Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?

Started by dhammasiri, 11 November 2009, 09:29:47 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

fabian c

Quote from: Kainyn_Kutho on 21 December 2009, 03:15:27 PM
Quote from: bond on 21 December 2009, 03:04:33 PM
Quote
Nah, pandangan orang 100% Buddhis/non-Buddhis itu, menurut siapa? Menurut standard aliran apa atau guru yang mana?
Kalau mau bicara fakta, sesungguhnya tidak ada tolok ukur yang valid secara universal. Yang bisa adalah "menurut aliran tertentu".
Oleh karena itu juga saya lebih memilih bahas dari sesuatu yang kelihatan secara umum saja, yaitu "agamanya". Dan kalau kita lihat, sejalan dengan waktu, "Agama Buddha" bisa dan akan menjadi korup, dan pada saat itu, adalah mungkin bagi para Ariya Sotapanna (jika ada) untuk berpaling dari "Agama Buddha" tersebut.

Bisa saja agama Buddha menjadi korup dan sotapanna berpaling dari "agama Buddha" dan berpalingnya dengan tetap mengikuti ajaran para sesepuh yang paling awal -kesepakatan konsili pertama . _/\_

Kurang lebih menurut saya begitu karena di konsili pertama belum dikenal aliran-aliran, hanya satu "agama" di bawah Buddha Gotama. Seorang Ariya, mungkin tidak tahu apa isi konsili pertama, tidak tahu isi "Tipitaka" asli, tetapi yang pasti dengan kebijaksanaannya, mereka tidak akan menyimpang dari ajaran para Buddha.



A rose by any other name...
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

K.K.

Quote from: fabian c on 21 December 2009, 05:05:32 PM
Kan sudah saya katakan ada banyak trigger, contohnya bunga (kasus Y.A. Sariputta) dan kain (kasus Y.A. Mahapanthaka).
Apakah menurut saudara Kainyn, Sang Buddha mengajarkan jalan kesucian dengan melihat bunga? bukan dengan Vipassana? Apakah menurut saudara Kainyn Vipassana/Satipatthana bukan satu-satunya jalan kesucian?

_/\_
Menurut saya, "trigger" tersebut adalah bagian dari "jalan". Dan karena "trigger" bagi satu orang berbeda dengan lainnya, maka kemampuan savaka tidaklah termasuk memahami "trigger" orang lain. Dengan kata lain, ia tidak mengetahui jalan bagi orang lain.

Saya mengatakan Satipatthana adalah satu-satunya jalan kesucian, namun saya tidak mengatakan Satipatthana hanya sebatas meditasi yang kita kenal (seperti pengamatan tubuh, perasaan, nafas, dsb). Culapanthaka melakukan "Satipatthana" namun jelas bukan salah satu yang kita kita kenal secara umum sekarang. Lalu jenis apakah Satipatthana-nya? Saya tidak tahu. Sama seperti "Satipatthana"-nya Ananda yang lumayan unik (tidak dalam 4 posisi meditasi) yang juga "entah apa".
Menurut saya pribadi, membatasi "jalan" tersebut sebatas yang tertera pada kitab suci adalah terlalu sempit. Sama saja seperti mengatakan objek jhana hanya 40.


bond

Quote from: Kainyn_Kutho on 21 December 2009, 05:56:58 PM
Quote from: fabian c on 21 December 2009, 05:05:32 PM
Kan sudah saya katakan ada banyak trigger, contohnya bunga (kasus Y.A. Sariputta) dan kain (kasus Y.A. Mahapanthaka).
Apakah menurut saudara Kainyn, Sang Buddha mengajarkan jalan kesucian dengan melihat bunga? bukan dengan Vipassana? Apakah menurut saudara Kainyn Vipassana/Satipatthana bukan satu-satunya jalan kesucian?

_/\_
Menurut saya, "trigger" tersebut adalah bagian dari "jalan". Dan karena "trigger" bagi satu orang berbeda dengan lainnya, maka kemampuan savaka tidaklah termasuk memahami "trigger" orang lain. Dengan kata lain, ia tidak mengetahui jalan bagi orang lain.

Saya mengatakan Satipatthana adalah satu-satunya jalan kesucian, namun saya tidak mengatakan Satipatthana hanya sebatas meditasi yang kita kenal (seperti pengamatan tubuh, perasaan, nafas, dsb). Culapanthaka melakukan "Satipatthana" namun jelas bukan salah satu yang kita kita kenal secara umum sekarang. Lalu jenis apakah Satipatthana-nya? Saya tidak tahu. Sama seperti "Satipatthana"-nya Ananda yang lumayan unik (tidak dalam 4 posisi meditasi) yang juga "entah apa".
Menurut saya pribadi, membatasi "jalan" tersebut sebatas yang tertera pada kitab suci adalah terlalu sempit. Sama saja seperti mengatakan objek jhana hanya 40.



Trigger bukanlah jalan tetapi pengkondisi agar dia berada dalam jalan. Triger ini difungsikan agar seseorang sadar "melihat" jalan itu ada didepan mata dan dia tinggal melangkah.

Perumpamaan, ketika seseorang belum familiar dengan jalan di depan mata, maka ia akan bingung dimana dia berada. Rumput, belukar dan rintangan yang ada didepan jalan diibaratkan kilesa yang menutupi sang jalan. Sehingga sekalipun arahat lain memberitahu didepan itu jalan, ia belum melihatnya sekalipun disingkirkan belukar maka seseorang juga belum dapat melihatnya, hanya ketika pohon besar yang merintangi disingkirkan maka jalan itu terlihat.

Sama halnya Sariputta atau arahat lainnya jika tidak dapat menunjukan ini diakibatkan kebijaksanaan tidak sebanding dengan Buddha melihat rintangan apa yg patut disingkirkan agar terlihat jalan itu. Bisa saja seseorang berdiri disisi tertentu dengan menghilangkan rintangan rumput, sehingga alur jalan  terlihat menuju sasaran yang dituju, atau disisi tertentu pohonlah yang harus disingkirkan, baru alur jalan terlihat demikian seterusnya. Dengan hilangnya rintangan ini seseorang baru dapat melihat  jalan itu akan menuju kemana.

Smoga bisa dimengerti. _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Jerry

Utk cerita lengkapnya Culapanthaka dapat diklik di Culapanthaka
Quote
...The Master gave him a clean piece of cloth produced by the Supernormal power, said to him "Culapanthaka. remain here facing the East and go on rubbing this piece of cloth, while reciting repeatedly these words "Taking on the impurity, Taking on the impurity" (rajoharanam). Then when He was informed of the time, went to the residence of Jivaka accompanied by the order of monks and sat down on the seat prepared.

         Culapanthaka sat on looking at the sun, and while rubbing that piece of cloth muttered the words (rajoharanam rajoharanam). As he went on rubbing that piece of cloth it became soiled. And as sequel he thought: "This piece of cloth was very clean, but because of me it has changed its original form and has become soiled." Thus he reflected on the thought that constituted things indeed are impermanent, he fixed his mind on the decay and destruction and intensified his spiritual insight. Master knowing that the mind of Culapanthaka was set upon spiritual insight, said thus, 'Culapanthaka, be not impressed by the thought that the piece of cloth alone is soiled and made dirty by the dust; within you there exists the dust of passion and so on, remove them." Saying so he sent forth his radiance so that he appeared to be sitting in front of (Culapanthaka) uttering these verses:

          "Raga is termed as raja. It does not mean dust; it means passion. Having abandoned this raja (passion) the monks abide in the teachings of the One who is free from raja (passion).

          Dosa is termed as raja. It does not mean dust; it means hatred. Having abandoned this raja (hatred), the monks abide in the teachings of the One who is free from raja (hatred).

          Moha is termed as raja. It does not mean dust; it means delusion. Having abandoned this raja (delusion), the monks abide in the teachings of the One who is free from raja (delusion)."


          At the end of the utterance of the verses Culapanthaka attained arahatship together with analytical knowledge and simultaneously with this mastery of analytical knowledge he came to understand the implication of the three Pitakas.

Pada Ananda bukan satipatthananya yg unik melainkan pada posisinya: bukan berdiri, bukan duduk, bukan berjalan pun bukan berbaring. Kunci pelaksanaan satipatthana ada pada kondisi batin dan tentu saja kondisi batin seorang Ananda saat mencapai arahat tidaklah unik.

Mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

K.K.

Quote from: bond on 21 December 2009, 06:18:43 PM
Trigger bukanlah jalan tetapi pengkondisi agar dia berada dalam jalan. Triger ini difungsikan agar seseorang sadar "melihat" jalan itu ada didepan mata dan dia tinggal melangkah.

Perumpamaan, ketika seseorang belum familiar dengan jalan di depan mata, maka ia akan bingung dimana dia berada. Rumput, belukar dan rintangan yang ada didepan jalan diibaratkan kilesa yang menutupi sang jalan. Sehingga sekalipun arahat lain memberitahu didepan itu jalan, ia belum melihatnya sekalipun disingkirkan belukar maka seseorang juga belum dapat melihatnya, hanya ketika pohon besar yang merintangi disingkirkan maka jalan itu terlihat.

Sama halnya Sariputta atau arahat lainnya jika tidak dapat menunjukan ini diakibatkan kebijaksanaan tidak sebanding dengan Buddha melihat rintangan apa yg patut disingkirkan agar terlihat jalan itu. Bisa saja seseorang berdiri disisi tertentu dengan menghilangkan rintangan rumput, sehingga alur jalan  terlihat menuju sasaran yang dituju, atau disisi tertentu pohonlah yang harus disingkirkan, baru alur jalan terlihat demikian seterusnya. Dengan hilangnya rintangan ini seseorang baru dapat melihat  jalan itu akan menuju kemana.

Smoga bisa dimengerti. _/\_

Seperti saya bilang, mungkin itu masalah istilah saja. Intinya seorang Savaka tidak mengetahui dengan sempurna bagaimana harus menempuh jalan tersebut bagi orang lain. Dengan demikian saya katakan seorang Savaka mengetahui jalan dengan sempurna sebatas yang diajarkan guru dan berkenaan dengan dirinya. Tetapi tidak untuk orang lain.

Saya tidak membedakan ada "trigger", ada jalan awal/tengah/akhir, ada penghalang, dsb. Jika dia tidak tahu trigger, dia tidak tahu bagaimana seorang berjalan, dia tidak tahu kapan dan bagaimana orang lain seharusnya mengatasi penghalang, maka ia tidak mengetahui jalan tersebut dengan sempurna.





Quote from: Jerry on 21 December 2009, 10:34:30 PM
Pada Ananda bukan satipatthananya yg unik melainkan pada posisinya: bukan berdiri, bukan duduk, bukan berjalan pun bukan berbaring. Kunci pelaksanaan satipatthana ada pada kondisi batin dan tentu saja kondisi batin seorang Ananda saat mencapai arahat tidaklah unik.

Mettacittena
_/\_
Apakah posisi satipatthana tersebut ada disebutkan/diajarkan dalam Sutta? Apakah ada dalam tradisi vipassana mana pun yang mengajarkan vipassana dengan posisi sewaktu Ananda menembus Arahatta-phala?

Kebalikannya, menurut saya setiap orang mencapai suatu magga-phala, keadaan bathinnya sangatlah unik berbeda dari yang lainnya, karena kecenderungan masing-masing. Yang tidak unik adalah pada saat parinibbana.

bond

Quote
Apakah posisi satipatthana tersebut ada disebutkan/diajarkan dalam Sutta?

Mengenai posisi Ananda mencapai Arahat, bukankah itu ada didalam sutta? Nah saat itu Ananda sedang melakukan Satipathana, kebetulan mencapai hasil dari satipathana seperti yang tertulis didalam sutta yg diterangkan oleh mas Jerry.

Quote
Apakah ada dalam tradisi vipassana mana pun yang mengajarkan vipassana dengan posisi sewaktu Ananda menembus Arahatta-phala?

Dalam tradisi vipasanna manapun selalu mengajarkan dalam berbagai posisi, aktivitas ataupun duduk dan jalan bermeditasi vipasanna disana diajarkan untuk selalu memiliki sati sampajana. Sehingga termasuk posisi saat Ananda mencapai Arahatta-phala.

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

dhammasiri

Quote from: bond on 22 December 2009, 09:14:46 AM
Quote
Apakah posisi satipatthana tersebut ada disebutkan/diajarkan dalam Sutta?

Mengenai posisi Ananda mencapai Arahat, bukankah itu ada didalam sutta? Nah saat itu Ananda sedang melakukan Satipathana, kebetulan mencapai hasil dari satipathana seperti yang tertulis didalam sutta yg diterangkan oleh mas Jerry.

Quote
Apakah ada dalam tradisi vipassana mana pun yang mengajarkan vipassana dengan posisi sewaktu Ananda menembus Arahatta-phala?

Dalam tradisi vipasanna manapun selalu mengajarkan dalam berbagai posisi, aktivitas ataupun duduk dan jalan bermeditasi vipasanna disana diajarkan untuk selalu memiliki sati sampajana. Sehingga termasuk posisi saat Ananda mencapai Arahatta-phala.


Kalau memang ada di dalam sutta, sutta apakah itu? Setahu saya, process pencapaian arahantship oleh Y.M. ada di Samantapasadika (Vin.A) dan Sumangalavilasini (DA). Mohon dibaca dalam seksi konsili BUddhist pertama. Nah, di situlah cerita itu terdapat. Selama ini saya belum menemukannya di dalam sutta, karena itu kalau Sdr. Bond telah menemukannya dalam sutta, mohon beritahu.
Thanks.
Kedamaian dunia tidak akan tercapai bila batin kita tidak damai

fabian c

Quote
Quote from: Jerry on 21 December 2009, 10:34:30 PM
Pada Ananda bukan satipatthananya yg unik melainkan pada posisinya: bukan berdiri, bukan duduk, bukan berjalan pun bukan berbaring. Kunci pelaksanaan satipatthana ada pada kondisi batin dan tentu saja kondisi batin seorang Ananda saat mencapai arahat tidaklah unik.

Mettacittena
_/\_
Apakah posisi satipatthana tersebut ada disebutkan/diajarkan dalam Sutta? Apakah ada dalam tradisi vipassana mana pun yang mengajarkan vipassana dengan posisi sewaktu Ananda menembus Arahatta-phala?

Kebalikannya, menurut saya setiap orang mencapai suatu magga-phala, keadaan bathinnya sangatlah unik berbeda dari yang lainnya, karena kecenderungan masing-masing. Yang tidak unik adalah pada saat parinibbana.

Bro Kainyn yang baik,
Dalam Vipassana/Satipatthana perhatian (sati) tak boleh terputus, sati yang terus-menerus inilah yang disebut dengan konsentrasi. Konsentrasi secara umum dikatakan memang ada 4 atau yang lajim disebut 4 iriyapatha, tetapi dalam meditasi Vipassana perhatian kita tak boleh terputus. Setiap saat harus penuh perhatian (kecuali tidur). Bagaimana waktu makan, mandi, sikat gigi, buang air dsbnya? apakah kita tidak meditasi? tidak demikian.

Dalam keadaan-keadaan tersebut pada latihan Vipassana kita harus selalu bermeditasi entah makan, mandi dsbnya. demikian juga peralihan posisi dari meditasi berjalan ke meditasi berbaring kita selalu bermeditasi, disinilah keunikan Y.A. Ananda, beliau mencapai tingkat kesucian Arahatta pada waktu bermeditasi dalam peralihan posisi ketika akan berbaring.

Berdasarkan pengalaman para meditator Vipassana, nana-nana/pengetahuan pandangan terang bisa muncul dalam berbagai posisi. Arahatta magga-phala juga termasuk nana.

Ada pengalaman teman yang mengalami munculnya nana dipagi hari ketika ia bangkit dari ranjang habis bangun tidur, akan meluruskan punggung.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

K.K.

Quote from: fabian c on 22 December 2009, 04:39:42 PM
Bro Kainyn yang baik,
Dalam Vipassana/Satipatthana perhatian (sati) tak boleh terputus, sati yang terus-menerus inilah yang disebut dengan konsentrasi. Konsentrasi secara umum dikatakan memang ada 4 atau yang lajim disebut 4 iriyapatha, tetapi dalam meditasi Vipassana perhatian kita tak boleh terputus. Setiap saat harus penuh perhatian (kecuali tidur). Bagaimana waktu makan, mandi, sikat gigi, buang air dsbnya? apakah kita tidak meditasi? tidak demikian.

Dalam keadaan-keadaan tersebut pada latihan Vipassana kita harus selalu bermeditasi entah makan, mandi dsbnya. demikian juga peralihan posisi dari meditasi berjalan ke meditasi berbaring kita selalu bermeditasi, disinilah keunikan Y.A. Ananda, beliau mencapai tingkat kesucian Arahatta pada waktu bermeditasi dalam peralihan posisi ketika akan berbaring.

Berdasarkan pengalaman para meditator Vipassana, nana-nana/pengetahuan pandangan terang bisa muncul dalam berbagai posisi. Arahatta magga-phala juga termasuk nana.

Ada pengalaman teman yang mengalami munculnya nana dipagi hari ketika ia bangkit dari ranjang habis bangun tidur, akan meluruskan punggung.

_/\_

Iya, Bro fabian, saya pun tidak menganggap satipatthana itu hanya bisa dilakukan dari 4 posisi saja atau "terputus-putus", namun saya menyinggung hal Thera Ananda adalah bahwa kadang ada hal-hal yang "tidak lazim" terjadi, jadi kita hendaknya tidak mematok harga segala hal berdasarkan satu tolok ukur terbatas, misalnya, katakanlah, tipitaka.

bond

Quote from: dhammasiri on 22 December 2009, 04:18:34 PM
Quote from: bond on 22 December 2009, 09:14:46 AM
Quote
Apakah posisi satipatthana tersebut ada disebutkan/diajarkan dalam Sutta?

Mengenai posisi Ananda mencapai Arahat, bukankah itu ada didalam sutta? Nah saat itu Ananda sedang melakukan Satipathana, kebetulan mencapai hasil dari satipathana seperti yang tertulis didalam sutta yg diterangkan oleh mas Jerry.

Quote
Apakah ada dalam tradisi vipassana mana pun yang mengajarkan vipassana dengan posisi sewaktu Ananda menembus Arahatta-phala?

Dalam tradisi vipasanna manapun selalu mengajarkan dalam berbagai posisi, aktivitas ataupun duduk dan jalan bermeditasi vipasanna disana diajarkan untuk selalu memiliki sati sampajana. Sehingga termasuk posisi saat Ananda mencapai Arahatta-phala.


Kalau memang ada di dalam sutta, sutta apakah itu? Setahu saya, process pencapaian arahantship oleh Y.M. ada di Samantapasadika (Vin.A) dan Sumangalavilasini (DA). Mohon dibaca dalam seksi konsili BUddhist pertama. Nah, di situlah cerita itu terdapat. Selama ini saya belum menemukannya di dalam sutta, karena itu kalau Sdr. Bond telah menemukannya dalam sutta, mohon beritahu.
Thanks.

Oh, jadi cerita itu bukan bagian dari sutta toh.... :-[ Thanks koreksinya...Baru ingat pencapaian Ananda setelah Buddha parinibbana. ;D

Vin.A dan DA itu kepanjangan dari apa ya?
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Jerry

Quote from: Kainyn_Kutho on 22 December 2009, 08:50:29 AM
Quote from: Jerry on 21 December 2009, 10:34:30 PM
Pada Ananda bukan satipatthananya yg unik melainkan pada posisinya: bukan berdiri, bukan duduk, bukan berjalan pun bukan berbaring. Kunci pelaksanaan satipatthana ada pada kondisi batin dan tentu saja kondisi batin seorang Ananda saat mencapai arahat tidaklah unik.

Mettacittena
_/\_
Apakah posisi satipatthana tersebut ada disebutkan/diajarkan dalam Sutta? Apakah ada dalam tradisi vipassana mana pun yang mengajarkan vipassana dengan posisi sewaktu Ananda menembus Arahatta-phala?

Dalam Sutta memang tidak diajarkan mengenai posisi Ananda yg demikian, cerita penembusan arahatta-phala Ananda diketemukan di cerita belakangan, bukan di Sutta. Tepatnya di bagian yg oleh Sdr. Dhammasiri luruskan mengenai tulisan Om Bond sebelumnya.

Kata satipatthana bisa berarti sati-patthana atau sati-upatthana. Berdasar konteks sati-upatthana artinya adalah pengembangan sati. Dan pengembangan sati terutama ditentukan oleh kualitas batin, bukannya kualitas tubuh fisik. Makanya tidak perlu heran yogi2 yg melatih dan mempraktekkan posisi, postur dan gerakan2 aneh di luar posisi berdiri, berjalan, duduk dan berbaring tetap tidak dapat mendapatkan pencerahan. Mereka hanya mendapatkan kesehatan. Posisi tubuh yg unik bukan yg menyebabkan seseorang mencapai magga&phala dan pembebasan melainkan kondisi batin. Dan yang mengajarkan cara utk mencapai batin yang terbebaskan adalah Sang Buddha. Dengan demikian tidak perlu bagi siswa/i Buddha di kemudian hari utk membuat aliran yang mengajarkan di luar 4 posisi yg telah diturunkan oleh Sang Buddha. Tidak melangkahi ketentuan apa yg telah diturunkan oleh Sang Buddha. Ini salah 1 kesepakatan konsili pertama.

Quote
Kebalikannya, menurut saya setiap orang mencapai suatu magga-phala, keadaan bathinnya sangatlah unik berbeda dari yang lainnya, karena kecenderungan masing-masing. Yang tidak unik adalah pada saat parinibbana.


Saya mengerti maksud Bro Kain tentang keadaan batin masing-masing sangat unik. Memang kondisi-kondisi dalam mencapai tidaklah mungkin sama 100% bahkan antara 2 orang yg mendengar 1 khotbah yang sama dan mencapai kearahatan. Tetapi berbagai kecenderungan unik yang Bro Kain maksudkan itu semua dapat dimasukkan dalam kelompok 2 macam pembebasan, yaitu pannavimutti atau ubhatobhagavimutti. Di sini yg saya maksudkan tidak unik tsb.

Soal saat parinibbana-lah yang tidak unik, saya agak penasaran akan penjelasan Bro Kain soal itu. Boleh berbagi?

Mettacittena
appamadena sampadetha

bond

IMO

Cara dan posisi YM Ananda mencapai arahat sih wajar2 saja. Yang nyentrik , keren,mendebarkan (kalau melihat langsung),dan ekstrem pencapaian Arahat YM.Bhikkhu Channa dengan cara membunuh diri.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Jerry

Lebih keren mungkin kalau ada yg mencapai kearahatan saat melakukan Surya Namaskar misalnya.. Atau Yoga posisi merak gitu..
appamadena sampadetha

fabian c

Quote from: Kainyn_Kutho on 22 December 2009, 05:44:01 PM
Quote from: fabian c on 22 December 2009, 04:39:42 PM
Bro Kainyn yang baik,
Dalam Vipassana/Satipatthana perhatian (sati) tak boleh terputus, sati yang terus-menerus inilah yang disebut dengan konsentrasi. Konsentrasi secara umum dikatakan memang ada 4 atau yang lajim disebut 4 iriyapatha, tetapi dalam meditasi Vipassana perhatian kita tak boleh terputus. Setiap saat harus penuh perhatian (kecuali tidur). Bagaimana waktu makan, mandi, sikat gigi, buang air dsbnya? apakah kita tidak meditasi? tidak demikian.

Dalam keadaan-keadaan tersebut pada latihan Vipassana kita harus selalu bermeditasi entah makan, mandi dsbnya. demikian juga peralihan posisi dari meditasi berjalan ke meditasi berbaring kita selalu bermeditasi, disinilah keunikan Y.A. Ananda, beliau mencapai tingkat kesucian Arahatta pada waktu bermeditasi dalam peralihan posisi ketika akan berbaring.

Berdasarkan pengalaman para meditator Vipassana, nana-nana/pengetahuan pandangan terang bisa muncul dalam berbagai posisi. Arahatta magga-phala juga termasuk nana.

Ada pengalaman teman yang mengalami munculnya nana dipagi hari ketika ia bangkit dari ranjang habis bangun tidur, akan meluruskan punggung.

_/\_

Iya, Bro fabian, saya pun tidak menganggap satipatthana itu hanya bisa dilakukan dari 4 posisi saja atau "terputus-putus", namun saya menyinggung hal Thera Ananda adalah bahwa kadang ada hal-hal yang "tidak lazim" terjadi, jadi kita hendaknya tidak mematok harga segala hal berdasarkan satu tolok ukur terbatas, misalnya, katakanlah, tipitaka.


Bro Kainyn yang baik, perhatian yang tak terputus dalam kondisi apapun (kecuali tidur tentunya) itulah yang dimaksud Vipassana/Satipatthana, dan itulah jalan.

Mengenai tolok ukur, saya juga mempelajari censored, saya tidak melihat ada ajaran menuju jalan kesucian disana.

Hanya di tipitaka yang secara jelas menunjukkan jalan kesucian, Sang Buddha mengatakan bahwa apa yang Beliau ajarkan sudah cukup (untuk mencapai kesucian), setelah mempraktekkan yang diajarkan juga mengarahnya persis seperti yang ditulis di Tipitaka. apakah saya perlu berpaling mengambil tolok ukur agama lain?

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

K.K.

Quote from: Jerry on 22 December 2009, 06:47:48 PM
Dalam Sutta memang tidak diajarkan mengenai posisi Ananda yg demikian, cerita penembusan arahatta-phala Ananda diketemukan di cerita belakangan, bukan di Sutta. Tepatnya di bagian yg oleh Sdr. Dhammasiri luruskan mengenai tulisan Om Bond sebelumnya.

Kata satipatthana bisa berarti sati-patthana atau sati-upatthana. Berdasar konteks sati-upatthana artinya adalah pengembangan sati. Dan pengembangan sati terutama ditentukan oleh kualitas batin, bukannya kualitas tubuh fisik. Makanya tidak perlu heran yogi2 yg melatih dan mempraktekkan posisi, postur dan gerakan2 aneh di luar posisi berdiri, berjalan, duduk dan berbaring tetap tidak dapat mendapatkan pencerahan. Mereka hanya mendapatkan kesehatan. Posisi tubuh yg unik bukan yg menyebabkan seseorang mencapai magga&phala dan pembebasan melainkan kondisi batin. Dan yang mengajarkan cara utk mencapai batin yang terbebaskan adalah Sang Buddha. Dengan demikian tidak perlu bagi siswa/i Buddha di kemudian hari utk membuat aliran yang mengajarkan di luar 4 posisi yg telah diturunkan oleh Sang Buddha. Tidak melangkahi ketentuan apa yg telah diturunkan oleh Sang Buddha. Ini salah 1 kesepakatan konsili pertama.
Betul, saya pun tidak menganjurkan orang loncat-loncat atau guling-guling sambil vipassana. Yang dimaksudkan di sini hanyalah kadang ada hal-hal yang tidak wajar, tidak kita duga karena kita terlebih dahulu membentuk pola pikir berdasarkan informasi tertentu, dalam hal ini, tipitaka. Dari bentukan pola pikir tersebut, maka mungkin saja kita malah menolak sesuatu yang sebetulnya benar hanya karena tidak diceritakan di Tipitaka. Menurut saya sikap tersebut yang menghalangi kemajuan bathin seseorang.


QuoteSoal saat parinibbana-lah yang tidak unik, saya agak penasaran akan penjelasan Bro Kain soal itu. Boleh berbagi?
Menurut Bro Jerry sendiri, ketika 2 orang "memasuki" nibbana tanpa sisa, habis sepenuhnya, kondisi apa lagi yang memungkinkan suatu perbedaan?