Ketika buddhist berdosa

Started by Petrus, 12 November 2008, 07:35:18 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Petrus

Quote from: Rina Hong on 13 November 2008, 01:01:20 PM
Quote from: Petrus on 13 November 2008, 12:11:39 PM
Bagaimana mungkin melepaskan sengsara kalau dosa tidak pernah diampuni dan selagi manusia pasti berbuat kesalahan ?
Begitu rebirth, karma sudah menunggu, begitu seterusnya.

mustahil menjadi buddha.. :(


Begini, contoh yg saya buat ini semoga bisa menjawab pertanyaan anda, ada seorang anak, namanya aniu, aniu senang menabung, tapi dia punya banyak hutang, sehari dia menabung 50rb, hutang dia ada 5 juta,jadi setiap dia gajian sisa uangnya 550rb, nah 50rb untuk tabung, 500rb untuk bayar hutang tiap bulannya, sekarang pertanyaan nya "mungkin kah aniu bebas dari hutang nya??", jawabannya "mungkin, alasannya dia bayar hutang tiap bulan jadi dalam 10 bulan bisa donk dia melunasi hutangnya" dan ada 1 jawabn lagi " mungkin tidak, Gimana kalo dia pinjam duit lagi ke orang, yah hutang nya tambah banyak" nah sdr Petrus kalo Aniu sudah lunasi hutangnya, apakah kemungkinan dia menikmati tabungannya?? , jawabannya "tentu saja" dan apakah tabungannya bisa membuat dia melunasi hutangnya, jawabnya "Bisa saja, kalo tabungannya lebih besar jumlahnya dibanding hutangnya"

bah sdr Petrus, tabungan disini adalah karma baik,kalo bobotnya lebih besar maka bisa menutupi karma buruk (disini diibaratkan sebagai hutang), dan kamu akan menjadi buddha kalau kamu sadar (diibaratkan tidak meminjam uang lagi)


_/\_
Semoga bermanfaat,
Rina

Rina,
menurut Guru Buddha seperti yang dikatakan member xuvie tidak seperti itu. Perbuatan jahatnya tetap ada walaupun perbuatan baiknya lebih besar.

Ini tulisan xuvie :

"Guru Buddha pernah mengatakan jika perbuatan jahat diibaratkan dgn sejumput garam, maka perbuatan baik diibaratkan dgn air. Jika sejumput garam dilarutkan dlm segelas air. Tentu saja asinnya akan terasa nyata. Tetapi bila sejumput garam yg sama dilarutkan dlm sungai gangga, tentu saja asinnya tidak akan terasa. Tetapi apakah itu berarti garam tsb hilang? Tidak. Melainkan hanya tidak terasa krn sedemikian kecilnya saja."

coba perhatikan hitungan ini :

waktu lahir, karma  = 0.00001 (bawaan dari sebelumnya)
waktu hidup, karma = 0.00001 ( kecuali hidup tak bercela/suci nilainya 0, tapi gak mungkin suci karena sudah tabungan kamma 1)
ketika dilahirkan kembali, karma = 0.00001+0.00001=0.00002

Malahan karma bertambah, tidak ada pengurangan
sudah berapa kali anda rebirth ?
semakin banyak rebirth semakin numpuk karma nya.

bagaimana ?   :o

dilbert

Quote from: Petrus on 13 November 2008, 05:40:18 PM
Quote from: Rina Hong on 13 November 2008, 01:01:20 PM
Quote from: Petrus on 13 November 2008, 12:11:39 PM
Bagaimana mungkin melepaskan sengsara kalau dosa tidak pernah diampuni dan selagi manusia pasti berbuat kesalahan ?
Begitu rebirth, karma sudah menunggu, begitu seterusnya.

mustahil menjadi buddha.. :(


Begini, contoh yg saya buat ini semoga bisa menjawab pertanyaan anda, ada seorang anak, namanya aniu, aniu senang menabung, tapi dia punya banyak hutang, sehari dia menabung 50rb, hutang dia ada 5 juta,jadi setiap dia gajian sisa uangnya 550rb, nah 50rb untuk tabung, 500rb untuk bayar hutang tiap bulannya, sekarang pertanyaan nya "mungkin kah aniu bebas dari hutang nya??", jawabannya "mungkin, alasannya dia bayar hutang tiap bulan jadi dalam 10 bulan bisa donk dia melunasi hutangnya" dan ada 1 jawabn lagi " mungkin tidak, Gimana kalo dia pinjam duit lagi ke orang, yah hutang nya tambah banyak" nah sdr Petrus kalo Aniu sudah lunasi hutangnya, apakah kemungkinan dia menikmati tabungannya?? , jawabannya "tentu saja" dan apakah tabungannya bisa membuat dia melunasi hutangnya, jawabnya "Bisa saja, kalo tabungannya lebih besar jumlahnya dibanding hutangnya"

bah sdr Petrus, tabungan disini adalah karma baik,kalo bobotnya lebih besar maka bisa menutupi karma buruk (disini diibaratkan sebagai hutang), dan kamu akan menjadi buddha kalau kamu sadar (diibaratkan tidak meminjam uang lagi)


_/\_
Semoga bermanfaat,
Rina

Rina,
menurut Guru Buddha seperti yang dikatakan member xuvie tidak seperti itu. Perbuatan jahatnya tetap ada walaupun perbuatan baiknya lebih besar.

Ini tulisan xuvie :

"Guru Buddha pernah mengatakan jika perbuatan jahat diibaratkan dgn sejumput garam, maka perbuatan baik diibaratkan dgn air. Jika sejumput garam dilarutkan dlm segelas air. Tentu saja asinnya akan terasa nyata. Tetapi bila sejumput garam yg sama dilarutkan dlm sungai gangga, tentu saja asinnya tidak akan terasa. Tetapi apakah itu berarti garam tsb hilang? Tidak. Melainkan hanya tidak terasa krn sedemikian kecilnya saja."

coba perhatikan hitungan ini :

waktu lahir, karma  = 0.00001 (bawaan dari sebelumnya)
waktu hidup, karma = 0.00001 ( kecuali hidup tak bercela/suci nilainya 0, tapi gak mungkin suci karena sudah tabungan kamma 1)
ketika dilahirkan kembali, karma = 0.00001+0.00001=0.00002

Malahan karma bertambah, tidak ada pengurangan
sudah berapa kali anda rebirth ?
semakin banyak rebirth semakin numpuk karma nya.

bagaimana ?   :o


lha, sdr.petrus kok mikirnya hanya hitung tambah (+) alias tambah karma buruk... berarti pesimis bahwa hidup ini penuh dosa semua... kenyataan memang lebih banyak yang berdosa dibandingkan dengan yang suci, tetapi bukan berarti tidak ada yang suci (alias yang banyak buat baik dibandingkan yang jahat)...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Heruka

 [at] Petrus :

Andaikan ada psikopat yg membantai sebuah keluarga. Dan pada akhir hayatnya dia menerima iman agama anda dengan dasar doktrin ia yg menerima aku (J.C) akan mendapatkan tempatnya di surga. Menurut anda, adilkah demikian? Bearti, keluarga sisa pembantaian tersebut cukup meratapi nasib sendiri dan seharusnya malah bersyukur, karena ini semua adalah rencana Tuhan anda?

Seseorang mungkin bisa saja terlepas dari hukum negara. Namun dalam ajaran Buddhisme, tidak mungkin dia melarikan diri dari akibat yg harus dia terima dari perbuatan buruk yg dia lakukan.  "Tidak diangkasa, ditengah lautan ataupun didalam gua-gua gunung; tidak dimanapun seseorang dapat menyembunyikan dirinya dari akibat perbuatan-perbuatan jahatnya." (Dhammapada 127).

Seorang Buddhist yg melanggar sila dengan melakukan perbuatan yg tidak patut bisa saja bertobat dan berikrar di depan rupang Buddha untuk tidak kembali lagi mengulangi perbuatan keliru tersebut. Namun, ia tetap akan menerima akibat dari perbuatan buruknya terdahulu. Daripada pesimis dan berandai mengharapkan kuasa pengampunan dari makhluk adi kuasa yg tidak exist itu, kami umat Buddhist diajarkan untuk mengakui pelanggaran yg telah dilakukan untuk kemudian proaktif melakukan perbuatan2 bajik ke depannya agar selain menerima kembali akibat buruk dengan sadar dan lapang dada, seiring dengan berbuahnya karma baik dari perbuatan2 bajik tersebut bila dijalankan dengan jumlah yg besar, seyogyanya akan melemahkan/mentawarkan akibat buruk yg telah dilakukan (Upapilaka karma/karma pelemah, yg berfungsi untuk menandingi pengaruh dari karma penghasil, memperlemah kekuatannya atau memperpendek jangka waktunya menghasilkan buah). Hal ini yg saya kira sesuai dengan perumpamaan bro xuvie mengenai garam dan air diatas.

Namun, istilah "dosa" dalam Buddhisme tentunya berbeda dengan apa yg dianut oleh agama anda. Dosa dalam Buddhisme bearti sebagai kebencian. Saya berharap kiranya anda bisa menghargai penjelasan dari bro n sis di forum ini atas semua pertanyaan anda dengan turut membukakan hati anda dan merenungkan kembali semua jawaban2 tersebut. Kami senantiasa menyambut itikad baik anda untuk belajar lebih jauh mengenai Buddhisme. Namun bila anda mengeraskan hati anda dan hanya berniat untuk mencobai kami, para umat Buddhis, yakinlah bahwa usaha anda itu sia-sia. Dan jika itu benar, bersiap2lah untuk menerima jawaban2 dari ajaran Sang Buddha yg tidak pernah anda bayangkan sebelumnya.
Semoga iman anda membawakan kebahagiaan untuk semua makhluk, bukan sebagai alat penyebar bibit kebencian semata.
_/\_

Petrus

Quote from: Heruka on 13 November 2008, 06:51:52 PM
[at] Petrus :

Andaikan ada psikopat yg membantai sebuah keluarga. Dan pada akhir hayatnya dia menerima iman agama anda dengan dasar doktrin ia yg menerima aku (J.C) akan mendapatkan tempatnya di surga. Menurut anda, adilkah demikian? Bearti, keluarga sisa pembantaian tersebut cukup meratapi nasib sendiri dan seharusnya malah bersyukur, karena ini semua adalah rencana Tuhan anda?
yang diperlukan Tuhan adalah pertobatan, penyesalan, bukan kata-kata, dan yang berhak menilai dan mengampuni adalah Tuhan, bukan manusia.
Kasih Tuhan jauh lebih besar dari keadilanNya. Tidak ada manusia yang tidak berdosa, semua manusia patut dihukum.

Hukum mata ganti mata (lex talionis) sudah tidak dipakai lagi sejak Yesus.
Hukum tsb bukan hukum Tuhan tapi hukum manusia, seperti yang masih diterapkan sebagian moslem.

Tuhan adalah KASIH itu sendiri, "memancarkan" kasih terus menerus tidak pernah memancarkan kejahatan, ini yang belum anda pahami.



Gunawan

 [at]  Petrus = Keyakinan anda begitu kuat thd Tuhan Yesus......Katanya jika kita punya keyakinan sebesar biji wijen saja bisa memindahkan Gunung? wah hebat yach.....Apakah kamu bisa memindahkan Gunung Sahari ke DC? hahahahaha
Yo kho Vakkali dhamma? passati so ma? passati; yo ma? passati so dhamma? passati.
Dhammañhi, vakkali, passanto ma? passati; ma? passanto dhamma? passati"

El Sol

dikasih fakta dia gk jawab..

jawab donk yg ditulis ama heruka..

jangan pengecut gitu!..

kalo gk sanggup balas semuane

ajak temen2 loe dateng sini juga lar..

banyak khan yg Christian freak kyk eloe..

bah dasar banci!

Petrus

Quote from: Heruka on 13 November 2008, 06:51:52 PM
[at] Petrus :

Seseorang mungkin bisa saja terlepas dari hukum negara. Namun dalam ajaran Buddhisme, tidak mungkin dia melarikan diri dari akibat yg harus dia terima dari perbuatan buruk yg dia lakukan.  "Tidak diangkasa, ditengah lautan ataupun didalam gua-gua gunung; tidak dimanapun seseorang dapat menyembunyikan dirinya dari akibat perbuatan-perbuatan jahatnya." (Dhammapada 127).

Seorang Buddhist yg melanggar sila dengan melakukan perbuatan yg tidak patut bisa saja bertobat dan berikrar di depan rupang Buddha untuk tidak kembali lagi mengulangi perbuatan keliru tersebut. Namun, ia tetap akan menerima akibat dari perbuatan buruknya terdahulu. Daripada pesimis dan berandai mengharapkan kuasa pengampunan dari makhluk adi kuasa yg tidak exist itu, kami umat Buddhist diajarkan untuk mengakui pelanggaran yg telah dilakukan untuk kemudian proaktif melakukan perbuatan2 bajik ke depannya agar selain menerima kembali akibat buruk dengan sadar dan lapang dada, seiring dengan berbuahnya karma baik dari perbuatan2 bajik tersebut bila dijalankan dengan jumlah yg besar, seyogyanya akan melemahkan/mentawarkan akibat buruk yg telah dilakukan (Upapilaka karma/karma pelemah, yg berfungsi untuk menandingi pengaruh dari karma penghasil, memperlemah kekuatannya atau memperpendek jangka waktunya menghasilkan buah). Hal ini yg saya kira sesuai dengan perumpamaan bro xuvie mengenai garam dan air diatas.
yang dibold merah, cocok dengan itung-itungan tsb, akan bertambah terus, bukan berkurang.
lalu bagaimana bisa menjadi buddha ?
apakah buddha itu seorang suci yang tidak ada karma lagi ?

mohon pencerahan  ^:)^


k4r1mun

Quote from: Petrus on 13 November 2008, 05:40:18 PM
Quote from: Rina Hong on 13 November 2008, 01:01:20 PM
Quote from: Petrus on 13 November 2008, 12:11:39 PM
Bagaimana mungkin melepaskan sengsara kalau dosa tidak pernah diampuni dan selagi manusia pasti berbuat kesalahan ?
Begitu rebirth, karma sudah menunggu, begitu seterusnya.

mustahil menjadi buddha.. :(


Begini, contoh yg saya buat ini semoga bisa menjawab pertanyaan anda, ada seorang anak, namanya aniu, aniu senang menabung, tapi dia punya banyak hutang, sehari dia menabung 50rb, hutang dia ada 5 juta,jadi setiap dia gajian sisa uangnya 550rb, nah 50rb untuk tabung, 500rb untuk bayar hutang tiap bulannya, sekarang pertanyaan nya "mungkin kah aniu bebas dari hutang nya??", jawabannya "mungkin, alasannya dia bayar hutang tiap bulan jadi dalam 10 bulan bisa donk dia melunasi hutangnya" dan ada 1 jawabn lagi " mungkin tidak, Gimana kalo dia pinjam duit lagi ke orang, yah hutang nya tambah banyak" nah sdr Petrus kalo Aniu sudah lunasi hutangnya, apakah kemungkinan dia menikmati tabungannya?? , jawabannya "tentu saja" dan apakah tabungannya bisa membuat dia melunasi hutangnya, jawabnya "Bisa saja, kalo tabungannya lebih besar jumlahnya dibanding hutangnya"

bah sdr Petrus, tabungan disini adalah karma baik,kalo bobotnya lebih besar maka bisa menutupi karma buruk (disini diibaratkan sebagai hutang), dan kamu akan menjadi buddha kalau kamu sadar (diibaratkan tidak meminjam uang lagi)


_/\_
Semoga bermanfaat,
Rina

Rina,
menurut Guru Buddha seperti yang dikatakan member xuvie tidak seperti itu. Perbuatan jahatnya tetap ada walaupun perbuatan baiknya lebih besar.

Ini tulisan xuvie :

"Guru Buddha pernah mengatakan jika perbuatan jahat diibaratkan dgn sejumput garam, maka perbuatan baik diibaratkan dgn air. Jika sejumput garam dilarutkan dlm segelas air. Tentu saja asinnya akan terasa nyata. Tetapi bila sejumput garam yg sama dilarutkan dlm sungai gangga, tentu saja asinnya tidak akan terasa. Tetapi apakah itu berarti garam tsb hilang? Tidak. Melainkan hanya tidak terasa krn sedemikian kecilnya saja."

coba perhatikan hitungan ini :

waktu lahir, karma  = 0.00001 (bawaan dari sebelumnya)
waktu hidup, karma = 0.00001 ( kecuali hidup tak bercela/suci nilainya 0, tapi gak mungkin suci karena sudah tabungan kamma 1)
ketika dilahirkan kembali, karma = 0.00001+0.00001=0.00002

Malahan karma bertambah, tidak ada pengurangan
sudah berapa kali anda rebirth ?
semakin banyak rebirth semakin numpuk karma nya.

bagaimana ?   :o


Bro Petrus, sedemikian takutkah anda pada adanya pembalasan terhadap perbuatan buruk anda sehingga anda ingin Tuhan anda untuk memaafkan anda?
Tidak ada satupun manusia yang lahir tanpa mengalami LDM, yang perlu anda takuti adalah justru ketidakmampuan manusia untuk dapat melepaskan diri terhadap nafsu dan kemelekatan dunia ini sehingga manusia akan terus menerus menjalani roda kehidupan yang penuh penderitaan.
Sang Buddha pun pada masa muda nya juga tidak terlepas dari belengu LDM, Beliau melihat begitu banyak penderitaan yang dialami manusia pada saat itu dan mencoba untuk menemukan jalan sehingga manusia dapat terbebas dari penderitaan. Tidak ada 1 pun manusia di dunia ini yang terlepas dari perbuatan jahat (kemelekatan terhadap dunia ini) bahkan  sekalipun pada waktu mudanya pun pasti melakukan kesalahan. Jadi janganlah anda takut akan perhitungan kamma-kamma buruk karena tidak ada yang dapat lari dari hal tersebut.

Salam   _/\_

FZ

Quote from: Petrus on 13 November 2008, 07:49:15 PM
Quote from: Heruka on 13 November 2008, 06:51:52 PM
[at] Petrus :

Seseorang mungkin bisa saja terlepas dari hukum negara. Namun dalam ajaran Buddhisme, tidak mungkin dia melarikan diri dari akibat yg harus dia terima dari perbuatan buruk yg dia lakukan.  "Tidak diangkasa, ditengah lautan ataupun didalam gua-gua gunung; tidak dimanapun seseorang dapat menyembunyikan dirinya dari akibat perbuatan-perbuatan jahatnya." (Dhammapada 127).

Seorang Buddhist yg melanggar sila dengan melakukan perbuatan yg tidak patut bisa saja bertobat dan berikrar di depan rupang Buddha untuk tidak kembali lagi mengulangi perbuatan keliru tersebut. Namun, ia tetap akan menerima akibat dari perbuatan buruknya terdahulu. Daripada pesimis dan berandai mengharapkan kuasa pengampunan dari makhluk adi kuasa yg tidak exist itu, kami umat Buddhist diajarkan untuk mengakui pelanggaran yg telah dilakukan untuk kemudian proaktif melakukan perbuatan2 bajik ke depannya agar selain menerima kembali akibat buruk dengan sadar dan lapang dada, seiring dengan berbuahnya karma baik dari perbuatan2 bajik tersebut bila dijalankan dengan jumlah yg besar, seyogyanya akan melemahkan/mentawarkan akibat buruk yg telah dilakukan (Upapilaka karma/karma pelemah, yg berfungsi untuk menandingi pengaruh dari karma penghasil, memperlemah kekuatannya atau memperpendek jangka waktunya menghasilkan buah). Hal ini yg saya kira sesuai dengan perumpamaan bro xuvie mengenai garam dan air diatas.
yang dibold merah, cocok dengan itung-itungan tsb, akan bertambah terus, bukan berkurang.
lalu bagaimana bisa menjadi buddha ?
apakah buddha itu seorang suci yang tidak ada karma lagi ?

mohon pencerahan  ^:)^



Quote from: Petrus on 13 November 2008, 07:53:26 PM
Quote from: El Sol on 13 November 2008, 07:50:24 PM
[at] Banci-sial

yesh!...Homosexual dan Lesbian diperbolehkan di Theravada Buddhism, menurut Ajahn Brahm..mereka juga manusia..

TAPI MOHON DIINGAT!..AKTIVITAS SEXUAL DALAM JENIS APAPUN JUGA TIDAK DIENCOURAGE OLEH AGAMA BUDDHA...

ngerti?...

AGAMA BUDDHA LEBIH MEMILIH UMATNYA AGAR TIDAK MASUK DALAM JERAT2 DUNIAWI...

ngerti?...

baguslah, jadi makin lama makin gak ada pengikutnya   ^-^

saya benaran bingung dengan Anda bro Petrus..
Ada baiknya Anda terus terang saja.. Maksud Anda itu apa ? Berdiskusi / maksud lain ?

Petrus

Quote from: k4r1mun on 13 November 2008, 07:51:33 PM
Bro Petrus, sedemikian takutkah anda pada adanya pembalasan terhadap perbuatan buruk anda sehingga anda ingin Tuhan anda untuk memaafkan anda?
Tidak ada satupun manusia yang lahir tanpa mengalami LDM, yang perlu anda takuti adalah justru ketidakmampuan manusia untuk dapat melepaskan diri terhadap nafsu dan kemelekatan dunia ini sehingga manusia akan terus menerus menjalani roda kehidupan yang penuh penderitaan.
Sang Buddha pun pada masa muda nya juga tidak terlepas dari belengu LDM, Beliau melihat begitu banyak penderitaan yang dialami manusia pada saat itu dan mencoba untuk menemukan jalan sehingga manusia dapat terbebas dari penderitaan. Tidak ada 1 pun manusia di dunia ini yang terlepas dari perbuatan jahat (kemelekatan terhadap dunia ini) bahkan  sekalipun pada waktu mudanya pun pasti melakukan kesalahan. Jadi janganlah anda takut akan perhitungan kamma-kamma buruk karena tidak ada yang dapat lari dari hal tersebut.

Salam   _/\_

akibat dosa adalah maut alias mati, Siddharta mati akibat berdosa.
sedangkan Yesus mengalahkan maut, bangkit dari kubur.

berbeda, sangat berbeda.  :)

El Sol

Quote from: Petrus on 13 November 2008, 07:59:40 PM
Quote from: k4r1mun on 13 November 2008, 07:51:33 PM
Bro Petrus, sedemikian takutkah anda pada adanya pembalasan terhadap perbuatan buruk anda sehingga anda ingin Tuhan anda untuk memaafkan anda?
Tidak ada satupun manusia yang lahir tanpa mengalami LDM, yang perlu anda takuti adalah justru ketidakmampuan manusia untuk dapat melepaskan diri terhadap nafsu dan kemelekatan dunia ini sehingga manusia akan terus menerus menjalani roda kehidupan yang penuh penderitaan.
Sang Buddha pun pada masa muda nya juga tidak terlepas dari belengu LDM, Beliau melihat begitu banyak penderitaan yang dialami manusia pada saat itu dan mencoba untuk menemukan jalan sehingga manusia dapat terbebas dari penderitaan. Tidak ada 1 pun manusia di dunia ini yang terlepas dari perbuatan jahat (kemelekatan terhadap dunia ini) bahkan  sekalipun pada waktu mudanya pun pasti melakukan kesalahan. Jadi janganlah anda takut akan perhitungan kamma-kamma buruk karena tidak ada yang dapat lari dari hal tersebut.

Salam   _/\_

akibat dosa adalah maut alias mati, Siddharta mati akibat berdosa.
sedangkan Yesus mengalahkan maut, bangkit dari kubur.

berbeda, sangat berbeda.  :)

sekale lage...

jangan samakan gembel baju putih itu sama sang Buddha yg maha agung..ngerti?..

gk level banget...

gk naek ke surga..

please deh!..

makamnya dah ketemu tuh...dodol!

k4r1mun

Quote from: Petrus on 13 November 2008, 07:59:40 PM
Quote from: k4r1mun on 13 November 2008, 07:51:33 PM
Bro Petrus, sedemikian takutkah anda pada adanya pembalasan terhadap perbuatan buruk anda sehingga anda ingin Tuhan anda untuk memaafkan anda?
Tidak ada satupun manusia yang lahir tanpa mengalami LDM, yang perlu anda takuti adalah justru ketidakmampuan manusia untuk dapat melepaskan diri terhadap nafsu dan kemelekatan dunia ini sehingga manusia akan terus menerus menjalani roda kehidupan yang penuh penderitaan.
Sang Buddha pun pada masa muda nya juga tidak terlepas dari belengu LDM, Beliau melihat begitu banyak penderitaan yang dialami manusia pada saat itu dan mencoba untuk menemukan jalan sehingga manusia dapat terbebas dari penderitaan. Tidak ada 1 pun manusia di dunia ini yang terlepas dari perbuatan jahat (kemelekatan terhadap dunia ini) bahkan  sekalipun pada waktu mudanya pun pasti melakukan kesalahan. Jadi janganlah anda takut akan perhitungan kamma-kamma buruk karena tidak ada yang dapat lari dari hal tersebut.

Salam   _/\_

akibat dosa adalah maut alias mati, Siddharta mati akibat berdosa.
sedangkan Yesus mengalahkan maut, bangkit dari kubur.

berbeda, sangat berbeda.  :)

Sekali lagi konsep yang anda pahami sangat jauh berbeda dengan konsep Buddhis. Kematian hanyalah sebuah siklus dari kehidupan bukan lah ending berbeda dengan konsep kr****n yang mengatakan hanya ada 1x kehidupan hanya ada 1x lahir dan 1x kematian. Jadi siklus kematian pasti akan dilewati oleh siapa pun.
Sang Buddha meninggal pun itu hanya untuk memutuskan siklus kehidupan sehingga Beliau tidak terlahir di alam manapun lagi dan bebas dari roda penderitaan kehidupan. Sungguh tidak masuk akal apabila tubuh manusia yang penuh kotoran dan sangat kasar ini dapat bertahan selama beribu-ribu tahun atau selamanya.
Apabila mau dibandingkan  sudah meninggal lalu hidup kembali lalu hilang (meninggal?) apakah ini bukan siklus kehidupan? Bahkan hal ini berarti menandakan bahwa Dia belum terbebas dari roda penderitaan sehingga harus terlahir kembali.
Saudara Petrus, apakah anda begitu ketakutan terhadap dosa dan kematian?

_/\_

FZ

Bro Petrus..

Saya rasa bro Petrus cukup pintar untuk menyadari bahwa Buddhisme dan Christian itu berbeda..
Silakan direnungkan apa "diskusi" di forum ini masih perlu dilanjutkan ?

El Sol

Quotewaktu lahir, karma  = 0.00001 (bawaan dari sebelumnya)
waktu hidup, karma = 0.00001 ( kecuali hidup tak bercela/suci nilainya 0, tapi gak mungkin suci karena sudah tabungan kamma 1)
ketika dilahirkan kembali, karma = 0.00001+0.00001=0.00002

Malahan karma bertambah, tidak ada pengurangan
sudah berapa kali anda rebirth ?
semakin banyak rebirth semakin numpuk karma nya.

bagaimana ?   

Hanya seorang Buddha yg tidak melakukan karma lagi..

seorang manusia ato makhluk apapun juga selain Buddha, tetap bisa melakukan karma baek ato karma buruk...

seorang Buddha tidak bisa melakukan karma baek ato buruk karena mereka telah melenyapkan Dosa, lobha dan moha...

penyebab sebuah karma berbuah adalah dari ke'aku'an dan ke'aku'an itu muncul dari dosa,lobha dan moha..


biarpun sang Buddha sudah tidak bisa menciptakan karma2 baek dan buruk yg baru..

tetapi karma lampau dia masih ada..sampai beliau meninggal dunia..barulah karma itu hancur...ilang...

Petrus

Quote from: k4r1mun on 13 November 2008, 08:09:45 PM
Sekali lagi konsep yang anda pahami sangat jauh berbeda dengan konsep Buddhis. Kematian hanyalah sebuah siklus dari kehidupan bukan lah ending berbeda dengan konsep kr****n yang mengatakan hanya ada 1x kehidupan hanya ada 1x lahir dan 1x kematian. Jadi siklus kematian pasti akan dilewati oleh siapa pun.
Sang Buddha meninggal pun itu hanya untuk memutuskan siklus kehidupan sehingga Beliau tidak terlahir di alam manapun lagi dan bebas dari roda penderitaan kehidupan. Sungguh tidak masuk akal apabila tubuh manusia yang penuh kotoran dan sangat kasar ini dapat bertahan selama beribu-ribu tahun atau selamanya.
kok bisa diputuskan ? padahal dia masih membawa karma, gak konsisten dgn ajarannya sendiri.
ah aku tahu ... ini hanya trik saja supaya manusia takut berbuat dosa, jadi pura-pura ada rebirth. kalo jahat jadi kodok, nakut-nakutin aja pada awalnya. Lama kelamaan dianggep beneran oleh pengikutnya.
kayak tradisi tiongkok, awas jangan ini jangan itu ntar bisa ini bisa itu, supaya si anak bersikap sopan.

QuoteApabila mau dibandingkan  sudah meninggal lalu hidup kembali lalu hilang (meninggal?) apakah ini bukan siklus kehidupan? Bahkan hal ini berarti menandakan bahwa Dia belum terbebas dari roda penderitaan sehingga harus terlahir kembali.
saya akui imajinasi para buddhist, memang diajarkan untuk berimajinasi sendiri.

QuoteSaudara Petrus, apakah anda begitu ketakutan terhadap dosa dan kematian?
Sudah ada bukti kebangkitan Yesus, mengapa aku harus takut ?


kamu tidak takut kalau nanti dugaan kamu salah dan ternyata Tuhan ada dan rebirth tidak ada.
Mau minta tolong siapa lagi ?
Ini soal serius bukan main-main.