Membuktikan kebenaran Hukum Karma?

Started by inJulia, 16 October 2009, 07:48:06 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

bond

Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 02:09:08 PM
Quote from: bond on 16 October 2009, 01:52:11 PM
Quote
Sama saja kalau saya kembalikan bahwa kalian tidak bisa melihat Tuhan karena kedegilan hati (= menggali dengan sapu lidi). Juga orang yang melihat sebagai hukum Tuhan adalah orang yang "melek"; yang melihatnya sebagai hukum kamma adalah orang buta.



yang pasti tidak ada satupun didunia yg melihat tuhan(sesuai definisi agama samawi). Tapi ada Satu atau beberapa yang melihat hukum kamma.

Nah bro sendiri sudah membuktikan hukum kamma tidak terbukti?

Jika seseorang ingin mengenalkan adanya hukum kamma, sebaiknya dia membuktikan kepercayaannya, bukan menantang orang lain untuk membuktikan sebaliknya. Kalau menanyakan saya demikian, bukankah seperti saya tanya, "memangnya anda bisa buktikan Tuhan ga ada?"

:)) Siapa yg menantang terlebih dahulu dan meminta untuk membuktikan, apa ada yg salah dengan bertanya sebaliknya?

Kalo saya ditanya bilang buktikan Tuhan ngak ada, saya bisa katakan memang tidak ada dalam definisi agama samawi....cukup satu pertanyaan saya utk mereka , apa mereka pernah ketemu Tuhan seperti kopdar? cukup katakan pernah atau tidak, kalau pernah ajak saya ketemu dia langsung....saya pasti datang mo lihat :))
Bukankah juga sudah dibuktikan keberadaan hukum kamma dari yang sederhana bagaimana, dan yang rumit bagaimana?  tapi sekali lagi ada hal2 tidak sesuai tool yg ada.




Saya sendiri menggenggam hukum kamma sebagai kepercayaan saya. Tetapi saya katakan juga bahwa hukum kamma secara pasti, tidak bisa dibuktikan. Sebagian yang sangat-sangat kecil yang bisa dibuktikan terbatas hanya untuk diri sendiri, bukan kepada orang lain.

Silakan Anda menggenggam itu sesuai apa yg Anda kehendaki, bila itu dirasakan nyaman

Membicarakan kamma tidak bisa lepas dari kehidupan masa lampau karena memang kita percaya semua adalah akibat dan konsekwensi dari sebab. Kita lihat di antara para meditator yang memiliki kesaktian melihat masa lampau saja berkembang begitu banyak kepercayaan (ada Eternalisme, Semi-Eternalisme, Tanpa-Sebab, dll), apalagi membuktikan di kalangan orang biasa yang tidak punya kesaktian melihat masa lampau? Itulah sebabnya saya tidak menganjurkan untuk berkeras hati mencoba membuktikan hukum kamma, karena mau tidak mau akan terjebak (seperti bro inJulia katakan) sebagaimana orang berkeras hati membuktikan adanya Tuhan.

Mengapa terjadi begitu banyak kepercayaan, kembali kepada cara/alat yg dipakai agar menjadi pandangan benar. Lalu kalau ditanya bagaimana? tanya dulu diri Anda apakah siap? ^-^ Bisa2 dipelintir lagi pandangan benar yang bagaimana? bukankah itu relatif menurut si A ini dan si B itu...kalau sudah begini melihat kebenaran ya sudahlah saya pun tidak bisa apa2, mencuri pun jadi pandangan benar nantinya.
[/size]


Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

K.K.

Quote from: upasaka on 16 October 2009, 02:37:08 PM
Mau bukti nyata hukum kamma? Hukum kamma yang seperti bagaimana? Kalau yang sederhana seh banyak...

Anda berdiskusi di sini. Kalau ada orang yang senang pada postingan Anda, akan ada ucapan terimakasih, anumodana, atau bahkan GRP meluncur ke ID Anda.

Itu salah satu contoh kamma dan vipaka. Lalu? :)



Yang paling sederhana pun tidak apa, asal bisa dibuktikan.
Vipaka itu datangnya dari mana? Misalnya saya posting dan ada 2 orang yang senang. Lalu yang satu mengucapkan terima kasih/anumodana, satu lagi GRP. Kok berbeda? Dari mana rumusnya?


Nevada

Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 02:49:11 PM
Quote from: upasaka on 16 October 2009, 02:37:08 PM
Mau bukti nyata hukum kamma? Hukum kamma yang seperti bagaimana? Kalau yang sederhana seh banyak...

Anda berdiskusi di sini. Kalau ada orang yang senang pada postingan Anda, akan ada ucapan terimakasih, anumodana, atau bahkan GRP meluncur ke ID Anda.

Itu salah satu contoh kamma dan vipaka. Lalu? :)



Yang paling sederhana pun tidak apa, asal bisa dibuktikan.
Vipaka itu datangnya dari mana? Misalnya saya posting dan ada 2 orang yang senang. Lalu yang satu mengucapkan terima kasih/anumodana, satu lagi GRP. Kok berbeda? Dari mana rumusnya?



Ketika ada perbuatan (postingan Anda), akan ada reaksi. Orang lain bereaksi karena perbuatan Anda. Ada yang senang, ada yang tidak senang, ada yang netral.

Perbuatan Anda dilakukan (sebut saja) dengan niat yang baik. Perbuatan baik Anda membuat orang lain menerima kebaikan. Tapi ada orang lain yang menanam konsep negatif pada Anda, sehingga ia tidak bersimpati pada perbuatan Anda.

Sekarang kembali ke kisah orang yang senang pada perbuatan Anda. Mereka adalah (anggap saja) manusia / rekan lain di forum ini. Mereka punya kebebasan untuk berbuat. Mereka bisa mengungkapkan perasaannya. Mereka bisa saja diam, berterimakasih, atau memberi GRP kepada Anda.

Karena Anda memberikan kebaikan pada orang lain, orang lain menerimanya dengan senang dan mengapresiasikan kebahagiaannya sehingga membuat Anda juga mendapat kebaikan.

Anda mendapat kebaikan (misalnya: dapat ucapan terimakasih atau hadiah GRP) karena semua kondisi menunjang untuk matangnya vipaka. Karena ada kehendak dari orang lain, karena ada keyboard untuk mengetik kata "terimakasih", karena ada GRP limit yang masih terbuka, karena ada listrik, karena ada komputer, karena ada provider internet, karena ada Forum DhammaCitta, karena... dan karena... serta karena...

Hukum Kamma hanya 1 dari 24 faktor yang membuat mekanisme dunia ini berjalan. Masih banyak faktor lain. Misalnya suhu / tempratur. Jika saja seseorang sedang kepanasan, mungkin ia tidak jadi mengucapkan terimakasih / hadiah GRP pada Anda. Karena mungkin pikirannya sedang kalut...

Jadi kalau mau membuktikan hukum kamma, kita tidak boleh melupakan 23 faktor lainnya. Karena selama ini banyak orang yang mencoba mencari bukti nyata keberadaan hukum kamma, namun melakukannya dengan pandangan keliru. Mereka biasa berusaha membuktikan keberadaan hukum kamma tidak secara komprehensif. Mereka berusaha memilah-milah hukum kamma sebagai hukum tunggal yang tidak terdukung oleh hukum-hukum lainnya.

Kalau metode orang-orang selama ini untuk membuktikan hukum kamma seperti itu, ya wajar sekali kalau mereka tidak percaya ada hukum kamma; atau tidak percaya hukum kamma bisa dibuktikan.

Sederhana kan?

K.K.

Baiklah, kalau reaksi dari orang lain mungkin terlalu rumit karena juga menyangkut variable orang tersebut. Kita bicara yang nyata dan sederhana saja.

Kita di sini berkumpul di DC membahas dhamma. Kamma yang manakah yang menyebabkannya?

Nevada

Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 03:11:31 PM
Baiklah, kalau reaksi dari orang lain mungkin terlalu rumit karena juga menyangkut variable orang tersebut. Kita bicara yang nyata dan sederhana saja.

Kita di sini berkumpul di DC membahas dhamma. Kamma yang manakah yang menyebabkannya?

Hukum Kamma tidak akan terlepas dari pikiran dan perbuatan orang dalam hidupnya.

Kenapa kita semua bisa berkumpul di DC? Karena kita semua tertarik pada Buddhisme, suka main internet, suka berdiskusi di forum, ... bertemu dengan Forum DhammaCitta, dan akhirnya jadi member di sini.

Kamma mana? Maksudnya kamma apa yah? Kalau yang sedang saya jelaskan seh hukum kamma versi Buddhisme (mungkin Theravada). Entah dengan hukum kamma versi lainnya.

K.K.

Ya, boleh saja dari pandangan Theravada.

Saya tanya yang lain lagi. Ada yang tahu kamma apa yang menyebabkan dirinya terlahir di sini?

Nevada

Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 03:25:45 PM
Ya, boleh saja dari pandangan Theravada.

Saya tanya yang lain lagi. Ada yang tahu kamma apa yang menyebabkan dirinya terlahir di sini?

Nah kalau pertanyaan yang ini sudah tidak sederhana lagi...

Secara garis besar, perbuatan di kehidupan lampau adalah penyebab dominan yang mengondisikan perjalanan hidup di awal kelahiran kita. Misalkan saya...

Mungkin saja saya dulu seseorang yang tertarik pada Buddhisme Theravada, saya melekat pada ras Chinese, saya menyukai musik dan bernyanyi, saya tidak pernah berdana dengan baik sekali, saya menyukai karekteristik yang sistematis dan diplomatis; makanya saya terlahir di Indonesia sebagai seorang laki-laki warga keturunan Chinese, punya hobi bernyanyi, terlahir dalam keluarga dengan kondisi ekonomi yang biasa saja, dan juga punya kesempatan dan tertarik pada Buddhisme Theravada.

K.K.

Quote from: upasaka on 16 October 2009, 03:33:07 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 03:25:45 PM
Ya, boleh saja dari pandangan Theravada.

Saya tanya yang lain lagi. Ada yang tahu kamma apa yang menyebabkan dirinya terlahir di sini?

Nah kalau pertanyaan yang ini sudah tidak sederhana lagi...

Secara garis besar, perbuatan di kehidupan lampau adalah penyebab dominan yang mengondisikan perjalanan hidup di awal kelahiran kita. Misalkan saya...

Mungkin saja saya dulu seseorang yang tertarik pada Buddhisme Theravada, saya melekat pada ras Chinese, saya menyukai musik dan bernyanyi, saya tidak pernah berdana dengan baik sekali, saya menyukai karekteristik yang sistematis dan diplomatis; makanya saya terlahir di Indonesia sebagai seorang laki-laki warga keturunan Chinese, punya hobi bernyanyi, terlahir dalam keluarga dengan kondisi ekonomi yang biasa saja, dan juga punya kesempatan dan tertarik pada Buddhisme Theravada.

Ya, sedikit lebih rumit, karena kalau saya tanya yang sederhana, pasti hanya dijawab berdasarkan ilmu sosial yang umum saja. Kalau begitu kembali lagi ke yang sederhana, namun diperumit.

Sekarang kita batasi saja seandainya memarahi orang pasti berakibat dimarahi orang lagi.
Misalkan saya pernah marah sama beberapa orang, beberapa kali. Suatu hari, saya "diganjar" hal yang sama, yaitu dimarahi orang, tetapi jauh lebih heboh dari yang saya lakukan.

Bagaimana mengetahui bahwa kamma mana yang berbuah?
Apakah salah satunya, ataukah beberapa kamma itu berbuah bersamaan?
Apakah bisa diketahui kamma pendukung/penghambat apa yang menyebabkan buahnya seperti itu? 



hendrako

Menurut saya:

Hukum Kamma TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN.




yaa... gitu deh

K.K.

Quote from: hendrako on 16 October 2009, 03:49:32 PM
Menurut saya:

Hukum Kamma TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN.



Kalau sama sekali tidak bisa dibuktikan, apakah ada gunanya percaya?


hendrako

Quote from: Kainyn_Kutho on 16 October 2009, 03:51:03 PM
Quote from: hendrako on 16 October 2009, 03:49:32 PM
Menurut saya:

Hukum Kamma TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN.



Kalau sama sekali tidak bisa dibuktikan, apakah ada gunanya percaya?


yup
yaa... gitu deh

Hendra Susanto

klo tidak dapat dibuktikan, mungkin tidak akan ada para bijaksana

hatRed

kalo tidak dapat dibuktikan, mungkin ngak bakalan ada thread ini ;D
i'm just a mammal with troubled soul



hendrako

#103
Kenapa saya percaya hukum kamma? sedikit susah menjelaskan.
Yg jelas bukan dikarenakan saya telah membuktikan kebenarannya secara langsung.

Namun yg jelas, secara konsep, tanpa adanya hukum kamma, konsep2 Buddhism lainnya akan gugur, sebagaimana halnya apabila kita menghilangkan konsep tumimbal lahir dalam membicarakan Buddhism.

Hukum kamma bukan untuk dibuktikan.
Namun untuk dipahami.
yaa... gitu deh

purnama

Quote from: hendrako on 16 October 2009, 04:03:29 PM
Kenapa saya percaya hukum kamma? sedikit susah menjelaskan.
Yg jelas bukan dikarenakan saya telah membuktikan kebenarannya secara langsung.

Namun yg jelas, secara konsep, tanpa adanya hukum kamma, konsep2 Buddhism lainnya akan gugur, sebagaimana halnya apabila kita menghilangkan konsep tumimbal lahir dalam membicarakan Buddhism.

gampang buktiinnya kok bang, u coba aja memaki, menghina di forum ini, cobain aja dapetnya apa ?.