News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Mengapa Aku Memilih Agama Budha

Started by Deva19, 29 November 2009, 03:24:22 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

fabian c

Teman-teman sekalian ikut nimbrung ya?

Saya tertarik membaca thread dari dewa 19 ini, di satu sisi seolah-olah ingin berguru, tetapi disisi yang lain juga nampaknya ingin menyama-nyamakan dengan paham pribadi.

Bolehkah saya tahu apakah saudara dewa 19 mengharapkan jawaban eksak disertai bukti  untuk segala hal mengenai agama atau hanya sekedar masuk akal dan bisa diterima?

kalau bicara mengenai bukti tentu sulit, karena pribadi masing-masing yang bisa membuktikan, orang lain bahkan Sang Buddha sekalipun tidak bisa menjelaskan semua hal disertai bukti, biasanya bila Beliau tidak bisa membuktikan  Beliau hanya menjelaskan sepanjang hal itu masuk akal.


Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Deva19

 [at]  febian

sebagaimana telah sering saya nyatakan bahwa bentuk kebenaran itu ada tiga macam, yakni kebenaran ilmiah, kebenaran logika, dan kebenaran batiniah (dhamma).

saya memang menyamakan antara Allah dengan nibbana.

setelah saya menyatakan kesamaan tersebut, apakah anda akan langsung menyanggah ataukah anda akan melakukan penyelidikan, mengapa saya menganggap sama?

mohon maaf, saya hanya ingin menyampaikan apa yang ada dalam pikiran saya. bahwa kawan-kawan di sini umumnya cepat berekasi  untuk menyanggah atau menentang pernyataan-pernyataan yang dianggap tidak sefaham dengan mereka, serta "menomor duakan" penyelidikan. apakah sikap seperti itu merupakan sikap yang bijaksana menurut anda?

ini adalah pernyataan saya. dan siapa yang tahu makna suatu pernyataan selain dari orang yang menyatakannya? lalu kenapa orang enggan untuk menyelidiki, apa maksud seseorang menyatakan begini dan begitu? kenapa mereka lebih bersemangat untuk cepat-cepat membantah segala sesuatunya?

Deva19

Quote from: ryu on 18 December 2009, 07:11:52 AM
"Karena itu, warga suku Kalama, itulah yang Kumaksud dengan mengatakan, 'Janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu; atau oleh karena sesuatu yang merupakan tradisi; atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang dikatakan di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang katanya sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya merupakan hasil dari suatu penelitian; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang terlihat cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.'
Tetapi, warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, 'Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana; hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan,' maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut."

Quote
jangan percaya begitu saja dengan apa yang katanya sesuai dengan Taka (logika/konklusi/kesimpulan)

mari kita bahas makna pernyataan tersebut.

pertama, perhatikan perbedaan 2 kalimat ini :

1. jangan percaya begitu saja dengan apa yang katanya sesuai dengan logika
2. jangan percaya dengan apa yang katanya sesuai dengan logika

coba renungkan, cermati dan fahami perbedaan makna kedua kalimat tersebut!

saya ingin tanya, sebenarnya bagaimana pernyataan sang budha tersebut,"jangan percaya begitu saja" atau "tidak harus percaya" ?


Deva19

Quote from: chingik on 18 December 2009, 05:58:04 PM
Quote from: Jerry on 18 December 2009, 01:49:16 AM
Wah saran dr Bro 3rebu emang mantap :jempol:

[at] Deva19
Boleh juga ide Bro 3rebu dipertimbangin. Jadi mencari harmonisasi pemahaman antara ajaran Buddha dengan logika. ;)

Saya tidak mengerti ilmu logika, dan mungkin slama ini logika yg saya pakai adalah logika dengkul (ikut2an bro Indra..hehe).
Tapi sbg informasi, dalam tradisi Mahayana aliran Yogachara/Vijnanavada cukup menekankan ilmu logika yg sudah dikenal sejak dulu di India yg disebut Hetuvidya. Ketika Master Xuanzhuang belajar agama Buddha di Universitas Nalanda, salah satu kurikulum yg harus dikuasai adalah  ilmu logika (Hetuvidya).  Yogacharabhumi sastra menyebutkan seorang Bodhisatva yg ingin mencapai pencerahan dan meraih kebijaksanaan harus menguasai 5 jenis ilmu yg salah satunya adalah ilmu Logika.
Sayang , Hetudya yang dibawakan Xuanzhuang ini termasuk bacaan yg berat buat saya. Ternyata saya masih pake logika dengkul. hehe...

Quote
meraih kebijaksanaan harus melalui 5 jenis ilmu yg salah satunya adalah ilmu Logika

jika "harus", maka apakah seseorang tidak akan dapat mencapai kebijaksanaan bila tidak menguasai ilmu logika?

Deva19

Quote from: johan3000 on 18 December 2009, 07:55:14 PM
Logikanya kalau mau,... mau.... mau...

nyari guru yg pintar, sesuai bidangnya (guru jago meditasi)..

dan jadi muridnya... trus latihan......... PRAKTEK LAHHH  8) 8)

kalau berdebat, posting sampai banyak2... menurut gw kurang efektip dehhh.... soalnya gw gak pernah lihat orang belajar karate dari posting ehhh, begitu juga belajar renang... gak bisa dari posting ehhh

bukankah segala sesuatu diawali dengan pikiran?

debat dan diskusi seringkali tidak berujung. semoga kita menemukan suatu cara, bagaimana agar suatu diskusi berakhir dengan titik temu yang menyenangkan dan bermanfaat. apakah anda belum pernah memikirkan suatu metoda, bagaimana agar suatu diskusi lebih efektif, bermanfaat dan mencapai suatu titik temu?

dipasena

Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:02:11 AM
sebagaimana telah sering saya nyatakan bahwa bentuk kebenaran itu ada tiga macam, yakni kebenaran ilmiah, kebenaran logika, dan kebenaran batiniah (dhamma).

bentuk "kebenaran" seperti itu adalah "kebenaran" menurut anda ataukah kebenaran mengenai "kebenaran" itu sendiri ?
klo kebenaran bagi saya bentuk nya cuma ada 1 yaitu "kebenaran", "kebenaran" kadang bs menjadi tidak benar kebenarannya karena disimpulkan pribadi oleh orang yang tidak bijaksana atau oleh orang yg belum memahami tapi merasa telah memahami... orang seperti ini membaca dikit tapi merasa mengetahui banyak, dunia bagi nya hanya sebesar daun kelor...


Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:02:11 AM
saya memang menyamakan antara Allah dengan nibbana.

setelah saya menyatakan kesamaan tersebut, apakah anda akan langsung menyanggah ataukah anda akan melakukan penyelidikan, mengapa saya menganggap sama?

saya sudah pernah melakukan penyelidikan, nibbana yang berarti telah terbebas dari belenggu bathin/kekotoran bathin disamakan dengan mahluk yang katanya sempurna tp masih terbelenggu bathin nya, ketika ia senang maka tertawa lah dunia dan menjadikan dunia seperti surga, ketika ia tidak senang/murka maka menangis lah dunia dan menjadikan dunia seperti neraka... istilah gaul nya masih ada mood-mood-tan...

kesamaannya bro deva liat dari sisi mana ??


Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:02:11 AM
mohon maaf, saya hanya ingin menyampaikan apa yang ada dalam pikiran saya. bahwa kawan-kawan di sini umumnya cepat berekasi  untuk menyanggah atau menentang pernyataan-pernyataan yang dianggap tidak sefaham dengan mereka, serta "menomor duakan" penyelidikan. apakah sikap seperti itu merupakan sikap yang bijaksana menurut anda?

oh ternyata apa yg anda tulis merupakan "kebenaran" yg sebatas pikiran anda... rekan disini cepat bereaksi karena mereka siagap dari pencemaran lingkungan oleh limbah2 yg merugikan, ehm... seberapa jauh anda telah melakukan penyelidikan sementara anda bisa menyarankan/meminta orang lain untuk melakukan penyelidikan ??

bisa di sharing disini ??

Deva19

Quote from: johan3000 on 18 December 2009, 01:20:54 AM
Quotedi sini, saya hanya mencoba menjelaskan bahwa konsep dhamma dapat lebih difahami secara jernih melalui ilmu logika. bila belum ada umat budist yang menyelami ilmu logika, maka saya menawarkan atau mengajak, mari kita mencoba menyelami dhamma dengan ilmu logika, untuk melepaskan kebingungan.

buat aja judul....

1. Mempermudah memahamin ajaran Buddha melalui ilmu logika sederhana.
2. Mempermudah mempraktekan ajaran Buddha melalui ilmu logika dlm kehidupan sehari-hari.

dan gw juga pingin tau seberapa banyak member di forum ini yg merasa belum mengerti ajaran Buddha ? dan berapa member yg ingin mencoba mempelajarin ajaran Buddha dgn methode lain?

gw tunggu deh... ;D ;D

masalahnya, dalam setiap topik dan diskusi saya menggunakan metoda ilmu logika. di thread manapun, dan kapanpun saya membawa-bawa ilmu logika, selalu mempraktikan ilmu logika untuk menyelidiki dan menguji kebenaran dari segala sesuatu. oleh karena itulah saya tidak terdorong untuk membuat thread khusus tentang ilmu logika. thread-thread khusus tentang ilmu logika, telah saya buat di forum saya sendiri.

dipasena

Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:21:13 AM
Quote from: johan3000 on 18 December 2009, 07:55:14 PM
Logikanya kalau mau,... mau.... mau...

nyari guru yg pintar, sesuai bidangnya (guru jago meditasi)..

dan jadi muridnya... trus latihan......... PRAKTEK LAHHH  8) 8)

kalau berdebat, posting sampai banyak2... menurut gw kurang efektip dehhh.... soalnya gw gak pernah lihat orang belajar karate dari posting ehhh, begitu juga belajar renang... gak bisa dari posting ehhh

bukankah segala sesuatu diawali dengan pikiran?

debat dan diskusi seringkali tidak berujung. semoga kita menemukan suatu cara, bagaimana agar suatu diskusi berakhir dengan titik temu yang menyenangkan dan bermanfaat. apakah anda belum pernah memikirkan suatu metoda, bagaimana agar suatu diskusi lebih efektif, bermanfaat dan mencapai suatu titik temu?

untuk mendapatkan titik temu, ya selaraskan pikiran dulu bro... setelah itu praktekan terlebih dulu, proses itu dibutuhkan dalam jangka waktu tertentu (bisa panjang, bisa pendek), tidak ada yg instant...

saya lebih tertarik pernyataan bro johan, teori tanpa praktek adalah omong kosong, praktek tanpa teori dengan kapasitas manusia yg masih bobrok bathinnya bisa menyesatkan...

dipasena

Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:11:13 AM
Quote from: ryu on 18 December 2009, 07:11:52 AM
"Karena itu, warga suku Kalama, itulah yang Kumaksud dengan mengatakan, 'Janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu; atau oleh karena sesuatu yang merupakan tradisi; atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang dikatakan di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang katanya sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya merupakan hasil dari suatu penelitian; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang terlihat cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.'
Tetapi, warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, 'Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana; hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan,' maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut."

Quote

jangan percaya begitu saja dengan apa yang katanya sesuai dengan Taka (logika/konklusi/kesimpulan)

mari kita bahas makna pernyataan tersebut.

pertama, perhatikan perbedaan 2 kalimat ini :

1. jangan percaya begitu saja dengan apa yang katanya sesuai dengan logika
2. jangan percaya dengan apa yang katanya sesuai dengan logika

coba renungkan, cermati dan fahami perbedaan makna kedua kalimat tersebut!

saya ingin tanya, sebenarnya bagaimana pernyataan sang budha tersebut,"jangan percaya begitu saja" atau "tidak harus percaya" ?




kebenaran yg didasarkan pada logika yg tidak terarah menjadi kan seorang arsitek logika mengambil kesimpulan dengan permainan kata-kata yang tidak bermanfaat...

andry

saia fikir dan cermati
bahwa ALLAH berbeda dengan TUHAN  dan berbeda dengan NIBANNA
Samma Vayama

Deva19

Quote from: dhanu
bentuk "kebenaran" seperti itu adalah "kebenaran" menurut anda ataukah kebenaran mengenai "kebenaran" itu sendiri ?

menurut saya, sesuai dengan kebenaran itu sendiri.

Quote
klo kebenaran bagi saya bentuk nya cuma ada 1 yaitu "kebenaran", "kebenaran" kadang bs menjadi tidak benar kebenarannya karena disimpulkan pribadi oleh orang yang tidak bijaksana atau oleh orang yg belum memahami tapi merasa telah memahami... orang seperti ini membaca dikit tapi merasa mengetahui banyak, dunia bagi nya hanya sebesar daun kelor...

"kebenaran itu hanya satu" kenapa bisa demikian?

apakah kebenaran ilmiah dan logika tidak bisa dibedakan menjadi dua bentuk kebenaran yang berbeda? ataukah kebenaran logika itu = kebenaran ilmiah, sehingga logika itu sama dengan ilmiah? jika "ya", maka benarlah bahwa kebenaran itu hanya satu.


Deva19

Quote from: andry on 06 January 2010, 12:33:21 AM
saia fikir dan cermati
bahwa ALLAH berbeda dengan TUHAN  dan berbeda dengan NIBANNA

kenapa?

Deva19

Quote from: dhanu
kebenaran yg didasarkan pada logika yg tidak terarah menjadi kan seorang arsitek logika mengambil kesimpulan dengan permainan kata-kata yang tidak bermanfaat...

logika yang tidak terarah itu contohnya bagaimana?

Deva19

Quote from: dhanu
untuk mendapatkan titik temu, ya selaraskan pikiran dulu bro... setelah itu praktekan terlebih dulu, proses itu dibutuhkan dalam jangka waktu tertentu (bisa panjang, bisa pendek), tidak ada yg instant...

apakah hanya dengan menyelaraskan pikiran, maka akan mendapatkan titik temu?

trus pikirannya diselaraskan dengan siapa?

jika pengertian menyelaraskan pikiran tersebut berarti "mensefahamkan faham kita dengan faham orang lain", maka pastilah akan selalu mencapai titik temu. tapi, apakah mungkin benar cara mencapai titik temu tersebut dengan cara seperti itu? jika bukan itu maksud anda, maka jelaskanlah, apa artinya menyelaraskan pikiran?

dipasena

Quote from: Deva19 on 06 January 2010, 12:35:06 AM
sebagaimana telah sering saya nyatakan bahwa bentuk kebenaran itu ada tiga macam, yakni kebenaran ilmiah, kebenaran logika, dan kebenaran batiniah (dhamma).

Quote from: dhanu
bentuk "kebenaran" seperti itu adalah "kebenaran" menurut anda ataukah kebenaran mengenai "kebenaran" itu sendiri ?

menurut saya, sesuai dengan kebenaran itu sendiri.

jika hal itu sesuai dengan kebenaran itu sendiri, apa tolak ukur kebenaran itu sendiri ? anda menulis hal itu seakan anda telah melihat kebenaran yang sebenarnya...

kebenaran bagi anda bahwa anggota keluarga anda yg wanita dewasa tidak boleh bertelanjang dada didepan umum, tapi kebenaran bagi orang papua bahwa anggota keluarganya yg wanita dewasa boleh bertelanjang dada didepan umum... itu adalah kebenaran logika, tapi bukan kebenaran bathiniah dan ilmiah, karena standarisasi nya berbeda, sehingga selama 3 macam kebenaran itu anda proklamasikan, maka selama itu pula pernyataan anda tidak sesuai dnegan kebenaran itu sendiri...




Quote
klo kebenaran bagi saya bentuk nya cuma ada 1 yaitu "kebenaran", "kebenaran" kadang bs menjadi tidak benar kebenarannya karena disimpulkan pribadi oleh orang yang tidak bijaksana atau oleh orang yg belum memahami tapi merasa telah memahami... orang seperti ini membaca dikit tapi merasa mengetahui banyak, dunia bagi nya hanya sebesar daun kelor...

"kebenaran itu hanya satu" kenapa bisa demikian?

apakah kebenaran ilmiah dan logika tidak bisa dibedakan menjadi dua bentuk kebenaran yang berbeda? ataukah kebenaran logika itu = kebenaran ilmiah, sehingga logika itu sama dengan ilmiah? jika "ya", maka benarlah bahwa kebenaran itu hanya satu.
[/quote]

kebenaran ilmiah adalah kebenaran berdasarkan tingkat/pola pikir ilmiah yang belum tentu benar juga belum tentu salah, kebenaran yg mengambang...

kebenaran logika adalah kebenaran yg didasarkan pada pola pikir pribadi yg bersifat subyektif, dimana setiap pemikiran pribadi pasti akan berbeda antara yg satu dengan yg lain dan belum tentu pasti benar juga belum tentu pasti salah...

itu bukan kebenaran bagi saya, tapi kesimpulan sesaat... matahari terbit di timur dan terbenam di barat, itu adalah kebenaran, tidak ada kebenaran ilmiah juga logika... karena hal itu adalah benar yg tidak mungkin bisa salah...

disitu paham beda nya ??