News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Mengapa Aku Memilih Agama Budha

Started by Deva19, 29 November 2009, 03:24:22 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Deva19

Setiap kata-kata adalah merupakan objek logika. oleh karena itu, apapun yang dikatakan, maka itu merupakan objek dari kajian ilmu logika. apabila dengan menggunakan kata-kata, berarti harus tunduk pada norma-norma logika. tetapi, bila hendak melihat kebenaran ilmiah, kita harus meihat kepada makna di balik kata-kata.

deva19 adalah hewan mamalia. <---- ini salah secara ilmiah, jika di dalam ilmu sosial manusia tidak digolongkan kepada hewan. kecuali bila disiplin ilmu ilmiah tersebut "hanya dibatasi" pada ilmu biologi. maka benar, bahwa manusia adalah hewan mamalia, dan benar bahwa deva19 adalah hewan mamalia. tetapi faktnya, ilmu yang termasuk ilmiah bukan hanya biologi, melainkan juga psikologi, ilmu sosial, politik, antropologi, dll. dalam ilmu sosial ataupun psikologi, jelas manusia tidak pernah digolongkan sebagai hewan mamalia.

Deva19

Quote from: hatred
Mama deva19 adalah Mamalia  <--- ilmiah bukan?
Mamalia adalah hewan menyusui <--- ilmiah bukan?

Mama deva19 adalah hewan menyusui.

dalam logika salah gak ?

premis2 tersebut secara logika benar gak?

premis2 tersebut secara ilmiah benar gak?

benar secara logika dan salah secara ilmiah.

The Ronald

Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:59:08 PM
Quote from: The Ronald on 08 December 2009, 03:56:17 PM
lol, cara memberi penjelasan yg buruk :P
anda harus mencontoh bro hatred, dalam memberikan penjelasan :P
hal simple jgn buat rumit

ini adalah contoh postingan yang memancing orang untuk berpikir logic. dari sini seharusnya kita belajar bahwa manusia tidak dapat terhindar dari "diskusi logic" oleh karena itu "undang-undang berpikir" harus ditegakan.
semua diskusi disini make logic, ... bro deva harusnya tau tipe2 logic..
komputer logic... di pakai dalam bahasa program
matematika logic dipakai, dalam perhitungan aritmatika
symbol logic, di pakai untuk hal2 tertentu, jelas bukan di sini
logic yg biasa terpakai adalah natural logic

di forum
logic yg paling dasar memahami maksud tulisan seseorg
logic yg paling dasar memikirkan apa yg akan di tulis
...

hatRed

btw, aye gak bermaksud untuk menjelek2an emak e loh om deva19 ;D

cuman mo melihat aja, apa e ndiri sudah bisa berpikir logika apa lum ;D

terbukti dengan "sentilan2" emosional aja anda sudah menyangkal hukum logika yg sebelumnya anda junjung tinggi, hanya sekedar karena gak sesuai dengan perasaan anda.

padahal anda sebelumnya dengan implisit menyuruh rekan2 disini untuk lebih berpikir dalam pola logika, dibanding dengan nalar

aneh, sungguh aneh
i'm just a mammal with troubled soul



Deva19

Quote from: hatRed on 08 December 2009, 04:26:59 PM
btw, aye gak bermaksud untuk menjelek2an emak e loh om deva19 ;D

cuman mo melihat aja, apa e ndiri sudah bisa berpikir logika apa lum ;D

terbukti dengan "sentilan2" emosional aja anda sudah menyangkal hukum logika yg sebelumnya anda junjung tinggi, hanya sekedar karena gak sesuai dengan perasaan anda.

padahal anda sebelumnya dengan implisit menyuruh rekan2 disini untuk lebih berpikir dalam pola logika, dibanding dengan nalar

aneh, sungguh aneh

saya tidak menyangkal hukum logika. kapan dan dimana saya menyangkal hukum logika. logika yang anda kemukakan tersebut saya sebut sebagai "logika yang benar", tetapi proposisinya salah. kecuali bila anda tidak bertanya tentang ilmiah, maka tentu saya tidak akan menybut bahwa proposisi tersebut salah.

hatRed

lalu kenapa menyangkal dengan pernyataan logika :D
i'm just a mammal with troubled soul



Deva19

pada intinya, setiap "kata" apapun dapat ditafsirkan secara berbeda, secara bebas oleh setiap orang. karena setiap orang memiliki kehendak bebas dan persepsi yang berbeda-beda.

saya sudah menjelaskan norma pertama dari 19 norma logika, yakni AAA:

A itu B
B itu C
jadi A itu C

saya mengerti kaidah ini, mereka juga mengerti kaidah ini.

walaupun saya dengan mereka sama-sama menggunakan kaidah yang sama, tapi pertentangan masih tetap terjadi, karena mereka selalu saja mencampurkan antara logika dengan ilmiah.

mereka mengetahui fakta ilmiah, lalu melogikakan fakta ilmiah tersebut.

seperti dikatakan :

dalam ilmu biologi manusia itu termasuk hewan mamalia. --->kebenaran ilmiah
ibumu adalah manusia --->kebenaran ilmiah

jadi ibumu itu hewan mamalia. --->kebenaran logika.

ketika orang menganggap pernyataan terakhir tersebut sebagai kebenaran ilmiah, maka ini merupakan "kekacauan cara berpikir mereka". karena di dalam ilmu biologi sekalipun tidak pernah disebut bahwa "ibumu itu hewan mamalia" tetapi manusia itulah hewan mamalia.

oleh karena itu pernyataan "ibumu itu hewan mamalia" hanya bisa disebut "kebenaran logika" dan tidak dapat disebut "kebenaran ilmiah".

Deva19

ketika bermeditasi, ketika perhatian di arahkan pada keluar masuknya nafas, maka pikiran menyentuh fakta alamiah. di situ yang terjadi hanya proses menyadari dan tidak ada proses berpikir logic, serta benar-benar bebas dari pertentangan konsep. dengan cara seperti itu perlahan-lahan pikiran menjadi suci.

berbagai macam persepsi dapat bermunculan, ketika seseorang berusaha memusatkan perhatiannya ke arah nafas. persepsi-persepsi ini yang merupakan cikal bakal dari "berpikir".

dengan vitaka, vicara, akhirnya pikiran masuk ke dalam kondisi ekagata serta menemukan realitas yang bnar-benar diluar jangkauan "produk berpikir". di situ ada kebenaran. seandainya semua manusia berhenti berdebat dan memulai meihat kebenaran-kebenaran yang ada di dalam diri sendiri, maka tentulah dunia lebih damai. tetapi manusia tidak dapat berhenti berdebat. mereka selalu saja terdorong untuk diskusi dan berdebat, mncari kebenaran-kebenaran produk pikiran.

segala norma-norma logika terbuang bgitu saja, saat kebenaran di dalam diri terlihat. karna bagaimana norma-norma itu mau digunakan, toh di sana tidak ada lagi logika, tetapi ada fakta.

semua kebenaran logic, akhirnya dilepaskan. tidak ada lagi pikiran tentang "apa itu manusia" atau "apakah itu dhamma", tetapi manusia telah dilihat sebagaimana dhamma juga telah dilihat.

keadaan ini lalu di ungkapkan melalui kata-kata

manusia telah dilihat
dhamma telah dilihat

lalu orang lain akan menyimpulkan : manusia itu dhamma.

apakah begitu?

sementara kita diam, karena tidak tahu apakah itu penyimpulan yang benar ataukah salah.

hanya bila kita mengerti norma-norma penyimpulan yang benar, maka kita akan dapat melihat apakah syah atau tidak syah bentuk penyempulan seperti itu.

DeddySetiawan46

g memang terlahir di dalam keluarga buddhis, tapi dalam perjalanan sekolah g sdh merasakan sekolah ka****k dan negeri, disitu g ikut belajar agama selain buddha... waktu di negeri pun ketika ada pelajaran agama islam... g kadang ada di dalam kelas.... jd sedikit2 g tau ajaran agama lain.... tapi menurut g cuma agama buddha yang memberika logika, ilmiah, dan tentunya bukti... tidak hanya berdasarkan cerita2 semata dan tidak mencoba meyakinkan umatnya dengan memainkan rasa takut para umatnya.... seperti apabila tidak yakin maka akan masuk neraka... menurut g itu seperti sebuah pemaksaan yang membodohi masyarakat... apa lagi klo agama buddha yang tidak memonopoli surga... yg lain seperti menyombongkan diri bahwa hanya agama merekalah yg dapat masuk ke surga......... berartikan agama buddha tidak menyombongkan diri dan bersikap terbuka.... karena agama buddha mengetahui penyebab sebenarnya seseorang dapat terlahir di alam yg bahagia.....

The Ronald

Quoteg memang terlahir di dalam keluarga buddhis, tapi dalam perjalanan sekolah g sdh merasakan sekolah ka****k dan negeri, disitu g ikut belajar agama selain buddha... waktu di negeri pun ketika ada pelajaran agama islam... g kadang ada di dalam kelas.... jd sedikit2 g tau ajaran agama lain....

wek kok mirip aku... jgn2 kmu itu aku?
...

Deva19

suatu kesimpulan itu bisa benar, bisa pula salah. penganut emprisme,merka menghindari kesimpulan-kesimpulan agar terhindar dari kesalahan berpikir. segala sesuatu harus berdasarkan pengalaman langsung. semangat mereka terarah kepada "penyelidikan langsung", tidak banyak bicara, tapi banyak bekerja.

para pemikir logic menyimpulkan segala sesuatu yang ditemuinya. semangat mereka kepada "berpikir", melekat kuat pada diskusi dan perdebatan. lebih banyak duduk diam, untuk membangun kekuatan konsentrasi. ketika konsentrasi terbentuk, maka daya berpikirnya diarahkan kepada renungna-renungan dan filsafat. sedikit bekerja dan banyak bicara.

manakah yang lebih baik?

The Ronald

^
^
anda bertanya karena tidak tahu ? atau udah tau ?
...

fabian c

Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:19:46 PM
Quote from: Forte on 08 December 2009, 03:07:51 PM
Quote from: deva19
tentu saja saya mencari kebenaran yang sebenarnya.

tetapi saya harus tahu, dari mana dan dari siapa saya mencari kebenaran yang sebenarnya. pertama-tama saya akan bertanya dulu kepada anda. berapa 2 + 2? dan bila anda menjawab 5, maka saya bertanya kenapa? bila anda penjelasan yang masuk akal, maka saya tidak ragu bertanya tentang kebenaran ilmiah dari anda. tapi bila tidak ada penjelasan apapun, itu berarti saya tidak akan mencari kebnaran ilmiah dari anda. kenapa? karena bila secara logic saja anda salah di dalam berpikir, maka bagaimana suatu kebenaran ilmiah dapat dikomunikasikan dengan baik di dalam kesimpulan-kesimpulan? kecuali apabila dalam kehidupan bermasyarakat kita ini terbebas dari kesimpulan-kesimpulan, maka tidak diperlukan sama sekali "logika ilmiah" atau "logika lainnya". tetapi faktanya, dalam kehidupan bermasyarakat, kita tidak dapat lepas dari kesimpulan-kesimpulan logic. jadi, melalui kebenaran logic itulah saya menyelidiki kebenaran ilmiah.

Pertanyaan saya cuma 1

Jika sudah diteliti orang dan terbukti kebenaran ilmiahnya, seperti fatamorgana memang ada, dan 2+2 = 4.
Pertanyaannya : Apakah perlu kita menghabiskan waktu untuk bertanya kenapa 2+2 = 5 ?
Paham kan ? Tolong dimengerti konteks nya ? Kalau semua nya bertanya.. kapan Anda akan bertindak ?
Gunakan juga KECERDASAN dalam BERTINDAK


tetapi kenyataannya di dunia ini banyak yang membuat pernyataan pernyatan logic seperti 2+2 = 5. atau 1+1=3. 8 x 3 = 23. "semua perang itu kamma buruk", "setiap membunuh itu kusala kamma". "setiap kemarahan adalah musuh kesadaran". "setiap kebencian mengotori batin". sedangkan saya bukan orang yang saat ini "dapat melihat" fakta ilmiah dari pernyataan-pernyataan orang tersebut. tetapi orang yang sudah melihat "fakta ilmiah tersebut" berbuat seolah-olah lawan bicaranya juga "sama melihat" sehingga menjelaskan sesuatu yang orang lain tidak dapat mengerti.

sebagai contoh, di kaum muslim, hampir 90 % musim menganggap bahwa setiap non muslim adlaah kafir. ini adalah suatu kesimpulan. karena di dalam alQuran tidak pernah disebutkan bahwa setiap non muslim adalah kafir. akibat dari kesalahan penyimpulan tersebut, muncul rasa kebencian dan permusuhan terhadap umat non muslim. tetapi sesungguhnya itu adalah kesimpulan yang salah. jika saya mengujinya dengan norma-norma berpikir logic, maka jelas sekali letak kesalahan penyimpulannya. dari contoh ini, kita dapat dapat mengambil pelajaran bahwa "bukan kesalahan berpikir ilmiah" yang menyebabkan sekelompok orang salah langkah, melainkan "kesalahan berpikir logic". dan oleh karena itu, meluruskan kesalahan berpikir adalah sesuatu yang sangat penting.

Saudara Dewa19 yang baik,
Mungkin pernyataannya ada disini, saya belum lihat semua sih, coba di periksa dulu..
[spoiler]                             
[/spoiler]
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Jerry

ASSIIKK!! Ada pelajaran Logika lagi akhirnya di forum ini ^^

Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 08:05:29 AM
Quote from: Jerry on 07 December 2009, 10:14:15 PM
ah para filsuf, ahli debat dan ahli logika yg berpikir logic pun masih ngga mencapai kesucian. tanya kenapa?

hal itu betul.

seorang yang dapat berpikir logic, bisa jadi tidak dapat mencapai kesucian selama nivarana dan kekotoran-kekotran lainnya terkandung di dalam batinnya. ilmu logika bukan ilmu untuk "mensucikan batin", tetapi untuk berpikir tepat.

sedangkan, sebagian orang yang berusaha ingin mencapai kesucian, menjadi tidak dapat mencapai kesucian karena dia "tersesat" di dalam berpikir.
setuju deh.. memang berpikir tepat itu membantu koq. dan jika orang senantiasa berusaha mengembangkan samadhi secara benar, hal itu akan memberi feedback kembali pada pola berpikirnya agar menjadi benar. lihat saja guru2 meditator, adakah yg pemikirannya penuh fallacy? meski mereka tidak belajar ilmu logika. eh iya, lupa kalo Bro Deva19 lom pernah jumpa secara langsung. jadi wajar kalo masih meragukan, tp kalo blom pernah jumpa jangan lsg menjudge spt yg di bold ok? ;)
appamadena sampadetha

johan3000

#179
deva19 : Semua agama mengajarkan pentingnya menahan nafsu amarah.

Sebenarnya selain agama Buddha, agama lainpun dpt meredam kemarahan sama baiknya. Asalkan user harus benar2 takut akan yg DIATAS.

Kalau user masih marah, berarti dia tidak takut sama yg Diatas.

contoh logika :

Sewaktu harimau mengaung dan ingin menerkam user, apakah user marah? ohhh tidak. tidak ada waktu untuk marah. karna user takut sekali sama harimau, takut digigit. sedikit salah tingkah aja udah bisa menjadi fatal (meninggal)...

semoga posting inipun tidak menimbulkan KEMARAHAN...  ;D ;D

Jadi orang bisa marah karna tidak TAKUT. (gak takut sama TUHAN)
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya