Mengapa Aku Memilih Agama Budha

Started by Deva19, 29 November 2009, 03:24:22 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

The Ronald

#225
QuoteYang jelas Buddha pernah mengajarkan utk membunuh keserakahan , kebencian dan kegelapan batin.
... sampe segitunya? hanya untuk kata membunuh saja di bawa sampe jauh
perbuatan membunuh itu :
1. ada niat untuk membunuh
2. usaha untuk membunuh
3. ada mahluk yg mati, akibat usaha tersebut

kurang lebih gitu deh
...

K.K.

#226
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 05:46:19 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 11 December 2009, 10:21:36 AM
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 08:36:00 AM
saya semakin mantap hati untuk beragama budha.

Jika memang mantap hati untuk ikut beragama Buddha, bersiaplah meninggalkan paham yang tidak sejalan dengan Ajaran Buddha, bukan mencari pembenaran dengan silogisme yang juga tidak benar.

Contoh gampang: Buddha tidak menyetujui pembunuhan jangan diartikan Buddha tidak menyetujui sebagian pembunuhan dan menyetujui pembunuhan lainnya.



apakah maksud anda saya pernah menyatakan hal seperti yang anda contohkan itu?

katakan kapan dan dimana saya pernah menyatakan bahwa budha menyetujui sebagian pembunuhan?

kawan-kawan budhis di sini harap  menjadi saksi, bahwa bila sdr. kutho bisa menunjukan bukti bahwa saya pernah menyatakan "budha menyetujui sebagian pembunuhan", maka saya nyatakan bahwa sdr. kutho adalah seorang jenius, saya bersedia beranjali padanya untu menghormatinya.

tapi bila kutho tidak dapat menunjukan buktinya, maka silahkan teman-teman artikan sendiri maknanya.

Sekarang saya tanya anda terlebih dahulu. Apakah anda pernah masuk ke sini dengan nick lain seperti candra_mukti19 ataupun jhana78?

Terlepas dari apa pun nick anda, apakah pernah secara sadar menulis hal-hal berikut:
Quote from: candra_mukti19 on 26 November 2008, 08:13:01 AM
atau dengan kata lain :

pernahkan budha berkata "semua bentuk pembunuhan tidak sesuai dengan dhamma?"

dari cerita yang anda copas tadi, jelas, ajaran budha mengakui bahwa "tidak semua bentuk pembunuhan tidak sesuai dengan dhamma". tul gak?


Quote from: candra_mukti19 on 26 November 2008, 07:17:37 AM
menurut anda, mungkin atau mustahil, adanya suatu pembunuhan yang tidak didasari oleh lobha, dosa dan moha, melainkan justru didasari oleh cinta kasih yang universal (dhammachariya)?


K.K.

Quote from: chingik on 11 December 2009, 07:14:00 PM
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 05:46:19 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 11 December 2009, 10:21:36 AM
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 08:36:00 AM
saya semakin mantap hati untuk beragama budha.

Jika memang mantap hati untuk ikut beragama Buddha, bersiaplah meninggalkan paham yang tidak sejalan dengan Ajaran Buddha, bukan mencari pembenaran dengan silogisme yang juga tidak benar.

Contoh gampang: Buddha tidak menyetujui pembunuhan jangan diartikan Buddha tidak menyetujui sebagian pembunuhan dan menyetujui pembunuhan lainnya.



apakah maksud anda saya pernah menyatakan hal seperti yang anda contohkan itu?

katakan kapan dan dimana saya pernah menyatakan bahwa budha menyetujui sebagian pembunuhan?

kawan-kawan budhis di sini harap  menjadi saksi, bahwa bila sdr. kutho bisa menunjukan bukti bahwa saya pernah menyatakan "budha menyetujui sebagian pembunuhan", maka saya nyatakan bahwa sdr. kutho adalah seorang jenius, saya bersedia beranjali padanya untu menghormatinya.

tapi bila kutho tidak dapat menunjukan buktinya, maka silahkan teman-teman artikan sendiri maknanya.

Yang jelas Buddha pernah mengajarkan utk membunuh keserakahan , kebencian dan kegelapan batin. :)

Quote from: ryu on 11 December 2009, 07:39:06 PM
[at] chingik, masa?

Pernah. Itu satu metafora yang diberikan untuk menunjukkan pencapaian Lakuntaka Bhaddiya yaitu:
-membunuh "ibu" (lobha), "ayah" (kesombongan), "dua raja" (eternalisme & nihilisme), dan "dua kerajaan" (khanda).
Itulah yang diajarkan untuk menjadi seorang "Brahmana" (Arahat).


The Ronald

hmm.. yg lalu biar lah berlalu...

kek nya ada yg salah.. dari

Quotemembunuh "ibu" (lobha), "ayah" (kesombongan), "dua raja" (eternalisme & nihilisme), dan "dua kerajaan" (khanda).
Itulah yang diajarkan untuk menjadi seorang "Brahmana" (Arahat).

arti dari membunuh ibu, ayah, dua raja  dan dua kerajaan... yaitu melenyapkan Lobha, kesombongan, eternalisme &nihilisme, dan khanda
bagi ku kata membunuh yg di pakai disana adalah suatu metafora, sama dgn kata ibu, ayah, dua raja, dan dua kerajaan..itu adalah metafora
jika semuanya dipakai arti yg sebenarnya.. maka membunuh  di ganti dgn meleyapkan
...

Deva19

Quote
pernahkan budha berkata "semua bentuk pembunuhan tidak sesuai dengan dhamma?"

dari cerita yang anda copas tadi, jelas, ajaran budha mengakui bahwa "tidak semua bentuk pembunuhan tidak sesuai dengan dhamma". tul gak?

menurut anda, mungkin atau mustahil, adanya suatu pembunuhan yang tidak didasari oleh lobha, dosa dan moha, melainkan justru didasari oleh cinta kasih yang universal (dhammachariya)?

semua yang anda kutip tersebut adalah pertanyaan.

pertanyaan terebut diajukan oleh "yang tidak tahu" kepada "yang dianggap tahu", agar "yang tidak tahu menjadi tahu".

oleh karena itu, jika candra_mukti19 adalah saya, maka pertanyaan tersebut tidak membuktikan bahwa saya pernah menyatakan "Budha menyetujui sebagian pembunuhan". karena pertanyaan bukan pernyataan. selain itu relevansi pertanyaan candra_mukti dengan "Budha menyetujui sebagian pembunuhan" masih harus diselidiki dan dipertanyakan.

fabian c

Quote from: Kainyn_Kutho on 12 December 2009, 09:23:09 AM
Quote from: chingik on 11 December 2009, 07:14:00 PM
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 05:46:19 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 11 December 2009, 10:21:36 AM
Quote from: Deva19 on 11 December 2009, 08:36:00 AM
saya semakin mantap hati untuk beragama budha.

Jika memang mantap hati untuk ikut beragama Buddha, bersiaplah meninggalkan paham yang tidak sejalan dengan Ajaran Buddha, bukan mencari pembenaran dengan silogisme yang juga tidak benar.

Contoh gampang: Buddha tidak menyetujui pembunuhan jangan diartikan Buddha tidak menyetujui sebagian pembunuhan dan menyetujui pembunuhan lainnya.



apakah maksud anda saya pernah menyatakan hal seperti yang anda contohkan itu?

katakan kapan dan dimana saya pernah menyatakan bahwa budha menyetujui sebagian pembunuhan?

kawan-kawan budhis di sini harap  menjadi saksi, bahwa bila sdr. kutho bisa menunjukan bukti bahwa saya pernah menyatakan "budha menyetujui sebagian pembunuhan", maka saya nyatakan bahwa sdr. kutho adalah seorang jenius, saya bersedia beranjali padanya untu menghormatinya.

tapi bila kutho tidak dapat menunjukan buktinya, maka silahkan teman-teman artikan sendiri maknanya.

Yang jelas Buddha pernah mengajarkan utk membunuh keserakahan , kebencian dan kegelapan batin. :)

Quote from: ryu on 11 December 2009, 07:39:06 PM
[at] chingik, masa?

Pernah. Itu satu metafora yang diberikan untuk menunjukkan pencapaian Lakuntaka Bhaddiya yaitu:
-membunuh "ibu" (lobha), "ayah" (kesombongan), "dua raja" (eternalisme & nihilisme), dan "dua kerajaan" (khanda).
Itulah yang diajarkan untuk menjadi seorang "Brahmana" (Arahat).



Bro Kainyn yang  baik, Boleh minta linknya? Terimakasih.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Jerry

Yg Bro Kain katakan memang ada, di dalam syair dhammapada. :)
appamadena sampadetha

ryu

ohh yang ini ya :
Kisah Bhaddiya Thera, Si Orang Pendek


DHAMMAPADA XXI, 5-6
 

        Suatu ketika beberapa bhikkhu datang berkunjung dan memberi hormat kepada Sang Buddha di Vihara Jetavana. Ketika mereka bersama Sang Buddha, Lakundaka Bhaddiya kebetulan lewat tidak jauh dari mereka.

        Sang Buddha meminta mereka untuk memperhatikan Thera yang pendek itu dan berkata kepada mereka, "Para bhikkhu, lihatlah kepada Thera itu. Ia telah membunuh kedua ayah dan ibunya, dan setelah membunuh orang tuanya ia pergi tanpa penderitaan lagi".

        Para bhikkhu tidak dapat mengerti pernyataan yang telah diucapkan oleh Sang Buddha. Karena itu mereka memohon kepada Sang Buddha untuk menjelaskannya dan Beliau berkenan menjelaskan artinya.

        Pernyataan di atas dibuat oleh Sang Buddha berkaitan dengan kehidupan arahat, yang telah melenyapkan nafsu keinginan, kesombongan, pandangan salah, dan kemelekatan pada indria dan objek indria. Sang Buddha telah membuat pernyataan metaforis. Istilah "ibu" dan "ayah" digunakan untuk menunjukkan nafsu keinginan dan kesombongan. Kepercayaan/pandangan tentang keabadian (sassataditthi) dan kepercayaan/pandangan tentang pemusnahan (ucchedaditthi) seperti halnya dua raja, kemelekatan seperti para menterinya, dan indria serta objek indria seperti halnya sebuah kerajaan.

        Setelah menjelaskan arti pernyataan itu kepada mereka, Sang Buddha membabarkan syair 294 dan 295 berikut ini:

Setelah membantai ibu (nafsu keinginan) dan ayah (kesombongan), serta dua orang ksatria (dua pandangan ekstrim berkenaan dengan kekekalan dan kemusnahan); dan setelah menghancurkan negara (pintu-pintu indria) bersama dengan para menterinya (kemelekatan), maka seorang brahmana akan berjalan pergi tanpa kesedihan.

Setelah membantai ibu (nafsu keinginan) dan ayah (kesombongan), serta dua raja yang arif (dua pandangan ekstrim berkenaan dengan kekekalan dan kemusnahan); dan setelah menghancurkan lima jalan yang penuh bahaya (lima rintangan batin), maka seorang brahmana akan berjalan pergi tanpa kesedihan.

        Para bhikkhu yang datang berkunjung mencapai tingkat kesucian arahat, setelah khotbah Dhamma itu berakhir.***
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

fabian c

#233
Quote from: ryu on 12 December 2009, 06:56:38 PM
ohh yang ini ya :
Kisah Bhaddiya Thera, Si Orang Pendek


DHAMMAPADA XXI, 5-6
 

       Suatu ketika beberapa bhikkhu datang berkunjung dan memberi hormat kepada Sang Buddha di Vihara Jetavana. Ketika mereka bersama Sang Buddha, Lakundaka Bhaddiya kebetulan lewat tidak jauh dari mereka.

       Sang Buddha meminta mereka untuk memperhatikan Thera yang pendek itu dan berkata kepada mereka, "Para bhikkhu, lihatlah kepada Thera itu. Ia telah membunuh kedua ayah dan ibunya, dan setelah membunuh orang tuanya ia pergi tanpa penderitaan lagi".

       Para bhikkhu tidak dapat mengerti pernyataan yang telah diucapkan oleh Sang Buddha. Karena itu mereka memohon kepada Sang Buddha untuk menjelaskannya dan Beliau berkenan menjelaskan artinya.

       Pernyataan di atas dibuat oleh Sang Buddha berkaitan dengan kehidupan arahat, yang telah melenyapkan nafsu keinginan, kesombongan, pandangan salah, dan kemelekatan pada indria dan objek indria. Sang Buddha telah membuat pernyataan metaforis. Istilah "ibu" dan "ayah" digunakan untuk menunjukkan nafsu keinginan dan kesombongan. Kepercayaan/pandangan tentang keabadian (sassataditthi) dan kepercayaan/pandangan tentang pemusnahan (ucchedaditthi) seperti halnya dua raja, kemelekatan seperti para menterinya, dan indria serta objek indria seperti halnya sebuah kerajaan.

       Setelah menjelaskan arti pernyataan itu kepada mereka, Sang Buddha membabarkan syair 294 dan 295 berikut ini:

Setelah membantai ibu (nafsu keinginan) dan ayah (kesombongan), serta dua orang ksatria (dua pandangan ekstrim berkenaan dengan kekekalan dan kemusnahan); dan setelah menghancurkan negara (pintu-pintu indria) bersama dengan para menterinya (kemelekatan), maka seorang brahmana akan berjalan pergi tanpa kesedihan.

Setelah membantai ibu (nafsu keinginan) dan ayah (kesombongan), serta dua raja yang arif (dua pandangan ekstrim berkenaan dengan kekekalan dan kemusnahan); dan setelah menghancurkan lima jalan yang penuh bahaya (lima rintangan batin), maka seorang brahmana akan berjalan pergi tanpa kesedihan.

       Para bhikkhu yang datang berkunjung mencapai tingkat kesucian arahat, setelah khotbah Dhamma itu berakhir.***


Terima kasih saudara Ryu, bila demikian ini memang metafora, jadi ini bukan pembenaran, karena ini konsisten dengan pernyataan Sang Buddha sendiri yang secara konsisten tidak menyetujui pembunuhan, dengan mengatakan ini hanya metafora.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

johan3000

#234
bro Ryu memang gudangnya suta ya....

posting yg mantep sekali, sehingga penafsiran gw pun ikut TERBUNUH.

bro Ryu, kenapa sewaktu saya membaca :

QuoteSetelah membantai ibu (nafsu keinginan)

tetapi tidak ditulis lebih lengkap NAFSU KEINGINGAN apakah itu....
(pertanyaan ini pun udah pernah gw tanya pada bro Upasaka....
soalnya dari kata NAFSU KEINGINAN, utk umum non Buddhist sulit
mengetahui kenapa itu TIDAK BAIK)...

Apakah metafora digunakan utk menarik perhatian pendengar ?

trims sebelumnya.  :x :x
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

K.K.

Quote from: Deva19 on 12 December 2009, 06:23:31 PM
Quote
pernahkan budha berkata "semua bentuk pembunuhan tidak sesuai dengan dhamma?"

dari cerita yang anda copas tadi, jelas, ajaran budha mengakui bahwa "tidak semua bentuk pembunuhan tidak sesuai dengan dhamma". tul gak?

menurut anda, mungkin atau mustahil, adanya suatu pembunuhan yang tidak didasari oleh lobha, dosa dan moha, melainkan justru didasari oleh cinta kasih yang universal (dhammachariya)?

semua yang anda kutip tersebut adalah pertanyaan.

pertanyaan terebut diajukan oleh "yang tidak tahu" kepada "yang dianggap tahu", agar "yang tidak tahu menjadi tahu".

oleh karena itu, jika candra_mukti19 adalah saya, maka pertanyaan tersebut tidak membuktikan bahwa saya pernah menyatakan "Budha menyetujui sebagian pembunuhan". karena pertanyaan bukan pernyataan. selain itu relevansi pertanyaan candra_mukti dengan "Budha menyetujui sebagian pembunuhan" masih harus diselidiki dan dipertanyakan.

Sayang sekali thread tersebut sudah dikarantina jadi tidak bisa diakses umum. Jika memang bisa, saya kasih link-nya biar kita semua bisa menilai apakah candra_mukti19 itu bersikap sebagai "yang tidak tahu" atau "yang sok tahu dengan ilmu logikanya yang paling benar".

Kalau memang anda bukan candra_mukti19, saya minta maaf sedalam-dalamnya. Tidak banyak ex-Muslim yang di aktif di sini. Lebih sedikit lagi ex-Muslim yang juga dosen logika. Bahkan lebih langka lagi ex-Muslim dosen logika yang perunutan logikanya berantakan. Saya hanya tidak menyangka bisa bertemu dua mahluk seperti itu dalam hidup ini.


K.K.

Quote from: fabian c on 12 December 2009, 06:34:38 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 12 December 2009, 09:23:09 AM
Pernah. Itu satu metafora yang diberikan untuk menunjukkan pencapaian Lakuntaka Bhaddiya yaitu:
-membunuh "ibu" (lobha), "ayah" (kesombongan), "dua raja" (eternalisme & nihilisme), dan "dua kerajaan" (khanda).
Itulah yang diajarkan untuk menjadi seorang "Brahmana" (Arahat).



Bro Kainyn yang  baik, Boleh minta linknya? Terimakasih.

_/\_
Itu dari kisah Dhammapada yang melatar-belakangi syair 294-295. Sudah diberikan Bro ryu.
Dan, Ya, tentu saja itu hanyalah metafora belaka seperti kita semua sudah tahu.

Deva19

Quote from: kutho
Sayang sekali thread tersebut sudah dikarantina jadi tidak bisa diakses umum. Jika memang bisa, saya kasih link-nya biar kita semua bisa menilai apakah candra_mukti19 itu bersikap sebagai "yang tidak tahu" atau "yang sok tahu dengan ilmu logikanya yang paling benar".

Kalau memang anda bukan candra_mukti19, saya minta maaf sedalam-dalamnya. Tidak banyak ex-Muslim yang di aktif di sini. Lebih sedikit lagi ex-Muslim yang juga dosen logika. Bahkan lebih langka lagi ex-Muslim dosen logika yang perunutan logikanya berantakan. Saya hanya tidak menyangka bisa bertemu dua mahluk seperti itu dalam hidup ini.

bro upasaka dan umat budhis lainnya hanya diam saja, bila ada umat budhis yang jelas-jelas melakukan personal attack kepada saya seperti yang dilakukan oleh sdr. kutho tersebut. tapi bro upasaka dan kawan budhis lainnya sangat cepat menegur aku, bila aku sedikit saja membalas dengan hal serupa. tapi, sekarang lebih baik aku diam saja. karena sudah dipastikan, bila aku mau meladeni omong kosong sdr. kutho ini, maka pastilah aku yang menjadi bulan-bulanan umat semua member DC, karena mereka masih melekat pada "kelompok". mereka berpikir "oh ini kawanku, aku suka padanya dan aku akan membelanya. dan deva19 belas adalah seorang muslim, itu bukan kawanku, bukan sahabatku, sedangkan yang lebih pantas aku dukung adalah kawanku sendiri."

masuk ke dhammacitta itu mirip masuk ke area tinju. kini sdr. kutho  yang jadi lawan tinjuku. tapi aku tidak diperkenankan untuk melawan. sekali saja aku melawan, pastilah aku yang babak belur digebukin wasit dan penonton.

wen78

mmmm...   :-?

dua2nya benar....  ;D

mungkin pembahasan tentang sebuah topik jangan di thread ini, tp bikin baru sehingga tidak tercampur aduk dengan pengalaman pribadi dengan topik yg akan dibahas  _/\_
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

K.K.

Quote from: Deva19 on 14 December 2009, 11:00:31 AM
Quote from: kutho
Sayang sekali thread tersebut sudah dikarantina jadi tidak bisa diakses umum. Jika memang bisa, saya kasih link-nya biar kita semua bisa menilai apakah candra_mukti19 itu bersikap sebagai "yang tidak tahu" atau "yang sok tahu dengan ilmu logikanya yang paling benar".

Kalau memang anda bukan candra_mukti19, saya minta maaf sedalam-dalamnya. Tidak banyak ex-Muslim yang di aktif di sini. Lebih sedikit lagi ex-Muslim yang juga dosen logika. Bahkan lebih langka lagi ex-Muslim dosen logika yang perunutan logikanya berantakan. Saya hanya tidak menyangka bisa bertemu dua mahluk seperti itu dalam hidup ini.

bro upasaka dan umat budhis lainnya hanya diam saja, bila ada umat budhis yang jelas-jelas melakukan personal attack kepada saya seperti yang dilakukan oleh sdr. kutho tersebut. tapi bro upasaka dan kawan budhis lainnya sangat cepat menegur aku, bila aku sedikit saja membalas dengan hal serupa. tapi, sekarang lebih baik aku diam saja. karena sudah dipastikan, bila aku mau meladeni omong kosong sdr. kutho ini, maka pastilah aku yang menjadi bulan-bulanan umat semua member DC, karena mereka masih melekat pada "kelompok". mereka berpikir "oh ini kawanku, aku suka padanya dan aku akan membelanya. dan deva19 belas adalah seorang muslim, itu bukan kawanku, bukan sahabatku, sedangkan yang lebih pantas aku dukung adalah kawanku sendiri."

masuk ke dhammacitta itu mirip masuk ke area tinju. kini sdr. kutho  yang jadi lawan tinjuku. tapi aku tidak diperkenankan untuk melawan. sekali saja aku melawan, pastilah aku yang babak belur digebukin wasit dan penonton.

Anda hebat yah bisa langsung tahu saya umat Buddhis, dan juga memastikan saya juga bukan "ex-Muslim". Bisa dijelaskan silogismenya dari mana, atau memang "personal attack" belaka?

Sekarang supaya clear saja, saya ulangi sekali lagi.
Pembunuhan menurut Buddha adalah jika memenuhi syarat-syarat ini:
1. adanya mahluk
2. adanya niat membunuh
3. adanya usaha untuk membuat mahluk itu mati
4. mahluk itu mati karena hasil usaha tersebut


Sila pertama yang diberikan oleh Buddha: menghindari pembunuhan.

Pertanyaan saya: apakah dengan ilmu logika anda, berarti ada jenis pembunuhan yang disetujui?

Tolong dijawab dan diberikan alasannya.