Mungkinkah orang yang telah mencapai Sotapanna pindah agama?

Started by dhammasiri, 11 November 2009, 09:29:47 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Peacemind

Saya memiliki pertanyaan lain. Apakah seseorang yang telah mencapai sotapanna tidak mempercayai Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagai Jalan untuk mencapai kesucian?

Thanks.

Peacemind

Quote from: Kainyn_Kutho on 11 November 2009, 10:30:01 AM
Quote from: Peacemind on 11 November 2009, 10:16:26 AM
Saya rasa jika seseorang belum menemukan desa B, keyakinannya masih bisa tergoyahkan. Setidaknya ada kecenderungan batin yang sangat halus dan mempertanyakan, "Seperti apa ya sesungguhnya desa B?" Demikian pula, meskipun seseorang mengklaim ia yakin sepenuhnya dengan adanya pencapaian sotapanna, jika ia belum mencapainya, dalam hatinya yang paling dalam, masih muncul pertanyaan, "Seperti apa ya rasanya jadi Sotapanna?"

Mereka yang memiliki keyakinan tidak tergoncangkan (aveccapasada) hanya mereka yang telah membuktikkan sendiri desa B, membuktikkan sendiri pencapaian sotapanna.

Be happy.

Ya, saya juga percaya ada kemungkinan bisa berpindah keyakinan, apakah di kehidupan ini atau kehidupan berikutnya, pada kondisi berbeda. Lain halnya dengan para Sotapanna.

Namun agar tidak berspekulasi terlalu jauh sampai kehidupan2 mendatang, kita melihat hidup ini sekarang juga ada yang terlihat "tidak tergoyahkan" keyakinannya. Jangan sampai kita terlalu cepat menilai orang fanatik belaka tersebut sebagai Sotapanna.



Yap, anda benar.

dhammasiri

Quote from: Peacemind on 11 November 2009, 10:31:14 AM
Saya memiliki pertanyaan lain. Apakah seseorang yang telah mencapai sotapanna tidak mempercayai Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagai Jalan untuk mencapai kesucian?

Thanks.
Kalau memang tidak percaya, apakah ada jalan lain? Kalau memang tidak percaya, berarti dia telah menggunakan jalan lain. Lalu jalan apakah itu? Seperti Bahiya Darucciriya, yang paling cepat merealisasi Nibbāna sekalipun, saya yakin tetap menggunakan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Dia tetap membutuhkan Sīla, Samādhi, dan Paññā untuk merealisasi Nibbāna. Kalau kita melihat definisi-definisi Nibbāna dalam sutta, Nibbāna mengacu pada kematangan atau kedewasaan dalam pengalaman batin (maturity of mental experience). Kedewasaan batin tidak mungkin dicapai tanpa sīla, samādhi dan paññā.
Kedamaian dunia tidak akan tercapai bila batin kita tidak damai

Peacemind

Quote from: dhammasiri on 11 November 2009, 10:54:00 AM
Quote from: Peacemind on 11 November 2009, 10:31:14 AM
Saya memiliki pertanyaan lain. Apakah seseorang yang telah mencapai sotapanna tidak mempercayai Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagai Jalan untuk mencapai kesucian?

Thanks.
Kalau memang tidak percaya, apakah ada jalan lain? Kalau memang tidak percaya, berarti dia telah menggunakan jalan lain. Lalu jalan apakah itu? Seperti Bahiya Darucciriya, yang paling cepat merealisasi Nibbāna sekalipun, saya yakin tetap menggunakan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Dia tetap membutuhkan Sīla, Samādhi, dan Paññā untuk merealisasi Nibbāna. Kalau kita melihat definisi-definisi Nibbāna dalam sutta, Nibbāna mengacu pada kematangan atau kedewasaan dalam pengalaman batin (maturity of mental experience). Kedewasaan batin tidak mungkin dicapai tanpa sīla, samādhi dan paññā.

Seperti yang diketahui bahwa pertapa Bahiya mencapai kesucian arahat setelah mendengar khotbah singkat Sang Buddha. Dalam khotbah tersebut, tampak Sang BUddha tidak menjelaskan mengenai Sīla. Bisakah anda menjelaskan secara lebih jelas bagaimana pertapa Bahiya memperoleh kesempurnaan dalam Sīla untuk mencapai kesucian arahat pada saat itu?

Thanks.

K.K.

Quote from: Peacemind on 11 November 2009, 10:31:14 AM
Saya memiliki pertanyaan lain. Apakah seseorang yang telah mencapai sotapanna tidak mempercayai Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagai Jalan untuk mencapai kesucian?

Thanks.
Menurut saya, seorang Sotapanna mengetahui hanya sebatas yang diajarkan. Jika dia diajarkan Jalan Mulia Berunsur Delapan dan mencapai kesucian lewat cara tersebut, maka dia mengetahuinya. Jika dia diajarkan cara yang berbeda, maka pengetahuan dan keyakinannya pun berbeda. Tapi saya rasa tidak perlu menjadi Sotapanna untuk melihat bahwaJalan Mulia Berunsur Delapan adalah sesuatu yang bermanfaat.



Quote from: dhammasiri on 11 November 2009, 10:54:00 AM
Kalau memang tidak percaya, apakah ada jalan lain? Kalau memang tidak percaya, berarti dia telah menggunakan jalan lain. Lalu jalan apakah itu? Seperti Bahiya Darucciriya, yang paling cepat merealisasi Nibbāna sekalipun, saya yakin tetap menggunakan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Dia tetap membutuhkan Sīla, Samādhi, dan Paññā untuk merealisasi Nibbāna. Kalau kita melihat definisi-definisi Nibbāna dalam sutta, Nibbāna mengacu pada kematangan atau kedewasaan dalam pengalaman batin (maturity of mental experience). Kedewasaan batin tidak mungkin dicapai tanpa sīla, samādhi dan paññā.
Kalau dari pandangan anda, Pilinda Vacca yang tidak memiliki "samma vacca", bagaimana caranya bisa jadi Arahat?


Nevada

Quote from: Peacemind on 11 November 2009, 11:05:36 AM
Quote from: dhammasiri on 11 November 2009, 10:54:00 AM
Kalau memang tidak percaya, apakah ada jalan lain? Kalau memang tidak percaya, berarti dia telah menggunakan jalan lain. Lalu jalan apakah itu? Seperti Bahiya Darucciriya, yang paling cepat merealisasi Nibbāna sekalipun, saya yakin tetap menggunakan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Dia tetap membutuhkan Sīla, Samādhi, dan Paññā untuk merealisasi Nibbāna. Kalau kita melihat definisi-definisi Nibbāna dalam sutta, Nibbāna mengacu pada kematangan atau kedewasaan dalam pengalaman batin (maturity of mental experience). Kedewasaan batin tidak mungkin dicapai tanpa sīla, samādhi dan paññā.

Seperti yang diketahui bahwa pertapa Bahiya mencapai kesucian arahat setelah mendengar khotbah singkat Sang Buddha. Dalam khotbah tersebut, tampak Sang BUddha tidak menjelaskan mengenai Sīla. Bisakah anda menjelaskan secara lebih jelas bagaimana pertapa Bahiya memperoleh kesempurnaan dalam Sīla untuk mencapai kesucian arahat pada saat itu?

Thanks.

Ada tiga jenis manusia (siswa) unggul yang bisa mencapai Pencerahan, yaitu:
- kelompok manusia yang bisa mencapai Pencerahan saat sedang mendengarkan khotbah
- kelompok manusia yang bisa mencapai Pencerahan setelah selesai mendengarkan khotbah
- kelompok manusia yang bisa mencapai Pencerahan setelah selesai mendengarkan khotbah, dan melatih diri dengan sungguh-sungguh


Menurut pendapat saya, YA. Bahiya tergolong sebagai kelompok manusia yang kedua. Untuk memiliki kualitas seperti itu, dibutuhkan Parami yang sangat besar dan dalam waktu yang sangat panjang. Mungkin saja di kehidupan-kehidupan lampaunya, YA. Bahiya sudah mengumpulkan Parami yang besar. Jika kita katakan istilah "mengumpulkan Parami", maka secara tidak langsung hal ini berkaitan dengan "usaha melatih diri di Jalan Mulia Beruas Delapan".

Pengembangan sila-samadhi-panna yang ditekankan dalam Jalan Mulia Beruas Delapan, cenderung diterapkan oleh kelompok manusia yang ketiga. Makanya kasus YA. Bahiya seperti terlihat istimewa, karena seolah-olah beliau bisa mencapai Pencerahan tanpa perlu mengembangkan JMB8. Namun sebenarnya JMB8 tetaplah jalan yang menuju pada terhentinya dukkha.


Sunce™


hariyono

Umat Buddha disarankan untuk menerima praktik-praktik religius hanya setelah pengamatan dan analisis yang hati - hati ,
dan hanya setelah yakin bahwa metode itu cocok dengan akal budi dan mendukung untuk kebaikan diri sendiri dan semuanya .

Pada Kalama sutta , Sang Buddha memberikan panduan berikut kepada sekelompok orang muda :

" Jangan menerima apa pun berdasarkan laporan semata , tradisi atau desas desus ;
Atau atas kewenangan naska religius ;
Atau atas alasan dan argumen semata ;
Atau atas kesimpulan sendiri ;
Atau atas apa pun yang kelihatan nya benar ;
Atau atas pendapat spekulatif seseorang ;
Atau atas kemampuan semu orang lain ;
Atau atas pertimbangan : 'Ini adalah guru kita .'
Tetapi jika engkau tahu oleh dirimu sendiri bahwa hal-hal tertentu adalah tak sehat dan buruk ;
cenderung menyakiti dirimu sendiri atau orang lain , tolaklah mereka .
Dan jika engkau tahu oleh dirimu sendiri bahwa hal-hal tertentu adalah sehat dan baik ;
mendukung kesejahteraan spiritual dirimu sendiri serta orang lain ,
terima dan ikuti mereka ."


Umat Buddha yang sejati ..saya percaya tidak akan berubah kepercayaan nya ke agama lain ,
Saya bukannya Fanatik berkata optimis " Umat Buddhis sejati tidak akan pindah Keyakianan "
Saya ingin bertanya Adakah agama lain ? :
" memerdekakan manusia dari kungkungan agama   ,
membebaskan manusia dari monopoli dan tirani para penguasa agama .
menyarankan manusia untuk melatih akal nya dan tidak memperbolehkan diri sendiri di kuasai tanpa perlawanan seperti ternak bodoh ,mengikuti dogma agama .
Tidak ada ajaran Buddha yang harus di tinjau ulang dalam menghadapi penemuan dan pengetahuan ilmiah moderen .
Semakin banyak hal baru yang ditemukan ilmuwan , semakin dekat mereka dengan penjelasan Sang Buddha tentang alam semesta dan cara kerjanya ."

Umat Budha sejati tidak tergantung pada kekuasaan eksternal untuk keselamatannya .
Ia juga tidak berharap untuk lepas dari kemiskinan melalui campur tangan suatu kuasa yang tidak diketahui .
Ia harus mencoba untuk membasmi semua kekotoran mentalnya untuk menemukan kebahagiaan abadi .
Sang Buddha berkata ,
"Jika seseorang berkata buruk tentang Aku ,ajaranKu dan murid murid Ku , jangan lah marah atau takut , karena reaksi semacam ini hanya akan menyakitimu .
Sebaliknya jika seseorang berkata baik tentang Aku , ajaran Ku , dan murid murid Ku , janganlah terlalu gembira , tergetar , atau berbesar hati ,
karena reaksi semacam ini hanya akan menjadi hambatan dalam membentuk penilaian benar .
Jika kamu berbesar hati , kamu tidak dapat menilai apakah kualitas yang di puji adalah nyata dan benar benar ditemukan dalam diri kita ."
(Brahma jala Sutta )
Demikian lah niat yang tidak memihak dari umat Buddha sejati .

Sang Buddha telah menjunjung derajat tertingi kebebasan tidak hanya dalam sosok manusiawinya tapi juga dalam kualitas ilahinya .
Kebebasan lah yang tidak menghilangkan manusia dari martabatnya .
Kebebasanlah yang membebaskan seseorang dari perbudakan dogma dan hukum religius diktatorial atau hukuman agama .


gajeboh angek

Seperti biasa, versi Kalama Sutta yang disensor.
Kenapa sih orang-orang senang sekali memakai Kalama Sutta yang disensor?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Johsun

Tlg sbutin bgaimana kita bs tahu si x sdah jd sotapanna? Ciri2nya bgaimana tuh? Menurutmu, si Peacemind mrupakan seorang sotapanna gak?
CMIIW.FMIIW.

gajeboh angek

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

char101

Quote from: gachapin on 11 November 2009, 11:57:43 AM
Seperti biasa, versi Kalama Sutta yang disensor.
Kenapa sih orang-orang senang sekali memakai Kalama Sutta yang disensor?

Bagian mananya yang disensor?

gajeboh angek

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Johsun

 [at] gcpin, apakh ada sutta yg blang kalau kita mau tau orang dah cpai sotapanna ,kita harus jadi sakadagami dulu, trtlis di sutta mana ya?
CMIIW.FMIIW.

char101

Quote from: gachapin on 11 November 2009, 11:57:43 AM
Seperti biasa, versi Kalama Sutta yang disensor.
Kenapa sih orang-orang senang sekali memakai Kalama Sutta yang disensor?

Mungkin yang disensor sapaannya, "Now Kalamas...". Pernyataan tersebut ditujukan spesifik kepada suka Kalama, bukan kepada "Oh bhikkhus" atau kepada "householders".

Jadi maksud Sang Buddha harus dilihat berdasarkan konteks Suku Kalama. Suku Kalama pada saat itu belum mengenal ajaran Buddha, dan mereka juga memiliki 2 orang guru yang saling bertentangan. Jadi Sang Buddha mengatakan jangan bergantung pada tradisi atau ajaran guru untuk mempersiapkan suku Kalama untuk mendengar ajaran Sang Buddha untuk pertama kalinya. Kemudian Sang Buddha mengajarkan tentang lobha, dosa, moha yang membawa penderitaan, dan alobha, adosa, amoha yang membawa kebahagiaan serta 4 brahmavihara yang kalau dikembangkan akan membawa kepastian akan kelahiran di tempat yang baik sehingga suku Kalama bisa menghilangkan keragu-raguannya akan ajaran mana yang akan membawa kebahagiaan.