Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?

Started by dhammasiri, 11 November 2009, 09:29:47 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Peacemind

For Jerry:

Jika yang dimaksud adalah Nirodhasamapatti, seorang Anagami yang telah mencapai jhāna kedelapan juga dikatakan bisa mencapai pencapaian ini.

Be happy.

Jerry

_/\_ Sdr Peacemind

Thanks infonya.. Sumbernya dari mana yah? :)

Mettacittena
appamadena sampadetha

Indra


Jerry

Citta Devi? Atau Santa Citta? :))

Citta perumah tangga itu yah.. Beliau bisa apa, Om Ind? Yg spesifik plis.

_/\_
appamadena sampadetha

Peacemind

For Jerry:

Dalam Visuddhimagga XXXIII, 16-18, BhikkhU Budhaghosa mengatakan demikian..

Be happy.

Jerry

_/\_ Sdr Peacemind

Thanks lagi infonya. Tapi mungkin ada perbedaan pengertian antara nikaya dan vism? Tolong di cek boleh..? Makasih.. :)

Mettacittena,
appamadena sampadetha

Peacemind

Jika kita melihat penjelasan mengenai saññāvedayitanirodha dalam Suttapitaka, di sana dijelaskan bahwa pencapaian ini dapat terealisasi ketika seseorang mampu mengatasi nevasaññanasaññāyatana. Jadi pencapaian ini dimiliki oleh mereka yang telah berhasil mencapai aṭṭhasamapatti (8 jhāna) terlebih dahulu. Oleh karena itu, kitab komentar berpandangan bahwa para arahat yang tidak mencapai 8 jhāna juga tidak bisa mencapai pencapaian ini.

Dalam Dutiyakāmabhūsutta dari Samyuttanikāya, dikatakan bahwa sesegera setelah seseorang keluar dari nirodhasamapatti hanya ada tiga macam obyek yang muncul yakni suññāta, animitta dan appaṇihita. Ketiga hal ini sangat identik dengan nibbāna. Oleh karena itu, dalam sutta2 sering kali Sang Buddha menyebutkan pencapaian ini sebagai puncak pencapaian sebelum seseorang mencapai nibbāna.  Jika kita melihat Anupadasutta, Bhikkhu Sāriputta mencapai kesucian arahat setelah melewati 8 jhāna dan nirodhasamapatti.

Fakta2 di atas menunjukkan bahwa nirodhasamapatti bisa dicapai hanya ketika seseorang telah berhasil mencapai 8 jhāna terlebih dahulu, dan pencapaian ini bukan hanya dicapai oleh seorang arahat. Kenyataannya, pada awalnya, pencapaian ini masih dimasukkan sebagai Jalan sebelum seseorang mencapai nibbāna khususnya ubhatovibhagavimutti. Setelah seseorang mencapai pencapain ini dan setelah melewati pencapaian ini seseorang mencapai kessuciaan, orang demikian masih bisa mencapai pencapaian ini kapan pun ia mau.

Sebagai tambahan, saya pernah membaca (tapi saya lupa sumbernya) bhw setelah keluar dari nirodhasamapatti pada pertama kalinya, hanya ada dua kemungkinan bagi orang tersebut, 1. pencapaian anagami, atau 2. arahat. Karena hal inilah, maka dikatakan bahwa nirodhasamapatti bisa dicapai oleh seorang anagami dan arahat saja yang telah memiliki 8 jhana sebelumnya.

Be happy.


Jerry

_/\_ Sdr Peacemind

Di Jhana Sutta ada case yang almost similar dengan yg Sdr Peacemind maksudkan.. Yaitu melalui pencapaian Jhana, yg dimulai dr Jhana 1, lalu seseorang dapat mengakhiri asava dan bila tdk berhasil, melalui penghancuran 5 belenggu setelah meninggal akan terlahir di alam Suddhavassa [anagami]. Tapi di sana tidak include 2 yg terakhir, nevasannanasannayatana dan sannavedayitanirodha.
Kalau di lihat dari nirodhasamapatti, kata nirodha - lenyapnya - lebih identik dengan sannavedayitanirodha drpd nevasannanasannayatana, IMHO. Tapi ngga tau juga sih apakah nirodhasamapatti bisa merujuk pada 2 pencapaian terakhir, atau sannavedayitanirodha saja. Hanya saja, soal anagami yg bisa mencapai sannavedayitanirodha, tolong dicari sumbernya terlebih dahulu Sdr Peacemind. Agar Anda sendiri lebih yakin dan clear memberi statementnya. Semoga cepat ketemu. _/\_ :)

Yup.. Saat Kamabhu Thera menjawab Citta dikatakan demikian, sehingga bisa kita simpulkan perumahtangga Citta belum berhasil mencapai sannavedayitanirodha. Karena itulah Citta masih perlu menanyakan hal2 tsb pada Kamabhu Thera dlm sutta tsb. Dan dalam sutta tsb juga dikatakan 2 kualitas yg esensial dalam pencapaian Sannavedayitanirodha, Samatha dan Vipassana. Dalam Animitto Sutta dikatakan oleh Maha-moggallana Thera sendiri bahwa beliau mencapai ubhato-bhaga-vimutti melalui animitto vimokkha.
Tapi dr kalimat yg Anda tulis di atas, saya tidak melihat adanya pernyataan eksplisit atau implisit bahwa pencapaian keadaan ini dapat dicapai pula oleh seorang non-arahat, anagami.

Juga, sedikit keterangan tambahan, dari Animitto Sutta sendiri terlihat bahwa 3 vimokkha tsb bukan hanya ada pada orang yg keluar dr keadaan tsb, melainkan juga pada saat sebelum memasuki dan saat berdiam dlm sannavedayitanirodha, yaitu dengan mengarahkan pd 1 dari 3 vimokkha itu sbgmn yg dilakukan Maha-moggallana Thera. Yg diterangkan Kamabhu Thera pd Citta dan Dhammadinna Theri pd Visakha adl mengenai phassa yg menyentuh mereka yang keluar dr keadaan tsb.

Mettacittena,
appamadena sampadetha

Sumedho

Quote from: fabian c on 23 November 2009, 09:33:57 PM
Memang benar, setuju suhu, tetapi kita terpaksa harus berpaling pada komentar jika tak ditemukan dalam Nikaya... atau bila kita tak tahu dimana tempatnya di Tipitaka.
masalahnya sering kali ketemu dan berbeda itu loh. disaat itu tentu nikaya mendapat prioritas seperti yg kita sudah setujui.

Quote
Intinya tetap saja, bahwa seseorang menemukan estrangement (mungkin disenchanted lebih tepat) pada keenam inderanya, batin dll, tetapi bagaimana prosesnya sehingga estrangement terjadi? nampaknya mudah kan? seolah-olah setiap orang bisa menemukan estrangement dan disenchanted, padahal keadaan yang sebenarnya jauh daripada itu. tak bisa terjadi begitu saja perlu proses dalam meditasi.
Tentu ini tidak bisa dideskripsikan dengan kata2x, jika dilakukan maka akan sangat subjektif terhadap orangnya karena perbedaan kecenderungan dan kondisi. Yah, apapun itu prosesnya, IMO sih bukan "masuk" Nibbana lalu mencapai sotapanna, dst

Quote
Memang banyak orang yang memiliki pendapat sendiri mengenai Nibbana, saya mengerti bahwa ada orang yang berpendapat, bahwa Nibbana hanya bisa dialami sesudah Arahat/Buddha wafat selain itu tidak dapat dikatakan Nibbana, dulu saya juga beranggapan demikian.
Ada juga yang beranggapan bahwa Nibbana dialami oleh Arahat dan Buddha yang masih hidup maupun yang telah wafat, sayapun juga pernah beranggapan demikian.
Nibbana bukan hanya sekedar duduk meditasi, ada keadaan batin yang telah siap sehingga Nibbana bisa dicapai, pada keadaan Nibbana batin justru terbebas dari kondisi-kondisi.
Yah memang dari awalnya dasar perbedaannya adalah pendapat mengenai Nibbana itu koq ;D. Memang dikatakan bahwa ada Nibbana dan parinibbana, dalam kasus ini kita masih membicarakan nibbana. IMO lagi, Nibbana bukanlah batin yg bebas dari kondisi-kondisi, tetapi bebas dari keinginan/kehausan/nafsu. Selama masih belum parinibbana, masih tetap berkondisi, termasuk si batin itu sendiri.

Quote
Menurut bhikkhu Thanissaro Nibbana + unbinding, ini agak mendekati tapi pengertian lebih harfiah Nibbana adalah Ni = free from + vana = weaving, craving.

Menurut apa yang saya ketahui: Nibbana adalah keadaan yang terbebas dari konsep dan persepsi, terbebas dari kontak indera, terbebas dari perasaan, terbebas dari dimensi, berhentinya arus sankhara, damai luar biasa, batin waspada dan jernih (tapi jangan tanya saya dimana referensinya) ini adalah pernyataan sebatas yang saya ketahui.
Menurut suhu, apakah apa yang saya terangkan mengenai pengalaman Nibbana diatas  bisa dicapai pada waktu meditasi? apakah keadaan Nibbana yang saya uraikan diatas bertentangan dengan sutta?
Nibbana dijelaskan dalam berbagai sutta adalah sebagai berakhirnya craving sebagai dalam

Quote from: AN 3.32"This is peace, this is exquisite — the resolution of all fabrications, the relinquishment of all acquisitions, the ending of craving; dispassion; cessation; Nibbana."
Apakah seorang sotapanna telah ending craving lalu mungul craving lagi? ini kan topik yg ingin saya angkat.


Quote
Saya nggak bilang LDM loh suhu, cuma lobha dan dosa (minus moha), tanha :) makanya coba dulu deh suhu mungkin suhu bisa lebih mengerti
tau dari mana saya belum coba hayooo  ;D. kita coba kesampingkan membicarakan pribadinya  :) . kalau ngomong pribadinya nanti saya juga bisa bilang suruh mbah coba dulu juga lagi supaya bisa lebih mengerti.  :P lalu akhirnya nda nyambung diskusinya


Quote
Suhu coba baca lagi lebih jelas dan berusah lebih menyelami kata-kata saya,

"Arahat pasti mengalami/mencapai Nibbana" tetapi
"mencapai/mengalami Nibbana belum tentu Arahat" maksudnya Sotapanna juga bisa.
Iya Nibbana peasant, pleasantnya justru karena berhentinya persepsi dan perasaan.

Semoga menambah pengertian kita.
nah coba dibandingkan dengan definisi Nibbana di AN 3.32, nah tidak "kena" kan? Ending craving tapi bukan arahant.....
There is no place like 127.0.0.1

hendrako

Nirodha Samapatti:
Pencapaian pemadaman, suatu keadaan di mana semua kegiatan batin terhenti untuk sementara yang dapat berlangsung untuk beberapa lama sampai tujuh hari. Keadaan ini dapat dicapai oleh seorang Anagami dan Arahat yang memiliki delapan Jhana, serta mahir dalam Vasi (penguasaan) dan Sampada (kesempurnaan).

Sumber: Kompilasi Istilah Budhhis

yaa... gitu deh

bond

Quote from: fabian c on 23 November 2009, 09:47:49 PM
Quote from: bond on 23 November 2009, 12:30:58 PM
Bisakah dijelaskan lebih terperinci apa yg dimaksud menggunakan objek nibbana dalam meditasi (Saat dari sotapana untuk mencapai sakadagami keatas)?

Apakah ada perbedaan mengalami nibbana dan menggunakan objek nibbana?

Kalau dua pertanyaan ini bisa terjawab, maka hal lainnya akan semakin jelas tentang apakah sotapanna telah mengalami nibbana(saupadisesa nibanna) atau hanya melihat/mencicipi nibanna.

salam Dhamma. _/\_



Saudara Bond yang baik,

dikatakan objek Nibbana dalam meditasi karena bagi seorang Ariya Puggala yang mampu mencapai Nibbana, maka ia memasuki Nibbana secara otomatis dengan berhentinya arus sankhara.
Dikatakan sebagai objek karena pada waktu mengalami Nibbana tak ada objek lain (bedakan dengan parinibbana) jadi yang ada hanya Nibbana.

Perumpamaannya adalah demikian: saudara Bond sedang menikmati manisnya gula maka objeknya adalah rasa manis gula tersebut.

_/\_

Secara logika memang demikian, tetapi saya masih belum bisa memastikan atau menyimpulkan demikian. Masih 50:50 . Walaupun demikian dan mudah2an dengan adanya diskusi ini akan ada titik terang.

Terima kasih atas penjelasan yg baik om Fabian

Mettacitena. _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Lily W

Quote from: Lily W on 23 November 2009, 02:27:08 PM
Quote from: bond on 23 November 2009, 12:30:58 PM
Bisakah dijelaskan lebih terperinci apa yg dimaksud menggunakan objek nibbana dalam meditasi (Saat dari sotapana untuk mencapai sakadagami keatas)?

Apakah ada perbedaan mengalami nibbana dan menggunakan objek nibbana?

Kalau dua pertanyaan ini bisa terjawab, maka hal lainnya akan semakin jelas tentang apakah sotapanna telah mengalami nibbana(saupadisesa nibanna) atau hanya melihat/mencicipi nibanna.

salam Dhamma. _/\_


Aku pikir mungkin  Sotapanna, Sakadagami, Anagami & Arahat (arahat selain mengalami Saupadisesa Nibbana) mengalami Nibbana yg ini:

Quote
Nibbana juga bisa dilihat dari kondisi terlepas dari obyek yaitu :

1. Animitta nibbana : nibbana yg terbebas dari obyek bayangan
Bagi mereka yg melaksanakan vipassana bhavana sehingga melihat ANICCA yg terbebas dari bayangan kemudian memusatkan PIKIRAN pada anicca yg berikutnya sampai mencapai magga phala dan ada Nibbana sebagai obyek.
Nibbana ini dicapai sebagai hasil/phala  dari kekuatan sila

2. Appanihita nibbana : nibbana yg terbebas dari obyek keinginan
Bagi mereka yg melaksanakan vipassana bhavana sehingga melihat DUKKHA yg selalu berubah dan tidak dapat bertahan, kemudian memusatkan PIKIRAN pada dukkha yg berikutnya sampai mencapai magga phala dan ada nibbana sebagai obyek
Nibbana ini dicapai sebagai hasil/phala  dari kekuatan samadhi

3. Sunnata nibbana : Nibbana yg terbebas dari kilesa dan Khanda 5, tidak ada lagi yg tersisa, habis
Bagi mereka yg melaksanakan vipassana bhavana sehingga melihat ANATTA, bukan aku, kekosongan, kemudian memusatkan PIKIRAN pada anatta yg berikutnya sampai mencapai magga phala dan ada nibbana sebagai obyek
Nibbana ini dicapai sebagai hasil/phala  dari kekuatan Panna


cmiiw..
_/\_ :lotus:

Tambahan...


Sumber : Buku Abhidhammatthasangaha (Pandit J. Kaharuddin)

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Peacemind

Quote
_/\_ Sdr Peacemind

Di Jhana Sutta ada case yang almost similar dengan yg Sdr Peacemind maksudkan.. Yaitu melalui pencapaian Jhana, yg dimulai dr Jhana 1, lalu seseorang dapat mengakhiri asava dan bila tdk berhasil, melalui penghancuran 5 belenggu setelah meninggal akan terlahir di alam Suddhavassa [anagami]. Tapi di sana tidak include 2 yg terakhir, nevasannanasannayatana dan sannavedayitanirodha.
Kalau di lihat dari nirodhasamapatti, kata nirodha - lenyapnya - lebih identik dengan sannavedayitanirodha drpd nevasannanasannayatana, IMHO. Tapi ngga tau juga sih apakah nirodhasamapatti bisa merujuk pada 2 pencapaian terakhir, atau sannavedayitanirodha saja. Hanya saja, soal anagami yg bisa mencapai sannavedayitanirodha, tolong dicari sumbernya terlebih dahulu Sdr Peacemind. Agar Anda sendiri lebih yakin dan clear memberi statementnya. Semoga cepat ketemu. _/\_ :)


Sutta2 maupun kitab Komentar sudah dengan jelas merujuk nirodhasamapatti sebagai saññāvedayitanirodha. Bahkan di banyak sutta, seseorang yang ingin mencapai nirodhasamapatti harus mengatasi / melampaui landasan nevasaññānasaññā.
Visuddhimagga dari tradisi Theravāda Mahavihāra dan Vimuttimagga dari tradisi Abhayagiri setuju bahwa pencapaian cessation ini juga bisa dicapai oleh para anagami yang sebelumnya telah menguasai 8 jhāna. Visuddhimagga menjelaskan bahwa puthujjana, sotapanna, sakadagami, anagami dan arahant yang mempraktikkan vipassana saja tidak mencapai nirodhasamapatti. Sebaliknya, para arahat dan anagami yang telah menguasai 8 jhāna bisa mencapai pencapaian ini. Sementara itu, Vimuttimagga, dalam argumentasinya, merujuk pada sutta yang ada dalam Anguttaranikāya, vol. III, hal. 194 versi Chaṭṭasangayana (Nirodhasutta). Di sana Sang Buddha menerangkan bahwa seseorang yang mencapai saññāvedayitanirodha, jika ia tidak terbebaskan di kehidupan sekarang (mencapai arahat), ia akan terlahir di dewa yang memiliki mind-made body dan yang melampaui mereka yang makan dari makanan materi. Artinya, ia akan terlahir di alam Brahma. Vimuttimagga menganggap bahwa orang yang mencapai saññāvedayitanirodha namun tidak mencapai kesucian arahat dalam kehidupan ini adalah anagami. Anagami akan terlahir di alam Suddhavassa di mana merupakan alam yang melampau makanan materi.  Kata2 Sang Buddha dlam hal ini adalah demikian:

"Atha kho bhagavā bhikkhū āmantesi – 'idha, bhikkhave, bhikkhu sīlasampanno samādhisampanno paññāsampanno saññāvedayitanirodhaṃ samāpajjeyyāpi vuṭṭhaheyyāpi – atthetaṃ ṭhānaṃ. No ce diṭṭheva dhamme aññaṃ ārādheyya, atikkammeva kabaḷīkārāhārabhakkhānaṃ devānaṃ sahabyataṃ aññataraṃ manomayaṃ kāyaṃ upapanno saññāvedayitanirodhaṃ samāpajjeyyāpi vuṭṭhaheyyāpi – atthetaṃ ṭhāna'nti".

Bisa di terjemahkan sebagai berikut:

"Kemudian Yang Terbekahi menyapa para bhikkhu – 'Di sini, O, para bhikkhu, seorang bhikkkhu yang memiliki kesempurnaan moralitas, konsentrasi dan kebijaksanaan akan masuk dalam dan keluar dari pencapaian pelenyapan persepsi dan perasaan – adalah sangat mungkin. Jika ia tidak mencapai penerangan di sini dan sekarang, ia akan terlahir di kelompok para dewa yang memiliki mind-made body, melampau makanan materi, setelaha ia masuk dalam dan keluar lagi dan lagi dari pencapaian pelenyepan persepsi dan perasaan – adalah sangat mungkin".

Dalam Kiṭagirisutta dari Majjhimanikāya juga dikatakan bahwa dari 7 macam ariya, hanya dua macam orang mulia, yakni mereka yang mencapai kesucaian arahat melalui ubhatobhāgavimutto dan mereka yang dikatakn sebagai kāyasakkhi (bodhi-witness – umumnya diidentifikasikan sebagai anagami) adalah mereka yang bisa mencapai kebebasan kedamaian (santa vimokkhā) yang dalam sutta2 biasanya dikatakn bahwa pencapaian tertinggi santa vimokkhā adalh saññāvedayitanirodha.


Quote
Yup.. Saat Kamabhu Thera menjawab Citta dikatakan demikian, sehingga bisa kita simpulkan perumahtangga Citta belum berhasil mencapai sannavedayitanirodha. Karena itulah Citta masih perlu menanyakan hal2 tsb pada Kamabhu Thera dlm sutta tsb. Dan dalam sutta tsb juga dikatakan 2 kualitas yg esensial dalam pencapaian Sannavedayitanirodha, Samatha dan Vipassana. Dalam Animitto Sutta dikatakan oleh Maha-moggallana Thera sendiri bahwa beliau mencapai ubhato-bhaga-vimutti melalui animitto vimokkha.
Tapi dr kalimat yg Anda tulis di atas, saya tidak melihat adanya pernyataan eksplisit atau implisit bahwa pencapaian keadaan ini dapat dicapai pula oleh seorang non-arahat, anagami.



Dalam Cittasamyutta, Citta mengklaim dirinya telah mencapai jhāna ke empat. Padahal untuk mencapai nirodhasamapatti, seseorang harus melewati jhāna ke delepan. Jadi sangat mungkin bahwa ia belum mencapai nirodhasamapatti sehingga masih mempertanyakan pencapaian tersebut kepada bhikkhu Kamabhu. Kutipan saya dari Kamabhusutta dicontohkan hanya untuk membuktikan bahwa setelah seseorang keluar dari saññāvedayitanirodha seseorang akan mencapai nibbāna karena dengan munculnya tiga macam deliverance (animitta, appaṇihita dan suññāta). Tiga delivarences ini, di satu pihak, sering kali diidentifikasikan sebagai karakteristik nibbāna, di pihak lain dikatakan sebgai gate-way untuk mencapai nibbāna. Selain itu, saya mengutip ini untuk menunjukkan bahwa seseorang yang mencapai nirodhasamapatti bukan hanya arahat, karena ke-arahatan justru dicapai SETELAH seseorang mencapai pencapaian ini. SEWAKTU mencapai kondisi ini khususnya pertama kalinya seseorang mencapai, ia belum mencapai kesucian arahat. Hanya sesegera setelah ia keluar dari pencapaian tersebut, ia bisa mencapai kesucian arahat. Dalam Cūlavedallasutta dari Majjhimanikāya, diterangkan bahwa selain tiga macam phassa yakni animitta, appaṇihita dan suññāta, sesegera setelah keluar dari nirodhasamapatti, citta / mind orang tersebut akan condong kepada detachment, mengarah kepada detachment dan terarah kepada detachment (vivekaninnamcittam hoti vivekaponaṃ vivekapabbhara). Seperti yang kita ketahui, kata viveka, dalam sutta, seringkali merujuk kepada nibbāna (SN, vol. I, hal. 3-4 versi Chaṭṭhasangayana). Saya juga menjadikan Anupadasutta sebagai bukti lain bahwa kesucian arahat dicapai setelah seseorang melewati nirodhasamapatti, bukan ketika berada dalam nirodhasamapatti. Jika seseorang mencapai kesucian arahat atau anagami sesegara setelah mencapai nirodhasamapatti, secara logika, kita juga bisa menyimpulkan bahwa sewaktu mencapai nirodhasamapatti, seseorang bukan seorang arahat dan bahkan bukan seorang anagami. Dalam beberapa sutta, setelah menjelaskan pencapaian nirodhasamapatti, biasanya,  Sang Buddha meneruskan dengan pernyataan, "paññāya cassa disvā āsavā parikkhīṇā honti" yang berarti 'Setelah melihatnya melalui kebijaksanaan, kekotoran2 batin terhancurkan'. Pernyataan ini menunjukkan bahwa nirodhasamapatti belum menjadi akhir pencapaian. Hanya setelah Seseorang  melihatnya melalui paññā terlebih dahulu maka kekotoran batinnya dihancurkan.


Quote
Juga, sedikit keterangan tambahan, dari Animitto Sutta sendiri terlihat bahwa 3 vimokkha tsb bukan hanya ada pada orang yg keluar dr keadaan tsb, melainkan juga pada saat sebelum memasuki dan saat berdiam dlm sannavedayitanirodha, yaitu dengan mengarahkan pd 1 dari 3 vimokkha itu sbgmn yg dilakukan Maha-moggallana Thera. Yg diterangkan Kamabhu Thera pd Citta dan Dhammadinna Theri pd Visakha adl mengenai phassa yg menyentuh mereka yang keluar dr keadaan tsb.

Mettacittena,


Bukan hanya dalam Animittasutta, bahkan beberapa sumber Komentar juga sering mengatakn bahwa animitta, appaṇihita dan suññāta akan muncul pada setiap orang sesegera sebelum ia mencapai magga dan phala. Oleh karena itu, tiga hal ini dikatakn sebgai gate-way of liberation (dvara vimokkhā). Jadi tidak harus ketika seseorang keluar dari nirodhasamapatti.

Saya merasa bahwa animitta phassa, dst dan animitta vimokkha, dst  bukan dua hal yang berbeda. Ini hanya permainan kata2. Sebagai contoh, dalam Mahācundasutta, ada statemen yang berbunyi, "Acchariyā hete, āvuso, puggalā dullabhā lokasmiṃ,  ye  amataṃ  dhātuṃ  kāyena  phusitvā  viharanti" yang bisa diterjemahkan, "Teman, sungguh menakjubkan adalah makhluk2 yang sangat sulit ditemukan di dunia ini, (makhluk2) yang berdiam setelah menyentuh melalui jasmani unsur tanpa kematian (nibbāna)".  Phusitva yang berarti 'setelah menyentuh' memiliki akar kata yang sama dengan kata 'phassa', yakni 'phus' – untuk menyentuh. Karena akhiran 'assa', phus menjadi kata benda 'phassa' yang berarti 'sentuhan'. Sementara itu, karena menjadi bentuk gerund, akar kata phus menjadi phusitvā yang berarti 'setelah menyentuh'. Di sini yang menjadi penting adalah, meskipun kata2 yang digunakan adalah phassa dan phusitvā yang mana keduanya digunakan dalam konteks yang identik dengan pembebasan atau nibbāna, kata2 ini seharusnya tidak diartikan secara harfiah semata. Jika sesuatu adalah suññāta (kosong), sebagai contoh, kemudian apa yang menjadi impression /sentuhan (phassa)? Atau jika yang dimaksud adalah amatam dhāthum (unsur tanpa kematian), kemudian apa yang disentuhnya (phusitvā)?

Be happy.

fabian c

Quote from: Peacemind on 23 November 2009, 11:12:02 PM
Quote from: fabian c on 23 November 2009, 10:49:55 PM

Tetapi masih banyak yang belum saya ketahui, karena pada waktu mencapai Nibbana (Saupadisesa Nibbana) masih ada "knowing mind" yang kadang disebut kesadaran murni, padahal sankhara telah berhenti. Jadi proses paticca samupada terbalik nampaknya kurang lengkap.

Tetapi yang jelas phassa dan vedana berhenti (sementara) saat seseorang mencapai Saupadisesa Nibbana.

_/\_

Very interesting explanation... Namun ada hal yang ingin saya tanyakan berhubungan dengan pernyataan anda yang saya kutip di atas. Anda mengatakan bahwa dalam saupadisesa nibbāna masih ada 'knowing mind' meskipun sankhara telah berhenti. Padahal dalam urutan 12 mata rantai paticcasamuppāda, dengan lenyapnya sankhara, di sana lenyaplah kesadaran. Selain itu, dalam Ajitamanavapuccha dari Suttanipāta, dengan jelas bahwa dalam nibbāna, kebijaksanaan (paññā), kesadaran sati, batin dan jasmani (nāmarūpa) dan kesadaran viññāna lenyap tanpa sisa.. Pernyataanya adalah, apa yang dimaksud dengan 'knowing mind' di sini? Apakah itu yang disebt sebgai viññāna anisdassanaṃ?

Terimakasih untuk penjelasannya.

Saudara Peacemind yang baik,

Knowing mind adalah kesadaran yang mengetahui pada saat seorang meditator mengalami Nibbana, kesadaran itu adalah kesadaran pasif tetapi sangat jernih. Tolong dicamkan oleh teman-teman sekalian, bila saya katakan mengalami Nibbana adalah Saupadisesa Nibbana dan bila mengalami Anupadisesa Nibbana saya katakan sebagai Parinibbana.

Memang disini ada dua versi yang pengalaman Nibbana yang berbeda dari para meditator, ada yang mengatakan Nibbana seperti dalam "deepsleep"
Meditator yang lain lagi mengatakan  mengalami kedamaian  yang luar biasa dan kekosongan dibarengi cahaya terang.

Saya kira perbedaan diantara keduanya hanya antara mengalami Magga dan mengalami Phala.

QuotePernyataanya adalah, apa yang dimaksud dengan 'knowing mind' di sini? Apakah itu yang disebt sebgai viññāna anisdassanaṃ?

Saya kira mungkin ya....karena pada pengalaman tersebut kesadaran sudah berhenti kontak dengan keenam indera (untuk sementara selama masih dalam keadaan tersebut tentunya).

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Tekkss Katsuo

Quote from: hendrako on 24 November 2009, 08:01:29 AM
Nirodha Samapatti:
Pencapaian pemadaman, suatu keadaan di mana semua kegiatan batin terhenti untuk sementara yang dapat berlangsung untuk beberapa lama sampai tujuh hari. Keadaan ini dapat dicapai oleh seorang Anagami dan Arahat yang memiliki delapan Jhana, serta mahir dalam Vasi (penguasaan) dan Sampada (kesempurnaan).

Sumber: Kompilasi Istilah Budhhis




inilah keadaan yg saya cari cari. hehehe. keadaan dimana semua aktifitas batin terhenti...