Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?

Started by dhammasiri, 11 November 2009, 09:29:47 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

dilbert

Quote from: bond on 23 November 2009, 12:30:58 PM
Bisakah dijelaskan lebih terperinci apa yg dimaksud menggunakan objek nibbana dalam meditasi (Saat dari sotapana untuk mencapai sakadagami keatas)?

Apakah ada perbedaan mengalami nibbana dan menggunakan objek nibbana?

Kalau dua pertanyaan ini bisa terjawab, maka hal lainnya akan semakin jelas tentang apakah sotapanna telah mengalami nibbana(saupadisesa nibanna) atau hanya melihat/mencicipi nibanna.

salam Dhamma. _/\_



Good Question !!...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Sumedho

good point. ada yg tahu tidak rujukan utk objek meditasi nibbana, aye cari ah. kalo dapet di post yah.
There is no place like 127.0.0.1

Lily W

Quote from: bond on 23 November 2009, 12:30:58 PM
Bisakah dijelaskan lebih terperinci apa yg dimaksud menggunakan objek nibbana dalam meditasi (Saat dari sotapana untuk mencapai sakadagami keatas)?

Apakah ada perbedaan mengalami nibbana dan menggunakan objek nibbana?

Kalau dua pertanyaan ini bisa terjawab, maka hal lainnya akan semakin jelas tentang apakah sotapanna telah mengalami nibbana(saupadisesa nibanna) atau hanya melihat/mencicipi nibanna.

salam Dhamma. _/\_


Aku pikir mungkin  Sotapanna, Sakadagami, Anagami & Arahat (arahat selain mengalami Saupadisesa Nibbana) mengalami Nibbana yg ini:

Quote
Nibbana juga bisa dilihat dari kondisi terlepas dari obyek yaitu :

1. Animitta nibbana : nibbana yg terbebas dari obyek bayangan
Bagi mereka yg melaksanakan vipassana bhavana sehingga melihat ANICCA yg terbebas dari bayangan kemudian memusatkan PIKIRAN pada anicca yg berikutnya sampai mencapai magga phala dan ada Nibbana sebagai obyek.
Nibbana ini dicapai sebagai hasil/phala  dari kekuatan sila

2. Appanihita nibbana : nibbana yg terbebas dari obyek keinginan
Bagi mereka yg melaksanakan vipassana bhavana sehingga melihat DUKKHA yg selalu berubah dan tidak dapat bertahan, kemudian memusatkan PIKIRAN pada dukkha yg berikutnya sampai mencapai magga phala dan ada nibbana sebagai obyek
Nibbana ini dicapai sebagai hasil/phala  dari kekuatan samadhi

3. Sunnata nibbana : Nibbana yg terbebas dari kilesa dan Khanda 5, tidak ada lagi yg tersisa, habis
Bagi mereka yg melaksanakan vipassana bhavana sehingga melihat ANATTA, bukan aku, kekosongan, kemudian memusatkan PIKIRAN pada anatta yg berikutnya sampai mencapai magga phala dan ada nibbana sebagai obyek
Nibbana ini dicapai sebagai hasil/phala  dari kekuatan Panna


cmiiw..
_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

dilbert

Karena bagi seseorang individu yang "belum merealisasikan" nibbana, menggunakan objek nibbana sebagai objek meditasi-nya... agak sulit dibayangkan... Kalau faktor faktor nibbana mungkin kali...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

bond

Mudah-mudahan memang ini maksudnya objek nibanna. Saya ambil dari blognya Ratna Kumara
Quote
PASAMANUSSATI

BHAVANA

" Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa"

Salam Damai dan Cinta Kasih ... ,


Dihalaman ini kami akan menyajikan resume dari ajaran Sang Guru Agung, Guru para Deva dan Manussa, ialah Sang Buddha Gotama, mengenai "Upasamanussati" yang merupakan bagian dari sepuluh (10) Anussati. Uraian ini kami ambil dari buku "Kammatthana ; Objek-objek Perenungan dalam Meditasi", yang ditulis dan disusun ulang oleh Bhikkhu Guttadhamo, dan diterbitkan pada moment Vesakha Puja, 2006.

Upasamananussati-bhavana ( perenungan terhadap ketenangan ) dalam Visuddhimagga termasuk empat-puluh (40) Kammatthana dan dikelompokkan ke dalam sepuluh (10) Anussati. Kammatthana ini sesuai bagi mereka yang mempunyai Buddhi-Carita.

Upasamanussati terdapat dalam Jhanavagga dari Anguttara Nikaya, tetapi belum ditemukan dalam bentuk demikian dalam naskah-naskah lainnya di dalam kitab suci. Dalam Visuddhimagga diletakkan setelah Anapanasati.

Upasamanussati dianjurkan sebagai suatu Kammatthana untuk mereka yang memiliki kecerdasan tajam ( Buddhi Carita ). Seperti halnya enam (6) Anusati yang disempurnakan oleh siswa-siswa yang telah menginjak jalan mulia karena merekalah sebenarnya yang telah menyadari kebahagiaan Nibbana sesuai dengan tingkat pencapaian mereka.

Sekalipun demikian Upasamanussati bhavana juga harus dilatih oleh siapapun juga yang menginginkan kedamaian dan ketenangan batin. Melalui Samadhi terhadap ketenangan, batin akan cenderung untuk mencapai keadaan seperti itu.

Di dalam Visuddhimagga, "Upasama" diterangkan sebagai "Sabbadukkha Upasama" ; " penenangan terhadap semua penderitaan". Istilah ini ditujukan pada Nibbana dalam arti "kedamaian yang mutlak", dan Upasamanussati menunjukkan perenungan terhadap bermacam-macam segi dari Nibbana. Kammatthana ini juga diterjemahkan sebagai perenungan ketenangan atau perenungan terhadap ketenangan, yang meliputi timbulnya kesadaran terus menerus berkenaan dengan objek Nibbana dan konsentrasi pikiran atau Citta serta factor-faktor penyertanya ( cettasika ) pada objek itu. Praktek itu menjadikan pikiran tenang dan damai dari saat permulaan sekali : karena itu meditasi ini juga dianggap sebagai upasamanussati atau meditasi ketenangan.

Metode latihan yang diterangkan dalam Visuddhimagga bagi siswa-siswa yang baru saja mulai sebagai berikut :


Siswa yang ingin mengembangkan perenungan terhadap ketenangan harus bermeditasi di tempat sunyi pada sifat-sifat Nibbana seperti yang telah diterangkan di dalam Sutta :


" Ya vata bhikkave dhamma sankhata va asankhata va, virago tesam dhammanam aggamakkhayati, yadidam madanim madano, pipasa vinayo, alayasamugghato vatthupaccedho, tanhakkhayo, virago, nirodho, Nibbana' ti".

Artinya :


" Para bhikkhu, dari semua keadaan-keadaan yang berkondisi maupun yang tidak berkondisi, kebebasan adalah yang terbaik, yaitu pengusiran kesombongan, bebas dari kehausan, kehancuran, kemelekatan, memotong lingkaran kelahiran dan kematian, pemadaman kenafsuan, kebebasan penghentian, lenyapnya keinginan-keinginan duniawi." ( Anguttara Nikaya,II.34 ).

Siswa harus merenungkan sifat-sifat Nibbana dengan pengertian yang sesuai terhadap arti dari bermacam-macam ungkapan ini. Ungkapan-ungkapan yang nampakna bersifat negative ini dipertimbangkan di dalam arti mereka yang lebih mendalam mempunyai nilai-nilai positif yang diringkaskan di dalam ungkapan "penenangan terhadap semua penderitaan", yaitu bebas dari semua yang menderita dan tidak bahagia ( Sabbadukkha ) serta adanya semua yang baik dan bahagia.


Di sini ungkapan "Viraga", biasanya diterjemahkan tidak bernafsu atau kebebasan, adalah bukan semata-mata bebas dari nafsu-nafsu keinginan, yang merupakan arti etimologis dari kata "Vi-raga" ; tetapi itu tidak dimengerti sebagai keadaan tidak berkondisi, kebebasan mutlak dari semua kemelekatan-kemelekatan duniawi.


Dengan kata lain adalah keadaan dimana semua pembedaan secara individu yang disebabkan oleh kecenderungan-kecenderungan rendah demikian, seperti kesombongan dan kebanggaan, telah berakhir, bersama-sama dengan penderitaan, yang pasti timbul darinya. Karenanya disebut "madanim madana" ; pengusiran semua kebanggaan.


Apabila keadaan ini tercapai, semua kehausan indria akan menghilang, padam , melenyap, musnah, bersama-sama dengan penderitaan batin dan jasmani yang disebabkan olehnya. Karena itu disebut "Vipasa Vinaya" artinya bebas dari kehausan.


Apabila keadaan ini dicapai, lingkaran dari tiga alam-alam kehidupan ( Ti-loka ) terpotong seketika dan untuk selama-lamanya, karena itu "Vattupaccheda" adalah memotong lingkaran kelahiran dan kematian.


Apabila kebebasan ini diperoleh, semua bentuk-bentuk kenafsuan yang tidak kenal kenyang akan pemuasan indra, juga kecenderungan terhadap kehidupan di dalam dunia perubahan, akan berakhir sudah, padam, dan lenyap. Karena itu "Tanhakkhaya", yaitu pemadaman kenafsuan, viraga yaitu kebebasan dari kenafsuan dan Nirodha adalah penghentian kenafsuan.


Akhirnya adalah suatu K E L E N Y A P A N , suatu pelepasan dari keinginan-keinginan yang disebut "fana", karena keinginan tersebut mengikat bersama-sama, merajut bersama-sama semua bentuk-bentuk kehidupan, dari yang rendah sampai yang tinggi, dari yang tinggi sampai yang rendah. Karena itulah disebut "NIBBANA" atau "NIRVANA". Jadi, dengan mempertimbangkan semua ungkapan-ungkapan ini siswa harus merenungkan Nibbana, yang diistilahkan dengan ketenangan atau upasama, sewaktu merenungkan kesucian sifat-sifatnya seperti yang telah diterangkan diatas. Ia juga harus merenungkan di dalam segi-segi yang positif seperti yang diberikan di dalam Sutta-sutta sebagai berikut :


" Para bhikkhu, saya akan mengajarmu sesuatu yang tidak berkondisi ( Asankhata ) ... dan kebenaran ( Sacca )... pantai sana ( para )... tanpa usia tua ( Ajara )... tanpa kematian ( Amata ; Amerta )... perlindungan ( tana )... raungan ( lena ) saya akan mengajarmu, para bhikkhu." ( Asankhata Samyutta, Samyutta Nikaya IV.359-373 ).

Setelah siswa mengetahui arti dari kata-kata ini ia harus bersamadhi, mengulang-ulang mereka secara batin dan ucapan. Menurut "Yogavacaras Manual" ( Hal.65 ), kata "Nirodha" harus diulang-ulang di dalam latihan permulaan. Apabila ia merenungkan Nirvana dengan bermacam-macam kesucian dari sifat-sifatnya, lima (5) rintangan ( Panca-Nivarana ) akan menghilang ; batinnya tidak akan dinodai oleh nafsu ataupun oleh kebencian serta kebodohan, tetapi pada saat itu teguh di dalam perenungan terhadap Upasama.


Sebagaimana halnya di dalam Anusati-anusati yang lainnya, maka factor-faktor Jhana pertama timbul di dalam diri siswa sekali dan pada saat yang sama. Karena dalaamnya sifat-sifat "upasama", Jhana tidak mencapai "Appana", tetapi memuncak di dalam keadaan pendekatan ( Upacara-Samadhi ). Keadaan Jhana ini dikenal sebagai "Upasamanussati".


Siswa yang melatih dirinya pada praktek meditasi terhadap ketenangan ini ( Upasamanussati ), akan memperoleh manfaat-manfaat seperti misalnya ; tidur berbahagia, bangun dalam keadaan berbahagia, tenang didalam indera-inderanya, tenang di dalam batinnya, dikaruniai dengan keyakinan yang kuat, bijaksana kehendaknya ; ia akah dihormati oleh sesamanya. Apabila ia gagal untuk mencapai Nibbana di dalam masa kehidupan sekarang ini, ia pasti akan mengalami kebahagiaan di masa yang akan datang atau / pada kehidupan selanjutnya.


Demikian resume / wacana ini kami sajikan. Semoga membawa manfaat bagi anda semua yang ingin melatih diri menggunakan Anapanasati, yang merupakan bagian dari sepuluh (10) Anussati.



"Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta!"

( Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia! )



Salam Damai dan Cinta Kasih.

Dan pembandingnya :

Quote
Sayadaw U PANNA DIPA
Kaba Aye Sayadaw

World Buddhist Meditation Institute, Yangon-  



        The word "Nibbana" is very frequently and extensively used by all Buddhists because Nibbana is the ultimate goal in Buddhism. Whenever a Buddhist performs any meritorious deed, he strenuously aspires to Nibbana alone. But actually neither by uttering words nor by praying can Nibbana be attained.

        Though one can write and express the word "Nibbana", yet the real meaning or sense of it cannot be realized until one has attained it by oneself. Nibbana is not a thing or an object that one can have, nor a place where one can reach, nor a sense object that one can feel, nor a happiness that one can enjoy in the worldly sense, but the most supreme and pure state of insight (Nana) which surpasses all mundane conditions.

        According to the exposition of the Buddhist canonical Texts, Nibbana is a Pali word which is composed Of two constituents, namely Ni and vana. Ni is negative particle and vana means craving and it therefore means the absence of craving: In other words, craving (Tanha) functions as a link between one life and another; but the release or absence of craving is the disconnection of chains of life-process in Samsara.

        In Sanskrit, Nibbana is written as "Nirvana" which is derive from the root "Va" meaning "to blow" and the prefix "Nir" meaning "out"; therefore Nibbana means "to blow out", that is to blow out the flame of one's craving.

       The Nibbanic state is not a negative concept like nothingness, but positive. From a negative outlook, naturally we often come across pairs of opposites, such as, black and white, darkness and light, short and long; sorrow and happiness; so also life continuum (Samsara) and Nibbana also can be considered in a similar way. As Samsara here means birth, old age, disease, death, sorrow, lamentation, grief, pain, and despair, Nibbana therefore means absence of birth, absence of old age, absence old disease, absence of death, absence of sorrow, absence of lamentation, absence of grief, absence of pain, absence of despair and on the whole, absence of all suffering of life.

        Again from the positive standpoint, Nibbana is characterized as the Ultimate Liberation, Happiness and Peace. According to Abhidhamma (higher Doctrine), there are two kinds of happiness, (1) happiness enjoyed by senses and (2) happiness attained and experienced in insight or supreme wisdom..................


http://www.thisismyanmar.com/nibbana/panadpa2.htm

Kalau ada rujukan Sutta atau kitab komentar akan lebih baik lagi. _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

fabian c

QuoteMemang VM bisa membantu kita memahami  Tipitaka akan tetapi saya menemukan ada hal2x yg tidak selalu sejalan. Dalam hal ini seperti kata bro Gachapin, Nikaya mendapatkan prioritas diatas kitab komentar.
Memang benar, setuju suhu, tetapi kita terpaksa harus berpaling pada komentar jika tak ditemukan dalam Nikaya... atau bila kita tak tahu dimana tempatnya di Tipitaka.

Quotekalau saya sendiri belum bisa menceritakan menurut pengalaman sendiri, tetapi saya bisa mengutip dari Adittapariyaya Sutta

Intinya tetap saja, bahwa seseorang menemukan estrangement (mungkin disenchanted lebih tepat) pada keenam inderanya, batin dll, tetapi bagaimana prosesnya sehingga estrangement terjadi? nampaknya mudah kan? seolah-olah setiap orang bisa menemukan estrangement dan disenchanted, padahal keadaan yang sebenarnya jauh daripada itu. tak bisa terjadi begitu saja perlu proses dalam meditasi.

QuoteIMO Nibbana itu tidak bisa dialamai oleh Ariya Puggala karena by definition saja tidak kena. Ada kemungkinan penggunaan istilah Nibbana ini yg digunakan lebih meluas dan melenceng dari maknanya. Jika hanya kondisi2x keadaan meditatif, apakah itu Nibbana? Tentu itu bukan. Kita hanya bisa menggunakan logika saja seperti yg dijelaskan dalam  AN 9.34: Nibbana Sutta: Unbinding

Memang banyak orang yang memiliki pendapat sendiri mengenai Nibbana, saya mengerti bahwa ada orang yang berpendapat, bahwa Nibbana hanya bisa dialami sesudah Arahat/Buddha wafat selain itu tidak dapat dikatakan Nibbana, dulu saya juga beranggapan demikian.
Ada juga yang beranggapan bahwa Nibbana dialami oleh Arahat dan Buddha yang masih hidup maupun yang telah wafat, sayapun juga pernah beranggapan demikian.
Nibbana bukan hanya sekedar duduk meditasi, ada keadaan batin yang telah siap sehingga Nibbana bisa dicapai, pada keadaan Nibbana batin justru terbebas dari kondisi-kondisi.

Menurut bhikkhu Thanissaro Nibbana + unbinding, ini agak mendekati tapi pengertian lebih harfiah Nibbana adalah Ni = free from + vana = weaving, craving.

Menurut apa yang saya ketahui: Nibbana adalah keadaan yang terbebas dari konsep dan persepsi, terbebas dari kontak indera, terbebas dari perasaan, terbebas dari dimensi, berhentinya arus sankhara, damai luar biasa, batin waspada dan jernih (tapi jangan tanya saya dimana referensinya) ini adalah pernyataan sebatas yang saya ketahui.
Menurut suhu, apakah apa yang saya terangkan mengenai pengalaman Nibbana diatas  bisa dicapai pada waktu meditasi? apakah keadaan Nibbana yang saya uraikan diatas bertentangan dengan sutta?
Quote
saya belum pernah dengar kalo jhana itu LDM dan tanha itu off *bahkan sementara*. Adanya juga sensualitas, tidak ada tanha yg dihilangkan. Yah contohnya tanha yg jadi belenggu/sanyojanna, becoming, not becoming.

Saya nggak bilang LDM loh suhu, cuma lobha dan dosa (minus moha), tanha :) makanya coba dulu deh suhu mungkin suhu bisa lebih mengerti

Quotenah kalo ini kembali lagi ke definisi nibbana itu. Mencapai Nibbana belum tentu arahant dan mengalami Nibbana belum tentu arahant... hmmm....   didalam jhana itu mencapai/mengalami nibbana ?   ::) pada Adittapariyaya Sutta saja cuma bilang dengan contoh demikian bisa dimengerti bahwa nibbana itu pleasant

Suhu coba baca lagi lebih jelas dan berusah lebih menyelami kata-kata saya,

"Arahat pasti mengalami/mencapai Nibbana" tetapi
"mencapai/mengalami Nibbana belum tentu Arahat" maksudnya Sotapanna juga bisa.
Iya Nibbana peasant, pleasantnya justru karena berhentinya persepsi dan perasaan.

Semoga menambah pengertian kita.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

fabian c

Quote from: bond on 23 November 2009, 12:30:58 PM
Bisakah dijelaskan lebih terperinci apa yg dimaksud menggunakan objek nibbana dalam meditasi (Saat dari sotapana untuk mencapai sakadagami keatas)?

Apakah ada perbedaan mengalami nibbana dan menggunakan objek nibbana?

Kalau dua pertanyaan ini bisa terjawab, maka hal lainnya akan semakin jelas tentang apakah sotapanna telah mengalami nibbana(saupadisesa nibanna) atau hanya melihat/mencicipi nibanna.

salam Dhamma. _/\_



Saudara Bond yang baik,

dikatakan objek Nibbana dalam meditasi karena bagi seorang Ariya Puggala yang mampu mencapai Nibbana, maka ia memasuki Nibbana secara otomatis dengan berhentinya arus sankhara.
Dikatakan sebagai objek karena pada waktu mengalami Nibbana tak ada objek lain (bedakan dengan parinibbana) jadi yang ada hanya Nibbana.

Perumpamaannya adalah demikian: saudara Bond sedang menikmati manisnya gula maka objeknya adalah rasa manis gula tersebut.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

hendrako

^
^
Hati2 terjebak ke dalam Jhana ato Vipassananupakkilesa dianggap sebagai Nibbana......
yaa... gitu deh

fabian c


Quote from: bond on 23 November 2009, 12:30:58 PM
Bisakah dijelaskan lebih terperinci apa yg dimaksud menggunakan objek nibbana dalam meditasi (Saat dari sotapana untuk mencapai sakadagami keatas)?

Apakah ada perbedaan mengalami nibbana dan menggunakan objek nibbana?

Kalau dua pertanyaan ini bisa terjawab, maka hal lainnya akan semakin jelas tentang apakah sotapanna telah mengalami nibbana(saupadisesa nibanna) atau hanya melihat/mencicipi nibanna.

salam Dhamma. _/\_


Aku pikir mungkin  Sotapanna, Sakadagami, Anagami & Arahat (arahat selain mengalami Saupadisesa Nibbana) mengalami Nibbana yg ini:

Quote
Nibbana juga bisa dilihat dari kondisi terlepas dari obyek yaitu :

1. Animitta nibbana : nibbana yg terbebas dari obyek bayangan
Bagi mereka yg melaksanakan vipassana bhavana sehingga melihat ANICCA yg terbebas dari bayangan kemudian memusatkan PIKIRAN pada anicca yg berikutnya sampai mencapai magga phala dan ada Nibbana sebagai obyek.
Nibbana ini dicapai sebagai hasil/phala  dari kekuatan sila

2. Appanihita nibbana : nibbana yg terbebas dari obyek keinginan
Bagi mereka yg melaksanakan vipassana bhavana sehingga melihat DUKKHA yg selalu berubah dan tidak dapat bertahan, kemudian memusatkan PIKIRAN pada dukkha yg berikutnya sampai mencapai magga phala dan ada nibbana sebagai obyek
Nibbana ini dicapai sebagai hasil/phala  dari kekuatan samadhi

3. Sunnata nibbana : Nibbana yg terbebas dari kilesa dan Khanda 5, tidak ada lagi yg tersisa, habis
Bagi mereka yg melaksanakan vipassana bhavana sehingga melihat ANATTA, bukan aku, kekosongan, kemudian memusatkan PIKIRAN pada anatta yg berikutnya sampai mencapai magga phala dan ada nibbana sebagai obyek
Nibbana ini dicapai sebagai hasil/phala  dari kekuatan Panna


cmiiw..
_/\_ :lotus:


Ceu Lily yang baik,

yang dikemukakan ceu Lily dikenal sebagai triple gateway to liberation (tiga gerbang ke Nibbana)
jadi tergantung dari kamma lampaunya maka seorang meditator yang telah mencapai sankharupekkha nana akan memasuki Magga-Phala dengan salah satu dari ketiga objek tilakkhana, yaitu anicca, dukkha dan anatta.

jika di masa yang lampau seeseorang lebih dominan berlatih Vipassana maka ia akan anatta akan lebih dominan karena wisdomnya lebih kuat.
jika di masa yang lampau ia lebih banyak berlatih samatha maka ia akan melihat dukkha yang lebih dominan
dan jika ia mencapai Nibbana dengan kekuatan sila maka anicca yang akan lebih dominan.

Jadi setiap meditator akan melalui salah satu dari ketiga cara ini untuk mencapai Magga-Phala dan Nibbana. Sesuai dengan kecenderungan batin mereka yang disebabkan karma lampau.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

tesla

Quote from: fabian c on 23 November 2009, 09:33:57 PM
Menurut apa yang saya ketahui: Nibbana adalah keadaan yang terbebas dari konsep dan persepsi, terbebas dari kontak indera, terbebas dari perasaan, terbebas dari dimensi, berhentinya arus sankhara, damai luar biasa, batin waspada dan jernih (tapi jangan tanya saya dimana referensinya) ini adalah pernyataan sebatas yang saya ketahui.

Menurut suhu, apakah apa yang saya terangkan mengenai pengalaman Nibbana diatas  bisa dicapai pada waktu meditasi? apakah keadaan Nibbana yang saya uraikan diatas bertentangan dengan sutta?
jika dikatakan terbebas dari kontak indra, perasaan, dll... apakah berarti harus dalam keadaan diam dan berada dalam sesuatu yg lain (tidak ada phassa, shg tidak ada vedana yg timbul...)
apakah ketika Buddha berjalan, berbicara, makan, buang air tidak dalam keadaan nibbana?
imo, kondisi ini lebih mirip definisi arupa jhana daripada nibbana.
atau maksud om fab, sesuatu yg berbeda, seperti yg dijelaskan dalam ogha sutta? (yg menurut pengertian saya, phassa & vedana tetap ada, tetapi sudah tidak ada yg melekatinya)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

fabian c

Teman-teman sekalian,

Sebenarnya kerancuan mengenai Nibbana disebabkan banyak penulisan yang mencampur adukkan antara Nibbana dan Parinibbana.
Seringkali Parinibbana juga hanya disebut Nibbana saja.
Seringkali penulis dalam menulis tidak membedakan Saupadisesa Nibbana dan Anupadisesa Nibbana, hanya ditulis Nibbana saja. sehingga banyak orang-orang yang keliru menanggapi mengenai Nibbana ini.

Kadang-kadang sudah diterangkan pun juga sulit menerima karena tidak terbayangkan bahwa ternyata Nibbana berada sangat dekat, bisa dicapai sekarang dalam kehidupan ini juga dan dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing.

sanditthiko, Paccatam veditabbo vinuhiti

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

dipasena

^
terlebih dengan ada nya istilah Nirwana yg diasumsikan dengan Surga dalam pandangan samawi, di tambah cerita2 fiksi dari tanah Tiongkok mengenai Nirwana, sehingga arti yg sesungguhnya sudah melenceng sangat jauh...

semakin dicampur adukan, semakin rancu dan kabur Dhamma yang murni, semakin rancu dan kabur, maka semakin tenggelamnya Dhamma, semakin tenggelamnya Dhamma, semakin dilupakan oleh manusia... apa kah itu terjadi ?

fabian c


Quote from: fabian c on 23 November 2009, 09:33:57 PM
Menurut apa yang saya ketahui: Nibbana adalah keadaan yang terbebas dari konsep dan persepsi, terbebas dari kontak indera, terbebas dari perasaan, terbebas dari dimensi, berhentinya arus sankhara, damai luar biasa, batin waspada dan jernih (tapi jangan tanya saya dimana referensinya) ini adalah pernyataan sebatas yang saya ketahui.

Menurut suhu, apakah apa yang saya terangkan mengenai pengalaman Nibbana diatas  bisa dicapai pada waktu meditasi? apakah keadaan Nibbana yang saya uraikan diatas bertentangan dengan sutta?

Quotejika dikatakan terbebas dari kontak indra, perasaan, dll... apakah berarti harus dalam keadaan diam dan berada dalam sesuatu yg lain (tidak ada phassa, shg tidak ada vedana yg timbul...)

Benar, memang demikian

Quoteapakah ketika Buddha berjalan, berbicara, makan, buang air tidak dalam keadaan nibbana?

Tidak. Tidak dalam keadaan Nibbana, kecuali Beliau menginginkan memasuki Nibbana dalam posisi itu.

Quoteimo, kondisi ini lebih mirip definisi arupa jhana daripada nibbana.

Berbeda saya kira, karena Nibbana justru terlepas dari objek lain, selain keadaan Nibbana itu sendiri.
Sedangkan Arupa Jhana lepas dari objek yang satu masuk ke objek yang lain.

Quoteatau maksud om fab, sesuatu yg berbeda, seperti yg dijelaskan dalam ogha sutta? (yg menurut pengertian saya, phassa & vedana tetap ada, tetapi sudah tidak ada yg melekatinya)

Keadaan Nibbana diawali dengan berhentinya proses-proses penyebabnya.
Secara jelas ini diterangkan dalam Paticca-samupada.
Cuma prosesnya terbalik, dengan berhentinya upadana berhenti juga tanha, dstnya...
Jadi proses berhentinya terjadi melalui sebab-musabab yang saling bergantungan.
Terakhir dengan berhentinya arus sankhara maka lenyaplah avijja, tercapailah Nibbana.

pada proses kemunculan dimulai dengan avijja timbullah sankhara, dengan timbulnya sankhara muncullah vinnana, dengan munculnya vinnana muncullah nama-rupa, dengan munculnya nama-rupa maka muncullah salayatana dstnya...
Sedangkan pada proses pemadaman/ kebebasan/Nibbana terjadi sebaliknya:
dengan padamnya salayatana padam juga nama-rupa, dengan padamnya nama-rupa padam juga vinnana, dengan padamnya vinnana maka padam juga sankhara dstnya...

Tetapi masih banyak yang belum saya ketahui, karena pada waktu mencapai Nibbana (Saupadisesa Nibbana) masih ada "knowing mind" yang kadang disebut kesadaran murni, padahal sankhara telah berhenti. Jadi proses paticca samupada terbalik nampaknya kurang lengkap.

Tetapi yang jelas phassa dan vedana berhenti (sementara) saat seseorang mencapai Saupadisesa Nibbana.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Peacemind

Quote from: fabian c on 23 November 2009, 10:49:55 PM

Tetapi masih banyak yang belum saya ketahui, karena pada waktu mencapai Nibbana (Saupadisesa Nibbana) masih ada "knowing mind" yang kadang disebut kesadaran murni, padahal sankhara telah berhenti. Jadi proses paticca samupada terbalik nampaknya kurang lengkap.

Tetapi yang jelas phassa dan vedana berhenti (sementara) saat seseorang mencapai Saupadisesa Nibbana.

_/\_

Very interesting explanation... Namun ada hal yang ingin saya tanyakan berhubungan dengan pernyataan anda yang saya kutip di atas. Anda mengatakan bahwa dalam saupadisesa nibbāna masih ada 'knowing mind' meskipun sankhara telah berhenti. Padahal dalam urutan 12 mata rantai paticcasamuppāda, dengan lenyapnya sankhara, di sana lenyaplah kesadaran. Selain itu, dalam Ajitamanavapuccha dari Suttanipāta, dengan jelas bahwa dalam nibbāna, kebijaksanaan (paññā), kesadaran sati, batin dan jasmani (nāmarūpa) dan kesadaran viññāna lenyap tanpa sisa.. Pernyataanya adalah, apa yang dimaksud dengan 'knowing mind' di sini? Apakah itu yang disebt sebgai viññāna anisdassanaṃ?

Terimakasih untuk penjelasannya.

Jerry

Konon, ada sebuah keadaan ultimate, state of unbinding yg dikenal sbg Nirodhasamappati atau Sannavedayitanirodha. Ini keadaan yang sangat dekat dengan nibbana karena di sana semua sankhara: kaya sankhara (nafas) vaci sankhara (vitakka&vicara) dan mano sankhara (sanna&vedana) ditenangkan, dihentikan dan lenyap ketika orang tsb masih hidup. Pencapaian keadaan ini biasanya melalui jalan bertahap dari Jhana 1 hingga ke landasan bukan-persepsi pun bukan bukan-persepsi. Pada zaman Sang Buddha, keadaan ini disebut ubhato-bhaga-vimutti yaitu pembebasan melalui kedua cara, yaitu mencakup ceto-vimutti dan panna-vimutti. Pencapaian keadaan ini dikisahkan melalui 3 kecenderungan sang meditator. Melalui kontemplasi thdp anicca, meditator akan mencapai animitta vimokkha. Melalui kontemplasi dukkha meditator mencapai appanihita vimokkha, dan melalui kontemplasi terhadap anatta meditator mencapai sunnata vimokkha.

Keadaan ini, hanya dicapai oleh segelintir arahat selain Sang Buddha sendiri, seperti agga-savaka Maha-moggallana Thera dan Sariputta Thera. Maha-moggallana Thera, mencapai ubhato-bhaga-vimutti melalui animitta samadhi. Dan jelas keadaan yang hari ini disebut saupadisesa nibbana ini bukanlah keadaan yang dapat dicapai oleh sotapanna, sakadagami atau pun anagami.

Mettacittena,
_/\_
appamadena sampadetha