Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?

Started by dhammasiri, 11 November 2009, 09:29:47 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Juice_alpukat

Quote from: dilbert on 30 December 2009, 12:06:22 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 30 December 2009, 08:27:15 AM
Quote from: dilbert on 29 December 2009, 05:57:17 PM
Kalau menurut saya, lamanya seorang individu dalam menyempurnakan parami-nya menentukan kualitas sabbanuta nana (kemahatahuan akan prinsip prinsip yang perlu diketahui), jadi ketika pada malam penembusan (malam penerangan sempurna), ketika dalam proses pencapaian penerangan sempurna, sang Bodhisatta (bakal Buddha) bisa mereview kembali banyak kehidupan tak terhingga.

Secara logis, tentunya kita kalau dihadapkan pada flash back kehidupan kehidupan lampau kita, apalagi dengan kebijaksanaan yang sudah timbul, maka harusnya bisa diambil banyak hikmah dan pelajaran dari flash back kehidupan (yang tentu-nya bisa disamakan dengan pengalaman kita sendiri). Tentunya dalam hal ini, pengalaman dan kualitas kehidupan dari kehidupan lampau bodhisatta tidak tertandingi oleh makhluk hidup yang manapun juga.

Jadi menurut hemat saya, walaupun pada jaga malam penerangan sempurna itu, walaupun Bodhisatta bisa mereview kembali kehidupan lampaunya (termasuk dalam hal ini kehidupan lampaunya sebagai murid/siswa sammasambuddha, ataupun murid perumahtangga yang mengikuti ajaran), Pencapaian pengetahuan tentang JALAN, tetap saja merupakan hasil dari olah pikiran dan pencapaian-annya sendiri. Ini hanya opini saya saja.

Kalau pendapat Bro dilbert tentang "parami" berhubungan dengan kemampuannya, saya setuju. Tetapi dari sisi "banyaknya flashback", saya kurang setuju. Dikatakan umumnya maha-savaka dapat mengingat sampai 100.000 kappa kehidupan lampau. Beberapa (saya lupa siapa saja) yang mengembangkannya, dapat mengingat sampai masa tak hingga. Walaupun mereka memiliki kebijaksanaan sebagai seorang Arahat, tetapi tetap tidak bisa memahami "Acinteyya" ataupun memiliki Sabbannu Nana tersebut.

Kalau kita baca kembali kisah para maha-agga-savaka, kita dapat melihat bahwa sariputta dan mogallana juga mengucapkan chanda (keinginan mulia) untuk menjadi maha-agga-savaka seorang sammasambuddha, sehingga dengan keinginan-nya itu, sariputta dan mogallana harus menjalani tambahan 100.000 kappa untuk menyempurnakan parami-nya, Tentunya kualitas kehidupan yang dijalani adalah kehidupan dan penyelidikan serta pengembangan bathin menuju arah maha agga savaka.


bukannya 4 asamkheyya kappa ya bro ditambh seratus rb kappa?

gajeboh angek

agga savaka (2 murid utama) => 1 asankheyya kappa + 100.000 kappa
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

dilbert

Quote from: gachapin on 30 December 2009, 01:06:32 PM
agga savaka (2 murid utama) => 1 asankheyya kappa + 100.000 kappa

betul... terima kasih atas koreksi-nya...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

K.K.

Quote from: dilbert on 30 December 2009, 12:06:22 PM
Kalau kita baca kembali kisah para maha-agga-savaka, kita dapat melihat bahwa sariputta dan mogallana juga mengucapkan chanda (keinginan mulia) untuk menjadi maha-agga-savaka seorang sammasambuddha, sehingga dengan keinginan-nya itu, sariputta dan mogallana harus menjalani tambahan 100.000 kappa untuk menyempurnakan parami-nya, Tentunya kualitas kehidupan yang dijalani adalah kehidupan dan penyelidikan serta pengembangan bathin menuju arah maha agga savaka.

Kalau dibandingkan dengan chanda seorang petapa sumedha yang oleh karena itu petapa sumedha harus menjalani tambahan 4 assankheya kappa + 100.000 kappa untuk menyempurnakan paraminya (di dalamnya juga termasuk kedalam penyelidikan dan pengembangan bathin menuju arah penerangan sempurna seorang sammasambuddha) yang mana tentunya seorang sammasambuddha itu harus memiliki sabbanuta nana (kemahatahuan) sehingga bisa menurunkan ajaran.

Analogi-nya : Murid-murid yang tamat belajar SMA, belum tentu bisa menjadi guru SMA. Murid-murid bisa mengerjakan soal-soal SMA, belum tentu bisa menjadi guru (nanti-nya) dan mengajarkan/menjelaskan soal soal SMA kepada murid SMA. Tentunya seorang guru harus memiliki kualitas seorang guru.

Kalau dikatakan demikian, saya juga setuju.
Yang saya tidak setuju adalah jika orang mengatakan si Calon-Guru menyontek ajaran Guru di masa lampau untuk menjadi Guru. Menurut saya adalah si Calon-Guru mengambil "pelajaran tambahan" untuk menempa kualitas guru dalam dirinya.



Quote from: ryu on 30 December 2009, 12:15:54 PM
seberapa banyak yang bisa merealisasikan jalan tanpa ajaran Buddha? apakah mereka akan seperti Samma Sambuddha dan Pacceka Buddha?
Kalau kita bicara dalam konteks "sekarang", tentu saja tidak relevan karena sekarang ini jaman di mana Buddha-dhamma masih beredar. Namun kalau kita bicara tidak dalam konteks "sekarang", akan ada di masa depan para Samma-Sambuddha dan Pacceka Buddha yang bisa merealisasikan jalan, walaupun saat itu tidak ada Buddha-dhamma.



Quote from: Juice_alpukat on 30 December 2009, 12:31:30 PM
bukannya 4 asamkheyya kappa ya bro ditambh seratus rb kappa?
Bagi Bodhisatta:
1. dengan usaha dominan: 16 Asankhyeyya + 100.000 Kappa
2. dengan keyakinan dominan: 8 Asankhyeyya + 100.000 Kappa
3. dengan kebijaksanaan dominan: 4 Asankhyeyya + 100.000 Kappa

Bagi Pacceka Buddha: 2 Asankhyeyya + 100.000 Kappa
Bagi Agga-Savaka: 1 Asankhyeyya + 100.000 Kappa
Bagi Maha-Savaka: 100.000 Kappa.



bond

Quote from: Kainyn_Kutho on 30 December 2009, 11:02:17 AM
Yang pernah saya baca, Bodhisatta selalu terlahir di tata surya yang sama, tetapi tidak pernah baca harus selalu di Jambudvipa. Mengenai Buddha, memang saya baca selalu di Jambudvipa yang tempatnya juga kondusif untuk mencapai pencerahan.

Jambudvipa sendiri, apakah selalu seperti sekarang? Menurut para geologis, bentuk bumi senantiasa berubah dan dahulu pernah juga bumi hanya memiliki 1 benua.


Thanks and  ic penjelasannya. Tetapi apakah Jambudvipa yg dimaksud selalu dari ras manusia yg sama atau berpenghuni orang2 India saja/mukanya orang India saja yang jadi Buddha?

Adakah yang dimaksud jambu dvipa jaman Buddha Dipankara/Buddha masa lalu sebelum Buddha Gotama adalah di Rusia (misalnya) atau tetap India?

Mengingat bentuk bumi senantiasa berubah dari 1 masa bumi dari waktu ke waktu yang akan menentukan ras manusia juga.

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

K.K.

Quote from: bond on 30 December 2009, 03:05:09 PM
Thanks and  ic penjelasannya. Tetapi apakah Jambudvipa yg dimaksud selalu dari ras manusia yg sama atau berpenghuni orang2 India saja/mukanya orang India saja yang jadi Buddha?

Adakah yang dimaksud jambu dvipa jaman Buddha Dipankara/Buddha masa lalu sebelum Buddha Gotama adalah di Rusia (misalnya) atau tetap India?

Mengingat bentuk bumi senantiasa berubah dari 1 masa bumi dari waktu ke waktu yang akan menentukan ras manusia juga.



Untuk hal ini kita tidak bisa mendapatkan penjelasan yang pasti, maka kalau saya pribadi mengambil sikap "terbuka pada kemungkinan-kemungkinan" dan tidak membatasi pada konsep tertentu.

Kalau menurut saya, Jambudvipa itu bukan dari letak geologis karena kita tahu semesta ini adalah siklus hancur dan terbentuk. Jadi "Jambudvipa"-nya Buddha Kassapa dan "Jambudvipa"-nya Buddha Gotama mungkin sama, tetapi dengan "Jambudvipa"-nya Buddha Vipassi sepertinya sudah berbeda karena sudah berbeda kappa, yang berarti sudah hancur dan terbentuk lagi buminya.

Mungkin Jambudvipa adalah daratan yang paling makmur di mana budayanya juga sesuai dengan dhamma, tempat di mana paling kondusif untuk seorang Samma Sambuddha muncul.


bond

Ya kemungkinan2 itu bisa terjadi apabila tidak tertulis terperinci dalam Tipitaka.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

adi lim

Pernah saya dengar, bahwa Jambudvipa tempat suatu daerah yang berada dibawah dan dekat dengan pusat pegunungan bumi yaitu Himalaya, kemudian banyak petapa-petapa yang bermunculan disana, serta termasuk daerah makmur dan berbudaya maju.
_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

adi lim

Quote from: Kainyn_Kutho on 30 December 2009, 08:30:21 AM
Quote from: adi lim on 29 December 2009, 08:16:10 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 29 December 2009, 02:43:59 PM
"Agamanya" mungkin saya setuju demikian.
Orangnya? Belum tentu. Entah dari Timur Tengah atau dari ujung bumi, saya rasa bisa saja mereka mengembangkan kebijaksanaan dan merealisasi "jalan".

Kalau tanpa ada pengetahuan Dhamma yang diajarkan dari sumbernya. Saya rasa tidak akan bisa merealisasi 'jalan', kalau kebijaksanaan yang didapat, tentunya kebijaksanaa duniawi/umum.

_/\_

Jika semua harus mendapat pengajaran untuk merealisasi 'jalan', maka, sekali lagi, Samma Sambuddha dan Pacceka Buddha tidak ada. Yang ada hanya Savaka Buddha.



Terkecuali Sammasambuddha & Pacceka Buddha
Karena parami Nya udah cukup mendukung, tanpa bantuan, Beliau2 bisa merealisasi 'jalan' tersebut.

_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

adi lim

Quote from: ryu on 30 December 2009, 12:15:54 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 30 December 2009, 08:30:21 AM
Quote from: adi lim on 29 December 2009, 08:16:10 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 29 December 2009, 02:43:59 PM
"Agamanya" mungkin saya setuju demikian.
Orangnya? Belum tentu. Entah dari Timur Tengah atau dari ujung bumi, saya rasa bisa saja mereka mengembangkan kebijaksanaan dan merealisasi "jalan".

Kalau tanpa ada pengetahuan Dhamma yang diajarkan dari sumbernya. Saya rasa tidak akan bisa merealisasi 'jalan', kalau kebijaksanaan yang didapat, tentunya kebijaksanaa duniawi/umum.

_/\_

Jika semua harus mendapat pengajaran untuk merealisasi 'jalan', maka, sekali lagi, Samma Sambuddha dan Pacceka Buddha tidak ada. Yang ada hanya Savaka Buddha.


seberapa banyak yang bisa merealisasikan jalan tanpa ajaran Buddha? apakah mereka akan seperti Samma Sambuddha dan Pacceka Buddha?

Sammasambuddha sedikit, Pacceka Buddha lebih banyak dari Sammasambuddha, Arahat lebih banyak lagi.
yang pasti kita tidak bisa ketahui jumlah yang tepat, dan tidak berguna Bro :))
_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

fabian c

Quote
Quote from: fabian c on 29 December 2009, 09:34:53 PM
Mungkin saya perlu jelaskan kepada bro Kainyn, bahwa banyak sekali orang yang menyebut mereka belajar Satipatthana, padahal bukan.

Sebagai contoh ada yang menyelenggarakan retret meditasi yang padahal jelas-jelas samatha bhavana (anapanasati), tetapi pda waktu promosi ia menulis latihannya adalah samatha - vipassana, padahal jelas sekali meditasi yang dilakukan dalam 10 hari - 2 minggu tersebut adalah samatha (anapanasati).

Oleh karena itu saya tanya sekali  lagi saudara Kainyn yang meng-klaim telah mengenal vipassana/satipatthana sebelum mengenal ajaran Buddha, tahu darimana bahwa yang dilatih itu adalah Satipatthana?
Nah, sudah saya katakan di awal lebih baik tidak usah dibahas karena saya tahu dengan pasti Bro fabian akan "menghakimi" saya mengenai Satipatthana tersebut dengan cara membandingkannya dengan "Satipatthana" Bro fabian, yang tentu saja bagi saya juga belum tentu Satipatthana tersebut adalah Satipatthana sesungguhnya.
Saya hanya sharing, tidak mengklaim agar hal tersebut diterima oleh orang lain, terutama bagi mereka yang pola pikirnya sudah terkonsep. Bagi yang percaya silahkan, yang tidak juga silahkan.

Maaf baru dijawab sekarang, baru kelihatan lagi thread ini.
kelihatannya dalam hal ini terbalik, saya belum mengomentari latihan meditasi bro Kainyn, tetapi bro Kainyn yang sudah menghakimi saya dengan mengatakan bahwa saya akan menghakimi bro Kainyn, bahkan bro Kainyn mengatakan tahu secara pasti.
Tidak ada yang namanya Satipatthana Fabian. Satipatthana yang saya ketahui berasal dari orang lain, yang merupakan warisan dari guru ke murid. Jadi saya tak akan membandingkan Satipatthana bro Kainyn dengan Satipatthana Fabian, karena Satipatthana Fabian tidak ada.
Paling saya akan membandingkan dengan Sutta dan tehnik Satipatthana yang ada.

Quote
QuoteJadi? hanya ada satu peta dan satu jalan? Bila ada jalan lain katakan saja, apa jalan lain itu.
Masih tidak mengerti perumpamaan saya juga? OK, saya coba jelaskan maksud saya.
Kota A adalah "Samsara", kota B adalah "Nibbana". Peta yang telah ada adalah ajaran yang dibuat oleh seorang Samma Sambuddha, orang yang mengikuti peta tersebut adalah para Savaka. Jalan lain adalah jalan Pacceka Buddha, dan jalan yang terakhir adalah jalan Samma Sambuddha. Mengapa saya katakan jalan Samma Sambuddha dan Pacceka Buddha tidak menggunakan peta? Karena seperti petapa Sumedha yang jika mengambil peta Buddha Dipankara, maka ia mengambil jalan Savaka dan merealisasinya saat itu juga.
Nah ini yang saya tidak mengerti, apakah jalan Pacceka Buddha, jalan Sammasambuddha dan jalan Savakabuddha  berbeda-beda?
Dalam pengertian theravada setahu saya "pencapaian" Paccekabuddha, Sammasambuddha dan Savakabuddha disebabkan oleh parami, jalannya sendiri cuma satu, yaitu Satipatthana.
Kalau jalan Sammasambuddha, Paccekabuddha dan Savakabuddha berbeda tolong dijelaskan apakah ada jalan lain selain Satipatthana?

QuoteNah, sekarang ini pertanyaan untuk siapa saja yang mau menjawab.
Dulu petapa Sumedha jika menerima ajaran Buddha Dipankara akan merealisasi Arahatta-phala. Mengapa di kemudian hari setelah berkappa-kappa menyempurnakan parami, menjadi bhikkhu di bawah Buddha Kassapa namun tidak menembus magga-phala?
Saya coba jawab pertanyaan ini, seorang Bodhisatta yang telah mendapatkan penetapan dari seorang Sammasambuddha sekuat apapun dia berlatih tak akan mencapai Nibbana karena aspirasinya sangat kuat, dan aspirasi itu yang akan memblokir jalannya, Mereka hanya bisa menembus bila paraminya telah betul-betul matang.
Pada tahap tertentu dalam Vipassana seorang meditator harus melepaskan aspirasinya untuk menjadi Sammasambuddha atau Paccekabuddha agar dapat mencapai Sotapatti Magga-Phala.

Quote
QuoteDan hanya Sammasambuddha dan Pacccekabuddha yang berhasil menmpuh jalan tanpa bantuan orang lain.
Ya, saya setuju.
Quotequote]Ada faktor-faktor lain yang menghalangi kematangan batin untuk mencapai kesucian. Umpamanya pangeran Ajatasattu, walaupun memiliki kemampuan untuk menjadi Sotapanna tetapi tak dapat mencapai kesucian, demikian juga dengan hartawan Mahapadhana, yang kehilangan kesempatan mencapai kesucian karena kesalahan yang dilakukannya.
Banyak lagi kasus serupa. Jadi kematangan batin (kemampuan mencapai kesucian)tanpa belajar dibawah bimbingan guru yang baik maka akan sia-sia.
Ya, ini juga saya setuju. Kalau seorang guru tidak dapat memberi manfaat, untuk apa pula orang berguru?
Demikian juga kematangan batin tanpa disertai dengan bimbingan yang tepat maka bisa gagal mencapai Magga-Phala, apalagi tanpa bimbingan (kecuali Paccekabuddha dan Sammasambuddha).

Quote
QuoteYang merealisasikan Jalan bisa siapa saja, yang menemukan Jalan dengan tanpa belajar dari orang lain menurut Buddha Dhamma hanya Paccekabuddha dan Sammasambuddha 

Lalu kira-kira, mungkinkah seorang Bodhisatta pernah tinggal di daerah seperti "Timur Tengah"? Atau melulu "menclok" di sekitar India?
Saya rasa mungkin saja seorang bodhisatta terlahir di timur tengah, di Afrika, Eropa atau Australia dll, tetapi pada waktu kelahiran akan mencapai penerangan sempurna seorang Bodhisatta hanya akan terlahir diantaranya dengan kondisi berikut:
1. Seorang Bodhisatta hanya lahir di Jambudipa (India)
2. Tepatnya terlahir di Majjhima-desa di tengah Jambudipa.
3. Seorang Bodhisatta hanya akan terlahir di keluarga Ksatria atau Brahmana
5. usia manusia rata-rata pada waktu itu tak lebih dari 100.000 tahun dan tak kurang dari 100 tahun.
6. Ibu calon bodhisatta adalah seorang wanita yang tak pernah melanggar sila seumur hidupnya dan umur kehidupan ibu Bodhisatta hanya bersisa usia kandungan tambah sedikit.
Kelima kondisi ini disebut panca..... saya lupa istilahnya. Tapi untuk lebih jelasnya baca RAPB buku ke 1 hal 446. (promosi RAPB lagi nih.... :)  ) Susunannya tidak sama dengan RAPB tapi intinya sama.

Saya mau menambahkan hanya sekedar sharing, Kelima Buddha yang ada di kappa ini semuanya akan mencapai Pencerahan Sempurna di India di spot yang persis sama di Bodhgaya.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

K.K.

Quote from: fabian c on 07 January 2010, 11:52:46 PM
Maaf baru dijawab sekarang, baru kelihatan lagi thread ini.
kelihatannya dalam hal ini terbalik, saya belum mengomentari latihan meditasi bro Kainyn, tetapi bro Kainyn yang sudah menghakimi saya dengan mengatakan bahwa saya akan menghakimi bro Kainyn, bahkan bro Kainyn mengatakan tahu secara pasti.
Tidak ada yang namanya Satipatthana Fabian. Satipatthana yang saya ketahui berasal dari orang lain, yang merupakan warisan dari guru ke murid. Jadi saya tak akan membandingkan Satipatthana bro Kainyn dengan Satipatthana Fabian, karena Satipatthana Fabian tidak ada.
Paling saya akan membandingkan dengan Sutta dan tehnik Satipatthana yang ada.
Tetap saja "Satipatthana menurut Sutta yang ditafsirkan oleh Bro Fabian". Dan, ya, saya memang tahu hal tersebut akan dan telah terjadi, dan akan berlanjut jika saya tidak mengatakan hal-hal frontal tersebut. 


QuoteNah ini yang saya tidak mengerti, apakah jalan Pacceka Buddha, jalan Sammasambuddha dan jalan Savakabuddha  berbeda-beda?
Dalam pengertian theravada setahu saya "pencapaian" Paccekabuddha, Sammasambuddha dan Savakabuddha disebabkan oleh parami, jalannya sendiri cuma satu, yaitu Satipatthana.
Kalau jalan Sammasambuddha, Paccekabuddha dan Savakabuddha berbeda tolong dijelaskan apakah ada jalan lain selain Satipatthana?
Satipatthana mungkin "bentuknya" berbeda, tapi intinya sama.
Yang saya permasalahkan 'kan bukan "jalan" = "Satipatthana", tetapi "jalan" = "Agama Buddha". Saya tidak bilang Samma-Sambuddha dan Pacceka Buddha tidak bersatipatthana, tetapi saya katakan mereka tidak beragama Buddha.


QuoteSaya coba jawab pertanyaan ini, seorang Bodhisatta yang telah mendapatkan penetapan dari seorang Sammasambuddha sekuat apapun dia berlatih tak akan mencapai Nibbana karena aspirasinya sangat kuat, dan aspirasi itu yang akan memblokir jalannya, Mereka hanya bisa menembus bila paraminya telah betul-betul matang.
Pada tahap tertentu dalam Vipassana seorang meditator harus melepaskan aspirasinya untuk menjadi Sammasambuddha atau Paccekabuddha agar dapat mencapai Sotapatti Magga-Phala.

Baik, sekarang saya kasih perumpamaan begini:
Ada sekumpulan murid belajar tehnik struktur dari seorang maha guru. Semua diajarkan dengan cara yang sama oleh gurunya, sudah ada ketentuannya pondasi bahannya apa, untuk rangkanya berbahan apa, dan lain-lain. Gaya pembuatannya juga sudah ada, apakah timur tengah, oriental, minimalis, dsb. Ada yang cepat mengerti dan bisa merancang bangunan dengan baik, ada juga yang lambat.

1. Ada pula murid terpandai yang sangat cerdas dan beraspirasi menjadi guru juga. Namun karena aspirasinya untuk menjadi guru begitu kuat, maka menghalanginya untuk mengerti, sehingga gubuk pun tidak mampu dibangunnya. Padahal kalau ia tidak beraspirasi, maka ia bisa merancang bangunan dengan baik.

2. Ada pula murid terpandai yang sangat cerdas, dan karena aspirasinya untuk menjadi guru juga, dia tidak mengikuti kelas tersebut, tetapi langsung terjun untuk mempelajari sendiri campuran bahan, kekuatannya dan ketahanannya, mempelajari budaya yang melatarbelakangi gaya orang di daerah tersebut, menyelidiki sendiri keadaan tanah dan lingkungan serta pengaruhnya pada bangunan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, waktu yang dibutuhkannya jauh lebih lama.

Menurut Bro Fabian, yang mana yang cocok?


QuoteDemikian juga kematangan batin tanpa disertai dengan bimbingan yang tepat maka bisa gagal mencapai Magga-Phala, apalagi tanpa bimbingan (kecuali Paccekabuddha dan Sammasambuddha).
Jadi sebaiknya hanya mengambil jalan Savaka saja? :)



QuoteSaya rasa mungkin saja seorang bodhisatta terlahir di timur tengah, di Afrika, Eropa atau Australia dll, tetapi pada waktu kelahiran akan mencapai penerangan sempurna seorang Bodhisatta hanya akan terlahir diantaranya dengan kondisi berikut:
1. Seorang Bodhisatta hanya lahir di Jambudipa (India)
2. Tepatnya terlahir di Majjhima-desa di tengah Jambudipa.
3. Seorang Bodhisatta hanya akan terlahir di keluarga Ksatria atau Brahmana
5. usia manusia rata-rata pada waktu itu tak lebih dari 100.000 tahun dan tak kurang dari 100 tahun.
6. Ibu calon bodhisatta adalah seorang wanita yang tak pernah melanggar sila seumur hidupnya dan umur kehidupan ibu Bodhisatta hanya bersisa usia kandungan tambah sedikit.
Kelima kondisi ini disebut panca..... saya lupa istilahnya. Tapi untuk lebih jelasnya baca RAPB buku ke 1 hal 446. (promosi RAPB lagi nih.... :)  ) Susunannya tidak sama dengan RAPB tapi intinya sama.

Saya mau menambahkan hanya sekedar sharing, Kelima Buddha yang ada di kappa ini semuanya akan mencapai Pencerahan Sempurna di India di spot yang persis sama di Bodhgaya.
Walaupun saya juga tidak "beriman", tetapi saya memang terima doktrin mengenai kelahiran terakhir tersebut.

Tetapi fokus saya adalah para Bodhisatta & Pacceka Bodhisatta yang sekarang ini atau kapan pun dalam perjalanan penyempurnaan paraminya, bisa saja terlahir di tempat-tempat yang tidak mengenal Agama Buddha, dan bahkan sangat mungkin juga memeluk ajaran lain. Hal ini berarti mereka mampu mengembangkan kebijaksanaan walaupun tidak mengenal Agama Buddha, bukan?


fabian c

Quote
Quote from: fabian c on 07 January 2010, 11:52:46 PM
Maaf baru dijawab sekarang, baru kelihatan lagi thread ini.
kelihatannya dalam hal ini terbalik, saya belum mengomentari latihan meditasi bro Kainyn, tetapi bro Kainyn yang sudah menghakimi saya dengan mengatakan bahwa saya akan menghakimi bro Kainyn, bahkan bro Kainyn mengatakan tahu secara pasti.
Tidak ada yang namanya Satipatthana Fabian. Satipatthana yang saya ketahui berasal dari orang lain, yang merupakan warisan dari guru ke murid. Jadi saya tak akan membandingkan Satipatthana bro Kainyn dengan Satipatthana Fabian, karena Satipatthana Fabian tidak ada.
Paling saya akan membandingkan dengan Sutta dan tehnik Satipatthana yang ada.
Tetap saja "Satipatthana menurut Sutta yang ditafsirkan oleh Bro Fabian". Dan, ya, saya memang tahu hal tersebut akan dan telah terjadi, dan akan berlanjut jika saya tidak mengatakan hal-hal frontal tersebut. 
Tuh kan... bro Kainyn belum apa-apa sudah menghakimi saya.

Quote
QuoteNah ini yang saya tidak mengerti, apakah jalan Pacceka Buddha, jalan Sammasambuddha dan jalan Savakabuddha  berbeda-beda?
Dalam pengertian theravada setahu saya "pencapaian" Paccekabuddha, Sammasambuddha dan Savakabuddha disebabkan oleh parami, jalannya sendiri cuma satu, yaitu Satipatthana.
Kalau jalan Sammasambuddha, Paccekabuddha dan Savakabuddha berbeda tolong dijelaskan apakah ada jalan lain selain Satipatthana?
Satipatthana mungkin "bentuknya" berbeda, tapi intinya sama.
Yang saya permasalahkan 'kan bukan "jalan" = "Satipatthana", tetapi "jalan" = "Agama Buddha". Saya tidak bilang Samma-Sambuddha dan Pacceka Buddha tidak bersatipatthana, tetapi saya katakan mereka tidak beragama Buddha.
Yang mengajarkan Satipatthana kan cuma agama Buddha, apakah Paccekabuddha mengajarkan Satipatthana juga? atau Paccekabuddha belajar Satipatthana dari agama lain?

Quote
QuoteSaya coba jawab pertanyaan ini, seorang Bodhisatta yang telah mendapatkan penetapan dari seorang Sammasambuddha sekuat apapun dia berlatih tak akan mencapai Nibbana karena aspirasinya sangat kuat, dan aspirasi itu yang akan memblokir jalannya, Mereka hanya bisa menembus bila paraminya telah betul-betul matang.
Pada tahap tertentu dalam Vipassana seorang meditator harus melepaskan aspirasinya untuk menjadi Sammasambuddha atau Paccekabuddha agar dapat mencapai Sotapatti Magga-Phala.

Baik, sekarang saya kasih perumpamaan begini:
Ada sekumpulan murid belajar tehnik struktur dari seorang maha guru. Semua diajarkan dengan cara yang sama oleh gurunya, sudah ada ketentuannya pondasi bahannya apa, untuk rangkanya berbahan apa, dan lain-lain. Gaya pembuatannya juga sudah ada, apakah timur tengah, oriental, minimalis, dsb. Ada yang cepat mengerti dan bisa merancang bangunan dengan baik, ada juga yang lambat.

1. Ada pula murid terpandai yang sangat cerdas dan beraspirasi menjadi guru juga. Namun karena aspirasinya untuk menjadi guru begitu kuat, maka menghalanginya untuk mengerti, sehingga gubuk pun tidak mampu dibangunnya. Padahal kalau ia tidak beraspirasi, maka ia bisa merancang bangunan dengan baik.

Kasus dengan contoh aneh, bila orang pandai yang sangat cerdas tentu dengan mudah mewarisi ilmu gurunya, hal yang menghalangi ia mengerti hanya bila ia bodoh. Bila pandai dan sangat cerdas tentu tak akan menghalangi dia, entah beraspirasi atau tidak.

Quote2. Ada pula murid terpandai yang sangat cerdas, dan karena aspirasinya untuk menjadi guru juga, dia tidak mengikuti kelas tersebut, tetapi langsung terjun untuk mempelajari sendiri campuran bahan, kekuatannya dan ketahanannya, mempelajari budaya yang melatarbelakangi gaya orang di daerah tersebut, menyelidiki sendiri keadaan tanah dan lingkungan serta pengaruhnya pada bangunan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, waktu yang dibutuhkannya jauh lebih lama.

Menurut Bro Fabian, yang mana yang cocok?
Murid pandai nomer dua yang sangat cerdas bisa saja menjadi guru, tetapi ilmu yang diajarkannya juga ilmu tersendiri tidak sama dengan bila belajar dari guru, ilmunya bisa baik dan bisa juga buruk. Karena ia belajar ilmu secara autodidak, bahkan orang bodoh sekalipun bisa menjadi guru.Tetapi apakah ia akan menjadi guru yang baik itu soal lain.

Quote
QuoteDemikian juga kematangan batin tanpa disertai dengan bimbingan yang tepat maka bisa gagal mencapai Magga-Phala, apalagi tanpa bimbingan (kecuali Paccekabuddha dan Sammasambuddha).
Jadi sebaiknya hanya mengambil jalan Savaka saja? :)
Ada tiga Jenis mahluk yang mencapai Pencerahan sempurna (Savaka, Pacceka dan Sammasambuddha) bro Kainyn boleh memilih mau beraspirasi menjadi yang mana, tidak beraspirasi juga boleh, suka-suka.

Quote
QuoteSaya rasa mungkin saja seorang bodhisatta terlahir di timur tengah, di Afrika, Eropa atau Australia dll, tetapi pada waktu kelahiran akan mencapai penerangan sempurna seorang Bodhisatta hanya akan terlahir diantaranya dengan kondisi berikut:
1. Seorang Bodhisatta hanya lahir di Jambudipa (India)
2. Tepatnya terlahir di Majjhima-desa di tengah Jambudipa.
3. Seorang Bodhisatta hanya akan terlahir di keluarga Ksatria atau Brahmana
5. usia manusia rata-rata pada waktu itu tak lebih dari 100.000 tahun dan tak kurang dari 100 tahun.
6. Ibu calon bodhisatta adalah seorang wanita yang tak pernah melanggar sila seumur hidupnya dan umur kehidupan ibu Bodhisatta hanya bersisa usia kandungan tambah sedikit.
Kelima kondisi ini disebut panca..... saya lupa istilahnya. Tapi untuk lebih jelasnya baca RAPB buku ke 1 hal 446. (promosi RAPB lagi nih.... :)  ) Susunannya tidak sama dengan RAPB tapi intinya sama.

Saya mau menambahkan hanya sekedar sharing, Kelima Buddha yang ada di kappa ini semuanya akan mencapai Pencerahan Sempurna di India di spot yang persis sama di Bodhgaya.
Walaupun saya juga tidak "beriman", tetapi saya memang terima doktrin mengenai kelahiran terakhir tersebut.

Tetapi fokus saya adalah para Bodhisatta & Pacceka Bodhisatta yang sekarang ini atau kapan pun dalam perjalanan penyempurnaan paraminya, bisa saja terlahir di tempat-tempat yang tidak mengenal Agama Buddha, dan bahkan sangat mungkin juga memeluk ajaran lain. Hal ini berarti mereka mampu mengembangkan kebijaksanaan walaupun tidak mengenal Agama Buddha, bukan?
Biru: sudah jelas Bodhisatta seringkali tak mengenal agama Buddha contohnya bila Bodhisatta terlahir jadi hewan.
Merah: Mengenai hal ini saya tak tahu pasti, mungkin ya, mungkin tidak, saya tak akan berspekulasi.
Hijau: Kan sudah pernah kita bahas? Kebijaksanaan yang bagaimana? Misalnya kebijaksanaan untuk tidak melanggar hukum negara? tentu saja bisa didapat dimanapun.
Tapi kebijaksanaan yang melenyapkan sepuluh belenggu (dasa samyojana)? Hanya Sammasambuddha dan Siswa-SiswaNya yang mengajarkan.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

K.K.

Quote from: fabian c on 08 January 2010, 05:59:17 PM
Tuh kan... bro Kainyn belum apa-apa sudah menghakimi saya.
:) Bro Fabian sendiri yang mengetahuinya dengan baik. Jadi saya tidak membahas lebih jauh.


QuoteYang mengajarkan Satipatthana kan cuma agama Buddha, apakah Paccekabuddha mengajarkan Satipatthana juga? atau Paccekabuddha belajar Satipatthana dari agama lain?
Yang saya katakan, Pacceka Buddha bukan beragama Buddha. Saya tidak mengatakan mereka belajar Satipatthana dari agama lain.


Quote
Quote
QuoteSaya coba jawab pertanyaan ini, seorang Bodhisatta yang telah mendapatkan penetapan dari seorang Sammasambuddha sekuat apapun dia berlatih tak akan mencapai Nibbana karena aspirasinya sangat kuat, dan aspirasi itu yang akan memblokir jalannya, Mereka hanya bisa menembus bila paraminya telah betul-betul matang.
Pada tahap tertentu dalam Vipassana seorang meditator harus melepaskan aspirasinya untuk menjadi Sammasambuddha atau Paccekabuddha agar dapat mencapai Sotapatti Magga-Phala.

Baik, sekarang saya kasih perumpamaan begini:
Ada sekumpulan murid belajar tehnik struktur dari seorang maha guru. Semua diajarkan dengan cara yang sama oleh gurunya, sudah ada ketentuannya pondasi bahannya apa, untuk rangkanya berbahan apa, dan lain-lain. Gaya pembuatannya juga sudah ada, apakah timur tengah, oriental, minimalis, dsb. Ada yang cepat mengerti dan bisa merancang bangunan dengan baik, ada juga yang lambat.

1. Ada pula murid terpandai yang sangat cerdas dan beraspirasi menjadi guru juga. Namun karena aspirasinya untuk menjadi guru begitu kuat, maka menghalanginya untuk mengerti, sehingga gubuk pun tidak mampu dibangunnya. Padahal kalau ia tidak beraspirasi, maka ia bisa merancang bangunan dengan baik.

Kasus dengan contoh aneh, bila orang pandai yang sangat cerdas tentu dengan mudah mewarisi ilmu gurunya, hal yang menghalangi ia mengerti hanya bila ia bodoh. Bila pandai dan sangat cerdas tentu tak akan menghalangi dia, entah beraspirasi atau tidak.
Betul, sangat absurd. Maka saya juga bingung kalau jawaban Bro Fabian sebelumnya mengatakan hal ini:

Quoteseorang Bodhisatta yang telah mendapatkan penetapan dari seorang Sammasambuddha sekuat apapun dia berlatih tak akan mencapai Nibbana karena aspirasinya sangat kuat, dan aspirasi itu yang akan memblokir jalannya, Mereka hanya bisa menembus bila paraminya telah betul-betul matang.


Quote
Quote2. Ada pula murid terpandai yang sangat cerdas, dan karena aspirasinya untuk menjadi guru juga, dia tidak mengikuti kelas tersebut, tetapi langsung terjun untuk mempelajari sendiri campuran bahan, kekuatannya dan ketahanannya, mempelajari budaya yang melatarbelakangi gaya orang di daerah tersebut, menyelidiki sendiri keadaan tanah dan lingkungan serta pengaruhnya pada bangunan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, waktu yang dibutuhkannya jauh lebih lama.

Menurut Bro Fabian, yang mana yang cocok?
Murid pandai nomer dua yang sangat cerdas bisa saja menjadi guru, tetapi ilmu yang diajarkannya juga ilmu tersendiri tidak sama dengan bila belajar dari guru, ilmunya bisa baik dan bisa juga buruk. Karena ia belajar ilmu secara autodidak, bahkan orang bodoh sekalipun bisa menjadi guru.Tetapi apakah ia akan menjadi guru yang baik itu soal lain.
Kalau cuma dapat "status" guru, saya tidak akan repot-repot menyinggung pembelajaran. Cukup beli sertifikat saja.
Karena ini juga tidak nyambung, saya tidak lanjutkan.


Quote
QuoteJadi sebaiknya hanya mengambil jalan Savaka saja? :)
Ada tiga Jenis mahluk yang mencapai Pencerahan sempurna (Savaka, Pacceka dan Sammasambuddha) bro Kainyn boleh memilih mau beraspirasi menjadi yang mana, tidak beraspirasi juga boleh, suka-suka.
Supaya tidak lari dari konteks, saya hanya sekadar mengingatkan.
Awalnya saya katakan kematangan bathin yang menentukan pencapaian seseorang.
Bro Fabian mengatakan ada faktor lain yang menghalangi dan kadang guru juga bisa membantu menghilangkan penghalang tersebut, saya setuju.
Tetapi ketika saya bilang pencerahan tanpa seorang guru tetaplah mungkin, Bro Fabian bilang "Demikian juga kematangan batin tanpa disertai dengan bimbingan yang tepat maka bisa gagal mencapai Magga-Phala, apalagi tanpa bimbingan", bukankah ini seperti sikap pesimis akan jalan Samma Sambodhi dan Pacceka Bodhi? Kalau memang Bro Fabian mengakui jalan Samma Sambuddha dan Pacceka Buddha, hanya perlu menyetujui bahwa "jalan demikian adalah mungkin walaupun jelas lebih sulit". 


Quote
Quote
Walaupun saya juga tidak "beriman", tetapi saya memang terima doktrin mengenai kelahiran terakhir tersebut.

Tetapi fokus saya adalah para Bodhisatta & Pacceka Bodhisatta yang sekarang ini atau kapan pun dalam perjalanan penyempurnaan paraminya, bisa saja terlahir di tempat-tempat yang tidak mengenal Agama Buddha, dan bahkan sangat mungkin juga memeluk ajaran lain. Hal ini berarti mereka mampu mengembangkan kebijaksanaan walaupun tidak mengenal Agama Buddha, bukan?
Biru: sudah jelas Bodhisatta seringkali tak mengenal agama Buddha contohnya bila Bodhisatta terlahir jadi hewan.
OK

QuoteMerah: Mengenai hal ini saya tak tahu pasti, mungkin ya, mungkin tidak, saya tak akan berspekulasi.
Buat saya, kalau berpendapat Bodhisatta selalu agnostik kalau tidak ada Agama Buddha, baru namanya spekulasi.


QuoteHijau: Kan sudah pernah kita bahas? Kebijaksanaan yang bagaimana? Misalnya kebijaksanaan untuk tidak melanggar hukum negara? tentu saja bisa didapat dimanapun.
No comment. Saya tidak akan dan tidak mampu mendebat orang-orang yang sudah mengerti "kebijaksanaan lokuttara" atau "paramatha sacca".

bond

Quote

.........tetapi pada waktu kelahiran akan mencapai penerangan sempurna seorang Bodhisatta hanya akan terlahir diantaranya dengan kondisi berikut:.........
.....
5. usia manusia rata-rata pada waktu itu tak lebih dari 100.000 tahun dan tak kurang dari 100 tahun.

Sorry, numpang lewat sembari bertanya...Saat Buddha Gautama parinibanna umur 80 tahun...dan  YA Mogalana dan YA Sariputta berumur parinibbana dibawah 100 tahun juga.. dan masih banyak lainnya. Artinya hitungannya meleset dong yg dibold?



Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada