Membuktikan kebenaran Hukum Karma?

Started by inJulia, 16 October 2009, 07:48:06 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Quote from: coecoe on 17 October 2009, 10:36:23 PM
kutipan :
saya rasa ada perbedaan konsep karma dan TUHAN. Konsep karma itu berlaku untuk semua orang, sedangkan katanya konsep Tuhan itu ya berlaku untuk agama tertentu saja.

Dalam Buddhis yang saya kenal, tak ada sesuatu yang gak mungkin ... Anda percaya dengan alam dewa ?
Andapun tahu tentunya ada alam dewa yang masih bisa berinteraksi denagn alam manusia ... 
Kalau percaya dan telah mengetahui (ada di buku), tentunya 'judge' seperti diatas gak perlu ditulis lagi ... Toh penjelasan tentang 'Tuhan' yang bisa menolong (menurut versi lain) dah demikian jelas di tafsirkan dalam Buddhisme ... 

Bagi orang yang menganut konsep Tuhan, hukuman Tuhan tetap berlaku bagi semua orang.

Tuhan yang anda katakan tidak valid itu saya anggap hanya bentuk penyederhanaan kata dari keterbatasan manusia dalam memikirkan akibat (atau sesuatu) yang dialami dalam kehidupannya

Sudahkah anda berpikir untuk 'mendefinisikan Tuhan' seperti ini ?
Semoga setelah berpikir, kata itu tidak lagi menjadi 'racun' dalam menghambat keyakinan dan pemahaman anda yang memang sudah baik ... 

Saya menyadari pemikiran dan tingkat pemahaman tiap orang tidak sama ... dan saya tidak dapat, memaksakan sesuatu yang telah kita peroleh untuk diberikan karena adanya perbedaan tingkat pemikiran dan pemahaman ini ...


Saking tidak percayanya bahwa itu dikatakan pembuktian hukum kamma, barusan saya langsung tes.
Saya tanya ke seseorang (Kr1sten), "kalau kita memberi orang dana, kira-kira apa yang terjadi selanjutnya?"
Dia jawab, "yah, ga ada apa-apa, paling dia say thanks aja."
Luar biasa. 


sekali lagi saya tuliskan, bagi yang belum tau sama sekali mengenai hukum kamma, Tuhan yang mereka samakan sebagai "SEBAB YANG MENGATUR HUKUM KAMMA" itu saya anggap hanya bentuk penyederhanaan kata dari keterbatasan manusia dalam memikirkan akibat (atau sesuatu) yang dialami dalam kehidupannya


Saya tekankan sekali lagi ... Ini buat mereka yang tidak tau hukum kamma (punya keyakinan lain) ...
Tapi seberapa tidak megertinya mereka, tentunya anda juga sepakat, kalau mereka juga punya pendapat tertentu tentang perbuatan baik akan menghasilkan sesuatu yang baik ...


Alasan saya, TAK ADA SATU ORANG PUN (BAHKAN SAMMA SAM BUDDHA SEKALIPUN) YANG DAPAT MENGUTAK-ATIK DHAMMA ... Semua itulah Dhamma ...


Yup, meski kita belum mampu membuktikan ttg Pengembangan-Penyusutan alam semesta, membuktikan permukaan matahari bersuhu 6000 derajat Celcius. Bukan berarti tdk dpt dibuktikan. Permasalahannya, pihak yg berseberangan akan terus memaksa utk membuktikan secara konkret hal2 demikian. Dr contoh di atas saja, bagaiman bisa membuktikan bahwa memang permukaan matahari bersuhu demikian scr real? Apalagi membuktikan adanya pengembangan-penyusutan alam semesta.


Apakah kenyataan seperti itu? orang yang tidak percaya Tuhan apakah akan kena hukuman dari Tuhan? Orang yang tidak percaya Kamma khan tetap dia akan menuai kamma nya.

ada orang percaya Tuhan dia percaya Tuhan bisa memakaikan baju kepadanya apakah lantas dia tiba2 pakai baju?
ada orang percaya kalau dia bergerak mengambil baju trus dia pakaikan tuh baju lantas apakah dia otomatis tidak pakai baju? pastinya ya pakai baju karena ada sebab akibat sedang kan contoh no 1 ga tau tuh gimana Tuhan memakaikan baju kedia apa lewat malaikatnya?


---------


Didalam kekeristenan sih hukum karma adalah hukum tabur-tuai, sebatas ukuran duniawi, yang tidak memiliki nilai kekal.
Bisa saja orang tersebut tidak mengerti, bisa juga beda dengan anda yang maybe dengan membaca komentar-komentar anda, seolah-olah anda terlihat bijaksana, tetapi orang tersebut tidak meributkan/memperdulikan, karena, tetapi melihat nilai kekekalan.


Just like apa yang dibabarkan guru Buddha pada Bhumija Sutta.
Seperti seseorang yang membutuhkan susu, mencari susu,
mengembara untuk mendapatkan susu,
dan ia memerah tanduk dari sapi yang baru saja beranak
Seperti seseorang yang memerlukan api, mencari api,
mengembara di dalam mencari api,
ia mengambil kayu api dan menggosokkannya pada sebatang kayu
yang basah dan berair.
Apanya yang diperah yah untuk mendapatkan kebijaksanaan pengetahuan kebenaran?
Apanya yang digosokan yah untuk mendapatkan api kebenaran yang murni?



bisa tidak mau mengerti,
bisa tidak mengerti,
bisa tidak mengerti dan tidak mau mengerti, disebut (orang) seperti apakah yang berlaku seperti itu?

dalam kekr****nan ada tabur tuai pun copas dari ajaran Buddha, jangan heran jadi gado2 ajarannya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

coecoe

^
^

Quote from: hendrako on 17 October 2009, 10:45:45 PM
                     ^
                     ^
                     ^
              OUT OF TOPIC, Bro  ;D

lihat esensinya dong....!
Who am i?

ryu

Quote from: coecoe on 17 October 2009, 10:56:55 PM
^
^

Quote from: hendrako on 17 October 2009, 10:45:45 PM
                      ^
                      ^
                      ^
               OUT OF TOPIC, Bro  ;D

lihat esensinya dong....!
esensinya Tuhan mengatur Hukum Karma gitu? di sutta mana Buddha bilang gitu?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Xzone

^
Bro Ryu signature-nya kereeen...Mat 6:34 yah kalo gak salah ;D

sorry OOT nih
Selama buah dari suatu perbuatan jahat belum masak, maka orang bodoh akan
menganggapnya manis seperti madu;
Tetapi apabila buah perbuatan itu telah masak, maka ia akan merasakan pahitnya
penderitaan.

ryu

Quote from: Xzone on 17 October 2009, 11:17:03 PM
^
Bro Ryu signature-nya kereeen...Mat 6:34 yah kalo gak salah ;D

sorry OOT nih
tull ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

g.citra

 [at]  bro Xzone ...

Gile, apal banget tuh isi alkitab ... jangan-jangan ... :-?

ryu

Nitip sutta ahh :


MAHATANHASANKHAYA SUTTA

(Sumber : Sutta Pitaka Majjhima Nikaya II,
Oleh : Tim Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha,
Penerbit : Hanuman Sakti, Jakarta, 1997)

1. Demikianlah yang saya dengar:

Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di Jetavana, taman milik Anathapindika Savatthi.

2. Pada ketika itu suatu pandangan jahat telah timbul pada diri Bhikkhu Sati Kevattaputta (anak nelayan): "Aku mengerti dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagava, kesadaran (vinnana) yang sama ini yang berpindah-pindah dalam lingkaran kehidupan (samsara) ini"

3. Banyak bhikkhu mendengar bahwa hal ini. Kemudian mereka pergi kepada Bhikkhu Sati Kevattaputta dan mereka bertanya kepadanya "Avuso, apakah benar bahwa suatu pandangan jahat telah timbul dalam dirimu: Aku mengerti Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagava bahwa kesadaran sama ini yang berpindah-pindah dalam lingkaran kehidupan ini"

     "Benar, para Avuso aku mengerti Dhamma yang diajarkan Sang Bhagava ... lingkaran kehidupan ini" Karena para bhikkhu ingin agar dia mau melepaskan pandangan jahatnya itu, mereka bertanya, menekan dan menyudutkan dia dengan kata-kata "Avuso Sati, janganlah berkata begitu, janganlah salah mewakili Sang Bhagava, adalah tidak baik untuk salah mewakili Sang Bhagava. Sang Bhagava tidak berkata begitu, sebab kesadaran itu telah dikemukakan di dalam banyak kotbah dhamma oleh Sang Bhagava sebagai hal yang timbul karena adanya sebab, karena tanpa kondisi maka kesadaran tidak muncul (ada)." Namun walaupun ditekan, ditanyai serta disudutkan oleh pertanyaan-pertanyaan mereka, bhikkhu Sati Kevattaputta masih dengan kepala batu salah menanggapi sesuai dengan pandangan jahatnya dan tetap bertahan dan berkata :

     "Para Avuso, memang demikian seperti apa yang aku mengerti tentang Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagava .... lingkaran kehidupan ini"

4.  Karena para bhikkhu tidak dapat membebaskan dirinya dari pandangan salah itu, mereka pergi kepada Sang Bhagava, setelah memberi hormat kepada beliau, mereka duduk ditempat yang tersedia. Setelah duduk, mereka menceritakan kepada Beliau semua yang terjadi dan mereka menambahkan "Bhante, karena kita tidak dapat melepaskan bhikkhu Sati Kevattaputta dari pandangan jahat itu, kami melaporkan kepada Sang Bhagava tentang kejadian itu."
 
5.   Kemudian Sang Bhagava berkata kepada seorang bhikkhu dengan kata-kata sebagai berikut "Ayo bhikkhu, atas namaku katakan kepada bhikkhu Sati bahwa Guru memanggilmu."

     "Baik, bhante," jawabnya. Ia pergi menemui bhikkhu Sati dan berkata "Sang Guru memanggilmu avuso Sati"

     "Baiklah, avuso," ia menjawab. Lalu bhikkhu Sati pergi menghadap Sang Bhagava, setelah memberi hormat kepada beliau, ia duduk di tempat yang tersedia. Ketika ia telah duduk, Sang Bhagava bertanya kepadanya: "Sati, apakah betul, bahwa pandangan jahat berikut telah timbul pada dirimu 'Saya mengerti dhamma yang diajarkan Sang Bhagava ........ lingkaran kehidupan ini?'"

     "Bhante, memang benar demikian. Seperti apa yang aku mengerti Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagava, kesadaran .... lingkaran kehidupan ini."

     "Apakah kesadaran itu Sati?"

     "Bhante, itu adalah apa yang berbicara dan merasakan serta mengalami akibat dari perbuatan baik dan jahat di sini maupun di sana"

6.    "Orang bodoh, dari siapakah kamu pernah mendengar saya mengajar Dhamma seperti itu? Orang bodoh, bukankah saya telah nyatakan dalam banyak kotbah bahwa kesadaran muncul karena adanya sebab, karena tanpa adanya kondisi maka kesadaran tidak muncul. Tetapi kamu telah salah menginterprestasikan dengan pengertian kamu yang salah dan mengatakan pandangan salahmu, itu akan menyebabkan banyak akibat buruk (apunna), karena hal ini maka kamu akan lama terganggu dan menderita"
 
7.    Kemudian Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, bagaimana pendapat kamu sekalian. Sudahkah Sati Kevattaputta menyalakan (usmikato) dhamma dan vinaya ini?"

     "Bhante, mengapa harus dia? Tidak, Bhante" Setelah hal ini dinyatakan, Bhikkhu Sati Kevattaputta duduk diam, cemas, bahu turun, kepala tertunduk, muram dan tak berkata sepatah katapun. Menyadari keadaan bhikkhu Sati, maka Sang Bhagava berkata kepadanya "Orang bodoh, ketahuilah karena pandangan jahatmu, Saya akan menanyakan hal ini kepada para bhikkhu"
 
8.    Lalu Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu "Para bhikkhu, apakah kamu sekalian tahu Dhamma yang Saya ajarkan adalah seperti yang dipahami oleh Bhikkhu Sati Kevattaputta, ketika ia salah menginterprestasikan karena pengertiannya yang salah dan mengatakannya yang salah, yang menyebabkan banyak akibat buruk, maka ia akan lama terganggu dan menderita"

     "Tidak, bhante, karena kesadaran telah dinyatakan dalam banyak kotbah Sang Bhagava bahwa itu muncul karena adanya sebab karena tanpa adanya kondisi maka kesadaran tidak muncul"

     "Baik, para bhikkhu, bahwa kamu sekalian mengetahui dhamma yang telah Saya ajarkan. Karena kesadaran telah saya nyatakan dalam banyak kotbah bahwa itu muncul karena adanya sebab, karena tanpa adanya kondisi maka kesadaran tidak muncul. Tetapi Bhikkhu Sati Kevattaputta telah salah menginterprestasikan .... terganggu dan mencerita."

9. "Para bhikkhu, kesadaran hanya muncul, tergantung pada sebabnya: bila kesadaran (vinnana) muncul tergantung pada mata (cakkhu) dan bentuk-bentuk (rupa), disebut kesadaran mata (cakkhuninnana): kesadaran muncul tergantung pada telinga (sota) dan suara (sadda) disebut kesadaran telinga (sotavinnana): kesadaran yang muncul tergantung pada hidung (nasa) dan bau (gandha) disebut kesadaran hidung (nasavinnana): kesadaran yang muncul tergantung pada lidah (jivha) dan rasa (rasa) disebut kesadaran lidah (jivhavinnana); kesadaran yang muncul tergantung pada tubuh (kaya) dan sentuhan (photthabba) disebut kesadaran tubuh (kaya vinnana): kesadaran yang muncul tergantung pada pikiran (mano) dan obyek pikiran (dhamma) disebut kesadaran pikiran (manovinnana). Seperti api yang hanya diperhitungkan tergantung pada sebab yang memunculkannya, api terbakar tergantung pada batang kayu di sebut api batang kayu, bila api terbakar tergantung pada kayu bakar disebut api kayu bakar, bila api terbakar tergantung pada rumput disebut api rumput, bila api terbakar tergantung pada kotoran sapi disebut api kotoran sapi, bila api terbakar tergantung pada dedak disebut api dedak, bila api terbakar tergantung pada sampah disebut api sampah. Demikian pula, kesadaran hanya muncul tergantung pada sebabnya. Ketika kesadaran muncul tergantung pada mata dan bentuk disebut kesadaran mata .... bila kesadaran muncul tergantung pada pikiran dan obyek pikiran disebut kesadaran pikiran."

 10. "Para bhikkhu, bagaimana kamu sekalian melihat 'ini ada'?"
     "Begitulah, bhante"
     "Para bhikkhu, keberadaan makhluk karena sari makanan. Begitukah kamu sekalian melihatnya?"
     "Ya, bhante"
     "Bagaimanapun keberadaan (makhluk itu), dengan lenyapnya sari makanan maka itu akan lenyap. Begitukah kamu sekalian melihatnya?"
     "Ya, bhante"
 11. "Para bhikkhu, apakah keberadaan ini tidak ada? Apakah ketidak pastian muncul karena cara yang meragukan seperti itu?"
     "Ya, bhante."
     "Para bhikkhu, apakah keberadaan makhluk karena sari makanan atau bukan? Bukankah ketidakpastian muncul karena cara yang meragukan seperti itu?"
     "Ya, bhante."
     "Apapun keberadaan (makhluk itu), dengan lenyapnya sari makanan, apakah itu memiliki sifat berubah atau tidak? Apakah ketidakpastian muncul karena cara yang meragukan seperti itu?"
     "Ya, bhante."

 12. "Para bhikkhu, 'ini ada' : apakah keragu-raguan ditinggalkan oleh orang yang melihat itu sebagaimana apa adanya dengan pengertian benar?" "Ya, bhante"
     "Para bhikkhu, 'makhluk itu muncul karena sari makanan' : apakah keragu-raguan ditinggalkan oleh orang yang melihat itu sebagaimana apa adanya dengan pengertian benar?" "Ya, bhante"
     "Apapun keberadaan (makhluk itu), dengan lenyapnya sari makanan, itu memiliki sifat berubah"
     "Apakah keragu-raguan lenyap pada orang yang melihat itu sebagai mana apa adanya dengan pengertian benar?" "Ya, bhante"
     "Para bhikkhu, apakah kamu sekalian (berpandangan) begitu karena dalam hal ini kamu sekalian bebas dari keragu-raguan?" "Ya, bhante"
     "Para bhikkhu, 'makhluk itu muncul karena sari makanan', apakah kamu sekalian (berpandangan) begitu karena dalam hal ini kamu sekalian bebas dari keragu-raguan?" "Ya, bhante"
     "Para bhikkhu, apapun keberadaan (makhluk itu), dengan lenyapnya sari makanan, itu memiliki sifat berubah, apakah kamu sekalian (berpandangan) beliau karena dalam hal ini kamu sekalian bebas dari keragu-raguan?" "Ya, bhante"

 13. "Para bhikkhu, 'ini dia', apakah kamu sekalian berpandangan begitu sebagaimana apa adanya dengan pengertian benar?"
     "Ya, bhante"
     "Para bhikkhu, makhluk itu muncul karena sari makanan, apakah kamu sekalian berpandangan begitu sebagaimana apa adanya dengan pengertian benar?"
     "Ya, bhante"
     "Para bhikkhu, apapun keberadaan (makhluk itu), dengan lenyapnya sari makanan, itu memiliki sifat lenyap. Karena itu dipandang dengan baik sebagaimana apa adanya dengan pengertian benar?"
     "Ya, bhante"

 14. "Para bhikkhu, murni dan cemerlang seperti pandangan inilah yang kamu harus anut, hargai, jadikan harta dan menjadi milikmu sendiri, apakah kamu mengerti dhamma yang telah diajarkan sama, seperti sebuah rakit, yang dipakai untuk menyeberangi sungai, tetapi bukan untuk dipegang saja?"
     "Ya, bhante"
     "Para bhikkhu, murni dan cemerlang seperti pandangan inilah, apabila kamu tidak menganutnya, tidak menghargainya, tidak menjadikannya sebagai harta dan tidak menjadi milikmu sendiri, apakah kamu akan mengerti dhamma yang telah diajarkan sama seperti sebuah rakit, yang dipakai untuk menyeberangi sungai, tetapi bukan untuk dipegang saja?"
     "Ya, bhante"
 15. "Para bhikkhu, ada empat jenis sari makanan untuk mempertahankan atau menjaga kelestarian hidup makhluk-makhluk yang ada serta untuk membantu mereka yang mencari untuk memperbaharui keberadaannya. Apa keempat jenis itu? Sari-sari makanan itu adalah makanan fisik sebagai sari makanan keras maupun lunak, kontak (phassa), kehendak pikiran (manosancetana) dan kesadaran (vinnana)"
 16. "Empat jenis sari makanan ini memiliki sumber (dana), asal (samudaya), memunculkannya (jati) dan yang menjadikannya (pabhava). Empat jenis sari makanan ini bersumber, berasal, dimunculkan dan dijadikan oleh keinginan (tanha)"
 17. "Keinginan ini memiliki sumbernya ... keinginan bersumber pada perasaan (vedana) ....
     Perasaan ini memiliki sumbernya perasaan bersumber pada kontak (phassa) ...
     Kontak ini memiliki sumbernya .... kontak bersumber pada landasan enam indera (salayatana) ....
     Landasan enam indera ini memiliki sumbernya .... landasan enam indera ini bersumber pada batin jasmani (nama rupa) .....
     Batin jasmani ini memiliki sumbernya ... batin jasmani bersumber pada kesadaran (vinnana) ....
     Kesadaran ini memiliki sumbernya ... kesadaran bersumber ... pada bentuk-bentuk karma (sankhara) ...
     Bentuk-bentuk karma ini memiliki sumber, asal, memunculkannya dan menjadikannya. Bentuk-bentuk kamma ini bersumber, berasal, dimunculkan dan dijadikan oleh kebodohan (avijja)

 18. "Para bhikkhu, begitulah, kebodohan mengkondisikan bentuk-bentuk karma, bentuk-bentuk karma mengkondisikan kesadaran, kesadaran mengkondisikan batin jasmani, batin jasmani mengkondisikan landasan enam indera, landasan enam indera mengkondisikan kontak, kontak mengkondisikan perasaan, perasaan mengkondisikan keinginan, keinginan mengkondisikan kemelekatan (upada), kemelekatan mengkondisikan perwujudan (bhava), perwujudan mengkondisikan kelahiran, kelahiran mengkondisikan usia tua, kematian, kesedihan, ratap tangis, kesakitan, kesedihan dan putus asa: itu adalah bagaimana sebab dari penderitaan."
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

#247
  19. "Demikianlah dikatakan, kelahiran mengkondisikan usia tua dan kematian. Apakah ini benar atau tidak, atau dalam hal ini bagaimana pendapat kamu sekalian?"
     "Bhante, kelahiran mengkondisikan usia tua dan kematian; dalam hal ini, kami berpendapat kelahiran mengkondisikan usia tua dan kematian."
     "................. perwujudan mengkondisikan kelahiran ........"
     "................. kemelekatan mengkondisikan perwujudan ........."
     "................. keinginan mengkondisikan kemelekatan ........"
     "................. perasaan mengkondisikan keinginan ........"
     "................. kontak mengkondisikan perasaan ........ "
     "................. landasan enam indera mengkondisikan kontak ........"
     "................. batin jasmani mengkondisikan landasan enam indera .........."
     "................. kesadaran mengkondisikan batin jasmani ............."
     "................. bentuk-bentuk karma mengkondisikan kesadaran ......."
     "................. kebodohan mengkondisikan bentuk-bentuk karma ........"

     "Apakah ini benar atau tidak, atau dalam hal ini bagaimana pendapat kamu sekalian?"
     "Bhante, kebodohan mengkondisikan bentuk-bentuk karma dalam hal ni kami berpendapat kebodohan mengkondisikan bentuk-bentuk karma "

 20. "Bagus, para bhikkhu. Kamu sekalian berkata begitu, Saya juga berkata sama dengan kamu, yaitu 'Itu ada, bila ini ada; itu muncul karena ini muncul', atau dengan kata lain kebodohan mengkondisikan bentuk-bentuk karma, bentuk-bentuk karma mengkondisikan kesadaran, kesadaran ........ kelahiran mengkondisikan usia tua dan kematian, kesedihan, ratap tangis, kesakitan duka dan putus asa; itu adalah bagaimana sebab penderitaan"

 21. "Dengan memudarnya dan berhentinya sisa-sisa kebodohan maka bentuk-bentuk karma lenyap, dengan lenyapnya bentuk-bentuk karma maka kesadaran lenyap, dengan lenyapnya kesadaran maka batin jasmani lenyap, dengan lenyapnya batin jasmani maka lenyap landasan enam indera, dengan lenyapnya landasan enam indera maka kontak lenyap, dengan lenyapnya kontak maka perasaan lenyap, dengan lenyapnya perasaan maka keinginan lenyap, dengan lenyapnya keinginan maka kemelekatan lenyap, dengan lenyapnya kemelekatan maka perwujudan lenyap, dengan lenyapnya perwujudan maka kelahiran lenyap, dengan lenyapnya kelahiran maka usia tua dan kematian lenyap, juga kesedihan, ratap tangis, kesakitan, duka dan putus asa; itu adalah bagaimana semua penderitaan lenyap."

 22. "Dengan lenyapnya kelahiran maka usia tua dan kematian lenyap, begitu dikatakan. Apakah itu benar atau tidak, bagaimana hal ini terjadi?"
     "Bhante, dengan lenyapnya kelahiran maka usia tua dan kematian lenyap; begitulah jadinya, dalam hal ini dengan lenyapnya kelahiran maka usia tua dan kematian lenyap"
     "Dengan lenyapnya perwujudan maka kelahiran lenyap"
     "Dengan lenyapnya kemelekatan maka perwujudan lenyap"
     "Dengan lenyapnya keinginan maka kemelekatan lenyap"
     "Dengan lenyapnya perasaan maka keinginan lenyap"
     "Dengan lenyapnya kontak maka perasaan lenyap"
     "Dengan lenyapnya landasan enam indera maka kontak lenyap"
     "Dengan lenyapnya batin jasmani maka landasan enam indera lenyap"
     "Dengan lenyapnya kesadaran maka batin jasmani lenyap"
     "Dengan lenyapnya bentuk-bentuk karma maka kesadaran lenyap"
     "Dengan lenyapnya kebodohan maka bentuk-bentuk karma lenyap"

     "Begitu dikatakan. Apakah benar atau tidak, bagaimana hal ini terjadi"
     "Bhante, dengan lenyapnya kebodohan maka bentuk-bentuk karma lenyap, begitulah jadinya, dalam hal ini dengan lenyapnya kebodohan maka bentuk-bentuk karma lenyap"

23.   "Baik, para bhikkhu. Kamu sekalian mengatakan begitu, saya juga mengatakan : Itu benar, karena ini tidak benar; itu lenyap dengan lenyapnya ini, yakni dengan lenyapnya kebodohan maka bentuk-bentuk karma lenyap, dengan lenyapnya bentuk-bentuk karma maka kesadaran lenyap ..... dengan lenyapnya kelahiran maka usia tua dan kematian lenyap, juga kesedihan, ratap tangis, kesakitan, duka dan putus asa, itulah bagaimana semua penderitaan lenyap."
 24. Para bhikkhu, setelah mengetahui dan melihat hal ini, akankah kamu sekalian lari kembali ke masa lampau dengan berkata: Adakah kami ini pada waktu yang lampau? Apakah kami ada di waktu yang lampau? Apakah kami ini pada waktu yang lampau? Bagaimana kami ini di waktu yang lampau? Jadi apakah kami ini di waktu yang lampau?"
     "Tidak, bhante"
     "Setelah mengetahui dan melihat hal ini, apakah kamu sekalian lari ke depan ke masa yang akan datang dengan berkata: Akan adakah kita di masa datang? Akan tidak adakah kita di masa datang? Akan jadi apakah kita di masa datang? Akan jadi apakah kita di masa datang?"
     "Tidak, bhante"
     "Setelah mengetahui dan melihat hal ini kamu sekalian akan ragu-ragu tentang keadaan kamu sekarang dengan berkata : Adakah saya? Tidak adakah saya? Apakah saya? Bagaimanakah saya? Dari manakah makhluk ini datang? Ke mana makhluk ini akan pergi?"
     "Tidak, bhante"

 25. "Para bhikkhu, setelah mengetahui dan melihat hal ini, apakah kamu akan berkata: Guru kami hormati, kami bicara (sama dengan perbuatan) karena menghormati Guru?"
     "Tidak bhante?"
     "Mengetahui dan melihat hal ini apakah kamu akan berkata: Seorang bhikkhu mengatakan kepada kami, bhikkhu-bhikkhu yang lainnya berkata begitu juga, tetapi kami tidak berkata begitu!"
     "Tidak, bhante"
     "Mengetahui dan melihat hal ini, apakah kamu akan memberitahukan yang lain?"
     "Tidak, bhante"
     "Mengetahui dan melihat hal ini, apakah kamu sekalian akan kembali pada pekerjaan-pekerjaan para petapa dan brahmana biasa, kepada pertanda-pertanda baik yang dapat menyebabkan kericuhan."
     "Tidak, bhante"
     "Apakah kamu berbicara hanya tentang apa yang kamu sendiri ketahui, lihat dan alami?"
     "Ya, bhante"

 26. "Bagus, para bhikkhu. Dengan demikian kamu telah dibimbing olehKu dengan Dhamma yang nyata pada kehidupan sekarang di sini, bukan setelah beberapa waktu kemudian, mengundang untuk dibuktikan, maju terus dan dapat dialami sendiri oleh setiap orang bijaksana.
     Karena berdasarkan pada hal ini maka telah dikatakan: Para bhikkhu, inilah dhamma yang nyata pada kehidupan sekarang di sini, bukan setelah beberapa waktu kemudian, mengundang untuk dibuktikan, maju terus dan dapat dialami sendiri oleh setiap orang bijaksana"

 27. "Para bhikkhu, embrio (dalam kandungan) terjadi karena penggabungan tiga hal, yaitu: adanya pertemuan ayah dan ibu, tetapi ibu tidak ada makhluk yang siap terlahir (kembali), dalam hal ini tidak ada pembuahan dalam kandungan; ada pertemuan ayah dan ibu, ibu dalam keadaan masa subur, tetapi tidak ada makhluk yang siap untuk terlahir (kembali), dalam hal ini tidak ada pembuahan dalam kandungan; tetapi ada pertemuan ayah dan ibu, ibu dalam keadaan masa subur dan ada makhluk yang siap terlahir (kembali), maka terjadi pembuahan karena pertemuan tiga hal itu.

 28. Ibu mengandung selama sembilan atau sepuluh bulan dengan penuh beban kecemasan. Selanjutnya pada akhir sembilan atau sepuluh bulan dengan penuh beban kecemasan ibu melahirkan anaknya. Ketika bayi telah lahir, ia memeliharanya dengan darahnya sendiri; karma dalam vinaya ariya, susu ibu disebut sebagai darah.

 29. Karena kebutuhan untuk pertumbuhan maupun kebutuhan untuk pematangan indera-inderanya, anak itu bermain permainan anak-anak (ghatikam), seperti boneka bajak, pemukul kayu pendek dengan kayu panjang berjumpalitan, boneka, kincir angin, kereta, pengukur, busur dan anak panah.

 30. Karena kebutuhan untuk pertumbuhan maupun kebutuhan untuk pematangan indera-inderanya, anak remaja itu dilengkapi dan diliputi dengan lima macam keinginan indera dan menikmatinya, yaitu mata mengamati bentuk-bentuk (jasmani) yang diinginkan, disukai, sesuai, menyenangkan, berhubungan dengan keinginan indera dan membangkitkan nafsu; telinga mendengar suara-suara yang diinginkan, disukai, hidung membaui bau-bau yang diinginkan; lidah mengecap rasa yang diinginkan tubuh merasakan sentuhan yang diinginkan dan membangkitkan nafsu.

 31. Setelah melihat bentuk-bentuk dengan mata ia bergairah kalau hal itu menyenangkan; ia kesal kalau hal itu tidak menyenangkan; ia berada dalam keadaan perhatian tubuh (kayasati) tidak terbina dan pikiran terbatas (parittacetasa) tanpa mengerti bagaimana mencapai kesucian (cetovimutti) dan kesucian kebijaksanaan (pannavimutti) sehingga semua akusala dhamma yang jahat lenyap tanpa sisa. Sibuk karena ia melayani yang disukai dan tidak disukai, ketika ia merasakan suatu rasa yang menyenangkan, menyedihkan atau bukan menyenangkan maupun bukan menyedihkan, ia menyukai perasaan itu, mantap dengan itu dan melekat padanya. Ketika ia berbuat begitu, rasa suka muncul padanya. Sesungguhnya menyukai salah satu dari perasaan-perasaan itu adalah kemelekatan. Kemelekatan mengkondisikan 'perwujudan' (bhava), perwujudan mengkondisikan kelahiran, kelahiran mengkondisikan usia tua dan kematian, jika kesedihan, ratap tangis, kesakitan, duka dan putus asa. Itulah, bagaimana semua penderitaan ini.
     Karena mendengar suara dengan telinga ........
     Karena mencium bau dengan hidung ............
     Karena mengecap rasa dengan lidah .............
     Karena menyentuh sentuhan dengan tubuh ........
     Karena mengetahui obyek pikiran (dhamma) dengan pikiran ia bergairah kalau hal itu menyenangkan, ia kesal kalau hal itu tidak menyenangkan; ia berada dalam keadaan perhatian tubuh (kayasati) tak terbina dan pikiran terbatas (parittacetasa) tanpa mengerti bagaimana mencapai kesucian batin (cetovimutti) dan kesucian kebijaksanaan (pannavimutti) sehingga semua akusala dhamma yang jahat lenyap tanpa sisa. Sibuk karena ia melayani yang disukai dan tidak disukai, ketika ia merasakan suatu rasa yang menyenangkan, menyedihkan atau bukan menyenangkan maupun bukan menyedihkan, ia menyukai perasaan itu, mantap dengan itu dan melekat padanya. Ketika ia berbuat begitu, rasa suka muncul padanya. Sesungguhnya menyukai salah satu dari perasaan-perasaan itu adalah kemelekatan. Kemelekatan mengkondisikan 'perwujudan' (bhava), perwujudan mengkondisikan kelahiran, kelahiran mengkondisikan usia tua dan kematian, juga kesedihan, ratap tangis, kesakitan, duka dan putus asa. Itulah bagaimana asal mula semua penderitaan ini."

 32. - 33. "Para bhikkhu sekarang Tathagata muncul di dunia Arahat Samma Sambuddha (lihat Culahatthipadopama Sutta 13-21) ia mensucikan pikirannya dari keragu-raguan (vicikiccha)"

 34. - 37. "Setelah melenyapkan lima rintangan (nivarana), kotoran-kotoran batin yang melemahkan pengertian, jauh dari keinginan nafsu, jauh dari akusala dhamma, ia mencapai dan berada dalam Jhana I (seperti dalam Bhayabherava Sutta 23-26) Jhana II, Jhana III, Jhana IV dan telah mensucikan batinnya karena keseimbangan batin."

 38. "Setelah melihat bentuk-bentuk dengan mata, ia tidak bergairah kalau hal itu menyenangkan; ia tidak kesal kalau hal itu tidak menyenangkan; ia berada dalam perhatian tubuh (kayasati) yang terbina dan pikiran berpengertian yang tak terbatas bagaimana mencapai kesucian batin (cetovimutti) dan kesucian kebijaksanaan (pannavimutti) sehingga semua akusala dhamma yang jahat lenyap tanpa sisa. Setelah meninggalkan yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, ketika ia merasa suatu perasaan yang apakah menyenangkan, menyedihkan atau bukan menyenangkan maupun bukan menyedihkan, ia tidak menyukai perasaan itu tidak mantap dengan itu dan tidak melekat padanya. Ketika ia berbuat begitu rasa suka pada perasaan-perasaan itu lenyap. Dengan lenyapnya rasa suka maka kemelekatan lenyap; dengan lenyapnya kemelekatan maka 'perwujudan' lenyap dengan lenyapnya perwujudan maka kelahiran lenyap; dengan lenyapnya kelahiran maka usia tua dan kematian lenyap, juga kesedihan, ratap tangis, kesakitan, duka dan putus asa. Itulah bagaimana semua pendeitaan lenyap.
     Karena mendengar suara dengan telinga .......
     Karena mencium bau dengan hidung ...........
     Karena mengecap rasa dengan lidah .........
     Karena menyentuh sentuhan dengan tubuh ........
     Karena mengetahui objek pikiran (dhamma) dengan pikiran. Itulah bagaimana semua penderitaan lenyap"

 39. "Para bhikkhu, ingatlah kesucian karena pelenyapan total dari keinginan (tanhasankhayavimutti) yang saya uraikan ini. Tetapi bhikkhu Sati Kevattaputta telah terperangkap dalam jaring nafsu yang besar dan terkungkung oleh nafsu."
     Inilah yang dikatakan oleh Sang Tathagata. Para bhikkhu sangat puas dan senang terhadap kata-kata dari Sang Bhagava.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Xzone

[at] bro g.citra

Kayanya aye pernah denger tuh kata2 di gereja kalo gak salah, trus korek2 alkitab online (maklum gak kebeli alkitab) eh bener ada he..he..he..

_/\_
Selama buah dari suatu perbuatan jahat belum masak, maka orang bodoh akan
menganggapnya manis seperti madu;
Tetapi apabila buah perbuatan itu telah masak, maka ia akan merasakan pahitnya
penderitaan.

g.citra

QuoteDidalam kekeristenan sih hukum karma adalah hukum tabur-tuai, sebatas ukuran duniawi, yang tidak memiliki nilai kekal.
Bisa saja orang tersebut tidak mengerti, bisa juga beda dengan anda yang maybe dengan membaca komentar-komentar anda, seolah-olah anda terlihat bijaksana, tetapi orang tersebut tidak meributkan/memperdulikan, karena, tetapi melihat nilai kekekalan.

[at]  coecoe
maksudnya gimana nih ? bisa lebih diperjelas ?

gajeboh angek

coe, kayaknya yang laen belon pernah warning yak. kalo mao posting agama lain di board yang sesuai yak.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

ryu

Quote from: coecoe on 18 October 2009, 09:07:38 AM
Quote from: g.citra on 18 October 2009, 12:12:30 AM
QuoteDidalam kekeristenan sih hukum karma adalah hukum tabur-tuai, sebatas ukuran duniawi, yang tidak memiliki nilai kekal.
Bisa saja orang tersebut tidak mengerti, bisa juga beda dengan anda yang maybe dengan membaca komentar-komentar anda, seolah-olah anda terlihat bijaksana, tetapi orang tersebut tidak meributkan/memperdulikan, karena, tetapi melihat nilai kekekalan.

[at]  coecoe
maksudnya gimana nih ? bisa lebih diperjelas ?



Quote from: hendrako on 17 October 2009, 10:21:45 PM
Quote from: ryu on 17 October 2009, 10:16:58 PM
Quote from: hendrako on 17 October 2009, 10:10:31 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 06:45:50 PM
[at]  g.citra

Sepertinya anda dan rekan-rekan di sini tidak mengerti apa yang ingin saya sampaikan dan melihat saya sebagai "penoda dhamma". Ya sudah, saya hentikan saja sampai di sini. Terima kasih semua atas diskusinya. :)

_/\_

Saya salut dengan kesabaran anda untuk menjelaskan sampai sejauh ini.
NB: Tidak mengerti dan tidak mau mengerti adalah hal yang sangat berbeda........

_/\_
yang tidak mau mengerti dan tidak mengerti siapa aja ya ;D

Menurut anda, kira2 sapa saja?   ;D

klo melihat salah satu contoh kutipan percakapan diatas, ada pihak yang mempertahankan dan gak mau ditunjuk tetapi malah menunjuk-nunjuk (didalam spekulasi menyatakan akulah yang lebih tahu atau benar), ada yang gak mengerti, ada yang gak mau mengerti, ada yang gak mengerti juga gak mau mengerti.
saya salin kutipan-kutipan pada tulisan saya yang berwarna merah dari tulisan-tulisan teman-teman (seolah-olah itulah kebenaran menurut pandangan teman-teman), yah... klo saya sih cuma mo menjelaskan saja bahwa gak seperti itu kebenarannya seperti (menurut ukuran) pemahaman atau pandangan teman-teman.

sati.. sati..!

sebetulnya sederhana, tinggal tunjuk siapa orang yang di maksud tidak usah berkelat kelit atau bagaimana (atau memang tidak berani menunjuk orang? )
pertanyaan yang sederhana saja anda susah untuk menjawab cape dehhhh
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

Quote from: gachapin on 18 October 2009, 12:13:42 AM
coe, kayaknya yang laen belon pernah warning yak. kalo mao posting agama lain di board yang sesuai yak.
bukan warning lagi, dah pernah di bann =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

coecoe

capek deh..., bagaimana bisa jadi dhammaduta klo begitu?!!!
itu mah otoriter duta......
Who am i?

coecoe

gak membumi alias gak realitas alias masing diangan-angan.
Who am i?