Setelah aku mempelajari agama Islam, kr****n, Hindu, dan Budha, maka Pencerahan Tertinggi yang bisa aku dapatkan terdapat di dalam ajaran Agama Budha.
Semua agama mengajarkan pentingnya menahan nafsu amarah. Tetapi tidak ada agama yang bisa menjelaskan bagaimana cara sistematis untuk menghancurkan sifat marah dalam hati, selain dari Agama Budha. Semua agama yang lain memerintahkan manusia untuk manahan amarah, sedangkan agama Budha tidak hanya memerintahkan menahan amarah, melainkan juga "melihat" amarah.
Dalam semua Agama lain, hidup berpusat pada Tuhan sebagai tujuan hidup dan kebahagiaan tertinggi. Tetapi, Tuhan adalah merupakan sosok yang gaib, misteri dan tidak akan pernah terjangkau oleh akal ataupun kesadaran. Tidak ada yang dapat berkomunikasi dengan tuhan, kecuali para nabi atau orang yang dipilih oleh tuhan itu sendiri. Sedangkan dalam Agama Budha, hidup berpusat kepada nibbana sebagai tujuan hidup dan pencapai kebahagiaan tertinggi. Sedangkan Nibbana ini merupakan sesuatu yang dapat direalisasi, bukan sosok misteri yang tidak dapat dijangkau oleh batin manusia. Dan ada cara sistematis untuk mencapainya. Semua orang dipersilahkan untuk mencapainya.
Dalam semua Agama dikisahkan tentang surga dan neraka. Tetapi semua kisah tersebut dikisahkan oleh Tuhan, dan tidak ada petunjuk, bagaimana agar manusia dapat melihatnya sendiri. Tetapi dalam Agama Budha, semua ajarannya adalah bersifat ehipasiko.
Dalam setiap Agama terdapat banyak sekte, aliran atau mazhab. Demikian juga dalam agama Budha. Aku mendalami semua mazhab berbagai agama, tetapi pencerahan terbaik hanya aku dapatkan dalam mazhab Theravada, sebagai salah satu mazhab agama Budha. Dan jalan keluar dari kenbingunan terhadap banyaknya mazhab agama di dunia tersebut telah dijawab oleh sang Budha dengan sangar jelas dan rinci di dalam Sutta Kallama.
Dengan mendalami Agama Budha, saya memahami kebenaran yang sesungguhnya dari kalimat-kalimat yang terdapat di dalam kitab-kitab agama lain. Sebelum mendalami agama Budha, ajaran-ajaran agama lain itu serasa membingungkan buat saya.
Perdebatan dan perbedaan faham terjadi di semua umat beragama. Demikian pula diantara umat agama Budha. Dalam Islam, sunni dengan syiah senantiasa berdebat tentang ushuludin, perdebatan yang tidak berujung dan tidak berdampak pada perkembangan moral. Dalam kr****n, kelompok penganut Trinitas dengan Arinaism senantiasa berdebat, tanpa berujung pada berkembangnya kesucian. Tetapi di dalam umat Budha, perdebatan yang terjadi umumnya mengarah kepada terbentuknya pengetahuan tentang bagaimana mencapai kesucian. Perdebatan yang dianggap tidak membangun pengetahuan tentang pencapaian kesucian dianggap tidak bermanfaat oleh mayoritas umat Budhis, sehingga meminimalisir kemungkinan terjadi perdebatan yang tidak berguna secara berlarut-larut. Saya pikir, mayoritas umat budhis lebih toleran terhadap perbedaan. Setidaknya, jika ada umat yang memiliki keyakinan yang menyimpang dari Agama Budha, tidak sampai dipenjara atau dipenggal kepala.
Dalam semua agama diberitakan tentang pentingnya mencapai kesucian. Tetapi hanya Agama Budha yang dapat memberi penjelasan yang sangat jelas tentang bentuk-bentuk kesucian dan cara terperinci untuk mencapai kesucian.
Agama Budha adalah satu-satunya Agama yang dapat menjawab tuntutan kebutuhan akal. Sebab semua ajarannya berdasarkan pembuktian secara langsung oleh setiap individu, bukan sesuatu yang umat wajib percaya begitu saja.
Hanya umat Budha yang berkata kepada saya, "Jadilah seorang Budhis, tanpa harus meninggalkan agama anda sebelumnya." Tidak ada pemuka agama lain atau umat agama lain yang dapat berkata demikian. Umat yang lain senantiasa berkata, "tinggalkan agama lamamu sepenuhnya, untuk memeluk agama yang ini." Hanya umat Budha yang dapat memahami bahwa Agama bukanlah suatu label.
Dalam semua agama terdapat praktik meditasi, yang serupa dengan meditasi samatha di dalam Agama Budha, tetapi praktik meditasi vippasana yang tersebar diantara umat Budha, yang merupakan ajaran dari Agama Budha, merupakan praktik meditasi yang tidak ada duanya, tidak ada padanannya di dalam agama lain.
Kebahagiaan hidupku dibangun oleh ajaran sang Budha, kesehatan dan kekuatan tubuh-batinku dibangun melalui praktik meditasi samatha-vippasana, bagaimana mungkin aku tidak memilih agama Budha sebagai agamaku? Itulah satu-satunya jalan bagiku untuk mencapai kebahagiaan hidup, dan tidak kulihat jalan lainnya.
Hanya sedikit yang menjadi ganjalan. Setelah membaca naskah-naskah Budhisme, saya menemukan banyak fakta kebenaran yang tidak difahami oleh umat Budhis itu sendiri. Saya sangat mengharapkan ada beberapa orang yang umat Budhis yang memahami fakta kebenaran, sehingga dapat menguatkan tekad saya untuk bergabung dengan komunitas Budhis. Tetapi, saya tidak dapat mengemukakan apa saja fakta-fakta tersebut, karena akan sulit terjangkau oleh nalar umat Budhis. Dari pada menimbulkan pertentangan, lebih baik saya menyimpannya untuk diri saya sendiri. Tapi saya bertekad, jika suatu waktu ada seorang Budhis, seorang umat biasa ataupun Bikhu yang dapat menjelaskan fakta-fakta kebenaran yang tersembunyi dari ajaran Sang Budha, maka pada saat itulah saya akan bergabung dengan komunitas umat Budhis.
_/\_
ikut retreat meditasi ajah
QuoteHanya umat Budha yang berkata kepada saya, "Jadilah seorang Budhis, tanpa harus meninggalkan agama anda sebelumnya." Tidak ada pemuka agama lain atau umat agama lain yang dapat berkata demikian. Umat yang lain senantiasa berkata, "tinggalkan agama lamamu sepenuhnya, untuk memeluk agama yang ini." Hanya umat Budha yang dapat memahami bahwa Agama bukanlah suatu label.
Referensi?
Quote from: Mr. Wei on 29 November 2009, 05:10:02 PM
QuoteHanya umat Budha yang berkata kepada saya, "Jadilah seorang Budhis, tanpa harus meninggalkan agama anda sebelumnya." Tidak ada pemuka agama lain atau umat agama lain yang dapat berkata demikian. Umat yang lain senantiasa berkata, "tinggalkan agama lamamu sepenuhnya, untuk memeluk agama yang ini." Hanya umat Budha yang dapat memahami bahwa Agama bukanlah suatu label.
Referensi?
Banyak yang bilang gitu kok, yang penting bukan agamanya tapi jalur hidup anda sesuai dengan ajaran Buddha maka anda sudah menjadi murid Buddha yang sesungguhnya.
[at] Bro Deva19
Kayanya Syiah bagus deh dibandingkan Sunni dll. Sunni mah sudah mendistorsi, konon. Syiah itu keren, selalu ada penjelasan, sesuai pemikiran orang moderen, menjawab misteri2 sains dan juga menawarkan "permata" bagi musafir yg kehausan. Belum lagi figur Rasul yg penuh keagungan dan keajaiban, saya yakin bahwa sebenarnya bukan agamanya yg salah, bukan pula rasul melainkan para penganutnya yg salah mengartikan agama dan kitab sucinya. Bagaimana menurut kamu Bro?
Sedangkan Buddhisme ada beberapa hal yg tak masuk akalnya, seperti paham tentang ahimsa. Kalau dijajah bangsa lain gimana? Masa dibiarin? Kalau dipukul orang gmn, masa diam aja? Apa itu orang2 buddha kalau mati pake dibakar, kan global warming tuh. Coba aja bayangin 1000 orang mati 1000 orang dibakar. Kalau per hari ada 100.000 orang meninggal seluruh dunia? Wah.. Belum lagi ajaran vegetarian. Kalau semua orang di dunia vegetarian, trus itu hewan2 berkembang biak tak terkendali dong!! Pdhl manusia kan kunci penting dlm rantai makanan. Terus ajaran tentang surga neraka dan nibbana, mana bisa orang buddha berehipassiko. Pinternya cuma suruh umat lain ehipassiko keberadaan Tuhan dan surga-neraka pdhl orang buddha sendiri juga ga bisa ehipassiko surga-neraka.
Sebenarnya sih tertarik juga menjadi pesuluk dan belajar Syiah yg dapat menjawab kebutuhan dan pertanyaan2 zaman modern ini, tapi sayang belum waktunya saya kali.. Belum ketemu sama penunjuk jalan.
Quote from: Jerry on 30 November 2009, 01:46:16 AM
[at] Bro Deva19
Kayanya Syiah bagus deh dibandingkan Sunni dll. Sunni mah sudah mendistorsi, konon. Syiah itu keren, selalu ada penjelasan, sesuai pemikiran orang moderen, menjawab misteri2 sains dan juga menawarkan "permata" bagi musafir yg kehausan. Belum lagi figur Rasul yg penuh keagungan dan keajaiban, saya yakin bahwa sebenarnya bukan agamanya yg salah, bukan pula rasul melainkan para penganutnya yg salah mengartikan agama dan kitab sucinya. Bagaimana menurut kamu Bro?
Sedangkan Buddhisme ada beberapa hal yg tak masuk akalnya, seperti paham tentang ahimsa. Kalau dijajah bangsa lain gimana? Masa dibiarin? Kalau dipukul orang gmn, masa diam aja? Apa itu orang2 buddha kalau mati pake dibakar, kan global warming tuh. Coba aja bayangin 1000 orang mati 1000 orang dibakar. Kalau per hari ada 100.000 orang meninggal seluruh dunia? Wah.. Belum lagi ajaran vegetarian. Kalau semua orang di dunia vegetarian, trus itu hewan2 berkembang biak tak terkendali dong!! Pdhl manusia kan kunci penting dlm rantai makanan. Terus ajaran tentang surga neraka dan nibbana, mana bisa orang buddha berehipassiko. Pinternya cuma suruh umat lain ehipassiko keberadaan Tuhan dan surga-neraka pdhl orang buddha sendiri juga ga bisa ehipassiko surga-neraka.
Sebenarnya sih tertarik juga menjadi pesuluk dan belajar Syiah yg dapat menjawab kebutuhan dan pertanyaan2 zaman modern ini, tapi sayang belum waktunya saya kali.. Belum ketemu sama penunjuk jalan.
sepertinya anda ingin memancing pendapat saya.....
selama agama hanya menjadi bahan perdebatan, maka ia tidak akan berbuah kesucian. selama tidak berbuah kesucian, maka tidak akan berbuah pengetahuan sejati, selama tidak berbuah kepada kesucian sejati, maka tidak ada kebijaksanaan, selama tidak ada kebijaksanaan, tidak ada kebahagiaan. selama tidak ada kebahagiaan, maka tidak ada kebenaran.
tidak agama yang terlihat benar, selama agama hanya diperdebatkan. jika agama hanya menjadi bahan renungan, maka semua agama salah. Agama bukan untuk diperdebatkan, tetapi untuk dipraktikan. ajaran yang harus dipraktikan adalah yang berbuah kesucian.
di dalam agama budha atau agama lainnya, selalu ada penyimpangan-penyimpangan ajaran. tetapi bila ada satu saja yang dapat memberi penjelasan dengan benar, berarti agama yang benar telah ditemukan.
seorang ulama syiah memang merupakan pakar fisika, kimia, biologi, astronomi, dll, mereka dapat menunjukan jalan bagi manusia untuk mencapai suatu kondisi batin yang tinggi. akan tetapi apa arti semua itu, bila batin saya tidak dapat berkembang dengan ajaran mereka. dan bila batin saya bisa berkembang melalui ajaran budha, berarti ajaran budha itulah jalan satu-satunya yang harus saya tempuh.
seorang ulama syiah pernah berkata kepada saya, "tinggalkanlah semua ajaran budha yang selama ini kau yakini dan kau praktikan, sesungguhnya ajaran Islam sudah mencakup segala kebenaran yang diajarkan oleh sang Budha."
saya menjawab,"lebih baik Habib ajarkan saja dulu ilmu habib kepada saya. kalau sudah terasa atau terlihat oleh saya bahwa memang ajaran Habib mencakup semua ajaran sang Budha, tentulah saya tidak perlu lagi datang ke vihara untuk belajar kepada seorang bikhu."
tetapi 7 tahun sudah berlalu, Habib tersebut belum pula mengajarkan apapun pada saya.
bagaimana bro?
Quoteseorang ulama syiah pernah berkata kepada saya, "tinggalkanlah semua ajaran budha yang selama ini kau yakini dan kau praktikan, sesungguhnya ajaran Islam sudah mencakup segala kebenaran yang diajarkan oleh sang Budha."
kelihatannya spt orang marketing....
kalau gw ketemu... paling2 tanya seputar bagaimana
management binik banyak serta adil.... :P :P :P :P
itu dulu.... yg lain menyusul....
[at] Deva19
welcome then.. ;)
Quote from: Deva19...
seorang ulama syiah pernah berkata kepada saya, "tinggalkanlah semua ajaran budha yang selama ini kau yakini dan kau praktikan, sesungguhnya ajaran Islam sudah mencakup segala kebenaran yang diajarkan oleh sang Budha."
saya menjawab,"lebih baik Habib ajarkan saja dulu ilmu habib kepada saya. kalau sudah terasa atau terlihat oleh saya bahwa memang ajaran Habib mencakup semua ajaran sang Budha, tentulah saya tidak perlu lagi datang ke vihara untuk belajar kepada seorang bikhu."
tetapi 7 tahun sudah berlalu, Habib tersebut belum pula mengajarkan apapun pada saya.
bagaimana bro?
Salam kenal Bro Deva19... :)
Dari narasi Anda di atas, secara implisit Anda menyampaikan bahwa paling tidak Anda sudah memelajari Agama Buddha selama 7 tahun. Apa benar demikian?
Kalau benar demikian, saya sangat tertarik dengan komentar Anda di awal thread ini yang berbunyi:
"Hanya sedikit yang menjadi ganjalan. Setelah membaca naskah-naskah Budhisme, saya menemukan banyak fakta kebenaran yang tidak difahami oleh umat Budhis itu sendiri. Saya sangat mengharapkan ada beberapa orang yang umat Budhis yang memahami fakta kebenaran, sehingga dapat menguatkan tekad saya untuk bergabung dengan komunitas Budhis. Tetapi, saya tidak dapat mengemukakan apa saja fakta-fakta tersebut, karena akan sulit terjangkau oleh nalar umat Budhis. Dari pada menimbulkan pertentangan, lebih baik saya menyimpannya untuk diri saya sendiri. Tapi saya bertekad, jika suatu waktu ada seorang Budhis, seorang umat biasa ataupun Bikhu yang dapat menjelaskan fakta-fakta kebenaran yang tersembunyi dari ajaran Sang Budha, maka pada saat itulah saya akan bergabung dengan komunitas umat Budhis."Sekiranya Bro Deva19 berkenan, saya sangat mengharapkan Anda untuk semakin aktif berdiskusi atau membuat topik baru seputar hal-hal yang Anda singgung pada komentar di atas. Yah, hitung-hitung untuk membuat bahan diskusi yang menarik di forum ini... ;D
1st of all tentunya dari pembelajaran bro Deva19 yang cukup lama setidaknya lebih teliti dalam penulisan sehingga bisa membedakan antara kata Budhis dengan Buddhis. Kita menganut agama Buddha bukan Budha :D
Deva19 <--kek nick nya anak Web gaul :P
Quote from: upasaka on 30 November 2009, 06:45:50 PM
Quote from: Deva19...
seorang ulama syiah pernah berkata kepada saya, "tinggalkanlah semua ajaran budha yang selama ini kau yakini dan kau praktikan, sesungguhnya ajaran Islam sudah mencakup segala kebenaran yang diajarkan oleh sang Budha."
saya menjawab,"lebih baik Habib ajarkan saja dulu ilmu habib kepada saya. kalau sudah terasa atau terlihat oleh saya bahwa memang ajaran Habib mencakup semua ajaran sang Budha, tentulah saya tidak perlu lagi datang ke vihara untuk belajar kepada seorang bikhu."
tetapi 7 tahun sudah berlalu, Habib tersebut belum pula mengajarkan apapun pada saya.
bagaimana bro?
Salam kenal Bro Deva19... :)
Dari narasi Anda di atas, secara implisit Anda menyampaikan bahwa paling tidak Anda sudah memelajari Agama Buddha selama 7 tahun. Apa benar demikian?
Kalau benar demikian, saya sangat tertarik dengan komentar Anda di awal thread ini yang berbunyi:
"Hanya sedikit yang menjadi ganjalan. Setelah membaca naskah-naskah Budhisme, saya menemukan banyak fakta kebenaran yang tidak difahami oleh umat Budhis itu sendiri. Saya sangat mengharapkan ada beberapa orang yang umat Budhis yang memahami fakta kebenaran, sehingga dapat menguatkan tekad saya untuk bergabung dengan komunitas Budhis. Tetapi, saya tidak dapat mengemukakan apa saja fakta-fakta tersebut, karena akan sulit terjangkau oleh nalar umat Budhis. Dari pada menimbulkan pertentangan, lebih baik saya menyimpannya untuk diri saya sendiri. Tapi saya bertekad, jika suatu waktu ada seorang Budhis, seorang umat biasa ataupun Bikhu yang dapat menjelaskan fakta-fakta kebenaran yang tersembunyi dari ajaran Sang Budha, maka pada saat itulah saya akan bergabung dengan komunitas umat Budhis."
Sekiranya Bro Deva19 berkenan, saya sangat mengharapkan Anda untuk semakin aktif berdiskusi atau membuat topik baru seputar hal-hal yang Anda singgung pada komentar di atas. Yah, hitung-hitung untuk membuat bahan diskusi yang menarik di forum ini... ;D
Apakah yg tersemunyi itu ? semangkin disembunyikan, semangkin org penasaran ingin tau?
pertama kali Buddha mengajarkan 4 kebenaran mulia,....
menurut saya gak ada yg disembukan itu.....
mohon masukan apa yg disembunyikan itu? :P
Quote from: upasaka on 30 November 2009, 06:45:50 PM
Quote from: Deva19...
seorang ulama syiah pernah berkata kepada saya, "tinggalkanlah semua ajaran budha yang selama ini kau yakini dan kau praktikan, sesungguhnya ajaran Islam sudah mencakup segala kebenaran yang diajarkan oleh sang Budha."
saya menjawab,"lebih baik Habib ajarkan saja dulu ilmu habib kepada saya. kalau sudah terasa atau terlihat oleh saya bahwa memang ajaran Habib mencakup semua ajaran sang Budha, tentulah saya tidak perlu lagi datang ke vihara untuk belajar kepada seorang bikhu."
tetapi 7 tahun sudah berlalu, Habib tersebut belum pula mengajarkan apapun pada saya.
bagaimana bro?
Salam kenal Bro Deva19... :)
Dari narasi Anda di atas, secara implisit Anda menyampaikan bahwa paling tidak Anda sudah memelajari Agama Buddha selama 7 tahun. Apa benar demikian?
Kalau benar demikian, saya sangat tertarik dengan komentar Anda di awal thread ini yang berbunyi:
"Hanya sedikit yang menjadi ganjalan. Setelah membaca naskah-naskah Budhisme, saya menemukan banyak fakta kebenaran yang tidak difahami oleh umat Budhis itu sendiri. Saya sangat mengharapkan ada beberapa orang yang umat Budhis yang memahami fakta kebenaran, sehingga dapat menguatkan tekad saya untuk bergabung dengan komunitas Budhis. Tetapi, saya tidak dapat mengemukakan apa saja fakta-fakta tersebut, karena akan sulit terjangkau oleh nalar umat Budhis. Dari pada menimbulkan pertentangan, lebih baik saya menyimpannya untuk diri saya sendiri. Tapi saya bertekad, jika suatu waktu ada seorang Budhis, seorang umat biasa ataupun Bikhu yang dapat menjelaskan fakta-fakta kebenaran yang tersembunyi dari ajaran Sang Budha, maka pada saat itulah saya akan bergabung dengan komunitas umat Budhis."
Sekiranya Bro Deva19 berkenan, saya sangat mengharapkan Anda untuk semakin aktif berdiskusi atau membuat topik baru seputar hal-hal yang Anda singgung pada komentar di atas. Yah, hitung-hitung untuk membuat bahan diskusi yang menarik di forum ini... ;D
terima kasih bro Upasaka.
saya ragu, tapi saya akan mencoba.
saya tidak mempelajari agama budha sejak 7 tahun lalu. itu tadi saya agak ceroboh menulisnya. sebenarnya saya baru mempelajarinya sejak tahun 2004, secara sekilas-sekilas dengn mendengarkan uraian dhamma di televisi. pada tahun 2005 atau 2006, saya mulai membaca-baca artikel budhis di internet. tahun 2007, saya baru benar-benar tertarik dengan agama budha, dan mulai membeli buku-buku budhis.
adapun sebelum tahun 2004, yaitu sejak saya kecil, saya sudah terbiasa bermeditasi. tidak ada orang yang mengajarkan. tetapi saya seperti terdorong secara insting saja untuk bermeditasi. tangan saya seringkali seperti digerakan oleh suatu energi yang memaksa saya untuk menyatukan kedua telapak tangan (posisi sembah) dan menegakan punggung. waktu itu saya tidak tahu menahu soal budhis atau ajran agama lainnya. pengalaman-pengalaman saya dalam mditasi, melahirkan pemahaman-pemahaman yang menrutu Habib syiah itu merupakan faham agama Budha. jadi, kalau dihitung dari masa ketika saya berbicara ke Habib, itu kira-kira memang ada 7 tahun yang lalu.
kembali ke persoalan diskusi...
saya berpikir, bahwa apa yang kelak akan disampaikan kepada saya, bila saya berdiskusi dengan anda, bisa berasal dari tiga sumber kebenaran.
pertama, dari pengetahuan langsung anda terhadap dhamma
kedua, dari pengetahuan anda terhadap sutta, atau refernsi-referensi
ketiga, dari kesimpulan-kesimpulan anda, yang sang Budha menyebutnya Taka.
betul kan?
saya tidak meragukan kebenaran jenis pertama dan kedua yang akan anda sampaikan. saya jamin, anda pasti benar, setidaknya untuk kedua hal tersebut anda adalah orang yang patut saya percaya.
tetapi, saya meragukan kesimpulan-kesimpulan anda. hal ini tidak berarti anda telah saya saksikan membuat kesimpulan-kesimpulan yang salah tentang dhamma, tetapi karena sikap pesimis saya, mengingat selama ini sangat sulit bagi saya menemukan orang yang membuat kesimpulan-kesimpulan yang tepat.
untuk mencapai tingkat kesucian, pengetahuan yang muncul dari Taka tidaklah penting. bahkan sebagaimana sabda sang Budha dalam sutta kalama, "tidak harus menganggap sesuatu itu sebagai kebenaran hanya karena sesuatu itu benar menurut satu kesimpulan." (maaf kalau redaksinya salah, kira-kira isinya begitu). tetapi kesalahan dalam menyimpulkan sesuatu dapat menimbulkan "ditti" atau pandangan yang salah yang akan menghalangi tercapainya kesucian. betul tidak? oleh karena itulah, saya tidak hanya mencari guru yang suci dan yang menguasai sutta-sutta, tetapi juga mencari guru yang tahu cara menyimpulkan sesuatu dengan tepat.
dalam suatu kebenaran argumentatif, suatu pernyataan tidak dapat dinilai benar dan salahnya hanya karena pernyataan itu berlawanan dengan sutta. sebagaimana "Sang Budha mengajarkan konsep keTuhanan kepada Sariputa". tentu umat awam akan segera membantah pernyataan ini, karena di dalam sutta-sutta tidak pernah diceritakan riwayat sang Budha yang mengajarkan konsep ketuhanan. sebaliknya, sang Budha menolak keberadaan Tuhan. tetapi orang berilmu tidak selayaknya langsung membantah begitu saja hanya karena sesuatu itu dianggap bertentangan dengan keyakinannya atau tidak sesuai sutta, sebelum menyelidki bagaimana penjelasannya.
sungguh senang hati saya mendengar ceramah Bikhu Utomo tentang Tuhan. beliau berkata, kira-kira begini "Tuhan itu tidak ada. tapi kalau terus ditelurusi ketiadaannya, maka menjadi ada". tentu ini berdasarkan kesimpulan beliau.
ada banyak fakta yang akan tampak bertentangan dengan sutta, bila kita menyimpulkan sesuatu. seagaimana "ada tuhan" dan "tidak ada tuhan" yang sangat kontras dan tampak bertentangan. tetapi orang berilmu dapat menjelaskan kebenaran keduanya. seperti halnya "tiada yang kekal" dan "ada yang kekal", keduanya tidak dapat dikatakan bertentangan hanya karena bentuk kalimatnya.
saya belum tahu, bagaimana cara anda menilai persoalan tersebut, sehingga saya belum berani menanyakan persoalan-persoalan yang ingin saya tanyakan.
di sini, saya hidup ditengah-tengah masyarakat muslim. seumur hidup saya belum pernah bertemu dengan seorang yang beragama Budha. tetapi sepertinya saya sudah menjadi seorang Budhis, karena setiap gerak langkah hidup saya dituntun oleh ajaran sang Baghava dan saya menyampaikan ajaran sang Budha kepada siapa saja orang yang dapat saya temui.
seringkali terpikir, suatu saat saya akan hidup ditengah-tengah masyarkat Budhis dan pergi ke vihara bersama. suatu khayalan yang indah bagi saya. tetapi keindahan khayalan ini dirusak dengan fakta bahwa penyimpangan ajaran sang Budha telah terjadi di sana sini, sama saja dengan banyaknya penyimpangan dalam ajaran Islam. mayoritas umat budha, sama saja dengan mayoritas umat Islam, yakini yang tidak memahami sepenuhnya ajaran agmanya. tentu sja memang seharusnya begitu, karena umat adalah manusia-manusia yang tengah belajar. akan tetapi, khayalan indah saya untuk hidup ditengah masyarakat budhis smakin dirusak oleh kemungkinannya diri saya ditolak oleh komunitas budhis itu sendiri, karena sifat pemikiran saya yang kritis, tajam dan berani. saya berpikir, kehidupan akan menjadi buruk, karna saya akan melontarkan pemikiran-pemikiran yang tidak disukai oleh mayoritas umat budhis bahkan akan dipersalahkan oleh para bikhu.
di sini, di dalam meditasi, semua pemikiran sperti itu berhenti. tidak ada lagi pemikiran ini dan itu, tidak ada kontradiksi dan pertentangan. kebahagiaanpun berkembang. dan serasa saya menjadi matahari yang bersinar. dan disitu, saya menemukan bukti kebenaran ajaran sang Budha. tapi sayang, saya masih di sini dengan status muslim.
di sini, ketika saya bermeditasi, ketika kesadaran bekerja dan pemikiran berhenti, saya tidak memerlukan lagi tuntunan apapun menuju kebenaran, tidak perlu diberi tahu lagi bagaimana cara menenangkan diri dan mencapai kesucian. ini bukan berarti saya sudah merasa cukup pandai, tetapi maksud saya pencerahan yang saya peroleh dalam meditasi cukuplah bagi saya untuk memberi sya suatu keteguhan bahwa agama Budha adalah agama yang benar. tetapi, saya membutuhkan tuntutan berpikir, ketika pikiran saya berpikir. karena keraguan, kegelisahan, dan kebingungan hanya muncul ketika saya berpikir. tetapi semua bentuk-bentuk mental negatif itu dapatlah saya atasi sendiri, tetapi kesimpulan yang benar tidak akan dpat saya simpan sndiri. saya harus mengemukakannya untuk mengetahui siapa yang membnarkan atau siapa yang menyalahkannya dengan cara yang tepat. maka bukan lagi agama Budha yang akan saya ikuti, tapi dia itulah orangnya yang akan saya ikuti yang saya ingin skali belajar kepadanya.
kini anda akan tahu, siapa saya.
kesimpulan saya adalah :
- ahimsa bukanlah ajaran sang Budha, tapi ajaran Mahatma Gandhi
- vegetarianism bukan ajaran sang Budha, tapi ajaran Devadata
- nibbana adalah tuhan yang maha esa
- menikah atau sex tidaklah mengahalangi seseorang dari pencapaian kesucian
- setiap zaman selalu ada Budha atau penerus kebudhaan
- sariputa adalah penerus kebudhaan stelah wafatnya sang Budha
dan masih banyak lagi.
satu saja dari persoalan tersebut akan sangat penjang, bila didiskusikan. tetapi, orang berilmu tentu dapat menyelesaikannya, cepat ataupun lambat.
saya tidak yakin, anda akan mau mendikusikannya dengan saya.
Dan salah satu keyakinan umat budhis yang salah menurut kesimpulan saya adalah yang ini :
Quote from: johan3000 on 29 November 2009, 08:31:58 PM
Quote from: exam on 29 November 2009, 08:11:50 PM
rekan2
saya baca di thread lain, katanya arahat tidak nangis dan tertawa
apakah ananda dan sariputra menangis saat siddharta wafat ?
trims
Jelas Ananda saat itu menangis, tapi dia belum Arahat.
setau saya yg Arahat tidak menagis ataupun ketawa.
adalah tidak benar bahwa seorang arahat tidak menangis ataupun tidak tertawa.
saya tidak perlu membaca seluruh sutta untuk memahami kebenaran ini.
sang arahat hanya tidak menangis dan tidak tertawa karena urusan duniawi, bukan tidak menangis karena seluruh hal.
ee... wait..apa itu "TAKA"?
mungkin ygdi maksud ini : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13942.0.html
klo iya, well, aku hampir ga pernah baca....
oh...
Quotesaya berpikir, bahwa apa yang kelak akan disampaikan kepada saya, bila saya berdiskusi dengan anda, bisa berasal dari tiga sumber kebenaran.
pertama, dari pengetahuan langsung anda terhadap dhamma
kedua, dari pengetahuan anda terhadap sutta, atau refernsi-referensi
ketiga, dari kesimpulan-kesimpulan anda, yang sang Budha menyebutnya Taka.
klo menurut anda Taka belum tentu benar... jgn dimasukan dalam 3 sumber kebenaran, pakai 2 sumber saja :)
ah, aku juga baru tau ada yg disebut Taka
btw, klo Taka berdasarkan Dhamma ataupun berdasarkan Sutta gimana?
aku jawab yg aku tau...
Nibana adalah tuhan yg maha esa, ya! bagi org indonesia yg memerlukan adanya "tuhan" dalam agama, bagi yg tidak, Nibanna adalah tujuan akhir..tampa embel2 tuhan
menikah dan sex tidak menghalagi..sebatas tingkat kesucian sopatanna, untuk yg lebih lanjut mungkin akan mendapat halangan, karena tuntutan anak, istri, kerja, dll
setiap zaman selalu ada Budha atau penerus kebudhaan , sayangnya tidak setiap zaman, ada zaman di mana moral manusia amat merosot, zaman itu tidak terlahir seorang Buddha
sariputa adalah penerus kebudhaan stelah wafatnya sang Budha, sayangnya sariputta parinibanna (wafat), sebelum sang Buddha wafat
vegetarian, adalah usul devadatta, tp bukan ajaran devadatta..usul atau pandangan yg muncul, dan pandangan ini dpt terjadi kpd siapa saja... dgn berpikir bahwa cara menunjukan cinta kasih kepada mahluk2, yaitu dgn vegetarian.
Quote from: Deva19terima kasih bro Upasaka.
saya ragu, tapi saya akan mencoba.
saya tidak mempelajari agama budha sejak 7 tahun lalu. itu tadi saya agak ceroboh menulisnya. sebenarnya saya baru mempelajarinya sejak tahun 2004, secara sekilas-sekilas dengn mendengarkan uraian dhamma di televisi. pada tahun 2005 atau 2006, saya mulai membaca-baca artikel budhis di internet. tahun 2007, saya baru benar-benar tertarik dengan agama budha, dan mulai membeli buku-buku budhis.
adapun sebelum tahun 2004, yaitu sejak saya kecil, saya sudah terbiasa bermeditasi. tidak ada orang yang mengajarkan. tetapi saya seperti terdorong secara insting saja untuk bermeditasi. tangan saya seringkali seperti digerakan oleh suatu energi yang memaksa saya untuk menyatukan kedua telapak tangan (posisi sembah) dan menegakan punggung. waktu itu saya tidak tahu menahu soal budhis atau ajran agama lainnya. pengalaman-pengalaman saya dalam mditasi, melahirkan pemahaman-pemahaman yang menrutu Habib syiah itu merupakan faham agama Budha. jadi, kalau dihitung dari masa ketika saya berbicara ke Habib, itu kira-kira memang ada 7 tahun yang lalu.
kembali ke persoalan diskusi...
saya berpikir, bahwa apa yang kelak akan disampaikan kepada saya, bila saya berdiskusi dengan anda, bisa berasal dari tiga sumber kebenaran.
pertama, dari pengetahuan langsung anda terhadap dhamma
kedua, dari pengetahuan anda terhadap sutta, atau refernsi-referensi
ketiga, dari kesimpulan-kesimpulan anda, yang sang Budha menyebutnya Taka.
betul kan?
saya tidak meragukan kebenaran jenis pertama dan kedua yang akan anda sampaikan. saya jamin, anda pasti benar, setidaknya untuk kedua hal tersebut anda adalah orang yang patut saya percaya.
tetapi, saya meragukan kesimpulan-kesimpulan anda. hal ini tidak berarti anda telah saya saksikan membuat kesimpulan-kesimpulan yang salah tentang dhamma, tetapi karena sikap pesimis saya, mengingat selama ini sangat sulit bagi saya menemukan orang yang membuat kesimpulan-kesimpulan yang tepat.
untuk mencapai tingkat kesucian, pengetahuan yang muncul dari Taka tidaklah penting. bahkan sebagaimana sabda sang Budha dalam sutta kalama, "tidak harus menganggap sesuatu itu sebagai kebenaran hanya karena sesuatu itu benar menurut satu kesimpulan." (maaf kalau redaksinya salah, kira-kira isinya begitu). tetapi kesalahan dalam menyimpulkan sesuatu dapat menimbulkan "ditti" atau pandangan yang salah yang akan menghalangi tercapainya kesucian. betul tidak? oleh karena itulah, saya tidak hanya mencari guru yang suci dan yang menguasai sutta-sutta, tetapi juga mencari guru yang tahu cara menyimpulkan sesuatu dengan tepat.
dalam suatu kebenaran argumentatif, suatu pernyataan tidak dapat dinilai benar dan salahnya hanya karena pernyataan itu berlawanan dengan sutta. sebagaimana "Sang Budha mengajarkan konsep keTuhanan kepada Sariputa". tentu umat awam akan segera membantah pernyataan ini, karena di dalam sutta-sutta tidak pernah diceritakan riwayat sang Budha yang mengajarkan konsep ketuhanan. sebaliknya, sang Budha menolak keberadaan Tuhan. tetapi orang berilmu tidak selayaknya langsung membantah begitu saja hanya karena sesuatu itu dianggap bertentangan dengan keyakinannya atau tidak sesuai sutta, sebelum menyelidki bagaimana penjelasannya.
sungguh senang hati saya mendengar ceramah Bikhu Utomo tentang Tuhan. beliau berkata, kira-kira begini "Tuhan itu tidak ada. tapi kalau terus ditelurusi ketiadaannya, maka menjadi ada". tentu ini berdasarkan kesimpulan beliau.
ada banyak fakta yang akan tampak bertentangan dengan sutta, bila kita menyimpulkan sesuatu. seagaimana "ada tuhan" dan "tidak ada tuhan" yang sangat kontras dan tampak bertentangan. tetapi orang berilmu dapat menjelaskan kebenaran keduanya. seperti halnya "tiada yang kekal" dan "ada yang kekal", keduanya tidak dapat dikatakan bertentangan hanya karena bentuk kalimatnya.
saya belum tahu, bagaimana cara anda menilai persoalan tersebut, sehingga saya belum berani menanyakan persoalan-persoalan yang ingin saya tanyakan.
di sini, saya hidup ditengah-tengah masyarakat muslim. seumur hidup saya belum pernah bertemu dengan seorang yang beragama Budha. tetapi sepertinya saya sudah menjadi seorang Budhis, karena setiap gerak langkah hidup saya dituntun oleh ajaran sang Baghava dan saya menyampaikan ajaran sang Budha kepada siapa saja orang yang dapat saya temui.
seringkali terpikir, suatu saat saya akan hidup ditengah-tengah masyarkat Budhis dan pergi ke vihara bersama. suatu khayalan yang indah bagi saya. tetapi keindahan khayalan ini dirusak dengan fakta bahwa penyimpangan ajaran sang Budha telah terjadi di sana sini, sama saja dengan banyaknya penyimpangan dalam ajaran Islam. mayoritas umat budha, sama saja dengan mayoritas umat Islam, yakini yang tidak memahami sepenuhnya ajaran agmanya. tentu sja memang seharusnya begitu, karena umat adalah manusia-manusia yang tengah belajar. akan tetapi, khayalan indah saya untuk hidup ditengah masyarakat budhis smakin dirusak oleh kemungkinannya diri saya ditolak oleh komunitas budhis itu sendiri, karena sifat pemikiran saya yang kritis, tajam dan berani. saya berpikir, kehidupan akan menjadi buruk, karna saya akan melontarkan pemikiran-pemikiran yang tidak disukai oleh mayoritas umat budhis bahkan akan dipersalahkan oleh para bikhu.
di sini, di dalam meditasi, semua pemikiran sperti itu berhenti. tidak ada lagi pemikiran ini dan itu, tidak ada kontradiksi dan pertentangan. kebahagiaanpun berkembang. dan serasa saya menjadi matahari yang bersinar. dan disitu, saya menemukan bukti kebenaran ajaran sang Budha. tapi sayang, saya masih di sini dengan status muslim.
di sini, ketika saya bermeditasi, ketika kesadaran bekerja dan pemikiran berhenti, saya tidak memerlukan lagi tuntunan apapun menuju kebenaran, tidak perlu diberi tahu lagi bagaimana cara menenangkan diri dan mencapai kesucian. ini bukan berarti saya sudah merasa cukup pandai, tetapi maksud saya pencerahan yang saya peroleh dalam meditasi cukuplah bagi saya untuk memberi sya suatu keteguhan bahwa agama Budha adalah agama yang benar. tetapi, saya membutuhkan tuntutan berpikir, ketika pikiran saya berpikir. karena keraguan, kegelisahan, dan kebingungan hanya muncul ketika saya berpikir. tetapi semua bentuk-bentuk mental negatif itu dapatlah saya atasi sendiri, tetapi kesimpulan yang benar tidak akan dpat saya simpan sndiri. saya harus mengemukakannya untuk mengetahui siapa yang membnarkan atau siapa yang menyalahkannya dengan cara yang tepat. maka bukan lagi agama Budha yang akan saya ikuti, tapi dia itulah orangnya yang akan saya ikuti yang saya ingin skali belajar kepadanya.
kini anda akan tahu, siapa saya.
kesimpulan saya adalah :
- ahimsa bukanlah ajaran sang Budha, tapi ajaran Mahatma Gandhi
- vegetarianism bukan ajaran sang Budha, tapi ajaran Devadata
- nibbana adalah tuhan yang maha esa
- menikah atau sex tidaklah mengahalangi seseorang dari pencapaian kesucian
- setiap zaman selalu ada Budha atau penerus kebudhaan
- sariputa adalah penerus kebudhaan stelah wafatnya sang Budha
dan masih banyak lagi.
satu saja dari persoalan tersebut akan sangat penjang, bila didiskusikan. tetapi, orang berilmu tentu dapat menyelesaikannya, cepat ataupun lambat.
saya tidak yakin, anda akan mau mendikusikannya dengan saya.
Bro Deva19...
Pertama-tama, sebagai salam persahabatan, saya ucapkan "selamat aktif berdiskusi kembali". Saya sudah tahu siapa Anda sejak awal Anda memakai ID ini. Saya juga sebenarnya sudah menginformasikan siapa diri Anda kepada beberapa teman di DhammaCitta ini. Maksudnya supaya kami semua bisa memperlakukan Anda sebagai teman lama. :)
Karena Anda sendiri tanpa saya minta justru malah 'membuka' tabir diri Anda, maka saya mengharapkan Anda bisa berperilaku lebih toleran lagi. Mungkin saja sekarang ada beberapa teman lain yang juga mengetahui siapa Anda. Saya harap jangan lagi karena keinginan Anda untuk bebas berpendapat, malah membuat orang lain menjadi tersinggung.
Senada dengan muatan di paragaraf sebelumnya, saya juga mengharapkan Anda bisa lebih mengatur tempo dalam berdiskusi di dunia nyata. Mungkin suatu saat Anda bisa bercengkerama dengan banyak populasi umat Buddha di luar sana. Aturlah tempo Anda dalam berpendapat dan berdiskusi. Tidak semua orang bisa diajak berdiskusi dengan nyaman. Kelak mungkin Anda akan mengerti bagaimana berdiskusi dengan kritis, namun justru bisa bersahabat dengan lawan diskusi Anda; bukan bermusuhan dengannya.
Saya cukup tertarik dengan poin-poin yang Anda sebutkan di postingan sebelumnya. Kalau saya punya waktu lebih, saya mau melibatkan diri untuk berdiskusi dengan Anda. Tapi sekali lagi, saya harap Anda bisa mengubah peringai Anda. Peringai apa yang perlu Anda ubah? Anda seharusnya sudah tahu, karena Anda sudah 2 kali merasakan efeknya.
Silakan...
Quote from: The Ronald on 30 November 2009, 11:06:26 PM
ee... wait..apa itu "TAKA"?
mungkin ygdi maksud ini : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13942.0.html
klo iya, well, aku hampir ga pernah baca....
oh...
Quotesaya berpikir, bahwa apa yang kelak akan disampaikan kepada saya, bila saya berdiskusi dengan anda, bisa berasal dari tiga sumber kebenaran.
pertama, dari pengetahuan langsung anda terhadap dhamma
kedua, dari pengetahuan anda terhadap sutta, atau refernsi-referensi
ketiga, dari kesimpulan-kesimpulan anda, yang sang Budha menyebutnya Taka.
klo menurut anda Taka belum tentu benar... jgn dimasukan dalam 3 sumber kebenaran, pakai 2 sumber saja :)
ah, aku juga baru tau ada yg disebut Taka
btw, klo Taka berdasarkan Dhamma ataupun berdasarkan Sutta gimana?
aku jawab yg aku tau...
Nibana adalah tuhan yg maha esa, ya! bagi org indonesia yg memerlukan adanya "tuhan" dalam agama, bagi yg tidak, Nibanna adalah tujuan akhir..tampa embel2 tuhan
menikah dan sex tidak menghalagi..sebatas tingkat kesucian sopatanna, untuk yg lebih lanjut mungkin akan mendapat halangan, karena tuntutan anak, istri, kerja, dll
setiap zaman selalu ada Budha atau penerus kebudhaan , sayangnya tidak setiap zaman, ada zaman di mana moral manusia amat merosot, zaman itu tidak terlahir seorang Buddha
sariputa adalah penerus kebudhaan stelah wafatnya sang Budha, sayangnya sariputta parinibanna (wafat), sebelum sang Buddha wafat
vegetarian, adalah usul devadatta, tp bukan ajaran devadatta..usul atau pandangan yg muncul, dan pandangan ini dpt terjadi kpd siapa saja... dgn berpikir bahwa cara menunjukan cinta kasih kepada mahluk2, yaitu dgn vegetarian.
ini adalah orang yang tipe penilai dan pendebat sebelum menyelidiki.
Quote from: upasaka
Senada dengan muatan di paragaraf sebelumnya, saya juga mengharapkan Anda bisa lebih mengatur tempo dalam berdiskusi di dunia nyata. Mungkin suatu saat Anda bisa bercengkerama dengan banyak populasi umat Buddha di luar sana. Aturlah tempo Anda dalam berpendapat dan berdiskusi. Tidak semua orang bisa diajak berdiskusi dengan nyaman. Kelak mungkin Anda akan mengerti bagaimana berdiskusi dengan kritis, namun justru bisa bersahabat dengan lawan diskusi Anda; bukan bermusuhan dengannya.
Saya cukup tertarik dengan poin-poin yang Anda sebutkan di postingan sebelumnya. Kalau saya punya waktu lebih, saya mau melibatkan diri untuk berdiskusi dengan Anda. Tapi sekali lagi, saya harap Anda bisa mengubah peringai Anda. Peringai apa yang perlu Anda ubah? Anda seharusnya sudah tahu, karena Anda sudah 2 kali merasakan efeknya.
baiklah bro Upasaka, saya akan mencoba mengubah perangai saya dalam berdiskusi.
dan maaf, atas postingan saya diatas!
Quote from: Deva19 on 30 November 2009, 11:21:51 PM
Quote from: upasaka
Senada dengan muatan di paragaraf sebelumnya, saya juga mengharapkan Anda bisa lebih mengatur tempo dalam berdiskusi di dunia nyata. Mungkin suatu saat Anda bisa bercengkerama dengan banyak populasi umat Buddha di luar sana. Aturlah tempo Anda dalam berpendapat dan berdiskusi. Tidak semua orang bisa diajak berdiskusi dengan nyaman. Kelak mungkin Anda akan mengerti bagaimana berdiskusi dengan kritis, namun justru bisa bersahabat dengan lawan diskusi Anda; bukan bermusuhan dengannya.
Saya cukup tertarik dengan poin-poin yang Anda sebutkan di postingan sebelumnya. Kalau saya punya waktu lebih, saya mau melibatkan diri untuk berdiskusi dengan Anda. Tapi sekali lagi, saya harap Anda bisa mengubah peringai Anda. Peringai apa yang perlu Anda ubah? Anda seharusnya sudah tahu, karena Anda sudah 2 kali merasakan efeknya.
baiklah bro Upasaka, saya akan mencoba mengubah perangai saya dalam berdiskusi.
dan maaf, atas postingan saya diatas!
Niat Anda untuk mengubah perangai sudah berulang-kali Anda lontarkan dalam postingan. Tapi ujung-ujungnya jika ada yang memancing Anda, Anda cepat sekali tersinggung. Cobalah untuk benar-benar berubah. Setidaknya, menahan emosi di dunia maya itu jauh lebih mudah daripada menahan emosi di dunia nyata. :)
Kalau kelak Anda mendapat masalah lagi, saya sudah tidak bisa membantu Anda.
Quote from: Deva19 on 30 November 2009, 11:18:51 PM
Quote from: The Ronald on 30 November 2009, 11:06:26 PM
ee... wait..apa itu "TAKA"?
mungkin ygdi maksud ini : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13942.0.html
klo iya, well, aku hampir ga pernah baca....
oh...
Quotesaya berpikir, bahwa apa yang kelak akan disampaikan kepada saya, bila saya berdiskusi dengan anda, bisa berasal dari tiga sumber kebenaran.
pertama, dari pengetahuan langsung anda terhadap dhamma
kedua, dari pengetahuan anda terhadap sutta, atau refernsi-referensi
ketiga, dari kesimpulan-kesimpulan anda, yang sang Budha menyebutnya Taka.
klo menurut anda Taka belum tentu benar... jgn dimasukan dalam 3 sumber kebenaran, pakai 2 sumber saja :)
ah, aku juga baru tau ada yg disebut Taka
btw, klo Taka berdasarkan Dhamma ataupun berdasarkan Sutta gimana?
aku jawab yg aku tau...
Nibana adalah tuhan yg maha esa, ya! bagi org indonesia yg memerlukan adanya "tuhan" dalam agama, bagi yg tidak, Nibanna adalah tujuan akhir..tampa embel2 tuhan
menikah dan sex tidak menghalagi..sebatas tingkat kesucian sopatanna, untuk yg lebih lanjut mungkin akan mendapat halangan, karena tuntutan anak, istri, kerja, dll
setiap zaman selalu ada Budha atau penerus kebudhaan , sayangnya tidak setiap zaman, ada zaman di mana moral manusia amat merosot, zaman itu tidak terlahir seorang Buddha
sariputa adalah penerus kebudhaan stelah wafatnya sang Budha, sayangnya sariputta parinibanna (wafat), sebelum sang Buddha wafat
vegetarian, adalah usul devadatta, tp bukan ajaran devadatta..usul atau pandangan yg muncul, dan pandangan ini dpt terjadi kpd siapa saja... dgn berpikir bahwa cara menunjukan cinta kasih kepada mahluk2, yaitu dgn vegetarian.
ini adalah orang yang tipe penilai dan pendebat sebelum menyelidiki.
yup, awalnya binggung apa itu TAKA, ternyata maksudnya gitu, tp knp harus 3 sumber kebenaran? klo TAKA di anggap tidak penting yah jgn di pake, jujur baru dgr kata TAKA
[at] Upasaka
sebenarnya, sikap kasar saya dalam diskusi ada alasannya.
pertama, saya ingat dalam salah satu ajaran budha dikatakan bahwa seseorang yang merasa suka terhadap sesuatu, maka dia akan menilainya "baik". semakin suka terhadap sesuatu, maka dia akan semakin menilainya baik. sebaliknya, orang yang merasa tidak suka terhadap sesuatu, maka dia akan menilai sesuatu itu "jelek". semakin tidak suka, maka dia akan menilai "semakin jelek".
Kedua, akan banyak orang yang mendukung dan menyukai saya, serta menerima pemikiran-pemikiran saya, bila saya berdiskusi dengan cara yang baik dan menyenangkan.
ketiga, karena orang sudah setuju dengan saya dan dapat menerima pemikiran-pemikiran saya, maka saya tidak tahu siapa orang yang "pikirannya lurus dan jernih" yang dapat menilai sesuatu dengan benar, tanpa merasa suka ataupun benci kepada sesuatu (upekha).
keempat, bila saya tidak mengetahui siapa yang telah mencapai ketenangan (upekha), lalu bagaimana saya dapat menemukan guru bagi diri saya?
[at] Deva19
Tidak perlu membakar rumah setiap orang untuk mencari tahu siapa pemilik rumah yang punya sifat paling sabar.
Diskusi saja dengan baik dan sopan. Kalau pun mau 'kasar', jangan pakai bahasa yang mengajak ribut. Perlahan Anda juga bisa tahu siapa yang orang baik. Saya tidak menuntut Anda untuk mengetik dengan bahasa sangat formal. Tapi setidaknya bersikaplah santun pada semua orang, seperti Anda bersikap santun pada orang yang Anda anggap penting.
Kalau Anda ingin menjadi orang penting dan bertemu dengan orang penting, maka penting bagi Anda untuk bersikap santun dan memandang semua orang itu penting. Bila Anda bersikap santun dan memandang seseorang sebagai orang penting, maka orang itu akan merasakan bahwa Anda adalah orang penting baginya. Bila Anda ingin menjadi orang penting bagi banyak orang, maka pentingkanlah kesantunan Anda kepada banyak orang. Maka dari itu semua orang akan memandang bahwa Anda adalah orang penting.
[at] Upasaka
perumpamaan membakar rumah itu merupakan perumpamaan yang tepat.
dengan istilah membakar rumah orang lain tersebut, pada mulanya bukan untuk mencari siapa orang yang sabar. tetapi, karena memang "ada kejahatan" di dalam hati saya. kejahatan yang dibiarkan, tanpa dikendalikan. dan saya tidak malu berbuat buruk (ahirika) tersebut, serta tidak takut akan akibatnya (Anottapa), karena menganggap diri mampu mencapai ketenangan sehingga menghilangkan prasaan malu, dan menanggap akibat dari perbuatan buruk tersebut tidak terlalu berbahaya. serta ada anggapan bahwa menurut ajaran Budha, mental negatif yang dimanfaatkan dengan baik dapat mewujudkan kamma baik. bisa jadi, kamma baiknya adalah bertemu orang sabar. tapi mungkin ini adalah keyakinan yang salah (ditti), tetapi bagaimana cara meluruskannya?
saya menghormati anda. dan saya tidak akan berkata-kata kasar kepada anda. tetapi saya tidak tahu, apakah anda akan jengkel atau bosan kepada saya karena kalimat-kalimat saya yang tampak berputar-putar dan berbelit-belit?
dalam suatu sutta yang pernah saya baca, sang Budha mengatakan bahwa orang jahat yang ingin mencelakai orang yang suci itu sperti menaburkan debu ke arah yang berlawanan dengan angin, tentu akan mengenai dirinya sendiri. ini sesuai dengan prinsip ilmu tenaga dalam.
saya adalah seorang praktisi tenaga dalam. salah satu cara mengalahkan orang lain adalah dengan membuatnya marah semarah-marahnya. sehingga ketika dia menyerang, maka dia akan terpental sendiri ke belakang dengan keras. sedangkan orang yang tidak marah, tidak dapat terpental. karena kemarahannya itulah, maka dia akhirnya mengerti tentang suatu kebenaran, arti dari kata-kata sang Budha, "menaburkan debu ke arah yang berlawanan dengan angin." dan menjadi mengerti secara nyata bahwa ketenangan (upekha) merupakan sesuatu yang mengalahkan. melalui kemarahan, dia diajari ketenangan.
maaf, barangkali ini juga merupakan pandangan yang salah. silahkan anda meluruskan, saya akan mencoba memahaminya.
Saya melihat sinyal2 hubungan yang demikian mendalam antara Deva19 dengan Upasaka. Ouch.. co cwiitt.. =))
By the way, anyway on the busway.. Welcome back to DC Bro Deva19. :D
Sekadar saran, tidak ada yang dapat meluruskan Anda melainkan Anda sendiri. Ada sebuah cerita Zen mengenai ini, kalau di-mutatis mutandis sedikit kira2 beginilah:
QuoteGuru Upasaka bertanya kepada Deva19, "Engkau datang dari mana?"
Deva19 menjawab, "Saya datang dari Forum lain."
"Mengapa kamu datang ke sini?" tanya guru Upasaka.
"Mendapatkan dharma untuk meluruskan pandangan salahku," jawab Deva19.
Guru Upasaka kemudian berkata, "Saya tidak punya apa-apa di sini. Tidak ada dharma apapun yang bisa kau dapatkan di sini! Apalagi kemarin kau bilang ingin curi dharma malah!"
"Ada permata dalam dirimu sendiri, tetapi engkau malah mencarinya di sini," lanjut guru Upasaka.
"Permata apa yang ada di dalam diriku?" tanya Deva19.
Guru Upasaka menjawab, "Pandangan benar ada di dalam dirimu, tetapi engkau tidak menyadarinya. Bagaimana aku bisa memberikannya kepadamu?"
:D
^
^
cangkir yg meluber keluar yak? ;D
buka agama atau aliran yg akan membawa mu ke pantai bahagia,bukan salah agama melainkan menjadikan kita sebagai tameng agama,bukan salah aliran yg berbudaya melainkan kita yg terlalu berharap akan kehampaan,bukan salah agama bermacam-macam melainkan untuk kita pelajari yg baik dari yg terbaik,bukan salah nabi atau manusia sempurna yg turun kedunia begitu banyak melainkan untuk kita berkenyakinan bahwa kita semua bersaudara,,,,,,,,
bila ada yg bertanya apa agamamu? akan kujawab ku tak punya agama.
bila ada yg bertanya apa kepercayaanmu? aku menjawab tak ada yg kupercayai semuanya.
bila ada yg bertanya apa kenyakinanmu? dan pasti akan kujawab semua semu.
bila begitu untuk apa kau hidup? ku jawab untuk hidup selaras dan selalu ku jaga keseimbangan untuk bertahan hidup.
bila begitu kau jangan hidup didunia ini? kujawab memang ku tak ingin didunia ini tapi ku ingin kepantai bahagai.
dengan jalan apa kau akan sampai kesana sedangkan agama yg menujukan jalannya saja takkau percayai? dengan cinta kasih orang tua ku, dan ukiran dari orang tuaku dari kepala sampai kaki ku, dengan bakti yg telah jadi kewajiban ku, dengan kesetiaan yg jadi peganganku, dengan pikiran kemulian untuk semua mahluk,dan dengan selalu berdoa mengucapkan "SABBE SHATA BHAVANTU SHUKITHATA"
Hmmm ic ic ....
Quote from: Deva19 on 01 December 2009, 12:31:12 AM
[at] Upasaka
perumpamaan membakar rumah itu merupakan perumpamaan yang tepat.
dengan istilah membakar rumah orang lain tersebut, pada mulanya bukan untuk mencari siapa orang yang sabar. tetapi, karena memang "ada kejahatan" di dalam hati saya. kejahatan yang dibiarkan, tanpa dikendalikan. dan saya tidak malu berbuat buruk (ahirika) tersebut, serta tidak takut akan akibatnya (Anottapa), karena menganggap diri mampu mencapai ketenangan sehingga menghilangkan prasaan malu, dan menanggap akibat dari perbuatan buruk tersebut tidak terlalu berbahaya. serta ada anggapan bahwa menurut ajaran Budha, mental negatif yang dimanfaatkan dengan baik dapat mewujudkan kamma baik. bisa jadi, kamma baiknya adalah bertemu orang sabar. tapi mungkin ini adalah keyakinan yang salah (ditti), tetapi bagaimana cara meluruskannya?
saya menghormati anda. dan saya tidak akan berkata-kata kasar kepada anda. tetapi saya tidak tahu, apakah anda akan jengkel atau bosan kepada saya karena kalimat-kalimat saya yang tampak berputar-putar dan berbelit-belit?
dalam suatu sutta yang pernah saya baca, sang Budha mengatakan bahwa orang jahat yang ingin mencelakai orang yang suci itu sperti menaburkan debu ke arah yang berlawanan dengan angin, tentu akan mengenai dirinya sendiri. ini sesuai dengan prinsip ilmu tenaga dalam.
saya adalah seorang praktisi tenaga dalam. salah satu cara mengalahkan orang lain adalah dengan membuatnya marah semarah-marahnya. sehingga ketika dia menyerang, maka dia akan terpental sendiri ke belakang dengan keras. sedangkan orang yang tidak marah, tidak dapat terpental. karena kemarahannya itulah, maka dia akhirnya mengerti tentang suatu kebenaran, arti dari kata-kata sang Budha, "menaburkan debu ke arah yang berlawanan dengan angin." dan menjadi mengerti secara nyata bahwa ketenangan (upekha) merupakan sesuatu yang mengalahkan. melalui kemarahan, dia diajari ketenangan.
maaf, barangkali ini juga merupakan pandangan yang salah. silahkan anda meluruskan, saya akan mencoba memahaminya.
saya adalah seorang praktisi tenaga dalam. salah satu cara mengalahkan orang lain adalah dengan membuatnya marah semarah-marahnya.Apakah mudah membuat orang lain marah di forum ini?... bolehkah di share...
sehingga merupakan promo kenapa org memilih agama Buddha....
karna ada Anger Managementnya.... ;D ;D
utk manusia, bukankah tenaga selalu dari DALAM, bukan dari luar ? mohon diperjelas yooo ^:)^
Quote from: Deva19 on 01 December 2009, 12:31:12 AM
saya adalah seorang praktisi tenaga dalam. salah satu cara mengalahkan orang lain adalah dengan membuatnya marah semarah-marahnya. sehingga ketika dia menyerang, maka dia akan terpental sendiri ke belakang dengan keras. sedangkan orang yang tidak marah, tidak dapat terpental. karena kemarahannya itulah, maka dia akhirnya mengerti tentang suatu kebenaran, arti dari kata-kata sang Budha, "menaburkan debu ke arah yang berlawanan dengan angin." dan menjadi mengerti secara nyata bahwa ketenangan (upekha) merupakan sesuatu yang mengalahkan. melalui kemarahan, dia diajari ketenangan.
Bro Deva.. ini kan hanya forum diskusi, dan bukan ajang adu tenaga dalam..
Jadi tidak bisa disamakan antara praktisi tenaga dalam dengan praktisi Dhamma
Rasa2nya pernah ngebaca tulisan yang mirip pola pikir'nya...
tapi lupa... siapa dan dimana...
Pola pikir yang bagaimana ?
Pola pikir yang mencari guru yang sempurna...
Maaf, ga sanggup ikutan ngasih pendapat... doa aje yee...
Semoga Deva19 berkesempatan menjadi murid samyaksambuddha
[at] Deva19
Saya tidak ingin menjelaskan panjang-lebar. Sekarang saya ajak Anda untuk meninjau kembali pengalaman Anda dahulu. Apa yang akan terjadi bila Anda mulai "membakar rumah" di Forum DhammaCitta? Anda pasti sudah tahu jawabannya...
Jadi kalau Anda masih memelihara kebiasaan "membakar rumah", jangan kesal bila nanti Anda akan mendapat akibat yang sama seperti dulu. Kalau Anda mendapat akibat itu, Anda sendiri yang akan rugi.
Orang yang sabar tidak selalu adalah orang yang tidak memiliki niat jahat. Tapi orang yang sabar juga bisa saja adalah seorang yang penuh dengan niat jahat, tapi ia bisa menahan diri untuk tidak melakukan kejahatan itu.
Jadi silakan Anda putuskan. Mulai kapan Anda ingin menjadi lebih sabar...
Quote- ahimsa bukanlah ajaran sang Budha, tapi ajaran Mahatma Gandhi
- vegetarianism bukan ajaran sang Budha, tapi ajaran Devadata
- nibbana adalah tuhan yang maha esa
- menikah atau sex tidaklah mengahalangi seseorang dari pencapaian kesucian
- setiap zaman selalu ada Budha atau penerus kebudhaan
- sariputa adalah penerus kebudhaan stelah wafatnya sang Budha
menurut yg saya pernah perbincangkan, Sex itu menganggu loh saat ingin melakukan meditasi,
kapan anda terikat mati dengan sex, anda tidak akan bisa meditasi dengan baik...
jadi apabila kita ingin mencapai kesucian,semua nya harus berani di tinggalkan, termasuk SEX and MONEY.
ahimsa bukan ajaran sang Buddha? kok jadi sperti acara klaim mengklaim ajaran milik siapa. padahal Dhamma itu universal tidak dimiliki siapapun.
Apakah "tidak membunuh, tidak berbohong, dll" harus diklaim juga sbg ajaran Buddha, bukan ajaran dari orang lain.
Quote from: upasaka on 01 December 2009, 09:08:32 AM
[at] Deva19
Saya tidak ingin menjelaskan panjang-lebar.
saya hargai keputusan anda.
Quote from: upasaka
Sekarang saya ajak Anda untuk meninjau kembali pengalaman Anda dahulu. Apa yang akan terjadi bila Anda mulai "membakar rumah" di Forum DhammaCitta? Anda pasti sudah tahu jawabannya...
saya tahu akibatnya. dan apakah bro Upasaka saat ini dapat melihat, apakah di dalam batin saya terdapat Anottapa ataukah Otapa?
apakah anda berpikir bahwa dengan meninjau kembali pengalaman saya dahulu, maka akan muncl Ottapa di dalam diri saya?
Quote from: upasaka
Jadi kalau Anda masih memelihara kebiasaan "membakar rumah", jangan kesal bila nanti Anda akan mendapat akibat yang sama seperti dulu. Kalau Anda mendapat akibat itu, Anda sendiri yang akan rugi.
petunjuk dari anda, tentang bagaimana cara untuk membuat saya tenang, damai dan sabar tentu saya butuhkan. anda memberi tahu saya dengan sangat baik, tentang akibat-akibat suatu perbuatan, bahwa jika saya begini maka begitu akibatnya. dan tentunya anda mengharapkan saya untuk menghindari kamma buruk. saya bersedia memenuhi seperti apa yang anda harapkan, selama anda bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan, yakini bagaimana suatu kebnaran dapat dijelaskan sesuai dan tepat menurut kaidah-kaidah berpikir?
Quote from: upasaka
Orang yang sabar tidak selalu adalah orang yang tidak memiliki niat jahat. Tapi orang yang sabar juga bisa saja adalah seorang yang penuh dengan niat jahat, tapi ia bisa menahan diri untuk tidak melakukan kejahatan itu.
saya mengerti persoalan tersebut. tapi apakah anda mengira bahwa saya adalah orang yang tidak dapat melihat "tembus" ke kedalam batin seseorang? apakah anda mengira bahwa saya tidak akan dapat mengetahui "isi sebenarnya" dari seseorang yang tampak sabar? bagaimana cara anda bisa mengira sperti itu?
Quote from: upasaka
Jadi silakan Anda putuskan. Mulai kapan Anda ingin menjadi lebih sabar...
saya telah belajar sabar, sedang belajar sabar dan akan terus belajar sabar. tapi apakah bro upasaka sudah dapat mengukur, sampai dimana tingkat kesabaran saya saat ini?
Quotedeva19 :
saya telah belajar sabar, sedang belajar sabar dan akan terus belajar sabar. tapi apakah bro upasaka sudah dapat mengukur, sampai dimana tingkat kesabaran saya saat ini?
sebenarnya ada berapa tingkat kesabaran sih...........
bro Deva19 udah di tingkat berapa?
rata2 orang Buddhist di tingkat berapa ya ?
sharing dikit dunnnnnnnng :P :P
terahir kali kapan Deva19 marah ?
deva19 itu joko atau nonik ?
dari dulu gw pengen ngetest kesabaran bikkhu, dengan cara gamparin muka bikhu
cuma gw takut kena hukum karma euy
kira-kira apa ya reaksi si bikhu ?
pengen ngetest aja, kira-kira beneran sabar, apa cuma teori dowank
mungkin habis itu reaksinya macam-macam
sang bikhu cuma bilang amitofo
atau sang bikhu mengibaskan jubahnya, dan gw terpental ampe tembok
hahaha
atau sang bikhu punya ilmu besi
jadi tangan gw yg kesakitan
dan bikhu cuma terkekeh kekeh
Quote from: exam on 01 December 2009, 01:49:24 PM
dari dulu gw pengen ngetest kesabaran bikkhu, dengan cara gamparin muka bikhu
cuma gw takut kena hukum karma euy
kira-kira apa ya reaksi si bikhu ?
pengen ngetest aja, kira-kira beneran sabar, apa cuma teori dowank
mungkin habis itu reaksinya macam-macam
sang bikhu cuma bilang amitofo
atau sang bikhu mengibaskan jubahnya, dan gw terpental ampe tembok
hahaha
atau sang bikhu punya ilmu besi
jadi tangan gw yg kesakitan
dan bikhu cuma terkekeh kekeh
Kalau ide begini harus nyoba sama bhiku Saolim... yg
di Tiongkok... yg tahan digampar berkali-kali....
malah selangkangannya disepak pun gak sakit...
mungkin itu target yg bagus utk dicoba....
hehehehehheeeeee (resiko ditanggung sendiri lho)
Quote from: johan3000 on 01 December 2009, 02:06:41 PM
Quote from: exam on 01 December 2009, 01:49:24 PM
dari dulu gw pengen ngetest kesabaran bikkhu, dengan cara gamparin muka bikhu
cuma gw takut kena hukum karma euy
kira-kira apa ya reaksi si bikhu ?
pengen ngetest aja, kira-kira beneran sabar, apa cuma teori dowank
mungkin habis itu reaksinya macam-macam
sang bikhu cuma bilang amitofo
atau sang bikhu mengibaskan jubahnya, dan gw terpental ampe tembok
hahaha
atau sang bikhu punya ilmu besi
jadi tangan gw yg kesakitan
dan bikhu cuma terkekeh kekeh
Kalau ide begini harus nyoba sama bhiku Saolim... yg
di Tiongkok... yg tahan digampar berkali-kali....
malah selangkangannya disepak pun gak sakit...
mungkin itu target yg bagus utk dicoba....
hehehehehheeeeee (resiko ditanggung sendiri lho)
mungkin abis gampar langsung lari
lihat dia ngejer gak
atau ludahin terus lari
gila :)
Quote from: Deva19saya tahu akibatnya. dan apakah bro Upasaka saat ini dapat melihat, apakah di dalam batin saya terdapat Anottapa ataukah Otapa?
apakah anda berpikir bahwa dengan meninjau kembali pengalaman saya dahulu, maka akan muncl Ottapa di dalam diri saya?
Saya tidak bisa melihat.
Tidak. Saya berpikir bahwa dengan meninjau kembali pengalaman Anda dahulu, maka Anda bisa belajar agar tidak jatuh di lubang yang sama untuk ketiga kalinya.
Quote from: Deva19petunjuk dari anda, tentang bagaimana cara untuk membuat saya tenang, damai dan sabar tentu saya butuhkan. anda memberi tahu saya dengan sangat baik, tentang akibat-akibat suatu perbuatan, bahwa jika saya begini maka begitu akibatnya. dan tentunya anda mengharapkan saya untuk menghindari kamma buruk. saya bersedia memenuhi seperti apa yang anda harapkan, selama anda bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan, yakini bagaimana suatu kebnaran dapat dijelaskan sesuai dan tepat menurut kaidah-kaidah berpikir?
Saya tidak mewajibkan Anda untuk berperilaku sesuai dengan harapan saya. Saya sangat menghargai kebebasan berkehendak di setiap orang. Tetapi karena saya ingin Anda berbahagia, maka saya harap Anda bisa lebih tenang, damai dan sabar. Kalau kalimat sederhana saya memang bisa membuat Anda menjadi lebih baik, maka saya dengan senang hati akan menyampaikan kepada Anda.
Sebenarnya saya sedang tidak membuat perjanjian dengan Anda. Silakan Anda berperilaku tidak sesuai dengan harapan saya. Tetapi apabila ada pertanyaan dari Anda yang ditujukan kepada saya, saya akan coba memberi jawaban dan penjelasan yang sesuai kaidah-kaidah berpikir.
Quote from: Deva19saya mengerti persoalan tersebut. tapi apakah anda mengira bahwa saya adalah orang yang tidak dapat melihat "tembus" ke kedalam batin seseorang? apakah anda mengira bahwa saya tidak akan dapat mengetahui "isi sebenarnya" dari seseorang yang tampak sabar? bagaimana cara anda bisa mengira sperti itu?
Setelah Anda mampu melihat "tembus" ke dalam batin seseorang yang tampak sabar, lalu apa yang Anda peroleh?
Quote from: Deva19saya telah belajar sabar, sedang belajar sabar dan akan terus belajar sabar. tapi apakah bro upasaka sudah dapat mengukur, sampai dimana tingkat kesabaran saya saat ini?
Mungkin belum ada alat pengukur kesabaran. Tapi saya bisa menggunakan perbandingan.
Saya lihat Anda sudah jauh lebih sabar daripada Anda yang dahulu. Tapi Anda tetap belum bisa lebih sabar dari saya.
aye terharu dgn Deva19
:'( :'( :'( :'(
_/\_
bicara sabar
jadi ingat bgm manusia jaman dulu hrs menjadi budak
bayangkan anda lahir jadi orang kulit hitam di jaman perbudakan
atau nasib jugun ianfu di jaman penjajahan jepang
yg setiap hari hrs melayani tentara jepang
atau orang tak punya tangan dan kaki
tapi hrs tetap menjalani hidup
atau bayangkan anda jadi seorang istri yg di tinggal mati suami
namun hrs keliling jualan kue utk menghidupi 4 orang anak
dengan rumah yg masih sewa
kalau sudah begini
jadi sadar , masih jauh dari kesabaran
Quote from: upasaka
Setelah Anda mampu melihat "tembus" ke dalam batin seseorang yang tampak sabar, lalu apa yang Anda peroleh?
saya saya peroleh adalah suatu kesimpulan bahwa yang terpenting dari seseorang bukanlah apa yang dikatakannya, tetapi apa yang di dalam batinnya.
sesungguhnya, mustahil sang Budha dan semua orang suci di dunia mengajari manusia hanya dengan bahasa kata-kata, melainkan pastilah bahasa "cahaya". dengan cahaya itulah sang Budha melihat tembus ke dalam batin manusia dan dengan cahaya itu pula sang Budha mencabut akar-akar kebodohan, sehingga siapa yang medengarkan dhamma secara langsung dari sang Budha, lebih memungkinkan bagi mereka untuk lbih cepat mencapai kesucian, bukan hanya karena konsep dhamma yang benar dan bukan hanya karena usaha para bikhu, tetapi juga karena bantuan sang Budha melalui cahaya. cahaya inilah yang menjadi inti dari kata-kata sang Budha.
seperti yang anda katakan, seorang yang tampak sabar sekalipun bisa jadi ada kejahatan di dalam batinnya. sebaliknya, apakah anda tidak pernah berpikir, mengira atau menduga bahwa seseorang yang tampak kasar sekalipun, sesungguhnya suci di dalam nya?
Quote from: upasaka
Mungkin belum ada alat pengukur kesabaran. Tapi saya bisa menggunakan perbandingan.
Saya lihat Anda sudah jauh lebih sabar daripada Anda yang dahulu. Tapi Anda tetap belum bisa lebih sabar dari saya.
anda mmbuat perbandingan dari bentuk kata-kata yang saya gunakan. betulkah? tapi apakah kata-kata dapat menjadi ukuran kesabaran seseorang? mengingat sebagaimana yang anda sendiri katakan, "tidak ada alat pengukur kesabaran."
saya tidak tahu, apakah anda lebih sabar dari saya, atau saya lebih sabar dari anda, atau saya dan anda sama-sama sabar. tapi yang saya tahu, sang Budha telah menjelaskan bahwa akar kesombongan itu ada tiga, yakni ketika berpikir "aku lebih baik dari dia" atau "dia lebih baik dari aku" atau "aku sama dengan dia". oleh karena itu, saya ingin menghindari pemikiran yang membanding-bandingkan antara diri saya dengan anda. dan saya tidak akan menguji kebenaran pernyataan, "anda lebih sabar dari saya".
berbicara tentang kesabaran, akan mendorong saya untuk mengembangkan kesabaran dan kesucian batin, untuk membuktikan dhamma kepada diri anda dan kepada diri saya sendiri. dengan demikian akan membuat saya masuk ke alam meditasi, dimana pemikiran berhenti bekerja, dan hanya kesadaran yang bekerja dan berkembang.
membahas soal kesabaran, akan mendorong saya untuk mengembangkan batin untuk mencoba melihat tembus ke dalam batin anda, atau agar anda melihat ke dalam batin saya. terlepas dari benarhkah hal tersebut dapat dilakukan, tetapi bila memang dapat dilakukan, maka ini merupakan hal yang baik. tetapi hal ini akan menyebabkan saya kehilangan tujuan semula, yakni "menemukan orang yang dapat menjelaskan kebenaran" dengan kaidah berpikir yang benar.
mmbahas soal kesabaran, membuat saya ingin melihat ke dalam diri saya sendiri untuk mengerti dhamma. ketika saya melihat dhamma, maka disitu tidak ada pertentangan konseptual, tidak ada logika, tidak ada argumentasi, diskusi dan perdebatan. di dalam diri saya hanya melihat 5 khanda dan tidak ada lainnya. tetapi ketika dhamma di ungkapkan melalui kata-kata, maka disitu terjadilah konsepsi. ketika ada konsepsi, disitu ada logika. ketika ada logika, diistu ada pikiran benar atau ada pikiran salah (ditti). ketika ada pikiran salah, inilah yang menodai kesucian.
vedana adalah suatu realitas di dalam diri. karena Vedana adalah suatu fakta nyata, maka tidak dapat dipertentangankan, tidak dpat dipersalahkan, oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. tidak akan ada orang, baik diri sndiri maupun orng lain yang berpendapat Vedana itu salah. karena berpikir "itu salah" adalah telah memulai pemikiran. pemikiran inilah yang kemudian akan menimbulkan pertenangan, dualisme, kemelekatan, dan diperslahkan. apalagi ketika orang sudah mencoba mendefinisikan "apa itu Vedana". ilmu logika harus bekerja pada tahap ini untuk menjaga "lurusnya" pikiran.
di dalam dhamma yang anda lihat ada metta, karuna, muddita dan upekha. dhamma apapun yang anda lihat, tidak dpat ditentang atau dipersalahkan. karena mereka adalah kebenaran sebagaimana adanya. tetapi ketika anda telah menyatakan di dalam pikiran ataupun lisan, bahwa karena adanya metta, karuna, muddita dan upekha, maka mustahil seorang suci melakukan tindak kekerasan atau membunuh. maka disinilah pemikiran mulai bekerja untuk mencari tahu "benarkah" atau "salahkah". dan untuk menemukan apa yang dicari, yaitu nilai suatu pernyataan, diperlukan kaidah-kaidah berpikir yang benar. menolak kaidah berpikir ini adlh mustahil.
ketika seseorang berkata, "marah-marah adalah ssuatu yang baik", maka orang tersebut telah mmbuat konsepsi. dan orang kaan beramai-ramai memberikan nilai-nilai pada suatu konsepsi, "itu benar" atau "itu salah" atau "itu sesuai dengan keyakinan saya" atau "itu tidak sesuai dengan keyakian saya" dst. kemarahan adlh suatu realitas di dalam diri, yang orang mudah melihat faktanya. tetapi "baik" buknlah suatu salah satu fakta dari 5 khanda, sehingga "baik" tidak akan dapat dia temukan di dalam 5 khanda, tetpai akan ditemukan di dalam konsepsi orang lain.
ketika anda berkata, "sekarng anda sudah lebih sabar dari dulu", berarti anda telah membuat suatu konsepsi dan mengemukakanya di dalam tulisan. kalau saya ingin mencari tahu "benar" atau "tidak", maka saya akan bertanya, "mengapa?" dan anda akan menjelaskannya dengan argumentasi logic atau melalui suaru referensi, keduanya sama-sama berwujud konsepsi. dan karna konsepsi itu merupakan sesuatu yang "tidak dpat dilihat langsung", seperti halnya kata "baik", maka saya berpikir untuk menemukannya. dan saya tidak melihat "ujung" dari pemikiran ini. dimanakah ia?
tuhan itu ketika ditemukan, dilihat dan disebut "Tuhan", maka tidak ada petentangan. tidak seorang manusiapun yang dapat mengatakan sbuatan tersebut salah. tetapi ketika dikatakan "tuhan itu ada" atau "tuhan itu tiada", maka disitulah orang mulai ramai memberi nilai "benar" atau "salah". dam konsepsi ini, lagi-lagi tidak berujung pada kejelasan sebagaimana jelasnya bila kita melihat 5 khanda.
bila anda mengatakan "sabar adalah sesuatu yang baik", ini adlah konsep. dan pasangan konsep adalah "kenapa?" dan kenapa adalah suatu pertanyaan yang tidak memiliki "ujung". sebab setiap kali argumentasi diberikan, maka "kenapa" yang lain akan muncul pula. oleh karena itu, bukankah amat jelas bahwa siapapun yang berpegang kepda konsepsi teramatlah bodohnya? jika jawaban dari pertanyaan ini "ya" atau "tidak", maka keduanya juga merupakan konsepsi yang tidak berujung. bila hal ini dapat difahami denga benar, maka patutkah kita menilai seseorang dari apa yang dia katakan?
"sang Budha adalah manusia agung yang tercerahan sempurna", dan kita dapat melihat keagungan beliau dari ajarna yang tertulis di dalam kata-kata beliau yang telah diabadikan. tetapi semua kata-kata sang Budha yang ditulis itu adalah konsepsi yang tidak berujung, maka apakah akan sempurna penialain seseorang terhap sang Budha hanya melalui kata-kata beliau?
"nabi Muhammad adlah seorang Budha" maka orang akan ramai memberi nilai "salah". tetapi nilai "salah" ini adlaa konsepsi yang tidak berujung. berpegang kepda konsepsi yang tidak berujung adalah suatu tindakan yang konyol. akan tetapi ilmu logika bukan untuk membuat seseorang berputar dlaam konsepsi yang tidak berujung, melainkan untuk mengakhiri konsepsi.
seharusnya benar bahwa nabi muhammad adlah seorang Budha, bila yang dimaksud budha di sini adalah ornag yang mengajarkan kebaikan. sedangkan nabi muhammad adala orang yang mengajarkan kebaikan. tetapi seharusnya salah bahwa nabi muhammad adalah seorang budha, bila budha bukanlah seorang yang mendapat wahyu, dan nabi muhammad adala orang yang mendapat wayhu. nilai "benar" dan "salah" tersebut sudah tepat dan usai secara logic, tidak dpat dibantah dan dipersalahkan, yang mempresalahkannya berarti dia memiliki "ditti" dan telah "tersesat di dalam berpikir." inilah kebenaran logic.
"sariputa adalah penerus kebudhaan, karena sariputa wafat sebelum sang Budha wafat. sdangkan penerus kebudhaan adala yang meneruskan ajaran sang Budha stelah sang Budha wafat." inilah kesalahan logic. pernyatan tersebut "salah" secara logic, sudah usai dan tidak dapat dibantah lagi salahnya.
"alQuran mengajarkan umatnya untuk membenci non mulism kapan saja dan dimana saja ia berada, karena di dlam alquran dijlaskn
bunuhlah orang-orang kafir itu dimana saja kamu temui mereka" ini kesalahan logic. sudah jelas salahnya, usai dan tidak dapat dibantah salahnya berdasarkan kaidah-kaidah berpikir yang benar. inilah akhir dari suatu konsepsi. tetapi siapa yang tidak mengerti kaidah berpikir dngan benar, maka selama-lamanya dia akan berpegang kepda keyakinan yang salah "bahwa islam mengajarkan kejahatan". maka akankah seseorang dapat mencapai suatu kesucian, apabila berpegang kepada keyakinan yang salah?
dan saya melihat carut marut dunia ini disebabkan oleh banyak faktor, dan salah satu faktornya adala karena kesalahan orang-orang dalam berpikir. apakah anda juga melihatnya?
sry menyela...bisa tembus di dalam batin seseorang..
TAPI
Quote from: Deva19 on 30 November 2009, 11:30:13 PM
[at] Upasaka
sebenarnya, sikap kasar saya dalam diskusi ada alasannya.
pertama, saya ingat dalam salah satu ajaran budha dikatakan bahwa seseorang yang merasa suka terhadap sesuatu, maka dia akan menilainya "baik". semakin suka terhadap sesuatu, maka dia akan semakin menilainya baik. sebaliknya, orang yang merasa tidak suka terhadap sesuatu, maka dia akan menilai sesuatu itu "jelek". semakin tidak suka, maka dia akan menilai "semakin jelek".
Kedua, akan banyak orang yang mendukung dan menyukai saya, serta menerima pemikiran-pemikiran saya, bila saya berdiskusi dengan cara yang baik dan menyenangkan.
ketiga, karena orang sudah setuju dengan saya dan dapat menerima pemikiran-pemikiran saya, maka saya tidak tahu siapa orang yang "pikirannya lurus dan jernih" yang dapat menilai sesuatu dengan benar, tanpa merasa suka ataupun benci kepada sesuatu (upekha).
keempat, bila saya tidak mengetahui siapa yang telah mencapai ketenangan (upekha), lalu bagaimana saya dapat menemukan guru bagi diri saya?
klo udah bisa mengetahui batin seseorang.. alasan kasar dalam diskusi , terutama yg terakhir " tidak mengetahui siapa yg batinnya tenang", jd alasan itu gak bisa di pake dunk
kan bisa melihat batin seseorg...
Buddha itu bukan dinilai dari mengajarkan kebaikan, Buddha itu mengajarkan 4 kesunyataan mulia. kebaikan cuma bagian dari ajarannya
kurasa muhammad, menolak konsep Dukkha, dgn menyatakan Allah kekal, surga juga (kecuali Allah menghendaki), dan hidup setelah mati cuma 2 pilihan surga yg kekal atau neraka
setelah surga..end..selesai.
itu sebabnya dia tidak di sebut buddha
Quote from: The Ronald on 02 December 2009, 12:47:30 AM
sry menyela...bisa tembus di dalam batin seseorang..
TAPI
Quote from: Deva19 on 30 November 2009, 11:30:13 PM
[at] Upasaka
sebenarnya, sikap kasar saya dalam diskusi ada alasannya.
pertama, saya ingat dalam salah satu ajaran budha dikatakan bahwa seseorang yang merasa suka terhadap sesuatu, maka dia akan menilainya "baik". semakin suka terhadap sesuatu, maka dia akan semakin menilainya baik. sebaliknya, orang yang merasa tidak suka terhadap sesuatu, maka dia akan menilai sesuatu itu "jelek". semakin tidak suka, maka dia akan menilai "semakin jelek".
Kedua, akan banyak orang yang mendukung dan menyukai saya, serta menerima pemikiran-pemikiran saya, bila saya berdiskusi dengan cara yang baik dan menyenangkan.
ketiga, karena orang sudah setuju dengan saya dan dapat menerima pemikiran-pemikiran saya, maka saya tidak tahu siapa orang yang "pikirannya lurus dan jernih" yang dapat menilai sesuatu dengan benar, tanpa merasa suka ataupun benci kepada sesuatu (upekha).
keempat, bila saya tidak mengetahui siapa yang telah mencapai ketenangan (upekha), lalu bagaimana saya dapat menemukan guru bagi diri saya?
klo udah bisa mengetahui batin seseorang.. alasan kasar dalam diskusi , terutama yg terakhir " tidak mengetahui siapa yg batinnya tenang", jd alasan itu gak bisa di pake dunk
kan bisa melihat batin seseorg...
maksud anda, saya tidak dapat menjadikan alasan "tidak mengetahui siapa yang batinnya tenang" sebagai alasan diskusi kasar, karena saya bisa melihat batin seseorang.
begitu ya?
kalau begitu berarti menurut anda, saya telah membuat dua pernyataan kontradiktif.
pertama : saya menyatakan tidak mengetahui siapa yang batinnya tenang
kedua : saya menyatakan mengetahui siapa yang batinnya tenang.
untuk pernyataan pertama, saya membenarkannya, karena memang saya tidak mengetahui siapa yang batinnya tenang.
untuk pernyataan kedua, bisa anda tunjukn pada post yang mana saya membuat pernyataan kalau saya dapat mengetahui siapa yang batinnya tenang?
perasaan saya tidak pernah menyatakan begitu. jika memang saya menyatakan demikian, pasti itu artinya bukan sekarang, bukan saat ini dan di sini.
Quote from: The Ronald on 02 December 2009, 12:54:52 AM
Buddha itu bukan dinilai dari mengajarkan kebaikan, Buddha itu mengajarkan 4 kesunyataan mulia. kebaikan cuma bagian dari ajarannya
kurasa muhammad, menolak konsep Dukkha, dgn menyatakan Allah kekal, surga juga (kecuali Allah menghendaki), dan hidup setelah mati cuma 2 pilihan surga yg kekal atau neraka
setelah surga..end..selesai.
itu sebabnya dia tidak di sebut buddha
budha itu bukan dinilai dari mengajarkan kebaikan, jadi dinilai dari apa?
anda tidak menjelaskan beliau dinilai dari apa. anda hanya mengatakan bahwa beliau mengjarkan 4 kesunyatan mulia, tapi tidak menjelaskan beliau dinilai dari apa?
Quote from: The Ronald
kurasa muhammad, menolak konsep Dukkha, dgn menyatakan Allah kekal, surga juga (kecuali Allah menghendaki), dan hidup setelah mati cuma 2 pilihan surga yg kekal atau neraka
setelah surga..end..selesai.
itu sebabnya dia tidak di sebut buddha
nabi muhammad menolak konsep dukha
.........................................................
_____________________________________________ +
nabi muhammad tidak disebut budha
apakah setiap yang menolak konsep dukha itu tidak disebut budha?
dari mana anda tahu, kalau nabi muhammad menolak konsep dukha?
Quote from: Deva19 on 02 December 2009, 01:16:40 AM
Quote from: The Ronald on 02 December 2009, 12:54:52 AM
Buddha itu bukan dinilai dari mengajarkan kebaikan, Buddha itu mengajarkan 4 kesunyataan mulia. kebaikan cuma bagian dari ajarannya
kurasa muhammad, menolak konsep Dukkha, dgn menyatakan Allah kekal, surga juga (kecuali Allah menghendaki), dan hidup setelah mati cuma 2 pilihan surga yg kekal atau neraka
setelah surga..end..selesai.
itu sebabnya dia tidak di sebut buddha
budha itu bukan dinilai dari mengajarkan kebaikan, jadi dinilai dari apa?
anda tidak menjelaskan beliau dinilai dari apa. anda hanya mengatakan bahwa beliau mengjarkan 4 kesunyatan mulia, tapi tidak menjelaskan beliau dinilai dari apa?
Buddha berhasil melenyapkan Dhuka (parinibana). Dan itu adalah tujuannya.
Quote from: The Ronald
kurasa muhammad, menolak konsep Dukkha, dgn menyatakan Allah kekal, surga juga (kecuali Allah menghendaki), dan hidup setelah mati cuma 2 pilihan surga yg kekal atau neraka
setelah surga..end..selesai.
itu sebabnya dia tidak di sebut buddha
nabi muhammad menolak konsep dukha
.........................................................
_____________________________________________ +
nabi muhammad tidak disebut budha
apakah setiap yang menolak konsep dukha itu tidak disebut budha?
dari mana anda tahu, kalau nabi muhammad menolak konsep dukha?
Dhuka bisa diartikan SULIT TERPUASKAN.
nah kalau merasa kurang puas, ya TAMBAH LAGI, TAMBAH LAGI....
contoh : seperti makan ice cream,...jilatin satu masih belum puas,... ya tambah lagi, tambah lagi... selama memiliki NAFSU, FISIK dan DUIT....
kira2 begitu deh..........
kalau kurang TERPUASKAN, mungkin senior2 bisa membantu....
Supaya lebih bisa menhormatin agama masing2,
sebaiknya membandingan PETINGGI agama lagi dgn Buddha adalah kurang tepat di forum ini........akhirnya tambah dibanding, masing2 masih tambah nafsu..semangkin besar nafsunya akan SULIT TERPUASKAN......... ;D ;D ;D ;D
Kalau bisanya lelaki udah tak TERPUASKAN akan cepat MARAH...... ^:)^ ^:)^
_/\_ :x
gw juga suka makan ice cream lho...... ;D
Quote from: Deva19 on 02 December 2009, 01:04:15 AM
Quote from: The Ronald on 02 December 2009, 12:47:30 AM
sry menyela...bisa tembus di dalam batin seseorang..
TAPI
Quote from: Deva19 on 30 November 2009, 11:30:13 PM
[at] Upasaka
sebenarnya, sikap kasar saya dalam diskusi ada alasannya.
pertama, saya ingat dalam salah satu ajaran budha dikatakan bahwa seseorang yang merasa suka terhadap sesuatu, maka dia akan menilainya "baik". semakin suka terhadap sesuatu, maka dia akan semakin menilainya baik. sebaliknya, orang yang merasa tidak suka terhadap sesuatu, maka dia akan menilai sesuatu itu "jelek". semakin tidak suka, maka dia akan menilai "semakin jelek".
Kedua, akan banyak orang yang mendukung dan menyukai saya, serta menerima pemikiran-pemikiran saya, bila saya berdiskusi dengan cara yang baik dan menyenangkan.
ketiga, karena orang sudah setuju dengan saya dan dapat menerima pemikiran-pemikiran saya, maka saya tidak tahu siapa orang yang "pikirannya lurus dan jernih" yang dapat menilai sesuatu dengan benar, tanpa merasa suka ataupun benci kepada sesuatu (upekha).
keempat, bila saya tidak mengetahui siapa yang telah mencapai ketenangan (upekha), lalu bagaimana saya dapat menemukan guru bagi diri saya?
klo udah bisa mengetahui batin seseorang.. alasan kasar dalam diskusi , terutama yg terakhir " tidak mengetahui siapa yg batinnya tenang", jd alasan itu gak bisa di pake dunk
kan bisa melihat batin seseorg...
maksud anda, saya tidak dapat menjadikan alasan "tidak mengetahui siapa yang batinnya tenang" sebagai alasan diskusi kasar, karena saya bisa melihat batin seseorang.
begitu ya?
kalau begitu berarti menurut anda, saya telah membuat dua pernyataan kontradiktif.
pertama : saya menyatakan tidak mengetahui siapa yang batinnya tenang
kedua : saya menyatakan mengetahui siapa yang batinnya tenang.
untuk pernyataan pertama, saya membenarkannya, karena memang saya tidak mengetahui siapa yang batinnya tenang.
untuk pernyataan kedua, bisa anda tunjukn pada post yang mana saya membuat pernyataan kalau saya dapat mengetahui siapa yang batinnya tenang?
perasaan saya tidak pernah menyatakan begitu. jika memang saya menyatakan demikian, pasti itu artinya bukan sekarang, bukan saat ini dan di sini.
untuk post ttg pernyataan langsung bahwa anda mengetahu bantin seseorg tenang tidak ada, tp secara tidak langsung ada,
1. anda bilang anda mampu melihat tembus ke dalam batin
2. kesimpulan dari pengalaman anda yg bisa melihat tembus kedalam batin "kesimpulan bahwa yang terpenting dari seseorang bukanlah apa yang dikatakannya, tetapi apa yang di dalam batinnya"
apakah maksud anda sebenarnya, anda bisa melihat tembus ke dalam batin seseorang, tp tidak tau batin manakah yg tenang, mana yg tidak tenang, mana yg baik, dan mana yg tidak baik, anda bisa melihat batin seseorg, tp sama sekali tidak bisa membedakan... apakah begitu?
menurut bro deva apa yg di sebut Buddha?
atau lebih benernya..apa itu ciri2 seorang Buddha?
bagaimana seseorang dpt di sebut Buddha?
nah klo definisinya benar, sesuai, cocok dgn agama Buddha , yah karena kata Buddha ini anda kenal dari agama ini, maka muhammad bisa di sebut Buddha
penjelasan yg cukup baik mengenai Dukkha
Quote1. Dukkha Ariyasacca
Artinya adalah Dukkha.
Kebenaran Mulia yang pertama berbunyi "dukkha", umumnya oleh hampir semua orang menerjemahkannya sebagai "Kebenaran Mulia tentang penderitaan (duka)". Dan jika mereka menarik kesimpulannya dalam pemahaman Buddhis, mereka mengartikannya bahwa penghidupan ini adalah penderitaan dan duka-lara. Penerjemahan yang salah ini menimbulkan kesalahpahaman, sehingga banyak orang yang menilai bahwa Ajaran Buddha (Agama Buddha) adalah agama yang pesimis. Di sini dengan tegas dinyatakan bahwa Agama Buddha adalah agama yang tidak berlandaskan pada pandangan pesimis ataupun optimis, namun realistis. Yaitu satu ajaran yang mengajak dan mengajar kita untuk melihat hidup dan penghidupan dengan cara realistis. Ajaran Buddha melihat benda-benda dan segala sesuatunya dengan keadaan sewajarnya (jathabhutam) dan tidak menggambarkan secara keliru bahwa "hidup ini indah" (life is beautifull) atau menjalani hidup dengan pandangan bahwa "hidup ini tidak adil" (no justice in the world). Ajaran Buddha memberitahukan tentang semua keadaan sewajarnya tanpa menutup-nutupi kenyataan yang buruk ataupun mengeluarkan pandangan-pandangan yang dihasilkan dari imajinasi, namun merupakan hasil dari penelitian dan pembuktian intensif.
Tidak dapat disangkal bahwa kosakata dalam Bahasa Pali yang berbunyi "dukkha" yang dalam percakapannya sehari-hari berarti "derita", "sakit", "sedih", "duka", dan makna penderitaan lainnya. Kosakata ini adalah lawan dari kosakata "sukkha" yang berarti "suka", "senang", "gembira", "bahagia", dan sebagainya. Namun kata "dukkha" yang dipakai dalam pengertian akan Kebenaran Ariya yang Pertama ini mengandung arti filosofis yang sangat luas. Kata "dukkha" dalam Kebenaran Mulia Pertama ini mengandung artian lain seperti "tidak kekal", "kosong", "hampa", "tanpa inti", "fatamorgana", "ketidakpuasan", dan masih banyak lagi. Karena sangat sulit untuk mencari kata substitusi dari "dukkha" ini, maka akan lebih bijaksana bila kita tetap menggunakan istilah "dukkha" ini daripada mencoba menggantinya dengan kata alternatif lain yang dapat menimbulkan polemik kelak.
Meski Sang Buddha mengatakan bahwa penghidupan ini adalah dukkha, namun bukan berarti penghidupan ini tanpa kebahagiaan. Sang Buddha menjelaskan bahwa di dunia ini ada dua macam kebahagiaan yang dapat dirasakan oleh semua makhluk, yaitu kebahagiaan fisik dan spiritual. Kebahagiaan fisik itu seperti kebahagiaan menjadi orang kaya, kebahagiaan menikmati makanan lezat, kebahagiaan mendengarkan lagu, kebahgiaan melihat lukisan, dan kebahagiaan-kebahagiaan lain yang memuaskan indera. Kebahagiaan spiritual itu seperti kebahagiaan merasakan kebahagiaan makhluk lain, kebahagiaan melaksanakan penghidupan suci, kebahagiaan ketenangan batin saat bermeditasi, dan kebahagiaan-kebahagiaan lain yang memuaskan landasan mental. Namun semua kebahagiaan tersebut juga termasuk dalam dukkha. Bahkan keadaan "jhana" (keadaan mental yang sangat tenang, yang dapat dicapai dengan jalan meditasi tingkat tinggi) yang dapat membebaskan perasaan dari "sukkha" (damai) dan "dukkha" (tidak puas), juga termasuk dalam kategori dukkha. Mengapa semuanya itu adalah dukkha? Sang Buddha menjelaskan :
"Semua kebahagiaan itu semu semata, akan berubah dan tidak kekal dan karenanya harus digolongkan dalam dukkha (anicca dukkha viparinama-dhamma)."
Dalam hubungan dengan penghidupan dan kebahagiaan dari hawa-hawa nafsu, Sang Buddha menjelaskan tiga hal yang berkaitan, antara lain :
<1> Perasaan tertarik atau kegembiraan (assada)
Perasaan ini muncul seperti pada saat Anda tertarik, suka atau merasa gembira kalau bertemu dan bersama dengan seseorang. Tidak harus sesama antara orang atau makhluk lainnya, namun juga dapat terjadi pada hal-hal lainnya, seperti rasa tertarik pada suatu tempat, makanan, lagu, aroma, dan sebagainya. Hal ini tentu sangat sering kita alami, tetapi kegembiraan ini tidaklah bersifat kekal sebagaimana juga halnya `dengan orang itu (objek) ; dan segala sesuatu yang membuatnya tertarik juga tidak kekal.
<2> Akibat yang tidak baik, atau perasaan tidak puas (adinava)
Perasaan ini muncul seperti pada saat Anda tidak dapat bertemu atau bersama dengan orang itu, yang tentu saja pasti dikarenakan oleh suatu sebab. Sama seperti asaada, perasaan ini juga dapat muncul karena pengaruh objek lainnya seperti tempat, makanan, lagu, aroma dan sebagainya. Anda akan menjadi kecewa dan mungkin Anda akan melakukan perbuatan yang tidak baik. Inilah yang dinamakan dengan adinava. Hal ini juga tentu sangat sering kita alami dalam penghidupan sehari-hari.
<3> Perasaan yang terbebas dan tidak terikat (nissarana)
Perasaan ini hanya muncul kepada orang yang tidak lagi terikat pada sesuatu lagi. Banyak orang yang mengstandarkan kebahagiaan bagi dirinya dengan sesuatu yang belum dimilikinya. Ketika sesuatu yang belum dimilikinya itu belum terpenuhi, maka ia akan menderita. Namun orang yang telah memiliki perasaan nissarana, ia sudah tidak terikat lagi pada sesuatu yang belum dimilikinya bahkan yang sudah dimilikinya.
Konsep-konsep dukkha dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu :
1) Dukkha-dukkha (dukkha sebagai derita biasa)
Semua jenis penderitaan dan ketidakpuasan dalam penghidupan ini, seperti dilahirkan, terlapuk dan berusia tua, sakit, mati; berada dalam keadaan yang tidak menyenangkan; tertimpa musibah; terpisah dari orang atau sesuatu yang disayangi; keluh-kesah; kegagalan; kesedihan, dan semua bentuk derita fisik dan mental yang oleh umum dianggap sebagai derita dan sakit, adalah termasuk dalam golongan ini.
2) Viparinama-dukkha (dukkha sebagai akibat dari perubahan)
Suatu perasaan berbahagia, suatu keadaan bahagia dalam kehidupan adalah tidak kekal. Cepat atau lambat hal ini akan berubah dan perubahan ini akan menimbulkan kesedihan, derita, ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan. Misalnya seseorang yang mencapai kesuksesan dan kekayaan yang melimpah, tidak selamanya akan bermandikan uang kebahagiaan. Suatu hari keadaannya pasti akan berubah, seperti akan ada masalah keuangan, masalah internal maupun eksternal perusahaan, mengalami kebangkrutan, atau setidaknya menghadapi batu sandungan lainnya yang merupakan akibat dari kesuksesannya. Termasuk pula kesedihan akibat berpisah dengan orang yang kita sayangi.
3) Sankhara-dukkha (dukkha sebagai akibat dari keadaan yang berkondisi)
Untuk segi ketiga ini tidaklah terlalu mudah dibabarkan dan dapat langsung dimengerti oleh orang awam. Segi ketiga ini adalah segi yang paling penting dalam Kebenaran Mulia Pertama ini. Untuk penjelasan akan sankhara-dukkha ini, diperlukan pembahasan secara analitis yang khusus terlebih dahulu tentang apa yang kita anggap sebagai "makhluk" atau "aku". Namun secara garis besarnya adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang berhubungan dengan Lima Kelompok Kehidupan (pancakkhandha). Seperti perasaan sedih karena tidak dapat menikmati makanan enak yang dipicu karena adanya indera pengecap yang merupakan salah satu dari Lima Kelompok Kehidupan (pancakkhandha).
tidak puas adalah satu bentuk dukkha
seorang disebut Buddha dinilai dari apa?
1. tingkah laku
2. ciri2 fisik
3. Pencapaiannya, dan Ajarannya
klo no 1 dan 2 saja, itu namanya Chakkavatti ( Raja Dunia)
klo no 1 saja itu namanya Bhodhisatta
Khusus No 3, + Ajaran berarti samma Sammà -Sambodhi
klo cuma pencapain : SÃ vaka-Bodhi dan Pacceka-Bodhi
yah itu menurut pandangan agama Buddha yg saya tau (klo anda ato yg lain mau tambahkan..silakan)
klo bro Deva ada waktu, saya merekomendasikan RAPB (Riwayat Agung Para Buddha) untuk di baca
Quote from: Deva19saya saya peroleh adalah suatu kesimpulan bahwa yang terpenting dari seseorang bukanlah apa yang dikatakannya, tetapi apa yang di dalam batinnya.
sesungguhnya, mustahil sang Budha dan semua orang suci di dunia mengajari manusia hanya dengan bahasa kata-kata, melainkan pastilah bahasa "cahaya". dengan cahaya itulah sang Budha melihat tembus ke dalam batin manusia dan dengan cahaya itu pula sang Budha mencabut akar-akar kebodohan, sehingga siapa yang medengarkan dhamma secara langsung dari sang Budha, lebih memungkinkan bagi mereka untuk lbih cepat mencapai kesucian, bukan hanya karena konsep dhamma yang benar dan bukan hanya karena usaha para bikhu, tetapi juga karena bantuan sang Budha melalui cahaya. cahaya inilah yang menjadi inti dari kata-kata sang Budha.
seperti yang anda katakan, seorang yang tampak sabar sekalipun bisa jadi ada kejahatan di dalam batinnya. sebaliknya, apakah anda tidak pernah berpikir, mengira atau menduga bahwa seseorang yang tampak kasar sekalipun, sesungguhnya suci di dalam nya?
Atas dasar apa Anda bisa menyimpulkan kalau Sang Buddha memakai "bahasa cahaya"?
Ada orang yang bertindak kasar tapi dengan maksud yang baik. Misalnya orangtua yang menghukum anaknya karena nakal. Tetapi sebaik apapun niatnya, orang yang bertindak kasar itu tidak mungkin adalah orang suci. Apakah Anda tahu apa alasannya?
Quote from: Deva19anda mmbuat perbandingan dari bentuk kata-kata yang saya gunakan. betulkah? tapi apakah kata-kata dapat menjadi ukuran kesabaran seseorang? mengingat sebagaimana yang anda sendiri katakan, "tidak ada alat pengukur kesabaran."
saya tidak tahu, apakah anda lebih sabar dari saya, atau saya lebih sabar dari anda, atau saya dan anda sama-sama sabar. tapi yang saya tahu, sang Budha telah menjelaskan bahwa akar kesombongan itu ada tiga, yakni ketika berpikir "aku lebih baik dari dia" atau "dia lebih baik dari aku" atau "aku sama dengan dia". oleh karena itu, saya ingin menghindari pemikiran yang membanding-bandingkan antara diri saya dengan anda. dan saya tidak akan menguji kebenaran pernyataan, "anda lebih sabar dari saya".
Baik sekali. Anda tidak terpancing oleh kata-kata saya. :)
Quote from: Deva19berbicara tentang kesabaran, akan mendorong saya untuk mengembangkan kesabaran dan kesucian batin, untuk membuktikan dhamma kepada diri anda dan kepada diri saya sendiri. dengan demikian akan membuat saya masuk ke alam meditasi, dimana pemikiran berhenti bekerja, dan hanya kesadaran yang bekerja dan berkembang.
membahas soal kesabaran, akan mendorong saya untuk mengembangkan batin untuk mencoba melihat tembus ke dalam batin anda, atau agar anda melihat ke dalam batin saya. terlepas dari benarhkah hal tersebut dapat dilakukan, tetapi bila memang dapat dilakukan, maka ini merupakan hal yang baik. tetapi hal ini akan menyebabkan saya kehilangan tujuan semula, yakni "menemukan orang yang dapat menjelaskan kebenaran" dengan kaidah berpikir yang benar.
mmbahas soal kesabaran, membuat saya ingin melihat ke dalam diri saya sendiri untuk mengerti dhamma. ketika saya melihat dhamma, maka disitu tidak ada pertentangan konseptual, tidak ada logika, tidak ada argumentasi, diskusi dan perdebatan. di dalam diri saya hanya melihat 5 khanda dan tidak ada lainnya. tetapi ketika dhamma di ungkapkan melalui kata-kata, maka disitu terjadilah konsepsi. ketika ada konsepsi, disitu ada logika. ketika ada logika, diistu ada pikiran benar atau ada pikiran salah (ditti). ketika ada pikiran salah, inilah yang menodai kesucian.
Ketika saya membahas mengenai "kesabaran", saya hanya mengajak Anda untuk bersikap kooperatif dengan regulasi di Forum DhammaCitta. Di tingkat selanjutnya, secara implisit saya memberi persuasi pada Anda agar lebih bisa mengendalikan lobha-dosa-moha. Kemampuan untuk mengendalian diri dari lobha-dosa-moha adalah yang disebut dengan "kesabaran". Dengan merenungkan sendiri manfaat dari mengendalikan lobha-dosa-moha, Anda bisa melihat pentingnya bersikap tenang.
Ketika Anda menyadari pentingnya mengikis lobha-dosa-moha, maka seharusnya Anda terfokus pada jalan yang menuju akhir dukkha. Bukan sebaliknya malah menggenggam keinginan untuk melihat tembus batin seseorang. Keinginan Anda untuk melihat batin orang lain ini bukan menjadi keinginan yang mendukung praktik. Tapi justru sudah menjadi satu bentuk nafsu-keinginan yang baru.
Ketika Anda bermeditasi, Anda sedang melihat "diri sendiri". Tentu saja tidak ada pertentangan konseptualitas, karena Anda setuju dengan diri sendiri. Berbeda ketika Anda berdiskusi dengan orang lain. Ada perbedaan pola pikir, gaya bahasa dan argumentasi antar satu orang dengan orang yang lain. Ketika Anda mengharapkan orang lain berargumentasi sesuai dengan Anda, itu adalah satu bentuk nafsu-keinginan yang baru. Ketika Anda tidak puas setelah mendapat argumentasi orang lain yang berbeda dengan harapan Anda, itu adalah salah satu bentuk nafsu-penolakan yang baru. Kalau sudah begini, kaidah berpikir menurut Anda hanya bisa dijelaskan oleh diri sendiri.
Quote from: Deva19vedana adalah suatu realitas di dalam diri. karena Vedana adalah suatu fakta nyata, maka tidak dapat dipertentangankan, tidak dpat dipersalahkan, oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. tidak akan ada orang, baik diri sndiri maupun orng lain yang berpendapat Vedana itu salah. karena berpikir "itu salah" adalah telah memulai pemikiran. pemikiran inilah yang kemudian akan menimbulkan pertenangan, dualisme, kemelekatan, dan diperslahkan. apalagi ketika orang sudah mencoba mendefinisikan "apa itu Vedana". ilmu logika harus bekerja pada tahap ini untuk menjaga "lurusnya" pikiran.
Vedana (perasaan) adalah salah satu agregat kehidupan yang ada dalam komponen makhluk, dalam konteks ini adalah manusia. Vedana tidak dapat disebut salah atau benar. Vedana hanya dapat dikenali dalam 3 jenis, yaitu:
- menyenangkan
- tidak menyenangkan
- netral
Jika seseorang berpikir vedana itu dapat dipersalahkan, dapat dibenarkan, tidak dapat dipersalahkan, ataupun tidak dapat dibenarkan, maka itu adalah pemikiran keliru. Karena vedana hanyalah salah satu agregat; lebih jelasnya merupakan gejolak batin yang merupakan salah satu dari 12 mata rantai yang bisa mengondisikan dukkha.
Untuk memudahkan penyampaian lewat kata-kata, tentu saja vedana perlu didefinisikan. Dalam memberi satu definisi terhadap vedana, kita harus mengerti terlebih dahulu di bagian mana dari batin kita yang disebut sebagai vedana (perasaan).
Quote from: Deva19di dalam dhamma yang anda lihat ada metta, karuna, muddita dan upekha. dhamma apapun yang anda lihat, tidak dpat ditentang atau dipersalahkan. karena mereka adalah kebenaran sebagaimana adanya. tetapi ketika anda telah menyatakan di dalam pikiran ataupun lisan, bahwa karena adanya metta, karuna, muddita dan upekha, maka mustahil seorang suci melakukan tindak kekerasan atau membunuh. maka disinilah pemikiran mulai bekerja untuk mencari tahu "benarkah" atau "salahkah". dan untuk menemukan apa yang dicari, yaitu nilai suatu pernyataan, diperlukan kaidah-kaidah berpikir yang benar. menolak kaidah berpikir ini adlh mustahil.
Metta, karuna, mudita dan upekkha adalah 4 sifat luhur yang bisa dikembangkan oleh kaum putthujana. Dikatakan bisa dikembangkan, karena kaum putthujana belum memiliki 4 sifat luhur itu sepenuhnya. Ketika seseorang sudah mencabut habis lobha-dosa-moha, maka secara tidak langsung dia juga sudah memiliki 4 sifat luhur itu sepenuhnya.
Di titik ini, kita perlu mengkaji apa yang dimaksud dengan metta, karuna, mudita dan upekkha. Metta adalah cinta-kasih universal; sifat luhur yang berdiam ketika tidak ada lagi dosa (kebencian) dalam batin seseorang. Karuna adalah belas-kasih tertinggi, sifat luhur yang berdiam ketika tidak ada lagi lobha (keserakahan) dalam batin seseorang. Mudita adalah simpati yang dalam; sifat luhur yang berdiam ketika tidak ada lagi keakuan dan kemelekatan. Upekkha adalah keseimbangan batin, sifat luhur yang berdiam ketika tidak ada lagi ketidaktahuan (avijja) dan kebodohan batin (moha).
Menurut Anda, bila seseorang sudah memiliki 4 sifat luhur itu, apakah masih mungkin baginya untuk melakukan tindak kekerasan atau membunuh? Coba berikan alasan atas jawaban Anda!
Quote from: Deva19ketika seseorang berkata, "marah-marah adalah ssuatu yang baik", maka orang tersebut telah mmbuat konsepsi. dan orang kaan beramai-ramai memberikan nilai-nilai pada suatu konsepsi, "itu benar" atau "itu salah" atau "itu sesuai dengan keyakinan saya" atau "itu tidak sesuai dengan keyakian saya" dst. kemarahan adlh suatu realitas di dalam diri, yang orang mudah melihat faktanya. tetapi "baik" buknlah suatu salah satu fakta dari 5 khanda, sehingga "baik" tidak akan dapat dia temukan di dalam 5 khanda, tetpai akan ditemukan di dalam konsepsi orang lain.
Dunia ini terdiri dari berbagai dualisme. Ada baik ada juga jahat. Tapi di antara dualisme ini, ada satu yang disebut sebagai non-dualisme. Kenapa bisa ada non-dualisme? Karena dualisme sendiri memiliki penyebab. Bila penyebab dualisme ini tidak lagi mendukung, maka yang ada adalah non-dualisme.
- Perbuatan jahat didasari oleh keserakahan, kebencian, dan ketidak-pedulian.
- Perbuatan baik didasari oleh ketidak-serakahan, ketidak-bencian, dan kepedulian.
Dua perbuatan itu mengandung nilai dualisme. Yang merupakan non-dualisme adalah perbuatan sesuai Dhamma, Jalan Tengah. Perbuatan sesuai dengan Dhamma dan Jalan Tengah adalah:
"tanpa keserakahan, tanpa kebencian dan tanpa ketidak-pedulian".Coba Anda cermati kriteria perbuatan sesuai Dhamma dan Jalan Tengah yang merupakan non-dualisme ini. Apakah Anda melihat bahwa perbuatan sesuai Dhamma bisa disebut baik, jahat, baik dan jahat, bukan baik, bukan jahat, atau bukan baik dan jahat?
Quote from: Deva19ketika anda berkata, "sekarng anda sudah lebih sabar dari dulu", berarti anda telah membuat suatu konsepsi dan mengemukakanya di dalam tulisan. kalau saya ingin mencari tahu "benar" atau "tidak", maka saya akan bertanya, "mengapa?" dan anda akan menjelaskannya dengan argumentasi logic atau melalui suaru referensi, keduanya sama-sama berwujud konsepsi. dan karna konsepsi itu merupakan sesuatu yang "tidak dpat dilihat langsung", seperti halnya kata "baik", maka saya berpikir untuk menemukannya. dan saya tidak melihat "ujung" dari pemikiran ini. dimanakah ia?
Sederhana sekali. Ketika saya mengatakan Anda sekarang lebih sabar dari yang dulu, coba Anda ingat-ingat bagaimana Anda yang dahulu. Apakah Anda yang dahulu lebih cepat tersinggung dari Anda yang sekarang?
Kalau memang begitu, berarti benar kalau Anda yang sekarang sudah lebih sabar. Anda tidak perlu melihat sesuatu yang jelas ada di depan mata dengan menggunakan teropong ke penjuru arah yang lain.
Anda bisa melihat bahwa ada sebuah biji sawi di telapak tangan Anda. Tapi Anda malah mempersoalkan konsep tentang biji sawi dan telapak tangan. Bukankah ini berarti Anda yang menghalangi diri Anda sendiri untuk melihat biji sawi?
Dalam beberapa keadaan, pemikiran sesuai kaidah logika Anda kadang tepat digunakan. Tapi dalam hal sesederhana ini, pemikiran sesuai kaidah logika Anda malah justru menghalangi Anda untuk melihat kebenaran.
Quote from: Deva19tuhan itu ketika ditemukan, dilihat dan disebut "Tuhan", maka tidak ada petentangan. tidak seorang manusiapun yang dapat mengatakan sbuatan tersebut salah. tetapi ketika dikatakan "tuhan itu ada" atau "tuhan itu tiada", maka disitulah orang mulai ramai memberi nilai "benar" atau "salah". dam konsepsi ini, lagi-lagi tidak berujung pada kejelasan sebagaimana jelasnya bila kita melihat 5 khanda.
Tuhan didefinisikan sebagai pribadi yang Maha Kuasa atas semesta alam. Atau mungkin bisa juga digambarkan sebagai suatu zat yang tak terlukiskan dan sekaligus menguasai Alam Semesta. Paradigma seperti ini ditentang oleh sebagian orang, karena mereka tidak melihat ada suatu pribadi / zat di dunia ini yang tak terkondisikan. Sebagian orang yang percaya adanya Tuhan justru meyakini ada pribadi / zat yang bisa berdiri sendiri dan mengendalikan dunia. Perbedaan pola pikir ini sangat sulit untuk ditemukan ujungnya. Semua argumentasi biasanya muncul karena orang-orang terikat pada persepsi. Sang Buddha menunjukkan dengan jelas bahwa persepsi bisa dikendalikan dan ditanggalkan. Ketika kita tidak terikat pada persepsi, kita bisa melihat segala sesuatu sebagaimana adanya. Di titik ini, pertentangan pendapat mengenai ada atau tiadanya Tuhan tidak lagi berdiam dalam pikiran orang itu. Karena ia telah melihat sendiri apakah Tuhan itu eksis atau tidak.
Quote from: Deva19bila anda mengatakan "sabar adalah sesuatu yang baik", ini adlah konsep. dan pasangan konsep adalah "kenapa?" dan kenapa adalah suatu pertanyaan yang tidak memiliki "ujung". sebab setiap kali argumentasi diberikan, maka "kenapa" yang lain akan muncul pula. oleh karena itu, bukankah amat jelas bahwa siapapun yang berpegang kepda konsepsi teramatlah bodohnya? jika jawaban dari pertanyaan ini "ya" atau "tidak", maka keduanya juga merupakan konsepsi yang tidak berujung. bila hal ini dapat difahami denga benar, maka patutkah kita menilai seseorang dari apa yang dia katakan?
Sabar adalah baik karena merupakan sikap yang tidak hanyut dalam arus kekotoran batin. Tidak hanyut dalam arus kekotoran batin adalah baik karena merupakan sikap yang tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif. Tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif adalah baik karena tidak akan melakukan hal-hal negatif. Tidak melakukan hal-hal negatif adalah baik karena tidak menambah penderitaan pada orang lain dan diri sendiri. Tidak menambah penderitaan pada orang lain dan diri sendiri adalah baik karena membuat hidup lebih indah. Membuat hidup lebih indah adalah baik karena mengakibatkan kebahagiaan. Kebahagiaan adalah baik karena tidak ada lagi ketidak-puasan. Tidak ada lagi ketidak-puasan adalah baik karena hal itu merupakan lenyapnya nafsu-keinginan dan kemelekatan. Lenyapnya nafsu-keinginan dan kemelekatan adalah baik karena itu adalah kebahagiaan tertinggi. Kebahagiaan tertinggi adalah baik karena tidak ada lagi suka maupun duka. Tidak ada lagi suka dan duka adalah baik karena tidak ada lagi dualisme. Tidak ada lagi dualisme adalah baik karena baik dan buruk ada dalam tataran dualisme. Bila tidak ada lagi dualisme, maka tidak ada lagi baik dan buruk, sehingga tidak akan ada suka-duka ... dan seterusnya ... Karena itulah tidak ada dualisme adalah baik.
Ketika Anda memakai kaidah logika untuk menerima pendapat seseorang, itu juga merupakan konsep. Pertanyaan Anda di atas juga berdasarkan konsepsi. Yang sering disalah-artikan oleh sebagian banyak orang adalah konsep selalu ada di mana pun. Ini keliru, karena sebenarnya konsep hanya ada dalam dualisme. Ketika kita tidak melekat pada pinggiran dualisme, apapun yang kita lakukan itu sudah bukan konsep.
Quote from: Deva19"sang Budha adalah manusia agung yang tercerahan sempurna", dan kita dapat melihat keagungan beliau dari ajarna yang tertulis di dalam kata-kata beliau yang telah diabadikan. tetapi semua kata-kata sang Budha yang ditulis itu adalah konsepsi yang tidak berujung, maka apakah akan sempurna penialain seseorang terhap sang Budha hanya melalui kata-kata beliau?
Karena itulah wejangan Sang Buddha yang ditulis dalam teks-teks itu hanya digunakan sebagai rakit, bukan untuk digenggam. Kita sendiri yang harus mempraktikkannya. Untuk merealisasi Kebenaran, kita harus menanggalkan semua konsep; termasuk Dhamma. Jika Dhamma itu sendiri perlu kita tanggalkan, apalagi yang bukan Dhamma.
Quote from: Deva19"nabi Muhammad adlah seorang Budha" maka orang akan ramai memberi nilai "salah". tetapi nilai "salah" ini adlaa konsepsi yang tidak berujung. berpegang kepda konsepsi yang tidak berujung adalah suatu tindakan yang konyol. akan tetapi ilmu logika bukan untuk membuat seseorang berputar dlaam konsepsi yang tidak berujung, melainkan untuk mengakhiri konsepsi.
Anda perlu mengkaji ulang apa yang dimaksud dengan "Buddha", siapa yang pantas disebut "Buddha" dan bagaimana kriteria "Buddha".
Jika tidak ada konsep yang jelas mengenai "Buddha", maka semua orang bisa saja disebut "Buddha". Dalam konteks ini, konsep adalah penting karena bisa memberikan kriteria dan batasan yang jelas.
Quote from: Deva19seharusnya benar bahwa nabi muhammad adlah seorang Budha, bila yang dimaksud budha di sini adalah ornag yang mengajarkan kebaikan. sedangkan nabi muhammad adala orang yang mengajarkan kebaikan. tetapi seharusnya salah bahwa nabi muhammad adalah seorang budha, bila budha bukanlah seorang yang mendapat wahyu, dan nabi muhammad adala orang yang mendapat wayhu. nilai "benar" dan "salah" tersebut sudah tepat dan usai secara logic, tidak dpat dibantah dan dipersalahkan, yang mempresalahkannya berarti dia memiliki "ditti" dan telah "tersesat di dalam berpikir." inilah kebenaran logic.
Tidak pernah ada referensi ataupun kewajiban bahwa seorang Buddha mengajarkan kebaikan. Karena tidak semua Buddha akan mengajar. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk memahami apa itu "Buddha".
Quote from: Deva19"sariputa adalah penerus kebudhaan, karena sariputa wafat sebelum sang Budha wafat. sdangkan penerus kebudhaan adala yang meneruskan ajaran sang Budha stelah sang Budha wafat." inilah kesalahan logic. pernyatan tersebut "salah" secara logic, sudah usai dan tidak dapat dibantah lagi salahnya.
Sang Buddha Gotama tidak pernah menunjuk orang lain untuk menjadi penerus-Nya. Sariputta dipanggil sebagai Panglima Dhamma, karena beliau adalah orang yang memiliki pemahaman Dhamma tertinggi setelah Sang Raja Dhamma, yakni Buddha Gotama.
Setelah Sang Buddha Gotama mangkat, tidak ada orang lain yang menggantikan posisi Beliau. Posisi Beliau baru akan diisi oleh orang lain di akhir kappa Planet Bumi ini, yang bernama Sammasambuddha Metteya. Selama masa ini, tentu saja banyak orang Tercerahkan dan guru-guru spiritual yang baik. Tapi mereka tidak bisa disebut sebagai penerus Sang Buddha ataupun penerus kebuddhaan.
Quote from: Deva19"alQuran mengajarkan umatnya untuk membenci non mulism kapan saja dan dimana saja ia berada, karena di dlam alquran dijlaskn bunuhlah orang-orang kafir itu dimana saja kamu temui mereka" ini kesalahan logic. sudah jelas salahnya, usai dan tidak dapat dibantah salahnya berdasarkan kaidah-kaidah berpikir yang benar. inilah akhir dari suatu konsepsi. tetapi siapa yang tidak mengerti kaidah berpikir dngan benar, maka selama-lamanya dia akan berpegang kepda keyakinan yang salah "bahwa islam mengajarkan kejahatan". maka akankah seseorang dapat mencapai suatu kesucian, apabila berpegang kepada keyakinan yang salah?
Seseorang yang berpegang pada keyakinan yang keliru bisa saja merealisasi kesucian. Saya katakan bisa, karena ketika seseorang yang berpegang pada keyakinan keliru itu menyadari kekeliruannya dan beralih pada keyakinan yang benar, maka ia bisa mencapai kesucian.
Quote from: Deva19dan saya melihat carut marut dunia ini disebabkan oleh banyak faktor, dan salah satu faktornya adala karena kesalahan orang-orang dalam berpikir. apakah anda juga melihatnya?
Begitulah. Saya juga melihat banyak keragaman salah-pandang karena seseorang memegang segala sesuatunya baik, segala sesuatunya buruk, segala sesuatunya bukan baik dan bukan buruk; ataupun segala sesuatunya adalah baik dan buruk.
Pandangan yang berbelit-belit.
Quote from: upasaka
Atas dasar apa Anda bisa menyimpulkan kalau Sang Buddha memakai "bahasa cahaya"?
atas dasar pengetahuan langsung tentang orang-orang yang berkomunikasi dengan "bahasa cahaya". pengetahuan langsung ini menimbulkan pengetahuan bahwa munculnya kemampuan seseorang berkomunikasi dengan "bahasa cahaya" adalah seiring meningkatnya "kebijaksanaan". setiap orang bijaksana yang saya lihat secara langsung, mereka dapat berkomunikasi dengan bahasa cahaya, dan mustahil tidak dapat. hal ini menyebabkan suatu kesimpulan, semua orang bijaksana berkomunikasi dengan "bahasa cahaya". dan sang Budha adalah orang bijaksana, maka pastilah sang Budha berkomunikasi dengan "bahasa cahaya", di samping bahasa lisan.
bahasa itu bukan hanya lisan, dan bukan hanya kata-kata. berdasarkan pengetahuan langsung, saya melihat dan memperhatikan bahwa semua orang itu berbicara tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan bahasa tubuh dan dengan bahasa rasa. karena sang Budha juga manusia, maka pasti pulalah sang Budha berkomunikasi dengan cara itu pula.
seandainya saya dapat mengetahui bahwa jantung saya ini berdetak, tentulah saya juga akan membuat kesimpulan yang sama bahwa jantung sang Budha juga sama berdetak sperti jantung saya, walaupun bisa jadi frekuensinya berbeda. ini adalah analogi.
Quote from: upasaka
Ada orang yang bertindak kasar tapi dengan maksud yang baik. Misalnya orangtua yang menghukum anaknya karena nakal. Tetapi sebaik apapun niatnya, orang yang bertindak kasar itu tidak mungkin adalah orang suci. Apakah Anda tahu apa alasannya?
saya tidak mengetahuinya.
jelaskanlah kepada saya, agar saya mengetahuinya!
Quote from: upasaka
Ketika saya membahas mengenai "kesabaran", saya hanya mengajak Anda untuk bersikap kooperatif dengan regulasi di Forum DhammaCitta. Di tingkat selanjutnya, secara implisit saya memberi persuasi pada Anda agar lebih bisa mengendalikan lobha-dosa-moha. Kemampuan untuk mengendalian diri dari lobha-dosa-moha adalah yang disebut dengan "kesabaran". Dengan merenungkan sendiri manfaat dari mengendalikan lobha-dosa-moha, Anda bisa melihat pentingnya bersikap tenang.
mempelajari tentang bagaimana cara mengendalikan diri dari lobha, dosa dan moha tentu merupakan hal yang sangat penting. tetapi bila anda mengajarkan persoalan-persoalan tersbut sekarang ini keapda saya, itu artinya anda mengajarkan sesuatu yang tidak sedang saya cari dan tidak sedang saya tanyakan.
Quote from: upasaka
Ketika Anda menyadari pentingnya mengikis lobha-dosa-moha, maka seharusnya Anda terfokus pada jalan yang menuju akhir dukkha. Bukan sebaliknya malah menggenggam keinginan untuk melihat tembus batin seseorang. Keinginan Anda untuk melihat batin orang lain ini bukan menjadi keinginan yang mendukung praktik. Tapi justru sudah menjadi satu bentuk nafsu-keinginan yang baru.
saya tidak dapat mengingat, kapan saya menginginkan untuk melihat tembus ke dalam batin seseorang. dari mana anda menyimpulkan kalau saya berkeinginan untuk melihat tembus ke dalam batin seseorang?
Quote from: upasaka
Ketika Anda bermeditasi, Anda sedang melihat "diri sendiri". Tentu saja tidak ada pertentangan konseptualitas, karena Anda setuju dengan diri sendiri. Berbeda ketika Anda berdiskusi dengan orang lain. Ada perbedaan pola pikir, gaya bahasa dan argumentasi antar satu orang dengan orang yang lain. Ketika Anda mengharapkan orang lain berargumentasi sesuai dengan Anda, itu adalah satu bentuk nafsu-keinginan yang baru. Ketika Anda tidak puas setelah mendapat argumentasi orang lain yang berbeda dengan harapan Anda, itu adalah salah satu bentuk nafsu-penolakan yang baru. Kalau sudah begini, kaidah berpikir menurut Anda hanya bisa dijelaskan oleh diri sendiri.
apakah anda tidak tahu bahwa pertentangan konseptual bisa terjadi secara internal?
Quote from: upasaka
Menurut Anda, bila seseorang sudah memiliki 4 sifat luhur itu, apakah masih mungkin baginya untuk melakukan tindak kekerasan atau membunuh? Coba berikan alasan atas jawaban Anda!
masih mungkin.
cara pembuktian yang terbaik adalah dengan pengalaman langsung.
metoda lain untuk menjelaskannya adalah logika dan dialektika.
Quote
setiap perbuatan tentu di dorong oleh cetana.
membunuh adalah suatu perbuatan.
sebagian yang di dorong oleh cetana adalah membunuh
Quote
tindakan membunuh itu di dorong oleh kehendak untuk menyakiti.
kehendak untuk menyakiti adalah kamma buruk
tindakan membunuh di dorong oleh kamma buruk
tetapi tidak setiap tindakan membunuh di dorong oleh kehendak untuk menyakiti.
Quote
orang suci itu tidak di dorong kehendak
orang suci itu membunuh
kesimpulan : membunuh itu tidak di dorong oleh kehendak
jika membunuh tidak di dorong oleh kehendak, maka ia tidak memiliki kamma buruk sehubungan dengan pembunuhan yang dilakukannya.
jika ia tidak memiliki kamma buruk tersebut, berarti dia tetap dalam keadaan suci.
Quote from: upasaka
Dua perbuatan itu mengandung nilai dualisme. Yang merupakan non-dualisme adalah perbuatan sesuai Dhamma, Jalan Tengah. Perbuatan sesuai dengan Dhamma dan Jalan Tengah adalah: "tanpa keserakahan, tanpa kebencian dan tanpa ketidak-pedulian".
Coba Anda cermati kriteria perbuatan sesuai Dhamma dan Jalan Tengah yang merupakan non-dualisme ini. Apakah Anda melihat bahwa perbuatan sesuai Dhamma bisa disebut baik, jahat, baik dan jahat, bukan baik, bukan jahat, atau bukan baik dan jahat?
semua konsepsi itu bisa dinilai :"benar" atau "salah". dan "benar" dapat berkembang menjadi "baik" adapun "salah" dapat berkembang menjadi "buruk".
Quote from: upasaka
Anda bisa melihat bahwa ada sebuah biji sawi di telapak tangan Anda. Tapi Anda malah mempersoalkan konsep tentang biji sawi dan telapak tangan. Bukankah ini berarti Anda yang menghalangi diri Anda sendiri untuk melihat biji sawi?
benar. saya telah melihat biji sawi ditangan saya, dan saya dapat belajar kepada anda untuk melihat biji-biji lainnya. tapi itu urusan belakangan, sebab saat ini saya sedang sangat ingin belajar tentang "konsep biji sawi". diantara para guru yang bijaksana yang dapat menunjukan kepada saya, tentang bagaimana cara melihat biji sawi, maka saya akan mengikuti guru yang terbaik, yang tidak hanya dapat mnunjukan kepada saya cara melihat biji sawi dengan benar, melainkan juga yang dapat menjleaskan konsep biji sawi dengan benar.
Quote from: upasaka
Dalam beberapa keadaan, pemikiran sesuai kaidah logika Anda kadang tepat digunakan. Tapi dalam hal sesederhana ini, pemikiran sesuai kaidah logika Anda malah justru menghalangi Anda untuk melihat kebenaran.
betul.
ada kebenaran yang tertutupi karena saya bersikukuh dengan konsep kaidah berpikir logic. sama halnya dengan suatu kebenaran yang tertutup, karena orang tidak mengindahkan kaidah berpikir yang benar. ajaran sang Budha telah menunjukan jalan kepada umat Budhis tentang bagaimana cara melihat kebenaran di dalam diri mereka. tak perlu saya khawatir kehilangan pentuntun, karena di sini banyak umat budhis yang terampil di dalam sutta, tetapi apa yang dapat membuka mata batin saya untuk bisa melihat kbenaran logic, bila saya tidak menggunakan kaidah berpikir logic?
Quote from: upasaka
Tuhan didefinisikan sebagai pribadi yang Maha Kuasa atas semesta alam. Atau mungkin bisa juga digambarkan sebagai suatu zat yang tak terlukiskan dan sekaligus menguasai Alam Semesta. Paradigma seperti ini ditentang oleh sebagian orang, karena mereka tidak melihat ada suatu pribadi / zat di dunia ini yang tak terkondisikan. Sebagian orang yang percaya adanya Tuhan justru meyakini ada pribadi / zat yang bisa berdiri sendiri dan mengendalikan dunia. Perbedaan pola pikir ini sangat sulit untuk ditemukan ujungnya. Semua argumentasi biasanya muncul karena orang-orang terikat pada persepsi.
masalahnya, benarkah semua agama non budha mendefinisikan tuhan seperti itu atau apakah tidak terpikir oleh anda kalau itu merupakan penafsiran salah dari sebagian penganut agama tersebut.
jika saya bertanya kepada umat Islam tentang agama Budha, kebanyakan mereka beranggapan bahwa umat Budha adalah umat yang menyembah Sidharta Gautama atau menymbah patung di Vihara. tentu amatlah jauh persangkaan mereka tentang apa itu agama Budha. demikian pula, bila saya bertanya kepada mereka apa itu Nirwana dalam agama Budha, mereka menjawab bahwa Nirwana itu surga. ketidak tahuan mereka serupa dengan ketidak tahuan umat Budha tentang apa itu Tuhan. mayoritas umat Budha mengatakan bahwa "tuhan adlaah suatu pribadi yang menciptakan dunia." amat jaulah persangkaan mereka dari makna Tuhan yang sebenarnya dimaksud oleh agama lain itu.
Quote from: upasaka
Sabar adalah baik karena merupakan sikap yang tidak hanyut dalam arus kekotoran batin. Tidak hanyut dalam arus kekotoran batin adalah baik karena merupakan sikap yang tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif. Tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif adalah baik karena tidak akan melakukan hal-hal negatif. Tidak melakukan hal-hal negatif adalah baik karena tidak menambah penderitaan pada orang lain dan diri sendiri. Tidak menambah penderitaan pada orang lain dan diri sendiri adalah baik karena membuat hidup lebih indah. Membuat hidup lebih indah adalah baik karena mengakibatkan kebahagiaan. Kebahagiaan adalah baik karena tidak ada lagi ketidak-puasan. Tidak ada lagi ketidak-puasan adalah baik karena hal itu merupakan lenyapnya nafsu-keinginan dan kemelekatan. Lenyapnya nafsu-keinginan dan kemelekatan adalah baik karena itu adalah kebahagiaan tertinggi. Kebahagiaan tertinggi adalah baik karena tidak ada lagi suka maupun duka. Tidak ada lagi suka dan duka adalah baik karena tidak ada lagi dualisme. Tidak ada lagi dualisme adalah baik karena baik dan buruk ada dalam tataran dualisme. Bila tidak ada lagi dualisme, maka tidak ada lagi baik dan buruk, sehingga tidak akan ada suka-duka ... dan seterusnya ... Karena itulah tidak ada dualisme adalah baik.
Ketika Anda memakai kaidah logika untuk menerima pendapat seseorang, itu juga merupakan konsep. Pertanyaan Anda di atas juga berdasarkan konsepsi. Yang sering disalah-artikan oleh sebagian banyak orang adalah konsep selalu ada di mana pun. Ini keliru, karena sebenarnya konsep hanya ada dalam dualisme. Ketika kita tidak melekat pada pinggiran dualisme, apapun yang kita lakukan itu sudah bukan konsep.
ketika saya melihat ke dalam diri untuk melihat "bagaimana itu sabar", maka "sabar" yang saya diskusikan adalah "sabar" yang terdapat di dalam diri. tetapi ketika saya berpikir dengan logika dan memperhatikan objek logika, yaitu simbol dan sintak, maka sabar yang saya maksudkan adalah term "sabar".
Quote from: upasaka
Anda perlu mengkaji ulang apa yang dimaksud dengan "Buddha", siapa yang pantas disebut "Buddha" dan bagaimana kriteria "Buddha".
Jika tidak ada konsep yang jelas mengenai "Buddha", maka semua orang bisa saja disebut "Buddha". Dalam konteks ini, konsep adalah penting karena bisa memberikan kriteria dan batasan yang jelas.
ketika ada orang lain mengatakan sesuatu pandangan yang berbeda dengan anda, kenapa anda tidak mengambil langkah untuk menyelidiki, bagaimana suatu pandangan itu bisa muncul di dalam pikiran orang lain sebagai langkah pertama yang anda lakukan. kenapa anda justru lebih memilih mengutamakan membantah pernyataan orang lain, memberi saran, menunjukan arah jalan ke suatu jalan yang tidak dpertanyakan oleh orang lain dan menjelaskan pandangan-pandangan anda sendiri?
ketika saya berkata, "nabi muhammad adalah Budha"
kenapa anda tidak segera bertanya, "kenapa?"
kenapa anda tidak peduli dengan apapun argumentasi yang ada di dalamnya, anda lebih peduli dengan pikiran dan pandangan-pandangan anda sendiri, berpikir "mustahil muhammad itu seorang Budha". padahal bagaimana kalau seandainya maksud saya adalah "muhammad adalah budha-nya umat Islam" sebagaimana umat islam kadang berkata, "Sidharta itu nabinya umat Budha."
apa yang anda sarankan untuk mengkaji ulang tntang kriteria kebudhaan dan tentang "konsep yang jelas" merupakan hal yang bermanfaat. tetapi bila anda dapat menyelidiki terlebih dahulu, asal usul dari suatu pemikiran sebelum anda mengemukakan pandangan-pandangan anda sendiri, maka itu lebih bijak dan lebih bermanfaat lagi.
saya melihat ketidak terampilan seseorang di dalam menyelidiki argumentasi logic itulah yang membuat komunikasi antara tidak efektif, timbulnya kesalahan fahaman, mis persepsi, salah sangka, dan menyebabkan kebenaran sulit difahami. suatu agma besar yang bergerak ditengah masyarakat, bisa jadi telah di dorong oleh suatu konsep yang muncul dari kebodohan logic.
kita berdua sama-sama ingin menyampaikan pendapat. "inilah pendapat saya" dan "itulah pendapat anda". oleh karena itu formatnya tidak selalu harus T-J (tanya jawab). tetapi karena argumentasi dari setiap statement adalah relatif, maka "penyelidikan argumen" adalah hal yang paling tepat yang harus kita lakukan di dalam diskusi ini, baik oleh saya.
stage1-statement
stage2-penyelidikan argumentasi
stage3-penyimpulan dengan tepat
Quote from: upasaka
Tidak pernah ada referensi ataupun kewajiban bahwa seorang Buddha mengajarkan kebaikan. Karena tidak semua Buddha akan mengajar. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk memahami apa itu "Buddha".
tentu saja sangat penting bagi saya untuk memahami apa itu Budha menurut doktrin budhisme. tetapi karena anda tidak menganggap penting apa itu Budha menurut pandangan saya, maka postingan-postingan anda "cenderung menyangkal".
anda telah banyak membuat postingan yang baik dan bermanfaat bagi saya, tetapi bersamaan dengan itu, postingan-postingan tersebut irrelavant conclution, tidak sesuai dengan yang diminta, yang dipertanyakan atau dngan yang dimaksudkan.
Quote from: upasaka
Sang Buddha Gotama tidak pernah menunjuk orang lain untuk menjadi penerus-Nya. Sariputta dipanggil sebagai Panglima Dhamma, karena beliau adalah orang yang memiliki pemahaman Dhamma tertinggi setelah Sang Raja Dhamma, yakni Buddha Gotama.
Setelah Sang Buddha Gotama mangkat, tidak ada orang lain yang menggantikan posisi Beliau. Posisi Beliau baru akan diisi oleh orang lain di akhir kappa Planet Bumi ini, yang bernama Sammasambuddha Metteya. Selama masa ini, tentu saja banyak orang Tercerahkan dan guru-guru spiritual yang baik. Tapi mereka tidak bisa disebut sebagai penerus Sang Buddha ataupun penerus kebuddhaan.
sebagai contoh, postingan anda tersebut adalah untuk menanggapi postingan saya yang ini :
Quote from: Deva19
"sariputa adalah penerus kebudhaan, karena sariputa wafat sebelum sang Budha wafat. sdangkan penerus kebudhaan adala yang meneruskan ajaran sang Budha stelah sang Budha wafat." inilah kesalahan logic. pernyatan tersebut "salah" secara logic, sudah usai dan tidak dapat dibantah lagi salahnya.
sebenarnya anda tidak perlu menjelaskan apakah sang Budha menunjuk penerus atau tidak, atau apakah Sariputa benar-benar menjadi penerus sang Budha atau tidak, karena inti dari postingan saya tidak membahas tentang "Sariputa" atau "Penerus Sang Budha", tetapi itu adalah contoh kesalahan logic. ketika objek yang sedang saya pikirkan adalah persoalan term dan sintak, sedangkan anda memikirkan persoalan kebenaran sejarah, maka bagaimana suatu diskusi bisa nyambung?
[at] Upasaka
sementara itu saja dulu.
terima kasih telah mau berdiskusi dengan saya.
Quote from: Deva19 on 02 December 2009, 02:18:45 PM
Quote from: upasaka
Atas dasar apa Anda bisa menyimpulkan kalau Sang Buddha memakai "bahasa cahaya"?
atas dasar pengetahuan langsung tentang orang-orang yang berkomunikasi dengan "bahasa cahaya". pengetahuan langsung ini menimbulkan pengetahuan bahwa munculnya kemampuan seseorang berkomunikasi dengan "bahasa cahaya" adalah seiring meningkatnya "kebijaksanaan". setiap orang bijaksana yang saya lihat secara langsung, mereka dapat berkomunikasi dengan bahasa cahaya, dan mustahil tidak dapat. hal ini menyebabkan suatu kesimpulan, semua orang bijaksana berkomunikasi dengan "bahasa cahaya". dan sang Budha adalah orang bijaksana, maka pastilah sang Budha berkomunikasi dengan "bahasa cahaya", di samping bahasa lisan.
bahasa itu bukan hanya lisan, dan bukan hanya kata-kata. berdasarkan pengetahuan langsung, saya melihat dan memperhatikan bahwa semua orang itu berbicara tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan bahasa tubuh dan dengan bahasa rasa. karena sang Budha juga manusia, maka pasti pulalah sang Budha berkomunikasi dengan cara itu pula.
seandainya saya dapat mengetahui bahwa jantung saya ini berdetak, tentulah saya juga akan membuat kesimpulan yang sama bahwa jantung sang Budha juga sama berdetak sperti jantung saya, walaupun bisa jadi frekuensinya berbeda. ini adalah analogi.
bahasa cahaya... seperti sandi? dimana org2 make kedap-kedip lampu senter untuk berbicara secara rahasia, ato kode2 warna, merah berhenti, kuning hati2, hijau jalan?
bisa share pengetahuan langsung anda ttg bahasa cahaya?
Quote from: Deva19 on 02 December 2009, 02:19:46 PM
Quote from: upasaka
Ada orang yang bertindak kasar tapi dengan maksud yang baik. Misalnya orangtua yang menghukum anaknya karena nakal. Tetapi sebaik apapun niatnya, orang yang bertindak kasar itu tidak mungkin adalah orang suci. Apakah Anda tahu apa alasannya?
saya tidak mengetahuinya.
jelaskanlah kepada saya, agar saya mengetahuinya!
menurut saya simple, karena bertindak kasar itu salah, knp salah? karena akan menimbulan berbagai macam presepsi ttg tidakan kasar, yg di perbolehkan dgn alasan2 tertentu, dan yg di perbolehkan dgn alasan2 tertentu, hasilnya tidakan kasar akan dinilai, bukan karena "tindakan tersebut" tetapi dinilai siapa yg melakukannya,kpd siapa, dan untuk apa, dan karena tujuan seseorg melakukan tindakan kasar tsb hampir tidak di ketahui oleh org lain, maka akan muncul lagi presepsi2 berbeda..hal ini jelas tidak bermanfaat dan tidak mendidik
itu sebabnya org yg bijak/suci tidak melakukan hal tsb
Quote from: Deva19 on 02 December 2009, 02:42:14 PM
Quote from: upasaka
Menurut Anda, bila seseorang sudah memiliki 4 sifat luhur itu, apakah masih mungkin baginya untuk melakukan tindak kekerasan atau membunuh? Coba berikan alasan atas jawaban Anda!
masih mungkin.
cara pembuktian yang terbaik adalah dengan pengalaman langsung.
metoda lain untuk menjelaskannya adalah logika dan dialektika.
Quote
setiap perbuatan tentu di dorong oleh cetana.
membunuh adalah suatu perbuatan.
sebagian yang di dorong oleh cetana adalah membunuh
Quote
tindakan membunuh itu di dorong oleh kehendak untuk menyakiti.
kehendak untuk menyakiti adalah kamma buruk
tindakan membunuh di dorong oleh kamma buruk
tetapi tidak setiap tindakan membunuh di dorong oleh kehendak untuk menyakiti.
Quote
orang suci itu tidak di dorong kehendak
orang suci itu membunuh
kesimpulan : membunuh itu tidak di dorong oleh kehendak
jika membunuh tidak di dorong oleh kehendak, maka ia tidak memiliki kamma buruk sehubungan dengan pembunuhan yang dilakukannya.
jika ia tidak memiliki kamma buruk tersebut, berarti dia tetap dalam keadaan suci.
keknya yg dimaksud bro upasaka tindakan membunuh yg di maksud itu yg di sertai niat
Quote from: Deva19 on 02 December 2009, 03:05:58 PM
Quote from: upasaka
Tuhan didefinisikan sebagai pribadi yang Maha Kuasa atas semesta alam. Atau mungkin bisa juga digambarkan sebagai suatu zat yang tak terlukiskan dan sekaligus menguasai Alam Semesta. Paradigma seperti ini ditentang oleh sebagian orang, karena mereka tidak melihat ada suatu pribadi / zat di dunia ini yang tak terkondisikan. Sebagian orang yang percaya adanya Tuhan justru meyakini ada pribadi / zat yang bisa berdiri sendiri dan mengendalikan dunia. Perbedaan pola pikir ini sangat sulit untuk ditemukan ujungnya. Semua argumentasi biasanya muncul karena orang-orang terikat pada persepsi.
masalahnya, benarkah semua agama non budha mendefinisikan tuhan seperti itu atau apakah tidak terpikir oleh anda kalau itu merupakan penafsiran salah dari sebagian penganut agama tersebut.
jika saya bertanya kepada umat Islam tentang agama Budha, kebanyakan mereka beranggapan bahwa umat Budha adalah umat yang menyembah Sidharta Gautama atau menymbah patung di Vihara. tentu amatlah jauh persangkaan mereka tentang apa itu agama Budha. demikian pula, bila saya bertanya kepada mereka apa itu Nirwana dalam agama Budha, mereka menjawab bahwa Nirwana itu surga. ketidak tahuan mereka serupa dengan ketidak tahuan umat Budha tentang apa itu Tuhan. mayoritas umat Budha mengatakan bahwa "tuhan adlaah suatu pribadi yang menciptakan dunia." amat jaulah persangkaan mereka dari makna Tuhan yang sebenarnya dimaksud oleh agama lain itu.
yup, klo islam kurang lebih seperti itu, aku cukup yakin, apa perlu aku nyari post2nya? karena anda berbicara ttg muhammad, yah kurang lebih di jawab oleh bro upasaka yah dilihat dari sisi islam, atau anda mau ngasih masukan?
karena non buddha itu banyak, tidak semuanya seperti itu.. tolong di ingat :)
KHC lain
Tao Lain
kr****n lain
Hindu lain
Deist lain
btw, dgn logika ku yg pas2an ini aku dah nagkap maksud bro upasaka, dalam definisi tuhan ini, yaitu codong ke islam dan bukan ke semua non Budhist, dan kurasa anda juga cukup mengetahuinya
Quote from: The Ronald on 02 December 2009, 04:11:09 PM
Quote from: Deva19 on 02 December 2009, 02:18:45 PM
Quote from: upasaka
Atas dasar apa Anda bisa menyimpulkan kalau Sang Buddha memakai "bahasa cahaya"?
atas dasar pengetahuan langsung tentang orang-orang yang berkomunikasi dengan "bahasa cahaya". pengetahuan langsung ini menimbulkan pengetahuan bahwa munculnya kemampuan seseorang berkomunikasi dengan "bahasa cahaya" adalah seiring meningkatnya "kebijaksanaan". setiap orang bijaksana yang saya lihat secara langsung, mereka dapat berkomunikasi dengan bahasa cahaya, dan mustahil tidak dapat. hal ini menyebabkan suatu kesimpulan, semua orang bijaksana berkomunikasi dengan "bahasa cahaya". dan sang Budha adalah orang bijaksana, maka pastilah sang Budha berkomunikasi dengan "bahasa cahaya", di samping bahasa lisan.
bahasa itu bukan hanya lisan, dan bukan hanya kata-kata. berdasarkan pengetahuan langsung, saya melihat dan memperhatikan bahwa semua orang itu berbicara tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan bahasa tubuh dan dengan bahasa rasa. karena sang Budha juga manusia, maka pasti pulalah sang Budha berkomunikasi dengan cara itu pula.
seandainya saya dapat mengetahui bahwa jantung saya ini berdetak, tentulah saya juga akan membuat kesimpulan yang sama bahwa jantung sang Budha juga sama berdetak sperti jantung saya, walaupun bisa jadi frekuensinya berbeda. ini adalah analogi.
bahasa cahaya... seperti sandi? dimana org2 make kedap-kedip lampu senter untuk berbicara secara rahasia, ato kode2 warna, merah berhenti, kuning hati2, hijau jalan?
bisa share pengetahuan langsung anda ttg bahasa cahaya?
sulit bagi saya untuk menjelaskan "bahasa cahaya". tapi saya akan coba.
bahasa cahaya adalah cuma istiah saya aja. bisa jadi, di dalam literatur agama Budha ada padanan istilahnya.
seorang guru spiritual dapat mentransfer ilmu kepada muridnya tanpa menggunakan kata-kata sama sekali, tetapi dapat seperti dengan transfer cahaya. sang Guru sperti mengirimkan cahaya kepada muridnya. ketika cahaya ini sampai dan meresap ke dalam tubuh muridnya, maka muridnya menjadi mengerti ajaran gurunya. inilah bahasa cahaya.
semua nabi, dan orang-orang bijaksana menyampaikan ilmu dengan cara ini. sedangkan bahasa lisan, merupakan pengetahuan pengantar.
tidak sama "rasanya" anda belajar meditasi sendiri, dan bila anda bermeditasi dibawah bimbingan guru spiritual yang suci.
bila anda telah menghafal teknik-teknik meditasi samatha-vippsana, kemudian anda mengajar meditasi, dan anda akan menjelaskan dengan berbagai cara tentang bagaimana teknik-teknik meditasi tersebut, maka anda tidak akan dapat melihat banyak murid-murid yang berhasil. tapi, cobalah anda bermeditasi hingga anda mencapai jhana pertama atau kedua sebelum anda mengajar meditasi, maka anda akan melihat murid-murid meditasi anda berhasil. itu semua bukan semata-mata karena "metoda yang anda kuasai" dan bukan pula karena usaha mereka dalam bermeditasi, tetapi karna kekuatan Jhana yang anda miliki. dalam bahasa saya, kekuatan Jhana tersebut disebut "Cahaya".
Quote from: Deva19 on 02 December 2009, 03:29:17 PM
Quote from: upasaka
Anda perlu mengkaji ulang apa yang dimaksud dengan "Buddha", siapa yang pantas disebut "Buddha" dan bagaimana kriteria "Buddha".
Jika tidak ada konsep yang jelas mengenai "Buddha", maka semua orang bisa saja disebut "Buddha". Dalam konteks ini, konsep adalah penting karena bisa memberikan kriteria dan batasan yang jelas.
ketika ada orang lain mengatakan sesuatu pandangan yang berbeda dengan anda, kenapa anda tidak mengambil langkah untuk menyelidiki, bagaimana suatu pandangan itu bisa muncul di dalam pikiran orang lain sebagai langkah pertama yang anda lakukan. kenapa anda justru lebih memilih mengutamakan membantah pernyataan orang lain, memberi saran, menunjukan arah jalan ke suatu jalan yang tidak dpertanyakan oleh orang lain dan menjelaskan pandangan-pandangan anda sendiri?
ketika saya berkata, "nabi muhammad adalah Budha"
kenapa anda tidak segera bertanya, "kenapa?"
kenapa anda tidak peduli dengan apapun argumentasi yang ada di dalamnya, anda lebih peduli dengan pikiran dan pandangan-pandangan anda sendiri, berpikir "mustahil muhammad itu seorang Budha". padahal bagaimana kalau seandainya maksud saya adalah "muhammad adalah budha-nya umat Islam" sebagaimana umat islam kadang berkata, "Sidharta itu nabinya umat Budha."
apa yang anda sarankan untuk mengkaji ulang tntang kriteria kebudhaan dan tentang "konsep yang jelas" merupakan hal yang bermanfaat. tetapi bila anda dapat menyelidiki terlebih dahulu, asal usul dari suatu pemikiran sebelum anda mengemukakan pandangan-pandangan anda sendiri, maka itu lebih bijak dan lebih bermanfaat lagi.
saya melihat ketidak terampilan seseorang di dalam menyelidiki argumentasi logic itulah yang membuat komunikasi antara tidak efektif, timbulnya kesalahan fahaman, mis persepsi, salah sangka, dan menyebabkan kebenaran sulit difahami. suatu agma besar yang bergerak ditengah masyarakat, bisa jadi telah di dorong oleh suatu konsep yang muncul dari kebodohan logic.
kita berdua sama-sama ingin menyampaikan pendapat. "inilah pendapat saya" dan "itulah pendapat anda". oleh karena itu formatnya tidak selalu harus T-J (tanya jawab). tetapi karena argumentasi dari setiap statement adalah relatif, maka "penyelidikan argumen" adalah hal yang paling tepat yang harus kita lakukan di dalam diskusi ini, baik oleh saya.
stage1-statement
stage2-penyelidikan argumentasi
stage3-penyimpulan dengan tepat
aneh cara berbikir om yg 1 ini...
anda berharap bro upasaka menanyakan "knp"
tapi..dia telah bertanya dgn jauh lebih sekedar kenapa
"Anda perlu mengkaji ulang apa yang dimaksud dengan "Buddha", siapa yang pantas disebut "Buddha" dan bagaimana kriteria "Buddha".
Jika tidak ada konsep yang jelas mengenai "Buddha", maka semua orang bisa saja disebut "Buddha". Dalam konteks ini, konsep adalah penting karena bisa memberikan kriteria dan batasan yang jelas"
di situ dia bertanya, bukan saja kenapa, tp arti kata Buddha, siapa yg pantas di sebut Buddha , dan kriteria seorang Buddha
ini lebih detail dari pada sekedar kenapa...
bahkan anda tidak bisa menjawabnya, malah menyuruhnya menyediliki, kenapa tidak di jawab?
apa anda tidak pernah berpikir knp islam berkata muhammad adalah buddha mereka
tp tidak pernah org buddha mengklaim bahwa buddha adalah nabi mereka
pernah studi gak tentang ini? atau sekedar mencari tau
sejauh yg aku tau, jiwa mengklaim dari org muslim sangat tinggi, dgn berkata muhammad adalah Buddha, atau muhammad dalah maiteya, itu terjadi demi "propaganda" agama, harapannya ialah org buddha pun masuk islam, karena
berbeda dgn propaganda kr****n, kr****n jarang mengklaim, tp lebih condong ke arah kesaksian
bahkan terakhir aku sempat debat masalah wong fei hung, di klaim sebagai muslim
Quote from: Deva19 on 02 December 2009, 03:32:59 PM
Quote from: upasaka
Tidak pernah ada referensi ataupun kewajiban bahwa seorang Buddha mengajarkan kebaikan. Karena tidak semua Buddha akan mengajar. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk memahami apa itu "Buddha".
tentu saja sangat penting bagi saya untuk memahami apa itu Budha menurut doktrin budhisme. tetapi karena anda tidak menganggap penting apa itu Budha menurut pandangan saya, maka postingan-postingan anda "cenderung menyangkal".
anda telah banyak membuat postingan yang baik dan bermanfaat bagi saya, tetapi bersamaan dengan itu, postingan-postingan tersebut irrelavant conclution, tidak sesuai dengan yang diminta, yang dipertanyakan atau dngan yang dimaksudkan.
kenapa anda bisa mengatakan klo bro upasaka, tidak menggangap penting apa itu Budha dlm pandangan anda?
bukannya di atas dia tanya definisi Buddha itu apa? bahkan kriterianya, ataukah anda terlalu berharap..dia sekedar bertanya "knp"
Quote from: Deva19
"sariputa adalah penerus kebudhaan, karena sariputa wafat sebelum sang Budha wafat. sdangkan penerus kebudhaan adala yang meneruskan ajaran sang Budha stelah sang Budha wafat." inilah kesalahan logic. pernyatan tersebut "salah" secara logic, sudah usai dan tidak dapat dibantah lagi salahnya.
sebenarnya anda tidak perlu menjelaskan apakah sang Budha menunjuk penerus atau tidak, atau apakah Sariputa benar-benar menjadi penerus sang Budha atau tidak, karena inti dari postingan saya tidak membahas tentang "Sariputa" atau "Penerus Sang Budha", tetapi itu adalah contoh kesalahan logic. ketika objek yang sedang saya pikirkan adalah persoalan term dan sintak, sedangkan anda memikirkan persoalan kebenaran sejarah, maka bagaimana suatu diskusi bisa nyambung?
[/quote]
mungkin kata2 anda ada yg salah, sebenarnya apa yg anda maksud? term dan sintak? wow..pake istilah komputer segala, sebenarnya apa yg anda maksud dgn pernyataan sariputta adalah penerus buddha klo gitu, apa anda bisa menjelaskan term/sintak nya? atau duduk persoalaan, atau isi pikiran ada ttg masalah tsb, secara lebih detail...
kata2 anda sebelumnya
Quote"sariputa adalah penerus kebudhaan, karena sariputa wafat sebelum sang Budha wafat. sdangkan penerus kebudhaan adala yang meneruskan ajaran sang Budha stelah sang Budha wafat." inilah kesalahan logic. pernyatan tersebut "salah" secara logic, sudah usai dan tidak dapat dibantah lagi salahnya.
klo anda tidak berbicara ttg sariputta, atau penerus sang buddha, ataukah mungkin anda berbicara kesalahan logic, dan mengabil 2 contoh yg tidak logic
1. sariputta adalah penerus kebudhan..salah secara logic
2. penerus kebudahan adalah yg meneruskan kebudhaan setelah sang buddha wafat..ini pun salah secara logic
klo demikian ..memang 2 hal di atas.. salah...
Quote from: Deva19atas dasar pengetahuan langsung tentang orang-orang yang berkomunikasi dengan "bahasa cahaya". pengetahuan langsung ini menimbulkan pengetahuan bahwa munculnya kemampuan seseorang berkomunikasi dengan "bahasa cahaya" adalah seiring meningkatnya "kebijaksanaan". setiap orang bijaksana yang saya lihat secara langsung, mereka dapat berkomunikasi dengan bahasa cahaya, dan mustahil tidak dapat. hal ini menyebabkan suatu kesimpulan, semua orang bijaksana berkomunikasi dengan "bahasa cahaya". dan sang Budha adalah orang bijaksana, maka pastilah sang Budha berkomunikasi dengan "bahasa cahaya", di samping bahasa lisan.
bahasa itu bukan hanya lisan, dan bukan hanya kata-kata. berdasarkan pengetahuan langsung, saya melihat dan memperhatikan bahwa semua orang itu berbicara tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan bahasa tubuh dan dengan bahasa rasa. karena sang Budha juga manusia, maka pasti pulalah sang Budha berkomunikasi dengan cara itu pula.
seandainya saya dapat mengetahui bahwa jantung saya ini berdetak, tentulah saya juga akan membuat kesimpulan yang sama bahwa jantung sang Budha juga sama berdetak sperti jantung saya, walaupun bisa jadi frekuensinya berbeda. ini adalah analogi.
Maksudnya Anda pernah diajak berkomunikasi dengan "bahasa cahaya" oleh orang lain?
Lalu apa itu yang dimaksud dengan "bahasa rasa"?
Quote from: Deva19saya tidak mengetahuinya.
jelaskanlah kepada saya, agar saya mengetahuinya!
Apakah menurut Anda perilaku kekerasan akan mengakibatkan rasa sakit bagi korban?
Quote from: Deva19mempelajari tentang bagaimana cara mengendalikan diri dari lobha, dosa dan moha tentu merupakan hal yang sangat penting. tetapi bila anda mengajarkan persoalan-persoalan tersbut sekarang ini keapda saya, itu artinya anda mengajarkan sesuatu yang tidak sedang saya cari dan tidak sedang saya tanyakan.
Oke tidak apa-apa, kalau Anda ingin mencari hal yang lain...
Quote from: Deva19saya tidak dapat mengingat, kapan saya menginginkan untuk melihat tembus ke dalam batin seseorang. dari mana anda menyimpulkan kalau saya berkeinginan untuk melihat tembus ke dalam batin seseorang?
Ini pernyataan Anda yang kemarin:
"membahas soal kesabaran, akan mendorong saya untuk mengembangkan batin untuk mencoba melihat tembus ke dalam batin anda, atau agar anda melihat ke dalam batin saya. terlepas dari benarhkah hal tersebut dapat dilakukan, tetapi bila memang dapat dilakukan, maka ini merupakan hal yang baik. tetapi hal ini akan menyebabkan saya kehilangan tujuan semula, yakni "menemukan orang yang dapat menjelaskan kebenaran" dengan kaidah berpikir yang benar."Tapi kalau Anda tidak ingin, ya sudah tidak apa-apa.
Quote from: Deva19apakah anda tidak tahu bahwa pertentangan konseptual bisa terjadi secara internal?
Saya tahu kalau pertentangan konseptual internal itu bisa terjadi.
Quote from: Deva19
masih mungkin.
cara pembuktian yang terbaik adalah dengan pengalaman langsung.
metoda lain untuk menjelaskannya adalah logika dan dialektika.
Quote
setiap perbuatan tentu di dorong oleh cetana.
membunuh adalah suatu perbuatan.
sebagian yang di dorong oleh cetana adalah membunuh
Quote
tindakan membunuh itu di dorong oleh kehendak untuk menyakiti.
kehendak untuk menyakiti adalah kamma buruk
tindakan membunuh di dorong oleh kamma buruk
tetapi tidak setiap tindakan membunuh di dorong oleh kehendak untuk menyakiti. [/b][/color]
Quote
orang suci itu tidak di dorong kehendak
orang suci itu membunuh
kesimpulan : membunuh itu tidak di dorong oleh kehendak
jika membunuh tidak di dorong oleh kehendak, maka ia tidak memiliki kamma buruk sehubungan dengan pembunuhan yang dilakukannya.
jika ia tidak memiliki kamma buruk tersebut, berarti dia tetap dalam keadaan suci.
Coba tunjukkan setidaknya satu referensi di mana Sang Buddha ataupun para Arahanta lainnya melakukan pembunuhan!
- Tidak semua perbuatan dilandasari oleh cetana. Para Arahanta yang telah mengikis habis kilesa tidak lagi melakukan suatu hal dengan dilandasi oleh cetana. Silakan baca kembali Tipitaka.
- Kalimat logika Anda keliru. Kalimat logika yang benar adalah:
Bila tindakan membunuh itu didorong oleh kehendak untuk menyakiti.
Bila kehendak untuk menyakiti adalah kamma buruk.
Maka tindakan membunuh adalah kamma buruk.
Oleh karena itu setiap tindakan membunuh itu didorong oleh kehendak untuk menyakiti.
Keterangan: - tindakan membunuh adalah A
- kehendak untuk menyakiti adalah B
- kamma buruk adalah C
Kalimat logika di atas dapat dibaca:
Bila A disebakan oleh B.
Bila B adalah C.
Maka A mengakibatkan C.
Oleh karena itu A adalah B.
Konklusinya adalah A = B = C
- Apakah Anda punya bukti bahwa orang suci masih membunuh?
Quote from: Deva19semua konsepsi itu bisa dinilai :"benar" atau "salah". dan "benar" dapat berkembang menjadi "baik" adapun "salah" dapat berkembang menjadi "buruk".
Lalu menurut Anda, apakah perbuatan sesuai dengan Dhamma; Jalan Tengah yang non-dualisme ini baik atau buruk?
Quote from: Deva19benar. saya telah melihat biji sawi ditangan saya, dan saya dapat belajar kepada anda untuk melihat biji-biji lainnya. tapi itu urusan belakangan, sebab saat ini saya sedang sangat ingin belajar tentang "konsep biji sawi". diantara para guru yang bijaksana yang dapat menunjukan kepada saya, tentang bagaimana cara melihat biji sawi, maka saya akan mengikuti guru yang terbaik, yang tidak hanya dapat mnunjukan kepada saya cara melihat biji sawi dengan benar, melainkan juga yang dapat menjleaskan konsep biji sawi dengan benar.
Baik. Mari kita berdiskusi.
Quote from: Deva19betul.
ada kebenaran yang tertutupi karena saya bersikukuh dengan konsep kaidah berpikir logic. sama halnya dengan suatu kebenaran yang tertutup, karena orang tidak mengindahkan kaidah berpikir yang benar. ajaran sang Budha telah menunjukan jalan kepada umat Budhis tentang bagaimana cara melihat kebenaran di dalam diri mereka. tak perlu saya khawatir kehilangan pentuntun, karena di sini banyak umat budhis yang terampil di dalam sutta, tetapi apa yang dapat membuka mata batin saya untuk bisa melihat kbenaran logic, bila saya tidak menggunakan kaidah berpikir logic?
Benar. Tapi kita harus jeli, kapan kaidah berpikir logika bisa menuntun kita; dan kapan kaidah berpikir logika perlu ditanggalkan. Dalam berbagai kondisi, ada beberapa hal yang perlu dipraktikkan dan dilihat langsung; bukan dengan kaidah berpikir logika.
Quote from: Deva19masalahnya, benarkah semua agama non budha mendefinisikan tuhan seperti itu atau apakah tidak terpikir oleh anda kalau itu merupakan penafsiran salah dari sebagian penganut agama tersebut.
jika saya bertanya kepada umat Islam tentang agama Budha, kebanyakan mereka beranggapan bahwa umat Budha adalah umat yang menyembah Sidharta Gautama atau menymbah patung di Vihara. tentu amatlah jauh persangkaan mereka tentang apa itu agama Budha. demikian pula, bila saya bertanya kepada mereka apa itu Nirwana dalam agama Budha, mereka menjawab bahwa Nirwana itu surga. ketidak tahuan mereka serupa dengan ketidak tahuan umat Budha tentang apa itu Tuhan. mayoritas umat Budha mengatakan bahwa "tuhan adlaah suatu pribadi yang menciptakan dunia." amat jaulah persangkaan mereka dari makna Tuhan yang sebenarnya dimaksud oleh agama lain itu.
Coba baca petikan ayat-ayat berikut ini:
Menurut Islam:
"Sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakanNya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang, (masing-masing) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah, Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al A'râf, 7: 54)
"Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung, dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rizki kepadanya." (QS. Al Hijr, 15: 19-20)
"Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh, dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata." (QS. Qâf, 50: 7)
"Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. An Nûr, 24: 45)Menurut kr****n:
"Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untukmu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat, dan sebagiannya engkau makan." (QS. An Nahl, 16: 5)
"Pada mulanya Tuhan menciptakan langit dan bumi." Kejadian 1:1
"Dialah Tuhan ... dan Ia menciptakannya bukan supaya kosong, tetapi Ia menciptakannya untuk didiami." Yesaya 45:18
"Akulah yang menjadikan bumi dan yang menciptakan manusia di atasnya; tangan-Kulah yang membentangkan langit dan Akulah yang memberi perintah kepada seluruh tentaranya." Yesaya 45:12
"... Ia yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya: yang tetap setia untuk selama-lamanya." Mazmur 145:5-6Saya ambil dari 2 agama terbesar dunia ini saja. Menurut Anda, definisi Tuhan di kedua agama itu bagaimana? Apakah tidak sesuai dengan definisi yang saya tulis di postingan sebelumnya?
Quote from: Deva19ketika saya melihat ke dalam diri untuk melihat "bagaimana itu sabar", maka "sabar" yang saya diskusikan adalah "sabar" yang terdapat di dalam diri. tetapi ketika saya berpikir dengan logika dan memperhatikan objek logika, yaitu simbol dan sintak, maka sabar yang saya maksudkan adalah term "sabar".
Baik. Lalu apa kesimpulan Anda?
Quote from: Deva19ketika ada orang lain mengatakan sesuatu pandangan yang berbeda dengan anda, kenapa anda tidak mengambil langkah untuk menyelidiki, bagaimana suatu pandangan itu bisa muncul di dalam pikiran orang lain sebagai langkah pertama yang anda lakukan. kenapa anda justru lebih memilih mengutamakan membantah pernyataan orang lain, memberi saran, menunjukan arah jalan ke suatu jalan yang tidak dpertanyakan oleh orang lain dan menjelaskan pandangan-pandangan anda sendiri?
ketika saya berkata, "nabi muhammad adalah Budha"
kenapa anda tidak segera bertanya, "kenapa?"
kenapa anda tidak peduli dengan apapun argumentasi yang ada di dalamnya, anda lebih peduli dengan pikiran dan pandangan-pandangan anda sendiri, berpikir "mustahil muhammad itu seorang Budha". padahal bagaimana kalau seandainya maksud saya adalah "muhammad adalah budha-nya umat Islam" sebagaimana umat islam kadang berkata, "Sidharta itu nabinya umat Budha."
apa yang anda sarankan untuk mengkaji ulang tntang kriteria kebudhaan dan tentang "konsep yang jelas" merupakan hal yang bermanfaat. tetapi bila anda dapat menyelidiki terlebih dahulu, asal usul dari suatu pemikiran sebelum anda mengemukakan pandangan-pandangan anda sendiri, maka itu lebih bijak dan lebih bermanfaat lagi.
saya melihat ketidak terampilan seseorang di dalam menyelidiki argumentasi logic itulah yang membuat komunikasi antara tidak efektif, timbulnya kesalahan fahaman, mis persepsi, salah sangka, dan menyebabkan kebenaran sulit difahami. suatu agma besar yang bergerak ditengah masyarakat, bisa jadi telah di dorong oleh suatu konsep yang muncul dari kebodohan logic.
kita berdua sama-sama ingin menyampaikan pendapat. "inilah pendapat saya" dan "itulah pendapat anda". oleh karena itu formatnya tidak selalu harus T-J (tanya jawab). tetapi karena argumentasi dari setiap statement adalah relatif, maka "penyelidikan argumen" adalah hal yang paling tepat yang harus kita lakukan di dalam diskusi ini, baik oleh saya.
stage1-statement
stage2-penyelidikan argumentasi
stage3-penyimpulan dengan tepat
Itulah bedanya saya dengan Anda. Anda memegang pandangan bahwa segala sesuatu itu pada hakikatnya satu. Saya tidak demikian. Menurut saya "Buddha" adalah "Buddha", "Nabi" adalah "Nabi". Tidak bisa disamakan. Makanya pelajari kriteria keduanya dengan jelas.
Jika ada orang yang beranggapan bahwa Nabi Muhammad adalah Buddha-nya umat Islam, dan Siddhattha Gotama adalah Nabi-nya umat Buddha; maka itu adalah kekeliruan besar. Itu adalah kesalahan argumentasi karena tidak mampu melihat perbedaan antara konsep "Buddha" dengan "Nabi"; dan atau karena kurang terampil dalam membedakan kosakata bahasa.
Coba renungkan:
- Presiden Barrack Obama adalah figur tertinggi di Negara Amerika Serikat.
- Raja Juan Carlos adalah figur tertinggi di Negara Spanyol.
=> Tetapi Barrack Obama bukanlah raja bagi warga Amerika Serikat. Demikian juga Juan Carlos bukanlah presiden bagi warga Spanyol.
Quote from: Deva19tentu saja sangat penting bagi saya untuk memahami apa itu Budha menurut doktrin budhisme. tetapi karena anda tidak menganggap penting apa itu Budha menurut pandangan saya, maka postingan-postingan anda "cenderung menyangkal".
anda telah banyak membuat postingan yang baik dan bermanfaat bagi saya, tetapi bersamaan dengan itu, postingan-postingan tersebut irrelavant conclution, tidak sesuai dengan yang diminta, yang dipertanyakan atau dngan yang dimaksudkan.
Saya tidak perlu bertanya lagi. Saya sudah pernah mengetahui padangan Anda mengenai hal ini sejak dahulu, dan Anda sampai saat ini masih memegang pandangan itu. Karena itulah saya langsung menyangkal pendapat Anda di sini. Saya pikir tidak perlu saya tanyakan lagi alasan Anda.
Quote from: Deva19
Quote from: upasaka
Sang Buddha Gotama tidak pernah menunjuk orang lain untuk menjadi penerus-Nya. Sariputta dipanggil sebagai Panglima Dhamma, karena beliau adalah orang yang memiliki pemahaman Dhamma tertinggi setelah Sang Raja Dhamma, yakni Buddha Gotama.
Setelah Sang Buddha Gotama mangkat, tidak ada orang lain yang menggantikan posisi Beliau. Posisi Beliau baru akan diisi oleh orang lain di akhir kappa Planet Bumi ini, yang bernama Sammasambuddha Metteya. Selama masa ini, tentu saja banyak orang Tercerahkan dan guru-guru spiritual yang baik. Tapi mereka tidak bisa disebut sebagai penerus Sang Buddha ataupun penerus kebuddhaan.
sebagai contoh, postingan anda tersebut adalah untuk menanggapi postingan saya yang ini :
Quote from: Deva19
"sariputa adalah penerus kebudhaan, karena sariputa wafat sebelum sang Budha wafat. sdangkan penerus kebudhaan adala yang meneruskan ajaran sang Budha stelah sang Budha wafat." inilah kesalahan logic. pernyatan tersebut "salah" secara logic, sudah usai dan tidak dapat dibantah lagi salahnya.
sebenarnya anda tidak perlu menjelaskan apakah sang Budha menunjuk penerus atau tidak, atau apakah Sariputa benar-benar menjadi penerus sang Budha atau tidak, karena inti dari postingan saya tidak membahas tentang "Sariputa" atau "Penerus Sang Budha", tetapi itu adalah contoh kesalahan logic. ketika objek yang sedang saya pikirkan adalah persoalan term dan sintak, sedangkan anda memikirkan persoalan kebenaran sejarah, maka bagaimana suatu diskusi bisa nyambung?
Benar sekali. Bagaimana bisa nyambung kalau saya memegang pandangan bahwa "Sariputta" dan "penerus Sang Buddha" dengan pandangan yang berbeda dengan Anda.
Saya berdiri dalam posisi netral untuk memegang istilah "Sariputta" dan "Penerus Sang Buddha". Tetapi Anda berdiri dalam posisi kaidah berpikir logika untuk memegang kedua istilah itu.
Quote from: Deva19
[at] Upasaka
sementara itu saja dulu.
terima kasih telah mau berdiskusi dengan saya.
Sama-sama.
Quote from: Deva19 on 02 December 2009, 04:43:17 PM
Quote from: The Ronald on 02 December 2009, 04:11:09 PM
Quote from: Deva19 on 02 December 2009, 02:18:45 PM
Quote from: upasaka
Atas dasar apa Anda bisa menyimpulkan kalau Sang Buddha memakai "bahasa cahaya"?
atas dasar pengetahuan langsung tentang orang-orang yang berkomunikasi dengan "bahasa cahaya". pengetahuan langsung ini menimbulkan pengetahuan bahwa munculnya kemampuan seseorang berkomunikasi dengan "bahasa cahaya" adalah seiring meningkatnya "kebijaksanaan". setiap orang bijaksana yang saya lihat secara langsung, mereka dapat berkomunikasi dengan bahasa cahaya, dan mustahil tidak dapat. hal ini menyebabkan suatu kesimpulan, semua orang bijaksana berkomunikasi dengan "bahasa cahaya". dan sang Budha adalah orang bijaksana, maka pastilah sang Budha berkomunikasi dengan "bahasa cahaya", di samping bahasa lisan.
bahasa itu bukan hanya lisan, dan bukan hanya kata-kata. berdasarkan pengetahuan langsung, saya melihat dan memperhatikan bahwa semua orang itu berbicara tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan bahasa tubuh dan dengan bahasa rasa. karena sang Budha juga manusia, maka pasti pulalah sang Budha berkomunikasi dengan cara itu pula.
seandainya saya dapat mengetahui bahwa jantung saya ini berdetak, tentulah saya juga akan membuat kesimpulan yang sama bahwa jantung sang Budha juga sama berdetak sperti jantung saya, walaupun bisa jadi frekuensinya berbeda. ini adalah analogi.
bahasa cahaya... seperti sandi? dimana org2 make kedap-kedip lampu senter untuk berbicara secara rahasia, ato kode2 warna, merah berhenti, kuning hati2, hijau jalan?
bisa share pengetahuan langsung anda ttg bahasa cahaya?
sulit bagi saya untuk menjelaskan "bahasa cahaya". tapi saya akan coba.
bahasa cahaya adalah cuma istiah saya aja. bisa jadi, di dalam literatur agama Budha ada padanan istilahnya.
seorang guru spiritual dapat mentransfer ilmu kepada muridnya tanpa menggunakan kata-kata sama sekali, tetapi dapat seperti dengan transfer cahaya. sang Guru sperti mengirimkan cahaya kepada muridnya. ketika cahaya ini sampai dan meresap ke dalam tubuh muridnya, maka muridnya menjadi mengerti ajaran gurunya. inilah bahasa cahaya.
semua nabi, dan orang-orang bijaksana menyampaikan ilmu dengan cara ini. sedangkan bahasa lisan, merupakan pengetahuan pengantar.
tidak sama "rasanya" anda belajar meditasi sendiri, dan bila anda bermeditasi dibawah bimbingan guru spiritual yang suci.
bila anda telah menghafal teknik-teknik meditasi samatha-vippsana, kemudian anda mengajar meditasi, dan anda akan menjelaskan dengan berbagai cara tentang bagaimana teknik-teknik meditasi tersebut, maka anda tidak akan dapat melihat banyak murid-murid yang berhasil. tapi, cobalah anda bermeditasi hingga anda mencapai jhana pertama atau kedua sebelum anda mengajar meditasi, maka anda akan melihat murid-murid meditasi anda berhasil. itu semua bukan semata-mata karena "metoda yang anda kuasai" dan bukan pula karena usaha mereka dalam bermeditasi, tetapi karna kekuatan Jhana yang anda miliki. dalam bahasa saya, kekuatan Jhana tersebut disebut "Cahaya".
kek transfer ilmu tenaga dalam gitu yah? hmm.. belum pernah mengalaminya, tp yang aku tau, itu bukan Jhana
aku kasih contoh ilmu macan putih, yg di transfer masuk itu adalah semacam mahluk halus, dan di kunci sma sang guru ke dalam tubuh muridnya
jd saat terdesak atau di perlukan sang macam bisa bereaksi, kadang2 out of control. . jd semacam kerasukan, atau naiknya emosi
karena itu biasanya org baru belajar tidak langsung di transfer, tp di latih dulu, biasanya latih konsentrasi ..soalnya klo ga konsen..bisa2 kerasukan..
btw kebijaksaan dan sila tidak dapat di transfer
klo pun Jhana di transfer, kesaktian tampa kebijaksaan dan sila akan disalah gunakan, apalagi mendapat warisan Jhana tingkat tinggi... padahal dalam melatih sila dan kebijaksanaan , akan muncul Jhana (walau tidak selalu)
kurasa sang buddha tidak melakukan transfer Jhana, bahkan kepada Monggalana yg di anggap kesaktiannya sangat tinggi di banding bikhu2 lain, btw, dah baca buku yg aku maksudkan?
yah Buddha sepertinya tidak melakukan transfer Jhana, karena tidak bermanfaat, mengundang kemalasan.. :)
[at] Upasaka & All
sepertinya saya harus menghentikan diskusi ini.
saya tahu bahwa anda mengerti dhamma dengan baik. tapi saya tahu, anda tidak mengerti kaidah berpikir dengan baik. sementara fakta-fakta yang hendak saya ungkapkan merpakan fakta yang kompleks dan pelik, sehingga memerlukan "kefahaman yang baik" terhadap kaidah-kaidah berpikir logic.
mohon maaf dan terima kasih!
koq gaya nya mirip seseorang ya.. n gak asing.. :-?
[at] Deva19
Tidak masalah kalau ingin berdiskusi. Tentukan satu topik yang akan dibahas dahulu, kemudian mari kita diskusikan.
Dan satu hal lagi... Anda suka berargumentasi dengan kaidah logika. Tapi saya heran kenapa Anda tidak bisa menggunakan suatu istilah dengan baik. Contoh yang masih hangat adalah: "Muhammad adalah Buddha-nya bagi umat Islam". Ini satu kesalahan teknis dalam berkosakata. Kenapa orang secerdas Anda bisa memiliki kerancuan dalam kosakata seperti ini?
Quote from: Forte on 02 December 2009, 05:22:53 PM
koq gaya nya mirip seseorang ya.. n gak asing.. :-?
hahaha
hayo tebak siapa dia
Quote from: upasaka on 02 December 2009, 05:28:54 PM
[at] Deva19
Tidak masalah kalau ingin berdiskusi. Tentukan satu topik yang akan dibahas dahulu, kemudian mari kita diskusikan.
Dan satu hal lagi... Anda suka berargumentasi dengan kaidah logika. Tapi saya heran kenapa Anda tidak bisa menggunakan suatu istilah dengan baik. Contoh yang masih hangat adalah: "Muhammad adalah Buddha-nya bagi umat Islam". Ini satu kesalahan teknis dalam berkosakata. Kenapa orang secerdas Anda bisa memiliki kerancuan dalam kosakata seperti ini?
saya bukan ahli tata bahasa. dan kata-kata itu saya kutip dari statment orang lain yang real, bukan pernyataan saya sendiri. maksudnya, saya pernah mendengar orang lain berkata seperti itu.
Quote from: exam on 02 December 2009, 05:32:34 PM
Quote from: Forte on 02 December 2009, 05:22:53 PM
koq gaya nya mirip seseorang ya.. n gak asing.. :-?
hahaha
hayo tebak siapa dia
hahaha.. udah tahu koq.. memang seh dari bagaimana gonta ganti nick.. tetep style post gak bakal berubah.. :))
Quote from: Forte on 02 December 2009, 05:35:57 PM
Quote from: exam on 02 December 2009, 05:32:34 PM
Quote from: Forte on 02 December 2009, 05:22:53 PM
koq gaya nya mirip seseorang ya.. n gak asing.. :-?
hahaha
ya udah biarin aja, biar rame dikitlah
hahaha
hayo tebak siapa dia
hahaha.. udah tahu koq.. memang seh dari bagaimana gonta ganti nick.. tetep style post gak bakal berubah.. :))
Quote from: Deva19 on 02 December 2009, 05:33:21 PM
Quote from: upasaka on 02 December 2009, 05:28:54 PM
[at] Deva19
Tidak masalah kalau ingin berdiskusi. Tentukan satu topik yang akan dibahas dahulu, kemudian mari kita diskusikan.
Dan satu hal lagi... Anda suka berargumentasi dengan kaidah logika. Tapi saya heran kenapa Anda tidak bisa menggunakan suatu istilah dengan baik. Contoh yang masih hangat adalah: "Muhammad adalah Buddha-nya bagi umat Islam". Ini satu kesalahan teknis dalam berkosakata. Kenapa orang secerdas Anda bisa memiliki kerancuan dalam kosakata seperti ini?
saya bukan ahli tata bahasa. dan kata-kata itu saya kutip dari statment orang lain yang real, bukan pernyataan saya sendiri. maksudnya, saya pernah mendengar orang lain berkata seperti itu.
Nah, coba telaah dahulu dengan kaidah logika. :)
Kita perlu mengetahui apa, siapa dan bagaimana kriteria dari sebuah gelar yang disandang oleh seseorang. Setelah mengetahui hal-hal ini, kita bisa menggunakan ketepatan istilah gelar itu dalam konteks yang tepat.
Sama seperti kesalahan pandang banyak orang di luar sana, seperti:
- Kong Hu Chu disebut Nabi
- Buddha Gotama disebut dewa
- Muhammad disebut Sammasambuddha Metteya
- dsb.
Quote from: Deva19 on 02 December 2009, 05:33:21 PM
Quote from: upasaka on 02 December 2009, 05:28:54 PM
[at] Deva19
Tidak masalah kalau ingin berdiskusi. Tentukan satu topik yang akan dibahas dahulu, kemudian mari kita diskusikan.
Dan satu hal lagi... Anda suka berargumentasi dengan kaidah logika. Tapi saya heran kenapa Anda tidak bisa menggunakan suatu istilah dengan baik. Contoh yang masih hangat adalah: "Muhammad adalah Buddha-nya bagi umat Islam". Ini satu kesalahan teknis dalam berkosakata. Kenapa orang secerdas Anda bisa memiliki kerancuan dalam kosakata seperti ini?
saya bukan ahli tata bahasa. dan kata-kata itu saya kutip dari statment orang lain yang real, bukan pernyataan saya sendiri. maksudnya, saya pernah mendengar orang lain berkata seperti itu.
ini adalah orang yang tipe penilai dan pendebat sebelum menyelidiki.
ternyata sama saja dgn saya :P
Apa yang terjadi terjadilah. Wahai manusia apakah yang kau cari, mencari dan terus mencari sesuatu yang tidak ada. Haihhh.....
Indah pada Awal...Indah Pada Pertengahannya...Indah pada Akhirnya.....
Pengendalian dalam Pikiran , Ucapan , dan Perbuatan...(Mano,Vaci,Kamma)..
ini Ajaran Para Buddha...^,^
mereka orang yang suci
mereka orang yang berperilaku baik
mereka orang yang mengerti dhamma
tapi mereka tidak mengerti cara berpikir logic
dengan demikian, jika mereka mencapai kesucian
dengan cara yang sangat lambat mereka mencapai
jika mereka mengerti dhamma dengan baik, maka tidak terampil dalam menjelaskannya
jika perilaku mereka baik, maka tidak banyak yang mengikutinya
itu semua, akibat ketidak terampilan mereka di dalam berpikir logic
well, yg berpikir logic pun kesulitan menjelaskan apa yg dia mau tanyakan... kesulitan memahami pertanyaan org lain, .. kesulitan menjelaskan pendapatnya...
maka baik yg tidak berpikir logic maupun yg berpikir logic, tidak terampil menjelaskan sesuatu
^
^
Two Thumbs hahaha
_/\_
ah para filsuf, ahli debat dan ahli logika yg berpikir logic pun masih ngga mencapai kesucian. tanya kenapa?
Ego kaleeeee
_/\_
Quote from: The Ronald on 07 December 2009, 05:22:22 PM
well, yg berpikir logic pun kesulitan menjelaskan apa yg dia mau tanyakan... kesulitan memahami pertanyaan org lain, .. kesulitan menjelaskan pendapatnya...
maka baik yg tidak berpikir logic maupun yg berpikir logic, tidak terampil menjelaskan sesuatu
setiap orang yang dapat berpikir logic, ia terampil menjelaskan sesuatu.
tetapi, pemikir logic memahami fakta-fakta kompleks dan rumit, yang apabila dijelaskan kepada orang lain, orang lain sulit untuk mengerti. bukan karena penjelasannya tidak jelas, tetapi jangakauan pemikiran orang lain yang tidak mengjankau fakta-fakta logic.
Quote from: Jerry on 07 December 2009, 10:14:15 PM
ah para filsuf, ahli debat dan ahli logika yg berpikir logic pun masih ngga mencapai kesucian. tanya kenapa?
hal itu betul.
seorang yang dapat berpikir logic, bisa jadi tidak dapat mencapai kesucian selama nivarana dan kekotoran-kekotran lainnya terkandung di dalam batinnya. ilmu logika bukan ilmu untuk "mensucikan batin", tetapi untuk berpikir tepat.
sedangkan, sebagian orang yang berusaha ingin mencapai kesucian, menjadi tidak dapat mencapai kesucian karena dia "tersesat" di dalam berpikir.
Dalam hal memilih agama, secara umum, dan dari dulu s/d sekarang.... adalah tidak LOGIS..............
pemilihan berkisar :
1. dari ortu, keluarga, famili, dst
2. dari sekolah dimana anak belajar
3. dari lingkungan tempat tinggalnya...
4. dari pacar (pasangan)....
dst
kenapa beli sepeda motor aja kita bandingkan, lihat spec, bahkan dinaikin, dicoba buat gonceng berduaan dulu... dst...
tanya sini sana, nyoba sini sana, baca brochure sini sana..
barulah akhirnya membeli.... itupun boleh KREDIT....
dalam hal memilih agama tidak begitu.
Jadi udah sejak dulu sampai sekarang...."berpikir logik" telah dikalahkan secara umum....., padahal memilih agama jauh lebih penting dari pada memilih speda motor... =))
mungkin begitu........
sayang sekali pemikiran logic kadang bercampur dengan persepsi tertentu sehingga logic menurut dia belum tentu menurut yang lain, sedangkan logic berdasarkan realistic itu memang kadang sulit diterima oleh pihak lain. karena malah anggap itu tdk logic realistic. hahahaha =))
Quote from: Tekkss Katsuo on 08 December 2009, 09:06:50 AM
sayang sekali pemikiran logic kadang bercampur dengan persepsi tertentu sehingga logic menurut dia belum tentu menurut yang lain, sedangkan logic berdasarkan realistic itu memang kadang sulit diterima oleh pihak lain. karena malah anggap itu tdk logic realistic. hahahaha =))
anda berpikir begitu, karena anda tidak tahu "apa itu berpikir logic". jika anda tahu, maka pasti anda tidak berpikir begitu. sebab norma-norma berpikir logic itu sama untuk seluruh dunia, seperti sifat basah air, maka dimanapun di seluruh dunia sama saja, air itu bersifat basah. setiap benda memiliki luasan. ini contoh norma yang tidak dapat diubah oleh siapapun dan dimanapun. demikian pula seperti norma-norma logika.
Quote from: johan3000 on 08 December 2009, 08:38:58 AM
Dalam hal memilih agama, secara umum, dan dari dulu s/d sekarang.... adalah tidak LOGIS..............
pemilihan berkisar :
1. dari ortu, keluarga, famili, dst
2. dari sekolah dimana anak belajar
3. dari lingkungan tempat tinggalnya...
4. dari pacar (pasangan)....
dst
kenapa beli sepeda motor aja kita bandingkan, lihat spec, bahkan dinaikin, dicoba buat gonceng berduaan dulu... dst...
tanya sini sana, nyoba sini sana, baca brochure sini sana..
barulah akhirnya membeli.... itupun boleh KREDIT....
dalam hal memilih agama tidak begitu.
Jadi udah sejak dulu sampai sekarang...."berpikir logik" telah dikalahkan secara umum....., padahal memilih agama jauh lebih penting dari pada memilih speda motor... =))
mungkin begitu........
tetapi fungsi ilmu logika, bukanlah untuk membuat seseorang memilih dengan tepat sepeda motor mana yang harus dipilih dan dibeli. tetapi untuk membuat syllogisme yang tepat dari dua buah pernyataan yang memiliki kesamaan variabel.
hmm.. bro deva, aku masih gak habis mikir, secara logic, bagaimana anda menginginkan
Quoteketika saya berkata, "nabi muhammad adalah Budha"
kenapa anda tidak segera bertanya, "kenapa?"
dgn pertanyaan
Quoteapa yang dimaksud dengan "Buddha", siapa yang pantas disebut "Buddha" dan bagaimana kriteria "Buddha".
menurut logika saya, pertanyaan kenapa, lebih tidak spesfik, dan lebih rancu, knp rancu karena jawabannya bisa "karena saya pengen bilang gitu" (salah satu jenis jawaban yg rancu)
menurut bro deva, yg lebih unggul logicnya dari saya, kenapa anda lebih menyukai "kenapa" yg jauh lebih luas, dari pertanyaan yg lebih spesifik?
Quote from: ronald
menurut bro deva, yg lebih unggul logicnya dari saya, kenapa anda lebih menyukai "kenapa" yg jauh lebih luas, dari pertanyaan yg lebih spesifik?
dalam ilmu logika, "kenapa" adalah pernyataan yang lebih spesifik. cukup dengan satu jawaban, maka "kebenaran" langsung diketahui.
dalam kenyataan nya bagaimana?
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 10:21:14 AM
Quote from: ronald
menurut bro deva, yg lebih unggul logicnya dari saya, kenapa anda lebih menyukai "kenapa" yg jauh lebih luas, dari pertanyaan yg lebih spesifik?
dalam ilmu logika, "kenapa" adalah pernyataan yang lebih spesifik. cukup dengan satu jawaban, maka "kebenaran" langsung diketahui.
well dalam ilmu logika yah?
dalam kenyataannya?
ok terus jawaban anda setelah di tanya kenapa atasmasalah di atas, jika di tanya dgn "kenapa" ? apa yg anda jawab? apakah jawaban anda adalah "itu kata org lain"
nabi muhammad adalah budha. kenapa?
karena nabi muhammad adalah X
dan X adalah Budha.
maka, apapun itu X, maka kesimpulan nabi muhammad adalah budha, merupakan kesimpulan yang benar secara logic.
kaidah berpikir logic itu adalah :
A itu B
B itu C
kesimpulan yang benar adalah A itu C.
maka jika variabel A, B, C itu diganti dengan apapun, hasilnya tetap benar.
A = sandal
B = topi
C = sepatu
Sandal adalah topi
topi adalah sepatu
maka kesimpulan yang benar adalah : sandal itu sepatu
A = bunga
B = truk
C = daun
bunga itu truk
truk itu daun
jadi, kesimpulan yang benar adalah : bunga itu daun
kalian tidak mengerti ilmu logika. jadi kalian selalu mencampur adukan antara logika dengan ilmiah, mencampurkan antara logika dengan semantik.
di sini, saya sedang mengajar anak-anak smk. saya sedang mengajarkan tentang cara mengalikan, menambahkan, mengurangi dan membagi antara kuda dengan monyet.
berapa kuda di tambah monyet.
dim kuda, monyet as integer
kuda = 20
monyet = 3
hasil = kuda + monyet
print hasil
berapa hasil dari kuda + monyet?
karena orang tidak mengerti maksud saya, maka dia akan terus menerus marah pada saya, "bagaimana bisa kuda ditambah monyet hasilnya 60. apakah kuda kawin dengan monyet, lalu punya anak 58 ekor binatang, maka hasilnya jadi 60? tentu ini pertanyaan bodoh.
kenapa menolak keras-keras bahwa nabi muhammad itu adalah budha.
sedangkan nabi muhammad dan budha yang saya bicarakan di sini adalah di dalam algoritma berpikir saya sendiri, yang definisinya saya buat sendiri. apa yang saya sebut muhammad atau budha, bisa jadi tidak berhubungan sama sekali dengan apa yang kalian maksud budha atau muhammad. tapi kalian tidak mengerti, karena kalian sibuk dengan pikiran dan pendapat kalian sendiri. serta tidak terampil dalam menyelidiki, apa maksud orang lain.
walau bagaimanapun Muhammad tetap bukan Buddha, titik.
nih orang belon lewat turing test udah belagu =))
Quote from: ryu on 08 December 2009, 10:57:00 AM
walau bagaimanapun Muhammad tetap bukan Buddha, titik.
Bahaya belajar LOGIC...............(gunakanlah pada tempatnya)
Quotenabi muhammad adalah budha. kenapa? karena nabi muhammad adalah X dan X adalah Budha.
maka, apapun itu X, maka kesimpulan nabi muhammad adalah budha, merupakan kesimpulan yang benar secara logic.
BUDi laki, MoHai laki.... maka BUD = MoHai..... (ahhh mungkin begitu....)
BUDi laki n 1X married, MoHai laki dan >10X married.....
konklusi maka MoHai paling tidak >10X lebih perkasa dari BUDi
ohhh ternyata salah... konklusi diatas... ada variable t (time)...
dimana MoHai melakukannya bertahun2 lebih lama dari BUDi,
jadi boleh dibilang >50X dehhhhhhhhhh, dgn sedikit roundoff
kalau ada logika yg salah mohon dikoreksi dunnng =))
tetapi gw pikir lebih jauh, ....
MoLAN tanpa nikah pun bisa lebih perkasa dari keduanya yg diatas...
(mayBe, he did it every minutes...) 8)
BUDDHA adalah BUDDHA !
Muhammad adalah Muhammad !
Mengapa aku memilih agama Buddha ?
Karena BUDDHA adalah BUDDHA.
ic, salah satu bukti kelemahan cara berpikir logic anda dalam mengungkapkan pendapat...
logic yg anda barusan tulis adalah logic matematika (ttg kuda dan monyet) dan penjelasan buddha dan muhammad adalah Symbolic logic
logic itu aku ngerti, tp jelas itu bukan cara berpikir tepat, kenapa tidak tepat, karena salah pada tempatnya, walau itu betul (mungkin anda bisa mengerti penyataan ini)
selain logic itu... ada beberapa jenis logic..masing2 memiliki waktu yg tepat untuk di pakai, dan ada saatnya yg tidak tepat
nah ini salah satu letak, atau kelemahan org logic, untuk menjelaskan sesuatu, dia berpikir, permisalan itu ada di kepala, tp yg di keluarkan hasilnya
anda bisa saja berpikir :
kuda = 20
monyet = 3
tp jika anda langsung menyerbut kuda +monyet = 23
belum tentu semua org berpikir bahwa kuda =20 dan monyet = 3
bisa saja kuda =10 , monyet =13
atau berbagai hal yg lain
dan ketika anda menginkan agar dosis senilai kuda di proses oleh org lain, maka terjadi error, error karena apa yg anda harapkan tidak terjadi
dalam logic ini, sebelum anda memberi suatu pernyataan akhir, kurasa sebaiknya anda mengawali dengan kata "diketahui, jika"
cth nya
diketahu, jika
kuda= 20
monyet = 3
maka :
go on
kita tidak dapat mengerti apa yg anda pikirkan, anda juga tidak akan mengerti apa yg saya pikirkan, anda sibuk dgn pikiran anda sendiri, kita sibuk dgn pikiran kita sendiri
kita tidak terampil dalam menyelidiki maksud org lain , anda juga demikian , terbukti pernyataan anda, bahwa anda mencomot kata2 tsb dari kata org lain, yaitu umat islam , apakah anda berpikir maksudnya, atukah dgn berpikir tepat anda tau bahwa yg dia maksu adalah simbol?
kesimpulan yg saya dpt cukup jelas, logic anda ternyata tidak bedanya dgn yg bukan logic, untuk memahai apa yg secara umum , di perlukan natural logic
symbol logic, akan dibicarakan secara khusus, jelas sebelumnya harus ada symbol2 yg disepekati
matematika logic pun demikian
klo di campur aduk, hasilnya, anda kesulitan menyatakan maksud anda
semoga anda bisa mengerti
Quotekenapa menolak keras-keras bahwa nabi muhammad itu adalah budha.
mungkin anda udah tau jawabannya dgn mengunakan logic alami anda, atau anda butuh penjelasannya secara alami?
atau mau saya jelaskan make definis logic symbol
muhammad = A = 3
Buddha = G = G= 8
maka 3#8, (# = tidak sama dgn) thats why, kita menolak
sejujurnya, aku jadi merasa, kita lebih mudah mengungkapkan pendapat (yg anda klaim tidak logic) kepada orang lain, dari pada anda, tp..well..mungkin aku salah
Sebenarnya maksud Deva19 itu adalah: menyimpulkan silogisme pernyataan dengan kaidah logika. Salah satu kriteria kaidah logika adalah TIDAK SELALU SESUAI ILMIAH (AKAL SEHAT). Misalnya contoh pernyataan logika ini:
A= kebencian
B= membunuh
C= kesejahteraan
A adalah B. B adalah C. Maka A adalah C.
Kesimpulannya adalah A = B = C
Jika ditinjau dengan kaidah ilmiah, kalimat dan kesimpulan logika di atas adalah "ngawur". Tapi tidak demikian dengan kaidah berpikir logika.
Jadi, karena Bro Deva19 memakai algoritma berpikir sendiri, maka saya juga bisa memakai algoritma berpikir sendiri. Saya menyatakan bahwa Buddha adalah Y. Y adalah bukan Muhammad. Maka Buddha bukanlah Muhammad.
Sesuai dengan pernyataan Anda sendiri, Anda memakai algoritma sesuai pemikiran Anda sendiri. Di sini kita bisa melihat bahwa kaidah berpikir logika pun sudah tercemar oleh persepsi. Lantas apa yang Anda mau jelaskan lebih lanjut setelah kita sampai di titik ini?
Quotesedangkan nabi muhammad dan budha yang saya bicarakan di sini adalah di dalam algoritma berpikir saya sendiri, yang definisinya saya buat sendiri. apa yang saya sebut muhammad atau budha, bisa jadi tidak berhubungan sama sekali dengan apa yang kalian maksud budha atau muhammad. tapi kalian tidak mengerti, karena kalian sibuk dengan pikiran dan pendapat kalian sendiri. serta tidak terampil dalam menyelidiki, apa maksud orang lain.
Rasanya agak jarang ya orang memakai nama budha....(Buddha)
apalagi anda bicara budha di forum ini........................
Logic berguna dlm hal tertentu,
tetapi penempatan diri, mengerti lawan pembicara..
jauh lebih penting bro!
Seberapa banyak teman bro yg bernama budha ? ;D
kalau MoHai memiliki bibit keBudhaan gimana ?
Apakah ini bisa dibuktikan dgn Logika ?
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 10:42:55 AM
nabi muhammad adalah budha. kenapa?
karena nabi muhammad adalah X
dan X adalah Budha.
maka, apapun itu X, maka kesimpulan nabi muhammad adalah budha, merupakan kesimpulan yang benar secara logic.
kaidah berpikir logic itu adalah :
A itu B
B itu C
kesimpulan yang benar adalah A itu C.
maka jika variabel A, B, C itu diganti dengan apapun, hasilnya tetap benar.
A = sandal
B = topi
C = sepatu
Sandal adalah topi
topi adalah sepatu
maka kesimpulan yang benar adalah : sandal itu sepatu
A = bunga
B = truk
C = daun
bunga itu truk
truk itu daun
jadi, kesimpulan yang benar adalah : bunga itu daun
kalian tidak mengerti ilmu logika. jadi kalian selalu mencampur adukan antara logika dengan ilmiah, mencampurkan antara logika dengan semantik.
di sini, saya sedang mengajar anak-anak smk. saya sedang mengajarkan tentang cara mengalikan, menambahkan, mengurangi dan membagi antara kuda dengan monyet.
berapa kuda di tambah monyet.
dim kuda, monyet as integer
kuda = 20
monyet = 3
hasil = kuda + monyet
print hasil
berapa hasil dari kuda + monyet?
karena orang tidak mengerti maksud saya, maka dia akan terus menerus marah pada saya, "bagaimana bisa kuda ditambah monyet hasilnya 60. apakah kuda kawin dengan monyet, lalu punya anak 58 ekor binatang, maka hasilnya jadi 60? tentu ini pertanyaan bodoh.
kenapa menolak keras-keras bahwa nabi muhammad itu adalah budha.
sedangkan nabi muhammad dan budha yang saya bicarakan di sini adalah di dalam algoritma berpikir saya sendiri, yang definisinya saya buat sendiri. apa yang saya sebut muhammad atau budha, bisa jadi tidak berhubungan sama sekali dengan apa yang kalian maksud budha atau muhammad. tapi kalian tidak mengerti, karena kalian sibuk dengan pikiran dan pendapat kalian sendiri. serta tidak terampil dalam menyelidiki, apa maksud orang lain.
Keguguran pertama teori Anda konsep ini akan menghasilkan pemikiran yang salah kalau hanya menyamakan 1 variable saja tidak cukup
Saya menggunakan persamaan Anda,
Muhammad adalah orang yang memiliki jenggot
orang yang memiliki jenggot adalah Buddha ?
Nah apakah semua orang yang memiliki jenggot adalah Buddha ?
Keguguran kedua teori Anda "Variable X" adalah Anjing
Anjing adalah Hewan
Variable X adalah Hewan ?
Ilustrasinya :
Cannis adalah Anjing
Anjing adalah Hewan
Cannis adalah Hewan ? Salah, karena ada bintang yang diberi nama Cannis :D
Jadi dengan sudah 2 bukti ini, teori korelasi Anda gugur dengan sendirinya.. karena hanya menggunakan 1 variable saja
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 09:57:33 AM
Quote from: Tekkss Katsuo on 08 December 2009, 09:06:50 AM
sayang sekali pemikiran logic kadang bercampur dengan persepsi tertentu sehingga logic menurut dia belum tentu menurut yang lain, sedangkan logic berdasarkan realistic itu memang kadang sulit diterima oleh pihak lain. karena malah anggap itu tdk logic realistic. hahahaha =))
anda berpikir begitu, karena anda tidak tahu "apa itu berpikir logic". jika anda tahu, maka pasti anda tidak berpikir begitu. sebab norma-norma berpikir logic itu sama untuk seluruh dunia, seperti sifat basah air, maka dimanapun di seluruh dunia sama saja, air itu bersifat basah. setiap benda memiliki luasan. ini contoh norma yang tidak dapat diubah oleh siapapun dan dimanapun. demikian pula seperti norma-norma logika.
weleh saya kena semprot. wkwkwkwk. tp teman teman diatas sudah menjawabnyaa. hahaha.
Logic kan kata ente itu norma norma logika seluruh dunia, tp gmana dgn yg lainnya, nbelum tentu kan, berarti logic anda hanya sebatas persepsi anda jg, oleh karena itu pemahaman justru merupakan letak yg penting disini, memahami lawan bicara, logic mengacu kepada suatu yg realistic, walaupun kita berpikir demikian belum tentu dgn yg lainnya, shg semuanya hanya akan menjadi persepsi kita semata........ wjkwkwkwkw. tp teman teman diatas semua udh menjawab
Namaste :)
[at] forte
anda mencampr adukan antara mantik (logika) dengan semantik. oleh karna itu anda tidak bisa mengerti "kebenaran logic".
hm.. apa itu mantik dan semantik ?
gw pengen mendengar lebih jauh istilah anda..
Quote from: Tekkss Katsuo on 08 December 2009, 12:55:59 PM
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 09:57:33 AM
Quote from: Tekkss Katsuo on 08 December 2009, 09:06:50 AM
sayang sekali pemikiran logic kadang bercampur dengan persepsi tertentu sehingga logic menurut dia belum tentu menurut yang lain, sedangkan logic berdasarkan realistic itu memang kadang sulit diterima oleh pihak lain. karena malah anggap itu tdk logic realistic. hahahaha =))
anda berpikir begitu, karena anda tidak tahu "apa itu berpikir logic". jika anda tahu, maka pasti anda tidak berpikir begitu. sebab norma-norma berpikir logic itu sama untuk seluruh dunia, seperti sifat basah air, maka dimanapun di seluruh dunia sama saja, air itu bersifat basah. setiap benda memiliki luasan. ini contoh norma yang tidak dapat diubah oleh siapapun dan dimanapun. demikian pula seperti norma-norma logika.
weleh saya kena semprot. wkwkwkwk. tp teman teman diatas sudah menjawabnyaa. hahaha.
Logic kan kata ente itu norma norma logika seluruh dunia, tp gmana dgn yg lainnya, nbelum tentu kan, berarti logic anda hanya sebatas persepsi anda jg, oleh karena itu pemahaman justru merupakan letak yg penting disini, memahami lawan bicara, logic mengacu kepada suatu yg realistic, walaupun kita berpikir demikian belum tentu dgn yg lainnya, shg semuanya hanya akan menjadi persepsi kita semata........ wjkwkwkwkw. tp teman teman diatas semua udh menjawab
Namaste :)
rumus phytagoras itu sama di seluruh dunia, dan bukan hanya menurut saya.
8 X 3 itu sama hasilnya 24 untuk diseluruh dunia. karena 8 + 8 + 8 = 24.
anda tidak bisa berkata, "8x3=24?, ah itu cuma persepsi anda saja. bisa jadi menurut persepsi orang lain 8x3=15."
kalau hasil kaidah perkalian itu bergantung pada perspsi, berarti semua siswa sekolah harusnya "bnar" mnjawb semua soal matematika. sebab, tidak bisa ada satu kaidah yang benar yang menjadi pedoman, semua bergantung persepsi masing-masing. tapi, rumus matematika bukan soal persepsi, tapi soal fakta. dmikian juga dengan rumus ilmu logika.
sekalian bro.. ini juga dijelaskan..
Nabi Muhammad adalah X
X adalah Buddha
Nabi Muhammad adalah Buddha
kalau nilai X itu diisi dengan "manusia"
apakah semua manusia adalah Buddha.
itu nanti Anda bilang salah, karena soal mantik, semantik atau pun pemantik api sekali pun..
jadi apa variable X itu menurut Anda ?
Quote from: Forte on 08 December 2009, 01:05:26 PM
hm.. apa itu mantik dan semantik ?
gw pengen mendengar lebih jauh istilah anda..
mantik itu adalah ilmu logika. objek kajiannya adalah syntax kalimat, dan bukan makna kalimat.
jadi, dalam mantik (ilmu logika), ketika seseorang berkata tentang "Budha", maka yang harus ia lihat adalah kata "Budha" itu sendiri, sebuah kata yang tersusun dari huruf-huruf.
semantic itu objek kajiannya makna kalimat.
dalam semantic, ketika seseorang berkata "Budha", maka ia harus memahami kepada makna umum yang digunakan di dalam masyarakat tentang Budha. yakni mempersepsi bahwa sang budha itu adalah penyebar agama budha, yang mengajarkan manusia tentang 4 kebenaran mulia. atau Budha juga bisa dipersepsikan sebagai "Agama Budha". saya tidak terlalu faham dalam ilmu semantic. ada kaidah-kaidah tertentu tentang bagaimana caranya "memaknai ssuatu". tetapi di dalam ilmu logika, pemaknaan terhadap suatu variabel bersifat bebas.
Quote from: Forte on 08 December 2009, 01:10:10 PM
sekalian bro.. ini juga dijelaskan..
Nabi Muhammad adalah X
X adalah Buddha
Nabi Muhammad adalah Buddha
kalau nilai X itu diisi dengan "manusia"
apakah semua manusia adalah Buddha.
itu nanti Anda bilang salah, karena soal mantik, semantik atau pun pemantik api sekali pun..
jadi apa variable X itu menurut Anda ?
jika nabi muhammad adalah manusia
dan setiap manusia adalah budha
maka kesimpulan yang benar adalah "nabi muhammad adalah Budha".
Quote from: upasaka
Sebenarnya maksud Deva19 itu adalah: menyimpulkan silogisme pernyataan dengan kaidah logika. Salah satu kriteria kaidah logika adalah TIDAK SELALU SESUAI ILMIAH (AKAL SEHAT). Misalnya contoh pernyataan logika ini:
A= kebencian
B= membunuh
C= kesejahteraan
A adalah B. B adalah C. Maka A adalah C.
Kesimpulannya adalah A = B = C
Jika ditinjau dengan kaidah ilmiah, kalimat dan kesimpulan logika di atas adalah "ngawur". Tapi tidak demikian dengan kaidah berpikir logika.
tetapi tampaknya anda mencampurkan antara logika komputer dengan logika filsafat.
dalam logika komputer
A = kebencian, sehingga nilai bagi A adalah (sepenuhnya) kebencian.
tetapi tidak sama dengan Kebencian = A. karena ini memberi nilai A kepda kebencian.
dalam logika matematika A = kebencian. itu sama artinya kebencian = A.
tetapi harap bro perhatikan perbedaan logika filsafat dengan logika komputer matematika
dalam logika filsafat bila dikatakan A = Kebencian itu artinya sebagian A adalah kebencian. sehingga bila dibalik berarti "sebagian kebencian adalah A".
jadi, jika kebencian adalah membunuh
dan setiap membunuh adalah ksejahtraan
maka kesimpulan yang benar adalah "kebencian itu kesejahtraan".
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 01:12:41 PM
Quote from: Forte on 08 December 2009, 01:10:10 PM
sekalian bro.. ini juga dijelaskan..
Nabi Muhammad adalah X
X adalah Buddha
Nabi Muhammad adalah Buddha
kalau nilai X itu diisi dengan "manusia"
apakah semua manusia adalah Buddha.
itu nanti Anda bilang salah, karena soal mantik, semantik atau pun pemantik api sekali pun..
jadi apa variable X itu menurut Anda ?
jika nabi muhammad adalah manusia
dan setiap manusia adalah budha
maka kesimpulan yang benar adalah "nabi muhammad adalah Budha".
nabi muhammad adalah manusia = true
setiap manusia adalah buddha = false
yang benar adalah
setiap manusia adalah calon buddha (karena ada bibit kebuddhaan)
maka kesimpulan yang benar adalah :
nabi muhammad adalah calon Buddha
sepakat ?
Quote from: upasaka
Jadi, karena Bro Deva19 memakai algoritma berpikir sendiri, maka saya juga bisa memakai algoritma berpikir sendiri. Saya menyatakan bahwa Buddha adalah Y. Y adalah bukan Muhammad. Maka Buddha bukanlah Muhammad.
Sesuai dengan pernyataan Anda sendiri, Anda memakai algoritma sesuai pemikiran Anda sendiri. Di sini kita bisa melihat bahwa kaidah berpikir logika pun sudah tercemar oleh persepsi. Lantas apa yang Anda mau jelaskan lebih lanjut setelah kita sampai di titik ini?
nah, hal yang ingin saya jelaskan adalah :
setiap manusia itu bisa menggunakan algoritma sendiri-sendiri. dan faktanya, inilah yang terjadi pada kehidupan manusia. kita dapat meihat diskusi dan perdebatan dimana-mana, satu sama lain tidak dapat saling memahami, karena selalu berpikir secara sadar ataupun tidak bahwa algoritma berpikirnya digunakan juga oleh algoritma orang lain.
bila kita mengetahui bahwa setiap manusia itu menggunakan algoritmanya sendir-sendiri, berarti di situ akan ada dorongan untuk saling memahami "apa" yang dimaksud oleh orang lain. jika ini sudah berjalan pada kedua belah pihak yang berdisusi, maka tidak akan ada pertentangan. yang ada hanya usaha untuk saling mengetahui bagaimana "logika" atau "alogritma" yang digunakan orang lain. dengan cara ini jga, kebenarna lebih mudah difahami.
Quote from: Forte on 08 December 2009, 01:21:31 PM
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 01:12:41 PM
Quote from: Forte on 08 December 2009, 01:10:10 PM
sekalian bro.. ini juga dijelaskan..
Nabi Muhammad adalah X
X adalah Buddha
Nabi Muhammad adalah Buddha
kalau nilai X itu diisi dengan "manusia"
apakah semua manusia adalah Buddha.
itu nanti Anda bilang salah, karena soal mantik, semantik atau pun pemantik api sekali pun..
jadi apa variable X itu menurut Anda ?
jika nabi muhammad adalah manusia
dan setiap manusia adalah budha
maka kesimpulan yang benar adalah "nabi muhammad adalah Budha".
nabi muhammad adalah manusia = true
setiap manusia adalah buddha = false
yang benar adalah
setiap manusia adalah calon buddha (karena ada bibit kebuddhaan)
maka kesimpulan yang benar adalah :
nabi muhammad adalah calon Buddha
sepakat ?
nabi muhammad calon budha? itu benar.
tapi nabi muhammad adalah budha, itu juga benar. bila anda tidak mencampurkan antara logika dan semantik, pastilah mengerti kebenarannya.
nah.. kalau begitu variable x nya yang diisi dengan nilai "manusia" tidak cukup untuk menyatakan nabi muhammad adalah Buddha
karena orang akan berpikiran semua manusia adalah Buddha..
Jadi manusia yang bagaimana ? mohon informasinya :D
Quote from: Forte on 08 December 2009, 01:30:36 PM
nah.. kalau begitu variable x nya yang diisi dengan nilai "manusia" tidak cukup untuk menyatakan nabi muhammad adalah Buddha
karena orang akan berpikiran semua manusia adalah Buddha..
Jadi manusia yang bagaimana ? mohon informasinya :D
dalam kaidah ilmu logika
jika dikatakan :
A adalah B
dan B adalah C, maka artik kalimat kedua itu selalu mengandung kata "setiap" yakni setiap B itu C.
muhammad adalah manusia
manusia adalah budha ---> ini artinya setiap manusia adalah budha. jika dikatakan "sebagian", maka kesimpulannya akan salah.
oleh kaena itu
muhammad adalah manusia
setiap manusia adalah budha
maka benar, muhammad adalah budha.
tapi harus kita ketahui bahwa "nilai benar" tersebut menurut apa? bukan menurut ilmiah, bukan pula menurut semantic. tapi disebut kebenaran logic, atau kebenaran syntaksis. dimana kalau dipandang dari sudut ilmiah, tentu saja merupakan kalimat yang salah kalau dikatakan "Muhammad adalah budha".
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 01:24:40 PM
Quote from: upasaka
Jadi, karena Bro Deva19 memakai algoritma berpikir sendiri, maka saya juga bisa memakai algoritma berpikir sendiri. Saya menyatakan bahwa Buddha adalah Y. Y adalah bukan Muhammad. Maka Buddha bukanlah Muhammad.
Sesuai dengan pernyataan Anda sendiri, Anda memakai algoritma sesuai pemikiran Anda sendiri. Di sini kita bisa melihat bahwa kaidah berpikir logika pun sudah tercemar oleh persepsi. Lantas apa yang Anda mau jelaskan lebih lanjut setelah kita sampai di titik ini?
nah, hal yang ingin saya jelaskan adalah :
setiap manusia itu bisa menggunakan algoritma sendiri-sendiri. dan faktanya, inilah yang terjadi pada kehidupan manusia. kita dapat meihat diskusi dan perdebatan dimana-mana, satu sama lain tidak dapat saling memahami, karena selalu berpikir secara sadar ataupun tidak bahwa algoritma berpikirnya digunakan juga oleh algoritma orang lain.
bila kita mengetahui bahwa setiap manusia itu menggunakan algoritmanya sendir-sendiri, berarti di situ akan ada dorongan untuk saling memahami "apa" yang dimaksud oleh orang lain. jika ini sudah berjalan pada kedua belah pihak yang berdisusi, maka tidak akan ada pertentangan. yang ada hanya usaha untuk saling mengetahui bagaimana "logika" atau "alogritma" yang digunakan orang lain. dengan cara ini jga, kebenarna lebih mudah difahami.
Ini sudah saya pahami. Makanya saya lebih suka menerapkan kaidah ilmiah, atau yang lebih sering Anda istilahkan sebagai kaidah berpikir logika semantik.
nah makanya itu sudah jelas kelemahan ilmu logika Anda.
karena PADA REALITA, apakah semua manusia adalah Buddha ? JELAS TIDAK.
dan statement setiap manusia adalah Buddha TIDAK MENGANDUNG NILAI BENAR..
Semoga Anda bisa memahaminya..
Deva19 adalah mobil
Mobil adalah wc umum
Deva19 adalah wc umum :| <--- bener loh secara sintaksis
Quote from: upasaka on 08 December 2009, 01:44:40 PM
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 01:24:40 PM
Quote from: upasaka
Jadi, karena Bro Deva19 memakai algoritma berpikir sendiri, maka saya juga bisa memakai algoritma berpikir sendiri. Saya menyatakan bahwa Buddha adalah Y. Y adalah bukan Muhammad. Maka Buddha bukanlah Muhammad.
Sesuai dengan pernyataan Anda sendiri, Anda memakai algoritma sesuai pemikiran Anda sendiri. Di sini kita bisa melihat bahwa kaidah berpikir logika pun sudah tercemar oleh persepsi. Lantas apa yang Anda mau jelaskan lebih lanjut setelah kita sampai di titik ini?
nah, hal yang ingin saya jelaskan adalah :
setiap manusia itu bisa menggunakan algoritma sendiri-sendiri. dan faktanya, inilah yang terjadi pada kehidupan manusia. kita dapat meihat diskusi dan perdebatan dimana-mana, satu sama lain tidak dapat saling memahami, karena selalu berpikir secara sadar ataupun tidak bahwa algoritma berpikirnya digunakan juga oleh algoritma orang lain.
bila kita mengetahui bahwa setiap manusia itu menggunakan algoritmanya sendir-sendiri, berarti di situ akan ada dorongan untuk saling memahami "apa" yang dimaksud oleh orang lain. jika ini sudah berjalan pada kedua belah pihak yang berdisusi, maka tidak akan ada pertentangan. yang ada hanya usaha untuk saling mengetahui bagaimana "logika" atau "alogritma" yang digunakan orang lain. dengan cara ini jga, kebenarna lebih mudah difahami.
Ini sudah saya pahami. Makanya saya lebih suka menerapkan kaidah ilmiah, atau yang lebih sering Anda istilahkan sebagai kaidah berpikir logika semantik.
syukurlah kalau anda sudah memahami.
menurut fakta ilmiah, orang-orang seringkali membuat kesimpulan-kesimpulan secara sadar ataupun secara tidak sadar. kesimpuln-kesimpulan ini berarti menggunakan logika. tetapi sayangnya lebih banyak orang tidak mengerti kaidah ilmu logika, sehingga menimbulkan "kesalah fahaman".
orang-orang membuat kesimpulan dengan berbagai bahasan argumntasi. argumentasi yang digunakan ada argumentasi ilmiah ada pula yang non ilmiah. seseorang yang menggunakan bahan dasar ilmiah sekalipun, bisa jadi membuat kesimpulan yang salah. sehingga orang itu "benar dalam berpikir ilmiah" tapi "salah dalam berpikir logic".
sebagai contoh. sang budha berkata bahwa "membunuh merupakan kusala kamma". tetapi kemudian seorang umat budha menyatakan "setiap memunuh adalah kusala kamma". maka pemberian sifat "setiap" dari term "membunuh" tersebut harus jelas asal-usulnya dari mana? jika sang Budha sendiri tidak menyatakan "setiap membunuh merupakan kusalam kamma" dan bila "tidak ada bahan lainnya" untuk memunculkan sifat "setiap" pada term "membunuh", berarti pemberian sifat "setiap" tersebut adalah tidak logic.
tetapi, bisa jadi secara fakta ilmiah memang benar bahwa anda melihat di dalam dhamma bahwa "setiap membunuh" adalah kusala kamma. persoalannya, orang lain belum melihat dhamma seperti anda. dan mereka menyimpulkan dengan fakta-fakta yang mereka lihat sendiri. sehingga seharusnya anda mengerti "mengapa" orang lain tidak dapat mengatakan "setiap membunuh adalah kusala kamma".
dengan ilmu logika, maka saya dengan mudah memahami apa yang anda maksud. tapi dengan apa anda dengan mudah memahami maksud saya?
rasa prihatin karena banyak terjadinya kesalahan fahaman yang terjadi antar manusia, itulah yang mendorong saya "belajar dhamma" dengan ilmu logika, "menjelaskan dhamma" dengan ilmu logika pula. dan bila saya mempunya guru yang tidak mengerti ilmu logika, maka dia akan "banyak salah faham" terhadap diri saya atau orang lain.
Quote from: hatRed on 08 December 2009, 01:48:49 PM
Deva19 adalah mobil
Mobil adalah wc umum
Deva19 adalah wc umum :| <--- bener loh secara sintaksis
itu benar.
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 01:59:07 PM
Quote from: hatRed on 08 December 2009, 01:48:49 PM
Deva19 adalah mobil
Mobil adalah wc umum
Deva19 adalah wc umum :| <--- bener loh secara sintaksis
itu benar.
nah.. sebenarnya kita dalam berdiskusi.. lebih mementingkan kebenaran sintaksis dan mengabaikan kebenaran realita
atau sebaliknya ?
jika thread ini lebih mengutamakan kebenaran sintaksis.. mungkin baiknya dimasukkan ke thread kafe jongkok, sub board : humor
Quote from: hatRed on 08 December 2009, 01:48:49 PM
Deva19 adalah mobil
Mobil adalah wc umum
Deva19 adalah wc umum :| <--- bener loh secara sintaksis
tahap awal dari latihan berpikir, kita harus menerima kebenarn sintaksis.
bila anda telah terampil di dalam memahami kebenaran sintaksis, maka kita dapat menggunakan logika untuk menyelidii kebenaran ilmiah.
deva19 adalah mobil --> pakah ini bnar secara ilmiah atau tidak?
mobil adalah wc umum ----> ini benar secara ilmiah atau tidak?
bila salah satu atau keduanya tidak benar secara ilmiah, maka kesimpulannya tetap benar secara logika, tapi salah secara ilmiah.
deva19 adalah wc umum ---> benar secara sintaksis
deva19 adalah wc umum ---> salah secara ilmiah.
ketika orang menilai bahwa kalimat tersebut salah secara sintaksis maupun ilmiah,maka orang tersebut telah salah dalam berpikir. ketika orang menilai bahwa kalimat tersebut benar secara ilmaih dan logika,maka orang tersebut juga telah salah dalam berpikir.
hahaha, benar secara syntax, tp bukan kebenaran sejati
coba banding kan.. 2 program
yg 1
X1= buddha, X2= muhammad
X1= X2
maka outputnya =
buddha= muhammad
2. X1 # X2
maka, keluarnya Buddha # Muhammad
dua2nya benar secara syntax, cuma secara syntax.... alias. cuma polanya yg benar, bukan hasilnya, apakah X1 apakah X2, tergantung input dari masing2 org
jd intinya logic yg anda punya intinya cuma benar pola nya, bukan hasilnya...
jd apakah anda seperti program itu, yg hanya pola nya benar?
ini kelemahan pola berpikir hanya secara logic symbol, yaitu hanya dgn permisalan, bukan dgn logic alami, di sebut akal sehat
Quote from: Forte on 08 December 2009, 02:03:02 PM
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 01:59:07 PM
Quote from: hatRed on 08 December 2009, 01:48:49 PM
Deva19 adalah mobil
Mobil adalah wc umum
Deva19 adalah wc umum :| <--- bener loh secara sintaksis
itu benar.
nah.. sebenarnya kita dalam berdiskusi.. lebih mementingkan kebenaran sintaksis dan mengabaikan kebenaran realita
atau sebaliknya ?
jika thread ini lebih mengutamakan kebenaran sintaksis.. mungkin baiknya dimasukkan ke thread kafe jongkok, sub board : humor
tentu saja kita akan lebih mementingkan kebenaran ilmiah (realita). tetapi sayangnya, kebenaran realita seringkali menjadi kabur atau orang salah memandang kebenaran ilmiah karena dia salah memahami kebenaran sintaksis.
"sex itu menghalangi kesucian". bagaimana menurut kebenaran ilmiah, apakah hal tersebut benar atau salah?
ketika orng membenarkan, maka perlu di telusuri asal-usulnya. apakah ia membenarkan karena "menyimpulkan" ataukah karena "melihat langsung". kalau dia melihat langsung, berarti itu kebenaran ilmiah dan tidak perlu diperdebatkan lagi. tapi kalau dia membenarkan karena menyimpulkan, berarti ia telah menggunakan kesimpulan. bila ia sudah menggunakan kesimpulan, maka harus ssuai dengan kaidah berpikir logic. jika tidak sesuai, berarti kesimpulan tersebut sesat.
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 02:04:54 PM
ketika orang menilai bahwa kalimat tersebut salah secara sintaksis maupun ilmiah,maka orang tersebut telah salah dalam berpikir. ketika orang menilai bahwa kalimat tersebut benar secara ilmaih dan logika,maka orang tersebut juga telah salah dalam berpikir.
terus benarnya dalam berpikir seperti apa ?
Mama Deva19 adalah mamalia
mamalia adalah hewan menyusui
Mama Deva19 adalah hewan menyusui :| <--- benar juga loh secara sintaksis
[spoiler]
secara ilmiah ?
[/spoiler]
Quote
dua2nya benar secara syntax, cuma secara syntax.... alias. cuma polanya yg benar, bukan hasilnya, apakah X1 apakah X2, tergantung input dari masing2 org
jd intinya logic yg anda punya intinya cuma benar pola nya, bukan hasilnya...
jd apakah anda seperti program itu, yg hanya pola nya benar?
pertama, dalam berpikir itu polanya dulu harus benar
stelah kita terbiasa dengan pola berpikir benar, maka jika suatu waktu yang dimasukan ke dalam pola tersebut adalah variabel-variabel ilmiah, maka hasilnya akan benar dan tidak akan menyesatkan orang.
sama halnya ketika saya membuat prgoram Sistem Akademik. lalu dalam proses pembuatannya, data yang dimasukan adalah data fiktif. tak masalah, yang penting pola algoritmanya benar. setelah program tersebut selsai dan diserahkan ke sekolah, maka semua data fiktif tersebut dihapus dan diganti dengan data yang real. maka hasilnya sistem tersebut mnghasilkan informasi-informasi akurat tentan siswa di sekolah. seprti itu pulalah ilmu logika.
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 02:10:28 PM
ketika orng membenarkan, maka perlu di telusuri asal-usulnya. apakah ia membenarkan karena "menyimpulkan" ataukah karena "melihat langsung". kalau dia melihat langsung, berarti itu kebenaran ilmiah dan tidak perlu diperdebatkan lagi. tapi kalau dia membenarkan karena menyimpulkan, berarti ia telah menggunakan kesimpulan. bila ia sudah menggunakan kesimpulan, maka harus ssuai dengan kaidah berpikir logic. jika tidak sesuai, berarti kesimpulan tersebut sesat.
jika seseorang melihat langsung => kebenaran ilmiah dan tidak perlu diperdebatkan ? SALAH
Test 1 :
kalau statement Anda BERLAKU, maka di dunia ini tidak ada namanya FATAMORGANA..
Test 2 :
menurut Anda, ketika Anda melihat seekor bunglon di tumpukan daun merah, apakah warna bunglon tersebut ?
Apakah warna bunglon secara ilmiah adalah merah ?
bro deva, kebenaran syntax yg anda bawa tidak dpt di pertanggung jawabkan..
misal aku tanya
kenapa Muhammad = X
kenapa X = Budhha
nah karena bro deva tidak pernah melihat muhammad langsung, maupun melihat buddha langsung, sesuai kaidah berpikir logic anda, kenapa Muhammad =X , bukan org lain? kenapa muhammad?
dan kenapa X = Buddha, bukan X= org lain, dan kenapa bukan Buddha = X , apa itu X sehingga Muhammad = X dan X= Buddha
kebenaran syntax cuma kebenaran pola pikir , cuma..pola, pola yg mana? pola pikir anda sendiri, bukan pola bikir orang lain
syntax dari sebuah program a + b = c
ada macam2, dan semuanya benar
Quote from: forte
jika seseorang melihat langsung => kebenaran ilmiah dan tidak perlu diperdebatkan ? SALAH
inilah salah satu contoh akibat orang tidak mengerti ilmu logika.
jika orang mengerti ilmu logika, maka dia tidak cepat memvonis "salah" pada pernyataan orang lain, melainkan akan bertanya dulu "apa argumentnya". atau "apa maksudnya?" setelah itu baru memberikan nilai sesuai kaidah berpikir yang benar.
jadi, ilmu logika jelas bermanfaat untuk menyadarkan manusia dari "sifat mengurung diri di dalam pikirannya sendiri".
saya mengerti maksud anda tentang "perdebatan ilmiah". tapi anda tidak mengerti maksud saya tentang "tidak perlu diperdebatkan lagi". karna maksud saya di situ adalah "tidak perlu diperdebatkan secara logika".
jika dalam suatu perdebatan logic berujung pada pernyataan ilmiah, maka orang harus keluar dari "debat logic" dan harus mengarahkan usaha ke "penyelidikan ilmiah". tetapi bila masih terjadi perdebatan, maka perdebatan yang terjadi disebut "debat logika ilmiah". jadi, yang berperang di situ tetap saja logika. selama orang berkutat di dalam konsepsi, maka logika yang bkerja di dalamnya.
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 02:28:37 PM
Quote from: forte
jika seseorang melihat langsung => kebenaran ilmiah dan tidak perlu diperdebatkan ? SALAH
inilah salah satu contoh akibat orang tidak mengerti ilmu logika.
jika orang mengerti ilmu logika, maka dia tidak cepat memvonis "salah" pada pernyataan orang lain, melainkan akan bertanya dulu "apa argumentnya". atau "apa maksudnya?" setelah itu baru memberikan nilai sesuai kaidah berpikir yang benar.
jadi, ilmu logika jelas bermanfaat untuk menyadarkan manusia dari "sifat mengurung diri di dalam pikirannya sendiri".
saya mengerti maksud anda tentang "perdebatan ilmiah". tapi anda tidak mengerti maksud saya tentang "tidak perlu diperdebatkan lagi". karna maksud saya di situ adalah "tidak perlu diperdebatkan secara logika".
jika dalam suatu perdebatan logic berujung pada pernyataan ilmiah, maka orang harus keluar dari "debat logic" dan harus mengarahkan usaha ke "penyelidikan ilmiah". tetapi bila masih terjadi perdebatan, maka perdebatan yang terjadi disebut "debat logika ilmiah". jadi, yang berperang di situ tetap saja logika. selama orang berkutat di dalam konsepsi, maka logika yang bkerja di dalamnya.
Selamat datang "kembali", Bro Deva19.
Apakah maksudnya kalau kita memvonis salah ke orang yang mengatakan "1+1=3" berarti kita tidak mengerti logika?
Setahu saya, orang berdebat logika terlebih dahulu memberi batasan, dan batasan itu tentu yang diterima secara umum, bukan hasil mimpinya kemarin malam atau pengalamannya waktu pakai narkoba. Setuju?
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 02:28:37 PM
Quote from: forte
jika seseorang melihat langsung => kebenaran ilmiah dan tidak perlu diperdebatkan ? SALAH
inilah salah satu contoh akibat orang tidak mengerti ilmu logika.
jika orang mengerti ilmu logika, maka dia tidak cepat memvonis "salah" pada pernyataan orang lain, melainkan akan bertanya dulu "apa argumentnya". atau "apa maksudnya?" setelah itu baru memberikan nilai sesuai kaidah berpikir yang benar.
jadi, ilmu logika jelas bermanfaat untuk menyadarkan manusia dari "sifat mengurung diri di dalam pikirannya sendiri".
saya mengerti maksud anda tentang "perdebatan ilmiah". tapi anda tidak mengerti maksud saya tentang "tidak perlu diperdebatkan lagi". karna maksud saya di situ adalah "tidak perlu diperdebatkan secara logika".
jika dalam suatu perdebatan logic berujung pada pernyataan ilmiah, maka orang harus keluar dari "debat logic" dan harus mengarahkan usaha ke "penyelidikan ilmiah". tetapi bila masih terjadi perdebatan, maka perdebatan yang terjadi disebut "debat logika ilmiah". jadi, yang berperang di situ tetap saja logika. selama orang berkutat di dalam konsepsi, maka logika yang bkerja di dalamnya.
sekarang yang Anda cari itu kebenaran logika ? atau kebenaran yang sebenarnya ?
Saya sudah katakan, kalau Anda ingin mencari kebenaran logika tanpa mempermasalahkan kebenaran sebenarnya, dipindahkan saja thread ini ke Kafe Jongkok, dan maybe Game, dengan judul : Bermain Logika
Sejauh thread ini masih berkutat bukan di kafe Jongkok, saya memiliki hak untuk mempertanyakan kebenaran ilmiah. PAHAM ?
Quote from: The Ronald on 08 December 2009, 02:23:18 PM
bro deva, kebenaran syntax yg anda bawa tidak dpt di pertanggung jawabkan..
misal aku tanya
kenapa Muhammad = X
kenapa X = Budhha
nah karena bro deva tidak pernah melihat muhammad langsung, maupun melihat buddha langsung, sesuai kaidah berpikir logic anda, kenapa Muhammad =X , bukan org lain? kenapa muhammad?
dan kenapa X = Buddha, bukan X= org lain, dan kenapa bukan Buddha = X , apa itu X sehingga Muhammad = X dan X= Buddha
kebenaran syntax cuma kebenaran pola pikir , cuma..pola, pola yg mana? pola pikir anda sendiri, bukan pola bikir orang lain
syntax dari sebuah program a + b = c
ada macam2, dan semuanya benar
tidak. norma-norma berpikir, sejak adanya manusia pertama hingga kelak dunia ini hancur tidak bertambah ataupun berkurang. sebagaimana unsur air yang normanya mengalir ke tmpat yang lebih rendah, adalah sama sejak zaman pertama dunia ini dicptakan hingga kelak. ketika ada air yang mengalir ke atas, ada norma-norma lain yang menjelaskannya.
semua pola pikir manusia telah diselidiki dan disusun oleh Aristotels sejak 400 SM. sejak saat itu sampai saat ini, Undang-undang berpikir tidak pernah berkurang dan tidak pernah bertambah. tetap seperti itu untuk selurh dunia.berbeda dengan ilmu matematika yang terus mengalami perkembangan.
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 02:28:37 PM
Quote from: forte
jika seseorang melihat langsung => kebenaran ilmiah dan tidak perlu diperdebatkan ? SALAH
inilah salah satu contoh akibat orang tidak mengerti ilmu logika.
jika orang mengerti ilmu logika, maka dia tidak cepat memvonis "salah" pada pernyataan orang lain, melainkan akan bertanya dulu "apa argumentnya". atau "apa maksudnya?" setelah itu baru memberikan nilai sesuai kaidah berpikir yang benar.
jadi, ilmu logika jelas bermanfaat untuk menyadarkan manusia dari "sifat mengurung diri di dalam pikirannya sendiri".
saya mengerti maksud anda tentang "perdebatan ilmiah". tapi anda tidak mengerti maksud saya tentang "tidak perlu diperdebatkan lagi". karna maksud saya di situ adalah "tidak perlu diperdebatkan secara logika".
jika dalam suatu perdebatan logic berujung pada pernyataan ilmiah, maka orang harus keluar dari "debat logic" dan harus mengarahkan usaha ke "penyelidikan ilmiah". tetapi bila masih terjadi perdebatan, maka perdebatan yang terjadi disebut "debat logika ilmiah". jadi, yang berperang di situ tetap saja logika. selama orang berkutat di dalam konsepsi, maka logika yang bkerja di dalamnya.
yah..gak usah cpt2 vonis tidak mengerti ilmu logika, kurasa sebaiknya :
(aku cuma memodifikasi kata2 anda)
jika orang mengerti ilmu logika, maka dia tidak cepat memvonis seseorang tidak mengerti ilmu logika, seharusnya dia bertanya.. "kenapa salah" "apa argumentnya". atau "apa maksudnya?" setelah itu baru memberikan nilai sesuai kaidah berpikir yang benar.
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 02:48:04 PM
Quote from: The Ronald on 08 December 2009, 02:23:18 PM
bro deva, kebenaran syntax yg anda bawa tidak dpt di pertanggung jawabkan..
misal aku tanya
kenapa Muhammad = X
kenapa X = Budhha
nah karena bro deva tidak pernah melihat muhammad langsung, maupun melihat buddha langsung, sesuai kaidah berpikir logic anda, kenapa Muhammad =X , bukan org lain? kenapa muhammad?
dan kenapa X = Buddha, bukan X= org lain, dan kenapa bukan Buddha = X , apa itu X sehingga Muhammad = X dan X= Buddha
kebenaran syntax cuma kebenaran pola pikir , cuma..pola, pola yg mana? pola pikir anda sendiri, bukan pola bikir orang lain
syntax dari sebuah program a + b = c
ada macam2, dan semuanya benar
tidak. norma-norma berpikir, sejak adanya manusia pertama hingga kelak dunia ini hancur tidak bertambah ataupun berkurang. sebagaimana unsur air yang normanya mengalir ke tmpat yang lebih rendah, adalah sama sejak zaman pertama dunia ini dicptakan hingga kelak. ketika ada air yang mengalir ke atas, ada norma-norma lain yang menjelaskannya.
semua pola pikir manusia telah diselidiki dan disusun oleh Aristotels sejak 400 SM. sejak saat itu sampai saat ini, Undang-undang berpikir tidak pernah berkurang dan tidak pernah bertambah. tetap seperti itu untuk selurh dunia.berbeda dengan ilmu matematika yang terus mengalami perkembangan.
apa itu X.. masa aku harus jelaskan pertanyaan ku dgn syntanx... cape deh...
Quote from: Forte on 08 December 2009, 02:38:26 PM
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 02:28:37 PM
Quote from: forte
jika seseorang melihat langsung => kebenaran ilmiah dan tidak perlu diperdebatkan ? SALAH
inilah salah satu contoh akibat orang tidak mengerti ilmu logika.
jika orang mengerti ilmu logika, maka dia tidak cepat memvonis "salah" pada pernyataan orang lain, melainkan akan bertanya dulu "apa argumentnya". atau "apa maksudnya?" setelah itu baru memberikan nilai sesuai kaidah berpikir yang benar.
jadi, ilmu logika jelas bermanfaat untuk menyadarkan manusia dari "sifat mengurung diri di dalam pikirannya sendiri".
saya mengerti maksud anda tentang "perdebatan ilmiah". tapi anda tidak mengerti maksud saya tentang "tidak perlu diperdebatkan lagi". karna maksud saya di situ adalah "tidak perlu diperdebatkan secara logika".
jika dalam suatu perdebatan logic berujung pada pernyataan ilmiah, maka orang harus keluar dari "debat logic" dan harus mengarahkan usaha ke "penyelidikan ilmiah". tetapi bila masih terjadi perdebatan, maka perdebatan yang terjadi disebut "debat logika ilmiah". jadi, yang berperang di situ tetap saja logika. selama orang berkutat di dalam konsepsi, maka logika yang bkerja di dalamnya.
sekarang yang Anda cari itu kebenaran logika ? atau kebenaran yang sebenarnya ?
Saya sudah katakan, kalau Anda ingin mencari kebenaran logika tanpa mempermasalahkan kebenaran sebenarnya, dipindahkan saja thread ini ke Kafe Jongkok, dan maybe Game, dengan judul : Bermain Logika
Sejauh thread ini masih berkutat bukan di kafe Jongkok, saya memiliki hak untuk mempertanyakan kebenaran ilmiah. PAHAM ?
tentu saja saya mencari kebenaran yang sebenarnya.
tetapi saya harus tahu, dari mana dan dari siapa saya mencari kebenaran yang sebenarnya. pertama-tama saya akan bertanya dulu kepada anda. berapa 2 + 2? dan bila anda menjawab 5, maka saya bertanya kenapa? bila anda penjelasan yang masuk akal, maka saya tidak ragu bertanya tentang kebenaran ilmiah dari anda. tapi bila tidak ada penjelasan apapun, itu berarti saya tidak akan mencari kebnaran ilmiah dari anda. kenapa? karena bila secara logic saja anda salah di dalam berpikir, maka bagaimana suatu kebenaran ilmiah dapat dikomunikasikan dengan baik di dalam kesimpulan-kesimpulan? kecuali apabila dalam kehidupan bermasyarakat kita ini terbebas dari kesimpulan-kesimpulan, maka tidak diperlukan sama sekali "logika ilmiah" atau "logika lainnya". tetapi faktanya, dalam kehidupan bermasyarakat, kita tidak dapat lepas dari kesimpulan-kesimpulan logic. jadi, melalui kebenaran logic itulah saya menyelidiki kebenaran ilmiah.
Quote from: The Ronald on 08 December 2009, 02:50:55 PM
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 02:28:37 PM
Quote from: forte
jika seseorang melihat langsung => kebenaran ilmiah dan tidak perlu diperdebatkan ? SALAH
inilah salah satu contoh akibat orang tidak mengerti ilmu logika.
jika orang mengerti ilmu logika, maka dia tidak cepat memvonis "salah" pada pernyataan orang lain, melainkan akan bertanya dulu "apa argumentnya". atau "apa maksudnya?" setelah itu baru memberikan nilai sesuai kaidah berpikir yang benar.
jadi, ilmu logika jelas bermanfaat untuk menyadarkan manusia dari "sifat mengurung diri di dalam pikirannya sendiri".
saya mengerti maksud anda tentang "perdebatan ilmiah". tapi anda tidak mengerti maksud saya tentang "tidak perlu diperdebatkan lagi". karna maksud saya di situ adalah "tidak perlu diperdebatkan secara logika".
jika dalam suatu perdebatan logic berujung pada pernyataan ilmiah, maka orang harus keluar dari "debat logic" dan harus mengarahkan usaha ke "penyelidikan ilmiah". tetapi bila masih terjadi perdebatan, maka perdebatan yang terjadi disebut "debat logika ilmiah". jadi, yang berperang di situ tetap saja logika. selama orang berkutat di dalam konsepsi, maka logika yang bkerja di dalamnya.
yah..gak usah cpt2 vonis tidak mengerti ilmu logika, kurasa sebaiknya :
(aku cuma memodifikasi kata2 anda)
jika orang mengerti ilmu logika, maka dia tidak cepat memvonis seseorang tidak mengerti ilmu logika, seharusnya dia bertanya.. "kenapa salah" "apa argumentnya". atau "apa maksudnya?" setelah itu baru memberikan nilai sesuai kaidah berpikir yang benar.
anda benar. seharusnya saya menggunakan ilmu logika untuk memahami maksud orang lain, bukan sebagai alat untuk berusaha "memaksa orang lain" mengerti.
tetapi, di sini saya sekedar ingin tahu, "adakah yang dapat memahami persoalan ini?"
pertanyaan aye gak dijawab ;D
Quote from: hatRed on 08 December 2009, 02:14:07 PM
Mama Deva19 adalah mamalia
mamalia adalah hewan menyusui
Mama Deva19 adalah hewan menyusui :| <--- benar juga loh secara sintaksis
Q : secara ilmiah ?
aye gak spoiler deh
Quote from: hatred
Mama Deva19 adalah mamalia
mamalia adalah hewan menyusui
Mama Deva19 adalah hewan menyusui Straightface <--- benar juga loh secara sintaksis
Q : secara ilmiah ?
salah secara ilmiah
Quote from: deva19
tentu saja saya mencari kebenaran yang sebenarnya.
tetapi saya harus tahu, dari mana dan dari siapa saya mencari kebenaran yang sebenarnya. pertama-tama saya akan bertanya dulu kepada anda. berapa 2 + 2? dan bila anda menjawab 5, maka saya bertanya kenapa? bila anda penjelasan yang masuk akal, maka saya tidak ragu bertanya tentang kebenaran ilmiah dari anda. tapi bila tidak ada penjelasan apapun, itu berarti saya tidak akan mencari kebnaran ilmiah dari anda. kenapa? karena bila secara logic saja anda salah di dalam berpikir, maka bagaimana suatu kebenaran ilmiah dapat dikomunikasikan dengan baik di dalam kesimpulan-kesimpulan? kecuali apabila dalam kehidupan bermasyarakat kita ini terbebas dari kesimpulan-kesimpulan, maka tidak diperlukan sama sekali "logika ilmiah" atau "logika lainnya". tetapi faktanya, dalam kehidupan bermasyarakat, kita tidak dapat lepas dari kesimpulan-kesimpulan logic. jadi, melalui kebenaran logic itulah saya menyelidiki kebenaran ilmiah.
Pertanyaan saya cuma 1
Jika sudah diteliti orang dan terbukti kebenaran ilmiahnya, seperti fatamorgana memang ada, dan 2+2 = 4.
Pertanyaannya : Apakah perlu kita menghabiskan waktu untuk bertanya kenapa 2+2 = 5 ?
Paham kan ? Tolong dimengerti konteks nya ? Kalau semua nya bertanya.. kapan Anda akan bertindak ?
Gunakan juga KECERDASAN dalam BERTINDAK
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:06:13 PM
Quote from: hatred
Mama Deva19 adalah mamalia
mamalia adalah hewan menyusui
Mama Deva19 adalah hewan menyusui Straightface <--- benar juga loh secara sintaksis
Q : secara ilmiah ?
salah secara ilmiah
Yakin? Bagaimana yang benar secara ilmiah?
Quote from: Kainyn_Kutho on 08 December 2009, 03:08:42 PM
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:06:13 PM
Quote from: hatred
Mama Deva19 adalah mamalia
mamalia adalah hewan menyusui
Mama Deva19 adalah hewan menyusui Straightface <--- benar juga loh secara sintaksis
Q : secara ilmiah ?
salah secara ilmiah
Yakin? Bagaimana yang benar secara ilmiah?
yang benar secara ilmiah ---> deva19 adalah manusia
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:06:13 PM
Quote from: hatred
Mama Deva19 adalah mamalia
mamalia adalah hewan menyusui
Mama Deva19 adalah hewan menyusui Straightface <--- benar juga loh secara sintaksis
Q : secara ilmiah ?
salah secara ilmiah
Nah.. kita langsung ambil konklusi..
Muhammad adalah manusia
manusia adalah Buddha
Muhammad adalah Buddha.. benar secara logika (ok deh.. saya terima)
tapi salah secara Ilmiah jika dipandang dari sudut Buddhisme.
Jelas ?
bukan salah secara sudut pandang buddhisme, secara umum salah, karena bakal ada pertanyaan lanjutan Buddha = ?
Quote from: Forte on 08 December 2009, 03:07:51 PM
Quote from: deva19
tentu saja saya mencari kebenaran yang sebenarnya.
tetapi saya harus tahu, dari mana dan dari siapa saya mencari kebenaran yang sebenarnya. pertama-tama saya akan bertanya dulu kepada anda. berapa 2 + 2? dan bila anda menjawab 5, maka saya bertanya kenapa? bila anda penjelasan yang masuk akal, maka saya tidak ragu bertanya tentang kebenaran ilmiah dari anda. tapi bila tidak ada penjelasan apapun, itu berarti saya tidak akan mencari kebnaran ilmiah dari anda. kenapa? karena bila secara logic saja anda salah di dalam berpikir, maka bagaimana suatu kebenaran ilmiah dapat dikomunikasikan dengan baik di dalam kesimpulan-kesimpulan? kecuali apabila dalam kehidupan bermasyarakat kita ini terbebas dari kesimpulan-kesimpulan, maka tidak diperlukan sama sekali "logika ilmiah" atau "logika lainnya". tetapi faktanya, dalam kehidupan bermasyarakat, kita tidak dapat lepas dari kesimpulan-kesimpulan logic. jadi, melalui kebenaran logic itulah saya menyelidiki kebenaran ilmiah.
Pertanyaan saya cuma 1
Jika sudah diteliti orang dan terbukti kebenaran ilmiahnya, seperti fatamorgana memang ada, dan 2+2 = 4.
Pertanyaannya : Apakah perlu kita menghabiskan waktu untuk bertanya kenapa 2+2 = 5 ?
Paham kan ? Tolong dimengerti konteks nya ? Kalau semua nya bertanya.. kapan Anda akan bertindak ?
Gunakan juga KECERDASAN dalam BERTINDAK
tetapi kenyataannya di dunia ini banyak yang membuat pernyataan pernyatan logic seperti 2+2 = 5. atau 1+1=3. 8 x 3 = 23. "semua perang itu kamma buruk", "setiap membunuh itu kusala kamma". "setiap kemarahan adalah musuh kesadaran". "setiap kebencian mengotori batin". sedangkan saya bukan orang yang saat ini "dapat melihat" fakta ilmiah dari pernyataan-pernyataan orang tersebut. tetapi orang yang sudah melihat "fakta ilmiah tersebut" berbuat seolah-olah lawan bicaranya juga "sama melihat" sehingga menjelaskan sesuatu yang orang lain tidak dapat mengerti.
sebagai contoh, di kaum muslim, hampir 90 % musim menganggap bahwa setiap non muslim adlaah kafir. ini adalah suatu kesimpulan. karena di dalam alQuran tidak pernah disebutkan bahwa setiap non muslim adalah kafir. akibat dari kesalahan penyimpulan tersebut, muncul rasa kebencian dan permusuhan terhadap umat non muslim. tetapi sesungguhnya itu adalah kesimpulan yang salah. jika saya mengujinya dengan norma-norma berpikir logic, maka jelas sekali letak kesalahan penyimpulannya. dari contoh ini, kita dapat dapat mengambil pelajaran bahwa "bukan kesalahan berpikir ilmiah" yang menyebabkan sekelompok orang salah langkah, melainkan "kesalahan berpikir logic". dan oleh karena itu, meluruskan kesalahan berpikir adalah sesuatu yang sangat penting.
Quote from: Forte on 08 December 2009, 03:12:18 PM
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:06:13 PM
Quote from: hatred
Mama Deva19 adalah mamalia
mamalia adalah hewan menyusui
Mama Deva19 adalah hewan menyusui Straightface <--- benar juga loh secara sintaksis
Q : secara ilmiah ?
salah secara ilmiah
Nah.. kita langsung ambil konklusi..
Muhammad adalah manusia
manusia adalah Buddha
Muhammad adalah Buddha.. benar secara logika (ok deh.. saya terima)
tapi salah secara Ilmiah jika dipandang dari sudut Buddhisme.
Jelas ?
jelas
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:20:24 PM
Quote from: Forte on 08 December 2009, 03:12:18 PM
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:06:13 PM
Quote from: hatred
Mama Deva19 adalah mamalia
mamalia adalah hewan menyusui
Mama Deva19 adalah hewan menyusui Straightface <--- benar juga loh secara sintaksis
Q : secara ilmiah ?
salah secara ilmiah
Nah.. kita langsung ambil konklusi..
Muhammad adalah manusia
manusia adalah Buddha
Muhammad adalah Buddha.. benar secara logika (ok deh.. saya terima)
tapi salah secara Ilmiah jika dipandang dari sudut Buddhisme.
Jelas ?
jelas
dan kebenaran Ilmiah dari Sudut Buddhisme itulah yang benar..
JADI DENGAN INI, Anda sudah setuju bahwa Nabi Muhammad bukanlah Buddha dari sisi kebenaran sejati
Namun menjadi urusan Anda, kalau Anda ingin bermain Buddha2an ya monggo saja.. :)
Sekian dan Terima kasih :D
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:06:13 PM
Quote from: hatred
Mama Deva19 adalah mamalia
mamalia adalah hewan menyusui
Mama Deva19 adalah hewan menyusui Straightface <--- benar juga loh secara sintaksis
Q : secara ilmiah ?
salah secara ilmiah
:| yg mana yah salahnya?
Quote from: forte
dan kebenaran Ilmiah dari Sudut Buddhisme itulah yang benar..
JADI DENGAN INI, Anda sudah setuju bahwa Nabi Muhammad bukanlah Buddha dari sisi kebenaran sejati
Namun menjadi urusan Anda, kalau Anda ingin bermain Buddha2an ya monggo saja.. Smiley
Sekian dan Terima kasih
saya bukan ingin bermain budha-budhaan.
dalam soal "nabi muhammad adalah budha" dan "nabi muhammad bukan budha", persoalan menjadi jelas. sehingga tidak ada hal yang perlu diperdebatkan lagi.
nah, ini hanyalah secuil contoh, bagaimana suatu "pertentangan" dapat diselesaikan? yaitu dengan "mempertegas kejelasan". karena sumber kebenaran adalah kejelasan.
bukan soal "nabi muhammad" itu yang ingin saya diskusikan. itu cuma contoh. yang ingin saya diskusikan adalah diantaranya "setiap sex menghalangi kesucian". bila ini menjadi keyakinan umum umat budhis, maka saya akan menyelidiki kejelasannya, sehingga sampai kepada kondisi "tidak perlu berdebat" lagi, karna kjelasan sudah jelas.
seorang umat budhist berkata kepada saya bahwa dirinya pesimis untuk bisa mencapai Jhana-jhana, karena memiliki hasrat sex yang kuat terhadap istrinya.
jika saya sang Budha pernah berkata, bahwa "setiap sex itu menghalangi pencapaian Jhana-jhana", maka keyakinan umat tersebut berarti merupakan kebenaran ilmiah. tapi bila sang Budha tidak pernah menyatakan demikian, berarti harus ditanyakan kejelasan asal-usul pemikiran tersebut, dari mana asalnya? apakah ada bikhu lain yang menyatakan demikian ataukah itu berdasarkan kesimpulan-kesimpulan. jika berdasarkan kesimpulan-kesimpulan, berarti harus tunduk pada norma-norma pnyimpulan, yaitu ilmu logika.
mudah-mudahan dapat difahami.
Quote from: hatRed on 08 December 2009, 03:31:29 PM
:| yg mana yah salahnya?
Karena menurut Deva19, manusia bukan primata, tetapi spesies eksklusif (yang mungkin diciptakan menurut rupa pihak tertentu).
Quote from: hatRed on 08 December 2009, 03:31:29 PM
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:06:13 PM
Quote from: hatred
Mama Deva19 adalah mamalia
mamalia adalah hewan menyusui
Mama Deva19 adalah hewan menyusui Straightface <--- benar juga loh secara sintaksis
Q : secara ilmiah ?
salah secara ilmiah
:| yg mana yah salahnya?
sebagaimana saya katakan, untuk mengetahui kebenaran ilmiah, orang harus keluar dari diskusi dan perdebatan untuk menyelidiki secara langsung. selama orang berkutat di dalam konsep-konsep, berarti dia masih menggunakan logika. pertanyaan sdr. hatred tersebut mendorong dirinya dan lawan diskusinya untuk berpikir logic, bukan untuk menyelidiki secara ilmiah. kalau memang ingin menyelidiki secara ilmiah, maka anda harus datang ke sini untuk melihat bahwa user Deva19 adalah manusia.
tetapi dengan logika, membuat orang tidak perlu repot-repot pergi ke sini untuk melihat langsung. karena Deva19 diskusi di forum, dan setiap yang diskusi di forum itu pasti manusia, maka deva19 itu pastilah manusia. argumentasi pertama = ilmiah. argumentasi kedua=ilmiah. maka kesimpulannya disebut logika ilmiah.
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:34:34 PM
Quote from: forte
dan kebenaran Ilmiah dari Sudut Buddhisme itulah yang benar..
JADI DENGAN INI, Anda sudah setuju bahwa Nabi Muhammad bukanlah Buddha dari sisi kebenaran sejati
Namun menjadi urusan Anda, kalau Anda ingin bermain Buddha2an ya monggo saja.. Smiley
Sekian dan Terima kasih
saya bukan ingin bermain budha-budhaan.
dalam soal "nabi muhammad adalah budha" dan "nabi muhammad bukan budha", persoalan menjadi jelas. sehingga tidak ada hal yang perlu diperdebatkan lagi.
nah, ini hanyalah secuil contoh, bagaimana suatu "pertentangan" dapat diselesaikan? yaitu dengan "mempertegas kejelasan". karena sumber kebenaran adalah kejelasan.
bukan soal "nabi muhammad" itu yang ingin saya diskusikan. itu cuma contoh. yang ingin saya diskusikan adalah diantaranya "setiap sex menghalangi kesucian". bila ini menjadi keyakinan umum umat budhis, maka saya akan menyelidiki kejelasannya, sehingga sampai kepada kondisi "tidak perlu berdebat" lagi, karna kjelasan sudah jelas.
seorang umat budhist berkata kepada saya bahwa dirinya pesimis untuk bisa mencapai Jhana-jhana, karena memiliki hasrat sex yang kuat terhadap istrinya.
jika saya sang Budha pernah berkata, bahwa "setiap sex itu menghalangi pencapaian Jhana-jhana", maka keyakinan umat tersebut berarti merupakan kebenaran ilmiah. tapi bila sang Budha tidak pernah menyatakan demikian, berarti harus ditanyakan kejelasan asal-usul pemikiran tersebut, dari mana asalnya? apakah ada bikhu lain yang menyatakan demikian ataukah itu berdasarkan kesimpulan-kesimpulan. jika berdasarkan kesimpulan-kesimpulan, berarti harus tunduk pada norma-norma pnyimpulan, yaitu ilmu logika.
mudah-mudahan dapat difahami.
wuokeh..
sekedar input buat Anda..
jika mengeluarkan statement.. buatlah yang dari pernyataan ilmiah yang benar..
memulai suatu statement dari pernyataan yang sifatnya opini hanya akan berakhir seperti ini..
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:39:14 PM
sebagaimana saya katakan, untuk mengetahui kebenaran ilmiah, orang harus keluar dari diskusi dan perdebatan untuk menyelidiki secara langsung. selama orang berkutat di dalam konsep-konsep, berarti dia masih menggunakan logika. pertanyaan sdr. hatred tersebut mendorong dirinya dan lawan diskusinya untuk berpikir logic, bukan untuk menyelidiki secara ilmiah. kalau memang ingin menyelidiki secara ilmiah, maka anda harus datang ke sini untuk melihat bahwa user Deva19 adalah manusia.
tetapi dengan logika, membuat orang tidak perlu repot-repot pergi ke sini untuk melihat langsung. karena Deva19 diskusi di forum, dan setiap yang diskusi di forum itu pasti manusia, maka deva19 itu pastilah manusia. argumentasi pertama = ilmiah. argumentasi kedua=ilmiah. maka kesimpulannya disebut logika ilmiah.
Sekadar info, dalam ilmu biologi, manusia masuk ke dalam kingdom "animalia" dan jika anda belum tahu, Biologi itu ilmiah.
lol, cara memberi penjelasan yg buruk :P
anda harus mencontoh bro hatred, dalam memberikan penjelasan :P
hal simple jgn buat rumit
Quote from: Kainyn_Kutho on 08 December 2009, 03:51:47 PM
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:39:14 PM
sebagaimana saya katakan, untuk mengetahui kebenaran ilmiah, orang harus keluar dari diskusi dan perdebatan untuk menyelidiki secara langsung. selama orang berkutat di dalam konsep-konsep, berarti dia masih menggunakan logika. pertanyaan sdr. hatred tersebut mendorong dirinya dan lawan diskusinya untuk berpikir logic, bukan untuk menyelidiki secara ilmiah. kalau memang ingin menyelidiki secara ilmiah, maka anda harus datang ke sini untuk melihat bahwa user Deva19 adalah manusia.
tetapi dengan logika, membuat orang tidak perlu repot-repot pergi ke sini untuk melihat langsung. karena Deva19 diskusi di forum, dan setiap yang diskusi di forum itu pasti manusia, maka deva19 itu pastilah manusia. argumentasi pertama = ilmiah. argumentasi kedua=ilmiah. maka kesimpulannya disebut logika ilmiah.
Sekadar info, dalam ilmu biologi, manusia masuk ke dalam kingdom "animalia" dan jika anda belum tahu, Biologi itu ilmiah.
jika demikian, berarti anda ingin melanjutkan ke perdebatan logic. sebagaimana saya katakan, sealam berkutat di dalam konsep-konsep atau kata-kata, itu berarti berkutat di dalam logika atau logika ilmiah. untuk mengetahui kebenaran ilmiah yang sebenarnya, orang harus berhenti bicara dan mulai masuk ke laboratorium, untuk melihat kejadian kejadian ilmaih secara langsung. ketika ilmuwan keluar dari lab dan menjelaskan temuannya, maka ia menjelaskan dengan "logika ilmiah".
Quote from: The Ronald on 08 December 2009, 03:56:17 PM
lol, cara memberi penjelasan yg buruk :P
anda harus mencontoh bro hatred, dalam memberikan penjelasan :P
hal simple jgn buat rumit
ini adalah contoh postingan yang memancing orang untuk berpikir logic. dari sini seharusnya kita belajar bahwa manusia tidak dapat terhindar dari "diskusi logic" oleh karena itu "undang-undang berpikir" harus ditegakan.
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:57:51 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 08 December 2009, 03:51:47 PM
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:39:14 PM
sebagaimana saya katakan, untuk mengetahui kebenaran ilmiah, orang harus keluar dari diskusi dan perdebatan untuk menyelidiki secara langsung. selama orang berkutat di dalam konsep-konsep, berarti dia masih menggunakan logika. pertanyaan sdr. hatred tersebut mendorong dirinya dan lawan diskusinya untuk berpikir logic, bukan untuk menyelidiki secara ilmiah. kalau memang ingin menyelidiki secara ilmiah, maka anda harus datang ke sini untuk melihat bahwa user Deva19 adalah manusia.
tetapi dengan logika, membuat orang tidak perlu repot-repot pergi ke sini untuk melihat langsung. karena Deva19 diskusi di forum, dan setiap yang diskusi di forum itu pasti manusia, maka deva19 itu pastilah manusia. argumentasi pertama = ilmiah. argumentasi kedua=ilmiah. maka kesimpulannya disebut logika ilmiah.
Sekadar info, dalam ilmu biologi, manusia masuk ke dalam kingdom "animalia" dan jika anda belum tahu, Biologi itu ilmiah.
jika demikian, berarti anda ingin melanjutkan ke perdebatan logic. sebagaimana saya katakan, sealam berkutat di dalam konsep-konsep atau kata-kata, itu berarti berkutat di dalam logika atau logika ilmiah. untuk mengetahui kebenaran ilmiah yang sebenarnya, orang harus berhenti bicara dan mulai masuk ke laboratorium, untuk melihat kejadian kejadian ilmaih secara langsung. ketika ilmuwan keluar dari lab dan menjelaskan temuannya, maka ia menjelaskan dengan "logika ilmiah".
Jadi selama ini ilmuwan Biologi hanya bermain konsep atau kata-kata tidak pernah langsung ke laboratorium ataupun melihat dunia secara langsung, maka mereka menggolongkan manusia ke dalam Animalia-Mamalia-Primata. Kalau sudah berhenti bicara, ke laboratorium, dan menyelidiki langsung, barulah tahu bahwa manusia itu secara ilmiah, berbeda dengan primata. Sungguh "logika" yang luar biasa. Bagaikan merobohkan apa yang tegak, memadamkan lampu agar orang yang tadinya melihat menjadi tidak melihat.
Cukup sekian, terima kasih.
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:39:14 PM
Quote from: hatRed on 08 December 2009, 03:31:29 PM
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:06:13 PM
Quote from: hatred
Mama Deva19 adalah mamalia
mamalia adalah hewan menyusui
Mama Deva19 adalah hewan menyusui Straightface <--- benar juga loh secara sintaksis
Q : secara ilmiah ?
salah secara ilmiah
:| yg mana yah salahnya?
sebagaimana saya katakan, untuk mengetahui kebenaran ilmiah, orang harus keluar dari diskusi dan perdebatan untuk menyelidiki secara langsung. selama orang berkutat di dalam konsep-konsep, berarti dia masih menggunakan logika. pertanyaan sdr. hatred tersebut mendorong dirinya dan lawan diskusinya untuk berpikir logic, bukan untuk menyelidiki secara ilmiah. kalau memang ingin menyelidiki secara ilmiah, maka anda harus datang ke sini untuk melihat bahwa user Deva19 adalah manusia.
tetapi dengan logika, membuat orang tidak perlu repot-repot pergi ke sini untuk melihat langsung. karena Deva19 diskusi di forum, dan setiap yang diskusi di forum itu pasti manusia, maka deva19 itu pastilah manusia. argumentasi pertama = ilmiah. argumentasi kedua=ilmiah. maka kesimpulannya disebut logika ilmiah.
Mama deva19 adalah Mamalia <--- ilmiah bukan?
Mamalia adalah hewan menyusui <--- ilmiah bukan?
Mama deva19 adalah hewan menyusui.
dalam logika salah gak ?
premis2 tersebut secara logika benar gak?
premis2 tersebut secara ilmiah benar gak?
"jangan jadi koki yg gak makan masakannya sendiri " :P weeeee
Setiap kata-kata adalah merupakan objek logika. oleh karena itu, apapun yang dikatakan, maka itu merupakan objek dari kajian ilmu logika. apabila dengan menggunakan kata-kata, berarti harus tunduk pada norma-norma logika. tetapi, bila hendak melihat kebenaran ilmiah, kita harus meihat kepada makna di balik kata-kata.
deva19 adalah hewan mamalia. <---- ini salah secara ilmiah, jika di dalam ilmu sosial manusia tidak digolongkan kepada hewan. kecuali bila disiplin ilmu ilmiah tersebut "hanya dibatasi" pada ilmu biologi. maka benar, bahwa manusia adalah hewan mamalia, dan benar bahwa deva19 adalah hewan mamalia. tetapi faktnya, ilmu yang termasuk ilmiah bukan hanya biologi, melainkan juga psikologi, ilmu sosial, politik, antropologi, dll. dalam ilmu sosial ataupun psikologi, jelas manusia tidak pernah digolongkan sebagai hewan mamalia.
Quote from: hatred
Mama deva19 adalah Mamalia <--- ilmiah bukan?
Mamalia adalah hewan menyusui <--- ilmiah bukan?
Mama deva19 adalah hewan menyusui.
dalam logika salah gak ?
premis2 tersebut secara logika benar gak?
premis2 tersebut secara ilmiah benar gak?
benar secara logika dan salah secara ilmiah.
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:59:08 PM
Quote from: The Ronald on 08 December 2009, 03:56:17 PM
lol, cara memberi penjelasan yg buruk :P
anda harus mencontoh bro hatred, dalam memberikan penjelasan :P
hal simple jgn buat rumit
ini adalah contoh postingan yang memancing orang untuk berpikir logic. dari sini seharusnya kita belajar bahwa manusia tidak dapat terhindar dari "diskusi logic" oleh karena itu "undang-undang berpikir" harus ditegakan.
semua diskusi disini make logic, ... bro deva harusnya tau tipe2 logic..
komputer logic... di pakai dalam bahasa program
matematika logic dipakai, dalam perhitungan aritmatika
symbol logic, di pakai untuk hal2 tertentu, jelas bukan di sini
logic yg biasa terpakai adalah natural logic
di forum
logic yg paling dasar memahami maksud tulisan seseorg
logic yg paling dasar memikirkan apa yg akan di tulis
btw, aye gak bermaksud untuk menjelek2an emak e loh om deva19 ;D
cuman mo melihat aja, apa e ndiri sudah bisa berpikir logika apa lum ;D
terbukti dengan "sentilan2" emosional aja anda sudah menyangkal hukum logika yg sebelumnya anda junjung tinggi, hanya sekedar karena gak sesuai dengan perasaan anda.
padahal anda sebelumnya dengan implisit menyuruh rekan2 disini untuk lebih berpikir dalam pola logika, dibanding dengan nalar
aneh, sungguh aneh
Quote from: hatRed on 08 December 2009, 04:26:59 PM
btw, aye gak bermaksud untuk menjelek2an emak e loh om deva19 ;D
cuman mo melihat aja, apa e ndiri sudah bisa berpikir logika apa lum ;D
terbukti dengan "sentilan2" emosional aja anda sudah menyangkal hukum logika yg sebelumnya anda junjung tinggi, hanya sekedar karena gak sesuai dengan perasaan anda.
padahal anda sebelumnya dengan implisit menyuruh rekan2 disini untuk lebih berpikir dalam pola logika, dibanding dengan nalar
aneh, sungguh aneh
saya tidak menyangkal hukum logika. kapan dan dimana saya menyangkal hukum logika. logika yang anda kemukakan tersebut saya sebut sebagai "logika yang benar", tetapi proposisinya salah. kecuali bila anda tidak bertanya tentang ilmiah, maka tentu saya tidak akan menybut bahwa proposisi tersebut salah.
lalu kenapa menyangkal dengan pernyataan logika :D
pada intinya, setiap "kata" apapun dapat ditafsirkan secara berbeda, secara bebas oleh setiap orang. karena setiap orang memiliki kehendak bebas dan persepsi yang berbeda-beda.
saya sudah menjelaskan norma pertama dari 19 norma logika, yakni AAA:
A itu B
B itu C
jadi A itu C
saya mengerti kaidah ini, mereka juga mengerti kaidah ini.
walaupun saya dengan mereka sama-sama menggunakan kaidah yang sama, tapi pertentangan masih tetap terjadi, karena mereka selalu saja mencampurkan antara logika dengan ilmiah.
mereka mengetahui fakta ilmiah, lalu melogikakan fakta ilmiah tersebut.
seperti dikatakan :
dalam ilmu biologi manusia itu termasuk hewan mamalia. --->kebenaran ilmiah
ibumu adalah manusia --->kebenaran ilmiah
jadi ibumu itu hewan mamalia. --->kebenaran logika.
ketika orang menganggap pernyataan terakhir tersebut sebagai kebenaran ilmiah, maka ini merupakan "kekacauan cara berpikir mereka". karena di dalam ilmu biologi sekalipun tidak pernah disebut bahwa "ibumu itu hewan mamalia" tetapi manusia itulah hewan mamalia.
oleh karena itu pernyataan "ibumu itu hewan mamalia" hanya bisa disebut "kebenaran logika" dan tidak dapat disebut "kebenaran ilmiah".
ketika bermeditasi, ketika perhatian di arahkan pada keluar masuknya nafas, maka pikiran menyentuh fakta alamiah. di situ yang terjadi hanya proses menyadari dan tidak ada proses berpikir logic, serta benar-benar bebas dari pertentangan konsep. dengan cara seperti itu perlahan-lahan pikiran menjadi suci.
berbagai macam persepsi dapat bermunculan, ketika seseorang berusaha memusatkan perhatiannya ke arah nafas. persepsi-persepsi ini yang merupakan cikal bakal dari "berpikir".
dengan vitaka, vicara, akhirnya pikiran masuk ke dalam kondisi ekagata serta menemukan realitas yang bnar-benar diluar jangkauan "produk berpikir". di situ ada kebenaran. seandainya semua manusia berhenti berdebat dan memulai meihat kebenaran-kebenaran yang ada di dalam diri sendiri, maka tentulah dunia lebih damai. tetapi manusia tidak dapat berhenti berdebat. mereka selalu saja terdorong untuk diskusi dan berdebat, mncari kebenaran-kebenaran produk pikiran.
segala norma-norma logika terbuang bgitu saja, saat kebenaran di dalam diri terlihat. karna bagaimana norma-norma itu mau digunakan, toh di sana tidak ada lagi logika, tetapi ada fakta.
semua kebenaran logic, akhirnya dilepaskan. tidak ada lagi pikiran tentang "apa itu manusia" atau "apakah itu dhamma", tetapi manusia telah dilihat sebagaimana dhamma juga telah dilihat.
keadaan ini lalu di ungkapkan melalui kata-kata
manusia telah dilihat
dhamma telah dilihat
lalu orang lain akan menyimpulkan : manusia itu dhamma.
apakah begitu?
sementara kita diam, karena tidak tahu apakah itu penyimpulan yang benar ataukah salah.
hanya bila kita mengerti norma-norma penyimpulan yang benar, maka kita akan dapat melihat apakah syah atau tidak syah bentuk penyempulan seperti itu.
g memang terlahir di dalam keluarga buddhis, tapi dalam perjalanan sekolah g sdh merasakan sekolah ka****k dan negeri, disitu g ikut belajar agama selain buddha... waktu di negeri pun ketika ada pelajaran agama islam... g kadang ada di dalam kelas.... jd sedikit2 g tau ajaran agama lain.... tapi menurut g cuma agama buddha yang memberika logika, ilmiah, dan tentunya bukti... tidak hanya berdasarkan cerita2 semata dan tidak mencoba meyakinkan umatnya dengan memainkan rasa takut para umatnya.... seperti apabila tidak yakin maka akan masuk neraka... menurut g itu seperti sebuah pemaksaan yang membodohi masyarakat... apa lagi klo agama buddha yang tidak memonopoli surga... yg lain seperti menyombongkan diri bahwa hanya agama merekalah yg dapat masuk ke surga......... berartikan agama buddha tidak menyombongkan diri dan bersikap terbuka.... karena agama buddha mengetahui penyebab sebenarnya seseorang dapat terlahir di alam yg bahagia.....
Quoteg memang terlahir di dalam keluarga buddhis, tapi dalam perjalanan sekolah g sdh merasakan sekolah ka****k dan negeri, disitu g ikut belajar agama selain buddha... waktu di negeri pun ketika ada pelajaran agama islam... g kadang ada di dalam kelas.... jd sedikit2 g tau ajaran agama lain....
wek kok mirip aku... jgn2 kmu itu aku?
suatu kesimpulan itu bisa benar, bisa pula salah. penganut emprisme,merka menghindari kesimpulan-kesimpulan agar terhindar dari kesalahan berpikir. segala sesuatu harus berdasarkan pengalaman langsung. semangat mereka terarah kepada "penyelidikan langsung", tidak banyak bicara, tapi banyak bekerja.
para pemikir logic menyimpulkan segala sesuatu yang ditemuinya. semangat mereka kepada "berpikir", melekat kuat pada diskusi dan perdebatan. lebih banyak duduk diam, untuk membangun kekuatan konsentrasi. ketika konsentrasi terbentuk, maka daya berpikirnya diarahkan kepada renungna-renungan dan filsafat. sedikit bekerja dan banyak bicara.
manakah yang lebih baik?
^
^
anda bertanya karena tidak tahu ? atau udah tau ?
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:19:46 PM
Quote from: Forte on 08 December 2009, 03:07:51 PM
Quote from: deva19
tentu saja saya mencari kebenaran yang sebenarnya.
tetapi saya harus tahu, dari mana dan dari siapa saya mencari kebenaran yang sebenarnya. pertama-tama saya akan bertanya dulu kepada anda. berapa 2 + 2? dan bila anda menjawab 5, maka saya bertanya kenapa? bila anda penjelasan yang masuk akal, maka saya tidak ragu bertanya tentang kebenaran ilmiah dari anda. tapi bila tidak ada penjelasan apapun, itu berarti saya tidak akan mencari kebnaran ilmiah dari anda. kenapa? karena bila secara logic saja anda salah di dalam berpikir, maka bagaimana suatu kebenaran ilmiah dapat dikomunikasikan dengan baik di dalam kesimpulan-kesimpulan? kecuali apabila dalam kehidupan bermasyarakat kita ini terbebas dari kesimpulan-kesimpulan, maka tidak diperlukan sama sekali "logika ilmiah" atau "logika lainnya". tetapi faktanya, dalam kehidupan bermasyarakat, kita tidak dapat lepas dari kesimpulan-kesimpulan logic. jadi, melalui kebenaran logic itulah saya menyelidiki kebenaran ilmiah.
Pertanyaan saya cuma 1
Jika sudah diteliti orang dan terbukti kebenaran ilmiahnya, seperti fatamorgana memang ada, dan 2+2 = 4.
Pertanyaannya : Apakah perlu kita menghabiskan waktu untuk bertanya kenapa 2+2 = 5 ?
Paham kan ? Tolong dimengerti konteks nya ? Kalau semua nya bertanya.. kapan Anda akan bertindak ?
Gunakan juga KECERDASAN dalam BERTINDAK
tetapi kenyataannya di dunia ini banyak yang membuat pernyataan pernyatan logic seperti 2+2 = 5. atau 1+1=3. 8 x 3 = 23. "semua perang itu kamma buruk", "setiap membunuh itu kusala kamma". "setiap kemarahan adalah musuh kesadaran". "setiap kebencian mengotori batin". sedangkan saya bukan orang yang saat ini "dapat melihat" fakta ilmiah dari pernyataan-pernyataan orang tersebut. tetapi orang yang sudah melihat "fakta ilmiah tersebut" berbuat seolah-olah lawan bicaranya juga "sama melihat" sehingga menjelaskan sesuatu yang orang lain tidak dapat mengerti.
sebagai contoh, di kaum muslim, hampir 90 % musim menganggap bahwa setiap non muslim adlaah kafir. ini adalah suatu kesimpulan. karena di dalam alQuran tidak pernah disebutkan bahwa setiap non muslim adalah kafir. akibat dari kesalahan penyimpulan tersebut, muncul rasa kebencian dan permusuhan terhadap umat non muslim. tetapi sesungguhnya itu adalah kesimpulan yang salah. jika saya mengujinya dengan norma-norma berpikir logic, maka jelas sekali letak kesalahan penyimpulannya. dari contoh ini, kita dapat dapat mengambil pelajaran bahwa "bukan kesalahan berpikir ilmiah" yang menyebabkan sekelompok orang salah langkah, melainkan "kesalahan berpikir logic". dan oleh karena itu, meluruskan kesalahan berpikir adalah sesuatu yang sangat penting.
Saudara Dewa19 yang baik,
Mungkin pernyataannya ada disini, saya belum lihat semua sih, coba di periksa dulu..
[spoiler]
[/spoiler]
ASSIIKK!! Ada pelajaran Logika lagi akhirnya di forum ini ^^
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 08:05:29 AM
Quote from: Jerry on 07 December 2009, 10:14:15 PM
ah para filsuf, ahli debat dan ahli logika yg berpikir logic pun masih ngga mencapai kesucian. tanya kenapa?
hal itu betul.
seorang yang dapat berpikir logic, bisa jadi tidak dapat mencapai kesucian selama nivarana dan kekotoran-kekotran lainnya terkandung di dalam batinnya. ilmu logika bukan ilmu untuk "mensucikan batin", tetapi untuk berpikir tepat.
sedangkan, sebagian orang yang berusaha ingin mencapai kesucian, menjadi tidak dapat mencapai kesucian karena dia "tersesat" di dalam berpikir.
setuju deh.. memang berpikir tepat itu membantu koq. dan jika orang senantiasa berusaha mengembangkan samadhi secara benar, hal itu akan memberi feedback kembali pada pola berpikirnya agar menjadi benar. lihat saja guru2 meditator, adakah yg pemikirannya penuh fallacy? meski mereka tidak belajar ilmu logika. eh iya, lupa kalo Bro Deva19 lom pernah jumpa secara langsung. jadi wajar kalo masih meragukan, tp kalo blom pernah jumpa jangan lsg menjudge spt yg di bold ok? ;)
deva19 : Semua agama mengajarkan pentingnya menahan nafsu amarah.
Sebenarnya selain agama Buddha, agama lainpun dpt meredam kemarahan sama baiknya. Asalkan user harus benar2 takut akan yg DIATAS.
Kalau user masih marah, berarti dia tidak takut sama yg Diatas.
contoh logika :
Sewaktu harimau mengaung dan ingin menerkam user, apakah user marah? ohhh tidak. tidak ada waktu untuk marah. karna user takut sekali sama harimau, takut digigit. sedikit salah tingkah aja udah bisa menjadi fatal (meninggal)...
semoga posting inipun tidak menimbulkan KEMARAHAN... ;D ;D
Jadi orang bisa marah karna tidak TAKUT. (gak takut sama TUHAN)
:))
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 10:00:40 AM
Quote from: johan3000 on 08 December 2009, 08:38:58 AM
Dalam hal memilih agama, secara umum, dan dari dulu s/d sekarang.... adalah tidak LOGIS..............
pemilihan berkisar :
1. dari ortu, keluarga, famili, dst
2. dari sekolah dimana anak belajar
3. dari lingkungan tempat tinggalnya...
4. dari pacar (pasangan)....
dst
kenapa beli sepeda motor aja kita bandingkan, lihat spec, bahkan dinaikin, dicoba buat gonceng berduaan dulu... dst...
tanya sini sana, nyoba sini sana, baca brochure sini sana..
barulah akhirnya membeli.... itupun boleh KREDIT....
dalam hal memilih agama tidak begitu.
Jadi udah sejak dulu sampai sekarang...."berpikir logik" telah dikalahkan secara umum....., padahal memilih agama jauh lebih penting dari pada memilih speda motor... =))
mungkin begitu........
tetapi fungsi ilmu logika, bukanlah untuk membuat seseorang memilih dengan tepat sepeda motor mana yang harus dipilih dan dibeli. tetapi untuk membuat syllogisme yang tepat dari dua buah pernyataan yang memiliki kesamaan variabel.
Judul topiknya bro Deva19... kan
Mengapa Aku Memilih Agama Budha (menjelaskan pemilihan)...
bukan
membuat syllogisme yang tepat dari dua buah pernyataan yang memiliki kesamaan variabel. :P :P :P mohon pejelasan yg logis bro... :)) :))
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 04:47:07 PM
pada intinya, setiap "kata" apapun dapat ditafsirkan secara berbeda, secara bebas oleh setiap orang. karena setiap orang memiliki kehendak bebas dan persepsi yang berbeda-beda.
saya sudah menjelaskan norma pertama dari 19 norma logika, yakni AAA:
A itu B
B itu C
jadi A itu C
saya mengerti kaidah ini, mereka juga mengerti kaidah ini.
^
^ :)) :)) :)) itu rumus Silogismee :)) :)) :))
klo premis umum berisi kalimat negatif, premis khusus bersifat positif maka kesimpulan sah :))
klo premis umum negatif, dan premis khusus negatif, maka kesimpulan tdk sahh... :))
rumus di pelajaran bahasaa... :P :P :P
Quote
walaupun saya dengan mereka sama-sama menggunakan kaidah yang sama, tapi pertentangan masih tetap terjadi, karena mereka selalu saja mencampurkan antara logika dengan ilmiah.
mereka mengetahui fakta ilmiah, lalu melogikakan fakta ilmiah tersebut.
seperti dikatakan :
dalam ilmu biologi manusia itu termasuk hewan mamalia. --->kebenaran ilmiah
ibumu adalah manusia --->kebenaran ilmiah
jadi ibumu itu hewan mamalia. --->kebenaran logika.
ketika orang menganggap pernyataan terakhir tersebut sebagai kebenaran ilmiah, maka ini merupakan "kekacauan cara berpikir mereka". karena di dalam ilmu biologi sekalipun tidak pernah disebut bahwa "ibumu itu hewan mamalia" tetapi manusia itulah hewan mamalia.
oleh karena itu pernyataan "ibumu itu hewan mamalia" hanya bisa disebut "kebenaran logika" dan tidak dapat disebut "kebenaran ilmiah".
kurang ngerti soal kebenaran logika ma kebenaran ilmiahh... ;D ;D ;D
bukannya manusia itu juga hewan mamalia? lalu napa gak bisa disebut kebenaran ilmiah? :-? :-? :-?
Quote from: johan3000 on 08 December 2009, 07:24:26 PM
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 10:00:40 AM
Quote from: johan3000 on 08 December 2009, 08:38:58 AM
Dalam hal memilih agama, secara umum, dan dari dulu s/d sekarang.... adalah tidak LOGIS..............
pemilihan berkisar :
1. dari ortu, keluarga, famili, dst
2. dari sekolah dimana anak belajar
3. dari lingkungan tempat tinggalnya...
4. dari pacar (pasangan)....
dst
kenapa beli sepeda motor aja kita bandingkan, lihat spec, bahkan dinaikin, dicoba buat gonceng berduaan dulu... dst...
tanya sini sana, nyoba sini sana, baca brochure sini sana..
barulah akhirnya membeli.... itupun boleh KREDIT....
dalam hal memilih agama tidak begitu.
Jadi udah sejak dulu sampai sekarang...."berpikir logik" telah dikalahkan secara umum....., padahal memilih agama jauh lebih penting dari pada memilih speda motor... =))
mungkin begitu........
tetapi fungsi ilmu logika, bukanlah untuk membuat seseorang memilih dengan tepat sepeda motor mana yang harus dipilih dan dibeli. tetapi untuk membuat syllogisme yang tepat dari dua buah pernyataan yang memiliki kesamaan variabel.
Judul topiknya bro Deva19... kan
Mengapa Aku Memilih Agama Budha (menjelaskan pemilihan)...
bukan
membuat syllogisme yang tepat dari dua buah pernyataan yang memiliki kesamaan variabel.
:P :P :P mohon pejelasan yg logis bro... :)) :))
grp buat mas johan yang teliti :))
ikutan kasih grp ah ke yg teliti kaya Mas Johan :D
Quote from: Jerry on 08 December 2009, 08:23:23 PM
ikutan kasih grp ah ke yg teliti kaya Mas Johan :D
Trims juga utk bro Forte, atas kejeliannya...
(gw berikan +1 juga utk bro)
total gw dpt +2... satunya dari bro Jerry....
Logikanya kalau posting kita bagus, bisa2/moga2 dpt GRP...
tapi kalau sembarang posting ngalor kidul...
kasihan MOD2 bekerja keras utk merapikannya....
gw menyesallll dehh.... :'( :'( :'( :'( :'( :'(
:backtotopic:
ya ampun baru sehari udh ketinggalan jauh saya. udh sampai segitu panjangnya. hahaha.....................
Logic dan realistic intinya gt, menurut Bro Deva logika itu berlaku untuk universal. hehe...
_/\_
Quote from: Johan
Judul topiknya bro Deva19... kan
Mengapa Aku Memilih Agama Budha (menjelaskan pemilihan)...
bukan
membuat syllogisme yang tepat dari dua buah pernyataan yang memiliki kesamaan variabel.
tapi saya tidak pernah menyatakan bahwa judul topik thread ini :
membuat syllogisme yang tepat dari dua buah pernyataan yang memiliki kesamaan variabel
dan yang saya nyatakan adalah
fungsi ilmu logika bukan untuk memilih sepeda motor dengan tepat, melainkan untuk membuat kesimpulan yang tepat dari dua buah premis.
Quote from: Deva19 on 09 December 2009, 09:37:08 AM
Quote from: Johan
Judul topiknya bro Deva19... kan
Mengapa Aku Memilih Agama Budha (menjelaskan pemilihan)...
bukan
membuat syllogisme yang tepat dari dua buah pernyataan yang memiliki kesamaan variabel.
tapi saya tidak pernah menyatakan bahwa judul topik thread ini :
membuat syllogisme yang tepat dari dua buah pernyataan yang memiliki kesamaan variabel
dan yang saya nyatakan adalah
fungsi ilmu logika bukan untuk memilih sepeda motor dengan tepat, melainkan untuk membuat kesimpulan yang tepat dari dua buah premis.
perlu request ke board pengembangan dhammacitta ?
untuk buat board baru, diskusi bahasa indonesia.. ntar bro deva19 jadi mod nya deh :))
citta dll yang masih SMA, pasti sangat terbantu..
Quote from: Deva19 on 09 December 2009, 09:37:08 AM
Quote from: Johan
Judul topiknya bro Deva19... kan
Mengapa Aku Memilih Agama Budha (menjelaskan pemilihan)...
bukan
membuat syllogisme yang tepat dari dua buah pernyataan yang memiliki kesamaan variabel.
tapi saya tidak pernah menyatakan bahwa judul topik thread ini :
membuat syllogisme yang tepat dari dua buah pernyataan yang memiliki kesamaan variabel
dan yang saya nyatakan adalah
fungsi ilmu logika bukan untuk memilih sepeda motor dengan tepat, melainkan untuk membuat kesimpulan yang tepat dari dua buah premis.
#1. Judul topiknya bro Deva19... kan
Mengapa Aku Memilih Agama Budha (menjelaskan pemilihan)...
#2. bro Deva19 kan mahir dlm ilmu Logiki (bahkan sebagai pengajar)...
#3. dari posting2pun mengutamakan cara berpikir logika (berpikir tepat/benar)
Jadi adalah sangat logika kalau bro melakukan Pemilihan (#1)
bro menggunakan yg 2 dan 3.
Seorang pengajar ilmu logika (#2 dan #3) pun dituntut/kedisiplinan
dalam beberapa hal :
1. Konsistensi..... (membuat topik A, dan sedapat mungkin membahas A)
2. Masuk akal (kedengaran benar)...
sudah seru2 mau pilih/membeli sepeda motor... aduuh bro...
masih cerita membuat kesimpulan.... 2 premis...
3. Lengkap...jangan yg satu belum lengkap (selesai terbukti),...
bro nawarin barang lain... cerita lain...pikiran lain...
mungkin begitu ya bro.... ada salah mohon dibantu.... ;D ;D
Quoteprem·ise (prms)
n. also prem·iss (prms)
1. A proposition upon which an argument is based or from which a conclusion is drawn.
2. Logic a. One of the propositions in a deductive argument.
b. Either the major or the minor proposition of a syllogism,
from which the conclusion is drawn.
Quote from: johan
Jadi adalah sangat logika kalau bro melakukan Pemilihan (#1)
bro menggunakan yg 2 dan 3
memilih sesuatu bisa berdasarkan suatu kesimpulan logic. banyak faktor yang membuat seseorang memutuskan untuk memilih sesuatu, salah satu faktornya adalah kesimpulan logic. tetapi kesimpulan logic itu bukan satu-satunya faktor, tentu masih banyak faktor lain, misalnya kecenderungan, rasa suka, saran dari teman, faktor pengalaman, dll. bahkan faktor kesimpulan logic bisa tidak ada sama sekali dalam memilih sesuatu.
dan saya, memilih agama budha sebagai jalan hidup saya berdasarkan banyak faktor. salah satu faktornya adalah kesimpulan logic. faktor lainnya adalah pengalaman pribadi, dan masih banyak faktor lainnya. tetapi mustahil saya memilih agama budha hanya dengan faktor "kesimpulan logic" saja.
Quote from: johan
Seorang pengajar ilmu logika (#2 dan #3) pun dituntut/kedisiplinan
dalam beberapa hal :
1. Konsistensi..... (membuat topik A, dan sedapat mungkin membahas A)
2. Masuk akal (kedengaran benar)...
sudah seru2 mau pilih/membeli sepeda motor... aduuh bro...
masih cerita membuat kesimpulan.... 2 premis...
3. Lengkap...jangan yg satu belum lengkap (selesai terbukti),...
bro nawarin barang lain... cerita lain...pikiran lain...
mungkin begitu ya bro.... ada salah mohon dibantu....
topik : "mengapa aku memilih agama Budha"
isi diskusi : "salah satu faktor penyebab aku memilih agama budha adalah
kesimpulan logic"
(ini jawaban dari topik)
"
kesimpulan logic dibuat bedasarkan ilmu logika".
perhatikan kata-kata yang saya garis bawahi, sebagai benang merah diskusi.
"fungsi ilmu logika adalah untuk membuat suatu
kesimpulan logicdan bukan untuk memilih sesuatu.
bisa dilihat benang merahnya?
Quotejika suatu waktu ada seorang Budhis, seorang umat biasa ataupun Bikhu yang dapat menjelaskan fakta-fakta kebenaran yang tersembunyi dari ajaran Sang Budha, maka pada saat itulah saya akan bergabung dengan komunitas umat Budhis.
maksud bro >>> kalau ada umat/Bhikku yg dpt menjelaskan pertanyaan terpendam bro Deva19,
barulah bro bergabung dgn komunitas umat Buddhist
Quote
saya memilih agama budha sebagai jalan hidup saya berdasarkan banyak faktor.
maksud bro >>> Bro telah memilih agama Buddha sebegai jalan hidupnya bro.
Jadi maksud bro telah memilih agama Buddha, tetapi belum mau bergabung dgn umat Buddhist ?
Mohon penjelasan nya... apakah bro udah berusaha mencari Bhiksu yg competent dalam hal menjawab pertanyaan bro ?
Quotekesimpulan logic itu bukan satu-satunya faktor,
kalau begitu berapa % kah kesimpulan logic yg membuat bro memilih agama Buddhist ?
Quote
"fungsi ilmu logika adalah untuk membuat suatu kesimpulan logic dan bukan untuk memilih sesuatu.
menurut gw >>> setelah kesimpulan didapat, biasanya digunakan utk memutuskan sesuatu...., kalau tidak apa gunanya kesimpula2 logika tsb?
benang merah gak kelihatan bro,... kalau tulisan merah ya ada beberapa deh...
_/\_ :P
Quote from: johan
Jadi maksud bro telah memilih agama Buddha, tetapi belum mau bergabung dgn umat Buddhist ?
Mohon penjelasan nya... apakah bro udah berusaha mencari Bhiksu yg competent dalam hal menjawab pertanyaan bro ?
saya tidak pernah berusaha mencari seorang bikhsu. saya mencari siapa saja yang dapat mengjarkan dhamma dan dapat menjelaskan konseps dhamma secara logic.
Quote from: johan
kalau begitu berapa % kah kesimpulan logic yg membuat bro memilih agama Buddhist ?
diperkirakan15 atau 20 %. sisanya berdasarkan pengalaman dan lain-lain.
Quote from: johan
menurut gw >>> setelah kesimpulan didapat, biasanya digunakan utk memutuskan sesuatu...., kalau tidak apa gunanya kesimpula2 logika tsb?
kesimpulan logika berfungsi untuk mengetahui kebenaran logic dan sebagai hipotesa ilmiah.
Quote from: Deva19 on 09 December 2009, 03:13:44 PM
Quote from: johan
Jadi maksud bro telah memilih agama Buddha, tetapi belum mau bergabung dgn umat Buddhist ?
Mohon penjelasan nya... apakah bro udah berusaha mencari Bhiksu yg competent dalam hal menjawab pertanyaan bro ?
saya tidak pernah berusaha mencari seorang bikhsu. saya mencari siapa saja yang dapat mengjarkan dhamma dan dapat menjelaskan konseps dhamma secara logic.
Bila kesimpulan logic hanya 20%, pengalaman lain lebih banyak...apakah boleh gw berasumsi bro lebih cocok dgn guru yg mengajarkan melalui pengalaman (meditasi).. karna bobotnya lebih berat juga... pernahkah member/mod DC mengrekomendasikan beberapa guru meditasi utk bro hubungin ? apa yg mencegah bro utk tidak bertindak?.. X'mas/akhir tahun ini akan ada liburan... dptkah waktu tsb digunakan utk hal2 yg menurut bro "penting" ?
Quote from: johan
kalau begitu berapa % kah kesimpulan logic yg membuat bro memilih agama Buddhist ?
diperkirakan15 atau 20 %. sisanya berdasarkan pengalaman dan lain-lain.
ohh begitu, jadi kadar LOGICnya masih dlm taraf wajar2 aja ya..... thanks 4theInfo
Quote from: johan
menurut gw >>> setelah kesimpulan didapat, biasanya digunakan utk memutuskan sesuatu...., kalau tidak apa gunanya kesimpula2 logika tsb?
kesimpulan logika berfungsi untuk mengetahui kebenaran logic dan sebagai hipotesa ilmiah.
setelah kebenaran logic dan sebagai hipotesa ilmiah,.... what is NEXT ?
(apa setelah itu ?.... ujung2nya buat apa bro ? atau hanya cuma sebagai hiburan/hobi melatih otak/pikiran?)
Apakah agama Buddha adalah agama yg jauh lebih banyak menggunakan penjelasan logic dibandingkan dgn agama lain ? pertanyaan apakah yg selama ini mengganjal di hati/pikiran bro tentang Buddhism ? mohon di share....
thanks again! _/\_ :x
Apapun, yang penting Bro Deva19 telah mantap memilih agama Buddha sbg jalan hidup. Salut. :jempol:
Welcome yah.. anak2 sini memang suka kelewatan becandanya. :P
Btw di 1 forum yg sangat dibenci para fundamentalis.. di sana Bro mengaku takut jika harus pindah agama? Takut dibantai? Waktu itu sempat ngutipin ayatnya juga kan yg mengatakan darah mereka yg pindah ke agama lain halal utk ditumpahkan. Skrg gimana? Udah gak takut dibantai? Atau dah pasrah? ;D
dibantai sapaa. hahaha. bukannya kebebasan setiap org untuk memilih keyakinannya. haiyaaa. haha
Quote from: Tekkss Katsuo on 10 December 2009, 12:34:16 AM
dibantai sapaa. hahaha. bukannya kebebasan setiap org untuk memilih keyakinannya. haiyaaa. haha
sebagian muslim menganut faham bahwa mereka harus menghormati pemeluk agama lain. tetapi dalam praktik, mereka tidak akan menghormati seorang muslim yang pindah agama atau yang dianggap keyakinannya menyimpang. perhatikan saja bagaimana perlakuan mereka terhadap ahmadiyah, misalnya. mereka berkata,"kami menghormati umat kr****n, hindu, dan budha. membiarkan mereka hidup dengan damai di negeri ini, menghormati hak mereka untuk beribadah menurut keyakinan mereka masing-masing, bahkan kami wajib melindungi mereka. tapi kami tidak akan membiarkan ahmadiyah untuk hidup bebas di negeri ini. mereka memiliki 3 pilihan. pertama harus bertobat dan kembali kepada Islam. kedua, harus angkat kaki dari negeri ini. ketiga, harus memproklamirkan diri sebagai agama baru, dan tidak mengatas namakan Islam".
saya tidak sefaham dengan mereka. jika mereka bisa hidup berdampingan dengan damai bersama pemeluk agama kr****n, hindu dan budha, lalu kenapa harus berperang dengan ahmadiyah. di dalam agama budha juga ada aliran agama budha yang dianggap menyimpang seperti aliran Maitreya. tapi saya tidak tahu, apakah umat budha bersikap "memerangi mereka"? jika umat budha bersikap memerangi mereka, berarti sama saja dengan sikap umat muslim terhadap ahmadiyah.
bahkan mereka berpikir "orang yang murtad itu halal untuk dibunuh". sebagian muslim tidak hanya berpikir "halal dibunuh", melainkan "harus dibunuh". walaupun di Indonesia hal itu tidak dapat dilakukan, tetapi di negeri muslim lainnya, "hukuman mati" bagi yang murtad itu sudah diberlakukan. di arab saudi, seseorang yang dianggap memiliki "ilmu magic" akan dipenggal kepalanya, tanpa melalui proses pengadilan. tapi itu adalah informasi-informasi dari media, saya tidak dapat memastikan kebnarannya. di media juga kita dapat melihat, apa yang dilakukan kelompok muslim radikal terhadap Lia Eden dan Ahmad Moshadeq. di negeri Arab,jauh lebih parah dari itu.
tapi, fakta yang realistis yang saya temukan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari saya adalah kebencian dan rasa permusuhan terhadap orang-orang yang dianggap tidak sefaham dengan mereka. dan usaha-usaha untuk menyakiti orang-orang yang mereka benci. itu fakta yang saya temukan secara langsung. saya tidak tahu, apakah dalam kehidupan masyarakat budhis juga seperti ini?
bila sya murtad, sya tidak akan dipandang sebagai manusia lagi, melainkan akan dipandang sebagai benda najis, seperti anjing atau babi. saya akan menghadapi masalah berat, bila muslimin di sekitar saya tahu kalau saya menganut agama budha. saya bisa kehilangan teman, sahabat, saudara, pekerjaan, dan lain sebagainya. tentu resiko ini harus saya pikirkan.
faktanya, saya sudah ditolak dan dianggap sesat oleh muslimin. tetapi saya masih bisa bekerja di departemen agama, karena status saya masih "muslim". setidaknya di KTP saya tertulis agama:Islam. bila status di KTP saya sudah berubah menjadi agama : Budha, maka saya tidak tahu bagaimana saya akan dapat bekerja dan menghidupi anak istri saya?
mereka tentu tidak akan membantai saya dengan memenggal kepala saya. karena mereka takut terhadap hukum di Indonesia. tapi merka akan membantai saya dengan menyulitkan kehidupan saya.
lagi pula, saya berpikir, kalau saya mengubah status saya menjadi agama Budha, bisa jadi umat budha memperlakukan saya sama seperti halnya umat muslim memperlakukan saya. karena bisa jadi saya dianggap memiliki faham yang aneh yang tidak dapat diterima oleh komunitas budhis. seperti contohnya terlihat di forum ini.
jika saya tidak dapat diterima di komunitas ini dan komunitas itu, maka kemana seharusnya saya berhimpun?
Quote from: Johan
Apakah agama Buddha adalah agama yg jauh lebih banyak menggunakan penjelasan logic dibandingkan dgn agama lain ? pertanyaan apakah yg selama ini mengganjal di hati/pikiran bro tentang Buddhism ? mohon di share....
thanks again!
jika saya harus menyebut agama mana yang lebih dapat memenuhi tuntutan ilmiah dan logika, maka saya hanya akan menyebut "AGAMA BUDDHA". semua yang diajarkan di dalam agama Budha, logic dan realistis.
hal-hal yang tidak logic hanya muncul ketika kesimpulan-kesimpulan yang salah dibuat oleh umat yang tidak tahu cara menyimpulkan dengan benar.
walaupun, sebagian umat telah menyimpulkan dengan kesimpulan yang salah, tetapi tidak akan lebih jauh menyimpang, karena umat selalu diajak untuk melihat kebenaran "realistik", yakni melihat dhamma di dalam diri. dengan demikian, segala kesimpulan-kesimpulan yang salah akan ditinggalkan, oleh merka yang telah melihat dhamma. dengan ajaran budha, umat tidak akan tenggelam di dalam kesimpulan-kesimpulan yang salah, walaupun dalam berpikir masih saja melakukan kesimpulan yang salah. ketika kesadaran, dan konsentrasi berkembang, dan dhamma dapat dilihat, maka bukan hanya kesimpulan, bahkan semua pemikiran ditinggalkan.
oo Gt ya Bro deva,
setahu saya sampai sekarang Umat Buddha belum pernah melakukan anarkis dgn mengatas namakan agama, tp nga tau kedepannya gmana. ini kan pada masa jaman kemerosotan moral
_/\_
Quote from: Deva19 on 10 December 2009, 07:56:16 AM
Quote from: Johan
Apakah agama Buddha adalah agama yg jauh lebih banyak menggunakan penjelasan logic dibandingkan dgn agama lain ? pertanyaan apakah yg selama ini mengganjal di hati/pikiran bro tentang Buddhism ? mohon di share....
thanks again!
jika saya harus menyebut agama mana yang lebih dapat memenuhi tuntutan ilmiah dan logika, maka saya hanya akan menyebut "AGAMA BUDDHA". semua yang diajarkan di dalam agama Budha, logic dan realistis.
hal-hal yang tidak logic hanya muncul ketika kesimpulan-kesimpulan yang salah dibuat oleh umat yang tidak tahu cara menyimpulkan dengan benar.
walaupun, sebagian umat telah menyimpulkan dengan kesimpulan yang salah, tetapi tidak akan lebih jauh menyimpang, karena umat selalu diajak untuk melihat kebenaran "realistik", yakni melihat dhamma di dalam diri. dengan demikian, segala kesimpulan-kesimpulan yang salah akan ditinggalkan, oleh merka yang telah melihat dhamma. dengan ajaran budha, umat tidak akan tenggelam di dalam kesimpulan-kesimpulan yang salah, walaupun dalam berpikir masih saja melakukan kesimpulan yang salah. ketika kesadaran, dan konsentrasi berkembang, dan dhamma dapat dilihat, maka bukan hanya kesimpulan, bahkan semua pemikiran ditinggalkan.
Ada seorang mahasiswa bernama Cerah mendpt kesempatan utk belajar Univ. TOP,
textbooknya sangat bagus/lengkap dan isinya kebenaran,
pengajarnyapun berkompeten dan penyampaiannya bagus/jelas..
tetapi amat sayang ada 75% mahasiswa/siswi didalam kelas tsb yg
salah mengartikan ajaran dosen...
mereka tidak tau menyimpulkan dgn benar. mereka menyimpulkan menyimpang,
mereka melihat kebenaran "realistik"....
Saya yakin kondisi/kejadian tsb tidak banyak berpengaruh terhadap si Cerah,
Kenapa si Cerah terusik pada yg 75% mahasiswa/siswa yg salah menangkap?
toh si Cerah datang ke Universitas utk belajar dari textbook dan dosen...
(bukan pada mahasiswa/siswi yg lain)
Prioritas utama dari Cerah adalah menimbah ilmu dan cepat lulus....
bila dia berbaik hati dan memiliki kesempatan, barulah dia bisa membantu yg lainnya utk bisa mengerti dan lulus dgn cepat.
Logikanya adalah tentukan prioritas! bukankah begitu ?mengenai murta/pembantaian... tolong yg lain beri masukan.. :P
hmm.. yg di bilang bro Deva19 itu benar terjadi, bahkan org tua bisa membunuh anaknya hanya karena pindah agama, anak membunuh org tua, suami bunuh istri, hal itu bukan hal baru di dalam agama tsb
karena satu alasan mutrad, dan jika mereka membiarkan... mereka di "permalukan" oleh lingkugan mereka, demi menjaga "kehormatan" nya (kermatan agamanya, maupun keluarganya) , maka pembunuhan terjadi
Ya ampun,,, agama seharusnya dijadikan sebagai rakit yang membantu kita mengatasi segala kekerasan, bukannya dijadikan sebagai rakit yang kita harus berkorban untuknya dgn kekerasannn...
Quote from: Deva19 on 10 December 2009, 07:48:44 AM
saya tidak sefaham dengan mereka. jika mereka bisa hidup berdampingan dengan damai bersama pemeluk agama kr****n, hindu dan budha, lalu kenapa harus berperang dengan ahmadiyah. di dalam agama budha juga ada aliran agama budha yang dianggap menyimpang seperti aliran Maitreya. tapi saya tidak tahu, apakah umat budha bersikap "memerangi mereka"? jika umat budha bersikap memerangi mereka, berarti sama saja dengan sikap umat muslim terhadap ahmadiyah.
tergantung definisi memerangi, kalau sikap menolak jelas iya. tetapi kalau perang terbuka scr fisik atau menyerang paham mereka scr terbuka, tidak.
Quotetapi, fakta yang realistis yang saya temukan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari saya adalah kebencian dan rasa permusuhan terhadap orang-orang yang dianggap tidak sefaham dengan mereka. dan usaha-usaha untuk menyakiti orang-orang yang mereka benci. itu fakta yang saya temukan secara langsung. saya tidak tahu, apakah dalam kehidupan masyarakat budhis juga seperti ini?
kurang tau juga, kenyataannya seorang buddhis pun masih manusia yg mungkin salah dan khilap. karena itu kalo dikatakan, "itu bukan salah agamanya tp salah orangnya." ini harus kita teliti lagi, apakah dlm ajaran agamanya memang ada diajarkan demikian atau tidak? minimal yg mungkin mengondisikan orang utk memiliki pandangan tertentu. kalau saya lihat sih dalam agama Buddha tidak diajarkan demikian dan tdk dikondisikan agar orang memiliki kebencian thdp yg dianggap non-buddhis. jadi pernyataan "ah itu bkn salah agama tp orangnya" bisa disetujui. berbeda lagi dengan agama tertentu, pernyataan tsb tidak valid.
Quote
faktanya, saya sudah ditolak dan dianggap sesat oleh muslimin. tetapi saya masih bisa bekerja di departemen agama, karena status saya masih "muslim". setidaknya di KTP saya tertulis agama:Islam. bila status di KTP saya sudah berubah menjadi agama : Budha, maka saya tidak tahu bagaimana saya akan dapat bekerja dan menghidupi anak istri saya?
ya.. it's ok, at least bro bisa menerapkan nilai2 buddhism dlm kehidupan bro. btw, bukannya dulu bilang jadi "guru"? :D
Quotelagi pula, saya berpikir, kalau saya mengubah status saya menjadi agama Budha, bisa jadi umat budha memperlakukan saya sama seperti halnya umat muslim memperlakukan saya. karena bisa jadi saya dianggap memiliki faham yang aneh yang tidak dapat diterima oleh komunitas budhis. seperti contohnya terlihat di forum ini.
ah.. masa begitu? bro bahkan belum mengubah status, tapi sudah berprasangka praduga terlalu jauh. di forum ini banyak yg suka iseng aja koq. dan bbrp cukup serius karena memang pandangan bro yg di rasa berbeda, jadi mencoba memberitahu saja. simpel saja, kalau bro memilih pandangan yg berbeda, maka salah 1 konsekuensinya adalah pandangan anda akan dipertanyakan. jadi bersiap sajalah, kecuali jika bro tidak siap, maka jangan memilih jalan berbeda. apalagi jika memilih jalan yg berbeda, hanya karena menuruti pandangan bro, bkn menuruti pandangan yg benar. sebenarnya kalau bro pny pandangan yg "lurus", pertanyaan dr pandangan yg berbeda belum tentu bernada menyerang thdp bro koq.
Quotejika saya tidak dapat diterima di komunitas ini dan komunitas itu, maka kemana seharusnya saya berhimpun?
itu kan "jika". kenyataannya? :P
ups salah baca... salah coomet lol...
Quote from: jerry
ya.. it's ok, at least bro bisa menerapkan nilai2 buddhism dlm kehidupan bro. btw, bukannya dulu bilang jadi "guru"?
saya guru, mengajar di universitas Islam. itu artinya dibawah naungan Departemen Agama. saya juga mengajar di SMK dibawah naungan Yayasan Islam.
but, tanks for All
saya semakin mantap hati untuk beragama budha.
Perbedaan dan pertentangan faham saya dengan sebagian umat budhis tidaklah berarti apa-apa bila saya bisa memperoleh kebahagiaan hidup, kebebasan spritual, mencapai ketenangan dan kebijaksanaan melalui tuntunan budhisme.
sebaliknya, kesamaan pandangan saya dengan sebagian muslimin juga tidak berarti apa-apa bila saya tidak dapat menemukan kebahagiaan hdiup, kebebasan spiritual, mencapai ketenangan dan kebijaksanaan di dalam tuntunan ajaran Islam.
hati saya tidak dpat dibohongi, bahwa hidup saya telah tercerahkan oleh ajaran budha. kebahagiaan, pencerahan, ketenangan dan kebijaksanaan yang ada di dalam diri saya, tidak dapat berkembang melalui ajaran lain.
ada kebahagiaan, pencerahan, ketenangan dan kebjaksaan yang saya peroleh di dalam ajaran agama-agama lain. tetapi kebahagiaan, pencerahan, ketenangan dan kebijaksaan yang diperoleh dari ajaran agama budha lebih tinggi dan lebih dalam, ajaran sang Budha tidak hanya menghancurkan kejahatan-kejahatan yang kasar yang kasat mata, melainkan juga menghancurkan kejahatan-kejahatan yang sangat halus yang tersembunyi di dalam batin manusia.
jika situasi aman, mungkin kelak saya akan mengubah status menjadi budhis. tetapi bila belum aman, biarlah tetap status saya muslim. apalah arti dari sebuah label yang tertera di KTP. agama itu bukanlah status di KTP.
walaupun demikian, jika ada kesempatan, ingin sekali saya bertemu muka dengan umat budhis, untuk berdiskusi secara langsung atau untuk berlatih meditasi bersama.
sepertinya diskusi kali ini saya cukupkan sekian dulu, berhubung akhir pekan ini saya ada kesibukan yang padat. mohon maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan.
_/\_
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 08:36:00 AM
Quote from: jerry
ya.. it\'s ok, at least bro bisa menerapkan nilai2 buddhism dlm kehidupan bro. btw, bukannya dulu bilang jadi \"guru\"?
saya guru, mengajar di universitas Islam. itu artinya dibawah naungan Departemen Agama. saya juga mengajar di SMK dibawah naungan Yayasan Islam.
but, tanks for All
saya semakin mantap hati untuk beragama budha.
Perbedaan dan pertentangan faham saya dengan sebagian umat budhis tidaklah berarti apa-apa bila saya bisa memperoleh kebahagiaan hidup, kebebasan spritual, mencapai ketenangan dan kebijaksanaan melalui tuntunan budhisme.
sebaliknya, kesamaan pandangan saya dengan sebagian muslimin juga tidak berarti apa-apa bila saya tidak dapat menemukan kebahagiaan hdiup, kebebasan spiritual, mencapai ketenangan dan kebijaksanaan di dalam tuntunan ajaran Islam.
hati saya tidak dpat dibohongi, bahwa hidup saya telah tercerahkan oleh ajaran budha. kebahagiaan, pencerahan, ketenangan dan kebijaksanaan yang ada di dalam diri saya, tidak dapat berkembang melalui ajaran lain.
ada kebahagiaan, pencerahan, ketenangan dan kebjaksaan yang saya peroleh di dalam ajaran agama-agama lain. tetapi kebahagiaan, pencerahan, ketenangan dan kebijaksaan yang diperoleh dari ajaran agama budha lebih tinggi dan lebih dalam, ajaran sang Budha tidak hanya menghancurkan kejahatan-kejahatan yang kasar yang kasat mata, melainkan juga menghancurkan kejahatan-kejahatan yang sangat halus yang tersembunyi di dalam batin manusia.
jika situasi aman, mungkin kelak saya akan mengubah status menjadi budhis. tetapi bila belum aman, biarlah tetap status saya muslim. apalah arti dari sebuah label yang tertera di KTP. agama itu bukanlah status di KTP.
walaupun demikian, jika ada kesempatan, ingin sekali saya bertemu muka dengan umat budhis, untuk berdiskusi secara langsung atau untuk berlatih meditasi bersama.
sepertinya diskusi kali ini saya cukupkan sekian dulu, berhubung akhir pekan ini saya ada kesibukan yang padat. mohon maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan.
_/\\_
coba anda ikut MMD dan diskusi dengan Bpk Hudoyo ;D
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 08:36:00 AM
saya semakin mantap hati untuk beragama budha.
Jika memang mantap hati untuk ikut beragama Buddha, bersiaplah meninggalkan paham yang tidak sejalan dengan Ajaran Buddha, bukan mencari pembenaran dengan silogisme yang juga tidak benar.
Contoh gampang: Buddha tidak menyetujui pembunuhan jangan diartikan Buddha tidak menyetujui sebagian pembunuhan dan menyetujui pembunuhan lainnya.
at: semua,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
tidak di benarkan kita melemahkan keyakinan orang yg terdahulu tapi mari kita menambahkan keyakinan orang tersebut agar mereka mengerti bukan agama mereka yg salah tapi mereka yg kurang menggali agamanya,apa bedanya islam,kr****n dan buddha sama tidak berbeda yg bilang beda silahkan anda share dgn saya sampai tuntas agar tidak menjadi belenggu dan avija didalam kehidupan mereka,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Quote from: waliagung on 11 December 2009, 12:51:21 PM
at: semua,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
tidak di benarkan kita melemahkan keyakinan orang yg terdahulu tapi mari kita menambahkan keyakinan orang tersebut agar mereka mengerti bukan agama mereka yg salah tapi mereka yg kurang menggali agamanya,apa bedanya islam,kr****n dan buddha sama tidak berbeda yg bilang beda silahkan anda share dgn saya sampai tuntas agar tidak menjadi belenggu dan avija didalam kehidupan mereka,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
sementara agama lain percaya bahwa tuhan adalah maha pencipta, agama buddha bahkan tidak percaya bahwa tuhan yg meciptakan sebutir batu kecil. kalau memang berbeda tidak perlu dipaksakan sama
itu pandangan orang yg dangkal terhadap agama lain,anda bicara menciptakan bila anda mempelajari dan memahami semua itu adalah kata menciptakan yg ada daalam agama lain tidak seperti yg anda pahami dan mereka2 yg ilmu pemahamannya setengah2,sebab sy menyakini bahwa tuhan tidak pernah menciptakan benda apapun didunia dan alam semesta tapi tuhan menyediakan ruangnya,tanpa ada ruang mana mungkin alam berproses dan terjadi benda ,,,
bila benda sy berpendapan setuju bagaimana dengan ruang,sebab bla sy pelajari agama lain dan melalui pandangan sy sm dimana bedanya,,,,,,,,,,,,,
Quote from: Indra on 11 December 2009, 12:56:14 PM
Quote from: waliagung on 11 December 2009, 12:51:21 PM
at: semua,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
tidak di benarkan kita melemahkan keyakinan orang yg terdahulu tapi mari kita menambahkan keyakinan orang tersebut agar mereka mengerti bukan agama mereka yg salah tapi mereka yg kurang menggali agamanya,apa bedanya islam,kr****n dan buddha sama tidak berbeda yg bilang beda silahkan anda share dgn saya sampai tuntas agar tidak menjadi belenggu dan avija didalam kehidupan mereka,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
sementara agama lain percaya bahwa tuhan adalah maha pencipta, agama buddha bahkan tidak percaya bahwa tuhan yg meciptakan sebutir batu kecil. kalau memang berbeda tidak perlu dipaksakan sama
hebattt, kata katanya saya setuju.. emank beda , ajarannya aja udh beda.. gmana mao disama samakan. :)
Quote from: waliagung on 11 December 2009, 12:51:21 PM
at: semua,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
tidak di benarkan kita melemahkan keyakinan orang yg terdahulu tapi mari kita menambahkan keyakinan orang tersebut agar mereka mengerti bukan agama mereka yg salah tapi mereka yg kurang menggali agamanya,apa bedanya islam,kr****n dan buddha sama tidak berbeda yg bilang beda silahkan anda share dgn saya sampai tuntas agar tidak menjadi belenggu dan avija didalam kehidupan mereka,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Apanya yang sama? Silahkan di-share.
sama koq, sama2 menyesatkan kakakakakak
Quote from: waliagung on 11 December 2009, 01:41:01 PM
itu pandangan orang yg dangkal terhadap agama lain,anda bicara menciptakan bila anda mempelajari dan memahami semua itu adalah kata menciptakan yg ada daalam agama lain tidak seperti yg anda pahami dan mereka2 yg ilmu pemahamannya setengah2,sebab sy menyakini bahwa tuhan tidak pernah menciptakan benda apapun didunia dan alam semesta tapi tuhan menyediakan ruangnya,tanpa ada ruang mana mungkin alam berproses dan terjadi benda ,,,
bila benda sy berpendapan setuju bagaimana dengan ruang,sebab bla sy pelajari agama lain dan melalui pandangan sy sm dimana bedanya,,,,,,,,,,,,,
dengan menilai orang lain sebagai berpandangan dangkal, anda telah memposisikan diri sebagai berpandangan dalam, bagaimanakah tuhan menyediakan ruang menurut pandangan dalam anda? darimana datangnya ruang itu menurut pandangan dalam anda?
Quote from: ryu on 11 December 2009, 03:09:14 PM
sama koq, sama2 menyesatkan kakakakakak
wkwkwkw kita duduk diam menunggu penjelasan sambil minum jus... =))
Saya ikutan meramaikan deh...
[at] waliagung
Anda sebagai Buddhis sejati yakin bahwa Sang Buddha mengajarkan bahwa Tuhan personal itu ada. Bisa tahu darimana sumber keyakinan Anda ini?
Quote from: ryu on 11 December 2009, 08:53:19 AM
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 08:36:00 AM
Quote from: jerry
ya.. it\'s ok, at least bro bisa menerapkan nilai2 buddhism dlm kehidupan bro. btw, bukannya dulu bilang jadi \"guru\"?
saya guru, mengajar di universitas Islam. itu artinya dibawah naungan Departemen Agama. saya juga mengajar di SMK dibawah naungan Yayasan Islam.
but, tanks for All
saya semakin mantap hati untuk beragama budha.
Perbedaan dan pertentangan faham saya dengan sebagian umat budhis tidaklah berarti apa-apa bila saya bisa memperoleh kebahagiaan hidup, kebebasan spritual, mencapai ketenangan dan kebijaksanaan melalui tuntunan budhisme.
sebaliknya, kesamaan pandangan saya dengan sebagian muslimin juga tidak berarti apa-apa bila saya tidak dapat menemukan kebahagiaan hdiup, kebebasan spiritual, mencapai ketenangan dan kebijaksanaan di dalam tuntunan ajaran Islam.
hati saya tidak dpat dibohongi, bahwa hidup saya telah tercerahkan oleh ajaran budha. kebahagiaan, pencerahan, ketenangan dan kebijaksanaan yang ada di dalam diri saya, tidak dapat berkembang melalui ajaran lain.
ada kebahagiaan, pencerahan, ketenangan dan kebjaksaan yang saya peroleh di dalam ajaran agama-agama lain. tetapi kebahagiaan, pencerahan, ketenangan dan kebijaksaan yang diperoleh dari ajaran agama budha lebih tinggi dan lebih dalam, ajaran sang Budha tidak hanya menghancurkan kejahatan-kejahatan yang kasar yang kasat mata, melainkan juga menghancurkan kejahatan-kejahatan yang sangat halus yang tersembunyi di dalam batin manusia.
jika situasi aman, mungkin kelak saya akan mengubah status menjadi budhis. tetapi bila belum aman, biarlah tetap status saya muslim. apalah arti dari sebuah label yang tertera di KTP. agama itu bukanlah status di KTP.
walaupun demikian, jika ada kesempatan, ingin sekali saya bertemu muka dengan umat budhis, untuk berdiskusi secara langsung atau untuk berlatih meditasi bersama.
sepertinya diskusi kali ini saya cukupkan sekian dulu, berhubung akhir pekan ini saya ada kesibukan yang padat. mohon maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan.
_/\\_
coba anda ikut MMD dan diskusi dengan Bpk Hudoyo ;D
Hush..jangan sebut nama keramat, perang dunia kedua telah usai :hammer: ^-^
Quote from: Kainyn_Kutho on 11 December 2009, 10:21:36 AM
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 08:36:00 AM
saya semakin mantap hati untuk beragama budha.
Jika memang mantap hati untuk ikut beragama Buddha, bersiaplah meninggalkan paham yang tidak sejalan dengan Ajaran Buddha, bukan mencari pembenaran dengan silogisme yang juga tidak benar.
Contoh gampang: Buddha tidak menyetujui pembunuhan jangan diartikan Buddha tidak menyetujui sebagian pembunuhan dan menyetujui pembunuhan lainnya.
apakah maksud anda saya pernah menyatakan hal seperti yang anda contohkan itu?
katakan kapan dan dimana saya pernah menyatakan bahwa budha menyetujui sebagian pembunuhan?
kawan-kawan budhis di sini harap menjadi saksi, bahwa bila sdr. kutho bisa menunjukan bukti bahwa saya pernah menyatakan "budha menyetujui sebagian pembunuhan", maka saya nyatakan bahwa sdr. kutho adalah seorang jenius, saya bersedia beranjali padanya untu menghormatinya.
tapi bila kutho tidak dapat menunjukan buktinya, maka silahkan teman-teman artikan sendiri maknanya.
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 05:46:19 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 11 December 2009, 10:21:36 AM
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 08:36:00 AM
saya semakin mantap hati untuk beragama budha.
Jika memang mantap hati untuk ikut beragama Buddha, bersiaplah meninggalkan paham yang tidak sejalan dengan Ajaran Buddha, bukan mencari pembenaran dengan silogisme yang juga tidak benar.
Contoh gampang: Buddha tidak menyetujui pembunuhan jangan diartikan Buddha tidak menyetujui sebagian pembunuhan dan menyetujui pembunuhan lainnya.
apakah maksud anda saya pernah menyatakan hal seperti yang anda contohkan itu?
katakan kapan dan dimana saya pernah menyatakan bahwa budha menyetujui sebagian pembunuhan?
kawan-kawan budhis di sini harap menjadi saksi, bahwa bila sdr. kutho bisa menunjukan bukti bahwa saya pernah menyatakan "budha menyetujui sebagian pembunuhan", maka saya nyatakan bahwa sdr. kutho adalah seorang jenius, saya bersedia beranjali padanya untu menghormatinya.
tapi bila kutho tidak dapat menunjukan buktinya, maka silahkan teman-teman artikan sendiri maknanya.
Yang jelas Buddha pernah mengajarkan utk membunuh keserakahan , kebencian dan kegelapan batin. :)
[at] chingik, masa?
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 05:46:19 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 11 December 2009, 10:21:36 AM
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 08:36:00 AM
saya semakin mantap hati untuk beragama budha.
Jika memang mantap hati untuk ikut beragama Buddha, bersiaplah meninggalkan paham yang tidak sejalan dengan Ajaran Buddha, bukan mencari pembenaran dengan silogisme yang juga tidak benar.
Contoh gampang: Buddha tidak menyetujui pembunuhan jangan diartikan Buddha tidak menyetujui sebagian pembunuhan dan menyetujui pembunuhan lainnya.
apakah maksud anda saya pernah menyatakan hal seperti yang anda contohkan itu?
katakan kapan dan dimana saya pernah menyatakan bahwa budha menyetujui sebagian pembunuhan?
kawan-kawan budhis di sini harap menjadi saksi, bahwa bila sdr. kutho bisa menunjukan bukti bahwa saya pernah menyatakan "budha menyetujui sebagian pembunuhan", maka saya nyatakan bahwa sdr. kutho adalah seorang jenius, saya bersedia beranjali padanya untu menghormatinya.
tapi bila kutho tidak dapat menunjukan buktinya, maka silahkan teman-teman artikan sendiri maknanya.
cmon.. jangan serius.. itu cm contoh dr Bro Kainyn saja.. baca dong yg dibold warna biru ;)
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 05:46:19 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 11 December 2009, 10:21:36 AM
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 08:36:00 AM
saya semakin mantap hati untuk beragama budha.
Jika memang mantap hati untuk ikut beragama Buddha, bersiaplah meninggalkan paham yang tidak sejalan dengan Ajaran Buddha, bukan mencari pembenaran dengan silogisme yang juga tidak benar.
Contoh gampang: Buddha tidak menyetujui pembunuhan jangan diartikan Buddha tidak menyetujui sebagian pembunuhan dan menyetujui pembunuhan lainnya.
apakah maksud anda saya pernah menyatakan hal seperti yang anda contohkan itu?
katakan kapan dan dimana saya pernah menyatakan bahwa budha menyetujui sebagian pembunuhan?
kawan-kawan budhis di sini harap menjadi saksi, bahwa bila sdr. kutho bisa menunjukan bukti bahwa saya pernah menyatakan "budha menyetujui sebagian pembunuhan", maka saya nyatakan bahwa sdr. kutho adalah seorang jenius, saya bersedia beranjali padanya untu menghormatinya.
tapi bila kutho tidak dapat menunjukan buktinya, maka silahkan teman-teman artikan sendiri maknanya.
Saya tidak menangkap kesan bahwa Bro Kainyn menuduh anda demikian. setidaknya tidak kepada Deva19, entah kalo tersirat ada dimaksudkan untuk anda dengan nick yg lain.
Quote from: waliagung on 11 December 2009, 01:41:01 PM
itu (itu yg mana bro? menunjukan yg mana?)
pandangan orang yg dangkal (siapakah mereka yg berpandangan dangkal, dangkal dimana ya ? :))) terhadap agama lain (agama manakah itu),anda (siapakah anda) bicara menciptakan bila anda mempelajari dan memahami semua itu adalah kata menciptakan yg ada daalam agama lain tidak seperti yg anda pahami dan mereka2 yg ilmu pemahamannya setengah2,sebab sy menyakini bahwa tuhan (apakah bro seorang Buddhist yg menyakinin adanya TUHAN ?) tidak pernah menciptakan benda apapun didunia dan alam semesta tapi tuhan menyediakan ruangnya,tanpa ada ruang mana mungkin alam berproses dan terjadi benda ,,,(kalau TUHAN menyediakan ruang saja, tanpa menyediakan BAHAN, dari mana datangnya BAHAN?)
bila benda sy berpendapan setuju (setuju terhadap apa sih ?) bagaimana dengan ruang,sebab bla sy pelajari agama lain dan melalui pandangan sy sm dimana bedanya,,,,,,,,,,,,,
Bisakah bro waliagung menjelaskan kembali posting diatas ?
Sebab setau saya ajaran Buddha adalah ajaran yg dijelaskan dgn
analitis, sistematis, dan (cause and effect, .... spt patticasamupada...).
Apakah bro waliagung adalah Buddhist yg "mempercayain" adanya TUHAN? Tuhan manakah itu ? 8) 8)
trims sebelumnya... :x
Quote from: chingik on 11 December 2009, 07:14:00 PM
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 05:46:19 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 11 December 2009, 10:21:36 AM
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 08:36:00 AM
saya semakin mantap hati untuk beragama budha.
Jika memang mantap hati untuk ikut beragama Buddha, bersiaplah meninggalkan paham yang tidak sejalan dengan Ajaran Buddha, bukan mencari pembenaran dengan silogisme yang juga tidak benar.
Contoh gampang: Buddha tidak menyetujui pembunuhan jangan diartikan Buddha tidak menyetujui sebagian pembunuhan dan menyetujui pembunuhan lainnya.
apakah maksud anda saya pernah menyatakan hal seperti yang anda contohkan itu?
katakan kapan dan dimana saya pernah menyatakan bahwa budha menyetujui sebagian pembunuhan?
kawan-kawan budhis di sini harap menjadi saksi, bahwa bila sdr. kutho bisa menunjukan bukti bahwa saya pernah menyatakan "budha menyetujui sebagian pembunuhan", maka saya nyatakan bahwa sdr. kutho adalah seorang jenius, saya bersedia beranjali padanya untu menghormatinya.
tapi bila kutho tidak dapat menunjukan buktinya, maka silahkan teman-teman artikan sendiri maknanya.
Yang jelas Buddha pernah mengajarkan utk membunuh keserakahan , kebencian dan kegelapan batin. :)
itupun (kata membunuh) perlu ditunjukan dalam kitab mana, ayat dan serta kata asalnya (pali gitu?)....
penafsiran saya (hehehe.. pertama kali pakai kata penafsiran)... paling Buddha menggunakan kata MELENYAPKAN... sebab salah memakai kata2 umatnya bisa tambah bingung..... MEMBUNUH bisa dipakai dimana-mana.
spt kalau ada masakan yg kurang enak..... koki pun berkata..."Utk MEMBUNUH rasa gak enak makanan ini, masa saya tambahkan merica dan kecap asin"......(bukankah MEMPERBAIKI lebih tepat katanya dari pada MEMBUNUH) ?
8) 8) 8)
QuoteYang jelas Buddha pernah mengajarkan utk membunuh keserakahan , kebencian dan kegelapan batin.
... sampe segitunya? hanya untuk kata membunuh saja di bawa sampe jauh
perbuatan membunuh itu :
1. ada niat untuk membunuh
2. usaha untuk membunuh
3. ada mahluk yg mati, akibat usaha tersebut
kurang lebih gitu deh
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 05:46:19 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 11 December 2009, 10:21:36 AM
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 08:36:00 AM
saya semakin mantap hati untuk beragama budha.
Jika memang mantap hati untuk ikut beragama Buddha, bersiaplah meninggalkan paham yang tidak sejalan dengan Ajaran Buddha, bukan mencari pembenaran dengan silogisme yang juga tidak benar.
Contoh gampang: Buddha tidak menyetujui pembunuhan jangan diartikan Buddha tidak menyetujui sebagian pembunuhan dan menyetujui pembunuhan lainnya.
apakah maksud anda saya pernah menyatakan hal seperti yang anda contohkan itu?
katakan kapan dan dimana saya pernah menyatakan bahwa budha menyetujui sebagian pembunuhan?
kawan-kawan budhis di sini harap menjadi saksi, bahwa bila sdr. kutho bisa menunjukan bukti bahwa saya pernah menyatakan "budha menyetujui sebagian pembunuhan", maka saya nyatakan bahwa sdr. kutho adalah seorang jenius, saya bersedia beranjali padanya untu menghormatinya.
tapi bila kutho tidak dapat menunjukan buktinya, maka silahkan teman-teman artikan sendiri maknanya.
Sekarang saya tanya anda terlebih dahulu. Apakah anda pernah masuk ke sini dengan nick lain seperti candra_mukti19 ataupun jhana78?
Terlepas dari apa pun nick anda, apakah pernah secara sadar menulis hal-hal berikut:
Quote from: candra_mukti19 on 26 November 2008, 08:13:01 AM
atau dengan kata lain :
pernahkan budha berkata "semua bentuk pembunuhan tidak sesuai dengan dhamma?"
dari cerita yang anda copas tadi, jelas, ajaran budha mengakui bahwa "tidak semua bentuk pembunuhan tidak sesuai dengan dhamma". tul gak?
Quote from: candra_mukti19 on 26 November 2008, 07:17:37 AM
menurut anda, mungkin atau mustahil, adanya suatu pembunuhan yang tidak didasari oleh lobha, dosa dan moha, melainkan justru didasari oleh cinta kasih yang universal (dhammachariya)?
Quote from: chingik on 11 December 2009, 07:14:00 PM
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 05:46:19 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 11 December 2009, 10:21:36 AM
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 08:36:00 AM
saya semakin mantap hati untuk beragama budha.
Jika memang mantap hati untuk ikut beragama Buddha, bersiaplah meninggalkan paham yang tidak sejalan dengan Ajaran Buddha, bukan mencari pembenaran dengan silogisme yang juga tidak benar.
Contoh gampang: Buddha tidak menyetujui pembunuhan jangan diartikan Buddha tidak menyetujui sebagian pembunuhan dan menyetujui pembunuhan lainnya.
apakah maksud anda saya pernah menyatakan hal seperti yang anda contohkan itu?
katakan kapan dan dimana saya pernah menyatakan bahwa budha menyetujui sebagian pembunuhan?
kawan-kawan budhis di sini harap menjadi saksi, bahwa bila sdr. kutho bisa menunjukan bukti bahwa saya pernah menyatakan "budha menyetujui sebagian pembunuhan", maka saya nyatakan bahwa sdr. kutho adalah seorang jenius, saya bersedia beranjali padanya untu menghormatinya.
tapi bila kutho tidak dapat menunjukan buktinya, maka silahkan teman-teman artikan sendiri maknanya.
Yang jelas Buddha pernah mengajarkan utk membunuh keserakahan , kebencian dan kegelapan batin. :)
Quote from: ryu on 11 December 2009, 07:39:06 PM
[at] chingik, masa?
Pernah. Itu satu metafora yang diberikan untuk menunjukkan pencapaian Lakuntaka Bhaddiya yaitu:
-membunuh "ibu" (lobha), "ayah" (kesombongan), "dua raja" (eternalisme & nihilisme), dan "dua kerajaan" (khanda).
Itulah yang diajarkan untuk menjadi seorang "Brahmana" (Arahat).
hmm.. yg lalu biar lah berlalu...
kek nya ada yg salah.. dari
Quotemembunuh "ibu" (lobha), "ayah" (kesombongan), "dua raja" (eternalisme & nihilisme), dan "dua kerajaan" (khanda).
Itulah yang diajarkan untuk menjadi seorang "Brahmana" (Arahat).
arti dari membunuh ibu, ayah, dua raja dan dua kerajaan... yaitu melenyapkan Lobha, kesombongan, eternalisme &nihilisme, dan khanda
bagi ku kata membunuh yg di pakai disana adalah suatu metafora, sama dgn kata ibu, ayah, dua raja, dan dua kerajaan..itu adalah metafora
jika semuanya dipakai arti yg sebenarnya.. maka membunuh di ganti dgn meleyapkan
Quote
pernahkan budha berkata "semua bentuk pembunuhan tidak sesuai dengan dhamma?"
dari cerita yang anda copas tadi, jelas, ajaran budha mengakui bahwa "tidak semua bentuk pembunuhan tidak sesuai dengan dhamma". tul gak?
menurut anda, mungkin atau mustahil, adanya suatu pembunuhan yang tidak didasari oleh lobha, dosa dan moha, melainkan justru didasari oleh cinta kasih yang universal (dhammachariya)?
semua yang anda kutip tersebut adalah pertanyaan.
pertanyaan terebut diajukan oleh "yang tidak tahu" kepada "yang dianggap tahu", agar "yang tidak tahu menjadi tahu".
oleh karena itu, jika candra_mukti19 adalah saya, maka pertanyaan tersebut tidak membuktikan bahwa saya pernah menyatakan "Budha menyetujui sebagian pembunuhan". karena pertanyaan bukan pernyataan. selain itu relevansi pertanyaan candra_mukti dengan "Budha menyetujui sebagian pembunuhan" masih harus diselidiki dan dipertanyakan.
Quote from: Kainyn_Kutho on 12 December 2009, 09:23:09 AM
Quote from: chingik on 11 December 2009, 07:14:00 PM
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 05:46:19 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 11 December 2009, 10:21:36 AM
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 08:36:00 AM
saya semakin mantap hati untuk beragama budha.
Jika memang mantap hati untuk ikut beragama Buddha, bersiaplah meninggalkan paham yang tidak sejalan dengan Ajaran Buddha, bukan mencari pembenaran dengan silogisme yang juga tidak benar.
Contoh gampang: Buddha tidak menyetujui pembunuhan jangan diartikan Buddha tidak menyetujui sebagian pembunuhan dan menyetujui pembunuhan lainnya.
apakah maksud anda saya pernah menyatakan hal seperti yang anda contohkan itu?
katakan kapan dan dimana saya pernah menyatakan bahwa budha menyetujui sebagian pembunuhan?
kawan-kawan budhis di sini harap menjadi saksi, bahwa bila sdr. kutho bisa menunjukan bukti bahwa saya pernah menyatakan "budha menyetujui sebagian pembunuhan", maka saya nyatakan bahwa sdr. kutho adalah seorang jenius, saya bersedia beranjali padanya untu menghormatinya.
tapi bila kutho tidak dapat menunjukan buktinya, maka silahkan teman-teman artikan sendiri maknanya.
Yang jelas Buddha pernah mengajarkan utk membunuh keserakahan , kebencian dan kegelapan batin. :)
Quote from: ryu on 11 December 2009, 07:39:06 PM
[at] chingik, masa?
Pernah. Itu satu metafora yang diberikan untuk menunjukkan pencapaian Lakuntaka Bhaddiya yaitu:
-membunuh "ibu" (lobha), "ayah" (kesombongan), "dua raja" (eternalisme & nihilisme), dan "dua kerajaan" (khanda).
Itulah yang diajarkan untuk menjadi seorang "Brahmana" (Arahat).
Bro Kainyn yang baik, Boleh minta linknya? Terimakasih.
_/\_
Yg Bro Kain katakan memang ada, di dalam syair dhammapada. :)
ohh yang ini ya :
Kisah Bhaddiya Thera, Si Orang Pendek
DHAMMAPADA XXI, 5-6
Suatu ketika beberapa bhikkhu datang berkunjung dan memberi hormat kepada Sang Buddha di Vihara Jetavana. Ketika mereka bersama Sang Buddha, Lakundaka Bhaddiya kebetulan lewat tidak jauh dari mereka.
Sang Buddha meminta mereka untuk memperhatikan Thera yang pendek itu dan berkata kepada mereka, "Para bhikkhu, lihatlah kepada Thera itu. Ia telah membunuh kedua ayah dan ibunya, dan setelah membunuh orang tuanya ia pergi tanpa penderitaan lagi".
Para bhikkhu tidak dapat mengerti pernyataan yang telah diucapkan oleh Sang Buddha. Karena itu mereka memohon kepada Sang Buddha untuk menjelaskannya dan Beliau berkenan menjelaskan artinya.
Pernyataan di atas dibuat oleh Sang Buddha berkaitan dengan kehidupan arahat, yang telah melenyapkan nafsu keinginan, kesombongan, pandangan salah, dan kemelekatan pada indria dan objek indria. Sang Buddha telah membuat pernyataan metaforis. Istilah "ibu" dan "ayah" digunakan untuk menunjukkan nafsu keinginan dan kesombongan. Kepercayaan/pandangan tentang keabadian (sassataditthi) dan kepercayaan/pandangan tentang pemusnahan (ucchedaditthi) seperti halnya dua raja, kemelekatan seperti para menterinya, dan indria serta objek indria seperti halnya sebuah kerajaan.
Setelah menjelaskan arti pernyataan itu kepada mereka, Sang Buddha membabarkan syair 294 dan 295 berikut ini:
Setelah membantai ibu (nafsu keinginan) dan ayah (kesombongan), serta dua orang ksatria (dua pandangan ekstrim berkenaan dengan kekekalan dan kemusnahan); dan setelah menghancurkan negara (pintu-pintu indria) bersama dengan para menterinya (kemelekatan), maka seorang brahmana akan berjalan pergi tanpa kesedihan.
Setelah membantai ibu (nafsu keinginan) dan ayah (kesombongan), serta dua raja yang arif (dua pandangan ekstrim berkenaan dengan kekekalan dan kemusnahan); dan setelah menghancurkan lima jalan yang penuh bahaya (lima rintangan batin), maka seorang brahmana akan berjalan pergi tanpa kesedihan.
Para bhikkhu yang datang berkunjung mencapai tingkat kesucian arahat, setelah khotbah Dhamma itu berakhir.***
Quote from: ryu on 12 December 2009, 06:56:38 PM
ohh yang ini ya :
Kisah Bhaddiya Thera, Si Orang Pendek
DHAMMAPADA XXI, 5-6
Suatu ketika beberapa bhikkhu datang berkunjung dan memberi hormat kepada Sang Buddha di Vihara Jetavana. Ketika mereka bersama Sang Buddha, Lakundaka Bhaddiya kebetulan lewat tidak jauh dari mereka.
Sang Buddha meminta mereka untuk memperhatikan Thera yang pendek itu dan berkata kepada mereka, "Para bhikkhu, lihatlah kepada Thera itu. Ia telah membunuh kedua ayah dan ibunya, dan setelah membunuh orang tuanya ia pergi tanpa penderitaan lagi".
Para bhikkhu tidak dapat mengerti pernyataan yang telah diucapkan oleh Sang Buddha. Karena itu mereka memohon kepada Sang Buddha untuk menjelaskannya dan Beliau berkenan menjelaskan artinya.
Pernyataan di atas dibuat oleh Sang Buddha berkaitan dengan kehidupan arahat, yang telah melenyapkan nafsu keinginan, kesombongan, pandangan salah, dan kemelekatan pada indria dan objek indria. Sang Buddha telah membuat pernyataan metaforis. Istilah "ibu" dan "ayah" digunakan untuk menunjukkan nafsu keinginan dan kesombongan. Kepercayaan/pandangan tentang keabadian (sassataditthi) dan kepercayaan/pandangan tentang pemusnahan (ucchedaditthi) seperti halnya dua raja, kemelekatan seperti para menterinya, dan indria serta objek indria seperti halnya sebuah kerajaan.
Setelah menjelaskan arti pernyataan itu kepada mereka, Sang Buddha membabarkan syair 294 dan 295 berikut ini:
Setelah membantai ibu (nafsu keinginan) dan ayah (kesombongan), serta dua orang ksatria (dua pandangan ekstrim berkenaan dengan kekekalan dan kemusnahan); dan setelah menghancurkan negara (pintu-pintu indria) bersama dengan para menterinya (kemelekatan), maka seorang brahmana akan berjalan pergi tanpa kesedihan.
Setelah membantai ibu (nafsu keinginan) dan ayah (kesombongan), serta dua raja yang arif (dua pandangan ekstrim berkenaan dengan kekekalan dan kemusnahan); dan setelah menghancurkan lima jalan yang penuh bahaya (lima rintangan batin), maka seorang brahmana akan berjalan pergi tanpa kesedihan.
Para bhikkhu yang datang berkunjung mencapai tingkat kesucian arahat, setelah khotbah Dhamma itu berakhir.***
Terima kasih saudara Ryu, bila demikian ini memang metafora, jadi ini bukan pembenaran, karena ini konsisten dengan pernyataan Sang Buddha sendiri yang secara konsisten tidak menyetujui pembunuhan, dengan mengatakan ini hanya metafora.
_/\_
bro Ryu memang gudangnya suta ya....
posting yg mantep sekali, sehingga penafsiran gw pun ikut TERBUNUH.
bro Ryu, kenapa sewaktu saya membaca :
QuoteSetelah membantai ibu (nafsu keinginan)
tetapi tidak ditulis lebih lengkap NAFSU KEINGINGAN apakah itu....
(pertanyaan ini pun udah pernah gw tanya pada bro Upasaka....
soalnya dari kata NAFSU KEINGINAN, utk umum non Buddhist sulit
mengetahui kenapa itu TIDAK BAIK)...
Apakah metafora digunakan utk menarik perhatian pendengar ?
trims sebelumnya. :x :x
Quote from: Deva19 on 12 December 2009, 06:23:31 PM
Quote
pernahkan budha berkata "semua bentuk pembunuhan tidak sesuai dengan dhamma?"
dari cerita yang anda copas tadi, jelas, ajaran budha mengakui bahwa "tidak semua bentuk pembunuhan tidak sesuai dengan dhamma". tul gak?
menurut anda, mungkin atau mustahil, adanya suatu pembunuhan yang tidak didasari oleh lobha, dosa dan moha, melainkan justru didasari oleh cinta kasih yang universal (dhammachariya)?
semua yang anda kutip tersebut adalah pertanyaan.
pertanyaan terebut diajukan oleh "yang tidak tahu" kepada "yang dianggap tahu", agar "yang tidak tahu menjadi tahu".
oleh karena itu, jika candra_mukti19 adalah saya, maka pertanyaan tersebut tidak membuktikan bahwa saya pernah menyatakan "Budha menyetujui sebagian pembunuhan". karena pertanyaan bukan pernyataan. selain itu relevansi pertanyaan candra_mukti dengan "Budha menyetujui sebagian pembunuhan" masih harus diselidiki dan dipertanyakan.
Sayang sekali thread tersebut sudah dikarantina jadi tidak bisa diakses umum. Jika memang bisa, saya kasih link-nya biar kita semua bisa menilai apakah candra_mukti19 itu bersikap sebagai "yang tidak tahu" atau "yang sok tahu dengan ilmu logikanya yang paling benar".
Kalau memang anda bukan candra_mukti19, saya minta maaf sedalam-dalamnya. Tidak banyak ex-Muslim yang di aktif di sini. Lebih sedikit lagi ex-Muslim yang juga dosen logika. Bahkan lebih langka lagi ex-Muslim dosen logika yang perunutan logikanya berantakan. Saya hanya tidak menyangka bisa bertemu dua mahluk seperti itu dalam hidup ini.
Quote from: fabian c on 12 December 2009, 06:34:38 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 12 December 2009, 09:23:09 AM
Pernah. Itu satu metafora yang diberikan untuk menunjukkan pencapaian Lakuntaka Bhaddiya yaitu:
-membunuh "ibu" (lobha), "ayah" (kesombongan), "dua raja" (eternalisme & nihilisme), dan "dua kerajaan" (khanda).
Itulah yang diajarkan untuk menjadi seorang "Brahmana" (Arahat).
Bro Kainyn yang baik, Boleh minta linknya? Terimakasih.
_/\_
Itu dari kisah Dhammapada yang melatar-belakangi syair 294-295. Sudah diberikan Bro ryu.
Dan, Ya, tentu saja itu hanyalah metafora belaka seperti kita semua sudah tahu.
Quote from: kutho
Sayang sekali thread tersebut sudah dikarantina jadi tidak bisa diakses umum. Jika memang bisa, saya kasih link-nya biar kita semua bisa menilai apakah candra_mukti19 itu bersikap sebagai "yang tidak tahu" atau "yang sok tahu dengan ilmu logikanya yang paling benar".
Kalau memang anda bukan candra_mukti19, saya minta maaf sedalam-dalamnya. Tidak banyak ex-Muslim yang di aktif di sini. Lebih sedikit lagi ex-Muslim yang juga dosen logika. Bahkan lebih langka lagi ex-Muslim dosen logika yang perunutan logikanya berantakan. Saya hanya tidak menyangka bisa bertemu dua mahluk seperti itu dalam hidup ini.
bro upasaka dan umat budhis lainnya hanya diam saja, bila ada umat budhis yang jelas-jelas melakukan personal attack kepada saya seperti yang dilakukan oleh sdr. kutho tersebut. tapi bro upasaka dan kawan budhis lainnya sangat cepat menegur aku, bila aku sedikit saja membalas dengan hal serupa. tapi, sekarang lebih baik aku diam saja. karena sudah dipastikan, bila aku mau meladeni omong kosong sdr. kutho ini, maka pastilah aku yang menjadi bulan-bulanan umat semua member DC, karena mereka masih melekat pada "kelompok". mereka berpikir "oh ini kawanku, aku suka padanya dan aku akan membelanya. dan deva19 belas adalah seorang muslim, itu bukan kawanku, bukan sahabatku, sedangkan yang lebih pantas aku dukung adalah kawanku sendiri."
masuk ke dhammacitta itu mirip masuk ke area tinju. kini sdr. kutho yang jadi lawan tinjuku. tapi aku tidak diperkenankan untuk melawan. sekali saja aku melawan, pastilah aku yang babak belur digebukin wasit dan penonton.
mmmm... :-?
dua2nya benar.... ;D
mungkin pembahasan tentang sebuah topik jangan di thread ini, tp bikin baru sehingga tidak tercampur aduk dengan pengalaman pribadi dengan topik yg akan dibahas _/\_
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 11:00:31 AM
Quote from: kutho
Sayang sekali thread tersebut sudah dikarantina jadi tidak bisa diakses umum. Jika memang bisa, saya kasih link-nya biar kita semua bisa menilai apakah candra_mukti19 itu bersikap sebagai "yang tidak tahu" atau "yang sok tahu dengan ilmu logikanya yang paling benar".
Kalau memang anda bukan candra_mukti19, saya minta maaf sedalam-dalamnya. Tidak banyak ex-Muslim yang di aktif di sini. Lebih sedikit lagi ex-Muslim yang juga dosen logika. Bahkan lebih langka lagi ex-Muslim dosen logika yang perunutan logikanya berantakan. Saya hanya tidak menyangka bisa bertemu dua mahluk seperti itu dalam hidup ini.
bro upasaka dan umat budhis lainnya hanya diam saja, bila ada umat budhis yang jelas-jelas melakukan personal attack kepada saya seperti yang dilakukan oleh sdr. kutho tersebut. tapi bro upasaka dan kawan budhis lainnya sangat cepat menegur aku, bila aku sedikit saja membalas dengan hal serupa. tapi, sekarang lebih baik aku diam saja. karena sudah dipastikan, bila aku mau meladeni omong kosong sdr. kutho ini, maka pastilah aku yang menjadi bulan-bulanan umat semua member DC, karena mereka masih melekat pada "kelompok". mereka berpikir "oh ini kawanku, aku suka padanya dan aku akan membelanya. dan deva19 belas adalah seorang muslim, itu bukan kawanku, bukan sahabatku, sedangkan yang lebih pantas aku dukung adalah kawanku sendiri."
masuk ke dhammacitta itu mirip masuk ke area tinju. kini sdr. kutho yang jadi lawan tinjuku. tapi aku tidak diperkenankan untuk melawan. sekali saja aku melawan, pastilah aku yang babak belur digebukin wasit dan penonton.
Anda hebat yah bisa langsung tahu saya umat Buddhis, dan juga memastikan saya juga bukan "ex-Muslim". Bisa dijelaskan silogismenya dari mana, atau memang "personal attack" belaka?
Sekarang supaya clear saja, saya ulangi sekali lagi.
Pembunuhan menurut Buddha adalah jika memenuhi syarat-syarat ini:
1. adanya mahluk
2. adanya niat membunuh
3. adanya usaha untuk membuat mahluk itu mati
4. mahluk itu mati karena hasil usaha tersebut
Sila pertama yang diberikan oleh Buddha: menghindari pembunuhan.
Pertanyaan saya: apakah dengan ilmu logika anda, berarti ada jenis pembunuhan yang disetujui? Tolong dijawab dan diberikan alasannya.
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 11:00:31 AM
Quote from: kutho
Sayang sekali thread tersebut sudah dikarantina jadi tidak bisa diakses umum. Jika memang bisa, saya kasih link-nya biar kita semua bisa menilai apakah candra_mukti19 itu bersikap sebagai "yang tidak tahu" atau "yang sok tahu dengan ilmu logikanya yang paling benar".
Kalau memang anda bukan candra_mukti19, saya minta maaf sedalam-dalamnya. Tidak banyak ex-Muslim yang di aktif di sini. Lebih sedikit lagi ex-Muslim yang juga dosen logika. Bahkan lebih langka lagi ex-Muslim dosen logika yang perunutan logikanya berantakan. Saya hanya tidak menyangka bisa bertemu dua mahluk seperti itu dalam hidup ini.
bro upasaka dan umat budhis lainnya hanya diam saja, bila ada umat budhis yang jelas-jelas melakukan personal attack kepada saya seperti yang dilakukan oleh sdr. kutho tersebut. tapi bro upasaka dan kawan budhis lainnya sangat cepat menegur aku, bila aku sedikit saja membalas dengan hal serupa. tapi, sekarang lebih baik aku diam saja. karena sudah dipastikan, bila aku mau meladeni omong kosong sdr. kutho ini, maka pastilah aku yang menjadi bulan-bulanan umat semua member DC, karena mereka masih melekat pada "kelompok". mereka berpikir "oh ini kawanku, aku suka padanya dan aku akan membelanya. dan deva19 belas adalah seorang muslim, itu bukan kawanku, bukan sahabatku, sedangkan yang lebih pantas aku dukung adalah kawanku sendiri."
masuk ke dhammacitta itu mirip masuk ke area tinju. kini sdr. kutho yang jadi lawan tinjuku. tapi aku tidak diperkenankan untuk melawan. sekali saja aku melawan, pastilah aku yang babak belur digebukin wasit dan penonton.
Tenang bro...
Rekan2 di sini memang msh byk kekurangannya, mohon maklum
menjalani Sanghavatthu saja blm sempurna, apalagi mau bicara soal dhamma yg halus..?
Di sini jadi cermin buat saya juga (bukan berarti saya lebih ini atau itu..), jadi mohon semua jangan terlalu merasa pandngannya paling benar lalu berdiskusi dengan seolah-olah "lu tuh SALAH, tahu!!!" ...
mari terapkan diskusi dengan azas sangahavatthu...
;D
setuju at: atas
masa orang berbeda pendapat sudah dikatakan dan di ponis,eperti sy memberikan pendapat dengan pandangan saya tapi ada juga yg menyinggung kenyakinan saya , yg lebih parahnya lagi sy dikatakan bukan aliran/agama buddha keterlaluankan,,,,,,,,,,,,
kalau sy boleh sombong sebelum mereka masuk agama buddha dan tahu akan dhaama sy mungkin lebih dulu masa sy di katakan seperti itu,,,,,,,,,,,,,
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 11:00:31 AM
Quote from: kutho
Sayang sekali thread tersebut sudah dikarantina jadi tidak bisa diakses umum. Jika memang bisa, saya kasih link-nya biar kita semua bisa menilai apakah candra_mukti19 itu bersikap sebagai "yang tidak tahu" atau "yang sok tahu dengan ilmu logikanya yang paling benar".
Kalau memang anda bukan candra_mukti19, saya minta maaf sedalam-dalamnya. Tidak banyak ex-Muslim yang di aktif di sini. Lebih sedikit lagi ex-Muslim yang juga dosen logika. Bahkan lebih langka lagi ex-Muslim dosen logika yang perunutan logikanya berantakan. Saya hanya tidak menyangka bisa bertemu dua mahluk seperti itu dalam hidup ini.
bro upasaka dan umat budhis lainnya hanya diam saja, bila ada umat budhis yang jelas-jelas melakukan personal attack kepada saya seperti yang dilakukan oleh sdr. kutho tersebut. tapi bro upasaka dan kawan budhis lainnya sangat cepat menegur aku, bila aku sedikit saja membalas dengan hal serupa. tapi, sekarang lebih baik aku diam saja. karena sudah dipastikan, bila aku mau meladeni omong kosong sdr. kutho ini, maka pastilah aku yang menjadi bulan-bulanan umat semua member DC, karena mereka masih melekat pada "kelompok". mereka berpikir "oh ini kawanku, aku suka padanya dan aku akan membelanya. dan deva19 belas adalah seorang muslim, itu bukan kawanku, bukan sahabatku, sedangkan yang lebih pantas aku dukung adalah kawanku sendiri."
masuk ke dhammacitta itu mirip masuk ke area tinju. kini sdr. kutho yang jadi lawan tinjuku. tapi aku tidak diperkenankan untuk melawan. sekali saja aku melawan, pastilah aku yang babak belur digebukin wasit dan penonton.
wah.. aku gak di anggap.. padahal aku dah bilang " yg lalu biarlah berlalu" ..hmm.. bukan pembelaan yah? pembelaan seperti apa yg anda harapkan? aku kan member baru...., gak ngerti hubungan karma kalian dimasa lalu :P
Quote from: johan3000 on 13 December 2009, 12:03:01 AM
QuoteSetelah membantai ibu (nafsu keinginan)
tetapi tidak ditulis lebih lengkap NAFSU KEINGINGAN apakah itu....
(pertanyaan ini pun udah pernah gw tanya pada bro Upasaka....
soalnya dari kata NAFSU KEINGINAN, utk umum non Buddhist sulit
mengetahui kenapa itu TIDAK BAIK)...
Apakah metafora digunakan utk menarik perhatian pendengar ?
trims sebelumnya. :x :x
Dalam teks aslinya, istilah nafsu keinginan adalah "tanha" (Bahasa Pali).
Tanha adalah nafsu keinginan duniawi; baik nafsu keinginan yang baik ataupun nafsu keinginan yang buruk,
Quote from: Kainyn_Kutho on 14 December 2009, 09:35:58 AM
Quote from: fabian c on 12 December 2009, 06:34:38 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 12 December 2009, 09:23:09 AM
Pernah. Itu satu metafora yang diberikan untuk menunjukkan pencapaian Lakuntaka Bhaddiya yaitu:
-membunuh "ibu" (lobha), "ayah" (kesombongan), "dua raja" (eternalisme & nihilisme), dan "dua kerajaan" (khanda).
Itulah yang diajarkan untuk menjadi seorang "Brahmana" (Arahat).
Bro Kainyn yang baik, Boleh minta linknya? Terimakasih.
_/\_
Itu dari kisah Dhammapada yang melatar-belakangi syair 294-295. Sudah diberikan Bro ryu.
Dan, Ya, tentu saja itu hanyalah metafora belaka seperti kita semua sudah tahu.
Tentu saja metafora. Karena ibu, ayah, dua raja dan dua kerajaan yang dimaksud bukanlah personal ataupun makhluk hidup.
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 11:00:31 AM
Quote from: kutho
Sayang sekali thread tersebut sudah dikarantina jadi tidak bisa diakses umum. Jika memang bisa, saya kasih link-nya biar kita semua bisa menilai apakah candra_mukti19 itu bersikap sebagai "yang tidak tahu" atau "yang sok tahu dengan ilmu logikanya yang paling benar".
Kalau memang anda bukan candra_mukti19, saya minta maaf sedalam-dalamnya. Tidak banyak ex-Muslim yang di aktif di sini. Lebih sedikit lagi ex-Muslim yang juga dosen logika. Bahkan lebih langka lagi ex-Muslim dosen logika yang perunutan logikanya berantakan. Saya hanya tidak menyangka bisa bertemu dua mahluk seperti itu dalam hidup ini.
bro upasaka dan umat budhis lainnya hanya diam saja, bila ada umat budhis yang jelas-jelas melakukan personal attack kepada saya seperti yang dilakukan oleh sdr. kutho tersebut. tapi bro upasaka dan kawan budhis lainnya sangat cepat menegur aku, bila aku sedikit saja membalas dengan hal serupa. tapi, sekarang lebih baik aku diam saja. karena sudah dipastikan, bila aku mau meladeni omong kosong sdr. kutho ini, maka pastilah aku yang menjadi bulan-bulanan umat semua member DC, karena mereka masih melekat pada "kelompok". mereka berpikir "oh ini kawanku, aku suka padanya dan aku akan membelanya. dan deva19 belas adalah seorang muslim, itu bukan kawanku, bukan sahabatku, sedangkan yang lebih pantas aku dukung adalah kawanku sendiri."
masuk ke dhammacitta itu mirip masuk ke area tinju. kini sdr. kutho yang jadi lawan tinjuku. tapi aku tidak diperkenankan untuk melawan. sekali saja aku melawan, pastilah aku yang babak belur digebukin wasit dan penonton.
Bro Kainyn_Kutho tidak melakukan personal attack. Kalau postingan "sindir-menyindir" halus seperti itu saya tidak mempermasalahkan.
Silakan Bro Deva19 membalas Bro Kainyn_Kutho dengan postingan seperti: "Anda sangat jenius." Saya pikir Bro Kainyn_Kutho juga tidak merasa itu merupakan personal attack.
Yang saya sebut dengan personal attack (ad hominem) adalah: "Dasar kau bodoh. Daripada berdiskusi dengan kamu, lebih baik aku berdiskusi dengan dengkulku."
Harap dipahami. Saya tidak bermaksud berat sebelah.
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 11:00:31 AM
Quote from: kutho
Sayang sekali thread tersebut sudah dikarantina jadi tidak bisa diakses umum. Jika memang bisa, saya kasih link-nya biar kita semua bisa menilai apakah candra_mukti19 itu bersikap sebagai "yang tidak tahu" atau "yang sok tahu dengan ilmu logikanya yang paling benar".
Kalau memang anda bukan candra_mukti19, saya minta maaf sedalam-dalamnya. Tidak banyak ex-Muslim yang di aktif di sini. Lebih sedikit lagi ex-Muslim yang juga dosen logika. Bahkan lebih langka lagi ex-Muslim dosen logika yang perunutan logikanya berantakan. Saya hanya tidak menyangka bisa bertemu dua mahluk seperti itu dalam hidup ini.
bro upasaka dan umat budhis lainnya hanya diam saja, bila ada umat budhis yang jelas-jelas melakukan personal attack kepada saya seperti yang dilakukan oleh sdr. kutho tersebut. tapi bro upasaka dan kawan budhis lainnya sangat cepat menegur aku, bila aku sedikit saja membalas dengan hal serupa. tapi, sekarang lebih baik aku diam saja. karena sudah dipastikan, bila aku mau meladeni omong kosong sdr. kutho ini, maka pastilah aku yang menjadi bulan-bulanan umat semua member DC, karena mereka masih melekat pada "kelompok". mereka berpikir "oh ini kawanku, aku suka padanya dan aku akan membelanya. dan deva19 belas adalah seorang muslim, itu bukan kawanku, bukan sahabatku, sedangkan yang lebih pantas aku dukung adalah kawanku sendiri."
masuk ke dhammacitta itu mirip masuk ke area tinju. kini sdr. kutho yang jadi lawan tinjuku. tapi aku tidak diperkenankan untuk melawan. sekali saja aku melawan, pastilah aku yang babak belur digebukin wasit dan penonton.
omong kosong sdr. kuthomenurut pengalaman gw di forum lain, bro Kutho menulis dgn baik, jelas, ringkat dan mudah dimengerti. Dan setau gw, dia gak pernah berkata KOSONG....
terus terang ada yg menulis kalimat bahwa bro Kutho omomg kosong....
nah gw jadi pingin tau KEBENARANNYA....
mohon dijelaskan dgn rinci dan logika.
semoga posting ini pun bukan merupakan personal attack,
tapi klarifikasi atas nama baik seseorang! 8) 8)
masuk ke dhammacitta itu mirip masuk ke area tinjuapakah begitu ? :o :o (masing2 introspeksi diri....)
gw jadi penonton aja ...
;D ;D ;D
ikut nonton ah,,,,,,,,,,,,
moga2 eru nih tanding orang kebelinger
Quote from: chingik on 14 December 2009, 12:12:49 PM
Tenang bro...
Rekan2 di sini memang msh byk kekurangannya, mohon maklum
menjalani Sanghavatthu saja blm sempurna, apalagi mau bicara soal dhamma yg halus..?
Di sini jadi cermin buat saya juga (bukan berarti saya lebih ini atau itu..), jadi mohon semua jangan terlalu merasa pandngannya paling benar lalu berdiskusi dengan seolah-olah "lu tuh SALAH, tahu!!!" ...
mari terapkan diskusi dengan azas sangahavatthu...
;D
Kalau mengenai pemahaman dhamma, susah sekali mengetahui yang benar dan salah, jadi alangkah baiknya jangan menganggap diri sendiri benar dan menunjuk orang lain salah. Kebanyakan hanya kembali ke opini dan kecocokan masing-masing.
Tapi kalau hal ilmiah seperti "logika", itu ada benar dan ada salahnya dalam konteks dan lingkup tertentu. Jadi tidak pakai azas "Sangahavatthu".
Quote from: waliagung on 14 December 2009, 12:31:36 PM
setuju at: atas
masa orang berbeda pendapat sudah dikatakan dan di ponis,eperti sy memberikan pendapat dengan pandangan saya tapi ada juga yg menyinggung kenyakinan saya , yg lebih parahnya lagi sy dikatakan bukan aliran/agama buddha keterlaluankan,,,,,,,,,,,,
kalau sy boleh sombong sebelum mereka masuk agama buddha dan tahu akan dhaama sy mungkin lebih dulu masa sy di katakan seperti itu,,,,,,,,,,,,,
Memangnya makin lama orang belajar dhamma, pasti lebih benar?
Kalau "Tuhan menciptakan ruang" termasuk dalam pemahaman dhamma anda, maka pembelajaran dhamma anda yang konon sudah sangat lama itu sepertinya sia-sia.
Quote from: waliagung on 11 December 2009, 01:41:01 PM
itu pandangan orang yg dangkal terhadap agama lain,anda bicara menciptakan bila anda mempelajari dan memahami semua itu adalah kata menciptakan yg ada daalam agama lain tidak seperti yg anda pahami dan mereka2 yg ilmu pemahamannya setengah2,sebab sy menyakini bahwa tuhan tidak pernah menciptakan benda apapun didunia dan alam semesta tapi tuhan menyediakan ruangnya,tanpa ada ruang mana mungkin alam berproses dan terjadi benda ,,,
bila benda sy berpendapan setuju bagaimana dengan ruang,sebab bla sy pelajari agama lain dan melalui pandangan sy sm dimana bedanya,,,,,,,,,,,,,
Quote from: waliagung on 14 December 2009, 12:31:36 PM
setuju at: atas
masa orang berbeda pendapat sudah dikatakan dan di ponis,eperti sy memberikan pendapat dengan pandangan saya tapi ada juga yg menyinggung kenyakinan saya , yg lebih parahnya lagi sy dikatakan bukan aliran/agama buddha keterlaluankan,,,,,,,,,,,,
kalau sy boleh sombong sebelum mereka masuk agama buddha dan tahu akan dhaama sy mungkin lebih dulu masa sy di katakan seperti itu,,,,,,,,,,,,,
untung gak sombong, kalo sombong malu tuh kakakakakak
Tambahan lagi, Argumentum ad personam terjadi bila ada usaha mengaburkan nilai kebenaran perkataan/perbuatan seseorang yang berdasarkan pribadi orang tersebut, yang tentu saja tidak berhubungan. Dalam hal ini misalnya:
1. Candra_mukti19 mengatakan adanya pembunuhan yang disetujui Buddha
2. Candra_mukti19 ex-Muslim
Kesimpulan: karena candra_mukti19 adalah ex-Muslim, maka pernyataannya meragukan.
Itulah argumentum ad personam (hominem) karena sesungguhnya tidak ada hubungan status ex-Muslim dengan kebenaran pendapat dari candra_mukti19.
Jika ada orang yang bicara logika ilmiah, namun menyimpang ke "pengalaman langsung", lalu lari lagi ke ilmu-ilmu lainnya, sehingga manusia secara ilmiah tidak termasuk mamalia (karena hanya melihat dari sisi biologi saja) dan saya katakan "logikanya berantakan", maka itu adalah bukan ad hominem, bukan pula opini. Itu hanyalah suatu fakta belaka yang pahit.
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 04:24:55 PM
Setiap kata-kata adalah merupakan objek logika. oleh karena itu, apapun yang dikatakan, maka itu merupakan objek dari kajian ilmu logika. apabila dengan menggunakan kata-kata, berarti harus tunduk pada norma-norma logika. tetapi, bila hendak melihat kebenaran ilmiah, kita harus meihat kepada makna di balik kata-kata.
deva19 adalah hewan mamalia. <---- ini salah secara ilmiah, jika di dalam ilmu sosial manusia tidak digolongkan kepada hewan. kecuali bila disiplin ilmu ilmiah tersebut "hanya dibatasi" pada ilmu biologi. maka benar, bahwa manusia adalah hewan mamalia, dan benar bahwa deva19 adalah hewan mamalia. tetapi faktnya, ilmu yang termasuk ilmiah bukan hanya biologi, melainkan juga psikologi, ilmu sosial, politik, antropologi, dll. dalam ilmu sosial ataupun psikologi, jelas manusia tidak pernah digolongkan sebagai hewan mamalia.
Saya baru tahu lho kalau sosial, politik, dan antropologi membahas taksonomi makhluk mamalia.
[at] Upasaka
dalam seni ad hominem, saya hafal betul 55 macam bentuk ad hominem. dengan bentuk-bentuk ad hominem yang telah saya hafal tersebut, maka saya dapat mengidentifikasi pernyataan mana saja yang termasuk ad hominem, dan mana yang bukan. tetapi bila bro upasaka mempunyai kriteria lain tentang mana yang dimaksud dengan ad hominem dan mana yang bukan, ya terserah bro saja. kalau memang anda lebih tahu tentang apa itu ad hominem, maka saya harus belajar dari anda secara bersungguh-sungguh.
kalau boleh saya tanya kepada anda tentang ad hominem,
1. berapa banyak bentuk ad hominem yang anda tahu?
2. apakah anda tahu 7 faktor mental yang melemahkan akal seseorang?
3. apakah ad hominem itu bersifat baik, buruk ataukah netral?
4. apakah anda tahu, bagaimana cara menggunakan ad hominem untuk hal positif?
5. di forum ini, apakah setiap ad hominem tidak boleh digunakan atau hanya sebagainnya saja?
6. apakah definisi argumentun ad hominem menurut anda?
sementara itu saja dulu, pertanyaan lainnya menyusul.
Quote
deva19 adalah hewan mamalia. <---- ini salah secara ilmiah
[at] kutho
di buku ilmiah mana yang disitu dinyatakan bahwa deva19 adalah hewan mamalia?
jika ada pernyataan sperti itu di dalam salah buku-buku ilmiah, maka pernyataan tersebut adalah benar.
jika di dalam buku ilmu biologi dinyatakan bahwa "manusia adalah hewan mamalia", maka bagaimana bisa menjadi "deva19 adalah hewan mamalia"? padahal saya jamin, di buku biologi manapun, tidak ada pernyataan seperti itu.
pernyataan sepeti itu hanya ad di dalam logika anda. yakni anda berpikir bahwa menurut ilmu biologi "manusia adalah hewan mamalia" sedangkan "deva19 adalah manusia" jadi, kesimpulannya adalah "deva19 merupakan hewan mamalia" <---- maka ini tidak dapat disebut kebenaran ilmiah, karena merupakan hasil kesimpulan, jadi disebut kebenaran logika.
seandainya kutho tidak dapat mengerti penjelasan saya tersebut, semoga member lain dapat memahaminya.
[at] Deva19
Sejalan dengan pemikiran bro johan3000, bahwa perkataan "omongkosong" yang anda lontarkan tersebut adalah SALAH ( tidak benar ) dan tidak pada tempatnya. Karena saya juga pernah berdiskusi dengan Bro Kainyn di forum lain. Hasil diskusi tersebut sangat inspiratif dan memotivasi bahkan saya mendapat manfaat dari Bro Kainyn
IMO,
Mungkin anda melihat dari sisi lain ( baca : gelas penuh ), sehingga pada saat diskusi/debat, anda mulai menekan terus-menerus "PER ( besi spiral )baca: teman diskusi", sehingga daya pantulan balik semakin besar dari "per" membuat anda seakan-akan terpental ke ruang " kosong " yang artinya semakin besar "omongan" yang dilontarkan semakin "kosong" hasil yang diterima.
Kesimpulan "omong kosong" adalah hasil pikiran, ucapan dan perbuatan yang tidak bermanfaat, artinya siapa yang menaman omongan yang kosong akan menuai hasil yang omong kosong juga
Sharing artikel :
Seluruh dunia mengenal Socrates sebagai filsuf luar biasa Athena (4 Juni 470 SM - 339 SM).
Dari jaman purbakala hingga jaman modern para siswa telah merenungkan hidup dan ajaran-ajaran dari Socrates. Banyak kesimpulan yang dibuat tentang bagaimana dia menjalani hidupnya dan banyak pihak yang menyatakan hal-hal lain berdasarkan desas-desus.
Semua ini dapat terjadi karena Socrates tidak pernah meninggalkan skrip tulisan. Mereka yang semasa hidupnya dekat dengan dia atau mereka yang tertarik pada dirinya-lah yang menuliskan untuknya.
Sangatlah normal bila figur orang penting menjadi subyek perdebatan di kalangan masyarakat dan hidup seseorang. Bagaimanapun para pakar mengatakan, Socrates telah meninggalkan warisan budaya yang mengajarkan manusia secara langsung maupun tidak langsung dan mengajarkan bagaimana menjadi manusia berbudaya.
Gnothi Se Afton: Mengenal diri sendiri
Banyak orang mencoba menanggapi frase ini untuk memahami arti terdalamnya. Begitu sederhana untuk mengerti kata-katanya namun tindakan seseoranglah yang menunjukkan jika dia telah memahami artinya.
"Gnothi se afton" berarti "mengenali diri sendiri". Seseorang yang dengan sungguh-sungguh sadar akan keberadaan dan tindakannya, memahami keberadaan yang lain juga. Pada tingkat yang lebih sederhana, hal itu untuk mengetahui apakah orang tersebut memiliki kebiasaan yang baik atau jelek, dan mempunyai kekuatan untuk belajar dan meningkatkan diri sendiri selama hidupnya.
En Oida Oti Ouden Oida: Saya tahu bahwa saya tidak tahu apa-apa
Frase tersebut dalam bahasa Yunani diterjemahkan lebih dekat sebagai "Saya mengetahui satu hal, dan karena itu saya tidak mengetahui apa-apa."
Menurut pemahaman saya, Socrates tidak menyatakan bahwa dia tidak mengetahui apa-apa, namun bahwa seseorang tidak dapat mengetahui apa saja secara mutlak meskipun dia yakin mengenai hal tertentu. Socrates telah meng-eksplorasi dirinya sendiri dan semakin banyak dia memahami, akhirnya dia sampai pada kesadaran bahwa dia tidak mengetahui apa-apa.
Jalan pemikiran ini mirip dengan filsafat Timur di mana Buddha (Sidharta Gautama) pernah mengatakan, "Saya belum mengajarkan Dharma apa pun sepanjang hidup saya." Setelah dia mengajarkan kebenaran alam semesta pada pengikutnya selama beberapa tahun. CMIIW
Filsafat mana pun yang kita pelajari, semuanya memiliki kesamaan yaitu untuk mengenal dan mengetahui diri sendiri. Bagi orang yang mengenali diri sendiri dapat menghindari banyak situasi buruk.
Tidak mengenal diri sendiri, tidak memahami hingga ke hati, dan berpikir bahwa kita mengetahui segalanya, kita akan menghadapi situasi yang menyulitkan.
Sederhananya adalah KESOMBONGAN adalah AWAL KEJATUHAN
emang chandra mukti orang islam kenapa dia pindah agama
kalau d pindah agama sudah bisa di pastikan dia meragukan
sudah kubilang, kalo aku mencoba "sedikit melawan" maka aku akan dikeroyok ma umat budhis di sini.
[at] Johan dan change
saya bertanya kepada kutho, bahwa apakah ia menuduhku menyatakan "budha menyetujui sebagian pembunuhan?"
jika ya, maka dia harus membuktikan kapan dan dimana saya menyatkan demikian.
kalau dia berusaha memberikan bukti tanpa terlebih dahulu menjawab "ya" atau "tidak", maka itu melewati prosedur berpikir yang seharusnya tidak dilewatkan, tetapi dapat diartikan bahwa dia menyatakan "ya".
oleh karena dia sudah berusaha membuktikan bahwa saya menyatakan "budha menyetujui sebagian pembunuhan", maka berarti dapat ditafsirkan bahwa sdr. kutho menjawab "ya".
dan ternyata bukti yang dia sodorkan bukanlah bukti. jika benar bahwa bahwa bukti tersebut bukanlah bukti yang benar, maka tuduhan sdr. kutho adalah kebohongan. tuduhan atau perkataan yang tanpa bukti kebenaran itu namanya omong kosong atau bahkan lebih buruk dari omong kosong.
orang berkata, "di dalam ruangan A adalah seorang wanita cantik sedang duduk". tapi, ketika orang melihat ke sana, di sna tidak ada seorang wanita pun. maka pernyataan orang itu disebut "kosong" dari fakta, omong kosong atau bohong. serupa dengan itu pula perkataan sdr. kutho.
persoalan apakah sdr. kutho memberi inspirasi kepada anda atau tidak, itu tidak ada hubungannya dengan persoalan ini. pertanyaannya, apakah setiap orang yang pernah memberi inspirasi kepada anda dijamin tidak akan pernah berbohong seumur hidupnya?
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 08:36:00 AM
Quote from: jerry
ya.. it's ok, at least bro bisa menerapkan nilai2 buddhism dlm kehidupan bro. btw, bukannya dulu bilang jadi "guru"?
saya guru, mengajar di universitas Islam. itu artinya dibawah naungan Departemen Agama. saya juga mengajar di SMK dibawah naungan Yayasan Islam.
but, tanks for All
saya semakin mantap hati untuk beragama budha.
Perbedaan dan pertentangan faham saya dengan sebagian umat budhis tidaklah berarti apa-apa bila saya bisa memperoleh kebahagiaan hidup, kebebasan spritual, mencapai ketenangan dan kebijaksanaan melalui tuntunan budhisme.
sebaliknya, kesamaan pandangan saya dengan sebagian muslimin juga tidak berarti apa-apa bila saya tidak dapat menemukan kebahagiaan hdiup, kebebasan spiritual, mencapai ketenangan dan kebijaksanaan di dalam tuntunan ajaran Islam.
hati saya tidak dpat dibohongi, bahwa hidup saya telah tercerahkan oleh ajaran budha. kebahagiaan, pencerahan, ketenangan dan kebijaksanaan yang ada di dalam diri saya, tidak dapat berkembang melalui ajaran lain.
ada kebahagiaan, pencerahan, ketenangan dan kebjaksaan yang saya peroleh di dalam ajaran agama-agama lain. tetapi kebahagiaan, pencerahan, ketenangan dan kebijaksaan yang diperoleh dari ajaran agama budha lebih tinggi dan lebih dalam, ajaran sang Budha tidak hanya menghancurkan kejahatan-kejahatan yang kasar yang kasat mata, melainkan juga menghancurkan kejahatan-kejahatan yang sangat halus yang tersembunyi di dalam batin manusia.
jika situasi aman, mungkin kelak saya akan mengubah status menjadi budhis. tetapi bila belum aman, biarlah tetap status saya muslim. apalah arti dari sebuah label yang tertera di KTP. agama itu bukanlah status di KTP.
walaupun demikian, jika ada kesempatan, ingin sekali saya bertemu muka dengan umat budhis, untuk berdiskusi secara langsung atau untuk berlatih meditasi bersama.
sepertinya diskusi kali ini saya cukupkan sekian dulu, berhubung akhir pekan ini saya ada kesibukan yang padat. mohon maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan.
_/\_
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bro Deva, melihat apa yang anda sampaikan, sungguh baik anda mau belajar agama lain terutama Buddhisme. Saya salut dan terkesan. ;D
Mengenai perubahan di KTP ... saya rasa itu bukanlah hal yang terlalu penting ...
Menjadi Buddhist itu bukanlah suatu label atau cap ... Menjadi Buddhist adalah melaksanakan seluruh ajaran Sang Buddha.
Semoga pengetahuan dhamma dan kebijaksanaan bro deva selalu berkembang setiap saat ...
_/\_
Wassalamualaikum Wr. Wb.
walaikum salam.,.,.,.,.,.,.,
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 02:27:13 PM
Quote
deva19 adalah hewan mamalia. <---- ini salah secara ilmiah
[at] kutho
di buku ilmiah mana yang disitu dinyatakan bahwa deva19 adalah hewan mamalia?
jika ada pernyataan sperti itu di dalam salah buku-buku ilmiah, maka pernyataan tersebut adalah benar.
jika di dalam buku ilmu biologi dinyatakan bahwa "manusia adalah hewan mamalia", maka bagaimana bisa menjadi "deva19 adalah hewan mamalia"? padahal saya jamin, di buku biologi manapun, tidak ada pernyataan seperti itu.
pernyataan sepeti itu hanya ad di dalam logika anda. yakni anda berpikir bahwa menurut ilmu biologi "manusia adalah hewan mamalia" sedangkan "deva19 adalah manusia" jadi, kesimpulannya adalah "deva19 merupakan hewan mamalia" <---- maka ini tidak dapat disebut kebenaran ilmiah, karena merupakan hasil kesimpulan, jadi disebut kebenaran logika.
seandainya kutho tidak dapat mengerti penjelasan saya tersebut, semoga member lain dapat memahaminya.
Luar biasa. Ini postingan anda sebelumnya:
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 03:39:14 PM
sebagaimana saya katakan, untuk mengetahui kebenaran ilmiah, orang harus keluar dari diskusi dan perdebatan untuk menyelidiki secara langsung. selama orang berkutat di dalam konsep-konsep, berarti dia masih menggunakan logika. pertanyaan sdr. hatred tersebut mendorong dirinya dan lawan diskusinya untuk berpikir logic, bukan untuk menyelidiki secara ilmiah. kalau memang ingin menyelidiki secara ilmiah, maka anda harus datang ke sini untuk melihat bahwa user Deva19 adalah manusia.
tetapi dengan logika, membuat orang tidak perlu repot-repot pergi ke sini untuk melihat langsung. karena Deva19 diskusi di forum, dan setiap yang diskusi di forum itu pasti manusia, maka deva19 itu pastilah manusia. argumentasi pertama = ilmiah. argumentasi kedua=ilmiah. maka kesimpulannya disebut logika ilmiah.
Apa mungkin seharusnya saya menganggap anda seekor kalkun yang bisa main internet?
-------------------------------
[at] CHANGE (& johan3000)
Sebetulnya saya sadar masih sering sekali melakukan kesalahan, jadi sah-sah saja kalau orang lain berpendapat saya mengatakan "omong kosong". Bagaimana pun itu hak masing-masing orang.
Koreksi sedikit, "Mengenal diri sendiri" dibaca "Gnothi sea
uton" (γνῶθι σεαυτόν)
at atas setuju,.,.,.,. no coment
Thank atas koreksinya, Bro Kainyn
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 02:56:37 PM
persoalan apakah sdr. kutho memberi inspirasi kepada anda atau tidak, itu tidak ada hubungannya dengan persoalan ini. pertanyaannya, apakah setiap orang yang pernah memberi inspirasi kepada anda dijamin tidak akan pernah berbohong seumur hidupnya?
Bolehkah berbagi logika mengenai pertanyaan anda diatas ?
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 02:56:37 PM
sudah kubilang, kalo aku mencoba "sedikit melawan" maka aku akan dikeroyok ma umat budhis di sini.
[at] Johan dan change
saya bertanya kepada kutho, bahwa apakah ia menuduhku menyatakan "budha menyetujui sebagian pembunuhan?"
jika ya, maka dia harus membuktikan kapan dan dimana saya menyatkan demikian.
................
................
dan ternyata bukti yang dia sodorkan bukanlah bukti. jika benar bahwa bahwa bukti tersebut bukanlah bukti yang benar, maka tuduhan sdr. kutho adalah kebohongan. tuduhan atau perkataan yang tanpa bukti kebenaran itu namanya omong kosong atau bahkan lebih buruk dari omong kosong.
Sebagai seorang guru besar ahli ilmu logika....
coba tunjukan didalam textbook ilmu logika mana yg terdapat kata OMONG KOSONG !............
nama textbook, judul, NO ISBN, phhh halaman, paragarap berapa sihhh etc....
=)) =)) (tunjukan merah mu bro....) :'( :'( :'( =)) =))
apakah kalau murid tidak menjawab dgn benar,... pembuktian gak benar/lengkap....
elu juga bilang pada murid
OMONG KOSONG ? nnah itu yg gue pingin tau....
tutur kata dari seorang guru besar ilmu logika ................
mohon masudkan dari bro Deva19 utk menjadi guru yg baik!.... 8) 8) 8) 8)
seharusnya sih aku berhenti melayani komentarnya sdr. kutho. tapi entahlah, aku selalu tertantang untuk melawan, sampai "kebenaran" menjadi jelas.
tetapi, untuk membuat seseorang yang tidak mengerti menjadi mengerti itu membutuhkan waktu lama. saya harus mempersiapkan lebih banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu orang lain menjadi "mengerti". lalu apakah arti semua itu? tidak akan banyak artinya. jadi, silahkan saja lah sdr. kutho atau umat budhis lainnya ingin berkomentar apapun. dan aku mengundang umat budhis lainnya yang dapat berdiskusi dengan cara yang tenang dan baik denganku. bila bro Upasaka dapat berdiskusi dengan cara yang baik dengan saya, maka marilah berdiskusi dengan saya, agar saya tidak memperpanjang diskusi dengan sdr. kutho dengan suatu diskusi yang tidak berarti.
bagiku, kalau sdr. kutho mau bersikukuh untuk mengumumkan "kejelekan deva19" di forum ini, atau membentuk opini-opini publik yang negatif tentang deva19, ya silahkan saja lah. saya sudah tidak peduli.
sekarang saya harus memilih, apakah saya akan membuat postingan "yang menyebalkan", "yang menyenangkan" atau "yang menenangkan"? setahun lamanya saya berlatih membuat perkataan yang "menyebalkan", setahun lamanya saya berlatih membuat perkataan "yang menyenangkan" dan setahun saya beraltih membuat perkataan "yang menenangkan". dan postinganku yang ini termasuk postingan yang menyebalkan. ku pikir, membuat postingan yang menyebalkan itu lebih menyenangkan bagiku. kalau sdr. kutho makin sebal padaku, itu dapat menjelaskan sesuatu padaku. dan aku adalah orang yang mencari penjelasan di balik tulisan, bukan hanya yang ada di dalam tulisan.
kini aku membayangkan sesuatu, apakah bila kelak aku bergabung dengan umat budhis, akankah aku menemukan banyak kutho-kutho yang lain. jika kutho merupakan seseorang yang tersesat di dalam berpikir, tentu aku tidak akan menganggap agama budha sebagai agma sesat hanya karena ada seorang umatnya yang sesat. aku tetap mengagumi dan memuji ajaran luhur sang budha. akan tetapi, bila semua umat berperilaku seperti sdr. kutho, maka kelak siapa yang bisa aku jadikan sebagai guru diantara umat budhis? aku tidak dapat mengikuti jejak langkah seseorang yang tidak dapat berpikir logic.
selama ini, aku membaca naskah-naskah budhisme dan mempraktikan ajaran budhisme sebagaimana yang aku fahami. dengan demikian aku telah menganut ajaran budhisme. tetapi aku tidak memiliki kekuatan untuk mengubah statusku di dalam masyarakat untuk menjadi budhis. tetapi seandainya ada seorang guru budhis yang dpat menjelaskan segenap konsep-konsep secara logic, maka itu akan menjadi kekuatan bagiku untuk mengubah status menjadi budhis. karena guru tersebut akan menjadi tempat berlindung diriku dari agresi ideologi "muslim" dan "budhis" yang salah faham terhadap agamanya.
Quote from: johan
Sebagai seorang guru besar ahli ilmu logika....
coba tunjukan didalam textbook ilmu logika mana yg terdapat kata OMONG KOSONG !............
nama textbook, judul, NO ISBN, phhh halaman, paragarap berapa sihhh etc....
istilah "omong kosong" tidak perlu referensi, karena aku sendiri yang dapat mendefisinikannya.
perhatikan sepertinya misalnya dalm bidang ilmu algoritma, seseorang dapat membuat variabel scara bebas, dan mendefinisikannya secara bebas pula, yang penting alur logikanya harus benar.
kenapa ada yg merasa di jelekan dan menjelekan ??? ??? ???
apakah suatu diskusi harus selalu saling menyerang?
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 03:42:51 PM
Quote from: johan
Sebagai seorang guru besar ahli ilmu logika....
coba tunjukan didalam textbook ilmu logika mana yg terdapat kata OMONG KOSONG !............
nama textbook, judul, NO ISBN, phhh halaman, paragarap berapa sihhh etc....
istilah "omong kosong" tidak perlu referensi, karena aku sendiri yang dapat mendefisinikannya.
perhatikan sepertinya misalnya dalm bidang ilmu algoritma, seseorang dapat membuat variabel scara bebas, dan mendefinisikannya secara bebas pula, yang penting alur logikanya harus benar.
Variable sih boleh2 aja bebas.... spt contoh mau pakai variable..... MONYET...itu bisa...
Tapi murid alur logikanya tidak benar, nah sebagai seorang guru besar ahli ilmu logika...
Apakah perkataan
OMONG KOSONG dilontarkan kepada murid?............
itu aja.....tunjukan merah mu bro.....=)) =))....
[at] kutho
bisakah anda mengizinkan saya untuk berdiskusi dengan member lainnya tanpa ada di dalamnya?
saya mohon maaf, karena kata-kata saya yang tidak sopan terhadap anda. dan agar diskusi efekti dan kondusif, maka izinkan untuk sementara waktu saya berdiskusi dengan member lainnya saja dulu. kelak, mungkin kita dapat menyambung diskusi lagi.
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 03:57:41 PM
[at] kutho
bisakah anda mengizinkan saya untuk berdiskusi dengan member lainnya tanpa ada di dalamnya?
saya mohon maaf, karena kata-kata saya yang tidak sopan terhadap anda. dan agar diskusi efekti dan kondusif, maka izinkan untuk sementara waktu saya berdiskusi dengan member lainnya saja dulu. kelak, mungkin kita dapat menyambung diskusi lagi.
dimanakah di sini seseorang yang bisa disebut murid. yang saya tahu, sang Budha menjelaskan bahwa syarat hubungan guru murid itu adalah "rasa hormat" dan "kasih sayang". tidak ada rasa hormat dan kasih sayang, berarti tidak ada jalinan "guru-murid". saya merasa "diserang" oleh kutho. ku pikir, dia tidak menghormatinya. dan bisa jadi dia pikir, aku tidak menghormatinya. aku tidak memancarkan metta kepadanya. dan dia tidak memancarkan metta kepadaku. maka bagaimana anda akan dapat menyebut kondisi ini sebagai hubungan "guru murid"?
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 04:01:08 PM
dimanakah di sini seseorang yang bisa disebut murid. yang saya tahu, sang Budha menjelaskan bahwa syarat hubungan guru murid itu adalah "rasa hormat" dan "kasih sayang".
saya tertarik dengan statement di atas, sudikah Bro Deva19 menunjukkan di sutta mana Sang Buddha mengajarkan demikian?
Quote
selama ini, aku membaca naskah-naskah budhisme dan mempraktikan ajaran budhisme sebagaimana yang aku fahami. dengan demikian aku telah menganut ajaran budhisme. tetapi aku tidak memiliki kekuatan untuk mengubah statusku di dalam masyarakat untuk menjadi budhis. tetapi seandainya ada seorang guru budhis yang dpat menjelaskan segenap konsep-konsep secara logic, maka itu akan menjadi kekuatan bagiku untuk mengubah status menjadi budhis. karena guru tersebut akan menjadi tempat berlindung diriku dari agresi ideologi "muslim" dan "budhis" yang salah faham terhadap agamanya.
Banyak guru buddhis yg mumpuni, tapi masalahnya harus dicari dan ditemui langsung, bukan hanya berkata :"seandainya...dsb" . Bisa ngak anda nekad untuk ketemu, kalau bisa...ada kemungkinan Anda bisa lewat lubang jarum dengan mulus. _/\_
Quotedimanakah di sini seseorang yang bisa disebut murid. yang saya tahu, sang Budha menjelaskan bahwa syarat hubungan guru murid itu adalah "rasa hormat" dan "kasih sayang"
hmm..lebih mirip hubungan suami istri...
Quote from: bond on 14 December 2009, 04:06:13 PM
Quote
selama ini, aku membaca naskah-naskah budhisme dan mempraktikan ajaran budhisme sebagaimana yang aku fahami. dengan demikian aku telah menganut ajaran budhisme. tetapi aku tidak memiliki kekuatan untuk mengubah statusku di dalam masyarakat untuk menjadi budhis. tetapi seandainya ada seorang guru budhis yang dpat menjelaskan segenap konsep-konsep secara logic, maka itu akan menjadi kekuatan bagiku untuk mengubah status menjadi budhis. karena guru tersebut akan menjadi tempat berlindung diriku dari agresi ideologi "muslim" dan "budhis" yang salah faham terhadap agamanya.
Banyak guru buddhis yg mumpuni, tapi masalahnya harus dicari dan ditemui langsung, bukan hanya berkata :"seandainya...dsb" . Bisa ngak anda nekad untuk ketemu, kalau bisa...ada kemungkinan Anda bisa lewat lubang jarum dengan mulus. _/\_
saya pikir, di sini banyak guru budhis yang terampil bermeditasi, melihat dan membabarkan dhamma. saya telah, sedang dan akan belajar dari mereka tentang meditasi dan dhamma. saya tidak harus menuntut adanya seorang guru dengan bentuk seperti yang saya inginkan.
tetapi, saya adalah seorang pemikir logic. lalu, dengan cara apa dan bagiamana saya dapat masuk ke dalam komunitas yang akan menolak pemikiran-pemikiran logic saya?
saya membaca komentar-komentar YM Dalai Lama, budhisme tibet, saya mengagumi beliau. saya juga membaca komentar-komentar ajahn chan, dan banyak guru budhis lainnya yang saya kagumi. tapi mereka semua menjelaskan ajaran budhisme berdasarkan pengamatan terhadap dhamma secara langsung. tetapi umat yang tidak dapat melihat seperti yang mereka lihat, mendengarkan dhamma dan menyimpulkan. lalu apa yang diajarkan oleh sang Budha terhadap kesimpulan-kesimpulan?
sang Budha berkata, "seseorang tidak harus menganggap ssuatu sebagai kebenaran hanya karena sesuatu itu merupakan hasil dari kesimpulan."
hal tersebut benar. tetapi faktnya, ajaran-ajaran yang tertanam di dalam umat budhisme yang berasal dari kesimpulan-kesimpulan. seharusnya tidak ada kesimpulan-kesimpulan. jika ada, maka harus tunduk pada hukum-hukum kesimpulan. jika tidak tunduk pada hukum kesimpulan, maka seharusnya sebagaimana kata sang budha, "tidak harus menganggap benar suatu hasil kesimpulan".
seorang guru budhis tentu tak harus menguasai logika karya aristoteles. adalah sangat menggelikan bila saya menuntut seorang bikhu yang akan menjadi guru saya harus mempelajari dulu buku ilmu logika karya aristoteles. bukan seperti yang saya inginkan. bila seseorang mengerti mana yang merupakan kesimpulan dan mana yang bukan kesimpulan, dan bagaimana sikap yang benar terhadap kesimpulan sesuai ajaran sang Budha, maka dia itulah yang aku harapkan menjadi guruku. tetapi, seseorang yang banyak melakukan kesimpulan ini dan itu, tetapi dia tidak tunduk pada hukum kesimpulan, maka aku tidak mengharapkan dia menjadi guruku. seseorang yang terampil di daam meditasi, mengerti dhamma dengan baik, dapat membuat ksimpulan ini dan itu, serta kesimpulannya tidak pernah melanggah hukum berpikir, maka itu adalah yang lebih aku harapkan lagi untuk aku berguru kepadanya.
Quote from: Indra on 14 December 2009, 04:05:40 PM
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 04:01:08 PM
dimanakah di sini seseorang yang bisa disebut murid. yang saya tahu, sang Budha menjelaskan bahwa syarat hubungan guru murid itu adalah "rasa hormat" dan "kasih sayang".
saya tertarik dengan statement di atas, sudikah Bro Deva19 menunjukkan di sutta mana Sang Buddha mengajarkan demikian?
maaf kalo saya salah.
saya memang banyak membaca buku budhis. setiap ada buku budhis yang baru di gramedia, saya segera membelinya untuk dibaca dan direnungkan isinya. saya merasa sangat yakin bahwa dalam salah satu buku yang saya baca, entah di halaman berapa atau entah di buku yang mana, saya membaca penjelasan sang Budha tentang dasar hubungan guru murid.
tapi bisa saja saya salah. saya pikir, anda sebagai umat budhis tentu lebih tahu isi sutta-sutta, dari pada saya.
bro deva jika ingin membaca sutta.. yah kebanyakan buku buddhist itu menafsirkan sutta, atau pun mengarah ke sutta, atau menjadikan sutta sebagai sumber referensinya, tp tidak luput dari kesalahan presepsi
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=163
nah klo buku yg aku rekomendasikan.. buat pemula, ga berat, tp bagus.. "cacing dan kotoran kesayangannya"
oh iya sekedar sharing, jgn asal beli bukunya :P, ada juga yg memakai label buddha..isinya ga ada ajaran buddhanya sama sekali, malah tambah jauh dari dhamma
sebenarnya aku baru tahun ini membeli buku2 buddhist di gramed, selama ini pedoman cuma sutta, hasilnya tidak puas (dari 2 buku yg aku beli) , dan yg di beli adik ku malah..bukan buddhist sama sekali... satu2nya yg bagus cuma yah cacing dan kotoran kesayangannya
sisa buku yg aku beli, aku beli di saat ada ceramah dhamma.. hasilnya puas :) (soalnya aku beli pasti yah ttg sutta :P )
Quote from: The Ronald on 14 December 2009, 04:22:38 PM
Quotedimanakah di sini seseorang yang bisa disebut murid. yang saya tahu, sang Budha menjelaskan bahwa syarat hubungan guru murid itu adalah "rasa hormat" dan "kasih sayang"
hmm..lebih mirip hubungan suami istri...
saya jadi inget pelajaran ppkn dulu,
hormatilah orang yg lebih tua, sayangilah orang yg lebih muda ;D
kg semua umat buddha mengerti tentang kitab tripitaka bahasa pali termasuk saya
Quote from: The Ronald on 14 December 2009, 04:22:38 PM
Quotedimanakah di sini seseorang yang bisa disebut murid. yang saya tahu, sang Budha menjelaskan bahwa syarat hubungan guru murid itu adalah "rasa hormat" dan "kasih sayang"
hmm..lebih mirip hubungan suami istri...
bro Ronald... kalau itu belum boleh lho.... hati2 memaknain.... :P :P
Quote from: waliagung on 14 December 2009, 05:00:39 PM
kg semua umat buddha mengerti tentang kitab tripitaka bahasa pali termasuk saya
emang ada ya mas? tripitaka bahasa pali? terbitan mana mas?
Quote from: The Ronald on 14 December 2009, 04:46:51 PM
bro deva jika ingin membaca sutta.. yah kebanyakan buku buddhist itu menafsirkan sutta, atau pun mengarah ke sutta, atau menjadikan sutta sebagai sumber referensinya, tp tidak luput dari kesalahan presepsi
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=163
nah klo buku yg aku rekomendasikan.. buat pemula, ga berat, tp bagus.. "cacing dan kotoran kesayangannya"
oh iya sekedar sharing, jgn asal beli bukunya :P, ada juga yg memakai label buddha..isinya ga ada ajaran buddhanya sama sekali, malah tambah jauh dari dhamma
sebenarnya aku baru tahun ini membeli buku2 buddhist di gramed, selama ini pedoman cuma sutta, hasilnya tidak puas (dari 2 buku yg aku beli) , dan yg di beli adik ku malah..bukan buddhist sama sekali... satu2nya yg bagus cuma yah cacing dan kotoran kesayangannya
sisa buku yg aku beli, aku beli di saat ada ceramah dhamma.. hasilnya puas :) (soalnya aku beli pasti yah ttg sutta :P )
ekslusivisme!
akhirnya, smua bukan budhisme.
"yang ini bukan budhisme. yang itu bukan budhisme. apa yang anda fahami bukanlah budhisme. budhisme adalah yang aku fahami. dan yang aku adalah budhisme sejati".
maaf. saya tidak mengatakan anda demikian. tapi komentar anda membuat saya teringat pada slogan ekslusivisme.
seandainya buku-buku yang saya beli tersebut bukan budhisme, saya gak peduli. toh ajaran yang ada di dalamnya memberi pencerahan padaku. seandainya anda mau ngasih buku yang lebih budhisme dari yang saya miliki, tentu saya menerimanya dengan senang hati.
Quote from: Indra on 14 December 2009, 05:05:49 PM
Quote from: waliagung on 14 December 2009, 05:00:39 PM
kg semua umat buddha mengerti tentang kitab tripitaka bahasa pali termasuk saya
emang ada ya mas? tripitaka bahasa pali? terbitan mana mas?
kalau bukan bahasa pali pake bahasa apa dong manndari kwkwkwkw
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 03:57:41 PM
[at] kutho
bisakah anda mengizinkan saya untuk berdiskusi dengan member lainnya tanpa ada di dalamnya?
saya mohon maaf, karena kata-kata saya yang tidak sopan terhadap anda. dan agar diskusi efekti dan kondusif, maka izinkan untuk sementara waktu saya berdiskusi dengan member lainnya saja dulu. kelak, mungkin kita dapat menyambung diskusi lagi.
Ya, silahkan lanjutkan.
Tapi sebelumnya, ada yang ingin saya sampaikan. Tolong janganlah selalu sedikit-sedikit berlindung di balik "status" seolah-olah komunitas Muslim memojokkan anda karena belajar Buddhisme dan di lain pihak komunitas Buddhis memojokkan anda karena seorang ex-Muslim. Tidak ada yang mempermasalahkan hal tersebut. Bahkan sejak saya di sini pun tidak pernah ada yang mempermasalahkan background saya sama sekali.
maju terus kebebasan ,...,.,.,.,.,.,.,...,. semua boleh berpendapat semua boleh berasumsi,.,.,yg kaga boleh menghina
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 05:06:16 PM
Quote from: The Ronald on 14 December 2009, 04:46:51 PM
bro deva jika ingin membaca sutta.. yah kebanyakan buku buddhist itu menafsirkan sutta, atau pun mengarah ke sutta, atau menjadikan sutta sebagai sumber referensinya, tp tidak luput dari kesalahan presepsi
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=163
nah klo buku yg aku rekomendasikan.. buat pemula, ga berat, tp bagus.. "cacing dan kotoran kesayangannya"
oh iya sekedar sharing, jgn asal beli bukunya :P, ada juga yg memakai label buddha..isinya ga ada ajaran buddhanya sama sekali, malah tambah jauh dari dhamma
sebenarnya aku baru tahun ini membeli buku2 buddhist di gramed, selama ini pedoman cuma sutta, hasilnya tidak puas (dari 2 buku yg aku beli) , dan yg di beli adik ku malah..bukan buddhist sama sekali... satu2nya yg bagus cuma yah cacing dan kotoran kesayangannya
sisa buku yg aku beli, aku beli di saat ada ceramah dhamma.. hasilnya puas :) (soalnya aku beli pasti yah ttg sutta :P )
ekslusivisme!
akhirnya, smua bukan budhisme.
"yang ini bukan budhisme. yang itu bukan budhisme. apa yang anda fahami bukanlah budhisme. budhisme adalah yang aku fahami. dan yang aku adalah budhisme sejati".
maaf. saya tidak mengatakan anda demikian. tapi komentar anda membuat saya teringat pada slogan ekslusivisme.
seandainya buku-buku yang saya beli tersebut bukan budhisme, saya gak peduli. toh ajaran yang ada di dalamnya memberi pencerahan padaku. seandainya anda mau ngasih buku yang lebih budhisme dari yang saya miliki, tentu saya menerimanya dengan senang hati.
reaksi anda , hampir persis dgn saya perkirakan.. yah kurang lebih sama.
bagi org awam mungkin semuanya sama, sama2 memberi sesuatu yg baru, bagi anda mungkin namanya percerahan
klo tidak ada yg mendapat "sesuatu" dari agama/ ajaran itu, maka ajaran itu tidak ada umatnya
yah itu bukan buddhist, walau di letakan di bersamaan dgn rak buku buddhist, mungkin beberapa dari teman2 disini tau yg saya maksudkan, dan mungkin anda tidak tau , bahkan adik saya yg 1 tahun umurnya di bawah aku saja tidak tau, setelah di baca pun tidak tau... , ntar setelah di bilang baru tau...
hmm pemahaman org berbeda2
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 05:06:16 PM
Quote from: The Ronald on 14 December 2009, 04:46:51 PM
bro deva jika ingin membaca sutta.. yah kebanyakan buku buddhist itu menafsirkan sutta, atau pun mengarah ke sutta, atau menjadikan sutta sebagai sumber referensinya, tp tidak luput dari kesalahan presepsi
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=163
nah klo buku yg aku rekomendasikan.. buat pemula, ga berat, tp bagus.. \"cacing dan kotoran kesayangannya\"
oh iya sekedar sharing, jgn asal beli bukunya :P, ada juga yg memakai label buddha..isinya ga ada ajaran buddhanya sama sekali, malah tambah jauh dari dhamma
sebenarnya aku baru tahun ini membeli buku2 buddhist di gramed, selama ini pedoman cuma sutta, hasilnya tidak puas (dari 2 buku yg aku beli) , dan yg di beli adik ku malah..bukan buddhist sama sekali... satu2nya yg bagus cuma yah cacing dan kotoran kesayangannya
sisa buku yg aku beli, aku beli di saat ada ceramah dhamma.. hasilnya puas :) (soalnya aku beli pasti yah ttg sutta :P )
ekslusivisme!
akhirnya, smua bukan budhisme.
\"yang ini bukan budhisme. yang itu bukan budhisme. apa yang anda fahami bukanlah budhisme. budhisme adalah yang aku fahami. dan yang aku adalah budhisme sejati\".
maaf. saya tidak mengatakan anda demikian. tapi komentar anda membuat saya teringat pada slogan ekslusivisme.
seandainya buku-buku yang saya beli tersebut bukan budhisme, saya gak peduli. toh ajaran yang ada di dalamnya memberi pencerahan padaku. seandainya anda mau ngasih buku yang lebih budhisme dari yang saya miliki, tentu saya menerimanya dengan senang hati.
ketika anda berternak ayam sebaiknya anda ambil telurnya, bujan kotorannya \'ajahn chan\'
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 04:29:21 PM
Quote from: bond on 14 December 2009, 04:06:13 PM
Quote
selama ini, aku membaca naskah-naskah budhisme dan mempraktikan ajaran budhisme sebagaimana yang aku fahami. dengan demikian aku telah menganut ajaran budhisme. tetapi aku tidak memiliki kekuatan untuk mengubah statusku di dalam masyarakat untuk menjadi budhis. tetapi seandainya ada seorang guru budhis yang dpat menjelaskan segenap konsep-konsep secara logic, maka itu akan menjadi kekuatan bagiku untuk mengubah status menjadi budhis. karena guru tersebut akan menjadi tempat berlindung diriku dari agresi ideologi "muslim" dan "budhis" yang salah faham terhadap agamanya.
Banyak guru buddhis yg mumpuni, tapi masalahnya harus dicari dan ditemui langsung, bukan hanya berkata :"seandainya...dsb" . Bisa ngak anda nekad untuk ketemu, kalau bisa...ada kemungkinan Anda bisa lewat lubang jarum dengan mulus. _/\_
saya pikir, di sini banyak guru budhis yang terampil bermeditasi, melihat dan membabarkan dhamma. saya telah, sedang dan akan belajar dari mereka tentang meditasi dan dhamma. saya tidak harus menuntut adanya seorang guru dengan bentuk seperti yang saya inginkan.
Guru meditasi buddhist yang trampil tidak ada disini dan mereka juga enggan kesini karena sudah beda habitatnya. Disini hanya tempat tukar pikiran dan saling berbagi pengetahuan Dhamma yg dipahami sesuai tingkat pemahaman masing2. Dan disini bukan tempat pembabaran Dhamma. Namanya disini forum Dhammacitta. Bukan Pembabaran Dhammacintta
tetapi, saya adalah seorang pemikir logic. lalu, dengan cara apa dan bagiamana saya dapat masuk ke dalam komunitas yang akan menolak pemikiran-pemikiran logic saya?
Tanggalkan ego dan keras kepala anda.
saya membaca komentar-komentar YM Dalai Lama, budhisme tibet, saya mengagumi beliau. saya juga membaca komentar-komentar ajahn chan, dan banyak guru budhis lainnya yang saya kagumi. tapi mereka semua menjelaskan ajaran budhisme berdasarkan pengamatan terhadap dhamma secara langsung. tetapi umat yang tidak dapat melihat seperti yang mereka lihat, mendengarkan dhamma dan menyimpulkan. lalu apa yang diajarkan oleh sang Budha terhadap kesimpulan-kesimpulan?
Tidak semua umat tidak melihat, ada juga mereka yang telah melihat seperti mereka. Anda sudah baca komentar-komentar mereka dan Anda mengagumi mereka, tetapi mengapa Anda masih bertanya " apa yang diajarkan Buddha terhadap kesimpulan-kesimpulan", ini berarti kekaguman Anda terhadap mereka hanya kagum di KEPALA bukan DI HATIMU.
sang Budha berkata, "seseorang tidak harus menganggap ssuatu sebagai kebenaran hanya karena sesuatu itu merupakan hasil dari kesimpulan."
Demikian juga Buddha tidak mengajarkan melihat kebenaran melalui Logic -logic ilusi. Tapi Buddha mengajarkan dari kemurnian dan ketulusan hati yg murni sehingga kebenaran dapat dilihat dengan nyata.
hal tersebut benar. tetapi faktnya, ajaran-ajaran yang tertanam di dalam umat budhisme yang berasal dari kesimpulan-kesimpulan. seharusnya tidak ada kesimpulan-kesimpulan. jika ada, maka harus tunduk pada hukum-hukum kesimpulan. jika tidak tunduk pada hukum kesimpulan, maka seharusnya sebagaimana kata sang budha, "tidak harus menganggap benar suatu hasil kesimpulan".
Apa yg dimaksud umat Buddhis secara keseluruhan atau sebagian atau beberapa? Yang pasti disini masing2 mewakili individu masing2. Apa yang Anda tulis juga merupakan kesimpulan bukan? lalu mengapa menyalahkan umat buddhist. Memiliki kesimpulan atau tidak ada kesimpulan kedua-duanya permainan dari pikiran Anda yg sebenarnya juga penyimpulan terselubung dari ego.
seorang guru budhis tentu tak harus menguasai logika karya aristoteles. adalah sangat menggelikan bila saya menuntut seorang bikhu yang akan menjadi guru saya harus mempelajari dulu buku ilmu logika karya aristoteles. bukan seperti yang saya inginkan. bila seseorang mengerti mana yang merupakan kesimpulan dan mana yang bukan kesimpulan, dan bagaimana sikap yang benar terhadap kesimpulan sesuai ajaran sang Budha, maka dia itulah yang aku harapkan menjadi guruku. tetapi, seseorang yang banyak melakukan kesimpulan ini dan itu, tetapi dia tidak tunduk pada hukum kesimpulan, maka aku tidak mengharapkan dia menjadi guruku. seseorang yang terampil di daam meditasi, mengerti dhamma dengan baik, dapat membuat ksimpulan ini dan itu, serta kesimpulannya tidak pernah melanggah hukum berpikir, maka itu adalah yang lebih aku harapkan lagi untuk aku berguru kepadanya.
Anda telah membuat hukum kesimpulan dan logika sendiri yang jelas bertentangan dengan hukum semesta, selama anda berpikiran harus begini dan begitu sesuai kepalamu maka tidak ada hasil yang memuaskan. Hanya kecukupan dan kesederhanaan yang mengalir seperti aliran sungai, dimana mengalir secara alami maka Anda telah mengikuti hukum alam yang seharusnya bukan ciptaan pikiran yang disengaja.
Mettacitena
Quote
Demikian juga Buddha tidak mengajarkan melihat kebenaran melalui Logic -logic ilusi. Tapi Buddha mengajarkan dari kemurnian dan ketulusan hati yg murni sehingga kebenaran dapat dilihat dengan nyata.
itulah yang saya maksud dari sejak tahun lalu....
yakni sang budha tidak mengajarkan seseorang melalui kesimpulan-kesimpulan.
tetapi
mengapa umat budhist yang berdiskusi dengan saya di sini membuat kesimpulan begini dan begitu dengan cara penyimpulan yang tidak syah menurut hukum ilmu logika yang sudah diakui kebenarannya di seluruh dunia serta menyimpulkan dengan suatu cara menyimpulkan yang sang Budha tidak pernah mengajarkannya sama sekali?
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 09:06:46 PM
Quote
Demikian juga Buddha tidak mengajarkan melihat kebenaran melalui Logic -logic ilusi. Tapi Buddha mengajarkan dari kemurnian dan ketulusan hati yg murni sehingga kebenaran dapat dilihat dengan nyata.
itulah yang saya maksud dari sejak tahun lalu....
yakni sang budha tidak mengajarkan seseorang melalui kesimpulan-kesimpulan.
tetapi mengapa umat budhist yang berdiskusi dengan saya di sini membuat kesimpulan begini dan begitu dengan cara penyimpulan yang tidak syah menurut hukum ilmu logika yang sudah diakui kebenaran di seluruh dunia?
Yakin Sang Buddha tidak mengajarkan seseorang melalui kesimpulan? Anda harus baca berkali-kali Sutta Kalama dan mengerti keseluruhan Sutta tsb, dan atas dasar apa Sang Buddha mengajarkan demikian dan kepada siapa Sang Buddha mengatakan demikian. Sang Buddha memang meminta kita utk tidak langsung menerima begitu saja hanya karena kesimpulan, dengan kata lain Sang Buddha meminta kita utk tidak terburu2 menyetujui sebuah kesimpulan. Bukannya meminta kita utk tidak boleh menyetujui kesimpulan.
Tentu saja saya nimbrung ini bukan utk menyerang Anda, melainkan memberitahukan pada Anda. Semoga dimengerti. Kalau Anda baca di Kathavatthu Sutta di forum ini. Di situ tertulis:
Quote "Para bhikkhu, melalui caranya berpartisipasi dalam sebuah diskusi seseorang dapat diketahui cocok atau tidak cocok untuk berdiskusi. Jika seseorang, ketika ditanyakan sebuah pertanyaan, tidak memperhatikan apa yang mungkin dan tidak mungkin, tidak sesuai dengan asumsi-asumsi yang disepakati, tidak sesuai dengan ajaran-ajaran yang diketahui kebenarannya, tidak sesuai dengan prosedur standar, kemudian — dengan demikian — dia adalah orang yang tidak cocok untuk berdiskusi. Tetapi jika seseorang, ketika ditanyakan sebuah pertanyaan, memperhatikan apa yang mungkin dan tidak mungkin, sesuai dengan asumsi-asumsi yang disepakati, sesuai dengan ajaran-ajaran yang diketahui kebenarannya, sesuai dengan prosedur standar, kemudian — dengan demikian — dia adalah orang yang cocok untuk berdiskusi.
Quote from: jerry
Yakin Sang Buddha tidak mengajarkan seseorang melalui kesimpulan?
yakin 100 %
Quote from: jerry
Sang Buddha memang meminta kita utk tidak langsung menerima begitu saja hanya karena kesimpulan, dengan kata lain Sang Buddha meminta kita utk tidak terburu2 menyetujui sebuah kesimpulan. Bukannya meminta kita utk tidak boleh menyetujui kesimpulan.
apakah anda berpikir bahwa saya menyatakan "sang Budha melarang kita untuk menyetujui suatu kesimpulan?"
jika ya, maka kapan dan dimana saya menyatakan begitu?
dan perkataan sang Budha yang anda kutip tersebut bukanlah ajaran sang Budha tentang "bagaimana cara menyimpulkan", tetapi untuk mengidentifikasi, mana orang yang cocok untuk berdiskusi dan mana yang tidak.
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 02:18:32 PM
[at] Upasaka
dalam seni ad hominem, saya hafal betul 55 macam bentuk ad hominem. dengan bentuk-bentuk ad hominem yang telah saya hafal tersebut, maka saya dapat mengidentifikasi pernyataan mana saja yang termasuk ad hominem, dan mana yang bukan. tetapi bila bro upasaka mempunyai kriteria lain tentang mana yang dimaksud dengan ad hominem dan mana yang bukan, ya terserah bro saja. kalau memang anda lebih tahu tentang apa itu ad hominem, maka saya harus belajar dari anda secara bersungguh-sungguh.
kalau boleh saya tanya kepada anda tentang ad hominem,
1. berapa banyak bentuk ad hominem yang anda tahu?
2. apakah anda tahu 7 faktor mental yang melemahkan akal seseorang?
3. apakah ad hominem itu bersifat baik, buruk ataukah netral?
4. apakah anda tahu, bagaimana cara menggunakan ad hominem untuk hal positif?
5. di forum ini, apakah setiap ad hominem tidak boleh digunakan atau hanya sebagainnya saja?
6. apakah definisi argumentun ad hominem menurut anda?
sementara itu saja dulu, pertanyaan lainnya menyusul.
1) Saya tahu ada tiga jenis argumentasi
ad hominem.
2) Bentukan-bentukan batin yang melemahkan akal seseorang adalah nafsu-keinginan dan kemelekatan, itikad-itikad jahat, kemalasan, kegelisahan dan kekhawatiran, serta keragu-raguan.
3) Kesepakatan dalam diskusi dewasa ini menilai bahwa
ad hominem adalah argumentasi yang bersifat buruk; karena menyerang lawan diskusi secara personal. Menurut saya,
ad hominem tidak bisa dipukul rata sebagai argumentasi baik, buruk atau netral. Karena muatannya bergantung pada niat dari pelontar argumen tersebut.
4) Saya tahu bagaimana melontarkan argumentasi
ad hominem untuk hal positif.
5) Di Forum DhammaCitta, kami para Moderator cenderung melarang penggunaan
abusive ad hominem dalam berdiskusi.
6) Menurut saya, argumentasi
ad hominem adalah argumentasi yang dilontarkan oleh seseorang maupun sekelompok kepada orang lain atau kelompok lain dalam diskusi, dimana kandungan argumen itu bersifat menyentil sisi personalitas lawan diskusi.
Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 09:06:46 PM
Quote
Demikian juga Buddha tidak mengajarkan melihat kebenaran melalui Logic -logic ilusi. Tapi Buddha mengajarkan dari kemurnian dan ketulusan hati yg murni sehingga kebenaran dapat dilihat dengan nyata.
itulah yang saya maksud dari sejak tahun lalu....
yakni sang budha tidak mengajarkan seseorang melalui kesimpulan-kesimpulan.
tetapi mengapa umat budhist yang berdiskusi dengan saya di sini membuat kesimpulan begini dan begitu dengan cara penyimpulan yang tidak syah menurut hukum ilmu logika yang sudah diakui kebenarannya di seluruh dunia serta menyimpulkan dengan suatu cara menyimpulkan yang sang Budha tidak pernah mengajarkannya sama sekali?
Syah atau tidak syah itu bersifat relatif bila kita menggunakan takaran batin orang yg masih diliputi kilesa/kotoran batin (dalam hal ini ego). Bila kita mau melihat dengan jernih, biarkan mereka mengalir dengan pendapatnya dan anda memfilternya apakah hal itu bermanfaat bagi perkembangan batin anda. Dan melihat hal itu sebagaimana adanya. Karena hal ini terjadi dimana saja tidak hanya pada umat buddhist yg kebetulan berdiskusi dengan anda. Diluaran sana juga pasti bisa terjadi hal yang sama bila kita bersikeras dengan pola pikir kita sendiri. Anda harus meluweskan batin anda untuk melihat kebenaran dari sesuatu yg mungkin anda tidak dapat terima atau di sukai. Disinilah kecerdasan batin dan kebijaksanaan diperlukan. Dengan demikian anda bisa belajar dari banyak hal bukan saja hal2 yg anda sukai. Itulah Dhamma.
Hukum ilmu logika sekalipun diakui dunia tetapi tidak bisa diterapkan dalam keseluruhan aspek kebenaran/Dhamma yang halus pada khususnya. Logika 1+1 = 2 tetapi dalam hal kebenaran tidak demikian bisa 5, 4, 10. Ini diakibatkan proses sebab akibat yg begitu kompleks. Jadi terapkan bidang keilmuan sesuai konteks dan topik bahasan sehingga menjadi relevan. Banyak hal2 khususnya masalah spritual diluar jangkauan logika. Sebenarnya bukan tidak terjangkau juga tetapi kita membuat batasan logika sebatas kepala kita, tetapi bila anda menjadi sebuah samudra dan memfilternya menjadi air tawar dan bermanfaat maka kemajuan dapat dicapai.
Saya memahami bahwa anda tidak mengharapkan umat buddhis berdiskusi langsung dengan kesimpulan-kesimpulan tetapi melihat dari proses-prosesnya sehingga kebenaran terkuak tetapi ini menjadi hambatan juga karena anda membatasi diri dengan ilmu logika tanpa mencoba melepasnya sejenak dan direnungkan dengan baik. Dalam kesalahan ada pelajaran berharga. 1000 orang ada 1000 pikiran. Kalau saya pinjam teori tetangga mengenai Tai chi maka anda dapat mengerti bagaimana anda harus luwes, terbuka dan berjiwa besar. Dan ini tidak berlaku pada anda saja.
Smoga bermanfaat _/\_
selama saya belajar buddhisme dan belajar banyak sekali dhamma.....saya rasa semakin rumit dan kompleks, membuat saya bingung....
SangBuddha berkata ada 8 jalan mulia...bahkan beberapa aliran memperspesikan macam-macam...
1 jalan saja misalkan Samma-samadhi....ada yg mengatakan butuh pencapaian jhana, ada yg mengatakan tidak butuh...
benar mana? rumit kan..
ketika kita menjadi bingung, itu juga merupakan penderitaan...apakah kita belajar buddha dhamma untuk menderita?.....
semakin kita belajar buddha dhamma, inti pada ajaran tersebut "bahagia"
ada yg bilang intinya "melepas" terserahlah persepsi masing-masing orang..
sudahkah kita mulai melepas sedikit-sedikit semua yang menyebabkan menderita?...saya rasa hal ini yg perlu di renungkan...
tidak ada gunanya melabeli diri adalah "agama Buddha" kalau besok-besok menangis, sedih ,dsb-nya....
apa tidak bosan?
bahkan saya yg sekarang lebih tidak ingat apa-apa saja yg saya pelajari, sutta-sutta , kitab komentar,ataupun wacana buku.....
yg saya tahu "ingin bahagia" dan bebas dari "penderitaan"
selama ada sesuatu yang menyebabkan saya menderita "cobalah lepas pelan-pelan"
pernah bikkhuni Ayya mengatakan "tangan kita jika terekat dengan kuat, lantas di lepas seketika,pastilah kulit kita sakit dan luka akan tetapi jika kita pelan-pelan, menggunakan air/pelumas....hasil nya sempurna"
tidak ada yg instant, semua butuh waktu.
[at] deva19
Saya yakin apapun yang kita pelajari tentu menpunyai tujuan yang sama yakni Kebahagiaan, Pengenalan saya lebih jauh mengenai Buddha Dhamma adalah dimulai dengan sesuatu yang berbeda dengan pola pikir atau konsep saya pribadi, dimana pada awalnya saya TIDAK SETUJU dengan perkataan " Ubah diri sendiri, sebelum merubah orang lain." Karena saya selalu berkonsep Ubahlah orang lain sesuai dengan pola pikir "AKU", maka "AKU" akan berbahagia.
Tetapi kenyataan menunjukkan semakin "AKU" berniat merubah seseorang, yang saya dapatkan adalah Dukkha ( penderitaan ) yakni "kenyataan tidak selalu sama dengan keinginan". Akhirnya sampai hari ini saya mulai sedikit ( tidak banyak ) mengerti dan memahami perkataan " Ubah diri sendiri, sebelum merubah orang lain." Karena dengan pola pikir ini berarti kita dapat memberikan keteladanan melalui perilaku yang baik. Untuk lebih jelas saya sajikan artikel inspiratif ini.
3 Pintu Kebijaksanaan
Seorang Raja, mempunyai anak tunggal yg pemberani, trampil dan pintar. Untuk menyempurnakan pengetahuannya, ia mengirimnya kepada seorang pertapa bijaksana.
"Berikanlah pencerahan padaku tentang Jalan Hidupku" Sang Pangeran meminta.
"Kata-kataku akan memudar laksana jejak kakimu di atas pasir", ujar Pertapa.
"Saya akan berikan petunjuk padamu, di Jalan Hidupmu engkau akan menemui 3 pintu.
Bacalah kata-kata yang tertulis di setiap pintu dan ikuti kata hatimu.
Sekarang pergilah sang Pertapa menghilang dan Pangeran melanjutkan perjalanannya. Segera ia menemukan sebuah pintu besar yang di atasnya tertulis kata "UBAHLAH DUNIA"
"Ini memang yang kuinginkan" pikir sang Pangeran. "Karena di dunia ini ada hal-hal yang aku sukai dan ada pula hal-hal yang tak kusukai. Aku akan mengubahnya agar sesuai keinginanku"
Maka mulailah ia memulai pertarungannya yang pertama, yaitu mengubah dunia. Ambisi, cita-cita dan kekuatannya membantunya dalam usaha menaklukkan dunia agar sesuai hasratnya. Ia mendapatkan banyak kesenangan dalam usahanya tetapi hatinya tidak merasa damai. Walau sebagian berhasil diubahnya tetapi sebagian lainnya menentangnya.
Tahun demi tahun berlalu. Suatu hari, ia bertemu sang Pertapa kembali.
"Apa yang engkau pelajari dari Jalanmu ?" Tanya sang Pertapa
"Aku belajar bagaimana membedakan apa yang dapat dilakukan dengan kekuatanku dan apa yang di luar kemampuanku, apa yang tergantung padaku dan apa yang tidak tergantung padaku" jawab Pangeran
"Bagus! Gunakan kekuatanmu sesuai kemampuanmu. Lupakan apa yang diluar kekuatanmu, apa yang engkau tak sanggup mengubahnya" dan sang Pertapa menghilang.
Tak lama kemudian, sang Pangeran tiba di Pintu kedua yang bertuliskan "UBAHLAH SESAMAMU"
"Ini memang keinginanku" pikirnya. "Orang-orang di sekitarku adalah sumber kesenangan, kebahagiaan, tetapi mereka
juga yang mendatangkan derita, kepahitan dan frustrasi"
Dan kemudian ia mencoba mengubah semua orang yang tak disukainya. Ia mencoba mengubah karakter mereka dan menghilangkan kelemahan mereka. Ini menjadi pertarungannya yang kedua.
Tahun-tahun berlalu, kembali ia bertemu sang Pertapa.
"Apa yang engkau pelajari kali ini?"
"Saya belajar, bahwa mereka bukanlah sumber dari kegembiraan atau kedukaanku, keberhasilan atau kegagalanku. Mereka hanya memberikan kesempatan agar hal-hal tersebut dapat muncul. Sebenarnya di dalam dirikulah segala hal tersebut berakar"
"Engkau benar" Kata sang Pertapa. "Apa yang mereka bangkitkan dari dirimu, sebenarnya mereka mengenalkan engkau pada dirimu sendiri.
Bersyukurlah pada mereka yang telah membuatmu senang & bahagia dan bersyukur pula pada mereka yang menyebabkan derita dan frustrasi.
Karena melalui mereka lah, Kehidupan mengajarkanmu apa yang perlu engkau kuasai dan jalan apa yang harus kau tempuh"
Kembali sang Pertapa menghilang.
Kini Pangeran sampai ke pintu ketiga "UBAHLAH DIRIMU"
"Jika memang diriku sendiri lah sumber dari segala problemku, memang disanalah aku harus mengubahnya". Ia berkata pada dirinya sendiri.
Dan ia memulai pertarungannya yang ketiga. Ia mencoba mengubah karakternya sendiri, melawan ketidak sempurnaannya, menghilangkan kelemahannya, mengubah segala hal yg tak ia sukai dari dirinya, yang tak sesuai dengan gambaran ideal.
Setelah beberapa tahun berusaha, dimana sebagian ia berhasil dan sebagian lagi gagal dan ada hambatan, Pangeran bertemu sang Pertapa kembali.
"Kini apa yang engkau pelajari ?"
"Aku belajar bahwa ada hal-hal di dalam diriku yang bisa ditingkatkan dan ada yang tidak bisa saya ubah"
"Itu bagus" ujar sang pertapa. "Ya" lanjut Pangeran, "tapi saya mulai lelah untuk bertarung melawan dunia, melawan
setiap orang dan melawan diri sendiri. Tidakkah ada akhir dari semuai ini ? Kapan saya bisa tenang ? Saya ingin berhenti bertarung, ingin menyerah, ingin meninggalkan semua ini !"
"Itu adalah pelajaranmu berikutnya" ujar Pertapa. Tapi sebelum itu, balikkan punggungmu dan lihatlah Jalan yang telah engkau tempuh". Dan ia pun menghilang.
Ketika melihat ke belakang, ia memandang Pintu Ketiga dari kejauhan dan melihat adanya tulisan di bagian belakangnya yang berbunyi "TERIMALAH DIRIMU".
Pangeran terkejut karena tidak melihat tulisan ini ketika melalui pintu tsb.
"Ketika seorang mulai bertarung, maka ia mulai menjadi buta" katanya pada dirinya sendiri.
Ia juga melihat, bertebaran di atas tanah, semua yang ia campakkan, kekurangannya, bayangannya, ketakutannya. Ia mulai menyadari bagaimana mengenali mereka, menerimanya dan mencintainya apa adanya.
Ia belajar mencintai dirinya sendiri dan tidak lagi membandingkan dirinya dengan orang lain, tanpa mengadili, tanpa mencerca dirinya sendiri.
Ia bertemu sang Pertapa, dan berkata "Aku belajar, bahwa membenci dan menolak sebagian dari diriku sendiri sama saja dengan mengutuk untuk tidak pernah berdamai dengan diri sendiri. Aku belajar untuk menerima diriku seutuhnya, secara total dan tanpa syarat."
"Bagus, itu adalah Pintu Pertama Kebijaksanaan" , ujar Pertapa. "Sekarang engkau boleh kembali ke Pintu Kedua"
Segera ia mencapai Pintu Kedua, yang tertulis di sisi belakangnya "TERIMALAH SESAMAMU"
Ia bisa melihat orang-orang di sekitarnya, mereka yang ia suka dan cintai, serta mereka yang ia benci. Mereka yang mendukungnya, juga mereka yang melawannya.
Tetapi yang mengherankannya, ia tidak lagi bisa melihat ketidaksempurnaan mereka, kekurangan mereka. Apa yang sebelumnya membuat ia malu dan berusaha mengubahnya.
Ia bertemu sang Pertapa kembali, "Aku belajar" ujarnya "Bahwa dengan berdamai dengan diriku, aku tak punya sesuatupun untuk dipersalahkan pada orang lain, tak sesuatupun yg perlu ditakutkan dari merela. Aku belajar untuk menerima dan mencintai mereka, apa adanya.
"Itu adalah Pintu Kedua Kebijaksanaan" ujar sang Pertapa,
"Sekarang pergilah ke Pintu Pertama"
Dan di belakang Pintu Pertama, ia melihat tulisan "TERIMALAH DUNIA"
"Sungguh aneh" ujarnya pada dirinya sendiri "Mengapa saya tidak melihatnya sebelumnya". Ia melihat sekitarnya dan mengenali dunia yang sebelumnya berusaha ia taklukan dan ia ubah.
Sekarang ia terpesona dengan betapa cerah dan indahnya dunia. Dengan kesempurnaannya.
Tetapi, ini adalah dunia yang sama, apakah memang dunia yang berubah atau cara pandangnya?
Kembali ia bertemu dengan sang Pertapa : "Apa yang engkau pelajari sekarang ?"
"Aku belajar bahwa dunia sebenarnya adalah cermin dari jiwaku. Bahwa Jiwaku tidak melihat dunia melainkan melihat dirinya sendiri di dalam dunia. Ketika jiwaku senang, maka dunia pun menjadi tempat yang menyenangkan. Ketika jiwaku muram, maka dunia pun kelihatannya muram.
Dunia sendiri tidaklah menyenangkan atau muram. Ia ADA, itu saja.
Bukanlah dunia yang membuatku terganggu, melainkan ide/konsep yang aku lihat mengenainya. Aku belajar untuk menerimanya tanpa menghakimi, menerima seutuhnya, tanpa syarat.
"Itu Pintu Ketiga Kebijaksanaan" ujar sang Pertapa. "Sekarang engkau berdamai dengan dirimu, sesamamu dan dunia"
Sang pertapa pun menghilang.
Sang pangeran merasakan aliran yang menyejukkan dari kedamaian, ketentraman, yang berlimpah merasuki dirinya. Ia merasa hening dan damai.
Kesimpulan sederhana KEBAHAGIAAN RELATIF dan KEBAHAGIAAN SEJATI adalah DIMULAI dengan "UBAH DIRI SENDIRI, SEBELUM MERUBAH ORANG LAIN". Dan menurut saya inilah cara yang tepat untuk belajar Buddha Dhamma
Semoga bermanfaat.
Catatan :
Tulisan ini tidak bertujuan untuk menggurui anda ( jika anda tidak berkenan boleh diabaikan ), karena anda pintar dan bahkan sangat cerdas untuk memahami dan mengerti dengan cepat dan tepat arti dari artikel ini.
[at] all
terima kasih atas semua masukannya.
saya tidak akan bersikukuh agar seseorang dapat menjelaskan konsep dhamma sesuai dengan kriteria ilmu logika yang saya fahami.
tidak ada keinginan di dalam diri saya untuk mengubah orang lain menjadi seperti yang aku harapkan. tetapi, jujur saya mengatakan bahwa saya mengharapkan ada seseorang cendikiawan budhist yang dapat menjelaskan segala sesuatunya sesuai dengan norma-norma ilmu logika Yunani. harapan ini, tidak berarti keinginan untuk mengubah orang lain menjadi seperti yang saya inginkan.
pada dasarnya, saya sangat menghormati perbedaan pandangan, persepsi, dan cara berpikir setiap orang. saya tidak akan mencampuri jalannya sesuatu yang bersifat alami. saya membiarkan diri saya dan anda sebagai adanya, tanpa harus dipaksakan menjadi sesuatu yang berbeda dari biasanya. semua makhluk sedang berproses dan mengalami perkembangan.
di sini, saya hanya mencoba menjelaskan bahwa konsep dhamma dapat lebih difahami secara jernih melalui ilmu logika. bila belum ada umat budist yang menyelami ilmu logika, maka saya menawarkan atau mengajak, mari kita mencoba menyelami dhamma dengan ilmu logika, untuk melepaskan kebingungan.
ada aliran Mahayana dan ada Aliran Theravada. mana mazhab yang lebih tepat untuk kita ikuti? tentu kita dapat memilih mazhab berdasarkan selera atau rasa kecocokan masing-masing. ada cara lain memilih mazhab, yakni memilih mazhab yang konsepsinya lebih sesuai dengan norma-norma logika. tetapi, ini tidak berarti seseorang harus memilih mazhab berdasarkan kesesuaian tersebut. dan tidak berarti bahwa fungsi ilmu logika adalah untuk memilih sesuatu.
bila anda memperoleh suatu kebahagiaan dan pencerahan meditatif, tentu secara alami anda terdorong untuk berbagi kebahagiaan tersebut kepada orang lain, dengan mendorong orang lain untuk bermeditasi sebagaimana yang anda lakukan. dorongan tersebut berasal dari metta dan karuna yang ada di dalam diri anda.
demikian pula saya yang memperoleh pencerahan dan manfaat dari ilmu logika, terdorong untuk berbagi manfaat kepada sesama, sebagai perwujudan dari metta dan karuna, berharap umat terbebas dari kebingungan konseptual dan agar umat melepaskan apa yang sang budha mengharapkan umat melepaskannya, yakni "lumpur konsep".
tapi bila ada orang yang menilai bahwa usaha saya menyebarkan ilmu logika sebagai bentu egoisme dan kecongkakan, maka itu adalah wewenang masing-masing orang untuk menilai. saya hanya dapat mengembalikan diri kepada tujuan utama saya masuk ke forum ini, yakni belajar. adapun cara saya belajar adalah dengan menyalami segenap konsepsi melalui ilmu logika. tentu hal tersebut menjadi kewengangan saya sendiri, dengan cara apa saya hendak belajar tentu saya bebas memilih. sebagaimana anda semua juga bebas memilih, hendak dengan cara apa anda belajar.
Quotedi sini, saya hanya mencoba menjelaskan bahwa konsep dhamma dapat lebih difahami secara jernih melalui ilmu logika. bila belum ada umat budist yang menyelami ilmu logika, maka saya menawarkan atau mengajak, mari kita mencoba menyelami dhamma dengan ilmu logika, untuk melepaskan kebingungan.
buat aja judul....
1. Mempermudah memahamin ajaran Buddha melalui ilmu logika sederhana.
2. Mempermudah mempraktekan ajaran Buddha melalui ilmu logika dlm kehidupan sehari-hari.
dan gw juga pingin tau seberapa banyak member di forum ini yg merasa belum mengerti ajaran Buddha ? dan berapa member yg ingin mencoba mempelajarin ajaran Buddha dgn methode lain?
gw tunggu deh... ;D ;D
Wah saran dr Bro 3rebu emang mantap :jempol:
[at] Deva19
Boleh juga ide Bro 3rebu dipertimbangin. Jadi mencari harmonisasi pemahaman antara ajaran Buddha dengan logika. ;)
"Karena itu, warga suku Kalama, itulah yang Kumaksud dengan mengatakan, 'Janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu; atau oleh karena sesuatu yang merupakan tradisi; atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang dikatakan di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang katanya sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya merupakan hasil dari suatu penelitian; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang terlihat cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.'
Tetapi, warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, 'Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana; hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan,' maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut."
Quote from: Jerry on 18 December 2009, 01:49:16 AM
Wah saran dr Bro 3rebu emang mantap :jempol:
[at] Deva19
Boleh juga ide Bro 3rebu dipertimbangin. Jadi mencari harmonisasi pemahaman antara ajaran Buddha dengan logika. ;)
Saya tidak mengerti ilmu logika, dan mungkin slama ini logika yg saya pakai adalah logika dengkul (ikut2an bro Indra..hehe).
Tapi sbg informasi, dalam tradisi Mahayana aliran Yogachara/Vijnanavada cukup menekankan ilmu logika yg sudah dikenal sejak dulu di India yg disebut Hetuvidya. Ketika Master Xuanzhuang belajar agama Buddha di Universitas Nalanda, salah satu kurikulum yg harus dikuasai adalah ilmu logika (Hetuvidya). Yogacharabhumi sastra menyebutkan seorang Bodhisatva yg ingin mencapai pencerahan dan meraih kebijaksanaan harus menguasai 5 jenis ilmu yg salah satunya adalah ilmu Logika.
Sayang , Hetudya yang dibawakan Xuanzhuang ini termasuk bacaan yg berat buat saya. Ternyata saya masih pake logika dengkul. hehe...
Wah.. Berarti Bro Deva19 tinggal menyempurnakan parami 4 jenis ilmu lain utk menjadi seorang Bodhisattva ya. ;D
Thanks utk info Yogacara dan hetuvidya-nya. Saya pernah mendengar sedikit dr teman Mahayanist juga bahwa yogacara aliran yg menitikberatkan pada perdebatan dan logika. Tidak tahu benar tidak, belum cross-check.
Saya pikir bukannya pemahaman Buddha-dhamma yg benar selaras dg logika, melainkan logika-lah yg selaras dg pemahaman Buddha-dhamma yg benar. Jika kita melihat ke dlm Sutta dan penjelasan2 Sang Buddha, selalu logic dan rational. Meski tidak mentok di situ saja. Jadi kembali ke pokok bahasan, belajar ilmu logika tampaknya tidak akan bertentangan dg pembelajaran Buddha-dhamma yg benar sepanjang acuannya adalah Buddha-dhamma, bukannya mengacu pd ilmu logika yg merupakan produk pikiran dan bervariasi antar berbagai aliran ilmu logika. Sementara Buddha-dhamma bukanlah produk pikiran melainkan produk pengetahuan langsung Sang Buddha dan para siswanya. :)
Mettacittena
Logikanya kalau mau,... mau.... mau...
nyari guru yg pintar, sesuai bidangnya (guru jago meditasi)..
dan jadi muridnya... trus latihan......... PRAKTEK LAHHH 8) 8)
kalau berdebat, posting sampai banyak2... menurut gw kurang efektip dehhh.... soalnya gw gak pernah lihat orang belajar karate dari posting ehhh, begitu juga belajar renang... gak bisa dari posting ehhh
Quote from: johan3000 on 18 December 2009, 07:55:14 PM
Logikanya kalau mau,... mau.... mau...
nyari guru yg pintar, sesuai bidangnya (guru jago meditasi)..
dan jadi muridnya... trus latihan......... PRAKTEK LAHHH 8) 8)
kalau berdebat, posting sampai banyak2... menurut gw kurang efektip dehhh.... soalnya gw gak pernah lihat orang belajar karate dari posting ehhh, begitu juga belajar renang... gak bisa dari posting ehhh
haha...., betul , betul !
cuma kalo ga posting2 lagi, DC bakal jadi museum. hehe
Teman-teman sekalian ikut nimbrung ya?
Saya tertarik membaca thread dari dewa 19 ini, di satu sisi seolah-olah ingin berguru, tetapi disisi yang lain juga nampaknya ingin menyama-nyamakan dengan paham pribadi.
Bolehkah saya tahu apakah saudara dewa 19 mengharapkan jawaban eksak disertai bukti untuk segala hal mengenai agama atau hanya sekedar masuk akal dan bisa diterima?
kalau bicara mengenai bukti tentu sulit, karena pribadi masing-masing yang bisa membuktikan, orang lain bahkan Sang Buddha sekalipun tidak bisa menjelaskan semua hal disertai bukti, biasanya bila Beliau tidak bisa membuktikan Beliau hanya menjelaskan sepanjang hal itu masuk akal.
[at] febian
sebagaimana telah sering saya nyatakan bahwa bentuk kebenaran itu ada tiga macam, yakni kebenaran ilmiah, kebenaran logika, dan kebenaran batiniah (dhamma).
saya memang menyamakan antara Allah dengan nibbana.
setelah saya menyatakan kesamaan tersebut, apakah anda akan langsung menyanggah ataukah anda akan melakukan penyelidikan, mengapa saya menganggap sama?
mohon maaf, saya hanya ingin menyampaikan apa yang ada dalam pikiran saya. bahwa kawan-kawan di sini umumnya cepat berekasi untuk menyanggah atau menentang pernyataan-pernyataan yang dianggap tidak sefaham dengan mereka, serta "menomor duakan" penyelidikan. apakah sikap seperti itu merupakan sikap yang bijaksana menurut anda?
ini adalah pernyataan saya. dan siapa yang tahu makna suatu pernyataan selain dari orang yang menyatakannya? lalu kenapa orang enggan untuk menyelidiki, apa maksud seseorang menyatakan begini dan begitu? kenapa mereka lebih bersemangat untuk cepat-cepat membantah segala sesuatunya?
Quote from: ryu on 18 December 2009, 07:11:52 AM
"Karena itu, warga suku Kalama, itulah yang Kumaksud dengan mengatakan, 'Janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu; atau oleh karena sesuatu yang merupakan tradisi; atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang dikatakan di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang katanya sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya merupakan hasil dari suatu penelitian; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang terlihat cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.'
Tetapi, warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, 'Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana; hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan,' maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut."
Quote
jangan percaya begitu saja dengan apa yang katanya sesuai dengan Taka (logika/konklusi/kesimpulan)
mari kita bahas makna pernyataan tersebut.
pertama, perhatikan perbedaan 2 kalimat ini :
1. jangan percaya begitu saja dengan apa yang katanya sesuai dengan logika
2. jangan percaya dengan apa yang katanya sesuai dengan logika
coba renungkan, cermati dan fahami perbedaan makna kedua kalimat tersebut!
saya ingin tanya, sebenarnya bagaimana pernyataan sang budha tersebut,"jangan percaya begitu saja" atau "tidak harus percaya" ?
Quote from: chingik on 18 December 2009, 05:58:04 PM
Quote from: Jerry on 18 December 2009, 01:49:16 AM
Wah saran dr Bro 3rebu emang mantap :jempol:
[at] Deva19
Boleh juga ide Bro 3rebu dipertimbangin. Jadi mencari harmonisasi pemahaman antara ajaran Buddha dengan logika. ;)
Saya tidak mengerti ilmu logika, dan mungkin slama ini logika yg saya pakai adalah logika dengkul (ikut2an bro Indra..hehe).
Tapi sbg informasi, dalam tradisi Mahayana aliran Yogachara/Vijnanavada cukup menekankan ilmu logika yg sudah dikenal sejak dulu di India yg disebut Hetuvidya. Ketika Master Xuanzhuang belajar agama Buddha di Universitas Nalanda, salah satu kurikulum yg harus dikuasai adalah ilmu logika (Hetuvidya). Yogacharabhumi sastra menyebutkan seorang Bodhisatva yg ingin mencapai pencerahan dan meraih kebijaksanaan harus menguasai 5 jenis ilmu yg salah satunya adalah ilmu Logika.
Sayang , Hetudya yang dibawakan Xuanzhuang ini termasuk bacaan yg berat buat saya. Ternyata saya masih pake logika dengkul. hehe...
Quote
meraih kebijaksanaan harus melalui 5 jenis ilmu yg salah satunya adalah ilmu Logika
jika "harus", maka apakah seseorang tidak akan dapat mencapai kebijaksanaan bila tidak menguasai ilmu logika?
Quote from: johan3000 on 18 December 2009, 07:55:14 PM
Logikanya kalau mau,... mau.... mau...
nyari guru yg pintar, sesuai bidangnya (guru jago meditasi)..
dan jadi muridnya... trus latihan......... PRAKTEK LAHHH 8) 8)
kalau berdebat, posting sampai banyak2... menurut gw kurang efektip dehhh.... soalnya gw gak pernah lihat orang belajar karate dari posting ehhh, begitu juga belajar renang... gak bisa dari posting ehhh
bukankah segala sesuatu diawali dengan pikiran?
debat dan diskusi seringkali tidak berujung. semoga kita menemukan suatu cara, bagaimana agar suatu diskusi berakhir dengan titik temu yang menyenangkan dan bermanfaat. apakah anda belum pernah memikirkan suatu metoda, bagaimana agar suatu diskusi lebih efektif, bermanfaat dan mencapai suatu titik temu?
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:02:11 AM
sebagaimana telah sering saya nyatakan bahwa bentuk kebenaran itu ada tiga macam, yakni kebenaran ilmiah, kebenaran logika, dan kebenaran batiniah (dhamma).
bentuk "kebenaran" seperti itu adalah "kebenaran" menurut anda ataukah kebenaran mengenai "kebenaran" itu sendiri ?
klo kebenaran bagi saya bentuk nya cuma ada 1 yaitu "kebenaran", "kebenaran" kadang bs menjadi tidak benar kebenarannya karena disimpulkan pribadi oleh orang yang tidak bijaksana atau oleh orang yg belum memahami tapi merasa telah memahami... orang seperti ini membaca dikit tapi merasa mengetahui banyak, dunia bagi nya hanya sebesar daun kelor...
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:02:11 AM
saya memang menyamakan antara Allah dengan nibbana.
setelah saya menyatakan kesamaan tersebut, apakah anda akan langsung menyanggah ataukah anda akan melakukan penyelidikan, mengapa saya menganggap sama?
saya sudah pernah melakukan penyelidikan, nibbana yang berarti telah terbebas dari belenggu bathin/kekotoran bathin disamakan dengan mahluk yang katanya sempurna tp masih terbelenggu bathin nya, ketika ia senang maka tertawa lah dunia dan menjadikan dunia seperti surga, ketika ia tidak senang/murka maka menangis lah dunia dan menjadikan dunia seperti neraka... istilah gaul nya masih ada mood-mood-tan...
kesamaannya bro deva liat dari sisi mana ??
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:02:11 AM
mohon maaf, saya hanya ingin menyampaikan apa yang ada dalam pikiran saya. bahwa kawan-kawan di sini umumnya cepat berekasi untuk menyanggah atau menentang pernyataan-pernyataan yang dianggap tidak sefaham dengan mereka, serta "menomor duakan" penyelidikan. apakah sikap seperti itu merupakan sikap yang bijaksana menurut anda?
oh ternyata apa yg anda tulis merupakan "kebenaran" yg sebatas pikiran anda... rekan disini cepat bereaksi karena mereka siagap dari pencemaran lingkungan oleh limbah2 yg merugikan, ehm... seberapa jauh anda telah melakukan penyelidikan sementara anda bisa menyarankan/meminta orang lain untuk melakukan penyelidikan ??
bisa di sharing disini ??
Quote from: johan3000 on 18 December 2009, 01:20:54 AM
Quotedi sini, saya hanya mencoba menjelaskan bahwa konsep dhamma dapat lebih difahami secara jernih melalui ilmu logika. bila belum ada umat budist yang menyelami ilmu logika, maka saya menawarkan atau mengajak, mari kita mencoba menyelami dhamma dengan ilmu logika, untuk melepaskan kebingungan.
buat aja judul....
1. Mempermudah memahamin ajaran Buddha melalui ilmu logika sederhana.
2. Mempermudah mempraktekan ajaran Buddha melalui ilmu logika dlm kehidupan sehari-hari.
dan gw juga pingin tau seberapa banyak member di forum ini yg merasa belum mengerti ajaran Buddha ? dan berapa member yg ingin mencoba mempelajarin ajaran Buddha dgn methode lain?
gw tunggu deh... ;D ;D
masalahnya, dalam setiap topik dan diskusi saya menggunakan metoda ilmu logika. di thread manapun, dan kapanpun saya membawa-bawa ilmu logika, selalu mempraktikan ilmu logika untuk menyelidiki dan menguji kebenaran dari segala sesuatu. oleh karena itulah saya tidak terdorong untuk membuat thread khusus tentang ilmu logika. thread-thread khusus tentang ilmu logika, telah saya buat di forum saya sendiri.
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:21:13 AM
Quote from: johan3000 on 18 December 2009, 07:55:14 PM
Logikanya kalau mau,... mau.... mau...
nyari guru yg pintar, sesuai bidangnya (guru jago meditasi)..
dan jadi muridnya... trus latihan......... PRAKTEK LAHHH 8) 8)
kalau berdebat, posting sampai banyak2... menurut gw kurang efektip dehhh.... soalnya gw gak pernah lihat orang belajar karate dari posting ehhh, begitu juga belajar renang... gak bisa dari posting ehhh
bukankah segala sesuatu diawali dengan pikiran?
debat dan diskusi seringkali tidak berujung. semoga kita menemukan suatu cara, bagaimana agar suatu diskusi berakhir dengan titik temu yang menyenangkan dan bermanfaat. apakah anda belum pernah memikirkan suatu metoda, bagaimana agar suatu diskusi lebih efektif, bermanfaat dan mencapai suatu titik temu?
untuk mendapatkan titik temu, ya selaraskan pikiran dulu bro... setelah itu praktekan terlebih dulu, proses itu dibutuhkan dalam jangka waktu tertentu (bisa panjang, bisa pendek), tidak ada yg instant...
saya lebih tertarik pernyataan bro johan, teori tanpa praktek adalah omong kosong, praktek tanpa teori dengan kapasitas manusia yg masih bobrok bathinnya bisa menyesatkan...
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:11:13 AM
Quote from: ryu on 18 December 2009, 07:11:52 AM
"Karena itu, warga suku Kalama, itulah yang Kumaksud dengan mengatakan, 'Janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu; atau oleh karena sesuatu yang merupakan tradisi; atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang dikatakan di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang katanya sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya merupakan hasil dari suatu penelitian; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang terlihat cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.'
Tetapi, warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, 'Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana; hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan,' maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut."
Quote
jangan percaya begitu saja dengan apa yang katanya sesuai dengan Taka (logika/konklusi/kesimpulan)
mari kita bahas makna pernyataan tersebut.
pertama, perhatikan perbedaan 2 kalimat ini :
1. jangan percaya begitu saja dengan apa yang katanya sesuai dengan logika
2. jangan percaya dengan apa yang katanya sesuai dengan logika
coba renungkan, cermati dan fahami perbedaan makna kedua kalimat tersebut!
saya ingin tanya, sebenarnya bagaimana pernyataan sang budha tersebut,"jangan percaya begitu saja" atau "tidak harus percaya" ?
kebenaran yg didasarkan pada logika yg tidak terarah menjadi kan seorang arsitek logika mengambil kesimpulan dengan permainan kata-kata yang tidak bermanfaat...
saia fikir dan cermati
bahwa ALLAH berbeda dengan TUHAN dan berbeda dengan NIBANNA
Quote from: dhanu
bentuk "kebenaran" seperti itu adalah "kebenaran" menurut anda ataukah kebenaran mengenai "kebenaran" itu sendiri ?
menurut saya, sesuai dengan kebenaran itu sendiri.
Quote
klo kebenaran bagi saya bentuk nya cuma ada 1 yaitu "kebenaran", "kebenaran" kadang bs menjadi tidak benar kebenarannya karena disimpulkan pribadi oleh orang yang tidak bijaksana atau oleh orang yg belum memahami tapi merasa telah memahami... orang seperti ini membaca dikit tapi merasa mengetahui banyak, dunia bagi nya hanya sebesar daun kelor...
"kebenaran itu hanya satu" kenapa bisa demikian?
apakah kebenaran ilmiah dan logika tidak bisa dibedakan menjadi dua bentuk kebenaran yang berbeda? ataukah kebenaran logika itu = kebenaran ilmiah, sehingga logika itu sama dengan ilmiah? jika "ya", maka benarlah bahwa kebenaran itu hanya satu.
Quote from: andry on 06 January 2010, 12:33:21 AM
saia fikir dan cermati
bahwa ALLAH berbeda dengan TUHAN dan berbeda dengan NIBANNA
kenapa?
Quote from: dhanu
kebenaran yg didasarkan pada logika yg tidak terarah menjadi kan seorang arsitek logika mengambil kesimpulan dengan permainan kata-kata yang tidak bermanfaat...
logika yang tidak terarah itu contohnya bagaimana?
Quote from: dhanu
untuk mendapatkan titik temu, ya selaraskan pikiran dulu bro... setelah itu praktekan terlebih dulu, proses itu dibutuhkan dalam jangka waktu tertentu (bisa panjang, bisa pendek), tidak ada yg instant...
apakah hanya dengan menyelaraskan pikiran, maka akan mendapatkan titik temu?
trus pikirannya diselaraskan dengan siapa?
jika pengertian menyelaraskan pikiran tersebut berarti "mensefahamkan faham kita dengan faham orang lain", maka pastilah akan selalu mencapai titik temu. tapi, apakah mungkin benar cara mencapai titik temu tersebut dengan cara seperti itu? jika bukan itu maksud anda, maka jelaskanlah, apa artinya menyelaraskan pikiran?
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:35:06 AM
sebagaimana telah sering saya nyatakan bahwa bentuk kebenaran itu ada tiga macam, yakni kebenaran ilmiah, kebenaran logika, dan kebenaran batiniah (dhamma).
Quote from: dhanu
bentuk "kebenaran" seperti itu adalah "kebenaran" menurut anda ataukah kebenaran mengenai "kebenaran" itu sendiri ?
menurut saya, sesuai dengan kebenaran itu sendiri.
jika hal itu sesuai dengan kebenaran itu sendiri, apa tolak ukur kebenaran itu sendiri ? anda menulis hal itu seakan anda telah melihat kebenaran yang sebenarnya...
kebenaran bagi anda bahwa anggota keluarga anda yg wanita dewasa tidak boleh bertelanjang dada didepan umum, tapi kebenaran bagi orang papua bahwa anggota keluarganya yg wanita dewasa boleh bertelanjang dada didepan umum... itu adalah kebenaran logika, tapi bukan kebenaran bathiniah dan ilmiah, karena standarisasi nya berbeda, sehingga selama 3 macam kebenaran itu anda proklamasikan, maka selama itu pula pernyataan anda tidak sesuai dnegan kebenaran itu sendiri...
Quote
klo kebenaran bagi saya bentuk nya cuma ada 1 yaitu "kebenaran", "kebenaran" kadang bs menjadi tidak benar kebenarannya karena disimpulkan pribadi oleh orang yang tidak bijaksana atau oleh orang yg belum memahami tapi merasa telah memahami... orang seperti ini membaca dikit tapi merasa mengetahui banyak, dunia bagi nya hanya sebesar daun kelor...
"kebenaran itu hanya satu" kenapa bisa demikian?
apakah kebenaran ilmiah dan logika tidak bisa dibedakan menjadi dua bentuk kebenaran yang berbeda? ataukah kebenaran logika itu = kebenaran ilmiah, sehingga logika itu sama dengan ilmiah? jika "ya", maka benarlah bahwa kebenaran itu hanya satu.
[/quote]
kebenaran ilmiah adalah kebenaran berdasarkan tingkat/pola pikir ilmiah yang belum tentu benar juga belum tentu salah, kebenaran yg mengambang...
kebenaran logika adalah kebenaran yg didasarkan pada pola pikir pribadi yg bersifat subyektif, dimana setiap pemikiran pribadi pasti akan berbeda antara yg satu dengan yg lain dan belum tentu pasti benar juga belum tentu pasti salah...
itu bukan kebenaran bagi saya, tapi kesimpulan sesaat... matahari terbit di timur dan terbenam di barat, itu adalah kebenaran, tidak ada kebenaran ilmiah juga logika... karena hal itu adalah benar yg tidak mungkin bisa salah...
disitu paham beda nya ??
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:35:25 AM
Quote from: andry on 06 January 2010, 12:33:21 AM
saia fikir dan cermati
bahwa ALLAH berbeda dengan TUHAN dan berbeda dengan NIBANNA
kenapa?
kenapa ? karena mereka adalah substansi yg berbeda... apakah anda sama dengan saya ? apakah saya sama dengan kakak anda ? jika anda mengatakan "tidak" itu adalah jawaban bagi anda sendiri... paham ?
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:36:44 AM
Quote from: dhanu
kebenaran yg didasarkan pada logika yg tidak terarah menjadi kan seorang arsitek logika mengambil kesimpulan dengan permainan kata-kata yang tidak bermanfaat...
logika yang tidak terarah itu contohnya bagaimana?
ya seperti logika anda yg tertuang dalam kata2 sebelumnya... mungkin anda harus mengcopy paste ulang... :D
Quote from: dhanu
saya lebih tertarik pernyataan bro johan, teori tanpa praktek adalah omong kosong, praktek tanpa teori dengan kapasitas manusia yg masih bobrok bathinnya bisa menyesatkan...
anda lebih tertarik dengan pernyataan bro johan, dan kurang tertarik dengan pernyataan siapa?
teori tanpa praktek adalah omong kosong. apakah semua teori itu merupakan sesuatu yang harus dipraktikan? tidak adakah teori yang bermanfaat sebagai teori itu sendiri?
dan menurut anda, praktik tanpa teori orang yang bobrok batinnya bisa menyesatkan. pertanyaannya, bagaimana praktik tanpa teori dari orang yang tidak bobrok batinnya, apakah tidak akan menyesatkan?
Quote from: dhanuttono on 06 January 2010, 12:47:24 AM
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:36:44 AM
Quote from: dhanu
kebenaran yg didasarkan pada logika yg tidak terarah menjadi kan seorang arsitek logika mengambil kesimpulan dengan permainan kata-kata yang tidak bermanfaat...
logika yang tidak terarah itu contohnya bagaimana?
ya seperti logika anda yg tertuang dalam kata2 sebelumnya... mungkin anda harus mengcopy paste ulang... :D
bisakah anda copaskan, karena saya ingin tahu, seperti apa contoh logika yang tidak terarah itu, agar saya dan semua orang dapat belajar dari anda tentang bagaimana logika yang terarah itu?
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:45:07 AM
Quote from: dhanu
untuk mendapatkan titik temu, ya selaraskan pikiran dulu bro... setelah itu praktekan terlebih dulu, proses itu dibutuhkan dalam jangka waktu tertentu (bisa panjang, bisa pendek), tidak ada yg instant...
apakah hanya dengan menyelaraskan pikiran, maka akan mendapatkan titik temu?
trus pikirannya diselaraskan dengan siapa?
jika pengertian menyelaraskan pikiran tersebut berarti "mensefahamkan faham kita dengan faham orang lain", maka pastilah akan selalu mencapai titik temu. tapi, apakah mungkin benar cara mencapai titik temu tersebut dengan cara seperti itu? jika bukan itu maksud anda, maka jelaskanlah, apa artinya menyelaraskan pikiran?
gini bro... anda bertemu dengan orang ausi, anda cuma bisa bahasa indon... sementara orang tersebut tidak dapat berbahasa indon, cuma bisa boso londo, bahasa dia sendiri
anda mengatakan jari... dia mengatakan hand... udah ga ngerti/paham, ngalur ngidul lg yg dibahas/tidak ada arah...
kenapa ? ya karena itu... klo ga paham... ya gtu deh... :D
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:50:14 AM
Quote from: dhanuttono on 06 January 2010, 12:47:24 AM
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:36:44 AM
Quote from: dhanu
kebenaran yg didasarkan pada logika yg tidak terarah menjadi kan seorang arsitek logika mengambil kesimpulan dengan permainan kata-kata yang tidak bermanfaat...
logika yang tidak terarah itu contohnya bagaimana?
ya seperti logika anda yg tertuang dalam kata2 sebelumnya... mungkin anda harus mengcopy paste ulang... :D
bisakah anda copaskan, karena saya ingin tahu, seperti apa contoh logika yang tidak terarah itu, agar saya dan semua orang dapat belajar dari anda tentang bagaimana logika yang terarah itu?
waduh... tulisan sy masih ada dan tulisan sy pasti me-reply tulisan anda yg sy kritik sebelumnya... gimana seh, katanya logika pasti jalan dalam setiap tulisan anda ? ehm... jd semakin ragu saya... hahaha...
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:11:13 AM
Quote from: ryu on 18 December 2009, 07:11:52 AM
"Karena itu, warga suku Kalama, itulah yang Kumaksud dengan mengatakan, 'Janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu; atau oleh karena sesuatu yang merupakan tradisi; atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang dikatakan di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang katanya sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya merupakan hasil dari suatu penelitian; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang terlihat cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.'
Tetapi, warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, 'Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana; hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan,' maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut."
Quote
jangan percaya begitu saja dengan apa yang katanya sesuai dengan Taka (logika/konklusi/kesimpulan)
mari kita bahas makna pernyataan tersebut.
pertama, perhatikan perbedaan 2 kalimat ini :
1. jangan percaya begitu saja dengan apa yang katanya sesuai dengan logika
2. jangan percaya dengan apa yang katanya sesuai dengan logika
coba renungkan, cermati dan fahami perbedaan makna kedua kalimat tersebut!
saya ingin tanya, sebenarnya bagaimana pernyataan sang budha tersebut,"jangan percaya begitu saja" atau "tidak harus percaya" ?
bro Deva19, point penekanannya ada di warna biru.
sesuai dengan logic atau tidak sesuai dengan logic sama saja. tetapi apakah sesuai dengan diri sendiri?
contoh yg paling mudah yaitu rokok karena saya adalah perokok.
secara logic rokok jelas tidak baik, tetapi secara logic pula, pikiran selalu membentuk 1001 alasan untuk membuat sebuah logic baru agar menghasilkan sebuah kata "tapi" sehingga timbul sebuah logic baru untuk membenarkan agar tetap merokok dengan sebuah alasan "tapi".
dengan logic atau tidak logic, ketika diselidiki secara murni, dari diri sendiri, jawabannya pasti tidak merokok(jika jujur pada diri sendiri).
jawaban ini bisa di dapatkan dengan mudah ketika kondisi diri benar2 tenang. cara paling mudah adalah tarik nafas panjang.
cara lain yaitu dalam meditasi dalam ketenangan.(meditasi untuk ketenangan, bukan meditasi untuk mencapai sebuah tujuan).
atau contoh lain vegetarian. ketika jujur pada diri sendiri, jawabannya pasti "makan apa saja ketika lapar tanpa perlu harus makan daging".
saya yakin seluruh manusia jujur pada diri sendiri akan menjawab seperti itu. hanya saja pikiran menciptakan logic2 baru untuk memenuhi keinginan diri sendiri sehingga jawaban yg terjujur ini menjadi tertutup oleh jawaban logic yg terbentuk oleh pikiran.
ini yg di tekankan dalam menyelidiki suatu sebelum langsung menerimanya. proses menyelidiki ini memerlukan proses. proses ini adalah proses "jujur terhadap diri sendiri" yg benar2 adalah dari dalam diri sendiri, tanpa ada pengaruh dari faktor2 luar yg membentuk pemikiran/logic baru. dan proses ini memerlukan waktu, dan bisa juga terjadi sekejap.
semoga bro Deva19 bisa mengerti maksud saya. sebab saya sendiri juga susah menjelaskannya dalam bentuk kata2.
_/\_
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:49:03 AM
Quote from: dhanu
saya lebih tertarik pernyataan bro johan, teori tanpa praktek adalah omong kosong, praktek tanpa teori dengan kapasitas manusia yg masih bobrok bathinnya bisa menyesatkan...
anda lebih tertarik dengan pernyataan bro johan, dan kurang tertarik dengan pernyataan siapa?
teori tanpa praktek adalah omong kosong. apakah semua teori itu merupakan sesuatu yang harus dipraktikan? tidak adakah teori yang bermanfaat sebagai teori itu sendiri?
dan menurut anda, praktik tanpa teori orang yang bobrok batinnya bisa menyesatkan. pertanyaannya, bagaimana praktik tanpa teori dari orang yang tidak bobrok batinnya, apakah tidak akan menyesatkan?
hahaha... yg pasti sy tertarik dengan pernyataan johan, mengenai sy tidak tertarik dengan tulisan sapa, ya saya rasa ga perlu saya tulis... ya ga ? hahaha...
teori emang ga harus dipraktekan, tp teori tanpa praktek adalah omong kosong, teori yg bermanfaat sebagai teori ya hampa...
menurut anda, teori bs jd nyata tanpa praktek ? contohnya apa ? ehm... ehm... :))
praktek tanpa teori dari orang yg tidak bobrok bathinnya apakah menyesatkan ? sy rasa logika anda pun bisa menjawab itu... hahaha...
Quote from: dhanuttono on 06 January 2010, 12:46:30 AM
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:35:25 AM
Quote from: andry on 06 January 2010, 12:33:21 AM
saia fikir dan cermati
bahwa ALLAH berbeda dengan TUHAN dan berbeda dengan NIBANNA
kenapa?
kenapa ? karena mereka adalah substansi yg berbeda... apakah anda sama dengan saya ? apakah saya sama dengan kakak anda ? jika anda mengatakan "tidak" itu adalah jawaban bagi anda sendiri... paham ?
jika mereka adalah substansi yang berbeda, maka tentu saya setuju bahwa mereka adalah hal yang berbeda. tidak ada masalah soal perbedaan tersebut, dan saya menerima sebaik-baiknya atas perbedaan substansi tersebut. dan saya tidak bertentangan faham dengan anda dalam hal ini.
tapi kemudian saya menyatakan bahwa Allah dan nibbana itu adalah sama. tetapi, seandainya ada orang yang tidak setuju dengan apa yang saya nyatakan, dan tidak ingin menyelidiki kebenarannya, maka itu dipersilahkan. saya memperhatikan, mencermati dan merenungkan pernyataan orang lain, agar saya dapat mengambil pelajaran dari padanya. dan saya menyatakan suatu pernyataan, barangkali ada orang lain dapat memperhatikan, menyelidki dan mengambil pelajaran dari pernyataan saya. tapi bila tidak ada orang mau memperhatikan, menyeldiki dan mengambil pelajaran dari padanya, tentu saya tidak akan memaksakan. dan semoga tidak ada orang yang memaksa saya untuk mengubah apa yang menjadi pendapat dan keyakinan saya.
Quote from: dhanu
menurut anda, teori bs jd nyata tanpa praktek ? contohnya apa ? ehm... ehm... laugh
saya tidak pernah menyatakan bahwa teori bisa jadi nyata tanpa praktik.
Quote
praktek tanpa teori dari orang yg tidak bobrok bathinnya apakah menyesatkan ? sy rasa logika anda pun bisa menjawab itu... hahaha...
logika saya bisa jadi bisa menjawab pertanyaan tersebut atau tidak. jika saya ingin tahu apakah logika saya mampu menjawabnya atau tidak, tentu saya tidak perlu bertanya kepada anda.
tetapi saya bertanya kepada anda karena saya ingin tahu, apakah logika anda dapat menjawab pertanyaan tersebut atau tidak.
Quote from: dhanu
hahaha... yg pasti sy tertarik dengan pernyataan johan, mengenai sy tidak tertarik dengan tulisan sapa, ya saya rasa ga perlu saya tulis... ya ga ? hahaha...
apakah anda mreasa perlu menuliskannya atau tidak, tentu itu merupakan wewenang saya. dan apakah saya hendak mengajukan suatu pertanyaan atau tidak, tentu itu juga merupakan wewenang saya. dalam ilmu logika, benar dan salah merupakan nilai untuk suatu pernyataan dan bukan nilai untuk suatu pertanyaan.
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:56:38 AM
Quote from: dhanuttono on 06 January 2010, 12:46:30 AM
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:35:25 AM
Quote from: andry on 06 January 2010, 12:33:21 AM
saia fikir dan cermati
bahwa ALLAH berbeda dengan TUHAN dan berbeda dengan NIBANNA
kenapa?
kenapa ? karena mereka adalah substansi yg berbeda... apakah anda sama dengan saya ? apakah saya sama dengan kakak anda ? jika anda mengatakan "tidak" itu adalah jawaban bagi anda sendiri... paham ?
jika mereka adalah substansi yang berbeda, maka tentu saya setuju bahwa mereka adalah hal yang berbeda. tidak ada masalah soal perbedaan tersebut, dan saya menerima sebaik-baiknya atas perbedaan substansi tersebut. dan saya tidak bertentangan faham dengan anda dalam hal ini.
tapi kemudian saya menyatakan bahwa Allah dan nibbana itu adalah sama. tetapi, seandainya ada orang yang tidak setuju dengan apa yang saya nyatakan, dan tidak ingin menyelidiki kebenarannya, maka itu dipersilahkan. saya memperhatikan, mencermati dan merenungkan pernyataan orang lain, agar saya dapat mengambil pelajaran dari padanya. dan saya menyatakan suatu pernyataan, barangkali ada orang lain dapat memperhatikan, menyelidki dan mengambil pelajaran dari pernyataan saya. tapi bila tidak ada orang mau memperhatikan, menyeldiki dan mengambil pelajaran dari padanya, tentu saya tidak akan memaksakan. dan semoga tidak ada orang yang memaksa saya untuk mengubah apa yang menjadi pendapat dan keyakinan saya.
jika anda mempunyai konsep demikian, begitu pula saya... simple bukan ? jika anda mempunyai standar kebenaran sendiri dan anda merasa itu adalah yg paling benar sehingga anda mau membagikan ke orang lain, disitu anda telah memaksa secara halus untuk mengubah apa yg menjadi pendapat dan keyakinan orang lain, sedangkan anda saja tidak mau di utak atik dalam hal itu... ehm... ehm...
lebih simplenya lagi, sy tidak memproklamirkan kebenaran yg ada pada diri sy sebatas logika dan pengetahuan saya, karena diluar sana terdapat kebenaran yg sesungguhnya, yg tidak akan mungkin bisa salah bahkan bisa direvisi, hal itu yg belum dapat saya jangkau dengan kapasitas saya saat ini... simple bukan ?
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:59:24 AM
Quote from: dhanu
menurut anda, teori bs jd nyata tanpa praktek ? contohnya apa ? ehm... ehm... laugh
saya tidak pernah menyatakan bahwa teori bisa jadi nyata tanpa praktik.
Quote
praktek tanpa teori dari orang yg tidak bobrok bathinnya apakah menyesatkan ? sy rasa logika anda pun bisa menjawab itu... hahaha...
logika saya bisa jadi bisa menjawab pertanyaan tersebut atau tidak. jika saya ingin tahu apakah logika saya mampu menjawabnya atau tidak, tentu saya tidak perlu bertanya kepada anda.
tetapi saya bertanya kepada anda karena saya ingin tahu, apakah logika anda dapat menjawab pertanyaan tersebut atau tidak.
hahaha... anda cuma terlihat suka bermain kata2 bro... gini-gini, saya tarik kembali kebelakang...
aa'tono wrote : "saya lebih tertarik pernyataan bro johan, teori tanpa praktek adalah omong kosong, praktek tanpa teori dengan kapasitas manusia yg masih bobrok bathinnya bisa menyesatkan..."
deva reply : "menurut anda, praktik tanpa teori orang yang bobrok batinnya bisa menyesatkan. pertanyaannya, bagaimana praktik tanpa teori dari orang yang tidak bobrok batinnya, apakah tidak akan menyesatkan?"
anda belajar teori berenang, tanpa praktek apakah anda "pasti" telah bisa berenang setelah belajar banyak teori berenang ??
anda adalah bocah kecil yg "bandel" (sifat yg sy samakan sebagai kapasitas manusia yg masih bobrok bathinnya) dimana masih mengalami pembelajaran mengenai kehidupan, jika saya lepaskan anda dilingkungan preman (praktek tanpa teori) untuk dapat belajar hidup, apa yg terjadi ?
Quote from: wen78 on 06 January 2010, 12:55:00 AM
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:11:13 AM
Quote from: ryu on 18 December 2009, 07:11:52 AM
"Karena itu, warga suku Kalama, itulah yang Kumaksud dengan mengatakan, 'Janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu; atau oleh karena sesuatu yang merupakan tradisi; atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang dikatakan di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang katanya sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya merupakan hasil dari suatu penelitian; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang terlihat cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.'
Tetapi, warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, 'Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana; hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan,' maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut."
Quote
jangan percaya begitu saja dengan apa yang katanya sesuai dengan Taka (logika/konklusi/kesimpulan)
mari kita bahas makna pernyataan tersebut.
pertama, perhatikan perbedaan 2 kalimat ini :
1. jangan percaya begitu saja dengan apa yang katanya sesuai dengan logika
2. jangan percaya dengan apa yang katanya sesuai dengan logika
coba renungkan, cermati dan fahami perbedaan makna kedua kalimat tersebut!
saya ingin tanya, sebenarnya bagaimana pernyataan sang budha tersebut,"jangan percaya begitu saja" atau "tidak harus percaya" ?
bro Deva19, point penekanannya ada di warna biru.
baiklah! mari kita bahas.
Quote
sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut karena hal tersebut tidak berguna, tercela dan tidak dibenarkan oleh para bijaksana
jika kita menyimpulkan sesuatu secara benar menurut hukum ilmu logika, apakah hal tersebut berguna atau tidak berguna? apakah hal tersebut tercela atau terpuji? apakah hal tersebut dibenarkan atau tidak dibenarkan oleh para bijaksana?
jika kita menyimpulkan sesuatu secara tidak benar, menyalahi kaidah ilmu logika, apakah hal tersebut berguna atau tidak berguna? apakah hal tersebut tercela atau terpuji? apakah hal tersebut dibenarkan atau tidak dibenarkan oleh para bijaksana?
Quote from: wen
sesuai dengan logic atau tidak sesuai dengan logic sama saja. tetapi apakah sesuai dengan diri sendiri?
seorang murid yang mengerjakan soal matematika, menghitung luas segitiga, mana yang akan dinilai benar oleh seorang guru, apakah yang menghitung sesuai dengan rumus atau tidak sesuai dengan rumus? ataukah guru menilai menurut "apa dirasa benar" oleh si murid itu sendiri?
Quote
contoh yg paling mudah yaitu rokok karena saya adalah perokok.
secara logic rokok jelas tidak baik, tetapi secara logic pula, pikiran selalu membentuk 1001 alasan untuk membuat sebuah logic baru agar menghasilkan sebuah kata "tapi" sehingga timbul sebuah logic baru untuk membenarkan agar tetap merokok dengan sebuah alasan "tapi".
masalahnya, sudahkah semua alasan "merokok" tersebut diuji kebenarannya dengan kaidah berpikir logic?
apakah kriteria sesuatu disebut logic itu sudah diketahui dengan jelas atau menurut anggapan kita saja?
Quote
dengan logic atau tidak logic, ketika diselidiki secara murni, dari diri sendiri, jawabannya pasti tidak merokok(jika jujur pada diri sendiri).
jawaban ini bisa di dapatkan dengan mudah ketika kondisi diri benar2 tenang. cara paling mudah adalah tarik nafas panjang.
cara lain yaitu dalam meditasi dalam ketenangan.(meditasi untuk ketenangan, bukan meditasi untuk mencapai sebuah tujuan).
jadi, sebelum seseorang dapat menenangkan diri, apakah ia tidak dapat berpikir benar?
Quote
atau contoh lain vegetarian. ketika jujur pada diri sendiri, jawabannya pasti "makan apa saja ketika lapar tanpa perlu harus makan daging".
saya yakin seluruh manusia jujur pada diri sendiri akan menjawab seperti itu. hanya saja pikiran menciptakan logic2 baru untuk memenuhi keinginan diri sendiri sehingga jawaban yg terjujur ini menjadi tertutup oleh jawaban logic yg terbentuk oleh pikiran.
apakah logic-logic baru itu benar-benar logic atau hanya "dianggap logic" ?
Quote
ini yg di tekankan dalam menyelidiki suatu sebelum langsung menerimanya. proses menyelidiki ini memerlukan proses. proses ini adalah proses "jujur terhadap diri sendiri" yg benar2 adalah dari dalam diri sendiri, tanpa ada pengaruh dari faktor2 luar yg membentuk pemikiran/logic baru. dan proses ini memerlukan waktu, dan bisa juga terjadi sekejap.
penyelidikan yang anda maksudkan adalah penyelidikan dhamma. benar kan? spertinya anda telah belajar banyak tntang bagaimana cara melakukan penyelidikan dhamma? tapi, apakah anda telah belajar banyak tntang bagaimana cara melakukan penyelidikan logic?
Quote
semoga bro Deva19 bisa mengerti maksud saya. sebab saya sendiri juga susah menjelaskannya dalam bentuk kata2.
_/\_
sama-sama
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 01:02:10 AM
Quote from: dhanu
hahaha... yg pasti sy tertarik dengan pernyataan johan, mengenai sy tidak tertarik dengan tulisan sapa, ya saya rasa ga perlu saya tulis... ya ga ? hahaha...
apakah anda mreasa perlu menuliskannya atau tidak, tentu itu merupakan wewenang saya. dan apakah saya hendak mengajukan suatu pertanyaan atau tidak, tentu itu juga merupakan wewenang saya. dalam ilmu logika, benar dan salah merupakan nilai untuk suatu pernyataan dan bukan nilai untuk suatu pertanyaan.
wah baru denger ada ilmu logika... mantap bener... tp emang keren logika nya sampe saya ga bs menalar kalimat 1 ini "benar dan salah merupakan nilai untuk suatu pernyataan dan bukan nilai untuk suatu pertanyaan." ini akibat suka bermain kata-kata... :))
mengenai "apakah anda mreasa perlu menuliskannya atau tidak, tentu itu merupakan wewenang saya." itu adalah pemaksaan, saya merasa perlu menuliskan atau tidak, itu sepenuhnya wewenang saya, bukan anda... anda bukan sapa2 saya, hidup saya adalah milik saya... :))
itu baru logika simple dr seorang yg bodoh seperti aa'tono ini :D
intinya gini : jika kebenaran itu masih dibeda-bedakan dalam batasan tertentu, berarti kebenaran itu juga mempunyai batas/limit... seperti contoh saya, di kota jakarta jika ada wanita dewasa bertelanjang dada didepan umum, mungkin akan di cap porno/salah/tidak bermoral dan lain sebagainya, tetapi hal itu berbeda di papua, jika ada wanita dewasa bertelanjang dada didepan umum, itu adalah suatu hal yg biasa...
benar untuk sisi orang papua, tp tidak untuk sisi orang jakarta... begitu pula jika kebenaran dibatasi pada tingkat pengetahuan (ato yg anda katakan ilmiah tersebut dimana belum tentu benar juga belum tentu salah suatu pernyataan/pendapat/ide yg muncul) dan logika, dimana kebenaran yg muncul masih bermain di level keragu-raguan... tentunya itu bukan lah suatu kebenaran yg sesungguhnya...
Quote from: dhanu
anda belajar teori berenang, tanpa praktek apakah anda "pasti" telah bisa berenang setelah belajar banyak teori berenang ??
tentu tidak.
tapi pertanyaan saya adalah "apakah setiap teori itu merupakan sesuatu untuk dipraktikan"?
pernyataan 1 : teori pertama
agar tubuh seseorang dapat mengambang dalam air, maka seorang harus mengangkat pinggulnya ke atas, dan membenamkan badannya ke dalam air, sehingga pinggul dan badan setinggi rata-rata air.
tentu teori tersebut merupakan hal yang perlu untuk dipraktikan, agar lebih dapat difahami artinya. seorang siswa misalnya, akan melakukan hal-hal yang ditunjukan dalam teori tersebut. dan perlu dipraktikan bagi sseorang yang ingin terampil berenang. tapi, apakah perlu dipraktikan, bagi yang tidak ingin terampil berenang?
pernyataan 2 :teori kedua
berenang termasuk kepada olah raga air.
apakah teori tersebut dapat dipraktikan? apakah seorang siswa dapat melakuan suatu tindakan dari pernyataan tersebut?
Quote from: dhanu
benar untuk sisi orang papua, tp tidak untuk sisi orang jakarta... begitu pula jika kebenaran dibatasi pada tingkat pengetahuan (ato yg anda katakan ilmiah tersebut dimana belum tentu benar juga belum tentu salah suatu pernyataan/pendapat/ide yg muncul) dan logika, dimana kebenaran yg muncul masih bermain di level keragu-raguan... tentunya itu bukan lah suatu kebenaran yg sesungguhnya...
menurut anda, apakah persoalan tersebut ada hubungannya dengan kebenaran logika?
apakah anda dapat membedakan antara etika, estetika dan logika?
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 01:20:14 AM
jadi, sebelum seseorang dapat menenangkan diri, apakah ia tidak dapat berpikir benar?
bro Deva19, semua pertanyaan saya gabung menjadi 1. karena ini adalah inti nya dan semua akan terjawab dengan sendirinya.
diri yg tenang berbeda dengan berpikir untuk tenang. silahkan anda cari jawabannya sendiri _/\_
Quote from: dhanu
mengenai "apakah anda mreasa perlu menuliskannya atau tidak, tentu itu merupakan wewenang saya." itu adalah pemaksaan
maksud saya, wewenang anda.
Quote from: wen78 on 06 January 2010, 01:33:07 AM
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 01:20:14 AM
jadi, sebelum seseorang dapat menenangkan diri, apakah ia tidak dapat berpikir benar?
bro Deva19, semua pertanyaan saya gabung menjadi 1. karena ini adalah inti nya dan semua akan terjawab dengan sendirinya.
diri yg tenang berbeda dengan berpikir untuk tenang. silahkan anda cari jawabannya sendiri _/\_
baiklah!
Quote
Quote
dengan logic atau tidak logic, ketika diselidiki secara murni, dari diri sendiri, jawabannya pasti tidak merokok(jika jujur pada diri sendiri).
jawaban ini bisa di dapatkan dengan mudah ketika kondisi diri benar2 tenang. cara paling mudah adalah tarik nafas panjang.
cara lain yaitu dalam meditasi dalam ketenangan.(meditasi untuk ketenangan, bukan meditasi untuk mencapai sebuah tujuan).
jadi, sebelum seseorang dapat menenangkan diri, apakah ia tidak dapat berpikir benar?
hehehe... klo boleh tau apa pekerjaan anda ? pengusaha ? pengajar ? atau apa ? anda adalah orang yg luar biasa hebat jika bisa berpikir benar tanpa harus menenangkan diri... (menenangkan diri disini maksudnya adalah menenangkan bathin yg sedang galau/gelisih/marah/emosi yg bergejolak)
QuoteQuote
atau contoh lain vegetarian. ketika jujur pada diri sendiri, jawabannya pasti "makan apa saja ketika lapar tanpa perlu harus makan daging".
saya yakin seluruh manusia jujur pada diri sendiri akan menjawab seperti itu. hanya saja pikiran menciptakan logic2 baru untuk memenuhi keinginan diri sendiri sehingga jawaban yg terjujur ini menjadi tertutup oleh jawaban logic yg terbentuk oleh pikiran.
apakah logic-logic baru itu benar-benar logic atau hanya "dianggap logic" ?
hahaha... ini semangat anak muda yg baru bermain logika, jd sesuatu yg selalu dibantah dalam batasan "sudah" atau "belum" semua hal akan dinilai dalam 2 sisi tersebut... bener2 logic dan dianggap logic, tetap saja bersifat subyektif yg belum tentu sama/berbeda dengan orang lain, disitu belum ada nilai kebenarannya...
QuoteQuote
ini yg di tekankan dalam menyelidiki suatu sebelum langsung menerimanya. proses menyelidiki ini memerlukan proses. proses ini adalah proses "jujur terhadap diri sendiri" yg benar2 adalah dari dalam diri sendiri, tanpa ada pengaruh dari faktor2 luar yg membentuk pemikiran/logic baru. dan proses ini memerlukan waktu, dan bisa juga terjadi sekejap.
penyelidikan yang anda maksudkan adalah penyelidikan dhamma. benar kan? spertinya anda telah belajar banyak tntang bagaimana cara melakukan penyelidikan dhamma? tapi, apakah anda telah belajar banyak tntang bagaimana cara melakukan penyelidikan logic?
kata2 anda luar biasa loh, seperti seorang pakar logic... :)) kira2 dulu matematika pasti dapat 100 ya setelah ujian ? klo ga selalu 100, berarti penyelidikan logik anda pun masih kurang loh... :)) hahaha...
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 01:32:36 AM
Quote from: dhanu
benar untuk sisi orang papua, tp tidak untuk sisi orang jakarta... begitu pula jika kebenaran dibatasi pada tingkat pengetahuan (ato yg anda katakan ilmiah tersebut dimana belum tentu benar juga belum tentu salah suatu pernyataan/pendapat/ide yg muncul) dan logika, dimana kebenaran yg muncul masih bermain di level keragu-raguan... tentunya itu bukan lah suatu kebenaran yg sesungguhnya...
menurut anda, apakah persoalan tersebut ada hubungannya dengan kebenaran logika?
apakah anda dapat membedakan antara etika, estetika dan logika?
anda sih terlalu byk bermain logic... padahal kita membahas level kebenaran, kita bukan membahas etika, estetika dan logika, tp tingkat kebenaran dari hal tersebut.
hahaha... iya sy ga bs membedakan 3 hal tersebut, logic saya kalah hebat dengan anda... :)) [ngaco dah...]
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 01:29:24 AM
Quote from: dhanu
anda belajar teori berenang, tanpa praktek apakah anda "pasti" telah bisa berenang setelah belajar banyak teori berenang ??
tentu tidak.
tapi pertanyaan saya adalah "apakah setiap teori itu merupakan sesuatu untuk dipraktikan"?
pernyataan 1 : teori pertama
agar tubuh seseorang dapat mengambang dalam air, maka seorang harus mengangkat pinggulnya ke atas, dan membenamkan badannya ke dalam air, sehingga pinggul dan badan setinggi rata-rata air.
tentu teori tersebut merupakan hal yang perlu untuk dipraktikan, agar lebih dapat difahami artinya. seorang siswa misalnya, akan melakukan hal-hal yang ditunjukan dalam teori tersebut. dan perlu dipraktikan bagi sseorang yang ingin terampil berenang. tapi, apakah perlu dipraktikan, bagi yang tidak ingin terampil berenang?
pernyataan 2 :teori kedua
berenang termasuk kepada olah raga air.
apakah teori tersebut dapat dipraktikan? apakah seorang siswa dapat melakuan suatu tindakan dari pernyataan tersebut?
hahaha... teori jika tidak mau dipraktekan, ya udah... selama nya tetap teori, tp sekarang kita liat deh teori yg berlaku untuk anda deh, ga perlu orang lain deh... [ga ada hubungan nya kale...]
misal anda "pengen" bs berenang, belajar teori 10 buku teknik berenang, tanpa anda praktekin secara nyata, apakah anda bisa berenang ? gini deh kita persempit lagi, anda pengen banget, bisa berenang gaya batu... ups salah, gaya kupu-kupu... belajar teori berenang gaya kupu-kupu dari berbagai literatur, tp anda ciut nyali nya ketika disuruh masuk kolam renang, apalagi mau praktikin gaya kupu-kupu... apakah bisa anda berenang gaya kupu-kupu ? yang ada paling gaya batu, tenggelem...
logic itu dimulai dulu dr yg kecil, simple... ga usah diperluas... keliatan koq nti inti dari diskusi mengenai teori tanpa praktek adalah omong kosong.
diatas aja terlihat yg dibahas adalah teknik/cara berenang yg merupakan teori, apa hubungannya dengan pernyataan 1, jika siswa tersebut tidak mau terampil berenang ya udah, ga usah belajar teknik/cara berenang karena pasti akan menjadi sia2 ato omong kosong, bisa ngomong teori nya tp ga bs prakteknya, betul ? trus apa hubungan dengan pernyataan 2 ? berenang adalah olah raga air, ya selama siswa telah belajar teknik/cara berenang dan mempraktekannya, sudah tentu siswa tersebut bisa berenang dan hal berenang merupakan kegiatan olah tubuh dalam air...ga mungkin kan berenang untuk kegiatan olah mata... kecuali jelalatan liatin body2 cewe2... :))
Quote
hehehe... klo boleh tau apa pekerjaan anda ? pengusaha ? pengajar ? atau apa ? anda adalah orang yg luar biasa hebat jika bisa berpikir benar tanpa harus menenangkan diri... (menenangkan diri disini maksudnya adalah menenangkan bathin yg sedang galau/gelisih/marah/emosi yg bergejolak)
sebenarnya diskusi ini bukan tentang saya. tapi ada baiknya saya ceritakan suatu pengalaman, dengan harapan ada manfaatnya.
saya adalah orang yang sangat gemar bermeditasi. setiap hari, saya bangun pukul 4 atau pukul 3 pagi, segera bermeditasi, sambil menunggu adzan subuh. setelah adzan subuh, saya mengerjakan shalat kemudian membantu istri memasak dan mencuci, mandi atau saya bekerja dengan komputer sambil menunggu waktu berangkat kerja/kuliah tiba.
di tempat kuliah, saya dikenal oleh teman-teman saya sebagai orang "yang aneh", karena sering duduk bermeditasi bila waktu istirahat kuliah tiba. di kelas, saya sangat bersemangat dan paling banyak mengajukan pertanyaan kepada dosen, dan tidak pernah mengantuk, walaupun kuliah sehari penuh. saya sangat tenang dan pemberani. segala problem dalam kehidupan ini, saya hadapi dengan tenang. ketika seorang mahasiswi mencaci maki saya di depan umum, maka tiada perubahan ketenangan di dalam batin saya.
memperhatikan teman-teman saya, mereka hidup dalam kegelisahan, amat jauh dari ketenangan. ditambah tubuh yang sakit-sakitan. teman yang bertubuh kurus, sedang, maupun gemuk, semuanya pnya keluhan sakit. mereka mudah risau dengan hal-hal yang saya tidak pernah merisaukannya, seperti misalnya mereka risau dengan tugas-tugas kuliah yang belum diselesaikan, atau mereka gelisah karena konflik sosial. hal-hal seperti itu tidaklah saya alami lagi.
walaupun sedemikian ketenangan yang saya miliki, tetapi saya sulit untuk memahami pelajaran kalkulus. saat ujian tiba, saya tidak tahu bagaimana cara menjawab soal-soal tersebut. tetapi saya tidak takut, tidak pula gelisah. saya duduk tnang di kursi ujian, dengan meperhatikan nafas keluar masuk,mengembangkan konsentrasi dan ketenangan. karena tidak ada hal lain yang dapat saya kerjakan. sementara teman-teman saya tampak risau, dan mencuri-curi kesempatan untuk menyontek. sebagian berbisik-bisik,"liat, liat, Deva sedang bersemedi mencari ilham, hi..hi..hi..". saya enggak peduli dengan olok-olok mereka. ketika saya dengan tenang memusatkan perhatian pada nafas, tiba-tiba sesuatu menimpuk hidung saya. ku lihat, itu sebuah gumpalan kertas. saya larak-lirik ke kiri dan ke kanan, seorang teman melemparkan senyuman. ku rasa, dialah yang melemparkan kertas tersebut. dia memberi isyarat untuk membukanya. ku lihat, ternyata isinya kunci jawaban. "alhamdulillah" saya bilang. lalu saya menyalinnya.
saya tenang, tapi saya tidak mengerjakan soal kalkulus dengan benar.
mereka gelisah, tapi mereka mengerjakan soal kalkulus dengan benar.
pesan dari cerpen tersebut adalah setenang apapun seseorang, kalau dia tidak belajar kalkulus, dia tidak dapat mengerjakan dengan benar, bagiamana cara menyelesaikan persoalan kalkulus. setenang apapun seseorang,kalau dia tidak pernah belajar tentang rumus berpikir benar, maka dia tidak tahu bagaimana caranya berpikir benar.
mereka suci, tapi mereka tidka menyimpulkan dengan benar.
mereka kotor, tapi mereka mnyimpulkan segala sesuatunya dengan benar.
Quote from: dhanu
anda sih terlalu byk bermain logic... padahal kita membahas level kebenaran, kita bukan membahas etika, estetika dan logika, tp tingkat kebenaran dari hal tersebut.
apakah tidak ada hubungannya antara etika, estetika, logika dengan level kebenaran?
Quote from: dhanu
misal anda "pengen" bs berenang, belajar teori 10 buku teknik berenang, tanpa anda praktekin secara nyata, apakah anda bisa berenang ? gini deh kita persempit lagi, anda pengen banget, bisa berenang gaya batu... ups salah, gaya kupu-kupu... belajar teori berenang gaya kupu-kupu dari berbagai literatur, tp anda ciut nyali nya ketika disuruh masuk kolam renang, apalagi mau praktikin gaya kupu-kupu... apakah bisa anda berenang gaya kupu-kupu ? yang ada paling gaya batu, tenggelem...
misalnya dalam forum ini, menurut pengamatan anda, apakah yang saya inginkan sehingga saya berteori / berdiskusi dan apa yang harus saya praktikan?
Quote
diatas aja terlihat yg dibahas adalah teknik/cara berenang yg merupakan teori, apa hubungannya dengan pernyataan 1, jika siswa tersebut tidak mau terampil berenang ya udah, ga usah belajar teknik/cara berenang karena pasti akan menjadi sia2 ato omong kosong, bisa ngomong teori nya tp ga bs prakteknya, betul ? trus apa hubungan dengan pernyataan 2 ? berenang adalah olah raga air, ya selama siswa telah belajar teknik/cara berenang dan mempraktekannya, sudah tentu siswa tersebut bisa berenang dan hal berenang merupakan kegiatan olah tubuh dalam air...ga mungkin kan berenang untuk kegiatan olah mata... kecuali jelalatan liatin body2 cewe2..
seorang wartawan mewawancari seorang guru renang SD. wartawan ini bertanya tentang teknik renang apa saja yang diajarkan untuk anak usia SD. guru renangn tersebut menjelaskannya. wartawan menyimak dengan sebaik-baiknya dan menuliskannya. apakah tujuan wartawan tersebut menyelidiki teknik renang yang dijelaskan guru renang tersebut untuk dipraktikan oleh dirinya? apakah si guru renang akan berkata kepada wartawan,"kalau kau tidak mau mempraktikannya sendiri, gak usah nanya-nanya segala!" apakah begitu? tentu tidak kan?
anggaplah saya wartawan, dan anda narasumbernya.
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 02:01:28 AM
Quote from: dhanu
misal anda "pengen" bs berenang, belajar teori 10 buku teknik berenang, tanpa anda praktekin secara nyata, apakah anda bisa berenang ? gini deh kita persempit lagi, anda pengen banget, bisa berenang gaya batu... ups salah, gaya kupu-kupu... belajar teori berenang gaya kupu-kupu dari berbagai literatur, tp anda ciut nyali nya ketika disuruh masuk kolam renang, apalagi mau praktikin gaya kupu-kupu... apakah bisa anda berenang gaya kupu-kupu ? yang ada paling gaya batu, tenggelem...
misalnya dalam forum ini, menurut pengamatan anda, apakah yang saya inginkan sehingga saya berteori / berdiskusi dan apa yang harus saya praktikan?
bro... apa yg anda inginkan sehingga anda berteori dan apa yg harus anda praktekan, ya anda sendiri yg menentukan, sy tidak ada hak tuk mengatur keinginan anda... dan pembahasan ini semakin melebar... mungkin anda bs menyadari... :D
Quote from: dhanuttono on 06 January 2010, 02:07:32 AM
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 02:01:28 AM
Quote from: dhanu
misal anda "pengen" bs berenang, belajar teori 10 buku teknik berenang, tanpa anda praktekin secara nyata, apakah anda bisa berenang ? gini deh kita persempit lagi, anda pengen banget, bisa berenang gaya batu... ups salah, gaya kupu-kupu... belajar teori berenang gaya kupu-kupu dari berbagai literatur, tp anda ciut nyali nya ketika disuruh masuk kolam renang, apalagi mau praktikin gaya kupu-kupu... apakah bisa anda berenang gaya kupu-kupu ? yang ada paling gaya batu, tenggelem...
misalnya dalam forum ini, menurut pengamatan anda, apakah yang saya inginkan sehingga saya berteori / berdiskusi dan apa yang harus saya praktikan?
bro... apa yg anda inginkan sehingga anda berteori dan apa yg harus anda praktekan, ya anda sendiri yg menentukan, sy tidak ada hak tuk mengatur keinginan anda... dan pembahasan ini semakin melebar... mungkin anda bs menyadari... :D
jika demikian, berarti anda tidak tahu apa yang saya inginkan dan apa yang harus saya praktikan. jika anda tidak tahu apa yang saya inginkan dan apa yang harus saya praktikan, maka mengapa anda dengan saya membahas tentang "teori yang tidak dipraktikan adalah omong kosong" ?
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 01:59:24 AM
Quote from: dhanu
anda sih terlalu byk bermain logic... padahal kita membahas level kebenaran, kita bukan membahas etika, estetika dan logika, tp tingkat kebenaran dari hal tersebut.
apakah tidak ada hubungannya antara etika, estetika, logika dengan level kebenaran?
gini bro, seseorang bs menentukan oh ini adalah etika, oh ini adalah estetika, oh ini adalah logika adalah berdasarkan dari tingkat kebenaran yg menjadi suatu kebiasaan (etika dan estetika) dan dari tingkat kebenaran berdasarkan tingkat pengetahuan nya...
jd yg sy bahas adalah nilai kebenaran, benar bagi suatu pihak, belum tentu benar bagi pihak lain, kenapa ? karena kebenaran itu masih sebatas benar dalam kapasitas logika kita yg bersifat subyektif/pribadi yg mungkin bs sama dalam suatu kelompok atau dapat juga tidak sama dengan logika orang lain...
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 02:05:14 AM
Quote
diatas aja terlihat yg dibahas adalah teknik/cara berenang yg merupakan teori, apa hubungannya dengan pernyataan 1, jika siswa tersebut tidak mau terampil berenang ya udah, ga usah belajar teknik/cara berenang karena pasti akan menjadi sia2 ato omong kosong, bisa ngomong teori nya tp ga bs prakteknya, betul ? trus apa hubungan dengan pernyataan 2 ? berenang adalah olah raga air, ya selama siswa telah belajar teknik/cara berenang dan mempraktekannya, sudah tentu siswa tersebut bisa berenang dan hal berenang merupakan kegiatan olah tubuh dalam air...ga mungkin kan berenang untuk kegiatan olah mata... kecuali jelalatan liatin body2 cewe2..
seorang wartawan mewawancari seorang guru renang SD. wartawan ini bertanya tentang teknik renang apa saja yang diajarkan untuk anak usia SD. guru renangn tersebut menjelaskannya. wartawan menyimak dengan sebaik-baiknya dan menuliskannya. apakah tujuan wartawan tersebut menyelidiki teknik renang yang dijelaskan guru renang tersebut untuk dipraktikan oleh dirinya? apakah si guru renang akan berkata kepada wartawan,"kalau kau tidak mau mempraktikannya sendiri, gak usah nanya-nanya segala!" apakah begitu? tentu tidak kan?
anggaplah saya wartawan, dan anda narasumbernya.
jika demikian maka itu sudah keluar jalur dan pembahasan semakin melebar, klo seperti itu, kita bukan membahas teori tanpa praktek adalah omong kosong bagi seseorang... tp bagi orang lain.
gini bro... jgn terlalu cepat menyimpulkan dengan logika anda yg terlalu logic... jika anda ingin mengetahui sebatas mengetahui, tentu sifat nya adalah menyimak... tp jika anda telah masuk dalam tataran "ikut berdiskusi" tentu anda harus menguasai teori nya, sehingga apa yg di bahas dan apa yg di jawab dalam diskusi nyambung, ga mungkin kan saya membahas tentang minuman tp anda membalas tentang makanan ?
setelah kita mempunyai pandangan yg sama dalam hal teori, tentu kita harus mempunyai pemahaman yg sama bukan ? bagaimana mungkin kita bisa memahami jika kita tidak mempraktekan teori tersebut/menyelami secara langsung esensi dari teori tersebut ?
lain hal nya jika kita sekedar ingin tau, seperti yg anda posisikan diri anda sebagai wartawan yg bertujuan sekedar ingin tau dengan cara menyimak saja dimana tidak terjadi diskusi tp hanya dialog tanya jawab.
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 02:10:32 AM
Quote from: dhanuttono on 06 January 2010, 02:07:32 AM
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 02:01:28 AM
Quote from: dhanu
misal anda "pengen" bs berenang, belajar teori 10 buku teknik berenang, tanpa anda praktekin secara nyata, apakah anda bisa berenang ? gini deh kita persempit lagi, anda pengen banget, bisa berenang gaya batu... ups salah, gaya kupu-kupu... belajar teori berenang gaya kupu-kupu dari berbagai literatur, tp anda ciut nyali nya ketika disuruh masuk kolam renang, apalagi mau praktikin gaya kupu-kupu... apakah bisa anda berenang gaya kupu-kupu ? yang ada paling gaya batu, tenggelem...
misalnya dalam forum ini, menurut pengamatan anda, apakah yang saya inginkan sehingga saya berteori / berdiskusi dan apa yang harus saya praktikan?
bro... apa yg anda inginkan sehingga anda berteori dan apa yg harus anda praktekan, ya anda sendiri yg menentukan, sy tidak ada hak tuk mengatur keinginan anda... dan pembahasan ini semakin melebar... mungkin anda bs menyadari... :D
jika demikian, berarti anda tidak tahu apa yang saya inginkan dan apa yang harus saya praktikan. jika anda tidak tahu apa yang saya inginkan dan apa yang harus saya praktikan, maka mengapa anda dengan saya membahas tentang "teori yang tidak dipraktikan adalah omong kosong" ?
mungkin perkataan teman2 anda dikampus ada benarnya juga... hahaha... [j/k]
teori yg tidak dipraktekan adalah omong kosong adalah suatu kenyataan yg tidak mungkin di pungkiri jika kita ingin menguasai teori tersebut, betul ? mengapa anda dan saya membahas ? tanya kenapa... saya hanya menyatakan bahwa itu lah kenyataan nya, jika seseorang ingin menyelami secara utuh dan nyata, maka teori yg ada di buktikan dalam bentuk praktek...
mengenai apa yg anda inginkan dan apa yg anda praktekkan, itu adalah urusan anda... betul ga ? up to u, tujuan kita disini adalah diskusi... bertukar pendapat dengan pemikiran yg sama (teori), walau mungkin pemahaman yg berbeda (praktek)....
seperti yg saya katakan, ga mungkin sy membahas A sementara anda membalas B, pasti ga nyambung... itu sy katakan, kita harus menyelaraskan pikiran kita dulu, yg kita bahas adalah A maka sy harus mempunyai pengetahuan untuk A begitu pula dengan anda...
salam...
[at] deva : cerpen anda menarik...
setenang apa pun seseorang, memang dia tidak dapat mengerjakan kalkulus jika dia tidak belajar... betul...
justru orang yg tidak tenang, dapat mengerjakan kalkulus walau tidak belajar... benar juga...
tp bukan itu esensinya... ketenangan dapat membuat kita untuk dapat berpikir jernih sehingga kita dapat memikirkan jalan keluar dari problem yg menimpa kita...
ada cerpen tambahan... klo saya lg ujian matematika teknik, tp semalam sy lupa belajar, maka sudah pasti sy tidak bs mengerjakan soal tersebut, walau saya berdoa sekalipun... tetap saja jawaban itu tidak turun dr langit, itu murni adalah kesalahan saya karena tidak mempelajari konsep matematika teknik, sehingga sy tidak memiliki pengetahuan mengenai itu...
klo sy gelisah dan gundah karena ga bs mengerjakan soal dengan pikiran "wah dapat nilai jelek nih"/"wah rugi saya bayar sks mahal2 klo ga lulus"/"wah gengsi klo ga bs ngerjain" yg ada bathin saya (perasaan dan pikiran) semakin kacau/takut mencari jalan keluar yg bukan jalan keluar yg baik yaitu menyontek, tp tetap saja bathin kita merasa tidak nyaman...
klo sy tidak gelisah dan gundah karena ga bs mengerjakan soal, ya berusaha tenang, coba cari jalan keluarnya... mentok ga bs ngerjakan, ya udah mau gimana lg, menerima kondisi itu dengan menyadari kesalahan sy sendiri (legowo)... bathin sy jauh lebih merasa nyaman dan santai...
itu pengalan cerpen lanjutan dr cerpen bro deva... ya mungkin itu inti dr yg kita bahas yg bs saya uraikan dengan cerpen :D
salam
Quote from: dhanu
seperti yg saya katakan, ga mungkin sy membahas A sementara anda membalas B, pasti ga nyambung... itu sy katakan, kita harus menyelaraskan pikiran kita dulu, yg kita bahas adalah A maka sy harus mempunyai pengetahuan untuk A begitu pula dengan anda...
jika saya membahas tentang "mengapa saya memilih agama budha", lalu anda membahas tentang "teori tanpa praktik adalah omong kosong". maka dapat anda tunjukan, dimana sambungannya?
jika anda membahas "teori tanpa praktik adalah omong kosong" dan saya menanyakan, "mengapa anda menyatakan demikian"? maka apakah pertanyaan saya tidak nyambung?
Quote from: dhanu
gini bro, seseorang bs menentukan oh ini adalah etika, oh ini adalah estetika, oh ini adalah logika adalah berdasarkan dari tingkat kebenaran yg menjadi suatu kebiasaan (etika dan estetika) dan dari tingkat kebenaran berdasarkan tingkat pengetahuan nya...
kebenaran yang menjadi suatu kebiasaan?!
lalu kebnaran apa yang tidak menjadi kebiasaan?
kebenaran berdasrakan tingkat pengetahuan. apakah anda bisa menjelaskan tingkat-tingkat pengetahuan tersebut?
Quote from: dhanu
jd yg sy bahas adalah nilai kebenaran, benar bagi suatu pihak, belum tentu benar bagi pihak lain, kenapa ? karena kebenaran itu masih sebatas benar dalam kapasitas logika kita yg bersifat subyektif/pribadi yg mungkin bs sama dalam suatu kelompok atau dapat juga tidak sama dengan logika orang lain...
jadi, anda tidak tahu tentang logika objektif?
Quote from: dhanu
gini bro... jgn terlalu cepat menyimpulkan dengan logika anda yg terlalu logic... jika anda ingin mengetahui sebatas mengetahui, tentu sifat nya adalah menyimak... tp jika anda telah masuk dalam tataran "ikut berdiskusi" tentu anda harus menguasai teori nya, sehingga apa yg di bahas dan apa yg di jawab dalam diskusi nyambung, ga mungkin kan saya membahas tentang minuman tp anda membalas tentang makanan ?
anda tahu apa topik diskusi di thread ini? apakah anda juga tahu siapa yang membuka thread ini dan dengan tujuan apa? apa yang diharapkan di bahas di sini oleh yang membuka thread?
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 02:50:47 AM
Quote from: dhanu
seperti yg saya katakan, ga mungkin sy membahas A sementara anda membalas B, pasti ga nyambung... itu sy katakan, kita harus menyelaraskan pikiran kita dulu, yg kita bahas adalah A maka sy harus mempunyai pengetahuan untuk A begitu pula dengan anda...
jika saya membahas tentang "mengapa saya memilih agama budha", lalu anda membahas tentang "teori tanpa praktik adalah omong kosong". maka dapat anda tunjukan, dimana sambungannya?
jika anda membahas "teori tanpa praktik adalah omong kosong" dan saya menanyakan, "mengapa anda menyatakan demikian"? maka apakah pertanyaan saya tidak nyambung?
hahaha... trus trang sy lama ga buka forum ini, baru hari ini sy iseng buka forum ini lg, td ketika sy ikut diskusi di thread ini, sy tidak membaca dr awal, krn sy liat udah page yg ke 21 dan sy ada membaca tulisan bro johan, disitu sy langsung menyambung pembahasan dr bro johan dengan mengatakan bahwa sy setuju dengan pandangan dia, klo teori harus disertai praktek dimana sy membuat kesimpulan sendiri yaitu teori tanpa praktek adalah omong kosong... kira2 gtu deh... salah nya saya adalah lsng nyambung diskusi yg sedang jalan :D
klo pertanyaan kedua, ehm... ehm... tanya kenapa ?
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 02:54:51 AM
Quote from: dhanu
gini bro, seseorang bs menentukan oh ini adalah etika, oh ini adalah estetika, oh ini adalah logika adalah berdasarkan dari tingkat kebenaran yg menjadi suatu kebiasaan (etika dan estetika) dan dari tingkat kebenaran berdasarkan tingkat pengetahuan nya...
kebenaran yang menjadi suatu kebiasaan?!
lalu kebnaran apa yang tidak menjadi kebiasaan?
kebenaran berdasrakan tingkat pengetahuan. apakah anda bisa menjelaskan tingkat-tingkat pengetahuan tersebut?
Quote from: dhanu
jd yg sy bahas adalah nilai kebenaran, benar bagi suatu pihak, belum tentu benar bagi pihak lain, kenapa ? karena kebenaran itu masih sebatas benar dalam kapasitas logika kita yg bersifat subyektif/pribadi yg mungkin bs sama dalam suatu kelompok atau dapat juga tidak sama dengan logika orang lain...
jadi, anda tidak tahu tentang logika objektif?
logika objektif ? seberapa objektif sih ? apa kriteria nya ? apa dasar bukti kuat pernyataan anda.... ??
kebenaran yg diterima dan menjadi kebiasaan adalah apa yg anda masih lakukan sampai saat ini
kebenaran yg tidak menjadi kebiasaan, itu adalah pengetahuan yg anda masih pelajari sampai saat ini...
tingkat pengetahuan merupakan beberapa disiplin ilmu yg dicapai dalam tingkatan2 tertentu... tingkat pengetahuan anak TK berbeda dengan tingkat pengetahuan mahasiswa, betul ? apalagi dengan tingkat pengetahuan orang yg super logic tp ehm... ehm...
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 02:57:21 AM
Quote from: dhanu
gini bro... jgn terlalu cepat menyimpulkan dengan logika anda yg terlalu logic... jika anda ingin mengetahui sebatas mengetahui, tentu sifat nya adalah menyimak... tp jika anda telah masuk dalam tataran "ikut berdiskusi" tentu anda harus menguasai teori nya, sehingga apa yg di bahas dan apa yg di jawab dalam diskusi nyambung, ga mungkin kan saya membahas tentang minuman tp anda membalas tentang makanan ?
anda tahu apa topik diskusi di thread ini? apakah anda juga tahu siapa yang membuka thread ini dan dengan tujuan apa? apa yang diharapkan di bahas di sini oleh yang membuka thread?
gini bro, udah sy jelaskan, sy cm menyambung salah satu tulisan dr johan dengan pernyataan "saya setuju dengan pandangan johan" disitu ada ketidak puasan dr anda yg terus mengejar alasan sy... sekarang baru anda pertanyakan masalah ini... ehm... tipikal banget... klo emang ga suka, dr awal udah anda pertanyakan, jd kita ga perlu kejar2 panjang lebar hingga beberapa page gini... jgn udah panjang lebar baru mempermasalahkan hal ini... ok la... no comment tuk thread anda... gut luk deh dengan pandangan anda... :D
Quote from: dhanu
setelah kita mempunyai pandangan yg sama dalam hal teori, tentu kita harus mempunyai pemahaman yg sama bukan ?
jika kita mempunyai pandangan yang sama dalam teori, secara otomatis kita memiliki pemahaman yang sama.
Quote
bagaimana mungkin kita bisa memahami jika kita tidak mempraktekan teori tersebut/menyelami secara langsung esensi dari teori tersebut ?
jelasnya, teori apa ?
kita dapat memahami sesuatu yang kita tidak mempraktikannya. tapi orang yang mempraktikannya, tentu lebih memahaminya.
jika anda seorang budhis, tentu anda tidak mempraktikan sholat. tapi anda dapat memahami, apa itu shalat, yakni sebagai cara ibadah yang dilakukan oleh umat Islam. orang yang tidak shalat, bisa jadi lebih menguasai teori sholat dari pada para pelaksanaannya. tapi tentu anda tidak bermaksud menguasainya sejauh itu. benar kan?
Quote from: dhanu
lain hal nya jika kita sekedar ingin tau, seperti yg anda posisikan diri anda sebagai wartawan yg bertujuan sekedar ingin tau dengan cara menyimak saja dimana tidak terjadi diskusi tp hanya dialog tanya jawab.
saya seorang wartawan dan juga seorang pendiskusi. saya menjelaskan contoh profesi wartawan dalam suatu pertanyaan, "apakah semua teori harus dpraktikan" ? dan sepertinya anda belum menjawab pertanyaan ini.
jika "ya" apakah setiap teori yang didiskusikan itu perlu dipraktikan?
Quote from: dhanu
logika objektif ? seberapa objektif sih ? apa kriteria nya ? apa dasar bukti kuat pernyataan anda.... ??
pernyataan saya yang mana?
saya bertanya, "apakah anda tidak tahu logika objektif?"
dan pertanyaan, bukanlah pernyataan.
Quote from: dhanu
kebenaran yg diterima dan menjadi kebiasaan adalah apa yg anda masih lakukan sampai saat ini
kebenaran yg tidak menjadi kebiasaan, itu adalah pengetahuan yg anda masih pelajari sampai saat ini...
jadi, seseorang menentukan klasifikasi atau kategori sesuatu itu berdasarkan apa yang dilakukan sampai saat ini?
Quote from: dhanu
gini bro, seseorang bs menentukan oh ini adalah etika, oh ini adalah estetika, oh ini adalah logika adalah berdasarkan dari tingkat kebenaran yg menjadi suatu kebiasaan (etika dan estetika) dan dari tingkat kebenaran berdasarkan tingkat pengetahuan nya...
Quote from: dhanu
kebenaran yg diterima dan menjadi kebiasaan adalah apa yg anda masih lakukan sampai saat ini
jadi, menurut anda :
Quote
seseorang bs menentukan oh ini adalah etika, oh ini adalah estetika, oh ini adalah logika adalah berdasarkan dari tingkat apa yg anda masih lakukan sampai saat ini
jika saya dapat menentukan oh ini etika, oh ini estetika dan idalah logika, sebenarnya apa yang telah saya saya lakukan sampai saat ini dan bagaimana tingkatannya?
Quote from: dhanu
tingkat pengetahuan merupakan beberapa disiplin ilmu yg dicapai dalam tingkatan2 tertentu... tingkat pengetahuan anak TK berbeda dengan tingkat pengetahuan mahasiswa, betul ? apalagi dengan tingkat pengetahuan orang yg super logic tp ehm... ehm...
jadi, seseorang bs menentukan oh ini adalah etika, oh ini adalah estetika, oh ini adalah logika adalah berdasarkan dari tingkat apa yg anda masih lakukan sampai saat ini, ataukah berdasarkan tingkat pengetahuan?
Quote from: dhanu
gini bro, udah sy jelaskan, sy cm menyambung salah satu tulisan dr johan dengan pernyataan "saya setuju dengan pandangan johan" disitu ada ketidak puasan dr anda yg terus mengejar alasan sy... sekarang baru anda pertanyakan masalah ini... ehm... tipikal banget... klo emang ga suka, dr awal udah anda pertanyakan, jd kita ga perlu kejar2 panjang lebar hingga beberapa page gini... jgn udah panjang lebar baru mempermasalahkan hal ini... ok la... no comment tuk thread anda... gut luk deh dengan pandangan anda...
saya hanya bertanya untuk memperjelas sesuatu yang belum jelas. anda telah membuat pernyataan. dan terdapat tiga jenis pernyataan, yang dapat diuji kebenarannya dengan tiga cara. terdapat 4 jenis proposisi sebagai bahan dari kesimpulan. dan saya menyelidki semua itu di dalam pernyataan anda. jadi, tidak berhubungan dengan apakah saya suka atau tidak. dan saya tidak mengejar-ngejar, tapi bertanya-tanya. setiap pernyataan yang benar harus dipertanggung jawabkan dengan benar. sebuah pernyataan yang jawabannya tidak jelas, itu artinya pernyataan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. jika suatu pernyataan dapat dipertanggung jawabkan, maka patut bagi saya dan orang lain untuk menerimanya sebagai kebenaran. jika suatu pernyataan tidak dapat dipertanggung jawabkan, maka tidak patut bagi saya atau bagi orang lain untuk menerimanya sebagai suatu kebenaran. di sini, saya ingin mengajak kepada semua orang, bahwa bukan saja ketenangan yang diperlukan dalam menyatakan segala sesuatu, melainkan juga kebenaran, agar kita tidak pernah terdorong untuk menyatakan sesuatupun yang dasar kebenarannya tidak jelas dan spekulatif. karena di dunia ini, masih banyak hal yang jelas dan nyata kebenarannya. kita dapat menyibukan diri untuk memikirkan persoalan yang lebih jelas dan nyata, dari pada sesuatu yang bersifat spekulatif.
jadi, dari mana anda melihat ketidak puasan saya? dari mana pula anda tahu kalau saya tidak suka? mengapa ada pertanyaan yang menurut anda "seharusnya diawal", dan bukan sekarang? apakah salah menempatknya sekarang? dan apa anda tahu, kenapa saya tidak menempatkannya diawal?
diskusi membuat saya tidak fokus dalam mengembangkan pengetahuan, karena saya sibuk menjelaskan hal-hal yang telah saya ketahui atau sibuk menanyakan sesuatu agar orang lain berpikir lebih kritis terhadap sesuatu. pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan-pertanyaan orang lain membuat pikiran saya berputar di tingkat pemahaman orang lain. beruntunglah saya, bila orang lain tersebut menjelaskan suatu pengetahuan yang baru bagi saya. tapi, bila yang dijelaskan oleh orang lain adalah pengetahuan-pengetahuan yang telah saya fahami, maka tentu membuat saya tidak bergerak untuk mengembangkan pengetahuan sendiri.
ku pikir, lebih menyenangkan bila diriku merenung sendiri, sibuk menyelidiki pengetahuan-pengteahuan baru bagiku, sehingga cara ini jauh lebih cepat memberikan perkmbangan bagiku, dari pada melalui cara diskusi. tapi entahlah, semua ini sekedar rnungan-renunganku saja.
^
Coba ikut latihan maditasi saja bro, mungkin dengan perenungan Deva19 yang diarahkan dengan benar, siapa tahu dalam kehidupan yang sekarang ini bisa mencapai salah 1 tingkat kesucian, mumpung pada kehidupan ini kita kenal ajaran Buddha, karena hasil meditasi itu harta yang kita bawa juga ke kehidupan berikutnya. Paling ga misal belum bisa, konstentrasi jadi lebih meningkat dan lebih mampu menyadari saat ini.
^
setujuuu,,,
tp moral juga perlu dijaga sebaik mungkin, terus samadhi dan kemudian latih Vipasanna, seiring dengan meningkatnya pelatihan Samadhi dan Vipasanna ini, maka secara otomatis maka sila akan terjaga...
Quote[at] febian
sebagaimana telah sering saya nyatakan bahwa bentuk kebenaran itu ada tiga macam, yakni kebenaran ilmiah, kebenaran logika, dan kebenaran batiniah (dhamma).
saya memang menyamakan antara Allah dengan nibbana.
Tentu saudara Dewa19 memiliki alasan untuk menganggap demikian terlepas dari benar atau tidaknya.
Quotesetelah saya menyatakan kesamaan tersebut, apakah anda akan langsung menyanggah ataukah anda akan melakukan penyelidikan, mengapa saya menganggap sama?
Boleh tahu mengapa?
Quotemohon maaf, saya hanya ingin menyampaikan apa yang ada dalam pikiran saya. bahwa kawan-kawan di sini umumnya cepat berekasi untuk menyanggah atau menentang pernyataan-pernyataan yang dianggap tidak sefaham dengan mereka, serta "menomor duakan" penyelidikan. apakah sikap seperti itu merupakan sikap yang bijaksana menurut anda?
Dalam diskusi tentu setiap orang memiliki kesempatan untuk menjelaskan pandangannya
Quoteini adalah pernyataan saya. dan siapa yang tahu makna suatu pernyataan selain dari orang yang menyatakannya? lalu kenapa orang enggan untuk menyelidiki, apa maksud seseorang menyatakan begini dan begitu? kenapa mereka lebih bersemangat untuk cepat-cepat membantah segala sesuatunya?
Kadang seseorang langsung membantah karena melihat suatu pernyataan yang tak masuk akal atau bertentangan dengan keyakinannya, saya kira hal ini manusiawi, kecuali orang tersebut memiliki pandangan yang sama maka ia tak akan membantah.
_/\_
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:11:13 AM
Quote from: ryu on 18 December 2009, 07:11:52 AM
"Karena itu, warga suku Kalama, itulah yang Kumaksud dengan mengatakan, 'Janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu; atau oleh karena sesuatu yang merupakan tradisi; atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang dikatakan di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang katanya sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya merupakan hasil dari suatu penelitian; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang terlihat cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.'
Tetapi, warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, 'Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana; hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan,' maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut."
Quote
jangan percaya begitu saja dengan apa yang katanya sesuai dengan Taka (logika/konklusi/kesimpulan)
mari kita bahas makna pernyataan tersebut.
pertama, perhatikan perbedaan 2 kalimat ini :
1. jangan percaya begitu saja dengan apa yang katanya sesuai dengan logika
2. jangan percaya dengan apa yang katanya sesuai dengan logika
coba renungkan, cermati dan fahami perbedaan makna kedua kalimat tersebut!
saya ingin tanya, sebenarnya bagaimana pernyataan sang budha tersebut,"jangan percaya begitu saja" atau "tidak harus percaya" ?
Menurut terjemahannya yang bahasa Inggris ada kata "mere" jadi maksudnya jangan percaya begitu saja. bila di bandingkan dengan keseluruhan isi sutta artinya klop, yaitu "jangan percaya begitu saja tanpa menyelidiki kebenarannya".
_/\_
Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:17:59 AM
Quote from: chingik on 18 December 2009, 05:58:04 PM
Quote from: Jerry on 18 December 2009, 01:49:16 AM
Wah saran dr Bro 3rebu emang mantap :jempol:
[at] Deva19
Boleh juga ide Bro 3rebu dipertimbangin. Jadi mencari harmonisasi pemahaman antara ajaran Buddha dengan logika. ;)
Saya tidak mengerti ilmu logika, dan mungkin slama ini logika yg saya pakai adalah logika dengkul (ikut2an bro Indra..hehe).
Tapi sbg informasi, dalam tradisi Mahayana aliran Yogachara/Vijnanavada cukup menekankan ilmu logika yg sudah dikenal sejak dulu di India yg disebut Hetuvidya. Ketika Master Xuanzhuang belajar agama Buddha di Universitas Nalanda, salah satu kurikulum yg harus dikuasai adalah ilmu logika (Hetuvidya). Yogacharabhumi sastra menyebutkan seorang Bodhisatva yg ingin mencapai pencerahan dan meraih kebijaksanaan harus menguasai 5 jenis ilmu yg salah satunya adalah ilmu Logika.
Sayang , Hetudya yang dibawakan Xuanzhuang ini termasuk bacaan yg berat buat saya. Ternyata saya masih pake logika dengkul. hehe...
Quote
meraih kebijaksanaan harus melalui 5 jenis ilmu yg salah satunya adalah ilmu Logika
jika "harus", maka apakah seseorang tidak akan dapat mencapai kebijaksanaan bila tidak menguasai ilmu logika?
Saya memiliki pendapat yang berbeda dalam hal ini, seseorang juga dapat menjadi bijaksana berkat pengalaman yang telah dilaluinya.
QuoteQuote from: johan3000 on 18 December 2009, 07:55:14 PM
Logikanya kalau mau,... mau.... mau...
nyari guru yg pintar, sesuai bidangnya (guru jago meditasi)..
dan jadi muridnya... trus latihan......... PRAKTEK LAHHH 8) 8)
kalau berdebat, posting sampai banyak2... menurut gw kurang efektip dehhh.... soalnya gw gak pernah lihat orang belajar karate dari posting ehhh, begitu juga belajar renang... gak bisa dari posting ehhh
bukankah segala sesuatu diawali dengan pikiran?
debat dan diskusi seringkali tidak berujung. semoga kita menemukan suatu cara, bagaimana agar suatu diskusi berakhir dengan titik temu yang menyenangkan dan bermanfaat. apakah anda belum pernah memikirkan suatu metoda, bagaimana agar suatu diskusi lebih efektif, bermanfaat dan mencapai suatu titik temu?
Menurut pendapat saya diskusi yang baik adalah diskusi yang tidak bias, tidak hanya berdasarkan satu pandangan dan juga tertib. Kadang-kadang dalam diskusi kita harus berhadapan dengan fakta bahwa apa yang selama ini kita anggap benar ternyata tidak benar, disini diharapkan keterbukaan hati untuk mengakui kebenaran .
Jadi jawabannya tidak bersifat menyerang pribadi, selalu bersikap objektif dan berpihak pada kebenaran walau kebenaran itu menyakitkan.
Sebagai tambahan, mungkin referensi juga patut dipertimbangkan.
_/\_
Quote from: febian
Saya memiliki pendapat yang berbeda dalam hal ini, seseorang juga dapat menjadi bijaksana berkat pengalaman yang telah dilaluinya.
sependapat
Quote from: febian
Kadang seseorang langsung membantah karena melihat suatu pernyataan yang tak masuk akal atau bertentangan dengan keyakinannya, saya kira hal ini manusiawi, kecuali orang tersebut memiliki pandangan yang sama maka ia tak akan membantah.
mana yang lebih baik untuk dilakukan oleh seseorang, langsung membantah pernyataan-pernyataan yang dianggap salah atau menyelidiki terlebih dahulu, alasan-alasan seseorang menyatakan suatu pernyataan?
Quote from: febian
Boleh tahu mengapa?
segala sesuatu memiliki persamaan dan perbedaan. demikian pula antara nibbana dengan Allah.
saya dengan anda adalah sesuatu yang sama, bila kita melihat titik persamaannya. jika saya menyatakan bahwa saya itu sama dengan anda, maka sebelum membantah seharusnya anda menyelidiki dulu, dari sudut pandang mana saya menyebut sama. karena jika anda mengerti apa yang saya maksud, tentu tidak akan melahirkan suatu perdebatan yang tidak berguna. karena saya menyebut diri saya sama dengan anda sebagai manusia. saya adalah manusia. dan anda adalah manusia, sedangkan manusia itu sama dengan manusia. manusia itulah titik persamaan antara saya dengan anda. tetapi saya tahu dan mengerti, banyak hal perbedaan antara saya dengan anda.
setelah melalui suatu penyelidikan yang mendalam, saya melihat titik persamaan antara Allah dengan nibbana. melihat titik persamaan ini, tidak membutakan saya dari melihat perbedaannya. dan 3 perbedaan yang saya temukan adalah dari namanya, cara menyebut dan menjelaskannya. bisa jadi, anda melihat lebih banyak perbedaan antara keduanya, bergantung sejauh mana anda memahami nibbana, dan juga Allah. jika seseorang memahami dengan baik apa itu nibbana, tapi tidak memahami dengan baik, apa itu Allah, apalagi bila salah dalam memahaminya, maka tentu ia akan melihat lebih banyak lagi perbedaannya. tetapi, sebaliknya. bila seseorang memahami keduanya dengan sebaik-baiknya, maka tidak akan meihat perbedaannya kecuali dalam nama, cara menyebut dan cara menjelaskannya.
untuk membuktikan bahwa hanya terdapat pada tiga hal itu saja perbedaan antara nibbana dengan Allah, tentu membutuhkan suatu bukti. tetapi sebagaimana dhamma yang harus dibuktikan oleh setiap pribadi, oleh diri sendiri dan bukan oleh orang lain, maka demikian pula kesamaan antara Allah dan nibbana, harus diselami malui praktik dan pengalaman, bukan melalui konsepsi. walaupun demikian, secara konsepsi pun dapat difahami. semisal :
1. nibbana adalah tujuan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia
2. Allah adalah tujuan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia
maka, "tujuan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia" merupakan titik persamaan yang dapat difahami.
1. Allah berkata-kata kepada seorang nabi
2. nibbana tidak berkata-kata
di sini, berkata-kata membedakan Allah dengan tidak berkata-kata. sehingga orang tidak dapat melihat persamaan antara Allah dengan nibbana. tetapi hal tersebut akibat dari kesalahan dalam memahami sifat Allah. sesungguhnya Allah, sebagaimana nibbana adalah bukan sesuatu yang berkata-kata. jika hal ini dapat difahami, maka anda dapat menemukan titik persamaan yang kedua, yaitu sama "tidak berkata-kata".
dst.
Quote from: Deva19 on 07 January 2010, 10:27:14 AM
Quote from: febian
Boleh tahu mengapa?
segala sesuatu memiliki persamaan dan perbedaan. demikian pula antara nibbana dengan Allah.
saya dengan anda adalah sesuatu yang sama, bila kita melihat titik persamaannya. jika saya menyatakan bahwa saya itu sama dengan anda, maka sebelum membantah seharusnya anda menyelidiki dulu, dari sudut pandang mana saya menyebut sama. karena jika anda mengerti apa yang saya maksud, tentu tidak akan melahirkan suatu perdebatan yang tidak berguna. karena saya menyebut diri saya sama dengan anda sebagai manusia. saya adalah manusia. dan anda adalah manusia, sedangkan manusia itu sama dengan manusia. manusia itulah titik persamaan antara saya dengan anda. tetapi saya tahu dan mengerti, banyak hal perbedaan antara saya dengan anda.
setelah melalui suatu penyelidikan yang mendalam, saya melihat titik persamaan antara Allah dengan nibbana. melihat titik persamaan ini, tidak membutakan saya dari melihat perbedaannya. dan 3 perbedaan yang saya temukan adalah dari namanya, cara menyebut dan menjelaskannya. bisa jadi, anda melihat lebih banyak perbedaan antara keduanya, bergantung sejauh mana anda memahami nibbana, dan juga Allah. jika seseorang memahami dengan baik apa itu nibbana, tapi tidak memahami dengan baik, apa itu Allah, apalagi bila salah dalam memahaminya, maka tentu ia akan melihat lebih banyak lagi perbedaannya. tetapi, sebaliknya. bila seseorang memahami keduanya dengan sebaik-baiknya, maka tidak akan meihat perbedaannya kecuali dalam nama, cara menyebut dan cara menjelaskannya.
untuk membuktikan bahwa hanya terdapat pada tiga hal itu saja perbedaan antara nibbana dengan Allah, tentu membutuhkan suatu bukti. tetapi sebagaimana dhamma yang harus dibuktikan oleh setiap pribadi, oleh diri sendiri dan bukan oleh orang lain, maka demikian pula kesamaan antara Allah dan nibbana, harus diselami malui praktik dan pengalaman, bukan melalui konsepsi. walaupun demikian, secara konsepsi pun dapat difahami. semisal :
1. nibbana adalah tujuan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia
2. Allah adalah tujuan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia
maka, "tujuan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia" merupakan titik persamaan yang dapat difahami.
1. Allah berkata-kata kepada seorang nabi
2. nibbana tidak berkata-kata
di sini, berkata-kata membedakan Allah dengan tidak berkata-kata. sehingga orang tidak dapat melihat persamaan antara Allah dengan nibbana. tetapi hal tersebut akibat dari kesalahan dalam memahami sifat Allah. sesungguhnya Allah, sebagaimana nibbana adalah bukan sesuatu yang berkata-kata. jika hal ini dapat difahami, maka anda dapat menemukan titik persamaan yang kedua, yaitu sama "tidak berkata-kata".
dst.
boleh tau gak definisi "allah" dan "nibbana" yang anda maksudkan apa ya?
Quote from: doggie
boleh tau gak definisi "allah" dan "nibbana" yang anda maksudkan apa ya?
sebagaimana telah saya jelaskan baik Allah maupun nibbana adalah "kebahagiaan tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia" atau "tujuan tertinggi" atau "realitas tertinggi" atau "yang tidak bergantung/ tidak terkondisi" atau "yang tiada duanya" atau "yang tanpa awal dan akhir".
Quote from: Deva19 on 07 January 2010, 10:11:55 AM
Quote from: febian
Kadang seseorang langsung membantah karena melihat suatu pernyataan yang tak masuk akal atau bertentangan dengan keyakinannya, saya kira hal ini manusiawi, kecuali orang tersebut memiliki pandangan yang sama maka ia tak akan membantah.
mana yang lebih baik untuk dilakukan oleh seseorang, langsung membantah pernyataan-pernyataan yang dianggap salah atau menyelidiki terlebih dahulu, alasan-alasan seseorang menyatakan suatu pernyataan?
Secara umum sebaiknya memang bertanya lebih dahulu alasan-alasannya, tetapi dalam situasi tertentu memang ada kecenderungan kita untuk langsung membantah (terlepas dari benar atau salahnya pernyataan tersebut), umpamanya ada seseorang mengatakan presiden kita sekarang adalah Sukarno, atau ia mengatakan ibukota negara RI adalah Jogjakarta.
_/\_
QuoteQuote from: febian
Boleh tahu mengapa?
segala sesuatu memiliki persamaan dan perbedaan. demikian pula antara nibbana dengan Allah.
saya dengan anda adalah sesuatu yang sama, bila kita melihat titik persamaannya. jika saya menyatakan bahwa saya itu sama dengan anda, maka sebelum membantah seharusnya anda menyelidiki dulu, dari sudut pandang mana saya menyebut sama. karena jika anda mengerti apa yang saya maksud, tentu tidak akan melahirkan suatu perdebatan yang tidak berguna. karena saya menyebut diri saya sama dengan anda sebagai manusia. saya adalah manusia. dan anda adalah manusia, sedangkan manusia itu sama dengan manusia. manusia itulah titik persamaan antara saya dengan anda. tetapi saya tahu dan mengerti, banyak hal perbedaan antara saya dengan anda.
Saya kira memang kita ada persamaan dan juga perbedaan
Quotesetelah melalui suatu penyelidikan yang mendalam, saya melihat titik persamaan antara Allah dengan nibbana. melihat titik persamaan ini, tidak membutakan saya dari melihat perbedaannya. dan 3 perbedaan yang saya temukan adalah dari namanya, cara menyebut dan menjelaskannya. bisa jadi, anda melihat lebih banyak perbedaan antara keduanya, bergantung sejauh mana anda memahami nibbana, dan juga Allah. jika seseorang memahami dengan baik apa itu nibbana, tapi tidak memahami dengan baik, apa itu Allah, apalagi bila salah dalam memahaminya, maka tentu ia akan melihat lebih banyak lagi perbedaannya. tetapi, sebaliknya. bila seseorang memahami keduanya dengan sebaik-baiknya, maka tidak akan meihat perbedaannya kecuali dalam nama, cara menyebut dan cara menjelaskannya.
Karena bro Dewa menganggap sama antara Allah dan Nibbana maka bukankah lebih baik kita selidiki lebih jauh persamaan diantara keduanya? Bila ada yang kurang jelas mengenai Allah saya tanyakan kepada bro Dewa, bila ada pertanyaan mengenai Nibbana bisa ditanyakan di forum. Bagaimana?
Quoteuntuk membuktikan bahwa hanya terdapat pada tiga hal itu saja perbedaan antara nibbana dengan Allah, tentu membutuhkan suatu bukti. tetapi sebagaimana dhamma yang harus dibuktikan oleh setiap pribadi, oleh diri sendiri dan bukan oleh orang lain, maka demikian pula kesamaan antara Allah dan nibbana, harus diselami malui praktik dan pengalaman, bukan melalui konsepsi. walaupun demikian, secara konsepsi pun dapat difahami. semisal :
1. nibbana adalah tujuan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia
2. Allah adalah tujuan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia
maka, "tujuan tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia" merupakan titik persamaan yang dapat difahami.
1. Allah berkata-kata kepada seorang nabi
2. nibbana tidak berkata-kata
di sini, berkata-kata membedakan Allah dengan tidak berkata-kata. sehingga orang tidak dapat melihat persamaan antara Allah dengan nibbana. tetapi hal tersebut akibat dari kesalahan dalam memahami sifat Allah. sesungguhnya Allah, sebagaimana nibbana adalah bukan sesuatu yang berkata-kata. jika hal ini dapat difahami, maka anda dapat menemukan titik persamaan yang kedua, yaitu sama "tidak berkata-kata".
dst.
Bolehkah saya bertanya, apakah menurut bro Dewa, Allah dan Nibbana merupakan tujuan kita dan kita akan menyatu kembali dengannya?
_/\_
Quote from: febian
Bolehkah saya bertanya, apakah menurut bro Dewa, Allah dan Nibbana merupakan tujuan kita dan kita akan menyatu kembali dengannya?
ya, Allah atau nibbana merupakan tujuan kita.
tetapi....
tidak ada "kita" yang menyatu dengan "nibbana"
tidak ada "kita" yang menyatu dengan "Allah".
nibbana sebagai tujuan kita, tidak berarti "kita" akan masuk ke dalam nibbana atau nibbana akan masuk ke dalam kita.
sebagaimana kita dengan kebijaksaan. dengan meditasi vippasana kita bertujuan mengembangkan kebijaksanaan. tetapi tidak ada kita yang menyatu dengan kebijaksanaan. dan tidak ada kebijaksaan yang menyatu dengan kita. tapi karena antara kita dan kebijaksanaan tidak seperti kopi dan susu yang bisa dicampur. tapi kita dapat meralisasi kebijaksanaan setelah lenyapnya kekotoran batin di dalam diri kita. demikian pula dengan nibbana.
dalam istilah budhisme adalah merealisasi nibbana.
dalam istilah islam disebut tajalli Allah.
Quote from: fabian c on 07 January 2010, 04:10:04 PM
Quote from: Deva19 on 07 January 2010, 10:11:55 AM
Quote from: febian
Kadang seseorang langsung membantah karena melihat suatu pernyataan yang tak masuk akal atau bertentangan dengan keyakinannya, saya kira hal ini manusiawi, kecuali orang tersebut memiliki pandangan yang sama maka ia tak akan membantah.
mana yang lebih baik untuk dilakukan oleh seseorang, langsung membantah pernyataan-pernyataan yang dianggap salah atau menyelidiki terlebih dahulu, alasan-alasan seseorang menyatakan suatu pernyataan?
Secara umum sebaiknya memang bertanya lebih dahulu alasan-alasannya, tetapi dalam situasi tertentu memang ada kecenderungan kita untuk langsung membantah (terlepas dari benar atau salahnya pernyataan tersebut), umpamanya ada seseorang mengatakan presiden kita sekarang adalah Sukarno, atau ia mengatakan ibukota negara RI adalah Jogjakarta.
_/\_
semoga tradisi lekas bantah membantah di negeri ini dapat dikurangi sebanyak-banyaknya, agar bangsa ini lebih cepat berkembang kecerdasannya dan mngurangi konflik yang muncul akibat kesalah fahaman.
QuoteQuote from: febian
Bolehkah saya bertanya, apakah menurut bro Dewa, Allah dan Nibbana merupakan tujuan kita dan kita akan menyatu kembali dengannya?
ya, Allah atau nibbana merupakan tujuan kita.
tetapi....
tidak ada "kita" yang menyatu dengan "nibbana"
tidak ada "kita" yang menyatu dengan "Allah".
nibbana sebagai tujuan kita, tidak berarti "kita" akan masuk ke dalam nibbana atau nibbana akan masuk ke dalam kita.
Bro Dewa, Bisakah lebih diperjelas maksudnya?
Quotesebagaimana kita dengan kebijaksaan. dengan meditasi vippasana kita bertujuan mengembangkan kebijaksanaan. tetapi tidak ada kita yang menyatu dengan kebijaksanaan. dan tidak ada kebijaksaan yang menyatu dengan kita. tapi karena antara kita dan kebijaksanaan tidak seperti kopi dan susu yang bisa dicampur. tapi kita dapat meralisasi kebijaksanaan setelah lenyapnya kekotoran batin di dalam diri kita. demikian pula dengan nibbana.
dalam istilah budhisme adalah merealisasi nibbana.
Kalau menurut pandangan Buddhis, Justru akar dari kekotoran batin yang merupakan belenggu yang mengikat kita menjadi lenyap, setelah munculnya kebijaksanaan.
Quotedalam istilah islam disebut tajalli Allah.
Wah saya kurang mengerti istilah ini bisakah bro Dewa menjelaskan kepada saya arti tajalli?terima kasih.
_/\_
Quote from: Deva19 on 08 January 2010, 11:23:33 AM
Quote from: fabian c on 07 January 2010, 04:10:04 PM
Quote from: Deva19 on 07 January 2010, 10:11:55 AM
Quote from: febian
Kadang seseorang langsung membantah karena melihat suatu pernyataan yang tak masuk akal atau bertentangan dengan keyakinannya, saya kira hal ini manusiawi, kecuali orang tersebut memiliki pandangan yang sama maka ia tak akan membantah.
mana yang lebih baik untuk dilakukan oleh seseorang, langsung membantah pernyataan-pernyataan yang dianggap salah atau menyelidiki terlebih dahulu, alasan-alasan seseorang menyatakan suatu pernyataan?
Secara umum sebaiknya memang bertanya lebih dahulu alasan-alasannya, tetapi dalam situasi tertentu memang ada kecenderungan kita untuk langsung membantah (terlepas dari benar atau salahnya pernyataan tersebut), umpamanya ada seseorang mengatakan presiden kita sekarang adalah Sukarno, atau ia mengatakan ibukota negara RI adalah Jogjakarta.
_/\_
semoga tradisi lekas bantah membantah di negeri ini dapat dikurangi sebanyak-banyaknya, agar bangsa ini lebih cepat berkembang kecerdasannya dan mengurangi konflik yang muncul akibat kesalah fahaman.
Ya semoga saja, Tapi kadang-kadang bila seseorang langsung membantah, kita tetap bisa menerangkan alasan-alasan kita kan? Ya jangan sampai jadi konflik dong, kita harus lebih memasyarakatkan "freedom of speech" kebebasan berbicara.
Bila kita mulai bisa menerima perbedaan (bukan menyamakan perbedaan) dan menghargai kebebasan berbicara (yang bermartabat: maksudnya tidak mencaci pribadi atau mengucapkan kata-kata kotor) maka mudah-mudahan konflik di negara kita akan berkurang.
_/\_
Quote from: fabian c on 08 January 2010, 04:18:42 PM
Quotedalam istilah islam disebut tajalli Allah.
Wah saya kurang mengerti istilah ini bisakah bro Dewa menjelaskan kepada saya arti tajalli?terima kasih.
_/\_
Tajalli itu salah satu dari 3 tahap pengembangan diri menuju
mushin dalam Agama Islam. 3 tahapan ini secara berurutan, yaitu:
1) Takhalli => yaitu melepaskan diri dari semua sifat buruk, semua perbuatan yang dilarang Allah, melepaskan semua perilaku maksiat. Tahap pertama ini adalah tahap permulaan yang diterapkan dalam kehendak (pikiran).
2) Tahalli => yaitu setelah melepaskan diri dari semua sifat buruk, semua perbuatan yang dilarang Allah, melepaskan semua perilaku maksiat; kemudian masuk ke tahap berikutnya untuk mengisi hidup dengan perbuatan-perbuatan baik yang dihalalkan Allah. Tahap kedua ini adalah tahap menengah, yang diterapkan dengan bentuk praktik (perbuatan).
3) Tajalli => yaitu setelah melepaskan diri dari semua hal buruk dan mengisinya dengan hal baik, masuklah ke tahap selanjutnya; yakni merasakan kerinduan dan kedekatan dengan Allah. Tahap ketiga ini adalah tahap terakhir, yang bersifat sebagai titik kulminasi. Di mana pada titik ini, seseorang akan menampakkan sifat-sifat Allah di dalam diri manusia.
Tajalli Allah sering disebut hidup di dalam Allah. Tapi tentu saja sifat-sifat Allah yang dimaksud adalah sifat-sifat Allah versi Islam. Karena itu, menurut saya... mencapai Tajalli Allah memang tidak bisa disamakan dengan merealisasi Nibbana.
cuma 1 masalah.. aku lupa ayat yg mana
tp intinya hal yg buruk bagi manusia, belum tentu merupakan hal yg buruk bagi allah
begitu sebaliknya
bahkan dalam beberapa kasus pembunuhan dan perang atas nama allah maupun nabi
dgn ayat tsb ( keknya di hadist), hal ini bisa di pakai sebagai pembenaran untuk melakukan aksi2 semacam terorisme, maupun tidakan2 anarkhis lainnya, dan fatwa2
Quote from: febian
Bro Dewa, Bisakah lebih diperjelas maksudnya?
apa yang belum jelas dari apa yang telah saya kemukakan?
Quote from: febian
Kalau menurut pandangan Buddhis, Justru akar dari kekotoran batin yang merupakan belenggu yang mengikat kita menjadi lenyap, setelah munculnya kebijaksanaan.
tentu saja, kekotoran lenyap oleh sebab suatu kebijaksaan. dan lenyapnya kekotoran melahirkan kebijaksanaan. manakah yang benar, sila menjadi samadhi atau samadhi menjadi sila? jika anda dapat menajwab pertanyaan tersebut, berarti anda mengerti mana yang benar, kebijaksanaan melenyapkan kekotoran batin, atau lenyapnya kekotoran batin yang memunculkan kebijaksanaan?
Quote
Ya semoga saja, Tapi kadang-kadang bila seseorang langsung membantah, kita tetap bisa menerangkan alasan-alasan kita kan? Ya jangan sampai jadi konflik dong, kita harus lebih memasyarakatkan "freedom of speech" kebebasan berbicara.
tahukah anda, kenapa orang tidak boleh langsung membantah sebelum menanyakan alasannya pada orang lain?
Quote from: upasaka
Tajalli Allah memang tidak bisa disamakan dengan merealisasi Nibbana.
kenapa?
menurut bro deva, sifat2 allah tuh gimana?
terus coba bandingkan dgn sifat2 arya sangha
ntar ketemu jawabannya sendiri
Quote from: The Ronald on 08 January 2010, 10:01:05 PM
menurut bro deva, sifat2 allah tuh gimana?
terus coba bandingkan dgn sifat2 arya sangha
ntar ketemu jawabannya sendiri
satu-satunya sifat Allah adalah tanpa sifat. karena ia adalah dzat laisa kamitslihi, yaitu ssuatu yang tidak terkatakan, tidak ada duanya, tidak ada bandingannya, dan hanya dpat diselami oleh orang-orang yang memiliki kebijaksaan yang tinggi.
silahkan anda menjelaskan sifat arya sangha, kemudian bandingkan.
ok salah satu sifat arya sangha, adalah metta .. cuma butuh 1 itu untuk membedakan
terlihat 1 nya ga punya sifat, 1 nya punya
back to topic
3) Tajalli => yaitu setelah melepaskan diri dari semua hal buruk dan mengisinya dengan hal baik, masuklah ke tahap selanjutnya; yakni merasakan kerinduan dan kedekatan dengan Allah. Tahap ketiga ini adalah tahap terakhir, yang bersifat sebagai titik kulminasi. Di mana pada titik ini, seseorang akan menampakkan sifat-sifat Allah di dalam diri manusia.
seperti yg di katakan oleh bro deva...
allah itu ga punya sifat
maka seorang tajalli juga demikian (karena di katakan dia menampakan sifat2 allah dalam diri manusia)
yang jelas beda dgn org yg merealisasi nibanna
yg jelas mempunyai sifat, dan bisa ditiru, dan nyata terlihat dari perilaku mereka
sifat2 mereka.. dapat dikatakan, bisa di tiru (jd bukan hak mereka sendiri), tiada bandingannya (tidak ada yg lebih baik lagi), bisa di selami oleh orang2 yg memiliki kebijaksaan tinggi, dan dapat di lihat oleh orang2 yang memiliki kebijaksaan menengah maupun rendah, dan tidak tercela
ralat : arya sangha.. terdiri 4 tingkat kesucian.. , dan yg merealisasi nibanna adalah org yg berada pada tingkat arahat (jd yg aku maksud yaitu arahat.. dalam konteks ini)
Quote from: The Ronald on 08 January 2010, 10:56:11 PM
ok salah satu sifat arya sangha, adalah metta .. cuma butuh 1 itu untuk membedakan
terlihat 1 nya ga punya sifat, 1 nya punya
setiap muslim hendak melakukan sesuatu, mereka selalu berkata, "bismillahirrahmanirrahim", yang artinya dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. apakah pengasih dan penyayang tersebut dapat disebut metta?
di sini Allah bukan memiliki sifat dan bukan tanpa sifat kasih sayang. sebagaimana perbuatannya adalah tanpa berbuat.
apakah nibbana memiliki metta? apakah metta dimiliki nibbana? apakah anda mengetahui nibbana memiliki metta berdasarkan pengamatan langsung, logika atau berdasarkan sutta? jika berdasarkan sutta, di dalam sutta yang mana anda temukan bahwa nibbana memiliki metta, atau metta dimiliki nibbana? apakah metta berada di luar nibbana atau di dalam nibbana? apakah metta sesuatu yang menyatu dengan nibbana atau sesuatu yang menmpel pada nibbana atau sesuatu yang terpisah? apakah metta terhadap nibbana sperti warna pada benda? jelaskanlah!
Quote from: ronald
3) Tajalli => yaitu setelah melepaskan diri dari semua hal buruk dan mengisinya dengan hal baik, masuklah ke tahap selanjutnya; yakni merasakan kerinduan dan kedekatan dengan Allah. Tahap ketiga ini adalah tahap terakhir, yang bersifat sebagai titik kulminasi. Di mana pada titik ini, seseorang akan menampakkan sifat-sifat Allah di dalam diri manusia.
seperti yg di katakan oleh bro deva...
allah itu ga punya sifat
sebagaimana yang saya katakan :
Quote from: deva
di sini Allah bukan memiliki sifat dan bukan tanpa sifat kasih sayang. sebagaimana perbuatannya adalah tanpa berbuat.
Quote
ralat : arya sangha.. terdiri 4 tingkat kesucian.. , dan yg merealisasi nibanna adalah org yg berada pada tingkat arahat (jd yg aku maksud yaitu arahat.. dalam konteks ini)
kalau begitu kenapa anda membandingkan antara Allah dengan arya sangha, sedangkan kita sedang mendiskusikan perbandingan antara Allah dengan nibbana?
jadi sebenarnya yang memiliki metta itu salah satu dari arya sangha itu atau nibbana?
Quote from: ronald
3) Tajalli => yaitu setelah melepaskan diri dari semua hal buruk dan mengisinya dengan hal baik, masuklah ke tahap selanjutnya; yakni merasakan kerinduan dan kedekatan dengan Allah. Tahap ketiga ini adalah tahap terakhir, yang bersifat sebagai titik kulminasi. Di mana pada titik ini, seseorang akan menampakkan sifat-sifat Allah di dalam diri manusia.
seperti yg di katakan oleh bro deva...
allah itu ga punya sifat
maka seorang tajalli juga demikian (karena di katakan dia menampakan sifat2 allah dalam diri manusia)
anda sedang berdiskusi dengan saya, dan saya menyatakan tentang tajalli Allah. lalu mengapa anda menggunakan definisi tajalli Allah yang diberikan oleh sdr. Upasaka? apakah anda menganggap tajalli Allah yang saya maksud sama halnya dengan tajalli Allah yang dimaksud oleh sdr. upasaka?
bukannya tadi di sebut "satu-satunya sifat Allah adalah tanpa sifat" maksudnya apa dunk? apa ada 2 allah?
Quoteapakah nibbana memiliki metta? apakah metta dimiliki nibbana? apakah anda mengetahui nibbana memiliki metta berdasarkan pengamatan langsung, logika atau berdasarkan sutta? jika berdasarkan sutta, di dalam sutta yang mana anda temukan bahwa nibbana memiliki metta, atau metta dimiliki nibbana? apakah metta berada di luar nibbana atau di dalam nibbana? apakah metta sesuatu yang menyatu dengan nibbana atau sesuatu yang menmpel pada nibbana atau sesuatu yang terpisah? apakah metta terhadap nibbana sperti warna pada benda? jelaskanlah!
yah nibanna bukan lah sesuatu..bagaimana yg bukan sesuatu bisa memiliki suatu sifat?
dan bagaimana suatu sifat..bisa memiliki bukan sesuatu?
nibanna secara mudah bisa di di artikan dgn pembebasan...
pembebasan dari apa?
pembebasan dari kelahiran kembali
makanya di sebut "merealisasi" nibanna (mungkin kata itu yg paling cocok)
hubungannya dgn metta (cinta kasih)
dalam merealisasi nibanna ( disini aku bicara sebagai pengamat..soalnya aku sendiri belum merealisasi nibanna), org tsb telah sadar, bahwa kebencian, hanya akan membuahkan kelahiran kembali, maka secara otomatis... yg muncul adalah sifat bukan membenci, sifat ini di sebut metta , bukan suatu sifat netral
kenapa bukan sifat yg netral yg muncul? karena sifat netral adalah membiarkan apa yg terjadi
sedangkan sifat metta (cinta kasih), mempunyai effek lebih..yaitu mencegah terjadinya karma buruk oleh org2 yg belum/kurang memiliki kebijaksaan
sebagai contoh : netral .. dia akan membiarkan org memukulnya (dan dia tau), saat org itu memukulnya, maka org tsb melakukan hal buruk.. yg akan berakibat buruk pula
dgn metta, seorang arahat, berusaha menghidar, bukan kerana takut kena pukul, tp tidak ingin org tersebut mencelakai dirinya sendiri akibat perbuatan buruk
nah kalo di bandingkan dgn maha pengasih dan penyayang nya allah... kenapa ada kasus sodom dan goromah ( lupa gw spellnya)
Quote from: Deva19 on 08 January 2010, 11:26:16 PM
Quote from: ronald
3) Tajalli => yaitu setelah melepaskan diri dari semua hal buruk dan mengisinya dengan hal baik, masuklah ke tahap selanjutnya; yakni merasakan kerinduan dan kedekatan dengan Allah. Tahap ketiga ini adalah tahap terakhir, yang bersifat sebagai titik kulminasi. Di mana pada titik ini, seseorang akan menampakkan sifat-sifat Allah di dalam diri manusia.
seperti yg di katakan oleh bro deva...
allah itu ga punya sifat
maka seorang tajalli juga demikian (karena di katakan dia menampakan sifat2 allah dalam diri manusia)
anda sedang berdiskusi dengan saya, dan saya menyatakan tentang tajalli Allah. lalu mengapa anda menggunakan definisi tajalli Allah yang diberikan oleh sdr. Upasaka? apakah anda menganggap tajalli Allah yang saya maksud sama halnya dengan tajalli Allah yang dimaksud oleh sdr. upasaka?
mudah saja..
1. ada yg bertanya kepada anda..ttg pengertian tajalli Allah ..dan anda tidak menjelaskannya
2. di jelaskan oleh bro upasaka
3. postingan anda berikutnya hanya menanyakan pernyataan bro upasaka ttg "Tajalli Allah memang tidak bisa disamakan dengan merealisasi Nibbana.", dan tidak menyatakan keberatan atas penjelasan bro upasaka
4. secara logika, saya berpikir yah yg anda maksudkan kurang lebih sama dgn bro upasaka maksudkan
itulah sebabnya , semoga dapat di mengerti
hmm.. ada lagi, karena aku pun menjawab berdasarkan pengertian bro upasaka ttg tajalli Allah dan perbedaannya dgn merealisasi nibanna
karena itu yg anda tanyakan
soalnya kalo mo di bikin sistim matik
pertanyaan anda...
"kenapa Tajalli Allah (yg di jelaskan oleh bro upasaka) memang tidak bisa disamakan dengan merealisasi Nibbana(jelas nibanna yg disini juga menurut bro upasaka)?"
Quote from: ronald
mudah saja..
1. ada yg bertanya kepada anda..ttg pengertian tajalli Allah ..dan anda tidak menjelaskannya
2. di jelaskan oleh bro upasaka
jadi, apakah karena saya belum menjelaskan pengertian tajalli Allah, maka menurut anda merupakan ssuatu yang benar untuk menggunakan definisi yang diberikan oleh sdr. Upasaka?
Quote from: ronald
4. secara logika, saya berpikir yah yg anda maksudkan kurang lebih sama dgn bro upasaka maksudkan
bisa anda menjelaskan menurut norma-norma ilmu logika?
dari 19 rumus ilmu logika, rumus yang mana yang anda gunakan pada persoalan tersebut sehingga anda menggunakan "secara logika"?
Quote from: ronald
hmm.. ada lagi, karena aku pun menjawab berdasarkan pengertian bro upasaka ttg tajalli Allah dan perbedaannya dgn merealisasi nibanna
karena itu yg anda tanyakan
soalnya ko mo di bikin sistim matik
pertanyaan anda...
"kenapa Tajalli Allah (yg di jelaskan oleh bro upasaka) memang tidak bisa disamakan dengan merealisasi Nibbana(jelas nibanna yg disini juga menurut bro upasaka)"
saya memang menanyakan perbedaan tajalli Allah dengan nibbana. dan anda boleh menggunakan pengertian tajalli Allah dan nibbana menurut sdr. bro upasaka, saya tidak pernah melarangnya. saya hanya mempertanyakannya, untuk mengetahui apa alasan anda. tahukah anda alasannya, mengapa seharusnya anda menggunakan pengertian tajalli Allah yang saya ketahui dan bukan yang difahami oleh sdr. upasaka?
Quote from: ronald
bukannya tadi di sebut "satu-satunya sifat Allah adalah tanpa sifat" maksudnya apa dunk? apa ada 2 allah?
apakah anda pernah membac dalam sutta bahwa sang budha bersabda, "arahata yang parinibana itu bukannya terlahir dan bukannya tidak terlahir"? jika anda pernah membaca kalimat tersebut dalam sutta. dapatkah anda menjelaskan apa maksud dari kata "terlahir dan bukannya terlahir" tersebut? jika anda dapat menjelaskan maksud dari sabda sang budha tersebut, maka ada harapan bagi saya untuk menjelaskan pengertian dari "sifat Allah bukannya memiliki dan bukannya tanpa memiliki sifat kasih sayang". jika anda, belum mengerti apa makna sabda sang budha yang ada di dalam sutta tersebut, maka semoga bro upasaka atau bro yang lainnya menjelaskannya untuk anda.
===
saya pikir, diskusi ini sudah cukup. kini saya mendapat pelajaran baru dengan menyimpulkan bahwa inti pertentangan faham dari dua orang manusia adalah kurangnya daya penyelidikan. orang gemar menentang, gemar membantah, atau gemar mengabaikan pendapat orang lain, dan mengedepankan penilaian terhadap faham ajaran orang lain sebelum menyelidikinya dengan seksama, sungguh-sungguh sehingga mencapai kejelasan. tetapi ini bukan penilaian bagi siapapun, ini hanyalah catatan bgiku sendiri, tentang sebab musabab suatu pertentangan faham. dengan memahami sebab sebab ini, saya ingin belajar, bagaimana mengatasi atau mengurangi pertentangan faham yang banyak terjadi.
konflik besar di dunia ini, dimulai dari pribadi-pribadi kecil. pada pribadi-pribadi kecil ini, saya dapat memulai berupaya untuk mengubah 7 kecenderungan mental yang mengarahkan manusia pada kesalah fahaman, menuju pada 7 kekuatan mental yang mengarahkan manusia pada kejernihan berpikir. materialisme, dialektika dan logika, merupakan suatu metoda yang tepat untuk menjalin komunikasi.
dengan niat belajar dan bertanya, inilah awalnya
dengan konsentrasi, ketenangan, perhatian, pengamatan dan penyelidikan. inilah kekuatannya.
kasih sayang, inilah yang menjadi dasarnya.
dengan lemah lembut, dan sopan santun. inilah etikanya.
dengan menganalisis dan menyimpulkan, inilah akhirnya.
salam sukses!