News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Mengapa Aku Memilih Agama Budha

Started by Deva19, 29 November 2009, 03:24:22 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Deva19

Quote from: dhanu
anda belajar teori berenang, tanpa praktek apakah anda "pasti" telah bisa berenang setelah belajar banyak teori berenang ??

tentu tidak.

tapi pertanyaan saya adalah "apakah setiap teori itu merupakan sesuatu untuk dipraktikan"?

pernyataan 1 : teori pertama
agar tubuh seseorang dapat mengambang dalam air, maka seorang harus mengangkat pinggulnya ke atas, dan membenamkan badannya ke dalam air, sehingga pinggul dan badan setinggi rata-rata air.

tentu teori tersebut merupakan hal yang perlu untuk dipraktikan, agar lebih dapat difahami artinya. seorang siswa misalnya, akan melakukan hal-hal yang ditunjukan dalam teori tersebut. dan perlu dipraktikan bagi sseorang yang ingin terampil berenang. tapi, apakah perlu dipraktikan, bagi yang tidak ingin terampil berenang?

pernyataan 2 :teori kedua
berenang termasuk kepada olah raga air.

apakah teori tersebut dapat dipraktikan? apakah seorang siswa dapat melakuan suatu tindakan dari pernyataan tersebut?

Deva19

Quote from: dhanu
benar untuk sisi orang papua, tp tidak untuk sisi orang jakarta... begitu pula jika kebenaran dibatasi pada tingkat pengetahuan (ato yg anda katakan ilmiah tersebut dimana belum tentu benar juga belum tentu salah suatu pernyataan/pendapat/ide yg muncul) dan logika, dimana kebenaran yg muncul masih bermain di level keragu-raguan... tentunya itu bukan lah suatu kebenaran yg sesungguhnya...

menurut anda, apakah persoalan tersebut ada hubungannya dengan kebenaran logika?

apakah anda dapat membedakan antara etika, estetika dan logika?

wen78

Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 01:20:14 AM
jadi, sebelum seseorang dapat menenangkan diri, apakah ia tidak dapat berpikir benar?

bro Deva19, semua pertanyaan saya gabung menjadi 1. karena ini adalah inti nya dan semua akan terjawab dengan sendirinya.

diri yg tenang berbeda dengan berpikir untuk tenang. silahkan anda cari jawabannya sendiri  _/\_
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Deva19

Quote from: dhanu
mengenai "apakah anda mreasa perlu menuliskannya atau tidak, tentu itu merupakan wewenang saya." itu adalah pemaksaan

maksud saya, wewenang anda.

Deva19

Quote from: wen78 on 06 January 2010, 01:33:07 AM
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 01:20:14 AM
jadi, sebelum seseorang dapat menenangkan diri, apakah ia tidak dapat berpikir benar?

bro Deva19, semua pertanyaan saya gabung menjadi 1. karena ini adalah inti nya dan semua akan terjawab dengan sendirinya.

diri yg tenang berbeda dengan berpikir untuk tenang. silahkan anda cari jawabannya sendiri  _/\_

baiklah!

dipasena

Quote
Quote
dengan logic atau tidak logic, ketika diselidiki secara murni, dari diri sendiri, jawabannya pasti tidak merokok(jika jujur pada diri sendiri).
jawaban ini bisa di dapatkan dengan mudah ketika kondisi diri benar2 tenang. cara paling mudah adalah tarik nafas panjang.
cara lain yaitu dalam meditasi dalam ketenangan.(meditasi untuk ketenangan, bukan meditasi untuk mencapai sebuah tujuan).

jadi, sebelum seseorang dapat menenangkan diri, apakah ia tidak dapat berpikir benar?

hehehe... klo boleh tau apa pekerjaan anda ? pengusaha ? pengajar ? atau apa ? anda adalah orang yg luar biasa hebat jika bisa berpikir benar tanpa harus menenangkan diri... (menenangkan diri disini maksudnya adalah menenangkan bathin yg sedang galau/gelisih/marah/emosi yg bergejolak)

Quote
Quote
atau contoh lain vegetarian. ketika jujur pada diri sendiri, jawabannya pasti "makan apa saja ketika lapar tanpa perlu harus makan daging".
saya yakin seluruh manusia jujur pada diri sendiri akan menjawab seperti itu. hanya saja pikiran menciptakan logic2 baru untuk memenuhi keinginan diri sendiri sehingga jawaban yg terjujur ini menjadi tertutup oleh jawaban logic yg terbentuk oleh pikiran.

apakah logic-logic baru itu benar-benar logic atau hanya "dianggap logic" ?

hahaha... ini semangat anak muda yg baru bermain logika, jd sesuatu yg selalu dibantah dalam batasan "sudah" atau "belum" semua hal akan dinilai dalam 2 sisi tersebut... bener2 logic dan dianggap logic, tetap saja bersifat subyektif yg belum tentu sama/berbeda dengan orang lain, disitu belum ada nilai kebenarannya...

Quote
Quote
ini yg di tekankan dalam menyelidiki suatu sebelum langsung menerimanya. proses menyelidiki ini memerlukan proses. proses ini adalah proses "jujur terhadap diri sendiri" yg benar2 adalah dari dalam diri sendiri, tanpa ada pengaruh dari faktor2 luar yg membentuk pemikiran/logic baru. dan proses ini memerlukan waktu, dan bisa juga terjadi sekejap.

penyelidikan yang anda maksudkan adalah penyelidikan dhamma. benar kan? spertinya anda telah belajar banyak tntang bagaimana cara melakukan penyelidikan dhamma? tapi, apakah anda telah belajar banyak tntang bagaimana cara melakukan penyelidikan logic?

kata2 anda luar biasa loh, seperti seorang pakar logic... :)) kira2 dulu matematika pasti dapat 100 ya setelah ujian ? klo ga selalu 100, berarti penyelidikan logik anda pun masih kurang loh... :)) hahaha...

dipasena

Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 01:32:36 AM
Quote from: dhanu
benar untuk sisi orang papua, tp tidak untuk sisi orang jakarta... begitu pula jika kebenaran dibatasi pada tingkat pengetahuan (ato yg anda katakan ilmiah tersebut dimana belum tentu benar juga belum tentu salah suatu pernyataan/pendapat/ide yg muncul) dan logika, dimana kebenaran yg muncul masih bermain di level keragu-raguan... tentunya itu bukan lah suatu kebenaran yg sesungguhnya...

menurut anda, apakah persoalan tersebut ada hubungannya dengan kebenaran logika?

apakah anda dapat membedakan antara etika, estetika dan logika?

anda sih terlalu byk bermain logic... padahal kita membahas level kebenaran, kita bukan membahas etika, estetika dan logika, tp tingkat kebenaran dari hal tersebut.

hahaha... iya sy ga bs membedakan 3 hal tersebut, logic saya kalah hebat dengan anda... :)) [ngaco dah...]

dipasena

#337
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 01:29:24 AM
Quote from: dhanu
anda belajar teori berenang, tanpa praktek apakah anda "pasti" telah bisa berenang setelah belajar banyak teori berenang ??

tentu tidak.

tapi pertanyaan saya adalah "apakah setiap teori itu merupakan sesuatu untuk dipraktikan"?

pernyataan 1 : teori pertama
agar tubuh seseorang dapat mengambang dalam air, maka seorang harus mengangkat pinggulnya ke atas, dan membenamkan badannya ke dalam air, sehingga pinggul dan badan setinggi rata-rata air.

tentu teori tersebut merupakan hal yang perlu untuk dipraktikan, agar lebih dapat difahami artinya. seorang siswa misalnya, akan melakukan hal-hal yang ditunjukan dalam teori tersebut. dan perlu dipraktikan bagi sseorang yang ingin terampil berenang. tapi, apakah perlu dipraktikan, bagi yang tidak ingin terampil berenang?

pernyataan 2 :teori kedua
berenang termasuk kepada olah raga air.

apakah teori tersebut dapat dipraktikan? apakah seorang siswa dapat melakuan suatu tindakan dari pernyataan tersebut?

hahaha... teori jika tidak mau dipraktekan, ya udah... selama nya tetap teori, tp sekarang kita liat deh teori yg berlaku untuk anda deh, ga perlu orang lain deh... [ga ada hubungan nya kale...]

misal anda "pengen" bs berenang, belajar teori 10 buku teknik berenang, tanpa anda praktekin secara nyata, apakah anda bisa berenang ? gini deh kita persempit lagi, anda pengen banget, bisa berenang gaya batu... ups salah, gaya kupu-kupu... belajar teori berenang gaya kupu-kupu dari berbagai literatur, tp anda ciut nyali nya ketika disuruh masuk kolam renang, apalagi mau praktikin gaya kupu-kupu... apakah bisa anda berenang gaya kupu-kupu ? yang ada paling gaya batu, tenggelem...

logic itu dimulai dulu dr yg kecil, simple... ga usah diperluas... keliatan koq nti inti dari diskusi mengenai teori tanpa praktek adalah omong kosong.

diatas aja terlihat yg dibahas adalah teknik/cara berenang yg merupakan teori, apa hubungannya dengan pernyataan 1, jika siswa tersebut tidak mau terampil berenang ya udah, ga usah belajar teknik/cara berenang karena pasti akan menjadi sia2 ato omong kosong, bisa ngomong teori nya tp ga bs prakteknya, betul ? trus apa hubungan dengan pernyataan 2 ? berenang adalah olah raga air, ya selama siswa telah belajar teknik/cara berenang dan mempraktekannya, sudah tentu siswa tersebut bisa berenang dan hal berenang merupakan kegiatan olah tubuh dalam air...ga mungkin kan berenang untuk kegiatan olah mata... kecuali jelalatan liatin body2 cewe2... :))

Deva19

Quote
hehehe... klo boleh tau apa pekerjaan anda ? pengusaha ? pengajar ? atau apa ? anda adalah orang yg luar biasa hebat jika bisa berpikir benar tanpa harus menenangkan diri... (menenangkan diri disini maksudnya adalah menenangkan bathin yg sedang galau/gelisih/marah/emosi yg bergejolak)

sebenarnya diskusi ini bukan tentang saya. tapi ada baiknya saya ceritakan suatu pengalaman, dengan harapan ada manfaatnya.

saya adalah orang yang sangat gemar bermeditasi. setiap hari, saya bangun pukul 4  atau pukul 3 pagi, segera bermeditasi, sambil menunggu adzan subuh. setelah adzan subuh, saya mengerjakan shalat kemudian membantu istri memasak dan mencuci, mandi atau saya bekerja dengan komputer sambil menunggu waktu berangkat kerja/kuliah tiba.

di tempat kuliah, saya dikenal oleh teman-teman saya sebagai orang "yang aneh", karena sering duduk bermeditasi bila waktu istirahat kuliah tiba. di kelas, saya sangat bersemangat dan paling banyak mengajukan pertanyaan kepada dosen, dan tidak pernah mengantuk, walaupun kuliah sehari penuh. saya sangat tenang dan pemberani. segala problem dalam kehidupan ini, saya hadapi dengan tenang. ketika seorang mahasiswi mencaci maki saya di depan umum, maka tiada perubahan ketenangan di dalam batin saya.

memperhatikan teman-teman saya, mereka hidup dalam kegelisahan, amat jauh dari ketenangan. ditambah tubuh yang sakit-sakitan. teman yang bertubuh kurus, sedang, maupun gemuk, semuanya pnya keluhan sakit. mereka mudah risau dengan hal-hal yang saya tidak pernah merisaukannya, seperti misalnya mereka risau dengan tugas-tugas kuliah yang belum diselesaikan, atau mereka gelisah karena konflik sosial. hal-hal seperti itu tidaklah saya alami lagi.

walaupun sedemikian ketenangan yang saya miliki, tetapi saya sulit untuk memahami pelajaran kalkulus. saat ujian tiba, saya tidak tahu bagaimana cara menjawab soal-soal tersebut. tetapi saya tidak takut, tidak pula gelisah. saya duduk tnang di kursi ujian, dengan meperhatikan nafas keluar masuk,mengembangkan konsentrasi dan ketenangan. karena tidak ada hal lain yang dapat saya kerjakan. sementara teman-teman saya tampak risau, dan mencuri-curi kesempatan untuk menyontek. sebagian berbisik-bisik,"liat, liat, Deva sedang bersemedi mencari ilham, hi..hi..hi..". saya enggak peduli dengan olok-olok mereka. ketika saya dengan tenang memusatkan perhatian pada nafas, tiba-tiba sesuatu menimpuk hidung saya. ku lihat, itu sebuah gumpalan kertas. saya larak-lirik ke kiri dan ke kanan, seorang teman melemparkan senyuman. ku rasa, dialah yang melemparkan kertas tersebut. dia memberi isyarat untuk membukanya. ku lihat, ternyata isinya kunci jawaban. "alhamdulillah" saya bilang. lalu saya menyalinnya.

saya tenang, tapi saya tidak mengerjakan soal kalkulus dengan benar.
mereka gelisah, tapi mereka mengerjakan soal kalkulus dengan benar.

pesan dari cerpen tersebut adalah setenang apapun seseorang, kalau dia tidak belajar kalkulus, dia tidak dapat mengerjakan dengan benar, bagiamana cara menyelesaikan persoalan kalkulus. setenang apapun seseorang,kalau dia tidak pernah belajar tentang rumus berpikir benar, maka dia tidak tahu bagaimana caranya berpikir benar.  

mereka suci, tapi mereka tidka menyimpulkan dengan benar.
mereka kotor, tapi mereka mnyimpulkan segala sesuatunya dengan benar.

Deva19

Quote from: dhanu
anda sih terlalu byk bermain logic... padahal kita membahas level kebenaran, kita bukan membahas etika, estetika dan logika, tp tingkat kebenaran dari hal tersebut.

apakah tidak ada hubungannya antara etika, estetika, logika dengan level kebenaran?

Deva19

Quote from: dhanu
misal anda "pengen" bs berenang, belajar teori 10 buku teknik berenang, tanpa anda praktekin secara nyata, apakah anda bisa berenang ? gini deh kita persempit lagi, anda pengen banget, bisa berenang gaya batu... ups salah, gaya kupu-kupu... belajar teori berenang gaya kupu-kupu dari berbagai literatur, tp anda ciut nyali nya ketika disuruh masuk kolam renang, apalagi mau praktikin gaya kupu-kupu... apakah bisa anda berenang gaya kupu-kupu ? yang ada paling gaya batu, tenggelem...

misalnya dalam forum ini, menurut pengamatan anda, apakah yang saya inginkan sehingga saya berteori / berdiskusi dan apa yang harus saya praktikan?

Deva19

Quote
diatas aja terlihat yg dibahas adalah teknik/cara berenang yg merupakan teori, apa hubungannya dengan pernyataan 1, jika siswa tersebut tidak mau terampil berenang ya udah, ga usah belajar teknik/cara berenang karena pasti akan menjadi sia2 ato omong kosong, bisa ngomong teori nya tp ga bs prakteknya, betul ? trus apa hubungan dengan pernyataan 2 ? berenang adalah olah raga air, ya selama siswa telah belajar teknik/cara berenang dan mempraktekannya, sudah tentu siswa tersebut bisa berenang dan hal berenang merupakan kegiatan olah tubuh dalam air...ga mungkin kan berenang untuk kegiatan olah mata... kecuali jelalatan liatin body2 cewe2..

seorang wartawan mewawancari seorang guru renang SD. wartawan ini bertanya tentang teknik renang apa saja yang diajarkan untuk anak usia SD. guru renangn tersebut menjelaskannya. wartawan menyimak dengan sebaik-baiknya dan menuliskannya. apakah tujuan wartawan tersebut menyelidiki teknik renang yang dijelaskan guru renang tersebut untuk dipraktikan oleh dirinya? apakah si guru renang akan berkata kepada wartawan,"kalau kau tidak mau mempraktikannya sendiri, gak usah nanya-nanya segala!" apakah begitu? tentu tidak kan?

anggaplah saya wartawan, dan anda narasumbernya.

dipasena

Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 02:01:28 AM
Quote from: dhanu
misal anda "pengen" bs berenang, belajar teori 10 buku teknik berenang, tanpa anda praktekin secara nyata, apakah anda bisa berenang ? gini deh kita persempit lagi, anda pengen banget, bisa berenang gaya batu... ups salah, gaya kupu-kupu... belajar teori berenang gaya kupu-kupu dari berbagai literatur, tp anda ciut nyali nya ketika disuruh masuk kolam renang, apalagi mau praktikin gaya kupu-kupu... apakah bisa anda berenang gaya kupu-kupu ? yang ada paling gaya batu, tenggelem...

misalnya dalam forum ini, menurut pengamatan anda, apakah yang saya inginkan sehingga saya berteori / berdiskusi dan apa yang harus saya praktikan?

bro... apa yg anda inginkan sehingga anda berteori dan apa yg harus anda praktekan, ya anda sendiri yg menentukan, sy tidak ada hak tuk mengatur keinginan anda... dan pembahasan ini semakin melebar... mungkin anda bs menyadari... :D

Deva19

Quote from: dhanuttono on 06 January 2010, 02:07:32 AM
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 02:01:28 AM
Quote from: dhanu
misal anda "pengen" bs berenang, belajar teori 10 buku teknik berenang, tanpa anda praktekin secara nyata, apakah anda bisa berenang ? gini deh kita persempit lagi, anda pengen banget, bisa berenang gaya batu... ups salah, gaya kupu-kupu... belajar teori berenang gaya kupu-kupu dari berbagai literatur, tp anda ciut nyali nya ketika disuruh masuk kolam renang, apalagi mau praktikin gaya kupu-kupu... apakah bisa anda berenang gaya kupu-kupu ? yang ada paling gaya batu, tenggelem...

misalnya dalam forum ini, menurut pengamatan anda, apakah yang saya inginkan sehingga saya berteori / berdiskusi dan apa yang harus saya praktikan?

bro... apa yg anda inginkan sehingga anda berteori dan apa yg harus anda praktekan, ya anda sendiri yg menentukan, sy tidak ada hak tuk mengatur keinginan anda... dan pembahasan ini semakin melebar... mungkin anda bs menyadari... :D

jika demikian, berarti anda tidak tahu apa yang saya inginkan dan apa yang harus saya praktikan. jika anda tidak tahu apa yang saya inginkan dan apa yang harus saya praktikan, maka mengapa anda dengan saya membahas tentang "teori yang tidak dipraktikan adalah omong kosong" ?

dipasena

Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 01:59:24 AM
Quote from: dhanu
anda sih terlalu byk bermain logic... padahal kita membahas level kebenaran, kita bukan membahas etika, estetika dan logika, tp tingkat kebenaran dari hal tersebut.

apakah tidak ada hubungannya antara etika, estetika, logika dengan level kebenaran?

gini bro, seseorang bs menentukan oh ini adalah etika, oh ini adalah estetika, oh ini adalah logika adalah berdasarkan dari tingkat kebenaran yg menjadi suatu kebiasaan (etika dan estetika) dan dari tingkat kebenaran berdasarkan tingkat pengetahuan nya...

jd yg sy bahas adalah nilai kebenaran, benar bagi suatu pihak, belum tentu benar bagi pihak lain, kenapa ? karena kebenaran itu masih sebatas benar dalam kapasitas logika kita yg bersifat subyektif/pribadi yg mungkin bs sama dalam suatu kelompok atau dapat juga tidak sama dengan logika orang lain...


Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 02:05:14 AM
Quote
diatas aja terlihat yg dibahas adalah teknik/cara berenang yg merupakan teori, apa hubungannya dengan pernyataan 1, jika siswa tersebut tidak mau terampil berenang ya udah, ga usah belajar teknik/cara berenang karena pasti akan menjadi sia2 ato omong kosong, bisa ngomong teori nya tp ga bs prakteknya, betul ? trus apa hubungan dengan pernyataan 2 ? berenang adalah olah raga air, ya selama siswa telah belajar teknik/cara berenang dan mempraktekannya, sudah tentu siswa tersebut bisa berenang dan hal berenang merupakan kegiatan olah tubuh dalam air...ga mungkin kan berenang untuk kegiatan olah mata... kecuali jelalatan liatin body2 cewe2..

seorang wartawan mewawancari seorang guru renang SD. wartawan ini bertanya tentang teknik renang apa saja yang diajarkan untuk anak usia SD. guru renangn tersebut menjelaskannya. wartawan menyimak dengan sebaik-baiknya dan menuliskannya. apakah tujuan wartawan tersebut menyelidiki teknik renang yang dijelaskan guru renang tersebut untuk dipraktikan oleh dirinya? apakah si guru renang akan berkata kepada wartawan,"kalau kau tidak mau mempraktikannya sendiri, gak usah nanya-nanya segala!" apakah begitu? tentu tidak kan?

anggaplah saya wartawan, dan anda narasumbernya.

jika demikian maka itu sudah keluar jalur dan pembahasan semakin melebar, klo seperti itu, kita bukan membahas teori tanpa praktek adalah omong kosong bagi seseorang... tp bagi orang lain.

gini bro... jgn terlalu cepat menyimpulkan dengan logika anda yg terlalu logic... jika anda ingin mengetahui sebatas mengetahui, tentu sifat nya adalah menyimak... tp jika anda telah masuk dalam tataran "ikut berdiskusi" tentu anda harus menguasai teori nya, sehingga apa yg di bahas dan apa yg di jawab dalam diskusi nyambung, ga mungkin kan saya membahas tentang minuman tp anda membalas tentang makanan ?

setelah kita mempunyai pandangan yg sama dalam hal teori, tentu kita harus mempunyai pemahaman yg sama bukan ? bagaimana mungkin kita bisa memahami jika kita tidak mempraktekan teori tersebut/menyelami secara langsung esensi dari teori tersebut ?

lain hal nya jika kita sekedar ingin tau, seperti yg anda posisikan diri anda sebagai wartawan yg bertujuan sekedar ingin tau dengan cara menyimak saja dimana tidak terjadi diskusi tp hanya dialog tanya jawab.