Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: inJulia on 16 October 2009, 07:48:06 AM

Title: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: inJulia on 16 October 2009, 07:48:06 AM
Maaf, Bro Kelana agar tidak mengganggu thread Bro Kemenyan, saya pisah aja, agar bisa lebih fokus.



Quote from: Kelana on 15 October 2009, 01:47:15 PM
Quote from: inJulia on 15 October 2009, 01:11:13 PM
Tuhan berpibadi, Hukum Karma adalah konsep untuk memuaskan intelektual kita. Gunanya agar kita berhenti menganalisa, berhenti bertanya-tanya. Keduanya sama-sama sulit dibuktikan kebenarannya.

=Samawi : Rahasia Tuhan
=Buddhis: Hanya Sang Buddha yg bisa, mampu menelusuri jalinan karma dan buahnya.

Kata lainnya, kita Umat Buddha juga ngga bisa buktikan kebenaran Hukum Karma.


Kata siapa kita tidak bisa membuktikan kebenaran hukum karma. Sdr/i InJulia??
Kita lapar kemudian kita berniat makan dan akhirnya kita makan dan kenyang. Apakah ini bukan hukum karma? tidak bisa ditelusuri??

Adalah hal yang berbeda antara kerahasiaan tuhan dengan ketidakmampuan kita menelusuri jalinan karma.

Dalam konsep kerahasiaan tuhan, sampai kapanpun, sebesar apapun "pengetahuan" manusia tidak bisa mengungkap kerahasiaan tuhan. Di sini tidka ada harapan untuk mengungkapkan rahasia tersebut.

Sedangkan dalam menelusuri jalinan karma, manusia akan mampu menelusurinya ketika manusia mencapai taraf "pengetahuan" tertentu, ketika hilangnya avijja. Di sini adanya harapan untuk mengetahui.

Jumpa lagi di"reinkarnasi" nich. :-)

<<Kata siapa kita tidak bisa membuktikan
<<kebenaran hukum karma. Sdr/i InJulia??
==========
Kata Sang Buddha. Hanya seorang Samma Sambuddha yang mampu menelusuri jalinan karma yang begitu jalin menjalin. Sang Buddha sudah menasehati, Hukum Karma adalah salah satu dari 4 Acinteya: Tak terpikirkan oleh kita, yang bukan seorang Samma Sambuddha.


<<Kita lapar kemudian kita berniat makan dan
<<akhirnya kita makan dan kenyang.
<<Apakah ini bukan hukum karma? tidak bisa ditelusuri??
==========
Bukan, atau lebih tepat: BELUM TENTU.
Coba kita ganti contohnya agar lebih jelas.
Dulu saya pernah berdialog, seorang Bhante menyatakan,"Ketika seseorang mencuri kemudian tertangkap, dipenjara. Bukankah ini adalah bukti adanya Hukum Karma?"

Saya waktu itu bilang,"Bukan, Bhante. Itu bukan bukti kebenaran Hk Karma."

Karena dalam hati,"Tidak SEMUA pencurian SELALU berakhir dengan penangkapan, banyak pencuri, koruptor yang tidak tertangkap, menikmati hasil pencuriannya, foya2. Dan, ketika seseorang mencuri dan tidak tertangkap, apa boleh kita bilang:
= Nah itu BUKTI ketiadaan Hk Karma!
= Nah, itu bukti Hk Karma, mencuri akibatnya hidup foya2 dan enak2.

Itilah "HUKUM" (menurut pemahaman saya, yang mungkin keliru): adalah sebab akibat yang pasti. KEPASTIAN,Bila "A" maka akibatnya "B".
Bila "A" akibatnya kadang "B', kadang "C", maka aturan ini belum bisa disebut sebagai HUKUM. Baru HIPOTESA, TEORI. (Bro Kelana, tolong buka KBBI-nya, ya. apa definisi HUKUM.)


Tentu kita semua tak akan setuju juga dengan dua kesimpulan itu, kan? Jawaban kita,Ia mencuri bisa hidup enak, tak tertangkap karena karma mencurinya belum berbuah, ia bahagia, enak2 karena perbuatan baiknya yang dulu lebih dulu masak.
Yup! yang kita-kita (bukan Samma Sambuddha) bisa simpulkan adalah KEMUNGKINAN DAN DUGAAN, alias HIPOTESA BELAKA. Belum bisa MEMASTIKAN mana karma yang membuahkan penangkapan, mana karma yang membuahkan enak2, foya2.

Yang bisa kita lakukan hanyalah MENDUGA, karena Sang Buddha sendiri sudah jelaskan, jalinan karma seseorang sangat ruwet jalin menjalin, kita tak bisa menelusuri, mana perbuatan yang berbuah ini, mana karma yang berbuah itu.

Menurut pemahaman saya,"Hukum Karma belum mampu kita buktikan kebenarannya. kita, Umat Buddha hanya meyakini, mengimani kebenarannya. Apa (Hk karma) yang belum mampu kita buktikan kebenarannya, bukan berarti (Hukum karma) tidak ada atau tidak benar."

yang kita imani, yakini,"Perbuatan buruk berakibat penderitaan. Perbuatan baik berakibat kebahagiaan".
Kita bukan meyakini: Mencuri berakibat ditangkap dan dipenjara, misalnya. karena FAKTANYA memang tidak semua pencurian berakhir dengan penangkapan.

Demikian pendapat pribadi saya, Bro Kelana.
Thanks
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 08:07:42 AM
mungkin maksudn Sang Buddha, kita tidak bisa memahami penuh :)

namun tidak berarti tidak bisa dibuktikan ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: g.citra on 16 October 2009, 08:08:30 AM
Kalo mau ngeliat yg gampang mah, gini aja Jul ... :))

Kamu kan dah buka thread, trus saya nulis koment ... itu dah sebab akibat ... sebabnya kamu buka thread, terus ada akibat yg kamu terima ...
Itu aja cukup! Kalo mau di korek lagi kenapa kamu buka thread, atau kenapa thread dipisahkan dsb, sama aja ujung-ujungnya kamu ngorek-ngorek asal mula alam semesta (sebab awal) ...  sama kayak orang ngilik kuping ... makin dikilik, makin asik ... jadi lupa waktu ... :))


Quote
Hanya seorang Samma Sambuddha yang mampu menelusuri jalinan karma yang begitu jalin menjalin. Sang Buddha sudah menasehati, Hukum Karma adalah salah satu dari 4 Acinteya: Tak terpikirkan oleh kita, yang bukan seorang Samma Sambuddha.

Ambil makna dari tulisan itu! jangan di telan mentah-mentah ...
Bicara mengenai penelusuran jalinan (rangkaian) kamma, akhir pencariannya dah saya tulis tuh diatas ... :))

Coba kalo dah gitu, muter-muter dan gak abis-abis kan ?  :D

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Jerry on 16 October 2009, 08:15:09 AM
Maap orang lewat numpang nyela...

Kata Sang Buddha yg tidak terpikirkan adalah "kamma-vipaka", akibat dari perbuatan yg susun menyusun demikian kompleksnya dlm mengondisikan terjadinya satu hal. Bukannya kebenaran ttg adanya Hukum Kamma. Selain itu, maksud Sang Buddha adalah hal ini tidak dapat ditembusi oleh pemikiran intelek seorang 'putthujjana' belaka.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 16 October 2009, 08:28:55 AM
 :jempol: nice comment bro injulia.

keyakinan kepada yang benar (kebenaran) itu baik,
tetapi klo spekulasi itu dari siapa?
itulah mengapa guru Buddha mengajarkan sati.
_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 08:34:29 AM
Quote from: inJulia on 16 October 2009, 07:48:06 AM


Bukan, atau lebih tepat: BELUM TENTU.
Coba kita ganti contohnya agar lebih jelas.
Dulu saya pernah berdialog, seorang Bhante menyatakan,"Ketika seseorang mencuri kemudian tertangkap, dipenjara. Bukankah ini adalah bukti adanya Hukum Karma?"

Saya waktu itu bilang,"Bukan, Bhante. Itu bukan bukti kebenaran Hk Karma."

Karena dalam hati,"Tidak SEMUA pencurian SELALU berakhir dengan penangkapan, banyak pencuri, koruptor yang tidak tertangkap, menikmati hasil pencuriannya, foya2. Dan, ketika seseorang mencuri dan tidak tertangkap, apa boleh kita bilang:
= Nah itu BUKTI ketiadaan Hk Karma!
= Nah, itu bukti Hk Karma, mencuri akibatnya hidup foya2 dan enak2.

Itilah "HUKUM" (menurut pemahaman saya, yang mungkin keliru): adalah sebab akibat yang pasti. KEPASTIAN,Bila "A" maka akibatnya "B".
Bila "A" akibatnya kadang "B', kadang "C", maka aturan ini belum bisa disebut sebagai HUKUM. Baru HIPOTESA, TEORI. (Bro Kelana, tolong buka KBBI-nya, ya. apa definisi HUKUM.)

kalo Hukum itu pasti, pdahal anda sendiri menolak kepastian itu (bukan berarti tidak pasti, hanya saja anda masih dangkal untuk mencari variable lain yg menyebabkan sesuatu itu terjadi)

kembali lagi dengan pengertian hukum bagi anda, anda menggangap hukum itu pasti, jadi kalo A pasti B.

sekarang saya tanya, apakah dalam dunia anda ada hukum yg mengikat seperti KUHP dan lain lain ?

apakah dalam hukum tersebut terdapat jelas pasal2 yg menjabarkan sebab akibat, lalu apakah anda yakin benar, pencuri itu pasti dipenjara?

nah kalo gak ketangkep polisi dan diadili bagaimana? apakah hukum KUHP itu pasti? kalau menurut anda tidak, kenapa ahli bahasa, menyertakan kata Hukum di KUHukumP ?

mngkin anda belajar dulu di Abhidhamma, disitu yg mengatur segala sesuatu tidak hanya Hukum Kamma.

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 16 October 2009, 08:40:46 AM
that's i meant whose from?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 08:46:55 AM
Saya akan memberi sebuah contoh,

Seorang analyst system, harus membuat sebuah system yg intinya dapat melaksanakan tugas2nya yaitu efektif. itu adalah tujuan utama saat membuat system, yaitu mendesain sedemikian rupa agar sistem itu dapat melaksanakan tugasnya sesuai proporsinya.

setelah itu adalah, bagaimana sang analyst sistem berusaha agar system itu dapat konsisten dan reliable. saat ini sang analyst harus berpikir keras, terhadap kemungkinan kemungkinan apa saja, yg dapat dimunculkan. seperti error apa saja yg akan terjadi dan bagaimana penanggulangannya. dan lain lainnya.

lalu setelah itu ke titik efisiensi.

walau ada banyak tahap, tapi saya garis besarkan menjadi tiga bagian tadi.

dalam bagian kedua, walaupun sang analyst bisa berpikir, tentang kemungkinan2 apa saja yg akan dialami system tetapi kemungkinan kejadian tak terduga adalah mungkin. saat itu sistem seakan2 menjadi error, mejadi tidak pasti. padahal yg dinamakan sistem adalah sesuatu yg pasti. atau saya menyebutkan dalam kamus saya "Memastikan sesuatu yg tidak pasti" :)

Nah, saat sistem yg saya buat berada dalam situasi ketidakpastian karena ada kejadian tak terduga yg belum saya perhitungkan sebelumnya. apakah berarti Sistem itu tidak bisa pasti ?

tentu saja sistem dapat dibuat sepasti mungkin, hanya saja kesalahan terletak pada sang analyst, yaitu kurangnya pemahaman dan pemikiran2 atas variabel variable yg mungkin muncul.

"Kita sebagai putthujana, mungkin tidak dapat memahami/mendesain sistem yg sangat pasti seperti sang buddha. namun setidaknya kita dapat membuat sistem yg efektif"
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 08:52:54 AM
Quote from: inJulia on 16 October 2009, 07:48:06 AM

Menurut pemahaman saya,"Hukum Karma belum mampu kita buktikan kebenarannya. kita, Umat Buddha hanya meyakini, mengimani kebenarannya. Apa (Hk karma) yang belum mampu kita buktikan kebenarannya, bukan berarti (Hukum karma) tidak ada atau tidak benar."

yang kita imani, yakini,"Perbuatan buruk berakibat penderitaan. Perbuatan baik berakibat kebahagiaan".
Kita bukan meyakini: Mencuri berakibat ditangkap dan dipenjara, misalnya. karena FAKTANYA memang tidak semua pencurian berakhir dengan penangkapan.

Demikian pendapat pribadi saya, Bro Kelana.
Thanks

ini adalah sebuah generalisir...

bagaimana suatu makhluk dapat mengalami apa yg akan dialaminya, itu adalah sangat beragam variablenya dan sangat dinamis dan bervariasi

tidak selau sama dengan lainnya.

harap baca baca dulu dengan keyword "Citta Utu Kamma Ahara"

saya beri contoh :

Bila saya taruh tangan saya diatas bara api, pasti saya akan kepanasan

nah dapat anda teliti disitu ada sebab dan akibat. saya anggap itu hukum kamma juga loh..

baik saya tanya kepada anda apakah hal tersebut adalah hal yg pasti?

kalau anda jawab ya, bisa saja saya jawab tidak. karena anda belum memikirkan variable2 lainnya.

misal, kalau saya memakai pelindung ditangan saya yg tahan panas, dan hanya menaruh diatas api sebentar saja. saya gak kepanasan tuh...

semoga mengejutkan  =P~  _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 16 October 2009, 09:06:28 AM
Quote from: hatRed on 16 October 2009, 08:46:55 AM
"Kita sebagai putthujana, mungkin tidak dapat memahami/mendesain sistem yg sangat pasti seperti sang buddha. namun setidaknya kita dapat membuat sistem yg efektif"


No.., guru Buddhapun hanya mengenalinya, the Truth, sehingga  Ia mencapai pembebasan/penerangan sempurna. Sehingga Dia tidak mempercayai atau mengenali pikiran (pengetahuan) yang bersumber dari egonya.
That's what guru Buddha say 'speculation'.


from Zen to Christ
« on: Yesterday at 10:27:08 AM »
   
aku mau memberi gambaran, seperti tahapan yang lama sudah aku tulis dimana dari tahap ke dua ada lagi experience selanjutnya, bukan hanya kekosongan belaka semata. dimana seperti guru Buddha tidak menjelaskannya karena bisa menimbulkan spekulasi (dimana bisa menjadi tidak berguna untuk kemajuan pembinaan batin).

apa hubungannya yah?!!!!

what did Gautama Buddha say when He reached Enlightenment (Nirvana)?
"Architect, finally i have met you
you will not rebuild your house again
but, i am your house, and you're living in me
oh, lord of my own ego,
you are pure illusion, you do not exist
the earth is my witness"


dan ini selanjutnya proses perjalanan iman seorang percaya.
in pure heart , there is no mind
as Word said 'you are the temple of God', let it be as a God's throne inside
you, not only the empiness alone.
from Zen to Christ.


tetapi murid banyak menilai kebenaran pengajaran dari guru Buddha kebalikannya dari seperti yang tertulis pada kutipan perkataan guru Buddha diatas, from the Architect, lord of our own ego self.
bagaimana bisa melihat the Truth from the pure illusion that did not exist actually, seperti guru Buddha telah melihatnya ketika Dia mencapai penerangan sempurna?
Dia yang telah mencapai pencerahan berjalan di dalam,
tetapi awam senantiasa berjalan diluar.
dia yang berjalan diluar, hidup berjalan di dalam his own ego,
dan dia yang berjalan didalam hidup didalam the Truth dari pengalaman Nibannanya.

kejutan lagi......    Slurps  Smiley  Namaste


_/\_


Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Hendra Susanto on 16 October 2009, 09:18:57 AM
maksud kuda apa ya??
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 09:24:49 AM
umm sorry om coecoe,

apa hubungannya tulisan yg om kuote dari saya dengan isinya ???

dan di sutta mana sang buddha mengatakan "speculation" itu ?

harap memberikan sumber yang jelas, kegiatan bohong membohongin tidak sejalur dengan buddhisme, tapi sejalur dengan agama samawi

maaf karena saya harus berehipassiko
_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 09:28:58 AM
Saya setuju dengan inJulia bahwa keseluruhan hukum kamma tidak bisa dibuktikan. Sebagian kecil yang bisa kita buktikan adalah yang nyata seperti jika kita berpikir buruk (benci, iri hati) PASTI mengakibatkan penderitaan (pikiran tidak tenang). Itu pun hanya terbatas pada pembuktian kepada diri sendiri, karena hanya diri sendiri yang bisa menyadari dan mengetahui akibatnya tersebut. Kalau ada seorang munafik berpikiran jahat dan kita tanya "tenang atau tidak?", bisa saja dia jawab "tenang" dan apalah yang bisa dibuktikan?




Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Hendra Susanto on 16 October 2009, 09:30:03 AM
apakah sang kuda mencoba untuk menyesatkan??? klo iya maka perlu ditindaklanjuti...
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Hendra Susanto on 16 October 2009, 09:31:30 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 09:28:58 AM
Saya setuju dengan inJulia bahwa keseluruhan hukum kamma tidak bisa dibuktikan. Sebagian kecil yang bisa kita buktikan adalah yang nyata seperti jika kita berpikir buruk (benci, iri hati) PASTI mengakibatkan penderitaan (pikiran tidak tenang). Itu pun hanya terbatas pada pembuktian kepada diri sendiri, karena hanya diri sendiri yang bisa menyadari dan mengetahui akibatnya tersebut. Kalau ada seorang munafik berpikiran jahat dan kita tanya "tenang atau tidak?", bisa saja dia jawab "tenang" dan apalah yang bisa dibuktikan?






kain coba keplak pala orang dijalan liat apa yang terjadi pada anda...

1. dikeplak balik
2. diludain
3. dipelototin
4. dibilang 'loe gila yak?!'
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 09:37:47 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 09:28:58 AM
Saya setuju dengan inJulia bahwa keseluruhan hukum kamma tidak bisa dibuktikan. Sebagian kecil yang bisa kita buktikan adalah yang nyata seperti jika kita berpikir buruk (benci, iri hati) PASTI mengakibatkan penderitaan (pikiran tidak tenang). Itu pun hanya terbatas pada pembuktian kepada diri sendiri, karena hanya diri sendiri yang bisa menyadari dan mengetahui akibatnya tersebut. Kalau ada seorang munafik berpikiran jahat dan kita tanya "tenang atau tidak?", bisa saja dia jawab "tenang" dan apalah yang bisa dibuktikan?






kalo yg pada diri sendiri itu, dibuktikan atau disadari ?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 09:43:22 AM
Quote from: Hendra Susanto on 16 October 2009, 09:30:03 AM
apakah sang kuda mencoba untuk menyesatkan??? klo iya maka perlu ditindaklanjuti...
Selama tidak "berkhotbah" di board yang berhubungan langsung dengan Buddhisme tradisi tertentu, dibiarkan saja dia berlakon sebagai Samma Sambuddha.



Quote from: Hendra Susanto on 16 October 2009, 09:31:30 AM
kain coba keplak pala orang dijalan liat apa yang terjadi pada anda...

1. dikeplak balik
2. diludain
3. dipelototin
4. dibilang 'loe gila yak?!'

Jadi bagaimana mekanismenya? Waktu seorang Brahmana ingin menguji Sariputta, dia memukul Sariputta dari belakang sampai jatuh. Sariputta bangun, melanjutkan berjalan bahkan tanpa menoleh sedikit pun. Jadi, bagaimana pembuktian hukum kamma? Perbuatan apa menyebabkan apa yang bisa dibuktikan secara langsung?

Pembuktian makan menjadi kenyang, main api menjadi terbakar, itu adalah utu & bija niyama, bukan kamma niyama.
Saya pribadi melihat semakin umat Buddha ingin membuktikan hukum kamma pada orang lain, semakin mirip umat yang ingin membuktikan keberadaan Tuhan. Oleh karena itu, tidak ada manfaatnya.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: johan3000 on 16 October 2009, 09:43:25 AM
Karma memang sangat komplex sekali deh...
sebagian bisa dimegerti, sebagian belum
banyak melatih diri jadi gak bisa mengerti....

contoh :
1. dikeplak balik, 2. diludain, 3. dipelototin, 4. dibilang 'loe gila yak?!'

secara umum memang tindakan yg diatas akan menyebabkan orang marah...

Tetapi itu menjadi lain, kalau ada pertandingan LUDAH meludahin,
begitu juga kalau di PLOTOIN sama cewek manis.... kita tambah senang....

Dan bagi pembunuh,... paling senang dia dibilang gila, dan dianalisa termasuk
orang gila,... jadi bebas dari hukuman (org normal)...

Dan kalau sembarang posting, junk2, ditegor masih terus...
nah gw jamin akan kena karma

kena B A N  (kalau ini sangat pasti deh)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 09:44:20 AM
Quote from: hatRed on 16 October 2009, 09:37:47 AM
kalo yg pada diri sendiri itu, dibuktikan atau disadari ?
Dengan menyadari dan mengetahuinya, otomatis dia telah membuktikannya.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 16 October 2009, 09:45:30 AM
Quote from: Hendra Susanto on 16 October 2009, 09:31:30 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 09:28:58 AM
Saya setuju dengan inJulia bahwa keseluruhan hukum kamma tidak bisa dibuktikan. Sebagian kecil yang bisa kita buktikan adalah yang nyata seperti jika kita berpikir buruk (benci, iri hati) PASTI mengakibatkan penderitaan (pikiran tidak tenang). Itu pun hanya terbatas pada pembuktian kepada diri sendiri, karena hanya diri sendiri yang bisa menyadari dan mengetahui akibatnya tersebut. Kalau ada seorang munafik berpikiran jahat dan kita tanya "tenang atau tidak?", bisa saja dia jawab "tenang" dan apalah yang bisa dibuktikan?






kain coba keplak pala orang dijalan liat apa yang terjadi pada anda...

1. dikeplak balik
2. diludain
3. dipelototin
4. dibilang 'loe gila yak?!'

tambah satu lagi bro :
5. orang tersebut lari kabur (takut).

1. that's called 'side and effect law'.

2. and there is the truth, (pasti) ada upah (hasil) untuk setiap perbuatan.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: CHANGE on 16 October 2009, 09:47:10 AM
 [at]  inJulia and coecoe

Jika anda berdua berdiskusi dengan membawa sudut pandang dari segi ajaran yang anda pahami, maka anda tidak pernah akan mendapat apa-apa dari DISKUSI ini mengenai Buddha Dhamma, karena hanya memuaskan keegoan semata ( mungkin bermaksud lain ). Karena memang ada perbedaan yang sangat signifikan antara ajaran konsep Tuhan anda yang bersifat dogma ( Kepercayaan Yang Membabi Buta ) dan Buddha Dhamma yang bersifat EHIPASSIKO ( Datang dan Buktikan ).

Saya pribadi menyadari bahwa BUDDHA DHAMMA mengajarkan APA ADANYA ( bukan dongeng ) dan  sesuai dengan REALITA kehidupan kita sehari-hari. Pengalaman hidup saya ( mungkin anda berdua ) menunjukan bahwa saya ( mungkin anda berdua ) telah menghakimi dan menilai suatu kebenaran yang tidak saya ( mungkin anda berdua ) pahami dan dimengerti adalah KEBODOHAN DIRI SENDIRI. Artinya dengan atau tanpa adanya saya ( mungkin anda berdua ), Buddha Dhamma adalah tetap begitu INDAH dan MENAKJUBKAN.

Pergaulan saya menunjukkan jika seorang yang telah mengenal Buddha Dhamma dengan baik ( bukan Buddhis KTP ), maka apapun usaha yang anda akan lakukan adalah mubazir

Akhirnya saya berpendapat bahwa untuk menumbuhkan suatu KEYAKINAN YANG TERANG, kita harus melalui proses sederhana ini :
1.   Mengetahui.
2.   Memahami dan Mengerti
3.   Mengalami atau Pengalaman Diri Sendiri.
4.   Proses tersebut telah memberi manfaat untuk diri sendiri.
5.   Proses tersebut telah memberi manfaat untuk orang lain atau minimal tidak merugikan orang lain.
6.   Kepercayaan atau PERCAYA otomatis timbul dengan sendirinya setelah melalui proses 1 s/d 5.

Dan pertanyaan sederhana, apakah anda telah melakukan dan menjalankan 6 proses ini ( ehipasiko ), atau anda membalikkan susunan menjadi 6, 1 dan 2 ( dogma ).

Tentu pertanyaan sederhana, jika anda menpunyai NIAT untuk BERDISKUSI dengan baik, maka kita ambil topic TENGAH yakni membahas MANFAAT-MANFAAT ( asas manfaat ) yang anda peroleh menurut ajaran yang anda berdua yakini dan yang saya yakini. Apakah anda berdua setuju?  

Perbedaan yang lain adalah anda MENDENGAR ( tidak membuktikan berdasarkan pengalaman sendiri ) bahwa ada campur tangan adikuasa dalalm kehidupan sehari-hari sehingga anda melakukan segalanya termasuk memohon, merayu agar mujijat mendadak muncul ( factor KEBETULAN yang dominant ), sedangkan dalam Buddha Dhamma adalah membicarakan KEPASTIAN bukan kebetulan. Artinya yang dapat memastikan KEPASTIAN adalah PENGALAMAN DIRI SENDIRI ( bukan pengalaman orang lain ). Sedangkan kebenaran pengalaman orang lain merupakan referensi untuk diri sendiri membuktikan. Ini sebabnya saya belajar dengan membuktikan kebenaran Buddha Dhamma. Dan hasilnya adalah menbahagiakan ( pengalaman diri sendiri )  

Saya kutip satu artikel

Kebetulan dan Kepastian

Di dunia ini setiap hari bisa saja terjadi banyak sekali kejadian yang membawa keberuntungan dan juga kemalangan. Ketika mendapat keberuntungan, banyak orang tidak menganggap bahwa hal itu adalah berkah (pahala) dari perbuatan baik.

Mendapatkan balasan baik selalu ditafsirkan sebagai suatu hal yang kebetulan terjadi, alasannya adalah masih banyak orang yang berbuat kebaikan sampai sekarang pun masih belum mendapatkan balasan baik; namun ketika kemalangan menimpa, orang juga tidak menganggap bahwa hal tersebut adalah balasan dari perbuatan jahat mereka, malah menafsirkan kemalangan tersebut sebagai kejadian yang kebetulan, alasannya adalah didunia ini masih banyak orang jahat yang kejahatannya walau sudah bertumpuk-tumpuk namun masih juga tidak mendapatkan balasan atas kejahatannya.

Namun jikalau ditelaah dengan serius, akan memahami bahwa setiap hal yang terjadi didalam dunia manusia tidak ada satupun yang kebetulan. Orang-orang sering menyebut manifestasi dari sebuah materi yang sering dijumpai ataupun yang tidak pernah dijumpai sebagai sebuah "kebetulan", banyak kebetulan bukanlah kebetulan melainkan adalah sebuah kepastian. Maka dari itu jika melakukan analisa terhadap manifestasi sebuah materi yang muncul dengan kebetulan, akan mendapatkan bahwa kebetulan hanyalah tampak luarnya, kepastian adalah hakikinya.

Misalkan ketika seseorang sedang sakit atau mengalami kecelakaan lalu lintas, kebanyakan orang bilang bahwa hal ini adalah suatu kebetulan, akan tetapi didalam kehidupan seseorang, munculnya proses lahir, tua, sakit, mati adalah suatu kepastian. Hanya saja manusia tidak bisa meramalkan kapan terjadi; ketika seseorang sangat beruntung didalam suatu undian/lotre, telah mendapatkan hadiah besar, semua orang akan bilang itu adalah sebuah kebetulan.

Akan tetapi didalam undian/lotre pasti akan ada orang yang mendapatkan hadiah, hanya manusia tidak bisa meramalkan siapa yang bakal mendapatkan hadiah. Ketika seseorang keluar rumah, diluar dugaan berjumpa dengan temannya atau kenalannya, orang-orang juga bisa berkata bahwa hal itu adalah kebetulan, akan tetapi jika seseorang keluar rumah untuk menuruti kemauannya bertemu dengan orang lain adalah sebuah kepastian. Hanya saja dia tidak bisa meramalkan bakal siapa yang akan dijumpai....

Ini menunjukkan bahwa kebetulan adalah tampak luar dari suatu kejadian, dia berbentuk. Kepastian adalah hakiki dari suatu  kejadian, dia tidak berbentuk. Tampak luar yang berbentuk mendapatkan penentuan dan bergantung pada hakiki yang tak berbentuk. Maka dari itu proses meneliti perkembangan dari suatu kejadian hendaknya menembus gejala luar dengan melihat hakikinya.

Di dunia ini banyak orang yang tidak ingin mengakui keberadaan balasan dari sebab dan akibat, oleh karena dia telah berbuat kejahatan, juga ada sebagian orang yang telah  berbuat kebaikan tapi tidak segera mendapatkan balasan kebaikan lalu dia tidak mengakui keberadaan balasan dari SEBAB AKIBAT/KARMA ( HUKUM ALAM ), maka dari itu mereka mengatakan orang baik yang mendapatkan balasan baik sebagai suatu kebetulan, begitu juga kepada orang jahat yang mendapatkan balasan kejahatan disebutnya sebagai suatu kebetulan. Kenyataannya jika seseorang banyak melakukan kejahatan pasti akan mendapatkan balasan kejahatan, hanya mereka tidak bisa meramal kapan dia akan menerima balas-annya.

Balasan dari kebaikan dan kejahatan juga siklus dari SEBAB AKIBAT/KARMA ( HUKUM ALAM ) dan akibat bagaikan sebuah jala yang tak kelihatan, jaring langit bermata besar, tapi tidak ada suatu apapun yang bisa lolos, dengan ADIL mengikat seluruh kehidupan yang ada didunia ini. Jika manusia tidak mempercayai lagi akan keberadaannya yang dikarenakan kasat mata, hal itu bagaikan mencuri lonceng dengan menutup telinga.

Kebetulan dan kepastian meskipun hanya terpaut dengan pikiran sekilas, namun bisa merefleksikan taraf pemikiran dari seseorang. Di dunia ini orang yang benar-benar pintar juga seorang kultivator, mereka tahu bahwa KEBETULAN ITU TIDAK EKSIS, semua peristiwa yang terjadi didunia ini memiliki KEPASTIAN.

Semoga Bermanfaat
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 09:48:57 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 09:44:20 AM
Quote from: hatRed on 16 October 2009, 09:37:47 AM
kalo yg pada diri sendiri itu, dibuktikan atau disadari ?
Dengan menyadari dan mengetahuinya, otomatis dia telah membuktikannya.


kalau melihat contoh "diluar" apakah bisa dianggap "membuktikan" ?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 16 October 2009, 09:49:37 AM
Quote from: johan3000 on 16 October 2009, 09:43:25 AM
Karma memang sangat komplex sekali deh...
sebagian bisa dimegerti, sebagian belum
banyak melatih diri jadi gak bisa mengerti....

contoh :
1. dikeplak balik, 2. diludain, 3. dipelototin, 4. dibilang 'loe gila yak?!'

secara umum memang tindakan yg diatas akan menyebabkan orang marah...

Tetapi itu menjadi lain, kalau ada pertandingan LUDAH meludahin,
begitu juga kalau di PLOTOIN sama cewek manis.... kita tambah senang....

Dan bagi pembunuh,... paling senang dia dibilang gila, dan dianalisa termasuk
orang gila,... jadi bebas dari hukuman (org normal)...

Dan kalau sembarang posting, junk2, ditegor masih terus...
nah gw jamin akan kena karma

kena B A N  (kalau ini sangat pasti deh)



nah klo begitu diskusi (mencari pengetahuan) atau ego (mempertahankan ego/keakuan) sesungguhnya?
sikit-sikit ban...., gak cocok ban.., atau emosian...!
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Tekkss Katsuo on 16 October 2009, 09:52:22 AM
 _/\_

Hukum Kamma emank sulit bisa dibuktikan secara kompleks karena kita tdk memiliki kemampuan sampai kesana. Namun pembuktian hukum kamma secara umum saya rasa masing masing pribadi org pernah mengalaminya...

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 09:53:19 AM
 [at] om coe coe


   belajarlah melepas.

   btw, yg didiskusikan tulisannya, bukannya kondisi batin sang penulis yg masih "speculation" dari siapa?

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 09:53:57 AM
Quote from: hatRed on 16 October 2009, 09:48:57 AM
kalau melihat contoh "diluar" apakah bisa dianggap "membuktikan" ?

Bisa, JIKA DAN HANYA JIKA pembuktian itu tidak berhubungan dengan faktor "di dalam".
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 16 October 2009, 09:54:10 AM
Quote from: coecoe on 16 October 2009, 09:49:37 AM
Quote from: johan3000 on 16 October 2009, 09:43:25 AM
Karma memang sangat komplex sekali deh...
sebagian bisa dimegerti, sebagian belum
banyak melatih diri jadi gak bisa mengerti....

contoh :
1. dikeplak balik, 2. diludain, 3. dipelototin, 4. dibilang 'loe gila yak?!'

secara umum memang tindakan yg diatas akan menyebabkan orang marah...

Tetapi itu menjadi lain, kalau ada pertandingan LUDAH meludahin,
begitu juga kalau di PLOTOIN sama cewek manis.... kita tambah senang....

Dan bagi pembunuh,... paling senang dia dibilang gila, dan dianalisa termasuk
orang gila,... jadi bebas dari hukuman (org normal)...

Dan kalau sembarang posting, junk2, ditegor masih terus...
nah gw jamin akan kena karma

kena B A N  (kalau ini sangat pasti deh)



nah klo begitu diskusi (mencari pengetahuan) atau ego (mempertahankan ego/keakuan) sesungguhnya?
sikit-sikit ban...., gak cocok ban.., atau emosian...!
terus..., kenapa engkau marah, mengapa engkau dipenuhi kebencian dan lobha?
(gaya bahasa guru Buddha waktu menyatakan sutta mengapa engkau marah dstnya)

dimana terang itu? Dharma itu berlaku menyeluruh (absolut/mutlak),
Siapakah kuasa terang itu?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 09:55:33 AM
Quote from: wangsapala on 16 October 2009, 09:52:22 AM
_/\_

Hukum Kamma emank sulit bisa dibuktikan secara kompleks karena kita tdk memiliki kemampuan sampai kesana. Namun pembuktian hukum kamma secara umum saya rasa masing masing pribadi org pernah mengalaminya...

_/\_

Masing-masing "Buddhis" pernah mengalaminya, sama seperti umat lain juga mengalami "hukum Tuhan".
Menjadi beda halnya bila hukum kamma mau dibuktikan ke umat lain, dan juga hukum Tuhan mau diterapkan ke umat Buddha.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Hendra Susanto on 16 October 2009, 09:57:56 AM
 [at]  kain...

beda sariputta beda hendra dan kain :)

mekanismenya misalnya gw keplak pala orang maka akibat yang gw terima secara langsung adalah kemungkinan dari 4 tadi...
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 09:58:00 AM
Quote from: CHANGE on 16 October 2009, 09:47:10 AM
KEBETULAN ITU TIDAK EKSIS, semua peristiwa yang terjadi didunia ini memiliki KEPASTIAN.

Semoga Bermanfaat


trims, om chang e

sekarang aye mengerti saat dulu om opasaka bilang "gak ada yg kebetulan" ;D

tapi kok masih ada yg keterangannya "kebetulan jadi" yah :whistle:
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 16 October 2009, 09:59:38 AM
 [at]  change
saya mo coba memberi perbandingan.
anda menilai saya dari apa yang anda tidak tahu.
klo saya menulis dari apa yang saya baca/lihat atas tulisan anda.
ada bedanya gak?
siapa yang disebut fanatik?
apa akibatnya klo sudah terikat fanatisme, siapa yang tidak mau belajar, melihat atau membuka (konsep-konsep pengetahuan) diri?
seperti yang aku sudah tulis tentang arti spekulasi. apa bedanya pengetahuan Buddha atau mereka yang tercerahkan  dengan awam? dalam proses pembelajaran dalam kehidupan kita apakah kita harus tetap fanatik, memegang teguh, mempercayai sepenuhnya tehadap pengetahuan diri dan menutup diri terhadap pendapat yang lain?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Tekkss Katsuo on 16 October 2009, 10:00:26 AM
 _/\_

Itulah perbedaannya, semua kembali ke pribadi masing masing, mao menganggap itu hukum kamma atau hukum tuhan sekalipun.. namun dia harus kembali berpikir, dia telah melakukan suatu perbuatan yg tdk baik misalnya berbohong, karena ketahuan maka dia tdk dipercaya org lagi (ini jelas jelas merupakan hukum kamma menurut saya pribadi) namun umat diluar Buddhism mungkin menganggap ini adalah cobaan tuhan tanpa dia melihat kembali perbuatan apa yg menghasilkan demikian

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 10:01:30 AM
hukum kamma dan hukum tuhan, constraintnya bukannya beda ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Tekkss Katsuo on 16 October 2009, 10:04:11 AM
 _/\_

wew haha mao disebut constraint atao beda itu diserahkan org yang hendak memakai kata tersebut kalo mau jjg boleh dibuat kata yg baru. . wkwkwkwkw  :)) :)) :))

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 16 October 2009, 10:08:28 AM
coba saya tes ego kita masing-masing, apa penjelasan pendapat teman-teman dari tulisan saya reply #31 diatas, berguna atau tidak?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: inJulia on 16 October 2009, 10:08:54 AM
Thanks dan Anumodana to All atas responnya.

=Makan berakibat kenyang
=Pegang api berakibat melepuh
Itu lebih tepat ke hukum sebab akibat tentang biologi, fisika, kimia. Bukan Hk Karma. ;-)

Hukum Karma adalah Hukum sebab akibat yang berkaitan dengan PERBUATAN. Niat, cetana, ego.

Quote from: hatRed on 16 October 2009, 08:34:29 AM
kalo Hukum itu pasti, pdahal anda sendiri menolak kepastian itu (bukan berarti tidak pasti, hanya saja anda masih dangkal untuk mencari variable lain yg menyebabkan sesuatu itu terjadi)
Saya Buddhis, so saya MEYAKINI Hk. Karma. Jadi bukan menolak atau tidak percaya pada Hk Karma.  Kita mengimani Hk. Karma. ;-)

Quote from: HatRed
kembali lagi dengan pengertian hukum bagi anda, anda menggangap hukum itu pasti, jadi kalo A pasti B.

sekarang saya tanya, apakah dalam dunia anda ada hukum yg mengikat seperti KUHP dan lain lain ?

apakah dalam hukum tersebut terdapat jelas pasal2 yg menjabarkan sebab akibat, lalu apakah anda yakin benar, pencuri itu pasti dipenjara?

nah kalo gak ketangkep polisi dan diadili bagaimana? apakah hukum KUHP itu pasti? kalau menurut anda tidak, kenapa ahli bahasa, menyertakan kata Hukum di KUHukumP ?

mngkin anda belajar dulu di Abhidhamma, disitu yg mengatur segala sesuatu tidak hanya Hukum Kamma.
Jangan dicampur aduk antara Hukum buatan manusia dengan Hukum Alam, Semesta yang "maha kuasa", "sempurna", Bro HatRed. ;-)


Quote from: HatRed
ini adalah sebuah generalisir...

bagaimana suatu makhluk dapat mengalami apa yg akan dialaminya, itu adalah sangat beragam variablenya dan sangat dinamis dan bervariasi

tidak selau sama dengan lainnya.

harap baca baca dulu dengan keyword "Citta Utu Kamma Ahara"

saya beri contoh :

Bila saya taruh tangan saya diatas bara api, pasti saya akan kepanasan

nah dapat anda teliti disitu ada sebab dan akibat. saya anggap itu hukum kamma juga loh..

baik saya tanya kepada anda apakah hal tersebut adalah hal yg pasti?

kalau anda jawab ya, bisa saja saya jawab tidak. karena anda belum memikirkan variable2 lainnya.

misal, kalau saya memakai pelindung ditangan saya yg tahan panas, dan hanya menaruh diatas api sebentar saja. saya gak kepanasan tuh...

semoga mengejutkan   
Nah, karena banyak variable itulah, plus karma tidak matang seketika, kita-kita MUSTAHIL menelusuri mana penyebab/karma untuk satu vipaka, buah. jalinannya terlalu ruwet bukan akal sehat kita-kita.

Thanks
_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: inJulia on 16 October 2009, 10:11:23 AM
Quote from: g.citra on 16 October 2009, 08:08:30 AM
Kalo mau ngeliat yg gampang mah, gini aja Jul ...

Kamu kan dah buka thread, trus saya nulis koment ... itu dah sebab akibat ... sebabnya kamu buka thread, terus ada akibat yg kamu terima ...
Itu aja cukup! Kalo mau di korek lagi kenapa kamu buka thread, atau kenapa thread dipisahkan dsb, sama aja ujung-ujungnya kamu ngorek-ngorek asal mula alam semesta (sebab awal) ...  sama kayak orang ngilik kuping ... makin dikilik, makin asik ... jadi lupa waktu ...
-------------
Ambil makna dari tulisan itu! jangan di telan mentah-mentah ...
Bicara mengenai penelusuran jalinan (rangkaian) kamma, akhir pencariannya dah saya tulis tuh diatas ...

Coba kalo dah gitu, muter-muter dan gak abis-abis kan ?  
Masa sih bisa ke awal mula penciptaan? Rasanya ngga ke sana arahnya.

Tapi Anda sudah paham,
saya justru mengajak agar kita ngga usah MEMASTIKAN mana karma/perbuatan yang berbuah, berakibat ini atau itu.

Yang bisa kita lakukan hanya:MUNGKIN, DUGAAN, HIPOTESA belaka.

_/\_

(edit, salah quote)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 10:11:29 AM
^
 hanya analogi saja kok :)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: inJulia on 16 October 2009, 10:12:17 AM
Quote from: xuvie on 16 October 2009, 08:15:09 AM
Maap orang lewat numpang nyela...

Kata Sang Buddha yg tidak terpikirkan adalah "kamma-vipaka", akibat dari perbuatan yg susun menyusun demikian kompleksnya dlm mengondisikan terjadinya satu hal. Bukannya kebenaran ttg adanya Hukum Kamma. Selain itu, maksud Sang Buddha adalah hal ini tidak dapat ditembusi oleh pemikiran intelek seorang 'putthujjana' belaka.
Karma Vipaka kan bagian dari Hukum Karma. Kalao Karma Vipaka nya saja ngga bisa ditelusuri, sudah pasti Hk Karma itu sendiri makin sulit ditelusuri. Bisa gila. :-)  ;D
_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 16 October 2009, 10:13:59 AM
Quote from: wangsapala on 16 October 2009, 10:00:26 AM
_/\_

Itulah perbedaannya, semua kembali ke pribadi masing masing, mao menganggap itu hukum kamma atau hukum tuhan sekalipun.. namun dia harus kembali berpikir, dia telah melakukan suatu perbuatan yg tdk baik misalnya berbohong, karena ketahuan maka dia tdk dipercaya org lagi (ini jelas jelas merupakan hukum kamma menurut saya pribadi) namun umat diluar Buddhism mungkin menganggap ini adalah cobaan tuhan tanpa dia melihat kembali perbuatan apa yg menghasilkan demikian

_/\_

yah.. untung ada kata mungkin....,
coba anda bayangkan klo anda kuliah sambil bekerja, ada beberapa kemungkinan, bukan hanya 1, dalam pembelajaran dan kenyataan kehidupan yang berjalan.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Tekkss Katsuo on 16 October 2009, 10:18:10 AM
 _/\_

Demikianlah Bro Coe Coe, semuanya memiliki kemungkinan. haha  :))

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: inJulia on 16 October 2009, 10:19:52 AM
Quote from: Hendra Susanto on 16 October 2009, 09:31:30 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 09:28:58 AM
Saya setuju dengan inJulia bahwa keseluruhan hukum kamma tidak bisa dibuktikan. Sebagian kecil yang bisa kita buktikan adalah yang nyata seperti jika kita berpikir buruk (benci, iri hati) PASTI mengakibatkan penderitaan (pikiran tidak tenang). Itu pun hanya terbatas pada pembuktian kepada diri sendiri, karena hanya diri sendiri yang bisa menyadari dan mengetahui akibatnya tersebut. Kalau ada seorang munafik berpikiran jahat dan kita tanya "tenang atau tidak?", bisa saja dia jawab "tenang" dan apalah yang bisa dibuktikan?






kain coba keplak pala orang dijalan liat apa yang terjadi pada anda...

1. dikeplak balik
2. diludain
3. dipelototin
4. dibilang 'loe gila yak?!'

Keplak anak kecil, yang lagi jalan sendirian , di tempat sepi coba. he he he
apa akibatnya?
Ada yang merasa puas dan bahagia bisa menggepuk orang lain. he he he
Apa ini membuktikan bahwa Hk Karma: menggepuk orang berakibat bahagia dan puas?



Maaf, offline dulu, nyari sesuap nasi segengam berlian. :-)
maaf, to All
_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Nevada on 16 October 2009, 10:20:26 AM
Kalau ingin mengetahui apakah Hukum Kamma bisa dibuktikan, maka kita harus menguji keberadaan sebab-akibatnya. Salah satu yang bisa menjadi dasar peninjauan adalah Hukum Kamma berdasarkan waktu berbuahnya.

Berdasarkan waktu berbuahnya, kamma terbagi menjadi empat jenis, yaitu:
1) Kamma yang akan berbuah pada kehidupan saat ini
2) Kamma yang akan berbuah pada kehidupan yang akan datang
3) Kamma yang akan berbuah pada kehidupan-kehidupan yang akan datang
4) Kamma yang tidak berbuah; karena tertimbun oleh kamma yang lain

Pada jenis kamma pertama, kita bisa membuktikannya dari hal-hal simpel. Misalnya menolong orang lain akan mendapatkan penghargaan, apresiasi, hidup dengan damai, dsb. Tapi tidak semua dapat dijangkau oleh intelektualitas. Misalnya bila seseorang menjadi korban perampokan, kita tidak bisa memastikan bahwa itu adalah akibat dari perbuatan buruknya kemarin. Namun yang jelas, jenis kamma pertama ini paling mudah dilihat keberadaannya. Semua tumpukan perbuatan kita akan mengondisikan berbuahnya akibat. Karena seseorang lengah, karena seseorang berperilaku tidak baik; maka hal ini mengondisikan hidupnya sehingga riskan untuk dirampok. Itu contoh sederhananya.

Jenis kamma kedua dan ketiga bisa dianalisa lewat meditasi ataupun regresi kehidupan lampau. Banyak watak dan kejadian yang menimpa di hidup kita yang sebenarnya merupakan akumulasi dari perbuatan lampau. Misalnya pada kasus teman saya yang ternyata pada kehidupan lampau adalah seseorang yang terobsesi mengoleksi kaset video dan piringan hitam yang berisi film-film horor. Pada kehidupan ini, dia masih tertarik untuk menonton film bernuansa horor. Tapi kecenderungan ini terkadang membuatnya ketakutan; dan merasa dihantui oleh bayang-bayang kematian. Karena akumulasi tren batin ini, perilakunya di kehidupan sekarang penuh kecurigaan dan rasa cemas yang berlebihan pada peristiwa tertentu.

Beberapa akibat dari perbuatan lampau ini terlalu halus untuk dapat dijangkau lewat intelektual. Para ahli hipnoterapi dan psikolog bisa membawa seseorang untuk kembali melihat masa lalunya, bahkan termasuk kehidupan lalunya; untuk dapat mencari tahu penyebab dari kecenderungan masalah yang terjadi pada saat kini. Anak-anak indigo juga bisa melihat bukti nyata dari jenis kamma kedua dan ketiga ini. Selebihnya, bila benar-benar ingin mengetahui jalannya sistematis hukum kamma, Anda harus menjadi Sammasambuddha, atau minimal seorang Arahanta dengan kemampuan batin yang tinggi.

Jenis kamma keempat adalah kamma yang pada beberapa kasus sederhana bisa dilihat keberadaannya. Misalnya seseorang yang telah berbuat baik, maka ia mendapatkan calon pasangan hidup yang baik. Namun sayang dunia kiamat, sehingga ia dan calon pasangan hidupnya pun meninggal. Akibatnya ia tidak bisa menikah dengan calon pasangan hidupnya. Sehingga perbuatan baiknya tidak berbuah karena tertimbun oleh kamma-kamma lain yang lebih kuat.


Ingin membuktikan hukum kamma berarti ingin membuktikan cara kerja dunia dalam penghidupan. Jika ingin membuktikan cara kerja dunia dalam penghidupan, kita harus mengenali pikiran kita sendiri. Dari kemampuan menganlisa pikiran sendiri, kita akan melihat bahwa hukum kamma itu hanya sebatas akumulasi pikiran yang terkontaminasi kotoran batin. Ketika pikiran tidak terkontaminasi oleh kemelekatan dan hasrat-keinginan, maka kita tidak mengambil peran dalam hukum kamma. Kita tidak membuat kamma, dan kita tidak memiliki syarat untuk tetap berada di samsara ini.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 10:20:32 AM
 [at] InJulia

maksudnya yg dipermasalahkan disini kek bertanya "Siapa yg sudah arahat" gitu yah ;D

atau "siapa yg sudah dapat memikirkan sesuatu yg tak terpikirkan seorang putujana" :D

yah kalo gitu sih, buat dijadikan standar iman kagak bisa lah..  karena manusia sebenarnya mengimani dengan sesuai "Kalama sutta" <--cmiiw ;D

seperti tulisan aye dulu "Keyakinan anda diragukan" disitu memang kita belum melihat seluruhnya, namun kita juga tidak berarti tidak membuktikan sama sekali, ada beberapa hal yg kita buktikan seperti bro wansapala katakan.

tetapi imo yg menjadi masalah bukan itu, karena bagi seorang yg mempelajari Buddhisme, maka hidupnya adalah suatu pembelajaran juga.

cita cita belum tercapai, bukan berarti kita tidak punya minat terhadap cita cita tersebut _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: wen78 on 16 October 2009, 10:24:58 AM
karma bukan untuk di buktikan.
karma adalah hasil dari tindakan kita.
karma masa lalu adalah masa lalu.
karma masa depan adalah karma masa depan.
biarlah tindakan kita adalah "murni", bukan karena pengharapan akan karma baik atau penghindaran akan karma buruk ;)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Hendra Susanto on 16 October 2009, 10:28:42 AM
Quote from: inJulia on 16 October 2009, 10:19:52 AM
Quote from: Hendra Susanto on 16 October 2009, 09:31:30 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 09:28:58 AM
Saya setuju dengan inJulia bahwa keseluruhan hukum kamma tidak bisa dibuktikan. Sebagian kecil yang bisa kita buktikan adalah yang nyata seperti jika kita berpikir buruk (benci, iri hati) PASTI mengakibatkan penderitaan (pikiran tidak tenang). Itu pun hanya terbatas pada pembuktian kepada diri sendiri, karena hanya diri sendiri yang bisa menyadari dan mengetahui akibatnya tersebut. Kalau ada seorang munafik berpikiran jahat dan kita tanya "tenang atau tidak?", bisa saja dia jawab "tenang" dan apalah yang bisa dibuktikan?






kain coba keplak pala orang dijalan liat apa yang terjadi pada anda...

1. dikeplak balik
2. diludain
3. dipelototin
4. dibilang 'loe gila yak?!'

Keplak anak kecil, yang lagi jalan sendirian , di tempat sepi coba. he he he
apa akibatnya?
Ada yang merasa puas dan bahagia bisa menggepuk orang lain. he he he
Apa ini membuktikan bahwa Hk Karma: menggepuk orang berakibat bahagia dan puas?



Maaf, offline dulu, nyari sesuap nasi segengam berlian. :-)
maaf, to All
_/\_

wahai injulia... object nya orang dewasa...

baiklah klo objectnya anak kecil ditempat sepi, anak itu nangis lalu mengata2i anda atau ia berlari kemudian lapor ke ortunya... apa ini sudah cukup membuktikan skala kecil hukum kamma?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: purnama on 16 October 2009, 10:32:36 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 09:43:22 AM
Quote from: Hendra Susanto on 16 October 2009, 09:30:03 AM
apakah sang kuda mencoba untuk menyesatkan??? klo iya maka perlu ditindaklanjuti...
Selama tidak "berkhotbah" di board yang berhubungan langsung dengan Buddhisme tradisi tertentu, dibiarkan saja dia berlakon sebagai Samma Sambuddha.



Quote from: Hendra Susanto on 16 October 2009, 09:31:30 AM
kain coba keplak pala orang dijalan liat apa yang terjadi pada anda...

1. dikeplak balik
2. diludain
3. dipelototin
4. dibilang 'loe gila yak?!'

Jadi bagaimana mekanismenya? Waktu seorang Brahmana ingin menguji Sariputta, dia memukul Sariputta dari belakang sampai jatuh. Sariputta bangun, melanjutkan berjalan bahkan tanpa menoleh sedikit pun. Jadi, bagaimana pembuktian hukum kamma? Perbuatan apa menyebabkan apa yang bisa dibuktikan secara langsung?

Pembuktian makan menjadi kenyang, main api menjadi terbakar, itu adalah utu & bija niyama, bukan kamma niyama.
Saya pribadi melihat semakin umat Buddha ingin membuktikan hukum kamma pada orang lain, semakin mirip umat yang ingin membuktikan keberadaan Tuhan. Oleh karena itu, tidak ada manfaatnya.


G setuju sama hendra, beda pak.
Kasus yang seperti sariputta itu karena dia sudah terlepas dari LDM, orang yang sudah mencapai penerangan sempurna, sudah dilindungi, orang mau mencelakai dia, juga tak akan bisa, kecuali dia masih ada LDMnya dia masih ada hukum karma.

Hukum karma tuh ada. Siapa bilang ngak ada, Coba aja anda mencuri, pasti ditangkap polisi, itu dah hukum sebab dan akibat, tuh teori pemberanan fakta, beda dengan Dosa / lobha  ala agama tetangga. Dosa bisa minta ampun udah deh di hapus itu kata agama tentangga. Pernah diri kalian yang Nasrani berfikir jika kalau Yesus seorang Juru Selamat, Banyak sekali orang kr****n yang tiap minggu, sabtu ke gereja malemnya Dugem, minum obat, Sex bebas, dan sebagainya kok ngak bisa diselamatkan ?, apa karena kehendak Tuhannya kalian. Coba kalian berpikir kearah sana, Apa akibatnya kalo melakukan pengakuan dosa didepan gereja, depan umum, secara dosa diapus, tapi dimata orang orang gereja, anda adalah orang yang berbahaya, semua menjauhi anda, anda bilang Tuhan mendekati anda kalau mengaku akannya, tapi bisa ngak dia membantu anda untuk orang yang mendengar cerita anda mendekati anda, tidak akan mungkin, itu namanya Hukum karma, diakibatkan dari sebab dan akibat.

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: pannadevi on 16 October 2009, 10:33:40 AM
salam sejahtera selalu utk semua para glomod, mod, dan sahabat2 ku terkasih,
yang utama ajaran mulia sang Buddha sudah dirangkum oleh Beliau : "Tinggalkan Kejahatan, Tingkatkan Kebajikan dan Sucikan Hati dan Pikiran." (sabba papassa akaranam, kusalassa upasampada sacitta parriyodapanam, etam buddhanasasanam). Jika kita hanya berkutat dengan teori dan saling membantah teori lainnya, kita akan melupakan yang paling penting, yaitu PRAKTEK.

marilah berpraktek langsung, marilah MENINGGALKAN kejahatan (dengan mengembangkan metta), marilah MENINGKATKAN Kebajikan (menjaga Sila, Berdana (ada bnyk jenis dana bkn hny materi), Meditasi (melakukan meditasi mrpkn kebajikan yg tinggi pula), marilah MENSUCIKAN hati dan pikiran kita masing2.

saya tahu tidak mudah melakukan hal ini, paling tidak sedikitnya kita mencoba mulai saat ini, karena ajaran Guru Agung kita adalah : SAAT INI, saat ini kita hidup, saat ini kita hadapi, saat ini kita hadir, dalam meditasi yang ditekankan "Kita hadir saat ini" karena kalau pikiran kita teringat masa lalu berarti kita telah tidak hadir, kita pergi ke masa lalu, kita harus tarik lagi, pikiran kita harus kita buat hadir saat ini, menyadari saat ini, dan saya sudah membuktikan tidak mudah, saya yakin kalian semua juga sudah tahu sangat sulit menguasai pikiran kita yang sangat pandai mengelabui kita.

dari pada selalu berteori ttg kebenaran Kamma dan lain sebagainya bagi saya yang terpenting praktek kita, hentikan segala sesuatu yang buruk (pikiran, ucapan, perbuatan), pasti kalian akan mendapat hasilnya : yaitu kamma baik kalian akan matang.

may all beings be happy

mettacittena,
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: inJulia on 16 October 2009, 10:34:17 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 09:43:22 AM
Jadi bagaimana mekanismenya? Waktu seorang Brahmana ingin menguji Sariputta, dia memukul Sariputta dari belakang sampai jatuh. Sariputta bangun, melanjutkan berjalan bahkan tanpa menoleh sedikit pun. Jadi, bagaimana pembuktian hukum kamma? Perbuatan apa menyebabkan apa yang bisa dibuktikan secara langsung?

Pembuktian makan menjadi kenyang, main api menjadi terbakar, itu adalah utu & bija niyama, bukan kamma niyama.
Saya pribadi melihat semakin umat Buddha ingin membuktikan hukum kamma pada orang lain, semakin mirip umat yang ingin membuktikan keberadaan Tuhan. Oleh karena itu, tidak ada manfaatnya.

Thanks Bro Kainyn, itu point yang hendak saya sampaikan di sini.
Membuktikan kebenaran Hk karma, hanya membuat kita terperosok sendiri. Memaksakan diri.
_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 10:38:47 AM
Quote from: inJulia on 16 October 2009, 10:34:17 AM
Membuktikan kebenaran Hk karma, hanya membuat kita terperosok sendiri. Memaksakan diri.
_/\_

maaf bro, bisa dijelaskan dari pemahaman anda, bagaimana bisa menyadari bahwa dengan membuktikan kebenaran hk kamma, dapat membuat terperosok sendiri ? apakah ada batasan2nya? atau semua bentuk membuktikan hukum karma itu malah membuat kita terperosok sendiri?

sebelumnya apa makna dari "terperosok sendiri" ?

Terima kasih  _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: inJulia on 16 October 2009, 10:39:06 AM
Quote from: Hendra Susanto on 16 October 2009, 10:28:42 AM
wahai injulia... object nya orang dewasa...

baiklah klo objectnya anak kecil ditempat sepi, anak itu nangis lalu mengata2i anda atau ia berlari kemudian lapor ke ortunya... apa ini sudah cukup membuktikan skala kecil hukum kamma?
Hai Bro Hendra,

HUKUM, yang sempurna, BERLAKU DIMANAPUN, KEPADA SIAPAPUN, KAPANPUN. Tidak butuh, syarat ini atau itu.
8)

Keplak anak kecil, yang lagi jalan sendirian , di tempat sepi coba. he he he
apa akibatnya?
Ada yang merasa puas dan bahagia bisa menggepuk orang lain. he he he
Apa ini membuktikan bahwa Hk Karma: menggepuk orang berakibat bahagia dan puas? Apa mau kita setujui? Tentu, tidak.

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: CHANGE on 16 October 2009, 10:39:15 AM
Quote from: coecoe on 16 October 2009, 09:59:38 AM
[at]  change
saya mo coba memberi perbandingan.
anda menilai saya dari apa yang anda tidak tahu.
klo saya menulis dari apa yang saya baca/lihat atas tulisan anda.
ada bedanya gak?
siapa yang disebut fanatik?
apa akibatnya klo sudah terikat fanatisme, siapa yang tidak mau belajar, melihat atau membuka (konsep-konsep pengetahuan) diri?
seperti yang aku sudah tulis tentang arti spekulasi. apa bedanya pengetahuan Buddha atau mereka yang tercerahkan  dengan awam? dalam proses pembelajaran dalam kehidupan kita apakah kita harus tetap fanatik, memegang teguh, mempercayai sepenuhnya tehadap pengetahuan diri dan menutup diri terhadap pendapat yang lain?

Semuanya kembali kepada penilaian masing-masing. Karena memang ada perbedaan latar belakang. Saya tidak menilai siapapun dalam forum ini. Karena saya disini juga untuk BELAJAR

Contohnya :
Jika seorang berprofesi sebagai maling ( pikiran, ucapan dan perbuatan telah terkonsep lama), maka semua orang akan dinilai berdasarkan sudut pandang profesi maling ( yang tidak pernah disadari dan disadari ), sehingga rasa curiga,ketakutan dan waswas biasanya berlebihan terhadap orang oranglain. Seperti cerita dibawah ini

HATI SEEKOR TIKUS

Alkisah ada seekor tikus yang mengadu kepada Tuhan. "ya Tuhan mengapa engkau jadikan aku tikus ? aku selalu dikejar-kejar kucing. Jadikanlah aku kucing yang paling kuat supaya aku tidak perlu takut lagi".

Tuhan mendengar doanya dan segera "blar" tikus itu menjadi kucing besar yang kuat.

Setelah menjadi kucing, tikus ini merasa bangga dan dia menjadi kucing jagoan. Sampai akhirnya ketemu dengan anjing galak yang ditakutinya.

Tikus ini menghadap lagi pada Tuhan : "oh Tuhan ternyata kucing itu lemah sekali ... coba jadikanlah aku anjing yang paling besar supaya aku bisa aman hidup di dunia ini". Dan Tuhan baik untuk menjadikannya anjing yang paling kuat (rottweiler kali ya ...)

Maka si tikus yang jadi anjing sekarang paling jagoan di kampung itu ..... tapi waktu dia jalan-jalan ke hutan, dijumpainya harimau besar yang sangat mengerikan .... dia lari pontang-panting.
Dalam doanya si tikus berkata "sekali lagi Tuhan ... tolong saya, jadikan aku sebagai raja hutan. jadikan aku harimau supaya aku bisa mengalahkan semua binatang lain".

Tuhan menjawab : "hai Tikus, selama hatimu tikus, sekalipun badan jasmani kamu, status kamu menjadi sebesar kucing, anjing, harimau atau apapun .... keberanianmu tetap tikus. Lebih baik kamu berdoa supaya sekalipun badanmu tikus, tetapi hatimu sekokoh harimau sehingga sekalipun badanmu tikus engkau tetap tidak akan ketakutan terhadap apapun".

Pesan Moral :
Jika anda berjiwa, berhati dan berpikiran tikus ( pecundang ), jangan berharap anda  menjadi PAHLAWAN ( pemberani ). Sikap dan sifat tikus akan terlihat dari setiap perkataan dan perbuatan anda baik disadari maupun tidak di sadari.


Semoga Bermanfaat




Saya tidak pernah menilai anda, karena saya tidak mengenal anda. Dan saya tidak kompeten menilai anda. Maka saya mengajak anda berdua untuk berdiskusi dengan baik. Karena tulisan yang tidak bermanfaat dan membingungkan tidak ada gunanya dilanjutkan. Tentu anda mengerti teori sederhana ini. Jika anda tidak mengerti, saya tidak ada kalimat lain untuk mewakili lagi ungkapan ini.

Karena saya pernah mengalami sendiri ( melihat seseorang diteriaki TOLOL oleh lawan diskusi ) karena cara dia bersilat kata, muter-muter, plin-plan dalam waktu yang lama. Seperti cerita dibawah ini, yang mengambarkan jati diri sebenarnya :

Keledai Yang Memakai Kulit Singa

Seekor keledai menemukan sebuah kulit singa yang telah ditinggalkan oleh sang pemburu di dalam hutan. Dia kemudian memakai kulit singa itu dan menghibur dirinya dengan cara bersembuyi di semak-semak dan tiba-tiba meloncat keluar untuk menakut-nakuti binatang yang lewat di tempat itu. Semua binatang yang kebetulan lewat, menjadi takut dan lari dari tempat itu ketika melihat keledai yang mereka kira singa.

Keledai tersebut begitu senang melihat semua binatang lari menjauh darinya, seolah-olah dirinya adalah raja hutan, sehingga karena terlalu bangga dan senangnya, dia mulai mengaum dengan keras, tetapi bukanlah auman singa yang keluar dari mulutnya, melainkan cuma ringkikan keledai yang parau. Seekor rubah yang tadinya ikut lari bersama dengan binatang lainnya, menjadi terhenti ketika mendengar suara itu. Perlahan-lahan dia mendekati keledai itu dan menyadari bahwa yang menakut-nakuti seluruh binatang yang lewat di tempat itu hanyalah seekor keledai yang memakai kulit singa. Rubah itu kemudian berkata sambil tertawa:

"Jika kamu menutup mulutmu, mungkin saya akan berlari ketakutan juga. Tetapi kamu kamu malah mengaum dan mengeluarkan suara ringkikanmu yang parau."

Orang bodoh mungkin bisa menipu dengan pakaian dan penampilannya, tetapi dari perkataanya, orang lain akan segera tahu siapa dirinya sebenarnya.

Semoga Bermanfaat.

SEKALI LAGI, saya hanya mengajak anda berdua BERDISKUSI DENGAN BAIK dalam FORUM ini, karena ini adalah menunjukkan kebenaran SIAPA ANDA SEBENARNYA. APAKAH ANDA SETUJU ?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 10:40:14 AM
Quote from: pannadevi on 16 October 2009, 10:33:40 AM
salam sejahtera selalu utk semua para glomod, mod, dan sahabat2 ku terkasih,
yang utama ajaran mulia sang Buddha sudah dirangkum oleh Beliau : "Tinggalkan Kejahatan, Tingkatkan Kebajikan dan Sucikan Hati dan Pikiran." (sabba papassa akaranam, kusalassa upasampada sacitta parriyodapanam, etam buddhanasasanam). Jika kita hanya berkutat dengan teori dan saling membantah teori lainnya, kita akan melupakan yang paling penting, yaitu PRAKTEK.

marilah berpraktek langsung, marilah MENINGGALKAN kejahatan (dengan mengembangkan metta), marilah MENINGKATKAN Kebajikan (menjaga Sila, Berdana (ada bnyk jenis dana bkn hny materi), Meditasi (melakukan meditasi mrpkn kebajikan yg tinggi pula), marilah MENSUCIKAN hati dan pikiran kita masing2.

saya tahu tidak mudah melakukan hal ini, paling tidak sedikitnya kita mencoba mulai saat ini, karena ajaran Guru Agung kita adalah : SAAT INI, saat ini kita hidup, saat ini kita hadapi, saat ini kita hadir, dalam meditasi yang ditekankan "Kita hadir saat ini" karena kalau pikiran kita teringat masa lalu berarti kita telah tidak hadir, kita pergi ke masa lalu, kita harus tarik lagi, pikiran kita harus kita buat hadir saat ini, menyadari saat ini, dan saya sudah membuktikan tidak mudah, saya yakin kalian semua juga sudah tahu sangat sulit menguasai pikiran kita yang sangat pandai mengelabui kita.

dari pada selalu berteori ttg kebenaran Kamma dan lain sebagainya bagi saya yang terpenting praktek kita, hentikan segala sesuatu yang buruk (pikiran, ucapan, perbuatan), pasti kalian akan mendapat hasilnya : yaitu kamma baik kalian akan matang.

may all beings be happy

mettacittena,

betul
dengan praktek pun bisa menimbulkan kesadaran

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: inJulia on 16 October 2009, 10:45:00 AM
Quote from: hatRed on 16 October 2009, 10:38:47 AM
Quote from: inJulia on 16 October 2009, 10:34:17 AM
Membuktikan kebenaran Hk karma, hanya membuat kita terperosok sendiri. Memaksakan diri.
_/\_

maaf bro, bisa dijelaskan dari pemahaman anda, bagaimana bisa menyadari bahwa dengan membuktikan kebenaran hk kamma, dapat membuat terperosok sendiri ? apakah ada batasan2nya? atau semua bentuk membuktikan hukum karma itu malah membuat kita terperosok sendiri?

sebelumnya apa makna dari "terperosok sendiri" ?

Terima kasih  _/\_
Memikirkan aja ACINTEYA, dipikirkan bisa membuat kita gila, gimana mau membuktikan? Arahat yang bukan Samma Sambuddhapun, ngga bisa menelusuri jalinan karma seseorang.
Ini buat kita-kita, ya. Puthujana.

Coba deh kita bandingkan dengan mereka yang hendak membuktikan Tuhan ada. Semakin dijelasin, semakin nampak mereka memaksakan diri.
:)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 10:46:52 AM
Quote from: inJulia on 16 October 2009, 10:39:06 AM
Quote from: Hendra Susanto on 16 October 2009, 10:28:42 AM
wahai injulia... object nya orang dewasa...

baiklah klo objectnya anak kecil ditempat sepi, anak itu nangis lalu mengata2i anda atau ia berlari kemudian lapor ke ortunya... apa ini sudah cukup membuktikan skala kecil hukum kamma?
Hai Bro Hendra,

HUKUM, yang sempurna, BERLAKU DIMANAPUN, KEPADA SIAPAPUN, KAPANPUN. Tidak butuh, syarat ini atau itu.
8)


bro InJulia,

Hukum itu dibuat dengan syarat ini itu, jadi tidak mungkin ada hukum yg isinya tanpa syarat ini itu.

contoh :
"Yang Mencuri, akan Dipenjara" <--- yg di bold adalah syarat ini itunya loh..

nah coba sekarang kalo disesuaikan dengan pengertian hukum bro InJulia

"Akan dipenjara" <----- maksudnya ???

lagipula, hukum tidaklah kaku seperti itu. misal
"Membunuh dengan terencana, dihukum mati"
"Membunuh, di penjara"

di dua kalimat tadi berbeda akibatnya, karen ada perbedaan syarat..

dan bukan hanya itu saja, terkadang diperlukan pengadilan.

Yah itu hukum dunia, Diatas cuma analogi saja bahwa hukum itu memuat syarat2 juga, itulah yg saya namakan variabel2 di reply2 sebelumnya ;D




_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 10:48:27 AM
Quote from: inJulia on 16 October 2009, 10:45:00 AM
Quote from: hatRed on 16 October 2009, 10:38:47 AM
Quote from: inJulia on 16 October 2009, 10:34:17 AM
Membuktikan kebenaran Hk karma, hanya membuat kita terperosok sendiri. Memaksakan diri.
_/\_

maaf bro, bisa dijelaskan dari pemahaman anda, bagaimana bisa menyadari bahwa dengan membuktikan kebenaran hk kamma, dapat membuat terperosok sendiri ? apakah ada batasan2nya? atau semua bentuk membuktikan hukum karma itu malah membuat kita terperosok sendiri?

sebelumnya apa makna dari "terperosok sendiri" ?

Terima kasih  _/\_
Memikirkan aja ACINTEYA, dipikirkan bisa membuat kita gila, gimana mau membuktikan? Arahat yang bukan Samma Sambuddhapun, ngga bisa menelusuri jalinan karma seseorang.
Ini buat kita-kita, ya. Puthujana.

Coba deh kita bandingkan dengan mereka yang hendak membuktikan Tuhan ada. Semakin dijelasin, semakin nampak mereka memaksakan diri.
:)

kalo gitu anda ada benarnya juga ;D

karena ternyata kita beda persepsi, tentang "Pembuktian" ini. dimana saya mengaanggap pembuktian itu sebagai suatu proses ;D

sedangkah hal yg saya baca dari kalimat anda, pembuktian itu hal konyol yg dilakukan oleh seorang puthujana.

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Hendra Susanto on 16 October 2009, 10:51:07 AM
QuoteHUKUM, yang sempurna, BERLAKU DIMANAPUN, KEPADA SIAPAPUN, KAPANPUN. Tidak butuh, syarat ini atau itu.

YTH Injulia... apabila begitu pemikiran anda, saya tidak dapat berkata2 lagi... mungkin anda lupa dengan sebab akibat yang saling bergantungan... ada ini maka timbul itu, tidak ada ini maka tidak timbul itu.

terima kasih atas perhatiannya.

semoga anda berbahagia

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 16 October 2009, 11:15:21 AM
Quote from: CHANGE on 16 October 2009, 10:39:15 AM
Quote from: coecoe on 16 October 2009, 09:59:38 AM
[at]  change
saya mo coba memberi perbandingan.
anda menilai saya dari apa yang anda tidak tahu.
klo saya menulis dari apa yang saya baca/lihat atas tulisan anda.
ada bedanya gak?
siapa yang disebut fanatik?
apa akibatnya klo sudah terikat fanatisme, siapa yang tidak mau belajar, melihat atau membuka (konsep-konsep pengetahuan) diri?
seperti yang aku sudah tulis tentang arti spekulasi. apa bedanya pengetahuan Buddha atau mereka yang tercerahkan  dengan awam? dalam proses pembelajaran dalam kehidupan kita apakah kita harus tetap fanatik, memegang teguh, mempercayai sepenuhnya tehadap pengetahuan diri dan menutup diri terhadap pendapat yang lain?


HATI SEEKOR TIKUS
Tuhan menjawab : "hai Tikus, selama hatimu tikus, sekalipun badan jasmani kamu, status kamu menjadi sebesar kucing, anjing, harimau atau apapun .... keberanianmu tetap tikus. Lebih baik kamu berdoa supaya sekalipun badanmu tikus, tetapi hatimu sekokoh harimau sehingga sekalipun badanmu tikus engkau tetap tidak akan ketakutan terhadap apapun".

Pesan Moral :
Jika anda berjiwa, berhati dan berpikiran tikus ( pecundang ), jangan berharap anda  menjadi PAHLAWAN ( pemberani ). Sikap dan sifat tikus akan terlihat dari setiap perkataan dan perbuatan anda baik disadari maupun tidak di sadari.

Semoga Bermanfaat


Saya tidak pernah menilai anda, karena saya tidak mengenal anda. Dan saya tidak kompeten menilai anda. Maka saya mengajak anda berdua untuk berdiskusi dengan baik. Karena tulisan yang tidak bermanfaat dan membingungkan tidak ada gunanya dilanjutkan. Tentu anda mengerti teori sederhana ini. Jika anda tidak mengerti, saya tidak ada kalimat lain untuk mewakili lagi ungkapan ini.

Karena saya pernah mengalami sendiri ( melihat seseorang diteriaki TOLOL oleh lawan diskusi ) karena cara dia bersilat kata, muter-muter, plin-plan dalam waktu yang lama. Seperti cerita dibawah ini, yang mengambarkan jati diri sebenarnya :

Keledai Yang Memakai Kulit Singa
"Jika kamu menutup mulutmu, mungkin saya akan berlari ketakutan juga. Tetapi kamu kamu malah mengaum dan mengeluarkan suara ringkikanmu yang parau."

Orang bodoh mungkin bisa menipu dengan pakaian dan penampilannya, tetapi dari perkataanya, orang lain akan segera tahu siapa dirinya sebenarnya.

Semoga Bermanfaat.

SEKALI LAGI, saya hanya mengajak anda berdua BERDISKUSI DENGAN BAIK dalam FORUM ini, karena ini adalah menunjukkan kebenaran SIAPA ANDA SEBENARNYA. APAKAH ANDA SETUJU ?


'Karena saya pernah mengalami sendiri ( melihat seseorang diteriaki TOLOL oleh lawan diskusi ) karena cara dia bersilat kata, muter-muter, plin-plan dalam waktu yang lama.'.

ada 2 kemungkinan bro change :
1. yang terlihat kebodohannya, si pendengar melihat kebodohannya, berarti pendengar memiliki kebijaksanaan/pintar.
2. tidak terselami kebenarannya, si pendengar berteriak  'TOLOL', berarti pendengar bertindak oleh karena EMOSI, karena kemelekatan keakuannya.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 16 October 2009, 11:19:14 AM
Quote from: coecoe on 16 October 2009, 11:15:21 AM
Quote from: CHANGE on 16 October 2009, 10:39:15 AM
Quote from: coecoe on 16 October 2009, 09:59:38 AM
[at]  change
saya mo coba memberi perbandingan.
anda menilai saya dari apa yang anda tidak tahu.
klo saya menulis dari apa yang saya baca/lihat atas tulisan anda.
ada bedanya gak?
siapa yang disebut fanatik?
apa akibatnya klo sudah terikat fanatisme, siapa yang tidak mau belajar, melihat atau membuka (konsep-konsep pengetahuan) diri?
seperti yang aku sudah tulis tentang arti spekulasi. apa bedanya pengetahuan Buddha atau mereka yang tercerahkan  dengan awam? dalam proses pembelajaran dalam kehidupan kita apakah kita harus tetap fanatik, memegang teguh, mempercayai sepenuhnya tehadap pengetahuan diri dan menutup diri terhadap pendapat yang lain?


HATI SEEKOR TIKUS
Tuhan menjawab : "hai Tikus, selama hatimu tikus, sekalipun badan jasmani kamu, status kamu menjadi sebesar kucing, anjing, harimau atau apapun .... keberanianmu tetap tikus. Lebih baik kamu berdoa supaya sekalipun badanmu tikus, tetapi hatimu sekokoh harimau sehingga sekalipun badanmu tikus engkau tetap tidak akan ketakutan terhadap apapun".

Pesan Moral :
Jika anda berjiwa, berhati dan berpikiran tikus ( pecundang ), jangan berharap anda  menjadi PAHLAWAN ( pemberani ). Sikap dan sifat tikus akan terlihat dari setiap perkataan dan perbuatan anda baik disadari maupun tidak di sadari.

Semoga Bermanfaat


Saya tidak pernah menilai anda, karena saya tidak mengenal anda. Dan saya tidak kompeten menilai anda. Maka saya mengajak anda berdua untuk berdiskusi dengan baik. Karena tulisan yang tidak bermanfaat dan membingungkan tidak ada gunanya dilanjutkan. Tentu anda mengerti teori sederhana ini. Jika anda tidak mengerti, saya tidak ada kalimat lain untuk mewakili lagi ungkapan ini.

Karena saya pernah mengalami sendiri ( melihat seseorang diteriaki TOLOL oleh lawan diskusi ) karena cara dia bersilat kata, muter-muter, plin-plan dalam waktu yang lama. Seperti cerita dibawah ini, yang mengambarkan jati diri sebenarnya :

Keledai Yang Memakai Kulit Singa
"Jika kamu menutup mulutmu, mungkin saya akan berlari ketakutan juga. Tetapi kamu kamu malah mengaum dan mengeluarkan suara ringkikanmu yang parau."

Orang bodoh mungkin bisa menipu dengan pakaian dan penampilannya, tetapi dari perkataanya, orang lain akan segera tahu siapa dirinya sebenarnya.

Semoga Bermanfaat.

SEKALI LAGI, saya hanya mengajak anda berdua BERDISKUSI DENGAN BAIK dalam FORUM ini, karena ini adalah menunjukkan kebenaran SIAPA ANDA SEBENARNYA. APAKAH ANDA SETUJU ?


'Karena saya pernah mengalami sendiri ( melihat seseorang diteriaki TOLOL oleh lawan diskusi ) karena cara dia bersilat kata, muter-muter, plin-plan dalam waktu yang lama.'.

ada 2 kemungkinan bro change :
1. yang terlihat kebodohannya, si pendengar melihat kebodohannya, berarti pendengar memiliki kebijaksanaan/pintar.
2. tidak terselami kebenarannya, si pendengar berteriak  'TOLOL', berarti pendengar bertindak oleh karena EMOSI, karena kemelekatan keakuannya.
1 Petrus 1:14 : Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 16 October 2009, 11:26:34 AM
^
^
benar bro ryu...
itu bisa masuk untuk kemungkinan no.2.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 16 October 2009, 11:30:01 AM
Quote from: coecoe on 16 October 2009, 11:26:34 AM
^
^
benar bro ryu...
itu bisa masuk untuk kemungkinan no.2.
Matius 15:14   Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang."

apakah anda telah tercerahkan? atau orang buta?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: inJulia on 16 October 2009, 11:40:10 AM
Quote from: hatRed on 16 October 2009, 10:46:52 AM
Quote from: inJulia on 16 October 2009, 10:39:06 AM
Quote from: Hendra Susanto on 16 October 2009, 10:28:42 AM
wahai injulia... object nya orang dewasa...

baiklah klo objectnya anak kecil ditempat sepi, anak itu nangis lalu mengata2i anda atau ia berlari kemudian lapor ke ortunya... apa ini sudah cukup membuktikan skala kecil hukum kamma?
Hai Bro Hendra,

HUKUM, yang sempurna, BERLAKU DIMANAPUN, KEPADA SIAPAPUN, KAPANPUN. Tidak butuh, syarat ini atau itu.
8)


bro InJulia,

Hukum itu dibuat dengan syarat ini itu, jadi tidak mungkin ada hukum yg isinya tanpa syarat ini itu.

contoh :
"Yang Mencuri, akan Dipenjara" <--- yg di bold adalah syarat ini itunya loh..

nah coba sekarang kalo disesuaikan dengan pengertian hukum bro InJulia

"Akan dipenjara" <----- maksudnya ???

lagipula, hukum tidaklah kaku seperti itu. misal
"Membunuh dengan terencana, dihukum mati"
"Membunuh, di penjara"

di dua kalimat tadi berbeda akibatnya, karen ada perbedaan syarat..

dan bukan hanya itu saja, terkadang diperlukan pengadilan.

Yah itu hukum dunia, Diatas cuma analogi saja bahwa hukum itu memuat syarat2 juga, itulah yg saya namakan variabel2 di reply2 sebelumnya ;D




_/\_

Konteksnya Bro Hendra meminta agar yg digepuk adalah orang dewasa. Di sini saya maju dg menyatakan, Hukum yg sempurna bukan hanya berlaku untuk korban dewasa (seperti yg disyaratkan Bro Hendra) tapi harus berlaku pada siapapun, kapanpun, dimanapun.

Contoh Anda:
"Yang Mencuri, akan Dipenjara"
= Mencuri = sebab
= Dipenjara = Akibat.

Nah, apakah sebab akibat itu harus mempunyai syarat:
= Yang mencuri harus orang dewasa.
= Yang mencuri harus siang hari. (Kalau malam, sebab akibat ini ngga jalan, misalnya.)

kalau "Yang mencuri" harus begini begitu, waktu begini begitu, maka di sinilah kesempurnaan, hukum itu diuji. Sempurna atau ngga sempurna. Demikian, Bro.


Pointnya,
Samawi: Saya mohon, berdoa pada Tuhan minta rejeki, eh sungguhan dapat rejeki. Inilah BUKTI adanya Tuhan.

Buddhist: Temam seimanmu minta selamat dari bencana, toh tidak dikabulkan. Itu BUKTI Tuhan mu ngga ada.

Samawi: O...., Soalnya imannya ngga bulet, sih. jadi ngga dikabulkan. (kilahan yang mustahil dibuktikan)
=================
Buddhist: Ketika seseorang mencuri kemudian tertangkap, itulah BUKTI Hk Karma.

Samawi: Si X mencuri toh belum tertangkap. Ini BUKTI Hk Karma tidak ada. Atau you mau bilang Hukum karma: sebab mencuri akibatnya  hidup foya2? Tuch Edy Tansil, buktinya.

Buddhist: O, itu karena karma baik sebelumnya lagi berbuah, nanti kalau karma mencurinya dah masak, ia akan menderita. (Sama ngga bisa dibuktikan)
***
Ini perdebatan yang debat kusir, memaksakan kebenarannya sendiri. Apa yang BUKAN BUKTI dianggap, dinilai sebagai BUKTI SECARA SEPIHAK. Kenapa masing-masing menilai itu bukti? yah di sini yang saya maksud MEMAKSAKAN DIRI SENDIRI.

Padahal yang di sebut HUKUM yang sempurna, harus berlaku DIMANAPUN, KAPANPUN, PADA SIAPAPUN.

nah, sekian dulu, ya Teman2, sampai ketemu besok.

Thanks Anumodana.

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: inJulia on 16 October 2009, 11:43:19 AM
Quote from: Hendra Susanto on 16 October 2009, 10:51:07 AM
QuoteHUKUM, yang sempurna, BERLAKU DIMANAPUN, KEPADA SIAPAPUN, KAPANPUN. Tidak butuh, syarat ini atau itu.

YTH Injulia... apabila begitu pemikiran anda, saya tidak dapat berkata2 lagi... mungkin anda lupa dengan sebab akibat yang saling bergantungan... ada ini maka timbul itu, tidak ada ini maka tidak timbul itu.

terima kasih atas perhatiannya.

semoga anda berbahagia

_/\_

Hai Bro Hendra,

Kita sekedar tukar pikiran.

Dari dului saya ngga mampu membuktikan kebenaran Hukum Karma.
kalau ada teman2 di sini yang mampu, saya sangat berterima kasih.

Thanks
_/\_

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 11:46:39 AM
bro, masih ingat tulisan saya tentang "variabel"?

yg mo dibuktikan karma siapa? orang lain atau diri sendiri?

makanya saya ada pernah bilang juga, kalo memang begitu. kita belum bisa membuktikan..

seperti yg saya katakan bahwa pembuktian itu bagi saya sebuah proses, makanya saya pakai kata belum.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 16 October 2009, 11:47:14 AM
Apakah bisa membuktikan hukum kamma?

Pembuktian hukum kamma dapat dibuktikan secara sederhana dan sampai yg paling rumit.

Hal yang sederhana adalah :

Anda mencuri lalu ditangkap polisi---hal yg sederhana. Lalu muncul argumen bagaimana kalau tidak tertangkap polisi,tetap saja suatu saat akhirnya tertangkap juga.

Bagaimana dengan koruptor-----Sama dengan si pencuri tadi.

Yang pasti seseorang yang melakukan karma buruk pada kelahiran ini juga seperti dua contoh diatas, batinnya tidak akan pernah tenang, damai melainkan batinnya selalu gundah. Walaupun secara kasat mata ia terlihat menikmati perbuatan buruknya sebenarnya ia merasa tersiksa jika tidak terpenuhi setiap hasratnya. Penderitaan batin inilah juga bentuk dan bukti adanya hukum kamma yg bekerja.


Bagaimana melihat hukum kamma yg begitu rumit?(kalau yg diatas adalah contoh yang sederhana)

Misal: tidak ada angin, tiba2 rumah kita menjadi sasaran rampok. Padahal semua pintu dan lain2 sudah sewaspada mungkin.

Nah untuk kerumitan ini hendaknya seseorang jangan cuma berargumen dengan mengatakan sulit membuktikan. Menjadi sulit karena hanya dipikir2 saja. Cobalah gunakan alat yg pas untuk melihat yg rumit tadi.

Metodenya/alatnya adalah dengan bervipasanna sampai melihat jelas paticasamupada maka akan terjawab semua kerumitan hukum kamma. Sama halnya menggali tanah seharusnya dengan cangkul, sekop atau sejenisnya bukan dengan sebatang sapu lidi.

Sesungguhnya jika kita mengatakan hukum kamma tidak bisa dibuktikan itu karena kebodohan batin(avijja) sendiri sehingga muncul kesimpulan demikian. Maka hendaknya kita menyadari mengapa kita tidak mampu untuk membuktikan? dan gunakan tool yg ada. Seberapa besar usaha yg diperlukan utk memakai tool itu harus kita jalankan jika tekad untuk mengetahui benar2 untuk melihat kebenaran. Jika kita beralasan tool/vipasana susah dan lain2, maka kita telah tertipu oleh si penipu kilesa. Dan artinya bukan benar2 membuktikan tapi cuma bermain-main sebatas intelektual saja. Kalau sudah begini dijamin 100% hukum kamma tidak akan terbukti NYATA.

Kalau saja hukum kamma yg sederhana dan nyata tidak bisa dipahami maka walahualam deh..mengapa demikian? seringkali manusia membuat hal yg sederhana menjadi rumit. Dan yang rumit dibuat menjadi keblinger...

Smoga bermanfaat _/\_

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 16 October 2009, 11:50:59 AM
^^^ paling gampang sih, itu ada dua jawaban, perbuatan tuhan atau hantu ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 11:55:14 AM
Begini saja. Yang mengatakan bisa membuktikan hukum kamma, boleh dijelaskan dan ditunjukkan kepada saya satu niat yang menghasilkan sesuatu. Jika ada variable-nya, juga disertakan, sehingga kita bisa mendapatkan bukti yang nyata.
Silahkan.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: wen78 on 16 October 2009, 12:03:25 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 11:55:14 AM
Begini saja. Yang mengatakan bisa membuktikan hukum kamma, boleh dijelaskan dan ditunjukkan kepada saya satu niat yang menghasilkan sesuatu. Jika ada variable-nya, juga disertakan, sehingga kita bisa mendapatkan bukti yang nyata.
Silahkan.
nambahin sedikit... ;D

dan siapa yg menjadi HUKUM nya saat ini? ;D
maksudnya.. ketika sesuatu dikatakan adalah hukum karma, siapa yg menjadi hukumnya(yg mengetuk palu)?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 16 October 2009, 12:03:59 PM
^^ tidak menjawab pertanyaan tathagata pecah kepalanya?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: wen78 on 16 October 2009, 12:05:52 PM
Quote from: ryu on 16 October 2009, 12:03:59 PM
^^ tidak menjawab pertanyaan tathagata pecah kepalanya?
wakakakkakakakakaka........
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 12:07:37 PM
Quote from: ryu on 16 October 2009, 12:03:59 PM
^^ tidak menjawab pertanyaan tathagata pecah kepalanya?

Di mana kita bisa cari sekarang ini Tathagata-nya dan bagaimana memaksanya bertanya?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 12:07:40 PM
maksud si InJulia gini...

misal kita lagi jalan2 terus tau tau ada orang yg dicopet.

nah hal apakah yg membuat si korban itu menderita demikian?

apakah ada yg bisa menjabarkannya? kan kalo sang Buddha bisa tuh menjelaskan.. kek gini

"oh.. dulunya tuh orang begitu"
"Oh.. dulunya tuh orang begini"

gitu loh ;D cmiiw
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: CHANGE on 16 October 2009, 12:08:06 PM
Quote from: coecoe on 16 October 2009, 11:15:21 AM
Quote from: CHANGE on 16 October 2009, 10:39:15 AM
Quote from: coecoe on 16 October 2009, 09:59:38 AM
[at]  change
saya mo coba memberi perbandingan.
anda menilai saya dari apa yang anda tidak tahu.
klo saya menulis dari apa yang saya baca/lihat atas tulisan anda.
ada bedanya gak?
siapa yang disebut fanatik?
apa akibatnya klo sudah terikat fanatisme, siapa yang tidak mau belajar, melihat atau membuka (konsep-konsep pengetahuan) diri?
seperti yang aku sudah tulis tentang arti spekulasi. apa bedanya pengetahuan Buddha atau mereka yang tercerahkan  dengan awam? dalam proses pembelajaran dalam kehidupan kita apakah kita harus tetap fanatik, memegang teguh, mempercayai sepenuhnya tehadap pengetahuan diri dan menutup diri terhadap pendapat yang lain?


HATI SEEKOR TIKUS
Tuhan menjawab : "hai Tikus, selama hatimu tikus, sekalipun badan jasmani kamu, status kamu menjadi sebesar kucing, anjing, harimau atau apapun .... keberanianmu tetap tikus. Lebih baik kamu berdoa supaya sekalipun badanmu tikus, tetapi hatimu sekokoh harimau sehingga sekalipun badanmu tikus engkau tetap tidak akan ketakutan terhadap apapun".

Pesan Moral :
Jika anda berjiwa, berhati dan berpikiran tikus ( pecundang ), jangan berharap anda  menjadi PAHLAWAN ( pemberani ). Sikap dan sifat tikus akan terlihat dari setiap perkataan dan perbuatan anda baik disadari maupun tidak di sadari.

Semoga Bermanfaat


Saya tidak pernah menilai anda, karena saya tidak mengenal anda. Dan saya tidak kompeten menilai anda. Maka saya mengajak anda berdua untuk berdiskusi dengan baik. Karena tulisan yang tidak bermanfaat dan membingungkan tidak ada gunanya dilanjutkan. Tentu anda mengerti teori sederhana ini. Jika anda tidak mengerti, saya tidak ada kalimat lain untuk mewakili lagi ungkapan ini.

Karena saya pernah mengalami sendiri ( melihat seseorang diteriaki TOLOL oleh lawan diskusi ) karena cara dia bersilat kata, muter-muter, plin-plan dalam waktu yang lama. Seperti cerita dibawah ini, yang mengambarkan jati diri sebenarnya :

Keledai Yang Memakai Kulit Singa
"Jika kamu menutup mulutmu, mungkin saya akan berlari ketakutan juga. Tetapi kamu kamu malah mengaum dan mengeluarkan suara ringkikanmu yang parau."

Orang bodoh mungkin bisa menipu dengan pakaian dan penampilannya, tetapi dari perkataanya, orang lain akan segera tahu siapa dirinya sebenarnya.

Semoga Bermanfaat.

SEKALI LAGI, saya hanya mengajak anda berdua BERDISKUSI DENGAN BAIK dalam FORUM ini, karena ini adalah menunjukkan kebenaran SIAPA ANDA SEBENARNYA. APAKAH ANDA SETUJU ?


'Karena saya pernah mengalami sendiri ( melihat seseorang diteriaki TOLOL oleh lawan diskusi ) karena cara dia bersilat kata, muter-muter, plin-plan dalam waktu yang lama.'.

ada 2 kemungkinan bro change :
1. yang terlihat kebodohannya, si pendengar melihat kebodohannya, berarti pendengar memiliki kebijaksanaan/pintar.
2. tidak terselami kebenarannya, si pendengar berteriak  'TOLOL', berarti pendengar bertindak oleh karena EMOSI, karena kemelekatan keakuannya.

Kemelekatan keakuannya bagi saya pribadi adalah kental ( maklum bukan orang suci ), dan ini saya sadari setelah belajar Buddha Dhamma, dan saya belajar terus karena tujuan adalah mengikis ke AKU an. Inilah INDAHNYA BUDDHA DHAMMA YANG LUAR BIASA, setiap melepas  keegoan, saya merasa bahagia ( walaupun sesaat ). Ini adanya bagian kecil dari Buddha DHamma yang saya ketahui. Sama seperti penilaian point 2 yang anda lakukan juga pernah saya lakukan, sebenarnya ini menunjukkan bahwa ke AKU an ini lebih parah dari orang yang anda nilai. Ini penderitaan yang harus kita alami dari ke aku an. Mungkin anda berpendapat lain, tidak apa-apa.

Jika kita mau belajar dari kesalahan diri sendiri, sebenarnya jika telah mulai mengikis ke akuan. Tetapi jika mengulangi kesalahan sebenarnya kita lagi mempertebal keegoan

Sama seperti cerita diatas terutama yang anda kutip. Jika kita menyadari bahwa kebenaran yang anda sampaikan seandainya tidak dimengerti oleh siapapun ( lebih dari 2 orang ), tetapi  tidak merubah apapun tetapi tetap mempertahankan, maka sebenarnya dalam bentuk pertanyaan " APAKAH KEAKUAN YANG TINGGI SEDANG DIPERTAHANKAN ? ".

Jika memang tidak ada keakuan yang dipertahankan, kenapa masih banyak yang tidak mengerti. Berarti apakah keakuan ( kita semua ) tidak boleh mengatakan bahwa ini adalah sikap yang mempertunjukkan KEBODOHAN diri sendiri.

Jika memang ada keakuan yang dipertahankan, kenapa masih banyak yang tidak mengerti ( cuma anda mengerti ). Berarti apakah ketiadaan AKU boleh mengatakan jangan terjebak dengan "AJARAN SESAT", yang selalu menciptakan provokasi untuk menciptakan ketidakharmonisan dan penderitaan/DUKKHA.

Saya berbicara dengan ke AKU an ( karena saya bukan BUDDHA, ARAHAT atau orang suci ), karena saya masih dalam PROSES YANG SANGAT LAMA. Mungkin anda lebih baik dari saya dari segi ke akuan. Bagi saya setiap orang adalah guru saya untuk menyadari mana yang baik dan mana yang buruk, bahkan termasuk orang yang paling menjengkelkan ( KEEGOAN TINGGI ) adalah guru yang terbaik. Dan anda termasuk guru. :)

Ini ada 2 artikel yang patut disimak :

KACA JENDELA YANG KOTOR

Dari ruang kerjanya, di sebuah gedung perkantoran yang megah, seorang pengusaha menertawakan kaca jendela pesaingnya yang berada di seberang kantornya.

Katanya, "Jendelanya pasti adalah jendela yang paling kotor di kota ini," ejeknya pada setiap orang yang datang menemuinya.

Suatu hari seorang bijak mampir ke kantornya. Seperti biasa, pengusaha ini menunjuk ke seberang kantornya, ke arah kantor pesaingnya, dan berkata, "Lihat betapa kotor jendela pesaingku itu."

Orang bijak ini tersenyum lalu menyarankan pada pengusaha ini untuk membersihkan kaca jendelanya terlebih dahulu. Pengusaha ini pun memenuhi saran dari si orang bijak.

Sesaat setelah kaca jendelanya dibersihkan ia berkomentar, "Betapa mengherankan, begitu aku membersihkan kaca jendelaku. Ternyata kaca jendela pesaingku kini tampak sangat bersih dan bening, setelah dilihat dari kacaku yang telah kubersihkan."

Sesuatu yang tampak kotor disebabkan oleh pandangan kita sendiri yang buram ( kotor ).

Semoga Bermanfaat

Dengan suatu cerita yang sama diatas

MEMPERMALUKAN KEBENARAN

Seorang pejabat dalam suatu pemerintahan di China, mengadakan pesta besar-besaran dan mengundang banyak tamu termasuk seorang Bhiksu tua dengan tujuan untuk mempermalukan Bhiksu tersebut.
Para tamu dipersilahkan masuk dan duduk dibangku yang telah disediakan, tetapi khusus untuk Bhiksu dipersilahkan duduk di lantai dengan alas seadanya.

Pejabat : Bhiksu Tua, Silahkan duduk diatas lantai ini sesuai dengan kebiasaan kamu di Vihara, untuk menghormati kebiasaanmu duduk bersila ( dengan nada menghina dan merendahkan )

Bhiksu Tua : Terima Kasih atas kebaikannya ( dengan nada tulus )

Beberapa saat setelah semua tamu datang, pejabat tersebut tersebut mengumpulkan semua tamu dengan menghadap ke arah Bhiksu, dan dengan nada kemenangan dan menghina, pejabat tersebut dengan suara yang cukup keras

Pejabat : Bapak dan ibu sekalian, coba lihat Bhiksu Tua, kita semua duduk ditempat terhormat, sedangkan dia hanya duduk dilantai bagaikan SEONGGOK KOTORAN binatang, sungguh menjijikkan dan memalukan. Ha, ha, ha...

Semua tamu ikut tertawa terbahak-bahak, seakan-akan memang demikian adanya. Beberapa saat kemudian semua terdiam dan tertegun karena melihat dan mendengar Bhiksu tua tersebut tersenyum dan ikut tertawa. Pejabat merasa keheranan dan penasaran sehingga bertanya.

Pejabat : Bhiksu Tua, apa yang kamu tertawakan, seharusnya anda marah besar dan kecewa.

Sambil tersenyum dengan tenang dan damai, Bhiksu Tua tersebut menjawab

Bhiksu Tua : Pada saat hati dan pikiran kita seperti Buddha, maka setiap makhluk/manusia yang saya pandang dan lihat juga seperti Buddha ( berpotensi mencapai Kebuddhaan ), tetapi pada saat hati dan pikiran anda seperti SEONGGOK KOTORAN, maka setiap makhluk/manusia yang anda pandang dan lihat juga seperti SEONGGOK KOTORAN.

Setiap tamu dan pejabat menjadi diam seribu bahasa dan menyesali dan menyadari perilaku yang salah, setelah mengetahui,memahami dan mengerti serta mengalami KEBENARAN tersebut. Akhirnya pejabat dan sebagian besar tamu tersebut menjadi murid Bhiksu Tua tersebut

Semoga Bermanfaat

_/\_ 
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 16 October 2009, 12:09:42 PM
Saya akan berikan contoh sederhana :

Ketika seseorang mencuri, apakah batinnya tenang? dan tidak dihantui ketakutan kalau2 dia tertangkap?
Saat dia akan mencuri, apakah hatinya tidak was2 bahkan sampai deg2an kalau2 ketahuan...
Dan ketika mencuri dan tertangkap bukankah itu buah nyata secara kasat mata. Dan saat dipenjara batinnya gelisah dan menyesal, apakah itu?
Jika seseorang kabur saja, itu sudah tanda takut, artinya buah pikiran negatif menyebakan ketakutan.


Dari sini kita tahu dari niat tidak baik saja sudah mempengaruhi batin seseorang entah dalam skala kecil atau besar...

Apakah ada yg ingin menyangkal bahwa melakukan perbuatan tidak baik saat itu juga atau batin orang itu dalam keadaan damai,tenang dan sejahtera?

Inilah fakta hukum kamma bekerja.

_/\_






Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 16 October 2009, 12:18:06 PM
Quote from: wen78 on 16 October 2009, 12:03:25 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 11:55:14 AM
Begini saja. Yang mengatakan bisa membuktikan hukum kamma, boleh dijelaskan dan ditunjukkan kepada saya satu niat yang menghasilkan sesuatu. Jika ada variable-nya, juga disertakan, sehingga kita bisa mendapatkan bukti yang nyata.
Silahkan.
nambahin sedikit... ;D

dan siapa yg menjadi HUKUM nya saat ini? ;D
maksudnya.. ketika sesuatu dikatakan adalah hukum karma, siapa yg menjadi hukumnya(yg mengetuk palu)?

Oleh karena diri sendiri pulau itu tercipta, oleh karena diri sendiri pulau itu hancur.....
Seringkali kita berpikir saya tidak ingin menderita. Tetapi tindakannya tidak mengarah pada tindakan mengakhiri penderitaan. Artinya sadar atau tidak sadar ia telah memilih untuk menderita, maka  itulah sebabnya dan menjadi menderita adalah akibatnya. Jangan berpikir kalau kita berpikir tidak ingin menderita artinya benar2 niatnya tidak ingin menderita, hati2 ilusi  ^-^
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 16 October 2009, 12:21:19 PM
Quote from: wen78 on 16 October 2009, 12:03:25 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 11:55:14 AM
Begini saja. Yang mengatakan bisa membuktikan hukum kamma, boleh dijelaskan dan ditunjukkan kepada saya satu niat yang menghasilkan sesuatu. Jika ada variable-nya, juga disertakan, sehingga kita bisa mendapatkan bukti yang nyata.
Silahkan.
nambahin sedikit... ;D

dan siapa yg menjadi HUKUM nya saat ini? ;D
maksudnya.. ketika sesuatu dikatakan adalah hukum karma, siapa yg menjadi hukumnya(yg mengetuk palu)?

atau ....
dimana terang itu? Dharma itu berlaku menyeluruh (absolut/mutlak),
Siapakah kuasa terang itu?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 16 October 2009, 12:23:51 PM
Quote from: coecoe on 16 October 2009, 12:21:19 PM
Quote from: wen78 on 16 October 2009, 12:03:25 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 11:55:14 AM
Begini saja. Yang mengatakan bisa membuktikan hukum kamma, boleh dijelaskan dan ditunjukkan kepada saya satu niat yang menghasilkan sesuatu. Jika ada variable-nya, juga disertakan, sehingga kita bisa mendapatkan bukti yang nyata.
Silahkan.
nambahin sedikit... ;D

dan siapa yg menjadi HUKUM nya saat ini? ;D
maksudnya.. ketika sesuatu dikatakan adalah hukum karma, siapa yg menjadi hukumnya(yg mengetuk palu)?

atau ....
dimana terang itu? Dharma itu berlaku menyeluruh (absolut/mutlak),
Siapakah kuasa terang itu?
baca reply #61
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 16 October 2009, 12:25:52 PM
Quote from: ryu on 16 October 2009, 11:50:59 AM
^^^ paling gampang sih, itu ada dua jawaban, perbuatan tuhan atau hantu ;D

lengkapi,
hukum dunia atau hukum kekekalan dan pilihan manusia dengan segala pertentangan tanhanya dan godaan/cobaan mara (si jahat) pembisik/pengganggu dan konsekuensi pilihan manusia menurut 2 hukum kebenaran yang berlaku.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 16 October 2009, 12:28:02 PM
memang kenapa bro ryu, klo mau turut sumbang saran membagi pengetahuan?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 16 October 2009, 12:29:24 PM
Quote from: hatRed on 16 October 2009, 12:07:40 PM
maksud si InJulia gini...

misal kita lagi jalan2 terus tau tau ada orang yg dicopet.

nah hal apakah yg membuat si korban itu menderita demikian?

apakah ada yg bisa menjabarkannya? kan kalo sang Buddha bisa tuh menjelaskan.. kek gini

"oh.. dulunya tuh orang begitu"
"Oh.. dulunya tuh orang begini"

gitu loh ;D cmiiw

Nah kalau emang yg dimaksud in Julia  yg manis seperti bro hat nyatakan, maka saran saya sih dibuktikan dengan cara meditasi.  Baru ketauan kenapa dia yg dijadikan sasaran copet. Nah apa kita bersedia mengorbankan waktu dan tenaga untuk itu?. Kalau mo gampang cari bhikkhu sakti dan tanya, sekalian bawa foto yg dicopet. he..he
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 12:32:22 PM
Quote from: bond on 16 October 2009, 12:09:42 PM
Saya akan berikan contoh sederhana :

Ketika seseorang mencuri, apakah batinnya tenang? dan tidak dihantui ketakutan kalau2 dia tertangkap?
Saat dia akan mencuri, apakah hatinya tidak was2 bahkan sampai deg2an kalau2 ketahuan...
Dan ketika mencuri dan tertangkap bukankah itu buah nyata secara kasat mata. Dan saat dipenjara batinnya gelisah dan menyesal, apakah itu?
Jika seseorang kabur saja, itu sudah tanda takut, artinya buah pikiran negatif menyebakan ketakutan.


Dari sini kita tahu dari niat tidak baik saja sudah mempengaruhi batin seseorang entah dalam skala kecil atau besar...

Apakah ada yg ingin menyangkal bahwa melakukan perbuatan tidak baik saat itu juga atau batin orang itu dalam keadaan damai,tenang dan sejahtera?

Inilah fakta hukum kamma bekerja.

_/\_

Jadi secara pasti, mencuri menyebabkan apa?

Bagaimana mengukur bathin, misalnya "tidak tenang"?


Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 16 October 2009, 12:43:07 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 12:32:22 PM
Quote from: bond on 16 October 2009, 12:09:42 PM
Saya akan berikan contoh sederhana :

Ketika seseorang mencuri, apakah batinnya tenang? dan tidak dihantui ketakutan kalau2 dia tertangkap?
Saat dia akan mencuri, apakah hatinya tidak was2 bahkan sampai deg2an kalau2 ketahuan...
Dan ketika mencuri dan tertangkap bukankah itu buah nyata secara kasat mata. Dan saat dipenjara batinnya gelisah dan menyesal, apakah itu?
Jika seseorang kabur saja, itu sudah tanda takut, artinya buah pikiran negatif menyebakan ketakutan.


Dari sini kita tahu dari niat tidak baik saja sudah mempengaruhi batin seseorang entah dalam skala kecil atau besar...

Apakah ada yg ingin menyangkal bahwa melakukan perbuatan tidak baik saat itu juga atau batin orang itu dalam keadaan damai,tenang dan sejahtera?

Inilah fakta hukum kamma bekerja.

_/\_

Jadi secara pasti, mencuri menyebabkan apa?

Bagaimana mengukur bathin, misalnya "tidak tenang"?




Yang pasti bisa terlihat menyebabkan:

1. kalau ketahuan polisi ditangkap
2. kalau belum ketahuan pasti dikejar polisi  ^-^
3. Yang dicuri merasa kehilangan barang.
4. Yg mencuri pasti langsung menyelamatkan diri



Bagaimana mengukur bathin, misalnya 'tidak tenang'?

Ukurannya mesti pake meteran jhana baru terukur. dan tiap orang beda2 ukurannya, tergantung size faktor2 batin dsb .

Nah kalo saya bilang si A tidak tenangnya sedalam sumur 10 meter, bisa liat bro ketidak tenangan itu?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 01:01:12 PM
Quote from: bond on 16 October 2009, 12:43:07 PM
Yang pasti bisa terlihat menyebabkan:

1. kalau ketahuan polisi ditangkap
2. kalau belum ketahuan pasti dikejar polisi  ^-^
3. Yang dicuri merasa kehilangan barang.
4. Yg mencuri pasti langsung menyelamatkan diri

1. Kalau polisinya disuap?
2. Kalau polisinya ga peduli?
3. Kalau yang dicuri terlalu kaya dan ga merasa kehilangan?
4. Kalau yang mencuri tidak merasa terancam?

Tidak selalu berakhir demikian bukan? Kalau begitu apa? Pengaruh variable kamma lain? Kamma masa lampau yang kita semua juga tidak tahu? Sama saja kalau saya bilang bahwa mencuri dihukum Tuhan. Kalau tidak dihukum Tuhan, berarti Tuhan ada rencana lain. Masih tidak membuktikan apa-apa.


QuoteBagaimana mengukur bathin, misalnya 'tidak tenang'?

Ukurannya mesti pake meteran jhana baru terukur. dan tiap orang beda2 ukurannya, tergantung size faktor2 batin dsb .

Nah kalo saya bilang si A tidak tenangnya sedalam sumur 10 meter, bisa liat bro ketidak tenangan itu?

Kalau begitu saya juga boleh bilang orang mencuri pasti ditegur Tuhan.
Seberapa jauh ditegurnya? Harus pakai meteran iman. Kalau saya bilang tegurannya masih taraf "berbisik", ada yang bisa lihat? Tentu tidak.

Sekali lagi, masih belum membuktikan apa-apa.

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 16 October 2009, 01:19:15 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 01:01:12 PM
Quote from: bond on 16 October 2009, 12:43:07 PM
Yang pasti bisa terlihat menyebabkan:

1. kalau ketahuan polisi ditangkap
2. kalau belum ketahuan pasti dikejar polisi  ^-^
3. Yang dicuri merasa kehilangan barang.
4. Yg mencuri pasti langsung menyelamatkan diri

1. Kalau polisinya disuap?
2. Kalau polisinya ga peduli?
3. Kalau yang dicuri terlalu kaya dan ga merasa kehilangan?
4. Kalau yang mencuri tidak merasa terancam?

Tidak selalu berakhir demikian bukan? Kalau begitu apa? Pengaruh variable kamma lain? Kamma masa lampau yang kita semua juga tidak tahu? Sama saja kalau saya bilang bahwa mencuri dihukum Tuhan. Kalau tidak dihukum Tuhan, berarti Tuhan ada rencana lain. Masih tidak membuktikan apa-apa.

Bukankah saya sudah bilang, kalao mau tau variable A-Z yg lebih dalam ya pake alatnya vipasanna. Jelas  saja tidak terbukti kalau pake sapu lidi menggalinya. ^-^


QuoteBagaimana mengukur bathin, misalnya 'tidak tenang'?

Ukurannya mesti pake meteran jhana baru terukur. dan tiap orang beda2 ukurannya, tergantung size faktor2 batin dsb .

Nah kalo saya bilang si A tidak tenangnya sedalam sumur 10 meter, bisa liat bro ketidak tenangan itu?

Kalau begitu saya juga boleh bilang orang mencuri pasti ditegur Tuhan.
Seberapa jauh ditegurnya? Harus pakai meteran iman. Kalau saya bilang tegurannya masih taraf "berbisik", ada yang bisa lihat? Tentu tidak.

Sekali lagi, masih belum membuktikan apa-apa.

Bukannya belum terbukti , masalahnya yg satu benar2 melihat , yang satu menggali tanah dengan sapu lidi. Smoga anda bisa liat perbedaan disini.

Sama halnya dan boleh2 saja, orang bicara meterannya iman, tapi tetap saja tidak melihat. Beda halnya melihat langsung, Santidhiko, akaliko, ehipasiko-->inilah arti melihat. Melihat berarti telah membuktikan dan itu hanya bisa tau dengan bervipasana. Kembali lagi pada tahap mana kita benar2 mau membuktikan, sekalipun Buddha ada disini menyatakan kebenaran untuk sesuatu yg telah dibuktikan, dan kita masih keras kepala pada metode yg salah, maka tetap  tidak akan melihat kebenaran bukti dari hukum kamma.

Kalau mo dicoba vipasana yg diajarkan SB ya bagus, kalau tidak juga ngak apa2.... dan selama itu pula penentuan akan terbukti , apakah jalan ditempat dalam ketidaktahuan atau terang yg menyinari jalan kita.

Ini hanya masalah yang buta dan yg bisa melihat..no offense..







Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 01:38:33 PM
Begitulah. Sama saja kalau saya kembalikan bahwa kalian tidak bisa melihat Tuhan karena kedegilan hati (= menggali dengan sapu lidi). Juga orang yang melihat sebagai hukum Tuhan adalah orang yang "melek"; yang melihatnya sebagai hukum kamma adalah orang buta.

Di mana pun sama saja kecenderungan orang yang tidak mampu membuktikan, yaitu menyalahkan dan menghakimi orang lain.



Ada lagi yang mau mencoba membuktikan mekanismenya?
Misalnya perbuatan A sebanyak K, PASTI menghasilkan perbuatan X sebanyak Y;
Jika ada perbuatan B sebanyak L yang mendukung perbuatan A, maka hasilnya X sebanyak Y - L;
Jika ada perbuatan C sebanyak M yang menghambat perbuatan A, maka hasilnya X sebanyak Y - M

Hanya sebagai contoh saja.

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 16 October 2009, 01:52:11 PM
Quote
Sama saja kalau saya kembalikan bahwa kalian tidak bisa melihat Tuhan karena kedegilan hati (= menggali dengan sapu lidi). Juga orang yang melihat sebagai hukum Tuhan adalah orang yang "melek"; yang melihatnya sebagai hukum kamma adalah orang buta.



yang pasti tidak ada satupun didunia yg melihat tuhan(sesuai definisi agama samawi). Tapi ada Satu atau beberapa yang melihat hukum kamma.

Nah bro sendiri sudah membuktikan hukum kamma tidak terbukti?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 16 October 2009, 01:55:03 PM
Quote from: bond on 16 October 2009, 01:52:11 PM
Quote
Sama saja kalau saya kembalikan bahwa kalian tidak bisa melihat Tuhan karena kedegilan hati (= menggali dengan sapu lidi). Juga orang yang melihat sebagai hukum Tuhan adalah orang yang "melek"; yang melihatnya sebagai hukum kamma adalah orang buta.



yang pasti tidak ada satupun didunia yg melihat tuhan(sesuai definisi agama samawi). Tapi ada Satu atau beberapa yang melihat hukum kamma.

Nah bro sendiri sudah membuktikan hukum kamma tidak terbukti?
Kata siapa? banyak kok katanya yang sudah melihat TUHAN, dijamah sama TUHAN dll, anda aja yang belom :))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 16 October 2009, 01:57:17 PM
Quote from: ryu on 16 October 2009, 01:55:03 PM
Quote from: bond on 16 October 2009, 01:52:11 PM
Quote
Sama saja kalau saya kembalikan bahwa kalian tidak bisa melihat Tuhan karena kedegilan hati (= menggali dengan sapu lidi). Juga orang yang melihat sebagai hukum Tuhan adalah orang yang "melek"; yang melihatnya sebagai hukum kamma adalah orang buta.



yang pasti tidak ada satupun didunia yg melihat tuhan(sesuai definisi agama samawi). Tapi ada Satu atau beberapa yang melihat hukum kamma.

Nah bro sendiri sudah membuktikan hukum kamma tidak terbukti?
Kata siapa? banyak kok katanya yang sudah melihat TUHAN, dijamah sama TUHAN dll, anda aja yang belom :))

:))

Kalo aye dijamah sama Miyabi yg belom :))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 02:09:08 PM
Quote from: bond on 16 October 2009, 01:52:11 PM
Quote
Sama saja kalau saya kembalikan bahwa kalian tidak bisa melihat Tuhan karena kedegilan hati (= menggali dengan sapu lidi). Juga orang yang melihat sebagai hukum Tuhan adalah orang yang "melek"; yang melihatnya sebagai hukum kamma adalah orang buta.



yang pasti tidak ada satupun didunia yg melihat tuhan(sesuai definisi agama samawi). Tapi ada Satu atau beberapa yang melihat hukum kamma.

Nah bro sendiri sudah membuktikan hukum kamma tidak terbukti?

Jika seseorang ingin mengenalkan adanya hukum kamma, sebaiknya dia membuktikan kepercayaannya, bukan menantang orang lain untuk membuktikan sebaliknya. Kalau menanyakan saya demikian, bukankah seperti saya tanya, "memangnya anda bisa buktikan Tuhan ga ada?"

Saya sendiri menggenggam hukum kamma sebagai kepercayaan saya. Tetapi saya katakan juga bahwa hukum kamma secara pasti, tidak bisa dibuktikan. Sebagian yang sangat-sangat kecil yang bisa dibuktikan terbatas hanya untuk diri sendiri, bukan kepada orang lain.

Membicarakan kamma tidak bisa lepas dari kehidupan masa lampau karena memang kita percaya semua adalah akibat dan konsekwensi dari sebab. Kita lihat di antara para meditator yang memiliki kesaktian melihat masa lampau saja berkembang begitu banyak kepercayaan (ada Eternalisme, Semi-Eternalisme, Tanpa-Sebab, dll), apalagi membuktikan di kalangan orang biasa yang tidak punya kesaktian melihat masa lampau? Itulah sebabnya saya tidak menganjurkan untuk berkeras hati mencoba membuktikan hukum kamma, karena mau tidak mau akan terjebak (seperti bro inJulia katakan) sebagaimana orang berkeras hati membuktikan adanya Tuhan.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Nevada on 16 October 2009, 02:37:08 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 11:55:14 AM
Begini saja. Yang mengatakan bisa membuktikan hukum kamma, boleh dijelaskan dan ditunjukkan kepada saya satu niat yang menghasilkan sesuatu. Jika ada variable-nya, juga disertakan, sehingga kita bisa mendapatkan bukti yang nyata.
Silahkan.

Mau bukti nyata hukum kamma? Hukum kamma yang seperti bagaimana? Kalau yang sederhana seh banyak...

Anda berdiskusi di sini. Kalau ada orang yang senang pada postingan Anda, akan ada ucapan terimakasih, anumodana, atau bahkan GRP meluncur ke ID Anda.

Itu salah satu contoh kamma dan vipaka. Lalu? :)

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 16 October 2009, 02:40:39 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 02:09:08 PM
Quote from: bond on 16 October 2009, 01:52:11 PM
Quote
Sama saja kalau saya kembalikan bahwa kalian tidak bisa melihat Tuhan karena kedegilan hati (= menggali dengan sapu lidi). Juga orang yang melihat sebagai hukum Tuhan adalah orang yang "melek"; yang melihatnya sebagai hukum kamma adalah orang buta.



yang pasti tidak ada satupun didunia yg melihat tuhan(sesuai definisi agama samawi). Tapi ada Satu atau beberapa yang melihat hukum kamma.

Nah bro sendiri sudah membuktikan hukum kamma tidak terbukti?

Jika seseorang ingin mengenalkan adanya hukum kamma, sebaiknya dia membuktikan kepercayaannya, bukan menantang orang lain untuk membuktikan sebaliknya. Kalau menanyakan saya demikian, bukankah seperti saya tanya, "memangnya anda bisa buktikan Tuhan ga ada?"

:)) Siapa yg menantang terlebih dahulu dan meminta untuk membuktikan, apa ada yg salah dengan bertanya sebaliknya?

Kalo saya ditanya bilang buktikan Tuhan ngak ada, saya bisa katakan memang tidak ada dalam definisi agama samawi....cukup satu pertanyaan saya utk mereka , apa mereka pernah ketemu Tuhan seperti kopdar? cukup katakan pernah atau tidak, kalau pernah ajak saya ketemu dia langsung....saya pasti datang mo lihat :))
Bukankah juga sudah dibuktikan keberadaan hukum kamma dari yang sederhana bagaimana, dan yang rumit bagaimana?  tapi sekali lagi ada hal2 tidak sesuai tool yg ada.




Saya sendiri menggenggam hukum kamma sebagai kepercayaan saya. Tetapi saya katakan juga bahwa hukum kamma secara pasti, tidak bisa dibuktikan. Sebagian yang sangat-sangat kecil yang bisa dibuktikan terbatas hanya untuk diri sendiri, bukan kepada orang lain.

Silakan Anda menggenggam itu sesuai apa yg Anda kehendaki, bila itu dirasakan nyaman

Membicarakan kamma tidak bisa lepas dari kehidupan masa lampau karena memang kita percaya semua adalah akibat dan konsekwensi dari sebab. Kita lihat di antara para meditator yang memiliki kesaktian melihat masa lampau saja berkembang begitu banyak kepercayaan (ada Eternalisme, Semi-Eternalisme, Tanpa-Sebab, dll), apalagi membuktikan di kalangan orang biasa yang tidak punya kesaktian melihat masa lampau? Itulah sebabnya saya tidak menganjurkan untuk berkeras hati mencoba membuktikan hukum kamma, karena mau tidak mau akan terjebak (seperti bro inJulia katakan) sebagaimana orang berkeras hati membuktikan adanya Tuhan.

Mengapa terjadi begitu banyak kepercayaan, kembali kepada cara/alat yg dipakai agar menjadi pandangan benar. Lalu kalau ditanya bagaimana? tanya dulu diri Anda apakah siap? ^-^ Bisa2 dipelintir lagi pandangan benar yang bagaimana? bukankah itu relatif menurut si A ini dan si B itu...kalau sudah begini melihat kebenaran ya sudahlah saya pun tidak bisa apa2, mencuri pun jadi pandangan benar nantinya.
[/size]


Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 02:49:11 PM
Quote from: upasaka on 16 October 2009, 02:37:08 PM
Mau bukti nyata hukum kamma? Hukum kamma yang seperti bagaimana? Kalau yang sederhana seh banyak...

Anda berdiskusi di sini. Kalau ada orang yang senang pada postingan Anda, akan ada ucapan terimakasih, anumodana, atau bahkan GRP meluncur ke ID Anda.

Itu salah satu contoh kamma dan vipaka. Lalu? :)



Yang paling sederhana pun tidak apa, asal bisa dibuktikan.
Vipaka itu datangnya dari mana? Misalnya saya posting dan ada 2 orang yang senang. Lalu yang satu mengucapkan terima kasih/anumodana, satu lagi GRP. Kok berbeda? Dari mana rumusnya?

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Nevada on 16 October 2009, 03:04:27 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 02:49:11 PM
Quote from: upasaka on 16 October 2009, 02:37:08 PM
Mau bukti nyata hukum kamma? Hukum kamma yang seperti bagaimana? Kalau yang sederhana seh banyak...

Anda berdiskusi di sini. Kalau ada orang yang senang pada postingan Anda, akan ada ucapan terimakasih, anumodana, atau bahkan GRP meluncur ke ID Anda.

Itu salah satu contoh kamma dan vipaka. Lalu? :)



Yang paling sederhana pun tidak apa, asal bisa dibuktikan.
Vipaka itu datangnya dari mana? Misalnya saya posting dan ada 2 orang yang senang. Lalu yang satu mengucapkan terima kasih/anumodana, satu lagi GRP. Kok berbeda? Dari mana rumusnya?



Ketika ada perbuatan (postingan Anda), akan ada reaksi. Orang lain bereaksi karena perbuatan Anda. Ada yang senang, ada yang tidak senang, ada yang netral.

Perbuatan Anda dilakukan (sebut saja) dengan niat yang baik. Perbuatan baik Anda membuat orang lain menerima kebaikan. Tapi ada orang lain yang menanam konsep negatif pada Anda, sehingga ia tidak bersimpati pada perbuatan Anda.

Sekarang kembali ke kisah orang yang senang pada perbuatan Anda. Mereka adalah (anggap saja) manusia / rekan lain di forum ini. Mereka punya kebebasan untuk berbuat. Mereka bisa mengungkapkan perasaannya. Mereka bisa saja diam, berterimakasih, atau memberi GRP kepada Anda.

Karena Anda memberikan kebaikan pada orang lain, orang lain menerimanya dengan senang dan mengapresiasikan kebahagiaannya sehingga membuat Anda juga mendapat kebaikan.

Anda mendapat kebaikan (misalnya: dapat ucapan terimakasih atau hadiah GRP) karena semua kondisi menunjang untuk matangnya vipaka. Karena ada kehendak dari orang lain, karena ada keyboard untuk mengetik kata "terimakasih", karena ada GRP limit yang masih terbuka, karena ada listrik, karena ada komputer, karena ada provider internet, karena ada Forum DhammaCitta, karena... dan karena... serta karena...

Hukum Kamma hanya 1 dari 24 faktor yang membuat mekanisme dunia ini berjalan. Masih banyak faktor lain. Misalnya suhu / tempratur. Jika saja seseorang sedang kepanasan, mungkin ia tidak jadi mengucapkan terimakasih / hadiah GRP pada Anda. Karena mungkin pikirannya sedang kalut...

Jadi kalau mau membuktikan hukum kamma, kita tidak boleh melupakan 23 faktor lainnya. Karena selama ini banyak orang yang mencoba mencari bukti nyata keberadaan hukum kamma, namun melakukannya dengan pandangan keliru. Mereka biasa berusaha membuktikan keberadaan hukum kamma tidak secara komprehensif. Mereka berusaha memilah-milah hukum kamma sebagai hukum tunggal yang tidak terdukung oleh hukum-hukum lainnya.

Kalau metode orang-orang selama ini untuk membuktikan hukum kamma seperti itu, ya wajar sekali kalau mereka tidak percaya ada hukum kamma; atau tidak percaya hukum kamma bisa dibuktikan.

Sederhana kan?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 03:11:31 PM
Baiklah, kalau reaksi dari orang lain mungkin terlalu rumit karena juga menyangkut variable orang tersebut. Kita bicara yang nyata dan sederhana saja.

Kita di sini berkumpul di DC membahas dhamma. Kamma yang manakah yang menyebabkannya?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Nevada on 16 October 2009, 03:15:52 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 03:11:31 PM
Baiklah, kalau reaksi dari orang lain mungkin terlalu rumit karena juga menyangkut variable orang tersebut. Kita bicara yang nyata dan sederhana saja.

Kita di sini berkumpul di DC membahas dhamma. Kamma yang manakah yang menyebabkannya?

Hukum Kamma tidak akan terlepas dari pikiran dan perbuatan orang dalam hidupnya.

Kenapa kita semua bisa berkumpul di DC? Karena kita semua tertarik pada Buddhisme, suka main internet, suka berdiskusi di forum, ... bertemu dengan Forum DhammaCitta, dan akhirnya jadi member di sini.

Kamma mana? Maksudnya kamma apa yah? Kalau yang sedang saya jelaskan seh hukum kamma versi Buddhisme (mungkin Theravada). Entah dengan hukum kamma versi lainnya.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 03:25:45 PM
Ya, boleh saja dari pandangan Theravada.

Saya tanya yang lain lagi. Ada yang tahu kamma apa yang menyebabkan dirinya terlahir di sini?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Nevada on 16 October 2009, 03:33:07 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 03:25:45 PM
Ya, boleh saja dari pandangan Theravada.

Saya tanya yang lain lagi. Ada yang tahu kamma apa yang menyebabkan dirinya terlahir di sini?

Nah kalau pertanyaan yang ini sudah tidak sederhana lagi...

Secara garis besar, perbuatan di kehidupan lampau adalah penyebab dominan yang mengondisikan perjalanan hidup di awal kelahiran kita. Misalkan saya...

Mungkin saja saya dulu seseorang yang tertarik pada Buddhisme Theravada, saya melekat pada ras Chinese, saya menyukai musik dan bernyanyi, saya tidak pernah berdana dengan baik sekali, saya menyukai karekteristik yang sistematis dan diplomatis; makanya saya terlahir di Indonesia sebagai seorang laki-laki warga keturunan Chinese, punya hobi bernyanyi, terlahir dalam keluarga dengan kondisi ekonomi yang biasa saja, dan juga punya kesempatan dan tertarik pada Buddhisme Theravada.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 03:48:59 PM
Quote from: upasaka on 16 October 2009, 03:33:07 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 03:25:45 PM
Ya, boleh saja dari pandangan Theravada.

Saya tanya yang lain lagi. Ada yang tahu kamma apa yang menyebabkan dirinya terlahir di sini?

Nah kalau pertanyaan yang ini sudah tidak sederhana lagi...

Secara garis besar, perbuatan di kehidupan lampau adalah penyebab dominan yang mengondisikan perjalanan hidup di awal kelahiran kita. Misalkan saya...

Mungkin saja saya dulu seseorang yang tertarik pada Buddhisme Theravada, saya melekat pada ras Chinese, saya menyukai musik dan bernyanyi, saya tidak pernah berdana dengan baik sekali, saya menyukai karekteristik yang sistematis dan diplomatis; makanya saya terlahir di Indonesia sebagai seorang laki-laki warga keturunan Chinese, punya hobi bernyanyi, terlahir dalam keluarga dengan kondisi ekonomi yang biasa saja, dan juga punya kesempatan dan tertarik pada Buddhisme Theravada.

Ya, sedikit lebih rumit, karena kalau saya tanya yang sederhana, pasti hanya dijawab berdasarkan ilmu sosial yang umum saja. Kalau begitu kembali lagi ke yang sederhana, namun diperumit.

Sekarang kita batasi saja seandainya memarahi orang pasti berakibat dimarahi orang lagi.
Misalkan saya pernah marah sama beberapa orang, beberapa kali. Suatu hari, saya "diganjar" hal yang sama, yaitu dimarahi orang, tetapi jauh lebih heboh dari yang saya lakukan.

Bagaimana mengetahui bahwa kamma mana yang berbuah?
Apakah salah satunya, ataukah beberapa kamma itu berbuah bersamaan?
Apakah bisa diketahui kamma pendukung/penghambat apa yang menyebabkan buahnya seperti itu? 


Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hendrako on 16 October 2009, 03:49:32 PM
Menurut saya:

Hukum Kamma TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN.




Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 03:51:03 PM
Quote from: hendrako on 16 October 2009, 03:49:32 PM
Menurut saya:

Hukum Kamma TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN.



Kalau sama sekali tidak bisa dibuktikan, apakah ada gunanya percaya?

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hendrako on 16 October 2009, 03:55:05 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 03:51:03 PM
Quote from: hendrako on 16 October 2009, 03:49:32 PM
Menurut saya:

Hukum Kamma TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN.



Kalau sama sekali tidak bisa dibuktikan, apakah ada gunanya percaya?


yup
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Hendra Susanto on 16 October 2009, 03:56:58 PM
klo tidak dapat dibuktikan, mungkin tidak akan ada para bijaksana
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 03:58:09 PM
kalo tidak dapat dibuktikan, mungkin ngak bakalan ada thread ini ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hendrako on 16 October 2009, 04:03:29 PM
Kenapa saya percaya hukum kamma? sedikit susah menjelaskan.
Yg jelas bukan dikarenakan saya telah membuktikan kebenarannya secara langsung.

Namun yg jelas, secara konsep, tanpa adanya hukum kamma, konsep2 Buddhism lainnya akan gugur, sebagaimana halnya apabila kita menghilangkan konsep tumimbal lahir dalam membicarakan Buddhism.

Hukum kamma bukan untuk dibuktikan.
Namun untuk dipahami.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: purnama on 16 October 2009, 04:06:25 PM
Quote from: hendrako on 16 October 2009, 04:03:29 PM
Kenapa saya percaya hukum kamma? sedikit susah menjelaskan.
Yg jelas bukan dikarenakan saya telah membuktikan kebenarannya secara langsung.

Namun yg jelas, secara konsep, tanpa adanya hukum kamma, konsep2 Buddhism lainnya akan gugur, sebagaimana halnya apabila kita menghilangkan konsep tumimbal lahir dalam membicarakan Buddhism.

gampang buktiinnya kok bang, u coba aja memaki, menghina di forum ini, cobain aja dapetnya apa ?.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 16 October 2009, 04:07:14 PM
karma oh karma...
akh saya menonton saja....
eh tapi ada satu pertanyaan nih diluar perdebatan atau diskusi karma,
seperti ada pertanyaan bisakah menjumpai Tuhan,
dapatkan berinteraksi (berjumpa) dengan para Buddha (misalnya Sakyamuni, Amitabha, dll)?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 16 October 2009, 04:08:17 PM
Quote from: Hendra Susanto on 16 October 2009, 03:56:58 PM
klo tidak dapat dibuktikan, mungkin tidak akan ada para bijaksana

Dan bahkan dan mungkin Buddha dan para bijaksana hanya bicara omong kosong mengenai pembuktiannya? sampai dikatakan tidak terbukti

Ternyata banyak ya yg lebih hebat dari para bijaksana dan Buddha ^-^
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 16 October 2009, 04:08:31 PM
btw, karma burukku sudah berbuah 5 kali tuh...
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 04:08:44 PM
Quote from: Hendra Susanto on 16 October 2009, 03:56:58 PM
klo tidak dapat dibuktikan, mungkin tidak akan ada para bijaksana

Menurut saya, para bijaksana juga belum tentu bisa buktikan hukum kamma baik pada dirinya ataupun orang lain. Mereka bijaksana karena mengetahui apa yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Mungkin contohnya adalah ketika seorang bijaksana memutuskan untuk tidak memukul orang lain, ia belum tentu tahu mekanisme hukum kamma yang barangkali akan menyebabkannya dipukul pakai pentungan sebanyak 100x, tetapi karena ia tahu memukul orang lain itu menyebabkan orang lain menderita dan tidak memberikan manfaat apa-apa.  

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: purnama on 16 October 2009, 04:10:53 PM
Quote from: coecoe on 16 October 2009, 04:07:14 PM
karma oh karma...
akh saya menonton saja....
eh tapi ada satu pertanyaan nih diluar perdebatan atau diskusi karma,
seperti ada pertanyaan bisakah menjumpai Tuhan,
dapatkan berinteraksi (berjumpa) dengan para Buddha (misalnya Sakyamuni, Amitabha, dll)?

- Emang seperti apa wajah Tuhan anda tau ngak ?
- Kalo mau berinteraksi macam Sakyamuni Buddha, Amitabha, cuman kalo anda sudah bisa mencapi pencerahan sempurna. Ngak segampang anda kira ?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Nevada on 16 October 2009, 04:12:11 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 03:48:59 PM
Quote from: upasaka on 16 October 2009, 03:33:07 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 03:25:45 PM
Ya, boleh saja dari pandangan Theravada.

Saya tanya yang lain lagi. Ada yang tahu kamma apa yang menyebabkan dirinya terlahir di sini?

Nah kalau pertanyaan yang ini sudah tidak sederhana lagi...

Secara garis besar, perbuatan di kehidupan lampau adalah penyebab dominan yang mengondisikan perjalanan hidup di awal kelahiran kita. Misalkan saya...

Mungkin saja saya dulu seseorang yang tertarik pada Buddhisme Theravada, saya melekat pada ras Chinese, saya menyukai musik dan bernyanyi, saya tidak pernah berdana dengan baik sekali, saya menyukai karekteristik yang sistematis dan diplomatis; makanya saya terlahir di Indonesia sebagai seorang laki-laki warga keturunan Chinese, punya hobi bernyanyi, terlahir dalam keluarga dengan kondisi ekonomi yang biasa saja, dan juga punya kesempatan dan tertarik pada Buddhisme Theravada.

Ya, sedikit lebih rumit, karena kalau saya tanya yang sederhana, pasti hanya dijawab berdasarkan ilmu sosial yang umum saja. Kalau begitu kembali lagi ke yang sederhana, namun diperumit.

Sekarang kita batasi saja seandainya memarahi orang pasti berakibat dimarahi orang lagi.
Misalkan saya pernah marah sama beberapa orang, beberapa kali. Suatu hari, saya "diganjar" hal yang sama, yaitu dimarahi orang, tetapi jauh lebih heboh dari yang saya lakukan.

Bagaimana mengetahui bahwa kamma mana yang berbuah?
Apakah salah satunya, ataukah beberapa kamma itu berbuah bersamaan?
Apakah bisa diketahui kamma pendukung/penghambat apa yang menyebabkan buahnya seperti itu? 

Selama Anda bukan Sammasambuddha atau Savaka Buddha dengan kemampuan batin yang tinggi, Anda tidak bisa melihat jelas kesinambungan kamma dan vipaka.

Perbuatan memarahi seseorang tidak dapat dipastikan akan berbuah menjadi balasan yang setimpal. Konsep hutang marah dibalas marah; hutang nyawa dibalas nyawa ini tidak mutlak. Beberapa orang yang berpandangan keliru saja yang menangkap bahwa konsep hukum kamma itu pasti akan mengakibatkan vipaka yang sama.

Saya tidak bisa menguraikan bahwa Anda dimarahi orang karena Anda pernah memarahi orang waktu dahulu. Bisa saja penyebab Anda dimarahi karena dahulu Anda pernah memukul seekor anjing yang nakal.

Kamma itu ibarat meletakkan bom waktu di lapangan terbuka. Selama Anda menimbun kamma, ibarat Anda sedang mengaktifkan banyak bom waktu. Setiap bom waktu memiliki daya ledak yang berbeda, waktu ledak yang berbeda, dan efek ledakan yang berbeda. Bila suatu bom meledak dan memicu bom lain yang belum waktunya meledak, bisa saja bom yang prematur itu pun ikut meledak. Bayangkan jutaan bom waktu Anda aktifkan di lapangan terbuka. Dan setiap detiknya Anda terus menanam bom waktu yang baru. Dan setiap detik itu pula beberapa bom waktu meledak dan menyebabkan efek ledakan dan efek lainnya. Dalam kondisi saat itu, saya yakin Anda sendiri juga pasti kewalahan untuk melihat matriks kesinambungan sistematis sebab-akibat yang terjadi. Apalagi hukum kamma.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: sobat-dharma on 16 October 2009, 04:20:36 PM
Ya... singkatnya sederhana aja kita harus mengakui hukum karma hanyalah keyakinan, selama kita masih belum mencapai Sammasambuddha. Tidak perlu terlalu alergi dengan kata "keyakinan"
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 16 October 2009, 04:21:03 PM
Quote from: purnama on 16 October 2009, 04:10:53 PM
Quote from: coecoe on 16 October 2009, 04:07:14 PM
karma oh karma...
akh saya menonton saja....
eh tapi ada satu pertanyaan nih diluar perdebatan atau diskusi karma,
seperti ada pertanyaan bisakah menjumpai Tuhan,
dapatkan berinteraksi (berjumpa) dengan para Buddha (misalnya Sakyamuni, Amitabha, dll)?

- Emang seperti apa wajah Tuhan anda tau ngak ?
- Kalo mau berinteraksi macam Sakyamuni Buddha, Amitabha, cuman kalo anda sudah bisa mencapi pencerahan sempurna. Ngak segampang anda kira ?


saya pakai tulisan kitab saja. klo gak salah (saya sudah lupa), di sutra apa yah yang menjelaskan tentang dasa bhumika (10 tingkatan kesucian) ada dijelaskan loh bahwa Buddha berinteraksi menuntun calon Buddha. percayakah bahwa para murid memiliki masing-masing mentor guru Buddha menurut kesesuaian karakteristik masing-masing, dan mereka membantu menginisisasi para muridnya juga?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 04:37:35 PM
Quote from: upasaka on 16 October 2009, 04:12:11 PM
Selama Anda bukan Sammasambuddha atau Savaka Buddha dengan kemampuan batin yang tinggi, Anda tidak bisa melihat jelas kesinambungan kamma dan vipaka.

Perbuatan memarahi seseorang tidak dapat dipastikan akan berbuah menjadi balasan yang setimpal. Konsep hutang marah dibalas marah; hutang nyawa dibalas nyawa ini tidak mutlak. Beberapa orang yang berpandangan keliru saja yang menangkap bahwa konsep hukum kamma itu pasti akan mengakibatkan vipaka yang sama.

Saya tidak bisa menguraikan bahwa Anda dimarahi orang karena Anda pernah memarahi orang waktu dahulu. Bisa saja penyebab Anda dimarahi karena dahulu Anda pernah memukul seekor anjing yang nakal.

Kamma itu ibarat meletakkan bom waktu di lapangan terbuka. Selama Anda menimbun kamma, ibarat Anda sedang mengaktifkan banyak bom waktu. Setiap bom waktu memiliki daya ledak yang berbeda, waktu ledak yang berbeda, dan efek ledakan yang berbeda. Bila suatu bom meledak dan memicu bom lain yang belum waktunya meledak, bisa saja bom yang prematur itu pun ikut meledak. Bayangkan jutaan bom waktu Anda aktifkan di lapangan terbuka. Dan setiap detiknya Anda terus menanam bom waktu yang baru. Dan setiap detik itu pula beberapa bom waktu meledak dan menyebabkan efek ledakan dan efek lainnya. Dalam kondisi saat itu, saya yakin Anda sendiri juga pasti kewalahan untuk melihat matriks kesinambungan sistematis sebab-akibat yang terjadi. Apalagi hukum kamma.
Itulah yang saya maksud. Ketika kita bilang BISA membuktikan hukum kamma, kita harus punya kemampuan yang akurat mengenai sebab spesifik, proses kamma, menghasilkan akibat yang spesifik.

Misalnya Buddha Gotama jika ditanya mengenai sebab dari satu akibat, Ia dapat menjelaskannya dengan baik perbuatan yang mana, di kehidupan mana, seberapa parah, bagaimana objeknya, dan hasilnya apa.

(Contoh: ketika para bhikkhu begitu heran seorang Maha-Moggallana yang mulia mati dengan cara mengenaskan, Buddha memberitahukan perbuatan spesifik apa yang menyebabkan hal tersebut.)

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 16 October 2009, 04:49:14 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 04:37:35 PM
Quote from: upasaka on 16 October 2009, 04:12:11 PM
Selama Anda bukan Sammasambuddha atau Savaka Buddha dengan kemampuan batin yang tinggi, Anda tidak bisa melihat jelas kesinambungan kamma dan vipaka.

Perbuatan memarahi seseorang tidak dapat dipastikan akan berbuah menjadi balasan yang setimpal. Konsep hutang marah dibalas marah; hutang nyawa dibalas nyawa ini tidak mutlak. Beberapa orang yang berpandangan keliru saja yang menangkap bahwa konsep hukum kamma itu pasti akan mengakibatkan vipaka yang sama.

Saya tidak bisa menguraikan bahwa Anda dimarahi orang karena Anda pernah memarahi orang waktu dahulu. Bisa saja penyebab Anda dimarahi karena dahulu Anda pernah memukul seekor anjing yang nakal.

Kamma itu ibarat meletakkan bom waktu di lapangan terbuka. Selama Anda menimbun kamma, ibarat Anda sedang mengaktifkan banyak bom waktu. Setiap bom waktu memiliki daya ledak yang berbeda, waktu ledak yang berbeda, dan efek ledakan yang berbeda. Bila suatu bom meledak dan memicu bom lain yang belum waktunya meledak, bisa saja bom yang prematur itu pun ikut meledak. Bayangkan jutaan bom waktu Anda aktifkan di lapangan terbuka. Dan setiap detiknya Anda terus menanam bom waktu yang baru. Dan setiap detik itu pula beberapa bom waktu meledak dan menyebabkan efek ledakan dan efek lainnya. Dalam kondisi saat itu, saya yakin Anda sendiri juga pasti kewalahan untuk melihat matriks kesinambungan sistematis sebab-akibat yang terjadi. Apalagi hukum kamma.
Itulah yang saya maksud. Ketika kita bilang BISA membuktikan hukum kamma, kita harus punya kemampuan yang akurat mengenai sebab spesifik, proses kamma, menghasilkan akibat yang spesifik.

Misalnya Buddha Gotama jika ditanya mengenai sebab dari satu akibat, Ia dapat menjelaskannya dengan baik perbuatan yang mana, di kehidupan mana, seberapa parah, bagaimana objeknya, dan hasilnya apa.

(Contoh: ketika para bhikkhu begitu heran seorang Maha-Moggallana yang mulia mati dengan cara mengenaskan, Buddha memberitahukan perbuatan spesifik apa yang menyebabkan hal tersebut.)



Kalau sudah begini artinya bukan berarti hukum kamma tidak dapat dibuktikan bukan? tetapi karena kita tidak mampu membuktikan. Berbeda dengan pernyataan hukum kamma tidak terbukti  ^-^

Sebenarnya sih pembuktian kecil2an sih banyak juga, tidak perlu jadi arahat atau Buddha juga bisa. Masalahnya apa kita mau mengakui secara jujur bukti kecil2an itu sebagai bukti . :whistle: _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 16 October 2009, 05:00:56 PM
Quote from: bond on 16 October 2009, 04:49:14 PM
Kalau sudah begini artinya bukan berarti hukum kamma tidak dapat dibuktikan bukan? tetapi karena kita tidak mampu membuktikan. Berbeda dengan pernayataan hukum kamma tidak terbukti  ^-^

Sebenarnya sih pembuktian kecil2an sih banyak juga, tidak perlu jadi arahat atau Buddha juga bisa. Masalahnya apa kita mau mengakui secara jujur bukti kecil2an itu sebagai bukti . :whistle: _/\_

Seperti saya bilang bahwa dalam skala kecil & terbatas, bisa dibuktikan untuk diri sendiri saja. Apakah walaupun Samma Sambuddha muncul, bisa membuktikan keseluruhan hukum kamma ke orang lain? Saya bilang juga tidak. Misalnya dalam kasus Buddha menceritakan sebab dari pembunuhan Maha-Moggallana, yang mendengarkan hanya mendengar saja apa yang dikisahkan. Mereka sendiri bahkan mungkin tidak mengetahui kebenaran kehidupan masa lampau tersebut, tidak juga mengerti mekanismenya. 



Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Hendra Susanto on 16 October 2009, 05:07:45 PM
pembuktian kamma tersebut akan lebih bermanfaat pada diri sendiri... dan ajaran sang buddha itu kan lebih ke melatih diri agar dapat mengikis kekotoran batin, bukan nya mengikis kekotorang batin orang lain.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: inJulia on 16 October 2009, 05:11:16 PM
Quote from: hatRed on 16 October 2009, 12:07:40 PM
maksud si InJulia gini...

misal kita lagi jalan2 terus tau tau ada orang yg dicopet.

nah hal apakah yg membuat si korban itu menderita demikian?

apakah ada yg bisa menjabarkannya? kan kalo sang Buddha bisa tuh menjelaskan.. kek gini

"oh.. dulunya tuh orang begitu"
"Oh.. dulunya tuh orang begini"

gitu loh ;D cmiiw
Yup Tepat sekali!!!
Ketika seseorang mencuri. besoknya ketabrak sepeda. Kita hanya bisa MENDUGA: Nah, itulah buah karma mencurinya!

Sekali lagi: kita hanya MENDUGA-DUGA. Pastinya, siapa tahu karma mana yang SEDANG berbuah?
Apa yang baru DUGAAN, MUNGKIN, BELUM BISA DISEBUT SEBAGAI BUKTI!
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Nevada on 16 October 2009, 05:12:44 PM
Quote from: bond on 16 October 2009, 04:49:14 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 04:37:35 PM
Quote from: upasaka on 16 October 2009, 04:12:11 PM
Selama Anda bukan Sammasambuddha atau Savaka Buddha dengan kemampuan batin yang tinggi, Anda tidak bisa melihat jelas kesinambungan kamma dan vipaka.

Perbuatan memarahi seseorang tidak dapat dipastikan akan berbuah menjadi balasan yang setimpal. Konsep hutang marah dibalas marah; hutang nyawa dibalas nyawa ini tidak mutlak. Beberapa orang yang berpandangan keliru saja yang menangkap bahwa konsep hukum kamma itu pasti akan mengakibatkan vipaka yang sama.

Saya tidak bisa menguraikan bahwa Anda dimarahi orang karena Anda pernah memarahi orang waktu dahulu. Bisa saja penyebab Anda dimarahi karena dahulu Anda pernah memukul seekor anjing yang nakal.

Kamma itu ibarat meletakkan bom waktu di lapangan terbuka. Selama Anda menimbun kamma, ibarat Anda sedang mengaktifkan banyak bom waktu. Setiap bom waktu memiliki daya ledak yang berbeda, waktu ledak yang berbeda, dan efek ledakan yang berbeda. Bila suatu bom meledak dan memicu bom lain yang belum waktunya meledak, bisa saja bom yang prematur itu pun ikut meledak. Bayangkan jutaan bom waktu Anda aktifkan di lapangan terbuka. Dan setiap detiknya Anda terus menanam bom waktu yang baru. Dan setiap detik itu pula beberapa bom waktu meledak dan menyebabkan efek ledakan dan efek lainnya. Dalam kondisi saat itu, saya yakin Anda sendiri juga pasti kewalahan untuk melihat matriks kesinambungan sistematis sebab-akibat yang terjadi. Apalagi hukum kamma.
Itulah yang saya maksud. Ketika kita bilang BISA membuktikan hukum kamma, kita harus punya kemampuan yang akurat mengenai sebab spesifik, proses kamma, menghasilkan akibat yang spesifik.

Misalnya Buddha Gotama jika ditanya mengenai sebab dari satu akibat, Ia dapat menjelaskannya dengan baik perbuatan yang mana, di kehidupan mana, seberapa parah, bagaimana objeknya, dan hasilnya apa.

(Contoh: ketika para bhikkhu begitu heran seorang Maha-Moggallana yang mulia mati dengan cara mengenaskan, Buddha memberitahukan perbuatan spesifik apa yang menyebabkan hal tersebut.)



Kalau sudah begini artinya bukan berarti hukum kamma tidak dapat dibuktikan bukan? tetapi karena kita tidak mampu membuktikan. Berbeda dengan pernyataan hukum kamma tidak terbukti  ^-^

Sebenarnya sih pembuktian kecil2an sih banyak juga, tidak perlu jadi arahat atau Buddha juga bisa. Masalahnya apa kita mau mengakui secara jujur bukti kecil2an itu sebagai bukti . :whistle: _/\_

- Saat ini kita bisa membuktikan mekanisme hukum kamma, tapi terbatas hanya untuk yang sederhana.
- Pertanyaannya adalah "bisakah membuktikan hukum kamma?". Jawabannya "BISA", lihat poin di atas.
- Hanya Sammasambuddha yang bisa melihat jelas mekanisme hukum kamma.
- Meski Sammasambuddha bisa melihat jelas mekanismenya, Beliau tidak bisa membuat semua orang untuk dapat melihat jelas mekanisme hukum kamma.
- Sammasambuddha hanya bisa menguraikan sejelas-jelasnya mekanisme hukum kamma.
- Kemampuan untuk melihat mekanisme hukum kamma ini merupakan kemampuan personal.
- Jika ingin membuktikan mekanisme hukum kamma, kita sendiri yang harus mencoba membuktikannya; menjadi Sammasambuddha.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: inJulia on 16 October 2009, 05:14:08 PM
To All,
Hukum Karma TIDAK berbunyi: Mencuri akibatnya tertangkap. Ini hanya penyederhanaan. bahwa mencuri belum tentu pasti tertangkap.

Tapi Hk. Karma berbunyi: Perbuatan kusala membuahkan kebahagiaan.
Perbuatan Akusala membuahkan penderitaan.

Tambahan: karma butuh proses, cepat atau lambat tergantung situasi dan kondisi.

Dan kita menjadi Umat Buddha bukan untuk membuktikan kebenaran Hukum Karma, kan? Kalau mau membuktikan (SENDIRI), maka dg referensi Tipitaka, menjadi Samma Sambuddha adalah satu-satunya jalan.

Sepemahaman saya, kita menjadi Buddhist untuk menembus Nibbana.
Konsep2 Hk karma, Sila, baik buruk, gunanya untuk mendorong agar kita mau mencoba jalanNya.

Konsep BAIK-BURUK, BENAR-SALAH, SUCI-RENDAH, BAHAGIA-MENDERITA konon, itu bukan tergantung keadaan kita, tapi CARA KITA MEMANDANGNYA.

Mohon diluruskan bila keliru.

Thanks
_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: inJulia on 16 October 2009, 05:17:04 PM
Quote from: bond on 16 October 2009, 11:47:14 AM
Apakah bisa membuktikan hukum kamma?

Pembuktian hukum kamma dapat dibuktikan secara sederhana dan sampai yg paling rumit.

Hal yang sederhana adalah :

Anda mencuri lalu ditangkap polisi---hal yg sederhana. Lalu muncul argumen bagaimana kalau tidak tertangkap polisi,tetap saja suatu saat akhirnya tertangkap juga.

Bagaimana dengan koruptor-----Sama dengan si pencuri tadi.

Yang pasti seseorang yang melakukan karma buruk pada kelahiran ini juga seperti dua contoh diatas, batinnya tidak akan pernah tenang, damai melainkan batinnya selalu gundah. Walaupun secara kasat mata ia terlihat menikmati perbuatan buruknya sebenarnya ia merasa tersiksa jika tidak terpenuhi setiap hasratnya. Penderitaan batin inilah juga bentuk dan bukti adanya hukum kamma yg bekerja.


Bagaimana melihat hukum kamma yg begitu rumit?(kalau yg diatas adalah contoh yang sederhana)

Misal: tidak ada angin, tiba2 rumah kita menjadi sasaran rampok. Padahal semua pintu dan lain2 sudah sewaspada mungkin.

Nah untuk kerumitan ini hendaknya seseorang jangan cuma berargumen dengan mengatakan sulit membuktikan. Menjadi sulit karena hanya dipikir2 saja. Cobalah gunakan alat yg pas untuk melihat yg rumit tadi.

Metodenya/alatnya adalah dengan bervipasanna sampai melihat jelas paticasamupada maka akan terjawab semua kerumitan hukum kamma. Sama halnya menggali tanah seharusnya dengan cangkul, sekop atau sejenisnya bukan dengan sebatang sapu lidi.

Sesungguhnya jika kita mengatakan hukum kamma tidak bisa dibuktikan itu karena kebodohan batin(avijja) sendiri sehingga muncul kesimpulan demikian. Maka hendaknya kita menyadari mengapa kita tidak mampu untuk membuktikan? dan gunakan tool yg ada. Seberapa besar usaha yg diperlukan utk memakai tool itu harus kita jalankan jika tekad untuk mengetahui benar2 untuk melihat kebenaran. Jika kita beralasan tool/vipasana susah dan lain2, maka kita telah tertipu oleh si penipu kilesa. Dan artinya bukan benar2 membuktikan tapi cuma bermain-main sebatas intelektual saja. Kalau sudah begini dijamin 100% hukum kamma tidak akan terbukti NYATA.

Kalau saja hukum kamma yg sederhana dan nyata tidak bisa dipahami maka walahualam deh..mengapa demikian? seringkali manusia membuat hal yg sederhana menjadi rumit. Dan yang rumit dibuat menjadi keblinger...

Smoga bermanfaat _/\_


To Mr. Bond,
Kalau argumentasi Anda benar, maka kita HARUS merubah Tipitaka, yang mengatakan Hanya Seorang Samma Sambuddha yang mampu menelusuri jalinan karma dan buahnya. Artinya, yang saya pahami, Arahat (yang bukan Samma Sambuddha) pun tidak bisa, tidak mampu menelusuri karma dan buahnya.

Bila Ada Umat Buddha yang mampu memahami jalinan Hk Karma, maka ia sudah membuktikan kekeliruan Ajaran sang Buddha.
Maaf, saya tak menyangka bisa sampai sejauh ini.
Tapi ini logika saya pribadi.  ;D

Inilah yang saya maksud MEMAKSAKAN DIRI. Pada akhirnya membuat kita kelimpungan sendiri. ;-)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 16 October 2009, 05:31:57 PM
Dear InJulia,

Seperti yg sudah saya komenkan sebelumnya, kalau anda menginginkan pembuktian hukum kamma seperti itu maka, anda sebenarnya sudah tau jawabannya.

yaitu tidak ada yg bisa membuktikan, karena utuk pembuktiannya anda memakai standar dari cerita bahwa hanya Sang Buddha saja yg dapat membuktikan. "membuktikan" disini tentu saja kita yg menilai, bisa kita percaya ataupun tidak. nah masalah bila anda tidak percaya itu berarti pembuktian itu gagal/berhasil adalah terserah pribadi masing masing.

karena setiap orang pemikirannya berbeda beda.


Namu kalau memang tidak ada yg bisa membuktikan , lalu apa tujuan anda mempost hal itu disini?

apakah untuk "menyentil" orang2 yg merasa percaya dengan hukum kamma?

lagipula bahwa pengertian terhadap hukum kamma itu bukan karena kita meminta (dalam arti kata, menunggu bola datang), tetapi dari pemahaman diri. karena yg paham nantinya diri kita sendiri.

dan seperti yg sudah saya analogikan sebelumnya

"Sang Buddha bisa membuat sistem yg sempurna, namun setidaknya kita bisa membuat sistem yg efektif"

Sang buddha dapat melihat kenyataan sebagaimana adanya, dan salah satu kenyataan itu disebut Kamma, tetapi setidaknya kita bisa Mengenal hukum kamma, walaupun belum "melihat"nya.

dan juga tidak tertutup kemungkinan kita dapat melihatnya nanti. ;D

hal ini mengingatkan saya pada post "Keyakinan anda diragukan", karena dalam menganalisa sebab musabab yg ada dalam hukum kamma, ternyata tidak bisa dilihat hanya pada kehidupan saat ini saja. karena nantinya bakal ada cacat, yaitu seperti yg sudah dikatakan sebelumnya yaitu tentang penjahat yg masih "uenakk tenan...",

jadi melibatkan kehidupan sebelumya juga. nah dari sini saja ditanyakan kembali, "Siapa yg tahu tentang kehidupan lampaunya".

dari situ kalo i gak salah inget bersambung ke anatta ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 16 October 2009, 05:49:04 PM
Quote from: inJulia on 16 October 2009, 05:17:04 PM
Quote from: bond on 16 October 2009, 11:47:14 AM
Apakah bisa membuktikan hukum kamma?

Pembuktian hukum kamma dapat dibuktikan secara sederhana dan sampai yg paling rumit.

Hal yang sederhana adalah :

Anda mencuri lalu ditangkap polisi---hal yg sederhana. Lalu muncul argumen bagaimana kalau tidak tertangkap polisi,tetap saja suatu saat akhirnya tertangkap juga.

Bagaimana dengan koruptor-----Sama dengan si pencuri tadi.

Yang pasti seseorang yang melakukan karma buruk pada kelahiran ini juga seperti dua contoh diatas, batinnya tidak akan pernah tenang, damai melainkan batinnya selalu gundah. Walaupun secara kasat mata ia terlihat menikmati perbuatan buruknya sebenarnya ia merasa tersiksa jika tidak terpenuhi setiap hasratnya. Penderitaan batin inilah juga bentuk dan bukti adanya hukum kamma yg bekerja.


Bagaimana melihat hukum kamma yg begitu rumit?(kalau yg diatas adalah contoh yang sederhana)

Misal: tidak ada angin, tiba2 rumah kita menjadi sasaran rampok. Padahal semua pintu dan lain2 sudah sewaspada mungkin.

Nah untuk kerumitan ini hendaknya seseorang jangan cuma berargumen dengan mengatakan sulit membuktikan. Menjadi sulit karena hanya dipikir2 saja. Cobalah gunakan alat yg pas untuk melihat yg rumit tadi.

Metodenya/alatnya adalah dengan bervipasanna sampai melihat jelas paticasamupada maka akan terjawab semua kerumitan hukum kamma. Sama halnya menggali tanah seharusnya dengan cangkul, sekop atau sejenisnya bukan dengan sebatang sapu lidi.

Sesungguhnya jika kita mengatakan hukum kamma tidak bisa dibuktikan itu karena kebodohan batin(avijja) sendiri sehingga muncul kesimpulan demikian. Maka hendaknya kita menyadari mengapa kita tidak mampu untuk membuktikan? dan gunakan tool yg ada. Seberapa besar usaha yg diperlukan utk memakai tool itu harus kita jalankan jika tekad untuk mengetahui benar2 untuk melihat kebenaran. Jika kita beralasan tool/vipasana susah dan lain2, maka kita telah tertipu oleh si penipu kilesa. Dan artinya bukan benar2 membuktikan tapi cuma bermain-main sebatas intelektual saja. Kalau sudah begini dijamin 100% hukum kamma tidak akan terbukti NYATA.

Kalau saja hukum kamma yg sederhana dan nyata tidak bisa dipahami maka walahualam deh..mengapa demikian? seringkali manusia membuat hal yg sederhana menjadi rumit. Dan yang rumit dibuat menjadi keblinger...

Smoga bermanfaat _/\_


To Mr. Bond,
Kalau argumentasi Anda benar, maka kita HARUS merubah Tipitaka, yang mengatakan Hanya Seorang Samma Sambuddha yang mampu menelusuri jalinan karma dan buahnya. Artinya, yang saya pahami, Arahat (yang bukan Samma Sambuddha) pun tidak bisa, tidak mampu menelusuri karma dan buahnya.

Ini tulisannya saya agar dimengerti dengan seksama dan saya akan menjelaskannya lagi agar tidak simpang siur dan bermanfaat bagi kita semua :

"Sesungguhnya jika kita mengatakan hukum kamma tidak bisa dibuktikan itu karena kebodohan batin(avijja) sendiri sehingga muncul kesimpulan demikian. Maka hendaknya kita menyadari mengapa kita tidak mampu untuk membuktikan? dan gunakan tool yg ada. Seberapa besar usaha yg diperlukan utk memakai tool itu harus kita jalankan jika tekad untuk mengetahui benar2 untuk melihat kebenaran. Jika kita beralasan tool/vipasana susah dan lain2, maka kita telah tertipu oleh si penipu kilesa. Dan artinya bukan benar2 membuktikan tapi cuma bermain-main sebatas intelektual saja. Kalau sudah begini dijamin 100% hukum kamma tidak akan terbukti NYATA."

Penjelasan : apakah Buddha tidak bervipasana?

Buddha tentunya dan pasti bisa melihat sebab dan buah yang nyata dan detil. Apakah arahat bisa?, tentu bisa tetapi tidak sesempurna Sang Tathagata. Oleh karena itu dikatakan hanya Sang Tathagata yg memiliki kemampuan pengetahuan kamma yg sempurna. Lalu apakah karena kita umat awam tidak bisa, tentu saja bisa selama kita mau bertekad dan berjuang sampai titik darah terakhir untuk melihat kebenaran hukum kamma itu. Dan pengertian itu akan muncul secara bertahap. Janganlah karena kita umat awam dijadikan alasan untuk tidak dapat membuktikan karena ketidakmampuan sendiri mengatakan tidak dapat dibuktikan. Dalam pembuktian hukum kamma kalau Anda ingin detil seperti Sang Buddha bertekadlah dengan hati Anda yg tulus. Jika Anda hanya ingin sampai arahat, maka bertekadlah untuk mencapainya. Hal yg terpenting membuktikan adanya hukum kamma adalah ESSENSInya hingga Dukkha itu lenyap dan mencapai nibbana. Para Buddha atau arahat inilah yg mengetahui ESSENSI hukum kamma hingga mereka mencapai Ariya Puggala. Jika hanya Sang Buddha yg mengetahui seluruhnya bahkan arahat tidak sedkit pun tahu sama sekali mengenai pembuktian hukum kamma lalu apa yg mereka mengerti kalau sedikit pun tidak ada yg terbukti?, maka tidak akan ada arahat di bumi ini semenjak Sang Buddha ada. Bedakan antara pengetahuan kamma sepenuhnya dan pembuktian essensi kamma yg berujung pada pembebasan.

Tidak ada yg perlu mengubah isi Tipitaka dan kebetulan saya tidak hafal buku itu. Tetapi pahamilah Dhamma bukan hanya yang tertulis dijadikan acuan keseluruhan fakta, jika demikian maka Dhamma hanya sebatas tulisan dan itu bukan Dhamma. Padahal makna tulisan yg ada di Tipitaka adalah seluruhnya mengenai pengertian yg muncul karena PRAKTEK.



Bila Ada Umat Buddha yang mampu memahami jalinan Hk Karma, maka ia sudah membuktikan kekeliruan Ajaran sang Buddha.
Maaf, saya tak menyangka bisa sampai sejauh ini.
Tapi ini logika saya pribadi.  ;D

Inilah yang saya maksud MEMAKSAKAN DIRI. Pada akhirnya membuat kita kelimpungan sendiri. ;-)

Anda terlalu under estimate umat Buddha  ^-^

Saya setuju untuk mengerti hukum kamma jika berkutat pada logika saja adalah suatu pemaksaan diri untuk mengerti.

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Jerry on 16 October 2009, 09:38:42 PM
Quote from: inJulia on 16 October 2009, 10:12:17 AM
Quote from: xuvie on 16 October 2009, 08:15:09 AM
Maap orang lewat numpang nyela...

Kata Sang Buddha yg tidak terpikirkan adalah "kamma-vipaka", akibat dari perbuatan yg susun menyusun demikian kompleksnya dlm mengondisikan terjadinya satu hal. Bukannya kebenaran ttg adanya Hukum Kamma. Selain itu, maksud Sang Buddha adalah hal ini tidak dapat ditembusi oleh pemikiran intelek seorang 'putthujjana' belaka.
Karma Vipaka kan bagian dari Hukum Karma. Kalao Karma Vipaka nya saja ngga bisa ditelusuri, sudah pasti Hk Karma itu sendiri makin sulit ditelusuri. Bisa gila. :-)  ;D
_/\_
Detilnya (kamma-vipaka) emang ngga bisa ditembusi dengan pemikiran intelektual belaka. Bisa gila. Tapi secara generalnya, hukum kamma dapat dimengerti dengan pemikiran intelektual belaka yg sama.

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Kelana on 16 October 2009, 10:45:58 PM
Tanggapan saya,

Quote<<Kata siapa kita tidak bisa membuktikan
<<kebenaran hukum karma. Sdr/i InJulia??
==========
Kata Sang Buddha. Hanya seorang Samma Sambuddha yang mampu menelusuri jalinan karma yang begitu jalin menjalin. Sang Buddha sudah menasehati, Hukum Karma adalah salah satu dari 4 Acinteya: Tak terpikirkan oleh kita, yang bukan seorang Samma Sambuddha.

Coba anda perhatikan kalimat yang dipertebal.
Ok sekarang, dalam Acintita (saya rasa bukan acinteya) Sutta,  Sang Buddha menjelaskan mengenai HASIL Karma yang tidak dapat diduga . Jadi  bukan masalah Pembuktian Hukum Karma. Mengapa tidak dapat diduga? Akan saya sampaikan di akhir.

Quote<<Kita lapar kemudian kita berniat makan dan
<<akhirnya kita makan dan kenyang.
<<Apakah ini bukan hukum karma? tidak bisa ditelusuri??
==========
Bukan, atau lebih tepat: BELUM TENTU.
Coba kita ganti contohnya agar lebih jelas.
Dulu saya pernah berdialog, seorang Bhante menyatakan,"Ketika seseorang mencuri kemudian tertangkap, dipenjara. Bukankah ini adalah bukti adanya Hukum Karma?"

Saya waktu itu bilang,"Bukan, Bhante. Itu bukan bukti kebenaran Hk Karma."

Karena dalam hati,"Tidak SEMUA pencurian SELALU berakhir dengan penangkapan, banyak pencuri, koruptor yang tidak tertangkap, menikmati hasil pencuriannya, foya2. Dan, ketika seseorang mencuri dan tidak tertangkap, apa boleh kita bilang:
= Nah itu BUKTI ketiadaan Hk Karma!
= Nah, itu bukti Hk Karma, mencuri akibatnya hidup foya2 dan enak2.
Itilah "HUKUM" (menurut pemahaman saya, yang mungkin keliru): adalah sebab akibat yang pasti. KEPASTIAN,Bila "A" maka akibatnya "B".

Jawaban anda yaitu BELUM TENTU ini, mengindikasikan bahwa Hukum Karma bisa dibuktikan HANYA SAJA PEYEBABNYA belum bisa kita lacak. Jadi kitalah yang belum mampu BUKAN Hukum Karma tidak bisa dibuktikan sama sekali.

Memang Hukum Karma begitu komplek, tapi bukan berarti kita memukul rata semua peristiwa itu memiliki kekomplekan yang sama. Ada yang sederhana. Kekomplekan hukum karma karena adanya penyebab yang banyak dari suatu peristiwa, dan penyebabnya tersebut punya peyebab lagi, dst, sehingga tak terhingga  inilah mengapa juga dikatakan Acintita. Tapi ini bukan berarti tidak adanya penyebab DOMINAN,  penyebab PENENTU. Penyebab Dominan ini kadang bisa kita lihat secara jelas, contohnya mengenai rasa kenyang setelah makan yang diawali dengan niat untuk makan. Jika tidak ada penyebab dominan maka Sang Buddha tidak akan mengatakan bahwa Pikiran adalah pemimpin (Dhammapada 1)

Apa yang dicontohkan oleh Bhante yang anda sebutkan adalah benar suatu rangkaian Hukum Karma dimana Buah Karma yang berbuah cepat. Sedangkan yang anda contohkan dimana seorang pencuri tidak tertangkap adalah kasus lain dimana buah karma yang belum matang. Waktu berbuah dari Karma hendaknya juga kita perhitungkan.

QuoteBila "A" akibatnya kadang "B', kadang "C", maka aturan ini belum bisa disebut sebagai HUKUM. Baru HIPOTESA, TEORI. (Bro Kelana, tolong buka KBBI-nya, ya. apa definisi HUKUM.)

Hukum. 1. Peraturan yg dibuat oleh penguasa(pemerintah) atau adat yg berlaku bagi semua orang di suatu masyarakat (negara; 2 undang-undang, peraturan, dsb untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat; 3 patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dsb) yang tertentu; 4 keputusan (pertimbangan) yg ditetapkan oleh hakim (dl Pengadilan; vonis; - (KBBI)

Jika yang anda ingin katakan bahwa Hukum Karma tidak ada ketetapan, tidak ada kepastian , saya rasa anda salah.

Kita merasa Hukum Karma tidak ada kepastian ketika kita tidak melihat, tidak tahu secara pasti Hukum Karma bekerja itu seperti apa. Salah satu yang anda tidak perhitungkan adalah masalah WAKTU berbuahnya Karma yang ditentukan oleh banyak faktor sehingga menimbulkan perbedaan yang anda sebut ketidakpastian. Inilah mengapa tidak bisa diduga secara pasti, Acintita. Hukum Karma tidaklah berkerja sendiri saja, tapi bersama dengan hukum alam lainnya. Salah satu kepastian dari Hukum Karma adalah proses kerjanya yang berupa SEBAB-AKIBAT.

Jika dianalogikan dalam matematika (semoga tidak salah), misalnya ada rumus : 2 + y= x
Nah , besarnya x akan ditentukan oleh besarnya y. Tetapi secara keseluruhan RUMUSnya TETAP yaitu 2 + y= x , yang berbeda adalah faktor y dan x. Kita yang tidak tahu rumusnya seperti itu, maka kita merasa aneh jika dikatakan  x= 5. Apalagi kalau rumusnya salah.

Jadi,
Hukum Karma itu bisa dibuktikan! Kita tidak perlu menerawang jauh-jauh untuk membuktikan Hukum Karma itu, cukup perhatikan perilaku kita sehari-hari.

Demikian.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ciputras on 16 October 2009, 10:55:07 PM
Rekan inJulia dan juga rekan-rekan lainnya dalam forum ini, ijinkan saya menanggapi posting pembuka dari rekan inJulia yang merupakan pindahan dari forum lain.

Yang saya pahami dalam hukum kamma adalah proses. Dan dari yang saya pelajari, kata kamma dalam bahasa Pali artinya perbuatan. Akibat dari perbuatan disebut vipaka dalam bahasa Pali. Maka ada istilah kamma-vipaka. Seperti yang kita sama-sama ketahui, perbuatan selalu didahului oleh pikiran/kehendak. Bagaimana pikiran atau kehendak ini muncul? Nama dan rupa dalam panca kandha yang berperan. Di dalam Abhidhamma, Dhamma terbagi dalam 2 bagian, Paramattha Dhamma yang berarti Kenyataan Tertinggi (terdiri dari Citta atau kesadaran, Cetasika atau bentuk-bentuk batin, rupa atau materi, dan Nibbana atau Nirvana). Bagian kedua dari Dhamma adalah Pannati Dhamma, sesuatu yang bukan ada dengan sendirinya tetapi hasil karya dari manusia.

Panca kandha terdiri dari rupa dan nama. Nama sendiri terdiri dari Vedana (perasaan), Sanna (penerapan), sankhara (bentukan batin) dan vinnana (kesadaran). Dalam Abhidhamma, Nama ini termasuk dalam Cetasika atau bentuk-bentuk batin. Jadi Panca Kandha ini termasuk Paramattha Dhamma atau kenyataan tertinggi. Mau membuktikan kebenaran hukum kamma? Bukankah menjadi mau membuktikan kenyataan tertinggi? Sama seperti mau membuktikan Nibbana atau Nirvana? Ok lah, cukup sekian kita bermain dengan kata-kata.

Kembali ke pemahaman saya akan hukum kamma yaitu proses. Setiap perbuatan akan memberikan akibat. Berdasarkan akibat kamma terbagi dalam 3 yaitu kusala kamma (perbuatan baik), akusala dhamma (perbuatan buruk) dan bukan perbuatan baik dan juga bukan perbuatan buruk. Contoh sederhananya begini. Kasus pencurian uang. Awalnya dia butuh uang untuk makan sehari-hari. Tidak ketahuan, aman. Ingin beli hape, uang ngga cukup. Pencurian terjadi lagi (sudah kelihatan lobha atau keserakahan). Ngga ketahuan, asyik. Kalo ketahuan, babak belur dan masuk penjara. Kalo tidak ketahuan akan terus berlanjut hingga dia jadi seorang yang sukses dan pencurian yang dilakukan sudah menjadi korupsi. Korupsi sana sini tidak ketahuan, asyik. Udah punya uang banyak, istri satu tidak cukup. Jajan sana sini. Kena penyakit AIDS tamat riwayat. Ngga kena penyakit akibat jajan, tambah asyik. Korupsi ngga ketahuan, jajan aman-aman aja. Kalo korupsi ketahuan KPK masuk penjara, kalo ada di China kena hukum mati. Kalo sampai mati semua berjalan lancar, lihat dulu saat nafas berhenti bagaimana kondisi batinnya, sebab itu menentukan dalam kelahiran berikutnya. Jadi semua ini adalah proses. Kamma menghasilkan vipaka yang merupakan kamma berikut yang menghasilkan vipaka yang merupakan kamma berikut dst dst dst... Kamma dimulai dari pikiran dan bayangkan dalam sedetik ada berapa banyak pikiran yang muncul. Berapa banyak kamma yang kita hasilkan? Jadi kamma itu tidak linear tetapi seperti peluru yang dimuntahkan dari senapan mesin. Sebuah proses yang tidak linear.

Mr. Bond ada menyinggung meditasi vipassana. Benar, karena dalam meditasi vipassana, kita belajar mengenali batin kita dan berusaha menjaga kesadaran (sati) sehingga pada saat bentukan batin (sankhara) muncul, kita bisa kenali dan tidak memberikan respon hingga sankhara itu hilang lagi. Diharapkan, dengan demikian kita bisa sedikit demi sedikit mengikis kekotoran batin supaya Nibbana semakin dekat untuk bisa dicapai. Apakah kebenaran hukum kamma masih perlu dibuktikan?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Tekkss Katsuo on 16 October 2009, 11:01:26 PM
 _/\_

penjelasan yang luar biasa.... dari bro Ciputras... +1 buat Ciputras. semoga kita bisa memahami apa yg disampaikan oleh Bro Ciputras

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: g.citra on 16 October 2009, 11:44:08 PM
Quote from: inJulia on 16 October 2009, 10:11:23 AM
Quote from: g.citra on 16 October 2009, 08:08:30 AM
Kalo mau ngeliat yg gampang mah, gini aja Jul ...

Kamu kan dah buka thread, trus saya nulis koment ... itu dah sebab akibat ... sebabnya kamu buka thread, terus ada akibat yg kamu terima ...
Itu aja cukup! Kalo mau di korek lagi kenapa kamu buka thread, atau kenapa thread dipisahkan dsb, sama aja ujung-ujungnya kamu ngorek-ngorek asal mula alam semesta (sebab awal) ...  sama kayak orang ngilik kuping ... makin dikilik, makin asik ... jadi lupa waktu ...

QuoteKata Sang Buddha. Hanya seorang Samma Sambuddha yang mampu menelusuri jalinan karma yang begitu jalin menjalin. Sang Buddha sudah menasehati, Hukum Karma adalah salah satu dari 4 Acinteya: Tak terpikirkan oleh kita, yang bukan seorang Samma Sambuddha.

Ambil makna dari tulisan itu! jangan di telan mentah-mentah ...
Bicara mengenai penelusuran jalinan (rangkaian) kamma, akhir pencariannya dah saya tulis tuh diatas ...

Coba kalo dah gitu, muter-muter dan gak abis-abis kan ? 
Masa sih bisa ke awal mula penciptaan? Rasanya ngga ke sana arahnya.

Dari tulisan kamu yang saya bold ... Coba aja kamu telusuri terus, akibat-akibat yang timbul dari sebab yang dibentuk saat ini, kemarin, tahun kemarin, hidup sebelum ini dst... ujung2nya kan bakal kesana tuh ...  :))

Tapi Anda sudah paham,
saya justru mengajak agar kita ngga usah MEMASTIKAN mana karma/perbuatan yang berbuah, berakibat ini atau itu.

Yang bisa kita lakukan hanya:MUNGKIN, DUGAAN, HIPOTESA belaka.

_/\_

(edit, salah quote)

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 17 October 2009, 08:08:25 AM
 [at] om ciputras

analitik yg bagus sekali tentang Kamma Vipaka itu :jempol:

[at] all

untuk menangkap maksud bro InJulia, coba deh.. prosesnya dibalik

jangan menjelaskan dari orang ini pertama begini begitu, lalu kemudian begini begitu..

adakah yg bisa memberikan gambaran, dari Akibat lalu menjabarkan ke sebab sebabnya... ;D begitu loh..

seperti, seorang dokter yg mendiagnosa penyakit seseorang. Orang yg sakit tentu tidak tahu kenapa dia bisa menderita sakit, lalu dokter bisa menjabarkan.. "oh.. anda sakit disini , karena begini begitu".   begituloh..
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 17 October 2009, 08:31:45 AM
Quote from: ciputras on 16 October 2009, 10:55:07 PM
Rekan inJulia dan juga rekan-rekan lainnya dalam forum ini, ijinkan saya menanggapi posting pembuka dari rekan inJulia yang merupakan pindahan dari forum lain.

Yang saya pahami dalam hukum kamma adalah proses. Dan dari yang saya pelajari, kata kamma dalam bahasa Pali artinya perbuatan. Akibat dari perbuatan disebut vipaka dalam bahasa Pali. Maka ada istilah kamma-vipaka. Seperti yang kita sama-sama ketahui, perbuatan selalu didahului oleh pikiran/kehendak. Bagaimana pikiran atau kehendak ini muncul? Nama dan rupa dalam panca kandha yang berperan. Di dalam Abhidhamma, Dhamma terbagi dalam 2 bagian, Paramattha Dhamma yang berarti Kenyataan Tertinggi (terdiri dari Citta atau kesadaran, Cetasika atau bentuk-bentuk batin, rupa atau materi, dan Nibbana atau Nirvana). Bagian kedua dari Dhamma adalah Pannati Dhamma, sesuatu yang bukan ada dengan sendirinya tetapi hasil karya dari manusia.

Panca kandha terdiri dari rupa dan nama. Nama sendiri terdiri dari Vedana (perasaan), Sanna (penerapan), sankhara (bentukan batin) dan vinnana (kesadaran). Dalam Abhidhamma, Nama ini termasuk dalam Cetasika atau bentuk-bentuk batin. Jadi Panca Kandha ini termasuk Paramattha Dhamma atau kenyataan tertinggi. Mau membuktikan kebenaran hukum kamma? Bukankah menjadi mau membuktikan kenyataan tertinggi? Sama seperti mau membuktikan Nibbana atau Nirvana? Ok lah, cukup sekian kita bermain dengan kata-kata.

Kembali ke pemahaman saya akan hukum kamma yaitu proses. Setiap perbuatan akan memberikan akibat. Berdasarkan akibat kamma terbagi dalam 3 yaitu kusala kamma (perbuatan baik), akusala dhamma (perbuatan buruk) dan bukan perbuatan baik dan juga bukan perbuatan buruk. Contoh sederhananya begini. Kasus pencurian uang. Awalnya dia butuh uang untuk makan sehari-hari. Tidak ketahuan, aman. Ingin beli hape, uang ngga cukup. Pencurian terjadi lagi (sudah kelihatan lobha atau keserakahan). Ngga ketahuan, asyik. Kalo ketahuan, babak belur dan masuk penjara. Kalo tidak ketahuan akan terus berlanjut hingga dia jadi seorang yang sukses dan pencurian yang dilakukan sudah menjadi korupsi. Korupsi sana sini tidak ketahuan, asyik. Udah punya uang banyak, istri satu tidak cukup. Jajan sana sini. Kena penyakit AIDS tamat riwayat. Ngga kena penyakit akibat jajan, tambah asyik. Korupsi ngga ketahuan, jajan aman-aman aja. Kalo korupsi ketahuan KPK masuk penjara, kalo ada di China kena hukum mati. Kalo sampai mati semua berjalan lancar, lihat dulu saat nafas berhenti bagaimana kondisi batinnya, sebab itu menentukan dalam kelahiran berikutnya. Jadi semua ini adalah proses. Kamma menghasilkan vipaka yang merupakan kamma berikut yang menghasilkan vipaka yang merupakan kamma berikut dst dst dst... Kamma dimulai dari pikiran dan bayangkan dalam sedetik ada berapa banyak pikiran yang muncul. Berapa banyak kamma yang kita hasilkan? Jadi kamma itu tidak linear tetapi seperti peluru yang dimuntahkan dari senapan mesin. Sebuah proses yang tidak linear.

Mr. Bond ada menyinggung meditasi vipassana. Benar, karena dalam meditasi vipassana, kita belajar mengenali batin kita dan berusaha menjaga kesadaran (sati) sehingga pada saat bentukan batin (sankhara) muncul, kita bisa kenali dan tidak memberikan respon hingga sankhara itu hilang lagi. Diharapkan, dengan demikian kita bisa sedikit demi sedikit mengikis kekotoran batin supaya Nibbana semakin dekat untuk bisa dicapai. Apakah kebenaran hukum kamma masih perlu dibuktikan?

Anggaplah saya seseorang yang tidak mengerti semua agama sama sekali. Bagaimana penjelasan anda ke saya tentang bukti hukum kamma? Tolong sekaligus memberikan contohnya.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: g.citra on 17 October 2009, 08:54:24 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 08:31:45 AM
Anggaplah saya seseorang yang tidak mengerti semua agama sama sekali. Bagaimana penjelasan anda ke saya tentang bukti hukum kamma? Tolong sekaligus memberikan contohnya.

Sorry bro Kai, mo numpang lewat dikit nih ... :))

Yang gampang cuma 2 hal :

1. Anda saya suruh bagi duit ke pengemis dijalan,
2. Anda saya suruh buat ngejitak kepala preman.

Biar gak paham agama ato hukum kamma juga anda pasti mikir buat ngerjain hal kedua bukan ?

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 17 October 2009, 09:32:33 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 08:31:45 AM
Quote from: ciputras on 16 October 2009, 10:55:07 PM
Rekan inJulia dan juga rekan-rekan lainnya dalam forum ini, ijinkan saya menanggapi posting pembuka dari rekan inJulia yang merupakan pindahan dari forum lain.

Yang saya pahami dalam hukum kamma adalah proses. Dan dari yang saya pelajari, kata kamma dalam bahasa Pali artinya perbuatan. Akibat dari perbuatan disebut vipaka dalam bahasa Pali. Maka ada istilah kamma-vipaka. Seperti yang kita sama-sama ketahui, perbuatan selalu didahului oleh pikiran/kehendak. Bagaimana pikiran atau kehendak ini muncul? Nama dan rupa dalam panca kandha yang berperan. Di dalam Abhidhamma, Dhamma terbagi dalam 2 bagian, Paramattha Dhamma yang berarti Kenyataan Tertinggi (terdiri dari Citta atau kesadaran, Cetasika atau bentuk-bentuk batin, rupa atau materi, dan Nibbana atau Nirvana). Bagian kedua dari Dhamma adalah Pannati Dhamma, sesuatu yang bukan ada dengan sendirinya tetapi hasil karya dari manusia.

Panca kandha terdiri dari rupa dan nama. Nama sendiri terdiri dari Vedana (perasaan), Sanna (penerapan), sankhara (bentukan batin) dan vinnana (kesadaran). Dalam Abhidhamma, Nama ini termasuk dalam Cetasika atau bentuk-bentuk batin. Jadi Panca Kandha ini termasuk Paramattha Dhamma atau kenyataan tertinggi. Mau membuktikan kebenaran hukum kamma? Bukankah menjadi mau membuktikan kenyataan tertinggi? Sama seperti mau membuktikan Nibbana atau Nirvana? Ok lah, cukup sekian kita bermain dengan kata-kata.

Kembali ke pemahaman saya akan hukum kamma yaitu proses. Setiap perbuatan akan memberikan akibat. Berdasarkan akibat kamma terbagi dalam 3 yaitu kusala kamma (perbuatan baik), akusala dhamma (perbuatan buruk) dan bukan perbuatan baik dan juga bukan perbuatan buruk. Contoh sederhananya begini. Kasus pencurian uang. Awalnya dia butuh uang untuk makan sehari-hari. Tidak ketahuan, aman. Ingin beli hape, uang ngga cukup. Pencurian terjadi lagi (sudah kelihatan lobha atau keserakahan). Ngga ketahuan, asyik. Kalo ketahuan, babak belur dan masuk penjara. Kalo tidak ketahuan akan terus berlanjut hingga dia jadi seorang yang sukses dan pencurian yang dilakukan sudah menjadi korupsi. Korupsi sana sini tidak ketahuan, asyik. Udah punya uang banyak, istri satu tidak cukup. Jajan sana sini. Kena penyakit AIDS tamat riwayat. Ngga kena penyakit akibat jajan, tambah asyik. Korupsi ngga ketahuan, jajan aman-aman aja. Kalo korupsi ketahuan KPK masuk penjara, kalo ada di China kena hukum mati. Kalo sampai mati semua berjalan lancar, lihat dulu saat nafas berhenti bagaimana kondisi batinnya, sebab itu menentukan dalam kelahiran berikutnya. Jadi semua ini adalah proses. Kamma menghasilkan vipaka yang merupakan kamma berikut yang menghasilkan vipaka yang merupakan kamma berikut dst dst dst... Kamma dimulai dari pikiran dan bayangkan dalam sedetik ada berapa banyak pikiran yang muncul. Berapa banyak kamma yang kita hasilkan? Jadi kamma itu tidak linear tetapi seperti peluru yang dimuntahkan dari senapan mesin. Sebuah proses yang tidak linear.

Mr. Bond ada menyinggung meditasi vipassana. Benar, karena dalam meditasi vipassana, kita belajar mengenali batin kita dan berusaha menjaga kesadaran (sati) sehingga pada saat bentukan batin (sankhara) muncul, kita bisa kenali dan tidak memberikan respon hingga sankhara itu hilang lagi. Diharapkan, dengan demikian kita bisa sedikit demi sedikit mengikis kekotoran batin supaya Nibbana semakin dekat untuk bisa dicapai. Apakah kebenaran hukum kamma masih perlu dibuktikan?

Anggaplah saya seseorang yang tidak mengerti semua agama sama sekali. Bagaimana penjelasan anda ke saya tentang bukti hukum kamma? Tolong sekaligus memberikan contohnya.
bukti hukum karma adalah keberadaan kita sekarang, kita sekarang adalah akibat dari masa lalu, dan kita masa datang adalah akibat dari kita sekarang.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: sobat-dharma on 17 October 2009, 10:30:02 AM
Quote from: inJulia on 16 October 2009, 05:14:08 PM
Konsep BAIK-BURUK, BENAR-SALAH, SUCI-RENDAH, BAHAGIA-MENDERITA konon, itu bukan tergantung keadaan kita, tapi CARA KITA MEMANDANGNYA.


Tembakan jitu. siiip!  =D>
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: CHANGE on 17 October 2009, 10:32:41 AM
Sekedar analisa   :-?  mengenai hukum kamma, seandainya inJulia berkenan  :

Saya setuju bahwa hukum kamma secara detail dan akurat tersebut tidak dapat dibuktikan secara empiris oleh orang awam kecuali oleh Sammasambuddha. Dan bagi saya ini adalah kenyataan yang sangat MENGGEMBIRAKAN bagi saya dan tidak mengecewakan sama sekali, bahkan membuat saya lebih bertekad belajar Buddha Dhamma.

Bukankah ini adalah jawaban ekstrim ?
Tentu tidak. Karena  kenyataan ini adalah REALITAS KEBENARAN ajaran Sang Buddha mengenai kamma vipaka.  

Seperti yang dikatakan Sang Buddha  di sebuah sutta (A.N.4.77) bahwa ada empat hal yang tidak boleh terlalu dipikirkan. Jika anda berpikir terlalu jauh tentang empat hal ini, anda akan menjadi gila. Yang pertama adalah kekuatan seorang Buddha; yang kedua adalah kedalaman dan kekuatan jhana (meditasi penyerapan); yang ketiga adalah kamma-vipaka; dan yang keempat adalah spekulasi tentang dunia.

Sang Buddha memberikan jawaban pasti atas hukum kamma vipaka kepada muridnya. Seandainya kita tidak menpunyai kemampuan bathin yang memadai dan coba menganalisa secara partial mengenai kamma vipaka. Dan mecoba menjelaskan secara akurat, mungkin hari ini kita tidak berada di FORUM ini, tetapi berada di Rumah Sakit Jiwa. SANGAT BERUNTUNG PERINGATAN telah diberikan oleh Sang Guru. Jika tidak ada peringatan, apa yang terjadi pada setiap umat Buddhis.

Apakah analogi atau perumpamaan terhadap cara kerja kamma vipaka dibenarkan ? Tentu dibenarkan ( IMO ), tetapi tentu kita harus mengingat bahwa kita hanya menggunakan variable/komponen/parameter yang sangat terbatas ( yang kasat mata saja ).
Contoh sederhana untuk membuat kue kita memerlukan terigu, gula, air, soda kue dll untuk menghasilkannya kue tersebut, dan hasil kue bisa berbeda dari segi rasa, kwalitas, dll. ( Inilah metode sederhana yang biasa kita lakukan ).

Tetapi jika ditelaah lebih lanjut mengapa kue yang dihasilkan tersebut berbeda, padahal menggunakan formula yang sama. Dan disini kita mulai mengalami kesulitan untuk menjelaskan. Sebagai contoh terigu dengan merk sama juga memberikan hasil yang berbeda. Jika ditelusuri lebih lebih lanjut maka akan bertanya mengenai Cara Pengolahan Pabrik, penyimpanan, cara Taman, Bibit Unggul bijian-bijian, cuaca, pupuk dll, belum lagi bahan yang lain. Bisa bayangkan berapa juta variable/komponen/parameter yang harus di analisa secara mendetail untuk menjelaskan pembuatan satu kue secara akurat. Dan saya tidak berani membayangkan berapa banyak variable yang akan digunakan untuk menganalisa hanya satu kehidupan ini ( belum lagi kehidupan-kehidupan yang lampau ).Karena setiap hari berapa banyak sebab akibat yang kita ciptakan melalui pikiran,ucapan dan perbuatan, jika anda sanggup dapat mengingatnya. Dan ini BUKAN MEMBUKTIKAN bahwa hukum kamma itu tidak ada, melainkan hanya ketidakkemampuan/keterbatasan untuk menjelaskan cara kerja hukum kamma. Misalkan Koran kompas digunakan untuk membungkus narkotika, tentu bukan penerbit yang disalahkan, tetapi pemakai Koran/pengedar tersebut.
Contoh lain adalah mengenai artikel " KEPASTIAN dan KEBETULAN "

Dan secara logika bahwa kehidupan ini adalah PROSES dari SEBAB AKIBAT. Siapa  didunia ini  yang berani membantah KENYATAAN INI !!!!. Inilah kebesaran Sang Guru  yang sangat dibanggakan.Keterbatasan manusia dan dewa mengenai cara kerja Kamma Vipaka, tidak memyebabkan manusia dan dewa selalu terkurung dalam KEGELAPAN BATHIN. Karena Sang Guru mengajarkan Dhamma ( rakit ) untuk kita jalani yakni JM8, 4KM, Dana ( kedermawanan ), Sila, Samadhi, Panna, dll. Dengan tujuan untuk terbebas dari segala keterbatasan dengan usaha sendiri. Inilah yang saya katakan Buddha Dhamma adalah INDAH dan MENAKJUBKAN. Karena Sang Guru mengetahui dan memahami keterbatasan yang dimiliki oleh manusia dan tidak berhenti sampai disini, tetapi melanjutkan dengan memberikan SOLUSI-SOLUSI untuk terbebas dari keterbatasan tersebut. Jadi semuanya tergantung dari setiap TEKAD setiap insan manusia.

Kesimpulan :
Kita sebenarnya hanya KECEWA atas keterbatasan diri sendiri, bukan kecewa terhadap hukum kamma. Seperti pertanyaan inJulia, sebenarnya mempertanyaan keterbatasan diri sendiri dan kita semua dengan tidak menyadarinya. Dan seakan-akan hukum kamma dikorbankan. Dengan keterbatasan meminta jawaban ketidakbatasan.

IMO, pertanyaan inJulia secara positif memberikan motivasi dan dukungan kepada saya untuk memperdalam Buddha Dhamma, karena  merupakan pertanyaan yang menggambarkan kenyataan. Terima Kasih atas pertanyaannya dan pernyataannya.

IMO, saya pasti kecewa terhadap Buddha Dhamma jika ada yang dapat menjelaskan secara akurat cara kerja kamma. Tetapi saya sangat BAHAGIA dan BANGGA jika TIDAK ADA yang dapat menjelaskan secara akurat cara kerja kamma. Berarti ajaran Buddha Dhamma adalah KENYATAAN YANG INDAH dan MENAKJUBKAN KARENA TIDAK ADA RAHASIA atau KEBOHONGAN.

Saya akan kecewa berat bahkan meninggalkan Buddha Dhamma seandainya Sang Buddha dikatakan sebagai Maha Kuasa, Maha Pencipta, dll tetapi KENYATAAN lapangan adalah IMPOTEN ( tidak sesuai dengan gelar yang dipakai ). Berarti KEBOHONGAN PUBLIK.

Yang saya tulis hanya sekedar analisa, jika ada kata-kata yang tidak berkenan, mohon maaf sebesar-besarnya

Semoga Semua Makhluk Barbahagia

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: sobat-dharma on 17 October 2009, 10:32:50 AM
Quote from: ryu on 17 October 2009, 09:32:33 AM
bukti hukum karma adalah keberadaan kita sekarang, kita sekarang adalah akibat dari masa lalu, dan kita masa datang adalah akibat dari kita sekarang.

Kalau yang ini... jawaban agama tetangga akan lain lagi.. Keberadaan kita karena bukti adanya tuhan :))
Lalu yang benar yang mana?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Nevada on 17 October 2009, 10:42:12 AM
Sebagai referensi mekanisme hukum kamma, kita bisa meninjaunya dari Syair Dhammapada 309 dan 310 (Bab XXII - Niraya Vagga).

Quote from: Syair Dhammapada 309 dan 310Kisah Khemaka, Anak Laki-laki Seorang Kaya

Khemaka, selain kaya, juga sangat tampan dan banyak wanita sangat tertarik kepadanya. Banyak wanita tidak dapat menolak keinginan nafsu seksualnya sehingga mereka menjadi korban pelecehan seksual. Khemaka melakukan perzinahan tanpa penyesalan. Anak buah Raja menangkapnya tiga kali karena perbuatan asusila dan membawanya ke hadapan Raja. Tetapi Raja Pasenadi Kosala tidak dapat berbuat apa-apa karena Khemaka adalah keponakan Anathapindika. Maka Anathapindika sendiri membawa keponakannya menghadap kepada Sang Buddha.

Sang Buddha berbicara kepada Khemaka tentang keburukan perbuatan asusila dan akibat serius yang dapat ditimbulkan. Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 309 dan 310 berikut :

"Cattari thanani naro pamatto
apajjati paradarupasevi
apunnalabham na nikamaseyyam
nindam tatiyam nirayam catuttham.

Apunnalahho ca gati ca papika
bhitassa bhitaya rati ca thokika
raja ca dandam garukam paneti
tasma naro paradaram na seve."


Artinya:

"Orang yang lengah dan berzinah
akan menerima empat ganjaran, yaitu :
pertama, ia akan menerima akibat buruk;
kedua, ia tidak dapat tidur dengan tenang;
ketiga, namanya tercela;
dan keempat, ia akan masuk ke alam neraka.


Ia akan menerima akibat buruk dan kelahiran rendah
pada kehidupannya yang akan datang.
Sungguh singkat kenikmatan yang diperoleh
lelaki dan wanita yang ketakutan,
dan raja pun akan menjatuhkan hukuman berat.

Karena itu, janganlah seseorang berzinah
dengan istri orang lain."

Setelah khotbah Dhamma itu berakhir, Khemaka mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Coba kita analisa syair yang saya cetak tebal.

Akibat pertama menunjukkan bahwa seorang yang berzinah akan mendapatkan akibat buruk langsung. Akibat buruk itu mungkin saja perasaan cemas (takut ketahuan), ataupun luka fisik karena korban pelecehan melakukan perlawanan. Akibat kedua menunjukkan bahwa seorang yang berzinah akan dihantui oleh perasaan kemelekatan (ketidakpuasan). Akibat ketiga menunjukkan kalau orang yang berzinah, kelak ia akan mendapat reputasi buruk. Akibat keempat menyatakan, bahwa perilaku seperti ini bisa mengakibatkan seseorang terlahir ke alam neraka karena pikirannya penuh dengan kebencian terhadap semua akibat yang sudah terjadi.

Lalu syair dilanjutkan dan disebutkan bahwa seorang yang berzinah akan terlahir kembali di alam-alam yang rendah. Tidak hanya itu, di kehidupan saat ini juga, bila seorang yang berzinah tertangkap; ia akan diadili secara hukum.

Coba perhatikan! Dari perbuatan zinah, banyak sekali akibat yang ditimbulkan. Tidak hanya akibat yang akan berbuah di kehidupan saat ini, tapi di kehidupan yang akan datang. Beberapa akibat muncul karena reaksi sosial dari orang lain. Beberapa muncul karena pikiran seorang penzinah yang kacau. Beberapa muncul karena didukung oleh jalannya hukum-hukum lain; niyama.

Sekarang siapa yang berani bilang lagi kalau Hukum Kamma tidak bisa dibuktikan?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 17 October 2009, 10:43:25 AM
Quote from: g.citra on 17 October 2009, 08:54:24 AM
Sorry bro Kai, mo numpang lewat dikit nih ... :))

Yang gampang cuma 2 hal :

1. Anda saya suruh bagi duit ke pengemis dijalan,
2. Anda saya suruh buat ngejitak kepala preman.

Biar gak paham agama ato hukum kamma juga anda pasti mikir buat ngerjain hal kedua bukan ?

_/\_

Tidak perlu teori hukum kamma, hanya perlu ilmu sosial untuk menganalisa "berdana ke pengemis" dan "menjitak kepala preman". Kalau saya seorang Mafia, menjitak kepala preman tidak perlu pikir-pikir.



Quote from: ryu on 17 October 2009, 09:32:33 AM
bukti hukum karma adalah keberadaan kita sekarang, kita sekarang adalah akibat dari masa lalu, dan kita masa datang adalah akibat dari kita sekarang.
Bukannya diciptakan Tuhan?


Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 17 October 2009, 10:46:45 AM
Quote from: upasaka on 17 October 2009, 10:42:12 AM
Sebagai referensi mekanisme hukum kamma, kita bisa meninjaunya dari Syair Dhammapada 309 dan 310 (Bab XXII - Niraya Vagga).

Quote from: Syair Dhammapada 309 dan 310Kisah Khemaka, Anak Laki-laki Seorang Kaya

Khemaka, selain kaya, juga sangat tampan dan banyak wanita sangat tertarik kepadanya. Banyak wanita tidak dapat menolak keinginan nafsu seksualnya sehingga mereka menjadi korban pelecehan seksual. Khemaka melakukan perzinahan tanpa penyesalan. Anak buah Raja menangkapnya tiga kali karena perbuatan asusila dan membawanya ke hadapan Raja. Tetapi Raja Pasenadi Kosala tidak dapat berbuat apa-apa karena Khemaka adalah keponakan Anathapindika. Maka Anathapindika sendiri membawa keponakannya menghadap kepada Sang Buddha.

Sang Buddha berbicara kepada Khemaka tentang keburukan perbuatan asusila dan akibat serius yang dapat ditimbulkan. Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 309 dan 310 berikut :

"Cattari thanani naro pamatto
apajjati paradarupasevi
apunnalabham na nikamaseyyam
nindam tatiyam nirayam catuttham.

Apunnalahho ca gati ca papika
bhitassa bhitaya rati ca thokika
raja ca dandam garukam paneti
tasma naro paradaram na seve."


Artinya:

"Orang yang lengah dan berzinah
akan menerima empat ganjaran, yaitu :
pertama, ia akan menerima akibat buruk;
kedua, ia tidak dapat tidur dengan tenang;
ketiga, namanya tercela;
dan keempat, ia akan masuk ke alam neraka.


Ia akan menerima akibat buruk dan kelahiran rendah
pada kehidupannya yang akan datang.
Sungguh singkat kenikmatan yang diperoleh
lelaki dan wanita yang ketakutan,
dan raja pun akan menjatuhkan hukuman berat.

Karena itu, janganlah seseorang berzinah
dengan istri orang lain."

Setelah khotbah Dhamma itu berakhir, Khemaka mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Coba kita analisa syair yang saya cetak tebal.

Akibat pertama menunjukkan bahwa seorang yang berzinah akan mendapatkan akibat buruk langsung. Akibat buruk itu mungkin saja perasaan cemas (takut ketahuan), ataupun luka fisik karena korban pelecehan melakukan perlawanan. Akibat kedua menunjukkan bahwa seorang yang berzinah akan dihantui oleh perasaan kemelekatan (ketidakpuasan). Akibat ketiga menunjukkan kalau orang yang berzinah, kelak ia akan mendapat reputasi buruk. Akibat keempat menyatakan, bahwa perilaku seperti ini bisa mengakibatkan seseorang terlahir ke alam neraka karena pikirannya penuh dengan kebencian terhadap semua akibat yang sudah terjadi.

Lalu syair dilanjutkan dan disebutkan bahwa seorang yang berzinah akan terlahir kembali di alam-alam yang rendah. Tidak hanya itu, di kehidupan saat ini juga, bila seorang yang berzinah tertangkap; ia akan diadili secara hukum.

Coba perhatikan! Dari perbuatan zinah, banyak sekali akibat yang ditimbulkan. Tidak hanya akibat yang akan berbuah di kehidupan saat ini, tapi di kehidupan yang akan datang. Beberapa akibat muncul karena reaksi sosial dari orang lain. Beberapa muncul karena pikiran seorang penzinah yang kacau. Beberapa muncul karena didukung oleh jalannya hukum-hukum lain; niyama.

Sekarang siapa yang berani bilang lagi kalau Hukum Kamma tidak bisa dibuktikan?

Di agama lain juga ada yang mengatakan berzinah berakibat pada hancurnya kehidupan sekarang ini. Bahkan lebih terbukti dan pasti, yaitu hukuman rajam. Jadi yang mana yang benar nih? 

Lebih jauh lagi, kita juga lihat ada orang-orang berkuasa yang ketahuan berzinah, tetapi mereka hidup dalam damai. Tidak jarang juga mereka bahkan didukung oleh publik. Jadi, apa buktinya hukum kamma?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Nevada on 17 October 2009, 10:53:45 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 10:46:45 AM
Quote from: upasaka on 17 October 2009, 10:42:12 AM
Sebagai referensi mekanisme hukum kamma, kita bisa meninjaunya dari Syair Dhammapada 309 dan 310 (Bab XXII - Niraya Vagga).

Quote from: Syair Dhammapada 309 dan 310Kisah Khemaka, Anak Laki-laki Seorang Kaya

Khemaka, selain kaya, juga sangat tampan dan banyak wanita sangat tertarik kepadanya. Banyak wanita tidak dapat menolak keinginan nafsu seksualnya sehingga mereka menjadi korban pelecehan seksual. Khemaka melakukan perzinahan tanpa penyesalan. Anak buah Raja menangkapnya tiga kali karena perbuatan asusila dan membawanya ke hadapan Raja. Tetapi Raja Pasenadi Kosala tidak dapat berbuat apa-apa karena Khemaka adalah keponakan Anathapindika. Maka Anathapindika sendiri membawa keponakannya menghadap kepada Sang Buddha.

Sang Buddha berbicara kepada Khemaka tentang keburukan perbuatan asusila dan akibat serius yang dapat ditimbulkan. Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 309 dan 310 berikut :

"Cattari thanani naro pamatto
apajjati paradarupasevi
apunnalabham na nikamaseyyam
nindam tatiyam nirayam catuttham.

Apunnalahho ca gati ca papika
bhitassa bhitaya rati ca thokika
raja ca dandam garukam paneti
tasma naro paradaram na seve."


Artinya:

"Orang yang lengah dan berzinah
akan menerima empat ganjaran, yaitu :
pertama, ia akan menerima akibat buruk;
kedua, ia tidak dapat tidur dengan tenang;
ketiga, namanya tercela;
dan keempat, ia akan masuk ke alam neraka.


Ia akan menerima akibat buruk dan kelahiran rendah
pada kehidupannya yang akan datang.
Sungguh singkat kenikmatan yang diperoleh
lelaki dan wanita yang ketakutan,
dan raja pun akan menjatuhkan hukuman berat.

Karena itu, janganlah seseorang berzinah
dengan istri orang lain."

Setelah khotbah Dhamma itu berakhir, Khemaka mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Coba kita analisa syair yang saya cetak tebal.

Akibat pertama menunjukkan bahwa seorang yang berzinah akan mendapatkan akibat buruk langsung. Akibat buruk itu mungkin saja perasaan cemas (takut ketahuan), ataupun luka fisik karena korban pelecehan melakukan perlawanan. Akibat kedua menunjukkan bahwa seorang yang berzinah akan dihantui oleh perasaan kemelekatan (ketidakpuasan). Akibat ketiga menunjukkan kalau orang yang berzinah, kelak ia akan mendapat reputasi buruk. Akibat keempat menyatakan, bahwa perilaku seperti ini bisa mengakibatkan seseorang terlahir ke alam neraka karena pikirannya penuh dengan kebencian terhadap semua akibat yang sudah terjadi.

Lalu syair dilanjutkan dan disebutkan bahwa seorang yang berzinah akan terlahir kembali di alam-alam yang rendah. Tidak hanya itu, di kehidupan saat ini juga, bila seorang yang berzinah tertangkap; ia akan diadili secara hukum.

Coba perhatikan! Dari perbuatan zinah, banyak sekali akibat yang ditimbulkan. Tidak hanya akibat yang akan berbuah di kehidupan saat ini, tapi di kehidupan yang akan datang. Beberapa akibat muncul karena reaksi sosial dari orang lain. Beberapa muncul karena pikiran seorang penzinah yang kacau. Beberapa muncul karena didukung oleh jalannya hukum-hukum lain; niyama.

Sekarang siapa yang berani bilang lagi kalau Hukum Kamma tidak bisa dibuktikan?

Di agama lain juga ada yang mengatakan berzinah berakibat pada hancurnya kehidupan sekarang ini. Bahkan lebih terbukti dan pasti, yaitu hukuman rajam. Jadi yang mana yang benar nih? 

Bro, coba baca lagi penjelasan saya di atas. Saya ulangi lagi yah supaya jelas:

"Lalu syair dilanjutkan dan disebutkan bahwa seorang yang berzinah akan terlahir kembali di alam-alam yang rendah. Tidak hanya itu, di kehidupan saat ini juga, bila seorang yang berzinah tertangkap; ia akan diadili secara hukum."

Apakah perlu lagi mencari-cari celah dari konsep Hukum Kamma? Mau dihukum rajam, mau disebar-luaskan di Gosip Infotainment, mau terlahir di neraka, itu semua adalah vipaka.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 17 October 2009, 10:54:53 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 10:43:25 AM

Quote from: ryu on 17 October 2009, 09:32:33 AM
bukti hukum karma adalah keberadaan kita sekarang, kita sekarang adalah akibat dari masa lalu, dan kita masa datang adalah akibat dari kita sekarang.
Bukannya diciptakan Tuhan?



kata siapa? ada buktinya?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 17 October 2009, 11:15:26 AM
Quote from: upasaka on 17 October 2009, 10:53:45 AM
Bro, coba baca lagi penjelasan saya di atas. Saya ulangi lagi yah supaya jelas:

"Lalu syair dilanjutkan dan disebutkan bahwa seorang yang berzinah akan terlahir kembali di alam-alam yang rendah. Tidak hanya itu, di kehidupan saat ini juga, bila seorang yang berzinah tertangkap; ia akan diadili secara hukum."

Apakah perlu lagi mencari-cari celah dari konsep Hukum Kamma? Mau dihukum rajam, mau disebar-luaskan di Gosip Infotainment, mau terlahir di neraka, itu semua adalah vipaka.

Pertama, saya tidak melihat disebar-luaskan infotainment = "diadili secara hukum".
Ke dua, saya tidak mencari celah konsep hukum kamma yang menurut saya memang logis. Saya menunjukkan celah konsep usaha pembuktian hukum kamma yang bagi saya absurd. Kira-kira sama dengan kasus pembuktian kitab tertentu yang mengaitkan akhir zaman dengan gempa bumi yang banyak terjadi akhir-akhir ini, sehingga membenarkan teori Ketuhanannya.

Kalau pembuktian hukum kamma hanya terbatas pada contoh konsekwensi logis di mana orang tidak kenal Buddha-dhamma pun sudah tahu, apalah perlunya pengenalan hukum kamma?
Saya beri contoh: kalau mencuri dan tertangkap, maka akan diadili secara hukum. Kalau sedang sial, bisa dapat bonus penghakiman massa. Kalau di tempat dengan hukum agama tertentu, bisa dapat hukuman potong tangan. Itu konsekwensi logis, tidak perlu belajar hukum kamma untuk mengungkapnya.




Quote from: ryu on 17 October 2009, 10:54:53 AM
kata siapa? ada buktinya?
Entahlah. Di mana-mana ditawarkan konsep yang tidak ada buktinya, namun semua bilang paling benar.

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Nevada on 17 October 2009, 11:30:37 AM
Quote from: Kainyn_KuthoLebih jauh lagi, kita juga lihat ada orang-orang berkuasa yang ketahuan berzinah, tetapi mereka hidup dalam damai. Tidak jarang juga mereka bahkan didukung oleh publik. Jadi, apa buktinya hukum kamma?

Itulah kompleksitasnya hukum kamma. Vipaka dapat berbuah ketika semua kondisi penunjangnya matang. Pada kasus Khemaka, dia juga tidak mendapat hukuman dari Raja Pasenadi. Ini karena timbunan kamma baiknya dahulu sehingga ia menikmati hidup sebagai orang termashyur dan mendapat 'perlindungan hukum'. Tapi Sang Buddha menjelaskan akibat lain yang tidak disadari oleh Khemaka, sehingga dia pun tersadar dan mengerti bahwa berzinah akan membawa banyak penderitaan.


Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 11:15:26 AM
Quote from: upasaka on 17 October 2009, 10:53:45 AM
Bro, coba baca lagi penjelasan saya di atas. Saya ulangi lagi yah supaya jelas:

"Lalu syair dilanjutkan dan disebutkan bahwa seorang yang berzinah akan terlahir kembali di alam-alam yang rendah. Tidak hanya itu, di kehidupan saat ini juga, bila seorang yang berzinah tertangkap; ia akan diadili secara hukum."

Apakah perlu lagi mencari-cari celah dari konsep Hukum Kamma? Mau dihukum rajam, mau disebar-luaskan di Gosip Infotainment, mau terlahir di neraka, itu semua adalah vipaka.

Pertama, saya tidak melihat disebar-luaskan infotainment = "diadili secara hukum".
Ke dua, saya tidak mencari celah konsep hukum kamma yang menurut saya memang logis. Saya menunjukkan celah konsep usaha pembuktian hukum kamma yang bagi saya absurd. Kira-kira sama dengan kasus pembuktian kitab tertentu yang mengaitkan akhir zaman dengan gempa bumi yang banyak terjadi akhir-akhir ini, sehingga membenarkan teori Ketuhanannya.

Kalau pembuktian hukum kamma hanya terbatas pada contoh konsekwensi logis di mana orang tidak kenal Buddha-dhamma pun sudah tahu, apalah perlunya pengenalan hukum kamma?
Saya beri contoh: kalau mencuri dan tertangkap, maka akan diadili secara hukum. Kalau sedang sial, bisa dapat bonus penghakiman massa. Kalau di tempat dengan hukum agama tertentu, bisa dapat hukuman potong tangan. Itu konsekwensi logis, tidak perlu belajar hukum kamma untuk mengungkapnya.

Jangan memahami kalau disebarkan gosip = diadili secara hukum. Di postingan sebelumnya, saya hanya memberi contoh akibat-akibat yang bisa terjadi.

Sang Buddha mengurutkan akibat dari suatu perbuatan secara bertahap. Vipaka yang muncul karena reaksi sosial adalah paling nyata, dan ini diuraikan dengan jelas oleh Sang Buddha. Sebagian besar orang yang tak mengenal Buddhisme pun juga paham dengan akibat ini. Vipaka yang muncul karena sankhara (bentukan pikiran) ini dijelaskan juga oleh Sang Buddha. Hanya segelintir orang yang bisa menganalisa batinnya dengan jelas karena akibat dari suatu perbuatan. Vipaka yang muncul karena mendapat dukungan dari Niyama ini yang belum bisa dibuktikan secara otentik. Tapi gambarannya bisa kita lihat saat kini. Dan dengan mempelajari doktrin Buddhisme; seperti tilakkhana dan paticcasamuppada, kita bisa mencerna apa yang disampaikan oleh Sang Buddha.

Sang Buddha mengenalkan konsep Hukum Kamma untuk memberi pemahaman yang benar bagi semua orang. Bahwa jika kita berbuat sesuatu, maka kita akan mendapatkan akibatnya. Banyak sekali orang yang sudah tahu bahwa berzinah adalah tidak baik, namun ia tetap melakukannya. Ia menggunakan fasilitas yang membuatnya terlindung secara hukum, dan terus melakukan perbuatan tidak baik itu. Ia menganggap bahwa ia bisa bebas dari hukuman (akibat buruk), makanya ia terus bergumul di perbuatan itu. Atau ada juga pandangan bahwa tidak apa-apa bergumul dalam kejahatan, yang penting nanti setelah tua bertobat dan dia akan diampuni Tuhan. Itu semua adalah pandangan keliru. Sang Buddha mengajarkan konsep Hukum Kamma yang memang nyata di dunia ini, agar semua orang paham bahwa kapanpun, di mana pun, dan siapa pun yang berbuat, pasti akan menerima akibatnya.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 17 October 2009, 11:32:51 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 11:15:26 AM
Quote from: ryu on 17 October 2009, 10:54:53 AM
kata siapa? ada buktinya?
Entahlah. Di mana-mana ditawarkan konsep yang tidak ada buktinya, namun semua bilang paling benar.


sejauh ini keberadaan TUHAN khan tidak pernah terbukti?

contoh kita sekarang memakai baju karena kita yang dulu (beberapa jam yang lalu) memakai baju (itu sebab akibat khan bukan karena Tuhan yang memakaikan baju ke kita)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 17 October 2009, 11:40:06 AM
Quote from: upasaka on 17 October 2009, 11:30:37 AM
Jangan memahami kalau disebarkan gosip = diadili secara hukum. Di postingan sebelumnya, saya hanya memberi contoh akibat-akibat yang bisa terjadi.

Sang Buddha mengurutkan akibat dari suatu perbuatan secara bertahap. Vipaka yang muncul karena reaksi sosial adalah paling nyata, dan ini diuraikan dengan jelas oleh Sang Buddha. Sebagian besar orang yang tak mengenal Buddhisme pun juga paham dengan akibat ini. Vipaka yang muncul karena sankhara (bentukan pikiran) ini dijelaskan juga oleh Sang Buddha. Hanya segelintir orang yang bisa menganalisa batinnya dengan jelas karena akibat dari suatu perbuatan. Vipaka yang muncul karena mendapat dukungan dari Niyama ini yang belum bisa dibuktikan secara otentik. Tapi gambarannya bisa kita lihat saat kini. Dan dengan mempelajari doktrin Buddhisme; seperti tilakkhana dan paticcasamuppada, kita bisa mencerna apa yang disampaikan oleh Sang Buddha.

Sang Buddha mengenalkan konsep Hukum Kamma untuk memberi pemahaman yang benar bagi semua orang. Bahwa jika kita berbuat sesuatu, maka kita akan mendapatkan akibatnya. Banyak sekali orang yang sudah tahu bahwa berzinah adalah tidak baik, namun ia tetap melakukannya. Ia menggunakan fasilitas yang membuatnya terlindung secara hukum, dan terus melakukan perbuatan tidak baik itu. Ia menganggap bahwa ia bisa bebas dari hukuman (akibat buruk), makanya ia terus bergumul di perbuatan itu. Atau ada juga pandangan bahwa tidak apa-apa bergumul dalam kejahatan, yang penting nanti setelah tua bertobat dan dia akan diampuni Tuhan. Itu semua adalah pandangan keliru. Sang Buddha mengajarkan konsep Hukum Kamma yang memang nyata di dunia ini, agar semua orang paham bahwa kapanpun, di mana pun, dan siapa pun yang berbuat, pasti akan menerima akibatnya.
Ya, kalau menawarkan konsep hukum kamma agar orang yang menerimanya bisa berubah lebih baik, saya setuju saja. Sama seperti kalau orang dikenalkan hukum tabur tuai dengan maksud orang lebih takut akan Tuhan (=banyak berbuat baik, kurangi berbuat jahat) saya juga setuju.
Yang saya tentang adalah klaim bahwa itu semua bisa dibuktikan.


Quote from: ryu on 17 October 2009, 11:32:51 AM
sejauh ini keberadaan TUHAN khan tidak pernah terbukti?

contoh kita sekarang memakai baju karena kita yang dulu (beberapa jam yang lalu) memakai baju (itu sebab akibat khan bukan karena Tuhan yang memakaikan baju ke kita)
Lalu kita ada/lahir di sini karena apa? Bisa dibuktikan kebenarannya?

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Nevada on 17 October 2009, 11:43:01 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 11:40:06 AM
Quote from: upasaka on 17 October 2009, 11:30:37 AM
Jangan memahami kalau disebarkan gosip = diadili secara hukum. Di postingan sebelumnya, saya hanya memberi contoh akibat-akibat yang bisa terjadi.

Sang Buddha mengurutkan akibat dari suatu perbuatan secara bertahap. Vipaka yang muncul karena reaksi sosial adalah paling nyata, dan ini diuraikan dengan jelas oleh Sang Buddha. Sebagian besar orang yang tak mengenal Buddhisme pun juga paham dengan akibat ini. Vipaka yang muncul karena sankhara (bentukan pikiran) ini dijelaskan juga oleh Sang Buddha. Hanya segelintir orang yang bisa menganalisa batinnya dengan jelas karena akibat dari suatu perbuatan. Vipaka yang muncul karena mendapat dukungan dari Niyama ini yang belum bisa dibuktikan secara otentik. Tapi gambarannya bisa kita lihat saat kini. Dan dengan mempelajari doktrin Buddhisme; seperti tilakkhana dan paticcasamuppada, kita bisa mencerna apa yang disampaikan oleh Sang Buddha.

Sang Buddha mengenalkan konsep Hukum Kamma untuk memberi pemahaman yang benar bagi semua orang. Bahwa jika kita berbuat sesuatu, maka kita akan mendapatkan akibatnya. Banyak sekali orang yang sudah tahu bahwa berzinah adalah tidak baik, namun ia tetap melakukannya. Ia menggunakan fasilitas yang membuatnya terlindung secara hukum, dan terus melakukan perbuatan tidak baik itu. Ia menganggap bahwa ia bisa bebas dari hukuman (akibat buruk), makanya ia terus bergumul di perbuatan itu. Atau ada juga pandangan bahwa tidak apa-apa bergumul dalam kejahatan, yang penting nanti setelah tua bertobat dan dia akan diampuni Tuhan. Itu semua adalah pandangan keliru. Sang Buddha mengajarkan konsep Hukum Kamma yang memang nyata di dunia ini, agar semua orang paham bahwa kapanpun, di mana pun, dan siapa pun yang berbuat, pasti akan menerima akibatnya.
Ya, kalau menawarkan konsep hukum kamma agar orang yang menerimanya bisa berubah lebih baik, saya setuju saja. Sama seperti kalau orang dikenalkan hukum tabur tuai dengan maksud orang lebih takut akan Tuhan (=banyak berbuat baik, kurangi berbuat jahat) saya juga setuju.
Yang saya tentang adalah klaim bahwa itu semua bisa dibuktikan.

Mau membuktikan Hukum Kamma secara menyeluruh? Bisa kok.

Silakan ambil jalan Sammasambodhi mulai sekarang, dan berjuanglah dengan sungguh-sungguh. Kelak siapa pun yang telah mencapai tingkat Sammasambuddha akan bisa melihat sendiri mekanisme Hukum Kamma sejelas-jelasnya.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 17 October 2009, 11:49:52 AM
Quote from: upasaka on 17 October 2009, 11:43:01 AM
Mau membuktikan Hukum Kamma secara menyeluruh? Bisa kok.

Silakan ambil jalan Sammasambodhi mulai sekarang, dan berjuanglah dengan sungguh-sungguh. Kelak siapa pun yang telah mencapai tingkat Sammasambuddha akan bisa melihat sendiri mekanisme Hukum Kamma sejelas-jelasnya.
Semoga demikian adanya.

Namun untuk sekarang, adalah kenyataan bahwa tidak ada yang mengetahui dan mengerti mekanisme hukum kamma, dan oleh karena itu klaim bahwa hukum kamma bisa dibuktikan adalah tidak benar.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Tekkss Katsuo on 17 October 2009, 11:56:07 AM
 _/\_

Hukum Kamma hanya bisa dibuktikan oleh masing masing pribadi org, mau menamakan Hukum Kamma atau tdk juga dikembalikan kepada pribadi masing masing  :)). namun mengetahui Hukum Kamma secara keseruhan hanya seorang Samma SAmBuddha yang mampu mengetahuinya..

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 17 October 2009, 12:00:14 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 11:49:52 AM
Quote from: upasaka on 17 October 2009, 11:43:01 AM
Mau membuktikan Hukum Kamma secara menyeluruh? Bisa kok.

Silakan ambil jalan Sammasambodhi mulai sekarang, dan berjuanglah dengan sungguh-sungguh. Kelak siapa pun yang telah mencapai tingkat Sammasambuddha akan bisa melihat sendiri mekanisme Hukum Kamma sejelas-jelasnya.
Semoga demikian adanya.

Namun untuk sekarang, adalah kenyataan bahwa tidak ada yang mengetahui dan mengerti mekanisme hukum kamma, dan oleh karena itu klaim bahwa hukum kamma bisa dibuktikan adalah tidak benar.


sorry om, maksudnya"hukum kamma bisa dibuktikan adalah tidak benar." itu kek gmana?

apakah artinya bahkan seorang samma sambuddha juga gak bakalan bisa membuktikan hukum kamma gitu?

apakah kata "bisa" disini terikat fungsi waktu atau tidak?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hendrako on 17 October 2009, 12:01:51 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 08:31:45 AM
Anggaplah saya seseorang yang tidak mengerti semua agama sama sekali. Bagaimana penjelasan anda ke saya tentang bukti hukum kamma? Tolong sekaligus memberikan contohnya.

Bro Kainyn sudah memberikan petunjuk yg utama tentang topik thread. :)

Lagipula, hukum kamma tidak perlu pembuktian terlebih dahulu agar seseorang menapaki jalan, cukup dengan pengertian. Dimana salah satu perngertiannya tersebut adalah bahwa hukum kamma hanya benar2 "terbukti" pada saat "buah" terealisasi.

Sebelum hasil akhir tercapai, hukum kamma hanyalah tetap merupakan bentuk keyakinan namun keyakinan yg disertai pemahaman.

Orang buta yg telah melihat dapat membuktikan tentang warna, namun tetap tidak dapat membuktikannya kepada orang buta lainnya. Dia hanya dapat menjelaskannya dalam kata-kata.




Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 17 October 2009, 12:03:28 PM
Sekarang pasti ada yg mengetahui dan mengerti mekanisme hukum kamma. Carilah maka Anda akan temukan. Seluruh kehidupan dan pembuktian hukum kamma bukanlah di DC saja, dunia manusia saja tetapi seluruh alam semesta . Jika tidak ada yg mau dan belum mengatakan disini Seperti SB bukan berarti tidak ada yg mengetahui secara lengkap. Karena kamma vipaka yg si pencari/penanya  belum berbuah. Kasarnya belum berjodoh dengan yang mengetahui secara lengkap. Apakah Buddha tidak ada sekarang? Apakah Dia ada sekarang? Pikirkan baik2. Sekalipun Dia menerangkan disini saat ini apakah bisa dimengerti dan dilihat kalau pake pemikiran duniawi? Jangan sampai bingung lagi :whistle:

Jadi klaim hukum kamma bisa dibuktikan adalah benar , dan yang tidak benar adalah mereka yg tidak mampu membuktikan hukum kamma walaupun secuil kebenaran yg tampak didepan mata.

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hendrako on 17 October 2009, 12:07:19 PM
Quote from: bond on 17 October 2009, 12:03:28 PM
Sekarang pasti ada yg mengetahui dan mengerti mekanisme hukum kamma. Carilah maka Anda akan temukan. Seluruh kehidupan dan pembuktian hukum kamma bukanlah di DC, dunia manusia tetapi seluruh alam semesta . Jika tidak ada yg mau mengatakan disini Seperti SB bukan berarti tidak ada yg mengetahui secara lengkap. Karena kamma vipaka yg mau cari tau belum berbuah. Kasarnya belum berjodoh dengan yg tau secara lengkap. Apakah Buddha tidak ada sekarang? Apakah Dia ada sekarang? Pikirkan baik2. Jangan sampai bingung lagi :whistle:

Jadi klaim hukum kamma bisa dibuktikan adalah benar , dan yang tidak benar adalah mereka yg tidak mampu membuktikan hukum kamma walaupun secuil kebenaran yg tampak didepan mata.



Pernyataan anda di atas tanpa bukti.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 17 October 2009, 12:11:10 PM
Quote from: hendrako on 17 October 2009, 12:07:19 PM
Quote from: bond on 17 October 2009, 12:03:28 PM
Sekarang pasti ada yg mengetahui dan mengerti mekanisme hukum kamma. Carilah maka Anda akan temukan. Seluruh kehidupan dan pembuktian hukum kamma bukanlah di DC, dunia manusia tetapi seluruh alam semesta . Jika tidak ada yg mau mengatakan disini Seperti SB bukan berarti tidak ada yg mengetahui secara lengkap. Karena kamma vipaka yg mau cari tau belum berbuah. Kasarnya belum berjodoh dengan yg tau secara lengkap. Apakah Buddha tidak ada sekarang? Apakah Dia ada sekarang? Pikirkan baik2. Jangan sampai bingung lagi :whistle:

Jadi klaim hukum kamma bisa dibuktikan adalah benar , dan yang tidak benar adalah mereka yg tidak mampu membuktikan hukum kamma walaupun secuil kebenaran yg tampak didepan mata.



Pernyataan anda di atas tanpa bukti.

Mau bukti?  ^-^ Siap ndak?

Jika tulisan saya saja bagi anda tidak membuktikan apalagi pernyataan yg barusan anda tulis .
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: sobat-dharma on 17 October 2009, 12:11:27 PM
Quote from: upasaka on 17 October 2009, 11:43:01 AM
Silakan ambil jalan Sammasambodhi mulai sekarang, dan berjuanglah dengan sungguh-sungguh. Kelak siapa pun yang telah mencapai tingkat Sammasambuddha akan bisa melihat sendiri mekanisme Hukum Kamma sejelas-jelasnya.

Jalan Sammasambodhi ===> Jalan Bodhisatta/Bodhisattva? :)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: sobat-dharma on 17 October 2009, 12:12:32 PM
Quote from: wangsapala on 17 October 2009, 11:56:07 AM
_/\_

Hukum Kamma hanya bisa dibuktikan oleh masing masing pribadi org, mau menamakan Hukum Kamma atau tdk juga dikembalikan kepada pribadi masing masing  :)). namun mengetahui Hukum Kamma secara keseruhan hanya seorang Samma SAmBuddha yang mampu mengetahuinya..

_/\_

Apakah kata ini sinomin: semuanya tergantung pribadi masing2, mau percaya atau tidak? :)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 17 October 2009, 12:13:31 PM
Quote from: wangsapala on 17 October 2009, 11:56:07 AM
_/\_

Hukum Kamma hanya bisa dibuktikan oleh masing masing pribadi org, mau menamakan Hukum Kamma atau tdk juga dikembalikan kepada pribadi masing masing  :)). namun mengetahui Hukum Kamma secara keseruhan hanya seorang Samma SAmBuddha yang mampu mengetahuinya..

_/\_

Kalau dikembalikan ke masing-masing pribadi, itu adalah subjektif. Kita tidak bisa meng-klaim sesuatu terbukti hanya karena hal yang subjektif. Saya beri contoh tulisan di atas bisa diganti seperti ini:

"Keberadaan Tuhan hanya bisa dibuktikan oleh masing-masing pribadi, mau menamakan Tuhan/Allah, dikembalikan kepada pribadi masing-masing, namun yang bisa mengetahui dan mengerti Tuhan hanyalah nabi/imam xxx seorang."

Ada bedanya? Bagi orang non-religius, tidak ada. Intinya, sama-sama tidak jelas. Itulah sebabnya dikatakan kecocokan, bukan kebenaran.
_/\_



Quote from: hatRed on 17 October 2009, 12:00:14 PM
sorry om, maksudnya"hukum kamma bisa dibuktikan adalah tidak benar." itu kek gmana?

apakah artinya bahkan seorang samma sambuddha juga gak bakalan bisa membuktikan hukum kamma gitu?

apakah kata "bisa" disini terikat fungsi waktu atau tidak?
Artinya adalah sekarang ini tidak ada orang yang bisa menunjukkannya.
Soal NANTI kalau ada Samma Sambuddha, tidak ada hubungannya. Sama seperti klaim NANTI kalau sudah mati, terbukti Tuhan, Iblis, sorga dan neraka. Buat saya, kalau terbuktinya nanti, klaimnya nanti saja.


Quote from: hendrako on 17 October 2009, 12:01:51 PM
Bro Kainyn sudah memberikan petunjuk yg utama tentang topik thread. :)

Lagipula, hukum kamma tidak perlu pembuktian terlebih dahulu agar seseorang menapaki jalan, cukup dengan pengertian. Dimana salah satu perngertiannya tersebut adalah bahwa hukum kamma hanya benar2 "terbukti" pada saat "buah" terealisasi.

Sebelum hasil akhir tercapai, hukum kamma hanyalah tetap merupakan bentuk keyakinan namun keyakinan yg disertai pemahaman.

Orang buta yg telah melihat dapat membuktikan tentang warna, namun tetap tidak dapat membuktikannya kepada orang buta lainnya. Dia hanya dapat menjelaskannya dalam kata-kata.

Betul sekali. Itulah sebabnya saya memercayai hukum kamma walaupun saya katakan itu tidak bisa dibuktikan. Dengan memegang konsep hukum kamma yang benar, seseorang tidak menyalahkan pihak luar atas sesuatu yang terjadi pada dirinya. Dia juga akan selalu berusaha lebih baik karena mengerti semua bisa berubah tergantung sikap kita. Itulah kebaikan yang didapat dari memahami doktrin hukum kamma dengan benar.
Begitu juga halnya dengan orang percaya Tuhan, ia takut melakukan yang jahat, patuh berbuat baik, dsb. Itulah keuntungan memahami doktrin tersebut dengan benar.

Sebaliknya memaksakan membuktikan hukum kamma, sama saja dengan memaksakan membuktikan keberadaan Tuhan. Apakah bermanfaat? Itu saya kembalikan pada masing-masing pribadi.

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Tekkss Katsuo on 17 October 2009, 12:14:34 PM
 _/\_

Peryataan Bro Bond bisa dibuktikan sendiri oleh Bro Bond tentunya, dan jika anda menghendaki membuktikan Kamma juga harus buktikan sendiri,,, coba pikirkan kenapa anda bisa join DC, pasti ada sebabnya dan hasilnya adalah anda join di DC, kemudia kenapa anda membahas hukum Kamma, tentu ada sebabnya dan hasilnya adalah anda membahas Hukum Kamma... segala sesuatu memiliki hubungan sebab akibat,, kita hanya bisa melihat sebab akibat yang simple, sedangkan yg kompleks dan secara menyeluruh hanya bisa dibuktikan oleh Seorg Samma Sambuddha ataupun seseorg yg sudah merealissikan Nibbana, namun jika yg simple saja kita tdk bisa memahaminya gmana kita bisa belajar memahami yg kompleksss..

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hendrako on 17 October 2009, 12:17:13 PM
Quote from: bond on 17 October 2009, 12:11:10 PM
Quote from: hendrako on 17 October 2009, 12:07:19 PM
Quote from: bond on 17 October 2009, 12:03:28 PM
Sekarang pasti ada yg mengetahui dan mengerti mekanisme hukum kamma. Carilah maka Anda akan temukan. Seluruh kehidupan dan pembuktian hukum kamma bukanlah di DC, dunia manusia tetapi seluruh alam semesta . Jika tidak ada yg mau mengatakan disini Seperti SB bukan berarti tidak ada yg mengetahui secara lengkap. Karena kamma vipaka yg mau cari tau belum berbuah. Kasarnya belum berjodoh dengan yg tau secara lengkap. Apakah Buddha tidak ada sekarang? Apakah Dia ada sekarang? Pikirkan baik2. Jangan sampai bingung lagi :whistle:

Jadi klaim hukum kamma bisa dibuktikan adalah benar , dan yang tidak benar adalah mereka yg tidak mampu membuktikan hukum kamma walaupun secuil kebenaran yg tampak didepan mata.



Pernyataan anda di atas tanpa bukti.

Mau bukti?  ^-^ Siap ndak?

Jika tulisan saya saja bagi anda tidak membuktikan apalagi pernyataan yg barusan anda tulis .

Anda 100 % benar, pernyataan saya memang benar2 bukan bukti tentang kebenaran hukum kamma.

Apabila memang bisa dibuktikan, saya sekarang benar2 siap, silakan.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: sobat-dharma on 17 October 2009, 12:17:47 PM
solusi diskusi ini sebenarnya sederhana: akui saja saja kalau hukum kamma bagi umat Buddha (bukan Sammasambuddha) semata hanya berdasarkan faith? Mengapa sulit sekali mengakui bahwa faith (keyakinan) itu memang dibutuhkan dalam menjalankan Buddhadharma?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Tekkss Katsuo on 17 October 2009, 12:19:16 PM
 _/\_

Yup peryataan saya seolah olah nampak subjektif tp sesungguhnya juga objectif. kenapa demikian?
coba anda pikir, saya menjelaskan tentang Kamma hanya dibuktikan oleh diri sendiri, setelah itu saya mengatakan kebenaran hukum kamma dan menyarankan anda membuktikan, ketika anda bisa memahami dan membuktikannya maka itu sudah menjadi objectif karena itu bukan hanya saya yg buktikan tetapi anda juga, namun jika anda tdk mampu membuktikannya maka anda akan menganggap hal itu subjektif.... semoga dimengerti......
sesuatu yg disebut subjektif jika hanya bisa dibuktikan sendiri tp org lain tdk bisa membuktikannya.
sesuatu yg disebut objectif jika seseorg mampu membuktikannya, dan memberi pengarahan pada org lain supaya bisa memahaminya dgn membuktikannya sendiri... demikian juga hukum Kamma seperti hal ini....  :)

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hendrako on 17 October 2009, 12:22:24 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 12:13:31 PM
Quote from: wangsapala on 17 October 2009, 11:56:07 AM
_/\_

Hukum Kamma hanya bisa dibuktikan oleh masing masing pribadi org, mau menamakan Hukum Kamma atau tdk juga dikembalikan kepada pribadi masing masing  :)). namun mengetahui Hukum Kamma secara keseruhan hanya seorang Samma SAmBuddha yang mampu mengetahuinya..

_/\_

Kalau dikembalikan ke masing-masing pribadi, itu adalah subjektif. Kita tidak bisa meng-klaim sesuatu terbukti hanya karena hal yang subjektif. Saya beri contoh tulisan di atas bisa diganti seperti ini:

"Keberadaan Tuhan hanya bisa dibuktikan oleh masing-masing pribadi, mau menamakan Tuhan/Allah, dikembalikan kepada pribadi masing-masing, namun yang bisa mengetahui dan mengerti Tuhan hanyalah nabi/imam xxx seorang."

Ada bedanya? Bagi orang non-religius, tidak ada. Intinya, sama-sama tidak jelas. Itulah sebabnya dikatakan kecocokan, bukan kebenaran.
_/\_



Quote from: hatRed on 17 October 2009, 12:00:14 PM
sorry om, maksudnya"hukum kamma bisa dibuktikan adalah tidak benar." itu kek gmana?

apakah artinya bahkan seorang samma sambuddha juga gak bakalan bisa membuktikan hukum kamma gitu?

apakah kata "bisa" disini terikat fungsi waktu atau tidak?
Artinya adalah sekarang ini tidak ada orang yang bisa menunjukkannya.
Soal NANTI kalau ada Samma Sambuddha, tidak ada hubungannya. Sama seperti klaim NANTI kalau sudah mati, terbukti Tuhan, Iblis, sorga dan neraka. Buat saya, kalau terbuktinya nanti, klaimnya nanti saja.


Quote from: hendrako on 17 October 2009, 12:01:51 PM
Bro Kainyn sudah memberikan petunjuk yg utama tentang topik thread. :)

Lagipula, hukum kamma tidak perlu pembuktian terlebih dahulu agar seseorang menapaki jalan, cukup dengan pengertian. Dimana salah satu perngertiannya tersebut adalah bahwa hukum kamma hanya benar2 "terbukti" pada saat "buah" terealisasi.

Sebelum hasil akhir tercapai, hukum kamma hanyalah tetap merupakan bentuk keyakinan namun keyakinan yg disertai pemahaman.

Orang buta yg telah melihat dapat membuktikan tentang warna, namun tetap tidak dapat membuktikannya kepada orang buta lainnya. Dia hanya dapat menjelaskannya dalam kata-kata.

Betul sekali. Itulah sebabnya saya memercayai hukum kamma walaupun saya katakan itu tidak bisa dibuktikan. Dengan memegang konsep hukum kamma yang benar, seseorang tidak menyalahkan pihak luar atas sesuatu yang terjadi pada dirinya. Dia juga akan selalu berusaha lebih baik karena mengerti semua bisa berubah tergantung sikap kita. Itulah kebaikan yang didapat dari memahami doktrin hukum kamma dengan benar.
Begitu juga halnya dengan orang percaya Tuhan, ia takut melakukan yang jahat, patuh berbuat baik, dsb. Itulah keuntungan memahami doktrin tersebut dengan benar.

Sebaliknya memaksakan membuktikan hukum kamma, sama saja dengan memaksakan membuktikan keberadaan Tuhan. Apakah bermanfaat? Itu saya kembalikan pada masing-masing pribadi.


_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Nevada on 17 October 2009, 12:24:50 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 11:49:52 AM
Quote from: upasaka on 17 October 2009, 11:43:01 AM
Mau membuktikan Hukum Kamma secara menyeluruh? Bisa kok.

Silakan ambil jalan Sammasambodhi mulai sekarang, dan berjuanglah dengan sungguh-sungguh. Kelak siapa pun yang telah mencapai tingkat Sammasambuddha akan bisa melihat sendiri mekanisme Hukum Kamma sejelas-jelasnya.
Semoga demikian adanya.

Namun untuk sekarang, adalah kenyataan bahwa tidak ada yang mengetahui dan mengerti mekanisme hukum kamma, dan oleh karena itu klaim bahwa hukum kamma bisa dibuktikan adalah tidak benar.


Keberadaan Hukum Kamma bisa dibuktikan oleh kita semua.
Tapi kita masih belum bisa melihat mekanisme Hukum Kamma sejelas-jelasnya.

Harap bedakan dua kesimpulan ini.


Quote from: sobat-dharma on 17 October 2009, 12:11:27 PM
Quote from: upasaka on 17 October 2009, 11:43:01 AM
Silakan ambil jalan Sammasambodhi mulai sekarang, dan berjuanglah dengan sungguh-sungguh. Kelak siapa pun yang telah mencapai tingkat Sammasambuddha akan bisa melihat sendiri mekanisme Hukum Kamma sejelas-jelasnya.

Jalan Sammasambodhi ===> Jalan Bodhisatta/Bodhisattva? :)

Menurut saya, semua makhluk yang menempuh jalan untuk mencapai kebuddhaan adalah Bodhisatta.

Bila maksud Anda "Bodhisattva" ini sesuai pengertian Mahayana, maka saya katakan "IYA"; itu juga termasuk.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: sobat-dharma on 17 October 2009, 12:27:10 PM
  Dalam  Kasibharadvaja Sutta, Samyutta Nikaya:
   
    Faith is the seed, practice the rain,
    And wisdom is my yoke and plough.
    Modesty's the pole, mind the strap,
    Mindfulness my ploughshare and goad
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: sobat-dharma on 17 October 2009, 12:35:20 PM
Menurut Richard Dawkins dalam "The God Delusion," "Faith is belief in spite of, even perhaps because of, the lack of evidence."

Kalau nggak  ada bukti yang kuat lebih baik akui secara jujur, kita semua menerima karma ada semata-mata karena faith. Dan keyakinan bukan sesuatu yang memalukan.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 17 October 2009, 12:35:56 PM
Quote from: hendrako on 17 October 2009, 12:17:13 PM
Quote from: bond on 17 October 2009, 12:11:10 PM
Quote from: hendrako on 17 October 2009, 12:07:19 PM
Quote from: bond on 17 October 2009, 12:03:28 PM
Sekarang pasti ada yg mengetahui dan mengerti mekanisme hukum kamma. Carilah maka Anda akan temukan. Seluruh kehidupan dan pembuktian hukum kamma bukanlah di DC, dunia manusia tetapi seluruh alam semesta . Jika tidak ada yg mau mengatakan disini Seperti SB bukan berarti tidak ada yg mengetahui secara lengkap. Karena kamma vipaka yg mau cari tau belum berbuah. Kasarnya belum berjodoh dengan yg tau secara lengkap. Apakah Buddha tidak ada sekarang? Apakah Dia ada sekarang? Pikirkan baik2. Jangan sampai bingung lagi :whistle:

Jadi klaim hukum kamma bisa dibuktikan adalah benar , dan yang tidak benar adalah mereka yg tidak mampu membuktikan hukum kamma walaupun secuil kebenaran yg tampak didepan mata.



Pernyataan anda di atas tanpa bukti.

Mau bukti?  ^-^ Siap ndak?

Jika tulisan saya saja bagi anda tidak membuktikan apalagi pernyataan yg barusan anda tulis .

Anda 100 % benar, pernyataan saya memang benar2 bukan bukti tentang kebenaran hukum kamma.

Apabila memang bisa dibuktikan, saya sekarang benar2 siap, silakan.

Benar nih, jangan pakai alasan ya? karena untuk membuktikan harus dengan tool yg benar, sekali lagi saya tanya Anda apakah siap? Apa yg saya akan tunjukan adalah seperti cara Buddha menunjukan kepada diri sendiri dan orang lain. Demikian saya juga sedang menempuh cara pembuktian itu.

Karena sekali anda berkata benar2 siap, dan anda berkilah dengan alasan lain, apa siap dengan segala konsekwensi perkataan anda jika anda berkilah?  
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 17 October 2009, 12:38:32 PM
Quote
QuoteQuote from: hatRed on Today at 12:00:14 PM
sorry om, maksudnya"hukum kamma bisa dibuktikan adalah tidak benar." itu kek gmana?

apakah artinya bahkan seorang samma sambuddha juga gak bakalan bisa membuktikan hukum kamma gitu?

apakah kata "bisa" disini terikat fungsi waktu atau tidak?
Artinya adalah sekarang ini tidak ada orang yang bisa menunjukkannya.
Soal NANTI kalau ada Samma Sambuddha, tidak ada hubungannya. Sama seperti klaim NANTI kalau sudah mati, terbukti Tuhan, Iblis, sorga dan neraka. Buat saya, kalau terbuktinya nanti, klaimnya nanti saja.

Kalau sudah tau cuma SammsamBuddha tau yg lengkap, ngapain juga nanya? salah alamat mas  :))


Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hendrako on 17 October 2009, 12:39:30 PM
Quote from: bond on 17 October 2009, 12:35:56 PM
Quote from: hendrako on 17 October 2009, 12:17:13 PM
Quote from: bond on 17 October 2009, 12:11:10 PM
Quote from: hendrako on 17 October 2009, 12:07:19 PM
Quote from: bond on 17 October 2009, 12:03:28 PM
Sekarang pasti ada yg mengetahui dan mengerti mekanisme hukum kamma. Carilah maka Anda akan temukan. Seluruh kehidupan dan pembuktian hukum kamma bukanlah di DC, dunia manusia tetapi seluruh alam semesta . Jika tidak ada yg mau mengatakan disini Seperti SB bukan berarti tidak ada yg mengetahui secara lengkap. Karena kamma vipaka yg mau cari tau belum berbuah. Kasarnya belum berjodoh dengan yg tau secara lengkap. Apakah Buddha tidak ada sekarang? Apakah Dia ada sekarang? Pikirkan baik2. Jangan sampai bingung lagi :whistle:

Jadi klaim hukum kamma bisa dibuktikan adalah benar , dan yang tidak benar adalah mereka yg tidak mampu membuktikan hukum kamma walaupun secuil kebenaran yg tampak didepan mata.



Pernyataan anda di atas tanpa bukti.

Mau bukti?  ^-^ Siap ndak?

Jika tulisan saya saja bagi anda tidak membuktikan apalagi pernyataan yg barusan anda tulis .

Anda 100 % benar, pernyataan saya memang benar2 bukan bukti tentang kebenaran hukum kamma.

Apabila memang bisa dibuktikan, saya sekarang benar2 siap, silakan.

Benar nih, jangan pakai alasan ya? karena untuk membuktikan harus dengan tool yg benar, sekali lagi saya tanya Anda apakah siap? Apa yg saya akan tunjukan adalah seperti cara Buddha menunjukan kepada diri sendiri dan orang lain. Demikian saya juga sedang menempuh cara pembuktian itu?

Karena sekali anda berkata benar2 siap, dan anda berkilah dengan alasan lain, apa siap dengan segala konsekwensi perkataan anda jika anda berkilah?  

Waduh.... saya jadi takut nih.....ga jadi deh....silakan anda membuktikannya sendiri. ^-^
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: inJulia on 17 October 2009, 12:43:11 PM
Quote from: UpasakaKetika ada perbuatan (postingan Anda), akan ada reaksi. Orang lain bereaksi karena perbuatan Anda. Ada yang senang, ada yang tidak senang, ada yang netral.

Perbuatan Anda dilakukan (sebut saja) dengan niat yang baik. Perbuatan baik Anda membuat orang lain menerima kebaikan. Tapi ada orang lain yang menanam konsep negatif pada Anda, sehingga ia tidak bersimpati pada perbuatan Anda.
<del...>
Mana karma baik mana buruk, TIDAK DITENTUKAN BANYAKNYA dukungan. ;-)



To All

Thanks sudah merespon, maaf kalau tidak semua saya mampu respon.

Quote from: Bond
Quote from: Hendra Susanto
klo tidak dapat dibuktikan, mungkin tidak akan ada para bijaksana
Dan bahkan dan mungkin Buddha dan para bijaksana hanya bicara omong kosong mengenai pembuktiannya? sampai dikatakan tidak terbukti

Ternyata banyak ya yg lebih hebat dari para bijaksana dan Buddha
Akh.... teliti dulu, Bro.
cek Post #1, saya Bro:
QuoteKata Sang Buddha. Hanya seorang Samma Sambuddha yang mampu menelusuri jalinan karma yang begitu jalin menjalin. Sang Buddha sudah menasehati, Hukum Karma adalah salah satu dari 4 Acinteya: Tak terpikirkan oleh kita, yang bukan seorang Samma Sambuddha.

jelas, kan? ;-)
Jadi please lebih teliti.

***
Quote from: upasakaSelama Anda bukan Sammasambuddha atau Savaka Buddha dengan kemampuan batin yang tinggi, Anda tidak bisa melihat jelas kesinambungan kamma dan vipaka.

Perbuatan memarahi seseorang tidak dapat dipastikan akan berbuah menjadi balasan yang setimpal. Konsep hutang marah dibalas marah; hutang nyawa dibalas nyawa ini tidak mutlak. Beberapa orang yang berpandangan keliru saja yang menangkap bahwa konsep hukum kamma itu pasti akan mengakibatkan vipaka yang sama.

Saya tidak bisa menguraikan bahwa Anda dimarahi orang karena Anda pernah memarahi orang waktu dahulu. Bisa saja penyebab Anda dimarahi karena dahulu Anda pernah memukul seekor anjing yang nakal.

Kamma itu ibarat meletakkan bom waktu di lapangan terbuka. Selama Anda menimbun kamma, ibarat Anda sedang mengaktifkan banyak bom waktu. Setiap bom waktu memiliki daya ledak yang berbeda, waktu ledak yang berbeda, dan efek ledakan yang berbeda. Bila suatu bom meledak dan memicu bom lain yang belum waktunya meledak, bisa saja bom yang prematur itu pun ikut meledak. Bayangkan jutaan bom waktu Anda aktifkan di lapangan terbuka. Dan setiap detiknya Anda terus menanam bom waktu yang baru. Dan setiap detik itu pula beberapa bom waktu meledak dan menyebabkan efek ledakan dan efek lainnya. Dalam kondisi saat itu, saya yakin Anda sendiri juga pasti kewalahan untuk melihat matriks kesinambungan sistematis sebab-akibat yang terjadi. Apalagi hukum kamma.
Thanks Bro Upasaka, sepaham.

***
Quote from: sobat-dharmaYa... singkatnya sederhana aja kita harus mengakui hukum karma hanyalah keyakinan, selama kita masih belum mencapai Sammasambuddha. Tidak perlu terlalu alergi dengan kata "keyakinan"
Demi KEJUJURAN!
pahit manis, terima apa adanya, tanpa rekayasa.


Quote from: Hendra Susantopembuktian kamma tersebut akan lebih bermanfaat pada diri sendiri... dan ajaran sang buddha itu kan lebih ke melatih diri agar dapat mengikis kekotoran batin, bukan nya mengikis kekotorang batin orang lain.
Sepengetahuan saya, Sang Buddha ngga pernah nasehatin agar kita melakukan pembuktian Hk Karma, Bro.


Quote from: hatRedNamu kalau memang tidak ada yg bisa membuktikan , lalu apa tujuan anda mempost hal itu disini?

apakah untuk "menyentil" orang2 yg merasa percaya dengan hukum kamma?
Banyak Buddhist (bahkan Bhantenyapun ada) yang BERANGGAPAN HK Karma bisa dibuktikan. Tapi setelah berdiskusi dengan umat lain, saya ngga mampu menunjukkan bukti, mulai ragu, kemudian ada yang menjelaskan tentang 4 Acinteyya, yang ada di Tipitaka.
Di sini saya mulai kendor, dan demi kejujuran saya akui, menurut saya Hk. karma belum mampu saya buktikan baik karma sendiri, maupun memberikan argumentasi pembuktian Hk Karma pada orang lain.

Bahwa menurut pemahaman saya, Hukum karma hanya bisa kita (yg bukan Samma Sambuddha) yakini, tidak bisa kita-kita (puthujjana) buktikan. Apa yang kita sebut sebagai BUKTI, menurut saya itu belum cukup kuat disebut sebagai BUKTI, tapi hanya KEMUNGKINAN, DUGAAN KERAS.

Tujuan post saya, selain sharing, juga mungkin ada yang mampu mengubah pandangan saya ini. ;-)

Apakah sesuatu yang tidak bisa kita buktikan berarti salah, atau tidak ada? Di sinilah banyak yang menurut saya terpeleset, bahwa apa yang belum bisa kita buktikan sama sekali tidak menunjukkan sesuatu itu (Hk karma) tidak ada. jangan dibawa ke arah ini.

Buat menyentil yang beranggapan MAMPU membuktikan Hk Karma, siapa tahu mampu memperbaiki pemahaman saya. :-)

Quote from: Bond
Ini tulisannya saya agar dimengerti dengan seksama dan saya akan menjelaskannya lagi agar tidak simpang siur dan bermanfaat bagi kita semua :

"Sesungguhnya jika kita mengatakan hukum kamma tidak bisa dibuktikan itu karena kebodohan batin(avijja) sendiri sehingga muncul kesimpulan demikian. Maka hendaknya kita menyadari mengapa kita tidak mampu untuk membuktikan? dan gunakan tool yg ada. Seberapa besar usaha yg diperlukan utk memakai tool itu harus kita jalankan jika tekad untuk mengetahui benar2 untuk melihat kebenaran. Jika kita beralasan tool/vipasana susah dan lain2, maka kita telah tertipu oleh si penipu kilesa. Dan artinya bukan benar2 membuktikan tapi cuma bermain-main sebatas intelektual saja. Kalau sudah begini dijamin 100% hukum kamma tidak akan terbukti NYATA."

Penjelasan : apakah Buddha tidak bervipasana?

Buddha tentunya dan pasti bisa melihat sebab dan buah yang nyata dan detil. Apakah arahat bisa?, tentu bisa tetapi tidak sesempurna Sang Tathagata. Oleh karena itu dikatakan hanya Sang Tathagata yg memiliki kemampuan pengetahuan kamma yg sempurna. Lalu apakah karena kita umat awam tidak bisa, tentu saja bisa selama kita mau bertekad dan berjuang sampai titik darah terakhir untuk melihat kebenaran hukum kamma itu. Dan pengertian itu akan muncul secara bertahap. Janganlah karena kita umat awam dijadikan alasan untuk tidak dapat membuktikan karena ketidakmampuan sendiri mengatakan tidak dapat dibuktikan. Dalam pembuktian hukum kamma kalau Anda ingin detil seperti Sang Buddha bertekadlah dengan hati Anda yg tulus. Jika Anda hanya ingin sampai arahat, maka bertekadlah untuk mencapainya. Hal yg terpenting membuktikan adanya hukum kamma adalah ESSENSInya hingga Dukkha itu lenyap dan mencapai nibbana. Para Buddha atau arahat inilah yg mengetahui ESSENSI hukum kamma hingga mereka mencapai Ariya Puggala. Jika hanya Sang Buddha yg mengetahui seluruhnya bahkan arahat tidak sedkit pun tahu sama sekali mengenai pembuktian hukum kamma lalu apa yg mereka mengerti kalau sedikit pun tidak ada yg terbukti?, maka tidak akan ada arahat di bumi ini semenjak Sang Buddha ada. Bedakan antara pengetahuan kamma sepenuhnya dan pembuktian essensi kamma yg berujung pada pembebasan.

Tidak ada yg perlu mengubah isi Tipitaka dan kebetulan saya tidak hafal buku itu. Tetapi pahamilah Dhamma bukan hanya yang tertulis dijadikan acuan keseluruhan fakta, jika demikian maka Dhamma hanya sebatas tulisan dan itu bukan Dhamma. Padahal makna tulisan yg ada di Tipitaka adalah seluruhnya mengenai pengertian yg muncul karena PRAKTEK.
trima kasih atas penjelasannya Bro Bond.
Kita sebagai Buddhist bukan bertujuan membuktikan kebenaran Hk Karma, tapi membuktikan (buat diri sendiri) Tilakana, lewat Vipassana. Kemampuan menelusuri karma bukan hasil Vipassana. Abinna hasil Jhanna, dari Samatha. Makanya ada Arahat yang tidak punya abinna.

Saya masih melekat dg isi Tipitaka, bahwa Hk Karma tidak bisa kita-kita puthujjana pikirkan, telusuri. Yang bisa kita berikan bukan BUKTI, tapi DUGAAN.

Benar, Dhamma bukan HANYA Tipitaka, tapi kalau yang di luar Tipitaka BERTENTANGAN, apa kita bisa terima sebagai Dhamma? ;-)

Quote from: Bond
Anda terlalu under estimate umat Buddha 

Saya setuju untuk mengerti hukum kamma jika berkutat pada logika saja adalah suatu pemaksaan diri untuk mengerti.

Hukum Karma TIDAK berbunyi: Mencuri akibatnya tertangkap. karena itu, tertangkapnya ia BELUM TENTU akibat dari pencuriannya yg sedang masak. Ini HANYA DUGAAN kita.

Sampai di titik ini saya ngeh, kok kita membahas Hukum Karma? Apa yang konon Acinteyya? :-)

Mungkin ini, bisa membuat kita tidak perlu saling memaksakan pendapat. Dengan demikian diskusi bisa lebih santai. ;-)


Quote from: xuvieDetilnya (kamma-vipaka) emang ngga bisa ditembusi dengan pemikiran intelektual belaka. Bisa gila. Tapi secara generalnya, hukum kamma dapat dimengerti dengan pemikiran intelektual belaka yg sama.
Garis besarnya yang kita yakini:
Hk. Karma berbunyi: Perbuatan kusala membuahkan kebahagiaan.
Perbuatan Akusala membuahkan penderitaan.
Tambahan: karma butuh proses, cepat atau lambat tergantung situasi dan kondisi.


Quote from: KelanaCoba anda perhatikan kalimat yang dipertebal.
Ok sekarang, dalam Acintita (saya rasa bukan acinteya) Sutta,  Sang Buddha menjelaskan mengenai HASIL Karma yang tidak dapat diduga . Jadi  bukan masalah Pembuktian Hukum Karma. Mengapa tidak dapat diduga? Akan saya sampaikan di akhir.
4 hal Acinteyya, kalau dipikir2 bisa membuat orang jadi gila, menurut Sang Buddha:
1. batin seorang yang sudah bebas (buddha, arahat)
2. asal mula alam semesta
3. hakikat jhana
4. seluk-beluk karma

Quote from: KelanaJawaban anda yaitu BELUM TENTU ini, mengindikasikan bahwa Hukum Karma bisa dibuktikan HANYA SAJA PEYEBABNYA belum bisa kita lacak. Jadi kitalah yang belum mampu BUKAN Hukum Karma tidak bisa dibuktikan sama sekali.
bedakan antara :"Tidak bisa dibuktikan" dengan
"Kita-kita (alias Puthujjana) tidak bisa membuktikan."
cek Post # 1. bahwa Samma Sambuddha saja yang mampu.

Quote from: KelanaMemang Hukum Karma begitu komplek, tapi bukan berarti kita memukul rata semua peristiwa itu memiliki kekomplekan yang sama. Ada yang sederhana. Kekomplekan hukum karma karena adanya penyebab yang banyak dari suatu peristiwa, dan penyebabnya tersebut punya peyebab lagi, dst, sehingga tak terhingga  inilah mengapa juga dikatakan Acintita. Tapi ini bukan berarti tidak adanya penyebab DOMINAN,  penyebab PENENTU. Penyebab Dominan ini kadang bisa kita lihat secara jelas, contohnya mengenai rasa kenyang setelah makan yang diawali dengan niat untuk makan. Jika tidak ada penyebab dominan maka Sang Buddha tidak akan mengatakan bahwa Pikiran adalah pemimpin (Dhammapada 1)

Apa yang dicontohkan oleh Bhante yang anda sebutkan adalah benar suatu rangkaian Hukum Karma dimana Buah Karma yang berbuah cepat. Sedangkan yang anda contohkan dimana seorang pencuri tidak tertangkap adalah kasus lain dimana buah karma yang belum matang. Waktu berbuah dari Karma hendaknya juga kita perhitungkan.
yang Anda, bukan Samma sambuddha, gunakan untuk memilah karma rumit dan simpel apa? SPEKULASI, kan? Dugaan saja. Bukan KEPASTIAN, kan?

Apa dasar yang Anda pakai buat MEMASTIKAN BAHWA penangkapan itu adalah akibat dari pencurian? Spekulasi. Justru pemahaman bahwa karma butuh proses buat matang, tidak SEKETIKA MASAK, maka penangkapan itu ADA KEMUNGKINAN adalah KARMA BURUK yang lampaulah yang masak, bukan karma pencuriannya. MUNGKIN saja, karma mencurinya yang sekarang belum masak...

Dari mana kita, Anda tahu pencuri yang tak tertangkap itu karmanya belum matang? Di sini kita TIDAK MAMPU MEMASTIKAN. TIDAK PUNYA KEMAMPUAN MELIHAT PROSES KARMA tersebut.
Yang bisa kita berikan HANYALAH KEMUNGKINAN BELAKA.

Quote from: KelanaHukum. 1. Peraturan yg dibuat oleh penguasa(pemerintah) atau adat yg berlaku bagi semua orang di suatu masyarakat (negara; 2 undang-undang, peraturan, dsb untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat; 3 patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dsb) yang tertentu; 4 keputusan (pertimbangan) yg ditetapkan oleh hakim (dl Pengadilan; vonis; - (KBBI)
Thanks Bro, atas bantuannya.
Hukum karma Buddhis bukan: hutang mata bayar mata, mencuri akibatnya tercuri.
Di sinilah saya menyatakan, PENANGKAPAN itu BELUM TENTU AKIBAT dari karma mencurinya. Karena BELUM TENTU, hanya DUGAAN, maka akibat ini belum bisa disebut sebagai BUKTI.

Quote from: KelanaJika yang anda ingin katakan bahwa Hukum Karma tidak ada ketetapan, tidak ada kepastian , saya rasa anda salah.
Bukan demikian maksud saya.
Kepastian Hukum Karma, saya yakini benar.
Garis besarnya yang kita yakini:
Hk. Karma berbunyi: Perbuatan kusala membuahkan kebahagiaan.
Perbuatan Akusala membuahkan penderitaan.
Tambahan: karma butuh proses, cepat atau lambat tergantung situasi dan kondisi.

Yang TIDAK BISA KITA PASTIKAN adalah mana karma yang membuahkan ini atau itu.


Quote from: KelanaJadi,
Hukum Karma itu bisa dibuktikan!
Setuju, dg menjadi Samma SamBuddha dulu.

Quote from: KelanaKita tidak perlu menerawang jauh-jauh untuk membuktikan Hukum Karma itu, cukup perhatikan perilaku kita sehari-hari.
Ini saya bisa terima kalau kita HANYA MELIHAT KARMA DIHIDUP INI sebagai penyebab.
Tapi karena kita sebagai Buddhis mengakui karma di kehidupan lampau IKUT BERPEERAN,
maka HANYA DENGAN MELIHAT prilaku di HIDUP ini saja, BISA MENYESATKAN. Dengan demikian pernyataan Anda harus direvisi.

Thanks.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 17 October 2009, 12:46:13 PM
 [at] es bon bon
aye siap ;D

anything for the truth

"give me the truth, even if it hurts me"
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hendrako on 17 October 2009, 12:50:25 PM
Pembuktian hukum kamma tidak harus menjadi Sammasambuddha. Pada saat ke-Buddha-an terealisasi, tepat pada titik tersebut hukum kamma terbukti. Tidak ada lagi keraguan. Bukti hukum kamma tidak harus berupa penjelasan rumit hubungan kait mengait kamma-vipaka, melainkan hubungan kamma dengan tumimbal lahir jelas terlihat bahwa tanpa ada kamma maka tidak ada akibat dimana seorang Buddha (termasuk Arahat) tidak terlahir kembali karena nafsu yg melandasi kamma yang merupakan bahan bakar kelahiran kembali telah padam.

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hendrako on 17 October 2009, 12:52:00 PM
Quote from: hatRed on 17 October 2009, 12:46:13 PM
[at] es bon bon
aye siap ;D

anything for the truth

"give me the truth, even if it hurts me"

Nah si hatred udah siap tuh, saya nunut nonton yah..... ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Nevada on 17 October 2009, 12:52:36 PM
Quote from: sobat-dharma on 17 October 2009, 12:27:10 PM
  Dalam  Kasibharadvaja Sutta, Samyutta Nikaya:
   
    Faith is the seed, practice the rain,
    And wisdom is my yoke and plough.
    Modesty's the pole, mind the strap,
    Mindfulness my ploughshare and goad

Quote from: sobat-dharma on 17 October 2009, 12:35:20 PM
Menurut Richard Dawkins dalam "The God Delusion," "Faith is belief in spite of, even perhaps because of, the lack of evidence."

Kalau nggak  ada bukti yang kuat lebih baik akui secara jujur, kita semua menerima karma ada semata-mata karena faith. Dan keyakinan bukan sesuatu yang memalukan.


[at] sobat-dharma

Tapi saddha (keyakinan) yang dibahas oleh Sang Buddha di syair itu adalah keyakinan setelah mempraktikkan. Bukan keyakinan karena spekulatif intelektualitas. :)


Quote from: inJulia on 17 October 2009, 12:43:11 PM
Quote from: UpasakaKetika ada perbuatan (postingan Anda), akan ada reaksi. Orang lain bereaksi karena perbuatan Anda. Ada yang senang, ada yang tidak senang, ada yang netral.

Perbuatan Anda dilakukan (sebut saja) dengan niat yang baik. Perbuatan baik Anda membuat orang lain menerima kebaikan. Tapi ada orang lain yang menanam konsep negatif pada Anda, sehingga ia tidak bersimpati pada perbuatan Anda.
<del...>
Mana karma baik mana buruk, TIDAK DITENTUKAN BANYAKNYA dukungan. ;-)

[at] inJulia

Tapi kamma baik dan kamma buruk MENENTUKAN BANYAKNYA DUKUNGAN. :)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hendrako on 17 October 2009, 12:55:43 PM
Quote from: upasaka on 17 October 2009, 12:52:36 PM
Quote from: sobat-dharma on 17 October 2009, 12:27:10 PM
  Dalam  Kasibharadvaja Sutta, Samyutta Nikaya:
   
    Faith is the seed, practice the rain,
    And wisdom is my yoke and plough.
    Modesty's the pole, mind the strap,
    Mindfulness my ploughshare and goad

Quote from: sobat-dharma on 17 October 2009, 12:35:20 PM
Menurut Richard Dawkins dalam "The God Delusion," "Faith is belief in spite of, even perhaps because of, the lack of evidence."

Kalau nggak  ada bukti yang kuat lebih baik akui secara jujur, kita semua menerima karma ada semata-mata karena faith. Dan keyakinan bukan sesuatu yang memalukan.


[at] sobat-dharma

Tapi saddha (keyakinan) yang dibahas oleh Sang Buddha di syair itu adalah keyakinan setelah mempraktikkan. Bukan keyakinan karena spekulatif intelektualitas. :)


Quote from: inJulia on 17 October 2009, 12:43:11 PM
Quote from: UpasakaKetika ada perbuatan (postingan Anda), akan ada reaksi. Orang lain bereaksi karena perbuatan Anda. Ada yang senang, ada yang tidak senang, ada yang netral.

Perbuatan Anda dilakukan (sebut saja) dengan niat yang baik. Perbuatan baik Anda membuat orang lain menerima kebaikan. Tapi ada orang lain yang menanam konsep negatif pada Anda, sehingga ia tidak bersimpati pada perbuatan Anda.
<del...>
Mana karma baik mana buruk, TIDAK DITENTUKAN BANYAKNYA dukungan. ;-)

[at] inJulia

Tapi kamma baik dan kamma buruk MENENTUKAN BANYAKNYA DUKUNGAN. :)

Apakah Anda yakin Sang Buddha telah tercerahkan sempurna?
Apa bila ya, dapatkah Anda membuktikannya.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 17 October 2009, 12:58:12 PM
Quotetrima kasih atas penjelasannya Bro Bond.
Kita sebagai Buddhist bukan bertujuan membuktikan kebenaran Hk Karma, tapi membuktikan (buat diri sendiri) Tilakana, lewat Vipassana. Kemampuan menelusuri karma bukan hasil Vipassana. Abinna hasil Jhanna, dari Samatha. Makanya ada Arahat yang tidak punya abinna.

Kalau ada yg bertanya/bersharing dan kita bertujuan membuktikan melalui penjelasan dari bukti yg sederhana sehubungan pembuktian HK, apakah harus diam? kalau memang demikian jangan bertanya atau sharing  :P. Memang jhana untuk menelusuri dan vipasana mengetahui dan membuktikan essensi hukum kamma. Biasanya kalo vipasannanya sukses dibarengi jhana maka penelusurannya bisa lebih jauh lagi. Dan banyak mereka juga bisa tahu kenapa dia lahir disini dan disitu, begitu dan begini. Demikian tentang org lain. Hanya penelusurannya tidak sejauh dan selengkap SB.
Quote
Saya masih melekat dg isi Tipitaka, bahwa Hk Karma tidak bisa kita-kita puthujjana pikirkan, telusuri. Yang bisa kita berikan bukan BUKTI, tapi DUGAAN.
Tau dari mana itu bukan bukti dan itu dugaan?

QuoteBenar, Dhamma bukan HANYA Tipitaka, tapi kalau yang di luar Tipitaka BERTENTANGAN, apa kita bisa terima sebagai Dhamma? ;-)

Orang yg menggunakan panna dalam kehidupan dan mengerti Dhamma tentunya ia dapat mengerti apa yg Dhamma dan bukan Dhamma.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: sobat-dharma on 17 October 2009, 12:58:55 PM
Quote from: upasaka on 17 October 2009, 12:52:36 PM

[at] sobat-dharma

Tapi saddha (keyakinan) yang dibahas oleh Sang Buddha di syair itu adalah keyakinan setelah mempraktikkan. Bukan keyakinan karena spekulatif intelektualitas. :)


Keyakinan adalah benih, praktik adalah hujan....
Jika ada benih (keyakinan) tapi nggak ada hujan (praktik), maka sia-sia. Tapi Kalau ada hujan (praktik), tapi nggak ada benih (keyakinan) maka apa yang mau ditumbuhkan? :)

Keyakinan dan praktik adalah dua hal yang sejajar, keduanya saling mendukung satu sama lain. Dimulai dari menanam benih (keyakinan), seseorang baru mulai berpraktik (hujan)....Lantas praktik akan memperkokoh keyakinan. Bukankah begitu arti syair di atas? CMIIW
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 17 October 2009, 01:01:34 PM
hukum karma, siapa yg ngepost duluan sih? TSnya sopo? sang Buddha Gotama kan?

nah, apakah anda percaya sama Buddha Gotama?

kalo percaya ajah belom gmana ada minat buat ngebuktiin :P
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 17 October 2009, 01:02:46 PM
Quote from: hatRed on 17 October 2009, 12:46:13 PM
[at] es bon bon
aye siap ;D

anything for the truth

"give me the truth, even if it hurts me"

Coba Anda cubit tangan sendiri sekuat tenaga, is it hurts you? that's the truth law of kamma. Simple...how far you wanna go friend?  ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: g.citra on 17 October 2009, 01:10:09 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 10:43:25 AM
Quote from: g.citra on 17 October 2009, 08:54:24 AM
QuoteAnggaplah saya seseorang yang tidak mengerti semua agama sama sekali. Bagaimana penjelasan anda ke saya tentang bukti hukum kamma? Tolong sekaligus memberikan contohnya.

Sorry bro Kai, mo numpang lewat dikit nih ... :))

Yang gampang cuma 2 hal :

1. Anda saya suruh bagi duit ke pengemis dijalan,
2. Anda saya suruh buat ngejitak kepala preman.

Biar gak paham agama ato hukum kamma juga anda pasti mikir buat ngerjain hal kedua bukan ?

_/\_

Tidak perlu teori hukum kamma, hanya perlu ilmu sosial untuk menganalisa "berdana ke pengemis" dan "menjitak kepala preman". Kalau saya seorang Mafia, menjitak kepala preman tidak perlu pikir-pikir.

Lha bro Kai ... emang 'ilmu kamma' itu gak bahas hubungan makhluk dengan sekitar yah ?  :))
Atau emang dah demikian ter'obsesi'nya dengan kata-kata 'aku adalah pemlik,pewaris ... karmaku' itu tuh yang nyebab-in 'ilmu kamma' jadi 'tersekat' dan gak universal ?

Anda salah bro Kai !! Kalaupun anda seorang gembong mafia, pasti anda mikir apa untungnya saya suruh buat jitak kepala preman ... :))

nb: sambil santai ... oke ?!  ;)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: CHANGE on 17 October 2009, 01:10:40 PM
Sekedar perenungan mengenai SEBAB AKIBAT,  bukan pembuktian. Saya sajikan satu artikel

HUBUNGAN KAUSALITAS DENGAN IPTEK MODERN

Manusia zaman sekarang mempercayai hubungan sebab akibat. Akan tetapi, hanya mengenalinya sebatas pada lingkup kecil saja. Di dalam perwujudan ilmu fisika yang dapat dibuktikan melalui eksperimen ilmiah, eksis banyak sekali hubungan sebab-akibat antara di dalam kasus gejala satu dengan gejala lainnya.

Untuk itu, manusia zaman sekarang pada dasarnya tidak meragukannya. Di dalam ilmu sosiologi, apakah itu ilmu psikologi, ilmu ekonomi ataupun model rancang bangun teori ilmu kemasyarakatan, ternyata dipakai sejumlah besar hukum sebab-akibat. Maka melalui penguasaan hukum obyektif yang tak berbentuk ini, manusia melangkah ke prognosa, bahkan menguasai dunia ini.

Dalam agama membicarakan sebab akibat, menanam kebaikan memperoleh imbalan kebaikan, menanam kejahatan memperoleh imbalan kejahatan, adalah semacam hukum sebab-akibat obyektif yang lebih luas dan telah melampaui yang dapat dikenali di dalam ruang-waktu manusia. Maka mengapa manusia tidak berani mengakuinya? Hukum yang sama, bagaimana mungkin sesudah berdaya-guna melampaui metode pembuktian ilmiah yang sempit, maka lantas menjadi tidak eksis?  

Saya pikir, dari cara pengenalan manusia itu saja sudah mengalami masalah. Arus utama metode pengimplikasian iptek moderen zaman kini, mementingkan pembelaan ajaran dan sifat keutuhan konstruksi sebuah teori, sedangkan sikap kesungguhan hati dalam mencari kebenaran dan dengan prinsip tanpa prasangka dalam pertimbangan dan menemukan sifat pokok suatu materi malah diremehkan.

Thomas Kuhn pada 1962 telah me-nerbitkan sebuah buku berjudul The Structure of Scientific Revolutions  (Struktur Revolusi Ilmiah) yang memuat penemuannya dalam hal penelitian sejarah iptek. Usulannya disebut "teori Model": Akumulasi ilmu pengetahuan pada masa kondisi biasa tertentu bergulir di dalam sebuah kerangka/bingkai model, kemudian tak henti-hentinya ditemukan model iptek ini tak dapat lagi menjelaskan kasus abnormal yang tak dapat dijelaskan; akhirnya mendirikan lagi model baru.

Maka itu, iptek bukan sedang mengejar kebenaran hakiki, melainkan sedang mengejar bingkai yang berlainan dalam pengenalan segala hal. Tak peduli pigura iptek itu bagaimanapun ditukar, tetap adalah pigura yang berasal dari manusia. Model yang berbeda, tak peduli berubah bagaimanapun, hanya bisa mengenali kebenaran alam semesta secara terbatas. Selain itu, hanya mampu sebatas pemahaman oleh manusia. Maka dapat melampaui sudut pandang manusia barulah ada pemahaman yang lebih tinggi.

Oleh karena itu, yang dibawa oleh iptek moderen kepada manusia adalah semacam cara perenungan terbatas. Cara pemahaman seperti itu bukan masalah salah-benar, melainkan model perenungan dalam lingkup sempit yang membuat umat manusia di berbagai bidang telah berubah menjadi berdaya-guna rendah.

Karena penyempitan perenungan, maka fokus orang hanya bisa sebatas pada dunia nyata dalam ruang ini.
Itulah mengapa, hukum sebab-akibat di dalam benak manusia moderen sedemikian sempitnya sampai ke taraf model ilmiah, terhadap reinkarnasi pengejawantahan hukum sebab-akibat lantas tidak percaya!

Manusia pada umumnya mementingkan keuntungan jangka pendek, hanya mengejar segala kenikmatan dan keberhasilan di dalam dunia fana  ini. Dunia dan kebenaran sejati yang lebih tinggi daripada manusia oleh karena tidak dapat dipahami, dari awalnya mengejar-ngejar hingga mengakui keberadaannya tapi tidak dibahas, kemudian menimbulkan keraguan, dan pada akhirnya menyangkal.

Alhasil manusia di dalam konsepnya itu sendiri yang memblokir diri sendiri ke arah sudut yang bisa dipahami sebatas pemikirannya  yang sempit tadi. Tak peduli orang percaya atau tidak, dapat mendeteksinya ataupun tidak, hukum sebab akibat dalam bentuk lebih tinggi adalah eksis.

Manusia zaman sekarang begitu mendengar sebab-akibat, lantas merasa itu adalah perkataan bodoh orang zaman dahulu, atau paling-paling hanya untuk menganjurkan orang agar berbuat baik. Sepertinya sama sekali tak terpikir, itu adalah prinsip ilmiah yang lebih tinggi daripada pemahaman iptek yang ada sekarang.

Di dalam metode ilmiah terdapat semacam analisa kasus, penyebaran melalui mulut dan telinga selama berabad-abad membuktikan kasus eksistensi sebab akibat sudah tak terhitung jumlahnya. Orang zaman sekarang karena tidak pernah melihatnya sendiri, dengan nekad menyangkalnya berdasarkan pemikiran yang dimilikinya, ini bukanlah sikap ilmiah. Realitanya, banyak ilmuwan zaman sekarang juga telah meneliti sejumlah kasus reinkarnasi pada zaman ini.

Maka, tidak mempercayai sebab-akibat bisa berakibat fatal. Apabila seseorang beranggapan setelah manusia meninggal segalanya tidak ada lagi, maka ia akan sulit berbuat baik dan di bawah kondisi yang sulit ia mampu berbuat kejahatan.

Dalam memahami sesuatu apabila seseorang betul-betul tidak menghendaki terjebak di lapisan dimensi ini, barulah ada kecerdasan dan pencerahan, barulah bisa mendeteksi bahwa perkataan ini bukan omong kosong yakni "siklus sebab akibat dan berimbalan adalah tidak keliru".

Hukum sebab akibat bukan prinsip umat manusia, ia adalah hukum obyektif. Sebab-akibat adalah perwujudan hukum alam semesta pada level tertentu. Sedangkan iptek membawa kenikmatan materi bagi manusia, tapi mempersempit pemikiran manusia dan menutupi sifat pokok manusia.

Tidak mengetahui hukum sebab akibat, efek negatifnya sangat besar bagi manusia. Silakan buka bingkai kecil (yang membelenggu) di dalam pikiran, buatlah untuk merenung. pasti Anda percaya.  
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Nevada on 17 October 2009, 01:11:40 PM
Quote from: hendrakoApakah Anda yakin Sang Buddha telah tercerahkan sempurna?
Apa bila ya, dapatkah Anda membuktikannya.

Saya yakin.
Buktinya adalah ajaran-Nya.


Quote from: sobat-dharmaKeyakinan adalah benih, praktik adalah hujan....
Jika ada benih (keyakinan) tapi nggak ada hujan (praktik), maka sia-sia. Tapi Kalau ada hujan (praktik), tapi nggak ada benih (keyakinan) maka apa yang mau ditumbuhkan? :)

Keyakinan dan praktik adalah dua hal yang sejajar, keduanya saling mendukung satu sama lain. Dimulai dari menanam benih (keyakinan), seseorang baru mulai berpraktik (hujan)....Lantas praktik akan memperkokoh keyakinan. Bukankah begitu arti syair di atas? CMIIW

Karena itu, saddha (keyakinan) identik dengan "prinsip". Keyakinan yang perlu ditanamkan dari awal adalah:
- dunia ini ada karena suatu sebab, dan ada sebab di dalamnya yang dapat meniadakannya
- aku adalah arsitek hidupku
- perbuatan baik akan memunculkan akibat baik, dan perbuatan jahat akan memunculkan akibat jahat

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Nevada on 17 October 2009, 01:12:18 PM
Quote from: bond on 17 October 2009, 01:02:46 PM
Quote from: hatRed on 17 October 2009, 12:46:13 PM
[at] es bon bon
aye siap ;D

anything for the truth

"give me the truth, even if it hurts me"

Coba Anda cubit tangan sendiri sekuat tenaga, is it hurts you? that's the truth law of kamma. Simple...how far you wanna go friend?  ;D

Dhamma berada sangat dekat. ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 17 October 2009, 01:13:07 PM
Quote from: bond on 17 October 2009, 01:02:46 PM
Quote from: hatRed on 17 October 2009, 12:46:13 PM
[at] es bon bon
aye siap ;D

anything for the truth

"give me the truth, even if it hurts me"

Coba Anda cubit tangan sendiri sekuat tenaga, is it hurts you? that's the truth law of kamma. Simple...how far you wanna go friend?  ;D

:-w  yg wah dikit napa
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: g.citra on 17 October 2009, 01:14:18 PM
Quote from: hatRed on 17 October 2009, 01:01:34 PM
hukum karma, siapa yg ngepost duluan sih? TSnya sopo? sang Buddha Gotama kan?

nah, apakah anda percaya sama Buddha Gotama?

kalo percaya ajah belom gmana ada minat buat ngebuktiin :P

Hat Red, dapet dari mana tuh kalo hukum kamma yang ngepost (jadi TS-nya) Sang Buddha ?  :-?

tambahan ... Buddha yang mana (banyak lho) ... ? Apa cuman Buddha Gotama doang ?  :-?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 17 October 2009, 01:18:43 PM
Quote from: g.citra on 17 October 2009, 01:14:18 PM
Quote from: hatRed on 17 October 2009, 01:01:34 PM
hukum karma, siapa yg ngepost duluan sih? TSnya sopo? sang Buddha Gotama kan?

nah, apakah anda percaya sama Buddha Gotama?

kalo percaya ajah belom gmana ada minat buat ngebuktiin :P

Hat Red, dapet dari mana tuh kalo hukum kamma yang ngepost (jadi TS-nya) Sang Buddha ?  :-?

tambahan ... Buddha yang mana (banyak lho) ... ? Apa cuman Buddha Gotama doang ?  :-?

tipitaka ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: g.citra on 17 October 2009, 01:23:28 PM
Quote from: hatRed on 17 October 2009, 01:18:43 PM
Quote from: g.citra on 17 October 2009, 01:14:18 PM
Quote from: hatRed on 17 October 2009, 01:01:34 PM
hukum karma, siapa yg ngepost duluan sih? TSnya sopo? sang Buddha Gotama kan?

nah, apakah anda percaya sama Buddha Gotama?

kalo percaya ajah belom gmana ada minat buat ngebuktiin :P

Hat Red, dapet dari mana tuh kalo hukum kamma yang ngepost (jadi TS-nya) Sang Buddha ?  :-?

tambahan ... Buddha yang mana (banyak lho) ... ? Apa cuman Buddha Gotama doang ?  :-?

tipitaka ;D

Lha ... kan di Tipitaka juga Buddha Gotama ngaku, Beliau bukan 1-1 nya  Samma SamBuddha yang pernah ada ? :))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hatRed on 17 October 2009, 01:24:15 PM
yah... kalo yg buddha2 sebelomnya kan threadnya dah dihapus.. :whistle:
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: g.citra on 17 October 2009, 01:29:43 PM
Quote from: hatRed on 17 October 2009, 01:24:15 PM
yah... kalo yg buddha2 sebelomnya kan threadnya dah dihapus.. :whistle:

Nah ini dia nih ... Bisa-bisa yg kayak gini bakal jadi muter-muter ... :))

Kalo ada pertanyaan Siapa yang ngapus ? trus jawab gimana ? :-?

nb: kalo yakin bakal muter2, jangan di puter2 lagi dah bro ... :))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 17 October 2009, 01:44:24 PM
Quote from: g.citra on 17 October 2009, 01:10:09 PM
Lha bro Kai ... emang 'ilmu kamma' itu gak bahas hubungan makhluk dengan sekitar yah ?  :))
Atau emang dah demikian ter'obsesi'nya dengan kata-kata 'aku adalah pemlik,pewaris ... karmaku' itu tuh yang nyebab-in 'ilmu kamma' jadi 'tersekat' dan gak universal ?

Anda salah bro Kai !! Kalaupun anda seorang gembong mafia, pasti anda mikir apa untungnya saya suruh buat jitak kepala preman ... :))

nb: sambil santai ... oke ?!  ;)


Memang dibahas interaksi ke orang lain. Tapi kalau hanya sebatas itu, sungguh tidak bermanfaat dibahas, apalagi untuk dicoba-buktikan.
Ibaratnya orang mau mengenalkan satu ilmu baru, namun ternyata sebatas ilmu matematika tambah-kurang, lalu dikatakan ilmu baru.

Jika mau membuktikan hukum kamma, berikan sesuatu contoh dan penjelasan yang spesifik.

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: inJulia on 17 October 2009, 01:58:42 PM
Quote from: CHANGE on 17 October 2009, 10:32:41 AM
Sekedar analisa   :-?  mengenai hukum kamma, seandainya inJulia berkenan  :

Saya setuju bahwa hukum kamma secara detail dan akurat tersebut tidak dapat dibuktikan secara empiris oleh orang awam kecuali oleh Sammasambuddha. Dan bagi saya ini adalah kenyataan yang sangat MENGGEMBIRAKAN bagi saya dan tidak mengecewakan sama sekali, bahkan membuat saya lebih bertekad belajar Buddha Dhamma.

Bukankah ini adalah jawaban ekstrim ?
Tentu tidak. Karena  kenyataan ini adalah REALITAS KEBENARAN ajaran Sang Buddha mengenai kamma vipaka.  

Seperti yang dikatakan Sang Buddha  di sebuah sutta (A.N.4.77) bahwa ada empat hal yang tidak boleh terlalu dipikirkan. Jika anda berpikir terlalu jauh tentang empat hal ini, anda akan menjadi gila. Yang pertama adalah kekuatan seorang Buddha; yang kedua adalah kedalaman dan kekuatan jhana (meditasi penyerapan); yang ketiga adalah kamma-vipaka; dan yang keempat adalah spekulasi tentang dunia.

Sang Buddha memberikan jawaban pasti atas hukum kamma vipaka kepada muridnya. Seandainya kita tidak menpunyai kemampuan bathin yang memadai dan coba menganalisa secara partial mengenai kamma vipaka. Dan mecoba menjelaskan secara akurat, mungkin hari ini kita tidak berada di FORUM ini, tetapi berada di Rumah Sakit Jiwa. SANGAT BERUNTUNG PERINGATAN telah diberikan oleh Sang Guru. Jika tidak ada peringatan, apa yang terjadi pada setiap umat Buddhis.

Apakah analogi atau perumpamaan terhadap cara kerja kamma vipaka dibenarkan ? Tentu dibenarkan ( IMO ), tetapi tentu kita harus mengingat bahwa kita hanya menggunakan variable/komponen/parameter yang sangat terbatas ( yang kasat mata saja ).
Contoh sederhana untuk membuat kue kita memerlukan terigu, gula, air, soda kue dll untuk menghasilkannya kue tersebut, dan hasil kue bisa berbeda dari segi rasa, kwalitas, dll. ( Inilah metode sederhana yang biasa kita lakukan ).

Tetapi jika ditelaah lebih lanjut mengapa kue yang dihasilkan tersebut berbeda, padahal menggunakan formula yang sama. Dan disini kita mulai mengalami kesulitan untuk menjelaskan. Sebagai contoh terigu dengan merk sama juga memberikan hasil yang berbeda. Jika ditelusuri lebih lebih lanjut maka akan bertanya mengenai Cara Pengolahan Pabrik, penyimpanan, cara Taman, Bibit Unggul bijian-bijian, cuaca, pupuk dll, belum lagi bahan yang lain. Bisa bayangkan berapa juta variable/komponen/parameter yang harus di analisa secara mendetail untuk menjelaskan pembuatan satu kue secara akurat. Dan saya tidak berani membayangkan berapa banyak variable yang akan digunakan untuk menganalisa hanya satu kehidupan ini ( belum lagi kehidupan-kehidupan yang lampau ).Karena setiap hari berapa banyak sebab akibat yang kita ciptakan melalui pikiran,ucapan dan perbuatan, jika anda sanggup dapat mengingatnya. Dan ini BUKAN MEMBUKTIKAN bahwa hukum kamma itu tidak ada, melainkan hanya ketidakkemampuan/keterbatasan untuk menjelaskan cara kerja hukum kamma. Misalkan Koran kompas digunakan untuk membungkus narkotika, tentu bukan penerbit yang disalahkan, tetapi pemakai Koran/pengedar tersebut.
Contoh lain adalah mengenai artikel " KEPASTIAN dan KEBETULAN "

Dan secara logika bahwa kehidupan ini adalah PROSES dari SEBAB AKIBAT. Siapa  didunia ini  yang berani membantah KENYATAAN INI !!!!. Inilah kebesaran Sang Guru  yang sangat dibanggakan.Keterbatasan manusia dan dewa mengenai cara kerja Kamma Vipaka, tidak memyebabkan manusia dan dewa selalu terkurung dalam KEGELAPAN BATHIN. Karena Sang Guru mengajarkan Dhamma ( rakit ) untuk kita jalani yakni JM8, 4KM, Dana ( kedermawanan ), Sila, Samadhi, Panna, dll. Dengan tujuan untuk terbebas dari segala keterbatasan dengan usaha sendiri. Inilah yang saya katakan Buddha Dhamma adalah INDAH dan MENAKJUBKAN. Karena Sang Guru mengetahui dan memahami keterbatasan yang dimiliki oleh manusia dan tidak berhenti sampai disini, tetapi melanjutkan dengan memberikan SOLUSI-SOLUSI untuk terbebas dari keterbatasan tersebut. Jadi semuanya tergantung dari setiap TEKAD setiap insan manusia.

Kesimpulan :
Kita sebenarnya hanya KECEWA atas keterbatasan diri sendiri, bukan kecewa terhadap hukum kamma. Seperti pertanyaan inJulia, sebenarnya mempertanyaan keterbatasan diri sendiri dan kita semua dengan tidak menyadarinya. Dan seakan-akan hukum kamma dikorbankan. Dengan keterbatasan meminta jawaban ketidakbatasan.

IMO, pertanyaan inJulia secara positif memberikan motivasi dan dukungan kepada saya untuk memperdalam Buddha Dhamma, karena  merupakan pertanyaan yang menggambarkan kenyataan. Terima Kasih atas pertanyaannya dan pernyataannya.

IMO, saya pasti kecewa terhadap Buddha Dhamma jika ada yang dapat menjelaskan secara akurat cara kerja kamma. Tetapi saya sangat BAHAGIA dan BANGGA jika TIDAK ADA yang dapat menjelaskan secara akurat cara kerja kamma. Berarti ajaran Buddha Dhamma adalah KENYATAAN YANG INDAH dan MENAKJUBKAN KARENA TIDAK ADA RAHASIA atau KEBOHONGAN.

Saya akan kecewa berat bahkan meninggalkan Buddha Dhamma seandainya Sang Buddha dikatakan sebagai Maha Kuasa, Maha Pencipta, dll tetapi KENYATAAN lapangan adalah IMPOTEN ( tidak sesuai dengan gelar yang dipakai ). Berarti KEBOHONGAN PUBLIK.

Yang saya tulis hanya sekedar analisa, jika ada kata-kata yang tidak berkenan, mohon maaf sebesar-besarnya

Semoga Semua Makhluk Barbahagia

_/\_


Thanks Bro Change,
Demikian memang pemahaman saya pribadi.
Anda lebih mampu menjabarkan.

Ketidak mampuan kita membuktikan Hk Karma, sama sekali tidak perlu menggoyahkan saddha kita.

Taruh, letakkan pada proporsinya, seimbang, wajar.
Berusaha mengangkat, menjungjung (misalnya: menyatakan bahwa Hk Karma dapat kita-kita buktikan), konsekuensinya ini menurunkan, mementahkan isi  sutta (A.N.4.77) bahwa ada empat hal yang tidak boleh terlalu dipikirkan.

Thanks
_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: g.citra on 17 October 2009, 02:05:14 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 01:44:24 PM
Quote from: g.citra on 17 October 2009, 01:10:09 PM
Lha bro Kai ... emang 'ilmu kamma' itu gak bahas hubungan makhluk dengan sekitar yah ?  :))
Atau emang dah demikian ter'obsesi'nya dengan kata-kata 'aku adalah pemlik,pewaris ... karmaku' itu tuh yang nyebab-in 'ilmu kamma' jadi 'tersekat' dan gak universal ?

Anda salah bro Kai !! Kalaupun anda seorang gembong mafia, pasti anda mikir apa untungnya saya suruh buat jitak kepala preman ... :))

nb: sambil santai ... oke ?!  ;)


Memang dibahas interaksi ke orang lain. Tapi kalau hanya sebatas itu, sungguh tidak bermanfaat dibahas, apalagi untuk dicoba-buktikan.
Ibaratnya orang mau mengenalkan satu ilmu baru, namun ternyata sebatas ilmu matematika tambah-kurang, lalu dikatakan ilmu baru.

Jika mau membuktikan hukum kamma, berikan sesuatu contoh dan penjelasan yang spesifik.



oke... oke ... :))
contohnya yg diatas aja lah ...

Anda saya suruh memberi uang kepada pengemis ... nah ini tentu ada sebabnya bukan ?
beberapa sebab antara lain : anda kenal saya, atau anda berada pada posisi yg memungkinkan untuk berkomunikasi dengan saya ... ini cetana saya, dan ini vipaka anda (terkondisi untuk disuruh) ... Kalau anda rasa itu baik dan menyenangkan, anda akan bercetana untuk memberi ... demikian sebaliknya (ada juga kemungkinan anda tetap memberi karena gak enak sama saya atau anda tidak memberi karena anda tidak memegang uang saat itu, padahal itu anda sadari sebagai obyek yang menyenangkan)... :)

Lanjut... Seandainya anda memberi ...
Saat memberi, anda terpikir oleh perbuatan anda SAAT melakukan hal itu ... Senang, biasa aja atau Tidak  ... Lalu setelah memberi, anda mendapat sambutan (respon dari sipengemis*) ... Hal ini anda rasakan ... Anda bahagia, biasa aja atau tidak setelahnya, itulah vipaka langsung anda karena memberi ...

Apakah setelah itu putus begitu aja ?
Tidak ... rangkaian yang terjadi adalah sebagian kehendak yang langsung berakibat ... Terlepas dari itu, ada dua hal dari cetana anda yang masih menunggu untuk berbuah ...

Apa itu ?
Pikiran anda  DISAAT anda memberi, dan Pikiran anda SETELAH anda memberi itulah yang nanti masih akan berakibat ... berbuahnya gimana ? Sebaiknya jangan dilanjut deh, gak ada habisnya ... :))

* saat si pengemis menerima uang, ia menerima vipaka yang dilanjut dengan cetana selanjutnya yakni bersikap terima kasih (senang atau marah dsb) dan nantinya juga akan berakibat buat dia karena juga akan tergantung pada kondisi pikiran pengemis SAAT dan SETELAH menerima uang itu ...

Gitu dulu dah ...
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 17 October 2009, 02:27:17 PM
Quote from: g.citra on 17 October 2009, 02:05:14 PM
Anda saya suruh memberi uang kepada pengemis ... nah ini tentu ada sebabnya bukan ?
beberapa sebab antara lain : anda kenal saya, atau anda berada pada posisi yg memungkinkan untuk berkomunikasi dengan saya ... ini cetana saya, dan ini vipaka anda (terkondisi untuk disuruh) ... Kalau anda rasa itu baik dan menyenangkan, anda akan bercetana untuk memberi ... demikian sebaliknya (ada juga kemungkinan anda tetap memberi karena gak enak sama saya atau anda tidak memberi karena anda tidak memegang uang saat itu, padahal itu anda sadari sebagai obyek yang menyenangkan)... :)

Lanjut... Seandainya anda memberi ...
Saat memberi, anda terpikir oleh perbuatan anda SAAT melakukan hal itu ... Senang, biasa aja atau Tidak  ... Lalu setelah memberi, anda mendapat sambutan (respon dari sipengemis*) ... Hal ini anda rasakan ... Anda bahagia, biasa aja atau tidak setelahnya, itulah vipaka langsung anda karena memberi ...

Apakah setelah itu putus begitu aja ?
Tidak ... rangkaian yang terjadi adalah sebagian kehendak yang langsung berakibat ... Terlepas dari itu, ada dua hal dari cetana anda yang masih menunggu untuk berbuah ...

Apa itu ?
Pikiran anda  DISAAT anda memberi, dan Pikiran anda SETELAH anda memberi itulah yang nanti masih akan berakibat ... berbuahnya gimana ? Sebaiknya jangan dilanjut deh, gak ada habisnya ... :))

* saat si pengemis menerima uang, ia menerima vipaka yang dilanjut dengan cetana selanjutnya yakni bersikap terima kasih (senang atau marah dsb) dan nantinya juga akan berakibat buat dia karena juga akan tergantung pada kondisi pikiran pengemis SAAT dan SETELAH menerima uang itu ...

Gitu dulu dah ...


Maaf, saya masih tidak menangkap ada yang lain di sini.
Seseorang menyuruh orang lain memberikan dana, dalam hal ini tidak ada penjelasan sebab dan akibat, hanya faktor-faktor pendukung.
Tanpa pengetahuan hukum kamma, kita juga tahu kalau kita tidak kenal, kita tidak mungkin menyuruh orang berdana.

Kemudian setelah melakukan sesuatu menghasilkan salah satu dari 3 perasaan: menyenangkan, tidak menyenangkan, netral. Lagi-lagi tidak perlu hukum kamma pun orang tahu bahwa perasaan secara general terbagi menjadi 3 itu.

Lanjut lagi ke pikiran, itu juga salah satu reaksi psikologis saja. Ada orang memberi dengan pikiran terpaksa, pikirannya tidak bahagia. Ada orang memberi karena kasihan, ada orang memberi karena mau dipuji orang lain. Semuanya adalah common sense, tidak ada yang baru di sini.

Begini saja, kita langsung eksperimen. Hari ini saya akan berdana Rp. 50.000,- ke seseorang (non-Buddhis) untuk biaya susu anaknya yang baru lahir. Dana atas dasar pikiran empati akan keadaannya yang sulit. Saya mau tanya yang (katanya) bisa buktikan hukum kamma, buah apakah yang akan terjadi dari perbuatan ini, bagaimana prosesnya dan kapan terjadinya. Kalau ada yang bisa menjelaskan dan memberitahukan dengan tepat, saya akan cabut kata-kata saya tentang hukum kamma tidak bisa dibuktikan.

Kalau hanya meramalkan "berdasarkan hukum kamma, anda akan mendapatkan ucapan terima kasih", lebih baik tidak usah di-post.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: g.citra on 17 October 2009, 02:32:37 PM
QuoteBegini saja, kita langsung eksperimen. Hari ini saya akan berdana Rp. 50.000,- ke seseorang (non-Buddhis) untuk biaya susu anaknya yang baru lahir. Dana atas dasar pikiran empati akan keadaannya yang sulit. Saya mau tanya yang (katanya) bisa buktikan hukum kamma, buah apakah yang akan terjadi dari perbuatan ini, bagaimana prosesnya dan kapan terjadinya. Kalau ada yang bisa menjelaskan dan memberitahukan dengan tepat, saya akan cabut kata-kata saya tentang hukum kamma tidak bisa dibuktikan.

Apa yang anda rasakan setelah nanti anda memberi, itu obyek yang akan menjadi akibat (sebagai bentuk langsung) bagi anda ... :)

Gimana ?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 17 October 2009, 02:44:02 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 11:40:06 AM
Quote from: upasaka on 17 October 2009, 11:30:37 AM
Jangan memahami kalau disebarkan gosip = diadili secara hukum. Di postingan sebelumnya, saya hanya memberi contoh akibat-akibat yang bisa terjadi.

Sang Buddha mengurutkan akibat dari suatu perbuatan secara bertahap. Vipaka yang muncul karena reaksi sosial adalah paling nyata, dan ini diuraikan dengan jelas oleh Sang Buddha. Sebagian besar orang yang tak mengenal Buddhisme pun juga paham dengan akibat ini. Vipaka yang muncul karena sankhara (bentukan pikiran) ini dijelaskan juga oleh Sang Buddha. Hanya segelintir orang yang bisa menganalisa batinnya dengan jelas karena akibat dari suatu perbuatan. Vipaka yang muncul karena mendapat dukungan dari Niyama ini yang belum bisa dibuktikan secara otentik. Tapi gambarannya bisa kita lihat saat kini. Dan dengan mempelajari doktrin Buddhisme; seperti tilakkhana dan paticcasamuppada, kita bisa mencerna apa yang disampaikan oleh Sang Buddha.

Sang Buddha mengenalkan konsep Hukum Kamma untuk memberi pemahaman yang benar bagi semua orang. Bahwa jika kita berbuat sesuatu, maka kita akan mendapatkan akibatnya. Banyak sekali orang yang sudah tahu bahwa berzinah adalah tidak baik, namun ia tetap melakukannya. Ia menggunakan fasilitas yang membuatnya terlindung secara hukum, dan terus melakukan perbuatan tidak baik itu. Ia menganggap bahwa ia bisa bebas dari hukuman (akibat buruk), makanya ia terus bergumul di perbuatan itu. Atau ada juga pandangan bahwa tidak apa-apa bergumul dalam kejahatan, yang penting nanti setelah tua bertobat dan dia akan diampuni Tuhan. Itu semua adalah pandangan keliru. Sang Buddha mengajarkan konsep Hukum Kamma yang memang nyata di dunia ini, agar semua orang paham bahwa kapanpun, di mana pun, dan siapa pun yang berbuat, pasti akan menerima akibatnya.
Ya, kalau menawarkan konsep hukum kamma agar orang yang menerimanya bisa berubah lebih baik, saya setuju saja. Sama seperti kalau orang dikenalkan hukum tabur tuai dengan maksud orang lebih takut akan Tuhan (=banyak berbuat baik, kurangi berbuat jahat) saya juga setuju.
Yang saya tentang adalah klaim bahwa itu semua bisa dibuktikan.


Quote from: ryu on 17 October 2009, 11:32:51 AM
sejauh ini keberadaan TUHAN khan tidak pernah terbukti?

contoh kita sekarang memakai baju karena kita yang dulu (beberapa jam yang lalu) memakai baju (itu sebab akibat khan bukan karena Tuhan yang memakaikan baju ke kita)
Lalu kita ada/lahir di sini karena apa? Bisa dibuktikan kebenarannya?


Karena hubungan ayah dan ibu ;D kalo mo di buktikan cek DNA aja ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 17 October 2009, 02:45:51 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 02:27:17 PM
Quote from: g.citra on 17 October 2009, 02:05:14 PM
Anda saya suruh memberi uang kepada pengemis ... nah ini tentu ada sebabnya bukan ?
beberapa sebab antara lain : anda kenal saya, atau anda berada pada posisi yg memungkinkan untuk berkomunikasi dengan saya ... ini cetana saya, dan ini vipaka anda (terkondisi untuk disuruh) ... Kalau anda rasa itu baik dan menyenangkan, anda akan bercetana untuk memberi ... demikian sebaliknya (ada juga kemungkinan anda tetap memberi karena gak enak sama saya atau anda tidak memberi karena anda tidak memegang uang saat itu, padahal itu anda sadari sebagai obyek yang menyenangkan)... :)

Lanjut... Seandainya anda memberi ...
Saat memberi, anda terpikir oleh perbuatan anda SAAT melakukan hal itu ... Senang, biasa aja atau Tidak  ... Lalu setelah memberi, anda mendapat sambutan (respon dari sipengemis*) ... Hal ini anda rasakan ... Anda bahagia, biasa aja atau tidak setelahnya, itulah vipaka langsung anda karena memberi ...

Apakah setelah itu putus begitu aja ?
Tidak ... rangkaian yang terjadi adalah sebagian kehendak yang langsung berakibat ... Terlepas dari itu, ada dua hal dari cetana anda yang masih menunggu untuk berbuah ...

Apa itu ?
Pikiran anda  DISAAT anda memberi, dan Pikiran anda SETELAH anda memberi itulah yang nanti masih akan berakibat ... berbuahnya gimana ? Sebaiknya jangan dilanjut deh, gak ada habisnya ... :))

* saat si pengemis menerima uang, ia menerima vipaka yang dilanjut dengan cetana selanjutnya yakni bersikap terima kasih (senang atau marah dsb) dan nantinya juga akan berakibat buat dia karena juga akan tergantung pada kondisi pikiran pengemis SAAT dan SETELAH menerima uang itu ...

Gitu dulu dah ...


Maaf, saya masih tidak menangkap ada yang lain di sini.
Seseorang menyuruh orang lain memberikan dana, dalam hal ini tidak ada penjelasan sebab dan akibat, hanya faktor-faktor pendukung.
Tanpa pengetahuan hukum kamma, kita juga tahu kalau kita tidak kenal, kita tidak mungkin menyuruh orang berdana.

Kemudian setelah melakukan sesuatu menghasilkan salah satu dari 3 perasaan: menyenangkan, tidak menyenangkan, netral. Lagi-lagi tidak perlu hukum kamma pun orang tahu bahwa perasaan secara general terbagi menjadi 3 itu.

Lanjut lagi ke pikiran, itu juga salah satu reaksi psikologis saja. Ada orang memberi dengan pikiran terpaksa, pikirannya tidak bahagia. Ada orang memberi karena kasihan, ada orang memberi karena mau dipuji orang lain. Semuanya adalah common sense, tidak ada yang baru di sini.

Begini saja, kita langsung eksperimen. Hari ini saya akan berdana Rp. 50.000,- ke seseorang (non-Buddhis) untuk biaya susu anaknya yang baru lahir. Dana atas dasar pikiran empati akan keadaannya yang sulit. Saya mau tanya yang (katanya) bisa buktikan hukum kamma, buah apakah yang akan terjadi dari perbuatan ini, bagaimana prosesnya dan kapan terjadinya. Kalau ada yang bisa menjelaskan dan memberitahukan dengan tepat, saya akan cabut kata-kata saya tentang hukum kamma tidak bisa dibuktikan.

Kalau hanya meramalkan "berdasarkan hukum kamma, anda akan mendapatkan ucapan terima kasih", lebih baik tidak usah di-post.

Kalo buah yang langsung anda mendapat ucapan terima kasih, anda mempunyai perasaan senang karena telah membantu orang itu.

kalo anda merasa tidak senang itu beda lagi ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 17 October 2009, 02:50:46 PM
kalau menurut sutta ini :
"Punna, selanjutnya dengarkanlah dan perhatikanlah dengan sungguh-sungguh apa yang akan saya katakan."
"Baiklah, Bhante," jawabnya. Selanjutnya Sang Bhagava berkata:

"Punna, terdapat empat jenis kamma yang dibabarkan oleh saya setelah pencapaian Penerangan Agung dengan pengetahuan langsung (abhinna). Apakah empat kamma (perbuatan) itu ? Ada perbuatan gelap dengan akibat gelap, ada perbuatan terang dengan akibat terang, ada perbuatan gelap dan terang dengan akibat gelap dan terang, ada perbuatan bukan gelap dan bukan terang dengan akibat bukan gelap pun bukan terang menuju kepada lenyapnya kamma.

Apakah perbuatan gelap dengan akibat yang gelap? Dalam hal ini seseorang melakukan perbuatan jasmani yang mengikat pada penderitaan, ia melakukan ucapan yang mengikat dengan penderitaan, ia melakukan perbuatan batin/mental yang mengikat pada penderitaan. Dengan melakukan hal tersebut, ia akan dilahirkan kembali dalam alam yang diliputi penderitaan. Ketika hal ini terjadi, kontak-kontak yang menyedihkan menyentuhnya. Disentuh oleh kontak-kontak tersebut, ia merasakan perasaan-perasaan yang tak menyenangkan dan menyakitkan seperti yang dialami oleh makhluk-makhluk dalam alam neraka. Demikianlah satu kelahiran makhluk disebabkan oleh makhluk itu sendiri. Ia terlahir kembali karena kamma yang dilakukannya. Ketika ia terlahir kembali, kontak-kontak menyentuhnya. Demikianlah saya katakan bahwa makhluk-makhluk adalah pewaris kamma mereka. Inilah yang disebut kamma gelap dengan akibat gelap.

Apakah perbuatan terang dengan akibat terang itu? Dalam hal ini seseorang melakukan perbuatan jasmani yang tidak mengikat dengan penderitaan, ia melakukan perbuatan batin/mental yang tidak mengikat pada penderitaan. Dengan melakukan hal tersebut, ia akan dilahirkan kembali dalam alam yang tidak diliputi penderitaan. Ketika hal ini terjadi, kontak-kontak yang tidak menyedihkan menyentuhnya. Disentuh oleh kontak-kontak tersebut, ia merasakan perasaan-perasaan yang menyenangkan dan sepenuhnya membahagiakan seperti makhluk-makhluk di alam subhakinna. Demikianlah satu kelahiran makhluk disebabkan oleh makhluk itu sendiri, ia terlahir kembali karena kamma yang dilakukannya. Ketika ia terlahir kembali, kontak-kontak menyentuhnya. Demikianlah saya katakan bahwa makhluk-makhluk adalah pewaris kamma mereka. Inilah yang disebut kamma terang dengan akibat terang.

Apakah perbuatan gelap dan terang dengan akibat gelap dan terang itu. Dalam hal ini seseorang melakukan perbuatan jasmani yang tidak mengikat dan mengikat pada penderitaan, ia melakukan ucapan yang tidak mengikat dan mengikat dengan penderitaan, ia melakukan perbuatan batin/mental yang tidak mengikat dan mengikat pada penderitaan. Dengan melakukan hal tersebut, ia akan dilahirkan kembali dalam satu alam yang diliputi penderitaan dan kesenangan. Ketika hal ini terjadi, kontak-kontak yang menyedihkan dan menyenangkan menyentuhnya. Disentuh oleh kontak-kontak tersebut, ia merasakan perasaan-perasaan yang tak menyenangkan dan menyenangkan seperti mahkluk-makhluk di alam manusia, beberapa dewa atau beberapa penghuni alam rendah. Demikianlah satu kelahiran makhluk disebabkan oleh makhluk itu sendiri, terlahir kembali karena kamma yang dilakukannya. Ketika ia terlahir kembali, kontak-kontak menyentuhnya. Demikian saya katakan bahwa makhluk-makhluk adalah pewaris kamma mereka. Inilah yang disebut kamma gelap dan terang dengan akibat gelap dan terang.

Apakah perbuatan bukan gelap maupun bukan terang yang akibatnya membawa kepada habisnya kamma? Dalam hal ini (tiga macam kamma) maksudnya adalah setiap kehendak (cetana) yang meninggalkan kamma gelap dengan akibat gelap atau setiap kehendak yang meninggalkan kamma terang dan gelap dengan akibat terang dan gelap. Inilah empat jenis kamma (perbuatan) yang saya babarkan setelah saya sendiri merealisasikannya dengan pengetahuan langsung (abhinna)."
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 17 October 2009, 02:51:59 PM
Quote from: g.citra on 17 October 2009, 02:32:37 PM
Apa yang anda rasakan setelah nanti anda memberi, itu obyek yang akan menjadi akibat (sebagai bentuk langsung) bagi anda ... :)

Gimana ?

Ini seperti orang mengatakan bisa membuktikan teori Gravitasi, menguraikan panjang lebar tentang gravitasi, lalu ketika ditanya "jika ada benda dengan luas x, massa y, dijatuhkan dari ketinggian z, berapa lama waktunya mencapai tanah?" Lalu dijawab, nanti sewaktu menjatuhkan bendanya, tekan "start" di stopwatch, ketika mencapai tanah, tekan "stop" di stopwatch. Angka yang tertera itulah jawabannya.

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: g.citra on 17 October 2009, 02:57:13 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 02:51:59 PM
Quote from: g.citra on 17 October 2009, 02:32:37 PM
Apa yang anda rasakan setelah nanti anda memberi, itu obyek yang akan menjadi akibat (sebagai bentuk langsung) bagi anda ... :)

Gimana ?

Ini seperti orang mengatakan bisa membuktikan teori Gravitasi, menguraikan panjang lebar tentang gravitasi, lalu ketika ditanya "jika ada benda dengan luas x, massa y, dijatuhkan dari ketinggian z, berapa lama waktunya mencapai tanah?" Lalu dijawab, nanti sewaktu menjatuhkan bendanya, tekan "start" di stopwatch, ketika mencapai tanah, tekan "stop" di stopwatch. Angka yang tertera itulah jawabannya.



Dan menurut anda itu belum sebuah bukti ?

Kalo emang gitu, balik saya yang nanya nih bro ... :))

Sejauh mana anda mengenal hukum kamma ? Menurut anda apakah hukum itu tak ada hubungannya dengan hukum-hukum  lain yang dikenal (berdiri sendiri) ? atau sebaliknya ?

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 17 October 2009, 02:58:09 PM
Quote from: ryu on 17 October 2009, 02:44:02 PM
Karena hubungan ayah dan ibu ;D kalo mo di buktikan cek DNA aja ;D
Ya, betul. Memang menurut biologi seperti itu. Tidak ada sangkut pautnya dengan hukum kamma. :)



Quote from: ryu on 17 October 2009, 02:45:51 PM
Kalo buah yang langsung anda mendapat ucapan terima kasih, anda mempunyai perasaan senang karena telah membantu orang itu.

kalo anda merasa tidak senang itu beda lagi ;D
Jadi dengan adanya bukti bahwa seseorang berdana mendapatkan ucapan terima kasih dan menjadi senang, sudah bisa dikatakan hukum kamma terbukti?

Kalau begitu, anda pasti jenis yang mengakui keberadaan Tuhan karena ada bukti seseorang berdoa dan mendapatkan keinginannya.

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: dhammadinna on 17 October 2009, 03:11:40 PM
Stau g, hukum kamma gak bisa dibuktikan oleh umat awam. Kita sudah terlahir dalam jumlah yang tidak terkira. Bny sekali jejak kamma yang bs berbuah saat ini dan di masa depan. Selama kita belum mampu melihat masa lampau dan memiliki pengetahuan tentang seluruh faktor yang menyebabkan berbuahnya kamma tersebut, kita tidak bisa membuktikan hukum kamma secara clear dan exact. Tp seorang samma sambuddha, mampu membuktikannya karena beliau memiliki kemampuan dan pengetahuan. Beliau pernah menceritakan mengapa seorang arahat bisa meninggal terbunuh, dll.  Intinya, hukum kamma sangat complicated dan hanya bisa dibuktikan oleh orang2 tertentu saja.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: g.citra on 17 October 2009, 03:15:18 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 02:58:09 PM

Jadi dengan adanya bukti bahwa seseorang berdana mendapatkan ucapan terima kasih dan menjadi senang, sudah bisa dikatakan hukum kamma terbukti?

Saya pikir penjelasan bro Ryu, itu dah cukup membuktikan ... Apakah anda belum merasa itu cukup membuktikan bro Kai ?

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 02:58:09 PM
Kalau begitu, anda pasti jenis yang mengakui keberadaan Tuhan karena ada bukti seseorang berdoa dan mendapatkan keinginannya.

Dalam Buddhis yang saya kenal, tak ada sesuatu yang gak mungkin ... Anda percaya dengan alam dewa ?
Andapun tahu tentunya ada alam dewa yang masih bisa berinteraksi denagn alam manusia ... :)
Kalau percaya dan telah mengetahui (ada di buku), tentunya 'judge' seperti diatas gak perlu ditulis lagi ... Toh penjelasan tentang 'Tuhan' yang bisa menolong (menurut versi lain) dah demikian jelas di tafsirkan dalam Buddhisme ... :)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 17 October 2009, 03:16:40 PM
Imasmim Sati Idam Hoti - Dgn adanya ini, terjadilah itu
Imassuppada Idam Uppajjati - Dgn timbulnya ini, timbullah itu
Imasmim Asati Idam Na Hoti - Dgn tdk adanya ini, tdk adalah itu
Imassa Nirodha Idam Nirujjati - Dgn tdk timbulnya ini, tdk timbullah itu
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 17 October 2009, 03:25:33 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 02:58:09 PM
Quote from: ryu on 17 October 2009, 02:44:02 PM
Karena hubungan ayah dan ibu ;D kalo mo di buktikan cek DNA aja ;D
Ya, betul. Memang menurut biologi seperti itu. Tidak ada sangkut pautnya dengan hukum kamma. :)



Quote from: ryu on 17 October 2009, 02:45:51 PM
Kalo buah yang langsung anda mendapat ucapan terima kasih, anda mempunyai perasaan senang karena telah membantu orang itu.

kalo anda merasa tidak senang itu beda lagi ;D
Jadi dengan adanya bukti bahwa seseorang berdana mendapatkan ucapan terima kasih dan menjadi senang, sudah bisa dikatakan hukum kamma terbukti?

Kalau begitu, anda pasti jenis yang mengakui keberadaan Tuhan karena ada bukti seseorang berdoa dan mendapatkan keinginannya.


saya rasa ada perbedaan konsep karma dan TUHAN. Konsep karma itu berlaku untuk semua orang, sedangkan katanya konsep Tuhan itu ya berlaku untuk agama tertentu saja.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: g.citra on 17 October 2009, 03:26:26 PM
Quote from: Melia Yansil on 17 October 2009, 03:11:40 PM
Stau g, hukum kamma gak bisa dibuktikan oleh umat awam.

Yang gak bisa buktiin itu cuma orang-orang yang memang belum tau sama sekali tentang hukum kamma dan orang-orang yang tidak merasa puas akan kenyataan bekerjanya hukum kamma yang bisa secara simpel dibuktikan ...

Quote from: Melia Yansil on 17 October 2009, 03:11:40 PM
Kita sudah terlahir dalam jumlah yang tidak terkira. Bny sekali jejak kamma yang bs berbuah saat ini dan di masa depan.

Betul ... memang demikian adanya ...

Quote from: Melia Yansil on 17 October 2009, 03:11:40 PM
Selama kita belum mampu melihat masa lampau dan memiliki pengetahuan tentang seluruh faktor yang menyebabkan berbuahnya kamma tersebut, kita tidak bisa membuktikan hukum kamma secara clear dan exact.

Yang jadi masalah, bukan seberapa banyak memiliki pengetahuan seperti itu, tapi seberapa kita bisa mengerti hakikat kamma itu sendiri ...

Quote from: Melia Yansil on 17 October 2009, 03:11:40 PM
Tp seorang samma sambuddha, mampu membuktikannya karena beliau memiliki kemampuan dan pengetahuan. Beliau pernah menceritakan mengapa seorang arahat bisa meninggal terbunuh, dll.  

Kalau di pikiran anda keluar sebuah kata "MENGAPA" pasti aja gak bakal ada beresnya ... :))
Karena anda sudah menginginkan sebuah jawaban yang bersifat intelektual belaka dan itu tidak akan selesai selama anda tidak merasa puas (Jawaban sebagai 'akibat' akan menimbulkan sebuah 'sebab baru' >>> reaksi batin) ...

Quote from: Melia Yansil on 17 October 2009, 03:11:40 PM
Intinya, hukum kamma sangat complicated dan hanya bisa dibuktikan oleh orang2 tertentu saja.

Saya setuju ... Karena itulah diskusi mengenai hal ini bisa menjadi panjang dan berlarut larut ... :))

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 17 October 2009, 03:29:03 PM
lock? ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: dhammadinna on 17 October 2009, 03:37:12 PM
G jadi diskonek :))  G pribadi sih gak terlalu musingin pembuktian hukum kamma. Yo wess, lanjut diskusi lah kalo menurut kalian perlu  ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: g.citra on 17 October 2009, 03:41:44 PM
Quote from: Melia Yansil on 17 October 2009, 03:37:12 PM
G jadi diskonek :))  G pribadi sih gak terlalu musingin pembuktian hukum kamma. Yo wess, lanjut diskusi lah kalo menurut kalian perlu  ;D

Nah itu dia sis ... :))

yang penting, ngerti aja udah cukup koq ... Perlu bukti? pikir sendiri ajalah, toh tiap saat juga ngerasain (biarpun gak ngeh/eling) ... :))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 17 October 2009, 04:21:27 PM
Quote from: g.citra on 17 October 2009, 02:57:13 PM
Dan menurut anda itu belum sebuah bukti ?

Kalo emang gitu, balik saya yang nanya nih bro ... :))

Sejauh mana anda mengenal hukum kamma ? Menurut anda apakah hukum itu tak ada hubungannya dengan hukum-hukum  lain yang dikenal (berdiri sendiri) ? atau sebaliknya ?

Dalam salah satu jataka, ada kisah di mana kambing akan dipotong dalam upacara korban, tetapi karena pelaku upacara telah disadarkan, ia tidak jadi melakukannya. Namun terjadi kilat yang menyambar batu, dan batu tersebut pecah. Salah satu serpihannya memotong kepala kambing tersebut. Dikatakan bahwa akibat dari kamma tersebut adalah kematian (umur pendek) dan waktu berbuahnya sudah matang, sehingga walaupun tidak disebabkan oleh si pelaku upacara, maka ada sebab lain yang terjadi, yaitu sambaran petir.

Di sini kita lihat bahwa walaupun kamma berinteraksi dengan hukum lain, akibatnya adalah jelas. Di sini ada kisah sebab dan akibat yang jelas. Orang yang tidak belajar hukum kamma tidak tahu bahwa umur pendek tersebut adalah hasil dari pembunuhan di masa lampau. Itu adalah khas hukum kamma. Satu niat/cetana, menghasilkan suatu buah. Kalau hanya mengatakan hubungan suami-istri menghasilkan anak, memberi sesuatu dapat ucapan terima kasih, seperti saya katakan, tidak usah belajar hukum kamma juga tahu.



Quote from: g.citra on 17 October 2009, 03:15:18 PM
Saya pikir penjelasan bro Ryu, itu dah cukup membuktikan ... Apakah anda belum merasa itu cukup membuktikan bro Kai ?
Membuktikan hukum biologi, maksudnya? Ya, sudah cukup membuktikan.


QuoteDalam Buddhis yang saya kenal, tak ada sesuatu yang gak mungkin ... Anda percaya dengan alam dewa ? Andapun tahu tentunya ada alam dewa yang masih bisa berinteraksi denagn alam manusia ... :)
Kalau percaya dan telah mengetahui (ada di buku), tentunya 'judge' seperti diatas gak perlu ditulis lagi ... Toh penjelasan tentang 'Tuhan' yang bisa menolong (menurut versi lain) dah demikian jelas di tafsirkan dalam Buddhisme ... :)
Bukan kepercayaannya yang sama, tetapi jenis orangnya yang sama, yaitu berdasarkan 1 bukti yang tidak valid, ditarik suatu kesimpulan yang mutlak.

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 17 October 2009, 04:23:30 PM
Quote from: ryu on 17 October 2009, 03:25:33 PM
saya rasa ada perbedaan konsep karma dan TUHAN. Konsep karma itu berlaku untuk semua orang, sedangkan katanya konsep Tuhan itu ya berlaku untuk agama tertentu saja.
Bagi orang yang menganut konsep Tuhan, hukuman Tuhan tetap berlaku bagi semua orang.

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: g.citra on 17 October 2009, 04:53:24 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 04:21:27 PM
Dalam salah satu jataka, ada kisah di mana kambing akan dipotong dalam upacara korban, tetapi karena pelaku upacara telah disadarkan, ia tidak jadi melakukannya. Namun terjadi kilat yang menyambar batu, dan batu tersebut pecah. Salah satu serpihannya memotong kepala kambing tersebut. Dikatakan bahwa akibat dari kamma tersebut adalah kematian (umur pendek) dan waktu berbuahnya sudah matang, sehingga walaupun tidak disebabkan oleh si pelaku upacara, maka ada sebab lain yang terjadi, yaitu sambaran petir.

Di sini kita lihat bahwa walaupun kamma berinteraksi dengan hukum lain, akibatnya adalah jelas. Di sini ada kisah sebab dan akibat yang jelas. Orang yang tidak belajar hukum kamma tidak tahu bahwa umur pendek tersebut adalah hasil dari pembunuhan di masa lampau. Itu adalah khas hukum kamma. Satu niat/cetana, menghasilkan suatu buah. Kalau hanya mengatakan hubungan suami-istri menghasilkan anak, memberi sesuatu dapat ucapan terima kasih, seperti saya katakan, tidak usah belajar hukum kamma juga tahu.

Lalu yang di bold itu anda pandang sebagai apa ? bukan bukti kamma ? lalu apa ?



Quote from: ryu on 17 October 2009, 02:45:51 PM
Kalo buah yang langsung anda mendapat ucapan terima kasih, anda mempunyai perasaan senang karena telah membantu orang itu.

kalo anda merasa tidak senang itu beda lagi ;D

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 04:21:27 PM
Membuktikan hukum biologi, maksudnya? Ya, sudah cukup membuktikan.

Tulisan bro Ryu yang saya bold itu apakah berbau tentang hukum biologi ?  :-?



Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 04:21:27 PM
Bukan kepercayaannya yang sama, tetapi jenis orangnya yang sama, yaitu berdasarkan 1 bukti yang tidak valid, ditarik suatu kesimpulan yang mutlak.

Tuhan yang anda katakan tidak valid itu saya anggap hanya bentuk penyederhanaan kata dari keterbatasan manusia dalam memikirkan akibat (atau sesuatu) yang dialami dalam kehidupannya

Sudahkah anda berpikir untuk 'mendefinisikan Tuhan' seperti ini ?
Semoga setelah berpikir, kata itu tidak lagi menjadi 'racun' dalam menghambat keyakinan dan pemahaman anda yang memang sudah baik ... :)

Saya menyadari pemikiran dan tingkat pemahaman tiap orang tidak sama ... dan saya tidak dapat, memaksakan sesuatu yang telah kita peroleh untuk diberikan karena adanya perbedaan tingkat pemikiran dan pemahaman ini ...

Karena itu, saya juga tidak ingin memaksa agar anda mencoba memikirkannya karena sesungguhnya pembuktian dari manfaat tulisan saya itu tidak akan memberikan saya keuntungan dan kerugian apa-apa ... semuanya anda (dan yang membaca tulisan ini) yang akan merasakan (sebagai 'vipaka' karena berdiskusi dengan saya) ... :)

salam,
g.citra
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Nevada on 17 October 2009, 05:05:41 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 02:27:17 PM
Begini saja, kita langsung eksperimen. Hari ini saya akan berdana Rp. 50.000,- ke seseorang (non-Buddhis) untuk biaya susu anaknya yang baru lahir. Dana atas dasar pikiran empati akan keadaannya yang sulit. Saya mau tanya yang (katanya) bisa buktikan hukum kamma, buah apakah yang akan terjadi dari perbuatan ini, bagaimana prosesnya dan kapan terjadinya. Kalau ada yang bisa menjelaskan dan memberitahukan dengan tepat, saya akan cabut kata-kata saya tentang hukum kamma tidak bisa dibuktikan.

Kalau hanya meramalkan "berdasarkan hukum kamma, anda akan mendapatkan ucapan terima kasih", lebih baik tidak usah di-post.

Baiklah. Saya akan memberi penjelasan dan saya juga meminta jawaban dari Anda.


Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya. Setelah itu, apakah ibu itu akan berpikiran, "Hai, sobat, lain kali aku tidak ingin menerima pemberianmu."?

Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun senang dan menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya, dan ibu itu memberitahukan hal ini kepada orang-orang terdekatnya. Apakah orang-orang dan ibu itu akan berkata kepada Anda, "Hai, sobat, Anda telah berbuat jahat sekali. Pergilah kami tidak ingin kau berbuat baik."?

Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun senang dan menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya. Dan ternyata hal ini dilihat dan diketahui oleh orang lain ataupun teman Anda. Apakah mereka akan berucap, "Hai, sobat, perbuatanmu sungguh memalukan. Aku kecewa menjadi temanmu."?

Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun senang dan menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya. Anda menanam pemikiran yang penuh cinta-kasih ketika hendak memberi uang itu, Anda memberikan uang itu dengan pikiran yang penuh cinta-kasih, dan Anda mengembangkan pemikiran cinta-kasih setelah memberikan uang itu. Apakah Anda akan berkata, "Hai, ibu, aku sangat menderita dengan pemberianku ini."?

Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun senang dan menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya. Anda menanam pemikiran yang penuh cinta-kasih ketika hendak memberi uang itu, Anda memberikan uang itu dengan pikiran yang penuh cinta-kasih, dan Anda mengembangkan pemikiran cinta-kasih setelah memberikan uang itu. Anda merenungkan kebaikan ini sehingga kebahagiaan menyertai hari Anda. Pembawaan Anda sangat menyenangkan. Apakah teman-teman yang berinteraksi dengan Anda saat itu akan berkata, "Hai, sobat, sikapmu menakutkan sekali. Kami pikir sebaiknya kami membawa senjata untuk melindungi diri dari sikapmu."?

Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun senang dan menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya. Anda menanam pemikiran yang penuh cinta-kasih ketika hendak memberi uang itu, Anda memberikan uang itu dengan pikiran yang penuh cinta-kasih, dan Anda mengembangkan pemikiran cinta-kasih setelah memberikan uang itu. Anda merenungkan kebaikan ini sehingga kebahagiaan menyertai hari Anda. Pembawaan Anda sangat menyenangkan. Anda terus berusaha mempertahankan kebahagian mental ini. Menurut penelitian kedokteran, kebahagian dari rasa puas (syukur) membuat kesehatan seseorang lebih baik. Apakah setelah Anda mampu menjaga pikiran baik seperti ini, maka tubuh Anda akan letih-lesu?

Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun senang dan menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya. Anda menanam pemikiran yang penuh cinta-kasih ketika hendak memberi uang itu, Anda memberikan uang itu dengan pikiran yang penuh cinta-kasih, dan Anda mengembangkan pemikiran cinta-kasih setelah memberikan uang itu. Anda merenungkan kebaikan ini sehingga kebahagiaan menyertai hari Anda. Pembawaan Anda sangat menyenangkan. Anda terus berusaha mempertahankan kebahagian mental ini. Anda terus terdorong untuk berbuat baik karena Anda puas dengan berbuat kebaikan. Setiap harinya Anda melakukan perbuatan baik. Banyak orang yang mengenal Anda sebagai orang baik. Anda disukai oleh banyak orang... Hingga pada suatu saat Anda meninggal, banyak orang yang datang dan memberi penghormatan untuk Anda. Nama Anda dikenal sebagai orang bajik dan harumnya tercium sampai ke Alam Deva. Anda beroleh kehidupan baru sebagai makhluk deva karena moralitas Anda. Apakah Anda akan berpikir bahwa, "Pemberianku yang sebesar Rp 50.000,- disertai pemikiran cinta kasih telah membuatku terperosok dalam kesalahan dan hinaan banyak orang."?


Coba berikan jawabannya. Buah nyata apa yang akan terjadi pada hidup Anda setelah melakukan pemberian yang disertai empati itu?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: pannadevi on 17 October 2009, 05:37:14 PM
sorry Bro Upasaka...anda mengetik sutta ya Bro...kok mirip amat dg gaya Sang Buddha "selalu kalimat pengulangan"... ;D ;D

salut deh buat anda...

saya pikir tadi saya membaca sutta...two thumbs buat anda Bro... :jempol:
uraian anda mengena, saya setuju...
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 17 October 2009, 05:50:57 PM
Quote from: g.citra on 17 October 2009, 04:53:24 PM
Lalu yang di bold itu anda pandang sebagai apa ? bukan bukti kamma ? lalu apa ?


Quote from: ryu on 17 October 2009, 02:45:51 PM
Kalo buah yang langsung anda mendapat ucapan terima kasih, anda mempunyai perasaan senang karena telah membantu orang itu.

kalo anda merasa tidak senang itu beda lagi ;D

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 04:21:27 PM
Membuktikan hukum biologi, maksudnya? Ya, sudah cukup membuktikan.

Tulisan bro Ryu yang saya bold itu apakah berbau tentang hukum biologi ?  :-?


Saya pandang sebagai interaksi sosial biasa saja. Suatu common sense di mana semua orang tanpa belajar hukum kamma pun tahu. Mungkin nanti 1+1 = 2 mau diklaim sebagai bukti hukum kamma?

Saking tidak percayanya bahwa itu dikatakan pembuktian hukum kamma, barusan saya langsung tes.
Saya tanya ke seseorang (Kr1sten), "kalau kita memberi orang dana, kira-kira apa yang terjadi selanjutnya?"
Dia jawab, "yah, ga ada apa-apa, paling dia say thanks aja."
Luar biasa. :)



Quote
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 04:21:27 PM
Bukan kepercayaannya yang sama, tetapi jenis orangnya yang sama, yaitu berdasarkan 1 bukti yang tidak valid, ditarik suatu kesimpulan yang mutlak.

Tuhan yang anda katakan tidak valid itu saya anggap hanya bentuk penyederhanaan kata dari keterbatasan manusia dalam memikirkan akibat (atau sesuatu) yang dialami dalam kehidupannya

Sudahkah anda berpikir untuk 'mendefinisikan Tuhan' seperti ini ?
Semoga setelah berpikir, kata itu tidak lagi menjadi 'racun' dalam menghambat keyakinan dan pemahaman anda yang memang sudah baik ... :)
Sekali lagi jangan salah tangkap. Saya tidak bahas "isi"-nya, tetapi "cara penyajiannya".
Pemaksaan pembuktian "Tuhan" dan "Hukum Kamma" adalah berbeda isi, namun cara menyajikannya adalah sama.



QuoteSaya menyadari pemikiran dan tingkat pemahaman tiap orang tidak sama ... dan saya tidak dapat, memaksakan sesuatu yang telah kita peroleh untuk diberikan karena adanya perbedaan tingkat pemikiran dan pemahaman ini ...

Karena itu, saya juga tidak ingin memaksa agar anda mencoba memikirkannya karena sesungguhnya pembuktian dari manfaat tulisan saya itu tidak akan memberikan saya keuntungan dan kerugian apa-apa ... semuanya anda (dan yang membaca tulisan ini) yang akan merasakan (sebagai 'vipaka' karena berdiskusi dengan saya) ... :)

Saya ambil contoh misalnya hukum metafisika. Seseorang memiliki kekuatan supranormal dan membuktikannya pada orang lain yang tidak percaya. Katakanlah terbang, misalnya. Mungkin dia akan terbang atau bahkan mengajak orang yang tidak percaya tersebut. Di sini, orang yang tidak tahu, tidak percaya metafisika, tetap melihat kenyataan bahwa itu ada. Ia mangalami sesuatu yang di luar pengetahuannya.

Sekarang anda di sini seperti orang yang tidak punya kemampuan supranormal, yakin dengan adanya kekuatan supranormal, berusaha membuktikan ke orang lain yang juga tidak memiliki kekuatan supranormal. Namun anda bersikeras bahwa itu bisa dibuktikan, bahkan menyinggung "perbedaan level" yang menyebabkan saya tidak melihatnya.

Dalam ilustrasi ini, sebenarnya saya juga tidak punya kemampuan tersebut (bukan Samma Sambuddha), saya pernah menyaksikan sendiri pertunjukan kemampuan supranormal tersebut (melihat hukum kamma bekerja dalam diri sendiri) sehingga saya yakin itu ada. Namun saya mengakui bahwa saya tidak bisa membuktikannya pada orang lain. Itulah perbedaan kita. Saya tidak membebankan inkompetensi saya dalam membuktikan ke orang lain dengan alasan, "kamu masih dangkal ilmunya".

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Jerry on 17 October 2009, 06:07:24 PM
Hukum Kamma jangan dipandang sbg hukum tunggal yg terpisah dr hukum2 lainnya baik hukum yg dikenal dlm Buddhisme atau hukum konvensional yg ada di dlm masyarakat. Kalau dipandang demikian, apalagi dr kacamata 'luar' ya ngga akan ketemu bukti Hukum Kamma yg eksis berdiri sendiri. Yg saya liat banyak kecenderungan org2 yg menanggapi Kalama Sutta dg semangat skeptisme dan penyelidikan yg 'agak' keliru (saya sendiri jg :P) dan mencoba mencocokkan doktrin2 dlm Buddhisme dg menggunakan hukum konvensional sbg parameternya. Pdhl jelas dr segi historis kita dpt melihat bahwa hukum konvensional itu sendiri senantiasa berubah, berkembang dan mengalami perbaikan tesis, setiap kali ditemukan kesalahan dlm hukum tsb. Ambil pemisalan: Perbudakan. Dlm masa2 ketika ekspansi dunia baru sedang gencar2nya dan agama tetangga merajalela, sistem etika belum berkembang spt sekarang ini dan perbudakan dipandang sbg hal yg benar. Andai kita terlahir pd masa tsb. Sbg seorang buddhis yg hidup pd masa demikian, apakah kita harus mengompromikan nilai kebenaran yg diajarkan dlm Buddhisme - ttg mata pencaharian yg salah - dg sistem etika luaran? Karena Hukum Kamma tidak kelihatan akibatnya, dan menggunakan parameter etika konvensional, maka perbudakan adalah sah-sah saja?

Pandangan saya, permasalahan ttg Hukum Kamma, punabbhava demikian bukannya tdk bisa dibuktikan. Tp apakah org tsb mau menerima atau tidak???? Jika memang yg dicari2 adlh celah utk membantah, bukti ketiadaannya, ya pasti akan selalu ada celah dan perbedaan persepsi ttg itu. Sedang pandangan buddhist yg meyakini bahwa 1 hukum haruslah mutlak benar, sempurna tanpa celah cacat 1 pun, juga berpotensi menjadi ekstrem lain. Seperti seorang member di thread ini sebelumnya memberitahu bahwa Sang Buddha meski pun bisa mengerti sempurna kamma-vipaka, toh beliau tetap tdk bisa menunjukkan kebenaran pd orang yg tdk mempercayai. Dlm hal ini, kebenaran hakiki pun hanya menjadi 1 dr sekian banyak kebenaran relatif lainnya. Krn kebenaran hakiki dipandang dr sudut relatif. Seperti pandangan bumi bulat dan bumi datar. Meski kebenaran hakikinya bumi bulat, toh dari sudut pandang relativitas, bumi dapat pula dipandang berbentuk mendatar. Dan dlm sudut pandang ini, kita harus pula menghargai pemikiran mereka yg demikian. Karena pemikirannya benar, meski hanya dalam cara pandangnya.

Yg jelas sih saya setuju, memang tidak perlu menyerang pondasi keyakinan org lain dg cara yg sama. Apa bedanya yg 1 dg yg lain jika demikian? Sang Buddha tidak pernah mengajarkan kita utk itu. Jika mereka meyakini yg ada adlh Kehendak Ilahi, Kehidupan stlh kematian yg cuma 1x dg pilihan antara Surga abadi atau Neraka abadi. Ya silakan saja.. Sama2 tdk bisa membuktikan, ya jalani saja sesuai keyakinan masing2. Dalam posisi sama2 tdk mampu membuktikan, baiklah jika kita pun beriman saja pada kebenaran adanya Hukum Kamma dan punabbhava. Dg catatan, sambil terus berusaha memperdalam praktek dan pengetahuan kita dg memakai kacamata 'buddhisme' tentunya, bukan kacamata luaran.

[at] InJulia
Btw, utk Bro InJulia, kemampuan menembusi kamma-vipaka ngga hak eksklusif seorang Samma Sambuddha saja koq. Yg saya tau misalnya Y.M.Anuruddha yg memiliki kemampuan utk melihat timbul tenggelamnya makhluk berdasarkan kammanya, juga kemampuan utk mengetahui jenis kamma tertentu yg membawa pd kelahiran kembali dlm bentuk keberadaan yg baru (kammupaga-nana). Selengkapnya dapat dibaca di perpustakaan DC (http://dhammacitta.org/perpustakaan/anuruddha-yang-unggul-dalam-mata-dewa/) *promosi mode on* ^-^

mettacittena
_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 17 October 2009, 06:07:49 PM
Quote from: upasaka on 17 October 2009, 05:05:41 PM
Baiklah. Saya akan memberi penjelasan dan saya juga meminta jawaban dari Anda.


Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya. Setelah itu, apakah ibu itu akan berpikiran, "Hai, sobat, lain kali aku tidak ingin menerima pemberianmu."?

Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun senang dan menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya, dan ibu itu memberitahukan hal ini kepada orang-orang terdekatnya. Apakah orang-orang dan ibu itu akan berkata kepada Anda, "Hai, sobat, Anda telah berbuat jahat sekali. Pergilah kami tidak ingin kau berbuat baik."?

Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun senang dan menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya. Dan ternyata hal ini dilihat dan diketahui oleh orang lain ataupun teman Anda. Apakah mereka akan berucap, "Hai, sobat, perbuatanmu sungguh memalukan. Aku kecewa menjadi temanmu."?

Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun senang dan menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya. Anda menanam pemikiran yang penuh cinta-kasih ketika hendak memberi uang itu, Anda memberikan uang itu dengan pikiran yang penuh cinta-kasih, dan Anda mengembangkan pemikiran cinta-kasih setelah memberikan uang itu. Apakah Anda akan berkata, "Hai, ibu, aku sangat menderita dengan pemberianku ini."?

Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun senang dan menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya. Anda menanam pemikiran yang penuh cinta-kasih ketika hendak memberi uang itu, Anda memberikan uang itu dengan pikiran yang penuh cinta-kasih, dan Anda mengembangkan pemikiran cinta-kasih setelah memberikan uang itu. Anda merenungkan kebaikan ini sehingga kebahagiaan menyertai hari Anda. Pembawaan Anda sangat menyenangkan. Apakah teman-teman yang berinteraksi dengan Anda saat itu akan berkata, "Hai, sobat, sikapmu menakutkan sekali. Kami pikir sebaiknya kami membawa senjata untuk melindungi diri dari sikapmu."?

Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun senang dan menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya. Anda menanam pemikiran yang penuh cinta-kasih ketika hendak memberi uang itu, Anda memberikan uang itu dengan pikiran yang penuh cinta-kasih, dan Anda mengembangkan pemikiran cinta-kasih setelah memberikan uang itu. Anda merenungkan kebaikan ini sehingga kebahagiaan menyertai hari Anda. Pembawaan Anda sangat menyenangkan. Anda terus berusaha mempertahankan kebahagian mental ini. Menurut penelitian kedokteran, kebahagian dari rasa puas (syukur) membuat kesehatan seseorang lebih baik. Apakah setelah Anda mampu menjaga pikiran baik seperti ini, maka tubuh Anda akan letih-lesu?

Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun senang dan menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya. Anda menanam pemikiran yang penuh cinta-kasih ketika hendak memberi uang itu, Anda memberikan uang itu dengan pikiran yang penuh cinta-kasih, dan Anda mengembangkan pemikiran cinta-kasih setelah memberikan uang itu. Anda merenungkan kebaikan ini sehingga kebahagiaan menyertai hari Anda. Pembawaan Anda sangat menyenangkan. Anda terus berusaha mempertahankan kebahagian mental ini. Anda terus terdorong untuk berbuat baik karena Anda puas dengan berbuat kebaikan. Setiap harinya Anda melakukan perbuatan baik. Banyak orang yang mengenal Anda sebagai orang baik. Anda disukai oleh banyak orang... Hingga pada suatu saat Anda meninggal, banyak orang yang datang dan memberi penghormatan untuk Anda. Nama Anda dikenal sebagai orang bajik dan harumnya tercium sampai ke Alam Deva. Anda beroleh kehidupan baru sebagai makhluk deva karena moralitas Anda. Apakah Anda akan berpikir bahwa, "Pemberianku yang sebesar Rp 50.000,- disertai pemikiran cinta kasih telah membuatku terperosok dalam kesalahan dan hinaan banyak orang."?


Coba berikan jawabannya. Buah nyata apa yang akan terjadi pada hidup Anda setelah melakukan pemberian yang disertai empati itu?

Dalam hal ini, Bro Upasaka, saya adalah pihak yang meminta jawaban akan pembuktian hukum kamma. Bukan saya yang berspekulasi tentang buah kamma yang katanya bisa dijelaskan. Juga tidak perlu berspekulasi terlalu jauh. Saya tidak memberi disertai pikiran yang diisi teori cinta kasih, hukum kamma, alam deva dan lain sebagainya. Saya memberi hanya karena saya pikir dia barangkali memerlukannya. Saya juga memberikannya lewat orang lain, jadi orang itu juga tidak tahu tentang saya, tidak ada interaksi (yang dengan demikian contoh "berdana = ucapan terima kasih kepada saya" sudah terbukti keliru).

Jadi silahkan anda yang jelaskan buah kamma apa yang akan terjadi, jika memang bisa dibuktikan. 

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: g.citra on 17 October 2009, 06:31:22 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 05:50:57 PM

Saya pandang sebagai interaksi sosial biasa saja. Suatu common sense di mana semua orang tanpa belajar hukum kamma pun tahu. Mungkin nanti 1+1 = 2 mau diklaim sebagai bukti hukum kamma?

Saking tidak percayanya bahwa itu dikatakan pembuktian hukum kamma, barusan saya langsung tes.
Saya tanya ke seseorang (Kr1sten), "kalau kita memberi orang dana, kira-kira apa yang terjadi selanjutnya?"
Dia jawab, "yah, ga ada apa-apa, paling dia say thanks aja."
Luar biasa. :)


Dear bro Kai ...
Kalau hukum kamma dipikirkan, ia memang jadi terbukti ... sebabnya anda berpikir, asumsi itu hasilnya ...
Pikiran itu bisa lembut, sedang dan keras ... Demikian pula hukum kamma ... hukum universal yang berlaku bagi semua mahkluk karena eksistensinya di roda kehidupan ...

Kalau saya lihat sudut pandang anda dalam meng-interpretasi hukum kamma, demikian sulit, rumit, ngejelimet ... itu wajar ... tingkat pemahaman intelektual anda sudah demikian dalamnya mengenai seluk-beluk tulisan-tulisan dari konsep-konsep Buddhis ...

Lain halnya dengan orang yang anda tanyakan, lain pula dengan apa yang saya pikirkan ...

Tapi saya tangkap dari kalimat "say thanks aja" itu merupakan bukti bahwa dari cetana yang kita perbuat, kita dapat langsung menerima vipaka (mendengar ucapan thanks itu) ...

Hanya karena gaya penulisan saya (maklum pendidikan rendah) saja yang tidak dapat anda pahami (saya pikir karena kita berbeda latar belakang pendidikan, pemahaman atau juga lainnya) ...

Kalau anda mempertanyakan suatu saat ada yang mengklaim bukti kamma itu 1+1=2, itu kemungkinan yang bisa dijawab dengan jawaban apapun (lihat kasusnya) ... toh anda tentunya juga mengerti, cetana kita gak hanya bisa menghasilkan vipaka bagi 1 makhluk lain saja bukan ? (contoh: anda berdana buat panti asuhan)



Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 05:50:57 PM
Sekali lagi jangan salah tangkap. Saya tidak bahas "isi"-nya, tetapi "cara penyajiannya".
Pemaksaan pembuktian "Tuhan" dan "Hukum Kamma" adalah berbeda isi, namun cara menyajikannya adalah sama.

sekali lagi saya tuliskan, bagi yang belum tau sama sekali mengenai hukum kamma, Tuhan yang mereka samakan sebagai "SEBAB YANG MENGATUR HUKUM KAMMA" itu saya anggap hanya bentuk penyederhanaan kata dari keterbatasan manusia dalam memikirkan akibat (atau sesuatu) yang dialami dalam kehidupannya


Saya tekankan sekali lagi ... Ini buat mereka yang tidak tau hukum kamma (punya keyakinan lain) ...
Tapi seberapa tidak megertinya mereka, tentunya anda juga sepakat, kalau mereka juga punya pendapat tertentu tentang perbuatan baik akan menghasilkan sesuatu yang baik ...


Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 05:50:57 PM
Saya ambil contoh misalnya hukum metafisika. Seseorang memiliki kekuatan supranormal dan membuktikannya pada orang lain yang tidak percaya. Katakanlah terbang, misalnya. Mungkin dia akan terbang atau bahkan mengajak orang yang tidak percaya tersebut. Di sini, orang yang tidak tahu, tidak percaya metafisika, tetap melihat kenyataan bahwa itu ada. Ia mangalami sesuatu yang di luar pengetahuannya.

Sekarang anda di sini seperti orang yang tidak punya kemampuan supranormal, yakin dengan adanya kekuatan supranormal, berusaha membuktikan ke orang lain yang juga tidak memiliki kekuatan supranormal. Namun anda bersikeras bahwa itu bisa dibuktikan, bahkan menyinggung "perbedaan level" yang menyebabkan saya tidak melihatnya.

Dalam ilustrasi ini, sebenarnya saya juga tidak punya kemampuan tersebut (bukan Samma Sambuddha), saya pernah menyaksikan sendiri pertunjukan kemampuan supranormal tersebut (melihat hukum kamma bekerja dalam diri sendiri) sehingga saya yakin itu ada. Namun saya mengakui bahwa saya tidak bisa membuktikannya pada orang lain. Itulah perbedaan kita. Saya tidak membebankan inkompetensi saya dalam membuktikan ke orang lain dengan alasan, "kamu masih dangkal ilmunya".

Sudah membuktikannya dalam diri sendiri bro ? :))

Jadi kalau ada orang yang menyatakan, selain sang Buddha, "tidak ada yang bisa membuktikan hukum kamma"
anda akan setuju atau bahkan membenarkan (padahal anda pernah melihat hukum kamma bekerja dalam diri sendiri) ?

Kalau tadi diatas saya tulis sebuah contoh sederhana tentang 'pikiran yang bercetana dan bervipaka setelah bercetana' itu masih belum menunjukkan buktinya yah bro ?

Kalau begitu, jadi kepengen tau, hal apa yang sudah bisa anda buktikan mengenai kerja hukum kamma pada diri anda (sampai anda menjadi yakin/saddha kalau hukum kamma itu ada) ?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 17 October 2009, 06:37:41 PM
Quote from: xuvie on 17 October 2009, 06:07:24 PM
[...]

Pandangan saya, permasalahan ttg Hukum Kamma, punabbhava demikian bukannya tdk bisa dibuktikan. Tp apakah org tsb mau menerima atau tidak???? Jika memang yg dicari2 adlh celah utk membantah, bukti ketiadaannya, ya pasti akan selalu ada celah dan perbedaan persepsi ttg itu. Sedang pandangan buddhist yg meyakini bahwa 1 hukum haruslah mutlak benar, sempurna tanpa celah cacat 1 pun, juga berpotensi menjadi ekstrem lain. Seperti seorang member di thread ini sebelumnya memberitahu bahwa Sang Buddha meski pun bisa mengerti sempurna kamma-vipaka, toh beliau tetap tdk bisa menunjukkan kebenaran pd orang yg tdk mempercayai. Dlm hal ini, kebenaran hakiki pun hanya menjadi 1 dr sekian banyak kebenaran relatif lainnya. Krn kebenaran hakiki dipandang dr sudut relatif. Seperti pandangan bumi bulat dan bumi datar. Meski kebenaran hakikinya bumi bulat, toh dari sudut pandang relativitas, bumi dapat pula dipandang berbentuk mendatar. Dan dlm sudut pandang ini, kita harus pula menghargai pemikiran mereka yg demikian. Karena pemikirannya benar, meski hanya dalam cara pandangnya.

[...]

Ketika seseorang diberitahu oleh Buddha tentang kamma lampau yang menyebabkan seseorang mengalami sesuatu, orang tersebut mungkin akan percaya. Pertanyaan saya, apakah otomatis menjadi mengerti akan prosesnya? Apakah dengan dikatakan masa lampaunya demikian, dia otomatis punya kesaktian mengingat masa lampau dan membuktikan bahwa dirinya memang melakukan perbuatan tersebut di masa lampau?


Jaman dahulu, orang membuktikan bumi bulat ke orang lain dengan mengukur pergeseran bayangan dan sudut cahaya. Tanpa peralatan canggih, namun dengan keterampilan dan keahlian, mereka tetap kompeten dalam pembuktian. Bersembunyi di balik "bisa dibuktikan kalau ada Samma-Sambuddha" adalah sama dengan menyuruh orang pergi ke luar angkasa untuk melihat bulatnya bumi. Tidak bisa dibuktikan sekarang.

Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: bond on 17 October 2009, 06:41:17 PM
 [at] xuvie

Grp send dah..

Saya setuju bahwa arahat pun ada yg bisa tau kamma vipaka dari seseorang dari suatu perbuatan lampaunya sama seperti Samasambuddha. Yang membedakan jangkauan/penelusuran kelahiran SB lebih jauh lagi, kedetilan dan tingkat ke vasi-an. Misal YM . Anurudha bisa melihat 1000 kelahiran tentu SB lebih. Nah tidak perlu seribu , satu saja bisa tertangkap dengan abinna kenapa saya ada disini beserta perbuatan yg mendukung, itu sudah cukup membuktikan..inilah yg dimaksud essensi dari hukum kamma

Jika dari 10 hanya SATU bisa membuktikan 100 % dan 3 hanya 90 % dan sisanya tidak dapat membuktikan, maka bukan berarti sesuatu itu tidak terbukti.

Memang pemahaman terhadap hukum kamma ini bisa dibilang kalau pas vipakanya bisa muncul suatu pengertian sekalipun dari hal yg sederhana dari kehidupan sehari-hari. Kalau memang tidak berjodoh...maka demikianlah adanya, suatu fenomena yg wajar , paling tidak apa yg harus dikatakan telah dikatakan, apa yg harus dijelaskan telah dijelaskan, dan apa yg harus dibuktikan telah dibuktikan.

Siapa tau dari sebuah cubitan  tangan   langsung mengalami pencerahan tentang hukum kamma. Tidak perlu melihat sampai kelahiran yg terlalu jauh. Seperti   Bahiya-arahat tercepat atau seperti YM. Culapantaka dengan hanya mengusap-ngusap kain putih..akhirnya mengerti semua hukum semesta yg berlaku dengan terealisasinya nibanna dengan cara yg sederhana.

Mettacitena
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: K.K. on 17 October 2009, 06:45:50 PM
 [at]  g.citra

Sepertinya anda dan rekan-rekan di sini tidak mengerti apa yang ingin saya sampaikan dan melihat saya sebagai "penoda dhamma". Ya sudah, saya hentikan saja sampai di sini. Terima kasih semua atas diskusinya. :)

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: g.citra on 17 October 2009, 06:51:15 PM
 [at]  bro Kainyn ...

Mulailah menyampaikan ... toh saya akan mendengar ... mgkn di thread berbeda ... gak ada yang salah koq ... semua cuma proses dari bentuk pikiran kita yang terhubung dengan obyek ... berlalu dengan sendirinya ... :)

Kalau ada yang menganggap anda sebagai "penoda dhamma" (hanya karena thread ini), maka yang pertama kali merespon hal itu adalah saya (kalau saya pas lagi OL...  ;D) , mengapa ?

Alasan saya, TAK ADA SATU ORANG PUN (BAHKAN SAMMA SAM BUDDHA SEKALIPUN) YANG DAPAT MENGUTAK-ATIK DHAMMA ... Semua itulah Dhamma ... :)

Semoga tidak menjadi salah mengerti yah ... :)

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Nevada on 17 October 2009, 07:06:37 PM
Quote from: Kainyn_KuthoDalam hal ini, Bro Upasaka, saya adalah pihak yang meminta jawaban akan pembuktian hukum kamma. Bukan saya yang berspekulasi tentang buah kamma yang katanya bisa dijelaskan. Juga tidak perlu berspekulasi terlalu jauh. Saya tidak memberi disertai pikiran yang diisi teori cinta kasih, hukum kamma, alam deva dan lain sebagainya. Saya memberi hanya karena saya pikir dia barangkali memerlukannya. Saya juga memberikannya lewat orang lain, jadi orang itu juga tidak tahu tentang saya, tidak ada interaksi (yang dengan demikian contoh "berdana = ucapan terima kasih kepada saya" sudah terbukti keliru).

Jadi silahkan anda yang jelaskan buah kamma apa yang akan terjadi, jika memang bisa dibuktikan. 

;D

Bro, kita semua di sini sudah tahu kalau Hukum Kamma berjalan dengan saling mengondisikan hukum-hukum lainnya. Jadi bila Anda berdana Rp 50.000,- dan Sammasambuddha berkata kelak di kehidupan yang mendatang Anda akan memperoleh anak yang sangat berbakti, itu hanya uraian garis besarnya. Tentu ada sistematis yang berkesinambungan dari satu akibat merembet ke akibat lain; hingga akibat yang disimpulkan.

Bro, kita semua di sini juga sudah tahu bahwa yang bisa melihat jauh akibat ke masa depan dan melihat jauh sebab di masa lalu adalah Sammasambuddha. Maka semua penjelasan teman-teman di sini hanya berkutat di sebab-akibat yang terbatas; pada kehidupan saat ini dan dalam jangka waktu yang pendek.

Bro, berangkat dari pemahaman ini, artinya kita semua di sini belum bisa melihat mekanisme Hukum Kamma sejelas-jelasnya. Tapi bukan berarti kita tidak bisa membuktikan Hukum Kamma itu ada. Di sinilah maksud yang saya sampaikan pada Anda, karena Anda terus mempertahankan bahwa Hukum Kamma tidak bisa dibuktikan sama sekali oleh orang lain; kecuali Sammasambuddha.

Bagaimana, apa maksud saya ini bisa Anda pahami?


Quote from: pannadevi on 17 October 2009, 05:37:14 PM
sorry Bro Upasaka...anda mengetik sutta ya Bro...kok mirip amat dg gaya Sang Buddha "selalu kalimat pengulangan"... ;D ;D

salut deh buat anda...

saya pikir tadi saya membaca sutta...two thumbs buat anda Bro... :jempol:
uraian anda mengena, saya setuju...

Samaneri, saya hanya mencoba menguraikan cerita dengan skenario yang berbeda di setiap paragrafnya. Supaya pembaca bisa melihat perbandingannya, maka saya cenderung mengulangi sebagian kalimatnya. ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Jerry on 17 October 2009, 07:45:54 PM
Sebelumnya, jelas saya tidak termasuk 'rekan2' yg Anda maksudkan dlm reply Anda utk Bro g.citra. Saya pribadi melihat Bro Kain sbg org yg kritis dan mencoba menawarkan keterbukaan thdp pihak2 yg sering disalah mengerti. Dlm hal ini saya angkat topi utk Anda. ;)
( [at] glomod: psstt.. mana emoticon angkat topi? :P)

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 06:37:41 PM
Ketika seseorang diberitahu oleh Buddha tentang kamma lampau yang menyebabkan seseorang mengalami sesuatu, orang tersebut mungkin akan percaya. Pertanyaan saya, apakah otomatis menjadi mengerti akan prosesnya? Apakah dengan dikatakan masa lampaunya demikian, dia otomatis punya kesaktian mengingat masa lampau dan membuktikan bahwa dirinya memang melakukan perbuatan tersebut di masa lampau?


Jaman dahulu, orang membuktikan bumi bulat ke orang lain dengan mengukur pergeseran bayangan dan sudut cahaya. Tanpa peralatan canggih, namun dengan keterampilan dan keahlian, mereka tetap kompeten dalam pembuktian. Bersembunyi di balik "bisa dibuktikan kalau ada Samma-Sambuddha" adalah sama dengan menyuruh orang pergi ke luar angkasa untuk melihat bulatnya bumi. Tidak bisa dibuktikan sekarang.



Belum tentu, ada juga orang2 yg tidak percaya meski telah dijelaskan Sang Buddha dan Sang Buddha tidak pernah memaksakan kebenaran tsb. Karena kebenaran, diterima atau tidak, tetaplah tidak mengurangi nilai kebenaran tsb. Dlm beberapa kesempatan Sang Buddha menekankan pentingnya utk melihat dg kacamata yg sama utk mengerti Dhamma yg beliau ajarkan (bukan hanya soal proses hukum kamma dlm thread ini). Bukan mencoba mengerti melalui kacamata yg berbeda, melalui ajaran yg berbeda, melalui guru yg berbeda.
Jika pun mereka menerima dan percaya setelah diberitahu Sang Buddha, belum tentu mereka otomatis dpt mengingat perbuatan2 terdahulu mereka dlm kehidupan sebelumnya. Tapi ada bbrp kasus, yg setelah diberitahu, mereka dpt mengingat kelahiran terdahulu dan perbuatan yg mereka lakukan tsb.

Utk paragraf ke-2,
Soal pembuktian, seberapapun kompetennya mereka dpt membuktikan, selama masih sebuah teori, maka tidak pernah dpt diterima oleh pihak berseberangan. Penerimaan bumi berbentuk bulat scr penuh hanya stlh pendaratan manusia di bulan. Itu pun hingga hari ini masih ada saja yg tetap kekeuh berpandangan bumi datar. So, what to do? Korelasinya dg Hukum Kamma adalah, hukum kamma merupakan proses yg terjadi yg tak-kasat-mata. Berbeda dg pembuktian soal bentuk bumi yg konkret. Bagaimana kita dpt membuktikan scr konkret sesuatu yg abstrak spt Hukum Kamma? Tesis apapun akan menghasilkan anti-tesis lagi yg terus terjadi scr sinambung menuju penyempurnaan tesis. Tapi bagaimanapun sempurnanya, tetap saja hanya tesis. Bukan sebuah realisasi pengalaman pribadi. Utk itu, saya lebih memilih berusaha mengalami saja. Sedangkan soal tesis, lebih baik jadi penonton saja yg menyaksikan Anda-Anda sekalian menyempurnakan tesis ini. ;)
Dan YA. Memang tidak cukup hanya beralasan, "bisa dibuktikan kalau ada Samma-Sambuddha". Saya pribadi setuju dg pendapat Bro InJulia dan Bro Kain ttg tidak perlu mencoba membuktikan dgn memaksa yg mengakibatkan diri sendiri terperosok. Krn itu saya tulis bahwa jika demikian, saya memilih utk menganggap ini iman. Dan wilayah iman selalu personal dan privat. Jika tidak ingin disentuh, maka tidak perlu menyentuh pula wilayah iman orang lain. Pendapat Bro InJulia dan Bro Kain seharusnya sedikit banyak cukup membuat bbrp teman2 utk mendefinisikan ulang arti Saddha yg selama ini dikenal. :)

Oya, harap ingat bahwa pembuktian tsb bukan sekali saja, melainkan melewati proses waktu yg demikian lama dan begitu byk peristiwa yg menghasilkan bukti yg sekarang kita terima scr penuh. Demikian jg ttg Hukum Karma, mari sempurnakan meskipun hanya secara hipotesis belaka.

mettacittena
_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Jerry on 17 October 2009, 07:51:47 PM
 [at] Papa Bond
Thanks.. Send back! _/\_

Yup, meski kita belum mampu membuktikan ttg Pengembangan-Penyusutan alam semesta, membuktikan permukaan matahari bersuhu 6000 derajat Celcius. Bukan berarti tdk dpt dibuktikan. Permasalahannya, pihak yg berseberangan akan terus memaksa utk membuktikan secara konkret hal2 demikian. Dr contoh di atas saja, bagaiman bisa membuktikan bahwa memang permukaan matahari bersuhu demikian scr real? Apalagi membuktikan adanya pengembangan-penyusutan alam semesta. :o Akhirnya hal2 demikian, tak lepas dr keyakinan kita thdp teori tsb.

Mettacittena
_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Tekkss Katsuo on 17 October 2009, 08:58:48 PM
 _/\_

No comment,,, Om Xuvie memang pateng +1 buat anda.  :))
_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Jerry on 17 October 2009, 09:14:41 PM
Thanks for the point.. clicked back! _/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Tekkss Katsuo on 17 October 2009, 09:20:12 PM
 _/\_

;D lupa kalo saya uidh pernah kasih point. wkwkwkw...

Mengenaik hukum Kamma dr awal ada yg pro dan kontra, saya liat mungkin disebabkan perbedaan persepsi mengenai pengertian hukum Kamma..

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 17 October 2009, 09:29:38 PM
EHMMM!!! ngapain bagi2 GRP!!!!
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 17 October 2009, 09:30:47 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 06:45:50 PM
[at]  g.citra

Sepertinya anda dan rekan-rekan di sini tidak mengerti apa yang ingin saya sampaikan dan melihat saya sebagai "penoda dhamma". Ya sudah, saya hentikan saja sampai di sini. Terima kasih semua atas diskusinya. :)

_/\_
Sebetulnya maksud oom kain itu ke arah mana? pembuktian kamma yang sederhana atau yang rumit?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Tekkss Katsuo on 17 October 2009, 09:33:33 PM
 _/\_

disebabkan penjelasan Om Xuvie sangat bagus dan dapat diterima oleh logika pemahaman saya. haha
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 17 October 2009, 09:36:31 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 04:23:30 PM
Quote from: ryu on 17 October 2009, 03:25:33 PM
saya rasa ada perbedaan konsep karma dan TUHAN. Konsep karma itu berlaku untuk semua orang, sedangkan katanya konsep Tuhan itu ya berlaku untuk agama tertentu saja.
Bagi orang yang menganut konsep Tuhan, hukuman Tuhan tetap berlaku bagi semua orang.


Apakah kenyataan seperti itu? orang yang tidak percaya Tuhan apakah akan kena hukuman dari Tuhan? Orang yang tidak percaya Kamma khan tetap dia akan menuai kamma nya.

ada orang percaya Tuhan dia percaya Tuhan bisa memakaikan baju kepadanya apakah lantas dia tiba2 pakai baju?
ada orang percaya kalau dia bergerak mengambil baju trus dia pakaikan tuh baju lantas apakah dia otomatis tidak pakai baju? pastinya ya pakai baju karena ada sebab akibat sedang kan contoh no 1 ga tau tuh gimana Tuhan memakaikan baju kedia apa lewat malaikatnya?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Jerry on 17 October 2009, 09:37:48 PM
 [at] Om Ryu
udah diclick bos.. ampunnn ^:)^
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 17 October 2009, 09:42:43 PM
Quote from: xuvie on 17 October 2009, 09:37:48 PM
[at] Om Ryu
udah diclick bos.. ampunnn ^:)^
nah gitu duonngggg ;D psssttt, hukum kamma berjalan
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Indra on 17 October 2009, 09:52:49 PM
ehm juga
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Tekkss Katsuo on 17 October 2009, 09:54:40 PM
maaf kalo saling bagi berbagi GRP  ;D.  ^:)^ ^:)^ ^:)^
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Jerry on 17 October 2009, 10:06:22 PM
Quote from: Indra on 17 October 2009, 09:52:49 PM
ehm juga
udah mbah.. moga ini cukup sbg sesajen permintaan maap 'sinis' kemaren. ^:)^
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hendrako on 17 October 2009, 10:10:31 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 06:45:50 PM
[at]  g.citra

Sepertinya anda dan rekan-rekan di sini tidak mengerti apa yang ingin saya sampaikan dan melihat saya sebagai "penoda dhamma". Ya sudah, saya hentikan saja sampai di sini. Terima kasih semua atas diskusinya. :)

_/\_

Saya salut dengan kesabaran anda untuk menjelaskan sampai sejauh ini.
NB: Tidak mengerti dan tidak mau mengerti adalah hal yang sangat berbeda........

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hendrako on 17 October 2009, 10:16:40 PM
Quote from: hatRed on 17 October 2009, 01:13:07 PM
Quote from: bond on 17 October 2009, 01:02:46 PM
Quote from: hatRed on 17 October 2009, 12:46:13 PM
[at] es bon bon
aye siap ;D

anything for the truth

"give me the truth, even if it hurts me"

Coba Anda cubit tangan sendiri sekuat tenaga, is it hurts you? that's the truth law of kamma. Simple...how far you wanna go friend?  ;D

:-w  yg wah dikit napa

Apakah Anda tidak bertanya-tanya tentang "tool" yg dimaksud?
Beda orang beda teknik dan "tool"nya..... dugaan saya, tawaran untuk saya adalah antara senpi ato sajam. :)
Namun karena bro hatred yg mau coba.... cukup tanpa tool kali yah...cubit.... ;)
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 17 October 2009, 10:16:58 PM
Quote from: hendrako on 17 October 2009, 10:10:31 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 06:45:50 PM
[at]  g.citra

Sepertinya anda dan rekan-rekan di sini tidak mengerti apa yang ingin saya sampaikan dan melihat saya sebagai "penoda dhamma". Ya sudah, saya hentikan saja sampai di sini. Terima kasih semua atas diskusinya. :)

_/\_

Saya salut dengan kesabaran anda untuk menjelaskan sampai sejauh ini.
NB: Tidak mengerti dan tidak mau mengerti adalah hal yang sangat berbeda........

_/\_
yang tidak mau mengerti dan tidak mengerti siapa aja ya ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 17 October 2009, 10:18:41 PM
Quote from: hendrako on 17 October 2009, 10:10:31 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 06:45:50 PM
[at]  g.citra

Sepertinya anda dan rekan-rekan di sini tidak mengerti apa yang ingin saya sampaikan dan melihat saya sebagai "penoda dhamma". Ya sudah, saya hentikan saja sampai di sini. Terima kasih semua atas diskusinya. :)

_/\_

Saya salut dengan kesabaran anda untuk menjelaskan sampai sejauh ini.
NB: Tidak mengerti dan tidak mau mengerti adalah hal yang sangat berbeda........

_/\_

_/\_   ikut juga buat bro kainyn
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hendrako on 17 October 2009, 10:21:45 PM
Quote from: ryu on 17 October 2009, 10:16:58 PM
Quote from: hendrako on 17 October 2009, 10:10:31 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 06:45:50 PM
[at]  g.citra

Sepertinya anda dan rekan-rekan di sini tidak mengerti apa yang ingin saya sampaikan dan melihat saya sebagai "penoda dhamma". Ya sudah, saya hentikan saja sampai di sini. Terima kasih semua atas diskusinya. :)

_/\_

Saya salut dengan kesabaran anda untuk menjelaskan sampai sejauh ini.
NB: Tidak mengerti dan tidak mau mengerti adalah hal yang sangat berbeda........

_/\_
yang tidak mau mengerti dan tidak mengerti siapa aja ya ;D

Menurut anda, kira2 sapa saja?   ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 17 October 2009, 10:36:23 PM
kutipan :
saya rasa ada perbedaan konsep karma dan TUHAN. Konsep karma itu berlaku untuk semua orang, sedangkan katanya konsep Tuhan itu ya berlaku untuk agama tertentu saja.

Dalam Buddhis yang saya kenal, tak ada sesuatu yang gak mungkin ... Anda percaya dengan alam dewa ?
Andapun tahu tentunya ada alam dewa yang masih bisa berinteraksi denagn alam manusia ...  
Kalau percaya dan telah mengetahui (ada di buku), tentunya 'judge' seperti diatas gak perlu ditulis lagi ... Toh penjelasan tentang 'Tuhan' yang bisa menolong (menurut versi lain) dah demikian jelas di tafsirkan dalam Buddhisme ...  

Bagi orang yang menganut konsep Tuhan, hukuman Tuhan tetap berlaku bagi semua orang.

Tuhan yang anda katakan tidak valid itu saya anggap hanya bentuk penyederhanaan kata dari keterbatasan manusia dalam memikirkan akibat (atau sesuatu) yang dialami dalam kehidupannya

Sudahkah anda berpikir untuk 'mendefinisikan Tuhan' seperti ini ?
Semoga setelah berpikir, kata itu tidak lagi menjadi 'racun' dalam menghambat keyakinan dan pemahaman anda yang memang sudah baik ...  

Saya menyadari pemikiran dan tingkat pemahaman tiap orang tidak sama ... dan saya tidak dapat, memaksakan sesuatu yang telah kita peroleh untuk diberikan karena adanya perbedaan tingkat pemikiran dan pemahaman ini ...


Saking tidak percayanya bahwa itu dikatakan pembuktian hukum kamma, barusan saya langsung tes.
Saya tanya ke seseorang (Kr1sten), "kalau kita memberi orang dana, kira-kira apa yang terjadi selanjutnya?"
Dia jawab, "yah, ga ada apa-apa, paling dia say thanks aja."
Luar biasa.  


sekali lagi saya tuliskan, bagi yang belum tau sama sekali mengenai hukum kamma, Tuhan yang mereka samakan sebagai "SEBAB YANG MENGATUR HUKUM KAMMA" itu saya anggap hanya bentuk penyederhanaan kata dari keterbatasan manusia dalam memikirkan akibat (atau sesuatu) yang dialami dalam kehidupannya


Saya tekankan sekali lagi ... Ini buat mereka yang tidak tau hukum kamma (punya keyakinan lain) ...
Tapi seberapa tidak megertinya mereka, tentunya anda juga sepakat, kalau mereka juga punya pendapat tertentu tentang perbuatan baik akan menghasilkan sesuatu yang baik ...


Alasan saya, TAK ADA SATU ORANG PUN (BAHKAN SAMMA SAM BUDDHA SEKALIPUN) YANG DAPAT MENGUTAK-ATIK DHAMMA ... Semua itulah Dhamma ...


Yup, meski kita belum mampu membuktikan ttg Pengembangan-Penyusutan alam semesta, membuktikan permukaan matahari bersuhu 6000 derajat Celcius. Bukan berarti tdk dpt dibuktikan. Permasalahannya, pihak yg berseberangan akan terus memaksa utk membuktikan secara konkret hal2 demikian. Dr contoh di atas saja, bagaiman bisa membuktikan bahwa memang permukaan matahari bersuhu demikian scr real? Apalagi membuktikan adanya pengembangan-penyusutan alam semesta.


Apakah kenyataan seperti itu? orang yang tidak percaya Tuhan apakah akan kena hukuman dari Tuhan? Orang yang tidak percaya Kamma khan tetap dia akan menuai kamma nya.

ada orang percaya Tuhan dia percaya Tuhan bisa memakaikan baju kepadanya apakah lantas dia tiba2 pakai baju?
ada orang percaya kalau dia bergerak mengambil baju trus dia pakaikan tuh baju lantas apakah dia otomatis tidak pakai baju? pastinya ya pakai baju karena ada sebab akibat sedang kan contoh no 1 ga tau tuh gimana Tuhan memakaikan baju kedia apa lewat malaikatnya?


---------


Didalam kekeristenan sih hukum karma adalah hukum tabur-tuai, sebatas ukuran duniawi, yang tidak memiliki nilai kekal.
Bisa saja orang tersebut tidak mengerti, bisa juga beda dengan anda yang maybe dengan membaca komentar-komentar anda, seolah-olah anda terlihat bijaksana, tetapi orang tersebut tidak meributkan/memperdulikan, karena, tetapi melihat nilai kekekalan.


Just like apa yang dibabarkan guru Buddha pada Bhumija Sutta.
Seperti seseorang yang membutuhkan susu, mencari susu,
mengembara untuk mendapatkan susu,
dan ia memerah tanduk dari sapi yang baru saja beranak
Seperti seseorang yang memerlukan api, mencari api,
mengembara di dalam mencari api,
ia mengambil kayu api dan menggosokkannya pada sebatang kayu
yang basah dan berair.
Apanya yang diperah yah untuk mendapatkan kebijaksanaan pengetahuan kebenaran?
Apanya yang digosokan yah untuk mendapatkan api kebenaran yang murni?



bisa tidak mau mengerti,
bisa tidak mengerti,
bisa tidak mengerti dan tidak mau mengerti, disebut (orang) seperti apakah yang berlaku seperti itu?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: hendrako on 17 October 2009, 10:45:45 PM
                      ^
                     ^
                     ^
              OUT OF TOPIC, Bro  ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 17 October 2009, 10:52:30 PM
Quote from: coecoe on 17 October 2009, 10:36:23 PM
kutipan :
saya rasa ada perbedaan konsep karma dan TUHAN. Konsep karma itu berlaku untuk semua orang, sedangkan katanya konsep Tuhan itu ya berlaku untuk agama tertentu saja.

Dalam Buddhis yang saya kenal, tak ada sesuatu yang gak mungkin ... Anda percaya dengan alam dewa ?
Andapun tahu tentunya ada alam dewa yang masih bisa berinteraksi denagn alam manusia ... 
Kalau percaya dan telah mengetahui (ada di buku), tentunya 'judge' seperti diatas gak perlu ditulis lagi ... Toh penjelasan tentang 'Tuhan' yang bisa menolong (menurut versi lain) dah demikian jelas di tafsirkan dalam Buddhisme ... 

Bagi orang yang menganut konsep Tuhan, hukuman Tuhan tetap berlaku bagi semua orang.

Tuhan yang anda katakan tidak valid itu saya anggap hanya bentuk penyederhanaan kata dari keterbatasan manusia dalam memikirkan akibat (atau sesuatu) yang dialami dalam kehidupannya

Sudahkah anda berpikir untuk 'mendefinisikan Tuhan' seperti ini ?
Semoga setelah berpikir, kata itu tidak lagi menjadi 'racun' dalam menghambat keyakinan dan pemahaman anda yang memang sudah baik ... 

Saya menyadari pemikiran dan tingkat pemahaman tiap orang tidak sama ... dan saya tidak dapat, memaksakan sesuatu yang telah kita peroleh untuk diberikan karena adanya perbedaan tingkat pemikiran dan pemahaman ini ...


Saking tidak percayanya bahwa itu dikatakan pembuktian hukum kamma, barusan saya langsung tes.
Saya tanya ke seseorang (Kr1sten), "kalau kita memberi orang dana, kira-kira apa yang terjadi selanjutnya?"
Dia jawab, "yah, ga ada apa-apa, paling dia say thanks aja."
Luar biasa. 


sekali lagi saya tuliskan, bagi yang belum tau sama sekali mengenai hukum kamma, Tuhan yang mereka samakan sebagai "SEBAB YANG MENGATUR HUKUM KAMMA" itu saya anggap hanya bentuk penyederhanaan kata dari keterbatasan manusia dalam memikirkan akibat (atau sesuatu) yang dialami dalam kehidupannya


Saya tekankan sekali lagi ... Ini buat mereka yang tidak tau hukum kamma (punya keyakinan lain) ...
Tapi seberapa tidak megertinya mereka, tentunya anda juga sepakat, kalau mereka juga punya pendapat tertentu tentang perbuatan baik akan menghasilkan sesuatu yang baik ...


Alasan saya, TAK ADA SATU ORANG PUN (BAHKAN SAMMA SAM BUDDHA SEKALIPUN) YANG DAPAT MENGUTAK-ATIK DHAMMA ... Semua itulah Dhamma ...


Yup, meski kita belum mampu membuktikan ttg Pengembangan-Penyusutan alam semesta, membuktikan permukaan matahari bersuhu 6000 derajat Celcius. Bukan berarti tdk dpt dibuktikan. Permasalahannya, pihak yg berseberangan akan terus memaksa utk membuktikan secara konkret hal2 demikian. Dr contoh di atas saja, bagaiman bisa membuktikan bahwa memang permukaan matahari bersuhu demikian scr real? Apalagi membuktikan adanya pengembangan-penyusutan alam semesta.


Apakah kenyataan seperti itu? orang yang tidak percaya Tuhan apakah akan kena hukuman dari Tuhan? Orang yang tidak percaya Kamma khan tetap dia akan menuai kamma nya.

ada orang percaya Tuhan dia percaya Tuhan bisa memakaikan baju kepadanya apakah lantas dia tiba2 pakai baju?
ada orang percaya kalau dia bergerak mengambil baju trus dia pakaikan tuh baju lantas apakah dia otomatis tidak pakai baju? pastinya ya pakai baju karena ada sebab akibat sedang kan contoh no 1 ga tau tuh gimana Tuhan memakaikan baju kedia apa lewat malaikatnya?


---------


Didalam kekeristenan sih hukum karma adalah hukum tabur-tuai, sebatas ukuran duniawi, yang tidak memiliki nilai kekal.
Bisa saja orang tersebut tidak mengerti, bisa juga beda dengan anda yang maybe dengan membaca komentar-komentar anda, seolah-olah anda terlihat bijaksana, tetapi orang tersebut tidak meributkan/memperdulikan, karena, tetapi melihat nilai kekekalan.


Just like apa yang dibabarkan guru Buddha pada Bhumija Sutta.
Seperti seseorang yang membutuhkan susu, mencari susu,
mengembara untuk mendapatkan susu,
dan ia memerah tanduk dari sapi yang baru saja beranak
Seperti seseorang yang memerlukan api, mencari api,
mengembara di dalam mencari api,
ia mengambil kayu api dan menggosokkannya pada sebatang kayu
yang basah dan berair.
Apanya yang diperah yah untuk mendapatkan kebijaksanaan pengetahuan kebenaran?
Apanya yang digosokan yah untuk mendapatkan api kebenaran yang murni?



bisa tidak mau mengerti,
bisa tidak mengerti,
bisa tidak mengerti dan tidak mau mengerti, disebut (orang) seperti apakah yang berlaku seperti itu?

dalam kekr****nan ada tabur tuai pun copas dari ajaran Buddha, jangan heran jadi gado2 ajarannya.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 17 October 2009, 10:56:55 PM
^
^

Quote from: hendrako on 17 October 2009, 10:45:45 PM
                     ^
                     ^
                     ^
              OUT OF TOPIC, Bro  ;D

lihat esensinya dong....!
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 17 October 2009, 11:08:19 PM
Quote from: coecoe on 17 October 2009, 10:56:55 PM
^
^

Quote from: hendrako on 17 October 2009, 10:45:45 PM
                      ^
                      ^
                      ^
               OUT OF TOPIC, Bro  ;D

lihat esensinya dong....!
esensinya Tuhan mengatur Hukum Karma gitu? di sutta mana Buddha bilang gitu?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Xzone on 17 October 2009, 11:17:03 PM
^
Bro Ryu signature-nya kereeen...Mat 6:34 yah kalo gak salah ;D

sorry OOT nih
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 17 October 2009, 11:20:29 PM
Quote from: Xzone on 17 October 2009, 11:17:03 PM
^
Bro Ryu signature-nya kereeen...Mat 6:34 yah kalo gak salah ;D

sorry OOT nih
tull ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: g.citra on 17 October 2009, 11:23:08 PM
 [at]  bro Xzone ...

Gile, apal banget tuh isi alkitab ... jangan-jangan ... :-?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 17 October 2009, 11:23:46 PM
Nitip sutta ahh :


MAHATANHASANKHAYA SUTTA

(Sumber : Sutta Pitaka Majjhima Nikaya II,
Oleh : Tim Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha,
Penerbit : Hanuman Sakti, Jakarta, 1997)

1. Demikianlah yang saya dengar:

Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di Jetavana, taman milik Anathapindika Savatthi.

2. Pada ketika itu suatu pandangan jahat telah timbul pada diri Bhikkhu Sati Kevattaputta (anak nelayan): "Aku mengerti dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagava, kesadaran (vinnana) yang sama ini yang berpindah-pindah dalam lingkaran kehidupan (samsara) ini"

3. Banyak bhikkhu mendengar bahwa hal ini. Kemudian mereka pergi kepada Bhikkhu Sati Kevattaputta dan mereka bertanya kepadanya "Avuso, apakah benar bahwa suatu pandangan jahat telah timbul dalam dirimu: Aku mengerti Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagava bahwa kesadaran sama ini yang berpindah-pindah dalam lingkaran kehidupan ini"

     "Benar, para Avuso aku mengerti Dhamma yang diajarkan Sang Bhagava ... lingkaran kehidupan ini" Karena para bhikkhu ingin agar dia mau melepaskan pandangan jahatnya itu, mereka bertanya, menekan dan menyudutkan dia dengan kata-kata "Avuso Sati, janganlah berkata begitu, janganlah salah mewakili Sang Bhagava, adalah tidak baik untuk salah mewakili Sang Bhagava. Sang Bhagava tidak berkata begitu, sebab kesadaran itu telah dikemukakan di dalam banyak kotbah dhamma oleh Sang Bhagava sebagai hal yang timbul karena adanya sebab, karena tanpa kondisi maka kesadaran tidak muncul (ada)." Namun walaupun ditekan, ditanyai serta disudutkan oleh pertanyaan-pertanyaan mereka, bhikkhu Sati Kevattaputta masih dengan kepala batu salah menanggapi sesuai dengan pandangan jahatnya dan tetap bertahan dan berkata :

     "Para Avuso, memang demikian seperti apa yang aku mengerti tentang Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagava .... lingkaran kehidupan ini"

4.  Karena para bhikkhu tidak dapat membebaskan dirinya dari pandangan salah itu, mereka pergi kepada Sang Bhagava, setelah memberi hormat kepada beliau, mereka duduk ditempat yang tersedia. Setelah duduk, mereka menceritakan kepada Beliau semua yang terjadi dan mereka menambahkan "Bhante, karena kita tidak dapat melepaskan bhikkhu Sati Kevattaputta dari pandangan jahat itu, kami melaporkan kepada Sang Bhagava tentang kejadian itu."
 
5.   Kemudian Sang Bhagava berkata kepada seorang bhikkhu dengan kata-kata sebagai berikut "Ayo bhikkhu, atas namaku katakan kepada bhikkhu Sati bahwa Guru memanggilmu."

     "Baik, bhante," jawabnya. Ia pergi menemui bhikkhu Sati dan berkata "Sang Guru memanggilmu avuso Sati"

     "Baiklah, avuso," ia menjawab. Lalu bhikkhu Sati pergi menghadap Sang Bhagava, setelah memberi hormat kepada beliau, ia duduk di tempat yang tersedia. Ketika ia telah duduk, Sang Bhagava bertanya kepadanya: "Sati, apakah betul, bahwa pandangan jahat berikut telah timbul pada dirimu 'Saya mengerti dhamma yang diajarkan Sang Bhagava ........ lingkaran kehidupan ini?'"

     "Bhante, memang benar demikian. Seperti apa yang aku mengerti Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagava, kesadaran .... lingkaran kehidupan ini."

     "Apakah kesadaran itu Sati?"

     "Bhante, itu adalah apa yang berbicara dan merasakan serta mengalami akibat dari perbuatan baik dan jahat di sini maupun di sana"

6.    "Orang bodoh, dari siapakah kamu pernah mendengar saya mengajar Dhamma seperti itu? Orang bodoh, bukankah saya telah nyatakan dalam banyak kotbah bahwa kesadaran muncul karena adanya sebab, karena tanpa adanya kondisi maka kesadaran tidak muncul. Tetapi kamu telah salah menginterprestasikan dengan pengertian kamu yang salah dan mengatakan pandangan salahmu, itu akan menyebabkan banyak akibat buruk (apunna), karena hal ini maka kamu akan lama terganggu dan menderita"
 
7.    Kemudian Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, bagaimana pendapat kamu sekalian. Sudahkah Sati Kevattaputta menyalakan (usmikato) dhamma dan vinaya ini?"

     "Bhante, mengapa harus dia? Tidak, Bhante" Setelah hal ini dinyatakan, Bhikkhu Sati Kevattaputta duduk diam, cemas, bahu turun, kepala tertunduk, muram dan tak berkata sepatah katapun. Menyadari keadaan bhikkhu Sati, maka Sang Bhagava berkata kepadanya "Orang bodoh, ketahuilah karena pandangan jahatmu, Saya akan menanyakan hal ini kepada para bhikkhu"
 
8.    Lalu Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu "Para bhikkhu, apakah kamu sekalian tahu Dhamma yang Saya ajarkan adalah seperti yang dipahami oleh Bhikkhu Sati Kevattaputta, ketika ia salah menginterprestasikan karena pengertiannya yang salah dan mengatakannya yang salah, yang menyebabkan banyak akibat buruk, maka ia akan lama terganggu dan menderita"

     "Tidak, bhante, karena kesadaran telah dinyatakan dalam banyak kotbah Sang Bhagava bahwa itu muncul karena adanya sebab karena tanpa adanya kondisi maka kesadaran tidak muncul"

     "Baik, para bhikkhu, bahwa kamu sekalian mengetahui dhamma yang telah Saya ajarkan. Karena kesadaran telah saya nyatakan dalam banyak kotbah bahwa itu muncul karena adanya sebab, karena tanpa adanya kondisi maka kesadaran tidak muncul. Tetapi Bhikkhu Sati Kevattaputta telah salah menginterprestasikan .... terganggu dan mencerita."

9. "Para bhikkhu, kesadaran hanya muncul, tergantung pada sebabnya: bila kesadaran (vinnana) muncul tergantung pada mata (cakkhu) dan bentuk-bentuk (rupa), disebut kesadaran mata (cakkhuninnana): kesadaran muncul tergantung pada telinga (sota) dan suara (sadda) disebut kesadaran telinga (sotavinnana): kesadaran yang muncul tergantung pada hidung (nasa) dan bau (gandha) disebut kesadaran hidung (nasavinnana): kesadaran yang muncul tergantung pada lidah (jivha) dan rasa (rasa) disebut kesadaran lidah (jivhavinnana); kesadaran yang muncul tergantung pada tubuh (kaya) dan sentuhan (photthabba) disebut kesadaran tubuh (kaya vinnana): kesadaran yang muncul tergantung pada pikiran (mano) dan obyek pikiran (dhamma) disebut kesadaran pikiran (manovinnana). Seperti api yang hanya diperhitungkan tergantung pada sebab yang memunculkannya, api terbakar tergantung pada batang kayu di sebut api batang kayu, bila api terbakar tergantung pada kayu bakar disebut api kayu bakar, bila api terbakar tergantung pada rumput disebut api rumput, bila api terbakar tergantung pada kotoran sapi disebut api kotoran sapi, bila api terbakar tergantung pada dedak disebut api dedak, bila api terbakar tergantung pada sampah disebut api sampah. Demikian pula, kesadaran hanya muncul tergantung pada sebabnya. Ketika kesadaran muncul tergantung pada mata dan bentuk disebut kesadaran mata .... bila kesadaran muncul tergantung pada pikiran dan obyek pikiran disebut kesadaran pikiran."

 10. "Para bhikkhu, bagaimana kamu sekalian melihat 'ini ada'?"
     "Begitulah, bhante"
     "Para bhikkhu, keberadaan makhluk karena sari makanan. Begitukah kamu sekalian melihatnya?"
     "Ya, bhante"
     "Bagaimanapun keberadaan (makhluk itu), dengan lenyapnya sari makanan maka itu akan lenyap. Begitukah kamu sekalian melihatnya?"
     "Ya, bhante"
 11. "Para bhikkhu, apakah keberadaan ini tidak ada? Apakah ketidak pastian muncul karena cara yang meragukan seperti itu?"
     "Ya, bhante."
     "Para bhikkhu, apakah keberadaan makhluk karena sari makanan atau bukan? Bukankah ketidakpastian muncul karena cara yang meragukan seperti itu?"
     "Ya, bhante."
     "Apapun keberadaan (makhluk itu), dengan lenyapnya sari makanan, apakah itu memiliki sifat berubah atau tidak? Apakah ketidakpastian muncul karena cara yang meragukan seperti itu?"
     "Ya, bhante."

 12. "Para bhikkhu, 'ini ada' : apakah keragu-raguan ditinggalkan oleh orang yang melihat itu sebagaimana apa adanya dengan pengertian benar?" "Ya, bhante"
     "Para bhikkhu, 'makhluk itu muncul karena sari makanan' : apakah keragu-raguan ditinggalkan oleh orang yang melihat itu sebagaimana apa adanya dengan pengertian benar?" "Ya, bhante"
     "Apapun keberadaan (makhluk itu), dengan lenyapnya sari makanan, itu memiliki sifat berubah"
     "Apakah keragu-raguan lenyap pada orang yang melihat itu sebagai mana apa adanya dengan pengertian benar?" "Ya, bhante"
     "Para bhikkhu, apakah kamu sekalian (berpandangan) begitu karena dalam hal ini kamu sekalian bebas dari keragu-raguan?" "Ya, bhante"
     "Para bhikkhu, 'makhluk itu muncul karena sari makanan', apakah kamu sekalian (berpandangan) begitu karena dalam hal ini kamu sekalian bebas dari keragu-raguan?" "Ya, bhante"
     "Para bhikkhu, apapun keberadaan (makhluk itu), dengan lenyapnya sari makanan, itu memiliki sifat berubah, apakah kamu sekalian (berpandangan) beliau karena dalam hal ini kamu sekalian bebas dari keragu-raguan?" "Ya, bhante"

 13. "Para bhikkhu, 'ini dia', apakah kamu sekalian berpandangan begitu sebagaimana apa adanya dengan pengertian benar?"
     "Ya, bhante"
     "Para bhikkhu, makhluk itu muncul karena sari makanan, apakah kamu sekalian berpandangan begitu sebagaimana apa adanya dengan pengertian benar?"
     "Ya, bhante"
     "Para bhikkhu, apapun keberadaan (makhluk itu), dengan lenyapnya sari makanan, itu memiliki sifat lenyap. Karena itu dipandang dengan baik sebagaimana apa adanya dengan pengertian benar?"
     "Ya, bhante"

 14. "Para bhikkhu, murni dan cemerlang seperti pandangan inilah yang kamu harus anut, hargai, jadikan harta dan menjadi milikmu sendiri, apakah kamu mengerti dhamma yang telah diajarkan sama, seperti sebuah rakit, yang dipakai untuk menyeberangi sungai, tetapi bukan untuk dipegang saja?"
     "Ya, bhante"
     "Para bhikkhu, murni dan cemerlang seperti pandangan inilah, apabila kamu tidak menganutnya, tidak menghargainya, tidak menjadikannya sebagai harta dan tidak menjadi milikmu sendiri, apakah kamu akan mengerti dhamma yang telah diajarkan sama seperti sebuah rakit, yang dipakai untuk menyeberangi sungai, tetapi bukan untuk dipegang saja?"
     "Ya, bhante"
 15. "Para bhikkhu, ada empat jenis sari makanan untuk mempertahankan atau menjaga kelestarian hidup makhluk-makhluk yang ada serta untuk membantu mereka yang mencari untuk memperbaharui keberadaannya. Apa keempat jenis itu? Sari-sari makanan itu adalah makanan fisik sebagai sari makanan keras maupun lunak, kontak (phassa), kehendak pikiran (manosancetana) dan kesadaran (vinnana)"
 16. "Empat jenis sari makanan ini memiliki sumber (dana), asal (samudaya), memunculkannya (jati) dan yang menjadikannya (pabhava). Empat jenis sari makanan ini bersumber, berasal, dimunculkan dan dijadikan oleh keinginan (tanha)"
 17. "Keinginan ini memiliki sumbernya ... keinginan bersumber pada perasaan (vedana) ....
     Perasaan ini memiliki sumbernya perasaan bersumber pada kontak (phassa) ...
     Kontak ini memiliki sumbernya .... kontak bersumber pada landasan enam indera (salayatana) ....
     Landasan enam indera ini memiliki sumbernya .... landasan enam indera ini bersumber pada batin jasmani (nama rupa) .....
     Batin jasmani ini memiliki sumbernya ... batin jasmani bersumber pada kesadaran (vinnana) ....
     Kesadaran ini memiliki sumbernya ... kesadaran bersumber ... pada bentuk-bentuk karma (sankhara) ...
     Bentuk-bentuk karma ini memiliki sumber, asal, memunculkannya dan menjadikannya. Bentuk-bentuk kamma ini bersumber, berasal, dimunculkan dan dijadikan oleh kebodohan (avijja)

 18. "Para bhikkhu, begitulah, kebodohan mengkondisikan bentuk-bentuk karma, bentuk-bentuk karma mengkondisikan kesadaran, kesadaran mengkondisikan batin jasmani, batin jasmani mengkondisikan landasan enam indera, landasan enam indera mengkondisikan kontak, kontak mengkondisikan perasaan, perasaan mengkondisikan keinginan, keinginan mengkondisikan kemelekatan (upada), kemelekatan mengkondisikan perwujudan (bhava), perwujudan mengkondisikan kelahiran, kelahiran mengkondisikan usia tua, kematian, kesedihan, ratap tangis, kesakitan, kesedihan dan putus asa: itu adalah bagaimana sebab dari penderitaan."
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 17 October 2009, 11:23:56 PM
  19. "Demikianlah dikatakan, kelahiran mengkondisikan usia tua dan kematian. Apakah ini benar atau tidak, atau dalam hal ini bagaimana pendapat kamu sekalian?"
     "Bhante, kelahiran mengkondisikan usia tua dan kematian; dalam hal ini, kami berpendapat kelahiran mengkondisikan usia tua dan kematian."
     "................. perwujudan mengkondisikan kelahiran ........"
     "................. kemelekatan mengkondisikan perwujudan ........."
     "................. keinginan mengkondisikan kemelekatan ........"
     "................. perasaan mengkondisikan keinginan ........"
     "................. kontak mengkondisikan perasaan ........ "
     "................. landasan enam indera mengkondisikan kontak ........"
     "................. batin jasmani mengkondisikan landasan enam indera .........."
     "................. kesadaran mengkondisikan batin jasmani ............."
     "................. bentuk-bentuk karma mengkondisikan kesadaran ......."
     "................. kebodohan mengkondisikan bentuk-bentuk karma ........"

     "Apakah ini benar atau tidak, atau dalam hal ini bagaimana pendapat kamu sekalian?"
     "Bhante, kebodohan mengkondisikan bentuk-bentuk karma dalam hal ni kami berpendapat kebodohan mengkondisikan bentuk-bentuk karma "

 20. "Bagus, para bhikkhu. Kamu sekalian berkata begitu, Saya juga berkata sama dengan kamu, yaitu 'Itu ada, bila ini ada; itu muncul karena ini muncul', atau dengan kata lain kebodohan mengkondisikan bentuk-bentuk karma, bentuk-bentuk karma mengkondisikan kesadaran, kesadaran ........ kelahiran mengkondisikan usia tua dan kematian, kesedihan, ratap tangis, kesakitan duka dan putus asa; itu adalah bagaimana sebab penderitaan"

 21. "Dengan memudarnya dan berhentinya sisa-sisa kebodohan maka bentuk-bentuk karma lenyap, dengan lenyapnya bentuk-bentuk karma maka kesadaran lenyap, dengan lenyapnya kesadaran maka batin jasmani lenyap, dengan lenyapnya batin jasmani maka lenyap landasan enam indera, dengan lenyapnya landasan enam indera maka kontak lenyap, dengan lenyapnya kontak maka perasaan lenyap, dengan lenyapnya perasaan maka keinginan lenyap, dengan lenyapnya keinginan maka kemelekatan lenyap, dengan lenyapnya kemelekatan maka perwujudan lenyap, dengan lenyapnya perwujudan maka kelahiran lenyap, dengan lenyapnya kelahiran maka usia tua dan kematian lenyap, juga kesedihan, ratap tangis, kesakitan, duka dan putus asa; itu adalah bagaimana semua penderitaan lenyap."

 22. "Dengan lenyapnya kelahiran maka usia tua dan kematian lenyap, begitu dikatakan. Apakah itu benar atau tidak, bagaimana hal ini terjadi?"
     "Bhante, dengan lenyapnya kelahiran maka usia tua dan kematian lenyap; begitulah jadinya, dalam hal ini dengan lenyapnya kelahiran maka usia tua dan kematian lenyap"
     "Dengan lenyapnya perwujudan maka kelahiran lenyap"
     "Dengan lenyapnya kemelekatan maka perwujudan lenyap"
     "Dengan lenyapnya keinginan maka kemelekatan lenyap"
     "Dengan lenyapnya perasaan maka keinginan lenyap"
     "Dengan lenyapnya kontak maka perasaan lenyap"
     "Dengan lenyapnya landasan enam indera maka kontak lenyap"
     "Dengan lenyapnya batin jasmani maka landasan enam indera lenyap"
     "Dengan lenyapnya kesadaran maka batin jasmani lenyap"
     "Dengan lenyapnya bentuk-bentuk karma maka kesadaran lenyap"
     "Dengan lenyapnya kebodohan maka bentuk-bentuk karma lenyap"

     "Begitu dikatakan. Apakah benar atau tidak, bagaimana hal ini terjadi"
     "Bhante, dengan lenyapnya kebodohan maka bentuk-bentuk karma lenyap, begitulah jadinya, dalam hal ini dengan lenyapnya kebodohan maka bentuk-bentuk karma lenyap"

23.   "Baik, para bhikkhu. Kamu sekalian mengatakan begitu, saya juga mengatakan : Itu benar, karena ini tidak benar; itu lenyap dengan lenyapnya ini, yakni dengan lenyapnya kebodohan maka bentuk-bentuk karma lenyap, dengan lenyapnya bentuk-bentuk karma maka kesadaran lenyap ..... dengan lenyapnya kelahiran maka usia tua dan kematian lenyap, juga kesedihan, ratap tangis, kesakitan, duka dan putus asa, itulah bagaimana semua penderitaan lenyap."
 24. Para bhikkhu, setelah mengetahui dan melihat hal ini, akankah kamu sekalian lari kembali ke masa lampau dengan berkata: Adakah kami ini pada waktu yang lampau? Apakah kami ada di waktu yang lampau? Apakah kami ini pada waktu yang lampau? Bagaimana kami ini di waktu yang lampau? Jadi apakah kami ini di waktu yang lampau?"
     "Tidak, bhante"
     "Setelah mengetahui dan melihat hal ini, apakah kamu sekalian lari ke depan ke masa yang akan datang dengan berkata: Akan adakah kita di masa datang? Akan tidak adakah kita di masa datang? Akan jadi apakah kita di masa datang? Akan jadi apakah kita di masa datang?"
     "Tidak, bhante"
     "Setelah mengetahui dan melihat hal ini kamu sekalian akan ragu-ragu tentang keadaan kamu sekarang dengan berkata : Adakah saya? Tidak adakah saya? Apakah saya? Bagaimanakah saya? Dari manakah makhluk ini datang? Ke mana makhluk ini akan pergi?"
     "Tidak, bhante"

 25. "Para bhikkhu, setelah mengetahui dan melihat hal ini, apakah kamu akan berkata: Guru kami hormati, kami bicara (sama dengan perbuatan) karena menghormati Guru?"
     "Tidak bhante?"
     "Mengetahui dan melihat hal ini apakah kamu akan berkata: Seorang bhikkhu mengatakan kepada kami, bhikkhu-bhikkhu yang lainnya berkata begitu juga, tetapi kami tidak berkata begitu!"
     "Tidak, bhante"
     "Mengetahui dan melihat hal ini, apakah kamu akan memberitahukan yang lain?"
     "Tidak, bhante"
     "Mengetahui dan melihat hal ini, apakah kamu sekalian akan kembali pada pekerjaan-pekerjaan para petapa dan brahmana biasa, kepada pertanda-pertanda baik yang dapat menyebabkan kericuhan."
     "Tidak, bhante"
     "Apakah kamu berbicara hanya tentang apa yang kamu sendiri ketahui, lihat dan alami?"
     "Ya, bhante"

 26. "Bagus, para bhikkhu. Dengan demikian kamu telah dibimbing olehKu dengan Dhamma yang nyata pada kehidupan sekarang di sini, bukan setelah beberapa waktu kemudian, mengundang untuk dibuktikan, maju terus dan dapat dialami sendiri oleh setiap orang bijaksana.
     Karena berdasarkan pada hal ini maka telah dikatakan: Para bhikkhu, inilah dhamma yang nyata pada kehidupan sekarang di sini, bukan setelah beberapa waktu kemudian, mengundang untuk dibuktikan, maju terus dan dapat dialami sendiri oleh setiap orang bijaksana"

 27. "Para bhikkhu, embrio (dalam kandungan) terjadi karena penggabungan tiga hal, yaitu: adanya pertemuan ayah dan ibu, tetapi ibu tidak ada makhluk yang siap terlahir (kembali), dalam hal ini tidak ada pembuahan dalam kandungan; ada pertemuan ayah dan ibu, ibu dalam keadaan masa subur, tetapi tidak ada makhluk yang siap untuk terlahir (kembali), dalam hal ini tidak ada pembuahan dalam kandungan; tetapi ada pertemuan ayah dan ibu, ibu dalam keadaan masa subur dan ada makhluk yang siap terlahir (kembali), maka terjadi pembuahan karena pertemuan tiga hal itu.

 28. Ibu mengandung selama sembilan atau sepuluh bulan dengan penuh beban kecemasan. Selanjutnya pada akhir sembilan atau sepuluh bulan dengan penuh beban kecemasan ibu melahirkan anaknya. Ketika bayi telah lahir, ia memeliharanya dengan darahnya sendiri; karma dalam vinaya ariya, susu ibu disebut sebagai darah.

 29. Karena kebutuhan untuk pertumbuhan maupun kebutuhan untuk pematangan indera-inderanya, anak itu bermain permainan anak-anak (ghatikam), seperti boneka bajak, pemukul kayu pendek dengan kayu panjang berjumpalitan, boneka, kincir angin, kereta, pengukur, busur dan anak panah.

 30. Karena kebutuhan untuk pertumbuhan maupun kebutuhan untuk pematangan indera-inderanya, anak remaja itu dilengkapi dan diliputi dengan lima macam keinginan indera dan menikmatinya, yaitu mata mengamati bentuk-bentuk (jasmani) yang diinginkan, disukai, sesuai, menyenangkan, berhubungan dengan keinginan indera dan membangkitkan nafsu; telinga mendengar suara-suara yang diinginkan, disukai, hidung membaui bau-bau yang diinginkan; lidah mengecap rasa yang diinginkan tubuh merasakan sentuhan yang diinginkan dan membangkitkan nafsu.

 31. Setelah melihat bentuk-bentuk dengan mata ia bergairah kalau hal itu menyenangkan; ia kesal kalau hal itu tidak menyenangkan; ia berada dalam keadaan perhatian tubuh (kayasati) tidak terbina dan pikiran terbatas (parittacetasa) tanpa mengerti bagaimana mencapai kesucian (cetovimutti) dan kesucian kebijaksanaan (pannavimutti) sehingga semua akusala dhamma yang jahat lenyap tanpa sisa. Sibuk karena ia melayani yang disukai dan tidak disukai, ketika ia merasakan suatu rasa yang menyenangkan, menyedihkan atau bukan menyenangkan maupun bukan menyedihkan, ia menyukai perasaan itu, mantap dengan itu dan melekat padanya. Ketika ia berbuat begitu, rasa suka muncul padanya. Sesungguhnya menyukai salah satu dari perasaan-perasaan itu adalah kemelekatan. Kemelekatan mengkondisikan 'perwujudan' (bhava), perwujudan mengkondisikan kelahiran, kelahiran mengkondisikan usia tua dan kematian, jika kesedihan, ratap tangis, kesakitan, duka dan putus asa. Itulah, bagaimana semua penderitaan ini.
     Karena mendengar suara dengan telinga ........
     Karena mencium bau dengan hidung ............
     Karena mengecap rasa dengan lidah .............
     Karena menyentuh sentuhan dengan tubuh ........
     Karena mengetahui obyek pikiran (dhamma) dengan pikiran ia bergairah kalau hal itu menyenangkan, ia kesal kalau hal itu tidak menyenangkan; ia berada dalam keadaan perhatian tubuh (kayasati) tak terbina dan pikiran terbatas (parittacetasa) tanpa mengerti bagaimana mencapai kesucian batin (cetovimutti) dan kesucian kebijaksanaan (pannavimutti) sehingga semua akusala dhamma yang jahat lenyap tanpa sisa. Sibuk karena ia melayani yang disukai dan tidak disukai, ketika ia merasakan suatu rasa yang menyenangkan, menyedihkan atau bukan menyenangkan maupun bukan menyedihkan, ia menyukai perasaan itu, mantap dengan itu dan melekat padanya. Ketika ia berbuat begitu, rasa suka muncul padanya. Sesungguhnya menyukai salah satu dari perasaan-perasaan itu adalah kemelekatan. Kemelekatan mengkondisikan 'perwujudan' (bhava), perwujudan mengkondisikan kelahiran, kelahiran mengkondisikan usia tua dan kematian, juga kesedihan, ratap tangis, kesakitan, duka dan putus asa. Itulah bagaimana asal mula semua penderitaan ini."

 32. - 33. "Para bhikkhu sekarang Tathagata muncul di dunia Arahat Samma Sambuddha (lihat Culahatthipadopama Sutta 13-21) ia mensucikan pikirannya dari keragu-raguan (vicikiccha)"

 34. - 37. "Setelah melenyapkan lima rintangan (nivarana), kotoran-kotoran batin yang melemahkan pengertian, jauh dari keinginan nafsu, jauh dari akusala dhamma, ia mencapai dan berada dalam Jhana I (seperti dalam Bhayabherava Sutta 23-26) Jhana II, Jhana III, Jhana IV dan telah mensucikan batinnya karena keseimbangan batin."

 38. "Setelah melihat bentuk-bentuk dengan mata, ia tidak bergairah kalau hal itu menyenangkan; ia tidak kesal kalau hal itu tidak menyenangkan; ia berada dalam perhatian tubuh (kayasati) yang terbina dan pikiran berpengertian yang tak terbatas bagaimana mencapai kesucian batin (cetovimutti) dan kesucian kebijaksanaan (pannavimutti) sehingga semua akusala dhamma yang jahat lenyap tanpa sisa. Setelah meninggalkan yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, ketika ia merasa suatu perasaan yang apakah menyenangkan, menyedihkan atau bukan menyenangkan maupun bukan menyedihkan, ia tidak menyukai perasaan itu tidak mantap dengan itu dan tidak melekat padanya. Ketika ia berbuat begitu rasa suka pada perasaan-perasaan itu lenyap. Dengan lenyapnya rasa suka maka kemelekatan lenyap; dengan lenyapnya kemelekatan maka 'perwujudan' lenyap dengan lenyapnya perwujudan maka kelahiran lenyap; dengan lenyapnya kelahiran maka usia tua dan kematian lenyap, juga kesedihan, ratap tangis, kesakitan, duka dan putus asa. Itulah bagaimana semua pendeitaan lenyap.
     Karena mendengar suara dengan telinga .......
     Karena mencium bau dengan hidung ...........
     Karena mengecap rasa dengan lidah .........
     Karena menyentuh sentuhan dengan tubuh ........
     Karena mengetahui objek pikiran (dhamma) dengan pikiran. Itulah bagaimana semua penderitaan lenyap"

 39. "Para bhikkhu, ingatlah kesucian karena pelenyapan total dari keinginan (tanhasankhayavimutti) yang saya uraikan ini. Tetapi bhikkhu Sati Kevattaputta telah terperangkap dalam jaring nafsu yang besar dan terkungkung oleh nafsu."
     Inilah yang dikatakan oleh Sang Tathagata. Para bhikkhu sangat puas dan senang terhadap kata-kata dari Sang Bhagava.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: Xzone on 17 October 2009, 11:30:17 PM
[at] bro g.citra

Kayanya aye pernah denger tuh kata2 di gereja kalo gak salah, trus korek2 alkitab online (maklum gak kebeli alkitab) eh bener ada he..he..he..

_/\_
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: g.citra on 18 October 2009, 12:12:30 AM
QuoteDidalam kekeristenan sih hukum karma adalah hukum tabur-tuai, sebatas ukuran duniawi, yang tidak memiliki nilai kekal.
Bisa saja orang tersebut tidak mengerti, bisa juga beda dengan anda yang maybe dengan membaca komentar-komentar anda, seolah-olah anda terlihat bijaksana, tetapi orang tersebut tidak meributkan/memperdulikan, karena, tetapi melihat nilai kekekalan.

[at]  coecoe
maksudnya gimana nih ? bisa lebih diperjelas ?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: gajeboh angek on 18 October 2009, 12:13:42 AM
coe, kayaknya yang laen belon pernah warning yak. kalo mao posting agama lain di board yang sesuai yak.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 18 October 2009, 09:18:01 AM
Quote from: coecoe on 18 October 2009, 09:07:38 AM
Quote from: g.citra on 18 October 2009, 12:12:30 AM
QuoteDidalam kekeristenan sih hukum karma adalah hukum tabur-tuai, sebatas ukuran duniawi, yang tidak memiliki nilai kekal.
Bisa saja orang tersebut tidak mengerti, bisa juga beda dengan anda yang maybe dengan membaca komentar-komentar anda, seolah-olah anda terlihat bijaksana, tetapi orang tersebut tidak meributkan/memperdulikan, karena, tetapi melihat nilai kekekalan.

[at]  coecoe
maksudnya gimana nih ? bisa lebih diperjelas ?



Quote from: hendrako on 17 October 2009, 10:21:45 PM
Quote from: ryu on 17 October 2009, 10:16:58 PM
Quote from: hendrako on 17 October 2009, 10:10:31 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 06:45:50 PM
[at]  g.citra

Sepertinya anda dan rekan-rekan di sini tidak mengerti apa yang ingin saya sampaikan dan melihat saya sebagai "penoda dhamma". Ya sudah, saya hentikan saja sampai di sini. Terima kasih semua atas diskusinya. :)

_/\_

Saya salut dengan kesabaran anda untuk menjelaskan sampai sejauh ini.
NB: Tidak mengerti dan tidak mau mengerti adalah hal yang sangat berbeda........

_/\_
yang tidak mau mengerti dan tidak mengerti siapa aja ya ;D

Menurut anda, kira2 sapa saja?   ;D

klo melihat salah satu contoh kutipan percakapan diatas, ada pihak yang mempertahankan dan gak mau ditunjuk tetapi malah menunjuk-nunjuk (didalam spekulasi menyatakan akulah yang lebih tahu atau benar), ada yang gak mengerti, ada yang gak mau mengerti, ada yang gak mengerti juga gak mau mengerti.
saya salin kutipan-kutipan pada tulisan saya yang berwarna merah dari tulisan-tulisan teman-teman (seolah-olah itulah kebenaran menurut pandangan teman-teman), yah... klo saya sih cuma mo menjelaskan saja bahwa gak seperti itu kebenarannya seperti (menurut ukuran) pemahaman atau pandangan teman-teman.

sati.. sati..!

sebetulnya sederhana, tinggal tunjuk siapa orang yang di maksud tidak usah berkelat kelit atau bagaimana (atau memang tidak berani menunjuk orang? )
pertanyaan yang sederhana saja anda susah untuk menjawab cape dehhhh
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 18 October 2009, 09:19:11 AM
Quote from: gachapin on 18 October 2009, 12:13:42 AM
coe, kayaknya yang laen belon pernah warning yak. kalo mao posting agama lain di board yang sesuai yak.
bukan warning lagi, dah pernah di bann =))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 18 October 2009, 09:41:39 AM
capek deh..., bagaimana bisa jadi dhammaduta klo begitu?!!!
itu mah otoriter duta......
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 18 October 2009, 09:42:42 AM
gak membumi alias gak realitas alias masing diangan-angan.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 18 October 2009, 09:43:33 AM
Quote from: coecoe on 18 October 2009, 09:41:39 AM
capek deh..., bagaimana bisa jadi dhammaduta klo begitu?!!!
itu mah otoriter duta......
siapa juga yang dhammaduta kakakakakak
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 18 October 2009, 09:44:21 AM
Quote from: coecoe on 18 October 2009, 09:42:42 AM
gak membumi alias gak realitas alias masing diangan-angan.
ya ya ya... hanya anda yang tidak buta, semua anggota forum disini orang buta kakakakakak
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: J.W on 18 October 2009, 09:45:10 AM
Lobhanya nongol  ;D

Dosanya muncul  :))

Mohanya menyembur =))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 18 October 2009, 09:47:16 AM
yah ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang telah mereka perbuat ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 18 October 2009, 09:47:37 AM
anggap saja bro... saya sparing partner..., bukan minta beri pandangan, ada penjelasan, minta penjelasan, diberi penjelasan, ujung-ujungnya dihapus.
benarkan bro ryu gambaran contoh kutipan tulisan anda dan teman yang saya kutip. ada yang gak mengerti, gak tahu, ada yang gak mengerti dan gak mau tahu juga.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 18 October 2009, 09:48:45 AM
Quote from: JW. Jinaraga on 18 October 2009, 09:45:10 AM
Lobhanya nongol  ;D

Dosanya muncul  :))

Mohanya menyembur =))

yah ampun... masa saya lagi yang ditujukan...., wong pelakunya sapa?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: J.W on 18 October 2009, 09:50:43 AM
Quote from: coecoe on 18 October 2009, 09:48:45 AM
Quote from: JW. Jinaraga on 18 October 2009, 09:45:10 AM
Lobhanya nongol  ;D

Dosanya muncul  :))

Mohanya menyembur =))

yah ampun... masa saya lagi yang ditujukan...., wong pelakunya sapa?

yah ampun.. masa dipertanyakan lagi..., wong yg merengek sapa?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 18 October 2009, 09:53:47 AM
yah ampun bagaiman bisa gak mengerti-mengerti....
apa karena lobha dan moha?.....
minta penjelasan, diberi penjelasan, koq dibilang merengek.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 18 October 2009, 09:54:43 AM
Quote from: coecoe on 18 October 2009, 09:47:37 AM
anggap saja bro... saya sparing partner..., bukan minta beri pandangan, ada penjelasan, minta penjelasan, diberi penjelasan, ujung-ujungnya dihapus.
benarkan bro ryu gambaran contoh kutipan tulisan anda dan teman yang saya kutip. ada yang gak mengerti, gak tahu, ada yang gak mengerti dan gak mau tahu juga.
sejauh ini penjelasan anda tidak berujung dan tidak di mengerti oleh puthujana, jadi siapa yang salah?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 18 October 2009, 09:55:25 AM
sebaiknya BTT dech, nanti malah ke penyerangan pribadi gw jadi makin seneng nih =)) =)) =))
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 18 October 2009, 09:55:51 AM
saya gak menunjuk-nunjuk seseorang, tapi siapa tuh yang merasa..?
itu penjelasan saya buat setiap pertanyaan.
eh lobha dan dosa yang keluar.
ampun deh...
sati.. sati...!!
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: J.W on 18 October 2009, 09:56:10 AM
Quote from: coecoe on 18 October 2009, 09:53:47 AM
yah ampun bagaiman bisa gak mengerti-mengerti....
apa karena lobha dan moha?.....
minta penjelasan, diberi penjelasan, koq dibilang merengek.

yah ampunn.. gk bisa berenang salahkan celananya yg kesempitan
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 18 October 2009, 09:57:30 AM
Quote from: ryu on 18 October 2009, 09:54:43 AM
Quote from: coecoe on 18 October 2009, 09:47:37 AM
anggap saja bro... saya sparing partner..., bukan minta beri pandangan, ada penjelasan, minta penjelasan, diberi penjelasan, ujung-ujungnya dihapus.
benarkan bro ryu gambaran contoh kutipan tulisan anda dan teman yang saya kutip. ada yang gak mengerti, gak tahu, ada yang gak mengerti dan gak mau tahu juga.
sejauh ini penjelasan anda tidak berujung dan tidak di mengerti oleh puthujana, jadi siapa yang salah?

mau penjelasan lagi bro, alias buktinya....
klo gak ngerti kenapa dihapus?
ampun dah gak berujung gak berpangkal, muter terus... karena lobha dosa dan moha!
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 18 October 2009, 09:59:37 AM
lock? ;D
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 18 October 2009, 10:00:42 AM
siapa tuh yang merasa, saya beri petunjuk untuk pembelajaran, periksa (kebenaran) dirinya?
ko ikutin gaya ujaran guru Buddha, mengapa anda marah, mengapa anda menghapus?
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: J.W on 18 October 2009, 10:00:59 AM
Quote from: coecoe on 18 October 2009, 09:57:30 AM
Quote from: ryu on 18 October 2009, 09:54:43 AM
Quote from: coecoe on 18 October 2009, 09:47:37 AM
anggap saja bro... saya sparing partner..., bukan minta beri pandangan, ada penjelasan, minta penjelasan, diberi penjelasan, ujung-ujungnya dihapus.
benarkan bro ryu gambaran contoh kutipan tulisan anda dan teman yang saya kutip. ada yang gak mengerti, gak tahu, ada yang gak mengerti dan gak mau tahu juga.
sejauh ini penjelasan anda tidak berujung dan tidak di mengerti oleh puthujana, jadi siapa yang salah?

mau penjelasan lagi bro, alias buktinya....
klo gak ngerti kenapa dihapus?
ampun dah gak berujung gak berpangkal, muter terus... karena lobha dosa dan moha!

ketika anak bertanya dari mana dia berasal..., sebagai orang tua tidak mungkin memberikan film bokep...
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 18 October 2009, 10:02:14 AM
Quote from: coecoe on 18 October 2009, 09:57:30 AM
Quote from: ryu on 18 October 2009, 09:54:43 AM
Quote from: coecoe on 18 October 2009, 09:47:37 AM
anggap saja bro... saya sparing partner..., bukan minta beri pandangan, ada penjelasan, minta penjelasan, diberi penjelasan, ujung-ujungnya dihapus.
benarkan bro ryu gambaran contoh kutipan tulisan anda dan teman yang saya kutip. ada yang gak mengerti, gak tahu, ada yang gak mengerti dan gak mau tahu juga.
sejauh ini penjelasan anda tidak berujung dan tidak di mengerti oleh puthujana, jadi siapa yang salah?

mau penjelasan lagi bro, alias buktinya....
klo gak ngerti kenapa dihapus?
ampun dah gak berujung gak berpangkal, muter terus... karena lobha dosa dan moha!
apa yang di hapus? siapa yang menghapus? yang gak berujung gak berpangkal anda lho sejauh ini.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 18 October 2009, 10:02:51 AM
kalo ga BTT aye lock nih
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: coecoe on 18 October 2009, 10:07:47 AM
mengapa seperti ini?
mungkin ada yang salah atas apa yang dikembangkan dalam pembinaan (penerjemahaan atas kebenaran ujaran guru Buddha), bersifat dangkal, masih dalam batas ikatan anicca dukkha anatta, pada orang lain, eh bukan pada diri sendiri.
Title: Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma?
Post by: ryu on 18 October 2009, 10:13:01 AM
Quote from: coecoe on 18 October 2009, 10:07:47 AM
mengapa seperti ini?
mungkin ada yang salah atas apa yang dikembangkan dalam pembinaan (penerjemahaan atas kebenaran ujaran guru Buddha), bersifat dangkal, masih dalam batas ikatan anicca dukkha anatta, pada orang lain, eh bukan pada diri sendiri.
sejauh ini pembuktian kebenaran Hukum Karma sudah terjadi dalam beberapa halaman ini ;D (ini kesimpulan aye ya jangan di anggap benar :)) ) sementara di lock dulu karena cucu doang yang post dhamma nya yang agung jadi puthujana ga sanggup menerimanya dan takut pecah kepala jadi tujuh mending di lock dulu, tar kalo mo di unlock mending PM GLOMOD yang laen takut aye nya sedang tidak onlen ;D