Saat Logika dan Perasaan sudah ngumpul APA LAGI YG KURANG?

Started by hatRed, 28 November 2008, 12:03:09 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

hatRed

i'm just a mammal with troubled soul



markosprawira

Quote from: upasaka on 01 December 2008, 12:14:07 PM
Quote from: markosprawira on 01 December 2008, 10:24:07 AM
Quote from: upasaka on 29 November 2008, 02:39:26 PM
pada usaha untuk mencapai pemurnian jati diri, kita membutuhkan keduanya sebagai rakit.

Dari LOGIKA kita dapat berpikir sehat dan memilah hal yg benar, bukan sebagai bisikan hati atau kepercayaan buta (iman)

Dari PERASAAN kita dapat mencerna nalar dan memajukan hidup kita. Tanpa perasaan kita tidak mungkin memiliki keinginan untuk maju, terlebih keinginan untuk mencapai PEMBEBASAN.

Setelah TERSADARKAN dan MELIHAT DHAMMA, maka LOGIKA dan PERASAAN akan melebur menjadi PEMAHAMAN BENAR ATAS REALITAS. Bukannya kita buang.

LOGIKA dan PERASAAN akan menyublim menjadi satu unsur mutlak dalam diri, yaitu realitas (Kebijaksanaan Sejati).

Jadi kalau Anda ingin mencapai PENYADARAN, jangan buang LOGIKA atau PERASAAN Anda.

Kalau Anda tidak ingin mlekat pada 2 hal ini, maka 'lepaskanlah' setelah mencapai Pantai Seberang.

Salam

dear bro upasaka,

secara abhidhamma, perasaan/vedana itu terbagi menjadi 5 yaitu :
1. menyenangkan
2. tidak menyenangkan
3. netral
4. menyenangkan (mano dvara/pintu pikiran)
5. tidak menyenangkan (mana dvara/pintu pikiran)

Sementara keinginan itu adalah CETANA

Jadi yang membuat kita INGIN maju sebenarnya adalah CETANA, bukan VEDANA.... karena fungsi VEDANA dalam buddhism, berbeda dengan konsep awam

semoga bisa dimengerti yah  _/\_

Terimakasih atas penjelasannya Bro Markos, saya mengerti  _/\_

Maksud saya atas penjelasan awal di atas itu, adalah untuk membedakan makna 'akal' (logika) dan 'rasa' (emosi) yg sering dipakai orang awam. Tentu saja unsur batin / mental lebih kompleks dari unsur2 fisik, dan secara garis besar orang menyebutnya dengan logika dan perasaan (emosi).

Benar yg membuat kita 'ingin' adalah kehendak (cetana). Namun pada penjelasan mengenai LOGIKA vs PERASAAN ini, saya memakai header-nya, yaitu perasaan (feel). Bila kita 'ingin' mencapai penyadaran (paham / bijaksana), tentu kita terlebih dahulu menimbang suatu hal lewat logika dan perasaan. Setelah mampu menyadarinya, kita tidak lagi terikat oleh konsep logika atau perasaan, karena kita sudah PAHAM.

Ya, SILA + SAMADHI = PANNA

Kita mau melakukan SILA dan SAMADHI tentunya setelah kita menimbang dulu lewat 'logika' dan 'perasaan'.

CMIIW

_/\_



dear bro upasaka,

maksud baik anda dimengerti  _/\_

hanya saja ini adalah forum buddhis, dan sangat sayang loh jika kita tidak bisa memulai memberikan pemikiran2 secara buddhism.

memang agak lebih ribet karena harus menerangkan dari konsep awam ke buddhis namun dengan demikian, setidaknya kita sudah memulai pemikiran scr buddhis misal :
- perasaan itu dalam buddhis adalah faktor batin yg ada di setiap logika/citta/pikiran jadi tidaklah mgkn ada logika tanpa perasaan
- logika adalah citta/pikiran, sementara perasaan itu ada di cetasika. Keduanya pasti akan muncul bersamaan sehingga tidaklah mgkn ada yg blg org yg emosional itu tidak pake logika

maaf jika dirasa menggurui  :-[

semoga bisa bermanfaat bagi kita semua

markosprawira

Quote from: candra_mukti19 on 01 December 2008, 12:06:34 PM
Quote from: karuna_murti on 01 December 2008, 11:49:19 AM
Anda mungkin tercampur dengan konsep agama lain, di mana tumbuhan dikategorikan sebagai makhluk hidup. Ada beberapa agama yang mengajarkan tidak memetik tumbuhan sama sekali, melainkan hanya makan dari bagian yang jatuh, seperti dedaunan yang jatuh atau buah-buahan yang jatuh sendiri.

Dalam Ajaran Sang Buddha, setahu saya tetumbuhan tidak dikategorikan sebagai makhluk (being, satta, satva), melainkan hanya unsur-unsur alamiah yang tumbuh, tetapi tidak memiliki mental dan aliran karma. Memang ada makhluk-makhluk halus yang tinggal di pepohonan (biasanya pohon besar), tetapi bukan pohon itu sendiri yang merupakan makhluk halus.

Sang Buddha juga mengajarkan jalan tengah, yaitu melakukan sesuatu yang diperlukan untuk pencerahan. Misalnya jika kita memaksakan diri untuk tidak makan sama sekali, hal itu adalah penyiksaan diri, bukan jalan pencerahan. Manusia boleh makan, dan ada karmanya. Tetapi membunuh makhluk hidup tidak dianjurkan. Karena mencintai makhluk lain, tidak seharusnya seseorang membunuh makhluk lain.

_/\_

konsep hanyalah pendalil, tapi dia bukan dalil. pendalilnya mungkin saya ambil dari agama lain, tapi perhatikan dalilnya, pasti universal, menyeluruh dan sama dalam setiap agama. sudah lah.

saya pernah membaca dalam angutara nikaya bahwa budha menyebutkan beberapa orang telah terlahir menjadi pohon. saya lupa nomor halamannya. tapi saya tanya saja sama anda, apakah itu benar atau tidak?

jika anda katakan "tidak", maka besok saya akan mencoba mencari kembali dalam kitab itu tentang pernyataan budha menyangkut pepohonan yang mungkin reinkarnasi dari ayah ibu kita pada kehidupan lampau. jika memang tidak ada, berarti memang saya  yang salah. jika memang ada, maka akan saya tunjukan pada anda.

jika anda jawab "ya", maka apakah reinkarnasi dari manusia -yang memiliki mental dan kmma- bisa tidak memiliki mental dan kamma?

dear bro candra,

orang tidak mungkin terlahir menjadi pohon karena pohon tidak mempnyai batin.

silahkan dicek lagi karena batin inilah yg justru selama ini tidak bisa dijangkau dengan menggunakan panca indera sehingga harus menggunakan pintu indera pikiran

semoga dimengerti

Nevada

[at] Bro Markos

Ya, itu yg saya maksud... he  ;D

Karena saya berusaha dalam jalur (LOGIKA vs PERASAAN), makanya saya tidak terlalu baku sesuai Abhidhamma...

Saya paham atas penjelasan Anda. Semoga Penjelasan2 Anda ini bisa melengkapi penjelasan saya (yg kurang condong ke Buddhisme  :-[), dan memberikan manfaat bagi semua rekan2...

_/\_

johan3000

QuoteRe: Saat Logika dan Perasaan sudah ngumpul APA LAGI YG KURANG?

Tolong dibantu... gw ketinggalan kereta....

Saat Logika dan Perasaan sudah "ngumpul".... koq bisa ngumpul?....
apa yg kurang.... kurang utk melakukan sesuatu?... atau utk apa sih?

trims atas penjelasannya...
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

hatRed

i'm just a mammal with troubled soul



hatRed

Mendapat ilham dari om Hendrako

Quote from: hendrako on 01 December 2008, 09:22:45 PM

Sang Buddha mengajarkan salah satu kebijaksanaan sbb:

3. "Benar, warga suku Kalama, sudah sewajarnyalah kamu ragu-ragu, sudah sewajarnyalah kamu bingung. Dalam hal yang meragukan memang akan menimbulkan kebingungan. Oleh karena itu, warga suku Kalama, janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu, atau oleh karena sesuatu yang sudah merupakan tradisi, atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang dikatakan sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang kelihatannya cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.
Tetapi, warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, 'Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana, hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan, maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut."


Petikan dari KALAMA SUTTA
Sumber: http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=705

maka diperlukan pembuktian.

apakah

"Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana, hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan"
i'm just a mammal with troubled soul



johan3000

Quote from: hatRed on 01 December 2008, 09:45:00 PM
[at] johan3000

heheh...... sorry

coba bro baca ney dulu
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6667.0


Pertama tama harus dijelaskan apa itu LOGIKA (cara berpikir Logika)..,
dan apa itu PERASAAN (cara berpikir menurut perasaan)....

Kalau itu belum dijelaskan dgn BENAR....

LOGIKANYA.....

seabaiknya tidak diteruskan perdebatan sampai
memanggil
KEBIJAKSANAAN.....

mohon dibantu penjelasannya...
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

candra_mukti19

Quote from: hatRed on 01 December 2008, 12:33:47 PM
[at] candra

mungkin beberapa dijelaskan disini

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6667.0

memperhatikan tulisan anda dithread tersebut tentang logika, sepertinya anda salah faham dengan logika. logika yang benar tidak melihatkan perasaan dalam prosesnya dan juga tidak mencampurni perasaan. sebagaimana logika dengan ilmiah, adalah 2 hal yang berbeda. kita harus mengenal betul, apa itu logika. sepertinya anda tahu betul apa itu perasaan, tapi anda kurang faham apa itu logika. sehingga muncul pertanyaan yang aneh "jika logika dan perasaan ngumpul, apalagi yang diperlukan?" pertanyaan ini tidak menyentuh relitas logika yang sebenarnya.

hatRed

 [at] candra

:agree:

Memank Logika tidak mencampuri perasaan,

sepertinya anda salah tanggap atas thread saya, maksud saya bukan seperti membuat adonan yang terdiri dari Logika dan Perasaan, tetapi bagaimana menyeimbangkan antara Logika dan Perasaan tersebut.
i'm just a mammal with troubled soul



candra_mukti19

Quote from: markos
dear bro candra,

orang tidak mungkin terlahir menjadi pohon karena pohon tidak mempnyai batin.

silahkan dicek lagi karena batin inilah yg justru selama ini tidak bisa dijangkau dengan menggunakan panca indera sehingga harus menggunakan pintu indera pikiran

semoga dimengerti

argumentasi anda itu melanggar hukum logika, dan pelanggaran itu disebut irrelevent conclution, sehingga kesimpulan dan argumen anda tidak dapat diterima kebenarannya. jika pernyataan anda dikonversi ke dalam bentuk logika yang baku, maka akan tampak sebagai berikut :

pohon itu tidak berbatin. Dan setiap tidak berbatin itu mustahil jadi pohon. Jadi, orang itu mustahil jadi pohon.

persoalan pertama :  kesimpulan tersebut mengandung 4 term, maka disebut irrelevent conclution. tampak kerancuannya pada argument ke 2.
persoalan kedua, argument tersebut belum jelas universilitasnya. Apakah setiap pohon itu tidak berbatin?
Persoalan ketiga : apakah yang berbatin itu mustahil menjadi sesuatu yang berbatin?
Persoalan keempat : mengapa pohon tidak berbatin?

candra_mukti19

Quote from: hatRed on 02 December 2008, 12:48:24 PM
[at] candra

:agree:

Memank Logika tidak mencampuri perasaan,

sepertinya anda salah tanggap atas thread saya, maksud saya bukan seperti membuat adonan yang terdiri dari Logika dan Perasaan, tetapi bagaimana menyeimbangkan antara Logika dan Perasaan tersebut.

persoalan menyeimbangkan logika dengn perasaan itu bagaikan pertanyaan, "bagaimana bunyinya bertepuk sebelah tangan?" orang akan berpikir keras untuk menemukan "bunyi tepukan sebelah tangan". seumur-umur tentu tidak akan terdengar. "bagaimana menyeimbangkan logika dengan perasaan?" pertanyaan itu seperti "bagaimana menyeimbangkan berat badan dengan awam yang berarak dilangit?" wah, pertanyaan yang aneh dan tidak masuk akal.

candra_mukti19

 [at] all

sebaiknya teman-teman semua baca-baca dulu tentang apa itu logika. tinggal browsing aja di google. itu mudah kok. kalau kita salah faham dengan istilah, nanti diskusinya tidak akan mengena.

hatRed

Quote from: candra_mukti19 on 02 December 2008, 12:59:31 PM
Quote from: hatRed on 02 December 2008, 12:48:24 PM
[at] candra

:agree:

Memank Logika tidak mencampuri perasaan,

sepertinya anda salah tanggap atas thread saya, maksud saya bukan seperti membuat adonan yang terdiri dari Logika dan Perasaan, tetapi bagaimana menyeimbangkan antara Logika dan Perasaan tersebut.

persoalan menyeimbangkan logika dengn perasaan itu bagaikan pertanyaan, "bagaimana bunyinya bertepuk sebelah tangan?" orang akan berpikir keras untuk menemukan "bunyi tepukan sebelah tangan". seumur-umur tentu tidak akan terdengar. "bagaimana menyeimbangkan logika dengan perasaan?" pertanyaan itu seperti "bagaimana menyeimbangkan berat badan dengan awam yang berarak dilangit?" wah, pertanyaan yang aneh dan tidak masuk akal.

saya rasa malah seperti  "apakah anda percaya uang 1 milliar triliun ada?"

karena belum melihat/merasakan, bukan berarti tidak mungkin kan. saya rasa disini Logika bermain.

lalu apa dasar anda logika anda meng "anehkan"?
i'm just a mammal with troubled soul



candra_mukti19

 [at] hatred

logika itu adalah rumusan pemikiran, seperti rumus menghitung luas persegi panjang. Luas = Panjang x Lebar. lalu apakah bisa rumus luas persegi panjang diseimbangkan dengan perasaan?

dalam thread anda tadi, anda jelas menggunakan logika, tapi anda tampaknya tidak kenal rumusan logika yang benar. sehingga anda tampak bingung dengan logika itu sendiri.