Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali

Started by Isaacus Newtonus, 02 October 2012, 09:24:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

emulio

Quote from: sanjiva on 05 October 2012, 07:45:08 PM
Bro, harap dibedakan antara kemampuan batin dengan kesucian batin itu berbeda.

Y3sus memang punya kemampuan batin karena pernah belajar meditasi di India, tapi dia bukan arahat.

1.  Arahat tidak marah2 kayak J3sus ngobrak-ngabrik pedagang di depan bait a11ah.
2.  Arahat tidak lahir kembali.
3.  Arahat sudah tidak memiliki pandangan salah tentang diri yg kekal.
4.  Arahat tidak punya pandangan salah bahwa dengan doa saja bisa bebas dari penderitaan.
5.  Arahat tidak punya rasa takut (mati) kayak waktu J3sus disalip.

Kalau J3sus, gw yakin sotapana saja belum, apalagi arahat.  :no:

Setuju 100%.
Oya, tentang Yesus belajar meditasi di India, barangkali si Isaac belum tahu.
Buddha's teachings summed in one word: Awareness.

siswahardy

Quote from: siswahardy on 05 October 2012, 06:39:36 PM
[at] om newton

anda selalu menekankan kalau Buddhisme adalah ajaran manusia, maka saya perlu menyampaikan beberapa hal sbb:
1. Buddha adalah manusia, tapi 'luar biasa', kalau anda dan saya tidak ada 1/1000000-nya kali
2. apa yg disampaikannya adalah Dhamma (kebenaran) yg tdp di alam semesta yg dapat diselami oleh siapa saja dlm bathin masing2, jadi kalau anda tdk dpt menyelaminya, saya memakluminya karena saya pun belum menyelami sepenuhnya
jadi tidaklah beralasan kalau anda menekankan standard yg berlaku universal untuk hal ini, karena bathin masing2 orang berbeda2
memangnya ada satu agama dimana penilaian umatnya seragam (spt komunis)?
kalau ada, kan tidak mungkin terjadinya percabangan2 (sekte2) di suatu agama
dan justru saya pikir Buddhisme sedari awal telah tepat menekankan bahwa ini tergantung bathin masing2

om Newton, saya mau menambahkan (berdasarkan pemahaman saya)

Dhamma itu objektif, namun semua makhluk termasuk manusia itu subjektif
kenapa makhluk subjektif? menurut Buddhisme karena 'berilusi ada ego'/moha (sesungguhnya anatta=semuanya [siapa/apa pun juga] tidak ada ego/roh/diri/inti)
akibat subjektivitas tsb makhluk jadi egois/diskriminatif (memuaskan ego/lobha & melindungi ego/dosa) sehingga menderita/dukkha berulang-ulang di dalam samsara (lingkaran kelahiran-kematian)
dan Buddhisme pun menawarkan jalan menuju objektivitas tsb (menghilangkan subjektivitas yg semu itu), tentunya ini sudah masuk pada praktek lanjutan di mana keyakinan adalah salah satu modal utamanya

jadi pd dasarnya selama kita 'belum tercerahkan' maka selalu subjektif, maka tidak beralasan adanya 'standard tunggal'/objektivitas penuh yg anda gagas
coba deh, anda asah kepekaan anda lagi thd apa yg saya sampaikan ini, anda lihat dlm kehidupan sehari2 yg nyata ada di hadapan anda
apakah dpt ditemukan pemikiran2 menjadi tunggal/sama/tidak berbeda-beda? jangan2 di dlm diri anda saja anda akan terkesima bahwasannya pikiran anda pun selalu berubah2 (tidak tunggal)?

NB: buat teman2 Buddhis jika ada pemahaman saya yg keliru mohon dikoreksi

kullatiro

Quote from: emulio on 05 October 2012, 08:00:03 PM
Setuju 100%.
Oya, tentang Yesus belajar meditasi di India, barangkali si Isaac belum tahu.

sumbernya dari mana yah? pengen tahu nih!

Mokau Kaucu

Quote from: emulio on 05 October 2012, 07:56:23 PM
Wah....Berarti belum ya >.<
Maaf sekali:(
Tapi di ajaran mereka bahkan lebih exaggerate dianggap tuhan.

Kalau tuhan nya saja masih gila hormat, boro boro arahat, sotapanna aja belum.

Ingat nick bro Sanjiva  ;D

"Worship me or I'll torture you forever"
-your loving God-
~Life is suffering, why should we make it more?~

kullatiro

Sekali lagi ajaran Buddha memang bukan untuk setiap manusia tapi hanya untuk manusia yang debunya sedikit baru dapat mudah di selami olehnya, kalau bro IN ngotot terus sebaiknya menyadari mungkin ajaran dan standrat yang ada dalam Buddhism memang bukan untuk anda yang dapat anda pelajari dan mengerti hingga bisa mendapat manfaat dan berdaya guna dalam kehidupan sehari hari dari bro IN.

godfrey

sepertinya pembahasannya menarik ikut nimbrung ah karena udh panjang x lebar x tinggi pusing baca nya jadi saya balas seada nya mohon maaf kalau ada kesamaan pembahasan:

menurut saya dengan pengetahuan dhamma yang pas2an saya akan mencoba menjelaskan seperti ini : Buddha pernah berkata jika mau tahu apa yang kita perbuat dimasa lalu lihat lah apa yang kita dapatkan di masa sekarang, jika ingin mengetahui apa yang kita peroleh di masa mendatang lihatlah apa yang kita lakukan di masa sekarang.. Jgn bandingkan agama buddha dengan agama anda.

Skrg saya mau bertanya : Jika kita terlahir kaya,miskin,bijaksana,dungu, menurut agama kr****n itu adalah kehendak-Nya bila seseorang telah ditentukan baik pada awal nya jadi pada dasar nya mereka yang masuk surga dan neraka telah ditentukan dari awal oleh pencipta bukan kah ini tidak adil?

menurut ajaran Buddha jika anda saat ini pintar itu karena kehidupan dulu anda suka mengajarkan kebenaran, jika anda terlahir kaya itu karena anda dulu nya dermawan, jika anda terlahir tampan itu karena anda menghindari pembunuhan ini lah yang di sebut hukum karma, suatu hukum universal yang mengatur hidup kita semua.. dan hidup ini selalu mengarah ke hidup yang baik.  jika anda bertanya bagaimana saya tahu.. anda bisa memikirkan dengan logika anda yang luar biasa ini lah nama nya sebab akibat, ini lah rantai samsara. ini lah jawaban kenapa banyak manusia terlahir berbeda2

saran saya jika anda tidak setuju dengan konsep agama buddha maka jangan dipelajari karena memahami dhamma adalah jodoh dalam kehidupan lampau tidak usah dipaksakan.

Untuk memahami ajaran Buddha pelajari lah dahulu 4 kesunyataan mulia dan 8 jalan kebenaran ini lah yang telah dibabarkan oleh Sang Buddha jalan menuju bebas nya penderitaan. Jika anda memahami ini makan hukum karma, dsb nya akan otomatis anda pahami. percaya lah karena dulu nya saya juga kr****n

Isaacus Newtonus

#516
Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 06:40:00 PM
Jika manusia yang merancang hukum tersebut, menjadi 'tuhan' bagi hukum tersebut, berarti bisa donk menetapkan harga emas atau dollar sesuka hati? ;D

Hati-hati dalam menjawab.

Lho bro, kok jadi lari ke "sesuka hati"? Kan yang kita bahas tentang hukum, dan hukum berarti keteraturan. Kalau bro bilang sesuka hati, berarti sudah tidak ada hukum lagi.

Kalau masih ada hukum (baca: aturan), maka tidak bisa menetapkan harga emas sesuka hati. Polanya masih tetap berlaku: semakin sedikit jumlah emas, semakin mahal harganya, semakin banyak jumlah emas, semakin murah harganya.


Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 06:40:00 PM
Betul. Tidak mengetahui satu hal, bukan berarti hal itu tidak ada. Namun berlaku pula sebaliknya, tidak mengetahui satu hal, bukan berarti hal itu ada.

Nah, jika anda ingin membuktikan keberadaan sesuatu, maka berikan argumen pendukung keberadaannya, bukan menuntut orang lain yang membuktikan 'ketidak-adaan' hal tersebut. Ini namanya 'shifting of burden fallacy'.

"Tidak mengetahui satu hal, bukan berarti hal itu ada"? Lho, kan sudah saya kasih contoh nyata, yaitu tentang ruang. Pertanyaan tentang siapa yang menciptakan Tuhan, sama dengan pertanyaan tentang dimana ujung ruang alam semesta ini. Bahkan sekalipun ada ujungnya, apa diluar ujung itu? Ada ujung lagi. Lalu apa diluar ujung lagi itu? Tidak ada habisnya juga kan? Namun sekalipun kita tidak tahu jawabannya, yang pasti ada ruang.


Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 06:40:00 PM
Buddha sendiri tidak pernah mengukuhkan ada atau tidaknya sosok tersebut, hanya mengatakan jika memang semua ini diciptakan, maka penciptanya tentu sosok jahat karena menciptakan demikian banyak penderitaan.

Jika Buddha saja -- yang menurut bro sudah tercerahkan -- tidak pernah (mungkin tidak berani?) mengatakan Tuhan tidak ada, bagaimana mungkin bro berani mengatakan seperti itu? Apakah bro lebih tercerahkan dari Buddha?


QuoteOK, soal usus buntu, saya koreksi, maksudnya adalah itu organ 'warisan' evolusi, yang kemudian mengembangkan fungsi lain, bukan tidak berfungsi.

Bro, sudah berkali-kali Evolusionist 'menjilat ludah'nya (maaf jika hal ini kedengaran kasar, ini hanya untuk menekankan betapa Evolusionist sudah sering kali keliru). Bagaimana mungkin mereka mengklaim memiliki kebenaran, sedangkan kesimpulan terus dirubah (contoh sederhananya, mengenai usus buntu itu). Sikap keras kepala hanya menunjukkan tiada kerendahan hati, tidak mau mengakui keterbatasan dan kekurangan manusia.

Evolusionist mengaku ilmiah. Namun ketika membahas tentang awal mula kehidupan, Richard Dawkins (tokoh Evolusi terkemuka) berkata, "sebuah molekul yang sangat luar biasa terbentuk secara kebetulan".

Hehehe, masakan seorang ilmiah bicaranya "kebetulan", dan parahnya yang kebetulan itu adalah sesuatu yang luar biasa. Ini sama saja mengatakan: angin menerbangkan pasir dan batu di Arab Saudi dan terbentuklah Burj Kalifa!

Maka, wajarlah jika seorang profesor, yaitu Profesor William Thorpe dari fakultas zoologi di Universitas Cambridge, mengatakan kepada sesama ilmuwan, "Semua spekulasi dan diskusi dangkal yang diterbitkan selama sepuluh sampai lima belas tahun terakhir, yang menjelaskan caranya kehidupan bermula, ternyata terlalu sederhana dan tidak berbobot. Jalan keluar untuk problem itu sebenarnya masih sama jauhnya seperti dulu."



Isaacus Newtonus

QuoteY3sus memang punya kemampuan batin karena pernah belajar meditasi di India, tapi dia bukan arahat.

Quote from: emulio on 05 October 2012, 08:00:03 PM
Setuju 100%.
Oya, tentang Yesus belajar meditasi di India, barangkali si Isaac belum tahu.

Saya sudah pernah mendengar hal itu, tentang spekulasi bahwa Yesus pergi berguru ke Tibet di umur 13-18 Tahun. Atau tentang anggapan bahwa ia mati di Khasmir. Tetapi tentu saja itu tidak bisa didiskusikan di sini.


godfrey

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:47:35 PM
Thanks bro. Tidak masalah. Tetapi pujian bro terlalu berlebihan, sebenarnya saya ini biasa saja.


Apa yang saya pelajari?
1. Mengenai kelahiran kembali, paling tidak saya sudah sedikit lebih tahu bagaimana sebenarnya kepercayaan Buddhisme, namun mengenai apanya yang berubah, masih belum jelas, karena terakhir diskusi dengan bro Indra, beliau menyuruh saya untuk mempelajari yang lain juga.
2. Mengenai pencerahan, saya mendapat gambaran yang sedikit lebih jelas tentang bagaimana cara mencapai pencerahan. Namun untuk pertanyaan siapa yang menentukan standarnya, kelihatannya belum terjawab.

Yang pasti, saya bisa melihat bahwa sebenarnya kebanyakan orang Buddhis adalah orang yang ingin melakukan kebaikan, orang yang ingin memurnikan diri dari semua keburukan-keburukan dunia. Itu adalah hal yang bagus dan patut dipuji.

Namun yang saya sayangkan, umat Buddhis menolak adanya entitas yang lebih tinggi, padahal keteraturan, hukum, kecerdasan yang ada di alam semesta ini sudah menjadi bukti kuat akan sesuatu yang lebih tinggi dari manusia (maaf bukan promosi, hanya menyampaikan pandangan saya)

Tetapi, pengetahuan yang bertambah tentang keyakinan Buddhisme tentu saja bermanfaat bagi saya, karena saya jadi lebih memahami pendirian umat Buddhis.

Segala sesuatu sudah diatur sebagaimana mesti nya jika anda bertanya siapa pencipta hukum gravitasi saya juga ga bisa jawab tetapi ada ilmuwan yang telah menemukan hukum gravitasi yaitu Isaac Newton.. Nah Dhamma yaitu 4 kebenaran mulia dan 8 jalan kebenaran adalah hukum yang sudah ada sejak awal Buddha Sakyamuni tidak menciptakan Dhamma tetapi Dhamma itu memang sudah ada dari awal siapa yang menciptakan nya saya juga tidak tahu karena Buddha tidak membabarkan nya lebih lanjut kenapa tidak dibabarkan karena itu tidak bermanfaat bagi bebas nya penderitaan.

Saya pahami disini anda tidak mengerti arti "pencerahan" mgkn maksud anda pencerahan itu anda mengerti ajaran Buddha dan membuat anda paham reinkarnasi tidak membuat anda tercerahkan .Arti pencerahan disini adalah anda bisa mengatasi hawa nafsu, bebas dari rasa benci,iri hati,ketamakan,noda2 batin ini lah sumber dari penderitaan

Isaacus Newtonus

Quote from: Xan To on 05 October 2012, 07:19:43 PM
Anda itu bodoh atau saya nya yang kurang jelas?

katakan lah anda itu anak kecil yang diceritakan dalam buku Twenty Cases Suggestive of Reincarnation, setelah anda berumur beberapa tahun, anda mulai berkata kepada orang tua yang melahirkan anda bukan sebagai ibu anda (skrg), dan selama kurun waktu tertentu anda terus berkata demikian sehingga akhirnya Ibu anda (Skrng) bersedia pergi ke rumah yang katanya rumah anda, disana anda bisa menunjukan ibu yg anda bilang sebagai ibu anda (lama). menunjukan saudara-saudara anda (lama) dan semua yang anda sebutkan benar mengenai keluarga anda yang dulu, karena keluarga anda yang dulu juga mengakui nama mereka memang seperti yang anda sebutkan padahal anda masih kecil dan tidak pernah pergi ke rumah keluarga anda yang lama karena jaraknya yang jauh, mengerti?

Apakah ini bukti empiris yang anda maksud?

Baik, jadi bro ingin tetap membahas hal ini. Kalau begitu saya tanya: Bagaimana si anak bisa mengingat kehidupan sebelumnya, sedangkan dalam ajaran kelahiran kembali, "aku" di kehidupan sekarang bukanlah "aku" di kehidupan sebelumnya? Bagaimana ia bisa mengingat, padahal -- berdasarkan ajaran kelahiran kembali -- ingatan dan kesadaran sudah terurai?

Silakan bro.

Isaacus Newtonus

Quote from: sanjiva on 05 October 2012, 07:45:08 PM
Bro, harap dibedakan antara kemampuan batin dengan kesucian batin itu berbeda.

Y3sus memang punya kemampuan batin karena pernah belajar meditasi di India, tapi dia bukan arahat.

1.  Arahat tidak marah2 kayak J3sus ngobrak-ngabrik pedagang di depan bait a11ah.
2.  Arahat tidak lahir kembali.
3.  Arahat sudah tidak memiliki pandangan salah tentang diri yg kekal.
4.  Arahat tidak punya pandangan salah bahwa dengan doa saja bisa bebas dari penderitaan.
5.  Arahat tidak punya rasa takut (mati) kayak waktu J3sus disalip.

Kalau J3sus, gw yakin sotapana saja belum, apalagi arahat.  :no:

Sebenarnya tanpa perlu merespon poin per poin, saya sudah bisa melihat ketimpangan dalam argumentasi bro, sebab bro hanya mengakui sepotong-sepotong informasi tentang Yesus dalam Alkitab, dan menolak informasi yang lain. Saya kira jauh lebih jujur jika: mengakui semuanya, atau menolak semuanya. Tetapi hal itu tidak bisa di bahas di sini.

FZ

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 09:23:59 PM
Lho bro, kok jadi lari ke "sesuka hati"? Kan yang kita bahas tentang hukum, dan hukum berarti keteraturan. Kalau bro bilang sesuka hati, berarti sudah tidak ada hukum lagi.

Kalau masih ada hukum (baca: aturan), maka tidak bisa menetapkan harga emas sesuka hati. Polanya masih tetap berlaku: semakin sedikit jumlah emas, semakin mahal harganya, semakin banyak jumlah emas, semakin murah harganya.


"Tidak mengetahui satu hal, bukan berarti hal itu ada"? Lho, kan sudah saya kasih contoh nyata, yaitu tentang ruang. Pertanyaan tentang siapa yang menciptakan Tuhan, sama dengan pertanyaan tentang dimana ujung ruang alam semesta ini. Bahkan sekalipun ada ujungnya, apa diluar ujung itu? Ada ujung lagi. Lalu apa diluar ujung lagi itu? Tidak ada habisnya juga kan? Namun sekalipun kita tidak tahu jawabannya, yang pasti ada ruang.


Jika Buddha saja -- yang menurut bro sudah tercerahkan -- tidak pernah (mungkin tidak berani?) mengatakan Tuhan tidak ada, bagaimana mungkin bro berani mengatakan seperti itu? Apakah bro lebih tercerahkan dari Buddha?


Bro, sudah berkali-kali Evolusionist 'menjilat ludah'nya (maaf jika hal ini kedengaran kasar, ini hanya untuk menekankan betapa Evolusionist sudah sering kali keliru). Bagaimana mungkin mereka mengklaim memiliki kebenaran, sedangkan kesimpulan terus dirubah (contoh sederhananya, mengenai usus buntu itu). Sikap keras kepala hanya menunjukkan tiada kerendahan hati, tidak mau mengakui keterbatasan dan kekurangan manusia.

Evolusionist mengaku ilmiah. Namun ketika membahas tentang awal mula kehidupan, Richard Dawkins (tokoh Evolusi terkemuka) berkata, "sebuah molekul yang sangat luar biasa terbentuk secara kebetulan".

Hehehe, masakan seorang ilmiah bicaranya "kebetulan", dan parahnya yang kebetulan itu adalah sesuatu yang luar biasa. Ini sama saja mengatakan: angin menerbangkan pasir dan batu di Arab Saudi dan terbentuklah Burj Kalifa!

Maka, wajarlah jika seorang profesor, yaitu Profesor William Thorpe dari fakultas zoologi di Universitas Cambridge, mengatakan kepada sesama ilmuwan, "Semua spekulasi dan diskusi dangkal yang diterbitkan selama sepuluh sampai lima belas tahun terakhir, yang menjelaskan caranya kehidupan bermula, ternyata terlalu sederhana dan tidak berbobot. Jalan keluar untuk problem itu sebenarnya masih sama jauhnya seperti dulu."
Saya melihat di sini ada kemungkinan penggiringan opini. Jadi saya mencoba "menetralkan" sejenak
Intinya : walaupun dikatakan Evolusionist sering salah, bukan berarti ENDING-nya salah. Apa yang sekarang dikatakan "kebetulan terbentuk", bukan berarti ENDING-nya juga kebetulan terbentuk. Teknologi terus berkembang. Tidak tertutup kemungkinan bahwa "kebetulan" itu bisa dijelaskan secara sains.

