Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali

Started by Isaacus Newtonus, 02 October 2012, 09:24:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Xan To


sanjiva

«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Isaacus Newtonus

QuoteSy dikacangin sama si Isac

Quote from: Xan To on 03 October 2012, 08:08:42 PM
Pencerahan tidak ditentukan pada apakah dia sedang menderita atau tidak/kelaparan atau tidak....

Maafkan saya bro, bukan maksud seperti itu.

Hmm... mengenai hal ini, saya di beritahu salah satu member bahwa penderitaan fisik berpengaruh.


Quote from: Xan To on 03 October 2012, 08:08:42 PM
Coba anda duduk meditasi, lalu coba anda ingat apa yang anda lakukan 2 jam yang lalu, lalu sekarang saya tanya sama anda darimana anda tahu bahwa itu adalah sesuatu yang anda jalani 2 jam yang lalu?

Dari mana saya tahu? Karena ada ingatan, ingatan tentang situasi persis seperti yang saya jalani 2 jam yang lalu.


Mas Tidar

#183
oouww ...

Quote from: Mas Tidar on 03 October 2012, 08:28:33 PM

sudah di-reply 180x, boleh tau kesimpulan sementara-nya ?


Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 08:36:31 PM
Mengenai pencerahan, kesimpulan (apakah dapat dikatakan sementara?) yang saya dapat: Penderitaan fisik yang luar biasa dapat menghambat seseorang mencapai pencerahan (sekalipun batinnya sudah murni) => perlu baca RAPB.

Mengenai kelahiran kembali, sejauh ini belum ada.


Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

downjav

1. seseorang akan berubah baik / buruk krn perbuatan dia sendiri
meskipun dia tau dia jahat bisa saja dia tidak mau berubah menjadi baik sedangkan nasehat2 untk menjadi baik sudah dia dapat dari teman / orang tua

jadi jika bro tanya seseaorang kok tidak bisa berubah menjadi baik itu tergantung pribadi masing2. saya rasa pertanyaan ini tidak ada hubungan dgn kelahiran kembali.

2. jika si a mati dan lahir menjadi b secara fisik mmg tidak sama, dan di buddhist tidak dikatakan bahwa kelahiran kembali adalah 100persen sama, misalnya elvis presley sudah mati, gak mungkin kan tiba2 lahir elvis baru yg 100 persen sama. :) mungkin saja dia lahir menjadi justin beiber sekarang

hehehe.

jadi dalam konsep buddhist tidak pernah mengatakan kelahiran kembali itu 100 persen sama,

saya rasa bro sudah mendapat jawaban yg tepat kan ?



Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 09:24:25 PM
Hai semua rekan-rekan Buddhis. Saya member baru di sini. Kesempatan ini, saya ingin menanyakan sesuatu tentang ajaran Buddhis sehubungan dengan kelahiran kembali.

1. Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah menjadi baik, jika ia tidak tahu kesalahan apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya?

2. Jika si A mati dan ia dilahirkan kembali menjadi si B, sedangkan si B tidak punya kenangan tentang si A, maka dapatkah dikatakan si B = si A? Bukankah ini berarti si B adalah orang yang sama sekali lain?

Mohon ditanggapi. Thanks.

siswahardy

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 08:36:31 PM
Mengenai pencerahan, kesimpulan (apakah dapat dikatakan sementara?) yang saya dapat: Penderitaan fisik yang luar biasa dapat menghambat seseorang mencapai pencerahan (sekalipun batinnya sudah murni).

yg di-bold mohon dicatat/diingat
yg tercerahkan (Arahat) berarti batinnya telah tercerahkan/terbebaskan/sempurna/murni
yg belum tercerahkan berati batinnya belum tercerahkan/terbebaskan/sempurna/murni
kalau batin sudah murni berarti sudah tercerahkan otomatis tidak perlu mencapai pencerahan kembali

harusnya kesimpulan anda:
Penderitaan fisik yang luar biasa dapat menghambat seseorang mencapai pencerahan (karena batinnya belum murni).

paham bro

Isaacus Newtonus

Quote from: downjav on 03 October 2012, 09:03:06 PM
1. seseorang akan berubah baik / buruk krn perbuatan dia sendiri
meskipun dia tau dia jahat bisa saja dia tidak mau berubah menjadi baik sedangkan nasehat2 untk menjadi baik sudah dia dapat dari teman / orang tua

jadi jika bro tanya seseaorang kok tidak bisa berubah menjadi baik itu tergantung pribadi masing2. saya rasa pertanyaan ini tidak ada hubungan dgn kelahiran kembali.

2. jika si a mati dan lahir menjadi b secara fisik mmg tidak sama, dan di buddhist tidak dikatakan bahwa kelahiran kembali adalah 100persen sama, misalnya elvis presley sudah mati, gak mungkin kan tiba2 lahir elvis baru yg 100 persen sama. :) mungkin saja dia lahir menjadi justin beiber sekarang

hehehe.

jadi dalam konsep buddhist tidak pernah mengatakan kelahiran kembali itu 100 persen sama,

saya rasa bro sudah mendapat jawaban yg tepat kan ?

Berarti pertanyaan saya itu cocoknya untuk yang percaya reinkarnasi kali ya?

Baik, lupakan pertanyaan saya itu. Mari kita bahas kelahiran kembali.

Bro mengatakan "tidak 100 persen sama". Jadi apa-nya dari -- misal -- Elvis Presley yang 'pindah' (apapun istilahnya menurut konsep Buddhis) ke Justin Beiber?


bluppy

#187
Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 09:06:41 PM
harusnya kesimpulan anda:
Penderitaan fisik yang luar biasa dapat menghambat seseorang mencapai pencerahan (karena batinnya belum murni).

salut untuk bro siswahardy
sudah sabar menjelaskan "hati yg murni"
untuk yang kesekian kalinya (errr...i lost count)

Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 09:06:41 PM
paham bro
moga2 saudara isaacus juga paham. amin.
atau kalau belum paham, tetap sabar sampai paham

Kelana

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:38:10 PM
Kok kontradiksi sih bro?

Baik, kita ilustrasikan kembali:

1. Ada seorang yang baik kelakuannya, namun hatinya terkadang masih kotor.
2. Ia ditangkap pemberontak dan dipenjara.
3. Di dalam penjara, ia hanya diberi sedikit makanan dan selalu disiksa.
4. Setahun di penjara, selain menderita fisik, ia juga dendam dengan pemberontak itu.
5. Setahun kemudian, sekalipun kelaparan dan tubuh sakit di siksa (menderita fisik), ia berusaha menyucikan batinnya (sesuai konsep buddhis), namun belum bisa.
6. Setahun berikutnya, sekalipun masih kelaparan dan tubuh sakit di siksa (menderita fisik), ia akhirnya bisa menyucikan batinnya (sesuai konsep Buddhis).

Nah, dalam kondisi ini, apakah ia bisa tercerahkan? Jika ya, pada tahap mana ia tercerahkan?



Ilsutrasi anda kontradiksi seperti yang sebelumnya saya sampaikan. Nanti saya sampaikan mengapa dan apa penyebabnya. Mari kita lihat ke ilustrasi.

Karena ilustrasinya ada perubahan, saya akan bertanya kembali. Bagaimana anda bisa langsung memastikan, menyimpulkan orang yang masih kelaparan dan tubuh sakit di siksa (menderita fisik) tersebut dikatakan akhirnya bisa menyucikan batinnya (sesuai konsep Buddhis)? Faktor, penyebab apa yang ada sehingga ia bisa menyucikan batinnya (sesuai konsep Buddhis) saat itu?
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

sl99

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:32:05 PM
Thanks bro.

Saya kira ini tidak rumit. Tolong jawab pertanyaan saya: Apakah "ketiadaan makanan" bisa membuat seseorang menderita?

Bayangkan ini: Ada seorang pengikut ajaran Buddhis yang selalu melakukan kebajikan dan hatinya murni. Namun orang ini tidak memiliki makanan dan kelaparan (yang berarti mendatangkan penderitaan kepadanya). Dalam kondisi ini, bisakah ia mencapai pencerahan? Sedangkan pencerahan diperoleh jika tidak ada lagi penderitaan?

Mungkin yang bro maksudkan Yesus? Sewaktu di bumi, Yesus memang makan. Tetapi Yesus tidak mengajarkan bahwa untuk mendapat keselamatan harus menghilangkan penderitaan. Ingat bro, poin penekanan saya pada "mencapai pencerahan dengan menghilangkan penderitaan".


Penderitaan itu adanya hanya dipikiran. Yang menentukan sesuatu itu menyenangkan atau tidak menyenangkan=menderita, hanya pikiran.
Contoh sederhana hujan. Jika hujan turun pada weekdays, yg menyebabkan jalanan macet, anda telat masuk kantor, anda mungkin membenci hujan.
Jika pada hari minggu, hujan turun, anda jadi bisa tidur lebih nyenyak, ataupun anda jadi bisa mengalami peristiwa romantis dengan pacar,
anda mungkin sangat menyukai hujan.

Jadi apakah yg menyebabkan diwaktu tertentu anda bisa membenci hujan, tapi dilain waktu malah menyukai hujan?
That's your mind playing tricks with you :)

Yah belajar dulu sono dasar-dasar agama buddha, baru pertanyaan anda menjadi lebih bermutu :)

Analogi saya yang lain, jika anda tidak mengerti kali bagi kurang tambah, kemudian anda mencoba membahas aljabar dengan dasar ilmu biologi, apa yang terjadi??

Hahaha.. sekali lagi, belajar dulu dasar2nya, jangan mau instant
Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha

kullatiro

#190
penderitaan fisik? tuduhan pemberontak.adalah sebuah kamma buruk  pertama; sedang di siksa (penyiksaan nya masih sedang berlangsung) oleh orang lain adalah kamma buruk kedua, dengan ada nya dua buah kamma buruk yang sedang berbuah dan berlangsung mungkin kah sebuah kondisi bathin murni dapat di capai bila dia tidak mempunyai kamma yang cukup untuk mengatasi hal hal tersebut.

bukan penderitaan fisik hebat tetapi ada nya kamma kamma penghalang yang sedang berbuah.

sungguh mengesalkan kata kata wa seperti di putar balikan

Isaacus Newtonus

Quote from: daimond on 03 October 2012, 09:12:49 PM
penderitaan fisik? tuduhan pemberontak.adalah sebuah kamma buruk  pertama sedang kena siksa oleh orang lain adalah kamma buruk kedua, dengan ada nya dua buah kamma buruk yang sedang berbuah dan berlangsung mungkin kah sebuah kondisi bathin murni dapat di capai bila dia tidak mempunyai kamma yang cukup untuk mengatasi hal tersebut.

bukan penderitaan fisik hebat tetapi ada nya kamma penghalang yang sedang berbuah.

Siapa yang bilang orang itu pemberontak? (Aduh, coba baca lagi bro).


Xan To

#192
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 08:50:02 PM
Maafkan saya bro, bukan maksud seperti itu.

Hmm... mengenai hal ini, saya di beritahu salah satu member bahwa penderitaan fisik berpengaruh.

Dari mana saya tahu? Karena ada ingatan, ingatan tentang situasi persis seperti yang saya jalani 2 jam yang lalu.

Bunuh diri, dibunuh, kecelakaan, penyakit, usia tua itu semua hanyalah cara untuk mati. Yang menyebabkan Seseorang tidak bisa tercerahkan itu adalah karena kurang matangnya faktor yang menentukan Pencerahan. Contoh nyata, member2 yang ada disini, apakah sudah tercerahkan? Jika belum, lalu mengapa belum tercerahkan padahal tidak mengalamin penderitaan fisik kan?

Pertanyaan saya kepada anda adalah, dari mana anda bisa tahu bahwa yang anda ingat itu bukan ilusi?

sl99

Sampai sekarang si isaac belum membaca link yg diberikan indra
Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha

Wolvie

#194
Quote from: Isaacus Newtonus on 02 October 2012, 10:50:40 PM
Thanks bro.

1. Mengenai "meditasi":

Dari mana bro tahu bahwa ketika seseorang bermeditasi, apa yang ia ingat adalah kehidupan masa lampaunya? Bisa saja kan ini seperti bermimpi? Sewaktu kita mimpi, kita merasa menjalani kehidupan yang nyata, Namun sebenarnya, kita tidak pernah menjalani kehidupan persis seperti dalam mimpi itu. Mungkinkah meditasi juga seperti ini?


2. Mengenai "hipnotis":

Saya pernah baca argumentasi seperti ini:

"Apakah mengingat kembali suatu kehidupan di masa dan tempat yang berbeda di bawah pengaruh hipnotis membuktikan kebenaran reinkarnasi?

Di bawah pengaruh hipnotis, banyak keterangan yang tersimpan dalam otak dapat dikeluarkan. Ahli-ahli hipnotis dapat menyadap ingatan di bawah sadar. Namun, bagaimana keterangan-keterangan tersebut sampai ke sana? Mungkin Anda membaca buku, menonton film, atau mengamati orang-orang tertentu di televisi. Jika Anda menempatkan diri pada kedudukan orang yang sedang diamati, kesan yang didapat akan jelas sekali, seolah-olah Anda mengalaminya sendiri. Mungkin apa yang Anda lakukan sudah begitu lama sehingga Anda sudah lupa, tetapi di bawah pengaruh hipnotis, hal itu dibangkitkan kembali, seolah-olah Anda mengingat suatu "kehidupan yang lain". Namun, kalau ini benar, bukankah setiap orang mempunyai kenangan seperti ini? Tetapi tidak demikian. Perlu diperhatikan bahwa makin banyak pengadilan tertinggi di negara-negara bagian di Amerika Serikat menolak kesaksian hasil pengaruh hipnotis. Pada tahun 1980, Mahkamah Agung Minnesota menyatakan bahwa "kesaksian dari ahli yang terpandai menunjukkan bahwa tidak seorang ahli pun dapat menentukan apakah ingatan, atau sebagian dari ingatan, yang didapat melalui hipnotisme merupakan kebenaran, dusta, atau omong kosong belaka—pengisi kekosongan dengan khayalan. Secara ilmiah kesaksamaannya tidak dapat diandalkan". (State v. Mack, 292 N.W.2d 764) Pengaruh saran ahli-ahli hipnotis atas orang yang dihipnotis merupakan suatu faktor mengapa kebenaran hipnotis tidak dapat diandalkan."

Jadi, meditasi dan hipnotis bukan bukti mutlak akan adanya kehidupan sebelumnya.

Silakan ditanggapi bro.

Sy sudah menduga, memang bahasan tentang tumimbal lahir, klo memang ngotot minta bukti akan sulit dicari buktinya. Tapi tidak bisa dibuktikan bukan berarti tidak ada..

Apalagi jika memang tujuan pertanyaan adalah untuk mencari2 kelemahan dalam Buddhism.. Bahkan dalam agama lain pun tidak semua hal bisa dibuktikan secara explisit, sejelas2nya..
Sekarang anda minta bukti tentang meditasi, apakah anda sendiri sudah meditasi ?
Anda minta bukti tentang past life regression, anda sendiri sudah menjalaninya ?

Banyak kasus yang sy dengar dari saudara sendiri maupun sy sendiri tentang past life, tapi pada akhirnya itu adalah pengalaman kami, kalau anda masih pula ngotot minta bukti sejelas2nya, ya sulit juga, namany juga bukan anda yang ngalamin.

oh ya, satu lagi di luar meditasi dan hypnosis adalah ingatan spontan, tapi lagi2 ini pun akan terbentur pada pembuktian dan seringkali meski sudah dibuktikan pun, bagi orang yang memang MEMILIH UNTUK TIDAK PERCAYA, tetap saja pembuktian itu akan berusaha dia mentahkan lagi.