News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Membuktikan kebenaran Hukum Karma?

Started by inJulia, 16 October 2009, 07:48:06 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Quote from: coecoe on 16 October 2009, 11:26:34 AM
^
^
benar bro ryu...
itu bisa masuk untuk kemungkinan no.2.
Matius 15:14   Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang."

apakah anda telah tercerahkan? atau orang buta?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

inJulia

Quote from: hatRed on 16 October 2009, 10:46:52 AM
Quote from: inJulia on 16 October 2009, 10:39:06 AM
Quote from: Hendra Susanto on 16 October 2009, 10:28:42 AM
wahai injulia... object nya orang dewasa...

baiklah klo objectnya anak kecil ditempat sepi, anak itu nangis lalu mengata2i anda atau ia berlari kemudian lapor ke ortunya... apa ini sudah cukup membuktikan skala kecil hukum kamma?
Hai Bro Hendra,

HUKUM, yang sempurna, BERLAKU DIMANAPUN, KEPADA SIAPAPUN, KAPANPUN. Tidak butuh, syarat ini atau itu.
8)


bro InJulia,

Hukum itu dibuat dengan syarat ini itu, jadi tidak mungkin ada hukum yg isinya tanpa syarat ini itu.

contoh :
"Yang Mencuri, akan Dipenjara" <--- yg di bold adalah syarat ini itunya loh..

nah coba sekarang kalo disesuaikan dengan pengertian hukum bro InJulia

"Akan dipenjara" <----- maksudnya ???

lagipula, hukum tidaklah kaku seperti itu. misal
"Membunuh dengan terencana, dihukum mati"
"Membunuh, di penjara"

di dua kalimat tadi berbeda akibatnya, karen ada perbedaan syarat..

dan bukan hanya itu saja, terkadang diperlukan pengadilan.

Yah itu hukum dunia, Diatas cuma analogi saja bahwa hukum itu memuat syarat2 juga, itulah yg saya namakan variabel2 di reply2 sebelumnya ;D




_/\_

Konteksnya Bro Hendra meminta agar yg digepuk adalah orang dewasa. Di sini saya maju dg menyatakan, Hukum yg sempurna bukan hanya berlaku untuk korban dewasa (seperti yg disyaratkan Bro Hendra) tapi harus berlaku pada siapapun, kapanpun, dimanapun.

Contoh Anda:
"Yang Mencuri, akan Dipenjara"
= Mencuri = sebab
= Dipenjara = Akibat.

Nah, apakah sebab akibat itu harus mempunyai syarat:
= Yang mencuri harus orang dewasa.
= Yang mencuri harus siang hari. (Kalau malam, sebab akibat ini ngga jalan, misalnya.)

kalau "Yang mencuri" harus begini begitu, waktu begini begitu, maka di sinilah kesempurnaan, hukum itu diuji. Sempurna atau ngga sempurna. Demikian, Bro.


Pointnya,
Samawi: Saya mohon, berdoa pada Tuhan minta rejeki, eh sungguhan dapat rejeki. Inilah BUKTI adanya Tuhan.

Buddhist: Temam seimanmu minta selamat dari bencana, toh tidak dikabulkan. Itu BUKTI Tuhan mu ngga ada.

Samawi: O...., Soalnya imannya ngga bulet, sih. jadi ngga dikabulkan. (kilahan yang mustahil dibuktikan)
=================
Buddhist: Ketika seseorang mencuri kemudian tertangkap, itulah BUKTI Hk Karma.

Samawi: Si X mencuri toh belum tertangkap. Ini BUKTI Hk Karma tidak ada. Atau you mau bilang Hukum karma: sebab mencuri akibatnya  hidup foya2? Tuch Edy Tansil, buktinya.

Buddhist: O, itu karena karma baik sebelumnya lagi berbuah, nanti kalau karma mencurinya dah masak, ia akan menderita. (Sama ngga bisa dibuktikan)
***
Ini perdebatan yang debat kusir, memaksakan kebenarannya sendiri. Apa yang BUKAN BUKTI dianggap, dinilai sebagai BUKTI SECARA SEPIHAK. Kenapa masing-masing menilai itu bukti? yah di sini yang saya maksud MEMAKSAKAN DIRI SENDIRI.

Padahal yang di sebut HUKUM yang sempurna, harus berlaku DIMANAPUN, KAPANPUN, PADA SIAPAPUN.

nah, sekian dulu, ya Teman2, sampai ketemu besok.

Thanks Anumodana.


inJulia

Quote from: Hendra Susanto on 16 October 2009, 10:51:07 AM
QuoteHUKUM, yang sempurna, BERLAKU DIMANAPUN, KEPADA SIAPAPUN, KAPANPUN. Tidak butuh, syarat ini atau itu.

YTH Injulia... apabila begitu pemikiran anda, saya tidak dapat berkata2 lagi... mungkin anda lupa dengan sebab akibat yang saling bergantungan... ada ini maka timbul itu, tidak ada ini maka tidak timbul itu.

terima kasih atas perhatiannya.

semoga anda berbahagia

_/\_

Hai Bro Hendra,

Kita sekedar tukar pikiran.

Dari dului saya ngga mampu membuktikan kebenaran Hukum Karma.
kalau ada teman2 di sini yang mampu, saya sangat berterima kasih.

Thanks
_/\_


hatRed

#63
bro, masih ingat tulisan saya tentang "variabel"?

yg mo dibuktikan karma siapa? orang lain atau diri sendiri?

makanya saya ada pernah bilang juga, kalo memang begitu. kita belum bisa membuktikan..

seperti yg saya katakan bahwa pembuktian itu bagi saya sebuah proses, makanya saya pakai kata belum.
i'm just a mammal with troubled soul



bond

#64
Apakah bisa membuktikan hukum kamma?

Pembuktian hukum kamma dapat dibuktikan secara sederhana dan sampai yg paling rumit.

Hal yang sederhana adalah :

Anda mencuri lalu ditangkap polisi---hal yg sederhana. Lalu muncul argumen bagaimana kalau tidak tertangkap polisi,tetap saja suatu saat akhirnya tertangkap juga.

Bagaimana dengan koruptor-----Sama dengan si pencuri tadi.

Yang pasti seseorang yang melakukan karma buruk pada kelahiran ini juga seperti dua contoh diatas, batinnya tidak akan pernah tenang, damai melainkan batinnya selalu gundah. Walaupun secara kasat mata ia terlihat menikmati perbuatan buruknya sebenarnya ia merasa tersiksa jika tidak terpenuhi setiap hasratnya. Penderitaan batin inilah juga bentuk dan bukti adanya hukum kamma yg bekerja.


Bagaimana melihat hukum kamma yg begitu rumit?(kalau yg diatas adalah contoh yang sederhana)

Misal: tidak ada angin, tiba2 rumah kita menjadi sasaran rampok. Padahal semua pintu dan lain2 sudah sewaspada mungkin.

Nah untuk kerumitan ini hendaknya seseorang jangan cuma berargumen dengan mengatakan sulit membuktikan. Menjadi sulit karena hanya dipikir2 saja. Cobalah gunakan alat yg pas untuk melihat yg rumit tadi.

Metodenya/alatnya adalah dengan bervipasanna sampai melihat jelas paticasamupada maka akan terjawab semua kerumitan hukum kamma. Sama halnya menggali tanah seharusnya dengan cangkul, sekop atau sejenisnya bukan dengan sebatang sapu lidi.

