News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Membuktikan kebenaran Hukum Karma?

Started by inJulia, 16 October 2009, 07:48:06 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

g.citra

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 02:51:59 PM
Quote from: g.citra on 17 October 2009, 02:32:37 PM
Apa yang anda rasakan setelah nanti anda memberi, itu obyek yang akan menjadi akibat (sebagai bentuk langsung) bagi anda ... :)

Gimana ?

Ini seperti orang mengatakan bisa membuktikan teori Gravitasi, menguraikan panjang lebar tentang gravitasi, lalu ketika ditanya "jika ada benda dengan luas x, massa y, dijatuhkan dari ketinggian z, berapa lama waktunya mencapai tanah?" Lalu dijawab, nanti sewaktu menjatuhkan bendanya, tekan "start" di stopwatch, ketika mencapai tanah, tekan "stop" di stopwatch. Angka yang tertera itulah jawabannya.



Dan menurut anda itu belum sebuah bukti ?

Kalo emang gitu, balik saya yang nanya nih bro ... :))

Sejauh mana anda mengenal hukum kamma ? Menurut anda apakah hukum itu tak ada hubungannya dengan hukum-hukum  lain yang dikenal (berdiri sendiri) ? atau sebaliknya ?


K.K.

Quote from: ryu on 17 October 2009, 02:44:02 PM
Karena hubungan ayah dan ibu ;D kalo mo di buktikan cek DNA aja ;D
Ya, betul. Memang menurut biologi seperti itu. Tidak ada sangkut pautnya dengan hukum kamma. :)



Quote from: ryu on 17 October 2009, 02:45:51 PM
Kalo buah yang langsung anda mendapat ucapan terima kasih, anda mempunyai perasaan senang karena telah membantu orang itu.

kalo anda merasa tidak senang itu beda lagi ;D
Jadi dengan adanya bukti bahwa seseorang berdana mendapatkan ucapan terima kasih dan menjadi senang, sudah bisa dikatakan hukum kamma terbukti?

Kalau begitu, anda pasti jenis yang mengakui keberadaan Tuhan karena ada bukti seseorang berdoa dan mendapatkan keinginannya.


dhammadinna

Stau g, hukum kamma gak bisa dibuktikan oleh umat awam. Kita sudah terlahir dalam jumlah yang tidak terkira. Bny sekali jejak kamma yang bs berbuah saat ini dan di masa depan. Selama kita belum mampu melihat masa lampau dan memiliki pengetahuan tentang seluruh faktor yang menyebabkan berbuahnya kamma tersebut, kita tidak bisa membuktikan hukum kamma secara clear dan exact. Tp seorang samma sambuddha, mampu membuktikannya karena beliau memiliki kemampuan dan pengetahuan. Beliau pernah menceritakan mengapa seorang arahat bisa meninggal terbunuh, dll.  Intinya, hukum kamma sangat complicated dan hanya bisa dibuktikan oleh orang2 tertentu saja.

g.citra

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 02:58:09 PM

Jadi dengan adanya bukti bahwa seseorang berdana mendapatkan ucapan terima kasih dan menjadi senang, sudah bisa dikatakan hukum kamma terbukti?

Saya pikir penjelasan bro Ryu, itu dah cukup membuktikan ... Apakah anda belum merasa itu cukup membuktikan bro Kai ?

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 02:58:09 PM
Kalau begitu, anda pasti jenis yang mengakui keberadaan Tuhan karena ada bukti seseorang berdoa dan mendapatkan keinginannya.

Dalam Buddhis yang saya kenal, tak ada sesuatu yang gak mungkin ... Anda percaya dengan alam dewa ?
Andapun tahu tentunya ada alam dewa yang masih bisa berinteraksi denagn alam manusia ... :)
Kalau percaya dan telah mengetahui (ada di buku), tentunya 'judge' seperti diatas gak perlu ditulis lagi ... Toh penjelasan tentang 'Tuhan' yang bisa menolong (menurut versi lain) dah demikian jelas di tafsirkan dalam Buddhisme ... :)

bond

Imasmim Sati Idam Hoti - Dgn adanya ini, terjadilah itu
Imassuppada Idam Uppajjati - Dgn timbulnya ini, timbullah itu
Imasmim Asati Idam Na Hoti - Dgn tdk adanya ini, tdk adalah itu
Imassa Nirodha Idam Nirujjati - Dgn tdk timbulnya ini, tdk timbullah itu
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 02:58:09 PM
Quote from: ryu on 17 October 2009, 02:44:02 PM
Karena hubungan ayah dan ibu ;D kalo mo di buktikan cek DNA aja ;D
Ya, betul. Memang menurut biologi seperti itu. Tidak ada sangkut pautnya dengan hukum kamma. :)



Quote from: ryu on 17 October 2009, 02:45:51 PM
Kalo buah yang langsung anda mendapat ucapan terima kasih, anda mempunyai perasaan senang karena telah membantu orang itu.

kalo anda merasa tidak senang itu beda lagi ;D
Jadi dengan adanya bukti bahwa seseorang berdana mendapatkan ucapan terima kasih dan menjadi senang, sudah bisa dikatakan hukum kamma terbukti?

Kalau begitu, anda pasti jenis yang mengakui keberadaan Tuhan karena ada bukti seseorang berdoa dan mendapatkan keinginannya.


saya rasa ada perbedaan konsep karma dan TUHAN. Konsep karma itu berlaku untuk semua orang, sedangkan katanya konsep Tuhan itu ya berlaku untuk agama tertentu saja.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

g.citra

Quote from: Melia Yansil on 17 October 2009, 03:11:40 PM
Stau g, hukum kamma gak bisa dibuktikan oleh umat awam.

Yang gak bisa buktiin itu cuma orang-orang yang memang belum tau sama sekali tentang hukum kamma dan orang-orang yang tidak merasa puas akan kenyataan bekerjanya hukum kamma yang bisa secara simpel dibuktikan ...

Quote from: Melia Yansil on 17 October 2009, 03:11:40 PM
Kita sudah terlahir dalam jumlah yang tidak terkira. Bny sekali jejak kamma yang bs berbuah saat ini dan di masa depan.

Betul ... memang demikian adanya ...

Quote from: Melia Yansil on 17 October 2009, 03:11:40 PM
Selama kita belum mampu melihat masa lampau dan memiliki pengetahuan tentang seluruh faktor yang menyebabkan berbuahnya kamma tersebut, kita tidak bisa membuktikan hukum kamma secara clear dan exact.

Yang jadi masalah, bukan seberapa banyak memiliki pengetahuan seperti itu, tapi seberapa kita bisa mengerti hakikat kamma itu sendiri ...

Quote from: Melia Yansil on 17 October 2009, 03:11:40 PM
Tp seorang samma sambuddha, mampu membuktikannya karena beliau memiliki kemampuan dan pengetahuan. Beliau pernah menceritakan mengapa seorang arahat bisa meninggal terbunuh, dll.  

Kalau di pikiran anda keluar sebuah kata "MENGAPA" pasti aja gak bakal ada beresnya ... :))
Karena anda sudah menginginkan sebuah jawaban yang bersifat intelektual belaka dan itu tidak akan selesai selama anda tidak merasa puas (Jawaban sebagai 'akibat' akan menimbulkan sebuah 'sebab baru' >>> reaksi batin) ...

Quote from: Melia Yansil on 17 October 2009, 03:11:40 PM
Intinya, hukum kamma sangat complicated dan hanya bisa dibuktikan oleh orang2 tertentu saja.

Saya setuju ... Karena itulah diskusi mengenai hal ini bisa menjadi panjang dan berlarut larut ... :))


ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

dhammadinna

G jadi diskonek :))  G pribadi sih gak terlalu musingin pembuktian hukum kamma. Yo wess, lanjut diskusi lah kalo menurut kalian perlu  ;D

g.citra

Quote from: Melia Yansil on 17 October 2009, 03:37:12 PM
G jadi diskonek :))  G pribadi sih gak terlalu musingin pembuktian hukum kamma. Yo wess, lanjut diskusi lah kalo menurut kalian perlu  ;D

Nah itu dia sis ... :))

yang penting, ngerti aja udah cukup koq ... Perlu bukti? pikir sendiri ajalah, toh tiap saat juga ngerasain (biarpun gak ngeh/eling) ... :))

K.K.

Quote from: g.citra on 17 October 2009, 02:57:13 PM
Dan menurut anda itu belum sebuah bukti ?

Kalo emang gitu, balik saya yang nanya nih bro ... :))

Sejauh mana anda mengenal hukum kamma ? Menurut anda apakah hukum itu tak ada hubungannya dengan hukum-hukum  lain yang dikenal (berdiri sendiri) ? atau sebaliknya ?

Dalam salah satu jataka, ada kisah di mana kambing akan dipotong dalam upacara korban, tetapi karena pelaku upacara telah disadarkan, ia tidak jadi melakukannya. Namun terjadi kilat yang menyambar batu, dan batu tersebut pecah. Salah satu serpihannya memotong kepala kambing tersebut. Dikatakan bahwa akibat dari kamma tersebut adalah kematian (umur pendek) dan waktu berbuahnya sudah matang, sehingga walaupun tidak disebabkan oleh si pelaku upacara, maka ada sebab lain yang terjadi, yaitu sambaran petir.

Di sini kita lihat bahwa walaupun kamma berinteraksi dengan hukum lain, akibatnya adalah jelas. Di sini ada kisah sebab dan akibat yang jelas. Orang yang tidak belajar hukum kamma tidak tahu bahwa umur pendek tersebut adalah hasil dari pembunuhan di masa lampau. Itu adalah khas hukum kamma. Satu niat/cetana, menghasilkan suatu buah. Kalau hanya mengatakan hubungan suami-istri menghasilkan anak, memberi sesuatu dapat ucapan terima kasih, seperti saya katakan, tidak usah belajar hukum kamma juga tahu.



Quote from: g.citra on 17 October 2009, 03:15:18 PM
Saya pikir penjelasan bro Ryu, itu dah cukup membuktikan ... Apakah anda belum merasa itu cukup membuktikan bro Kai ?
Membuktikan hukum biologi, maksudnya? Ya, sudah cukup membuktikan.


QuoteDalam Buddhis yang saya kenal, tak ada sesuatu yang gak mungkin ... Anda percaya dengan alam dewa ? Andapun tahu tentunya ada alam dewa yang masih bisa berinteraksi denagn alam manusia ... :)
Kalau percaya dan telah mengetahui (ada di buku), tentunya 'judge' seperti diatas gak perlu ditulis lagi ... Toh penjelasan tentang 'Tuhan' yang bisa menolong (menurut versi lain) dah demikian jelas di tafsirkan dalam Buddhisme ... :)
Bukan kepercayaannya yang sama, tetapi jenis orangnya yang sama, yaitu berdasarkan 1 bukti yang tidak valid, ditarik suatu kesimpulan yang mutlak.


K.K.

Quote from: ryu on 17 October 2009, 03:25:33 PM
saya rasa ada perbedaan konsep karma dan TUHAN. Konsep karma itu berlaku untuk semua orang, sedangkan katanya konsep Tuhan itu ya berlaku untuk agama tertentu saja.
Bagi orang yang menganut konsep Tuhan, hukuman Tuhan tetap berlaku bagi semua orang.


g.citra

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 04:21:27 PM
Dalam salah satu jataka, ada kisah di mana kambing akan dipotong dalam upacara korban, tetapi karena pelaku upacara telah disadarkan, ia tidak jadi melakukannya. Namun terjadi kilat yang menyambar batu, dan batu tersebut pecah. Salah satu serpihannya memotong kepala kambing tersebut. Dikatakan bahwa akibat dari kamma tersebut adalah kematian (umur pendek) dan waktu berbuahnya sudah matang, sehingga walaupun tidak disebabkan oleh si pelaku upacara, maka ada sebab lain yang terjadi, yaitu sambaran petir.

Di sini kita lihat bahwa walaupun kamma berinteraksi dengan hukum lain, akibatnya adalah jelas. Di sini ada kisah sebab dan akibat yang jelas. Orang yang tidak belajar hukum kamma tidak tahu bahwa umur pendek tersebut adalah hasil dari pembunuhan di masa lampau. Itu adalah khas hukum kamma. Satu niat/cetana, menghasilkan suatu buah. Kalau hanya mengatakan hubungan suami-istri menghasilkan anak, memberi sesuatu dapat ucapan terima kasih, seperti saya katakan, tidak usah belajar hukum kamma juga tahu.

Lalu yang di bold itu anda pandang sebagai apa ? bukan bukti kamma ? lalu apa ?



Quote from: ryu on 17 October 2009, 02:45:51 PM
Kalo buah yang langsung anda mendapat ucapan terima kasih, anda mempunyai perasaan senang karena telah membantu orang itu.

kalo anda merasa tidak senang itu beda lagi ;D

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 04:21:27 PM
Membuktikan hukum biologi, maksudnya? Ya, sudah cukup membuktikan.

Tulisan bro Ryu yang saya bold itu apakah berbau tentang hukum biologi ?  :-?



Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 04:21:27 PM
Bukan kepercayaannya yang sama, tetapi jenis orangnya yang sama, yaitu berdasarkan 1 bukti yang tidak valid, ditarik suatu kesimpulan yang mutlak.

Tuhan yang anda katakan tidak valid itu saya anggap hanya bentuk penyederhanaan kata dari keterbatasan manusia dalam memikirkan akibat (atau sesuatu) yang dialami dalam kehidupannya

Sudahkah anda berpikir untuk 'mendefinisikan Tuhan' seperti ini ?
Semoga setelah berpikir, kata itu tidak lagi menjadi 'racun' dalam menghambat keyakinan dan pemahaman anda yang memang sudah baik ... :)

Saya menyadari pemikiran dan tingkat pemahaman tiap orang tidak sama ... dan saya tidak dapat, memaksakan sesuatu yang telah kita peroleh untuk diberikan karena adanya perbedaan tingkat pemikiran dan pemahaman ini ...

Karena itu, saya juga tidak ingin memaksa agar anda mencoba memikirkannya karena sesungguhnya pembuktian dari manfaat tulisan saya itu tidak akan memberikan saya keuntungan dan kerugian apa-apa ... semuanya anda (dan yang membaca tulisan ini) yang akan merasakan (sebagai 'vipaka' karena berdiskusi dengan saya) ... :)

salam,
g.citra

Nevada

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 02:27:17 PM
Begini saja, kita langsung eksperimen. Hari ini saya akan berdana Rp. 50.000,- ke seseorang (non-Buddhis) untuk biaya susu anaknya yang baru lahir. Dana atas dasar pikiran empati akan keadaannya yang sulit. Saya mau tanya yang (katanya) bisa buktikan hukum kamma, buah apakah yang akan terjadi dari perbuatan ini, bagaimana prosesnya dan kapan terjadinya. Kalau ada yang bisa menjelaskan dan memberitahukan dengan tepat, saya akan cabut kata-kata saya tentang hukum kamma tidak bisa dibuktikan.

Kalau hanya meramalkan "berdasarkan hukum kamma, anda akan mendapatkan ucapan terima kasih", lebih baik tidak usah di-post.

Baiklah. Saya akan memberi penjelasan dan saya juga meminta jawaban dari Anda.


Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya. Setelah itu, apakah ibu itu akan berpikiran, "Hai, sobat, lain kali aku tidak ingin menerima pemberianmu."?

Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun senang dan menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya, dan ibu itu memberitahukan hal ini kepada orang-orang terdekatnya. Apakah orang-orang dan ibu itu akan berkata kepada Anda, "Hai, sobat, Anda telah berbuat jahat sekali. Pergilah kami tidak ingin kau berbuat baik."?

Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun senang dan menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya. Dan ternyata hal ini dilihat dan diketahui oleh orang lain ataupun teman Anda. Apakah mereka akan berucap, "Hai, sobat, perbuatanmu sungguh memalukan. Aku kecewa menjadi temanmu."?

Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun senang dan menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya. Anda menanam pemikiran yang penuh cinta-kasih ketika hendak memberi uang itu, Anda memberikan uang itu dengan pikiran yang penuh cinta-kasih, dan Anda mengembangkan pemikiran cinta-kasih setelah memberikan uang itu. Apakah Anda akan berkata, "Hai, ibu, aku sangat menderita dengan pemberianku ini."?

Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun senang dan menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya. Anda menanam pemikiran yang penuh cinta-kasih ketika hendak memberi uang itu, Anda memberikan uang itu dengan pikiran yang penuh cinta-kasih, dan Anda mengembangkan pemikiran cinta-kasih setelah memberikan uang itu. Anda merenungkan kebaikan ini sehingga kebahagiaan menyertai hari Anda. Pembawaan Anda sangat menyenangkan. Apakah teman-teman yang berinteraksi dengan Anda saat itu akan berkata, "Hai, sobat, sikapmu menakutkan sekali. Kami pikir sebaiknya kami membawa senjata untuk melindungi diri dari sikapmu."?

Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun senang dan menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya. Anda menanam pemikiran yang penuh cinta-kasih ketika hendak memberi uang itu, Anda memberikan uang itu dengan pikiran yang penuh cinta-kasih, dan Anda mengembangkan pemikiran cinta-kasih setelah memberikan uang itu. Anda merenungkan kebaikan ini sehingga kebahagiaan menyertai hari Anda. Pembawaan Anda sangat menyenangkan. Anda terus berusaha mempertahankan kebahagian mental ini. Menurut penelitian kedokteran, kebahagian dari rasa puas (syukur) membuat kesehatan seseorang lebih baik. Apakah setelah Anda mampu menjaga pikiran baik seperti ini, maka tubuh Anda akan letih-lesu?

Ada seorang ibu Non-Buddhis yang baru saja melahirkan anaknya, dan ia hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Ia terus berdoa kepada Tuhannya agar diberi kemudahan. Suatu saat, Anda mengetahui kondisinya dan Anda memberi uang Rp 50.000,- guna membeli susu untuk anaknya. Ia pun senang dan menerima pemberian dari Anda. Ia pun memberi susu untuk diminum anaknya. Anda menanam pemikiran yang penuh cinta-kasih ketika hendak memberi uang itu, Anda memberikan uang itu dengan pikiran yang penuh cinta-kasih, dan Anda mengembangkan pemikiran cinta-kasih setelah memberikan uang itu. Anda merenungkan kebaikan ini sehingga kebahagiaan menyertai hari Anda. Pembawaan Anda sangat menyenangkan. Anda terus berusaha mempertahankan kebahagian mental ini. Anda terus terdorong untuk berbuat baik karena Anda puas dengan berbuat kebaikan. Setiap harinya Anda melakukan perbuatan baik. Banyak orang yang mengenal Anda sebagai orang baik. Anda disukai oleh banyak orang... Hingga pada suatu saat Anda meninggal, banyak orang yang datang dan memberi penghormatan untuk Anda. Nama Anda dikenal sebagai orang bajik dan harumnya tercium sampai ke Alam Deva. Anda beroleh kehidupan baru sebagai makhluk deva karena moralitas Anda. Apakah Anda akan berpikir bahwa, "Pemberianku yang sebesar Rp 50.000,- disertai pemikiran cinta kasih telah membuatku terperosok dalam kesalahan dan hinaan banyak orang."?


Coba berikan jawabannya. Buah nyata apa yang akan terjadi pada hidup Anda setelah melakukan pemberian yang disertai empati itu?

pannadevi

#209
sorry Bro Upasaka...anda mengetik sutta ya Bro...kok mirip amat dg gaya Sang Buddha "selalu kalimat pengulangan"... ;D ;D

salut deh buat anda...

saya pikir tadi saya membaca sutta...two thumbs buat anda Bro... :jempol:
uraian anda mengena, saya setuju...