Mengapa Aku Memilih Agama Budha

Started by Deva19, 29 November 2009, 03:24:22 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dipasena

#345
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 02:10:32 AM
Quote from: dhanuttono on 06 January 2010, 02:07:32 AM
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 02:01:28 AM
Quote from: dhanu
misal anda "pengen" bs berenang, belajar teori 10 buku teknik berenang, tanpa anda praktekin secara nyata, apakah anda bisa berenang ? gini deh kita persempit lagi, anda pengen banget, bisa berenang gaya batu... ups salah, gaya kupu-kupu... belajar teori berenang gaya kupu-kupu dari berbagai literatur, tp anda ciut nyali nya ketika disuruh masuk kolam renang, apalagi mau praktikin gaya kupu-kupu... apakah bisa anda berenang gaya kupu-kupu ? yang ada paling gaya batu, tenggelem...

misalnya dalam forum ini, menurut pengamatan anda, apakah yang saya inginkan sehingga saya berteori / berdiskusi dan apa yang harus saya praktikan?

bro... apa yg anda inginkan sehingga anda berteori dan apa yg harus anda praktekan, ya anda sendiri yg menentukan, sy tidak ada hak tuk mengatur keinginan anda... dan pembahasan ini semakin melebar... mungkin anda bs menyadari... :D

jika demikian, berarti anda tidak tahu apa yang saya inginkan dan apa yang harus saya praktikan. jika anda tidak tahu apa yang saya inginkan dan apa yang harus saya praktikan, maka mengapa anda dengan saya membahas tentang "teori yang tidak dipraktikan adalah omong kosong" ?

mungkin perkataan teman2 anda dikampus ada benarnya juga... hahaha... [j/k]

teori yg tidak dipraktekan adalah omong kosong adalah suatu kenyataan yg tidak mungkin di pungkiri jika kita ingin menguasai teori tersebut, betul ? mengapa anda dan saya membahas ? tanya kenapa... saya hanya menyatakan bahwa itu lah kenyataan nya, jika seseorang ingin menyelami secara utuh dan nyata, maka teori yg ada di buktikan dalam bentuk praktek...

mengenai apa yg anda inginkan dan apa yg anda praktekkan, itu adalah urusan anda... betul ga ? up to u, tujuan kita disini adalah diskusi... bertukar pendapat dengan pemikiran yg sama (teori), walau mungkin pemahaman yg berbeda (praktek)....

seperti yg saya katakan, ga mungkin sy membahas A sementara anda membalas B, pasti ga nyambung... itu sy katakan, kita harus menyelaraskan pikiran kita dulu, yg kita bahas adalah A maka sy harus mempunyai pengetahuan untuk A begitu pula dengan anda...

salam...

dipasena

 [at] deva : cerpen anda menarik...
setenang apa pun seseorang, memang dia tidak dapat mengerjakan kalkulus jika dia tidak belajar... betul...
justru orang yg tidak tenang, dapat mengerjakan kalkulus walau tidak belajar... benar juga...
tp bukan itu esensinya... ketenangan dapat membuat kita untuk dapat berpikir jernih sehingga kita dapat memikirkan jalan keluar dari problem yg menimpa kita...

ada cerpen tambahan... klo saya lg ujian matematika teknik, tp semalam sy lupa belajar, maka sudah pasti sy tidak bs mengerjakan soal tersebut, walau saya berdoa sekalipun... tetap saja jawaban itu tidak turun dr langit, itu murni adalah kesalahan saya karena tidak mempelajari konsep matematika teknik, sehingga sy tidak memiliki pengetahuan mengenai itu...

klo sy gelisah dan gundah karena ga bs mengerjakan soal dengan pikiran "wah dapat nilai jelek nih"/"wah rugi saya bayar sks mahal2 klo ga lulus"/"wah gengsi klo ga bs ngerjain" yg ada bathin saya (perasaan dan pikiran) semakin kacau/takut mencari jalan keluar yg bukan jalan keluar yg baik yaitu menyontek, tp tetap saja bathin kita merasa tidak nyaman...

klo sy tidak gelisah dan gundah karena ga bs mengerjakan soal, ya berusaha tenang, coba cari jalan keluarnya... mentok ga bs ngerjakan, ya udah mau gimana lg, menerima kondisi itu dengan menyadari kesalahan sy sendiri (legowo)... bathin sy jauh lebih merasa nyaman dan santai...

itu pengalan cerpen lanjutan dr cerpen bro deva... ya mungkin itu inti dr yg kita bahas yg bs saya uraikan dengan cerpen :D

salam

Deva19

Quote from: dhanu
seperti yg saya katakan, ga mungkin sy membahas A sementara anda membalas B, pasti ga nyambung... itu sy katakan, kita harus menyelaraskan pikiran kita dulu, yg kita bahas adalah A maka sy harus mempunyai pengetahuan untuk A begitu pula dengan anda...

jika saya membahas tentang "mengapa saya memilih agama budha", lalu anda membahas tentang "teori tanpa praktik adalah omong kosong". maka dapat anda tunjukan, dimana sambungannya?

jika anda membahas "teori tanpa praktik adalah omong kosong" dan saya menanyakan, "mengapa anda menyatakan demikian"? maka apakah pertanyaan saya tidak nyambung?

Deva19

Quote from: dhanu
gini bro, seseorang bs menentukan oh ini adalah etika, oh ini adalah estetika, oh ini adalah logika adalah berdasarkan dari tingkat kebenaran yg menjadi suatu kebiasaan (etika dan estetika) dan dari tingkat kebenaran berdasarkan tingkat pengetahuan nya...

kebenaran yang menjadi suatu kebiasaan?!

lalu kebnaran apa yang tidak menjadi kebiasaan?

kebenaran berdasrakan tingkat pengetahuan. apakah anda bisa menjelaskan tingkat-tingkat pengetahuan tersebut?

Quote from: dhanu
jd yg sy bahas adalah nilai kebenaran, benar bagi suatu pihak, belum tentu benar bagi pihak lain, kenapa ? karena kebenaran itu masih sebatas benar dalam kapasitas logika kita yg bersifat subyektif/pribadi yg mungkin bs sama dalam suatu kelompok atau dapat juga tidak sama dengan logika orang lain...

jadi, anda tidak tahu tentang logika objektif?

Deva19

Quote from: dhanu
gini bro... jgn terlalu cepat menyimpulkan dengan logika anda yg terlalu logic... jika anda ingin mengetahui sebatas mengetahui, tentu sifat nya adalah menyimak... tp jika anda telah masuk dalam tataran "ikut berdiskusi" tentu anda harus menguasai teori nya, sehingga apa yg di bahas dan apa yg di jawab dalam diskusi nyambung, ga mungkin kan saya membahas tentang minuman tp anda membalas tentang makanan ?

anda tahu apa topik diskusi di thread ini? apakah anda juga tahu siapa yang membuka thread ini dan dengan tujuan apa? apa yang diharapkan di bahas di sini oleh yang membuka thread?

dipasena

#350
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 02:50:47 AM
Quote from: dhanu
seperti yg saya katakan, ga mungkin sy membahas A sementara anda membalas B, pasti ga nyambung... itu sy katakan, kita harus menyelaraskan pikiran kita dulu, yg kita bahas adalah A maka sy harus mempunyai pengetahuan untuk A begitu pula dengan anda...

jika saya membahas tentang "mengapa saya memilih agama budha", lalu anda membahas tentang "teori tanpa praktik adalah omong kosong". maka dapat anda tunjukan, dimana sambungannya?

jika anda membahas "teori tanpa praktik adalah omong kosong" dan saya menanyakan, "mengapa anda menyatakan demikian"? maka apakah pertanyaan saya tidak nyambung?

hahaha... trus trang sy lama ga buka forum ini, baru hari ini sy iseng buka forum ini lg, td ketika sy ikut diskusi di thread ini, sy tidak membaca dr awal, krn sy liat udah page yg ke 21 dan sy ada membaca tulisan bro johan, disitu sy langsung menyambung pembahasan dr bro johan dengan mengatakan bahwa sy setuju dengan pandangan dia, klo teori harus disertai praktek dimana sy membuat kesimpulan sendiri yaitu teori tanpa praktek adalah omong kosong... kira2 gtu deh... salah nya saya adalah lsng nyambung diskusi yg sedang jalan :D

klo pertanyaan kedua, ehm... ehm... tanya kenapa ?

dipasena

#351
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 02:54:51 AM
Quote from: dhanu
gini bro, seseorang bs menentukan oh ini adalah etika, oh ini adalah estetika, oh ini adalah logika adalah berdasarkan dari tingkat kebenaran yg menjadi suatu kebiasaan (etika dan estetika) dan dari tingkat kebenaran berdasarkan tingkat pengetahuan nya...

kebenaran yang menjadi suatu kebiasaan?!

lalu kebnaran apa yang tidak menjadi kebiasaan?

kebenaran berdasrakan tingkat pengetahuan. apakah anda bisa menjelaskan tingkat-tingkat pengetahuan tersebut?

Quote from: dhanu
jd yg sy bahas adalah nilai kebenaran, benar bagi suatu pihak, belum tentu benar bagi pihak lain, kenapa ? karena kebenaran itu masih sebatas benar dalam kapasitas logika kita yg bersifat subyektif/pribadi yg mungkin bs sama dalam suatu kelompok atau dapat juga tidak sama dengan logika orang lain...

jadi, anda tidak tahu tentang logika objektif?

logika objektif ? seberapa objektif sih ? apa kriteria nya ? apa dasar bukti kuat pernyataan anda.... ??

kebenaran yg diterima dan menjadi kebiasaan adalah apa yg anda masih lakukan sampai saat ini
kebenaran yg tidak menjadi kebiasaan, itu adalah pengetahuan yg anda masih pelajari sampai saat ini...
tingkat pengetahuan merupakan beberapa disiplin ilmu yg dicapai dalam tingkatan2 tertentu... tingkat pengetahuan anak TK berbeda dengan tingkat pengetahuan mahasiswa, betul ? apalagi dengan tingkat pengetahuan orang yg super logic tp ehm... ehm...


Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 02:57:21 AM
Quote from: dhanu
gini bro... jgn terlalu cepat menyimpulkan dengan logika anda yg terlalu logic... jika anda ingin mengetahui sebatas mengetahui, tentu sifat nya adalah menyimak... tp jika anda telah masuk dalam tataran "ikut berdiskusi" tentu anda harus menguasai teori nya, sehingga apa yg di bahas dan apa yg di jawab dalam diskusi nyambung, ga mungkin kan saya membahas tentang minuman tp anda membalas tentang makanan ?

anda tahu apa topik diskusi di thread ini? apakah anda juga tahu siapa yang membuka thread ini dan dengan tujuan apa? apa yang diharapkan di bahas di sini oleh yang membuka thread?

gini bro, udah sy jelaskan, sy cm menyambung salah satu tulisan dr johan dengan pernyataan "saya setuju dengan pandangan johan" disitu ada ketidak puasan dr anda yg terus mengejar alasan sy... sekarang baru anda pertanyakan masalah ini... ehm... tipikal banget... klo emang ga suka, dr awal udah anda pertanyakan, jd kita ga perlu kejar2 panjang lebar hingga beberapa page gini... jgn udah panjang lebar baru mempermasalahkan hal ini... ok la... no comment tuk thread anda... gut luk deh dengan pandangan anda... :D

Deva19

Quote from: dhanu
setelah kita mempunyai pandangan yg sama dalam hal teori, tentu kita harus mempunyai pemahaman yg sama bukan ?

jika kita mempunyai pandangan yang sama dalam teori, secara otomatis kita memiliki pemahaman yang sama.

Quote
bagaimana mungkin kita bisa memahami jika kita tidak mempraktekan teori tersebut/menyelami secara langsung esensi dari teori tersebut ?

jelasnya, teori apa ?

kita dapat memahami sesuatu yang kita tidak mempraktikannya. tapi orang yang mempraktikannya, tentu lebih memahaminya.

jika anda seorang budhis, tentu anda tidak mempraktikan sholat. tapi anda dapat memahami, apa itu shalat, yakni sebagai cara ibadah yang dilakukan oleh umat Islam.  orang yang tidak shalat, bisa jadi lebih menguasai teori sholat dari pada para pelaksanaannya. tapi tentu anda tidak bermaksud menguasainya sejauh itu. benar kan?

Quote from: dhanu
lain hal nya jika kita sekedar ingin tau, seperti yg anda posisikan diri anda sebagai wartawan yg bertujuan sekedar ingin tau dengan cara menyimak saja dimana tidak terjadi diskusi tp hanya dialog tanya jawab.

saya seorang wartawan dan juga seorang pendiskusi. saya menjelaskan contoh profesi wartawan dalam suatu pertanyaan, "apakah semua teori harus dpraktikan" ? dan sepertinya anda belum menjawab pertanyaan ini.

jika "ya" apakah setiap teori yang didiskusikan itu perlu dipraktikan?

Deva19

#353
Quote from: dhanu
logika objektif ? seberapa objektif sih ? apa kriteria nya ? apa dasar bukti kuat pernyataan anda.... ??

pernyataan saya yang mana?

saya bertanya, "apakah anda tidak tahu logika objektif?"

dan pertanyaan, bukanlah pernyataan.

Quote from: dhanu
kebenaran yg diterima dan menjadi kebiasaan adalah apa yg anda masih lakukan sampai saat ini
kebenaran yg tidak menjadi kebiasaan, itu adalah pengetahuan yg anda masih pelajari sampai saat ini...

jadi, seseorang menentukan klasifikasi atau kategori sesuatu itu berdasarkan apa yang dilakukan sampai saat ini?

Quote from: dhanu
gini bro, seseorang bs menentukan oh ini adalah etika, oh ini adalah estetika, oh ini adalah logika adalah berdasarkan dari tingkat kebenaran yg menjadi suatu kebiasaan (etika dan estetika) dan dari tingkat kebenaran berdasarkan tingkat pengetahuan nya...

Quote from: dhanu
kebenaran yg diterima dan menjadi kebiasaan adalah apa yg anda masih lakukan sampai saat ini

jadi, menurut anda :

Quote
seseorang bs menentukan oh ini adalah etika, oh ini adalah estetika, oh ini adalah logika adalah berdasarkan dari tingkat apa yg anda masih lakukan sampai saat ini

jika saya dapat menentukan oh ini etika, oh ini estetika dan idalah logika, sebenarnya apa yang telah saya saya lakukan sampai saat ini dan bagaimana tingkatannya?


Deva19

Quote from: dhanu
tingkat pengetahuan merupakan beberapa disiplin ilmu yg dicapai dalam tingkatan2 tertentu... tingkat pengetahuan anak TK berbeda dengan tingkat pengetahuan mahasiswa, betul ? apalagi dengan tingkat pengetahuan orang yg super logic tp ehm... ehm...

jadi, seseorang bs menentukan oh ini adalah etika, oh ini adalah estetika, oh ini adalah logika adalah berdasarkan dari tingkat apa yg anda masih lakukan sampai saat ini, ataukah berdasarkan tingkat pengetahuan?

Deva19

Quote from: dhanu
gini bro, udah sy jelaskan, sy cm menyambung salah satu tulisan dr johan dengan pernyataan "saya setuju dengan pandangan johan" disitu ada ketidak puasan dr anda yg terus mengejar alasan sy... sekarang baru anda pertanyakan masalah ini... ehm... tipikal banget... klo emang ga suka, dr awal udah anda pertanyakan, jd kita ga perlu kejar2 panjang lebar hingga beberapa page gini... jgn udah panjang lebar baru mempermasalahkan hal ini... ok la... no comment tuk thread anda... gut luk deh dengan pandangan anda...

saya hanya bertanya untuk memperjelas sesuatu yang belum jelas. anda telah membuat pernyataan. dan terdapat tiga jenis pernyataan, yang dapat diuji kebenarannya dengan tiga cara. terdapat 4 jenis proposisi sebagai bahan dari kesimpulan. dan saya menyelidki semua itu di dalam pernyataan anda. jadi, tidak berhubungan dengan apakah saya suka atau tidak. dan saya tidak mengejar-ngejar, tapi bertanya-tanya. setiap pernyataan yang benar harus dipertanggung jawabkan dengan benar. sebuah pernyataan yang jawabannya tidak jelas, itu artinya pernyataan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. jika suatu pernyataan dapat dipertanggung jawabkan, maka patut bagi saya dan orang lain untuk menerimanya sebagai kebenaran. jika suatu pernyataan tidak dapat dipertanggung jawabkan, maka tidak patut bagi saya atau bagi orang lain untuk menerimanya sebagai suatu kebenaran. di sini, saya ingin mengajak kepada semua orang, bahwa bukan saja ketenangan yang diperlukan dalam menyatakan segala sesuatu, melainkan juga kebenaran, agar kita tidak pernah terdorong untuk menyatakan sesuatupun yang dasar kebenarannya tidak jelas dan spekulatif. karena di dunia ini, masih banyak hal yang jelas dan nyata kebenarannya. kita dapat menyibukan diri untuk memikirkan persoalan yang lebih jelas dan nyata, dari pada sesuatu yang bersifat spekulatif.

jadi, dari mana anda melihat ketidak puasan saya? dari mana pula anda tahu kalau saya tidak suka? mengapa ada pertanyaan yang menurut anda "seharusnya diawal", dan bukan sekarang? apakah salah menempatknya sekarang? dan apa anda tahu, kenapa saya tidak menempatkannya diawal?




Deva19

diskusi membuat saya tidak fokus dalam mengembangkan pengetahuan, karena saya sibuk menjelaskan hal-hal yang telah saya ketahui atau sibuk menanyakan sesuatu agar orang lain berpikir lebih kritis terhadap sesuatu. pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan-pertanyaan orang lain membuat pikiran saya berputar di tingkat pemahaman orang lain. beruntunglah saya, bila orang lain tersebut menjelaskan suatu pengetahuan yang baru bagi saya. tapi, bila yang dijelaskan oleh orang lain adalah pengetahuan-pengetahuan yang telah saya fahami, maka tentu membuat saya tidak bergerak untuk mengembangkan pengetahuan sendiri.

ku pikir, lebih menyenangkan bila diriku merenung sendiri, sibuk menyelidiki pengetahuan-pengteahuan baru bagiku, sehingga cara ini jauh lebih cepat memberikan perkmbangan bagiku, dari pada melalui cara diskusi. tapi entahlah, semua ini sekedar rnungan-renunganku saja.

carinex

^
Coba ikut latihan maditasi saja bro, mungkin dengan perenungan Deva19 yang diarahkan dengan benar, siapa tahu dalam kehidupan yang sekarang ini bisa mencapai salah 1 tingkat kesucian, mumpung pada kehidupan ini kita kenal ajaran Buddha, karena hasil meditasi itu harta yang kita bawa juga ke kehidupan berikutnya. Paling ga misal belum bisa, konstentrasi jadi lebih meningkat dan lebih mampu menyadari saat ini.

Tekkss Katsuo

^
setujuuu,,,
tp moral juga perlu dijaga sebaik mungkin, terus samadhi dan kemudian latih Vipasanna, seiring dengan meningkatnya pelatihan Samadhi dan Vipasanna ini, maka secara otomatis maka sila akan terjaga...

fabian c

Quote[at]  febian

sebagaimana telah sering saya nyatakan bahwa bentuk kebenaran itu ada tiga macam, yakni kebenaran ilmiah, kebenaran logika, dan kebenaran batiniah (dhamma).

saya memang menyamakan antara Allah dengan nibbana.

Tentu saudara Dewa19 memiliki alasan untuk menganggap demikian terlepas dari benar atau tidaknya.

Quotesetelah saya menyatakan kesamaan tersebut, apakah anda akan langsung menyanggah ataukah anda akan melakukan penyelidikan, mengapa saya menganggap sama?

Boleh tahu mengapa?

Quotemohon maaf, saya hanya ingin menyampaikan apa yang ada dalam pikiran saya. bahwa kawan-kawan di sini umumnya cepat berekasi  untuk menyanggah atau menentang pernyataan-pernyataan yang dianggap tidak sefaham dengan mereka, serta "menomor duakan" penyelidikan. apakah sikap seperti itu merupakan sikap yang bijaksana menurut anda?
Dalam diskusi tentu setiap orang memiliki kesempatan untuk menjelaskan pandangannya

Quoteini adalah pernyataan saya. dan siapa yang tahu makna suatu pernyataan selain dari orang yang menyatakannya? lalu kenapa orang enggan untuk menyelidiki, apa maksud seseorang menyatakan begini dan begitu? kenapa mereka lebih bersemangat untuk cepat-cepat membantah segala sesuatunya?
Kadang seseorang langsung membantah karena melihat suatu pernyataan yang tak masuk akal atau bertentangan dengan keyakinannya, saya kira hal ini manusiawi, kecuali orang tersebut memiliki pandangan yang sama maka ia tak akan membantah.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata