Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali

Started by Isaacus Newtonus, 02 October 2012, 09:24:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Isaacus Newtonus

Quote from: Indra on 03 October 2012, 06:45:07 PM
ini bukti lain dari tujuan anda di sini, anda bahkan tidak melihat link yg saya berikan itu, karena jika anda melihatnya, anda akan tahu bahwa link itu berisi kitab Majjhima Nikaya dari Sutta Pitaka, koleksi pertama dari Tipitaka.

Bro, sejujurnya, saya sudah memeriksa link itu bahkan sebelum bro menulis post bro ini. Bro menganggap saya berbohong? Biarlah yang mahakuasa yang tahu.

Sejujurnya, saya tidak pernah mendengar istilah Majjhima Nikaya (itulah sebabnya saya kira itu bukan bagian dari Tripitaka), tetapi saya pernah mendengar istilah Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka, dan Abidhamma Pitaka.

Baik, jadi di ayat mana Sidharta menjelaskan tentang penderitaan dari 'faktor luar'?


kullatiro

#136
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:04:06 PM
Bro, yang kita bahas tentu saja penderitaan yang di sadari.

Maksud saya begini: Ada seorang yang baik (jasmani-rohani), namun ia dipenjara oleh pemberontak. Di penjara, ia selalu disiksa (tentu saja, ia menderita), namun begitu, ia tidak marah/dendam. Apakah dalam kondisi ini ia bisa mencapai pencerahan?

(Ini yang saya maksud dengan penderitaan karena 'faktor luar')



faktor pencerahan itu di pupuk dari beribu ribu, berjuta juta kehidupan yang lampau, seperti wa jawab bila debu nya sedikit maka ajaran para Buddha dapat membantu nya.

Bila melihat para umat Buddha pada jaman sang Buddha mencapai pencerahan saat tersebut karena latihan yang telah di lakukan pada banyak masa kehidupan sebelumnya hingga dapat mendapat bantuan sang Buddha untuk mencapai pencerahan.

jadi ada kondisi kondisi tertentu harus di penuhi hingga bisa mencapai pencerahan nibbana.

jadi bila kamma nya belum sampai orang tersebut tetap tidak akan mengalami pencerahan, tetapi bila kamma telah masak maka dia dapat mencapai pencerahan

Isaacus Newtonus

Quote from: Kelana on 03 October 2012, 06:45:46 PM
:))

kalau bro mengamati kalimat saya, saya tidak mengatakan bahwa link yang diberi bro Indra itu bukan Tripitaka, tetapi saya tidak tahu kitab apa itu. Itulah sebabnya saya memberi parameter.


Kelana

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:46:39 PM
Bro, jika bro memperhatikan ilustrasi saya itu, sebenarnya bukan penderitaan batin yang saya soroti, melainkan penderitaan fisik, akibat kelaparan dan di siksa. Nah, dalam kondisi ini (sekalipun batinnya murni), apakah ia bisa mencapai pencerahan?


Ilustrasi anda kontradiksi.
Saat anda mengatakan: " (sekalipun batinnya murni)*.... ini berarti ia sudah tercerahkan. lalu buat apa lagi mencapai pencerahan?

*dalam pengertian Buddhis.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Indra

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:53:04 PM
Bro, sejujurnya, saya sudah memeriksa link itu bahkan sebelum bro menulis post bro ini. Bro menganggap saya berbohong? Biarlah yang mahakuasa yang tahu.

Sejujurnya, saya tidak pernah mendengar istilah Majjhima Nikaya (itulah sebabnya saya kira itu bukan bagian dari Tripitaka), tetapi saya pernah mendengar istilah Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka, dan Abidhamma Pitaka.

Baik, jadi di ayat mana Sidharta menjelaskan tentang penderitaan dari 'faktor luar'?



kami tidak peduli dengan si Maha Kuasa, karena si Maha Kuasa anda tidak berkuasa atas kami.
dan dalam membaca teks2 Buddhis, sutta adalah unit bacaan terkecil, kami tidak menggunakan ayat2an lagi. link yg saya berikan itu langsung menunjuk pada sutta yg dimaksud. jika anda memang sungguh ingin tahu, bacalah link itu. jika anda bukan bertujuan untuk ingin tahu, tidak perlu baca, silakan cari strategi lainnya setelah strategi "kelahiran kembali" gagal, lanjut dengan strategi "pencerahan" juga gagal.

Isaacus Newtonus

Quote from: daimond on 03 October 2012, 06:55:03 PM
faktor pencerahan itu di pupuk dari beribu ribu, berjuta juta kehidupan yang lampau, seperti wa jawab bila debu nya sedikit maka ajaran para Buddha dapat membantu nya.

Bila melihat para umat Buddha pada jaman sang Buddha mencapai pencerahan saat tersebut karena latihan yang telah di lakukan pada banyak masa kehidupan sebelumnya hingga dapat mendapat bantuan sang Buddha untuk mencapai pencerahan.

jadi ada kondisi kondisi tertentu harus di penuhi hingga bisa mencapai pencerahan nibbana.

Ya, katakanlah orang dalam ilustrasi saya itu sudah menjalani beribu-ribu kehidupan. Nah, dalam kondisi terkini itu, apakah ia bisa mencapai pencerahan?

Indra

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:56:44 PM
kalau bro mengamati kalimat saya, saya tidak mengatakan bahwa link yang diberi bro Indra itu bukan Tripitaka, tetapi saya tidak tahu kitab apa itu. Itulah sebabnya saya memberi parameter.



sebenarnya tidak susah untuk mengetahui kitab apa Majjhima Nikaya itu, semudah mengetikkan kata itu di google. tapi anda terlalu sibuk dengan pikiran bagaimana menjatuhkan Buddhisme sehingga anda tidak punya waktu untuk melakukan hal itu. anda tidak harus mengakuinya, tapi kami sudah terbiasa dengan kelompok anda. tapi para pendahulu anda masih jauh lebih baik dari anda, karena setidaknya mrk cukup berpengetahuan dalam hal Buddhisme. walupun toh akhirnya gagal juga.

Kelana

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:56:44 PM
kalau bro mengamati kalimat saya, saya tidak mengatakan bahwa link yang diberi bro Indra itu bukan Tripitaka, tetapi saya tidak tahu kitab apa itu. Itulah sebabnya saya memberi parameter.


Saya juga tidak mengatakan bahwa anda mengatakan bahwa link yang diberi bro Indra itu bukan Tripitaka. Saya hanya tertawa karena anda tidak tahu kitab apa itu.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Isaacus Newtonus

Quote from: Indra on 03 October 2012, 06:57:22 PM
kami tidak peduli dengan si Maha Kuasa, karena si Maha Kuasa anda tidak berkuasa atas kami.

Ya saya mengerti itu. Makanya tadi sempat bingung juga mau nulis bagaimana. Tetapi ya sudahlah, yang pasti apa yang saya sampaikan itu benar. Percaya atau tidak, terserah.

Quote from: Indra on 03 October 2012, 06:57:22 PM
dan dalam membaca teks2 Buddhis, sutta adalah unit bacaan terkecil, kami tidak menggunakan ayat2an lagi. link yg saya berikan itu langsung menunjuk pada sutta yg dimaksud. jika anda memang sungguh ingin tahu, bacalah link itu. jika anda bukan bertujuan untuk ingin tahu, tidak perlu baca, silakan cari strategi lainnya setelah strategi "kelahiran kembali" gagal, lanjut dengan strategi "pencerahan" juga gagal.

Itu sama saja seperti seorang non-K yang ingin bertanya tentang keyakinan K, disuruh baca satu kitab dulu.

"Strategi kelahiran kembali gagal"? Lho, saya malah belum jelas konsep Buddhis tentang kelahiran kembali, karena ada yang memberi penjelasan berbeda, ada yang hanya sepotong-sepotong.

Tolong bro jelaskan dengan lengkap bagaimana penjelasan kelahiran kembali itu. Apanya yang "kembali"?

(Tentang pencerahan juga belum jelas lho bro)

Silakan.

hemayanti

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 04:43:51 PM
Kok langsung loncat sudah menjadi Buddha sih bro? Yang saya tanyakan adalah seorang yang ingin mencapai pencerahan. (tentu saja ia belum jadi Buddha).

Baik, dia tidak memiliki nafsu namun masih butuh makan untuk menjaga tubuh jasmani. Namun yang saya tanyakan, bagaimana jika seseorang itu tidak memiliki makanan? Bukankah dalam kondisi itu ia menderita? Bisakah ia mencapai pencerahan dalam kondisi ini?
oh iya, sorry, salah tangkap. :)
pencerahan tidak dicapai pada saat menyiksa diri, tetapi setelah mengubah cara berlatih.


Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 05:58:11 PM
Tetapi saya jadi mikirnya, "Orang yang baik (jasmani-rohani) namun hidupnya miskin (yang identik dengan menderita), susah juga ya masuk nirwana".
dari posting2 sebelumnya yang disoroti adalah orang miskin menderita g bisa mencapai nibbana.
bahkan orang yang kaya dan hidup senang pun belum tentu bisa.
nibbana dicapai bukan menggunakan harta maupun kesenangan duniawi.
Dan lagi, pencerahan itu bukan hal yang mudah, tidak hanya dengan percaya maka sendirinya akan tercerahkan, tapi harus berlatih sesuai dengan jalan yang telah ditunjukkan oleh ia yang telah merealisasi.


Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 05:01:05 PM
Nah begini baru jelas. Thanks bro.

Jadi kesimpulannya: Sekalipun seseorang sudah berbuat kebaikan dan memiliki hati yang bersih, namun jika ia menderita kelaparan ekstrim, ia tidak akan mencapai pencerahan.

Apakah member lain setuju dengan hal ini?
kelaparan itu adalah penderitaan fisik, mka untuk menyembuhkannya juga dengan obat fisik.
sedangkan pencerahan itu menyangkut batin.
tapi jika seandainya penderitaan fisik itu (misal: kelaparan) menjadi penghalang bagi seseorang untuk mengembangkan batinnya, untuk menerima ajaran, maka sebaiknya ia mengatasi / menyembuhkan dulu penderitaan fisik itu baru kemudian mulai berlatih / mendengarkan ajaran.
namun menurutku, tidak selamanya penderitaan fisik itu menghalangi perkembangan batin, tergantung tiap individu.
sehingga saya kurang setuju dengan kesimpulan yang anda buat.
menurut saya, orang miskin yang kelaparan juga bisa tercerahkan, jika dia mengetahui ajaran yang benar untuk menjadi tercerahkan.
Adalah kondisi yang lebih buruk dari orang miskin dan ini bisa dipastikan tidak mungkin mencapai pencerahan walaupun perutnya selalu kenyang yaitu orang-orang yang berada diluar dari Ajaran (Dhamma), yang tidak menjalankan Jalan Mulia Berunsur 8.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Isaacus Newtonus

Quote from: Indra on 03 October 2012, 07:00:44 PM
sebenarnya tidak susah untuk mengetahui kitab apa Majjhima Nikaya itu, semudah mengetikkan kata itu di google. tapi anda terlalu sibuk dengan pikiran bagaimana menjatuhkan Buddhisme sehingga anda tidak punya waktu untuk melakukan hal itu. anda tidak harus mengakuinya, tapi kami sudah terbiasa dengan kelompok anda. tapi para pendahulu anda masih jauh lebih baik dari anda, karena setidaknya mrk cukup berpengetahuan dalam hal Buddhisme. walupun toh akhirnya gagal juga.

Ya, saya akui memang pengetahuan saya masih sedikit tentang Buddhis (itulah sebabnya saya bertanya), dan mungkin yang terdahulu lebih baik pengetahuannya. Tidak masalah. Tetapi tetap saja, saya melihat jawaban-jawaban yang diberikan tidak memuaskan, malah menimbulkan pertanyaan baru.


adi lim

#146
Quote from: Indra on 03 October 2012, 05:50:15 PM
Jangan2 pencerahan dalam arti matek kesakitan dalam posisi tergantung dengan tangan dan kaki dipaku.

=))

tapi bro saka, mohon hati2 ! liat teguran dibawah ini

Quote from: dhammadinna on 03 October 2012, 03:58:00 PM
1. Kalau ada yang bertanya, jawablah tanpa menghina agama lain maupun si penanya.

2. Jawablah pertanyaan yang dilontarkan, kalau kamu sendiri cukup yakin akan kebenarannya. Pertimbangkan dulu. Kalau km ragu, sebaiknya diam.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

siswahardy

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 07:10:50 PM
Ya, saya akui memang pengetahuan saya masih sedikit tentang Buddhis (itulah sebabnya saya bertanya), dan mungkin yang terdahulu lebih baik pengetahuannya. Tidak masalah. Tetapi tetap saja, saya melihat jawaban-jawaban yang diberikan tidak memuaskan, malah menimbulkan pertanyaan baru.

spt yg sudah saya katakan kita semua di sini masih belajar (belum mengalaminya secara langsung)
namun kalaupun di sini ada yg sudah tercerahkan, anda pun belum tentu terpuaskan
nah, inilah menjadi kesulitan/penghambat bagi anda untuk tercerahkan
tapi pintu pencerahan selalu terbuka bagi siapa saja yg belum tercerahkan
selalu ada kesempatan mungkin di kehidupan2 berikutnya

kullatiro

#148
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 06:59:06 PM
Ya, katakanlah orang dalam ilustrasi saya itu sudah menjalani beribu-ribu kehidupan. Nah, dalam kondisi terkini itu, apakah ia bisa mencapai pencerahan?

wa rasa dah jawab dan tidak perlu di jawab lagi

soal penderitaan faktor eksternal anda dapat membaca jataka atthakata tentang kelahiran masa lampau sang Buddha sebagai Bhodisatva

Isaacus Newtonus

Quote from: Kelana on 03 October 2012, 06:56:57 PM
Ilustrasi anda kontradiksi.
Saat anda mengatakan: " (sekalipun batinnya murni)*.... ini berarti ia sudah tercerahkan. lalu buat apa lagi mencapai pencerahan?

*dalam pengertian Buddhis.

Jadi maksud bro, sekalipun fisik seseorang menderita, namun jika batinnya murni (tidak ada marah, dendam, nafsu, dll, sesuai pengertian Buddhis), ia bisa tercerahkan? (Tetapi kok jadi beda dengan member yang lain?)