Kesimpulan : Adanya upaya penggiringan opini bahwa "karena kebetulan tidak bisa dijelaskan saat ini, maka jawaban dari kebetulan itu adalah teori penciptaan"

Dan pendapat yang cukup lucu adalah komplen bahwa Evolusionist sering salah.
Sebenarnya hal itu "manusiawi" koq, manusia mengakui kelemahan karena keterbatasan teknologi..
Tapi dibandingkan "konsep kewahyuan" yang katanya "diturunkan dari langit" harusnya gak pernah bakal salah..  koq bisa-bisanya juga sering direvisi.. ?

Isaacus Newtonus

Quote from: bangun _pw on 05 October 2012, 06:04:17 PM
:| :| saya nyimak aja deh

ane kasih link kalo masbro masih menghubung2kan tumbuhan
[spoiler]http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/umum/Uraian%20Mengenai%20Tumbuhan.pdf[/spoiler]

Thanks bro, saya sudah baca linknya, sebenarnya ada yang ingin saya komentari dari tulisan itu, namun mungkin ini bisa nanti saja.

Tetapi tetap saja bro, tulisan itu tidak menjawab pertanyaan: Mengapa membunuh manusia tidak boleh, sedangkan membunuh hewan dan tumbuhan boleh?

"Itu karena Sidharta mengajarkan seperti itu". Mengapa harus mengikuti Sidharta, yang adalah manusia? Mengapa tidak mengikuti si Badu, yang juga manusia, yang mengatakan tidak boleh membunuh hewan dan tumbuhan karena keduanya tetap saja adalah kehidupan, dan yang membunuh tidak akan mencapai nirwana?

(Maaf bukan maksud menyinggung)

Isaacus Newtonus

Quote from: Forte on 05 October 2012, 09:54:41 PM
Tapi dibandingkan "konsep kewahyuan" yang katanya "diturunkan dari langit" harusnya gak pernah bakal salah..  koq bisa-bisanya juga sering direvisi.. ?

Nah, kelihatannya bro belum memahami perbedaan "naskah kuno Alkitab" dan "Alkitab terjemahan". "Naskah kuno Alkitab" tidak pernah di revisi, sekali lagi tidak pernah di revisi. Naskah kuno itu disimpan di museum-museum terkenal di seluruh dunia. Bro bisa cek. Yang direvisi itu adalah Alkitab terjemahan. Apakah terjemahan yang direvisi membuat naskah kuno-nya menjadi tidak absah? Tentu logikanya tidak seperti itu. Sebenarnya saya ingin menjelaskan lebih banyak, tetapi tentu tidak bisa dilakukan di sini.


Kelana

Quote from: godfrey on 05 October 2012, 09:40:03 PM
Saya pahami disini anda tidak mengerti arti "pencerahan" mgkn maksud anda pencerahan itu anda mengerti ajaran Buddha dan membuat anda paham reinkarnasi tidak membuat anda tercerahkan .Arti pencerahan disini adalah anda bisa mengatasi hawa nafsu, bebas dari rasa benci,iri hati,ketamakan,noda2 batin ini lah sumber dari penderitaan

Dari pengamatan saya atas ilustrasi yang TS berikan mengindikasikan memang TS tidak memahami apa itu pencerahan dalam Buddhisme.  TS mengilustrasikan orang yang telah murni, suci batinnya yang sedang disiksa dengan mempertanyakan apakah ia bisa mencapai pencerahan. Padahal orang yang suci murni batinnya tersebut otomatis sudah tercerahkan. Oleh karena itu beberapa kali saya bertanya untuk apa orang yang telah tercerahkan mencapi pencerahan lagi?

Kemungkinan TS beranggapan bahwa pencerahan itu terpisah dari kondisi batin sehingga beranggapan bahwa pencerahan itu muncul belakangan yang harus dicari-cari meskipun batin sudah murni. Mungkin TS terbawa oleh konsep penyelamatan dalam keyakinannya sendiri dimana seseorang harus bebas dari dosa terlebih dulu baru kemudian mendapatkan keselamatan.

Padahal Pencerahan dalam Buddhisme tidak sama dengan penyelamatan dalam kr1sten yang harus menunggu mati atau tunggu jemputan di hari penghakiman.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -