Riwayat Agung Para Buddha

Started by Sumedho, 26 May 2008, 10:47:21 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Yumi

Batin yang memiliki 8 kualitas dan sangat murni dan jernih dan dalam keadaan yang sempurna sehingga Abhinnà javana dapat muncul dengan mudah jika pikiran diarahkan kepada objek Abhinnà, Bodhisatta mengarahkannya kepada pengetahuan luar biasa mengenai kehidupan lampau (Pubbenivasanussati Abhinnà), yang dapat mengingat kegiatan-kegiatan, peristiwa dan pengalaman yang lampau.

Lalu, Pubbenivasanussati Abhinnà muncul dari dalam diri-Nya dengan mudah. Melalui pengetahuan luar biasa itu, Beliau dapat merenungkan dan melihat kegiatan-kegiatan, peristiwa, dan pengalaman pada kehidupan-kehidupan lampau sejak satu kehidupan yang lampau hingga kehidupan-Nya sebagai Sumedhà sang petapa; Beliau merenungkan kehidupan-kehidupan lampau-Nya dan siklus bumi ini dengan arah mundur dan arah maju hingga kehidupan-Nya sebagai Dewa Setaketu, satu kehidupan sebelum yang sekarang ini.

(Abhinnà ini dicapai dalam jaga pertama malam itu. Di sini, mungkin akan muncul keraguan, bagaimana mungkin dapat mengingat semua kejadian dan pengalaman dalam banyak kehidupan hanya dalam waktu yang sangat singkat itu, (Abhinnà javana), yang muncul hanya sekali dalam satu proses pikiran (vithi).

Jawabannya adalah: Meskipun hanya muncul sekali dalam satu saat proses pikiran, dalam satu proses pikiran kebodohan (moha), yang menyembunyikan peristiwa-peristiwa dan pengalaman dalam kehidupan-kehidupan lampau tersebut disingkirkan melalui saat munculnya pikiran tersebut. Semua peristiwa dan pengalaman yang terjadi dalam kehidupan-kehidupan itu dapat dilihat hanya setelah proses berturut-turut dari perenungan (paccavekkhanà vitthi), yang dilanjutkan oleh Abhinnà vitthi.

Bodhisatta mulia yang merenungkan kehidupan-kehidupan lampau secara berturut-turut melalui pubbenivasanussati vijjànna juga memperoleh pengetahuan luar biasa yang memastikannya mencapai Jalan Lokuttara dan Buahnya (Lokuttara Magga-Phala) dengan Pandangan Cerah penembusan seperti dijelaskan berikut:

"Sebenarnya hanya fenomena batin dan jasmani (nàma rupa) melalui kehidupan-kehidupan yang tidak terhitung banyaknya; yang awalnya tidak mungkin diketahui, dalam seluruh tiga peristiwa kelahiran, kehidupan, dan kematian, sebenarnya hanya dua fenomena nàma rupa ini saja.

Sebenarnya di semua alam kehidupan di setiap waktu, fenomena nàma rupa ini terus menerus berubah, bagaikan kobaran api dari sebuah lampu minyak atau seperti aliran air di sungai, dan melalui proses sebab dan akibat, adalah kelompok-kelompok nàma dan rupa yang melakukan berbagai fungsi seperti melihat pemandangan, mendengarkan suara, dan lain-lain.

Melalui enam pintu indra—mata, telinga, hidung, lidah, badan, dan pikiran—muncullah berbagai pengenalan dan kehendak seseorang (vinnatti) yang diungkapkan melalui gerak tubuh atau kata-kata, dan lain-lain.

(Kenyataannya) tidak ada satu pun individu yang dapat disebut 'aku', 'dia', 'orang', dan lain-lain. Sebenarnya tidak ada yang namanya dewa, Màra atau brahmà yang dapat menciptakan makhluk-makhluk)."


