Mengapa Aku Memilih Agama Budha

Started by Deva19, 29 November 2009, 03:24:22 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Forte

nah.. kalau begitu variable x nya yang diisi dengan nilai "manusia" tidak cukup untuk menyatakan nabi muhammad adalah Buddha
karena orang akan berpikiran semua manusia adalah Buddha..

Jadi manusia yang bagaimana ? mohon informasinya :D

Deva19

Quote from: Forte on 08 December 2009, 01:30:36 PM
nah.. kalau begitu variable x nya yang diisi dengan nilai "manusia" tidak cukup untuk menyatakan nabi muhammad adalah Buddha
karena orang akan berpikiran semua manusia adalah Buddha..

Jadi manusia yang bagaimana ? mohon informasinya :D


dalam kaidah ilmu logika

jika dikatakan :
A adalah B
dan B adalah C, maka artik kalimat kedua itu selalu mengandung kata "setiap" yakni setiap B itu C.

muhammad adalah manusia
manusia adalah budha ---> ini artinya setiap manusia adalah budha. jika dikatakan "sebagian", maka kesimpulannya akan salah.

oleh kaena itu

muhammad adalah manusia
setiap manusia adalah budha

maka benar, muhammad adalah budha.

tapi harus kita ketahui bahwa "nilai benar" tersebut menurut apa? bukan menurut ilmiah, bukan pula menurut semantic. tapi disebut kebenaran logic, atau kebenaran syntaksis. dimana kalau dipandang dari sudut ilmiah, tentu saja merupakan kalimat yang salah kalau dikatakan "Muhammad adalah budha".
     

Nevada

Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 01:24:40 PM
Quote from: upasaka
Jadi, karena Bro Deva19 memakai algoritma berpikir sendiri, maka saya juga bisa memakai algoritma berpikir sendiri. Saya menyatakan bahwa Buddha adalah Y. Y adalah bukan Muhammad. Maka Buddha bukanlah Muhammad.

Sesuai dengan pernyataan Anda sendiri, Anda memakai algoritma sesuai pemikiran Anda sendiri. Di sini kita bisa melihat bahwa kaidah berpikir logika pun sudah tercemar oleh persepsi. Lantas apa yang Anda mau jelaskan lebih lanjut setelah kita sampai di titik ini?

nah, hal yang ingin saya jelaskan adalah :

setiap manusia itu bisa menggunakan algoritma sendiri-sendiri. dan faktanya, inilah yang terjadi pada kehidupan manusia. kita dapat meihat diskusi dan perdebatan dimana-mana, satu sama lain tidak dapat saling memahami, karena selalu berpikir secara sadar ataupun tidak bahwa algoritma berpikirnya digunakan juga oleh algoritma orang lain.

bila kita mengetahui bahwa setiap manusia itu menggunakan algoritmanya sendir-sendiri, berarti di situ akan ada dorongan untuk saling memahami "apa" yang dimaksud oleh orang lain. jika ini sudah berjalan pada kedua belah pihak yang berdisusi, maka tidak akan ada pertentangan. yang ada hanya usaha untuk saling mengetahui bagaimana "logika" atau "alogritma" yang digunakan orang lain. dengan cara ini jga, kebenarna lebih mudah difahami.

Ini sudah saya pahami. Makanya saya lebih suka menerapkan kaidah ilmiah, atau yang lebih sering Anda istilahkan sebagai kaidah berpikir logika semantik.

Forte

nah makanya itu sudah jelas kelemahan ilmu logika Anda.

karena PADA REALITA, apakah semua manusia adalah Buddha ? JELAS TIDAK.
dan statement setiap manusia adalah Buddha TIDAK MENGANDUNG NILAI BENAR..

Semoga Anda bisa memahaminya..


hatRed

Deva19 adalah mobil
Mobil adalah wc umum

Deva19 adalah wc umum :|      <--- bener loh secara sintaksis
i'm just a mammal with troubled soul



Deva19

Quote from: upasaka on 08 December 2009, 01:44:40 PM
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 01:24:40 PM
Quote from: upasaka
Jadi, karena Bro Deva19 memakai algoritma berpikir sendiri, maka saya juga bisa memakai algoritma berpikir sendiri. Saya menyatakan bahwa Buddha adalah Y. Y adalah bukan Muhammad. Maka Buddha bukanlah Muhammad.

Sesuai dengan pernyataan Anda sendiri, Anda memakai algoritma sesuai pemikiran Anda sendiri. Di sini kita bisa melihat bahwa kaidah berpikir logika pun sudah tercemar oleh persepsi. Lantas apa yang Anda mau jelaskan lebih lanjut setelah kita sampai di titik ini?

nah, hal yang ingin saya jelaskan adalah :

setiap manusia itu bisa menggunakan algoritma sendiri-sendiri. dan faktanya, inilah yang terjadi pada kehidupan manusia. kita dapat meihat diskusi dan perdebatan dimana-mana, satu sama lain tidak dapat saling memahami, karena selalu berpikir secara sadar ataupun tidak bahwa algoritma berpikirnya digunakan juga oleh algoritma orang lain.

bila kita mengetahui bahwa setiap manusia itu menggunakan algoritmanya sendir-sendiri, berarti di situ akan ada dorongan untuk saling memahami "apa" yang dimaksud oleh orang lain. jika ini sudah berjalan pada kedua belah pihak yang berdisusi, maka tidak akan ada pertentangan. yang ada hanya usaha untuk saling mengetahui bagaimana "logika" atau "alogritma" yang digunakan orang lain. dengan cara ini jga, kebenarna lebih mudah difahami.

Ini sudah saya pahami. Makanya saya lebih suka menerapkan kaidah ilmiah, atau yang lebih sering Anda istilahkan sebagai kaidah berpikir logika semantik.

syukurlah kalau anda sudah memahami.

menurut fakta ilmiah, orang-orang seringkali membuat kesimpulan-kesimpulan secara sadar ataupun secara tidak sadar. kesimpuln-kesimpulan ini berarti menggunakan logika. tetapi sayangnya lebih banyak orang tidak mengerti kaidah ilmu logika, sehingga menimbulkan "kesalah fahaman".

orang-orang membuat kesimpulan dengan berbagai bahasan argumntasi. argumentasi yang digunakan ada argumentasi ilmiah ada pula yang non ilmiah. seseorang yang menggunakan bahan dasar ilmiah sekalipun, bisa jadi membuat kesimpulan yang salah. sehingga orang itu "benar dalam berpikir ilmiah" tapi "salah dalam berpikir logic".

sebagai contoh. sang budha berkata bahwa "membunuh merupakan kusala kamma". tetapi kemudian seorang umat budha menyatakan "setiap memunuh adalah kusala kamma". maka pemberian sifat "setiap" dari term "membunuh" tersebut harus jelas asal-usulnya dari mana? jika sang Budha sendiri tidak menyatakan "setiap membunuh merupakan kusalam kamma" dan bila "tidak ada bahan lainnya" untuk memunculkan sifat "setiap" pada term "membunuh", berarti pemberian sifat "setiap" tersebut adalah tidak logic.

tetapi, bisa jadi secara fakta ilmiah memang benar bahwa anda melihat di dalam dhamma bahwa "setiap membunuh" adalah kusala kamma. persoalannya, orang lain belum melihat dhamma seperti anda. dan mereka menyimpulkan dengan fakta-fakta yang mereka lihat sendiri. sehingga seharusnya anda mengerti "mengapa" orang lain tidak dapat mengatakan "setiap membunuh adalah kusala kamma".

dengan ilmu logika, maka saya dengan mudah memahami apa yang anda maksud. tapi dengan apa anda dengan mudah memahami maksud saya?

rasa prihatin karena banyak terjadinya kesalahan fahaman yang terjadi antar manusia, itulah yang mendorong saya "belajar dhamma" dengan ilmu logika, "menjelaskan dhamma" dengan ilmu logika pula. dan bila saya mempunya guru yang tidak mengerti ilmu logika, maka dia akan "banyak salah faham" terhadap diri saya atau orang lain.

Deva19

Quote from: hatRed on 08 December 2009, 01:48:49 PM
Deva19 adalah mobil
Mobil adalah wc umum

Deva19 adalah wc umum :|      <--- bener loh secara sintaksis


itu benar.

Forte

Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 01:59:07 PM
Quote from: hatRed on 08 December 2009, 01:48:49 PM
Deva19 adalah mobil
Mobil adalah wc umum

Deva19 adalah wc umum :|      <--- bener loh secara sintaksis


itu benar.
nah.. sebenarnya kita dalam berdiskusi.. lebih mementingkan kebenaran sintaksis dan mengabaikan kebenaran realita
atau sebaliknya ?

jika thread ini lebih mengutamakan kebenaran sintaksis.. mungkin baiknya dimasukkan ke thread kafe jongkok, sub board : humor

Deva19

Quote from: hatRed on 08 December 2009, 01:48:49 PM
Deva19 adalah mobil
Mobil adalah wc umum

Deva19 adalah wc umum :|      <--- bener loh secara sintaksis


tahap awal dari latihan berpikir, kita harus menerima kebenarn sintaksis.

bila anda telah terampil di dalam memahami kebenaran sintaksis, maka kita dapat menggunakan logika untuk menyelidii kebenaran ilmiah.

deva19 adalah mobil --> pakah ini bnar secara ilmiah atau tidak?
mobil adalah wc umum ----> ini benar secara ilmiah atau tidak?

bila salah satu atau keduanya tidak benar secara ilmiah, maka kesimpulannya tetap benar secara logika, tapi salah secara ilmiah.

deva19 adalah wc umum ---> benar secara sintaksis
deva19 adalah wc umum ---> salah secara ilmiah.

ketika orang menilai bahwa kalimat tersebut salah secara sintaksis maupun ilmiah,maka orang tersebut telah salah dalam berpikir. ketika orang menilai bahwa kalimat tersebut benar secara ilmaih dan logika,maka orang tersebut juga telah salah dalam berpikir.

The Ronald

hahaha, benar secara syntax, tp bukan kebenaran sejati
coba banding kan.. 2 program
yg 1
X1= buddha, X2= muhammad
X1= X2

maka outputnya =
buddha= muhammad


2. X1 # X2
maka, keluarnya Buddha # Muhammad

dua2nya benar secara syntax, cuma secara syntax.... alias. cuma polanya yg benar, bukan hasilnya, apakah X1 apakah X2, tergantung input dari masing2 org
jd intinya logic yg anda punya intinya cuma benar pola nya, bukan hasilnya...
jd apakah anda seperti program itu, yg hanya pola nya benar?

ini kelemahan pola berpikir hanya secara logic symbol, yaitu hanya dgn permisalan, bukan dgn logic alami, di sebut akal sehat

...

Deva19

Quote from: Forte on 08 December 2009, 02:03:02 PM
Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 01:59:07 PM
Quote from: hatRed on 08 December 2009, 01:48:49 PM
Deva19 adalah mobil
Mobil adalah wc umum

Deva19 adalah wc umum :|      <--- bener loh secara sintaksis


itu benar.
nah.. sebenarnya kita dalam berdiskusi.. lebih mementingkan kebenaran sintaksis dan mengabaikan kebenaran realita
atau sebaliknya ?

jika thread ini lebih mengutamakan kebenaran sintaksis.. mungkin baiknya dimasukkan ke thread kafe jongkok, sub board : humor


tentu saja kita akan lebih mementingkan kebenaran ilmiah (realita). tetapi sayangnya, kebenaran realita seringkali menjadi kabur atau orang salah memandang kebenaran ilmiah karena dia salah memahami kebenaran sintaksis.

"sex itu menghalangi kesucian". bagaimana menurut kebenaran ilmiah, apakah hal tersebut benar atau salah?

ketika orng membenarkan, maka perlu di telusuri asal-usulnya. apakah ia membenarkan karena "menyimpulkan" ataukah karena "melihat langsung". kalau dia melihat langsung, berarti itu kebenaran ilmiah dan tidak perlu diperdebatkan lagi. tapi kalau dia membenarkan karena menyimpulkan, berarti ia telah menggunakan kesimpulan. bila ia sudah menggunakan kesimpulan, maka harus ssuai dengan kaidah berpikir logic. jika tidak sesuai, berarti kesimpulan tersebut sesat.

Forte

Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 02:04:54 PM
ketika orang menilai bahwa kalimat tersebut salah secara sintaksis maupun ilmiah,maka orang tersebut telah salah dalam berpikir. ketika orang menilai bahwa kalimat tersebut benar secara ilmaih dan logika,maka orang tersebut juga telah salah dalam berpikir.
terus benarnya dalam berpikir seperti apa ?

hatRed

Mama Deva19 adalah mamalia
mamalia adalah hewan menyusui

Mama Deva19 adalah hewan menyusui  :|  <--- benar juga loh secara sintaksis


[spoiler]
secara ilmiah ?
[/spoiler]
i'm just a mammal with troubled soul



Deva19

Quote
dua2nya benar secara syntax, cuma secara syntax.... alias. cuma polanya yg benar, bukan hasilnya, apakah X1 apakah X2, tergantung input dari masing2 org
jd intinya logic yg anda punya intinya cuma benar pola nya, bukan hasilnya...
jd apakah anda seperti program itu, yg hanya pola nya benar?

pertama, dalam berpikir itu polanya dulu harus benar

stelah kita terbiasa dengan pola berpikir benar, maka jika suatu waktu yang dimasukan ke dalam pola tersebut adalah variabel-variabel ilmiah, maka hasilnya akan benar dan tidak akan menyesatkan orang.

sama halnya ketika saya membuat prgoram Sistem Akademik. lalu dalam proses pembuatannya, data yang dimasukan adalah data fiktif. tak masalah, yang penting pola algoritmanya benar. setelah program tersebut selsai dan diserahkan ke sekolah, maka semua data fiktif tersebut dihapus dan diganti dengan data yang real. maka hasilnya sistem tersebut mnghasilkan informasi-informasi akurat tentan siswa di sekolah. seprti itu pulalah ilmu logika.

Forte

Quote from: Deva19 on 08 December 2009, 02:10:28 PM
ketika orng membenarkan, maka perlu di telusuri asal-usulnya. apakah ia membenarkan karena "menyimpulkan" ataukah karena "melihat langsung". kalau dia melihat langsung, berarti itu kebenaran ilmiah dan tidak perlu diperdebatkan lagi. tapi kalau dia membenarkan karena menyimpulkan, berarti ia telah menggunakan kesimpulan. bila ia sudah menggunakan kesimpulan, maka harus ssuai dengan kaidah berpikir logic. jika tidak sesuai, berarti kesimpulan tersebut sesat.
jika seseorang melihat langsung => kebenaran ilmiah dan tidak perlu diperdebatkan ? SALAH
Test 1 :
kalau statement Anda BERLAKU, maka di dunia ini tidak ada namanya FATAMORGANA..

Test 2 :
menurut Anda, ketika Anda melihat seekor bunglon di tumpukan daun merah, apakah warna bunglon tersebut ?
Apakah warna bunglon secara ilmiah adalah merah ?