Membuktikan kebenaran Hukum Karma?

Started by inJulia, 16 October 2009, 07:48:06 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

inJulia

Maaf, Bro Kelana agar tidak mengganggu thread Bro Kemenyan, saya pisah aja, agar bisa lebih fokus.



Quote from: Kelana on 15 October 2009, 01:47:15 PM
Quote from: inJulia on 15 October 2009, 01:11:13 PM
Tuhan berpibadi, Hukum Karma adalah konsep untuk memuaskan intelektual kita. Gunanya agar kita berhenti menganalisa, berhenti bertanya-tanya. Keduanya sama-sama sulit dibuktikan kebenarannya.

=Samawi : Rahasia Tuhan
=Buddhis: Hanya Sang Buddha yg bisa, mampu menelusuri jalinan karma dan buahnya.

Kata lainnya, kita Umat Buddha juga ngga bisa buktikan kebenaran Hukum Karma.


Kata siapa kita tidak bisa membuktikan kebenaran hukum karma. Sdr/i InJulia??
Kita lapar kemudian kita berniat makan dan akhirnya kita makan dan kenyang. Apakah ini bukan hukum karma? tidak bisa ditelusuri??

Adalah hal yang berbeda antara kerahasiaan tuhan dengan ketidakmampuan kita menelusuri jalinan karma.

Dalam konsep kerahasiaan tuhan, sampai kapanpun, sebesar apapun "pengetahuan" manusia tidak bisa mengungkap kerahasiaan tuhan. Di sini tidka ada harapan untuk mengungkapkan rahasia tersebut.

Sedangkan dalam menelusuri jalinan karma, manusia akan mampu menelusurinya ketika manusia mencapai taraf "pengetahuan" tertentu, ketika hilangnya avijja. Di sini adanya harapan untuk mengetahui.

Jumpa lagi di"reinkarnasi" nich. :-)

<<Kata siapa kita tidak bisa membuktikan
<<kebenaran hukum karma. Sdr/i InJulia??
==========
Kata Sang Buddha. Hanya seorang Samma Sambuddha yang mampu menelusuri jalinan karma yang begitu jalin menjalin. Sang Buddha sudah menasehati, Hukum Karma adalah salah satu dari 4 Acinteya: Tak terpikirkan oleh kita, yang bukan seorang Samma Sambuddha.


<<Kita lapar kemudian kita berniat makan dan
<<akhirnya kita makan dan kenyang.
<<Apakah ini bukan hukum karma? tidak bisa ditelusuri??
==========
Bukan, atau lebih tepat: BELUM TENTU.
Coba kita ganti contohnya agar lebih jelas.
Dulu saya pernah berdialog, seorang Bhante menyatakan,"Ketika seseorang mencuri kemudian tertangkap, dipenjara. Bukankah ini adalah bukti adanya Hukum Karma?"

Saya waktu itu bilang,"Bukan, Bhante. Itu bukan bukti kebenaran Hk Karma."

Karena dalam hati,"Tidak SEMUA pencurian SELALU berakhir dengan penangkapan, banyak pencuri, koruptor yang tidak tertangkap, menikmati hasil pencuriannya, foya2. Dan, ketika seseorang mencuri dan tidak tertangkap, apa boleh kita bilang:
= Nah itu BUKTI ketiadaan Hk Karma!
= Nah, itu bukti Hk Karma, mencuri akibatnya hidup foya2 dan enak2.

Itilah "HUKUM" (menurut pemahaman saya, yang mungkin keliru): adalah sebab akibat yang pasti. KEPASTIAN,Bila "A" maka akibatnya "B".
Bila "A" akibatnya kadang "B', kadang "C", maka aturan ini belum bisa disebut sebagai HUKUM. Baru HIPOTESA, TEORI. (Bro Kelana, tolong buka KBBI-nya, ya. apa definisi HUKUM.)


Tentu kita semua tak akan setuju juga dengan dua kesimpulan itu, kan? Jawaban kita,Ia mencuri bisa hidup enak, tak tertangkap karena karma mencurinya belum berbuah, ia bahagia, enak2 karena perbuatan baiknya yang dulu lebih dulu masak.
Yup! yang kita-kita (bukan Samma Sambuddha) bisa simpulkan adalah KEMUNGKINAN DAN DUGAAN, alias HIPOTESA BELAKA. Belum bisa MEMASTIKAN mana karma yang membuahkan penangkapan, mana karma yang membuahkan enak2, foya2.

Yang bisa kita lakukan hanyalah MENDUGA, karena Sang Buddha sendiri sudah jelaskan, jalinan karma seseorang sangat ruwet jalin menjalin, kita tak bisa menelusuri, mana perbuatan yang berbuah ini, mana karma yang berbuah itu.

Menurut pemahaman saya,"Hukum Karma belum mampu kita buktikan kebenarannya. kita, Umat Buddha hanya meyakini, mengimani kebenarannya. Apa (Hk karma) yang belum mampu kita buktikan kebenarannya, bukan berarti (Hukum karma) tidak ada atau tidak benar."

yang kita imani, yakini,"Perbuatan buruk berakibat penderitaan. Perbuatan baik berakibat kebahagiaan".
Kita bukan meyakini: Mencuri berakibat ditangkap dan dipenjara, misalnya. karena FAKTANYA memang tidak semua pencurian berakhir dengan penangkapan.

Demikian pendapat pribadi saya, Bro Kelana.
Thanks

hatRed

mungkin maksudn Sang Buddha, kita tidak bisa memahami penuh :)

namun tidak berarti tidak bisa dibuktikan ;D
i'm just a mammal with troubled soul



g.citra

Kalo mau ngeliat yg gampang mah, gini aja Jul ... :))

Kamu kan dah buka thread, trus saya nulis koment ... itu dah sebab akibat ... sebabnya kamu buka thread, terus ada akibat yg kamu terima ...
Itu aja cukup! Kalo mau di korek lagi kenapa kamu buka thread, atau kenapa thread dipisahkan dsb, sama aja ujung-ujungnya kamu ngorek-ngorek asal mula alam semesta (sebab awal) ...  sama kayak orang ngilik kuping ... makin dikilik, makin asik ... jadi lupa waktu ... :))


Quote
Hanya seorang Samma Sambuddha yang mampu menelusuri jalinan karma yang begitu jalin menjalin. Sang Buddha sudah menasehati, Hukum Karma adalah salah satu dari 4 Acinteya: Tak terpikirkan oleh kita, yang bukan seorang Samma Sambuddha.

Ambil makna dari tulisan itu! jangan di telan mentah-mentah ...
Bicara mengenai penelusuran jalinan (rangkaian) kamma, akhir pencariannya dah saya tulis tuh diatas ... :))

Coba kalo dah gitu, muter-muter dan gak abis-abis kan ?  :D

_/\_

Jerry

Maap orang lewat numpang nyela...

Kata Sang Buddha yg tidak terpikirkan adalah "kamma-vipaka", akibat dari perbuatan yg susun menyusun demikian kompleksnya dlm mengondisikan terjadinya satu hal. Bukannya kebenaran ttg adanya Hukum Kamma. Selain itu, maksud Sang Buddha adalah hal ini tidak dapat ditembusi oleh pemikiran intelek seorang 'putthujjana' belaka.
appamadena sampadetha

coecoe

 :jempol: nice comment bro injulia.

keyakinan kepada yang benar (kebenaran) itu baik,
tetapi klo spekulasi itu dari siapa?
itulah mengapa guru Buddha mengajarkan sati.
_/\_
Who am i?

hatRed

#5
Quote from: inJulia on 16 October 2009, 07:48:06 AM


Bukan, atau lebih tepat: BELUM TENTU.
Coba kita ganti contohnya agar lebih jelas.
Dulu saya pernah berdialog, seorang Bhante menyatakan,"Ketika seseorang mencuri kemudian tertangkap, dipenjara. Bukankah ini adalah bukti adanya Hukum Karma?"

Saya waktu itu bilang,"Bukan, Bhante. Itu bukan bukti kebenaran Hk Karma."

Karena dalam hati,"Tidak SEMUA pencurian SELALU berakhir dengan penangkapan, banyak pencuri, koruptor yang tidak tertangkap, menikmati hasil pencuriannya, foya2. Dan, ketika seseorang mencuri dan tidak tertangkap, apa boleh kita bilang:
= Nah itu BUKTI ketiadaan Hk Karma!
= Nah, itu bukti Hk Karma, mencuri akibatnya hidup foya2 dan enak2.

Itilah "HUKUM" (menurut pemahaman saya, yang mungkin keliru): adalah sebab akibat yang pasti. KEPASTIAN,Bila "A" maka akibatnya "B".
Bila "A" akibatnya kadang "B', kadang "C", maka aturan ini belum bisa disebut sebagai HUKUM. Baru HIPOTESA, TEORI. (Bro Kelana, tolong buka KBBI-nya, ya. apa definisi HUKUM.)

kalo Hukum itu pasti, pdahal anda sendiri menolak kepastian itu (bukan berarti tidak pasti, hanya saja anda masih dangkal untuk mencari variable lain yg menyebabkan sesuatu itu terjadi)

kembali lagi dengan pengertian hukum bagi anda, anda menggangap hukum itu pasti, jadi kalo A pasti B.

sekarang saya tanya, apakah dalam dunia anda ada hukum yg mengikat seperti KUHP dan lain lain ?

apakah dalam hukum tersebut terdapat jelas pasal2 yg menjabarkan sebab akibat, lalu apakah anda yakin benar, pencuri itu pasti dipenjara?

nah kalo gak ketangkep polisi dan diadili bagaimana? apakah hukum KUHP itu pasti? kalau menurut anda tidak, kenapa ahli bahasa, menyertakan kata Hukum di KUHukumP ?

mngkin anda belajar dulu di Abhidhamma, disitu yg mengatur segala sesuatu tidak hanya Hukum Kamma.

i'm just a mammal with troubled soul



coecoe

Who am i?

hatRed

Saya akan memberi sebuah contoh,

Seorang analyst system, harus membuat sebuah system yg intinya dapat melaksanakan tugas2nya yaitu efektif. itu adalah tujuan utama saat membuat system, yaitu mendesain sedemikian rupa agar sistem itu dapat melaksanakan tugasnya sesuai proporsinya.

setelah itu adalah, bagaimana sang analyst sistem berusaha agar system itu dapat konsisten dan reliable. saat ini sang analyst harus berpikir keras, terhadap kemungkinan kemungkinan apa saja, yg dapat dimunculkan. seperti error apa saja yg akan terjadi dan bagaimana penanggulangannya. dan lain lainnya.

lalu setelah itu ke titik efisiensi.

walau ada banyak tahap, tapi saya garis besarkan menjadi tiga bagian tadi.

dalam bagian kedua, walaupun sang analyst bisa berpikir, tentang kemungkinan2 apa saja yg akan dialami system tetapi kemungkinan kejadian tak terduga adalah mungkin. saat itu sistem seakan2 menjadi error, mejadi tidak pasti. padahal yg dinamakan sistem adalah sesuatu yg pasti. atau saya menyebutkan dalam kamus saya "Memastikan sesuatu yg tidak pasti" :)

Nah, saat sistem yg saya buat berada dalam situasi ketidakpastian karena ada kejadian tak terduga yg belum saya perhitungkan sebelumnya. apakah berarti Sistem itu tidak bisa pasti ?

tentu saja sistem dapat dibuat sepasti mungkin, hanya saja kesalahan terletak pada sang analyst, yaitu kurangnya pemahaman dan pemikiran2 atas variabel variable yg mungkin muncul.

"Kita sebagai putthujana, mungkin tidak dapat memahami/mendesain sistem yg sangat pasti seperti sang buddha. namun setidaknya kita dapat membuat sistem yg efektif"
i'm just a mammal with troubled soul



hatRed

#8
Quote from: inJulia on 16 October 2009, 07:48:06 AM

Menurut pemahaman saya,"Hukum Karma belum mampu kita buktikan kebenarannya. kita, Umat Buddha hanya meyakini, mengimani kebenarannya. Apa (Hk karma) yang belum mampu kita buktikan kebenarannya, bukan berarti (Hukum karma) tidak ada atau tidak benar."

yang kita imani, yakini,"Perbuatan buruk berakibat penderitaan. Perbuatan baik berakibat kebahagiaan".
Kita bukan meyakini: Mencuri berakibat ditangkap dan dipenjara, misalnya. karena FAKTANYA memang tidak semua pencurian berakhir dengan penangkapan.

Demikian pendapat pribadi saya, Bro Kelana.
Thanks

ini adalah sebuah generalisir...

bagaimana suatu makhluk dapat mengalami apa yg akan dialaminya, itu adalah sangat beragam variablenya dan sangat dinamis dan bervariasi

tidak selau sama dengan lainnya.

harap baca baca dulu dengan keyword "Citta Utu Kamma Ahara"

saya beri contoh :

Bila saya taruh tangan saya diatas bara api, pasti saya akan kepanasan

nah dapat anda teliti disitu ada sebab dan akibat. saya anggap itu hukum kamma juga loh..

baik saya tanya kepada anda apakah hal tersebut adalah hal yg pasti?

kalau anda jawab ya, bisa saja saya jawab tidak. karena anda belum memikirkan variable2 lainnya.

misal, kalau saya memakai pelindung ditangan saya yg tahan panas, dan hanya menaruh diatas api sebentar saja. saya gak kepanasan tuh...

semoga mengejutkan  =P~  _/\_
i'm just a mammal with troubled soul



coecoe

#9
Quote from: hatRed on 16 October 2009, 08:46:55 AM
"Kita sebagai putthujana, mungkin tidak dapat memahami/mendesain sistem yg sangat pasti seperti sang buddha. namun setidaknya kita dapat membuat sistem yg efektif"


No.., guru Buddhapun hanya mengenalinya, the Truth, sehingga  Ia mencapai pembebasan/penerangan sempurna. Sehingga Dia tidak mempercayai atau mengenali pikiran (pengetahuan) yang bersumber dari egonya.
That's what guru Buddha say 'speculation'.


from Zen to Christ
« on: Yesterday at 10:27:08 AM »
   
aku mau memberi gambaran, seperti tahapan yang lama sudah aku tulis dimana dari tahap ke dua ada lagi experience selanjutnya, bukan hanya kekosongan belaka semata. dimana seperti guru Buddha tidak menjelaskannya karena bisa menimbulkan spekulasi (dimana bisa menjadi tidak berguna untuk kemajuan pembinaan batin).

apa hubungannya yah?!!!!

what did Gautama Buddha say when He reached Enlightenment (Nirvana)?
"Architect, finally i have met you
you will not rebuild your house again
but, i am your house, and you're living in me
oh, lord of my own ego,
you are pure illusion, you do not exist
the earth is my witness"


dan ini selanjutnya proses perjalanan iman seorang percaya.
in pure heart , there is no mind
as Word said 'you are the temple of God', let it be as a God's throne inside
you, not only the empiness alone.
from Zen to Christ.


tetapi murid banyak menilai kebenaran pengajaran dari guru Buddha kebalikannya dari seperti yang tertulis pada kutipan perkataan guru Buddha diatas, from the Architect, lord of our own ego self.
bagaimana bisa melihat the Truth from the pure illusion that did not exist actually, seperti guru Buddha telah melihatnya ketika Dia mencapai penerangan sempurna?
Dia yang telah mencapai pencerahan berjalan di dalam,
tetapi awam senantiasa berjalan diluar.
dia yang berjalan diluar, hidup berjalan di dalam his own ego,
dan dia yang berjalan didalam hidup didalam the Truth dari pengalaman Nibannanya.

kejutan lagi......    Slurps  Smiley  Namaste


_/\_


Who am i?

Hendra Susanto


hatRed

umm sorry om coecoe,

apa hubungannya tulisan yg om kuote dari saya dengan isinya ???

dan di sutta mana sang buddha mengatakan "speculation" itu ?

harap memberikan sumber yang jelas, kegiatan bohong membohongin tidak sejalur dengan buddhisme, tapi sejalur dengan agama samawi

maaf karena saya harus berehipassiko
_/\_
i'm just a mammal with troubled soul



K.K.

Saya setuju dengan inJulia bahwa keseluruhan hukum kamma tidak bisa dibuktikan. Sebagian kecil yang bisa kita buktikan adalah yang nyata seperti jika kita berpikir buruk (benci, iri hati) PASTI mengakibatkan penderitaan (pikiran tidak tenang). Itu pun hanya terbatas pada pembuktian kepada diri sendiri, karena hanya diri sendiri yang bisa menyadari dan mengetahui akibatnya tersebut. Kalau ada seorang munafik berpikiran jahat dan kita tanya "tenang atau tidak?", bisa saja dia jawab "tenang" dan apalah yang bisa dibuktikan?





Hendra Susanto

apakah sang kuda mencoba untuk menyesatkan??? klo iya maka perlu ditindaklanjuti...

Hendra Susanto

Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 09:28:58 AM
Saya setuju dengan inJulia bahwa keseluruhan hukum kamma tidak bisa dibuktikan. Sebagian kecil yang bisa kita buktikan adalah yang nyata seperti jika kita berpikir buruk (benci, iri hati) PASTI mengakibatkan penderitaan (pikiran tidak tenang). Itu pun hanya terbatas pada pembuktian kepada diri sendiri, karena hanya diri sendiri yang bisa menyadari dan mengetahui akibatnya tersebut. Kalau ada seorang munafik berpikiran jahat dan kita tanya "tenang atau tidak?", bisa saja dia jawab "tenang" dan apalah yang bisa dibuktikan?






kain coba keplak pala orang dijalan liat apa yang terjadi pada anda...

1. dikeplak balik
2. diludain
3. dipelototin
4. dibilang 'loe gila yak?!'