Oleh karena itu, Bodhisatta melalui Pubbenivasanussati Nàna menyingkirkan jauh-jauh untuk sementara (vikkhambhana-pahàna) 20 pandangan salah tentang atta (pandangan tentang diri); yaitu 4 pandangan salah mengenai atta yang berhubungan dengan kelompok keberadaan jasmani, yaitu, rupa adalah atta, atta memiliki rupa; rupa terdapat dalam atta; atta terdapat dalam rupa dan yang semacam itu, tiap-tiap kelompok dari 4 pandangan salah ini berhubungan juga dengan kelompok-kelompok perasaan, pencerapan, bentukan-bentukan pikiran, dan kesadaran. Dengan cara yang sama, Beliau juga menyingkirkan kebodohan (moha), yang telah terjadi pada masa yang sangat lampau.


~RAPB 1 ,pp. 630-632~

:lotus: :lotus: :lotus:
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

K.K.

Bro Indra, apakah sebaiknya saya menunggu cetakan ke dua keluar atau tetap diposting saja kesalahan cetak cetakan pertama yang saya temukan?

Indra

Bro Kainyn, revisi cetakan kedua hanya pada buku 1, dan terbatas pada apa yg diinformasikan oleh Sis Yumi, dengan kata lain hanya ada sedikit perbaikan. Jadi saya sangat mengharapkan sekali jika Bro Kainyn dapat menginformasikan semua kesalahan yang ditemukan yang bersumber dari cetakan pertama.

Cetakan kedua juga terbatas hanya 1000 buku, sedangkan cetakan ketiga nanti jika berhasil mendapatkan sponsor, kita akan mendapatkan kira2 5000, jadi sangat disayangkan jika cetakan berjumlah besar ini masih terdapat banyak error

  _/\_

K.K.

#288
OK, kalau begitu nanti saya mulai baca buku ke 2 dulu.

Masih buku ke 3:

2612
"Jika orang lain berusaha keras, ia juga akan sepertiku tetapi tidak akan melebihi apa yang telah kulakukan. Meskipun telah berusaha keras, aku tidak dapat mencapai Jalan dan Buahnya.
-> Dari konteks kalimat, seharusnya justru orang lain bisa melebihi yang dia capai (bisa mencapai Jalan dan Buah).


2613
(Ketika Yang Mulia Soõa masih muda, [...] Maka ia memelajari keterampilan bermain kecapi dan menjadi seorang pemain yang ahli.
-> Tidak ada tanda kurung penutup setelah "pemain yang ahli."


2617
(Apa yang dikutip dari Ekaka-nipàta atau Komentar Aïguttara dimulai dari pencapaian Sotàpatti setelah mendengarkan khotbah Dhammacakka [...] Perbedaan dua kisah ini disebabkan oleh perbedaan orang yang membacakan (bhàõaka).
-> Tidak ada tanda kurung penutup setelah "yang membacakan (bhàõaka)".


2617
Ia adalah seorang Sotàpanna mulia pertama dan siswa pertama di antara para siswi


2623
Mengetahui hal itu, yaitu, batin seseorang yang telah melihat cacat dalam kenikmatan indria sebagaimana adanya tidak akan tenggelam dalam kehidupan rumah tangga dalam waktu yang lama, tetapi bagaikan setetes air yang jatuh dari daun teratai, demikian pula pikiran kotornya akhirnya jatuh dari hatinya."
-> Tidak ada kutip pembuka.


2623
Anak-Kku bhikkhu,

(Mengapa? Karena satu hal, individu yang bagaikan haÿsa yang perbuatan, jasmani dan lain-lainnya murni, tidak mungkin individu seperti itu akan menemukan kebahagiaan di dalam kelompok hal-hal buruk dan kotor yang mirip tempat yang penuh kotoran. (Itulah sebabnya.)
-> Kelebihan kurung pembuka antara "penuh kotoran." dan "itulah sebabnya.)"


2631
dan bahwa mereka sekarang bolah berbahagia

setelah mempersiapkan makanan itu dengan saksama,
-> Untuk "saksama" ini juga ada pada buku 2, hal. 1229. Kata "saksama" memang tidak keliru, tetapi lebih jarang dipakai, seperti "bia" dan "bea". Saya tidak tahu apakah termasuk baku menurut KBBI atau tidak.


2635
Sang Thera kemudian membawa Sãvali ke vihàra dan ketika menahbiskannya menjadi seorang [samanera] setelah memberikan subjek


2636
(Ketika sang pangeran mengikuti nasihat ibunya, gerakan para penduduk menjadi sangat terbatas dan tujuh hari kemudian
-> Kelebihan kurung pembuka pada "(ketika"


Indra

Quote from: Kainyn_Kutho on 06 November 2008, 09:23:18 AM

2612
"Jika orang lain berusaha keras, ia juga akan sepertiku tetapi tidak akan melebihi apa yang telah kulakukan. Meskipun telah berusaha keras, aku tidak dapat mencapai Jalan dan Buahnya.
-> Dari konteks kalimat, seharusnya justru orang lain bisa melebihi yang dia capai (bisa mencapai Jalan dan Buah).

Pemahaman saya atas paragraf di atas adalah bahwa Sang Bodhisatta pada saa itu sudah mulai putus asa atas latihan yang Beliau praktikkan, dan beranggapan bahwa semua orang termasuk Beliau sendiri hanya maksimum akan mencapai apa yg telah Beliau capai saat itu, tidak mungkin ada yg bisa mencapai lebih dari itu. dan ternyata praktik yang udah maksimal itu juga tidak dapat membawanya menuju pencapaian Jalan dan Buah

K.K.

Quote from: Indra on 06 November 2008, 11:48:42 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 06 November 2008, 09:23:18 AM

2612
"Jika orang lain berusaha keras, ia juga akan sepertiku tetapi tidak akan melebihi apa yang telah kulakukan. Meskipun telah berusaha keras, aku tidak dapat mencapai Jalan dan Buahnya.
-> Dari konteks kalimat, seharusnya justru orang lain bisa melebihi yang dia capai (bisa mencapai Jalan dan Buah).

Pemahaman saya atas paragraf di atas adalah bahwa Sang Bodhisatta pada saa itu sudah mulai putus asa atas latihan yang Beliau praktikkan, dan beranggapan bahwa semua orang termasuk Beliau sendiri hanya maksimum akan mencapai apa yg telah Beliau capai saat itu, tidak mungkin ada yg bisa mencapai lebih dari itu. dan ternyata praktik yang udah maksimal itu juga tidak dapat membawanya menuju pencapaian Jalan dan Buah

Itu bukan kisah Bodhisatta, tetapi Thera Sona Kolivisa di mana ia menjadi putus asa karena walaupun begitu keras berusaha, tetap tidak memiliki pencapaian apapun. Ia kemudian berpikir bahwa ia seorang padaparama, individu yang tidak bisa mencapai kesucian apapun dalam kehidupan sekarang, dan kemudian berencana untuk kembali ke kehidupan perumahtangga.

Indra

Quote from: Kainyn_Kutho on 06 November 2008, 12:00:42 PM
Quote from: Indra on 06 November 2008, 11:48:42 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 06 November 2008, 09:23:18 AM

2612
"Jika orang lain berusaha keras, ia juga akan sepertiku tetapi tidak akan melebihi apa yang telah kulakukan. Meskipun telah berusaha keras, aku tidak dapat mencapai Jalan dan Buahnya.
-> Dari konteks kalimat, seharusnya justru orang lain bisa melebihi yang dia capai (bisa mencapai Jalan dan Buah).

