Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali

Started by Isaacus Newtonus, 02 October 2012, 09:24:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

kullatiro

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 12:41:58 PM
Apakah seorang bayi sudah mengenal nilai moral?

(Nah, ini keanehan baru lagi dalam Buddhisme)

maksud ku karena bayi tidak punya pikiran macam macam seperti otang dewasa maka tidak menganggap hal itu tidak benar tidak salah.

bila melihat wanita bali sebelum sukarno mengenakan kebaya ke wanita bali tidak masalah bagi mereka hidup sehari hsri bertelanjang dada, tetapi karena orang luar pulau seperti sukarno menganggap hal itu tidak pantas dll, baru  membawa masalah bagi wanita bali untuk hidup normal hingga harus mengenakan kebaya dari jawa.

Isaacus Newtonus

Thanks bro.

Quote from: emulio on 05 October 2012, 12:47:21 PM
1. Saya menyindir, intinya, katanya moral guide kamu itu dari tuhan, tapi ajaran moral seperti itu lebih jauh dari absolut. Hanya relatif dan tidak berlaku universal.

Itu hanya aturan dari si Empunya 'Rumah'. Tidak ada yang berlebihan/salah dalam aturan itu. Seorang ayah bisa saja berkata, "Jangan lewat di ruang tamu karena lagi di pel". Anak yang baik tidak akan berpikir, "Ih, si ayah ini tidak logis, masa tidak boleh lewat di ruang tamu".


Quote from: emulio on 05 October 2012, 12:47:21 PM
2. Kamu akan tahu moral guide ini bila meningkatkan self-awareness dan self-understanding kamu, walaupun kamu bukan umat buddhist. Pancasila adalah 5 moral guide utama yang menjadi arah bagi kita umat buddhist.

3. Tumbuhan:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=789.0

Jangan mempermasalahkan istilah. Sains juga bilang manusia adalah kelompok binatang.
Siapa yang salah, tidak ada yang salah, itu hanya istilah saja dari segi masing-masing.

Baiklah kalau itu hanya masalah istilah. Namun yang tetap menjadi persoalan: Karena Buddhisme adalah agama manusia, maka siapa yang bisa menentukan standar pencerahan? Sidharta mengatakan standarnya adalah A, tetapi orang lain bisa saja mengatakan standarnya adalah A+B? (Kalau hanya A tidak lulus)

emulio

#422
Quote from: daimond on 05 October 2012, 08:50:08 AM
bila kita melihat apa yang terjadi pada kain dan habel bahwa mahluk yang mereka sembah lebih menyenangi prrsembahan hewan dan darah, mahluk macam apa itu?

kemudian meminta persembahan anak manusia meski kemudian diganti dengan persembahan  domba untuk menyenangkan nya

Melihat 7 tulah di mesir, sungguh hebat tapi kita juga melihat jenis mahluk yang suka membunuhi anak tunggal dari orang mesir dan keterbatasan mahluk ini karena pintu orang israel harus di tandai dulu baru bisaterhindar dari bencana.

ini bisa di bilang sejenis iblis bahkan mungkin raja iblis ( king of demon) dalam definisi buddhis mungkin sejenis yaksha karena mahluk tingkat brahma tidak berciri ciri seperti ink.

mr j mengatakan siapa yang meninggikan diri akan di rendahkan, yang menerima tamparan pipi kiri berikan pipi kanan mu untuk di tampar.

----intemezo----

daimond, saya wakilkan jawabannya, karena saya sempat bertanya ke sana juga.
Jawaban para member K untuk hal seperti pembunuhan (yang berlawanan dengan hukum mereka sendiri)

1. tuhan berdaulat,
2. tuhan tahu yang terbaik,
3. tuhan memberantas ketidakadilan dengan membunuh,
4. tuhan ingin menguji kesetiaan,
5. tuhan ingin menghapus dosa dari awal dengan membunuh karena sudah tahu orang-orang (anak-anak) itu akan tetap berdosa nantinya
6. manusia berdosa karena tidak menyembah tuhan
7. kita manusia tidak bisa menyelami jalan pikirannya
8. tuhan ingin melindungi umatnya
9. tuhan menghukum manusia
10. lihat konteks ayatnya

Rasionalisasi seperti ini membuat mereka mandeg untuk menyadari bahwa tuhan mereka itu bukanlah tuhan semesta alam. Mereka tidak bisa melihat bahwa membunuh ya membunuh, terlepas apapun alasannya dan konteksnya. Dan itu melanggar hukum tuhan (kata mereka hukum tuhan) sendiri.
Lebih parah lagi, karena yang dibunuh adalah anak kecil yang tidak berdosa.
Buddha's teachings summed in one word: Awareness.

will_i_am

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 12:32:00 PM
Apakah ini memang jawaban official dari Buddhisme? Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
emang kalo cewek mandi sambil telanjang dada, melanggar aturan ya??
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

kullatiro

#424
seperti ri katakan Buddha hanya menerangkan apa yang ada di alamsesta ini, maka alamsemesta ini yang menentukan pencapaian pencerahan oleh suatu mahluk., biarpun dia mengatakan telah tercerahkan tetapi hukum alamsemesta tahu apa dia telah tercerahkan atau belum.

ketika cinca melempar fitnah ke sang Buddha gautama, kursi raja deva saka memanas hingga raja para deva melihat dengan kemampuan nya tentang fitnah yang berlangsung hingga raja deva turun dan berubah menjadi tikus mengerat tali tali kayu dimana cinca menyumpal perut nya seperti orang hamil setelah tali terputus buntalan hamil jatuh menimpa kaki dan bumi terbelah menelan nya.

emulio

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 01:03:51 PM
Thanks bro.

Itu hanya aturan dari si Empunya 'Rumah'. Tidak ada yang berlebihan/salah dalam aturan itu. Seorang ayah bisa saja berkata, "Jangan lewat di ruang tamu karena lagi di pel". Anak yang baik tidak akan berpikir, "Ih, si ayah ini tidak logis, masa tidak boleh lewat di ruang tamu".


Baiklah kalau itu hanya masalah istilah. Namun yang tetap menjadi persoalan: Karena Buddhisme adalah agama manusia, maka siapa yang bisa menentukan standar pencerahan? Sidharta mengatakan standarnya adalah A, tetapi orang lain bisa saja mengatakan standarnya adalah A+B? (Kalau hanya A tidak lulus)

1. Si empunya rumah kurang bijak kalau begitu.  ;) dan kurang konsisten. Ya kita tamunya jadi bingung deh.

2. Saya bingung kamu masih mempersoalkan hal seperti ini. Bila pola pikir kamu manusia itu selalu di bawah tuhan kamu (aka YHWH) dan tidak ada kesempatan menjadi lebih tinggi, kamu akan selalu beranggapan apa yang keluar dari Siddharta itu bukan standar realitas kehidupan.
Tapi Siddharta sendiri telah mencapai pencerahan, dan dia menunjukkan jalan mencapai ya seperti itu.

Sebenarnya sederhana saja sih resepnya: langkah awal adalah kamu harus melihat segala sesuatu apa adanya.

Kamu terkekang oleh pra-konsepsi bahwa ada sesuatu di luar kamu yang lebih hebat dari kamu.
Namun dengan melihat ke dalam diri, kamu akan lebih mengerti apa yang saya maksudkan ketika saya bilang di dalam diri kamu juga ada tuhan itu (dan tidak melulu YHWH).
Buddha's teachings summed in one word: Awareness.

Isaacus Newtonus

#426
Quote from: daimond on 05 October 2012, 12:58:47 PM
maksud ku karena bayi tidak punya pikiran macam macam seperti otang dewasa maka tidak menganggap hal itu tidak benar tidak salah.

Saya bingung, kok bayi yang dijadikan standar nilai. Bayi kotorannya aja masih dimakan bro. Apa itu yang mau bro jadikan standar?


Quote from: daimond on 05 October 2012, 12:58:47 PM
bila melihat wanita bali sebelum sukarno mengenakan kebaya ke wanita bali tidak masalah bagi mereka hidup sehari hsri bertelanjang dada, tetapi karena orang luar pulau seperti sukarno menganggap hal itu tidak pantas dll, baru  membawa masalah bagi wanita bali untuk hidup normal hingga harus mengenakan kebaya dari jawa.

Nah itu, seperti yang saya katakan sebelumnya, bahwa standar moral manusia -- sekalipun ada persamaan -- bisa berbeda. Maka siapa yang bisa menetukan yang paling mulia? Jika Buddhis mengatakan wanita yang bertelanjang dada adalah bermoral, lalu ada seorang lain yang mengatakan wanita bertelanjang dada tidak bermoral, maka dapat dikatakan orang lain itu lebih mulia dari Buddhis.

Apakah pendapat itu salah? Oh tidak. Atas dasar apa dikatakan salah? Siapa yang berwenang menentukannya?

Itulah dilemanya agama manusia (atau kebenaran yang hanya bersumber dari manusia). Tidak ada tolak ukur.

kullatiro

kau kira yang tempat di kau berdiri tidak hidup, sidartha gautama memanggil ibu bumi sebagai saksi dalam mencapai penerangan sempurna.


Isaacus Newtonus

#428
Quote from: emulio on 05 October 2012, 01:12:40 PM
1. Si empunya rumah kurang bijak kalau begitu.  ;) dan kurang konsisten. Ya kita tamunya jadi bingung deh.

Justru karena dia bijak maka dilarang, kan lantainya lagi di pel, jadi masih basah, sehingga orang tidak jatuh.


Quote from: emulio on 05 October 2012, 01:12:40 PM
2. Saya bingung kamu masih mempersoalkan hal seperti ini. Bila pola pikir kamu manusia itu selalu di bawah tuhan kamu (aka YHWH) dan tidak ada kesempatan menjadi lebih tinggi, kamu akan selalu beranggapan apa yang keluar dari Siddharta itu bukan standar realitas kehidupan.
Tapi Siddharta sendiri telah mencapai pencerahan, dan dia menunjukkan jalan mencapai ya seperti itu.

Sebenarnya sederhana saja sih resepnya: langkah awal adalah kamu harus melihat segala sesuatu apa adanya.

Kamu terkekang oleh pra-konsepsi bahwa ada sesuatu di luar kamu yang lebih hebat dari kamu.
Namun dengan melihat ke dalam diri, kamu akan lebih mengerti apa yang saya maksudkan ketika saya bilang di dalam diri kamu juga ada tuhan itu (dan tidak melulu YHWH).

Saya mengerti maksud bro. Namun bagaimana jika ada seorang yang berpikir lebih murni lagi, yang percaya bahwa menghilangkan kehidupan hewan dan tumbuhan adalah kejahatan, dan tidak akan mencapai pencerahan?

Maka dari sudut pandang orang ini, bahkan (maaf) Sidharta-pun belum mencapai pencerahan. "Tetapi bukankah Sidharta mengakui bahwa ia mencapai pencerahan?" Orang ini akan menjawab, "Itu hanya pengakuan dia saja".

Nah bagaimana? Siapa yang bisa menentukan standar?


Isaacus Newtonus

Quote from: morpheus on 05 October 2012, 12:48:30 PM
kepercayaan bukan kebenaran.
konsep bukan kebenaran.
doktrin bukan kebenaran.

Hmm...Kelihatannya saya kurang setuju. Jika bro mengatakan seperti itu, berarti tidak ada sama sekali kebenaran dalam kepercayaan, konsep, dan doktrin.

Mungkin lebih tepatnya:
kepercayaan bukan pasti kebenaran.
konsep bukan pasti kebenaran.
doktrin bukan pasti kebenaran.


Quote from: morpheus on 05 October 2012, 12:48:30 PM
yang saya lihat justru karena tidak bisa membedakan antara kebenaran dan kepercayaan, banyak yang buta diri bahkan sampai mengakhiri nyawanya seperti david koresh yang percaya kedatangan kedua yesus kristus akhirnya bunuh diri rame2 beserta puluhan pengikutnya dengan membakar diri...

Ya, Yesus Kristus juga mengatakan "tidak semua orang yang percaya kepadaku akan memperoleh keselamatan".


Quote from: morpheus on 05 October 2012, 12:48:30 PM
tidak dijelaskan dalam teori buddhis, hanya disebutkan sebagai kekuatan pikiran (mind), sehingga saya gak tau dan gak mau berspekulasi.
bisa saja dicoba dijelaskan melalui teori lainnya, namun tetaplah spekulasi.

tidak ada yg berpindah itu adalah sebuah teori dan berspekulasi.
ada yg berpindah itu juga adalah sebuah teori dan berspekulasi.

apakah ada cara untuk membuktikannya?

Jadi yang saya tangkap dari penjelasan bro, bro tidak ingin terlalu memikirkan masalah doktrin. Baik, terima kasih bro atas sumbangan pemikirannya.


kullatiro

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 01:13:44 PM
Saya bingung, kok bayi yang dijadikan standar nilai. Bayi kotorannya aja masih dimakan bro. Apa itu yang mau bro jadikan standar?


Nah itu, seperti yang saya katakan sebelumnya, bahwa standar moral manusia -- sekalipun ada persamaan -- bisa berbeda. Maka siapa yang bisa menetukan yang paling mulia? Jika buddhis mengatakan wanita yang bertelanjang dada adalah bermoral, lalu ada seorang lain yang mengatakan wanita bertelanjang dada tidak bermoral, maka dapat dikatakan orang lain itu lebih mulia dari Buddhis.

Apakah pendapat itu salah? Oh tidak. Atas dasar apa dikatakan salah? Siapa yang berwenang menentukannya?

Itulah dilemanya agama manusia (atau kebenaran yang hanya bersumber dari manusia). Tidak ada tolak ukur.

buddhisme tidak pernah memaksaan seseorang untuk mengikuti moralitas yang terdapat dalam buddhis me terserah dia mau mengikuti atau tidak buddhisme memberi kebebasan penuh bagi manusia untuk memilih dan menerima konsekwensi dari pilihan nya, bila di kau memancung seekor domba hidup dengan berpikir ini adalah persembahan kepada mahluk tinggi untuk menyenangi nya maka di kau akan merasakan kehidupan 100 kali sebagai domba yang kemudian mati dengan kepala pecah sebanyak 100 kali

Isaacus Newtonus

Quote from: daimond on 05 October 2012, 01:36:42 PM
buddhisme tidak pernah memaksaan seseorang untuk mengikuti moralitas yang terdapat dalam buddhis me terserah dia mau mengikuti atau tidak buddhisme memberi kebebasan penuh bagi manusia untuk memilih dan menerima konsekwensi dari pilihan nya, bila di kau memancung seekor domba hidup dengan berpikir ini adalah persembahan kepada mahluk tinggi untuk menyenangi nya maka di kau akan merasakan kehidupan 100 kali sebagai domba yang kemudian mati dengan kepala pecah sebanyak 100 kali

Lho, yang saya bold itu adalah keyakinan bro, bukan keyakinan saya. Bagaimana mungkin bro memaksakan hal itu terjadi kepada saya?

(Tuh kan, subjektif lagi)

Sunyata

[spoiler]Menurut saya: mungkin sebaiknya member tidak membawa kepercayaan om Isaac ke dalam diskusi. mungkin karena ada offense dari member sini makanya ada defense dari om Isaac dan sebaliknya (melindungi kepercayaan masing2) sehingga diskusi ini tidak berjalan baik (berputar2). mohon dimengerti karena saya juga ingin belajar dari thread ini. terima kasih _/\_[/spoiler]

Isaacus Newtonus

Quote from: will_i_am on 05 October 2012, 01:08:11 PM
emang kalo cewek mandi sambil telanjang dada, melanggar aturan ya??

Suruh aja cewek itu mandi di tengah jalan, kalau memang tidak melanggar aturan.

Makanya itu kembali dan kembali saya tanyakan, siapa yang berwenang menentukan standar? Bro bilang itu tidak melanggar, tetapi si Badu bilang itu melanggar. Bro mau mengatakan si Badu salah? Atas dasar apa si Badu salah? Siapa yang berhak menetapkan standar?

Itulah dilemanya agama yang hanya mengandalkan pendapat (baca: pencerahan) manusia. Semoga bro bisa mengerti maksud saya.

emulio

Quote from: Isaacus Newtonus on 05 October 2012, 01:24:03 PM
Justru karena dia bijak maka dilarang, kan lantainya lagi di pel, jadi masih basah, sehingga orang tidak jatuh.


Saya mengerti maksud bro. Namun bagaimana jika ada seorang yang berpikir lebih murni lagi, yang percaya bahwa menghilangkan kehidupan hewan dan tumbuhan adalah kejahatan, dan tidak akan mencapai pencerahan?

Maka dari sudut pandang orang ini, bahkan (maaf) Sidharta-pun belum mencapai pencerahan. "Tetapi bukankah Sidharta mengakui bahwa ia mencapai pencerahan?". Orang ini akan menjawab, "Itu hanya pengakuan dia".

Nah bagaimana? Siapa yang bisa menentukan standar?

1. Bener...saya setuju aja deh....bijak memang kalau bekerja di hari sabat harus dihukum mati, kalau persembahan ke si YHWH dipesen gak pake ragi, kalau cukur rambut harus ngikutin model dia.
Eh iya, di belahan dunia lain, mereka gak tau hukum "bijaksana" ini :(
Si empunya masih kurang komunikasinya dan pilih-pilih tamu.

2. Setahu saya, pencerahan ya pencerahan, mau orang itu kepercayaannya apapun ya dia akan menyadari hal yang sama.

3. Para arahant mengonfirmasi apa yang dilihat Buddha itu sama.
Pada zaman sekarang pun, dimana sains dan psikologi sudah begitu maju, mereka setuju dengan ajaran Siddharta tentang realitas kehidupan, dan ya memang seperti itu.

*Isaac, kalau hanya berdebat, tidak akan ada habisnya. Thread ini bisa mencapai 1000 post, tapi kamu tetap tidak akan puas. Ada baiknya kamu menyelami dahulu apa inti ajaran buddha. Baru bila tidak mengerti, bertanya.

Kamu bisa mulai dengan pdf ini, yang menjadi awal mula pengenalan saya dengan buddhisme dan membuat saya yakin dengan buddhisme, instead menjadi atheist. Saya harap kamu mau membacanya, ada beberapa fakta kunci tentang buddhisme yang sepertinya kamu belum tahu


http://www.thedhamma.com/buddhaslists.pdf
Buddha's teachings summed in one word: Awareness.