Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali

Started by Isaacus Newtonus, 02 October 2012, 09:24:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Indra

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:06:39 PM
Ya saya mengerti itu. Makanya tadi sempat bingung juga mau nulis bagaimana. Tetapi ya sudahlah, yang pasti apa yang saya sampaikan itu benar. Percaya atau tidak, terserah.

Itu sama saja seperti seorang non-K yang ingin bertanya tentang keyakinan K, disuruh baca satu kitab dulu.

tidak sama, karena saya tidak menyuruh anda membaca satu kitab Tipitaka, melainkan hanya 1 sutta di antara ribuan sutta dalam Tipitaka. anda tidak perlu minder kalau kitab anda setipis buku stensilan.

Quote
"Strategi kelahiran kembali gagal"? Lho, saya malah belum jelas konsep Buddhis tentang kelahiran kembali, karena ada yang memberi penjelasan berbeda, ada yang hanya sepotong-sepotong.

Tolong bro jelaskan dengan lengkap bagaimana penjelasan kelahiran kembali itu. Apanya yang "kembali"?

(Tentang pencerahan juga belum jelas lho bro)

Silakan.

Oh kalau masih belum jelas, silakan dilanjutkan. mengenai "kembali" itu sudah dibahas, anda harus lebih cerdas dalam berdiskusi di sini, karena kaum Buddhis identik (baca: umumnya) cerdas.

Tapi, setidaknya anda tidak membantah bahwa itu adalah strategi anda, bukan?

kullatiro

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:19:32 PM
Jadi maksud bro, sekalipun fisik seseorang menderita, namun jika batinnya murni (tidak ada marah, dendam, nafsu, dll, sesuai pengertian Buddhis), ia bisa tercerahkan? (Tetapi kok jadi beda dengan member yang lain?)





untuk mencapai bathin murni perlu latihan melalui banyak kehidupan dan mampu membakar atau mengikis lobha, moha, dan dosa, setelah itu tergantung masaknya kamma hingga bisa mencapai pencerahan contoh ananda mencapai pencerahan setalah Buddha parinibbana.

Isaacus Newtonus

Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 06:37:25 PM
ia tidak lagi menderita karena bathin-nya(nama) telah tercerahkan/terbebaskan/sempurna, pencerahannya tidak jadi kurang/hilang, pencerahan diperoleh jika penyebab penderitaan telah dilenyapkan sampai ke akar-akarnya, apa akar-akarnya? lobha(keserakahan), dosa(kebencian), dan moha(kebodohan), di kesempatan lain lobha & dosa adalah tanha(keinginan/craving)

Jadi seorang yang batinnya murni (tidak ada keserakahan, marah, dendam, dll sesuai konsep Buddhis), meskipun fisiknya tersiksa/menderita, dapat tercerahkan?


siswahardy

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:59:06 PM
Ya, katakanlah orang dalam ilustrasi saya itu sudah menjalani beribu-ribu kehidupan. Nah, dalam kondisi terkini itu, apakah ia bisa mencapai pencerahan?
bisa jika kondisi2nya terpenuhi, jika tidak/kurang maka akan tertunda/terhambat

adi lim

#154
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:24:32 PM
Jadi seorang yang batinnya murni (tidak ada keserakahan, marah, dendam, dll sesuai konsep Buddhis), meskipun fisiknya tersiksa/menderita, dapat tercerahkan?

dari awal sampai sekarang hanya pencerahan dan tercerahkan
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

siswahardy

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:24:32 PM
Jadi seorang yang batinnya murni (tidak ada keserakahan, marah, dendam, dll sesuai konsep Buddhis), meskipun fisiknya tersiksa/menderita, dapat tercerahkan?
kalau kriterianya 'batin murni' maka ia 'sudah tercerakan', tidak perlu mencerahkan ulang

Kelana

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:24:32 PM
Jadi seorang yang batinnya murni (tidak ada keserakahan, marah, dendam, dll sesuai konsep Buddhis), meskipun fisiknya tersiksa/menderita, dapat tercerahkan?


Sudah saya sampaikan, ilustrasi anda kontradiksi.
Kalau batinnya sudah murni (tidak ada keserakahan, marah, dendam, dll sesuai konsep Buddhis), berarti sudah tercerahkan, lalu buat apa lagi pencerahan lagi?
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Isaacus Newtonus

Quote from: Indra on 03 October 2012, 07:20:01 PM
Oh kalau masih belum jelas, silakan dilanjutkan. mengenai "kembali" itu sudah dibahas, anda harus lebih cerdas dalam berdiskusi di sini, karena kaum Buddhis identik (baca: umumnya) cerdas.

Tapi, setidaknya anda tidak membantah bahwa itu adalah strategi anda, bukan?

Strategi itu kan istilah bro. Perhatikan saya mengutip kata-kata bro. Jika saya melihat ada yang rancu dalam keyakinan Buddhis lalu saya bertanya, apakah itu strategi? Strategi itu kalau sudah diberitahu jawaban yang jelas dan lengkap, saya masih ngotot. Tetapi saya belum melihat hal itu.

Jujur saya ini tidak cerdas. Maka silakan bro menjelaskan bagaimana kelahiran kembali itu (jangan suruh saya lihat jawaban member lain, soalnya bisa beda-beda lho).




siswahardy

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:29:41 PM
Strategi itu kan istilah bro. Perhatikan saya mengutip kata-kata bro. Jika saya melihat ada yang rancu dalam keyakinan Buddhis lalu saya bertanya, apakah itu strategi? Strategi itu kalau sudah diberitahu jawaban yang jelas dan lengkap, saya masih ngotot. Tetapi saya belum melihat hal itu.

Jujur saya ini tidak cerdas. Maka silakan bro menjelaskan bagaimana kelahiran kembali itu (jangan suruh saya lihat jawaban member lain, soalnya bisa beda-beda lho).
'kelahiran kembali' cuma konsep bahasa (mungkin dari rebirth) bro
kalau di Indonesia biasanya memakai 'tumimbal lahir'

Isaacus Newtonus

Quote from: Kelana on 03 October 2012, 07:28:26 PM
Sudah saya sampaikan, ilustrasi anda kontradiksi.
Kalau batinnya sudah murni (tidak ada keserakahan, marah, dendam, dll sesuai konsep Buddhis), berarti sudah tercerahkan, lalu buat apa lagi pencerahan lagi?

Kok kontradiksi sih bro?

Baik, kita ilustrasikan kembali:

1. Ada seorang yang baik kelakuannya, namun hatinya terkadang masih kotor.
2. Ia ditangkap pemberontak dan dipenjara.
3. Di dalam penjara, ia hanya diberi sedikit makanan dan selalu disiksa.
4. Setahun di penjara, selain menderita fisik, ia juga dendam dengan pemberontak itu.
5. Setahun kemudian, sekalipun kelaparan dan tubuh sakit di siksa (menderita fisik), ia berusaha menyucikan batinnya (sesuai konsep buddhis), namun belum bisa.
6. Setahun berikutnya, sekalipun masih kelaparan dan tubuh sakit di siksa (menderita fisik), ia akhirnya bisa menyucikan batinnya (sesuai konsep Buddhis).

Nah, dalam kondisi ini, apakah ia bisa tercerahkan? Jika ya, pada tahap mana ia tercerahkan?


Isaacus Newtonus

Quote from: siswahardy on 03 October 2012, 07:33:59 PM
'kelahiran kembali' cuma konsep bahasa (mungkin dari rebirth) bro
kalau di Indonesia biasanya memakai 'tumimbal lahir'

Ya apapun itu istilahnya, tolong jelaskan seperti apa itu.

Thanks.

Indra

#161
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:29:41 PM
Strategi itu kan istilah bro. Perhatikan saya mengutip kata-kata bro. Jika saya melihat ada yang rancu dalam keyakinan Buddhis lalu saya bertanya, apakah itu strategi? Strategi itu kalau sudah diberitahu jawaban yang jelas dan lengkap, saya masih ngotot. Tetapi saya belum melihat hal itu.

Jujur saya ini tidak cerdas. Maka silakan bro menjelaskan bagaimana kelahiran kembali itu (jangan suruh saya lihat jawaban member lain, soalnya bisa beda-beda lho).





saya tidak suka membahas apa yg sudah dibahas, jika anda tidak mau berusaha, maka anda tidak akan memperoleh apa pun di sini. Dan jika anda tidak cerdas sebaiknya anda meminta bantuan dari kelompok anda yg lebih cerdas.

Dan jika itu bukan strategi, maka anda tentu sudah membantahnya sejak awal, bukan tunggu ketika rencana anda terbongkar baru tergopoh2 menyelamatkan pantat anda. namun hal ini bisa dimaklumi karena anda tidak cerdas

Isaacus Newtonus

Quote from: Indra on 03 October 2012, 07:41:58 PM
saya tidak suka membahas apa yg sudah dibahas, jika anda tidak mau berusaha, maka anda tidak akan memperoleh apa pun di sini. Dan jika anda tidak cerdas sebaiknya anda meminta bantuan dari kelompok anda yg lebih cerdas.

Bro, saat seseorang bertanya kepada Sidharta, apakah ia akan menjawab, "Saya tidak suka membahas apa yg sudah dibahas. Tanyakan kepada murid-murid yang lain". Saya kira tidak seperti itu.

Jika bro main ke FK, saya dengan senang hati menjelaskan kepada orang yang bertanya.

Jangan bertele-tele bro: Jelaskan saja mengenai kelahiran kembali (tentu saja, jika bro memang ingin membagikan kebenaran bro)


Isaacus Newtonus

Quote from: Indra on 03 October 2012, 07:41:58 PM
Dan jika itu bukan strategi, maka anda tentu sudah membantahnya sejak awal, bukan tunggu ketika rencana anda terbongkar baru tergopoh2 menyelamatkan pantat anda. namun hal ini bisa dimaklumi karena anda tidak cerdas

Hehehe.

Saya memang membantah tentang kelahiran kembali yang menurut saya belum memuaskan. Namun karena perbincangan cendrung mengearah ke pencerahan, maka hal itu yang saya tanggapi.

Tetapi itu terserah bro, mau bilang saya pakai strategi, mau menyelamatkan p....t, biarlah batin kita yang tahu, bukan?

Dan saya memang tidak cerdas. Maka tolong beritahu saya. Jangan sampai dikatakan bro tidak bisa menjawab pertanyaan dari seorang yang tidak cerdas.

Silakan bro. (Langsung to the poin jawab pertanyaan saya ngapa bro? Hehehe)

kullatiro

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:38:10 PM
Kok kontradiksi sih bro?

Baik, kita ilustrasikan kembali:

1. Ada seorang yang baik kelakuannya, namun hatinya terkadang masih kotor.
2. Ia ditangkap pemberontak dan dipenjara.
3. Di dalam penjara, ia hanya diberi sedikit makanan dan selalu disiksa.
4. Setahun di penjara, selain menderita fisik, ia juga dendam dengan pemberontak itu.
5. Setahun kemudian, sekalipun kelaparan dan tubuh sakit di siksa (menderita fisik), ia berusaha menyucikan batinnya (sesuai konsep buddhis), namun belum bisa.
6. Setahun berikutnya, sekalipun masih kelaparan dan tubuh sakit di siksa (menderita fisik), ia akhirnya bisa menyucikan batinnya (sesuai konsep Buddhis).

Nah, dalam kondisi ini, apakah ia bisa tercerahkan? Jika ya, pada tahap mana ia tercerahkan?



ya ini kontradiksi karena bila bathin telah murni tidak mungkin dianggap pemberontak dan dipenjara ini artinya masih ada kamma buruk yang berbuah atau kamma penghalang hingga bathin nya tidak mungkin 100% bersih dari lobha, moha dan dosa.

biasa nya kamma buruk nya akan berbuah bila telah mencapai bathin yang murni dengan parinibanna atau berakhirnya masa kehidupan rupa.