Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali

Started by Isaacus Newtonus, 02 October 2012, 09:24:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

juanpedro

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:43:02 PM
Baik, jadi bro ingin tetap membahas hal ini. Kalau begitu saya tanya: Bagaimana si anak bisa mengingat kehidupan sebelumnya, sedangkan dalam ajaran kelahiran kembali, "aku" di kehidupan sekarang bukanlah "aku" di kehidupan sebelumnya? Bagaimana ia bisa mengingat, padahal -- berdasarkan ajaran kelahiran kembali -- ingatan dan kesadaran sudah terurai?

Silakan bro.

imo, karena ada hukum KAMMA dan kondisi-kondisi lainnya...

oh ya btw Sdr. TS sudah menganggap ini sebagai bukti empiris belum?

sanjiva

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 06:02:47 PM
Wah bro, terus terang saya tidak kenal dengan om Seth. Seperti yang bro katakan, mungkin kebetulan saja saya dan beliau sama-sama menyukai Isaac Newton.

Gw malah teringat dengan seseorang yg bernama Stephen Suleeman, tadinya banyak tanya tentang buddhism juga kayak anda, tapi sekarang sejak anda nongol dia tak pernah nongol lagi. ^-^ ;D
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Rico Tsiau


juanpedro

trit ini hebat ya... bisa menarik perhatian momod-momod saat launching perdananya.

ngiri.com :-[

K.K.

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:23:59 PM
Lho bro, kok jadi lari ke "sesuka hati"? Kan yang kita bahas tentang hukum, dan hukum berarti keteraturan. Kalau bro bilang sesuka hati, berarti sudah tidak ada hukum lagi.

Kalau masih ada hukum (baca: aturan), maka tidak bisa menetapkan harga emas sesuka hati. Polanya masih tetap berlaku: semakin sedikit jumlah emas, semakin mahal harganya, semakin banyak jumlah emas, semakin murah harganya.
Jadi bingung...

Anda katakan tentang entitas yang mengatur hukum.
Saya katakan keteraturan hukum itu terbentuk karena keterkondisian.

Saya beri perumpamaan hukum ekonomi tidak diciptakan namun muncul karena kondisi.
Anda katakan hukum ekonomi diatur oleh 'tuhannya' yaitu manusia.

Namun kemudian anda katakan sendiri bahwa manusia tidak bisa menetapkan bagaimana seharusnya hukum ekonomi, namun tunduk pada 'jika permintaan naik/persediaan turun, maka harga naik.'

Jadi pertanyaannya, apakah entitas yang anda bicarakan ini mengatur hukum atau tunduk pada hukum?


Quote"Tidak mengetahui satu hal, bukan berarti hal itu ada"? Lho, kan sudah saya kasih contoh nyata, yaitu tentang ruang. Pertanyaan tentang siapa yang menciptakan Tuhan, sama dengan pertanyaan tentang dimana ujung ruang alam semesta ini. Bahkan sekalipun ada ujungnya, apa diluar ujung itu? Ada ujung lagi. Lalu apa diluar ujung lagi itu? Tidak ada habisnya juga kan? Namun sekalipun kita tidak tahu jawabannya, yang pasti ada ruang.
Betul, yang pasti ada ruang. Tapi saya belum melihat kepastian adanya pencipta. Bagaimana donk?


QuoteJika Buddha saja -- yang menurut bro sudah tercerahkan -- tidak pernah (mungkin tidak berani?) mengatakan Tuhan tidak ada, bagaimana mungkin bro berani mengatakan seperti itu? Apakah bro lebih tercerahkan dari Buddha?
Anda tidak menyimak. Buddha tidak pernah mengukuhkan ada/tidak ada karena konsep tuhan itu tidak bermanfaat untuk diperdebatkan. Namun, terhadap orang yang beriman dengan argumen sosok pencipta, Buddha mengatakan jika memang ada yang disebut pencipta, maka itu adalah sosok yang jahat karena menciptakan makhluk dengan segala penderitaannya.


QuoteBro, sudah berkali-kali Evolusionist 'menjilat ludah'nya (maaf jika hal ini kedengaran kasar, ini hanya untuk menekankan betapa Evolusionist sudah sering kali keliru). Bagaimana mungkin mereka mengklaim memiliki kebenaran, sedangkan kesimpulan terus dirubah (contoh sederhananya, mengenai usus buntu itu). Sikap keras kepala hanya menunjukkan tiada kerendahan hati, tidak mau mengakui keterbatasan dan kekurangan manusia.

Evolusionist mengaku ilmiah. Namun ketika membahas tentang awal mula kehidupan, Richard Dawkins (tokoh Evolusi terkemuka) berkata, "sebuah molekul yang sangat luar biasa terbentuk secara kebetulan".

Hehehe, masakan seorang ilmiah bicaranya "kebetulan", dan parahnya yang kebetulan itu adalah sesuatu yang luar biasa. Ini sama saja mengatakan: angin menerbangkan pasir dan batu di Arab Saudi dan terbentuklah Burj Kalifa!

Maka, wajarlah jika seorang profesor, yaitu Profesor William Thorpe dari fakultas zoologi di Universitas Cambridge, mengatakan kepada sesama ilmuwan, "Semua spekulasi dan diskusi dangkal yang diterbitkan selama sepuluh sampai lima belas tahun terakhir, yang menjelaskan caranya kehidupan bermula, ternyata terlalu sederhana dan tidak berbobot. Jalan keluar untuk problem itu sebenarnya masih sama jauhnya seperti dulu."
Tampaknya anda berusaha menggiring opini dengan mencampur awal mula (yang masih spekulasi bagi sains) dengan evolusi yang sudah terbukti. Anda mau menolak evolusi dan percaya entitas pencipta "kebetulan" iseng2 menciptakan, silahkan.

"angin menerbangkan pasir dan batu di Arab Saudi dan terbentuklah Burj Kalifa" atau "angin menerbangkan rongsokan dan membentuk pesawat terbang."  ;D inilah propaganda kreasionis yang menyelewengkan makna evolusi.

*Jika evolusi adalah kebetulan, maka kita boleh berharap munculnya beruang kutub berjemur di pantai Hawaii. Semua ilmuwan akan menertawakan ide ini sebab evolusi adalah lain-lain kecuali kebetulan.

*Namun jika tuhan berkehendak, maka beruang kutub berjemur di pantai Hawaii ini pasti terjadi. Dan orang-orang kreasionis pasti menyetujuinya. Mengapakah? Karena kebetulan tuhan berkehendak begitu.


-Jika bukti baru ditemukan apakah mendukung atau menyalahi hipotesis sebelumnya, maka ilmuwan memperbaharui hipotesis dengan variable yang lebih detail

-Jika bukti baru ditemukan dan menyalahi iman, maka kreasionis menganggapnya ujian keyakinan sebab iman tidak mungkin salah. (Note: tidak ada bukti baru ditemukan yang mendukung iman kreasionis. No offense.)


Karena alasan inilah saya tidak ingin bicara sains dengan kreasionis. Nah, anda boleh lanjutkan masalah Buddhisme kalau mau, tapi kalau soal sains, saya tidak layani.




adi lim

#561
dari halaman awal sudah di ingatkan pelajari dulu konsep Buddhisme, baru bertanya !

dijelaskan dengan konsep buddhisme dibalas konsep sang maha kuasa, logika ekonomi dan logika sains, udah mentok di suruh mampir ke situs utk bahas yang tidak boleh bahas disini.
ternyata ada 'udang' dibalik 'ikan' => misionoris yang malu-malu kucing
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

FZ

Quote from: adi lim on 06 October 2012, 10:31:10 AM
dari halaman awal sudah di ingatkan pelajari dulu konsep Buddhisme, baru bertanya !

dijelaskan dengan konsep buddhisme dibalas konsep sang maha kuasa, logika ekonomi dan logika sains, udah mentok di suruh mampir ke situs utk bahas yang tidak boleh bahas disini.
ternyata ada 'udang' dibalik 'ikan' => misionoris yang malu-malu kucing
Akhirnya terbukti juga omongan om rico benar kan ;D

satu hal yang cukup membanggakan, bahwa umat Buddha yang sudah mempelajari Buddhisme dengan baik, tidak tertarik untuk masuk ke forum K, karena tahu hal tersebut tidak berguna..

Umur terbatas, kalau sudah menemukan yang terbaik, untuk apa belajar agama lain lagi ? :))

Berbeda dengan TS yang merasa masih ada yang kurang dengan agama nya, makanya merasa perlu mempelajari Buddhisme.. heheheh ;D

Intinya : orang yang sudah bahagia dengan ajaran agamanya, tidak akan mencari "pelarian" (baca:SELINGKUH) untuk mempelajari agama lain lagi. Berhubung umur yang terbatas, lebih baik waktu tersebut digunakan untuk mempelajari yang lain.

Makanya apakah TS berbahagia dalam agama K ? Silakan dijawab sendiri. jika bahagia.. idealnya tidak perlu lagi mempelajari Buddhisme karena apa yang didapatkan hendaknya sudah membuat diri puas bukan ? ;D

adi lim

Quote from: Forte on 06 October 2012, 11:06:50 AM
Intinya : orang yang sudah bahagia dengan ajaran agamanya, tidak akan mencari "pelarian" (baca:SELINGKUH) untuk mempelajari agama lain lagi. Berhubung umur yang terbatas, lebih baik waktu tersebut digunakan untuk mempelajari yang lain.

Makanya apakah TS berbahagia dalam agama K ? Silakan dijawab sendiri. jika bahagia.. idealnya tidak perlu lagi mempelajari Buddhisme karena apa yang didapatkan hendaknya sudah membuat diri puas bukan ? ;D


nafsu besar kemampuan kurang :))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

juanpedro

Quote from: Forte on 06 October 2012, 11:06:50 AM
Akhirnya terbukti juga omongan om rico benar kan ;D

satu hal yang cukup membanggakan, bahwa umat Buddha yang sudah mempelajari Buddhisme dengan baik, tidak tertarik untuk masuk ke forum K, karena tahu hal tersebut tidak berguna..

Umur terbatas, kalau sudah menemukan yang terbaik, untuk apa belajar agama lain lagi ? :))

Berbeda dengan TS yang merasa masih ada yang kurang dengan agama nya, makanya merasa perlu mempelajari Buddhisme.. heheheh ;D

Intinya : orang yang sudah bahagia dengan ajaran agamanya, tidak akan mencari "pelarian" (baca:SELINGKUH) untuk mempelajari agama lain lagi. Berhubung umur yang terbatas, lebih baik waktu tersebut digunakan untuk mempelajari yang lain.

Makanya apakah TS berbahagia dalam agama K ? Silakan dijawab sendiri. jika bahagia.. idealnya tidak perlu lagi mempelajari Buddhisme karena apa yang didapatkan hendaknya sudah membuat diri puas bukan ? ;D
:whistle:

kullatiro

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 10:49:34 PM
Hehehe.

Inilah yang selalu saya sayangkan dari kebanyakan manusia, sering terburu-buru mengambil kesimpulan, padahal belum memeriksa semua data yang ada. Kita merasa sudah tahu segalanya, padahal tidak.

Jawaban saya singkat saja: Apakah bro sudah membaca ayat selanjutnya yang mengatakan bahwa Adam juga melahirkan anak-anak perempuan? Belum lagi ditambah dengan, bahwa umur orang saat itu sangat panjang, sehingga yang menjadi istri Kain bisa jadi adalah generasi yang ke sekian?

Kalau bro memang tulus ingin mengetahui hal ini, mari kita bahas di tempat lain.







ini malah lebih aneh lagi si adam jadi hemaprodite terus incest sama anakny si kain, jadi gay? 

emulio

Quote from: Forte on 06 October 2012, 11:06:50 AM
Akhirnya terbukti juga omongan om rico benar kan ;D

satu hal yang cukup membanggakan, bahwa umat Buddha yang sudah mempelajari Buddhisme dengan baik, tidak tertarik untuk masuk ke forum K, karena tahu hal tersebut tidak berguna..

Umur terbatas, kalau sudah menemukan yang terbaik, untuk apa belajar agama lain lagi ? :))

Berbeda dengan TS yang merasa masih ada yang kurang dengan agama nya, makanya merasa perlu mempelajari Buddhisme.. heheheh ;D

Intinya : orang yang sudah bahagia dengan ajaran agamanya, tidak akan mencari "pelarian" (baca:SELINGKUH) untuk mempelajari agama lain lagi. Berhubung umur yang terbatas, lebih baik waktu tersebut digunakan untuk mempelajari yang lain.

Makanya apakah TS berbahagia dalam agama K ? Silakan dijawab sendiri. jika bahagia.. idealnya tidak perlu lagi mempelajari Buddhisme karena apa yang didapatkan hendaknya sudah membuat diri puas bukan ? ;D

Saya rasa sudah berjodoh Isaac masuk ke sini.
Saya sudah mampir ke FK dan kebanyakan dari mereka sedikitpun tidak mau melihat pandangan lain.

Semoga Isaac bisa melihat big picture dari hidup ini, bukan hanya tentang sembah-sembahan dan surga-neraka.
Buddha's teachings summed in one word: Awareness.

kullatiro

#567
Quote from: emulio on 06 October 2012, 03:42:53 PM
Saya rasa sudah berjodoh Isaac masuk ke sini.
Saya sudah mampir ke FK dan kebanyakan dari mereka sedikitpun tidak mau melihat pandangan lain.

Semoga Isaac bisa melihat big picture dari hidup ini, bukan hanya tentang sembah-sembahan dan surga-neraka.

tidak mungkin lah coba betapa enteng nya tulis adam ada melahirkan anak anak perempuan; pikiran nya pasti keajaiban tuhan membuat adam bisa melahirkan secara instan, melihat hal seperti ini mereka tentu nya tidak berpikir logis secara natural adam mesti mengandung dulu butuh benih dari pria lain kalau menurut logis nya, jadi bagaimana bisa bicara pada orang yang telah terparti seperti  itu, paling banter biarkan saja.

Isaacus Newtonus

#568
Quote from: Kainyn_Kutho on 06 October 2012, 09:25:16 AM
Jadi bingung...

Anda katakan tentang entitas yang mengatur hukum.
Saya katakan keteraturan hukum itu terbentuk karena keterkondisian.

Saya beri perumpamaan hukum ekonomi tidak diciptakan namun muncul karena kondisi.
Anda katakan hukum ekonomi diatur oleh 'tuhannya' yaitu manusia.

Namun kemudian anda katakan sendiri bahwa manusia tidak bisa menetapkan bagaimana seharusnya hukum ekonomi, namun tunduk pada 'jika permintaan naik/persediaan turun, maka harga naik.'

Jadi pertanyaannya, apakah entitas yang anda bicarakan ini mengatur hukum atau tunduk pada hukum?

Bro, jika bro renungkan lagi, maka kata "keterkondisian" yang bro gunakan, itu berarti "pengetahuan akan sesuatu oleh suatu kesadaran" yang saya maksudkan.

- Jika tidak ada yang mengetahui bahwa jumlah emas itu sedikit, maka itu tidak akan mempengaruhi harga.

- Jika tidak ada kesadaran (dalam hal ini manusia) yang mengetahui nilai suatu emas, maka itu tidak akan mempengaruhi harga (bahkan tidak berharga). Jika tidak ada manusia di bumi ini, maka emas tidak ada bedanya dengan batu.

Jadi sekali lagi, "pengetahuan akan sesuatu oleh suatu kesadaran" menciptakan hukum ekonomi. Bro menyebutnya keterkondisian, namun keterkondisian itu dapat diurai lagi menjadi faktor-faktor lain yang terlibat.

Apakah manusia bisa "sesuka hati"? Bisa saja. Katakanlah di negara diktator pemerintahnya sesuka hati menetapkan harga tanpa mengikuti pasar global. Barang yang banyak, harganya tetap mahal, dan yang sedikit, harganya tetap murah. Tetapi di sini tidak berlaku lagi hukum (dalam hal ini, hukum ekonomi). Ini sudah kasus diluar hukum ekonomi.

Nah, yang kita bahas kan siapa yang menciptakan hukum ekonomi bukan?


Quote from: Kainyn_Kutho on 06 October 2012, 09:25:16 AM
Anda tidak menyimak. Buddha tidak pernah mengukuhkan ada/tidak ada karena konsep tuhan itu tidak bermanfaat untuk diperdebatkan. Namun, terhadap orang yang beriman dengan argumen sosok pencipta, Buddha mengatakan jika memang ada yang disebut pencipta, maka itu adalah sosok yang jahat karena menciptakan makhluk dengan segala penderitaannya.

Ini justru hanya akan menunjukkan bahwa pencerahan Buddha masih terbatas, ia belum menyadari semua realitas kehidupan, karena ia masih belum pasti apakah pencipta ada atau tidak. Kalimat "jika memang ada yang disebut pencipta, maka itu adalah sosok yang jahat karena menciptakan makhluk dengan segala penderitaannya", menunjukkan bahwa Buddha tidak pasti apakah tuhan ada atau tidak. Taruhlah -- misal -- bahwa memang ada pencipta yang jahat, jadi bagaimana? Apakah kejahatan yang dia lakukan lantas membuat dia tidak ada, atau bukan pencipta?

Lagi pula, apakah karena ada kejahatan, maka penciptanya juga jahat? Mengapa harus disimpulkan seperti itu? Misal bro menciptakan radio. Bro merancangnya sebagus mungkin, dan akhirnya radio itu berfungsi. Namun tidak beberapa lama radio itu rusak. Mengapa harus disimpulkan bahwa bro-lah yang merusak radio itu? Bisa saja kan radio itu rusak karena faktor luar, mungkin karena listrik yang tidak stabil, atau karena ada orang lain yang sengaja merusak. Jadi sekali lagi, mengapa harus disimpulkan bro-lah yang merusak? Dan apakah karena radio itu rusak, berarti bro ada pencipta yang perusak? Saya kira logikanya tidak seperti itu.


Quote from: Kainyn_Kutho on 06 October 2012, 09:25:16 AM
Tampaknya anda berusaha menggiring opini dengan mencampur awal mula (yang masih spekulasi bagi sains) dengan evolusi yang sudah terbukti. Anda mau menolak evolusi dan percaya entitas pencipta "kebetulan" iseng2 menciptakan, silahkan.

*Jika evolusi adalah kebetulan, maka kita boleh berharap munculnya beruang kutub berjemur di pantai Hawaii. Semua ilmuwan akan menertawakan ide ini sebab evolusi adalah lain-lain kecuali kebetulan.

*Namun jika tuhan berkehendak, maka beruang kutub berjemur di pantai Hawaii ini pasti terjadi. Dan orang-orang kreasionis pasti menyetujuinya. Mengapakah? Karena kebetulan tuhan berkehendak begitu.

Lho, bukannya yang ngomong "kebetulan" itu justru dedengkotnya Evolusionist, si Richard Dawkins? (Kayaknya bro menertawakan diri sendiri deh)


Quote from: Kainyn_Kutho on 06 October 2012, 09:25:16 AM
Betul, yang pasti ada ruang. Tapi saya belum melihat kepastian adanya pencipta. Bagaimana donk?

Baik, saya ngikut arus saja dulu. Jadi -- menurut bro -- tidak ada bukti bahwa tuhan ada, dan juga tidak ada bukti bahwa tuhan tidak ada.

Maka satu-satunya cara untuk menyimpulkan ada-tidaknya Tuhan adalah melalui apa yang kelihatan, yaitu alam semesta. Baik, saya ingin memberi sebuah gambaran sederhana:

Suatu ketika bro melihat sebuah lukisan pegunungan dengan pepohonan berikut pemandangan laut yang sangat indah. Bro mengamati lukisan itu dan terkagum. Karena bro adalah orang yang cerdas, bro mengetahui warna-warna cat yang digunakan, bro mengetahui kompisisi warnanya, dan bro juga mengetahui teknik lukis yang digunakan. Namun bro tidak tahu siapa yang membuat lukisan itu.

Nah, sebagai orang yang cerdas, apakah karena tidak tahu siapa yang membuat lukisan itu, lantas bro menyimpulkan bahwa tidak ada yang melukis lukisan itu? Bahwa entah dengan bagaimana cat-cat tertumpah -- mungkin melalui proses tumpahan jutaan kali -- dan membentuk lukisan itu?

Silakan ditanggapi.

khiong

yang menciptakan radio kan bukan orang yang MAHA... :)) :))