Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.

Started by johan3000, 21 July 2010, 05:55:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

tesla

Quote from: Pariahina on 28 July 2010, 12:49:16 PM
Jadi sampai sejauh ini gw telah membuktikan bahwa ajaran Guru gw sejalan dengan Tripitaka Mahayana.
Pertanyaan berikutnya yang mungkin timbul (sebenarnya ini kaga ada hubungannya dengan guru gw, melainkan berkaitan dengan isi Sutra2 tersebut): Apakah itu mengajarkan kemelekatan? Masalahnya gini. Ada orang2 tertentu yang lebih mudah ditarik ke jalan praktik Dharma dengan cara seperti itu. Ibaratnya anak kecil yang hanya mau tenang jika dikasih permen. Lagipula dengan praktik penjapaan mantra, ia secara tak langsung telah bermeditasi. Lalu dengan membenarkan perilaku sehari2, ia secara tak langsung melatih sila. Demikian sementara penjelasan owe.

maaf saya tidak setuju dg ini.
kalau ingin narik orang, bisa juga selain dengan materi, bisa dengan kesaktian, wanita, alcohol, dll :)
sederhananya, mahayana yg begini bukanlah sahabat dalam dhamma saya, namun tetap sahabat dalam kehidupan sosial.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

4DMYN

Quote from: tesla on 28 July 2010, 03:14:01 PM
Quote from: Pariahina on 28 July 2010, 12:49:16 PM
Jadi sampai sejauh ini gw telah membuktikan bahwa ajaran Guru gw sejalan dengan Tripitaka Mahayana.
Pertanyaan berikutnya yang mungkin timbul (sebenarnya ini kaga ada hubungannya dengan guru gw, melainkan berkaitan dengan isi Sutra2 tersebut): Apakah itu mengajarkan kemelekatan? Masalahnya gini. Ada orang2 tertentu yang lebih mudah ditarik ke jalan praktik Dharma dengan cara seperti itu. Ibaratnya anak kecil yang hanya mau tenang jika dikasih permen. Lagipula dengan praktik penjapaan mantra, ia secara tak langsung telah bermeditasi. Lalu dengan membenarkan perilaku sehari2, ia secara tak langsung melatih sila. Demikian sementara penjelasan owe.

maaf saya tidak setuju dg ini.
kalau ingin narik orang, bisa juga selain dengan materi, bisa dengan kesaktian, wanita, alcohol, dll :)
sederhananya, mahayana yg begini bukanlah sahabat dalam dhamma saya, namun tetap sahabat dalam kehidupan sosial.
Sedikit berpendapat, kalau wanita dan alkohol itu jelas melanggar sila. sedangkan materi dan kesaktian sama sekali tidak melanggar sila.

tesla

Quote from: 4DMYN on 28 July 2010, 03:28:06 PM
Quote from: tesla on 28 July 2010, 03:14:01 PM
Quote from: Pariahina on 28 July 2010, 12:49:16 PM
Jadi sampai sejauh ini gw telah membuktikan bahwa ajaran Guru gw sejalan dengan Tripitaka Mahayana.
Pertanyaan berikutnya yang mungkin timbul (sebenarnya ini kaga ada hubungannya dengan guru gw, melainkan berkaitan dengan isi Sutra2 tersebut): Apakah itu mengajarkan kemelekatan? Masalahnya gini. Ada orang2 tertentu yang lebih mudah ditarik ke jalan praktik Dharma dengan cara seperti itu. Ibaratnya anak kecil yang hanya mau tenang jika dikasih permen. Lagipula dengan praktik penjapaan mantra, ia secara tak langsung telah bermeditasi. Lalu dengan membenarkan perilaku sehari2, ia secara tak langsung melatih sila. Demikian sementara penjelasan owe.

maaf saya tidak setuju dg ini.
kalau ingin narik orang, bisa juga selain dengan materi, bisa dengan kesaktian, wanita, alcohol, dll :)
sederhananya, mahayana yg begini bukanlah sahabat dalam dhamma saya, namun tetap sahabat dalam kehidupan sosial.
Sedikit berpendapat, kalau wanita dan alkohol itu jelas melanggar sila. sedangkan materi dan kesaktian sama sekali tidak melanggar sila.

utk alkohol mmg melanggar sila, tapi utk wanita belum tentu.
kasih tari bugil aja buat narik orang
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

dilbert

Quote from: 4DMYN on 28 July 2010, 03:28:06 PM
Quote from: tesla on 28 July 2010, 03:14:01 PM
Quote from: Pariahina on 28 July 2010, 12:49:16 PM
Jadi sampai sejauh ini gw telah membuktikan bahwa ajaran Guru gw sejalan dengan Tripitaka Mahayana.
Pertanyaan berikutnya yang mungkin timbul (sebenarnya ini kaga ada hubungannya dengan guru gw, melainkan berkaitan dengan isi Sutra2 tersebut): Apakah itu mengajarkan kemelekatan? Masalahnya gini. Ada orang2 tertentu yang lebih mudah ditarik ke jalan praktik Dharma dengan cara seperti itu. Ibaratnya anak kecil yang hanya mau tenang jika dikasih permen. Lagipula dengan praktik penjapaan mantra, ia secara tak langsung telah bermeditasi. Lalu dengan membenarkan perilaku sehari2, ia secara tak langsung melatih sila. Demikian sementara penjelasan owe.

maaf saya tidak setuju dg ini.
kalau ingin narik orang, bisa juga selain dengan materi, bisa dengan kesaktian, wanita, alcohol, dll :)
sederhananya, mahayana yg begini bukanlah sahabat dalam dhamma saya, namun tetap sahabat dalam kehidupan sosial.
Sedikit berpendapat, kalau wanita dan alkohol itu jelas melanggar sila. sedangkan materi dan kesaktian sama sekali tidak melanggar sila.


yang berhubungan dengan materi = sila... dan ada kaitannya dengan adinadana...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Pariahina

Oke. Gw mau ngasih tanggepan mengenai masalah materi, alkohol, dan wanita. Tapi ini mungkin opini gw doank, yang semoga sekali lagi semoga ga terlalu menyimpang jauh dari pakem.

1.Masalah alkohol
Seperti yang kita ketahui dalam agama Buddha ada ajaran "surayamerayamaja pamadatana veramani sikkhapadang samadiyani." Tentunya ga mungkin bagi kita mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan Dharma demi menarik orang itu masuk ke dalam Dharma. Ajaran ZFZ juga tidak ada hal seperti itu, khususnya yang berkaitan dengan alkohol ataupun mabuk2an.

2.Masalah wanita
Kita ambil contoh tari bugil. Alasannya juga mirip dengan di atas. Agama Buddha sebenarnya bertujuan akhir mentransformasi segenap hasrat, termasuk hasrat seksual. Karenanya, dengan alasan yang mirip dengan poin 1 tidak bijaksana memakai wanita sebagai penarik seseorang belajar Dharma, termasuk dalam kasus tari bugil. Mahaguru dalam bukunya berjudul "Sacred Illumination" bahkan mengajarkan kesucian dalam hal seksual. Ngomong yang berbau porno pun ga dianjurkan, apalagi tari bugil.

tesla

Quote2.Masalah wanita
Kita ambil contoh tari bugil. Alasannya juga mirip dengan di atas. Agama Buddha sebenarnya bertujuan akhir mentransformasi segenap hasrat, termasuk hasrat seksual. Karenanya, dengan alasan yang mirip dengan poin 1 tidak bijaksana memakai wanita sebagai penarik seseorang belajar Dharma, termasuk dalam kasus tari bugil. Mahaguru dalam bukunya berjudul "Sacred Illumination" bahkan mengajarkan kesucian dalam hal seksual. Ngomong yang berbau porno pun ga dianjurkan, apalagi tari bugil.

sex tidak dianjurkan, materi dianjurkan...

ya sudah gpp, memang jalan kita berbeda _/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

K.K.

Quote from: Pariahina on 28 July 2010, 04:21:49 PM
2.Masalah wanita
Kita ambil contoh tari bugil. Alasannya juga mirip dengan di atas. Agama Buddha sebenarnya bertujuan akhir mentransformasi segenap hasrat, termasuk hasrat seksual. Karenanya, dengan alasan yang mirip dengan poin 1 tidak bijaksana memakai wanita sebagai penarik seseorang belajar Dharma, termasuk dalam kasus tari bugil. Mahaguru dalam bukunya berjudul "Sacred Illumination" bahkan mengajarkan kesucian dalam hal seksual. Ngomong yang berbau porno pun ga dianjurkan, apalagi tari bugil.

Jika ingin konsisten pada lenyapnya hasrat (kalau boleh saya sebut keserakahan), bukankah iming-iming dengan harta/materi juga berlawanan dengan tujuan akhir tersebut?

Pariahina

Kaynin benar. Gw sangat setuju. Memang kalo kebablasan cari materi bisa jauh dari tujuan akhir tersebut. Itu sangat benar. Oleh karena itu, materi bukan tujuan akhir. Ini juga ditekankan dalam ceramah di vihara gw. Tapi bagi orang yang masih kekurangan materi, mau tidak mau demi mengenyangkan perutnya ia boleh saja berorientasi pada materi. Dengan catatan orang yang gw maksud di sini adalah upasaka dan upasika alias non Bhiksu ataupun Bhiksuni.
Sebagai ilustrasi ada temen gw yang penghasilan pas-pasan. Dia punya isteri dan dua orang anak buat dihidupi. Bagi gw tidak ada masalah kalau dia mau memanfaatkan sadhana Paustika yang ada di dalam Tantrayana. Umpamanya dengan bersadhana Jambhala.
Namun bagi gw yang secara materi berkecukupan (dalam artian tidak berkekurangan, walaupun tidak kaya), gw lebih memanfaatkan sadhana Tantra untuk pelatihan diri. Secara fakta tidak sedikit para penganut aliran gw yang tidak materialistis (mementingkan uang) dan lebih mementingkan pelatihan diri. Sebaliknya gw kira dalam aliran lain yang non Tantra (dalam artian tidak ada sadhana semacam itu) belum tentu hidupnya tidak materialistis.
Jadi semuanya berpulang ke pribadi masing-masing. Bagaimana kita memanfaatkan sadhana2 tersebut. Di dalam teks2 Tantra juga disebutkan bahwa masih ada kekayaan yang akan diperoleh dari menekuni sedhana tersebut, yakni kekayaan spiritual.
Sebagai tambahan, meskipun di dalam Tantra ada sadhana Abhicaruka  pada kenyataannya gw belum pernah denger ada penganut Tantra yang jadi pembunuh karena sadhana tersebut.

Pariahina

Ini opini pribadi, yang mungkin saja salah mungkin saja benar. Kita kembali pada ilustrasi temen gw itu. Karena dia punya keluarga buat dihidupi, sebagai temannya gw justru akan menganjurkan dia supaya lebih mementingkan materi. Tentu saja dengan tidak melupakan pelatihan diri. Apabila dia lebih mementingkan pelatihan diri ketimbang mencari uang, anak dan isterinya mau dikasih makan apa? Jadi di sini kita perlu melihat per kasus.
Tapi bagi orang yang hidupnya sudah berkecukupan, telah tiba saatnya dia mengalihkan diri pada pelatihan diri. Hidup ini singkat. Mau berapa lama lagi kita hidup? Sedangkan kapan kita mati pun ga ada yang tahu. Mencari materi terus kapan mau kenyang? Bahkan kalau seandainya ada teman yang anak isteri sudah berkecukupan, gw menyarankan alangkah baiknya kalau dia bisa zhujia (menjadi Bhikshu/ni) atau paling tidak bisa mendukung perkembangan Buddhadharma.
Materi hendaknya justru menjadi pendukung seseorang dalam berpraktik Dharma. Kalau dia belum bisa melatih meditasi, alangkah baiknya dia berlatih dana paramita. Barulah dengan demikian hidup menjadi bermakna.
Orang yang terus menerus mengumpulkan materi banyak yang hidupnya menjadi tak berkna.  Oleh karena itu, semuanya hendaknya seimbang.

bond

Materi layak dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, kalau bisa mendapat berlebih atau mencari lebih itu lebih baik selama tidak melanggar sila. Bagi saya bila dianjurkan akan sangat baik apalagi kepada umat awam. Jika tidak , sebaiknya beramai-ramai disini sekiranya tidak perlu kerja dan menjadi biarawan he..he(tapi apakah mungkin).   Pilihan terbaik kaya materi dan juga kaya spiritual bila itu sebagai umat awam. Kalau tidak bisa , ya disyukuri saja itulah karmamu tapi jangan putus asa, terus ikuti program Mario Teguh the golden ways  ;D
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Pariahina

Ya kamu benar sekali Bond. Berapa banyak umat Buddha yang hidupnya masih susah? Kalau kita bandingkan dengan umat agama lain, kita ini masih banyak yang kalah secara ekonomi. Materi meski bukan tujuan akhir pada kenyataannya sangat penting bagi perkembangan suatu agama. Marilah kita renungkan, membangun universitas Buddhis butuh dana berapa? Membangun rumah sakit Buddhis butuh dana berapa? Membangun vihara butuh dana berapa? Membangun pemancar TV/ radio Buddhis butuh dana berapa? Semuanya kaga murah Kang Bond. Belum lagi mencetak buku2 pelajaran agama Buddha.
Makanya mau tidak mau umat Buddha harus makmur. Ini pemikiran saya. Kalau umat Buddha kaga makmur, kita juga ga akan maju2. Oleh karena itu, sangat penting sekali dipikirkan mengenai Ekonomi Buddhis. Ini jauh lebih penting ketimbang debat sektarian yang tanpa ujung pangkal. Coba renungkan, kalau sekte A + B + C bisa bersama-sama membangun perekonomian Buddhis, siapakah yang diuntungkan? Marilah kita renungkan bersama. Apakah perlu kita bentuk SDB (Serikat Dagang Buddhis)? Apakah perlu kita bentuk SPBI (Serikat Pengusaha Buddhis Indonesia)?

Forte

bro paria.. kalau gak salah ada koq kumpulan pengusaha buddhist.. mereka juga bekerja sama dengan siddhi, untuk membuka lowongan kerja yang diutamakan buddhist..

Pariahina

Quote from: Forte on 28 July 2010, 07:47:24 PM
bro paria.. kalau gak salah ada koq kumpulan pengusaha buddhist.. mereka juga bekerja sama dengan siddhi, untuk membuka lowongan kerja yang diutamakan buddhist..

Abang Forte untuk masalah ekonomi Buddhis diskusinya saya alihkan ke "Menggalang Ekonomi Buddhis" di bagian "Diskusi Umum." Mungkin bisa ada ide atau sumbang saran. Oya Siddhi saya tahu. Saya beberapa kali hadir di sana.

Vidyadhara

Quote from: dilbert on 28 July 2010, 03:01:57 PM
Quote from: Pariahina on 28 July 2010, 02:49:50 PM
Baik.. Mengikuti saran Sdr. Wizardlaxy. Saya akan menanggapi Kang Dilbert. Tapi ini sudah diulas oleh Shixiong Vidyadhara dengan amat sangat baik. Silakan merefer pada:

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17326.720.html

Agar penjelasannya tidak dobel2.

Quote from: Vidyadhara on 27 July 2010, 11:54:03 PM
Tidak bisa ada 2 orang Samyaksambuddha Nirmanakaya Agung (supreme nirmanakaya) dalam satu masa dispensasi Dharma, dalam 1 sistem tata dunia.
Yang lainnya adalah Nirmanakaya Inkarnasi (Incanated Nirmanakaya) dan Nirmanakaya Inkarnasi (Incanated Nirmanakaya) tidak menampilkan kuasa penuh seperti Nirmanakaya Agung (Supreme Nirmanakaya)


Quote from: Vidyadhara on 27 July 2010, 11:54:03 PM
Nirmanakaya Agung berikutnya adalah Samyaksambuddha Maitreya. TIDAK ADA Nirmanakaya Agung lain selama masa di antara Buddha Sakyamuni dan Buddha Maitreya.

"Luar Biasa, sungguh menakjubkan, Nirmanakaya Agung (supreme Nirmanakaya) Guru Rinpoche!"
(Cahaya Kebijaksanaan Oleh Padmasambhava)

Pengecualian adalah bagi Guru Padmasambhava. Beliau muncul dalam masa Buddha Sasana ini dan dianggap sebagai Nirmanakaya Agung. Tapi hal ini tidaklah menjadi masalah. Kenapa?

Karena Padmasambhava adalah emanasi Buddha Sakyamuni sendiri. Dengan kata lain Padmasambhava dan Buddha Sakyamuni itu satu hakekat adanya.

Sang Buddha Sakyamuni berkata dalam Sutra Ramalan Magadha:

"Saya akan wafat untuk mengikis pandangan kekekalan.
Namun setelah dua belas tahun dari sekarang,
untuk mengenyahkan pandangan kemusnahan mutlak,
Saya akan muncul dari sekuntum teratai di danau suci Khosa
Sebagai seorang putra agung menggembirakan sang raja
Dan memutar Roda Dharma makna inti yang tak tertandingi."

12 tahun berarti 12 abad, dan benar, 12 abad setelah Sang Buddha Parinirvana, Guru Padmasambhava lahir. Buddha Sakyamuni muncul sebagai Guru Padmasambhava di Danau Khosa.

Oleh karena itu Guru Padmasambhava tak lain adalah Buddha Sakyamuni sendiri. Maka dari itu umat Vajrayana Tibetan seringkali mengatakan bahwa Guru Padmasambhava adalah "Buddha-nya Vajrayanis".

"Dijelaskan secara rinci, Mahabodhi atau Nirmanakaya Agung adalah, sebagai contohnya, yaitu guru kita, Buddha Bhagavan, yang menunjukkan 12 tindakan."
Nirmanakaya buatan (crafted nirmanakaya) adalah makhluk yang secara ajaib muncul dalam berbagai macam wujud fisik manusia untuk membimbing mereka yang butuh dibimbing........ Sebagai contoh, seorang Nirmanakaya buatan secara ajaib muncul sebagai manusia yang pergi untuk mengambil vina dari gandharva dengan tujuan untuk mengubah keyakinan Gandharva Sungguh Bahagia."
Itu dijelaskan dalam istilah pikiran yang memunculkan perwujudan sihir, sebagai contoh hanya muncul dalam wujud pengrajin menurut persepsi mereka yang butuh untuk dibimbing. Beberapa orang mengatakan bahwa representasi wujud tubuh Buddha seharusnya dimasukkan ke dalam kategori Nirmanakaya Buatan (crafted nirmanakaya), tetapi mereka masuk dalam kategori Nirmanakaya Beraneka Ragam (variegate nirmanakaya).
Nirmanakaya inkarnasi (incarnated nirmanakaya) menunjukkan tindakan untuk lahir kembali di berbagai tempat, termasuk sebagai Indra, rusa ruru atau dengan jalan lainnya, dengan tujuan untuk membimbing makhluk hidup. Dengan jalan ini, [maka] ada tiga tipe dari Nirmanakaya.
Kemudian, ada lagi Nirmanakaya Beraneka Ragam (variegated nirmanakaya), yang metode kemunculannya dalam berbagai bentuk yang dapat menghubungkan para makhluk hidup dengan manfaat dan kebahagiaan, termasuk pil shariram, bunga teratai, permata, makanan, kain, kereta dan lainnya."
(Gerbang menuju Pengetahuan, Jamgon Mipham)

jika PADMASAMBHAVA = emanasi dari BUDDHA GAUTAMA.... Lantas apakah bisa dianalogikan MASTER LU = emanasi dari BUDDHA GAUTAMA (karena juga bergelar Annutara Samyaksambuddha) ?

Di sini saya tidak mengatakan Grand Master Lu sebagai emanasi daru Guru Padmasambhava. MAksud penjelasan saya di sini adalah setiap Guru Tantra yang mencapai Tingkatan Anuttra Samyaksambodhi dan menjadi Nirmanakaya, tetap bukan merupakan Nirmanakaya Agung seperti Buddha Sakyamuni atau pun Guru Padmasambhava, melainkan Nirmanakaya Inkarnasi karena dalam 1 masa dispensasi Dharma tidak bisa ada 2 Samyak Sambudha Nirmanakaya Agung yang berbeda. Tanda Ke Buddha an yang ada pada Nirmanakaya Inkarnasi juga hanyalah sebagian dari 32 tanda besar dan 80 tanda kecil dari Nirmanakaya Agung dan kuasa yang ditampilkan juga bukanlah kuasa penuh seperti Nirmanakaya Agung