Manusia atau Tuhan?

Started by g.citra, 11 December 2008, 12:49:53 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

anggara

Quote from: wahyu hidayah on 19 December 2008, 12:47:42 AM
Quote from: ryu on 18 December 2008, 08:45:14 AM
Mbak, wahyu tuh anggota DC yang baru gabung, bukannya nabi juga bukan agama :))
EEH klu gitu salam kenal Sis Ryu dari saya.Yup saya baru gabung di DC. NABI bukan agama,tapi Utusan Tuhan di dunia tuk menyampaikan TTNG kebesaran Tuhan & hukum2NYA pada umat manusia yg mau memPercayaiNYA.BTW yg dimaksud Mbak siapa tu Ryu? & masih tersesat aja dari kemarin!

=)) gak nyambung =))

wahyu hidayah

Quote from: xuvie on 19 December 2008, 12:34:06 AM
[at] wahyu..
jawabnya jgn dlm quote dong.. mana kalo quote tulisan kecil2 gt.. kasian mata nih. masih mao dipake trus rencana didonorin buat org laen kalo dah mati :P
masa donorin mata yg ngga sehat lg? ^-^

ya.. tau koq ayat quran yg berkata "Barangsiapa yg Ku cintai, sesungguhnya Aku berada lebih deket dgnnya dibanding urat nadi lehernya sendiri" kan? Dan juga "Barangsiapa mendekat sejengkal pada-Ku, Aku mendekatinya sehasta.."
Nah.. justru itulah, masih terlalu banyak konsep ttg Tuhan, krn itupula sperti yg wahyu katakan dr berjuta2, hanya sedikit sekali yg merasakan kehadiran-Nya, selebihnya hanya berilusi-ria dgn IMAN-jinasinya.

Tentang kepasrahan dan kebajikan yg dilakukan, jika tdk bergantung pd Tuhan. Maka apa gunanya beriman pd Dia (menjadi umat-Nya)? Justru karena percaya bhw kebajikan/kejahatan yg dilakukan ada balasan dr-Nya, maka umatnya menjadi pasrah dan berusaha menanamkan kebajikan. Gitu kan? Lha.. berarti krn makhluk lain diluar diri dong?
Plus kata2 "POIN PENTING dlm berbuat baik kami ditekankan harus ikhlas karena perintah Tuhan tuk saling menolong.."
Oke saya setuju bahwa sikap yg ditimbulkan adlh positif dan wajib dikembangkan. Tp kata yg di bold itu menekankan lg bhw penggerak itu berasal dr luar diri kan?

Sedangkan point of view pihak 1 lg, yaitu berpandangan bhw:
dilahirkan oleh karma (perbuatan) sendiri, bergantung pd karma sendiri, berhubungan dgn karma sendiri, terlindung oleh karma sendiri, apapun karma yg dilakukan, baik atau buruk, itulah yg akan diwarisi.
Begitulah Hukum Karma bekerja sesuai aksi-reaksi, tanpa perlu ada sosok yg mengatur, atau Hukum Karma itu yg menentukan..
Jadi semua kembali lagi pd diri sendiri, melihat dan mencari ke dalam, alih-alih mencari ke luar.

Semoga sampai di sini bisa dimengerti. :)

mettacittena
_/\_
Sorry2 bro Xuvie!sepertinya anda sedikit2 memahami ttng islam?. bukan berhalusinasi/berimajinasi dng illusinya,tapi tinggal mau/tidak mau umat tsb tuk lebih/mendekat pd Tuhan dgn menjalankan perintahnya 7 menjauhi larangannya dgn sebenar2nya.sebenarnya caranya sangat simpel diucapkan,tapi pd prakteknya sangat susah karena harus benar2 suci luar dalam[NB: UCAPAN&PERBUATAN HARUS SEJALAN/SELARAS DGN KESUCIAN HATI].Tuhan tidak akan mendekat pada orang yg pura2[ucapan&perbuatan katanya mau mendekatkan diri pd Tuhan,padahal hatinya penuh dgn kebencian,kebohongan/kepalsuan],karena Tuhan maha mengetahui pikiran/rasa/niat manusia.

[at] Xuvie
Lha...berarti karenamahluk lain dari luar diri dong?
Oke dari luar[tapi sebenarnya ga gitu & DIA BUKAN MAHLUK TAPI TUHAN dlm bahasa kami].Sbg contoh : Anggota Umat2 yg tergabung dlm YAYASAN BUDDHA TZU ZHI,berbuat kebajikan dll,awalnya dihimbau,dikasih tau bahwa menebar cinta kasih maka akan menuai cinta kasih dan sebaliknya.DAN MASTER CHEN YEN[terus terang saya sangat mengaguminya] HANYA MENGHIMBAU/MENGAJAK,MEMBERI TAHU & MENCONTOHKAN DGN PERBUATAN YG TULUS,pada awalnya mereka ikut berbuat kebajikan karena tergugah hatinya/tahu bahwa ada VIPAKA YG BAIK ATAS KARMA YG BAIK&SEBALIKNYA. Tapi setelah itu apakah setiap mereka berbuat baik statusnya tetap sebagai orang yg dihimbau/diajak dlm berbuat kebajikan?SAYA RASA TIDAK! Karena awalnya memang dihimbau,tapi setelah berlangsung lama & biasa,maka kebajikan mereka atas kesadaran mereka sendiri,bukan dihimbau lagi/mengharap imbalan atas perbuatan/hanya tuk membantu MASTER. Begitu juga umat muslim berbuat kebajikan,semuanya melalui proses.

Klu berbicara hukum sebab akibat,aksi dan reaksi,saya mengerti itu berjalan dgn sendirinya.tapi dlm pandangan islam,hukum sebab-akibat,aksi-reaksi/ VIPAKA-KARMA itu Tuhan yg menciptakannya.

wahyu hidayah

Quote from: anggara on 19 December 2008, 12:50:44 AM
Quote from: wahyu hidayah on 19 December 2008, 12:47:42 AM
Quote from: ryu on 18 December 2008, 08:45:14 AM
Mbak, wahyu tuh anggota DC yang baru gabung, bukannya nabi juga bukan agama :))
EEH klu gitu salam kenal Sis Ryu dari saya.Yup saya baru gabung di DC. NABI bukan agama,tapi Utusan Tuhan di dunia tuk menyampaikan TTNG kebesaran Tuhan & hukum2NYA pada umat manusia yg mau memPercayaiNYA.BTW yg dimaksud Mbak siapa tu Ryu? & masih tersesat aja dari kemarin!

=)) gak nyambung =))

Xzone

[at] Wahyu H

Saya ingin bertanya kpd bro Wahyu, Apakah menurut pendapat anda pribadi berdana / beramal / memberikan sesuatu kpd seseorang dengan mengorbankan mahluk lain (kambing / domba / sapi, dsb) dapat dibenarkan ? Dan apakah juga mendapatkan pahala (karma baik) menurut pendapat anda pribadi?

Sekali lagi saya tekankan "menurut pendapat anda pribadi" bukan menurut ajaran agama anda (kalo yg ini saya dah tau)....thanks
Selama buah dari suatu perbuatan jahat belum masak, maka orang bodoh akan
menganggapnya manis seperti madu;
Tetapi apabila buah perbuatan itu telah masak, maka ia akan merasakan pahitnya
penderitaan.

wahyu hidayah

[at] Anggara
gak nyambung?
maksudnya gak nyambung apanya?inikan dlm diskusi,klu gak nyambung ya disambungin,jgn diketawain dong! :-SS

wahyu hidayah

Quote from: Xzone on 19 December 2008, 01:59:17 AM
[at] Wahyu H

Saya ingin bertanya kpd bro Wahyu, Apakah menurut pendapat anda pribadi berdana / beramal / memberikan sesuatu kpd seseorang dengan mengorbankan mahluk lain (kambing / domba / sapi, dsb) dapat dibenarkan ? Dan apakah juga mendapatkan pahala (karma baik) menurut pendapat anda pribadi?

Sekali lagi saya tekankan "menurut pendapat anda pribadi" bukan menurut ajaran agama anda (kalo yg ini saya dah tau)....thanks
YUP. Karena dikeyakinan kami memang dibenarkan/dihalalkan oleh Tuhan yg tercantum dlm kitab kami.[NB:walaupun saya mengutip kami&kitab suci,itu penjelasan saja dan ini pendapat pribadi saya].

wahyu hidayah

Quote from: asiang_karuna on 18 December 2008, 12:49:43 AM
jangan2 manusia itu tuhannya karena mengerti betul sifat dari tuhan itu
Manusia mengenal/mengerti betul sifat Tuhan bukannya manusia Tuhannya,tapi mengerti karena diajarkan,diucapkan oleh para Nabi&RasulNYA.para Nabi&Rasul juga tidak langsung serta merta menyebutkan sifat Tuhan itu-ini22222...,tapi melalui proses,kejadian dll,&disampaikan pada para pengikutnya sampai pd Rasul terakhir & disempurnakan/ditulis dlm bentuk kitab AL-Qur'an,itu juga melalui rembukan para alim ulama yg terpercaya&dekat/selalu dekat dgn RASUL.
SALAM KENAL BRO ASIANG_KARUNA

Xzone

[at] Wahyu H

Quote
dalam islam juga mengenal hukum sebab akibat,kami percaya perbuatan apapun, kami akan menerima balasannya[baik/jahat].klu dgn bahasa karma=balasan sepertinya sama,tapi klu umat islam lebih suka menyebutnya balasan drpada karma,kayaknya gak beda2 amat,hanya sbg info.

Quote
YUP. Karena dikeyakinan kami memang dibenarkan/dihalalkan oleh Tuhan yg tercantum dlm kitab kami.[NB:walaupun saya mengutip kami&kitab suci,itu penjelasan saja dan ini pendapat pribadi saya].

Disini yg beda.....dalam agama Buddha, segala bentuk "pembunuhan / menghilangkan nyawa" mahluk hidup tidak dibenarkan, walau dengan alasan apapun (sedekah / berdana / beramal)......hasilnya tetap KARMA BURUK

Sorry saya terpaksa memasukan kata "islam", karena andapun menggunakan kata "kitab dari Tuhan" anda.....
Selama buah dari suatu perbuatan jahat belum masak, maka orang bodoh akan
menganggapnya manis seperti madu;
Tetapi apabila buah perbuatan itu telah masak, maka ia akan merasakan pahitnya
penderitaan.

wahyu hidayah

Quote from: anggara on 17 December 2008, 01:24:30 PM
Quote from: sukma on 17 December 2008, 01:00:52 PM
Sobat 7 Tails dan g,Citra, mari kita bangun satu persepsi dulu ketika kita Siap berdialog Agama dengan Iman Monoteisme adanya Tuhan Sang Pencipta dari sisi pemahaman   Ajaran Buddhis nya, maka sudah seharusnya kita sebagai pengikut Ajaran Buddhis harus berani keluar dari area amannya yaitu berlindung dibalik Ajaran Buddhis, bila sikap ini tidak berani kita lakukan, maka Dialog untuk mencapai kebaikkan bersama tidak bisa didapati, yang ada hanya debat kusir saja. Kenapa kita sebagai pengikut Ajaran Buddhis tidak berani keluar dari area amannya hanya buat berdialog dengan satu tujuan yaitu Cinta akan Perdamaian.?

Sdr. Sukma,
membicarakan Tuhan tidak mungkin menghindari pembicaraan mengenai paham agama lain (non-buddhism). Dalam agama Buddha tidak dikenal adanya Tuhan PENCIPTA. jadi kalau anda mengatakan "area aman", sesungguhnya kami umat buddha bukan berlindung di balik ajaran Buddha, tapi setelah kami mempelajari Buddhism, kami memang sudah tidak lagi meyakini keberadaan Tuhan PENCIPTA. menurut saya anda salah tempat jika memaksakan diskusi mengenai Tuhan PENCIPTA di forum yang tidak mengenal adanya Tuhan PENCIPTA.

Dan kalau sudah mendiskusikan soal keyakinan agama lain, saya rasa tidak etis jika dilakukan di forum Buddhis, karena dikhawatirkan akan berkembang menjadi debat antar agama yang mengarah pada SARA.

_/\_
SAYA rasa tidak akan terjadi apa yg bro Anggara khawatirkan[mengarah pd sarah].kita disini diskusi TTng Tuhan / manusia?,melalui berbagai agama,sudut pandang personal.kita saling memberi penjelasan&pandangan kita TTNG Tuhan tuk saling diketahui,bukan tuk saling memaksakan pendapat/paham kita pada orang lain TTNG Tuhan.

wahyu hidayah

Quote from: Xzone on 19 December 2008, 02:35:07 AM
[at] Wahyu H

Quote
dalam islam juga mengenal hukum sebab akibat,kami percaya perbuatan apapun, kami akan menerima balasannya[baik/jahat].klu dgn bahasa karma=balasan sepertinya sama,tapi klu umat islam lebih suka menyebutnya balasan drpada karma,kayaknya gak beda2 amat,hanya sbg info.

Quote
YUP. Karena dikeyakinan kami memang dibenarkan/dihalalkan oleh Tuhan yg tercantum dlm kitab kami.[NB:walaupun saya mengutip kami&kitab suci,itu penjelasan saja dan ini pendapat pribadi saya].

Disini yg beda.....dalam agama Buddha, segala bentuk "pembunuhan / menghilangkan nyawa" mahluk hidup tidak dibenarkan, walau dengan alasan apapun (sedekah / berdana / beramal)......hasilnya tetap KARMA BURUK

Sorry saya terpaksa memasukan kata "islam", karena andapun menggunakan kata "kitab dari Tuhan" anda.....
YUP GAK APA2..,memang faktanya begitu.Saya tau ajaran Buddhis tidak diajarkan dgn dalih apapun tuk membunuh/mengorbankan hewan/mahluk hidup. EEHHHH Karena doktrin di Islam dari dulu-sekarang secara turun temurun membolehkan,maka itu hal biasa & tidak ada rasa bersalah[beda dgn menyiksa/sabung ayam,sapi,/yg lainnya,sengaja diadu gitu,itu dosa]. DAN saya rasa para BRO&SIS di DC punya pandangan berbeda dgn umat muslim,karena sebabnya sama''DOKTRIN" dari SANG BUDDHA berkata begitu,/tanpa sebab/tanpa dikasih tau oleh para bhiksu/bhikuni,BRO&SIS2 di DC langsung bisa berpikiran klu mengorbankan hewan itu tidak boleh[dosa dlm istilah islam]. SEMOGA DISKUSI BERJALAN TERUS DGN MENGEYAMPINGKAN PERBEDAAN DASAR KITA[salah1nya seperti diatas],KARENA MASIH ADA BANYAK PERSAMAANNYA YG DPT MENAMBAH KEYAKINAN KITA PADA AGAMA KITA MASING2.  "DAN BUKAN MENCARI SIAPA YG BENAR / SALAH".SAYA YAKIN BRO & SIS di DC BERPANDANGAN SAMA DGN SAYA.
Saya akhiri dulu diskusi ini,da ngantuk.SALAM SEMUANYA

Xzone

Quote from: wahyu hidayah on 19 December 2008, 03:17:48 AM
Quote from: Xzone on 19 December 2008, 02:35:07 AM
[at] Wahyu H

Quote
dalam islam juga mengenal hukum sebab akibat,kami percaya perbuatan apapun, kami akan menerima balasannya[baik/jahat].klu dgn bahasa karma=balasan sepertinya sama,tapi klu umat islam lebih suka menyebutnya balasan drpada karma,kayaknya gak beda2 amat,hanya sbg info.

Quote
YUP. Karena dikeyakinan kami memang dibenarkan/dihalalkan oleh Tuhan yg tercantum dlm kitab kami.[NB:walaupun saya mengutip kami&kitab suci,itu penjelasan saja dan ini pendapat pribadi saya].

Disini yg beda.....dalam agama Buddha, segala bentuk "pembunuhan / menghilangkan nyawa" mahluk hidup tidak dibenarkan, walau dengan alasan apapun (sedekah / berdana / beramal)......hasilnya tetap KARMA BURUK

Sorry saya terpaksa memasukan kata "islam", karena andapun menggunakan kata "kitab dari Tuhan" anda.....
YUP GAK APA2..,memang faktanya begitu.Saya tau ajaran Buddhis tidak diajarkan dgn dalih apapun tuk membunuh/mengorbankan hewan/mahluk hidup. EEHHHH Karena doktrin di Islam dari dulu-sekarang secara turun temurun membolehkan,maka itu hal biasa & tidak ada rasa bersalah[beda dgn menyiksa/sabung ayam,sapi,/yg lainnya,sengaja diadu gitu,itu dosa]. DAN saya rasa para BRO&SIS di DC punya pandangan berbeda dgn umat muslim,karena sebabnya sama''DOKTRIN" dari SANG BUDDHA berkata begitu,/tanpa sebab/tanpa dikasih tau oleh para bhiksu/bhikuni,BRO&SIS2 di DC langsung bisa berpikiran klu mengorbankan hewan itu tidak boleh[dosa dlm istilah islam]. SEMOGA DISKUSI BERJALAN TERUS DGN MENGEYAMPINGKAN PERBEDAAN DASAR KITA[salah1nya seperti diatas],KARENA MASIH ADA BANYAK PERSAMAANNYA YG DPT MENAMBAH KEYAKINAN KITA PADA AGAMA KITA MASING2.  "DAN BUKAN MENCARI SIAPA YG BENAR / SALAH".SAYA YAKIN BRO & SIS di DC BERPANDANGAN SAMA DGN SAYA.
Saya akhiri dulu diskusi ini,da ngantuk.SALAM SEMUANYA

Apakah menurut anda "menyiksa" lebih kejam dari "membunuh"......??????????????????????
Selama buah dari suatu perbuatan jahat belum masak, maka orang bodoh akan
menganggapnya manis seperti madu;
Tetapi apabila buah perbuatan itu telah masak, maka ia akan merasakan pahitnya
penderitaan.

Reenzia

Quote from: wahyu hidayah on 19 December 2008, 03:17:48 AM
Quote from: Xzone on 19 December 2008, 02:35:07 AM
[at] Wahyu H

Quote
dalam islam juga mengenal hukum sebab akibat,kami percaya perbuatan apapun, kami akan menerima balasannya[baik/jahat].klu dgn bahasa karma=balasan sepertinya sama,tapi klu umat islam lebih suka menyebutnya balasan drpada karma,kayaknya gak beda2 amat,hanya sbg info.

Quote
YUP. Karena dikeyakinan kami memang dibenarkan/dihalalkan oleh Tuhan yg tercantum dlm kitab kami.[NB:walaupun saya mengutip kami&kitab suci,itu penjelasan saja dan ini pendapat pribadi saya].

Disini yg beda.....dalam agama Buddha, segala bentuk "pembunuhan / menghilangkan nyawa" mahluk hidup tidak dibenarkan, walau dengan alasan apapun (sedekah / berdana / beramal)......hasilnya tetap KARMA BURUK

Sorry saya terpaksa memasukan kata "islam", karena andapun menggunakan kata "kitab dari Tuhan" anda.....
YUP GAK APA2..,memang faktanya begitu.Saya tau ajaran Buddhis tidak diajarkan dgn dalih apapun tuk membunuh/mengorbankan hewan/mahluk hidup. EEHHHH Karena doktrin di Islam dari dulu-sekarang secara turun temurun membolehkan,maka itu hal biasa & tidak ada rasa bersalah[beda dgn menyiksa/sabung ayam,sapi,/yg lainnya,sengaja diadu gitu,itu dosa]. DAN saya rasa para BRO&SIS di DC punya pandangan berbeda dgn umat muslim,karena sebabnya sama''DOKTRIN" dari SANG BUDDHA berkata begitu,/tanpa sebab/tanpa dikasih tau oleh para bhiksu/bhikuni,BRO&SIS2 di DC langsung bisa berpikiran klu mengorbankan hewan itu tidak boleh[dosa dlm istilah islam]. SEMOGA DISKUSI BERJALAN TERUS DGN MENGEYAMPINGKAN PERBEDAAN DASAR KITA[salah1nya seperti diatas],KARENA MASIH ADA BANYAK PERSAMAANNYA YG DPT MENAMBAH KEYAKINAN KITA PADA AGAMA KITA MASING2.  "DAN BUKAN MENCARI SIAPA YG BENAR / SALAH".SAYA YAKIN BRO & SIS di DC BERPANDANGAN SAMA DGN SAYA.
Saya akhiri dulu diskusi ini,da ngantuk.SALAM SEMUANYA

makanya, diskusinya yg fokus saja
mo menurut buddhist ato islam, salah satu saja
tak perlu membandingkan keduanya
tak perlu mencari persamaan atau perbedaan keduanya
karena paham dasarnya uda jelas berbeda

Tuhan

#237
Menurut teman2 Tuhan itu apaan toh?
Manusia sering kali mendiskusikan tentang Tuhan, tapi Tuhan kira2 pernah diskusi tentang manusia ga sih?

Setahu saya, di Buddhis ada Tuhan, tapi tidak seperti Tuhan yang ada di kepercayaan2 lain.
Yang pasti alam semesta terbentuk karena ada sebab. Isinya dan manusia terbentuk juga karena ada sebabnya.

ryu

Rahasia Kehidupan Suster Teresa

Surat-surat Suster Teresa yang mengungkapkan krisis iman dari seorang
tokoh yang sangat dicintai publik selama lebih dari 50 tahun

Oleh David Van Biema
Dimuat dalam majalah Times edisi 3 September 2007

DERITA SUSTER TERESA. Sepuluh tahun setelah Teresa meninggalkan dunia,
surat-surat rahasianya mengungkapkan bahwa ia menghabiskan hampir 50
tahun dari hidupnya tanpa merasakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya.
Apakaha makna pengalaman Suster Teresa yang dapat mengajarkan kita
akan nilai dari suatu kegoyahan iman?

Yesus memiliki rasa cinta yang sangat khusus padamu. [Tapi] untukku –
kesunyian dan kesunyaan (emptiness) begitu besar – aku memandang tapi
tidak melihat, mendengarkan tetapi tidak mendengar [apapun]
-- Bunda Teresa kepada Pendeta Michael Van Der Peet, September 1979

Pada tanggal 11 Desember 1979, Bunda Teresa, "Santa penolong orang
miskin" pergi ke kota Oslo. Dengan mengenakan pakaiannya yang khas,
sari India dengan garis biru dan hanya mengenakan sandal walaupun suhu
di bawah nol derajat, wanita yang memiliki nama asli Agnes Bojaxhiu
menerima salah satu penghargaan dunia paling tinggi, Hadiah Perdamaian
Nobel. Dalam pidatonya, Teresa, yang memiliki organisasi kemanusiaan
Missionary of Charity, telah berkembang dari seorang wanita yang
dianggap kehilangan akal sehat di Calcutta pada tahun 1948 menjadi
sebuah mercu suar dunia yang menyuarakan kegiatan kemanusiaan, yang
menyampaikan pesan kepada dunia atas apa yang diharapkan dunia dari
Bunda Teresa. "Tidaklah cukup bagi kita untuk berkata, Aku mencintai
Tuhan, tetapi aku tidak mencintai tetanggaku", ujar Bunda Teresa,
sejak mengalami penderitaan di Salib, Tuhan Yesus telah menjadikan
dirinya menjadi "yang kelaparan" – "yang tidak memiliki pakaian" –
"yang tidak memiliki tempat tinggal". Apa yang diharapkan Yesus dalam
derita rasa laparNya, ujar Bunda Teresa, adalah apa yang harus
ditemukan oleh kita semua, untuk mengurangi deritaNya. Teresa mengutuk
aborsi dan generasi muda yang kecanduan obta-obatan, khususnya di
Barat. Di penghujung pidatonya, Teresa menyarankan agar pada hari
natal mendatang, kita seharusnya mengingatkan  dunia bahwa
"kebahagiaan yang memancar adalah nyata" karena Kristus ada di mana –
mana – Kristus ada di dalam hati kita, Kristus datang sebagai orang
miskin yang kita temui, Kristus dalam senyum yang kita berikan dan
senyum yang kita terima.

Kembali ke tiga bulan sebelumnya, dalam sebuah surat kepada seorang
kawan spiritual, Pendeta Michael Van Der Peet, yang baru sekarang
dibuka untuk publik, Teresa menulis dengan keakraban yang jenuh dengan
Kristus yang berbeda, Kristus yang tidak hadir. "Yesus memiliki rasa
cinta yang sangat khusus padamu.", ujar Teresa kepada Van Der Peet."
[Tapi] untukku – kesunyian dan kesunyaan (emptiness) begitu besar –
aku memandang tapi tidak melihat, mendengarkan tetapi tidak mendengar
[apapun] – lidahku bergetar [dalam doa] tetapi tidak berucap sepatah
kata pun...... Aku ingin kau berdoa untukku, bahwa aku membiarkanNya
memiliki tangan yang bebas.

Kedua pernyataan tersebut, berbeda waktu 11 minggu, sangatlah bertolak
belakang.  Pernyataan yang pertama adalah pernyataan yang sangat
tipikal dari seorang wanita sebagaimana dunia menilainya. Yang kedua,
tampak seolah-olah muncul dari sebuah drama eksistensialis tahun
1950-an. Kedua pernyataan ini menunjukkan suatu gambaran yang
mengejutkan akan kontradiksi diri – bahwa salah satu figur
kemanusiaan
terbesar dalam 100 tahun terakhir, yang mana tindakannya yang
mengharukan tampak sangat erat dengan kedekatannya dengan Tuhan, yang
begitu sering terlihat dalam kesunyian diri dan dalam doa yang begitu
damai, dalam kehidupan nyata, menjalani kenyataan spiritual yang
berbeda, dan hidup dalam gurun yang gersang di mana Sang Kuasa telah
pergi.

Dan sesungguhnya, hal itu benar-benar terjadi. Sebuah buku yang diberi
judul Bunda Teresa : Datanglah Menjadi CahayaKu, merupakan kumpulan
surat-surat antara Teresa dengan pastur pengakuan dosa selama periode
lebih dari 66 tahun, menceritakan pengalaman spiritual yang kontras
dengan kehidupannya yang dikenal melalui perbuatannya. Surat-surat
tersebut, yang sebagian disimpan walau tidak berkenan dengan
permintaan Teresa (Teresa telah meminta agar surat-suratnya
dimusnahkan tetapi ditolak oleh otoritas gereja), mengungkapkan bahwa
pada paruh terakhir dari hampir separuh abad hidupnya, Teresa tidak
merasakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya -  atau, sebagaimana ditulis
oleh editor dan penghimpun surat-surat untuk buku tersebut, Pendeta
Brian Kolodiejchuk, "[Teresa tidak merasakanNya] baik dalam hatinya
maupun dalam ekaristi".

Hilangnya Tuhan dalam hidup Teresa tampaknya bermula sejak ia mulai
melayani kaum miskin di Calcutta, dan – kecuali untuk suatu masa 5
minggu pada tahun 1959, tidak pernah kembali. Meskipun acapkali tampak
gembira di depan publik, Teresa yang hidup dalam surat-suratnya hidup
dalam penderitaan yang dalam tiada henti. Dalam lebih dari 40 surat
yang belum pernah dipublikasikan, Teresa mengeluh akan "kekeringan",
"kegelapan", "kesepian" dan "siksaan" yang dialaminya. Ia
membandingkan penderitaannya dengan alam neraka, dan pada suatu titik
telah membuatnta ragu akan keberadaan surga, bahkan Tuhan. Teresa
sangat menyadari kesenjangan antara keadaan dirinya dengan di hadapan
publik. "Senyum itu", menurut Teresa, "adalah sebuah topeng atau
sebuah jubah yang menutupi segalanya". Demikian pula, ia sering kali
mempertanyakan dirinya apakah ia sedang menipu diri dengan kata-kata.
"Aku berucap seolah-olah hatiku sangat penuh cinta kepada Tuhan –
cinta yang begitu halus dan pribadi", ia menjelaskan kepada seorang
penasihat. "Jika anda berada [di sana], anda akan berkata, Begitu
Munafik." Menurut Pendeta James Martin, editor majalah Jesuit America
dan pengarang buku My Life with the Saints, sebuah buku yang membahas
keraguan Teresa pada tahun 2003 dalam uraian yang lebih singkat :
"Saya tidak pernah membaca kisah kehidupan seorang Suci di mana Sang
Santa menghadapi kegelapan batin yang begitu gulita. Tak seorangpun
yang tahu betapa menderitanya Teresa." Menurut Kolodiejchuk, editor
Datanglah Menjadi CahayaKu: "Saya membacakan satu surat kepada para
Saudari [dari Missionary of Charity], dan mereka hanya dapat terpana.
Ini akan memberikan seluruh dimensi baru akan pemahaman orang akan
dirinya."

Buku tersebut bukanlah merupakan hasil karya beberapa wartawan
investigasi yang tidak religius yang mengacak-acak tempat sampah untuk
mencari berkas-berkas milik Teresa. Kolodiejchuk, anggota senior
Missionary of Charity, adalah Postulator (Postulator adalah seseorang
yang mengajukan seseorang untuk dinyatakan sebagai Santo dalam Gereja
ka****k), yang bertanggung jawap atas petisi untuk pengangkatan Teresa
sebagai Santa dan mengumpulkan materi pendukung. (Sampai sejauh ini,
Teresa telah dinyatakan terberkati, satu langkah sebelum menjadi
Santa). Surat –surat tersebut dikumpulkan dalam rangka proses
tersebut.

Gereja mengantisipasi periode-periode tanpa perkembangan spiritual
tersebut. Jelasnya, mistik spanyol Santo Yohanes Salib pada abad 16,
menggunakan istilah "malam yang gelap" dari batin  untuk menggambarkan
suatu karakteristik dari tahapan dalam perkembangan para tokoh
spiritual. Kegelapan batin Teresa mungkin merupakan kasus yang paling
ekstensif yang pernah dicatat. ("periode kegelapan batin Santo Paulus
Salib berlangsung selama 45 tahun, walau ia akhirnya terpulihkan).
Kolodiejchuk melihatnya dalam konteks Santo Yohanes, kegelapan dalam
iman. Teresa menemukan jalan, dimulai sejak awal tahun 1960, untuk
hidup bersama hal itu, dan tidak mengabaikan kepercayaannya maupun
pekerjaannya. Kolodiejchuk menunjukkan bahwa buku tersebut merupakan
bukti akan kegigihan yang diisi oleh iman, yang menurutnya, adalah
tindakan Teresa yang paling heroik.

Dua tokoh ka****k yang sangat berbeda memprediksi bahwa buku ini akan
menjadi buku yang sangat penting. Pendeta Matthew Lamb, chairman dari
Universitas Ave Maria jurusan teologi di Florida, berpendapat bahwa
buku ini akan sejajar dengan buku Pengakuan karya Santa Augustin dan
Gunung Tujuh Tingkatan karya Thomas Merton , sebagai otobiografi
kebangkitan spiritual. Pendeta James Martin, editor majalah Jesuit,
yang lebih liberal, mengatakan buku tersebut sebagai bentuk pelayanan
baru dari Bunda Teresa, sebuah pelayanan dari bagian dalam
kehidupannya.", dan mengatakan, "Buku ini akan diingat sama pentingnya
dengan pelayannya bagi kaum miskin. Buku ini akan menjadi bentuk
pelayanan bagi orang-orang yang mengalami keraguan, ketidakhadiran
Tuhan dalam hidup mereka. Dan tahukan anda siapa mereka? Kita semua.
Orang Ateis, orang yang ragu, pencari, orang yang percaya, semua
orang."

Tidak semua penganut Ateis dan orang yang ragu akan setuju. Baik
Kolodiejchuk maupun Martin mengasumsikan ketidakmampuan Teresa untuk
melihat Kristus dalam hidupnya bukan berarti Kristus tidak hadir. Pada
hakikatnya, mereka melihat ketidakhadiranNya sebagai bagian dari
berkah ilahi yang memungkinkan Teresa melakukan pekerjaan besar. Akan
tetapi, bagi banyak penganut paham Ateis di Amerika Serikat, argumen
ini tampak tidak masuk akal. Mereka akan melihat Teresa dalam buku ini
lebih sebagai wanita yang sering digambarkan dalam lagu-lagu country
dan daerah barat Amerika Serikat yang masih tetap setia menunggu suami
mereka selama 30 tahun meskipun suami mereka pergi membeli rokok dan
tidak pernah kembali. Menurut Christopher Hitchens, pengarang The
Missionary Position, polemik seputar Teresa, dan perwujudan Atheisme
yang sedang populer, buku bertajuk God Is Not Great, "Teresa tidak
dapat dikecualikan lagi dari kenyataan bahwa agama adalah rekaan
manusia, ia tidak terkecuali dari orang lain, dan upayanya untuk
memperoleh kesembuhan [spiritual] dengan cara memperdalam imannya
hanya akan memperdalam lubang yang digali untuk dirinya sendiri." Di
lain pihak, bagi orang-orang yang sudah terbiasa dengan semangat luar
biasa Bunda yang tersenyum, dapat mendiagnosa kondisinya bukan sebagai
berkah Tuhan tetapi sebagai upaya alam bawah sadar dalam bentuk
kerendahan hati yang paling radikal : Teresa menghukum dirinya sendiri
dengan figur yang   lemah untuk menyeimbangkan keberhasilannya yang
gemilang."

Datanglah Menjadi CahayaKu adalah sesuatu yang langka, sebuah
otobiografi yang disusun setelah Teresa meninggal, yang dapat
mengakibatkan pertimbangan ulang atas seorang figur publik – dengan
satu cara atau lainnya. Buku itu membuka pertanyaan tentang Tuhan dan
Iman, mesing penggerak di balik pencapaian yang gemilang, ketabahan
dalam cinta, ilahi dan manusia. Kenyataan bahwa surat-surat itu tidak
disusun dalam bentuk yang terstruktur dan dengan maksud tertentu
tetapi sebagai kumpulan catatan-catatan justru akan semakin meyakinkan
pembaca bahwa surat-surat tersebut benar-benar asli – dan bahwa
surat-surat itu sangat mengejutkan, menyentuh kehidupan sejati dalam
diri seorang Santa di jaman modern.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

anggara

Quote from: Tuhan on 19 December 2008, 06:58:15 AM
Menurut teman2 Tuhan itu apaan toh?
Manusia sering kali mendiskusikan tentang Tuhan, tapi Tuhan kira2 pernah diskusi tentang manusia ga sih?

Setahu saya, di Buddhis ada Tuhan, tapi tidak seperti Tuhan yang ada di kepercayaan2 lain.
Yang pasti alam semesta terbentuk karena ada sebab. Isinya dan manusia terbentuk juga karena ada sebabnya.

Wo, why don't you introduce yourself? dan ceritakan juga bagaimana anda menciptakan dunia ini, biar diskusi cepat selesai :)