Sesungguhnya jika kita mengatakan hukum kamma tidak bisa dibuktikan itu karena kebodohan batin(avijja) sendiri sehingga muncul kesimpulan demikian. Maka hendaknya kita menyadari mengapa kita tidak mampu untuk membuktikan? dan gunakan tool yg ada. Seberapa besar usaha yg diperlukan utk memakai tool itu harus kita jalankan jika tekad untuk mengetahui benar2 untuk melihat kebenaran. Jika kita beralasan tool/vipasana susah dan lain2, maka kita telah tertipu oleh si penipu kilesa. Dan artinya bukan benar2 membuktikan tapi cuma bermain-main sebatas intelektual saja. Kalau sudah begini dijamin 100% hukum kamma tidak akan terbukti NYATA.

Kalau saja hukum kamma yg sederhana dan nyata tidak bisa dipahami maka walahualam deh..mengapa demikian? seringkali manusia membuat hal yg sederhana menjadi rumit. Dan yang rumit dibuat menjadi keblinger...

Smoga bermanfaat _/\_

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

ryu

^^^ paling gampang sih, itu ada dua jawaban, perbuatan tuhan atau hantu ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Begini saja. Yang mengatakan bisa membuktikan hukum kamma, boleh dijelaskan dan ditunjukkan kepada saya satu niat yang menghasilkan sesuatu. Jika ada variable-nya, juga disertakan, sehingga kita bisa mendapatkan bukti yang nyata.
Silahkan.

wen78

#67
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 11:55:14 AM
Begini saja. Yang mengatakan bisa membuktikan hukum kamma, boleh dijelaskan dan ditunjukkan kepada saya satu niat yang menghasilkan sesuatu. Jika ada variable-nya, juga disertakan, sehingga kita bisa mendapatkan bukti yang nyata.
Silahkan.
nambahin sedikit... ;D

dan siapa yg menjadi HUKUM nya saat ini? ;D
maksudnya.. ketika sesuatu dikatakan adalah hukum karma, siapa yg menjadi hukumnya(yg mengetuk palu)?
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

ryu

^^ tidak menjawab pertanyaan tathagata pecah kepalanya?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

wen78

Quote from: ryu on 16 October 2009, 12:03:59 PM
^^ tidak menjawab pertanyaan tathagata pecah kepalanya?
wakakakkakakakakaka........
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

K.K.

Quote from: ryu on 16 October 2009, 12:03:59 PM
^^ tidak menjawab pertanyaan tathagata pecah kepalanya?

Di mana kita bisa cari sekarang ini Tathagata-nya dan bagaimana memaksanya bertanya?

hatRed

maksud si InJulia gini...

misal kita lagi jalan2 terus tau tau ada orang yg dicopet.

nah hal apakah yg membuat si korban itu menderita demikian?

apakah ada yg bisa menjabarkannya? kan kalo sang Buddha bisa tuh menjelaskan.. kek gini

"oh.. dulunya tuh orang begitu"
"Oh.. dulunya tuh orang begini"

gitu loh ;D cmiiw
i'm just a mammal with troubled soul



CHANGE

Quote from: coecoe on 16 October 2009, 11:15:21 AM
Quote from: CHANGE on 16 October 2009, 10:39:15 AM
Quote from: coecoe on 16 October 2009, 09:59:38 AM
[at]  change
saya mo coba memberi perbandingan.
anda menilai saya dari apa yang anda tidak tahu.
klo saya menulis dari apa yang saya baca/lihat atas tulisan anda.
ada bedanya gak?
siapa yang disebut fanatik?
apa akibatnya klo sudah terikat fanatisme, siapa yang tidak mau belajar, melihat atau membuka (konsep-konsep pengetahuan) diri?
seperti yang aku sudah tulis tentang arti spekulasi. apa bedanya pengetahuan Buddha atau mereka yang tercerahkan  dengan awam? dalam proses pembelajaran dalam kehidupan kita apakah kita harus tetap fanatik, memegang teguh, mempercayai sepenuhnya tehadap pengetahuan diri dan menutup diri terhadap pendapat yang lain?


HATI SEEKOR TIKUS
Tuhan menjawab : "hai Tikus, selama hatimu tikus, sekalipun badan jasmani kamu, status kamu menjadi sebesar kucing, anjing, harimau atau apapun .... keberanianmu tetap tikus. Lebih baik kamu berdoa supaya sekalipun badanmu tikus, tetapi hatimu sekokoh harimau sehingga sekalipun badanmu tikus engkau tetap tidak akan ketakutan terhadap apapun".

Pesan Moral :
Jika anda berjiwa, berhati dan berpikiran tikus ( pecundang ), jangan berharap anda  menjadi PAHLAWAN ( pemberani ). Sikap dan sifat tikus akan terlihat dari setiap perkataan dan perbuatan anda baik disadari maupun tidak di sadari.

Semoga Bermanfaat


Saya tidak pernah menilai anda, karena saya tidak mengenal anda. Dan saya tidak kompeten menilai anda. Maka saya mengajak anda berdua untuk berdiskusi dengan baik. Karena tulisan yang tidak bermanfaat dan membingungkan tidak ada gunanya dilanjutkan. Tentu anda mengerti teori sederhana ini. Jika anda tidak mengerti, saya tidak ada kalimat lain untuk mewakili lagi ungkapan ini.

Karena saya pernah mengalami sendiri ( melihat seseorang diteriaki TOLOL oleh lawan diskusi ) karena cara dia bersilat kata, muter-muter, plin-plan dalam waktu yang lama. Seperti cerita dibawah ini, yang mengambarkan jati diri sebenarnya :

Keledai Yang Memakai Kulit Singa
"Jika kamu menutup mulutmu, mungkin saya akan berlari ketakutan juga. Tetapi kamu kamu malah mengaum dan mengeluarkan suara ringkikanmu yang parau."

Orang bodoh mungkin bisa menipu dengan pakaian dan penampilannya, tetapi dari perkataanya, orang lain akan segera tahu siapa dirinya sebenarnya.

Semoga Bermanfaat.

SEKALI LAGI, saya hanya mengajak anda berdua BERDISKUSI DENGAN BAIK dalam FORUM ini, karena ini adalah menunjukkan kebenaran SIAPA ANDA SEBENARNYA. APAKAH ANDA SETUJU ?


'Karena saya pernah mengalami sendiri ( melihat seseorang diteriaki TOLOL oleh lawan diskusi ) karena cara dia bersilat kata, muter-muter, plin-plan dalam waktu yang lama.'.

ada 2 kemungkinan bro change :
1. yang terlihat kebodohannya, si pendengar melihat kebodohannya, berarti pendengar memiliki kebijaksanaan/pintar.
2. tidak terselami kebenarannya, si pendengar berteriak  'TOLOL', berarti pendengar bertindak oleh karena EMOSI, karena kemelekatan keakuannya.

Kemelekatan keakuannya bagi saya pribadi adalah kental ( maklum bukan orang suci ), dan ini saya sadari setelah belajar Buddha Dhamma, dan saya belajar terus karena tujuan adalah mengikis ke AKU an. Inilah INDAHNYA BUDDHA DHAMMA YANG LUAR BIASA, setiap melepas  keegoan, saya merasa bahagia ( walaupun sesaat ). Ini adanya bagian kecil dari Buddha DHamma yang saya ketahui. Sama seperti penilaian point 2 yang anda lakukan juga pernah saya lakukan, sebenarnya ini menunjukkan bahwa ke AKU an ini lebih parah dari orang yang anda nilai. Ini penderitaan yang harus kita alami dari ke aku an. Mungkin anda berpendapat lain, tidak apa-apa.

Jika kita mau belajar dari kesalahan diri sendiri, sebenarnya jika telah mulai mengikis ke akuan. Tetapi jika mengulangi kesalahan sebenarnya kita lagi mempertebal keegoan

Sama seperti cerita diatas terutama yang anda kutip. Jika kita menyadari bahwa kebenaran yang anda sampaikan seandainya tidak dimengerti oleh siapapun ( lebih dari 2 orang ), tetapi  tidak merubah apapun tetapi tetap mempertahankan, maka sebenarnya dalam bentuk pertanyaan " APAKAH KEAKUAN YANG TINGGI SEDANG DIPERTAHANKAN ? ".

Jika memang tidak ada keakuan yang dipertahankan, kenapa masih banyak yang tidak mengerti. Berarti apakah keakuan ( kita semua ) tidak boleh mengatakan bahwa ini adalah sikap yang mempertunjukkan KEBODOHAN diri sendiri.

Jika memang ada keakuan yang dipertahankan, kenapa masih banyak yang tidak mengerti ( cuma anda mengerti ). Berarti apakah ketiadaan AKU boleh mengatakan jangan terjebak dengan "AJARAN SESAT", yang selalu menciptakan provokasi untuk menciptakan ketidakharmonisan dan penderitaan/DUKKHA.

Saya berbicara dengan ke AKU an ( karena saya bukan BUDDHA, ARAHAT atau orang suci ), karena saya masih dalam PROSES YANG SANGAT LAMA. Mungkin anda lebih baik dari saya dari segi ke akuan. Bagi saya setiap orang adalah guru saya untuk menyadari mana yang baik dan mana yang buruk, bahkan termasuk orang yang paling menjengkelkan ( KEEGOAN TINGGI ) adalah guru yang terbaik. Dan anda termasuk guru. :)

Ini ada 2 artikel yang patut disimak :

KACA JENDELA YANG KOTOR

Dari ruang kerjanya, di sebuah gedung perkantoran yang megah, seorang pengusaha menertawakan kaca jendela pesaingnya yang berada di seberang kantornya.

Katanya, "Jendelanya pasti adalah jendela yang paling kotor di kota ini," ejeknya pada setiap orang yang datang menemuinya.

Suatu hari seorang bijak mampir ke kantornya. Seperti biasa, pengusaha ini menunjuk ke seberang kantornya, ke arah kantor pesaingnya, dan berkata, "Lihat betapa kotor jendela pesaingku itu."

Orang bijak ini tersenyum lalu menyarankan pada pengusaha ini untuk membersihkan kaca jendelanya terlebih dahulu. Pengusaha ini pun memenuhi saran dari si orang bijak.

Sesaat setelah kaca jendelanya dibersihkan ia berkomentar, "Betapa mengherankan, begitu aku membersihkan kaca jendelaku. Ternyata kaca jendela pesaingku kini tampak sangat bersih dan bening, setelah dilihat dari kacaku yang telah kubersihkan."

Sesuatu yang tampak kotor disebabkan oleh pandangan kita sendiri yang buram ( kotor ).

Semoga Bermanfaat

Dengan suatu cerita yang sama diatas

MEMPERMALUKAN KEBENARAN

Seorang pejabat dalam suatu pemerintahan di China, mengadakan pesta besar-besaran dan mengundang banyak tamu termasuk seorang Bhiksu tua dengan tujuan untuk mempermalukan Bhiksu tersebut.
Para tamu dipersilahkan masuk dan duduk dibangku yang telah disediakan, tetapi khusus untuk Bhiksu dipersilahkan duduk di lantai dengan alas seadanya.

Pejabat : Bhiksu Tua, Silahkan duduk diatas lantai ini sesuai dengan kebiasaan kamu di Vihara, untuk menghormati kebiasaanmu duduk bersila ( dengan nada menghina dan merendahkan )

Bhiksu Tua : Terima Kasih atas kebaikannya ( dengan nada tulus )

Beberapa saat setelah semua tamu datang, pejabat tersebut tersebut mengumpulkan semua tamu dengan menghadap ke arah Bhiksu, dan dengan nada kemenangan dan menghina, pejabat tersebut dengan suara yang cukup keras

Pejabat : Bapak dan ibu sekalian, coba lihat Bhiksu Tua, kita semua duduk ditempat terhormat, sedangkan dia hanya duduk dilantai bagaikan SEONGGOK KOTORAN binatang, sungguh menjijikkan dan memalukan. Ha, ha, ha...

Semua tamu ikut tertawa terbahak-bahak, seakan-akan memang demikian adanya. Beberapa saat kemudian semua terdiam dan tertegun karena melihat dan mendengar Bhiksu tua tersebut tersenyum dan ikut tertawa. Pejabat merasa keheranan dan penasaran sehingga bertanya.

Pejabat : Bhiksu Tua, apa yang kamu tertawakan, seharusnya anda marah besar dan kecewa.

Sambil tersenyum dengan tenang dan damai, Bhiksu Tua tersebut menjawab

Bhiksu Tua : Pada saat hati dan pikiran kita seperti Buddha, maka setiap makhluk/manusia yang saya pandang dan lihat juga seperti Buddha ( berpotensi mencapai Kebuddhaan ), tetapi pada saat hati dan pikiran anda seperti SEONGGOK KOTORAN, maka setiap makhluk/manusia yang anda pandang dan lihat juga seperti SEONGGOK KOTORAN.

Setiap tamu dan pejabat menjadi diam seribu bahasa dan menyesali dan menyadari perilaku yang salah, setelah mengetahui,memahami dan mengerti serta mengalami KEBENARAN tersebut. Akhirnya pejabat dan sebagian besar tamu tersebut menjadi murid Bhiksu Tua tersebut

Semoga Bermanfaat

_/\_ 

bond

#73
Saya akan berikan contoh sederhana :

Ketika seseorang mencuri, apakah batinnya tenang? dan tidak dihantui ketakutan kalau2 dia tertangkap?
Saat dia akan mencuri, apakah hatinya tidak was2 bahkan sampai deg2an kalau2 ketahuan...
Dan ketika mencuri dan tertangkap bukankah itu buah nyata secara kasat mata. Dan saat dipenjara batinnya gelisah dan menyesal, apakah itu?
Jika seseorang kabur saja, itu sudah tanda takut, artinya buah pikiran negatif menyebakan ketakutan.


Dari sini kita tahu dari niat tidak baik saja sudah mempengaruhi batin seseorang entah dalam skala kecil atau besar...

Apakah ada yg ingin menyangkal bahwa melakukan perbuatan tidak baik saat itu juga atau batin orang itu dalam keadaan damai,tenang dan sejahtera?

Inilah fakta hukum kamma bekerja.

_/\_






Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

bond

#74
Quote from: wen78 on 16 October 2009, 12:03:25 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 11:55:14 AM
Begini saja. Yang mengatakan bisa membuktikan hukum kamma, boleh dijelaskan dan ditunjukkan kepada saya satu niat yang menghasilkan sesuatu. Jika ada variable-nya, juga disertakan, sehingga kita bisa mendapatkan bukti yang nyata.
Silahkan.
nambahin sedikit... ;D

dan siapa yg menjadi HUKUM nya saat ini? ;D
maksudnya.. ketika sesuatu dikatakan adalah hukum karma, siapa yg menjadi hukumnya(yg mengetuk palu)?

Oleh karena diri sendiri pulau itu tercipta, oleh karena diri sendiri pulau itu hancur.....
Seringkali kita berpikir saya tidak ingin menderita. Tetapi tindakannya tidak mengarah pada tindakan mengakhiri penderitaan. Artinya sadar atau tidak sadar ia telah memilih untuk menderita, maka  itulah sebabnya dan menjadi menderita adalah akibatnya. Jangan berpikir kalau kita berpikir tidak ingin menderita artinya benar2 niatnya tidak ingin menderita, hati2 ilusi  ^-^
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada