Riwayat Agung Para Buddha

Started by Sumedho, 26 May 2008, 10:47:21 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Yumi

Kamma bhava mengkondisikan upapatti bhava.
Tahap awal dari munculnya upapatti bhava disebut jàti.
Setelah tahap awal upàda khatta khana[,]
menyusul tahap pengembangan (thi khana) yang adalah usia tua, jàra,
dan kemudian menyusul tahap ketiga yaitu lenyapnya, bhanga khana, yang adalah marana, kematian.
(Ini adalah proses yang tidak dapat ditawar dari semua batin dan jasmani yang dikondisikan oleh kamma).

(Kamma bhava hanya mengkondisikan tahap awal upàda khana dari upapatti bhava, dan tidak mengkondisikan kedua tahap selanjutnya yaitu thi khana dan bhanga khana.

Ketika jàti (upàda) muncul,
jara (thi), dan marana (bhanga) mengikuti bagaikan gelombang pasang yang membawa air laut.)

Karena jàti adalah kondisi yang memunculkan jarà marana, (tanpa adanya jàti, maka tidak ada jàra marana),
Buddha menyatakan, "Jàti paccayà jarà maranam."

(Mempertimbangkan apa yang telah dijelaskan di atas,
harus diperhatikan bahwa jàti merujuk pada saat-saat munculnya arus 5 kelompok kehidupan,
jàra merujuk pada saat-saat munculnya ketuaan,
dan marana merujuk pada saat-saat lenyapnya kelompok-kelompok kehidupan tersebut yang terjadi pada semua kehidupan. Ini menjelaskan tentang fenomena berkondisi yang sesungguhnya terjadi.)


Inti dari bait syair ini:

Karena kelahiran kembali terjadi dalam kehidupan baru,
muncullah gabungan batin dan jasmani awal yang terjadi berulang-ulang,
yang menimbulkan pengembangan dari 5 kelompok kehidupan.

Penampilan dan bentuk sebagai manusia atau dewa atau jenis makhluk lainnya menyebabkan kaum awam menganggap mereka sebagai makhluk sesungguhnya atau pribadi atau individu.

Dengan anggapan bahwa umur kehidupan saat ini adalah 100 tahun, kehidupan seseorang dapat dibagi dalam tiga tahap:
tahap pertama, masa muda adalah selama 33 tahun 4 bulan,
tahap kedua, masa pertengahan, selama 33 tahun 4 bulan,
dan tahap ketiga, usia lanjut, selama 33 tahun 4 bulan.
3 tahap ini adalah proses alami dari hidup manusia,
munculnya kelompok-kelompok kehidupan yang tanpa henti dalam berbagai bentuk kehidupan ditandai dengan
proses alami pada saat munculnya, saat-saat tua dan saat-saat lenyapnya yang susul-menyusul.
Ketuaan adalah sifat menghabiskan-sendiri sehingga disebut "api ketuaan."

Api ketuaan terdiri dari 2 jenis:
(i) Khana jarà: Saat-saat tua dari batin dan jasmani, dan
(ii) Santati jarà: proses perubahan seperti badan jasmani yang bersifat dingin berubah menjadi badan jasmani yang bersifat panas, dst.
Kedua jenis ini membakar semua makhluk hidup tanpa welas asih.


(Sebuah pertanyaan yang menarik:
Karena semua makhluk hidup pasti mengalami 2 jenis api ketuaan ini,
mengapa fakta ini tidak terlihat pada orang-orang muda yang rambutnya tidak memutih, yang giginya tidak tanggal, atau yang kulitnya tidak keriput seperti halnya orang-orang tua?
Jawabannya adalah bahwa orang-orang tua menunjukkan tanda-tanda ketuaan ini dalam bentuk rambut yang memutih, gigi yang tanggal dan kulit yang keriput—karena mereka telah mengalami serangan ketuaan ini cukup lama.

Pernyataan ini akan dijelaskan sebagai berikut:

Dimulai dari saat memasuki rahim sebagai embrio yang tidak terlihat,
badan jasmani telah muncul, tua, dan lenyap.

Pada saat, badan jasmani yang muncul, sampai pada tahap tua,
jasmani baru akan muncul, kemudian tua dan lenyap.

Demikianlah jasmani yang tua belakangan dari yang sebelumnya yang telah menjadi tua secara alami adalah yang lebih tua.

Ini kemudian digantikan oleh jasmani yang muncul dan menjadi tua dengan sendirinya, yang ketuaannya lebih tua daripada pendahulunya.

Demikianlah kemunculan yang berturut-turut dari badan jasmani berubah menjadi tua dengan ketuaan yang lebih dan lebih tua.

Hari-hari, bulan dan tahun berlalu dari proses tanpa henti dari ketuaan yang terjadi setiap saat, setelah periode kehidupan berlalu, tanda-tanda ketuaan yang tidak dapat dihindari mulai terlihat: rambut memutih, gigi tanggal, kulit keriput, dan lain-lain, yang menjadi semakin lama semakin jelas.

Ketika tanda-tanda fisik ketuaan seperti rambut memutih, gigi tanggal dan kulit keriput terlihat, yaitu, dikenali oleh mata, tanda-tanda itu bukanlah ketuaan dalam pengertian yang sesungguhnya tetapi hanya tanda-tanda ketuaan.
Karena ketuaan dalam pengertian tertinggi (bukanlah fenomena jasmani melainkan fenomena batin) yang hanya dapat dikenali oleh batin saja.

Marilah kita mengambil perumpamaan lain:
setelah bencana banjir yang merusak,
jalan-jalan, jembatan, pohon, rumput, dsb tersisa sebagai puing-puing.
Itu adalah tanda bahwa banjir telah terjadi.
Seseorang yang tidak menyaksikan banjir tersebut dapat mengetahui besarnya banjir tersebut dari kerusakan yang ditimbulkannya.
Demikian pula, daerah yang terbakar dari sebuah musibah kebakaran menjadi bukti dari besarnya kebakaran yang menyebabkannya.
Demikian pula, api ketuaan meninggalkan tandanya pada orang-orang tua dalam bentuk yang lebih nyata.
Bekerjanya jarà dapat dilihat dari keadaan yang merosot dari fisik seseorang.)

(Ini adalah topik yang dalam. Hanya setelah melakukan perenungan yang mendalam, maka fenomena ketuaan ini dapat dipahami.
Pembaca dianjurkan untuk membacanya berulang-ulang untuk mendapatkan Pandangan Cerah ke dalamnya.
)


~RAPB 2, pp. 2388-2391~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

2 jenis ketuaan, yaitu, saat tua dan proses perubahan,
terjadi tanpa mengenal welas asih dan karena pekerjaannyalah,
maka muncullah sebutan periode kehidupan seperti,
usia muda, usia pertengahan, usia lanjut,
atau seorang yang berusia 10 tahun, atau 20 tahun, atau 30 tahun, dsb.
Semua perubahan dalam periode kehidupan ini terjadi karena pengaruh ketuaan.

Saat tua segera diikuti oleh saat lenyapnya
sehingga banyak sekali saat-saat lenyapnya yang terjadi dari saat ke saat (khanika marana)
.

Akan tetapi, hanya kematian konvensional yang dipahami oleh kebanyakan orang, dan kematian dari saat ke saat tidak teramati.

Kematian atau lenyapnya, marana, tdd 3 jenis:
(i) Khanika marana
artinya adalah lenyapnya fenomena batin dan jasmani yang berkondisi ketika mencapai saat lenyapnya (yaitu, tahap ketiga sejak dari proses munculnya batin dan jasmani).
Kehidupan 1 unit unsur batin dan jasmani hidup berlangsung hanya sesaat
yang ditandai dengan saat munculnya, saat berkembang atau menua, dan saat lenyapnya.
Kehidupan dari tiap-tiap unit unsur batin dan jasmani, yang disebut "pikiran" (citta) berlangsung hanya selama 3 saat yang sangat singkat ini, dan masing-masing unit ini disebut 1 momen-pikiran, cittakkhaõa.
Lebih dari 1 juta momen-pikiran muncul dan lenyap dalam sekedipan mata atau dalam 1 kilatan halilintar.
[...]
Demikianlah satu makhluk hidup mengalami satu juta juta kali pelenyapan yang disebut khanika marana.

(ii) Samuccheda marana
artinya pemutusan secara total proses muncul dan lenyap yang merupakan akhir dari semua dukkha yang adalah sifat intrinsik dari fenomena berkondisi.
Ini hanya dapat dicapai oleh seorang Arahanta.
Ini disebut "Pemutusan" karena setelah kematian seorang Arahanta yang adalah pencapaian tertinggi Nibbàna tanpa meninggalkan sisa apa pun dari kehidupan, tidak ada kelompok batin dan jasmani baru yang muncul.
Bagaikan api yang padam, lingkaran kelahiran yang penuh penderitaan secara total dihancurkan. Karena itu, kematian seorang Arahanta disebut samuccheda marana.

(iii) Sammuti marana
artinya adalah kematian konvensional dari semua makhluk hidup kecuali Buddha dan para Arahanta.
Ini adalah lenyapnya serangkaian proses kehidupan dari suatu kehidupan, yang disebut akhir dari kemampuan hidup.
(Istilah 'mati' atau 'kematian' dalam pengertian umum juga berlaku bagi benda-benda mati seperti besi atau pohon, dsb. Namun, ini tidak berhubungan dengan pembahasan ini.)

Sammuti marana terdiri dari 4 jenis,
(i) Kematian yang disebabkan karena umur kehidupan berakhir padahal potensi kamma masih ada, àyukkhaya marana.
(ii) Kematian yang disebabkan karena habis atau berakhirnya potensi kamma meskipun umur kehidupan belum berakhir, kammakkhaya marana.
(iii) Kematian yang disebabkan karena kedua (i) dan (ii) di atas, ubhayakkhaya marana.
(iv) Kematian yang disebabkan karena intervensi tiba-tiba dari kamma buruk, walaupun umur kehidupan dan potensi kamma masih ada, upacchedaka marana.

Kemungkinan terjadinya kematian selalu ada pada semua makhluk terlepas dari alam kehidupan dari individu tersebut.
Satu dari 4 jenis kematian dapat terjadi pada makhluk hidup setiap saat karena segala jenis bahaya yang bersembunyi di sekitar kita.
Dan tentu saja, saat kematian datang, tidak seorang pun yang dapat menolak atau melarikan diri.


(Catatan:
Kelahiran kembali, usia tua, dan kematian bagaikan pembunuh bayaran yang mengembara di seluruh penjuru dunia mencari kesempatan untuk menyerang makhluk-makhluk hidup.

Sebagai contoh: seseorang yang diincar oleh 3 musuh yang ingin membunuhnya. Antara ketiga musuh tersebut,
pembunuh pertama berkata kepada teman-temannya, "Teman-teman, aku akan membujuknya untuk memasuki hutan, dengan menceritakan daya tarik hutan tersebut. Aku tidak akan sulit melakukannya."
Pembunuh kedua berkata kepada pembunuh pertama, "Teman, setelah engkau membujuknya untuk memasuki hutan, aku akan memukulnya sehingga ia menjadi lemah. Aku tidak akan sulit melakukannya."
Dan pembunuh ketiga berkata kepada pembunuh kedua, "Teman, setelah engkau memukulnya dan membuatnya lemah, adalah tugasku untuk memenggal kepalanya dengan pedangku."
Kemudian tiga pembunuh itu menjalani rencana mereka dan berhasil.

Dalam perumpamaan di atas,
ketika pembunuh pertama membujuk seseorang agar meninggalkan lingkungan sahabat dan saudaranya kemudian pergi ke tempat baru, ini adalah pekerjaan jàti.
Pemukulan korban yang membuatnya lemah oleh pembunuh kedua adalah pekerjaan jarà.
Pemenggalan kepala oleh pembunuh ketiga dengan pedang adalah pekerjaan marana.

Atau perumpamaan lain:
jàti adalah bagaikan seseorang yang melakukan perjalanan yang berbahaya.
Jarà adalah bagaikan melemahnya orang itu karena kelaparan dalam perjalanan itu.
Marana adalah bagaikan orang yang lemah itu, sendirian, dan menjadi korban binatang buas yang menguasai hutan itu.)


~RAPB 2, pp. 2391-2393~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

Seperti halnya usia tua dan kematian yang mengikuti kelahiran,
demikian pula ketika kelahiran kembali terjadi dalam 1 dari empat jenis kelahiran kembali,
5 jenis kehilangan terjadi sebagai akibatnya, yaitu
(i) Kehilangan sanak saudara,
(ii) Kehilangan harta kekayaan,
(iii) Kehilangan kesehatan,
(iv) Kehilangan moralitas,
(v) Kehilangan pandangan benar.

Ketika kehilangan-kehilangan ini terjadi,
maka muncullah kesedihan, dukacita, sakit, tekanan batin dan penderitaan

yang merupakan penderitaan yang diakibatkan oleh kelahiran kembali.
Tentu saja ada penderitaan yang tidak perlu disebutkan yang muncul karena kelahiran kembali.
_____________________________________________________________________________

(13) Evame tassa kevalassa dukkhakkhandhassa samudayo hoti

Dalam perjalanan samsàra yang panjang,
Kebenaran yang perlu dipahami adalah bahwa
terlepas dari batin dan jasmani,
dalam kenyataannya, tidak ada diri atau makhluk, tidak ada entitas individu.


Yang ada hanyalah rantai sebab-akibat
yang berakar pada kebodohan,
bergantung pada 12 faktor sebab-akibat yang muncul,
yang berakhir pada kematian,

namun terjadinya 12 faktor ini dianggap oleh kaum awam sebagai manusia atau dewa (atau brahmana),
yang oleh karena itu mengikat mereka pada rantai kelahiran kembali yang tidak berujung.

Secara keseluruhan hanyalah kumpulan dukkha yang berulang.
Ini adalah Kebenaran sejati tentang kehidupan yang dipuja oleh seseorang sebagai 'kehidupan.'

Demikianlah ajaran tentang Musabab Yang Saling Bergantung.


~RAPB 2, pp. 2394-2395~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Yumi

Sehubungan dengan tugas-tugas Buddha,
Komentar Samyutta Nikàya dan sumber lainnya menyebutkan 5 rangkaian sedangkan
Komentar Sutta Nipàta menyebutkan hanya 2, menggabungkan 4 yang terakhir menjadi 1, yaitu, rangkaian tugas pagi hari dan rangkaian tugas setelah makan.
Namun demikian, intinya tetap sama.

Demikianlah 2 rangkaian tugas menurut Komentar Sutta Nipàta dan 5 rangkaian menurut sumber-sumber lain, yaitu,
tugas-tugas pada jaga pertama malam hari (purima-yàma kicca),
tugas-tugas pada jaga pertengahan malam hari (majjhima-yàma kicca),
tugas-tugas pada jaga terakhir malam hari (pacchima-yàma kicca).

Lima rangkaian tugas-tugas ini akan dijelaskan berurutan sehingga para pembaca dapat lebih mengembangkan keyakinan terhadap Buddha.

(1) Rangkaian Tugas Buddha pada pagi hari (Pure-bhatta Buddha-kicca)

Buddha bangun pada dini hari,
dan untuk memberi kesempatan kepada para bhikkhu yang melayani-Nya dan untuk menjaga kesehatan-Nya, Beliau membersihkan tubuh-Nya dengan cara mencuci muka
kemudian melewatkan waktu-Nya dengan berdiam dalam Phala Samàpatti dalam keheningan pagi hingga tiba waktunya mengumpulkan dàna makanan.

Saat tiba waktunya mengumpulkan dàna makanan,
Beliau mengenakan jubah bawah-Nya, mengikat sabuk pinggang-Nya, mengenakan jubah luar-Nya, membawa mangkuk-Nya
dan memasuki desa yang kadang-kadang dilakukan seorang diri dan saat lainnya disertai oleh para bhikkhu.
Beliau memasuki desa kadang-kadang dalam cara yang wajar dan kadang-kadang disertai dengan keajaiban.

Misalnya:
Saat Buddha berjalan mengumpulkan dàna makanan,
angin lembut bertiup membersihkan jalan di depannya.
Awan-awan akan menurunkan air hujan, untuk menyingkirkan debu, dan mengikuti serta menaungi Buddha.
Angin akan bertiup membawa bunga-bunga dari segala penjuru dan bertebaran membentuk hamparan bunga di sepanjang jalan.
Gundukan-gundukan tanah akan turun dengan sendirinya dan menjadi datar. Juga tanah-tanah yang berlubang akan naik dan menjadi datar.
Batu, kerikil, pecahan tembikar, tunggul kayu, dan duri akan menyingkir dengan sendirinya.
Ketika Buddha menginjakkan kaki-Nya di tanah, permukaan tanah akan menjadi datar; atau bunga-bunga teratai sebesar roda kereta dan memberikan sentuhan yang indah akan muncul di bawah telapak kaki-Nya.
Saat Buddha menginjakkan kaki kanan-Nya di ambang pintu gerbang sebuah kota atau desa, cahaya enam warna akan memancar dari tubuh-Nya. Seolah-olah cairan emas dituangkan di atas bangunan besar berkubah, atau seolah-olah diselimuti oleh selimut yang indah, cahaya itu bersinar ke segala arah sehingga semua tempat terang benderang oleh cahaya gemerlap;
kuda-kuda, gajah dan burung-burung serta binatang-binatang lainnya akan mengeluarkan suara yang menyenangkan di tempatnya masing-masing;
demikian pula, genderang, harpa, dan alat-alat musik lainnya akan mengeluarkan suara yang merdu walaupun tidak ada yang memainkan. Perhiasan seperti kalung, giwang, cincin, gelang, dan lain-lain yang dipakai oleh orang, akan berbunyi dengan sendirinya.


Dari tanda-tanda ini mereka akan mengetahui bahwa "Hari ini, Tathàgata akan mengunjungi kota (desa) kita untuk menerima dàna makanan!"
Para penduduk berpakaian rapi keluar dari rumahnya dengan membawa dupa, bunga, dan persembahan lainnya di tangan mereka. Mereka berkumpul di jalan utama di pusat kota dan bersujud dengan penuh hormat sambil memegang persembahan.
Mereka mengundang para bhikkhu sebanyak yang mampu mereka beri makan dengan berkata, "Yang Mulia, kami mengundang 10 bhikkhu," "20," "kami mengundang 100 bhikkhu," dst. Mereka juga akan mengambil mangkuk Buddha dan menyediakan tempat duduk dan melayani para bhikkhu untuk makan.

Setelah makan, Buddha akan membabarkan khotbah kepada para umat sesuai watak dan kecenderungan mereka sehingga beberapa dari mereka akan menyatakan berlindung dalam Tiga Perlindungan, beberapa yang lain akan memohon Lima Sila, dan beberapa yang lain mungkin berhasil mencapai satu dari Buah Sotàpatti, Sakadàgàmi, dan Anàgàmi dan beberapa bhikkhu mungkin mencapai kesucian Arahatta.
Demikianlah, Beliau mengangkat spiritual banyak orang dengan mengajarkan Dhamma, kemudian kembali ke vihàra.

Setibanya di vihàra, Buddha duduk di atas tempat duduk di dalam sebuah aula bundar dan menunggu sampai semua bhikkhu selesai makan. Ketika semua bhikkhu telah selesai makan, bhikkhu pelayan akan memberitahukan kepada Buddha. Baru kemudian Buddha memasuki Kuñã Harum-Nya.
(Semua ini adalah rangkaian tugas-tugas Buddha pada pagi hari. Masih banyak tugas lainnya yang tidak dijelaskan di sini. Yang tercantum di sini bersumber dari Brahmàyu Sutta, Majjhima Pannàsa Pàli.)


(2) Tugas-tugas Buddha Setelah Makan (Pacchà-bhatta Buddha-kicca)

Setelah selesai makan,
Buddha duduk di atas tempat duduk yang disiapkan oleh bhikkhu pelayannya di dekat Kuti Harum (di tempat pertemuan para bhikkhu) dan mencuci kaki-Nya.

Sambil bertumpu pada papan pencuci kaki, Beliau memberikan nasihat kepada para bhikkhu sebagai berikut:
"Wahai para bhikkhu, berusahalah melakukan Tiga Latihan dengan penuh perhatian.
Sungguh sulit hidup pada masa munculnya seorang Buddha. Sungguh sulit terlahir sebagai seorang manusia.
Sungguh sulit dapat memiliki keyakinan.
Sungguh sulit menjadi seorang bhikkhu.
Sungguh sulit dapat mendengarkan (berkesempatan mendengarkan) Hukum Sejati."


Pada pertemuan demikian, beberapa bhikkhu bertanya kepada Buddha tentang meditasi.
Kepada mereka Buddha mengajarkan (metode) meditasi sesuai watak mereka.

Kemudian mereka semua akan bersujud kepada Buddha dan mengundurkan diri ke tempat meditasi mereka,
beberapa pergi ke hutan, beberapa pergi ke bawah pohon, beberapa ke puncak-puncak gunung dan beberapa lainnya ke Alam Surga Catumahàràjikà, Tàvatimsà, Yàmà, Tusita, Nimmànarati atau Paranimmita Vasavatti.

Selanjutnya Buddha memasuki Kuti Harum dan berbaring ke sebelah kanan jika Beliau menginginkan tanpa melepaskan perhatian-Nya.
Dengan tubuh segar Beliau bangun dan mengamati dunia makhluk-makhluk selama bagian kedua (hari itu).

Selama bagian ketiga hari itu,
karena Beliau hidup dari dàna makanan yang diberikan oleh para penduduk kota atau desa, para penduduk desa atau kota datang dengan pakaian rapi, berkumpul di vihàra dengan membawa persembahan berupa dupa, bunga, dan persembahan lainnya, dan siap mendengarkan khotbah yang akan dibabarkan oleh Buddha pada sore hari.
Kemudian Buddha muncul dan duduk di tempat duduk yang telah dipersiapkan di aula Dhamma (aula bundar di mana khotbah akan dibabarkan), di sana Beliau akan memberikan khotbah Dhamma selama waktu yang tersedia kemudian membubarkan para pendengar saat waktunya habis. Para penduduk, setelah bersujud kepada Buddha, kemudian meninggalkan tempat itu.
(Semua ini adalah tugas-tugas Buddha setelah makan pada siang hari).


(3) Tugas-tugas Buddha Pada Jaga Pertama Malam Hari (Purima-yàma Buddha-kicca)

Setelah menyelesaikan tugas-tugas siang harinya setelah makan, jika Beliau ingin mandi, bangkit dari tempat duduknya dan pergi ke tempat di mana si bhikkhu pelayan telah menyiapkan air mandi untuk-Nya, mengambil jubah mandi dari tangan bhikkhu pelayan, kemudian Beliau memasuki kamar mandi.

Selagi Buddha mandi, si bhikkhu pelayan akan mengambil kursi untuk Buddha dan meletakkannya di suatu tempat di dalam Kuti Harum. Setelah selesai mandi, Buddha mengenakan jubah-Nya yang berlapis dua, mengikatkan sabuk pinggang-Nya, dengan jubah atas-Nya di bawah lengan kanan-Nya, dan menutupi bahu kiriNya, kemudian Beliau duduk menyendiri di atas tempat duduk yang telah dipersiapkan di dalam Kuti Harum untuk beristirahat.

Beberapa saat kemudian, para bhikkhu akan datang dari tempat latihan mereka masing-masing untuk melayani Buddha.
Pada pertemuan itu, beberapa bhikkhu akan menceritakan masalah yang mereka hadapi, beberapa bertanya mengenai meditasi, dan yang lain memohon khotbah Dhamma. Kepada mereka semua Buddha memenuhi keinginan mereka dan melewatkan jam-jam awal malam itu.
(Semua ini adalah rangkaian tugas-tugas Buddha pada jaga pertama malam hari).


(4) Tugas-tugas Buddha Pada Jaga Pertengahan Malam Hari (Majjhima-yàma Buddha-kicca)

Ketika para bhikkhu meninggalkan tempat itu setelah bersujud kepada Buddha, rangkaian tugas-tugas Buddha pada sore itu telah selesai. Para dewa dan brahmà dari 10.000 alam semesta mengambil kesempatan itu untuk mendekati Buddha untuk mengajukan pertanyaan yang muncul dalam pikiran mereka; mereka bahkan akan mengajukan pertanyaan yang terdiri dari paling sedikit empat suku kata.
Buddha memecahkan semua permasalahan mereka, dan tidak ada yang tidak terjawab.
Demikianlah Beliau melewatkan waktunya hingga lewat tengah malam.
(Semua ini adalah rangkaian tugas-tugas Buddha pada jaga pertengahan malam hari).


(5) Tugas-tugas Buddha Pada Jaga Terakhir Malam Hari (Pacchima-yàma Buddha-kicca)

Jaga terakhir malam hari (atau dini hari) dibagi menjadi 3 bagian;

bagian pertama digunakan untuk berjalan untuk menyegarkan tubuh-Nya yang kaku karena posisi duduk sejak dini hari;

bagian kedua digunakan untuk berbaring ke arah kanan-Nya tanpa melepaskan perhatian-Nya di dalam Kuñã Harum-Nya;

bagian ketiga Ia bangun dari berbaring kemudian duduk bersila,
mengamati dunia makhluk-makhluk melalui kedua Mata-Buddha-Nya, yaitu, âsayànusaya nàna dan Indriyaparopariyatti nàna,
untuk mencari individu-individu yang pada kehidupan lampau mereka telah melakukan kebajikan-kebajikan penting (adhikàra)
seperti Dàna, Sila, dll pada masa Buddha-Buddha sebelumnya.

Demikianlah yang dijelaskan dalam Komentar Samyutta, Komentar Silakkhandha dan sumber-sumber lainnya.
______________________________________________________________________________________________


Penjelasan yang terdapat dalam Komentar Sutta Nipàta adalah sebagai berikut:

Pagi hari dibagi menjadi 4 bagian;
pada bagian pertama Buddha akan berjalan-jalan;
bagian kedua Beliau berbaring ke arah kanan tanpa melepaskan perhatian-Nya di dalam Kuti Harum, yang merupakan posisi berbaring yang mulia.
Bagian ketiga Beliau akan berdiam di dalam Jhàna Arahatta-Phala Samàpatti.
Dan pada bagian keempat dengan berdiam di dalam Jhàna Mahàkarunà Samàpatti, Beliau mengamati dunia makhluk-makhluk melalui 2 mata yang telah disebutkan sebelumnya, untuk melihat makhluk-makhluk yang memiliki sedikit debu di mata mereka dan makhluk-makhluk yang memiliki banyak debu, dst.
(Semua ini adalah rangkaian tugas Buddha pada jaga terakhir malam hari).

Demikianlah 5 rangkaian tugas-tugas Buddha.


~RAPB 2, pp. 1396-1402~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

SaddhaMitta

#394
Lebih baik terlambat daripada tidak sampai sama sekali. lambatnya saya mengenal Buddha Dhamma, lambatnya  saya berjodoh dengan buku ini. tapi saya senang masih punya kesempatan.

Akhirnya kenal juga dengan buku ini. cuma beberapa kata emang TOP BANGET. :jempol:

Especially Thx buat seorang Kalyanamitta yang luar biasa yang turut bermuditacitta adanya jodoh gw dengan buku ini. ( buat kehidupan ini kita pasti gak bisa menjadi bakal Buddha, mudah-mudahan di kehidupan akan datang kita bisa terlahir sebagai seorang Pria dan menyempurnakan Parami )  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Thx buat Ko Indra Anggara berkumis yang pernah menawarkan buku ini ke saya dan juga mempunyai tekad kuat untuk menerjemahkan 3 buku yang tebalnya luar biasa.  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Thx untuk Penulis.  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Thx untuk semua yang berperan untuk kesempurnaan buku ini. termaksud Kaiyn Kutho yang banyak membantu.  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Thx buat Ko Benny Wu dan Dc ciptaannya. tanpa ciptaannya ini dari mana saya bisa berjodoh dengan buku ini.  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Thx untuk seorang Kalyanamitta lagi yang bersedia membaca habis buku ini dengan cepat dan meminjamkan pada saya.  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Kayak pidato gw  :)) :)) :)) Thank you ya all. maaf ya kalo rada lebay ucapannya.  ^-^ ^-^ ^-^


_/\_
Seperti air sungai Gangga yang mengalir, meluncur, mengarah ke timur,
demikian juga barang siapa yang melakukan dan berbuat banyak didalam Delapan Jalan kebenaran, mengalir, melucur, mengarah ke Nibbana.

(Samyutta Nikaya)

Yumi

Quote from: SaddhaMitta on 07 January 2009, 03:52:10 AM
Lebih baik terlambat daripada tidak sampai sama sekali. lambatnya saya mengenal Buddha Dhamma, lambatnya  saya berjodoh dengan buku ini. tapi saya senang masih punya kesempatan.

Akhirnya kenal juga dengan buku ini. cuma beberapa kata emang TOP BANGET. :jempol:

Especially Thx buat seorang Kalyanamitta yang luar biasa yang turut bermuditacitta adanya jodoh gw dengan buku ini. ( buat kehidupan ini kita pasti gak bisa menjadi bakal Buddha, mudah-mudahan di kehidupan akan datang kita bisa terlahir sebagai seorang Pria dan menyempurnakan Parami )  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Thx buat Ko Indra Anggara berkumis yang pernah menawarkan buku ini ke saya dan juga mempunyai tekad kuat untuk menerjemahkan 3 buku yang tebalnya luar biasa.  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Thx untuk Penulis.  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Thx untuk semua yang berperan untuk kesempurnaan buku ini. termaksud Kaiyn Kutho yang banyak membantu.  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Thx buat Ko Benny Wu dan Dc ciptaannya. tanpa ciptaannya ini dari mana saya bisa berjodoh dengan buku ini.  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Thx untuk seorang Kalyanamitta lagi yang bersedia membaca habis buku ini dengan cepat dan meminjamkan pada saya.  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Kayak pidato gw  :)) :)) :)) Thank you ya all. maaf ya kalo rada lebay ucapannya.  ^-^ ^-^ ^-^


_/\_


_/\_  Lu buat gue ketawa aja :))
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Indra

Quote from: SaddhaMitta on 07 January 2009, 03:52:10 AM
Lebih baik terlambat daripada tidak sampai sama sekali. lambatnya saya mengenal Buddha Dhamma, lambatnya  saya berjodoh dengan buku ini. tapi saya senang masih punya kesempatan.

Akhirnya kenal juga dengan buku ini. cuma beberapa kata emang TOP BANGET. :jempol:

Especially Thx buat seorang Kalyanamitta yang luar biasa yang turut bermuditacitta adanya jodoh gw dengan buku ini. ( buat kehidupan ini kita pasti gak bisa menjadi bakal Buddha, mudah-mudahan di kehidupan akan datang kita bisa terlahir sebagai seorang Pria dan menyempurnakan Parami )  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Thx buat Ko Indra Anggara berkumis yang pernah menawarkan buku ini ke saya dan juga mempunyai tekad kuat untuk menerjemahkan 3 buku yang tebalnya luar biasa.  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Thx untuk Penulis.  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Thx untuk semua yang berperan untuk kesempurnaan buku ini. termaksud Kaiyn Kutho yang banyak membantu.  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Thx buat Ko Benny Wu dan Dc ciptaannya. tanpa ciptaannya ini dari mana saya bisa berjodoh dengan buku ini.  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Thx untuk seorang Kalyanamitta lagi yang bersedia membaca habis buku ini dengan cepat dan meminjamkan pada saya.  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Kayak pidato gw  :)) :)) :)) Thank you ya all. maaf ya kalo rada lebay ucapannya.  ^-^ ^-^ ^-^


_/\_


Minta ijin untuk dicetak besar, dibingkai, dan dipajang di altar, untuk dijadikan paritta penutup :))

SaddhaMitta

 [at]  atas.

ko kumis jangan lebay dong.  :)) :)) :))  ko, gw punya teman sekota sama ko kumis. tiap hari baca di e-book kasihan. bagi satu dong ko ke dia. biar minus matanya gak nambah. kan sayang cakep-cakep rabun... :)) :))

Thx lagi ya ko kumis lebat.
Seperti air sungai Gangga yang mengalir, meluncur, mengarah ke timur,
demikian juga barang siapa yang melakukan dan berbuat banyak didalam Delapan Jalan kebenaran, mengalir, melucur, mengarah ke Nibbana.

(Samyutta Nikaya)

Indra

 [at] Ginny, Namanya siapa? PM deh alamat lengkapnya

dilbert

Quote from: Indra on 08 January 2009, 12:18:16 AM
[at] Ginny, Namanya siapa? PM deh alamat lengkapnya

masih ada hard copy RAPB ? Kalau ada, mau donk... Buat koleksi...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Indra

Quote from: dilbert on 08 January 2009, 01:11:04 AM
Quote from: Indra on 08 January 2009, 12:18:16 AM
[at] Ginny, Namanya siapa? PM deh alamat lengkapnya

masih ada hard copy RAPB ? Kalau ada, mau donk... Buat koleksi...

Maaf Bro, Kolektor ada dalam waiting list paling bawah dalam daftar penerima RAPB. sorry, jangan tersinggung, bahkan sampai hari ini, masih lebih banyak demand daripada supply, jadi mohon bro bisa mengalah kepada mrk yg benar2 ingin membaca. tidak lama lagi, kalau semuanya lancar, kita akan memiliki printed book RAPB dalam jumlah yang cukup banyak (nyaris tidak terbatas), nah saat itu Bro boleh mengkoleksi 2 set.

_/\_

Edward

Ups, hehehe...
Gw berasa diomongin...
Iya neh, gw baru mulai baca RAPB...
BAAAAGGGOOOOEEESSSSS....
Berasa kyk baca novel, dgn cerita yang penuh makna...
Bacanya blom bnyk seh, baru sampe hal 70an, tapi gw udh tersentuh dengan beberapa qoute yg ada di sono, salah 2 kalimatnya gw pake sbg signature gw.... ^-^

Btw, gw emank baca versi ebook ko Indra, emank rada bikin repot seh, soalnya baru baca bntr, mata ini dh terasa pening..
Gw awalnya emank ada niat untuk minta versi buku, supaya bacanya lebih lancar, tpi takutnya gw bacanya lama, jadi bisa kembaliinnya lama gtu...
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

dilbert

Quote from: Indra on 08 January 2009, 01:16:20 AM
Quote from: dilbert on 08 January 2009, 01:11:04 AM
Quote from: Indra on 08 January 2009, 12:18:16 AM
[at] Ginny, Namanya siapa? PM deh alamat lengkapnya

masih ada hard copy RAPB ? Kalau ada, mau donk... Buat koleksi...

Maaf Bro, Kolektor ada dalam waiting list paling bawah dalam daftar penerima RAPB. sorry, jangan tersinggung, bahkan sampai hari ini, masih lebih banyak demand daripada supply, jadi mohon bro bisa mengalah kepada mrk yg benar2 ingin membaca. tidak lama lagi, kalau semuanya lancar, kita akan memiliki printed book RAPB dalam jumlah yang cukup banyak (nyaris tidak terbatas), nah saat itu Bro boleh mengkoleksi 2 set.

_/\_

tenang bro... gak tersinggung... memang saya lebih afdol baca e-book RAPB, hanya saja bulan lalu pernah liat hard copy RAPB di rumah teman, jadi kepikiran buat koleksi. Kalau nanti hard copy-nya sudah available mohon di info ke forum.

Thanks....
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Hendra Susanto

bukunya bisa buat bantallll... :))

Indra

dan the best news, cetakan berikutnya adalah edisi Dhammacitta