Pemahaman saya atas paragraf di atas adalah bahwa Sang Bodhisatta pada saa itu sudah mulai putus asa atas latihan yang Beliau praktikkan, dan beranggapan bahwa semua orang termasuk Beliau sendiri hanya maksimum akan mencapai apa yg telah Beliau capai saat itu, tidak mungkin ada yg bisa mencapai lebih dari itu. dan ternyata praktik yang udah maksimal itu juga tidak dapat membawanya menuju pencapaian Jalan dan Buah

Itu bukan kisah Bodhisatta, tetapi Thera Sona Kolivisa di mana ia menjadi putus asa karena walaupun begitu keras berusaha, tetap tidak memiliki pencapaian apapun. Ia kemudian berpikir bahwa ia seorang padaparama, individu yang tidak bisa mencapai kesucian apapun dalam kehidupan sekarang, dan kemudian berencana untuk kembali ke kehidupan perumahtangga.

maap..maap, tapi pemahaman saya tetap demikian, hanya menggantikan Sang Bodhisatta menjadi Thera Sona.

Yumi

Setelah Bodhisatta mulia berhasil mencapai Pubbenivasanussati Abhinnà pada jaga pertama malam itu, Beliau merenungkan banyak peristiwa dalam banyak kehidupan lampau melalui Abhinnà itu, dan setelah menyingkirkan jauh-jauh untuk sementara 20 pandangan salah (sakkàyaditthi), bersama-sama dengan moha yang terjadi dalam kehidupan yang sangat lampau, Beliau mengarahkan batin-Nya, yang memiliki 8 kualitas, ke arah pencapaian Cutupapàta Nàna, pengetahuan untuk melihat kematian dan kelahiran makhluk-makhluk, dan ke arah pencapaian Yathakammupaga Nàna, pengetahuan untuk menganalisis dan melihat perbuatan baik dan perbuatan buruk yang menyebabkan terciptanya makhluk-makhluk.

(Cutupapàta Nàna = Dibbacakkhu Nàna, karena Dibbacakkhu Nàna, juga dikenal dengan sebutan Cutupapàta Nàna.
Ketika Dibbacakkhu Nàna dikembangkan, Yathakammupaga Nàna dan Anàgautamsa Nàna (pengetahuan untuk meramalkan masa depan) juga berkembang).

Ketika batin diarahkan untuk mencapai Dibbacakkhu Nàna, yang juga disebut Cutupapàta Nàna, Dibbacakkhu Nàna (Vijjà Nàna kedua) akan muncul dengan mudah. Melalui Abhinnà ini, Beliau dapat melihat makhluk-makhluk yang berada di ambang kematian, atau yang baru saja dikandung; mereka yang terlahir dari keluarga yang rendah atau keluarga yang terhormat berdasarkan silsilah, kasta, dan lain-lain, mereka yang terlahir cantik ataupun tidak cantik, atau mencapai kehidupan yang berbahagia atau menderita. Dengan kata lain, Beliau dapat melihat mereka yang kaya dan makmur karena kebajikan-kebajikan masa lampaunya yang tidak disertai sifat serakah (alobha), dan mereka yang miskin dan melarat karena perbuatan buruk masa lampaunya karena keserakahan (lobha).

Setelah melihat dengan Dibbacakkhu Nàna, para penghuni alam sengsara (apàya), menderita kemalangan, Beliau merenungkan, "Perbuatan apakah yang telah dilakukan oleh makhluk-makhluk apàya ini sehingga mereka harus mengalami penderitaan yang hebat ini?"
Selanjutnya, dengan Yathakamm'upaga Abhinnà, Beliau melihat perbuatan baik dan perbuatan buruk yang telah dilakukan oleh makhluk-makhluk ini.[...]

Dengan Yathakamm'upaga Abhinnà, Beliau meninjau dengan saksama perbuatan baik dan perbuatan buruk yang dilakukan oleh makhluk-makhluk dan mengetahui sebagaimana adanya, "Penghuni alam apaya telah melakukan perbuatan jahat melalui tindakan, ucapan, dan pikiran; mereka memfitnah, mengejek, dan mencaci maki para mulia (Ariyà); mereka menganut pandangan salah; dan dengan pandangan salah ini mereka melakukan atau mengajak orang lain untuk melakukan berbagai perbuatan buruk. Setelah meninggal dunia, mereka terlahir kembali di alam sengsara (apàya) yaitu, alam yang menderita terus menerus (Niraya), alam binatang (tiracchana), alam hantu (peta), dan alam asura (asurahya). Makhluk-makhluk yang terlahir di alam yang berbahagia telah melakukan perbuatan baik melalui tindakan, ucapan, dan pikiran; mereka tidak memfitnah, mengejek atau mencaci maki para Ariya; mereka memiliki pandangan benar dan dengan pandangan benar ini, mereka melakukan atau mengajak orang lain untuk melakukan berbagai kebajikan. Setelah meninggal dunia, mereka terlahir kembali di alam bahagia, alam manusia, dewa, dan dua puluh alam brahmà."

Dibbacakkhu Nàna ini (Vijjà Nàna kedua) dicapai oleh Bodhisatta mulia saat tengah malam hari itu. Dengan Vijjà Nàna kedua ini, batin Bodhisatta menjadi tidak ternoda oleh unsur-unsur kebodohan dan kegelapan (avijjàmoha dhàtu) yang menyembunyikan kematian dan kelahiran makhluk-makhluk.

Kemudian dengan Yathakamm'upaga Abhinnà yang berdasarkan atas Dibbacakkhu Abhinnà, Beliau dapat meninjau dan memahami kenyataan dari tindakan-tindakan lampau makhluk-makhluk; dan menyingkirkan 16 keraguan, kankhà, Bodhisatta mencapai tahap penyucian dengan lenyapnya keraguan, Kankhà Vitarana Visuddhi.


(16 keraguan menurut Buddhist Dictionary oleh Nyanatiloka:
Apakah aku pernah ada pada masa lampau?
Atau Apakah aku tidak pernah ada pada masa lampau?;
Sebagai apakah aku pada masa lampau?
Bagaimana aku ada pada masa lampau?;
Dari kondisi apa dan menjadi kondisi apakah aku berubah pada masa lampau?;
Apakah aku akan ada pada masa depan?
Atau apakah aku tidak akan ada pada masa depan?;
Sebagai apakah aku pada masa depan?
Bagaimana aku ada pada masa depan?;
Dari kondisi apa dan menjadi kondisi apakah aku berubah pada masa depan?
Apakah aku?
Apakah bukan aku?
Siapakah aku?
Bagaimana Aku?
Dari mana asalnya makhluk ini?
Akan ke manakah tujuannya?).


~RAPB 1, pp. 632-634~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

Penjelasan singkat:

Bodhisatta mulia mencapai Arahatta-Magga Nàna juga disebut Asavakkhaya Nàna pada jaga terakhir malam itu, dengan menembus Sabbannuta Nàna, Kemahatahuan, dan kemudian menjadi Buddha di antara manusia, dewa, dan brahmà. Beliau mengarahkan batin-Nya yang memiliki 8 kualitas, untuk mencapai Arahatta-Magga Nàna, dan berdiam dalam Hukum Musabab Yang Saling Bergantung (Paticcasamuppàda) yang terdiri dari 12 faktor, yaitu, avijjà, sankhàra, vinnàõa, nàma rupa, salàyatana, phassa, vedanà, tanhà, upàdàna, bhava, jàti, dan marana. Menelusuri hukum ini dalam arah maju dan mundur berulang-ulang, Beliau mencapai Jalan Mulia, Ariya Magga, yang juga dikenal dengan Yathàbhuta Nànadassana.


~RAPB 1, pp. 634-635~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

K.K.

#294
Buku 2.

1234
(Empat perbuatan baik disebutkan dalam bait ini, yaitu: menghindari mencuri, [menghindari] berbohong, mengharapkan kesejahteraan semua manusia, dan menjauhi perbuatan buruk).

1238
Buddha Difitnah Oleh Seorang Petapa Pengembara Perempuan Bernama Ci¤camà¤avikà.
-> Judul tidak menggunakan titik.

1240
Ci¤camàõavikà berjanji, "Baiklah, Tuanku... kalian boleh percaya bahwa aku akan melaksaanakan

1241
Ia mengetuk-ngetukkan tangan dan kakinya menggunakan tulang jari sapi seperti seorang ibu yang letih menunggu kelahiran bayinya.
-> Ini saya kurang mengerti artinya. Untuk mengetuk-ngetukkan tangan dan kaki, saya pernah baca maksudnya adalah supaya bengkak dan terlihat seperti orang hamil sungguhan (karena wanita hamil bukan hanya perut saja yang membesar, tetapi juga jari-jari tangan dan kakinya).

1243
Membabarkan Mahà Paduma Jàtaka.
-> judul tidak menggunakan titik.

1245
"Adakah raja lain selain diriku... aku akan menjagamu di dalam istana dan menikmati kenikmatan seksual secara maksimal denganmu. Ketika aku menolak untuk melayaninya, ia menjambak rambutku, memukul seluruh tubuhku
-> Antara "secara maksimal denganmu." dan "ketika aku menolak", kurang tanda kutip.

1257
persembahan yang tidak pernah berhenti bagikan

1258
tanpa berhasil menemukan penyabab

1259
"Tuan-tuan, dalam hal ini, bagaimana aku dapat membantu."
-> Seharusnya diakhiri tanda tanya.

1261 & 1262
sangat tidak tahu malu, tidak memiliki kemulian

1266
cara yang sangat memalukan itu, meskpiun Buddha

1276
Di antara para bhikkhu yang pernah penginjakkan kakinya di atas karpet putih semasa Tathàgata masih hidup,

Bhikkhu-bhikkhu itu akan menginjak karpet hanya jika mereka memang harus menginjaknya!
-> Bukan kalimat seru.

1278
tongkat pengendali gajah darimu?Sang pangeran

1290
[...]sesuai kebajikannya). Bukan berarti
-> Kurung penutup ini tidak ada kurung pembukanya.

1295
Setelah menceritakan bagian yang penting itu kepada Màra, Buddha Kakusandha berpaling kepada para bhikkhu
-> Kalimat ini memberi kesan bahwa Buddha Kakusandha yang menceritakan bagian penting kepada Mara, padahal itu dikisahkan oleh Maha Moggallana.


Selain itu, halaman 1268 di softcopy yang saya dapat itu kosong. Apakah memang begitu?

Indra

Quote from: Kainyn_Kutho on 06 November 2008, 04:42:22 PM
1241
Ia mengetuk-ngetukkan tangan dan kakinya menggunakan tulang jari sapi seperti seorang ibu yang letih menunggu kelahiran bayinya.
-> Ini saya kurang mengerti artinya. Untuk mengetuk-ngetukkan tangan dan kaki, saya pernah baca maksudnya adalah supaya bengkak dan terlihat seperti orang hamil sungguhan (karena wanita hamil bukan hanya perut saja yang membesar, tetapi juga jari-jari tangan dan kakinya).

Mungkin seperti perbuatan orang yg kebingungan tidak tahu harus melakukan apa.

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Indra

Quote from: karuna_murti on 06 November 2008, 06:25:55 PM
Bahasa Inggrisnya apa om?
She struck her hands and feet with the jaw bones of a cow to appear like a worn out fatiguing expectant mother.

Sumedho

Ia mengetuk-ngetukkan tangan dan kakinya menggunakan tulang rahang sapi agar terlihat seperti seorang ibu yang letih menunggu kelahiran bayinya.

:-/
There is no place like 127.0.0.1

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Ia memukuli tangan dan kakinya menggunakan tulang rahang sapi agar terlihat seperti ibu hamil yang letih.

Menurut saya perumpamaan tersebut lebih cocok menggunakan kata langsung : hamil.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days