Bhavaviveka "vs" Hinayana

Started by GandalfTheElder, 01 November 2008, 03:18:41 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

El Sol

Quote from: joan lee on 07 November 2008, 04:40:25 PM
Quote from: El Sol on 07 November 2008, 04:36:49 PM
Quote from: joan lee on 07 November 2008, 04:35:20 PM
Quote from: dilbert on 07 November 2008, 04:33:50 PM
Quote from: joan lee on 07 November 2008, 04:32:03 PM
yang menang debat dapat apa?

semua yang debat/diskusi dengan hati terbuka... akan mendapatkan banyak hal.
still, everbody is going to die anyway.. menang dapat ap? kepuasan sementara? ato instant arahat?



cewe gk bakal ngerti deh...

gw juga bingung kalo cewe kumpul2 gitu pasti ngegosip..untungne ape..?

tanya kenapa?



iya, tanya kenapa? btw, kt sopo sy cew?
el sol yg ke cew2an  :)) :))

cew ato cow gk membatasi pandangan dalam memandang ^-^ ^-^


gw cuma nunjukkin kalo ELOE juga MELAKUKAN HAL2 YG TIDAK BERGUNA..

(note: kalo eloe cewe)..

so, jangan anggap diri sendiri suci dan patut dijadikan teladan kalo faktanya loe gk ikut debat karena ini bukan topik yg menarik buat eloe..

coba kalo ada topik yg menarik buat eloe...gw jamin loe pasti debat2 + Gosip2 juga...

well....ur the same...dun think that ur better...

dilbert

Quote from: joan lee on 07 November 2008, 04:35:20 PM
Quote from: dilbert on 07 November 2008, 04:33:50 PM
Quote from: joan lee on 07 November 2008, 04:32:03 PM
yang menang debat dapat apa?

semua yang debat/diskusi dengan hati terbuka... akan mendapatkan banyak hal.
still, everbody is going to die anyway.. menang dapat ap? kepuasan sementara? ato instant arahat?

krn kadang sy baca ud melewati diskusi, tp ajang hina menghina.. :)) :))

makanya kalau diskusi / debat itu jangan diharamkan... semuanya harus belajar...

Kalau saya baca semua diskusi atau boleh kita katakan debat antara BUDDHA dengan berbagai aliran kepercayaan dan ajaran pada jamannya, BUDDHA berhasil melakukan diskusi/debat dan memberikan penjelasan (atau pengajaran) yang begitu ELEGAN dan PIAWAI sehingga tidak pernah menimbulkan konflik (apalagi yang berdarah) dan hasilnya adalah semua pendengar/penonton/pemirsa mendapatkan banyak MANFAAT.

Kita pelajari bagaimana BUDDHA memberikan jawaban atas pertanyaan pertanyaan dengan baik sekali. Jawaban jauh dari kesan menghina, menyindir, menjatuhkan. Tetapi jawaban memberikan penjelasan yang baik sekali yang bisa diterima sebagai penjelasan yang baik.

Itu yang harus kita pelajari.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Kelana

Quote from: sobat-dharma on 07 November 2008, 11:33:30 AM

Kata "hina" memang dapat berkonotasi negatif. Tapi pengertiannya, harus diartikan dengan melihat pada oposisinya yaitu "maha", yaitu berarti besar atau luas. Jadi lawan dari besar adalah kecil. Karena itu kata hina di di sini dapat diartikan sebagai kecil, meski memiliki konotasi buruk.

Dalam bahasa Indonesia, kata "bisa" misalnya, dapat diartikan sebagai "racun" sekaligus "mampu". Namun pengertiannya sangat tergantung pada konteks kalimatnya. Jika seseorang menggunakan kata "Kratingdaeng. Bisa!"  Bukan berarti ia sedang mengatakan Kratingdaeng itu berbisa (atau beracun), tapi Kratindaeng mampu menambah tenaga. Begitu juga sebaliknya. Kedua pengertian ini tidak bisa dipertukarkan seenaknya walaupun bunyi katanya sama.

Meskipun demikian, umat Mahayana sekarang sudah sepakat untuk tidak lagi menggunakan kata "hinayana" dengan pertimbangan kata ini memang dapat diartikan secara sebaliknya. Sdr. Gandalf tampaknya menggunakan istilah ini sekadar untuk mengutip Bavaviveka, kalau saya tak salah menfasirkan. Saya lebih suka menggunakan istilah Sravakayana atau Nikaya untuk merujuk pada "yana" (kendaraan) di mana ajaran Theravada berada di dalamnya.   

Sdr. Sobat, seperti yang saya sampaikan sebelumnya, jika mengacu pada lawan dari maha - besar mengapa tidak menggunakan kata "cuula" yang berarti kecil? Lalu apa dasarnya kita langsung mengartikan kata 'hina' sebagai kecil? Tafsiran???

Jika anda mengatakan bahwa ini tergantung konteks kalimatnya, maka dalam pemabahasan ini kita perlu mengacu pada sutra maupun sutta lain. Dalam berbagai sutra dan sutta, kata hina selalu berkonotasi negatif. Pembiasan makna kata hina dilakukan oleh Mahayanis hanya terjadi dalam sutra yang di dalamnya terdapat pembahasan mengenai perbandingan antara hinayana dan mahayana. Dan sutra-sutra ini tidak bisa dijadikan tolak ukur karena sutra inilah yang "bermasalah" karena ada kata hinayana yang sedang dibahas. Oleh karena itu kit aperlu mencari tahu arti dari kata hina itu sebenarnya.

Saya tidak akan membahas terlau panjang lebar mengenai kata hina, tapi agar berdasar, saya akan memberikan anda artikel yang perlu anda pertimbangkan bahwa ada kerancuan atas kata "hina" yang berkonotasi negatif. http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1334&multi=T&hal=0&hmid=
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

chingik

#123
[at] bro Karuna,
Quote from: karuna_murti on 07 November 2008, 12:05:33 PM
Quote小品般若波羅蜜經》卷1〈2 釋提桓因品〉:
    「爾時釋提桓因語須菩提言:「是諸無數天眾,皆共集會,欲聽須菩提說般若波羅蜜義。菩薩云何住般若波羅蜜?」須菩提語釋提桓因及諸天眾:「憍尸迦!我今當承佛神力,說般若波羅蜜。若諸天子未發阿耨多羅三藐三菩提心者,今應當發。若人已入正位,則不堪任發阿耨多羅三藐三菩提心。何以故?已於生死作障隔故。是人若發阿耨多羅三藐三菩提心,我亦隨喜,終不斷其功德。所以者何?上人應求上法。」」
    (CBETA, T08, no. 227, p. 540, a12-21)

    Subhūti said to Śakra Devānām Indra and all [those] assembled devas: "O Kauśika! I shall now, empowered by the Buddha's spiritual might, teach the prajñāpāramitā. All those sons of the devas who have yet to arise the mind [of aspiration towards] anuttarā samyak saṃbodhi, they should now arise [that aspiration]. If a person has already penetratively [realized] the fixed status [of dharmas], they are therefore unable to arise the mind [of aspiration towards] anuttarā samyak saṃbodhi. For what reason? Because they have already constructed an obstructing barrier [between themselves and the cycle of] birth and death. If these people were to arise the mind [of aspiration towards] anuttarā samyak saṃbodhi, I would also have appreciative joy [towards that], and never prevent their merit. For what reason? Superior people should aspire for superior dharmas."

QuoteDaoxing Jing
須菩提語釋提桓因言:「拘翼!是若干千萬天子樂者,聽我當說。」
須菩提持佛威神、持佛力,廣為諸天子說般若波羅蜜:「何所天子未行菩薩道,其未行者今皆當行。以得須陀洹道,不可復得菩薩道。何以故?閉塞生死道故。正使是輩行菩薩道者,我代其喜,我終不斷功德法,我使欲取中正尊法,正欲使上佛。」
~ ... one who attains the streamwinner path, is not able to further attain the Bodhisattva path ...

Damingdu Jing
善業曰:「諸天子!樂聞者,聽我說。因持佛力,廣說智度。何天子未求闓士道者,今皆當求。以得溝港道者,不可復得闓士道士。何以故?閉生死道已。正使是輩求者,我代其喜,不斷功德也。悉欲使取經中極尊法,使上至佛。」
~ ... one who attains the streamwinner path, is not able to further attain the bodhisattva path ...

Banruo Chao Jing
須菩提語釋提桓因。拘翼。是若干萬千天人樂聞者。皆聽我當持佛威神力廣為諸天人說般若波羅蜜。何所天人未發菩薩心者。今皆當行。以得須陀洹者不可復得菩薩道。何以故。閉塞生死故。正使是輩人索菩薩道。我亦勸助之不斷其功德。悉使取法中極尊欲使極上。
~ ... one who attains the streamwinner path, is not able to further attain the bodhisattva path ...

Xiaopin Jing
須菩提語釋提桓因,及諸天眾:「憍尸迦!我今當承佛神力,說般若波羅蜜。若諸天子未發阿耨多羅三藐三菩提心者,今應當發。若人已入正位,則不堪任發阿耨多羅三藐三菩提心。何以故?已於生死作障隔故。是人若發阿耨多羅三藐三菩提心,我亦隨喜,終不斷其功德。所以者何?上人應求上法。」
~ ... one who has entered certainty (samyaktva), is then unable to arise the mind of anuttarā samyak saṃbodhi ...

In Sanskrit: "ye tvavakrāntāḥ samyaktvaniyāmam, na te bhavyā anuttarāyāṁ samyaksaṁbodhau cittam utpādayitum| tatkasya hetoḥ? baddhasīmāno hi te saṁsārasrotasaḥ|"
"Those who have realized certainty, they cannot arise the mind of anuttarā samyak saṃbodhi."
Terjemahan Ven. Huifeng
http://www.lioncity.net/buddhism/index.php?showtopic=77605&st=30
Lihat tulisan yg merah di atas. Toh Buddha juga mengatakan bahwa jika orang tersebut membangkitkan batin Anuttarasamyaksambodhi, Buddha juga turut bergembira.

Dalam Mahaprajnaparamita Sastra , tertulis begini:

「諸天子!今未發阿耨多羅三藐三菩提心者,應當發;諸天子!若入聲聞正位,是人不能發阿耨多羅三藐三菩提心。何以故?與生死作障隔故。是人若發阿耨多羅三藐三菩提心者,我亦隨喜,所以者何?上人應更求上法,我終不斷其功德。

Dalam kitab ini ada pertanyaan begini:
未發心者當發,已入聖道者則不堪任,以漏盡、無有後生故,如是等因緣,故言「不任」。 問曰: 若是人不任者,何以故言:「是人若發心者,我亦隨喜,不障其功德,上人應更求上法」?答曰: 須菩提雖是小乘,常習行空故,不著聲聞道;以是故假設言:
「若發心」,有何咎!此中須菩提自說二因緣:一者、不障其福德心;二者、上人應更求上法。以是故,上人求阿耨多羅三藐三菩提,無咎;若上人求小法是可恥。
Artinya:
Bagi yang belum membangkitkan batin [samyaksambuddha], sepatutnya membangkitkannya. Bagi yang sudah memasuki ke jalur kesucian (jalan Arahat), maka menjadi tidak layak*, karena telah mengakhiri Asrava dan tidak ada lagi kelahiran selanjutnya. Atas dasar faktor ini maka disebut "tidak layak". Tanya: "Jika orang tersebut tidak pantas, mengapa dikatakan: "Bila orang ini membangkitkan batin [samyaksambodhi], Saya juga turut bergembira, karena pahala kebajikannya tidak akan terhalang, karena orang yang luhur sepatutnya mencari jalan yang luhur"?

Disini terlihat jelas bahwa orang menjadi bingung karena pada satu sisi mengatakan orang yang memilih jalur Kearahatan sudah tidak layak membangkitkan batin samyaksambodhi, pada sisi lain kok Buddha malah mengatakan orang tersebut bisa saja membangkitkannya dan Buddha akan merasa bergembira.
Dari kebingungan ini, Nagarjuna memberi penjelasan dengan mengambil contoh Subhuti. Jelas Subhuti adalah seorang Arahat. Jadi jawaban Nagarjuna adalah:

"[Nagarjuna] menjawab: Meskipun Subhuti adalah [golongan] hinayana, namun karena sering mempraktikkan jalan sunyata, maka tidak melekat pada jalan Sravaka. Karena itu maka diandaikan mengatakan "jika membangkitkan batin [samyaksambodhi], apa ada yang salah? Di sini Subhuti sendiri mengatakan ada 2 faktor [seseorang bisa membangkitkan lagi batin samyaksambodhi], yakni:
1. Batin pahala kebajikannya tidak terhalang
2. Orang yang luhur patut membangkitkan batin yang luhur
Atas dasar ini, orang luhur membangkitkan batin Anuttarasamyaksambodhi, adalah tidak salah. Jika orang luhur mencari jalan sempit , ini adalah memilukan.

*(Cat: istilah 不堪任 (tidak layak), bukan berarti tidak dapat. Di sini konteksnya harus jelas. Ini tercermin dari lanjutan kalimat yang diucapkan Buddha: 是人若發心者,我亦隨喜,不障其功德,上人應更求上法. 

dilbert

#124
Quote from: chingik on 07 November 2008, 08:59:25 PM
Artinya:
Bagi yang belum membangkitkan batin [samyaksambuddha], sepatutnya membangkitkannya. Bagi yang sudah memasuki ke jalur kesucian (jalan Arahat), maka menjadi tidak layak*, karena telah mengakhiri Asrava dan tidak ada lagi kelahiran selanjutnya. Atas dasar faktor ini maka disebut "tidak layak". Tanya: "Jika orang tersebut tidak pantas, mengapa dikatakan: "Bila orang ini membangkitkan batin [samyaksambodhi], Saya juga turut bergembira, karena pahala kebajikannya tidak akan terhalang, karena orang yang luhur sepatutnya mencari jalan yang luhur"?

Disini terlihat jelas bahwa orang menjadi bingung karena pada satu sisi mengatakan orang yang memilih jalur Kearahatan sudah tidak layak membangkitkan batin samyaksambodhi, pada sisi lain kok Buddha malah mengatakan orang tersebut bisa saja membangkitkannya dan Buddha akan merasa bergembira.


Nah... kan bingung sendiri kan... Lantas kemudian bagaimana ?? Nagarjuna memberikan penjelasan tentang subhuti sesuai dengan apa sdr.chingik katakan...

Tapi ngomong ngomong sutra Mahayana itu "KATANYA" diambil oleh Nagarjuna dari alam Naga. TANYA KENAPA BISA INKONSISTEN ??? Ngambil salah kali...  ;)
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

joan lee

Quote from: El Sol on 07 November 2008, 04:43:11 PM
Quote from: joan lee on 07 November 2008, 04:40:25 PM
Quote from: El Sol on 07 November 2008, 04:36:49 PM
Quote from: joan lee on 07 November 2008, 04:35:20 PM
Quote from: dilbert on 07 November 2008, 04:33:50 PM
Quote from: joan lee on 07 November 2008, 04:32:03 PM
yang menang debat dapat apa?

semua yang debat/diskusi dengan hati terbuka... akan mendapatkan banyak hal.
still, everbody is going to die anyway.. menang dapat ap? kepuasan sementara? ato instant arahat?



cewe gk bakal ngerti deh...

gw juga bingung kalo cewe kumpul2 gitu pasti ngegosip..untungne ape..?

tanya kenapa?



iya, tanya kenapa? btw, kt sopo sy cew?
el sol yg ke cew2an  :)) :))

cew ato cow gk membatasi pandangan dalam memandang ^-^ ^-^


gw cuma nunjukkin kalo ELOE juga MELAKUKAN HAL2 YG TIDAK BERGUNA..

(note: kalo eloe cewe).. :ngomel: :ngomel: :ngomel:

so, jangan anggap diri sendiri suci dan patut dijadikan teladan kalo faktanya loe gk ikut debat karena ini bukan topik yg menarik buat eloe..

coba kalo ada topik yg menarik buat eloe...gw jamin loe pasti debat2 + Gosip2 juga...

well....ur the same...dun think that ur better...

masih perlu belajar...

dark_angel

[at] atas

se7 banget dengan pemikiran loe joan lee

;D

chingik

#127
Quote from: dilbert on 07 November 2008, 10:06:45 PM
Quote from: chingik on 07 November 2008, 08:59:25 PM
Artinya:
Bagi yang belum membangkitkan batin [samyaksambuddha], sepatutnya membangkitkannya. Bagi yang sudah memasuki ke jalur kesucian (jalan Arahat), maka menjadi tidak layak*, karena telah mengakhiri Asrava dan tidak ada lagi kelahiran selanjutnya. Atas dasar faktor ini maka disebut "tidak layak". Tanya: "Jika orang tersebut tidak pantas, mengapa dikatakan: "Bila orang ini membangkitkan batin [samyaksambodhi], Saya juga turut bergembira, karena pahala kebajikannya tidak akan terhalang, karena orang yang luhur sepatutnya mencari jalan yang luhur"?

Disini terlihat jelas bahwa orang menjadi bingung karena pada satu sisi mengatakan orang yang memilih jalur Kearahatan sudah tidak layak membangkitkan batin samyaksambodhi, pada sisi lain kok Buddha malah mengatakan orang tersebut bisa saja membangkitkannya dan Buddha akan merasa bergembira.


Nah... kan bingung sendiri kan... Lantas kemudian bagaimana ?? Nagarjuna memberikan penjelasan tentang subhuti sesuai dengan apa sdr.chingik katakan...

Tapi ngomong ngomong sutra Mahayana itu "KATANYA" diambil oleh Nagarjuna dari alam Naga. TANYA KENAPA BISA INKONSISTEN ??? Ngambil salah kali...  ;)

Sebenarnya tidaklah inkonsisten. Lagi pula itu bukan ada yang bingung, cuma Nagarjuna tau mungkin ada yang tidak paham, maka dia mengulas melalui bentuk tanya jawab.
Kemudian  konteksnya juga sudah jelas, di mana ini adalah wejangan tentang Prajnaparamita Sutra. Arah dialognya juga perlu diperhatikan. Di mana yang mengucapkan kata-kata di atas adalah Subhuti (Bukan Buddha, jadi diralat ya kalo yg sdh baca tulisan saya di atas, ;))
Subhuti adalah seorang Arahat sekaligus siswa terkemuka dalam menyelami kekosongan(sunyata).  Tema yang diangkat oleh Subhuti adalah pengembangan batin Samyaksambodhi melalui Prajnaparamita. Sepanjang isi Sutra ini adalah menonjolkan Kebijaksanaan Sempurna menuju Samyaksambodhi. Point Subhuti adalah mendorong dewa Sakra utk langsung menyelami hakikat ketanpa melekatan. Jadi segala hal yang berkondisi tentu akan disangkal seperti hal nya ucapan tentang Sravaka yang tidak layak mengembangkan samyaksambodhi. Bukan hanya itu, bahkan term bodhisatva sendiri juga disangkal.
Coba kita perhatikan lagi salah satu ucapan Subhuti di Sutra ini juga:
憍尸迦。菩薩發大莊嚴乘。於大乘以空法住般若波羅蜜。不應住色。不應住受想行識。不應住色若常若無常。不應住受想行識若常若無常。不應住色若苦若樂。不應住受想行識若苦若樂。不應住色若淨若不淨。不應住受想行識若淨若不淨。不應住色若我若無我。不應住受想行識若我若無我。不應住色若空若不空。不應住受想行識若空若不空。不應住須陀洹果。不應住斯陀含果。不應住阿那含果。不應住阿羅漢果。不應住辟支佛道。不應住佛法---> Oh..Sakra, dalam mengembangkan kendaraan agung, seorang bodhisatva berdiam dalam prajnaparamita melalui prinsip kekosongan dari mahayana. Tidak sepatutnya berdiam dalam rupa, tidak sepatutnya berdiam dalam vedana, sanna, sankhara dan vijnana. Tidak sepatutnya berdiam dalam apakah rupa itu kekal atau tidak kekal, tidak sepatutnya berdiam dalam apakah vedana,sanna, sankhara, vijnana itu menderita atau bahagia. Tidak sepatutnya berdiam dalam apakah vedana,sanna, sankhara, vijnana itu murni atau tidak murni. .....aku atau tanpa aku, sunyata atau tidak sunyata. Tidak sepatutnya berdiam dalam Sotapanna, ..Sakadagami, Anagami, Arahat, Pratyekabuddha , Tidak sepatutnya berdiam dalam Buddha-dharma.

Kemudian perhatikan lagi ucapan ini:
若善男子善女人欲學聲聞地。當聞是般若波羅蜜受持讀誦如說修行---> Jika putra dan putri bajik ingin berlatih jalan Sravaka, hendaknya mendengarkan ajaran Prajnaparamita, menerima, melantunkan dan mempraktikkannya.

Dari ucapan Subhuti ini, tidaklah mungkin siswa Sravaka tidak bisa memgembangkan batin samyaksambodhi dan tidaklah mungkin Subhuti masih mendorong para Sravaka (Subhuti sendiri juga Sravaka) utk mempraktikkan Prajnaparamita yg mengarah ke Samyaksambodhi. Sutra hendaknya tidak ditafsir setengah-setengah. ;)





sobat-dharma

Quote from: Kelana on 07 November 2008, 06:58:26 PM
Quote from: sobat-dharma on 07 November 2008, 11:33:30 AM

Saya tidak akan membahas terlau panjang lebar mengenai kata hina, tapi agar berdasar, saya akan memberikan anda artikel yang perlu anda pertimbangkan bahwa ada kerancuan atas kata "hina" yang berkonotasi negatif. http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1334&multi=T&hal=0&hmid=


Ya, tapi apakah penafsiran yang bersifat negatif atau positif, maka hal tersebut tergantung pada pembacanya. Jika si pembaca tidak terperangkap dalam rasa curiga pada pihak lain, maka ia seharusnya melihat bahwa kata "hina" selama dipasangkan sebagai kebalikan dari kata "maha" maka artinya adalah "kecil/partikular/bagian/sempit", bukan lantas boleh diartikan sama dengan kata "hina" lainnya yang digunakan dalam sutta ataupun sutra. 

Nah, memang demi pembaca yang belum paham benar dan terus menerus menangkapnya dalam segi pengertian negatifnya belaka, maka saya sendiri sepakat jika kata Hinayana tidak dipakai.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

sobat-dharma

Menurut Mahavaipulya Paripurnabuddhi Nitarthasutra:

Perbedaan antara sravakayana dan mahayana, atau arahant dan bodhisattva terdiri dari kemampuan mengatasi dua halangan. Dua halangan tersebut antara lain terdiri dari:

1. Halangan paham (Jneyavarana)
2. Halangan Kekotoran batin (Klesavarana)

Dalam hal ini, dikatakan seorang sravaka atau pacceka-buddha hanya berhasil mengatasi halangan kekotoran batin (klesavarana), namun belum berhasil mengatasi halangan paham (Jneyavarana)

Sedangkan seorang bodhisattva berhasil mengatasi kedua halangan tersebut. Oleh karena itu, beda antara bodhisattva dan seorang sravaka tidak terletak pada bentuk klesa yang diatasi. Dalam hal ini, seorang srvaka berhasil mengatasi semua klesa, namun belum menyingkirkan halangan paham (jneyavarana).

Demikian yang kubaca. Mengenai apa yang disebut sebagai halangan paham (jneyavarana) masih harus kupelajari lebih jauh lagi. :)

Smoga bermanfaat.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

sobat-dharma

Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

dilbert

#131
Quote from: chingik on 08 November 2008, 12:39:34 PM
Quote from: dilbert on 07 November 2008, 10:06:45 PM
Quote from: chingik on 07 November 2008, 08:59:25 PM
Artinya:
Bagi yang belum membangkitkan batin [samyaksambuddha], sepatutnya membangkitkannya. Bagi yang sudah memasuki ke jalur kesucian (jalan Arahat), maka menjadi tidak layak*, karena telah mengakhiri Asrava dan tidak ada lagi kelahiran selanjutnya. Atas dasar faktor ini maka disebut "tidak layak". Tanya: "Jika orang tersebut tidak pantas, mengapa dikatakan: "Bila orang ini membangkitkan batin [samyaksambodhi], Saya juga turut bergembira, karena pahala kebajikannya tidak akan terhalang, karena orang yang luhur sepatutnya mencari jalan yang luhur"?

Disini terlihat jelas bahwa orang menjadi bingung karena pada satu sisi mengatakan orang yang memilih jalur Kearahatan sudah tidak layak membangkitkan batin samyaksambodhi, pada sisi lain kok Buddha malah mengatakan orang tersebut bisa saja membangkitkannya dan Buddha akan merasa bergembira.


Nah... kan bingung sendiri kan... Lantas kemudian bagaimana ?? Nagarjuna memberikan penjelasan tentang subhuti sesuai dengan apa sdr.chingik katakan...

Tapi ngomong ngomong sutra Mahayana itu "KATANYA" diambil oleh Nagarjuna dari alam Naga. TANYA KENAPA BISA INKONSISTEN ??? Ngambil salah kali...  ;)

Sebenarnya tidaklah inkonsisten. Lagi pula itu bukan ada yang bingung, cuma Nagarjuna tau mungkin ada yang tidak paham, maka dia mengulas melalui bentuk tanya jawab.
Kemudian  konteksnya juga sudah jelas, di mana ini adalah wejangan tentang Prajnaparamita Sutra. Arah dialognya juga perlu diperhatikan. Di mana yang mengucapkan kata-kata di atas adalah Subhuti (Bukan Buddha, jadi diralat ya kalo yg sdh baca tulisan saya di atas, ;))
Subhuti adalah seorang Arahat sekaligus siswa terkemuka dalam menyelami kekosongan(sunyata).  Tema yang diangkat oleh Subhuti adalah pengembangan batin Samyaksambodhi melalui Prajnaparamita. Sepanjang isi Sutra ini adalah menonjolkan Kebijaksanaan Sempurna menuju Samyaksambodhi. Point Subhuti adalah mendorong dewa Sakra utk langsung menyelami hakikat ketanpa melekatan. Jadi segala hal yang berkondisi tentu akan disangkal seperti hal nya ucapan tentang Sravaka yang tidak layak mengembangkan samyaksambodhi. Bukan hanya itu, bahkan term bodhisatva sendiri juga disangkal.
Coba kita perhatikan lagi salah satu ucapan Subhuti di Sutra ini juga:
憍尸迦。菩薩發大莊嚴乘。於大乘以空法住般若波羅蜜。不應住色。不應住受想行識。不應住色若常若無常。不應住受想行識若常若無常。不應住色若苦若樂。不應住受想行識若苦若樂。不應住色若淨若不淨。不應住受想行識若淨若不淨。不應住色若我若無我。不應住受想行識若我若無我。不應住色若空若不空。不應住受想行識若空若不空。不應住須陀洹果。不應住斯陀含果。不應住阿那含果。不應住阿羅漢果。不應住辟支佛道。不應住佛法---> Oh..Sakra, dalam mengembangkan kendaraan agung, seorang bodhisatva berdiam dalam prajnaparamita melalui prinsip kekosongan dari mahayana. Tidak sepatutnya berdiam dalam rupa, tidak sepatutnya berdiam dalam vedana, sanna, sankhara dan vijnana. Tidak sepatutnya berdiam dalam apakah rupa itu kekal atau tidak kekal, tidak sepatutnya berdiam dalam apakah vedana,sanna, sankhara, vijnana itu menderita atau bahagia. Tidak sepatutnya berdiam dalam apakah vedana,sanna, sankhara, vijnana itu murni atau tidak murni. .....aku atau tanpa aku, sunyata atau tidak sunyata. Tidak sepatutnya berdiam dalam Sotapanna, ..Sakadagami, Anagami, Arahat, Pratyekabuddha , Tidak sepatutnya berdiam dalam Buddha-dharma.

Kemudian perhatikan lagi ucapan ini:
若善男子善女人欲學聲聞地。當聞是般若波羅蜜受持讀誦如說修行---> Jika putra dan putri bajik ingin berlatih jalan Sravaka, hendaknya mendengarkan ajaran Prajnaparamita, menerima, melantunkan dan mempraktikkannya.

Dari ucapan Subhuti ini, tidaklah mungkin siswa Sravaka tidak bisa memgembangkan batin samyaksambodhi dan tidaklah mungkin Subhuti masih mendorong para Sravaka (Subhuti sendiri juga Sravaka) utk mempraktikkan Prajnaparamita yg mengarah ke Samyaksambodhi. Sutra hendaknya tidak ditafsir setengah-setengah. ;)



Tidak sepatutnya berdiam dalam apakah vedana,sanna, sankhara, vijnana itu murni atau tidak murni. .....aku atau tanpa aku, sunyata atau tidak sunyata. Tidak sepatutnya berdiam dalam Sotapanna, ..Sakadagami, Anagami, Arahat, Pratyekabuddha , Tidak sepatutnya berdiam dalam Buddha-dharma.
quote di atas ini mutlak untuk mencapai pembebasan... karena melekat bahkan untuk mencapai nibbana sendiri malah tidak akan bisa dicapai apa-apa... jadi esensinya adalah untuk pembebasan atau mencapai ARAHAT (bisa savaka, pacceka bahkan sammasambuddha), bukan ditafsirkan bahwa individu yang sudah mencapai ARAHAT kemudian mengambil lagi JALUR ini untuk mencapai annutara sammasambuddha.

Bhante Buddhadasa dalam bukunya THE TRUTH OF NATURE mengatakan bahwa pada dasarnya THERAVADA adalah jalur lambat untuk mencapai pembebasan karena lebih sistematik, sedangkan MAHAYANA adalah jalur cepat untuk mencapai pembebasan karena mengutamakan penembusan akan konsep SUNYATA, ketika SUNYATA di"tembus", dengan sendiri SILA, SAMADHI dan PANNA akan muncul.

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

dilbert

#132
Quote from: sobat-dharma on 08 November 2008, 03:04:07 PM
Menurut Mahavaipulya Paripurnabuddhi Nitarthasutra:

Perbedaan antara sravakayana dan mahayana, atau arahant dan bodhisattva terdiri dari kemampuan mengatasi dua halangan. Dua halangan tersebut antara lain terdiri dari:

1. Halangan paham (Jneyavarana)
2. Halangan Kekotoran batin (Klesavarana)

Dalam hal ini, dikatakan seorang sravaka atau pacceka-buddha hanya berhasil mengatasi halangan kekotoran batin (klesavarana), namun belum berhasil mengatasi halangan paham (Jneyavarana)

Sedangkan seorang bodhisattva berhasil mengatasi kedua halangan tersebut. Oleh karena itu, beda antara bodhisattva dan seorang sravaka tidak terletak pada bentuk klesa yang diatasi. Dalam hal ini, seorang srvaka berhasil mengatasi semua klesa, namun belum menyingkirkan halangan paham (jneyavarana).

Demikian yang kubaca. Mengenai apa yang disebut sebagai halangan paham (jneyavarana) masih harus kupelajari lebih jauh lagi. :)

Smoga bermanfaat.

Nah... kalau bodhisatva di dalam THERAVADA itu yang notabene calon Sammasambuddha (bukan dalam jalur khusus bodhisatva) memang dikatakan memiliki empat pengetahuan akan jalan (untuk mengatasi kilesa) yang disertai dengan KEMAHATAHUAN... KEMAHATAHUAN itulah yang disebut di dalam MAHAYANA sebagai menghilangkan halangan paham. Tentunya dengan menghilangkan halangan paham, seorang sammasambuddha mencapai KEMAHATAHUAN... Dengan KEMAHATAHUAN itulah seorang sammasambuddha menurunkan ajaran.

Oleh karena tidak menguasai KEMAHATAHUAN, seorang pacceka buddha tidak bisa menurunkan ajaran. Sedangkan para SAVAKA sendiri dikatakan tidak menurunkan ajaran, tetapi mengajar berdasarkan apa yang diajarkan oleh sammasambuddha (guru para SAVAKA).

Cocok kan CERITA begini... Atau ada cerita yang lain...?


Kalau menurut pandangan saya sendiri... bahwa THERAVADA dan MAHAYANA itu tidak berbeda... Di dalam MAHAYANA diajarkan aspirasi untuk mencapai sammasambuddha, dan hal ini OK dalam artian bahwa semua makhluk yang belum mencapai ARAHAT, tentunya masih bisa beraspirasi untuk mencapai annutara sammasambuddha. TETAPI saya TIDAK SETUJU PANDANGAN BAHWA MAHAYANA ITU MENGAJARKAN JALUR KHUSUS BODHISATVA. Dan bahkan sampai pada penafsiran bahwa seorang ARAHAT masih memiliki kesempatan/ruang untuk mencapai annutara sammasambuddha.

Di beberapa forum sampai sampai dibahas topik KEDUDUKAN BODHISATVA dan ARAHAT (dalam hal ini yang dimaksud adalah para SAVAKA/SRAVAKA)...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

QuoteDan bahkan sampai pada penafsiran bahwa seorang ARAHAT masih memiliki kesempatan/ruang untuk mencapai annutara sammasambuddha.

Permasalahannya Mahayana tidak homogen. Ada banyak pandangan di dalam Mahayana.

Sutra-Sutra seperti Saddharmapundarika Sutra memang secara jelas menyebutkan Arahat masih memiliki ruang untuk mencapai Annutara Samyaksambodhi.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

dilbert

Quote from: karuna_murti on 08 November 2008, 09:09:04 PM
QuoteDan bahkan sampai pada penafsiran bahwa seorang ARAHAT masih memiliki kesempatan/ruang untuk mencapai annutara sammasambuddha.

Permasalahannya Mahayana tidak homogen. Ada banyak pandangan di dalam Mahayana.

Sutra-Sutra seperti Saddharmapundarika Sutra memang secara jelas menyebutkan Arahat masih memiliki ruang untuk mencapai Annutara Samyaksambodhi.

Mungkin pertanyaan lanjutan adalah... dari sisi MAHAYANA... dimanakah pencapaian annutara sammasambuddha itu ?? Dalam THERAVADA, pencapaian annutara sammasambuddha hanya bisa dicapai di dunia manusia. Riwayat para BUDDHA (membahas tentang 28 sammasambuddha) itu jelas menyatakan bahwa semua sammasambuddha itu harus terlahir di dunia manusia untuk kemudian mencapai annutara sammasambuddha.

Jika sutra sutra seperti saddharmapundarika sutra menjelaskan bahwa ARAHAT masih memiliki ruang untuk mencapai Annutara sammasambuddha, dimanakah dicapai ?? apakah ARAHAT masih bertumimbal lahir/beremanasi/berinkarnasi atau sebagainya untuk mencapainya ??
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan