Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali

Started by Isaacus Newtonus, 02 October 2012, 09:24:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Isaacus Newtonus

Maaf kalau ada post teman-teman yang belum ditanggapi. Kiranya dapat dimaklumi, karena saya harus membalas sambil bekerja.

bluppy

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:16:20 PM
hanya ingin menguji kebenaran.

menguji kebenaran, sekaligus
menguji kesabaran

tapi ngk pa2 kok, seru juga liat jalur diskusinya

Rico Tsiau

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:16:20 PM
Kan sudah saya bilang, tujuan/misi saya ke sini adalah belajar, dan dengan belajar kita tahu mana yang benar dan mana yang salah. Tidak ada aturan bahwa dalam belajar kita harus manggut-manggut menerima semua yang diajarkan. Tidak ada yang salah dengan bertanya, selama pertanyaan itu dalam batas-batas yang wajar dan dapat diterima akal. Dan kebenaran akan bertahan terhadap ujian.

Saya tidak ingin menjadi katak dalam tempurung. Itulah sebabnya saya datang ke forum ini. saya ingin melihat kebenaran apa yang dimiliki Buddhisme. Dan untuk menguji suatu kebenaran, dibutuhkan pertanyaan-pertanyaan.

Mungkin dalam proses menguji sesuatu, pertanyaan-pertanyaan saya menyinggung orang lain. Saya minta maaf. Tetapi saya tidak ada motif lain, hanya ingin menguji kebenaran.

ok, silahkan.
dan saya juga minta maaf telah curiga pada motif anda dan semoga memang benar adanya niat anda adalah belajar untuk menambah wawasan. sikap yang terpuji, menurut saya.

lalu bro isaacus, sejauh ini, apa yang sudah anda pelajari di sini? apa memberi manfaat bagi anda?

Predator

#483
dari cara posting anda mengingatkan saya kepada om Seth yg memegang teguh paham Kreasionis di milis tetangga dan kebetulan mengidolakan Issac Newton juga

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:08:01 PM
Pengetahuan-pun belum tentu adalah kebenaran. Orang-orang di jaman dulu memiliki "pengetahuan" bahwa bumi adalah pusat tata surya. Ini bukan hanya sekedar kepercayaan, mereka memanggap memiliki bukti empiris, yaitu "matahari terbit, dan matahari terbenam".

Intinya, didalam pengetahuan, bisa jadi ada kebenaran, dan di dalam kepercayaan bisa jadi ada kebenaran. Namun pengetahuan dan kepercayaan bukan pasti adalah kebenaran.

Tetapi, ya, saya kira maksud kita adalah sama.


Hal ini tentu tidak bisa dibahas di sini.


Agama lain juga banyak menjelaskan problem soving kehidupan.

susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Mokau Kaucu

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 01:03:51 PM
Thanks bro.

Itu hanya aturan dari si Empunya 'Rumah'. Tidak ada yang berlebihan/salah dalam aturan itu. Seorang ayah bisa saja berkata, "Jangan lewat di ruang tamu karena lagi di pel". Anak yang baik tidak akan berpikir, "Ih, si ayah ini tidak logis, masa tidak boleh lewat di ruang tamu".


Baiklah kalau itu hanya masalah istilah. Namun yang tetap menjadi persoalan: Karena Buddhisme adalah agama manusia, maka siapa yang bisa menentukan standar pencerahan? Sidharta mengatakan standarnya adalah A, tetapi orang lain bisa saja mengatakan standarnya adalah A+B? (Kalau hanya A tidak lulus)

Yg saya bold hitam,  saya setuju 100%.

Jadi yang bukan Buddhisme agama ..........
;D ;D ;D
~Life is suffering, why should we make it more?~

Rico Tsiau

 [at] isaacus,

begini bro, buddhisme menganut paham ehipassiko (datang dan lihat-buktikan)
sang buddha mengajarkan untuk menerapkan sikap ehipassiko di dalam menerima ajarannya. buddha mengajarkan untuk "datang dan buktikan" ajarannya, bukan "datang dan percaya".

ketika anda datang ke sini untuk menyelidiki ajaran buddhadhamma, silahkan..
tapi kalau boleh saya beri saran sebaiknya anda mulai dari ajaran paling dasar buddhisme dan tidak langsung lompat ke ajaran yang lebih mendalam.

sebelum post ini, saya juga sudah memberikan saran serupa.

silahkan...

seperti kata2 guru agung kami :

"Wahai, suku Kalama. Jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kata orang, koleksi kitab suci, penalaran logis, penalaran lewat kesimpulan, perenungan tentang alasan, penerimaan pandangan setelah mempertimbangkannya, pembicara yang kelihatannya meyakinkan, atau karena kalian berpikir, `Petapa itu adalah guru kami. `Tetapi setelah kalian mengetahui sendiri, `Hal-hal ini adalah bermanfaat, hal-hal ini tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana; hal-hal ini, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan`, maka sudah selayaknya kalian menerimanya."

(Kalama Sutta; Anguttara Nikaya 3.65)

dhammadinna

^ ^ ^ Catatan: yang di-ehipassiko (dibuktikan) itu adalah Empat Kebenaran Mulia ya... jangan melebar kemana-mana...

K.K.

Quote from: Forte on 05 October 2012, 03:33:44 PM
luar biasa juga.. total post 160 hanya di thread ini..

Iya, masih beretika & beritikad baik, bukan type penyampah di mana2.

morpheus

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:08:01 PM
Agama lain juga banyak menjelaskan problem soving kehidupan.
maksud anda problem solving samawi?
maaf, menurut saya, itu hanya pelarian / escape, bukan problem solving.

sepertinya pembahasan kita selesai nih  ;D
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Isaacus Newtonus

Quote from: Rico Tsiau on 05 October 2012, 04:22:56 PM
dan saya juga minta maaf telah curiga pada motif anda dan semoga memang benar adanya niat anda adalah belajar untuk menambah wawasan. sikap yang terpuji, menurut saya.

Thanks bro. Tidak masalah. Tetapi pujian bro terlalu berlebihan, sebenarnya saya ini biasa saja.


Quote from: Rico Tsiau on 05 October 2012, 04:22:56 PM
lalu bro isaacus, sejauh ini, apa yang sudah anda pelajari di sini?

Apa yang saya pelajari?
1. Mengenai kelahiran kembali, paling tidak saya sudah sedikit lebih tahu bagaimana sebenarnya kepercayaan Buddhisme, namun mengenai apanya yang berubah, masih belum jelas, karena terakhir diskusi dengan bro Indra, beliau menyuruh saya untuk mempelajari yang lain juga.
2. Mengenai pencerahan, saya mendapat gambaran yang sedikit lebih jelas tentang bagaimana cara mencapai pencerahan. Namun untuk pertanyaan siapa yang menentukan standarnya, kelihatannya belum terjawab.

Yang pasti, saya bisa melihat bahwa sebenarnya kebanyakan orang Buddhis adalah orang yang ingin melakukan kebaikan, orang yang ingin memurnikan diri dari semua keburukan-keburukan dunia. Itu adalah hal yang bagus dan patut dipuji.

Namun yang saya sayangkan, umat Buddhis menolak adanya entitas yang lebih tinggi, padahal keteraturan, hukum, kecerdasan yang ada di alam semesta ini sudah menjadi bukti kuat akan sesuatu yang lebih tinggi dari manusia (maaf bukan promosi, hanya menyampaikan pandangan saya)

Tetapi, pengetahuan yang bertambah tentang keyakinan Buddhisme tentu saja bermanfaat bagi saya, karena saya jadi lebih memahami pendirian umat Buddhis.


K.K.

Saya tertarik dengan yang ini:

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:47:35 PM

Namun yang saya sayangkan, umat Buddhis menolak adanya entitas yang lebih tinggi, padahal keteraturan, hukum, kecerdasan yang ada di alam semesta ini sudah menjadi bukti kuat akan sesuatu yang lebih tinggi dari manusia (maaf bukan promosi, hanya menyampaikan pandangan saya)


Dulu di satu FK juga pernah ada yang bertanya demikian. Saya beri contoh misalnya "hukum" keseimbangan ekonomi. Apakah ada yang mengatur kalau permintaan bertambah sementara persediaan tetap/turun, maka harganya menjadi naik? Jika anda bilang harus ada entitas lebih tinggi yang mengatur semesta, maka tentunya harus ada 'Tuhan Ekonomi' juga yang mengatur naik-turunnya harga tersebut. Nyatanya tidak. Semua fenomena ini adalah berkondisi. Karena berkondisi, maka ia 'teratur' sesuai 'prasyarat' pembentuknya.

Lalu jika semua keteraturan ini diciptakan oleh satu entitas yang lebih tinggi, lalu entitas tersebut diciptakan lagi oleh siapa? Penciptanya lagi diciptakan oleh siapa? Tidak ada habisnya.

Apakah di sini semuanya teratur sesuai rancangan entitas tersebut, atau biasa disebut 'Intelligent Design'? Jika anda belajar evolusi, maka akan melihat jika semua makhluk ini ada perancangnya, maka perancang tersebut adalah sesosok teknisi gagal-total. Misalnya mulai dari retina yang terletak di belakang mata (sehingga gambaran cahaya yang masuk menjadi bias), usus buntu yang tanpa fungsi dan potensi masalah, sampai ke tulang ekor yang entah untuk apa. Jika anda penganut ID, maka anda akan menemukan masalah 'mengapa' sang perancang begitu teledor dalam membuat ciptaan. Namun jika anda kembali pada konsep evolusi, semua akan jelas dengan sendirinya.



Sunyata


Rico Tsiau

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:47:35 PM
Thanks bro. Tidak masalah. Tetapi pujian bro terlalu berlebihan, sebenarnya saya ini biasa saja.

ok, selanjutnya saya anggap ini adalah diskusi dan bukan perdebatan.

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:47:35 PM
Apa yang saya pelajari?
1. Mengenai kelahiran kembali, paling tidak saya sudah sedikit lebih tahu bagaimana sebenarnya kepercayaan Buddhisme, namun mengenai apanya yang berubah, masih belum jelas, karena terakhir diskusi dengan bro Indra, beliau menyuruh saya untuk mempelajari yang lain juga.

mengenai saran bro Indra, ya, jika anda ingin memahami tumimbal lahir, sebaiknya anda juga memperdayakan pemikiran dengan pengetahuan lainnya yang mendukung untuk memahami konsep tumimbal lahir. jika tidak anda akan gagal memahaminya.
bukan hal gampang menurut saya, tapi jika anda sudah tertarik untuk mempelajari dan menambah wawasan dalam buddhisme tidak ada salahnya dicoba.

dewasa ini cukup banyak web yang berbasis buddhisme, anda boleh cari di google. gampang kok.

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:47:35 PM
2. Mengenai pencerahan, saya mendapat gambaran yang sedikit lebih jelas tentang bagaimana cara mencapai pencerahan. Namun untuk pertanyaan siapa yang menentukan standarnya, kelihatannya belum terjawab.

jika anda berusaha mencari standar ukur disini saya ragu anda akan menemukannya, dan mungkin akan mengecewakan anda. tapi jika anda mulai mempelajari konsep2 buddhisme lainnya, saya yakin perlahan anda akan memahami 'standar' pencerahan yang dimaksud.

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:47:35 PM
Namun yang saya sayangkan, umat Buddhis menolak adanya entitas yang lebih tinggi, padahal keteraturan, hukum, kecerdasan yang ada di alam semesta ini sudah menjadi bukti kuat akan sesuatu yang lebih tinggi dari manusia (maaf bukan promosi, hanya menyampaikan pandangan saya)

bisa dimengerti, karena konsep logika pemikiran kita sangat berbeda.
ketika anda menyayangkan kami menolak adanya entitas yang lebih tinggi yang adi kuasa dan adi daya, kami justru mensyukuri bahwa kami tidak terjebak dalam pandangan bahwa ada satu atau suatu entitas yang dimaksud ini.

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 04:47:35 PM
Tetapi, pengetahuan yang bertambah tentang keyakinan Buddhisme tentu saja bermanfaat bagi saya, karena saya jadi lebih memahami pendirian umat Buddhis.

semoga dengan saling tukar pikiran ini akan memberikan manfaat bagi kita semua.
tengkiu...

_/\_

Isaacus Newtonus

#493
Thanks bro.

Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 05:02:38 PM
Dulu di satu FK juga pernah ada yang bertanya demikian. Saya beri contoh misalnya "hukum" keseimbangan ekonomi. Apakah ada yang mengatur kalau permintaan bertambah sementara persediaan tetap/turun, maka harganya menjadi naik? Jika anda bilang harus ada entitas lebih tinggi yang mengatur semesta, maka tentunya harus ada 'Tuhan Ekonomi' juga yang mengatur naik-turunnya harga tersebut. Nyatanya tidak. Semua fenomena ini adalah berkondisi. Karena berkondisi, maka ia 'teratur' sesuai 'prasyarat' pembentuknya.

Ada yang mengatur 'hukum' itu, yaitu manusia. Atas dasar apa itu diatur? Atas dasar pengetahuan akan jumlah. Jika manusia tidak tahu bahwa jumlah suatu barang sedikit, maka harga tidak akan naik. Jadi "pengetahuan akan sesuatu" oleh "suatu kesadaran", menciptakan 'hukum' itu. Dalam hal ini, manusia adalah 'tuhan ekonomi', pencipta hukum ekonomi.


Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 05:02:38 PM
Lalu jika semua keteraturan ini diciptakan oleh satu entitas yang lebih tinggi, lalu entitas tersebut diciptakan lagi oleh siapa? Penciptanya lagi diciptakan oleh siapa? Tidak ada habisnya.

Ini tidak relevan. Tidak mengetahui siapa pencipta Tuhan tidak serta-merta membuat Tuhan tidak ada. Ada banyak hal-hal yang tidak manusia ketahui. Misalnya, dimana ujung alam semesta? Tidak mengetahui jawaban pertanyaan itu, tidak lantas menjadikan ruang alam semesta ini menjadi tidak ada.


Quote from: Kainyn_Kutho on 05 October 2012, 05:02:38 PM
Apakah di sini semuanya teratur sesuai rancangan entitas tersebut, atau biasa disebut 'Intelligent Design'? Jika anda belajar evolusi, maka akan melihat jika semua makhluk ini ada perancangnya, maka perancang tersebut adalah sesosok teknisi gagal-total. Misalnya mulai dari retina yang terletak di belakang mata (sehingga gambaran cahaya yang masuk menjadi bias), usus buntu yang tanpa fungsi dan potensi masalah, sampai ke tulang ekor yang entah untuk apa. Jika anda penganut ID, maka anda akan menemukan masalah 'mengapa' sang perancang begitu teledor dalam membuat ciptaan. Namun jika anda kembali pada konsep evolusi, semua akan jelas dengan sendirinya.

Kelihatannya bro keliru. Dulu para ahli memang menganggap usus buntu tidak ada fungsi. Tetapi sekarang sudah diketahui fungsinya. Seorang profesor, yaitu Profesor Behe mengatakan bahwa usus buntu berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh.

Tidak mengetahui fungsi sesuatu, tidak berarti bahwa sesuatu itu tidak berfungsi. Tidak pernah melihat sesuatu, bukan berarti sesuatu itu tidak ada.

Sekali lagi, ini membuktikan betapa terbatasnya pengetahuan manusia. Kita --manusia -- sering terburu-buru menyimpulkan sesuatu, padahal yang kita ketahui masih-lah sangat sedikit tentang kehidupan dan alam semesta ini.

Kita berkata, "Saya tahu segalanya!". Alam berkata, "Anda tidak tahu apa-apa".

(Maaf bro, bukan bermaksud menyinggung)


sanjiva

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 05:45:47 PM
Kelihatannya bro keliru. Dulu para ahli memang menganggap usus buntu tidak ada fungsi. Tetapi sekarang sudah diketahui fungsinya. Seorang profesor, yaitu Profesor Behe mengatakan bahwa usus buntu berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh.

Tidak mengetahui fungsi sesuatu, tidak berarti bahwa sesuatu itu tidak berfungsi. Tidak pernah melihat sesuatu, bukan berarti sesuatu itu tidak ada.

Bagaiman bisa anda menulis seolah2 anda beragama berdasar iptek dan logika, sementara kitab suci agama anda bilang si tuhan menjadikan terang dulu ada di dunia, baru beberapa hari kemudian menciptakan matahari?  :o   Aneh bin ajaib  :P
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »