News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Mengapa Aku Memilih Agama Budha

Started by Deva19, 29 November 2009, 03:24:22 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

The Ronald

Quotedimanakah di sini seseorang yang bisa disebut murid. yang saya tahu, sang Budha menjelaskan bahwa syarat hubungan guru murid itu adalah "rasa hormat" dan "kasih sayang"
hmm..lebih mirip hubungan suami istri...
...

Deva19

Quote from: bond on 14 December 2009, 04:06:13 PM
Quote
selama ini, aku membaca naskah-naskah budhisme dan mempraktikan ajaran budhisme sebagaimana yang aku fahami. dengan demikian aku telah menganut ajaran budhisme. tetapi aku tidak memiliki kekuatan untuk mengubah statusku di dalam masyarakat untuk menjadi budhis. tetapi seandainya ada seorang guru budhis yang dpat menjelaskan segenap konsep-konsep secara logic, maka itu akan menjadi kekuatan bagiku untuk mengubah status menjadi budhis. karena guru tersebut akan menjadi tempat berlindung diriku dari agresi ideologi "muslim" dan "budhis" yang salah faham terhadap agamanya.

Banyak guru buddhis yg mumpuni, tapi masalahnya harus dicari dan ditemui langsung, bukan hanya berkata :"seandainya...dsb" . Bisa ngak anda nekad untuk ketemu, kalau bisa...ada kemungkinan Anda bisa lewat lubang jarum dengan mulus. _/\_

saya pikir, di sini banyak guru budhis yang terampil bermeditasi, melihat dan membabarkan dhamma. saya telah, sedang dan akan belajar dari mereka tentang meditasi dan dhamma. saya tidak harus menuntut adanya seorang guru dengan bentuk seperti yang saya inginkan.

tetapi, saya adalah seorang pemikir logic. lalu, dengan cara apa dan bagiamana saya dapat masuk ke dalam komunitas yang akan menolak pemikiran-pemikiran logic saya?

saya membaca komentar-komentar YM Dalai Lama, budhisme tibet, saya mengagumi beliau. saya juga membaca komentar-komentar ajahn chan, dan banyak guru budhis lainnya yang saya kagumi. tapi mereka semua menjelaskan ajaran budhisme berdasarkan pengamatan terhadap dhamma secara langsung. tetapi umat yang tidak dapat melihat seperti yang mereka lihat, mendengarkan dhamma dan menyimpulkan. lalu apa yang diajarkan oleh sang Budha terhadap kesimpulan-kesimpulan?

sang Budha berkata, "seseorang tidak harus menganggap ssuatu sebagai kebenaran hanya karena sesuatu itu merupakan hasil dari kesimpulan."

hal tersebut benar. tetapi faktnya, ajaran-ajaran yang tertanam di dalam umat budhisme yang berasal dari kesimpulan-kesimpulan. seharusnya tidak ada kesimpulan-kesimpulan. jika ada, maka harus tunduk pada hukum-hukum kesimpulan. jika tidak tunduk pada hukum kesimpulan, maka seharusnya sebagaimana kata sang budha, "tidak harus menganggap benar suatu hasil kesimpulan".

seorang guru budhis tentu tak harus menguasai logika karya aristoteles. adalah sangat menggelikan bila saya menuntut seorang bikhu yang akan menjadi guru saya harus mempelajari dulu buku ilmu logika karya aristoteles. bukan seperti yang saya inginkan. bila seseorang mengerti mana yang merupakan kesimpulan dan mana yang bukan kesimpulan, dan bagaimana sikap yang benar terhadap kesimpulan sesuai ajaran sang Budha, maka dia itulah yang aku harapkan menjadi guruku. tetapi, seseorang yang banyak melakukan kesimpulan ini dan itu, tetapi dia tidak tunduk pada hukum kesimpulan, maka aku tidak mengharapkan dia menjadi guruku. seseorang yang terampil di daam meditasi, mengerti dhamma dengan baik, dapat membuat ksimpulan ini dan itu, serta kesimpulannya tidak pernah melanggah hukum berpikir, maka itu adalah yang lebih aku harapkan lagi untuk aku berguru kepadanya.

Deva19

Quote from: Indra on 14 December 2009, 04:05:40 PM
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 04:01:08 PM

dimanakah di sini seseorang yang bisa disebut murid. yang saya tahu, sang Budha menjelaskan bahwa syarat hubungan guru murid itu adalah "rasa hormat" dan "kasih sayang".

saya tertarik dengan statement di atas, sudikah Bro Deva19 menunjukkan di sutta mana Sang Buddha mengajarkan demikian?

maaf kalo saya salah.

saya memang banyak membaca buku budhis. setiap ada buku budhis yang baru di gramedia, saya segera membelinya untuk dibaca dan direnungkan isinya. saya merasa sangat yakin bahwa dalam salah satu buku yang saya baca, entah di halaman berapa atau entah di buku yang mana, saya membaca penjelasan sang Budha tentang dasar hubungan guru murid.

tapi bisa saja saya salah. saya pikir, anda sebagai umat budhis tentu lebih tahu isi sutta-sutta, dari pada saya.

The Ronald

#273
bro deva jika ingin membaca sutta.. yah  kebanyakan buku buddhist itu menafsirkan sutta, atau pun mengarah ke sutta, atau menjadikan sutta sebagai sumber referensinya, tp tidak luput dari kesalahan presepsi


http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=163

nah klo buku yg aku rekomendasikan.. buat pemula, ga berat, tp bagus.. "cacing dan kotoran kesayangannya"

oh iya sekedar sharing, jgn asal beli bukunya :P, ada juga yg memakai label buddha..isinya ga ada ajaran buddhanya sama sekali, malah tambah jauh dari dhamma
sebenarnya aku baru tahun ini membeli buku2 buddhist di gramed, selama ini pedoman cuma sutta, hasilnya tidak puas  (dari 2 buku yg aku beli) , dan yg di beli adik ku malah..bukan buddhist sama sekali... satu2nya yg bagus cuma yah cacing dan kotoran kesayangannya
sisa buku yg aku beli, aku beli di saat ada ceramah dhamma.. hasilnya puas :) (soalnya aku beli pasti yah ttg sutta :P )
...

hatRed

Quote from: The Ronald on 14 December 2009, 04:22:38 PM
Quotedimanakah di sini seseorang yang bisa disebut murid. yang saya tahu, sang Budha menjelaskan bahwa syarat hubungan guru murid itu adalah "rasa hormat" dan "kasih sayang"
hmm..lebih mirip hubungan suami istri...

saya jadi inget pelajaran ppkn dulu,

hormatilah orang yg lebih tua, sayangilah orang yg lebih muda ;D
i'm just a mammal with troubled soul



waliagung

kg semua umat buddha mengerti tentang kitab tripitaka bahasa pali termasuk saya

johan3000

Quote from: The Ronald on 14 December 2009, 04:22:38 PM
Quotedimanakah di sini seseorang yang bisa disebut murid. yang saya tahu, sang Budha menjelaskan bahwa syarat hubungan guru murid itu adalah "rasa hormat" dan "kasih sayang"
hmm..lebih mirip hubungan suami istri...
bro Ronald... kalau itu belum boleh lho.... hati2 memaknain.... :P :P
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Indra

Quote from: waliagung on 14 December 2009, 05:00:39 PM
kg semua umat buddha mengerti tentang kitab tripitaka bahasa pali termasuk saya


emang ada ya mas? tripitaka bahasa pali? terbitan mana mas?

Deva19

Quote from: The Ronald on 14 December 2009, 04:46:51 PM
bro deva jika ingin membaca sutta.. yah  kebanyakan buku buddhist itu menafsirkan sutta, atau pun mengarah ke sutta, atau menjadikan sutta sebagai sumber referensinya, tp tidak luput dari kesalahan presepsi


http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=163

nah klo buku yg aku rekomendasikan.. buat pemula, ga berat, tp bagus.. "cacing dan kotoran kesayangannya"

oh iya sekedar sharing, jgn asal beli bukunya :P, ada juga yg memakai label buddha..isinya ga ada ajaran buddhanya sama sekali, malah tambah jauh dari dhamma
sebenarnya aku baru tahun ini membeli buku2 buddhist di gramed, selama ini pedoman cuma sutta, hasilnya tidak puas  (dari 2 buku yg aku beli) , dan yg di beli adik ku malah..bukan buddhist sama sekali... satu2nya yg bagus cuma yah cacing dan kotoran kesayangannya
sisa buku yg aku beli, aku beli di saat ada ceramah dhamma.. hasilnya puas :) (soalnya aku beli pasti yah ttg sutta :P )


ekslusivisme!

akhirnya, smua bukan budhisme.

"yang ini bukan budhisme. yang itu bukan budhisme. apa yang anda fahami bukanlah budhisme. budhisme adalah yang aku fahami. dan yang aku adalah budhisme sejati".

maaf. saya tidak mengatakan anda demikian. tapi komentar anda membuat saya teringat pada slogan ekslusivisme.

seandainya buku-buku yang saya beli tersebut bukan budhisme, saya gak peduli. toh ajaran yang ada di dalamnya memberi pencerahan padaku. seandainya anda mau ngasih buku yang lebih budhisme dari yang saya miliki, tentu saya menerimanya dengan senang hati.

waliagung

Quote from: Indra on 14 December 2009, 05:05:49 PM
Quote from: waliagung on 14 December 2009, 05:00:39 PM
kg semua umat buddha mengerti tentang kitab tripitaka bahasa pali termasuk saya


emang ada ya mas? tripitaka bahasa pali? terbitan mana mas?

kalau bukan bahasa pali pake bahasa apa dong manndari kwkwkwkw

K.K.

Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 03:57:41 PM
[at]  kutho

bisakah anda mengizinkan saya untuk berdiskusi dengan member lainnya tanpa ada di dalamnya?

saya mohon maaf, karena kata-kata saya yang tidak sopan terhadap anda. dan agar diskusi efekti dan kondusif, maka izinkan untuk sementara waktu saya berdiskusi dengan member lainnya saja dulu. kelak, mungkin kita dapat menyambung diskusi lagi.
Ya, silahkan lanjutkan.

Tapi sebelumnya, ada yang ingin saya sampaikan. Tolong janganlah selalu sedikit-sedikit berlindung di balik "status" seolah-olah komunitas Muslim memojokkan anda karena belajar Buddhisme dan di lain pihak komunitas Buddhis memojokkan anda karena seorang ex-Muslim. Tidak ada yang mempermasalahkan hal tersebut. Bahkan sejak saya di sini pun tidak pernah ada yang mempermasalahkan background saya sama sekali.



waliagung

maju terus kebebasan ,...,.,.,.,.,.,.,...,. semua boleh berpendapat semua boleh berasumsi,.,.,yg kaga boleh menghina

The Ronald

Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 05:06:16 PM
Quote from: The Ronald on 14 December 2009, 04:46:51 PM
bro deva jika ingin membaca sutta.. yah  kebanyakan buku buddhist itu menafsirkan sutta, atau pun mengarah ke sutta, atau menjadikan sutta sebagai sumber referensinya, tp tidak luput dari kesalahan presepsi


http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=163

nah klo buku yg aku rekomendasikan.. buat pemula, ga berat, tp bagus.. "cacing dan kotoran kesayangannya"

oh iya sekedar sharing, jgn asal beli bukunya :P, ada juga yg memakai label buddha..isinya ga ada ajaran buddhanya sama sekali, malah tambah jauh dari dhamma
sebenarnya aku baru tahun ini membeli buku2 buddhist di gramed, selama ini pedoman cuma sutta, hasilnya tidak puas  (dari 2 buku yg aku beli) , dan yg di beli adik ku malah..bukan buddhist sama sekali... satu2nya yg bagus cuma yah cacing dan kotoran kesayangannya
sisa buku yg aku beli, aku beli di saat ada ceramah dhamma.. hasilnya puas :) (soalnya aku beli pasti yah ttg sutta :P )


ekslusivisme!

akhirnya, smua bukan budhisme.

"yang ini bukan budhisme. yang itu bukan budhisme. apa yang anda fahami bukanlah budhisme. budhisme adalah yang aku fahami. dan yang aku adalah budhisme sejati".

maaf. saya tidak mengatakan anda demikian. tapi komentar anda membuat saya teringat pada slogan ekslusivisme.

seandainya buku-buku yang saya beli tersebut bukan budhisme, saya gak peduli. toh ajaran yang ada di dalamnya memberi pencerahan padaku. seandainya anda mau ngasih buku yang lebih budhisme dari yang saya miliki, tentu saya menerimanya dengan senang hati.

reaksi anda , hampir persis dgn saya perkirakan.. yah kurang lebih sama.
bagi org awam mungkin semuanya sama, sama2 memberi sesuatu yg baru, bagi anda mungkin namanya percerahan
klo tidak ada yg mendapat "sesuatu" dari agama/ ajaran itu, maka ajaran itu tidak ada umatnya

yah itu bukan buddhist, walau di letakan di bersamaan dgn rak buku buddhist, mungkin beberapa dari teman2 disini tau yg saya maksudkan, dan mungkin anda tidak tau , bahkan adik saya yg 1 tahun umurnya di bawah aku saja tidak tau, setelah di baca pun tidak tau... , ntar setelah di bilang baru tau...
hmm pemahaman org berbeda2
...

ryu

Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 05:06:16 PM
Quote from: The Ronald on 14 December 2009, 04:46:51 PM
bro deva jika ingin membaca sutta.. yah  kebanyakan buku buddhist itu menafsirkan sutta, atau pun mengarah ke sutta, atau menjadikan sutta sebagai sumber referensinya, tp tidak luput dari kesalahan presepsi


http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=163

nah klo buku yg aku rekomendasikan.. buat pemula, ga berat, tp bagus.. \"cacing dan kotoran kesayangannya\"

oh iya sekedar sharing, jgn asal beli bukunya :P, ada juga yg memakai label buddha..isinya ga ada ajaran buddhanya sama sekali, malah tambah jauh dari dhamma
sebenarnya aku baru tahun ini membeli buku2 buddhist di gramed, selama ini pedoman cuma sutta, hasilnya tidak puas  (dari 2 buku yg aku beli) , dan yg di beli adik ku malah..bukan buddhist sama sekali... satu2nya yg bagus cuma yah cacing dan kotoran kesayangannya
sisa buku yg aku beli, aku beli di saat ada ceramah dhamma.. hasilnya puas :) (soalnya aku beli pasti yah ttg sutta :P )


ekslusivisme!

akhirnya, smua bukan budhisme.

\"yang ini bukan budhisme. yang itu bukan budhisme. apa yang anda fahami bukanlah budhisme. budhisme adalah yang aku fahami. dan yang aku adalah budhisme sejati\".

maaf. saya tidak mengatakan anda demikian. tapi komentar anda membuat saya teringat pada slogan ekslusivisme.

seandainya buku-buku yang saya beli tersebut bukan budhisme, saya gak peduli. toh ajaran yang ada di dalamnya memberi pencerahan padaku. seandainya anda mau ngasih buku yang lebih budhisme dari yang saya miliki, tentu saya menerimanya dengan senang hati.
ketika anda berternak ayam sebaiknya anda ambil telurnya, bujan kotorannya \'ajahn chan\'
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

bond

Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 04:29:21 PM
Quote from: bond on 14 December 2009, 04:06:13 PM
Quote
selama ini, aku membaca naskah-naskah budhisme dan mempraktikan ajaran budhisme sebagaimana yang aku fahami. dengan demikian aku telah menganut ajaran budhisme. tetapi aku tidak memiliki kekuatan untuk mengubah statusku di dalam masyarakat untuk menjadi budhis. tetapi seandainya ada seorang guru budhis yang dpat menjelaskan segenap konsep-konsep secara logic, maka itu akan menjadi kekuatan bagiku untuk mengubah status menjadi budhis. karena guru tersebut akan menjadi tempat berlindung diriku dari agresi ideologi "muslim" dan "budhis" yang salah faham terhadap agamanya.

Banyak guru buddhis yg mumpuni, tapi masalahnya harus dicari dan ditemui langsung, bukan hanya berkata :"seandainya...dsb" . Bisa ngak anda nekad untuk ketemu, kalau bisa...ada kemungkinan Anda bisa lewat lubang jarum dengan mulus. _/\_

saya pikir, di sini banyak guru budhis yang terampil bermeditasi, melihat dan membabarkan dhamma. saya telah, sedang dan akan belajar dari mereka tentang meditasi dan dhamma. saya tidak harus menuntut adanya seorang guru dengan bentuk seperti yang saya inginkan.

Guru meditasi buddhist yang trampil tidak ada disini dan mereka juga enggan kesini karena sudah beda habitatnya. Disini hanya tempat tukar pikiran dan saling berbagi pengetahuan Dhamma yg dipahami sesuai tingkat pemahaman masing2. Dan disini bukan tempat pembabaran Dhamma. Namanya disini forum Dhammacitta. Bukan Pembabaran Dhammacintta

tetapi, saya adalah seorang pemikir logic. lalu, dengan cara apa dan bagiamana saya dapat masuk ke dalam komunitas yang akan menolak pemikiran-pemikiran logic saya?

Tanggalkan ego dan keras kepala anda.

saya membaca komentar-komentar YM Dalai Lama, budhisme tibet, saya mengagumi beliau. saya juga membaca komentar-komentar ajahn chan, dan banyak guru budhis lainnya yang saya kagumi. tapi mereka semua menjelaskan ajaran budhisme berdasarkan pengamatan terhadap dhamma secara langsung. tetapi umat yang tidak dapat melihat seperti yang mereka lihat, mendengarkan dhamma dan menyimpulkan. lalu apa yang diajarkan oleh sang Budha terhadap kesimpulan-kesimpulan?

Tidak semua umat tidak melihat, ada juga mereka yang telah melihat seperti mereka. Anda sudah baca komentar-komentar mereka dan Anda mengagumi mereka, tetapi mengapa Anda masih bertanya " apa yang diajarkan Buddha terhadap kesimpulan-kesimpulan", ini berarti kekaguman Anda terhadap mereka hanya kagum di KEPALA bukan DI HATIMU.

sang Budha berkata, "seseorang tidak harus menganggap ssuatu sebagai kebenaran hanya karena sesuatu itu merupakan hasil dari kesimpulan."

Demikian juga Buddha tidak mengajarkan melihat kebenaran melalui Logic -logic ilusi. Tapi Buddha mengajarkan dari kemurnian dan ketulusan hati yg murni sehingga kebenaran dapat dilihat dengan nyata.

hal tersebut benar. tetapi faktnya, ajaran-ajaran yang tertanam di dalam umat budhisme yang berasal dari kesimpulan-kesimpulan. seharusnya tidak ada kesimpulan-kesimpulan. jika ada, maka harus tunduk pada hukum-hukum kesimpulan. jika tidak tunduk pada hukum kesimpulan, maka seharusnya sebagaimana kata sang budha, "tidak harus menganggap benar suatu hasil kesimpulan".

Apa yg dimaksud umat Buddhis secara keseluruhan atau sebagian atau beberapa? Yang pasti disini masing2 mewakili individu masing2. Apa yang Anda tulis juga merupakan kesimpulan bukan? lalu mengapa menyalahkan umat buddhist. Memiliki kesimpulan atau tidak ada kesimpulan kedua-duanya permainan dari pikiran Anda yg sebenarnya juga penyimpulan terselubung dari ego.


seorang guru budhis tentu tak harus menguasai logika karya aristoteles. adalah sangat menggelikan bila saya menuntut seorang bikhu yang akan menjadi guru saya harus mempelajari dulu buku ilmu logika karya aristoteles. bukan seperti yang saya inginkan. bila seseorang mengerti mana yang merupakan kesimpulan dan mana yang bukan kesimpulan, dan bagaimana sikap yang benar terhadap kesimpulan sesuai ajaran sang Budha, maka dia itulah yang aku harapkan menjadi guruku. tetapi, seseorang yang banyak melakukan kesimpulan ini dan itu, tetapi dia tidak tunduk pada hukum kesimpulan, maka aku tidak mengharapkan dia menjadi guruku. seseorang yang terampil di daam meditasi, mengerti dhamma dengan baik, dapat membuat ksimpulan ini dan itu, serta kesimpulannya tidak pernah melanggah hukum berpikir, maka itu adalah yang lebih aku harapkan lagi untuk aku berguru kepadanya.

Anda telah membuat hukum kesimpulan dan logika sendiri yang jelas bertentangan dengan hukum semesta, selama anda berpikiran harus begini dan begitu sesuai kepalamu maka tidak ada hasil yang memuaskan. Hanya kecukupan dan kesederhanaan yang mengalir seperti aliran sungai, dimana mengalir secara alami maka Anda telah mengikuti hukum alam yang seharusnya bukan ciptaan pikiran yang disengaja.



Mettacitena
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada