Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali

Started by Isaacus Newtonus, 02 October 2012, 09:24:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

juanpedro

Quote from: morpheus on 04 October 2012, 10:34:01 AM
reply saya juga.
sepertinya karena gak ada celah buat diputer2in...  :))
saya menilai skor 1-0 untuk om isaacus.
no offense juga.
karena reply-nya anda langsung mencabut akar sehingga diperkirakan probabilitas munculnya daun-daun baru adalah nol. =))

Indra

Quote from: Kainyn_Kutho on 04 October 2012, 10:46:19 AM
;D Selama orang menggenggam kehidupan lampau bisa dibuktikan secara empiris, maka tentu akan 'terputar-putar'.

bukan pembuktian kok yg dipertanyakan.

Quote
Ini ga setuju. Sedikitnya 3-0 untuk Om Isaacus.

tidak juga, saya berpendapat sebaliknya, score ini hanya karena melihat rating dari thread ini, tapi sebenarnya rating ini justru menguntungkan kita kan?

Alucard Lloyd

Quote from: Kainyn_Kutho on 04 October 2012, 10:46:19 AM
Ini ga setuju. Sedikitnya 3-0 untuk Om Isaacus.

Menurut saya lebih 8 - 0 untuk om isnew ;D
Agama ku tidak bernama
Karena guru ku telah parinibbana
Yang tertinggal hanyalah dahmma
Agar aku dapat mencapai nibbana

Alucard Lloyd

 
Quote from: Indra on 04 October 2012, 10:57:03 AM
tidak juga, saya berpendapat sebaliknya, score ini hanya karena melihat rating dari thread ini, tapi sebenarnya rating ini justru menguntungkan kita kan?

Gpp om biar seneng bro isnew jadi dia sering sering dah berkunjung disini,...  ;D
Agama ku tidak bernama
Karena guru ku telah parinibbana
Yang tertinggal hanyalah dahmma
Agar aku dapat mencapai nibbana

Kelana

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 10:17:34 PM
Dia melakukan seperti yang juga -- misalnya -- Sidharta dulu lakukan.


Siddhartha tidak dalam permasalahan kesakitan fisik saat Ia melakukan meditasi kala itu. Kondisi yang berbeda maka permasalahan yang muncul dan dihadapi saat meditasi tentu akan berbeda dengan orang yang ada diilustrasi. Anda tidak bisa menyamakan ilustrasi anda dengan kehidupan Siddhartha.

So, pertanyaannya adalah: Permasalahan apa yang muncul saat meditasinya dan bagaimana ia mengatasinya?

Apakah setelah sesi meditasinya berakhir, ia akhirnya tidak disiksa lagi dan diberi makan? Jika tetap disiksa, apakah ia masih terganggu dengan rasa sakit yang ia alami dari penyiksaan dan kelaparan sehingga membuatnya gelisah, ingin segera melenyapkannya? Jika ya mengapa ia terganggu? Jika tidak mengapa ia tidak terganggu?
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

K.K.

Quote from: Indra on 04 October 2012, 10:57:03 AM
bukan pembuktian kok yg dipertanyakan.
Betul sekali. Bukan pembuktian yang dipertanyakan, namun pembuktian itu yang dipertahankan.

Quotetidak juga, saya berpendapat sebaliknya, score ini hanya karena melihat rating dari thread ini, tapi sebenarnya rating ini justru menguntungkan kita kan?
Tentu saja ada juga potensi keuntungannya. ;D



Quote from: Alucard Lloyd on 04 October 2012, 10:59:36 AM
Menurut saya lebih 8 - 0 untuk om isnew ;D
Yah... tinju aja bisa beda2 skor dari wasitnya, jadi bolehlah kita di sini beda2 juga. ;D

Isaacus Newtonus

Saya menilai mengapa diskusi ini menjadi berputar-putar, karena banyak member yang sudah ad hominem dulu terhadap saya. Saya tekankan kembali, saya dalam posisi bertanya. Atau lebih ekstrim lagi, saya katakan: Pengetahuan saya tentang Buddhis masih NOL BESAR, maka saya bertanya. Oleh sebab itu, kepada member yang tulus, berikan jawaban yang jelas dan lengkap atas pertanyaan saya, sehingga saya tidak menduga-duga, yang akhirnya jadi berputar-putar.

Baik, BTT.

Isaacus Newtonus

Quote from: Indra on 03 October 2012, 11:12:48 PM
kami tidak berpikir pada saat meditasi, mungkin itulah karena salah meditasi maka bisa tergantung dengan tangan dan kaki dipaku bak kriminal.

Kan sudah saya katakan, "apapun itu menurut konsep Buddhis", jadi ketika saya menulis "apa yang dipikirkan", itu bisa berarti tidak memikirkan apa-apa/tidak berpikir.


Indra

Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 11:52:05 AM
Kan sudah saya katakan, "apapun itu menurut konsep Buddhis", jadi ketika saya menulis "apa yang dipikirkan", itu bisa berarti tidak memikirkan apa-apa/tidak berpikir.



bisa dijelaskan bagaimana cara menginterpretasikan suatu pernyataan "berpikir" bisa menjadi "tidak memikirkan apa-apa/tidak berpikir"?

jika menggunakan logika matematis ini sama dengan X<>X, bagaimana anda menjelaskan hal ini?

Isaacus Newtonus

Quote from: Xan To on 04 October 2012, 07:29:23 AM
Persoalannya jika anda tidak dengan orang lain, lalu bagaimana caranya anda bisa tahu bahwa apa yang anda liat dalam benak anda bukan ilusi tapi ingatan?

Bro, maksud saya, di kehidupan sekarang ini, apa yang terjadi 2 jam yang lalu, masih bisa dibuktikan. Tidak harus ada orang lain, bisa saja berupa bukti catatan (misal 2 jam lalu saya menulis, dan tulisan itu saya cek masih ada dan isinya sesuai dengan yang saya tulis 2 jam yang lalu). Atau keberadaan suatu benda, misalnya 2 jam yang lalu saya baca buku lalu diletak di atas meja. Lalu saya cek ternyata buku itu ada dan adalah buku yang sama.

Intinya, itu masih bisa dibuktikan dengan bukti nyata. Namun bagaimana dengan kelahiran kembali, bisakah dibuktikan? Mungkin dengan kesaksian orang lain, atau ada benda-benda tertentu yang menjadi bukti konkrit, yang benda dan kondisi sekitarnya sesuai dengan ingatan akan kehidupan masa lampau itu?




Indra

Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 11:49:54 AM
Saya menilai mengapa diskusi ini menjadi berputar-putar, karena banyak member yang sudah ad hominem dulu terhadap saya. Saya tekankan kembali, saya dalam posisi bertanya. Atau lebih ekstrim lagi, saya katakan: Pengetahuan saya tentang Buddhis masih NOL BESAR, maka saya bertanya. Oleh sebab itu, kepada member yang tulus, berikan jawaban yang jelas dan lengkap atas pertanyaan saya, sehingga saya tidak menduga-duga, yang akhirnya jadi berputar-putar.

Baik, BTT.

dengan pengakuan anda itu bahwa anda tidak tahu apa2, bukankah seharusnya anda bisa menerima petunjuk dari orang lain, misalnya jika anda yg mengatakan bahwa jawaban atas pertanyaan anda ada di [link], bukankah anda seharusnya membaca petunjuk itu? apakah anda melakukan hal itu?

Mas Tidar

Quote from: Mas Tidar on 03 October 2012, 09:47:56 PM
malu bertanya, sesat dijalan
kebanyakan tanya, ketahuan kapasitas otaknya (isitilah Sang Batara)


Quote from: Isaacus Newtonus on 04 October 2012, 11:49:54 AM
Saya menilai mengapa diskusi ini menjadi berputar-putar, karena banyak member yang sudah ad hominem dulu terhadap saya. Saya tekankan kembali, saya dalam posisi bertanya. Atau lebih ekstrim lagi, saya katakan: Pengetahuan saya tentang Buddhis masih NOL BESAR, maka saya bertanya. Oleh sebab itu, kepada member yang tulus, berikan jawaban yang jelas dan lengkap atas pertanyaan saya, sehingga saya tidak menduga-duga, yang akhirnya jadi berputar-putar.

Baik, BTT.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Mas Tidar

Quote from: Indra on 04 October 2012, 11:58:58 AM
dengan pengakuan anda itu bahwa anda tidak tahu apa2, bukankah seharusnya anda bisa menerima petunjuk dari orang lain, misalnya jika anda yg mengatakan bahwa jawaban atas pertanyaan anda ada di [link], bukankah anda seharusnya membaca petunjuk itu? apakah anda melakukan hal itu? prefer to ask more question
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Isaacus Newtonus

Quote from: Indra on 04 October 2012, 11:57:28 AM
bisa dijelaskan bagaimana cara menginterpretasikan suatu pernyataan "berpikir" bisa menjadi "tidak memikirkan apa-apa/tidak berpikir"?

jika menggunakan logika matematis ini sama dengan X<>X, bagaimana anda menjelaskan hal ini?

Nah ini nih yang buat dikusi mutar-mutar. Baik saya copy kembali tulisan saya:

QuoteYa seperti yang Sidharta lakukan sewaktu bermeditasi. Apa yang dipikirkan, dirasakan, dll (apapun itu sesuai konsep Buddhis), itulah yang juga orang itu lakukan sewaktu bermeditasi.

Bro mengerti mengapa saya tambahkan kalimat dalam tanda kurung "apapun itu sesuai konsep Buddhis"? Sebagai orang yang cerdas, seharusnya bro mengerti.


Isaacus Newtonus

Quote from: Mas Tidar on 04 October 2012, 11:59:30 AM
kebanyakan tanya, ketahuan kapasitas otaknya (isitilah Sang Batara)

Hehehe.

Memangnya kapan saya bilang saya cerdas?

Tetapi saya pernah baca pepatah lain, "Kita hanya tahu sejauh yang kita tanya".