Membuktikan kebenaran Hukum Karma?

Started by inJulia, 16 October 2009, 07:48:06 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

hatRed

Quote from: bond on 17 October 2009, 01:02:46 PM
Quote from: hatRed on 17 October 2009, 12:46:13 PM
[at] es bon bon
aye siap ;D

anything for the truth

"give me the truth, even if it hurts me"

Coba Anda cubit tangan sendiri sekuat tenaga, is it hurts you? that's the truth law of kamma. Simple...how far you wanna go friend?  ;D

:-w  yg wah dikit napa
i'm just a mammal with troubled soul



g.citra

#181
Quote from: hatRed on 17 October 2009, 01:01:34 PM
hukum karma, siapa yg ngepost duluan sih? TSnya sopo? sang Buddha Gotama kan?

nah, apakah anda percaya sama Buddha Gotama?

kalo percaya ajah belom gmana ada minat buat ngebuktiin :P

Hat Red, dapet dari mana tuh kalo hukum kamma yang ngepost (jadi TS-nya) Sang Buddha ?  :-?

tambahan ... Buddha yang mana (banyak lho) ... ? Apa cuman Buddha Gotama doang ?  :-?

hatRed

Quote from: g.citra on 17 October 2009, 01:14:18 PM
Quote from: hatRed on 17 October 2009, 01:01:34 PM
hukum karma, siapa yg ngepost duluan sih? TSnya sopo? sang Buddha Gotama kan?

nah, apakah anda percaya sama Buddha Gotama?

kalo percaya ajah belom gmana ada minat buat ngebuktiin :P

Hat Red, dapet dari mana tuh kalo hukum kamma yang ngepost (jadi TS-nya) Sang Buddha ?  :-?

tambahan ... Buddha yang mana (banyak lho) ... ? Apa cuman Buddha Gotama doang ?  :-?

tipitaka ;D
i'm just a mammal with troubled soul



g.citra

Quote from: hatRed on 17 October 2009, 01:18:43 PM
Quote from: g.citra on 17 October 2009, 01:14:18 PM
Quote from: hatRed on 17 October 2009, 01:01:34 PM
hukum karma, siapa yg ngepost duluan sih? TSnya sopo? sang Buddha Gotama kan?

nah, apakah anda percaya sama Buddha Gotama?

kalo percaya ajah belom gmana ada minat buat ngebuktiin :P

Hat Red, dapet dari mana tuh kalo hukum kamma yang ngepost (jadi TS-nya) Sang Buddha ?  :-?

tambahan ... Buddha yang mana (banyak lho) ... ? Apa cuman Buddha Gotama doang ?  :-?

tipitaka ;D

Lha ... kan di Tipitaka juga Buddha Gotama ngaku, Beliau bukan 1-1 nya  Samma SamBuddha yang pernah ada ? :))

hatRed

yah... kalo yg buddha2 sebelomnya kan threadnya dah dihapus.. :whistle:
i'm just a mammal with troubled soul



g.citra

Quote from: hatRed on 17 October 2009, 01:24:15 PM
yah... kalo yg buddha2 sebelomnya kan threadnya dah dihapus.. :whistle:

Nah ini dia nih ... Bisa-bisa yg kayak gini bakal jadi muter-muter ... :))

Kalo ada pertanyaan Siapa yang ngapus ? trus jawab gimana ? :-?

nb: kalo yakin bakal muter2, jangan di puter2 lagi dah bro ... :))

K.K.

Quote from: g.citra on 17 October 2009, 01:10:09 PM
Lha bro Kai ... emang 'ilmu kamma' itu gak bahas hubungan makhluk dengan sekitar yah ?  :))
Atau emang dah demikian ter'obsesi'nya dengan kata-kata 'aku adalah pemlik,pewaris ... karmaku' itu tuh yang nyebab-in 'ilmu kamma' jadi 'tersekat' dan gak universal ?

Anda salah bro Kai !! Kalaupun anda seorang gembong mafia, pasti anda mikir apa untungnya saya suruh buat jitak kepala preman ... :))

nb: sambil santai ... oke ?!  ;)


Memang dibahas interaksi ke orang lain. Tapi kalau hanya sebatas itu, sungguh tidak bermanfaat dibahas, apalagi untuk dicoba-buktikan.
Ibaratnya orang mau mengenalkan satu ilmu baru, namun ternyata sebatas ilmu matematika tambah-kurang, lalu dikatakan ilmu baru.

Jika mau membuktikan hukum kamma, berikan sesuatu contoh dan penjelasan yang spesifik.


inJulia

Quote from: CHANGE on 17 October 2009, 10:32:41 AM
Sekedar analisa   :-?  mengenai hukum kamma, seandainya inJulia berkenan  :

Saya setuju bahwa hukum kamma secara detail dan akurat tersebut tidak dapat dibuktikan secara empiris oleh orang awam kecuali oleh Sammasambuddha. Dan bagi saya ini adalah kenyataan yang sangat MENGGEMBIRAKAN bagi saya dan tidak mengecewakan sama sekali, bahkan membuat saya lebih bertekad belajar Buddha Dhamma.

Bukankah ini adalah jawaban ekstrim ?
Tentu tidak. Karena  kenyataan ini adalah REALITAS KEBENARAN ajaran Sang Buddha mengenai kamma vipaka.  

Seperti yang dikatakan Sang Buddha  di sebuah sutta (A.N.4.77) bahwa ada empat hal yang tidak boleh terlalu dipikirkan. Jika anda berpikir terlalu jauh tentang empat hal ini, anda akan menjadi gila. Yang pertama adalah kekuatan seorang Buddha; yang kedua adalah kedalaman dan kekuatan jhana (meditasi penyerapan); yang ketiga adalah kamma-vipaka; dan yang keempat adalah spekulasi tentang dunia.

Sang Buddha memberikan jawaban pasti atas hukum kamma vipaka kepada muridnya. Seandainya kita tidak menpunyai kemampuan bathin yang memadai dan coba menganalisa secara partial mengenai kamma vipaka. Dan mecoba menjelaskan secara akurat, mungkin hari ini kita tidak berada di FORUM ini, tetapi berada di Rumah Sakit Jiwa. SANGAT BERUNTUNG PERINGATAN telah diberikan oleh Sang Guru. Jika tidak ada peringatan, apa yang terjadi pada setiap umat Buddhis.

Apakah analogi atau perumpamaan terhadap cara kerja kamma vipaka dibenarkan ? Tentu dibenarkan ( IMO ), tetapi tentu kita harus mengingat bahwa kita hanya menggunakan variable/komponen/parameter yang sangat terbatas ( yang kasat mata saja ).
Contoh sederhana untuk membuat kue kita memerlukan terigu, gula, air, soda kue dll untuk menghasilkannya kue tersebut, dan hasil kue bisa berbeda dari segi rasa, kwalitas, dll. ( Inilah metode sederhana yang biasa kita lakukan ).

Tetapi jika ditelaah lebih lanjut mengapa kue yang dihasilkan tersebut berbeda, padahal menggunakan formula yang sama. Dan disini kita mulai mengalami kesulitan untuk menjelaskan. Sebagai contoh terigu dengan merk sama juga memberikan hasil yang berbeda. Jika ditelusuri lebih lebih lanjut maka akan bertanya mengenai Cara Pengolahan Pabrik, penyimpanan, cara Taman, Bibit Unggul bijian-bijian, cuaca, pupuk dll, belum lagi bahan yang lain. Bisa bayangkan berapa juta variable/komponen/parameter yang harus di analisa secara mendetail untuk menjelaskan pembuatan satu kue secara akurat. Dan saya tidak berani membayangkan berapa banyak variable yang akan digunakan untuk menganalisa hanya satu kehidupan ini ( belum lagi kehidupan-kehidupan yang lampau ).Karena setiap hari berapa banyak sebab akibat yang kita ciptakan melalui pikiran,ucapan dan perbuatan, jika anda sanggup dapat mengingatnya. Dan ini BUKAN MEMBUKTIKAN bahwa hukum kamma itu tidak ada, melainkan hanya ketidakkemampuan/keterbatasan untuk menjelaskan cara kerja hukum kamma. Misalkan Koran kompas digunakan untuk membungkus narkotika, tentu bukan penerbit yang disalahkan, tetapi pemakai Koran/pengedar tersebut.
Contoh lain adalah mengenai artikel " KEPASTIAN dan KEBETULAN "

Dan secara logika bahwa kehidupan ini adalah PROSES dari SEBAB AKIBAT. Siapa  didunia ini  yang berani membantah KENYATAAN INI !!!!. Inilah kebesaran Sang Guru  yang sangat dibanggakan.Keterbatasan manusia dan dewa mengenai cara kerja Kamma Vipaka, tidak memyebabkan manusia dan dewa selalu terkurung dalam KEGELAPAN BATHIN. Karena Sang Guru mengajarkan Dhamma ( rakit ) untuk kita jalani yakni JM8, 4KM, Dana ( kedermawanan ), Sila, Samadhi, Panna, dll. Dengan tujuan untuk terbebas dari segala keterbatasan dengan usaha sendiri. Inilah yang saya katakan Buddha Dhamma adalah INDAH dan MENAKJUBKAN. Karena Sang Guru mengetahui dan memahami keterbatasan yang dimiliki oleh manusia dan tidak berhenti sampai disini, tetapi melanjutkan dengan memberikan SOLUSI-SOLUSI untuk terbebas dari keterbatasan tersebut. Jadi semuanya tergantung dari setiap TEKAD setiap insan manusia.

Kesimpulan :
Kita sebenarnya hanya KECEWA atas keterbatasan diri sendiri, bukan kecewa terhadap hukum kamma. Seperti pertanyaan inJulia, sebenarnya mempertanyaan keterbatasan diri sendiri dan kita semua dengan tidak menyadarinya. Dan seakan-akan hukum kamma dikorbankan. Dengan keterbatasan meminta jawaban ketidakbatasan.

IMO, pertanyaan inJulia secara positif memberikan motivasi dan dukungan kepada saya untuk memperdalam Buddha Dhamma, karena  merupakan pertanyaan yang menggambarkan kenyataan. Terima Kasih atas pertanyaannya dan pernyataannya.

IMO, saya pasti kecewa terhadap Buddha Dhamma jika ada yang dapat menjelaskan secara akurat cara kerja kamma. Tetapi saya sangat BAHAGIA dan BANGGA jika TIDAK ADA yang dapat menjelaskan secara akurat cara kerja kamma. Berarti ajaran Buddha Dhamma adalah KENYATAAN YANG INDAH dan MENAKJUBKAN KARENA TIDAK ADA RAHASIA atau KEBOHONGAN.

Saya akan kecewa berat bahkan meninggalkan Buddha Dhamma seandainya Sang Buddha dikatakan sebagai Maha Kuasa, Maha Pencipta, dll tetapi KENYATAAN lapangan adalah IMPOTEN ( tidak sesuai dengan gelar yang dipakai ). Berarti KEBOHONGAN PUBLIK.

Yang saya tulis hanya sekedar analisa, jika ada kata-kata yang tidak berkenan, mohon maaf sebesar-besarnya

Semoga Semua Makhluk Barbahagia

_/\_


Thanks Bro Change,
Demikian memang pemahaman saya pribadi.
Anda lebih mampu menjabarkan.

Ketidak mampuan kita membuktikan Hk Karma, sama sekali tidak perlu menggoyahkan saddha kita.

Taruh, letakkan pada proporsinya, seimbang, wajar.
Berusaha mengangkat, menjungjung (misalnya: menyatakan bahwa Hk Karma dapat kita-kita buktikan), konsekuensinya ini menurunkan, mementahkan isi  sutta (A.N.4.77) bahwa ada empat hal yang tidak boleh terlalu dipikirkan.

Thanks
_/\_

g.citra

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 01:44:24 PM
Quote from: g.citra on 17 October 2009, 01:10:09 PM
Lha bro Kai ... emang 'ilmu kamma' itu gak bahas hubungan makhluk dengan sekitar yah ?  :))
Atau emang dah demikian ter'obsesi'nya dengan kata-kata 'aku adalah pemlik,pewaris ... karmaku' itu tuh yang nyebab-in 'ilmu kamma' jadi 'tersekat' dan gak universal ?

Anda salah bro Kai !! Kalaupun anda seorang gembong mafia, pasti anda mikir apa untungnya saya suruh buat jitak kepala preman ... :))

nb: sambil santai ... oke ?!  ;)


Memang dibahas interaksi ke orang lain. Tapi kalau hanya sebatas itu, sungguh tidak bermanfaat dibahas, apalagi untuk dicoba-buktikan.
Ibaratnya orang mau mengenalkan satu ilmu baru, namun ternyata sebatas ilmu matematika tambah-kurang, lalu dikatakan ilmu baru.

Jika mau membuktikan hukum kamma, berikan sesuatu contoh dan penjelasan yang spesifik.



oke... oke ... :))
contohnya yg diatas aja lah ...

Anda saya suruh memberi uang kepada pengemis ... nah ini tentu ada sebabnya bukan ?
beberapa sebab antara lain : anda kenal saya, atau anda berada pada posisi yg memungkinkan untuk berkomunikasi dengan saya ... ini cetana saya, dan ini vipaka anda (terkondisi untuk disuruh) ... Kalau anda rasa itu baik dan menyenangkan, anda akan bercetana untuk memberi ... demikian sebaliknya (ada juga kemungkinan anda tetap memberi karena gak enak sama saya atau anda tidak memberi karena anda tidak memegang uang saat itu, padahal itu anda sadari sebagai obyek yang menyenangkan)... :)

Lanjut... Seandainya anda memberi ...
Saat memberi, anda terpikir oleh perbuatan anda SAAT melakukan hal itu ... Senang, biasa aja atau Tidak  ... Lalu setelah memberi, anda mendapat sambutan (respon dari sipengemis*) ... Hal ini anda rasakan ... Anda bahagia, biasa aja atau tidak setelahnya, itulah vipaka langsung anda karena memberi ...

Apakah setelah itu putus begitu aja ?
Tidak ... rangkaian yang terjadi adalah sebagian kehendak yang langsung berakibat ... Terlepas dari itu, ada dua hal dari cetana anda yang masih menunggu untuk berbuah ...

Apa itu ?
Pikiran anda  DISAAT anda memberi, dan Pikiran anda SETELAH anda memberi itulah yang nanti masih akan berakibat ... berbuahnya gimana ? Sebaiknya jangan dilanjut deh, gak ada habisnya ... :))

* saat si pengemis menerima uang, ia menerima vipaka yang dilanjut dengan cetana selanjutnya yakni bersikap terima kasih (senang atau marah dsb) dan nantinya juga akan berakibat buat dia karena juga akan tergantung pada kondisi pikiran pengemis SAAT dan SETELAH menerima uang itu ...

Gitu dulu dah ...

K.K.

Quote from: g.citra on 17 October 2009, 02:05:14 PM
Anda saya suruh memberi uang kepada pengemis ... nah ini tentu ada sebabnya bukan ?
beberapa sebab antara lain : anda kenal saya, atau anda berada pada posisi yg memungkinkan untuk berkomunikasi dengan saya ... ini cetana saya, dan ini vipaka anda (terkondisi untuk disuruh) ... Kalau anda rasa itu baik dan menyenangkan, anda akan bercetana untuk memberi ... demikian sebaliknya (ada juga kemungkinan anda tetap memberi karena gak enak sama saya atau anda tidak memberi karena anda tidak memegang uang saat itu, padahal itu anda sadari sebagai obyek yang menyenangkan)... :)

Lanjut... Seandainya anda memberi ...
Saat memberi, anda terpikir oleh perbuatan anda SAAT melakukan hal itu ... Senang, biasa aja atau Tidak  ... Lalu setelah memberi, anda mendapat sambutan (respon dari sipengemis*) ... Hal ini anda rasakan ... Anda bahagia, biasa aja atau tidak setelahnya, itulah vipaka langsung anda karena memberi ...

Apakah setelah itu putus begitu aja ?
Tidak ... rangkaian yang terjadi adalah sebagian kehendak yang langsung berakibat ... Terlepas dari itu, ada dua hal dari cetana anda yang masih menunggu untuk berbuah ...

Apa itu ?
Pikiran anda  DISAAT anda memberi, dan Pikiran anda SETELAH anda memberi itulah yang nanti masih akan berakibat ... berbuahnya gimana ? Sebaiknya jangan dilanjut deh, gak ada habisnya ... :))

* saat si pengemis menerima uang, ia menerima vipaka yang dilanjut dengan cetana selanjutnya yakni bersikap terima kasih (senang atau marah dsb) dan nantinya juga akan berakibat buat dia karena juga akan tergantung pada kondisi pikiran pengemis SAAT dan SETELAH menerima uang itu ...

Gitu dulu dah ...


Maaf, saya masih tidak menangkap ada yang lain di sini.
Seseorang menyuruh orang lain memberikan dana, dalam hal ini tidak ada penjelasan sebab dan akibat, hanya faktor-faktor pendukung.
Tanpa pengetahuan hukum kamma, kita juga tahu kalau kita tidak kenal, kita tidak mungkin menyuruh orang berdana.

Kemudian setelah melakukan sesuatu menghasilkan salah satu dari 3 perasaan: menyenangkan, tidak menyenangkan, netral. Lagi-lagi tidak perlu hukum kamma pun orang tahu bahwa perasaan secara general terbagi menjadi 3 itu.

Lanjut lagi ke pikiran, itu juga salah satu reaksi psikologis saja. Ada orang memberi dengan pikiran terpaksa, pikirannya tidak bahagia. Ada orang memberi karena kasihan, ada orang memberi karena mau dipuji orang lain. Semuanya adalah common sense, tidak ada yang baru di sini.

Begini saja, kita langsung eksperimen. Hari ini saya akan berdana Rp. 50.000,- ke seseorang (non-Buddhis) untuk biaya susu anaknya yang baru lahir. Dana atas dasar pikiran empati akan keadaannya yang sulit. Saya mau tanya yang (katanya) bisa buktikan hukum kamma, buah apakah yang akan terjadi dari perbuatan ini, bagaimana prosesnya dan kapan terjadinya. Kalau ada yang bisa menjelaskan dan memberitahukan dengan tepat, saya akan cabut kata-kata saya tentang hukum kamma tidak bisa dibuktikan.

Kalau hanya meramalkan "berdasarkan hukum kamma, anda akan mendapatkan ucapan terima kasih", lebih baik tidak usah di-post.

g.citra

QuoteBegini saja, kita langsung eksperimen. Hari ini saya akan berdana Rp. 50.000,- ke seseorang (non-Buddhis) untuk biaya susu anaknya yang baru lahir. Dana atas dasar pikiran empati akan keadaannya yang sulit. Saya mau tanya yang (katanya) bisa buktikan hukum kamma, buah apakah yang akan terjadi dari perbuatan ini, bagaimana prosesnya dan kapan terjadinya. Kalau ada yang bisa menjelaskan dan memberitahukan dengan tepat, saya akan cabut kata-kata saya tentang hukum kamma tidak bisa dibuktikan.

Apa yang anda rasakan setelah nanti anda memberi, itu obyek yang akan menjadi akibat (sebagai bentuk langsung) bagi anda ... :)

Gimana ?

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 11:40:06 AM
Quote from: upasaka on 17 October 2009, 11:30:37 AM
Jangan memahami kalau disebarkan gosip = diadili secara hukum. Di postingan sebelumnya, saya hanya memberi contoh akibat-akibat yang bisa terjadi.

Sang Buddha mengurutkan akibat dari suatu perbuatan secara bertahap. Vipaka yang muncul karena reaksi sosial adalah paling nyata, dan ini diuraikan dengan jelas oleh Sang Buddha. Sebagian besar orang yang tak mengenal Buddhisme pun juga paham dengan akibat ini. Vipaka yang muncul karena sankhara (bentukan pikiran) ini dijelaskan juga oleh Sang Buddha. Hanya segelintir orang yang bisa menganalisa batinnya dengan jelas karena akibat dari suatu perbuatan. Vipaka yang muncul karena mendapat dukungan dari Niyama ini yang belum bisa dibuktikan secara otentik. Tapi gambarannya bisa kita lihat saat kini. Dan dengan mempelajari doktrin Buddhisme; seperti tilakkhana dan paticcasamuppada, kita bisa mencerna apa yang disampaikan oleh Sang Buddha.

Sang Buddha mengenalkan konsep Hukum Kamma untuk memberi pemahaman yang benar bagi semua orang. Bahwa jika kita berbuat sesuatu, maka kita akan mendapatkan akibatnya. Banyak sekali orang yang sudah tahu bahwa berzinah adalah tidak baik, namun ia tetap melakukannya. Ia menggunakan fasilitas yang membuatnya terlindung secara hukum, dan terus melakukan perbuatan tidak baik itu. Ia menganggap bahwa ia bisa bebas dari hukuman (akibat buruk), makanya ia terus bergumul di perbuatan itu. Atau ada juga pandangan bahwa tidak apa-apa bergumul dalam kejahatan, yang penting nanti setelah tua bertobat dan dia akan diampuni Tuhan. Itu semua adalah pandangan keliru. Sang Buddha mengajarkan konsep Hukum Kamma yang memang nyata di dunia ini, agar semua orang paham bahwa kapanpun, di mana pun, dan siapa pun yang berbuat, pasti akan menerima akibatnya.
Ya, kalau menawarkan konsep hukum kamma agar orang yang menerimanya bisa berubah lebih baik, saya setuju saja. Sama seperti kalau orang dikenalkan hukum tabur tuai dengan maksud orang lebih takut akan Tuhan (=banyak berbuat baik, kurangi berbuat jahat) saya juga setuju.
Yang saya tentang adalah klaim bahwa itu semua bisa dibuktikan.


Quote from: ryu on 17 October 2009, 11:32:51 AM
sejauh ini keberadaan TUHAN khan tidak pernah terbukti?

contoh kita sekarang memakai baju karena kita yang dulu (beberapa jam yang lalu) memakai baju (itu sebab akibat khan bukan karena Tuhan yang memakaikan baju ke kita)
Lalu kita ada/lahir di sini karena apa? Bisa dibuktikan kebenarannya?


Karena hubungan ayah dan ibu ;D kalo mo di buktikan cek DNA aja ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 October 2009, 02:27:17 PM
Quote from: g.citra on 17 October 2009, 02:05:14 PM
Anda saya suruh memberi uang kepada pengemis ... nah ini tentu ada sebabnya bukan ?
beberapa sebab antara lain : anda kenal saya, atau anda berada pada posisi yg memungkinkan untuk berkomunikasi dengan saya ... ini cetana saya, dan ini vipaka anda (terkondisi untuk disuruh) ... Kalau anda rasa itu baik dan menyenangkan, anda akan bercetana untuk memberi ... demikian sebaliknya (ada juga kemungkinan anda tetap memberi karena gak enak sama saya atau anda tidak memberi karena anda tidak memegang uang saat itu, padahal itu anda sadari sebagai obyek yang menyenangkan)... :)

Lanjut... Seandainya anda memberi ...
Saat memberi, anda terpikir oleh perbuatan anda SAAT melakukan hal itu ... Senang, biasa aja atau Tidak  ... Lalu setelah memberi, anda mendapat sambutan (respon dari sipengemis*) ... Hal ini anda rasakan ... Anda bahagia, biasa aja atau tidak setelahnya, itulah vipaka langsung anda karena memberi ...

Apakah setelah itu putus begitu aja ?
Tidak ... rangkaian yang terjadi adalah sebagian kehendak yang langsung berakibat ... Terlepas dari itu, ada dua hal dari cetana anda yang masih menunggu untuk berbuah ...

Apa itu ?
Pikiran anda  DISAAT anda memberi, dan Pikiran anda SETELAH anda memberi itulah yang nanti masih akan berakibat ... berbuahnya gimana ? Sebaiknya jangan dilanjut deh, gak ada habisnya ... :))

* saat si pengemis menerima uang, ia menerima vipaka yang dilanjut dengan cetana selanjutnya yakni bersikap terima kasih (senang atau marah dsb) dan nantinya juga akan berakibat buat dia karena juga akan tergantung pada kondisi pikiran pengemis SAAT dan SETELAH menerima uang itu ...

Gitu dulu dah ...


Maaf, saya masih tidak menangkap ada yang lain di sini.
Seseorang menyuruh orang lain memberikan dana, dalam hal ini tidak ada penjelasan sebab dan akibat, hanya faktor-faktor pendukung.
Tanpa pengetahuan hukum kamma, kita juga tahu kalau kita tidak kenal, kita tidak mungkin menyuruh orang berdana.

Kemudian setelah melakukan sesuatu menghasilkan salah satu dari 3 perasaan: menyenangkan, tidak menyenangkan, netral. Lagi-lagi tidak perlu hukum kamma pun orang tahu bahwa perasaan secara general terbagi menjadi 3 itu.

Lanjut lagi ke pikiran, itu juga salah satu reaksi psikologis saja. Ada orang memberi dengan pikiran terpaksa, pikirannya tidak bahagia. Ada orang memberi karena kasihan, ada orang memberi karena mau dipuji orang lain. Semuanya adalah common sense, tidak ada yang baru di sini.

Begini saja, kita langsung eksperimen. Hari ini saya akan berdana Rp. 50.000,- ke seseorang (non-Buddhis) untuk biaya susu anaknya yang baru lahir. Dana atas dasar pikiran empati akan keadaannya yang sulit. Saya mau tanya yang (katanya) bisa buktikan hukum kamma, buah apakah yang akan terjadi dari perbuatan ini, bagaimana prosesnya dan kapan terjadinya. Kalau ada yang bisa menjelaskan dan memberitahukan dengan tepat, saya akan cabut kata-kata saya tentang hukum kamma tidak bisa dibuktikan.

Kalau hanya meramalkan "berdasarkan hukum kamma, anda akan mendapatkan ucapan terima kasih", lebih baik tidak usah di-post.

Kalo buah yang langsung anda mendapat ucapan terima kasih, anda mempunyai perasaan senang karena telah membantu orang itu.

kalo anda merasa tidak senang itu beda lagi ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

kalau menurut sutta ini :
"Punna, selanjutnya dengarkanlah dan perhatikanlah dengan sungguh-sungguh apa yang akan saya katakan."
"Baiklah, Bhante," jawabnya. Selanjutnya Sang Bhagava berkata:

"Punna, terdapat empat jenis kamma yang dibabarkan oleh saya setelah pencapaian Penerangan Agung dengan pengetahuan langsung (abhinna). Apakah empat kamma (perbuatan) itu ? Ada perbuatan gelap dengan akibat gelap, ada perbuatan terang dengan akibat terang, ada perbuatan gelap dan terang dengan akibat gelap dan terang, ada perbuatan bukan gelap dan bukan terang dengan akibat bukan gelap pun bukan terang menuju kepada lenyapnya kamma.

Apakah perbuatan gelap dengan akibat yang gelap? Dalam hal ini seseorang melakukan perbuatan jasmani yang mengikat pada penderitaan, ia melakukan ucapan yang mengikat dengan penderitaan, ia melakukan perbuatan batin/mental yang mengikat pada penderitaan. Dengan melakukan hal tersebut, ia akan dilahirkan kembali dalam alam yang diliputi penderitaan. Ketika hal ini terjadi, kontak-kontak yang menyedihkan menyentuhnya. Disentuh oleh kontak-kontak tersebut, ia merasakan perasaan-perasaan yang tak menyenangkan dan menyakitkan seperti yang dialami oleh makhluk-makhluk dalam alam neraka. Demikianlah satu kelahiran makhluk disebabkan oleh makhluk itu sendiri. Ia terlahir kembali karena kamma yang dilakukannya. Ketika ia terlahir kembali, kontak-kontak menyentuhnya. Demikianlah saya katakan bahwa makhluk-makhluk adalah pewaris kamma mereka. Inilah yang disebut kamma gelap dengan akibat gelap.

Apakah perbuatan terang dengan akibat terang itu? Dalam hal ini seseorang melakukan perbuatan jasmani yang tidak mengikat dengan penderitaan, ia melakukan perbuatan batin/mental yang tidak mengikat pada penderitaan. Dengan melakukan hal tersebut, ia akan dilahirkan kembali dalam alam yang tidak diliputi penderitaan. Ketika hal ini terjadi, kontak-kontak yang tidak menyedihkan menyentuhnya. Disentuh oleh kontak-kontak tersebut, ia merasakan perasaan-perasaan yang menyenangkan dan sepenuhnya membahagiakan seperti makhluk-makhluk di alam subhakinna. Demikianlah satu kelahiran makhluk disebabkan oleh makhluk itu sendiri, ia terlahir kembali karena kamma yang dilakukannya. Ketika ia terlahir kembali, kontak-kontak menyentuhnya. Demikianlah saya katakan bahwa makhluk-makhluk adalah pewaris kamma mereka. Inilah yang disebut kamma terang dengan akibat terang.

Apakah perbuatan gelap dan terang dengan akibat gelap dan terang itu. Dalam hal ini seseorang melakukan perbuatan jasmani yang tidak mengikat dan mengikat pada penderitaan, ia melakukan ucapan yang tidak mengikat dan mengikat dengan penderitaan, ia melakukan perbuatan batin/mental yang tidak mengikat dan mengikat pada penderitaan. Dengan melakukan hal tersebut, ia akan dilahirkan kembali dalam satu alam yang diliputi penderitaan dan kesenangan. Ketika hal ini terjadi, kontak-kontak yang menyedihkan dan menyenangkan menyentuhnya. Disentuh oleh kontak-kontak tersebut, ia merasakan perasaan-perasaan yang tak menyenangkan dan menyenangkan seperti mahkluk-makhluk di alam manusia, beberapa dewa atau beberapa penghuni alam rendah. Demikianlah satu kelahiran makhluk disebabkan oleh makhluk itu sendiri, terlahir kembali karena kamma yang dilakukannya. Ketika ia terlahir kembali, kontak-kontak menyentuhnya. Demikian saya katakan bahwa makhluk-makhluk adalah pewaris kamma mereka. Inilah yang disebut kamma gelap dan terang dengan akibat gelap dan terang.

Apakah perbuatan bukan gelap maupun bukan terang yang akibatnya membawa kepada habisnya kamma? Dalam hal ini (tiga macam kamma) maksudnya adalah setiap kehendak (cetana) yang meninggalkan kamma gelap dengan akibat gelap atau setiap kehendak yang meninggalkan kamma terang dan gelap dengan akibat terang dan gelap. Inilah empat jenis kamma (perbuatan) yang saya babarkan setelah saya sendiri merealisasikannya dengan pengetahuan langsung (abhinna)."
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: g.citra on 17 October 2009, 02:32:37 PM
Apa yang anda rasakan setelah nanti anda memberi, itu obyek yang akan menjadi akibat (sebagai bentuk langsung) bagi anda ... :)

Gimana ?

Ini seperti orang mengatakan bisa membuktikan teori Gravitasi, menguraikan panjang lebar tentang gravitasi, lalu ketika ditanya "jika ada benda dengan luas x, massa y, dijatuhkan dari ketinggian z, berapa lama waktunya mencapai tanah?" Lalu dijawab, nanti sewaktu menjatuhkan bendanya, tekan "start" di stopwatch, ketika mencapai tanah, tekan "stop" di stopwatch. Angka yang tertera itulah jawabannya.