Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?

Started by dhammasiri, 11 November 2009, 09:29:47 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Nevada

Quote from: Kainyn_Kutho on 12 November 2009, 01:12:25 PM
Quote from: upasaka on 12 November 2009, 01:04:59 PM
Apakah Anda setuju dengan pendapat Sang Buddha?

Tentu saja setuju.

Apakah menurut Anda ucapan dari Thera Pilindavaccha itu bertentangan dengan Samma Vaca?

K.K.

Quote from: upasaka on 12 November 2009, 01:19:38 PM
Apakah menurut Anda ucapan dari Thera Pilindavaccha itu bertentangan dengan Samma Vaca?

Ya, bertentangan. Seperti saya katakan bahwa orang yang bukan kasta Vasala disebut Vasala. Secara ucapan, itu adalah tidak benar. Juga menyebut orang lain sebagai vasala (kasta yang lebih rendah dari binatang), secara ucapan, itu adalah ucapan kasar.


Nevada

Quote from: Kainyn_Kutho on 12 November 2009, 01:38:54 PM
Quote from: upasaka on 12 November 2009, 01:19:38 PM
Apakah menurut Anda ucapan dari Thera Pilindavaccha itu bertentangan dengan Samma Vaca?

Ya, bertentangan. Seperti saya katakan bahwa orang yang bukan kasta Vasala disebut Vasala. Secara ucapan, itu adalah tidak benar. Juga menyebut orang lain sebagai vasala (kasta yang lebih rendah dari binatang), secara ucapan, itu adalah ucapan kasar.

Apakah Sang Buddha juga mengatakan bahwa ucapan dari Thera Pilindavaccha itu bertentangan dengan Samma Vaca?

K.K.

Quote from: upasaka on 12 November 2009, 01:41:41 PM
Apakah Sang Buddha juga mengatakan bahwa ucapan dari Thera Pilindavaccha itu bertentangan dengan Samma Vaca?

Buddha tidak menyinggung Samma Vaca dalam hal ini, tetapi "membenarkan" Pilinda Vaca karena memang perkataan itu tidak berasal dari niat yang jahat.


Nevada

Quote from: Kainyn_Kutho on 12 November 2009, 01:43:30 PM
Quote from: upasaka on 12 November 2009, 01:41:41 PM
Apakah Sang Buddha juga mengatakan bahwa ucapan dari Thera Pilindavaccha itu bertentangan dengan Samma Vaca?

Buddha tidak menyinggung Samma Vaca dalam hal ini, tetapi "membenarkan" Pilinda Vaca karena memang perkataan itu tidak berasal dari niat yang jahat.

Jika ucapan dari Thera Pilindavaccha memang sebenarnya bertentangan dengan Samma Vaca, menurut Anda apakah Sang Buddha akan menegur Thera Pilindavaccha?

K.K.

Quote from: upasaka on 12 November 2009, 01:47:17 PM
Jika ucapan dari Thera Pilindavaccha memang sebenarnya bertentangan dengan Samma Vaca, menurut Anda apakah Sang Buddha akan menegur Thera Pilindavaccha?

Dalam hal ini tidak. Mengapa demikian? Karena yang utama dalam ajaran Buddha adalah Samma Ditthi yang melandasi aspek lain, termasuk ucapan. Pilinda Vaca mengucapkan "miccha vaca" bukan karena "miccha ditthi", namun karena kekuatan kebiasaan yang berlangsung sangat lama (dikatakan, 500 kehidupan). Buddha tetap menjunjung tinggi ucapan yang tidak menyinggung orang lain, tetapi dengan pengetahuan dan kebijaksanaannya, memaklumi perilaku Pilinda Vaca tersebut.

Indra

Bro Kainyin,
kata "Vasala" yang diucapkan oleh Pilindavaccha tidak disertai dengan rujukan waktu, jadi kalau memasukkan masa lampau dan masa depan, bisa saja apa yg diucapkan itu adalah samma vaca juga. we'll never know

Nevada

Quote from: Kainyn_Kutho on 12 November 2009, 02:07:09 PM
Quote from: upasaka on 12 November 2009, 01:47:17 PM
Jika ucapan dari Thera Pilindavaccha memang sebenarnya bertentangan dengan Samma Vaca, menurut Anda apakah Sang Buddha akan menegur Thera Pilindavaccha?

Dalam hal ini tidak. Mengapa demikian? Karena yang utama dalam ajaran Buddha adalah Samma Ditthi yang melandasi aspek lain, termasuk ucapan. Pilinda Vaca mengucapkan "miccha vaca" bukan karena "miccha ditthi", namun karena kekuatan kebiasaan yang berlangsung sangat lama (dikatakan, 500 kehidupan). Buddha tetap menjunjung tinggi ucapan yang tidak menyinggung orang lain, tetapi dengan pengetahuan dan kebijaksanaannya, memaklumi perilaku Pilinda Vaca tersebut.

Kenapa Sang Buddha tidak menghimbau Thera Pilindavaccha untuk mengubah kebiasaan itu?

Peacemind

Quote from: Jerry on 12 November 2009, 01:40:35 AM
120yojana? 720 mil?? :o Sekitar hampir 1400km kalau saya tidak salah? :o

Karena tidak tahu, asumsi selama ini hanya bahwa dengan kekuatan dewa beliau mampu menempuh jarak demikian. Dan ada pula kemungkinan bahwa beliau memiliki abhinna bukan? Yg jelas bukan dengan kemampuan biasa seseorang dpt melakukan perjalanan demikian dalam waktu semalam. Jelas bagi saya lebih nyambung 'abhinna' dengan kemampuan beliau merealisasi 'kesucian'. Pun andai tidak memiliki abhinna, masih tetap dapat dipahami bagaimana realisasi beliau saat mendengar khotbah singkat Sang Buddha melalui rangkuman berbagai khotbah Sang Buddha dalam sutta2 lain. :)

mettacittena
_/\_

Saya dah baca kitab komenta Bahiyasutta lagi. Ternyata meskipun di sana dikatakan bahwa Bāhiya bisa menempuh perjalanan yang begitu jauh (120 yojana = 720 miles karena satu yojana = 6 miles dan 1 mile = 1.6km, jadi berapa km ya?) atas bantuan Dewa (sumber lain namun dicatat di teks yang sama, kekuatan Buddha), di teks yang sama pula dikatakan bahwa beberapa bhikkhu dari sekte lain memandang bahwa Bāhiya telah mencapai tingkat2 jhana sehingga ia berpendapat bahwa ia telah mencapai kesucian arahat atau setidaknya telah berada pada Jalan untuk mencapai arahatta. Jika sumber ini benar, memang ada kemungkinan bahwa ia juga memiliki super power.

Be happy.

gajeboh angek

Konon sih yang menolong Bahiya itu Anagami teman seperjuangannya dulu.
Waktu dulu, ada 6 orang bertekad agar tercapai berhentinya dukkha.
Yang sukses mencapai kesucian ada 2, yang empat gak sukses. Nah yang empat orang ini di kehidupan yang lain berbuat tidak baik sama seorang perempuan, Akhirnya di jaman Sang Buddha mereka terlahir sesuai kamma masing-masing. Salah satunya Bahiya. Keempat orang ini akhirnya mangkat ditanduk Yakkhini yang menyamar jadi kerbau. Yakkhini ini adalah wanita yang dulu mati karena perbuatan empat orang itu.

Yang menarik adalah, ternyata Anagami bisa bertahan dari sasana Buddha sebelumnye ke sasana Buddha yang sekarang.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

bond

^
^

Nunggu Bahiya jadi arahat kale...dianggap temen seperjuangan ^-^
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

K.K.

Quote from: Indra on 12 November 2009, 02:14:38 PM
Bro Kainyin,
kata "Vasala" yang diucapkan oleh Pilindavaccha tidak disertai dengan rujukan waktu, jadi kalau memasukkan masa lampau dan masa depan, bisa saja apa yg diucapkan itu adalah samma vaca juga. we'll never know
Memasukkan masa lalu dan masa depan menurut saya kurang tepat. Dikatakan bahwa sangat susah menemukan orang yang dalam samsara ini belum pernah menjadi ibu kita. Dengan alasan ini, tepatkah kita memanggil semua orang dengan sebutan "ibu"?




Quote from: upasaka on 12 November 2009, 02:19:18 PM
Kenapa Sang Buddha tidak menghimbau Thera Pilindavaccha untuk mengubah kebiasaan itu?
Seandainya ada orang yang sejak kecil punya kepercayaan untuk bangun pagi-pagi sekali karena berpikir terlambat bangun akan menyebabkannya dibunuh oleh dewa kematian. Ia terbiasa dengan hal tersebut sampai dewasa dan tua. Kemudian ada seorang bijak yang memberikan pengertian dan pandangan benar sehingga ia sudah tidak lagi percaya hal tersebut.

Kemudian karena sudah terbiasa, maka ia tetap bangun pagi-pagi sekali walaupun sudah tidak takut dibunuh dewa kematian. Melihat hal ini, ada yang berpikir ia masih percaya pada takhyul tersebut, dan dibawalah ia kepada orang bijak tersebut.
Jika anda menjadi orang bijak tersebut, apakah anda akan menyuruh mengubah kebiasaan yang sudah dilakukan sejak kecil sampai tua hanya karena orang berpikir ia percaya takhyul?


Nevada

Quote from: Kainyn_Kutho on 12 November 2009, 02:48:11 PM
Quote from: upasaka on 12 November 2009, 02:19:18 PM
Kenapa Sang Buddha tidak menghimbau Thera Pilindavaccha untuk mengubah kebiasaan itu?
Seandainya ada orang yang sejak kecil punya kepercayaan untuk bangun pagi-pagi sekali karena berpikir terlambat bangun akan menyebabkannya dibunuh oleh dewa kematian. Ia terbiasa dengan hal tersebut sampai dewasa dan tua. Kemudian ada seorang bijak yang memberikan pengertian dan pandangan benar sehingga ia sudah tidak lagi percaya hal tersebut.

Kemudian karena sudah terbiasa, maka ia tetap bangun pagi-pagi sekali walaupun sudah tidak takut dibunuh dewa kematian. Melihat hal ini, ada yang berpikir ia masih percaya pada takhyul tersebut, dan dibawalah ia kepada orang bijak tersebut.
Jika anda menjadi orang bijak tersebut, apakah anda akan menyuruh mengubah kebiasaan yang sudah dilakukan sejak kecil sampai tua hanya karena orang berpikir ia percaya takhyul?

Jika saya yang menjadi orang bijak, saya tidak akan menyuruhnya untuk mengubah kebiasaan itu. Karena kebiasaan bangun pagi itu baik. Apalagi orang itu sudah tidak dikungkung oleh takhayul.

Kembali ke pertanyaan saya kepada Anda...

Anda menyatakan bahwa ucapan Thera Pilindavaccha itu bertentangan dengan Samma Vaca. Sang Buddha mengetahui bahwa hal itu disebabkan karena Thera Pilindavaccha terbiasa mengucapkan hal itu selama 500 kehidupannya. Pertanyaan saya adalah: "Jika ucapan itu adalah kebiasaan yang tidak baik, kenapa Sang Buddha tidak menghimbau Thera Pilindavaccha agar meninggalkan kebiasaan itu?"

K.K.

#88
Quote from: gachapin on 12 November 2009, 02:29:48 PM
Konon sih yang menolong Bahiya itu Anagami teman seperjuangannya dulu.
Waktu dulu, ada 6 orang bertekad agar tercapai berhentinya dukkha.
Yang sukses mencapai kesucian ada 2, yang empat gak sukses. Nah yang empat orang ini di kehidupan yang lain berbuat tidak baik sama seorang perempuan, Akhirnya di jaman Sang Buddha mereka terlahir sesuai kamma masing-masing. Salah satunya Bahiya. Keempat orang ini akhirnya mangkat ditanduk Yakkhini yang menyamar jadi kerbau. Yakkhini ini adalah wanita yang dulu mati karena perbuatan empat orang itu.

Yang menarik adalah, ternyata Anagami bisa bertahan dari sasana Buddha sebelumnye ke sasana Buddha yang sekarang.

Koreksi sedikit. Di jaman Sangha Buddha Kassapa sudah korup, ada 7 orang memisahkan diri, memanjat suatu tebing dan bertekad tidak makan sebelum mencapai Arahatta. Yang tertua mencapai Arahatta, yang satu mencapai Anagami, yang 5 tidak mencapai apa pun. Anagami tersebut yang mengingatkan Bahiya di kehidupan terakhir bahwa ia belum mencapai Arahatta. 5 lainnya adalah Bahiya sendiri, Pukkusāti, Kumāra Kassapa, Dabba-Mallaputta, dan Sabhiya.

Sedangkan 4 orang yang membunuh seorang pelacur di masa lalu adalah Bahiya, Pukkusāti, Tambadathika, dan Suppabuddha. Mereka semua diseruduk sapi yang sama, yang adalah pelacur tersebut di masa lampau.


K.K.

Quote from: upasaka on 12 November 2009, 02:54:41 PM
Jika saya yang menjadi orang bijak, saya tidak akan menyuruhnya untuk mengubah kebiasaan itu. Karena kebiasaan bangun pagi itu baik. Apalagi orang itu sudah tidak dikungkung oleh takhayul.
Begitulah...


QuoteKembali ke pertanyaan saya kepada Anda...

Anda menyatakan bahwa ucapan Thera Pilindavaccha itu bertentangan dengan Samma Vaca. Sang Buddha mengetahui bahwa hal itu disebabkan karena Thera Pilindavaccha terbiasa mengucapkan hal itu selama 500 kehidupannya. Pertanyaan saya adalah: "Jika itu adalah kebiasaan yang tidak baik, kenapa Sang Buddha tidak menghimbau Thera Pilindavaccha agar meninggalkan kebiasaan itu?"
Karena Buddha berurusan dengan keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin. Buddha tidak berurusan dengan etiket dan vasana (kebiasaan) seseorang.

Definisi Samma Vaca sangat relatif. Oleh karena itu bisa terjadi "miccha vaca" walaupun tidak ada miccha ditthi. Misalnya kasus Pilinda Vaccha. Sebaliknya bisa juga orang bersesuaian dengan "samma vaca" namun tidak sesuai dengan samma ditthi. Untuk ini, saya yakin Buddha akan menegurnya. (Contohnya seperti saya katakan sebelumnya, berbicara dhamma dengan bahasa baik-baik, namun niatnya adalah menyinggung orang lain dan didasarkan kebencian.)