Manusia atau Tuhan?

Started by g.citra, 11 December 2008, 12:49:53 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

wahyu hidayah

Quote from: g.citra on 16 December 2008, 07:09:49 PM
Quotekalau dalam agama kr****n&islam,Tuhan adalah Zat yang gaib{yang hanya bisa kita rasakan kehadirannya ketika kita pasrah atas ketidaberdayaan kita pada sesuatu Zat yang seba Maha atas segalanya dialam ini}.Kata Tuhan diciptakan oleh Tuhan sendiri pada Nabi Adam As{manusia pertama yg dijadikan Tuhan}.agama kr****n & islam sepaham soal itu - nabi2 berikutnya kecuali Nabi terakhir Nabi Muhammad SAW,agama kr****n tidak mengakuinya.Itu sedikit masukan & pandangan kami{saya} yg beragama diluar agama Budha.

[at] Bro Wahyu...

Oke... trims atas masukkannya...
Setelah membaca tulisan anda diatas, ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan:

1. 'Zat yang gaib'...  apakah 'zat' yang anda maksud ini benda? saya bertanya begini karena:

QuoteSosok Tuhan di Buddhisme bukanlah sosok pribadi yang diyakini oleh kebanyakan orang awam.

    Jadi jelas pula kalau sosok Tuhan di Buddhisme bukan pula sebuah benda bukan... :)

2. yang hanya bisa kita rasakan kehadirannya ketika kita pasrah atas ketidaberdayaan kita pada sesuatu Zat
    yang seba Maha atas segalanya dialam ini...
    Mengapa bisa begitu? Bagaimana dengan sebaliknya...?

3. Kata Tuhan diciptakan oleh Tuhan sendiri pada Nabi Adam As{manusia pertama yg dijadikan Tuhan}
    Berarti Tuhan merupakan zat gaib yang hidup bukan?
    Kalau saja benar maka dalam kata lain Tuhan adalah sebuah pribadi walaupun dikatakan gaib...

Karena adanya anggapan inilah makanya dalam buddhis tidak menganggap Tuhan sebagai sebuah pribadi, karena didalam Buddhis segala sesuatu (pribadi ataupun lainnya) tidak kekal adanya (anicca), ketidakkekalan mengakibatkan dukkha (dukkha) dan tidak ada inti yang kekal (annata)...

Mungkin inilah pendapat saya sebagai seorang Buddhis...
Saya berharap, walaupun ada perbedaan pandangan dari anda mengenai tulisan yang telah saya tulis, toh kita semua bisa memecahkannya dengan "kepala dingin"... :)

Walau bagaimanapun tak ada seorang pun yang sempurna...

salam kenal,
Namo Buddhaya...  _/\_ ...


*1. Zat qaib! Zat? itu bahasa umum dlm islam,tapi secara pribadi saya artikan secara fleksibel yaitu Zat/sesuatu yang qaib/tidak nampak[tapi bukan itu yg namanya syetan,iblis,jin,dll.] &yang pasti bukan suatu benda yg biasa/yg dikeramatkan.
*2.itu bahasa saya pribadi gunakan karena saya diskusi diforum Buddhis[biar cepet nyambung/ngerti maksudnya],tapi ku sesama muslim gak harus seoerti itu baru bisa merasakan kehadiran Tuhan.eeh sbg contoh, Saya/seseorang/kamu/kita semua mengalami suatu kejadian diluar batas kemampuan&akal kita,tiada tmpt lain yg bisa menolong,siapa yg akan kita ingat/sebut pd saat itu[klu saya pasti Tuhan saya,& misalkan anda menyebut Sang Buddha,apa bukan berarti anda sudah menuhankan Sang Buddha itu sendiri.
*3. YA,Tuhan adalah Zat/sesuatu yang qaib yang hidup & kekal.
     mengenai kekekalan Tuhan,kami hanya percaya Tuhan kekal & rasanya saya tidak pernah mendengar ada seseorang muslim membahas ttng kekekalan Tuhan,yg kami tahu hanya Tuhan itu Maha Hidup&Kekal.
PASTI, saya sangat terbuka pada kebebasan beragama & argumen2 ttng Tuhan mnrut agama & keyakinan kita masing2.Makanya jangan takut bertanya/diskusi klu itu menambah pengetahuan kita,asal jangan saling menyalahkan saja.klu ada persamaan persepsi, mari kita keluarkan,&klu ada perbedaan persepsi,cukup kita sekedar tahu saja&kita simpan sbg master dalam kita menanam kebajikan dibumi ini.

Reenzia

#166
 [at] wahyu

untuk point no 2, yg menyebut Buddha, apalagi dengan harapan ia bakal diselamatkan, itu artinya org tersebut belum mengerti dhamma[ajaran Sang Buddha], SB adalah manusia yg telah mencapai pencerahan, bukannya Tuhan yg secara gaib bisa menyelamatkan, SB hanya mengajarkan kepada umat Buddhist[org yg menggunakan dhamma dari SB sebagai pedoman] cara untuk mencapai nibbana

simpelnya gini deh, umat Buddhist punya seorang yg dianggap sebagai guru yaitu SB.
sebagai guru, dia mengajarkan bagaimana caranya mencapai penerangan sempurna
jadi SB tak bisa secara gaib menyelamatkan umat Buddhist

sebagai murid, kita mau ikuti ajarannya ataupun tidak itu adalah kehendak masing-masing
tak ada konsekuensi bila tak mau mempercayainya, justru umat buddhist ditekankan untuk tidak langsung percaya
anda harus paham terlebih dahulu

sampai sekarang pun saia sendiri belum bisa membuktikan apakah yg dikatakan SB adalah benar semua
untuk itu makanya kita melakukan ehipassiko/pembuktian, jadi buddha tidak tepat disebut dengan kepercayaan [blind faith]

Reenzia

#167
Quote from: wahyu hidayah on 17 December 2008, 09:43:09 PM
Quote from: hatRed on 16 December 2008, 02:07:51 PM
[at] wahyu

sepengetahuan saya tidak ada yang dipercaya dan disembah dalam Buddhism
eeh sbgai contoh,umat muslim sholat 5 waktu kemasjid,musholah/dirumah karena perintahNYA agar kami bisa memanjatkan do'a,mohon ampun atas dosa2,tuk mengingatkan diri sendiri bhwa ada Tuhan yang serba Maha atas semua alam semesta&isinya, & Umat kr****n sembahyang kegereja menyembah Tuhan Yesus.Kami sholat/sembahyang,berbuat amal baik,kami yakin akan diberi balasan kebaikkan yang lebih pada kami baik masih hidup/sesudah mati,begitupun sebaliknya[Tuhan membalas perbuatan kami melalui perantara orang lain,hewan,alam dll].NAH kalau kalian[umat Buddha] berbuat baik/jahat,siapa yang menilai&memberi balasannya?.Para Bhiksu/Bhikkuni yang di kuil bermeditasi tuk apa/mencari siapa?,sang Buddha itu sendiri siapa yang slalu disebut2 umat Buddha? 

tak ada orang atau mahluk yg memberi balasan, yg ada adalah karma
yaitu hukum sebab akibat

ilustrasinya seperti ini:
anda menyulutkan api ke selembar kain
dan kain akan terbakar

seperti itulah karma bekerja
ada sebab maka akan timbul akibat
dan akan saling mempengaruhi dan bergantungan [bukannya bergantungan seperti di pohon ya :))]

meditasi tidak mencari siapa-siapa, karena dalam buddhist tak ada Tuhan secara personal
[yg memberi, menghukum, mencipta dll]
meditasi adalah melatih konsentrasi, fokus dan pemahaman [para tetua tolong tambahkan bila dirasa kurang tepat]

soal SB uda saia jelaskan diatas

_/\_ semoga bisa dimengerti

g.citra

[at] wahyu...

QuotePASTI, saya sangat terbuka pada kebebasan beragama & argumen2 ttng Tuhan mnrut agama & keyakinan kita masing2.Makanya jangan takut bertanya/diskusi klu itu menambah pengetahuan kita,asal jangan saling menyalahkan saja.klu ada persamaan persepsi, mari kita keluarkan,&klu ada perbedaan persepsi,cukup kita sekedar tahu saja&kita simpan sbg master dalam kita menanam kebajikan dibumi ini.

Trims atas rujukan yang telah anda sepakati...

Quote*1. Zat qaib! Zat? itu bahasa umum dlm islam,tapi secara pribadi saya artikan secara fleksibel yaitu Zat/sesuatu yang qaib/tidak nampak[tapi bukan itu yg namanya syetan,iblis,jin,dll.] &yang pasti bukan suatu benda yg biasa/yg dikeramatkan.

saya mengerti anda... bukan suatu benda biasa... tentunya benda istimewa kan? ... yang menjadi maksud saya adalah penekanannya pada benda walaupun zat itu bukan suatu benda biasa... ini penting untuk kita sepakati dulu karena boleh dibilang ini dasar untuk pembicaraan kita nanti dalam membahas perbedaan konsep Tuhan yang ada dalam Buddhis dengan Islam... Jadi saya bertanya lagi... apakah zat yang anda maksud adalah bukan suatu benda biasa (benda istimewa)...? :)

Quote*2.itu bahasa saya pribadi gunakan karena saya diskusi diforum Buddhis[biar cepet nyambung/ngerti maksudnya],tapi ku sesama muslim gak harus seoerti itu baru bisa merasakan kehadiran Tuhan.eeh sbg contoh, Saya/seseorang/kamu/kita semua mengalami suatu kejadian diluar batas kemampuan&akal kita,tiada tmpt lain yg bisa menolong,siapa yg akan kita ingat/sebut pd saat itu[klu saya pasti Tuhan saya,& misalkan anda menyebut Sang Buddha,apa bukan berarti anda sudah menuhankan Sang Buddha itu sendiri.

saya mengerti anda... seperti dalam muslim kadang kala menyebutkan "masya allah" gitu kan maksudnya? :)
agar saya tak salah persepsi nantinya malah jadi gak nyambung boleh kan saya bertanya apa arti dari:

wassalam mu allaikum,
wa alaikum salam,
masya allah,
inalillahi wa inailahi rojiun...? :)

Quote*3. YA,Tuhan adalah Zat/sesuatu yang qaib yang hidup & kekal.

ini kita bahas setelah point pertama telah kita sepakati ... oke... :)



wahyu hidayah

Quote from: Reenzia on 17 December 2008, 11:37:32 PM
Quote from: wahyu hidayah on 17 December 2008, 09:43:09 PM
Quote from: hatRed on 16 December 2008, 02:07:51 PM
[at] wahyu

sepengetahuan saya tidak ada yang dipercaya dan disembah dalam Buddhism
eeh sbgai contoh,umat muslim sholat 5 waktu kemasjid,musholah/dirumah karena perintahNYA agar kami bisa memanjatkan do'a,mohon ampun atas dosa2,tuk mengingatkan diri sendiri bhwa ada Tuhan yang serba Maha atas semua alam semesta&isinya, & Umat kr****n sembahyang kegereja menyembah Tuhan Yesus.Kami sholat/sembahyang,berbuat amal baik,kami yakin akan diberi balasan kebaikkan yang lebih pada kami baik masih hidup/sesudah mati,begitupun sebaliknya[Tuhan membalas perbuatan kami melalui perantara orang lain,hewan,alam dll].NAH kalau kalian[umat Buddha] berbuat baik/jahat,siapa yang menilai&memberi balasannya?.Para Bhiksu/Bhikkuni yang di kuil bermeditasi tuk apa/mencari siapa?,sang Buddha itu sendiri siapa yang slalu disebut2 umat Buddha? 

[qoute]tak ada orang atau mahluk yg memberi balasan, yg ada adalah karma
yaitu hukum sebab akibat

ilustrasinya seperti ini:
anda menyulutkan api ke selembar kain
dan kain akan terbakar

seperti itulah karma bekerja
ada sebab maka akan timbul akibat
dan akan saling mempengaruhi dan bergantungan [bukannya bergantungan seperti di pohon ya :))][/qoute]dalam islam juga mengenal hukum sebab akibat,kami percaya perbuatan apapun, kami akan menerima balasannya[baik/jahat].klu dgn bahasa karma=balasan sepertinya sama,tapi klu umat islam lebih suka menyebutnya balasan drpada karma,kayaknya gak beda2 amat,hanya sbg info.

meditasi tidak mencari siapa-siapa, karena dalam buddhist tak ada Tuhan secara personal
[yg memberi, menghukum, mencipta dll]
meditasi adalah melatih konsentrasi, fokus dan pemahaman [para tetua tolong tambahkan bila dirasa kurang tepat]

soal SB uda saia jelaskan diatas

_/\_ semoga bisa dimengerti

hendrako

Quote from: sukma on 17 December 2008, 09:17:10 PM
Quote from: hendrako on 17 December 2008, 09:10:50 PM
Quote from: sukma on 16 December 2008, 05:20:47 PM
Citra, Upasaka, disini saya coba menurunkan tulisan dari T.Aquinas agar kita bisa melihat dengan dasar apakah manusia bisa berbicara tentang Tuhan atau tuhan ciptaan si manusia tersebut,

Anda mempelajari tulisan beliau rupanya...., pernah membaca apa yang diucapkan beliau menjelang detik2 kepergiannya menghadap tuhan? :-?

sedari SMP saya rajin membaca buku tanpa melihat pengarangnya dari agama apa.? lima Agama telah saya tekuni prinsip Iman nya...Mendiang Bhiksu yang tersohor sebagai tonggak Agama Buddhis di Indonesia sering diskusi dengan saya, tapi saya bukan aliran Matreya

Wah.., bagus sekali anda telah "mencari" sejak usia yang sangat belia, semoga anda menemukan Kebenaran sejati.

Berdasarkan hanya dari ingatan saya, saya pernah membaca kata2 terakhir santo Thomas Aquinas menjelang detik2 kematian beliau, saya lupa judul bukunya apa, karena sudah lama sekali ...........

Beliau berkata kurang lebih begini," Buang semua buku2 itu (yang dimaksud adalah tulisan beliau sendiri) semuanya tidak berguna, sekarang saya telah benar2 melihat-nya."

Perkataan beliau ini merupakan salah satu faktor yang mendorong saya untuk mencari "tuhan" diluar lingkup alkitab. Seorang tokoh yang begitu disegani, yang menelurkan sangat banyak tulisan yang dinilai sangat berharga (yang bahkan tetap digunakan hingga saat ini sebagai salah satu acuan) sebelum akhir hidupnya menyangkali apa yang ditulisnya sendiri. Sayang sekali, beliau tidak sempat membagikan apa yang beliau maksud dengan melihat-nya............

Berbeda dengan Sang Buddha, pada detik2 kemangkatan (parinibbana), beliau tidak pernah menunjukkan keraguan atas ajaran beliau sendiri, tidak ada pernyataan yang dikoreksi karena ada perubahan pandangan selama 45 tahun mengajar, bahkan beliau menanyakan kepada siswanya tentang apa saja yang perlu dipertanyakan kembali, karena beliau telah memberikan ajaran sepenuhnya tentang kebenaran dan cara mewujudkannya yang ditemukan sendiri lewat usaha beliau. Untuk lengkapnya bisa dibaca pada link di bawah ini:
Mahaparinibbana Sutta
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=175
yaa... gitu deh

Reenzia

Quotedalam islam juga mengenal hukum sebab akibat,kami percaya perbuatan apapun, kami akan menerima balasannya[baik/jahat].klu dgn bahasa karma=balasan sepertinya sama,tapi klu umat islam lebih suka menyebutnya balasan drpada karma,kayaknya gak beda2 amat,hanya sbg info.

[at] wahyu

nah jadi hasil dari perbuatan adalah dari hukum karma atau diberi balasan oleh Tuhan?

hendrako

Quote from: Reenzia on 18 December 2008, 12:10:59 AM
Quotedalam islam juga mengenal hukum sebab akibat,kami percaya perbuatan apapun, kami akan menerima balasannya[baik/jahat].klu dgn bahasa karma=balasan sepertinya sama,tapi klu umat islam lebih suka menyebutnya balasan drpada karma,kayaknya gak beda2 amat,hanya sbg info.

[at] wahyu

nah jadi hasil dari perbuatan adalah dari hukum karma atau diberi balasan oleh Tuhan?

Perbedaan antara hukum kamma, hukum tabur tuai, dan perbuatan-pahala/hukuman/balasan adalah:
Hukum kamma tidak ada yang menjalankan, hukum kamma bekerja sebagaimana layaknya hukum alam yang lain. Perbuatan akan membawa akibat.

Hukum tabur tuai dan pahala/hukuman (balasan) ada "sesuatu" yang menjalankannya, dimana "sesuatu" tersebut mempunyai kekuasaan yang maha, sehingga akibat dari perbuatan tergantung oleh "sesuatu" tersebut.

Bahkan, dikarenakan tergantung oleh "sesuatu" tersebut, pada salah satu pandangang pada hukum tabur-tuai memandang bahwa perbuatan tidak menyelamatkan, karena keselamatan adalah hak prerogatif "sesuatu" tersebut.
yaa... gitu deh

asiang_karuna

jangan2 manusia itu tuhannya karena mengerti betul sifat dari tuhan itu

Reenzia

Quote from: asiang_karuna on 18 December 2008, 12:49:43 AM
jangan2 manusia itu tuhannya karena mengerti betul sifat dari tuhan itu

manusia mempersepsikan tuhan seperti apa yg diinginkannya

anggara

Reenzia gak adil, tuh si asiang_karuna belum kenalan udah langsung nimbrung tapi gak ditegur.

Reenzia

 [at] anggara

itu artinya saia perhatian sama km :))

[haduh gawat dah, ntar malah si asiang yg protes kenapa cm perhatian sama anggara :))]

wahyu hidayah

Quote from: g.citra on 17 December 2008, 11:53:34 PM
[at] wahyu...

QuotePASTI, saya sangat terbuka pada kebebasan beragama & argumen2 ttng Tuhan mnrut agama & keyakinan kita masing2.Makanya jangan takut bertanya/diskusi klu itu menambah pengetahuan kita,asal jangan saling menyalahkan saja.klu ada persamaan persepsi, mari kita keluarkan,&klu ada perbedaan persepsi,cukup kita sekedar tahu saja&kita simpan sbg master dalam kita menanam kebajikan dibumi ini.

Trims atas rujukan yang telah anda sepakati...

Quote*1. Zat qaib! Zat? itu bahasa umum dlm islam,tapi secara pribadi saya artikan secara fleksibel yaitu Zat/sesuatu yang qaib/tidak nampak[tapi bukan itu yg namanya syetan,iblis,jin,dll.] &yang pasti bukan suatu benda yg biasa/yg dikeramatkan.

[qoute]saya mengerti anda... bukan suatu benda biasa... tentunya benda istimewa kan? ... yang menjadi maksud saya adalah penekanannya pada benda walaupun zat itu bukan suatu benda biasa... ini penting untuk kita sepakati dulu karena boleh dibilang ini dasar untuk pembicaraan kita nanti dalam membahas perbedaan konsep Tuhan yang ada dalam Buddhis dengan Islam... Jadi saya bertanya lagi... apakah zat yang anda maksud adalah bukan suatu benda biasa (benda istimewa)...? :)[/qoute]Tuhan adalah Zat/sesuatu yang qaib,bukan benda biasa/istimewa.Tuhan kami yakini maha segalanya,ada dimana saja &hanya bisa dirasakanoleh orang2 yang memang dgn benar menjalankan perintahNYA dan menjauhi laranganNYA[tapi ga bisa dilihat/diraba/direka2 bentuk Tuhan,dari zaman Nabi adam-Nabi yg terakhir,tidak ada yg bisa melihat Tuhan].dan sepertinya ini suatu kenyakinan yg ga masuk akal bagi kamu/kalian bro2 di DC.

Quote*2.itu bahasa saya pribadi gunakan karena saya diskusi diforum Buddhis[biar cepet nyambung/ngerti maksudnya],tapi ku sesama muslim gak harus seoerti itu baru bisa merasakan kehadiran Tuhan.eeh sbg contoh, Saya/seseorang/kamu/kita semua mengalami suatu kejadian diluar batas kemampuan&akal kita,tiada tmpt lain yg bisa menolong,siapa yg akan kita ingat/sebut pd saat itu[klu saya pasti Tuhan saya,& misalkan anda menyebut Sang Buddha,apa bukan berarti anda sudah menuhankan Sang Buddha itu sendiri.

[qoute]saya mengerti anda... seperti dalam muslim kadang kala menyebutkan "masya allah" gitu kan maksudnya? :)
agar saya tak salah persepsi nantinya malah jadi gak nyambung boleh kan saya bertanya apa arti dari:

wassalam mu allaikum,
wa alaikum salam,
masya allah,
inalillahi wa inailahi rojiun...? :)[/qoute]bukan *1*.wassalammu alaikum,tapi Assalammu 'Alaikum warrohmaatullah hiwabarokatuh=itu do'a bagi orang yg bertamu tuk tuan rumah artinya -+semoga selamat sejahtera bagimu&slalu dlm lindungan Tuhan.*2*.Wa Alaikumsalam W...[SAMA]= itu Do'a tuan rumah bagi tamu yang datang memberi salam,artinya -+semoga selamat dan sejahtera juga bagimu ...[sama akhirnya].*3*.Massya Allah= itu ucapan ketika kami melihat ketakjuban/kengerian/sesuatu yg mustahil terjadi/mendengar suatu kabar yang buruk dll.*4*.Innalillahi Wa Innalillahi Rojiun= itu ucapan kami ketika mendengar kabar ada seorang muslim meninggal dunia/mati[ada sebagian muslim yg menyebutkan itu juga pada orang diluar agama islam] yg meninggal dunia,termasuk saya pribadi. -+ ARTINYA segala sesuatu yang berasal dari ALLAH maka akan kembali pada ALLAH SWT[yg kembali pd Allah adalah Ruh/jiwa/nyawa orang tsb,sedangkan tubuh manusia akan hancur].

Quote*3. YA,Tuhan adalah Zat/sesuatu yang qaib yang hidup & kekal.

ini kita bahas setelah point pertama telah kita sepakati ... oke... :)




Jerry

Quote from: hendrako on 18 December 2008, 12:22:14 AM
....

Bahkan, dikarenakan tergantung oleh "sesuatu" tersebut, pada salah satu pandangang pada hukum tabur-tuai memandang bahwa perbuatan tidak menyelamatkan, karena keselamatan adalah hak prerogatif "sesuatu" tersebut.
Yup, amal kebajikan tidak menyelamatkan, demikianlah yg sering dikumandangkan. hehe.. ;D

Quote from: g.citra on 17 December 2008, 11:53:34 PM
inalillahi wa inailahi rojiun...? :)
segala sesuatu berasal dr-Nya dan akan kembali pada-Nya. itulah arti kata di atas :)

Quote from: sukma on 17 December 2008, 09:02:52 PM

....saya mulai pada diri nya manusia.....kenapa.? karena persoalannya bukan di Tuhan, tapi inti pointnya hanya ada di manusia bila mereka mau membuktikan Tuhan....
Langsung saja, apa tujuan dan manfaat dari membuktikan Tuhan? Saya bahkan tidak peduli dan tidak ingin membuktikan apakah Tuhan itu ada atau sebaliknya membuktikan Tuhan tidak ada.
Cm nganggap selingan tuh, apalagi topik Tuhan selalu hot :P

Quote from: sukma on 17 December 2008, 09:12:00 PM

bisa kah di jelaskan sesuatu yang tak kelihatan harus kita yakini atau percaya, pakai instrumen apa di tubuh manusia untuk bisa benar-benar Yakin = Percaya akan Nibbana.? Bagaimana caranya.? Sedang setiap benda-benda / manusia yang kita lihat kita cintai, ini pun tidak bisa dipercaya. So.. bagaimana saya mau meyakini Nibbana.? :(
Nah!! Dan dikembalikan lg pada anda utk pertanyaan di atas dgn mengganti kata "Nibbana" dgn "Tuhan"
Instrumen utk meyakini Nibbana awalnya adlh:
Mempelajari Buddhism (dlm hal ini Nibbana) melalui instrumen penglihatan dan pendengaran.
Lebih lanjut, mengolah hasil pembelajaran dgn instrumen pemikiran, dan perenungan..
Lebih lanjut lagi, mengembangkan samadhi utk mencapai Nibbana. Inilah proses ehipassiko utk meyakini Nibbana.
Sperti yg dikatakan om Upasaka, Nibbana itu melebihi kata2, Aspek Asankhatam (tak berkondisi itu sudah berarti tak dpt dikondisikan melalui apapun, termasuk kata2).
Jd jgn terjebak dlm kata2 dan upaya menjelaskannya.  (penyakit para filsuf, logik dan intelek sprt sukma. ;D ini pujian loh :) )

Dan di dalam Buddhisme, doktrin utk meyakini Nibbana bersifat lemah dan tidak dipaksakan, berbeda dgn ajaran agama lain yg syarat utk menjadi penganut agama itu adlh HARUS!! mempercayai Tuhan yg Maha ini itu (syarat berlaku mutlak, wajib dan seumur hidup. Melanggar syarat berarti bi'dah)  :-?
Mohon tambahan dan koreksi dari teman2 lainnya (yg sepemikiran :p ^-^)

Jadi Buddhism menekankan utk mengerti dulu baru timbul iman karena telah mengerti. Beda dgn agama lain yg  menekankan iman dl baru mengerti. beriman karena tidak dpt dimengerti? (Credo quia Absurdum)  :whistle:

Quote from: sukma_ayu
Yup...harus saya akui bahwa saya belum  siap, karena selama beberapa tahun ini saya travel dengan mendalami 5 Agama seperti yang saya sebut diatas.
ya.. terlalu lama dan berputar2 jadinya. Pernah denger proverb "Jack of all trades is the king of none?" :)

Quote from: sukma_ayu
He...he...banyak buku sudah saya baca tentang melihat angin, melihat telunjuk orang, bukan melihat bulan yang ditunjuk, dlll
buang buku2 itu [Thomas Aquinas]  :))
jgn cuman berteori doang dan kontemplasi melalui akal. Akal logika itu terbatas. Belajar utk mengembangkan batin (samadhi). Krn ada pengalaman yg tdk dpt terjelaskan kata2.

Quote from: wahyu hidayah on 17 December 2008, 09:43:09 PM
eeh sbgai contoh,umat muslim sholat 5 waktu kemasjid,musholah/dirumah karena perintahNYA agar kami bisa memanjatkan do'a,mohon ampun atas dosa2,tuk mengingatkan diri sendiri bhwa ada Tuhan yang serba Maha atas semua alam semesta&isinya, & Umat kr****n sembahyang kegereja menyembah Tuhan Yesus.Kami sholat/sembahyang,berbuat amal baik,kami yakin akan diberi balasan kebaikkan yang lebih pada kami baik masih hidup/sesudah mati,begitupun sebaliknya[Tuhan membalas perbuatan kami melalui perantara orang lain,hewan,alam dll].NAH kalau kalian[umat Buddha] berbuat baik/jahat,siapa yang menilai&memberi balasannya?.Para Bhiksu/Bhikkuni yang di kuil bermeditasi tuk apa/mencari siapa?,sang Buddha itu sendiri siapa yang slalu disebut2 umat Buddha? 

Bbrp pertanyaan di atas agak OOT.. dibuat topik baru aja mas wahyu.. biar ngga terjadi pembahasan diluar pakem dan ngebingungin :)

Mengenai Tuhan, coba kita merujuk kembali ke Sepuluh Perintah Allah, sbg peraturan dasar, (Kristin&Iselam meyakininya bukan?) setuju? :)
Pd poin pembukaan, dikatakan "Jangan oleh kamu dibuat sesuatu apapun yg menyerupai.."
Do u get the point here? Banyak yg menerjemahkan berhala sebagai patung, tetapi sebenernya melebihi itu. Pemikiran anda, pandangan anda itu sendiri sudah merupakan berhala, terlebih lagi saat kitab2 agama itu menambahkan sosok Tuhan yg berfirman, berkehendak, singgasana-Nya, berkata2 de-el-el.
Tidakkah Anda bisa melihat itu sebuah pemberhalaan? Jd yg Anda sembah itu adlh Tuhan dlm pandangan dan pemikiran Anda sendiri. Saya setuju dgn rekan asiang_karuna.
Maka itulah, Einstein di ceramah "Science & Religion" yg diquote sebelumnya o/ rekan 7Tails mengatakan agama yg melebihi sosok Tuhan Berpribadi adlh "Buddhism".
Krn Einstein sendiri menganggap agama2 Samawi telah memberhalakan Tuhan itu sendiri melalui kitab2 & pandangan mereka. Semakin Anda bs mengetahui, memikirkan dan menjelaskan, semakin jauh Anda dr Tuhan
(FYI, tentang Einstein merujuk ke pembukaan 10 Commandments, silahkan cari Buku "Agama Einstein") :)

Cukup ah.. kepanjangan..  :)) maap teman2  ^:)^

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

wahyu hidayah

Quote from: Reenzia on 18 December 2008, 12:10:59 AM
Quotedalam islam juga mengenal hukum sebab akibat,kami percaya perbuatan apapun, kami akan menerima balasannya[baik/jahat].klu dgn bahasa karma=balasan sepertinya sama,tapi klu umat islam lebih suka menyebutnya balasan drpada karma,kayaknya gak beda2 amat,hanya sbg info.

[at] wahyu

[qoute]nah jadi hasil dari perbuatan adalah dari hukum karma atau diberi balasan oleh Tuhan?
Hasil dari perbuatan itu adalah karma/balasan/tabur-tuai[ditambahi bro hendrako],tapi dikeyakinan kami,karma seseorang Allah yg akan membalasnya dgn adil,menentukan kapan menerimanya,melalui siapa/apa?,& dimana? itu rahasia Tuhan.dan dalam beramal kami diharuskan ikhlas/tulus,baru ada karma yg baik,tapi bila kami beramal,tidak dgn niat yg ikhlas/terpaksa/ada maksud tertentu udang dibalik batu,itu tidak akan mendapat karma yg baik,malah akan sebaliknya karena Tuhan Maha mengetahui setiap pikiran seseorang[dalam persepsi kami].