, hanya  anda perlu mengumpulakan parami..untuk mencapai nibanna tanpa menjadi buddhapun bisa..namun untuk mencapai kebuddhaan..ibarat untuk mencapai surga membutuhkan 1 gentong parami untuk menjadi buddha membutuhkan 1 milyar gentong..anda harus terus mengumpulkan parami di berjuta2 kehidupan..
apakah sulit??silahkan anda cari janji seorang boddhisatva(calon buddha)....seberat apakah untuk menjadi boddhisatva jika berat ya ke surga aja..
tidak berani mengatakan Pencipta itu ada atau tidak? bukankah Buddha seharusnya mengetahui semua realitas kehidupan? Apakah ini berarti pencerahan Buddha masih terbatas?--sudah saya jelaskan diatas
saya rasa sangat sulit sekali memahami jika anda terus menerus membawa senjata (doktrin) anda...letakan dulu senjata anda lalu pahami...
anda sedari awal sudah mempersenjatai untuk menolak....jadi orang yang ingin memberikan air untuk melepas dahaga kepada andapun akan anda tolak ...
akhir dari replay saya "jika anda tetap menggunakan senjata...lebih berguna jika senjata itu dgunakan untuk menolong orang lain daripada untuk menyakiti"
salam  _/\_ _/\_
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 08 October 2012, 09:06:33 AM
Baik saya akan memulai. Pertanyaan yang saya rasa belum terjawab sehubungan dengan pencerahan adalah:
Mengapa Buddha -- yang dianggap sudah mencapai pencerahan -- tidak berani mengatakan Pencipta itu ada atau tidak? bukankah Buddha seharusnya mengetahui semua realitas kehidupan? Apakah ini berarti pencerahan Buddha masih terbatas?
Buddha sudah mengatakan, kata Buddha : pencipta itu TIDAK ADA.
Itu adalah paham sesat dari makhluk brahma yg merasa menjadi pencipta.
Penjelasan ada di Brahmajala Sutta. -> di DC ada, jadi jangan ngeyel kalau ga baca.
Buddha MENGETAHUI SEMUA realitas kehidupan (31 alam).
Pencerahan Buddha TIDAK TERBATAS.
Makhluk brahma yg merasa jadi tuhan itu 
sudah didatangi dan disadarkan oleh Buddha di alamnya berada, dan 
sudah keok melawan Sang Buddha dalam kesaktian dan pengetahuan.  Mungkin yg ngaku2 tuhan sekarang itu adalah KWnya si brahma.  >:D
-----------------------
Sudah dijawab tuntas, buat Mods, kalau masih ngeyel mending di lock lagi aja.  Biar deh ga jadi mecahin record Guiness. :whistle: 
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 08 October 2012, 09:06:33 AM
Baik saya akan memulai. Pertanyaan yang saya rasa belum terjawab sehubungan dengan pencerahan adalah:
Mengapa Buddha -- yang dianggap sudah mencapai pencerahan -- tidak berani mengatakan Pencipta itu ada atau tidak? bukankah Buddha seharusnya mengetahui semua realitas kehidupan? Apakah ini berarti pencerahan Buddha masih terbatas?
Buddha sudah mengatakan, kata Buddha : pencipta itu TIDAK ADA.
Itu adalah paham sesat dari makhluk brahma yg merasa menjadi pencipta.
Penjelasan ada di Brahmajala Sutta. -> di DC ada, jadi jangan ngeyel kalau ga baca.
Buddha MENGETAHUI SEMUA realitas kehidupan (31 alam).
Pencerahan Buddha TIDAK TERBATAS.
Makhluk brahma yg merasa jadi tuhan itu sudah didatangi dan disadarkan oleh Buddha di alamnya berada, dan sudah keok melawan Sang Buddha dalam kesaktian dan pengetahuan.  Mungkin yg ngaku2 tuhan sekarang itu adalah KWnya si brahma.  >:D
-----------------------
Sudah dijawab tuntas, buat Mods, kalau masih ngeyel mending di lock lagi aja.  Biar deh ga jadi mecahin record Guiness. :whistle:
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 08 October 2012, 09:06:33 AM
Baik saya akan memulai. Pertanyaan yang saya rasa belum terjawab sehubungan dengan pencerahan adalah:
Mengapa Buddha -- yang dianggap sudah mencapai pencerahan -- tidak berani mengatakan Pencipta itu ada atau tidak? bukankah Buddha seharusnya mengetahui semua realitas kehidupan? Apakah ini berarti pencerahan Buddha masih terbatas?
Buddha sudah mengatakan, kata Buddha : pencipta itu TIDAK ADA.
Itu adalah paham sesat dari makhluk brahma yg merasa menjadi pencipta.
Penjelasan ada di Brahmajala Sutta. -> di DC ada, jadi jangan ngeyel kalau ga baca.
Buddha MENGETAHUI SEMUA realitas kehidupan (31 alam).
Pencerahan Buddha TIDAK TERBATAS.
Makhluk brahma yg merasa jadi tuhan itu sudah didatangi dan disadarkan oleh Buddha di alamnya berada, dan sudah keok melawan Sang Buddha dalam kesaktian dan pengetahuan.  Mungkin yg ngaku2 tuhan sekarang itu adalah KWnya si brahma.  >:D
-----------------------
Sudah dijawab tuntas, buat Mods, kalau masih ngeyel mending di lock lagi aja.  Biar deh ga jadi mecahin record Guiness. :whistle:
			
 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 08 October 2012, 09:06:33 AM
Baik saya akan memulai. Pertanyaan yang saya rasa belum terjawab sehubungan dengan pencerahan adalah:
Mengapa Buddha -- yang dianggap sudah mencapai pencerahan -- tidak berani mengatakan Pencipta itu ada atau tidak? bukankah Buddha seharusnya mengetahui semua realitas kehidupan? Apakah ini berarti pencerahan Buddha masih terbatas?
Buddha sudah mengatakan, kata Buddha : pencipta itu TIDAK ADA.
Itu adalah paham sesat dari makhluk brahma yg merasa menjadi pencipta.
Penjelasan ada di Brahmajala Sutta. -> di DC ada, jadi jangan ngeyel kalau ga baca.
Buddha MENGETAHUI SEMUA realitas kehidupan (31 alam).
Pencerahan Buddha TIDAK TERBATAS.
Makhluk brahma yg merasa jadi tuhan itu sudah didatangi dan disadarkan oleh Buddha di alamnya berada, dan sudah keok melawan Sang Buddha dalam kesaktian dan pengetahuan.  Mungkin yg ngaku2 tuhan sekarang itu adalah KWnya si brahma.  >:D
-----------------------
Sudah dijawab tuntas, buat Mods, kalau masih ngeyel mending di lock lagi aja.  Biar deh ga jadi mecahin record Guiness. :whistle:
			
 
			
			
				Quote from: sanjiva on 08 October 2012, 10:46:56 AM
Buddha sudah mengatakan, kata Buddha : pencipta itu TIDAK ADA.
Itu adalah paham sesat dari makhluk brahma yg merasa menjadi pencipta.
Penjelasan ada di Brahmajala Sutta. -> di DC ada, jadi jangan ngeyel kalau ga baca.
Buddha MENGETAHUI SEMUA realitas kehidupan (31 alam).
Pencerahan Buddha TIDAK TERBATAS.
Makhluk brahma yg merasa jadi tuhan itu sudah didatangi dan disadarkan oleh Buddha di alamnya berada, dan sudah keok melawan Sang Buddha dalam kesaktian dan pengetahuan.  Mungkin yg ngaku2 tuhan sekarang itu adalah KWnya si brahma.  >:D
-----------------------
Sudah dijawab tuntas, buat Mods, kalau masih ngeyel mending di lock lagi aja.  Biar deh ga jadi mecahin record Guiness. :whistle:
wah, ketularan diamond nih...  iklan durasi pendek 3xtayang...  =))
			
 
			
			
				Buset postingnya bukan tatiampi lagi tapi empat kali, bahasa palinya catiampi kali :D 
Quote from: sanjiva on 08 October 2012, 10:46:56 AM
Buddha sudah mengatakan, kata Buddha : pencipta itu TIDAK ADA.
Itu adalah paham sesat dari makhluk brahma yg merasa menjadi pencipta.
Penjelasan ada di Brahmajala Sutta. -> di DC ada, jadi jangan ngeyel kalau ga baca.
Buddha MENGETAHUI SEMUA realitas kehidupan (31 alam).
Pencerahan Buddha TIDAK TERBATAS.
Makhluk brahma yg merasa jadi tuhan itu sudah didatangi dan disadarkan oleh Buddha di alamnya berada, dan sudah keok melawan Sang Buddha dalam kesaktian dan pengetahuan.  Mungkin yg ngaku2 tuhan sekarang itu adalah KWnya si brahma.  >:D
-----------------------
Sudah dijawab tuntas, buat Mods, kalau masih ngeyel mending di lock lagi aja.  Biar deh ga jadi mecahin record Guiness. :whistle:
			
				Quote from: siswahardy on 08 October 2012, 10:51:02 AM
wah, ketularan diamond nih...  iklan durasi pendek 3xtayang...  =))
Quote from: Radi_muliawan on 08 October 2012, 10:51:17 AM
Buset postingnya bukan tatiampi lagi tapi empat kali, bahasa palinya catiampi kali :D
Biar ga ada alasan kalo ga kebaca or kelewat bro....  :whistle: ^-^
			
 
			
			
				Quote from: Radi_muliawan on 08 October 2012, 10:51:17 AM
Buset postingnya bukan tatiampi lagi tapi empat kali, bahasa palinya catiampi kali :D
oh ya, 4x...  maksudnya harga mati kali...  atau ke laut aje...  =))
			
 
			
			
				Quote from: sanjiva on 08 October 2012, 10:56:40 AM
Biar ga ada alasan kalo ga kebaca or kelewat bro....  :whistle: ^-^
wa, diam2 bro erosi jiwa juga nih...  ;D
			
 
			
			
				Quote from: siswahardy on 08 October 2012, 10:59:00 AM
wa, diam2 bro erosi jiwa juga nih...  ;D
Sama sekali kagak esmosi jiva,  cuman mau bantu pecahin record Guiness aja.  :whistle:
			
 
			
			
				Quote from: sanjiva on 08 October 2012, 10:46:30 AM
Buddha sudah mengatakan, kata Buddha : pencipta itu TIDAK ADA.
Itu adalah paham sesat dari makhluk brahma yg merasa menjadi pencipta.
Penjelasan ada di Brahmajala Sutta. -> di DC ada, jadi jangan ngeyel kalau ga baca.
Buddha MENGETAHUI SEMUA realitas kehidupan (31 alam).
Pencerahan Buddha TIDAK TERBATAS.
Makhluk brahma yg merasa jadi tuhan itu sudah didatangi dan disadarkan oleh Buddha di alamnya berada, dan sudah keok melawan Sang Buddha dalam kesaktian dan pengetahuan.  Mungkin yg ngaku2 tuhan sekarang itu adalah KWnya si brahma.  >:D
-----------------------
Sudah dijawab tuntas, buat Mods, kalau masih ngeyel mending di lock lagi aja.  Biar deh ga jadi mecahin record Guiness. :whistle:
Lho bro, bukannya salah satu member yang mengatakan "Buddha tidak meneguhkan Pencipta ada atau tidak". Bagaimana mungkin bro bisa 
memastikan bahwa itu tidak ada?
Coba di periksa lagi di post sebelumnya.
			
 
			
			
				Buddha hanya menunjukan jalan kesana bila ingin bertemu sendiri.
mengenai etentitas yang super being dia ada di dalam 31 akam kehidupan meskipun adi daya dan berkuasa atas alam semesta seperti brahma baka sayang nya dia bukan tuhan karena suatu ketika akan mati juga.
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 08 October 2012, 01:34:49 PM
Lho bro, bukannya salah satu member yang mengatakan "Buddha tidak meneguhkan Pencipta ada atau tidak". Bagaimana mungkin bro bisa memastikan bahwa itu tidak ada?
Coba di periksa lagi di post sebelumnya.
Siasat adu domba pernyataan ummat  0:)  begini sudah basi.  Acuan gw Brahmajala Sutta.  Kalau anda tidak mau baca suttanya, yah berarti memang tujuan anda bukanlah 'pencerahan' melainkan penggelapan sempurna.  :whistle: ^-^
			
 
			
			
				Quote from: sanjiva on 08 October 2012, 04:45:09 PM
Siasat adu domba pernyataan ummat  0:)  begini sudah basi.  Acuan gw Brahmajala Sutta.  Kalau anda tidak mau baca suttanya, yah berarti memang tujuan anda bukanlah 'pencerahan' melainkan penggelapan sempurna.  :whistle: ^-^
Hehehe.
Ini ya saya post tulisannya:
QuoteAnda tidak menyimak. Buddha tidak pernah mengukuhkan ada/tidak ada karena konsep tuhan itu tidak bermanfaat untuk diperdebatkan. Namun, terhadap orang yang beriman dengan argumen sosok pencipta, Buddha mengatakan jika memang ada yang disebut pencipta, maka itu adalah sosok yang jahat karena menciptakan makhluk dengan segala penderitaannya.
Saya tidak perlu mencantumkan membernya. Ntar dibilang adu domba lagi. Jika masih tidak yakin, coba dicari sendiri.
			
 
			
			
				back to topik ini sudah melenceng dari jalur.
pertanyaan nya apa bro IN tentu tahu disini yang di perbincang kan adalah kelahiran kembali
peringatan anda sudah melenceng dari jalur diskusi.
lock
			
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 08 October 2012, 09:06:33 AM
Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Moderator karena telah membuka kembali tread ini. Kepada teman-teman lain, diharapkan tidak membuat pernyataan atau pertanyaan tentang keyakinan K, agar diskusi dapat terfokus. Kembali ke pembahasan awal, yang didiskusikan adalah:
- Tentang kelahiran kembali
- Tentang pencerahan.
Baik saya akan memulai. Pertanyaan yang saya rasa belum terjawab sehubungan dengan pencerahan adalah:
Mengapa Buddha -- yang dianggap sudah mencapai pencerahan -- tidak berani mengatakan Pencipta itu ada atau tidak? bukankah Buddha seharusnya mengetahui semua realitas kehidupan? Apakah ini berarti pencerahan Buddha masih terbatas?
Silakan.
dan sudah di jawab bila ingin bertemu dengan sang pencipta di dalam budhisme anda tinggal mengikuti jalan mulia berunsur 8 hingga bisa bertemu secara personal setelah mencapai nirvana.
			
 
			
			
				Quote from: Xan To on 05 October 2012, 07:19:43 PM
Anda itu bodoh atau saya nya yang kurang jelas?
katakan lah anda itu anak kecil yang diceritakan dalam buku Twenty Cases Suggestive of Reincarnation, setelah anda berumur beberapa tahun, anda mulai berkata kepada orang tua yang melahirkan anda bukan sebagai ibu anda (skrg), dan selama kurun waktu tertentu anda terus berkata demikian sehingga akhirnya Ibu anda (Skrng) bersedia pergi ke rumah yang katanya rumah anda, disana anda bisa menunjukan ibu yg anda bilang sebagai ibu anda (lama). menunjukan saudara-saudara anda (lama) dan semua yang anda sebutkan benar mengenai keluarga anda yang dulu, karena keluarga anda yang dulu juga mengakui nama mereka memang seperti yang anda sebutkan padahal anda masih kecil dan tidak pernah pergi ke rumah keluarga anda yang lama karena jaraknya yang jauh, mengerti?
Apakah ini bukti empiris yang anda maksud?
Saudara Isac anda belum menjawab pertanyaan saya diatas, Anda tahu apa bedanya seorang pecundang dengan pemenang? Pecundang tidak pernah mengakui kekalahannya. jadi anda tidak usah ngeles dengan mengatakan "Baik, jadi bro ingin tetap membahas hal ini" jika anda tidak ingin jadi pecundang. Hal pertama yang anda minta adalah bukti empiris bukan?
jika anda bersedia mengakui baru saya akan jawab pertanyaan yang dibawah ini ok?
Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:43:02 PM
Baik, jadi bro ingin tetap membahas hal ini. Kalau begitu saya tanya: Bagaimana si anak bisa mengingat kehidupan sebelumnya, sedangkan dalam ajaran kelahiran kembali, "aku" di kehidupan sekarang bukanlah "aku" di kehidupan sebelumnya? Bagaimana ia bisa mengingat, padahal -- berdasarkan ajaran kelahiran kembali -- ingatan dan kesadaran sudah terurai?
Silakan bro.
			 
			
			
				Quote from: Isaacus Newtonus on 08 October 2012, 09:06:33 AM
Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Moderator karena telah membuka kembali tread ini. Kepada teman-teman lain, diharapkan tidak membuat pernyataan atau pertanyaan tentang keyakinan K, agar diskusi dapat terfokus. Kembali ke pembahasan awal, yang didiskusikan adalah:
- Tentang kelahiran kembali
- Tentang pencerahan.
Baik saya akan memulai. Pertanyaan yang saya rasa belum terjawab sehubungan dengan pencerahan adalah:
Mengapa Buddha -- yang dianggap sudah mencapai pencerahan -- tidak berani mengatakan Pencipta itu ada atau tidak? bukankah Buddha seharusnya mengetahui semua realitas kehidupan? Apakah ini berarti pencerahan Buddha masih terbatas?
Silakan.
Semoga ini bisa menjadi rujukan anda saudara Isac Di Sini (http://dhammaduta.wordpress.com/2012/08/09/ketika-sang-buddha-menyangkal-paham-pencipta-dan-ciptaannya/)
			
 
			
			
				Kebodohan memang tidak kenal batas. 
Quote from: Isaacus Newtonus on 08 October 2012, 09:06:33 AM
Baik saya akan memulai. Pertanyaan yang saya rasa belum terjawab sehubungan dengan pencerahan adalah:
Mengapa Buddha -- yang dianggap sudah mencapai pencerahan -- tidak berani mengatakan Pencipta itu ada atau tidak? bukankah Buddha seharusnya mengetahui semua realitas kehidupan? Apakah ini berarti pencerahan Buddha masih terbatas?
Saya ulangi untuk yang terakhir kali, Buddha hanya membahas hal-hal yang nyata dan kondusif untuk lenyapnya dukkha. Hal-hal seperti Pencipta, Leperchaun, Chupacabra, Ultraman, Big Foot, Elf, Voldermort, Godzilla, dan lain-lain, tidak dibahas. 
Jika anda menggunakan asumsi seenak perut anda bahwa tidak dibahas berarti kemungkinan 'ada', maka berlaku pula untuk hal-hal lain yang tidak dibahas tersebut. Jadi jika anda mau belajar Buddhisme, tinggalkan hal yang tidak berguna. Tidak ada gunanya bersikeras berspekulasi keberadaan Voldermort berdasarkan 'karena Buddha tidak menyatakannya'.
Jika sikap tidak etis anda masih dilanjutkan, maka thread ini pun akan dilock. 
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 09 October 2012, 09:10:57 AM
Kebodohan memang tidak kenal batas. 
Saya ulangi untuk yang terakhir kali, Buddha hanya membahas hal-hal yang nyata dan kondusif untuk lenyapnya dukkha. Hal-hal seperti Pencipta, Leperchaun, Chupacabra, Ultraman, Big Foot, Elf, Voldermort, Godzilla, dan lain-lain, tidak dibahas. 
protes ...  kenapa pikolo, cell, freeza, dll tidak disebutkan?
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 09 October 2012, 09:15:05 AM
protes ...  kenapa pikolo, cell, freeza, dll tidak disebutkan?
"Lain-lain" itu termasuk Piccolo, Freeza, Saint Seiya, Sharivan, Naruto, Monkey D. Ruffy, Belmont Clan, Chun Li, Gundam, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan semua di sini. 
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 09 October 2012, 09:25:33 AM
"Lain-lain" itu termasuk Piccolo, Freeza, Saint Seiya, Sharivan, Naruto, Monkey D. Ruffy, Belmont Clan, Chun Li, Gundam, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan semua di sini. 
saya tetap protes, kenapa mrk dimasukkan dalam kelompok "lain-lain"?
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 09 October 2012, 09:33:06 AM
saya tetap protes, kenapa mrk dimasukkan dalam kelompok "lain-lain"?
Karena tidak mungkin "sama-sama", jadi harus "lain-lain". Juga sample diambil secara acak, bukan berdasarkan urutan prioritas, tenaritas, ataupun senioritas. 
			
 
			
			
				:hammer:
			
			
			
				ngakak om...guling2...
sedangi makan pula...hadehh
			
			
			
				saya berikan sutta dari culamalunkya sutta ini adalah penggalan dari kisah Malunkyaputta yg kira2 nanya nya sama ky Om isaac.
" Karena itu malunkyaputta ingatlah apa yg telah saya biarkan tanpa dinyatakan sebagai yang tidak dinyatakan dan ingatlah bahwa apa yg telah Saya nyatakan sebagai yang elah dinyatakan. Dan apa yg telah saya biarkan tanpa dinyatakan.. Dunia ini abadi, dunia ini tidak abadi, dunia ini terbatas dunia ini tak terbatas, jiwa tidak sama dengan tubuh, setelah mati sosok Tathagata tetap ada, setelah mati sosok Tathagata tidak ada, setelah mati sosok Tathagata bukan ada dan bukan juga tidak ada semua itu dibiarkan tidak dinyatakan oleh Saya."
Mengapa hal itu Saya biarkan tanpa dinyatakan? karena hal itu tidak bermanfaat, tdak termasuk dalam dasar-dasar kehidupan suci, tidak menghasilkan lenyapnya keterpikatan lenyapnya nafsu keinginan, berhenti nya penderitaan, pengetahuan langsung, pencerahan, nibbana. Itulah sebab nya mengapa hal itu telah Saya biarkan tanpa dinyatakan"
Dan apakah yang telah saya nyatakan. inilah penderitaan telah saya nyatakan, inilah sumber penderitaan telah saya nyatakan,inilah berhentinya penderitaan telah saya nyatakan. inilah jalan menuju berhentinya penderitaan telah saya nyatakan.
Mengapa saya menyatakan hal itu karena hal itu bermanfaat, termasuk dalam dasar-dasar kehidupan suci,menghasilkan lenyapnya keterpikatan,lenyapnya nafsu keinginan, berhentinya penderitaan,pengetahuan langsung,pencerahan, nibbana ini lah sebabnya mengapa hal itu Saya nyatakan"
Diawal kisah malunkyaputta bertanya hal2 seperti itu dan Tathagata mengibaratkan orang yg bertanya hal tersebut seperti orang yg terkena panah beracun dan tidak mau diobati sebelum dia mengetahui siapa pemanahnya, berasal dari kaum mana, rambut nya berwarna apa,kayu panahnya terbuat dari apa, pemanahnya berasal dari suku apa dan lain sebagainya. Pertanyaan tersebut tidaklah langsung membuat yg terkena panah sembuh karena itu adalah pertanyaan yg tidak berguna.
Bila ada yang kurang bisa ditambahkan
			
			
			
				Kayaknya TSnya sudah pamitan deh. ::)
Thread ini udah mati -hidup 2X, akankah tatiyampi benar2 mengakhirinya?  :D
			
			
			
				wahhhh... kenapa ane kaga di kasih tau ada mainan menarik... 
dato' suka dengan logika orang kanesten yg dodol tersebut... hehehe... kenapa dato' kata dodol, karena pertanyaan yg dilontarkan uda turun temurun, yg merupakan pertanyaan pamungkas oleh para pendeta2/evangelish untuk menyudutkan umat buddhist yg percaya akan tumimbal lahir...
undang lg donk si kanesten itu... dato' teman nya brewok mau cuap2 dikit... :D
			
			
			
				Quote from: dato' tono on 10 October 2012, 03:05:06 PM
wahhhh... kenapa ane kaga di kasih tau ada mainan menarik... 
dato' suka dengan logika orang kanesten yg dodol tersebut... hehehe... kenapa dato' kata dodol, karena pertanyaan yg dilontarkan uda turun temurun, yg merupakan pertanyaan pamungkas oleh para pendeta2/evangelish untuk menyudutkan umat buddhist yg percaya akan tumimbal lahir...
undang lg donk si kanesten itu... dato' teman nya brewok mau cuap2 dikit... :D
Dato' tono TERLAMBAT  ;D ;D ;D ;D, Udah terlanjur kabur tuh om, udah maap2an ma bro diamond juga koq.....
tapi barangkali ntar muncul cloningannya  ;D ;D ;D ;D ;D
kalau udah kagak tahan untuk comment  :D :D :D :D
			
 
			
			
				emang kadang orang kanesten seperti itu harus di bungkam mulut besar nya... biar kaga "bawel nan celupar" dalam menyatakan sesuatu yg ia tidak ketahui.
kita tunggu aja kehadiran kanesten2 seperti itu di waktu mendatang...
			
			
			
				Quote from: dato' tono on 10 October 2012, 03:05:06 PM
wahhhh... kenapa ane kaga di kasih tau ada mainan menarik... 
dato' suka dengan logika orang kanesten yg dodol tersebut... hehehe... kenapa dato' kata dodol, karena pertanyaan yg dilontarkan uda turun temurun, yg merupakan pertanyaan pamungkas oleh para pendeta2/evangelish untuk menyudutkan umat buddhist yg percaya akan tumimbal lahir...
undang lg donk si kanesten itu... dato' teman nya brewok mau cuap2 dikit... :D
telat loe bro..  :whistle:
			
 
			
			
				Quote from: Rico Tsiau on 10 October 2012, 03:27:42 PM
telat loe bro..  :whistle:
itu dia, Tuhan merencanakan dato' tidak bertemu dengan para domba2 nya... luar binasah rencana nya... hihihihi...
			
 
			
			
				Quote from: dato' tono on 10 October 2012, 03:05:06 PM
wahhhh... kenapa ane kaga di kasih tau ada mainan menarik... 
dato' suka dengan logika orang kanesten yg dodol tersebut... hehehe... kenapa dato' kata dodol, karena pertanyaan yg dilontarkan uda turun temurun, yg merupakan pertanyaan pamungkas oleh para pendeta2/evangelish untuk menyudutkan umat buddhist yg percaya akan tumimbal lahir...
undang lg donk si kanesten itu... dato' teman nya brewok mau cuap2 dikit... :D
dah mabur setelah bikin trit satunya lagi: http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23080.msg414931.html#msg414931
			
 
			
			
				Quote from: dato' tono on 10 October 2012, 03:23:30 PM
emang kadang orang kanesten seperti itu harus di bungkam mulut besar nya... biar kaga "bawel nan celupar" dalam menyatakan sesuatu yg ia tidak ketahui.
kita tunggu aja kehadiran kanesten2 seperti itu di waktu mendatang...
Ini agak beda dengan sebelumnya, versi 2.0, dilengkapi dengan pseudo-science merk 'creationism'. Mungkin 'anti-virus' Dato kudu di-update juga. 
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 10 October 2012, 03:47:50 PM
Ini agak beda dengan sebelumnya, versi 2.0, dilengkapi dengan pseudo-science merk 'creationism'. Mungkin 'anti-virus' Dato kudu di-update juga. 
 ^:)^ mohon bimbingan nya... ;D
			
 
			
			
				Quote from: dato' tono on 10 October 2012, 03:50:42 PM
 ^:)^ mohon bimbingan nya... ;D
di baca Evolusionist vs Creationist datu seru dah!.
Nanti dato bisa tambah praktek cara merajam eh salah yang benar menghadapi si umat k dan kawan kawan nya dimanapun dia berada sengaja tidak di hapus biar jadi pembelajaran dan Bro IN adalah model dan bukti authentik bagaimana umat k berprilaku.
			
 
			
			
				Quote from: dato' tono on 10 October 2012, 03:50:42 PM
 ^:)^ mohon bimbingan nya... ;D
Wah, saya juga belum ahli tuh. Belum sempat cari bahan juga untuk buka thread 'evolusi' (=
evilution, kalo katanya orang tertentu). Semoga temen2 sini ada yang mau memulai bahasannya. 
			
 
			
			
				Quote from: kullatiro on 10 October 2012, 04:02:43 PM
di baca Evolusionist vs Creationist datu seru dah!.
Nanti dato bisa tambah praktek cara merajam eh salah yang benar menghadapi si umat k dan kawan kawan nya dimanapun dia berada sengaja tidak di hapus biar jadi pembelajaran dan Bro IN adalah model dan bukti authentik bagaimana umat k berprilaku.
hal seperti ini uda beberapa kali di debatkan. dato' pernah ikuti diskusi/debat Evolusionist vs Creationist di salah satu forum kanesten. tp tetap aja, pihak creationist tetap kekeh dengan pendapat nya, pihak evolusionist jg kekeh... jd ujung2 nya, bukan ke arah diskusi/debat, malah ke arah ribut. 
klo mau seru bahas topik itu, coba ke group atheis... pihak creationist kadang ga bs jawab pertanyaan2, malah ngaburkan permasalahan, buat keributan... ;D
klo berbicara bukti otentik bagaimana umat kanesten brprilaku, IN cm salah satu diantara ribuan orang kanesten yang kurang ajar, IN hanya contoh kecil saja... 
			
 
			
			
				Quote from: dato' tono on 10 October 2012, 03:05:06 PM
wahhhh... kenapa ane kaga di kasih tau ada mainan menarik... 
dato' suka dengan logika orang kanesten yg dodol tersebut... hehehe... kenapa dato' kata dodol, karena pertanyaan yg dilontarkan uda turun temurun, yg merupakan pertanyaan pamungkas oleh para pendeta2/evangelish untuk menyudutkan umat buddhist yg percaya akan tumimbal lahir...
undang lg donk si kanesten itu... dato' teman nya brewok mau cuap2 dikit... :D
=)) sinyal om tono lemah sih, masa kaya gini bisa kelewat =))
			
 
			
			
				Quote from: Kainyn_Kutho on 10 October 2012, 04:07:45 PM
Wah, saya juga belum ahli tuh. Belum sempat cari bahan juga untuk buka thread 'evolusi' (=evilution, kalo katanya orang tertentu). Semoga temen2 sini ada yang mau memulai bahasannya.
kan dah ada "apakah buddhis evolusionist?" di diskusi umum tinggal di tambah; bagaimana cara pemikiran evolusionist dan bagaimana  cara pemikiran buddhist hingga kita bisa membandingkan nya.
yang belum ada thread science dan pseudo-science  thread ini perlu buat pembelajaran.
			
 
			
			
				CMIIW(Correct Me If I'm Wrong - Koreksi saya jika ada yang salah).
Agama samawi sarat (sangat buanyak sekali dipenuhi) dengan dogma-dogma,  didalam Buddhisme sepengetahuan saya cuma ada 'semacam dogma' yakni  tentang kelahiran kembali. Bedanya didalam Budhisme terdapat prinsip  EHIPASIKO, sehingga 'semacam dogma' kelahiran kembali tersebut harus diuji  dan ditemukan sendiri oleh pemeluk yang bersangkutan melalui MEDITASI.  Memang tidak mudah perlu upaya dan ketekunan yang luar biasa. Kalau kita  tidak bisa atau belum mencapainya jangan salahkan siapa-siapa tetapi  berupayalah terus sampai hayat dikandung badan lepas sekalipun.
Pengetahuan Buddha tentang masa lalunya (saya yakin beliau peroleh melalui  meditasi) salah satunya saya kutipkan untuk anda dari sebuah catatan kaki  dari buku
Mind-Seal Of The Buddhas. Patriarch Ou-i's Commentary On The Amitabha  Sutra,  penerjemah J.C. Cleary,  penerbit Sutra Translation Committee of   the United States and Canada, 1997. Judul asli 阿 彌 陀 经 要 解  (ā-mí-tuó  jīng yào-jiě). Halaman 149-151. File pdfnya bisa anda unduh dari  www.urbandharma.org/pdf/mindseal.pdf (http://www.urbandharma.org/pdf/mindseal.pdf) (Halaman 44-45).
Quote......
Pada suatu waktu Buddha Sakyamuni dan muridnya Mahamaudgalyayana datang  dengan rombongan besar para pengikutnya ke suatu negeri untuk mengubah  kehidupan mahluk-mahluk. Ketika penduduk berjumpa dengan Buddha mereka  menutup pintu dan tidak mengacuhkan beliau. Akan tetapi, ketika bersua  dengan Mahamaudgalyayana mereka berlarian menyambutnya, dan setiap orang,  dari raja dan para menteri sampai penduduk biasa semuanya membungkukan  badan dan berlomba-lomba memberikan persembahan kepadanya. Murid-murid  Buddha berpikir ini paling tidak adil. "Dunia Memuliakan Satu Orang,"  mereka berkata, "pelaksanaan kebajikan guru begitu tinggi; mengapa mereka  tidak memberikan persembahan kepada guru, melainkan berlomba-lomba  memberikan persembahan kepada Mahamaudgalyayana?"
"Ini disebabkan ikatan masa lalu," kata Buddha. "Akan aku ceritakan kepada  kalian."
"Ribuan tahun tak terbatas yang lalu, Maudgalyayana dan aku adalah orang- orang desa biasa. Dia mengumpulkan kayu bakar di pegunungan dan aku  tinggal di gubuk dibawah. Sekelompok lebah mengganguku dan aku putuskan  mengusirnya dengan cara menggantang asap.  Akan tetapi Maudgalyayana  menolak walaupun lebah-lebah itu menyengat hingga tangannya bengkak dan  sakit.  Malahan dia membuat ikrar, 'sungguh sengsara menjadi lebah,'  pikirnya, 'Aku berikrar setelah aku mencapai Jalan yang pertama akan  kuseberangkan adalah lebah-lebah mirip-asura ini!'
Beberapa kehidupan kemudian lebah-lebah ini terlahir kembali sebagai  penduduk negeri ini. Ratu lebah menjadi raja, lebah-lebah pejantan menjadi  para menteri, dan lebah-lebah pekerja menjadi penduduknya. Karena aku tak  suka dengan lebah, sekarang aku tak punya ikatan dengan orang-orang ini  dan oleh karena itu tak seorangpun memberikan persembahan kepadaku. Akan  tetapi karena ikrarnya, seluruh penduduk memuliakan Maudgalyayana".
Menurut Buddha, sebagai mahluk indriawi, kita semua mempunyai kemelekatan  yang kuat - khususnya terhadap tubuh dan kepemilikan kita. Pada saat  meninggal dunia, saat akan kehilangan tubuh dan  kepemilikkan, kesadaran  kita, terdorong oleh kemelekatan yang mendalam ini, dengan sendirinya  bergegas terlahir kembali kedalam tubuh lain. Pada titik waktu inilah  ikrar-ikrar, khususnya ikrar untuk terlahir kembali di Surga Barat, sangat  penting: daripada hanya mengikuti karma, baik dan jahat, kita bisa,  melalui kekuatan dari ikrar-ikrar ini, mencapai kelahiran kembali di Surga  Barat.
Satu hal yang luar biasa dari Buddhisme adalah bahwa setiap mahluk bisa  menjadi Buddha (mencapai kebuddhaan)!. 
			
				 :| :| malaikat maut aa tono telatz...padahal sudah dtunggu2 ... :whistle: :whistle:
			
			
			
				Quote from: kullatiro on 10 October 2012, 05:09:55 PM
kan dah ada "apakah buddhis evolusionist?" di diskusi umum tinggal di tambah; bagaimana cara pemikiran evolusionist dan bagaimana  cara pemikiran buddhist hingga kita bisa membandingkan nya.
yang belum ada thread sience dan pseudo-science  thread ini perlu buat pembelajaran.
Kalau di thread itu, bahasannya tentang Buddhism & Evolutionism. Buddhisme dalam hal ini adalah netral karena selain tujuannya adalah lenyapnya dukkha, tidak juga membahas secara detail hal ini. Ya, saya memang juga maunya bahas fokusnya ke sains dan hal-hal apa saja yang sering digunakan untuk 'cocologi'. 
			
 
			
			
				Apakah John Kennedy tumimbal lahir dari Abraham Lincoln?
[spoiler]http://www.near-death.com/experiences/reincarnation08a.html (http://www.near-death.com/experiences/reincarnation08a.html)[/spoiler]
			
			
			
				Quote from: tuesday on 11 October 2012, 03:36:25 PM
Apakah John Kennedy tumimbal lahir dari Abraham Lincoln?
[spoiler]http://www.near-death.com/experiences/reincarnation08a.html (http://www.near-death.com/experiences/reincarnation08a.html)[/spoiler]
Bila semua kesamaan faktanya itu akurat, benar2 luar biasa sekali!
Kata pepatah: Sejarah selalu berulang.
			
 
			
			
				TS kok gak percaya amat ama tumimbal balik sih ;D
saya aja percaya lho ;D
entah kenapa saya lupa alasannya, tp beneran lho ;D
			
			
			
				sorry salah post  ;D
			
			
			
				Quote from: Stephensuleeman on 11 October 2012, 08:55:19 PM
TS kok gak percaya amat ama tumimbal balik sih ;D
saya aja percaya lho ;D
entah kenapa saya lupa alasannya, tp beneran lho ;D
::)
suddenly appeared...