Membuktikan kebenaran Hukum Karma?

Started by inJulia, 16 October 2009, 07:48:06 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

inJulia

Quote from: bond on 16 October 2009, 11:47:14 AM
Apakah bisa membuktikan hukum kamma?

Pembuktian hukum kamma dapat dibuktikan secara sederhana dan sampai yg paling rumit.

Hal yang sederhana adalah :

Anda mencuri lalu ditangkap polisi---hal yg sederhana. Lalu muncul argumen bagaimana kalau tidak tertangkap polisi,tetap saja suatu saat akhirnya tertangkap juga.

Bagaimana dengan koruptor-----Sama dengan si pencuri tadi.

Yang pasti seseorang yang melakukan karma buruk pada kelahiran ini juga seperti dua contoh diatas, batinnya tidak akan pernah tenang, damai melainkan batinnya selalu gundah. Walaupun secara kasat mata ia terlihat menikmati perbuatan buruknya sebenarnya ia merasa tersiksa jika tidak terpenuhi setiap hasratnya. Penderitaan batin inilah juga bentuk dan bukti adanya hukum kamma yg bekerja.


Bagaimana melihat hukum kamma yg begitu rumit?(kalau yg diatas adalah contoh yang sederhana)

Misal: tidak ada angin, tiba2 rumah kita menjadi sasaran rampok. Padahal semua pintu dan lain2 sudah sewaspada mungkin.

Nah untuk kerumitan ini hendaknya seseorang jangan cuma berargumen dengan mengatakan sulit membuktikan. Menjadi sulit karena hanya dipikir2 saja. Cobalah gunakan alat yg pas untuk melihat yg rumit tadi.

Metodenya/alatnya adalah dengan bervipasanna sampai melihat jelas paticasamupada maka akan terjawab semua kerumitan hukum kamma. Sama halnya menggali tanah seharusnya dengan cangkul, sekop atau sejenisnya bukan dengan sebatang sapu lidi.

Sesungguhnya jika kita mengatakan hukum kamma tidak bisa dibuktikan itu karena kebodohan batin(avijja) sendiri sehingga muncul kesimpulan demikian. Maka hendaknya kita menyadari mengapa kita tidak mampu untuk membuktikan? dan gunakan tool yg ada. Seberapa besar usaha yg diperlukan utk memakai tool itu harus kita jalankan jika tekad untuk mengetahui benar2 untuk melihat kebenaran. Jika kita beralasan tool/vipasana susah dan lain2, maka kita telah tertipu oleh si penipu kilesa. Dan artinya bukan benar2 membuktikan tapi cuma bermain-main sebatas intelektual saja. Kalau sudah begini dijamin 100% hukum kamma tidak akan terbukti NYATA.

Kalau saja hukum kamma yg sederhana dan nyata tidak bisa dipahami maka walahualam deh..mengapa demikian? seringkali manusia membuat hal yg sederhana menjadi rumit. Dan yang rumit dibuat menjadi keblinger...

Smoga bermanfaat _/\_


To Mr. Bond,
Kalau argumentasi Anda benar, maka kita HARUS merubah Tipitaka, yang mengatakan Hanya Seorang Samma Sambuddha yang mampu menelusuri jalinan karma dan buahnya. Artinya, yang saya pahami, Arahat (yang bukan Samma Sambuddha) pun tidak bisa, tidak mampu menelusuri karma dan buahnya.

Bila Ada Umat Buddha yang mampu memahami jalinan Hk Karma, maka ia sudah membuktikan kekeliruan Ajaran sang Buddha.
Maaf, saya tak menyangka bisa sampai sejauh ini.
Tapi ini logika saya pribadi.  ;D

Inilah yang saya maksud MEMAKSAKAN DIRI. Pada akhirnya membuat kita kelimpungan sendiri. ;-)

hatRed

Dear InJulia,

Seperti yg sudah saya komenkan sebelumnya, kalau anda menginginkan pembuktian hukum kamma seperti itu maka, anda sebenarnya sudah tau jawabannya.

yaitu tidak ada yg bisa membuktikan, karena utuk pembuktiannya anda memakai standar dari cerita bahwa hanya Sang Buddha saja yg dapat membuktikan. "membuktikan" disini tentu saja kita yg menilai, bisa kita percaya ataupun tidak. nah masalah bila anda tidak percaya itu berarti pembuktian itu gagal/berhasil adalah terserah pribadi masing masing.

karena setiap orang pemikirannya berbeda beda.


Namu kalau memang tidak ada yg bisa membuktikan , lalu apa tujuan anda mempost hal itu disini?

apakah untuk "menyentil" orang2 yg merasa percaya dengan hukum kamma?

lagipula bahwa pengertian terhadap hukum kamma itu bukan karena kita meminta (dalam arti kata, menunggu bola datang), tetapi dari pemahaman diri. karena yg paham nantinya diri kita sendiri.

dan seperti yg sudah saya analogikan sebelumnya

"Sang Buddha bisa membuat sistem yg sempurna, namun setidaknya kita bisa membuat sistem yg efektif"

Sang buddha dapat melihat kenyataan sebagaimana adanya, dan salah satu kenyataan itu disebut Kamma, tetapi setidaknya kita bisa Mengenal hukum kamma, walaupun belum "melihat"nya.

dan juga tidak tertutup kemungkinan kita dapat melihatnya nanti. ;D

hal ini mengingatkan saya pada post "Keyakinan anda diragukan", karena dalam menganalisa sebab musabab yg ada dalam hukum kamma, ternyata tidak bisa dilihat hanya pada kehidupan saat ini saja. karena nantinya bakal ada cacat, yaitu seperti yg sudah dikatakan sebelumnya yaitu tentang penjahat yg masih "uenakk tenan...",

jadi melibatkan kehidupan sebelumya juga. nah dari sini saja ditanyakan kembali, "Siapa yg tahu tentang kehidupan lampaunya".

dari situ kalo i gak salah inget bersambung ke anatta ;D
i'm just a mammal with troubled soul



bond

Quote from: inJulia on 16 October 2009, 05:17:04 PM
Quote from: bond on 16 October 2009, 11:47:14 AM
Apakah bisa membuktikan hukum kamma?

Pembuktian hukum kamma dapat dibuktikan secara sederhana dan sampai yg paling rumit.

Hal yang sederhana adalah :

Anda mencuri lalu ditangkap polisi---hal yg sederhana. Lalu muncul argumen bagaimana kalau tidak tertangkap polisi,tetap saja suatu saat akhirnya tertangkap juga.

Bagaimana dengan koruptor-----Sama dengan si pencuri tadi.

Yang pasti seseorang yang melakukan karma buruk pada kelahiran ini juga seperti dua contoh diatas, batinnya tidak akan pernah tenang, damai melainkan batinnya selalu gundah. Walaupun secara kasat mata ia terlihat menikmati perbuatan buruknya sebenarnya ia merasa tersiksa jika tidak terpenuhi setiap hasratnya. Penderitaan batin inilah juga bentuk dan bukti adanya hukum kamma yg bekerja.


Bagaimana melihat hukum kamma yg begitu rumit?(kalau yg diatas adalah contoh yang sederhana)

Misal: tidak ada angin, tiba2 rumah kita menjadi sasaran rampok. Padahal semua pintu dan lain2 sudah sewaspada mungkin.

Nah untuk kerumitan ini hendaknya seseorang jangan cuma berargumen dengan mengatakan sulit membuktikan. Menjadi sulit karena hanya dipikir2 saja. Cobalah gunakan alat yg pas untuk melihat yg rumit tadi.

Metodenya/alatnya adalah dengan bervipasanna sampai melihat jelas paticasamupada maka akan terjawab semua kerumitan hukum kamma. Sama halnya menggali tanah seharusnya dengan cangkul, sekop atau sejenisnya bukan dengan sebatang sapu lidi.

Sesungguhnya jika kita mengatakan hukum kamma tidak bisa dibuktikan itu karena kebodohan batin(avijja) sendiri sehingga muncul kesimpulan demikian. Maka hendaknya kita menyadari mengapa kita tidak mampu untuk membuktikan? dan gunakan tool yg ada. Seberapa besar usaha yg diperlukan utk memakai tool itu harus kita jalankan jika tekad untuk mengetahui benar2 untuk melihat kebenaran. Jika kita beralasan tool/vipasana susah dan lain2, maka kita telah tertipu oleh si penipu kilesa. Dan artinya bukan benar2 membuktikan tapi cuma bermain-main sebatas intelektual saja. Kalau sudah begini dijamin 100% hukum kamma tidak akan terbukti NYATA.

Kalau saja hukum kamma yg sederhana dan nyata tidak bisa dipahami maka walahualam deh..mengapa demikian? seringkali manusia membuat hal yg sederhana menjadi rumit. Dan yang rumit dibuat menjadi keblinger...

Smoga bermanfaat _/\_


To Mr. Bond,
Kalau argumentasi Anda benar, maka kita HARUS merubah Tipitaka, yang mengatakan Hanya Seorang Samma Sambuddha yang mampu menelusuri jalinan karma dan buahnya. Artinya, yang saya pahami, Arahat (yang bukan Samma Sambuddha) pun tidak bisa, tidak mampu menelusuri karma dan buahnya.

Ini tulisannya saya agar dimengerti dengan seksama dan saya akan menjelaskannya lagi agar tidak simpang siur dan bermanfaat bagi kita semua :

"Sesungguhnya jika kita mengatakan hukum kamma tidak bisa dibuktikan itu karena kebodohan batin(avijja) sendiri sehingga muncul kesimpulan demikian. Maka hendaknya kita menyadari mengapa kita tidak mampu untuk membuktikan? dan gunakan tool yg ada. Seberapa besar usaha yg diperlukan utk memakai tool itu harus kita jalankan jika tekad untuk mengetahui benar2 untuk melihat kebenaran. Jika kita beralasan tool/vipasana susah dan lain2, maka kita telah tertipu oleh si penipu kilesa. Dan artinya bukan benar2 membuktikan tapi cuma bermain-main sebatas intelektual saja. Kalau sudah begini dijamin 100% hukum kamma tidak akan terbukti NYATA."

Penjelasan : apakah Buddha tidak bervipasana?

Buddha tentunya dan pasti bisa melihat sebab dan buah yang nyata dan detil. Apakah arahat bisa?, tentu bisa tetapi tidak sesempurna Sang Tathagata. Oleh karena itu dikatakan hanya Sang Tathagata yg memiliki kemampuan pengetahuan kamma yg sempurna. Lalu apakah karena kita umat awam tidak bisa, tentu saja bisa selama kita mau bertekad dan berjuang sampai titik darah terakhir untuk melihat kebenaran hukum kamma itu. Dan pengertian itu akan muncul secara bertahap. Janganlah karena kita umat awam dijadikan alasan untuk tidak dapat membuktikan karena ketidakmampuan sendiri mengatakan tidak dapat dibuktikan. Dalam pembuktian hukum kamma kalau Anda ingin detil seperti Sang Buddha bertekadlah dengan hati Anda yg tulus. Jika Anda hanya ingin sampai arahat, maka bertekadlah untuk mencapainya. Hal yg terpenting membuktikan adanya hukum kamma adalah ESSENSInya hingga Dukkha itu lenyap dan mencapai nibbana. Para Buddha atau arahat inilah yg mengetahui ESSENSI hukum kamma hingga mereka mencapai Ariya Puggala. Jika hanya Sang Buddha yg mengetahui seluruhnya bahkan arahat tidak sedkit pun tahu sama sekali mengenai pembuktian hukum kamma lalu apa yg mereka mengerti kalau sedikit pun tidak ada yg terbukti?, maka tidak akan ada arahat di bumi ini semenjak Sang Buddha ada. Bedakan antara pengetahuan kamma sepenuhnya dan pembuktian essensi kamma yg berujung pada pembebasan.

Tidak ada yg perlu mengubah isi Tipitaka dan kebetulan saya tidak hafal buku itu. Tetapi pahamilah Dhamma bukan hanya yang tertulis dijadikan acuan keseluruhan fakta, jika demikian maka Dhamma hanya sebatas tulisan dan itu bukan Dhamma. Padahal makna tulisan yg ada di Tipitaka adalah seluruhnya mengenai pengertian yg muncul karena PRAKTEK.



Bila Ada Umat Buddha yang mampu memahami jalinan Hk Karma, maka ia sudah membuktikan kekeliruan Ajaran sang Buddha.
Maaf, saya tak menyangka bisa sampai sejauh ini.
Tapi ini logika saya pribadi.  ;D

Inilah yang saya maksud MEMAKSAKAN DIRI. Pada akhirnya membuat kita kelimpungan sendiri. ;-)

Anda terlalu under estimate umat Buddha  ^-^

Saya setuju untuk mengerti hukum kamma jika berkutat pada logika saja adalah suatu pemaksaan diri untuk mengerti.

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Jerry

Quote from: inJulia on 16 October 2009, 10:12:17 AM
Quote from: xuvie on 16 October 2009, 08:15:09 AM
Maap orang lewat numpang nyela...

Kata Sang Buddha yg tidak terpikirkan adalah "kamma-vipaka", akibat dari perbuatan yg susun menyusun demikian kompleksnya dlm mengondisikan terjadinya satu hal. Bukannya kebenaran ttg adanya Hukum Kamma. Selain itu, maksud Sang Buddha adalah hal ini tidak dapat ditembusi oleh pemikiran intelek seorang 'putthujjana' belaka.
Karma Vipaka kan bagian dari Hukum Karma. Kalao Karma Vipaka nya saja ngga bisa ditelusuri, sudah pasti Hk Karma itu sendiri makin sulit ditelusuri. Bisa gila. :-)  ;D
_/\_
Detilnya (kamma-vipaka) emang ngga bisa ditembusi dengan pemikiran intelektual belaka. Bisa gila. Tapi secara generalnya, hukum kamma dapat dimengerti dengan pemikiran intelektual belaka yg sama.

_/\_
appamadena sampadetha

Kelana

#124
Tanggapan saya,

Quote<<Kata siapa kita tidak bisa membuktikan
<<kebenaran hukum karma. Sdr/i InJulia??
==========
Kata Sang Buddha. Hanya seorang Samma Sambuddha yang mampu menelusuri jalinan karma yang begitu jalin menjalin. Sang Buddha sudah menasehati, Hukum Karma adalah salah satu dari 4 Acinteya: Tak terpikirkan oleh kita, yang bukan seorang Samma Sambuddha.

Coba anda perhatikan kalimat yang dipertebal.
Ok sekarang, dalam Acintita (saya rasa bukan acinteya) Sutta,  Sang Buddha menjelaskan mengenai HASIL Karma yang tidak dapat diduga . Jadi  bukan masalah Pembuktian Hukum Karma. Mengapa tidak dapat diduga? Akan saya sampaikan di akhir.

Quote<<Kita lapar kemudian kita berniat makan dan
<<akhirnya kita makan dan kenyang.
<<Apakah ini bukan hukum karma? tidak bisa ditelusuri??
==========
Bukan, atau lebih tepat: BELUM TENTU.
Coba kita ganti contohnya agar lebih jelas.
Dulu saya pernah berdialog, seorang Bhante menyatakan,"Ketika seseorang mencuri kemudian tertangkap, dipenjara. Bukankah ini adalah bukti adanya Hukum Karma?"

Saya waktu itu bilang,"Bukan, Bhante. Itu bukan bukti kebenaran Hk Karma."

Karena dalam hati,"Tidak SEMUA pencurian SELALU berakhir dengan penangkapan, banyak pencuri, koruptor yang tidak tertangkap, menikmati hasil pencuriannya, foya2. Dan, ketika seseorang mencuri dan tidak tertangkap, apa boleh kita bilang:
= Nah itu BUKTI ketiadaan Hk Karma!
= Nah, itu bukti Hk Karma, mencuri akibatnya hidup foya2 dan enak2.
Itilah "HUKUM" (menurut pemahaman saya, yang mungkin keliru): adalah sebab akibat yang pasti. KEPASTIAN,Bila "A" maka akibatnya "B".

Jawaban anda yaitu BELUM TENTU ini, mengindikasikan bahwa Hukum Karma bisa dibuktikan HANYA SAJA PEYEBABNYA belum bisa kita lacak. Jadi kitalah yang belum mampu BUKAN Hukum Karma tidak bisa dibuktikan sama sekali.

Memang Hukum Karma begitu komplek, tapi bukan berarti kita memukul rata semua peristiwa itu memiliki kekomplekan yang sama. Ada yang sederhana. Kekomplekan hukum karma karena adanya penyebab yang banyak dari suatu peristiwa, dan penyebabnya tersebut punya peyebab lagi, dst, sehingga tak terhingga  inilah mengapa juga dikatakan Acintita. Tapi ini bukan berarti tidak adanya penyebab DOMINAN,  penyebab PENENTU. Penyebab Dominan ini kadang bisa kita lihat secara jelas, contohnya mengenai rasa kenyang setelah makan yang diawali dengan niat untuk makan. Jika tidak ada penyebab dominan maka Sang Buddha tidak akan mengatakan bahwa Pikiran adalah pemimpin (Dhammapada 1)

Apa yang dicontohkan oleh Bhante yang anda sebutkan adalah benar suatu rangkaian Hukum Karma dimana Buah Karma yang berbuah cepat. Sedangkan yang anda contohkan dimana seorang pencuri tidak tertangkap adalah kasus lain dimana buah karma yang belum matang. Waktu berbuah dari Karma hendaknya juga kita perhitungkan.

QuoteBila "A" akibatnya kadang "B', kadang "C", maka aturan ini belum bisa disebut sebagai HUKUM. Baru HIPOTESA, TEORI. (Bro Kelana, tolong buka KBBI-nya, ya. apa definisi HUKUM.)

Hukum. 1. Peraturan yg dibuat oleh penguasa(pemerintah) atau adat yg berlaku bagi semua orang di suatu masyarakat (negara; 2 undang-undang, peraturan, dsb untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat; 3 patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dsb) yang tertentu; 4 keputusan (pertimbangan) yg ditetapkan oleh hakim (dl Pengadilan; vonis; - (KBBI)

Jika yang anda ingin katakan bahwa Hukum Karma tidak ada ketetapan, tidak ada kepastian , saya rasa anda salah.

Kita merasa Hukum Karma tidak ada kepastian ketika kita tidak melihat, tidak tahu secara pasti Hukum Karma bekerja itu seperti apa. Salah satu yang anda tidak perhitungkan adalah masalah WAKTU berbuahnya Karma yang ditentukan oleh banyak faktor sehingga menimbulkan perbedaan yang anda sebut ketidakpastian. Inilah mengapa tidak bisa diduga secara pasti, Acintita. Hukum Karma tidaklah berkerja sendiri saja, tapi bersama dengan hukum alam lainnya. Salah satu kepastian dari Hukum Karma adalah proses kerjanya yang berupa SEBAB-AKIBAT.

Jika dianalogikan dalam matematika (semoga tidak salah), misalnya ada rumus : 2 + y= x
Nah , besarnya x akan ditentukan oleh besarnya y. Tetapi secara keseluruhan RUMUSnya TETAP yaitu 2 + y= x , yang berbeda adalah faktor y dan x. Kita yang tidak tahu rumusnya seperti itu, maka kita merasa aneh jika dikatakan  x= 5. Apalagi kalau rumusnya salah.

Jadi,
Hukum Karma itu bisa dibuktikan! Kita tidak perlu menerawang jauh-jauh untuk membuktikan Hukum Karma itu, cukup perhatikan perilaku kita sehari-hari.

Demikian.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

ciputras

Rekan inJulia dan juga rekan-rekan lainnya dalam forum ini, ijinkan saya menanggapi posting pembuka dari rekan inJulia yang merupakan pindahan dari forum lain.

Yang saya pahami dalam hukum kamma adalah proses. Dan dari yang saya pelajari, kata kamma dalam bahasa Pali artinya perbuatan. Akibat dari perbuatan disebut vipaka dalam bahasa Pali. Maka ada istilah kamma-vipaka. Seperti yang kita sama-sama ketahui, perbuatan selalu didahului oleh pikiran/kehendak. Bagaimana pikiran atau kehendak ini muncul? Nama dan rupa dalam panca kandha yang berperan. Di dalam Abhidhamma, Dhamma terbagi dalam 2 bagian, Paramattha Dhamma yang berarti Kenyataan Tertinggi (terdiri dari Citta atau kesadaran, Cetasika atau bentuk-bentuk batin, rupa atau materi, dan Nibbana atau Nirvana). Bagian kedua dari Dhamma adalah Pannati Dhamma, sesuatu yang bukan ada dengan sendirinya tetapi hasil karya dari manusia.

Panca kandha terdiri dari rupa dan nama. Nama sendiri terdiri dari Vedana (perasaan), Sanna (penerapan), sankhara (bentukan batin) dan vinnana (kesadaran). Dalam Abhidhamma, Nama ini termasuk dalam Cetasika atau bentuk-bentuk batin. Jadi Panca Kandha ini termasuk Paramattha Dhamma atau kenyataan tertinggi. Mau membuktikan kebenaran hukum kamma? Bukankah menjadi mau membuktikan kenyataan tertinggi? Sama seperti mau membuktikan Nibbana atau Nirvana? Ok lah, cukup sekian kita bermain dengan kata-kata.

Kembali ke pemahaman saya akan hukum kamma yaitu proses. Setiap perbuatan akan memberikan akibat. Berdasarkan akibat kamma terbagi dalam 3 yaitu kusala kamma (perbuatan baik), akusala dhamma (perbuatan buruk) dan bukan perbuatan baik dan juga bukan perbuatan buruk. Contoh sederhananya begini. Kasus pencurian uang. Awalnya dia butuh uang untuk makan sehari-hari. Tidak ketahuan, aman. Ingin beli hape, uang ngga cukup. Pencurian terjadi lagi (sudah kelihatan lobha atau keserakahan). Ngga ketahuan, asyik. Kalo ketahuan, babak belur dan masuk penjara. Kalo tidak ketahuan akan terus berlanjut hingga dia jadi seorang yang sukses dan pencurian yang dilakukan sudah menjadi korupsi. Korupsi sana sini tidak ketahuan, asyik. Udah punya uang banyak, istri satu tidak cukup. Jajan sana sini. Kena penyakit AIDS tamat riwayat. Ngga kena penyakit akibat jajan, tambah asyik. Korupsi ngga ketahuan, jajan aman-aman aja. Kalo korupsi ketahuan KPK masuk penjara, kalo ada di China kena hukum mati. Kalo sampai mati semua berjalan lancar, lihat dulu saat nafas berhenti bagaimana kondisi batinnya, sebab itu menentukan dalam kelahiran berikutnya. Jadi semua ini adalah proses. Kamma menghasilkan vipaka yang merupakan kamma berikut yang menghasilkan vipaka yang merupakan kamma berikut dst dst dst... Kamma dimulai dari pikiran dan bayangkan dalam sedetik ada berapa banyak pikiran yang muncul. Berapa banyak kamma yang kita hasilkan? Jadi kamma itu tidak linear tetapi seperti peluru yang dimuntahkan dari senapan mesin. Sebuah proses yang tidak linear.

Mr. Bond ada menyinggung meditasi vipassana. Benar, karena dalam meditasi vipassana, kita belajar mengenali batin kita dan berusaha menjaga kesadaran (sati) sehingga pada saat bentukan batin (sankhara) muncul, kita bisa kenali dan tidak memberikan respon hingga sankhara itu hilang lagi. Diharapkan, dengan demikian kita bisa sedikit demi sedikit mengikis kekotoran batin supaya Nibbana semakin dekat untuk bisa dicapai. Apakah kebenaran hukum kamma masih perlu dibuktikan?
Buddha said to his followers:
"cetanaham bhikkhave kammam vadami" - "The intention, monks, is what I maintain to be the action."
Ajahn Lee : "An evil intention blemishes virtue. A good intention helps keep it pure."

Tekkss Katsuo

 _/\_

penjelasan yang luar biasa.... dari bro Ciputras... +1 buat Ciputras. semoga kita bisa memahami apa yg disampaikan oleh Bro Ciputras

_/\_

g.citra

Quote from: inJulia on 16 October 2009, 10:11:23 AM
Quote from: g.citra on 16 October 2009, 08:08:30 AM
Kalo mau ngeliat yg gampang mah, gini aja Jul ...

Kamu kan dah buka thread, trus saya nulis koment ... itu dah sebab akibat ... sebabnya kamu buka thread, terus ada akibat yg kamu terima ...
Itu aja cukup! Kalo mau di korek lagi kenapa kamu buka thread, atau kenapa thread dipisahkan dsb, sama aja ujung-ujungnya kamu ngorek-ngorek asal mula alam semesta (sebab awal) ...  sama kayak orang ngilik kuping ... makin dikilik, makin asik ... jadi lupa waktu ...

QuoteKata Sang Buddha. Hanya seorang Samma Sambuddha yang mampu menelusuri jalinan karma yang begitu jalin menjalin. Sang Buddha sudah menasehati, Hukum Karma adalah salah satu dari 4 Acinteya: Tak terpikirkan oleh kita, yang bukan seorang Samma Sambuddha.

Ambil makna dari tulisan itu! jangan di telan mentah-mentah ...
Bicara mengenai penelusuran jalinan (rangkaian) kamma, akhir pencariannya dah saya tulis tuh diatas ...

Coba kalo dah gitu, muter-muter dan gak abis-abis kan ? 
Masa sih bisa ke awal mula penciptaan? Rasanya ngga ke sana arahnya.

Dari tulisan kamu yang saya bold ... Coba aja kamu telusuri terus, akibat-akibat yang timbul dari sebab yang dibentuk saat ini, kemarin, tahun kemarin, hidup sebelum ini dst... ujung2nya kan bakal kesana tuh ...  :))

Tapi Anda sudah paham,
saya justru mengajak agar kita ngga usah MEMASTIKAN mana karma/perbuatan yang berbuah, berakibat ini atau itu.

Yang bisa kita lakukan hanya:MUNGKIN, DUGAAN, HIPOTESA belaka.

_/\_

(edit, salah quote)


hatRed

 [at] om ciputras

analitik yg bagus sekali tentang Kamma Vipaka itu :jempol:

[at] all

untuk menangkap maksud bro InJulia, coba deh.. prosesnya dibalik

jangan menjelaskan dari orang ini pertama begini begitu, lalu kemudian begini begitu..

adakah yg bisa memberikan gambaran, dari Akibat lalu menjabarkan ke sebab sebabnya... ;D begitu loh..

seperti, seorang dokter yg mendiagnosa penyakit seseorang. Orang yg sakit tentu tidak tahu kenapa dia bisa menderita sakit, lalu dokter bisa menjabarkan.. "oh.. anda sakit disini , karena begini begitu".   begituloh..
i'm just a mammal with troubled soul



K.K.

Quote from: ciputras on 16 October 2009, 10:55:07 PM
Rekan inJulia dan juga rekan-rekan lainnya dalam forum ini, ijinkan saya menanggapi posting pembuka dari rekan inJulia yang merupakan pindahan dari forum lain.

Yang saya pahami dalam hukum kamma adalah proses. Dan dari yang saya pelajari, kata kamma dalam bahasa Pali artinya perbuatan. Akibat dari perbuatan disebut vipaka dalam bahasa Pali. Maka ada istilah kamma-vipaka. Seperti yang kita sama-sama ketahui, perbuatan selalu didahului oleh pikiran/kehendak. Bagaimana pikiran atau kehendak ini muncul? Nama dan rupa dalam panca kandha yang berperan. Di dalam Abhidhamma, Dhamma terbagi dalam 2 bagian, Paramattha Dhamma yang berarti Kenyataan Tertinggi (terdiri dari Citta atau kesadaran, Cetasika atau bentuk-bentuk batin, rupa atau materi, dan Nibbana atau Nirvana). Bagian kedua dari Dhamma adalah Pannati Dhamma, sesuatu yang bukan ada dengan sendirinya tetapi hasil karya dari manusia.

Panca kandha terdiri dari rupa dan nama. Nama sendiri terdiri dari Vedana (perasaan), Sanna (penerapan), sankhara (bentukan batin) dan vinnana (kesadaran). Dalam Abhidhamma, Nama ini termasuk dalam Cetasika atau bentuk-bentuk batin. Jadi Panca Kandha ini termasuk Paramattha Dhamma atau kenyataan tertinggi. Mau membuktikan kebenaran hukum kamma? Bukankah menjadi mau membuktikan kenyataan tertinggi? Sama seperti mau membuktikan Nibbana atau Nirvana? Ok lah, cukup sekian kita bermain dengan kata-kata.

Kembali ke pemahaman saya akan hukum kamma yaitu proses. Setiap perbuatan akan memberikan akibat. Berdasarkan akibat kamma terbagi dalam 3 yaitu kusala kamma (perbuatan baik), akusala dhamma (perbuatan buruk) dan bukan perbuatan baik dan juga bukan perbuatan buruk. Contoh sederhananya begini. Kasus pencurian uang. Awalnya dia butuh uang untuk makan sehari-hari. Tidak ketahuan, aman. Ingin beli hape, uang ngga cukup. Pencurian terjadi lagi (sudah kelihatan lobha atau keserakahan). Ngga ketahuan, asyik. Kalo ketahuan, babak belur dan masuk penjara. Kalo tidak ketahuan akan terus berlanjut hingga dia jadi seorang yang sukses dan pencurian yang dilakukan sudah menjadi korupsi. Korupsi sana sini tidak ketahuan, asyik. Udah punya uang banyak, istri satu tidak cukup. Jajan sana sini. Kena penyakit AIDS tamat riwayat. Ngga kena penyakit akibat jajan, tambah asyik. Korupsi ngga ketahuan, jajan aman-aman aja. Kalo korupsi ketahuan KPK masuk penjara, kalo ada di China kena hukum mati. Kalo sampai mati semua berjalan lancar, lihat dulu saat nafas berhenti bagaimana kondisi batinnya, sebab itu menentukan dalam kelahiran berikutnya. Jadi semua ini adalah proses. Kamma menghasilkan vipaka yang merupakan kamma berikut yang menghasilkan vipaka yang merupakan kamma berikut dst dst dst... Kamma dimulai dari pikiran dan bayangkan dalam sedetik ada berapa banyak pikiran yang muncul. Berapa banyak kamma yang kita hasilkan? Jadi kamma itu tidak linear tetapi seperti peluru yang dimuntahkan dari senapan mesin. Sebuah proses yang tidak linear.

Mr. Bond ada menyinggung meditasi vipassana. Benar, karena dalam meditasi vipassana, kita belajar mengenali batin kita dan berusaha menjaga kesadaran (sati) sehingga pada saat bentukan batin (sankhara) muncul, kita bisa kenali dan tidak memberikan respon hingga sankhara itu hilang lagi. Diharapkan, dengan demikian kita bisa sedikit demi sedikit mengikis kekotoran batin supaya Nibbana semakin dekat untuk bisa dicapai. Apakah kebenaran hukum kamma masih perlu dibuktikan?

Anggaplah saya seseorang yang tidak mengerti semua agama sama sekali. Bagaimana penjelasan anda ke saya tentang bukti hukum kamma? Tolong sekaligus memberikan contohnya.

g.citra

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 08:31:45 AM
Anggaplah saya seseorang yang tidak mengerti semua agama sama sekali. Bagaimana penjelasan anda ke saya tentang bukti hukum kamma? Tolong sekaligus memberikan contohnya.

Sorry bro Kai, mo numpang lewat dikit nih ... :))

Yang gampang cuma 2 hal :

1. Anda saya suruh bagi duit ke pengemis dijalan,
2. Anda saya suruh buat ngejitak kepala preman.

Biar gak paham agama ato hukum kamma juga anda pasti mikir buat ngerjain hal kedua bukan ?

_/\_

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 08:31:45 AM
Quote from: ciputras on 16 October 2009, 10:55:07 PM
Rekan inJulia dan juga rekan-rekan lainnya dalam forum ini, ijinkan saya menanggapi posting pembuka dari rekan inJulia yang merupakan pindahan dari forum lain.

Yang saya pahami dalam hukum kamma adalah proses. Dan dari yang saya pelajari, kata kamma dalam bahasa Pali artinya perbuatan. Akibat dari perbuatan disebut vipaka dalam bahasa Pali. Maka ada istilah kamma-vipaka. Seperti yang kita sama-sama ketahui, perbuatan selalu didahului oleh pikiran/kehendak. Bagaimana pikiran atau kehendak ini muncul? Nama dan rupa dalam panca kandha yang berperan. Di dalam Abhidhamma, Dhamma terbagi dalam 2 bagian, Paramattha Dhamma yang berarti Kenyataan Tertinggi (terdiri dari Citta atau kesadaran, Cetasika atau bentuk-bentuk batin, rupa atau materi, dan Nibbana atau Nirvana). Bagian kedua dari Dhamma adalah Pannati Dhamma, sesuatu yang bukan ada dengan sendirinya tetapi hasil karya dari manusia.

Panca kandha terdiri dari rupa dan nama. Nama sendiri terdiri dari Vedana (perasaan), Sanna (penerapan), sankhara (bentukan batin) dan vinnana (kesadaran). Dalam Abhidhamma, Nama ini termasuk dalam Cetasika atau bentuk-bentuk batin. Jadi Panca Kandha ini termasuk Paramattha Dhamma atau kenyataan tertinggi. Mau membuktikan kebenaran hukum kamma? Bukankah menjadi mau membuktikan kenyataan tertinggi? Sama seperti mau membuktikan Nibbana atau Nirvana? Ok lah, cukup sekian kita bermain dengan kata-kata.

Kembali ke pemahaman saya akan hukum kamma yaitu proses. Setiap perbuatan akan memberikan akibat. Berdasarkan akibat kamma terbagi dalam 3 yaitu kusala kamma (perbuatan baik), akusala dhamma (perbuatan buruk) dan bukan perbuatan baik dan juga bukan perbuatan buruk. Contoh sederhananya begini. Kasus pencurian uang. Awalnya dia butuh uang untuk makan sehari-hari. Tidak ketahuan, aman. Ingin beli hape, uang ngga cukup. Pencurian terjadi lagi (sudah kelihatan lobha atau keserakahan). Ngga ketahuan, asyik. Kalo ketahuan, babak belur dan masuk penjara. Kalo tidak ketahuan akan terus berlanjut hingga dia jadi seorang yang sukses dan pencurian yang dilakukan sudah menjadi korupsi. Korupsi sana sini tidak ketahuan, asyik. Udah punya uang banyak, istri satu tidak cukup. Jajan sana sini. Kena penyakit AIDS tamat riwayat. Ngga kena penyakit akibat jajan, tambah asyik. Korupsi ngga ketahuan, jajan aman-aman aja. Kalo korupsi ketahuan KPK masuk penjara, kalo ada di China kena hukum mati. Kalo sampai mati semua berjalan lancar, lihat dulu saat nafas berhenti bagaimana kondisi batinnya, sebab itu menentukan dalam kelahiran berikutnya. Jadi semua ini adalah proses. Kamma menghasilkan vipaka yang merupakan kamma berikut yang menghasilkan vipaka yang merupakan kamma berikut dst dst dst... Kamma dimulai dari pikiran dan bayangkan dalam sedetik ada berapa banyak pikiran yang muncul. Berapa banyak kamma yang kita hasilkan? Jadi kamma itu tidak linear tetapi seperti peluru yang dimuntahkan dari senapan mesin. Sebuah proses yang tidak linear.

Mr. Bond ada menyinggung meditasi vipassana. Benar, karena dalam meditasi vipassana, kita belajar mengenali batin kita dan berusaha menjaga kesadaran (sati) sehingga pada saat bentukan batin (sankhara) muncul, kita bisa kenali dan tidak memberikan respon hingga sankhara itu hilang lagi. Diharapkan, dengan demikian kita bisa sedikit demi sedikit mengikis kekotoran batin supaya Nibbana semakin dekat untuk bisa dicapai. Apakah kebenaran hukum kamma masih perlu dibuktikan?

Anggaplah saya seseorang yang tidak mengerti semua agama sama sekali. Bagaimana penjelasan anda ke saya tentang bukti hukum kamma? Tolong sekaligus memberikan contohnya.
bukti hukum karma adalah keberadaan kita sekarang, kita sekarang adalah akibat dari masa lalu, dan kita masa datang adalah akibat dari kita sekarang.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

sobat-dharma

Quote from: inJulia on 16 October 2009, 05:14:08 PM
Konsep BAIK-BURUK, BENAR-SALAH, SUCI-RENDAH, BAHAGIA-MENDERITA konon, itu bukan tergantung keadaan kita, tapi CARA KITA MEMANDANGNYA.


Tembakan jitu. siiip!  =D>
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

CHANGE

#133
Sekedar analisa   :-?  mengenai hukum kamma, seandainya inJulia berkenan  :

Saya setuju bahwa hukum kamma secara detail dan akurat tersebut tidak dapat dibuktikan secara empiris oleh orang awam kecuali oleh Sammasambuddha. Dan bagi saya ini adalah kenyataan yang sangat MENGGEMBIRAKAN bagi saya dan tidak mengecewakan sama sekali, bahkan membuat saya lebih bertekad belajar Buddha Dhamma.

Bukankah ini adalah jawaban ekstrim ?
Tentu tidak. Karena  kenyataan ini adalah REALITAS KEBENARAN ajaran Sang Buddha mengenai kamma vipaka.  

Seperti yang dikatakan Sang Buddha  di sebuah sutta (A.N.4.77) bahwa ada empat hal yang tidak boleh terlalu dipikirkan. Jika anda berpikir terlalu jauh tentang empat hal ini, anda akan menjadi gila. Yang pertama adalah kekuatan seorang Buddha; yang kedua adalah kedalaman dan kekuatan jhana (meditasi penyerapan); yang ketiga adalah kamma-vipaka; dan yang keempat adalah spekulasi tentang dunia.

Sang Buddha memberikan jawaban pasti atas hukum kamma vipaka kepada muridnya. Seandainya kita tidak menpunyai kemampuan bathin yang memadai dan coba menganalisa secara partial mengenai kamma vipaka. Dan mecoba menjelaskan secara akurat, mungkin hari ini kita tidak berada di FORUM ini, tetapi berada di Rumah Sakit Jiwa. SANGAT BERUNTUNG PERINGATAN telah diberikan oleh Sang Guru. Jika tidak ada peringatan, apa yang terjadi pada setiap umat Buddhis.

Apakah analogi atau perumpamaan terhadap cara kerja kamma vipaka dibenarkan ? Tentu dibenarkan ( IMO ), tetapi tentu kita harus mengingat bahwa kita hanya menggunakan variable/komponen/parameter yang sangat terbatas ( yang kasat mata saja ).
Contoh sederhana untuk membuat kue kita memerlukan terigu, gula, air, soda kue dll untuk menghasilkannya kue tersebut, dan hasil kue bisa berbeda dari segi rasa, kwalitas, dll. ( Inilah metode sederhana yang biasa kita lakukan ).

Tetapi jika ditelaah lebih lanjut mengapa kue yang dihasilkan tersebut berbeda, padahal menggunakan formula yang sama. Dan disini kita mulai mengalami kesulitan untuk menjelaskan. Sebagai contoh terigu dengan merk sama juga memberikan hasil yang berbeda. Jika ditelusuri lebih lebih lanjut maka akan bertanya mengenai Cara Pengolahan Pabrik, penyimpanan, cara Taman, Bibit Unggul bijian-bijian, cuaca, pupuk dll, belum lagi bahan yang lain. Bisa bayangkan berapa juta variable/komponen/parameter yang harus di analisa secara mendetail untuk menjelaskan pembuatan satu kue secara akurat. Dan saya tidak berani membayangkan berapa banyak variable yang akan digunakan untuk menganalisa hanya satu kehidupan ini ( belum lagi kehidupan-kehidupan yang lampau ).Karena setiap hari berapa banyak sebab akibat yang kita ciptakan melalui pikiran,ucapan dan perbuatan, jika anda sanggup dapat mengingatnya. Dan ini BUKAN MEMBUKTIKAN bahwa hukum kamma itu tidak ada, melainkan hanya ketidakkemampuan/keterbatasan untuk menjelaskan cara kerja hukum kamma. Misalkan Koran kompas digunakan untuk membungkus narkotika, tentu bukan penerbit yang disalahkan, tetapi pemakai Koran/pengedar tersebut.
Contoh lain adalah mengenai artikel " KEPASTIAN dan KEBETULAN "

Dan secara logika bahwa kehidupan ini adalah PROSES dari SEBAB AKIBAT. Siapa  didunia ini  yang berani membantah KENYATAAN INI !!!!. Inilah kebesaran Sang Guru  yang sangat dibanggakan.Keterbatasan manusia dan dewa mengenai cara kerja Kamma Vipaka, tidak memyebabkan manusia dan dewa selalu terkurung dalam KEGELAPAN BATHIN. Karena Sang Guru mengajarkan Dhamma ( rakit ) untuk kita jalani yakni JM8, 4KM, Dana ( kedermawanan ), Sila, Samadhi, Panna, dll. Dengan tujuan untuk terbebas dari segala keterbatasan dengan usaha sendiri. Inilah yang saya katakan Buddha Dhamma adalah INDAH dan MENAKJUBKAN. Karena Sang Guru mengetahui dan memahami keterbatasan yang dimiliki oleh manusia dan tidak berhenti sampai disini, tetapi melanjutkan dengan memberikan SOLUSI-SOLUSI untuk terbebas dari keterbatasan tersebut. Jadi semuanya tergantung dari setiap TEKAD setiap insan manusia.

Kesimpulan :
Kita sebenarnya hanya KECEWA atas keterbatasan diri sendiri, bukan kecewa terhadap hukum kamma. Seperti pertanyaan inJulia, sebenarnya mempertanyaan keterbatasan diri sendiri dan kita semua dengan tidak menyadarinya. Dan seakan-akan hukum kamma dikorbankan. Dengan keterbatasan meminta jawaban ketidakbatasan.

IMO, pertanyaan inJulia secara positif memberikan motivasi dan dukungan kepada saya untuk memperdalam Buddha Dhamma, karena  merupakan pertanyaan yang menggambarkan kenyataan. Terima Kasih atas pertanyaannya dan pernyataannya.

IMO, saya pasti kecewa terhadap Buddha Dhamma jika ada yang dapat menjelaskan secara akurat cara kerja kamma. Tetapi saya sangat BAHAGIA dan BANGGA jika TIDAK ADA yang dapat menjelaskan secara akurat cara kerja kamma. Berarti ajaran Buddha Dhamma adalah KENYATAAN YANG INDAH dan MENAKJUBKAN KARENA TIDAK ADA RAHASIA atau KEBOHONGAN.

Saya akan kecewa berat bahkan meninggalkan Buddha Dhamma seandainya Sang Buddha dikatakan sebagai Maha Kuasa, Maha Pencipta, dll tetapi KENYATAAN lapangan adalah IMPOTEN ( tidak sesuai dengan gelar yang dipakai ). Berarti KEBOHONGAN PUBLIK.

Yang saya tulis hanya sekedar analisa, jika ada kata-kata yang tidak berkenan, mohon maaf sebesar-besarnya

Semoga Semua Makhluk Barbahagia

_/\_

sobat-dharma

Quote from: ryu on 17 October 2009, 09:32:33 AM
bukti hukum karma adalah keberadaan kita sekarang, kita sekarang adalah akibat dari masa lalu, dan kita masa datang adalah akibat dari kita sekarang.

Kalau yang ini... jawaban agama tetangga akan lain lagi.. Keberadaan kita karena bukti adanya tuhan :))
Lalu yang benar yang mana?
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek