saya pernah bertemu dengan orang yang paling pandai dalam ilmu logika, hafal isi kitab agama-agama. boleh dibilang seorang jenius. dalam waktu 90 hari, dia mampu menghafal seluruh kitab suci agama-agama di dunia. saya berdebat dengannya selama berhari-hari. tapi saya selalu kalah. argumentasinya tidak terbantahkan. tapi, sya melihat bahwa didalam batinnya itu masih terkandung nivarana yang kuat. sebaliknya, saya pernah bertemu orang yang sederhana kecerdasannya, namun dia sudah tanpa nivarana. apakah itu artinya? dan manakah yang lebih baik dan bermanfaat?
menurut saya, orang sepandai apapun, sebanyak apapun hafalannya mengenai teks-teks suci, dan sekuat apapun argumentasinya, maka semua itu tidak dapat memberikan kebahagiaan kepada dirinya, jika di dalam batinnya masih terkandung nivarana. sebaliknya, walaupun orang sederhana kecerdasannya, sedikit hafalan teks sucinya, dan tidak pandai bermain logika, tapi bila dalam batinnya sudah tidak ada kekotoran, maka dia adlah orang yang bahagia. manakah yang akan kita dahululan, mencari kepintaran dulu atau kebahagiaan dulu?