Forum Dhammacitta

Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi => Mahayana => Topic started by: ryu on 07 September 2011, 03:18:44 PM

Title: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 07 September 2011, 03:18:44 PM
 [at] kainyn, silahkan, keknya udah mulai dingin ;D

Quote from: Mr. Wei on 07 September 2011, 03:03:14 PM
Saya tidak peduli ini Theravada vs Mahayana, Maitreya vs Theravada, Mahayana vs Maitreya, atau apa. Memang ini bermulai dari kecurigaan saya terhadap TS sebagai theravadin. Ternyata beliau bukan theravadin.

Tetapi bukan itu intinya, yang saya proteskan adalah TS yang tidak pernah (berarti tidak hanya di thread ini saja) menunjukkan itikad baik dalam berdiskusi tentang sesuatu yg tidak sesuai keyakinan TS (dalam thread ini, Mahayana). Dan ini bukan dipersepsikan oleh saya saja.

Bagi para rekan2 DC yang sudah biasa, mungkin ini tidak masalah. Tetapi bagi orang lain yang kebetulan googling dan masuk ke forum ini, atau bagi pemula, ini akan menjadi membingungkan. Dan mengesankan Agama Buddha penuh dengan sindiran.

Tetapi jika keputusan Glomod adalah demikian. Dengan prinsip 'Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung''; yang berarti di mana saya berada, saya mengikuti aturan di sana; maka saya menghormati Glomod selaku 'penetap aturan' di forum ini. Jika saya tidak bisa berdiskusi tanpa emosi maka saya tidak akan posting di thread ini ataupun thread serupa.

Salam untuk Kainyn_Kutho dan rekan DC lainnya _/\_
jadi kalau ada orang yang bertanya karena tidak sesuai dengan keyakinan tidak boleh ya?

harus seperti apa orang boleh bertanya?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: K.K. on 07 September 2011, 03:20:40 PM
Quote from: Mr. Wei on 07 September 2011, 03:03:14 PM
Saya tidak peduli ini Theravada vs Mahayana, Maitreya vs Theravada, Mahayana vs Maitreya, atau apa. Memang ini bermulai dari kecurigaan saya terhadap TS sebagai theravadin. Ternyata beliau bukan theravadin.

Tetapi bukan itu intinya, yang saya proteskan adalah TS yang tidak pernah (berarti tidak hanya di thread ini saja) menunjukkan itikad baik dalam berdiskusi tentang sesuatu yg tidak sesuai keyakinan TS (dalam thread ini, Mahayana). Dan ini bukan dipersepsikan oleh saya saja.
Di jurnal pribadi saya (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=11406.0;all), TS banyak diskusi dengan saya kok tentang keyakinan kami yang tidak cocok, juga lengkap dengan senyum lebar bergigi dan ketawa guling-guling-nya. Dari dulu memang saya dan ryu banyak beda pandangan, namun saya memang menanggapinya biasa saja.


QuoteBagi para rekan2 DC yang sudah biasa, mungkin ini tidak masalah. Tetapi bagi orang lain yang kebetulan googling dan masuk ke forum ini, atau bagi pemula, ini akan menjadi membingungkan. Dan mengesankan Agama Buddha penuh dengan sindiran.

Tetapi jika keputusan Glomod adalah demikian. Dengan prinsip 'Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung''; yang berarti di mana saya berada, saya mengikuti aturan di sana; maka saya menghormati Glomod selaku 'penetap aturan' di forum ini. Jika saya tidak bisa berdiskusi tanpa emosi maka saya tidak akan posting di thread ini ataupun thread serupa.

Salam untuk Kainyn_Kutho dan rekan DC lainnya _/\_
Keputusan GM sama sekali tidak mutlak, jadi jangan buru-buru beranjak! ;D

Setiap pribadi punya karakter yang beda. Para tokoh Buddhis terkenal saja tidak bisa dibilang mewakili Umat Buddha secara keseluruhan, mana mungkin orang biasa seperti TS dinilai sebagai mewakili Umat Buddha?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Mr. Wei on 07 September 2011, 03:21:40 PM
Bukan begitu bro Ryu.

Bertanya karena tidak sesuai dengan keyakinan, tentu boleh.

Tetapi hargai orang yang berkeyakinan berbeda dengan kita.

Sebenarnya, sesederhana itu saja.

Bagi yang kenal dengan TS, mungkin tidak masalah; tetapi bagaimana jika terbaca oleh orang lain yang belum kenal TS  bahkan belum kenal DC, lalu kebetulan mampir ke sini?

Terkesan buddhis tidak menghargai buddhis.

Begitu saja pandangan saya.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 07 September 2011, 03:28:18 PM
Quote from: Mr. Wei on 07 September 2011, 03:21:40 PM
Bukan begitu bro Ryu.

Bertanya karena tidak sesuai dengan keyakinan, tentu boleh.

Tetapi hargai orang yang berkeyakinan berbeda dengan kita.

Sebenarnya, sesederhana itu saja.

Bagi yang kenal dengan TS, mungkin tidak masalah; tetapi bagaimana jika terbaca oleh orang lain yang belum kenal TS  bahkan belum kenal DC, lalu kebetulan mampir ke sini?

Terkesan buddhis tidak menghargai buddhis.

Begitu saja pandangan saya.
hmm, soal harga menghargai rasanya aneh deh, tapi sudah lah, mau lanjut pembahasan atau tidak nih?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Mr. Wei on 07 September 2011, 03:32:23 PM
Sudahlah, saya rasa memang tidak ada keselarasan dalam pandangan kita. Definisi menghargai saya dengan beberapa rekan di sini mungkin berbeda. Perbedaan ini pun harus saya hargai. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.

Silakan lanjutkan diskusi di thread ini sesuai semula, tentang perbedaan sosok personal Buddha Amitabha, Avalokitesvara, dan tuhan dari ajaran lain.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: K.K. on 07 September 2011, 03:36:01 PM
Quote from: Blacquejacque on 07 September 2011, 03:05:52 PM

Diperluas saja, bukan untuk Mahayanis ^^ untuk rekan2 yang ada disini ^^
Iya, bisa juga, tapi kalau dijawab oleh pihak Mahayanis (yang umumnya lebih memahami), jawabannya tentu lebih bisa diandalkan.
Saya sudah coba ikutan jawab seadanya walaupun entah benar atau salah. ;D
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 07 September 2011, 03:38:27 PM
Quote from: Mr. Wei on 07 September 2011, 03:32:23 PM
Sudahlah, saya rasa memang tidak ada keselarasan dalam pandangan kita. Definisi menghargai saya dengan beberapa rekan di sini mungkin berbeda. Perbedaan ini pun harus saya hargai. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.

Silakan lanjutkan diskusi di thread ini sesuai semula, tentang perbedaan sosok personal Buddha Amitabha, Avalokitesvara, dan tuhan dari ajaran lain.

Topik yang dibicarakan tidak mengurangi LDM. Topik ini tidak berguna dan tidak bermanfaat sama sekali.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 07 September 2011, 03:44:11 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 07 September 2011, 02:56:25 PM
Kalau sudah pernah dijelaskan dan ingat taruh di mana, gampang, tinggal diberikan link-nya aja. Kalau menurut perkiraan saya, mungkin antara penanya dan penjawab belum nyambung, jadi jawabannya barangkali belum memuaskan.
belum nyambung itu bisa berarti transmitter yg kurang jelas atau receivernya yg tulalit.
penilaian saya pribadi sebagai orang ketiga, transmitternya bisa dimengerti dan receivernya tidak punya itikad yg baik untuk menerima adanya perbedaan. mahayana akan selalu diajarkan dengan cara mahayana. gak bisa menuntut merevisi cara pengajarannya menjadi seperti theravada.

kalo saya bertanya mengenai praktik ataupun doktrin islam kepada muslim, setelah dijelaskan oleh pakar islam, walaupun tidak setuju, saya bisa menerima bahwa islam itu memang berbeda dan mengerti pola mikirnya. gimana kalo setelah dijelaskan misalnya kita nyindir2, ketawa gulang-guling dan main ejek plesetin nama nabinya? atau misal saya memaksakan mereka menerima bahwa kepercayaan tuhan itu gak bener, yg bener karma? tidak punya itikad yg baik kan namanya? dan di sini dilakukan bukan kepada orang lain, melainkan saudara sedhammanya... memprihatinkan kan?

Quote from: Kainyn_Kutho on 07 September 2011, 02:56:25 PM
Barusan saya baca dari halaman 1, tidak ada indikasi ke arah mengadu-domba aliran dari TS. Yang ditanyakan hanya penjelasan tentang Buddha Amitabha, Avalokiteshvara, dan tentang artikel di wikipedia. Yang pertama kali menyikapinya sebagai Theravada Vs Mahayana adalah Mr. Wei di reply #39. Saya tidak bilang Mr. Wei yang mengompori, hanya saja mungkin terlalu curiga karena menganggap TS sebagai Theravadin yang 'menyerang' Mahayanis. Perbandingan ke Ajaran lain (Theravada) pun diungkapkan pertama oleh naviscope tentang "Buddho" di reply #42.

Jadi kalau menurut kesimpulan saya (yang mungkin tidak netral juga), pertanyaan TS tidak salah. Caranya mungkin salah karena dengan istilah yang tidak tepat diikuti beberapa junk post yang seperti tidak serius. Tapi pola pikir Theravada Vs Mahayana ini timbul semata dari prasangka pihak Mahayana yang mungkin ada tersinggung dengan caranya TS posting.
yg saya maksudnya, disadari atau tidak disadari, posting seperti itu membangkitkan kemarahan penganut mahayana yg pada efeknya akan melihat sepak terjang si penulis posting yg berat sebelah dan membalas balik ke theravada. apa ini namanya bukan mengadu domba?

yg anda namakan "prasangka pihak mahayana" itu memiliki sejarah yg lebih jauh ketimbang thread ini. thread ini sendiri dibikin di saat perdebatan panas yg menyerang mahayana di thread yg lain. setelah semua pertanyaan di thread itu terjawab, lahirlah thead ini. sangat wajar kalo orang memandang thread ini dibikin dengan itikad yg tidak baik untuk kembali menyerang mahayana...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: K.K. on 07 September 2011, 04:00:53 PM
Quote from: morpheus on 07 September 2011, 03:44:11 PM
belum nyambung itu bisa berarti transmitter yg kurang jelas atau receivernya yg tulalit.
penilaian saya pribadi sebagai orang ketiga, transmitternya bisa dimengerti dan receivernya tidak punya itikad yg baik untuk menerima adanya perbedaan. mahayana akan selalu diajarkan dengan cara mahayana. gak bisa menuntut merevisi cara pengajarannya menjadi seperti theravada.
Betul, memang kesalahannya bisa di pihak manapun tergantung penilaian yang subjektif.


Quotekalo saya bertanya mengenai praktik ataupun doktrin islam kepada muslim, setelah dijelaskan oleh pakar islam, walaupun tidak setuju, saya bisa menerima bahwa islam itu memang berbeda dan mengerti pola mikirnya. gimana kalo setelah dijelaskan misalnya kita nyindir2, ketawa gulang-guling dan main ejek plesetin nama nabinya? atau misal saya memaksakan mereka menerima bahwa kepercayaan tuhan itu gak bener, yg bener karma? tidak punya itikad yg baik kan namanya? dan di sini dilakukan bukan kepada orang lain, melainkan saudara sedhammanya... memprihatinkan kan?
Ya, dalam hal ini memang cukup memprihatinkan.


Quoteyg saya maksudnya, disadari atau tidak disadari, posting seperti itu membangkitkan kemarahan penganut mahayana yg pada efeknya akan melihat sepak terjang si penulis posting yg berat sebelah dan membalas balik ke theravada. apa ini namanya bukan mengadu domba?

yg anda namakan "prasangka pihak mahayana" itu memiliki sejarah yg lebih jauh ketimbang thread ini. thread ini sendiri dibikin di saat perdebatan panas yg menyerang mahayana di thread yg lain. setelah semua pertanyaan di thread itu terjawab, lahirlah thead ini. sangat wajar kalo orang memandang thread ini dibikin dengan itikad yg tidak baik untuk kembali menyerang mahayana...
Memang demikian adanya. Soal prasangka-prasangka-an, itu juga sudah terjadi di manapun. Bahkan sebetulnya dulu saya nilai pihak Mahayana yang suka menyerang Theravada (karena yang pertama kali saya lihat adalah demikian {dan bukan di DC ini}). Setelah saya lihat-lihat, ternyata sepertinya memang saling serang dan sudah terjadi sejak lama, entah siapa yang mulai. Karena itu, saya jadi cenderung apatis terhadap sekte-sekte-an dan lebih mengutamakan pertanyaan/jawaban bagus atau diskusi yang menarik, dan mengesampingkan motifnya.

Di DC ini memang jumlah member aktif lebih dominan yang Theravada, jadi mungkin aturan main di board Mahayana harus sedikit diubah agar tidak mengesankan mayoritas menindas minoritas. Nanti coba saya bicarakan ke tuhan DC kalau ada kesempatan.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 07 September 2011, 04:31:20 PM
Dunia dipandang melalui pikiran!Jika kita merendahkan pihak lain maka diri sendiri yang rendahlah mengakibatkan perendahan tersebut!Kondisi tercipta oleh pikiran,dan pikiran tercermin dari dalam diri sendiri yang terefleksi keluar! :)
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Blacquejacque on 07 September 2011, 04:46:39 PM
Semakin panjang saya membaca...
Semakin pening kepala ini mencerna maksud yang disampaikan rekan-rekan yang menuju kepada keterburu-buruan.


Kesimpulan saya :
Perdebatan pandangan berbeda antara kubu yang berbeda hanya dapat diatasi dengan membiarkan dan menghargai pandangan lainnya.

Menghargai disini didasari dengan menghormati pandangan yang lain, dan bukan menghargai yang didasari oleh kesombongan diri dan kepasrahan diri.

Nampaknya topik awal perbedaan sosok tidak akan pernah terjawab karena di mungkin di forum ini tidak terdapat pemuka/tokoh dari kubu tertentu yang dapat memberikan jawaban Valid yang dapat dipegang untuk dijadikan perdebatan ke topik-topik lainnya.

Selamat sore dan selamat beristirahat
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 07 September 2011, 04:48:03 PM
sebentar, sebentar, perasaan yang banyakan marah malah pihak terawada nih yang merasa jadi pahlawan membela mahayana, malahan yang mahayana yang tertawa guling2 melihat para terawadin gontok2an sendiri =))

acara termehek meheknya dah beres blom nih? ;D
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: rooney on 07 September 2011, 05:01:58 PM
Quote from: ryu on 07 September 2011, 04:48:03 PM
sebentar, sebentar, perasaan yang banyakan marah malah pihak terawada nih yang merasa jadi pahlawan membela mahayana, malahan yang mahayana yang tertawa guling2 melihat para terawadin gontok2an sendiri =))

acara termehek meheknya dah beres blom nih? ;D

Wkwkwk... Jadi teringat ma thread yang "satu" itu  ;D
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 07 September 2011, 05:05:31 PM
Quote from: rooney on 07 September 2011, 05:01:58 PM
Wkwkwk... Jadi teringat ma thread yang "satu" itu  ;D
nyang mana?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: rooney on 07 September 2011, 05:07:36 PM
Quote from: ryu on 07 September 2011, 05:05:31 PM
nyang mana?

Jumpa F 
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 07 September 2011, 05:08:45 PM
Quote from: rooney on 07 September 2011, 05:07:36 PM
Jumpa F 

ngomong tuh jgn tanggung2...jumpa fans yang ajahn brahm itu kan?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: rooney on 07 September 2011, 05:10:36 PM
Quote from: No Pain No Gain on 07 September 2011, 05:08:45 PM
ngomong tuh jgn tanggung2...jumpa fans yang ajahn brahm itu kan?

Sebagai intermezzo aja, tidak perlu terang-terangan  ;D
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 07 September 2011, 05:11:07 PM
ohhhh, i see
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 07 September 2011, 06:48:36 PM
lanjut !
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: bawel on 07 September 2011, 10:51:49 PM
heran apa salahnya dengan emo ;D, :)) dan =)) ? ;D
masa belajar agama buddha masih terpengaruh sama kondisi luar sih? ;D
apakah untuk menjadi damai harus tunggu dunia juga menjadi damai? ;D
beginilah jadinya kalo sudah ketergantungan sama sosok-sosok apapun itu, jadi manja ;D.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: DragonHung on 07 September 2011, 11:08:02 PM
Masih ingat gak dengan traktor lubis, sewaktu dia menuliskan pemikirannya tentang ajaran buddha walaupun yg disampaikannya itu benar tapi dengan gaya bahasa yg kasar, apa yang di terimanya?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Indra on 07 September 2011, 11:17:05 PM
Quote from: DragonHung on 07 September 2011, 11:08:02 PM
Masih ingat gak dengan traktor lubis, sewaktu dia menuliskan pemikirannya tentang ajaran buddha walaupun yg disampaikannya itu benar tapi dengan gaya bahasa yg kasar, apa yang di terimanya?

saya pikir sangat berbeda kasusnya. traktor lubis hanya mengangkat gagasannya yg kontroversial namun tidak dibarengi dengan kemampuan mempertahankan argumennya
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: bawel on 07 September 2011, 11:23:46 PM
Quote from: DragonHung on 07 September 2011, 11:08:02 PM
Masih ingat gak dengan traktor lubis, sewaktu dia menuliskan pemikirannya tentang ajaran buddha walaupun yg disampaikannya itu benar tapi dengan gaya bahasa yg kasar, apa yang di terimanya?

saat itu saya cuma menyarankan jangan terlalu ekstrim aja ;D.
tentunya dengan emo ;D ini juga :P.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 07 September 2011, 11:44:22 PM
Quote from: bawel on 07 September 2011, 10:51:49 PM
heran apa salahnya dengan emo ;D, :)) dan =)) ? ;D
masa belajar agama buddha masih terpengaruh sama kondisi luar sih? ;D
apakah untuk menjadi damai harus tunggu dunia juga menjadi damai? ;D
beginilah jadinya kalo sudah ketergantungan sama sosok-sosok apapun itu, jadi manja ;D.

saya tertarik dgn yg diblod..anda sendiri bgmn?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: bawel on 07 September 2011, 11:49:06 PM
Quote from: No Pain No Gain on 07 September 2011, 11:44:22 PM
saya tertarik dgn yg diblod..anda sendiri bgmn?

mengapa om ganteng ingin mengetahui saya? 8)
mengapa tidak mengecek diri sendiri? ;D
silahkan saja check sendiri postingan saya dan nilai sendiri ;D.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 07 September 2011, 11:57:54 PM
Quote from: bawel on 07 September 2011, 11:49:06 PM
mengapa om ganteng ingin mengetahui saya? 8)
mengapa tidak mengecek diri sendiri? ;D
silahkan saja check sendiri postingan saya dan nilai sendiri ;D.

soalnya saya ingin mgetahui apa anda org suci...soalnya secara tersirat kyknya anda tdk terpengaruh kondisi luar lg...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: bawel on 08 September 2011, 12:09:40 AM
Quote from: No Pain No Gain on 07 September 2011, 11:57:54 PM
soalnya saya ingin mgetahui apa anda org suci...soalnya secara tersirat kyknya anda tdk terpengaruh kondisi luar lg...

oh hahaha ;D.
saya ngak tahu kalo itu :P.

saya terus terang juga masih terpengaruh juga dengan kondisi luar, tapi saya akan berpikir seribu kali dulu sebelum menuangkan di tempat umum ;D. beda dengan baca terus langsung tersulut perasaan, kan itu percuma ;D. disini om ryu kan cuma bertanya bukannya membuat pernyataan, kenapa ngak dijawab dulu, tapi malah berputar-putar saja ;D. apakah memang ngak bisa dijawab, sehingga memakai taktik pengalihan topik? ;D
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 08 September 2011, 06:09:45 AM
Quote from: bawel on 08 September 2011, 12:09:40 AM
oh hahaha ;D.
saya ngak tahu kalo itu :P.

saya terus terang juga masih terpengaruh juga dengan kondisi luar, tapi saya akan berpikir seribu kali dulu sebelum menuangkan di tempat umum ;D. beda dengan baca terus langsung tersulut perasaan, kan itu percuma ;D. disini om ryu kan cuma bertanya bukannya membuat pernyataan, kenapa ngak dijawab dulu, tapi malah berputar-putar saja ;D. apakah memang ngak bisa dijawab, sehingga memakai taktik pengalihan topik? ;D

bold : ciri khas dan klasik  ;D
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 08 September 2011, 06:18:27 AM
Quote from: djoe on 07 September 2011, 03:38:27 PM
Topik yang dibicarakan tidak mengurangi LDM. Topik ini tidak berguna dan tidak bermanfaat sama sekali.

saya yakin tidak punya kemampuan utk jawab,  karena ..........  ???   
:)
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 08 September 2011, 09:59:58 AM
Quote from: bawel on 07 September 2011, 10:51:49 PM
heran apa salahnya dengan emo ;D, :)) dan =)) ? ;D
masa belajar agama buddha masih terpengaruh sama kondisi luar sih? ;D
apakah untuk menjadi damai harus tunggu dunia juga menjadi damai? ;D
beginilah jadinya kalo sudah ketergantungan sama sosok-sosok apapun itu, jadi manja ;D.
nanggapi yg ini aja...

dilihat sepintas pendapat di atas keliatan bijak dan masuk akal.
namun setelah dipikir2 ini adalah pola pikir yg mencampuradukkan perkembangan batin dengan sosial.

ajaran2 yg bersifat untuk melatih perkembangan batin itu hendaknya dipraktikkan ke dalam, bukan ke luar, bukan untuk orang lain. apabila ajaran2 ini dicoba untuk diarahkan keluar secara over dosis, hasilnya akan terlihat hipokrit. nasehat2 pelatihan perkembangan batin seperti "jangan terpengaruh kondisi luar, dalam tetap damai", "semua karma masing2", atau "semua tidak kekal" itu ditujukan ke dalam, untuk diselami dalam batin masing2, bukan untuk dipakai untuk membungkam orang lain.

musti dibedakan antara perkembangan batin dengan hidup bermasyarakat secara sosial. walaupun ke dalam kita melatih diri untuk damai di dalam, menyadari anicca & dukkha, namun hidup bermasyarakat memerlukan yg namanya toleransi, norma2 dan nilai2. biarpun negara buddhis sekalipun tetap memerlukan penegakkan hukum, norma2 hidup bermasyarakat. gak bisa kan ngomong ke orang yg udah diperkosa: "ah, sudahlah, hidup itu anicca. boleh kamu udah dianiaya dan diperkosa, tapi dalemnya tetep damai", tanpa penegakkan hukum, tanpa action.

pencampuradukkan ajaran yg bersifat melatih perkembangan batin dengan kehidupan bermasyarakat inilah yg sering membuat buddhis keblinger dan over dosis. saya sering melihat buddhis yg apatis, melihat ketidakadilan dan kemalangan orang lain sebatas teori: "ah, semuanya memang dukkha dan anicca, karmanya masing2", tanpa action. saya termasuk orang seperti ini dan ingin merubahnya, pada batas2 tertentu. dalam hal ini apabila melihat ada praktik2 intoleransi, pemaksaan kehendak dan pelanggaran norma2 / nilai2 hidup bermasyarakat, minimal berikanlah suara anda.

Potaliya (Potaliya-sutta, AN,ii,97):
Pada suatu hari Buddha bercakap-cakap dengan seorang petapa kelana, Potaliya.
Buddha bilang, ada 4 jenis manusia:
(1) orang yg kerjanya mengecam melulu, tidak pernah memuji;
(2) orang yg kerjanya memuji melulu, tidak pernah mengecam;
(3) orang yg diam saja, tidak pernah mengecam atau memuji;
(4) orang yg mengecam [apa yg patut dikecam] dan memuji [apa yg patut
dipuji].

Buddha bertanya kepada Potaliya, manakah di antara keempat jenis
manusia ini yg 'terbaik dan termulia'?

Potaliya menjawab, orang #3 yg terbaik dan termulia, dengan alasan karena
ia sudah mempunyai keseimbangan batin (upekkha) yg tinggi.

Buddha menyalahkannya; menurut Buddha, orang yg mengecam apa yg patut
dikecam, dan memuji apa yg patut dipuji, pada saat yg tepat, adalah yg
terbaik dan termulia. Mengapa? Kata Buddha, oleh karena ia tahu apa yg harus
dikerjakan pada saat yg tepat.



apakah ini berarti Buddha mengajarkan untuk terpengaruh kondisi luar?

Quote from: bawel on 07 September 2011, 10:51:49 PM
beginilah jadinya kalo sudah ketergantungan sama sosok-sosok apapun itu, jadi manja ;D.
selama belum suci, manusia memiliki kemelekatannya sendiri2, penjaranya sendiri2, kemanjaannya sendiri2.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 08 September 2011, 10:10:26 AM
Quote from: morpheus on 08 September 2011, 09:59:58 AM
nanggapi yg ini aja...

dilihat sepintas pendapat di atas keliatan bijak dan masuk akal.
namun setelah dipikir2 ini adalah pola pikir yg mencampuradukkan perkembangan batin dengan sosial.

ajaran2 yg bersifat untuk melatih perkembangan batin itu hendaknya dipraktikkan ke dalam, bukan ke luar, bukan untuk orang lain. apabila ajaran2 ini dicoba untuk diarahkan keluar secara over dosis, hasilnya akan terlihat hipokrit. nasehat2 pelatihan perkembangan batin seperti "jangan terpengaruh kondisi luar, dalam tetap damai", "semua karma masing2", atau "semua tidak kekal" itu ditujukan ke dalam, untuk diselami dalam batin masing2, bukan untuk dipakai untuk membungkam orang lain.

musti dibedakan antara perkembangan batin dengan hidup bermasyarakat secara sosial. walaupun ke dalam kita melatih diri untuk damai di dalam, menyadari anicca & dukkha, namun hidup bermasyarakat memerlukan yg namanya toleransi, norma2 dan nilai2. biarpun negara buddhis sekalipun tetap memerlukan penegakkan hukum, norma2 hidup bermasyarakat. gak bisa kan ngomong ke orang yg udah diperkosa: "ah, sudahlah, hidup itu anicca. boleh kamu udah dianiaya dan diperkosa, tapi dalemnya tetep damai", tanpa penegakkan hukum, tanpa action.

pencampuradukkan ajaran yg bersifat melatih perkembangan batin dengan kehidupan bermasyarakat inilah yg sering membuat buddhis keblinger dan over dosis. saya sering melihat buddhis yg apatis, melihat ketidakadilan dan kemalangan orang lain sebatas teori: "ah, semuanya memang dukkha dan anicca, karmanya masing2", tanpa action. saya termasuk orang seperti ini dan ingin merubahnya, pada batas2 tertentu. dalam hal ini apabila melihat ada praktik2 intoleransi, pemaksaan kehendak dan pelanggaran norma2 / nilai2 hidup bermasyarakat, minimal berikanlah suara anda.

Potaliya (Potaliya-sutta, AN,ii,97):
Pada suatu hari Buddha bercakap-cakap dengan seorang petapa kelana, Potaliya.
Buddha bilang, ada 4 jenis manusia:
(1) orang yg kerjanya mengecam melulu, tidak pernah memuji;
(2) orang yg kerjanya memuji melulu, tidak pernah mengecam;
(3) orang yg diam saja, tidak pernah mengecam atau memuji;
(4) orang yg mengecam [apa yg patut dikecam] dan memuji [apa yg patut
dipuji].

Buddha bertanya kepada Potaliya, manakah di antara keempat jenis
manusia ini yg 'terbaik dan termulia'?

Potaliya menjawab, orang #3 yg terbaik dan termulia, dengan alasan karena
ia sudah mempunyai keseimbangan batin (upekkha) yg tinggi.

Buddha menyalahkannya; menurut Buddha, orang yg mengecam apa yg patut
dikecam, dan memuji apa yg patut dipuji, pada saat yg tepat, adalah yg
terbaik dan termulia. Mengapa? Kata Buddha, oleh karena ia tahu apa yg harus
dikerjakan pada saat yg tepat.



apakah ini berarti Buddha mengajarkan untuk terpengaruh kondisi luar?
selama belum suci, manusia memiliki kemelekatannya sendiri2, penjaranya sendiri2, kemanjaannya sendiri2.

mau menanggapi juga yang di bold, menurut om morph aye terlihat seperti yang mana?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 08 September 2011, 10:19:43 AM
Quote from: ryu on 08 September 2011, 10:10:26 AM
mau menanggapi juga yang di bold, menurut om morph aye terlihat seperti yang mana?
saya ngerti maksud anda.
karena perbedaan pendapat jalan kita bertentangan.
jadi yah biarlah anda menyuarakan yg anda anggap benar dan saya menyuarakan yg saya anggap benar di panggung drama ini.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 08 September 2011, 10:51:40 AM
Quote from: morpheus on 08 September 2011, 10:19:43 AM
saya ngerti maksud anda.
karena perbedaan pendapat jalan kita bertentangan.
jadi yah biarlah anda menyuarakan yg anda anggap benar dan saya menyuarakan yg saya anggap benar di panggung drama ini.

hehehehe... setidaknya aye bukan termasuk yang

(3) orang yg diam saja, tidak pernah mengecam atau memuji;
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 08 September 2011, 12:01:15 PM
Quote from: morpheus on 08 September 2011, 10:19:43 AM
saya ngerti maksud anda.
karena perbedaan pendapat jalan kita bertentangan.
jadi yah biarlah anda menyuarakan yg anda anggap benar dan saya menyuarakan yg saya anggap benar di panggung drama ini.


:jempol:
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: bawel on 08 September 2011, 09:32:24 PM
Quote from: morpheus on 08 September 2011, 09:59:58 AM
nanggapi yg ini aja...

oh silahkan ;D.

Quotedilihat sepintas pendapat di atas keliatan bijak dan masuk akal.
namun setelah dipikir2 ini adalah pola pikir yg mencampuradukkan perkembangan batin dengan sosial.

mencampur aduk? ;D

saya jadi teringat sama salah satu thread disini, cerita tentang seorang yang memberi bimbingan di vihara dengan baik, tapi setelah selesai langsung marah-marah karena terkena cipratan air genangan oleh mobil/motor yang melintas ;D.

begitukah seharusnya umat buddha bertindak? ;D

Quoteajaran2 yg bersifat untuk melatih perkembangan batin itu hendaknya dipraktikkan ke dalam, bukan ke luar, bukan untuk orang lain. apabila ajaran2 ini dicoba untuk diarahkan keluar secara over dosis, hasilnya akan terlihat hipokrit. nasehat2 pelatihan perkembangan batin seperti "jangan terpengaruh kondisi luar, dalam tetap damai", "semua karma masing2", atau "semua tidak kekal" itu ditujukan ke dalam, untuk diselami dalam batin masing2, bukan untuk dipakai untuk membungkam orang lain.

memangnya pernyataan saya bersifat keluar? ;D
om ophe tahu daya upaya, perhatian dan konsenterasi dari jalan tengah? ;D
itu gunanya untuk sesaat apa terus menerus? ;D

Quotemusti dibedakan antara perkembangan batin dengan hidup bermasyarakat secara sosial. walaupun ke dalam kita melatih diri untuk damai di dalam, menyadari anicca & dukkha, namun hidup bermasyarakat memerlukan yg namanya toleransi, norma2 dan nilai2. biarpun negara buddhis sekalipun tetap memerlukan penegakkan hukum, norma2 hidup bermasyarakat. gak bisa kan ngomong ke orang yg udah diperkosa: "ah, sudahlah, hidup itu anicca. boleh kamu udah dianiaya dan diperkosa, tapi dalemnya tetep damai", tanpa penegakkan hukum, tanpa action.

loh bagaimana caranya orang yang habis diperkosa yang masih terpengaruh dengan kondisi luar dapat melapor? dapat melakukan action yang tepat? ;D yang saya tahu malah bunuh diri, atau teriak-teriak seperti orang gila ;D.

contohnya aja seperti thread ini ;D.

ada orang bertanya, tapi ngak dijawab malah ngelantur kemana-mana? apakah bisa yang begini menyelesaikan masalah? ;D masih terpengaruh sama perasaan tersinggung, perasaan marah akhirnya ngak bisa menjelaskan dengan jelas pertanyaan itu ;D.

beda halnya kalo ini pernyataan yang bagaimana gitu bukan suatu pertanyaan, seperti contohnya om traktor, maka saya langsung mengingatkan jangan seperti itu ;D.

Quotepencampuradukkan ajaran yg bersifat melatih perkembangan batin dengan kehidupan bermasyarakat inilah yg sering membuat buddhis keblinger dan over dosis. saya sering melihat buddhis yg apatis, melihat ketidakadilan dan kemalangan orang lain sebatas teori: "ah, semuanya memang dukkha dan anicca, karmanya masing2", tanpa action. saya termasuk orang seperti ini dan ingin merubahnya, pada batas2 tertentu. dalam hal ini apabila melihat ada praktik2 intoleransi, pemaksaan kehendak dan pelanggaran norma2 / nilai2 hidup bermasyarakat, minimal berikanlah suara anda.

apakah saya sudah bertindak begitu? ;D
sekali lagi thread ini cuma pertanyaan, penyelesaiannya yah cuma dijawab bukan yang lain ;D.
bertanya itu karena tidak tahu, saya juga sering ditanya dengan kasar, tapi saya sadar mereka bertanya karena ketidaktahuan atau bisa juga karena rasa penolakan mereka. saya tidak akan menjawab kasar juga karena terpengaruh oleh kondisi luar, tapi saya akan menjawab secara langsung biar bisa tepat sasaran ;D.

QuotePotaliya (Potaliya-sutta, AN,ii,97):
Pada suatu hari Buddha bercakap-cakap dengan seorang petapa kelana, Potaliya.
Buddha bilang, ada 4 jenis manusia:
(1) orang yg kerjanya mengecam melulu, tidak pernah memuji;
(2) orang yg kerjanya memuji melulu, tidak pernah mengecam;
(3) orang yg diam saja, tidak pernah mengecam atau memuji;
(4) orang yg mengecam [apa yg patut dikecam] dan memuji [apa yg patut
dipuji].

Buddha bertanya kepada Potaliya, manakah di antara keempat jenis
manusia ini yg 'terbaik dan termulia'?

Potaliya menjawab, orang #3 yg terbaik dan termulia, dengan alasan karena
ia sudah mempunyai keseimbangan batin (upekkha) yg tinggi.

Buddha menyalahkannya; menurut Buddha, orang yg mengecam apa yg patut
dikecam, dan memuji apa yg patut dipuji, pada saat yg tepat, adalah yg
terbaik dan termulia. Mengapa? Kata Buddha, oleh karena ia tahu apa yg harus
dikerjakan pada saat yg tepat.



apakah ini berarti Buddha mengajarkan untuk terpengaruh kondisi luar?

buddha mengajarkan untuk tidak terpengaruh pada kondisi luar, apapun kondisinya ;D.
yang terkondisi itu tidak kekal, maka jangan terpengaruh padanya atau kita akan tetap terjerat ;D.

Quoteselama belum suci, manusia memiliki kemelekatannya sendiri2, penjaranya sendiri2, kemanjaannya sendiri2.

baiklah, saya juga cuma pengen kasih semangat aja, supaya umat buddha bisa lebih berani mengandalkan dirinya sendiri aja ;D.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 08 September 2011, 09:42:25 PM
sepertinya kita gak nyambung.
saya gak lanjutin lagi sampai di sini.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 08 September 2011, 09:50:37 PM
Quote from: bawel on 08 September 2011, 09:32:24 PM

baiklah, saya juga cuma pengen kasih semangat aja, supaya umat buddha bisa lebih berani mengandalkan dirinya sendiri aja ;D.


saya ingin tau sejauh mana anda bisa mengandalkan diri anda sendiri..hehe...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: bawel on 08 September 2011, 10:10:06 PM
Quote from: morpheus on 08 September 2011, 09:42:25 PM
sepertinya kita gak nyambung.
saya gak lanjutin lagi sampai di sini.

oh baiklah ;D.

Quote from: No Pain No Gain on 08 September 2011, 09:50:37 PM
saya ingin tau sejauh mana anda bisa mengandalkan diri anda sendiri..hehe...

oh silahkan saja ;D.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 08 September 2011, 10:18:12 PM
saya jadi bingung..kenapa ada orang menginterpretasikan kata "mengandalkan diri sendiri" secara sempit..maaf bagi yang tersinggung ;D

silakan lanjut debatnya..aku ga ikut2an..hihihi ;D

be happy all
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Indra on 08 September 2011, 10:20:52 PM
Quote from: No Pain No Gain on 08 September 2011, 10:18:12 PM
saya jadi bingung..kenapa ada orang menginterpretasikan kata "mengandalkan diri sendiri" secara sempit..maaf bagi yang tersinggung ;D

silakan lanjut debatnya..aku ga ikut2an..hihihi ;D

be happy all

bagaimanakah interpretasi luas anda pada kata "mengandalkan diri sendiri"?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 08 September 2011, 10:24:46 PM
theravadin yang td bilang "mengandalkan diri sendiri" itu jangan minta tolong ke orang lain atau sapapun jg ya..andalkan diri anda sendiri..gud luck... ;D

post terakhir saya di thread ini..hihi
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Indra on 08 September 2011, 10:38:46 PM
Quote from: No Pain No Gain on 08 September 2011, 10:24:46 PM
theravadin yang td bilang "mengandalkan diri sendiri" itu jangan minta tolong ke orang lain atau sapapun jg ya..andalkan diri anda sendiri..gud luck... ;D

post terakhir saya di thread ini..hihi

kok malah jadi muncul kata "theravadin". jadi interpretasi luas anda pada kata "mengandalkan diri sendiri" adalah "jangan minta tolong ke orang lain"?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 09 September 2011, 06:17:51 AM
Quote from: No Pain No Gain on 08 September 2011, 10:24:46 PM
theravadin yang td bilang "mengandalkan diri sendiri" itu jangan minta tolong ke orang lain atau sapapun jg ya..andalkan diri anda sendiri..gud luck... ;D

post terakhir saya di thread ini..hihi

apa sih itu theravadin ?
bro NPNG itu di jalur mana ? theravadin, mahayadin, tantrayadin, atau mixyadin atau si Udin !  :)
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: rooney on 09 September 2011, 07:53:41 AM
Quote from: Indra on 08 September 2011, 10:38:46 PM
kok malah jadi muncul kata "theravadin". jadi interpretasi luas anda pada kata "mengandalkan diri sendiri" adalah "jangan minta tolong ke orang lain"?

Waduh, sengaja diperluas dong kalo gitu  ;D
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Blacquejacque on 09 September 2011, 09:30:49 AM
Quote from: bawel on 08 September 2011, 09:32:24 PM

ada orang bertanya, tapi ngak dijawab malah ngelantur kemana-mana? apakah bisa yang begini menyelesaikan masalah? ;D masih terpengaruh sama perasaan tersinggung, perasaan marah akhirnya ngak bisa menjelaskan dengan jelas pertanyaan itu ;D.

beda halnya kalo ini pernyataan yang bagaimana gitu bukan suatu pertanyaan, seperti contohnya om traktor, maka saya langsung mengingatkan jangan seperti itu ;D.


haha.. iya sih payah juga..
Saya pribadi ingin membagikan yang saya ketahui namun terbatasi untuk menjawab.
Ingatkah rekan bawel mengenai permintaan dari TS,
bahwa pertanyaan2 yang diajukan adalah kepada mahayana?

Maka tentunya, pengetahuan saya mengenai hal ini tidak dapat saya berikan karena saya bukanlah seorang mahayana...

Lalu ada lagi.... saya pun tidak berani untuk menjawab.
1. Saya tidak berpandangan bahwa pertanyaan yang diajukan patut untuk dijawab, karena pertanyaan ini hanya untuk berdebat bukan untuk belajar. Maka saya tidak menilai adanya kepatutan bagi saya untuk menjawab. Sebisa mungkin saya berusaha menghindari yang tidak bermanfaat. Nah ini hanyalah pandangan saya, nampakn pada saat saya menilai hal itu mata saya sedang tertutup mara karena ternyata menurut sebagian orang pertanyaan tersebut amat patut untuk dijawab.

2. Saya tidak punya pengetahuan mendalam mengenai ajaran mahayana, maka saya tidak merasa diri saya patut untuk menjawab hal ini.

3. Pandangan pribadi hanyalah pandangan pribadi, pada akhirnya jawaban yang saya keluarkan hanya akan menjadi sebuah spekulasi, bukan menambah pengetahuan.

Overall, terimakasih juga sdr bawel mau berbaik hati mengingatkan nilai2 luhur yang sepatutnya dilakukan melalui gaya uniknya sdr bawel.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 09 September 2011, 09:38:24 AM
sepertinya dalam budis ada hal2 yang tabu untuk ditanyakan, sistem pembelajaran dalam mahayana lebih banyak hanya sebatas kepercayaan semata, tidak ada perbedaan dengan agama lain.

sedangkan sejarah sutra2nya pun masih diragukan keasliannya itu berasal dari ucapan buda, dari banyaknya sutra2 yang sepertinya semakin terus bertambah.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 09 September 2011, 09:53:59 AM
Quote from: ryu on 09 September 2011, 09:38:24 AM
sepertinya dalam budis ada hal2 yang tabu untuk ditanyakan, sistem pembelajaran dalam mahayana lebih banyak hanya sebatas kepercayaan semata, tidak ada perbedaan dengan agama lain.
saya merasa tidak ada yg tabu untuk ditanyakan, selama itu dilakukan dengan itikad dan cara yang baik.

dan saya merasa pendapat anda mengenai mahayana hanya sebatas kepercayaan tidaklah benar dan hanya subjektif perasaan anda saja. terbukti ada praktisi2 meditasi mahayana yang mencapai tataran spiritual yang sama dengan aliran lain. kalo dibalik, melihat ada ajahn dari thailand yang datang ke sgp berjualan jimat dan menawarkan jasa ramal dengan kartu tarot, apakah ini berarti sistem pembelajaran theravada lebih banyak hanya sebatas keselamatan semu dan kepercayaan pada benda2 yg dianggap bisa melindungi diri dan tidak ada bedanya dengan kepercayaan dukunisme?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: naviscope on 09 September 2011, 09:58:49 AM
Quote from: morpheus on 09 September 2011, 09:53:59 AM
saya merasa tidak ada yg tabu untuk ditanyakan, selama itu dilakukan dengan itikad dan cara yang baik.

dan saya merasa pendapat anda mengenai mahayana hanya sebatas kepercayaan tidaklah benar. terbukti ada praktisi2 meditasi mahayana yang mencapai tataran spiritual yang sama dengan aliran lain. kalo dibalik, melihat ada ajahn dari thailand yang datang ke sgp berjualan jimat dan menawarkan jasa ramal dengan kartu tarot, apakah ini berarti sistem pembelajaran theravada lebih banyak hanya sebatas keselamatan semu dan kepercayaan pada benda2 yg dianggap bisa melindungi diri dan tidak ada bedanya dengan kepercayaan dukunisme?


iya ada yang jualan amulet, toh bukan nya theravada tidak percaya amulet? (hampir mirip2 ama mahayana toh)

di thailand sendiri theravada sudah berasimilasi dengan budaya setempat
sejauh yang saya tau, correct me if i am wrong, agama buddha dimana berada tetap membumi dengan budaya setempat, tidak
pernah ke india india-an, ato seperti ke agama lain yang kebarat barat-an, ato ke arab arab-an...

yang saya liat, koq ada malah condong utk ke india-india-an yach, masak qta disuruh makan roti cane ama kari
aca aca, tar nonton nya india hei hei... kutch kutch hota hei....  ^-^

Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: rooney on 09 September 2011, 10:03:13 AM
Quote from: naviscope on 09 September 2011, 09:58:49 AM
iya ada yang jualan amulet, toh bukan nya theravada tidak percaya amulet? (hampir mirip2 ama mahayana toh)

di thailand sendiri theravada sudah berasimilasi dengan budaya setempat
sejauh yang saya tau, correct me if i am wrong, agama buddha dimana berada tetap membumi dengan budaya setempat, tidak
pernah ke india india-an, ato seperti ke agama lain yang kebarat barat-an, ato ke arab arab-an...

yang saya liat, koq ada malah condong utk ke india-india-an yach, masak qta disuruh makan roti cane ama kari
aca aca, tar nonton nya india hei hei... kutch kutch hota hei....  ^-^

Waduh napa pulak muncul term ke-india-india-an ene  ::), bollywood kali ya  :))
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 09 September 2011, 11:03:14 AM
Quote from: morpheus on 09 September 2011, 09:53:59 AM
saya merasa tidak ada yg tabu untuk ditanyakan, selama itu dilakukan dengan itikad dan cara yang baik.

dan saya merasa pendapat anda mengenai mahayana hanya sebatas kepercayaan tidaklah benar dan hanya subjektif perasaan anda saja. terbukti ada praktisi2 meditasi mahayana yang mencapai tataran spiritual yang sama dengan aliran lain. kalo dibalik, melihat ada ajahn dari thailand yang datang ke sgp berjualan jimat dan menawarkan jasa ramal dengan kartu tarot, apakah ini berarti sistem pembelajaran theravada lebih banyak hanya sebatas keselamatan semu dan kepercayaan pada benda2 yg dianggap bisa melindungi diri dan tidak ada bedanya dengan kepercayaan dukunisme?

bisa bedakan tidak oknum dengan ajaran?

yang anda beri contoh adalah oknum, apakah diajarkan buda atau tidak?

sedangkan dalam mahayana jelas2 ada praktek2 seperti itu yang diajarkan oleh buda sendiri dalam sutra2nya.

Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 09 September 2011, 12:21:08 PM
Quote from: morpheus on 09 September 2011, 09:53:59 AM
saya merasa tidak ada yg tabu untuk ditanyakan, selama itu dilakukan dengan itikad dan cara yang baik.

dan saya merasa pendapat anda mengenai mahayana hanya sebatas kepercayaan tidaklah benar dan hanya subjektif perasaan anda saja. terbukti ada praktisi2 meditasi mahayana yang mencapai tataran spiritual yang sama dengan aliran lain. kalo dibalik, melihat ada ajahn dari thailand yang datang ke sgp berjualan jimat dan menawarkan jasa ramal dengan kartu tarot, apakah ini berarti sistem pembelajaran theravada lebih banyak hanya sebatas keselamatan semu dan kepercayaan pada benda2 yg dianggap bisa melindungi diri dan tidak ada bedanya dengan kepercayaan dukunisme?


Yang dibahas tentu-nya "konsep" di-dalam kitab kitab... bukan oknum atau orang per orang... jika bro morpheus mengambil contoh bikkhu "theravada" yang nyimpang lantas menyama-ratakan ajaran Theravada seperti itu, tentu-nya tidak bisa seperti itu. Dan rasa-nya tidak ada yang "membela" bhikkhu2 "theravada" yang jualan amulet, baca kartu tarot dsbnya...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 09 September 2011, 12:47:46 PM
Quote from: naviscope on 09 September 2011, 09:58:49 AM
iya ada yang jualan amulet, toh bukan nya theravada tidak percaya amulet? (hampir mirip2 ama mahayana toh)
^-^

puja2 'amulet' emank ajaran Buddha Gotama ?
saya rasa memang si biku jualan amulet kemudian dikaitkan dengan ajaran Buddha utk kepentingan ........ !  ;D
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 09 September 2011, 12:51:09 PM
Quote from: dilbert on 09 September 2011, 12:21:08 PM
Yang dibahas tentu-nya "konsep" di-dalam kitab kitab... bukan oknum atau orang per orang... jika bro morpheus mengambil contoh bikkhu "theravada" yang nyimpang lantas menyama-ratakan ajaran Theravada seperti itu, tentu-nya tidak bisa seperti itu. Dan rasa-nya tidak ada yang "membela" bhikkhu2 "theravada" yang jualan amulet, baca kartu tarot dsbnya...

bold,  :jempol:
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 09 September 2011, 12:51:17 PM
Quote from: adi lim on 09 September 2011, 12:47:46 PM
puja2 'amulet' emank ajaran Buddha Gotama ? atau sengaja dikaitkan utk kepentingan sesuatu !  ;D

Jika KITAB (sebagai arahan / petunjuk) tidak mentolerir penghidupan dengan jual-jual amulet, liat nasib dan sejenisnya... yang salah tentu orang-nya... karena di KITAB (Pali Kanon) tidak diajarkan dan bahkan disebut sebagai penghidupan yang tidak terpuji.

Kalau sudah "stress" mau mencari kesalahan pihak lain, yah kudu harus lebih "pinter" dan "menguasai" bahan perdebatan. Masa di-cari-kan contoh bhikkhu yang jualan amulet ? wkwkwkwkwkwkwwk .. kayak seperti Wartawan "stress" nulis "SBY Nonton, Timnas Kalah dari Bahrain 0-2"
http://rimanews.com/read/20110906/40090/sby-nonton-timnas-kalah-dari-bahrain-0-2

=))
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 09 September 2011, 12:52:32 PM
Quote from: dilbert on 09 September 2011, 12:21:08 PM
Yang dibahas tentu-nya "konsep" di-dalam kitab kitab... bukan oknum atau orang per orang... jika bro morpheus mengambil contoh bikkhu "theravada" yang nyimpang lantas menyama-ratakan ajaran Theravada seperti itu, tentu-nya tidak bisa seperti itu. Dan rasa-nya tidak ada yang "membela" bhikkhu2 "theravada" yang jualan amulet, baca kartu tarot dsbnya...
betul, dan rasanya "pembaca yang cerdas" bisa membedakan oknum dan ajaran ;D
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: feiyudhammacittausername on 09 September 2011, 12:54:23 PM
 _/\_
begitu saya membaca salah-satu quote, saya langsung tertawa......saya yakin dia pasti yi guan dao.
aliran buddhisme tidak pernah saling perang karena ini ajarannya sama.
hanya satu aliran saja, yang baru, menyimpang dan menjadi suber peperangan yaitu yi guan dao.
percaya atau tidak, memang itulah kenyataan.
yi guan dao jelas bukan buddhisme!
bagaimanapun anda berusaha menyamar, berkedok,....tetap saja! yi guan dao berkedok adalah NONBUDDHIS! TITIK! itu sudah dimutlakkan!
_/\_
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 09 September 2011, 12:54:28 PM
Quote from: ryu on 09 September 2011, 12:52:32 PM
betul, dan rasanya "pembaca yang cerdas" bisa membedakan oknum dan ajaran ;D

kecuali kalau sudah "stress" dan tidak menerima "kesalahannya" sehingga membabi buta menuding yang TIDAK RELEVAN...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 09 September 2011, 12:56:20 PM
Quote from: feiyudhammacittausername on 09 September 2011, 12:54:23 PM
_/\_
begitu saya membaca salah-satu quote, saya langsung tertawa......saya yakin dia pasti yi guan dao.
aliran buddhisme tidak pernah saling perang karena ini ajarannya sama.
hanya satu aliran saja, yang baru, menyimpang dan menjadi suber peperangan yaitu yi guan dao.
percaya atau tidak, memang itulah kenyataan.
yi guan dao jelas bukan buddhisme!
bagaimanapun anda berusaha menyamar, berkedok,....tetap saja! yi guan dao berkedok adalah NONBUDDHIS! TITIK! itu sudah dimutlakkan!
_/\_

wah... masuk-masuk sudah yi guan tao... kalau yang sudah lama ngobrak ngabrik di DC, bakalan di hadap-kan bahwa terdapat perbedaan yang cukup prinsipil antara konsep Theravada dan Mahayana...
Kalau Yi Guan Tao memang bukan Buddhisme... dan majelis mereka sendiri sudah menyatakan seperti itu, dahulu karena persoalan politik, yi guan tao jadi seolah olah diakomodir di dalam wadah buddhisme...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 09 September 2011, 12:56:51 PM
om2, saya gabung jadi satu aja
Quote from: ryu on 09 September 2011, 11:03:14 AM
bisa bedakan tidak oknum dengan ajaran?

yang anda beri contoh adalah oknum, apakah diajarkan buda atau tidak?

sedangkan dalam mahayana jelas2 ada praktek2 seperti itu yang diajarkan oleh buda sendiri dalam sutra2nya.
Quote from: dilbert on 09 September 2011, 12:21:08 PM
Yang dibahas tentu-nya "konsep" di-dalam kitab kitab... bukan oknum atau orang per orang... jika bro morpheus mengambil contoh bikkhu "theravada" yang nyimpang lantas menyama-ratakan ajaran Theravada seperti itu, tentu-nya tidak bisa seperti itu. Dan rasa-nya tidak ada yang "membela" bhikkhu2 "theravada" yang jualan amulet, baca kartu tarot dsbnya...
tepat sekali! itu yg saya maksudkan.
kita tidak bisa menggeneralisasi oknum atau sekelumit praktik untuk menyatakan "sistem pembelajaran dalam mahayana lebih banyak hanya sebatas kepercayaan semata, tidak ada perbedaan dengan agama lain".

pernyataan di atas saya nilai sangat gegabah, ceroboh dan sifatnya menggeneralisir. pada efeknya pernyataan yg gegabah seperti itu akan merusak kerukunan antar aliran dan persaudaraan sesama buddhis. apakah pembuat pernyataan sudah mempelajari seluruh mahayana sehingga berani menggeneralisir seperti itu?

penggeneralisiran seperti itu secara tidak langsung menghina praktik2 mahayanis yg berlandaskan sila samadhi panna, ajaran Sang Buddha sendiri... yg tentunya bukan sebatas kepercayaan semata.

om dilbert, kalo kita baca jawaban mahayanis seperti om gandalf, master2 mahayana seperti sheng yen, dsb, semuanya mengajarkan prinsip2 dhamma yang sama, yang ujung2nya berpraktik sila, samadhi dan panna, yg mengarahkan lobha menjadi alobha, dosa menjadi adosa dan moha menjadi amoha. mahayanis juga sudah menyatakan (kalo memang jawabannya dibaca dan diingat dengan itikad baik) praktik2 yg salah itu sebagai salah dan menjelaskan makna sebenarnya, seperti halnya theravadin menjelaskan bhikkhu jualan jimat itu sebagai salah. fair enough kan?

penggeneralisasian secara membabi buta, cara2 menyampaikan kekritisan yg tidak punya etika, itu yg saya permasalahkan...
apabila kekritisan anda disampaikan dengan cara yang baik, tidak menggeneralisir, saya diem aja. paling2 nyoba bantu jawab.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 09 September 2011, 01:02:22 PM
Quote from: morpheus on 09 September 2011, 12:56:51 PM
om2, saya gabung jadi satu ajatepat sekali! itu yg saya maksudkan.
kita tidak bisa menggeneralisasi oknum atau sekelumit praktik untuk menyatakan "sistem pembelajaran dalam mahayana lebih banyak hanya sebatas kepercayaan semata, tidak ada perbedaan dengan agama lain".

pernyataan di atas saya nilai sangat gegabah, ceroboh dan sifatnya menggeneralisir. pada efeknya pernyataan yg gegabah seperti itu akan merusak kerukunan antar aliran dan persaudaraan sesama buddhis. apakah pembuat pernyataan sudah mempelajari seluruh mahayana sehingga berani menggeneralisir seperti itu?

penggeneralisiran seperti itu secara tidak langsung menghina praktik2 mahayanis yg berlandaskan sila samadhi panna, ajaran Sang Buddha sendiri... yg tentunya bukan sebatas kepercayaan semata.

om dilbert, kalo kita baca jawaban mahayanis seperti om gandalf, master2 mahayana seperti sheng yen, dsb, semuanya mengajarkan prinsip2 dhamma yang sama, yang ujung2nya berpraktik sila, samadhi dan panna, yg mengarahkan lobha menjadi alobha, dosa menjadi adosa dan moha menjadi amoha. mahayanis juga sudah menyatakan (kalo memang jawabannya dibaca dan diingat dengan itikad baik) praktik2 yg salah itu sebagai salah dan menjelaskan makna sebenarnya, seperti halnya theravadin menjelaskan bhikkhu jualan jimat itu sebagai salah. fair enough kan?

penggeneralisasian secara membabi buta, cara2 menyampaikan kekritisan yg tidak punya etika, itu yg saya permasalahkan...
apabila kekritisan anda disampaikan dengan cara yang baik, tidak menggeneralisir, saya diem aja. paling2 nyoba bantu jawab.


Thread ini di-split karena pertanyaan TS sebelumnya soal Avalokitesvara... yang diakomodasi di Sadharmapundarika Sutra (Sutra Bunga Teratai -- Salah satu sutra utama Mahayana). tentunya tidak membahas secara membabi buta donk dan bukan ngomong-in soal oknum... dan rasa-nya kalau bhiksu Mahayana seperti Master Sheng Yen, Dalai Lama maupun bhiksu Mahayana utama lainnya (kecuali GM LU) tentu-nya tidak pernah di-singgung-singgung atau direndahkan... Karena pegangan-an para Master / biksu Mahayana adalah Kitab Mahayana, maka mereka tidak akan "salah" kalau ikut praktek menurut Kitab Mahayana... dan tidak bisa dipersalahkan oleh hal itu...

yang dikritisi tentu-nya isi dan esensi dari Kitab-Kitab Mahayana... yang secara umum oleh umat awam dikatakan bahwa semua aliran buddhisme adalah sama (sama secara keseluruhan prinsipil-nya)
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 09 September 2011, 01:05:12 PM
Quote from: adi lim on 09 September 2011, 12:47:46 PM
puja2 'amulet' emank ajaran Buddha Gotama ?
saya rasa memang si biku jualan amulet kemudian dikaitkan dengan ajaran Buddha utk kepentingan ........ !  ;D
Quote from: ryu on 09 September 2011, 12:52:32 PM
betul, dan rasanya "pembaca yang cerdas" bisa membedakan oknum dan ajaran ;D
saya senang sekali :)

ternyata contoh saya mengenai ajahn yg jualan jimat dan meramal pake kartu tarot bisa mentrigger pemikiran bahwa menggeneralisasi itu tidak baik dan kecerdasan harus digunakan untuk memilah maksud sebuah ajaran yg sesungguhnya.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: feiyudhammacittausername on 09 September 2011, 01:10:01 PM
Quote from: dilbert on 09 September 2011, 12:56:20 PM
wah... masuk-masuk sudah yi guan tao... kalau yang sudah lama ngobrak ngabrik di DC, bakalan di hadap-kan bahwa terdapat perbedaan yang cukup prinsipil antara konsep Theravada dan Mahayana...
Kalau Yi Guan Tao memang bukan Buddhisme... dan majelis mereka sendiri sudah menyatakan seperti itu, dahulu karena persoalan politik, yi guan tao jadi seolah olah diakomodir di dalam wadah buddhisme...
mksud saya, mskipun umat theravada akan berbeda pendapat dgn yg mahayana dan berdiskusi, toh yg diperdebatkan tdk akan trlalu priciples...........karena konsep ajaran mrka sama, hnya interpretasi sja yg beda.......yg theravada blg meditasi lah jalan, mahayana blg pelafalan nama buddha juga meditasi...gmnapun sma2 rujukannya ke meditasi dan meditasi.........klw yiguandao?.....dtg2 lagsng, klian berdua msh meditasi,klw saya tinggal yi khou zai khou saja.tggal didhiksa saja, nirvana siap menanti saya, buddha maitreya akan menjemput saya wktu saya mati....oh god! yg benar saja???!!!
yiguandao jelas bukan buddhisme.dan yiguandao yg berkedok, juga bukan buddhisme.koq yiguandao yg memuja tuhan, yi khou zai khou buddhisem?.apa kata dunia?budhisme berubah dunk konsepnya. buddhasidharta dikatakan kuno?.masa pancaran merah? putih? udah hitam aja sekalian.benar gag?????????????????????klw bnr, knpa hrus takut untuk membersihkan yg sprti itu?.....ayo kita (yg buddhisme sejati brsama mengokohkan buddhisme sejati, dan di sisi lain kita juga hrus meluruskan pandangan umat lain bhwa buddhisme tdk akan prnh brubah, sosok tuhan tp bukan maha dan segala maha, tag ada sosok tuhan personal untuk yi khou zai khou,..nirvana hanya dpt dicapai dgn dukkha nirodha gamminipatipada yg intinya sila, smadh dan panna..........................dan trimustika tetap buddha , dhamma dan sangha.bukan dhiksa , dharani dan mudera..........................clear?!
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 09 September 2011, 01:10:05 PM
Quote from: morpheus on 09 September 2011, 01:05:12 PM
saya senang sekali :)

ternyata contoh saya mengenai ajahn yg jualan jimat dan meramal pake kartu tarot bisa mentrigger pemikiran bahwa menggeneralisasi itu tidak baik dan kecerdasan harus digunakan untuk memilah maksud sebuah ajaran yg sesungguhnya.


Bagaimana kalau ada salah satu kitab di dalam KUMPULAN KITAB yang katanya AJARAN BUDDHA, yang ternyata "kontra produktif" / kontradiksi / dipertanyakan... sehingga diambil kesimpulan bahwa KESELURUHAN ALIRAN TERSEBUT juga harus dipertanyakan ?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 09 September 2011, 01:12:47 PM
Quote from: feiyudhammacittausername on 09 September 2011, 01:10:01 PM
mksud saya, mskipun umat theravada akan berbeda pendapat dgn yg mahayana dan berdiskusi, toh yg diperdebatkan tdk akan trlalu priciples...........karena konsep ajaran mrka sama, hnya interpretasi sja yg beda.......yg theravada blg meditasi lah jalan, mahayana blg pelafalan nama buddha juga meditasi...gmnapun sma2 rujukannya ke meditasi dan meditasi.........klw yiguandao?.....dtg2 lagsng, klian berdua msh meditasi,klw saya tinggal yi khou zai khou saja.tggal didhiksa saja, nirvana siap menanti saya, buddha maitreya akan menjemput saya wktu saya mati....oh god! yg benar saja???!!!
yiguandao jelas bukan buddhisme.dan yiguandao yg berkedok, juga bukan buddhisme.koq yiguandao yg memuja tuhan, yi khou zai khou buddhisem?.apa kata dunia?budhisme berubah dunk konsepnya. buddhasidharta dikatakan kuno?.masa pancaran merah? putih? udah hitam aja sekalian.benar gag?????????????????????klw bnr, knpa hrus takut untuk membersihkan yg sprti itu?.....ayo kita (yg buddhisme sejati brsama mengokohkan buddhisme sejati, dan di sisi lain kita juga hrus meluruskan pandangan umat lain bhwa buddhisme tdk akan prnh brubah, sosok tuhan tp bukan maha dan segala maha, tag ada sosok tuhan personal untuk yi khou zai khou,..nirvana hanya dpt dicapai dgn dukkha nirodha gamminipatipada yg intinya sila, smadh dan panna..........................dan trimustika tetap buddha , dhamma dan sangha.bukan dhiksa , dharani dan mudera..........................clear?!

saya kasih contoh yang prinsipil...
Menurut THERAVADA
- Seorang Savaka Buddha (Arahat Siswa) seperti misalnya : Sariputra, Mogallana, Kassapa itu setelah parinibbana tidak akan terlahir di-alam manapun lagi..

Menurut MAHAYANA
- Para Sravaka Buddha, dikategorikan sebagai bodhisatva tingkat ke-7, dan bisa melanjutkan karir bodhisatva menuju bodhisatva tingkat ke-10 (annutara samyaksambuddha) bahkan setelah parinibbana... Di dalam Sadharmapundarika Sutra (salah satu sutra utama Mahayana) di-ramalkan pencapaian annutara samyaksambuddha dari banyak Sravaka Buddha seperti Ananda, Sariputra dll.

MENURUT ANDA, ini cukup berbeda secara prinsipil gak ?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 09 September 2011, 01:16:48 PM
Quote from: dilbert on 09 September 2011, 01:02:22 PM
Thread ini di-split karena pertanyaan TS sebelumnya soal Avalokitesvara... yang diakomodasi di Sadharmapundarika Sutra (Sutra Bunga Teratai -- Salah satu sutra utama Mahayana). tentunya tidak membahas secara membabi buta donk dan bukan ngomong-in soal oknum... dan rasa-nya kalau bhiksu Mahayana seperti Master Sheng Yen, Dalai Lama maupun bhiksu Mahayana utama lainnya (kecuali GM LU) tentu-nya tidak pernah di-singgung-singgung atau direndahkan... Karena pegangan-an para Master / biksu Mahayana adalah Kitab Mahayana, maka mereka tidak akan "salah" kalau ikut praktek menurut Kitab Mahayana... dan tidak bisa dipersalahkan oleh hal itu...

yang dikritisi tentu-nya isi dan esensi dari Kitab-Kitab Mahayana... yang secara umum oleh umat awam dikatakan bahwa semua aliran buddhisme adalah sama (sama secara keseluruhan prinsipil-nya)
lha, anda nilai sendiri ini quote dibawah:
Quote from: ryu on 09 September 2011, 09:38:24 AM
sepertinya dalam budis ada hal2 yang tabu untuk ditanyakan, sistem pembelajaran dalam mahayana lebih banyak hanya sebatas kepercayaan semata, tidak ada perbedaan dengan agama lain.
generalisir atau bukan?

kalo tiap minggu saya baca iklan bhikkhu jualan jimat dan ramal tarot di koran, apa bisa saya bilang "sistem pembelajaran dalam theravada lebih banyak hanya sebatas perlindungan semu dan kepercayaan pada jimat2, tidak ada perbedaan dengan dukunisme". ini generalisir atau bukan?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: feiyudhammacittausername on 09 September 2011, 01:19:52 PM
Quote from: dilbert on 09 September 2011, 01:12:47 PM
saya kasih contoh yang prinsipil...
Menurut THERAVADA
- Seorang Savaka Buddha (Arahat Siswa) seperti misalnya : Sariputra, Mogallana, Kassapa itu setelah parinibbana tidak akan terlahir di-alam manapun lagi..

Menurut MAHAYANA
- Para Sravaka Buddha, dikategorikan sebagai bodhisatva tingkat ke-7, dan bisa melanjutkan karir bodhisatva menuju bodhisatva tingkat ke-10 (annutara samyaksambuddha) bahkan setelah parinibbana... Di dalam Sadharmapundarika Sutra (salah satu sutra utama Mahayana) di-ramalkan pencapaian annutara samyaksambuddha dari banyak Sravaka Buddha seperti Ananda, Sariputra dll.

MENURUT ANDA, ini cukup berbeda secara prinsipil gak ?
tidak., mengapa?..krna keduanya membicarakan maslah prinsip yg sama, yaitu punarbhava dan 31 alam kehidupan. prinsip yg sama. lalu perbedaan trletak pda kelengkapan literatur yg menjelaskan jejak perubahan savaka buddha yg nonabstractive.
savaka buddha apakah akan terlahir kmbali bukanlah prinsip pokok dasar yg melekat pda setiap gagasan inti literatur utama kanon pali maupun kanon mahayana. kduanya adlh bagian dri penambahan yg jauh dri kesimpulan dan keputusan akhir pasamuan...theravada dan mahayana muncul dengan penyebaran yg berbeda........itu hnyalah bagian yg tak akan mempengaruhi pertapaan dan pelatihan diri kita........
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: feiyudhammacittausername on 09 September 2011, 01:23:06 PM
 _/\_
untuk penanya........bagaimanakah cara bertanya tentang suatu aliran?
jawabannya adalah tanyakan apa yang ingin anda tanyakan dan utarakan apa yang ingin anda utarakan........
jika anda bertanya tntang aliran mahayana lalu dijwb oleh yg dri theravada itu tdk akan membuat anda khilangan satu penjawab mahayana lainnya.............jadi tanyakan saja.
_/\_
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 09 September 2011, 01:31:10 PM
Quote from: feiyudhammacittausername on 09 September 2011, 01:19:52 PM

tidak., mengapa?..krna keduanya membicarakan maslah prinsip yg sama, yaitu punarbhava dan 31 alam kehidupan. prinsip yg sama. lalu perbedaan trletak pda kelengkapan literatur yg menjelaskan jejak perubahan savaka buddha yg nonabstractive.
savaka buddha apakah akan terlahir kmbali bukanlah prinsip pokok dasar yg melekat pda setiap gagasan inti literatur utama kanon pali maupun kanon mahayana. kduanya adlh bagian dri penambahan yg jauh dri kesimpulan dan keputusan akhir pasamuan...theravada dan mahayana muncul dengan penyebaran yg berbeda........itu hnyalah bagian yg tak akan mempengaruhi pertapaan dan pelatihan diri kita........


Savaka Buddha (Theravada) = Tidak terlahir lagi.... Sravaka Buddha (Mahayana) = bisa melanjutkan lagi pencapaiannya yang tentu-nya para Sravaka itu sudah parinirvana (ada donk kisah parinirvana sariputra, ananda, mogallana dll yang kisahnya sama antara Pali Kanon dan Mahayana Kanon)...

Bukan perbedaannya di punarbhava dan 31 alam...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 09 September 2011, 01:34:13 PM
Quote from: morpheus on 09 September 2011, 01:16:48 PM
lha, anda nilai sendiri ini quote dibawah:generalisir atau bukan?
kalo tiap minggu saya baca iklan bhikkhu jualan jimat dan ramal tarot di koran, apa bisa saya bilang "sistem pembelajaran dalam theravada lebih banyak hanya sebatas perlindungan semu dan kepercayaan pada jimat2, tidak ada perbedaan dengan dukunisme". ini generalisir atau bukan?

kalau anda umat buddha yang sangat awam... mungkin iya... tetapi anda kan bukan umat umum yang sangat awam dan tentu-nya sudah tahu sendiri bahwa dengan melihat iklan bhante (theravada) yang iklan jualan amulet, baca kartu tarot itu sudah tahu sendiri bahwa bhante tersebut sudah tidak sesuai dengan tuntunannya (yaitu PALI KANON).

yang di-pertanya-kan oleh TS dalam thread sebelumnya kan masih dalam kapasitas apa yang tercantum di dalam salah satu kitab Mahayana yaitu Saddharmapundarika Sutra (baca bagian Avalokitesvara)...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: feiyudhammacittausername on 09 September 2011, 01:39:58 PM
Quote from: dilbert on 09 September 2011, 01:31:10 PM
Savaka Buddha (Theravada) = Tidak terlahir lagi.... Sravaka Buddha (Mahayana) = bisa melanjutkan lagi pencapaiannya yang tentu-nya para Sravaka itu sudah parinirvana (ada donk kisah parinirvana sariputra, ananda, mogallana dll yang kisahnya sama antara Pali Kanon dan Mahayana Kanon)...

Bukan perbedaannya di punarbhava dan 31 alam...
anda perlu melihat kmbali.....mengapa anda begitu antusias ingin memperoleh jawaban dari pertanyaan itu?
antusias?...jika tidak maka tidaklah principles karena yang mana saja yang benar keduanya tetap akan berlatih meditasi dengan baik.
antusias?...maka mengapa anada antusias.....
namun jika yi guan dao?......nirvana adalah rumah kita...........kita akan dijemput kembali ke rumah kita oleh buddha maitreya, kembali ke sisi laomu..........dengan dhiksa, xiu dao, khou shou, semuanya akan mudah...........................
jelaskah akan tidak ada yang bermeditasi lagi jika argumen ini menggoyahkan tonggak meditasi?
maka, itulah principles.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 09 September 2011, 01:46:34 PM
Quote from: feiyudhammacittausername on 09 September 2011, 01:39:58 PM
anda perlu melihat kmbali.....mengapa anda begitu antusias ingin memperoleh jawaban dari pertanyaan itu?
antusias?...jika tidak maka tidaklah principles karena yang mana saja yang benar keduanya tetap akan berlatih meditasi dengan baik.
antusias?...maka mengapa anada antusias.....
namun jika yi guan dao?......nirvana adalah rumah kita...........kita akan dijemput kembali ke rumah kita oleh buddha maitreya, kembali ke sisi laomu..........dengan dhiksa, xiu dao, khou shou, semuanya akan mudah...........................
jelaskah akan tidak ada yang bermeditasi lagi jika argumen ini menggoyahkan tonggak meditasi?
maka, itulah principles.

Kalau dengan yi guan dao itu kira kira analogikan beda 90 derajat... kalau Theravada dan Mahayana, beda-nya mungkin cuma 3 derajat...

anda tahu DNA manusia dan DNA monyet berbeda 3% saja... beda-nya nilai sendiri...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 09 September 2011, 01:49:12 PM
Quote from: dilbert on 09 September 2011, 01:10:05 PM
Bagaimana kalau ada salah satu kitab di dalam KUMPULAN KITAB yang katanya AJARAN BUDDHA, yang ternyata "kontra produktif" / kontradiksi / dipertanyakan... sehingga diambil kesimpulan bahwa KESELURUHAN ALIRAN TERSEBUT juga harus dipertanyakan ?
saya pikir apa yg kita baca harus disaring dengan kecerdasan dan difilter dengan kekritisan. apapun itu.
bagaimana menurut anda?

Quote from: dilbert on 09 September 2011, 01:34:13 PM
kalau anda umat buddha yang sangat awam... mungkin iya... tetapi anda kan bukan umat umum yang sangat awam dan tentu-nya sudah tahu sendiri bahwa dengan melihat iklan bhante (theravada) yang iklan jualan amulet, baca kartu tarot itu sudah tahu sendiri bahwa bhante tersebut sudah tidak sesuai dengan tuntunannya (yaitu PALI KANON).
ya ampun, om dilbert. ya iya lah. pertanyaan saya itu pertanyaan retoris, tidak memerlukan jawaban.
dipikir2 lagi, sepertinya dari tadi banyak yg mengira saya beneran nuduh theravada itu dukunisme ya?

Quote from: dilbert on 09 September 2011, 01:34:13 PM
yang di-pertanya-kan oleh TS dalam thread sebelumnya kan masih dalam kapasitas apa yang tercantum di dalam salah satu kitab Mahayana yaitu Saddharmapundarika Sutra (baca bagian Avalokitesvara)...
saya ndak pernah mempermasalahkan pertanyaan ini.
silakan kalo mahayanis ada yg mau jawab (walaupun ngulang2).
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 09 September 2011, 01:51:06 PM
Quote from: morpheus on 09 September 2011, 01:16:48 PM
lha, anda nilai sendiri ini quote dibawah:generalisir atau bukan?

kalo tiap minggu saya baca iklan bhikkhu jualan jimat dan ramal tarot di koran, apa bisa saya bilang "sistem pembelajaran dalam theravada lebih banyak hanya sebatas perlindungan semu dan kepercayaan pada jimat2, tidak ada perbedaan dengan dukunisme". ini generalisir atau bukan?

anda bisa jelaskan sosok avalokite, amitabha dan buda2 yang lain itu bisa digambarkan dengan nyata atau hanya hayalan2 dengan ilmu tafsir dari orang2 "pintar" yang menjadikan sosok2 itu jadi simbol juga bisa sosok personal yang bisa dilihat?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: feiyudhammacittausername on 09 September 2011, 01:53:52 PM
Quote from: dilbert on 09 September 2011, 01:46:34 PM
Kalau dengan yi guan dao itu kira kira analogikan beda 90 derajat... kalau Theravada dan Mahayana, beda-nya mungkin cuma 3 derajat...

anda tahu DNA manusia dan DNA monyet berbeda 3% saja... beda-nya nilai sendiri...
yup...anda benar...maka dari itu 3 derajat itu tidak priciples..
namun yg 90 derajat itu tepatnya 99.99 %.karena awalnya mereka adalah 100 % berbeda, lalu mereka berkedok, ajaran buddha lalu diadopsi dan diubah.maka hilang 1 % perbedaannya.namun, tetap tak bisa mereka tutupi perbedaan mrka yg sngat mencolok itu........krna sudh trlalu menyimpang.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 09 September 2011, 01:54:06 PM
Quote from: morpheus on 09 September 2011, 01:49:12 PM

saya ndak pernah mempermasalahkan pertanyaan ini.
silakan kalo mahayanis ada yg mau jawab (walaupun ngulang2).


Lah kalau begitu, bagaimana sampai Thread sebelumnya sampai di-lock dan terpaksa buka Thread baru ? anda mempermasalahkan bro ryu bertanya soal itu ? atau anda mempermasalahkan bro ryu ? atau ?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: feiyudhammacittausername on 09 September 2011, 01:56:36 PM
Quote from: ryu on 09 September 2011, 01:51:06 PM
anda bisa jelaskan sosok avalokite, amitabha dan buda2 yang lain itu bisa digambarkan dengan nyata atau hanya hayalan2 dengan ilmu tafsir dari orang2 "pintar" yang menjadikan sosok2 itu jadi simbol juga bisa sosok personal yang bisa dilihat?
kpda dua pendebat yg mempermasalahkan bikkhu jualan tarot dan ramalan.jwbnnya adlh bikkhu itu sudah bukan bikkhu lagi.ia bukan bikkhu.
karena bikkhu adalah seseorg yg melepaskan keduniawian, hidup dri dana umat, ramalan gratis sekalipun harusnya tdk dgn "SAYA MENYEDIAKAN RAMALAN DI SINI" itu terkesan komersial.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 09 September 2011, 01:56:38 PM
Quote from: feiyudhammacittausername on 09 September 2011, 01:53:52 PM
yup...anda benar...maka dari itu 3 derajat itu tidak priciples..
namun yg 90 derajat itu tepatnya 99.99 %.karena awalnya mereka adalah 100 % berbeda, lalu mereka berkedok, ajaran buddha lalu diadopsi dan diubah.maka hilang 1 % perbedaannya.namun, tetap tak bisa mereka tutupi perbedaan mrka yg sngat mencolok itu........krna sudh trlalu menyimpang.

Guru Siddharta, alara Kalama dan Uddaka Ramaputra itu sudah mencapai tataran tertinggi dalam pencapaian Jhana (tanpa mempelajari ajaran dari seorang BUDDHA)... dan tataran itu kalau dianalogikan adalah beda beberapa % saja dengan pencapaian ke-BUDDHA-an... (hal ini saya simpulkan karena ketika BUDDHA baru mencapai penerangan sempurna, Buddha meneliti, siapakah manusia di dunia ini yang paling siap untuk menerima ajarannya, dan ternyata adalah kedua guru-nya yang ternyata setelah diteliti sudah meninggal dunia dan terlahir di alam brahma arupa).

dan apa yang pernah diajarkan oleh Guru Alara Kalama dan Uddaka Ramaputra itu belum bisa dikategorikan sebagai ajaran BUDDHA walaupun sudah bisa mencapai tataran tertinggi dari alam brahma.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 09 September 2011, 02:01:19 PM
Quote from: feiyudhammacittausername on 09 September 2011, 01:56:36 PM
kpda dua pendebat yg mempermasalahkan bikkhu jualan tarot dan ramalan.jwbnnya adlh bikkhu itu sudah bukan bikkhu lagi.ia bukan bikkhu.
karena bikkhu adalah seseorg yg melepaskan keduniawian, hidup dri dana umat, ramalan gratis sekalipun harusnya tdk dgn "SAYA MENYEDIAKAN RAMALAN DI SINI" itu terkesan komersial.
kalau misalnya itu biksu, saya akan menganggap itu hal yang benar, karena buda mahayana mengajarkan begitu, kalau itu biku saya akan tanya dengan lantang.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: feiyudhammacittausername on 09 September 2011, 02:06:36 PM
Quote from: dilbert on 09 September 2011, 01:56:38 PM
Guru Siddharta, alara Kalama dan Uddaka Ramaputra itu sudah mencapai tataran tertinggi dalam pencapaian Jhana (tanpa mempelajari ajaran dari seorang BUDDHA)... dan tataran itu kalau dianalogikan adalah beda beberapa % saja dengan pencapaian ke-BUDDHA-an... (hal ini saya simpulkan karena ketika BUDDHA baru mencapai penerangan sempurna, Buddha meneliti, siapakah manusia di dunia ini yang paling siap untuk menerima ajarannya, dan ternyata adalah kedua guru-nya yang ternyata setelah diteliti sudah meninggal dunia dan terlahir di alam brahma arupa).

dan apa yang pernah diajarkan oleh Guru Alara Kalama dan Uddaka Ramaputra itu belum bisa dikategorikan sebagai ajaran BUDDHA walaupun sudah bisa mencapai tataran tertinggi dari alam brahma.
maksudnya anda ingin mengatakan bahwa ajaran yi guan dao itu "mungkin" saja adalah ajaran yang tidak diajarkan itu?...maka janganlah kita respon secara negatif begitu?.
.................maka hancurlah buddhisme...................
Sang buddha mengajarkan satu2nya dan satu2nya dan satu2nya..........."satu2nya" jln untuk bebas dri dukkha....adlah dukkha nirodha gaminipatipadda an pencapaian nirvana dengan jalan tengah itu............
lalu ada ajaran buddha lainnya.....wadah ketuhanan dan tao telah pindah ke perumah tangga, dengan pendiksaan, menerima trimustika maitreya, xiu dao dan khoushou, tak perlu bermeditasi dan mengetuk2 sebuag benda mati yg berbunyi seperti kentong sekalipun sambil menyebut nama2 buddha,........maka maitreya dan para boddhisatva akan menjemput kita pulang ke rumah, ke sisi lauomu di nirvana.......
nah,...........bisa dilihat bagaimana buddhisme akan hancur?.
nah,...........bis adibayangkan bagaimana ajaran buddha akan terkesan begitu penuh variasi yang ok ok banget bahkan smpai bertentangan18-0 derajat?......
wah.saya cap jempol deh kalau memang ini diterima oleh seorag umat buddhis dri aliran selain yi guan dao.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 09 September 2011, 02:34:04 PM
Quote from: morpheus on 09 September 2011, 01:49:12 PM
saya ndak pernah mempermasalahkan pertanyaan ini.
silakan kalo mahayanis ada yg mau jawab (walaupun ngulang2).


tetapi dari pertanyaan2 yang diajukan ke kaum mahayanis,
sepertinya bro morp banyak memberikan komentar dan cenderung membela tentang sutra2.

disini bro dilbert juga pengin tahu, jadi diminta komentarnya
andai tidak bisa jawab, tidak mengapa !  :))
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 09 September 2011, 02:35:32 PM
Quote from: feiyudhammacittausername on 09 September 2011, 02:06:36 PM
nah,...........bisa dilihat bagaimana buddhisme akan hancur?.

ajaran Buddha Gotama cepat atau lambat juga akan dilupakan
tinggal waktunya aja.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 09 September 2011, 02:41:03 PM
Quote from: dilbert on 09 September 2011, 01:12:47 PM
saya kasih contoh yang prinsipil...
Menurut THERAVADA
- Seorang Savaka Buddha (Arahat Siswa) seperti misalnya : Sariputra, Mogallana, Kassapa itu setelah parinibbana tidak akan terlahir di-alam manapun lagi..

Menurut MAHAYANA
- Para Sravaka Buddha, dikategorikan sebagai bodhisatva tingkat ke-7, dan bisa melanjutkan karir bodhisatva menuju bodhisatva tingkat ke-10 (annutara samyaksambuddha) bahkan setelah parinibbana... Di dalam Sadharmapundarika Sutra (salah satu sutra utama Mahayana) di-ramalkan pencapaian annutara samyaksambuddha dari banyak Sravaka Buddha seperti Ananda, Sariputra dll.

MENURUT ANDA, ini cukup berbeda secara prinsipil gak ?

pasti membingunkan  ???

dan akan timbul kamma buruk karena masih adanya persepsi Savaka Buddha (Arahat) akan terlahir lagi.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 09 September 2011, 02:43:15 PM
Quote from: adi lim on 09 September 2011, 02:41:03 PM
pasti membingunkan  ???

dan akan timbul kamma buruk karena masih adanya persepsi Savaka Buddha (Arahat) akan terlahir lagi.

bukan persepsi lagi... tetapi kenyataanya memang harus terlahir lagi di suatu alam untuk dapat mencapai annutara samyaksambuddha, kecuali kalau memang konsep pencapaian annutara samyaksambuddha juga berbeda antara Theravada dan Mahayana...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 09 September 2011, 03:11:42 PM
Quote from: ryu on 09 September 2011, 01:51:06 PM
anda bisa jelaskan sosok avalokite, amitabha dan buda2 yang lain itu bisa digambarkan dengan nyata atau hanya hayalan2 dengan ilmu tafsir dari orang2 "pintar" yang menjadikan sosok2 itu jadi simbol juga bisa sosok personal yang bisa dilihat?
sebagai orang luar, saya sudah memberikan pendapat saya yg senada dengan pendapat om kainyn.
sebagai orang dalam, om gandalf sudah memberikan penjelasannya.
trus apa pendapat dan tanggapan anda?
jangan hanya hit and run dari topik ke topik, coba berikan opini atau kesimpulan anda juga.

Quote from: dilbert on 09 September 2011, 01:54:06 PM
Lah kalau begitu, bagaimana sampai Thread sebelumnya sampai di-lock dan terpaksa buka Thread baru ? anda mempermasalahkan bro ryu bertanya soal itu ? atau anda mempermasalahkan bro ryu ? atau ?
lha, sudah ada thread sebelumnya yg membahas hal ini, saya, om kainyn, om gandalf sudah memberikan jawabannya.
trus dibuka thread ini, sepertinya semua udah gak mau mengulang2 dan saya juga hanya menghimbau memakai penulisan yg benar dan mempersilakan kalo masih ada yg blom cape ngulang2 jawabannya.

saya masih menunggu jawaban anda:
dilbert: Bagaimana kalau ada salah satu kitab di dalam KUMPULAN KITAB yang katanya AJARAN BUDDHA, yang ternyata "kontra produktif" / kontradiksi / dipertanyakan... sehingga diambil kesimpulan bahwa KESELURUHAN ALIRAN TERSEBUT juga harus dipertanyakan ?

bagaimana menurut anda sendiri?

Quote from: adi lim on 09 September 2011, 02:34:04 PM
tetapi dari pertanyaan2 yang diajukan ke kaum mahayanis,
sepertinya bro morp banyak memberikan komentar dan cenderung membela tentang sutra2.

disini bro dilbert juga pengin tahu, jadi diminta komentarnya
andai tidak bisa jawab, tidak mengapa !  :))
lha, jawabannya sudah banyak diberikan, juga oleh rekan2 yg lain.
mungkin anda "keluputan" membacanya dan terlalu sibuk ber-one-liner-ria.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 09 September 2011, 03:23:59 PM
Quote from: morpheus on 09 September 2011, 03:11:42 PM

saya masih menunggu jawaban anda:
dilbert: Bagaimana kalau ada salah satu kitab di dalam KUMPULAN KITAB yang katanya AJARAN BUDDHA, yang ternyata "kontra produktif" / kontradiksi / dipertanyakan... sehingga diambil kesimpulan bahwa KESELURUHAN ALIRAN TERSEBUT juga harus dipertanyakan ?


Bayangkan kalau JK Rowling menulis kisah Harry Potter yang antara buku satu dengan buku lainnya kontradiktif, bertabrakan logis-nya... anda jawab sendiri jika sekumpulan kitab yang "konon" merupakan sabda BUDDHA tetapi berkontradiksi satu sama lain...

Dalam Sutra Sutra MAhayana, dikatakan golongan AGAMAS Sutra dikatakan adalah "sama" dengan Sutra Pali (Theravada)... Bayangkan jika Saddharmapundarika Sutra kemudian meng-anulir isi dari AGAMAS Sutra sendiri.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 09 September 2011, 03:49:32 PM
Quote from: morpheus on 09 September 2011, 03:11:42 PM
sebagai orang luar, saya sudah memberikan pendapat saya yg senada dengan pendapat om kainyn.
sebagai orang dalam, om gandalf sudah memberikan penjelasannya.
trus apa pendapat dan tanggapan anda?
jangan hanya hit and run dari topik ke topik, coba berikan opini atau kesimpulan anda juga.
lha, sudah ada thread sebelumnya yg membahas hal ini, saya, om kainyn, om gandalf sudah memberikan jawabannya.
trus dibuka thread ini, sepertinya semua udah gak mau mengulang2 dan saya juga hanya menghimbau memakai penulisan yg benar dan mempersilakan kalo masih ada yg blom cape ngulang2 jawabannya.
opini dan kesimpulan rasanya pembaca yang cerdas bisa tau dari postingan2 saya, sedangkan saya membuat thread itu hanya untuk lebih meyakinkan saya bahwa apakah sosok buda2 dalam sutra2 maha itu memang sama tidak dengan tuhan2 ajaran lain, dan apakah memang terpengaruh ajaran lain atau memang dari buda sendiri yang mengajarkan itu.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 09 September 2011, 04:15:50 PM
Quote from: dilbert on 09 September 2011, 03:23:59 PM
Bayangkan kalau JK Rowling menulis kisah Harry Potter yang antara buku satu dengan buku lainnya kontradiktif, bertabrakan logis-nya... anda jawab sendiri jika sekumpulan kitab yang "konon" merupakan sabda BUDDHA tetapi berkontradiksi satu sama lain...

Dalam Sutra Sutra MAhayana, dikatakan golongan AGAMAS Sutra dikatakan adalah "sama" dengan Sutra Pali (Theravada)... Bayangkan jika Saddharmapundarika Sutra kemudian meng-anulir isi dari AGAMAS Sutra sendiri.
saya tidak tahu yg anda maksudkan berkontradiksi secara spesifik, tapi saya merasa memang mempelajari mahayana memerlukan bimbingan dari ahlinya agar tidak terjebak yg anda maksudkan "kontradiksi" itu. kalo saya seorang mahayanis, maka saya akan skip sutra2 ataupun ajaran2 yg menurut saya tidak membawa perkembangan batin (entah karena saya tidak bisa mengerti atau memang demikian). seperti halnya yg saya lakukan juga pada sutta2 dan doktrin2 theravada.

Quote from: ryu on 09 September 2011, 03:49:32 PM
opini dan kesimpulan rasanya pembaca yang cerdas bisa tau dari postingan2 saya, sedangkan saya membuat thread itu hanya untuk lebih meyakinkan saya bahwa apakah sosok buda2 dalam sutra2 maha itu memang sama tidak dengan tuhan2 ajaran lain, dan apakah memang terpengaruh ajaran lain atau memang dari buda sendiri yang mengajarkan itu.
saya gak cukup cerdas untuk bisa menebak kesimpulan dari anda. mohon anda mau menuliskannya...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 09 September 2011, 04:25:12 PM
Quote from: morpheus on 09 September 2011, 04:15:50 PM
saya gak cukup cerdas untuk bisa menebak kesimpulan dari anda. mohon anda mau menuliskannya...

setiap bahasan, rasanya para mahayanis memberikan pandangan para buda2 itu hanya sebagai simbolisasi dari sifat2 mereka, ketika ditanya sosok real/personifikasinya itu sepertinya kembali kemasalah kepercayaan tanpa bisa dibuat masuk logika aye.

seperti contoh :
ada seseorang yang berbuat baik, maka dia bisa disebut bodisatwa, menggambarkan sifat2nya, ketika di tanya ada tidak sosoknya, maka jawabannya adalah kalau ada orang yang berbuat baik maka bodisatwa itu pasti ada.
logika yang aneh menurut aye.

hampir sama dengan perumpamaan yang dibuat oleh agama tetangga :
APAKAH TUHAN MENCIPTAKAN KEJAHATAN?

Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang
mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, "Apakah Tuhan
menciptakan
segala yang ada?".

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang
menciptakan
semuanya". "Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali
lagi. "Ya,
Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti
Tuhan
menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip
kita
bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa
berasumsi bahwa
Tuhan itu adalah kejahatan."

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor
tersebut.
Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi
dia
telah membuktikan kalau Kekr****nan itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya
bertanya sesuatu?"

"Tentu saja," jawab si Profesor

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu
ada?"

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak
pernah
sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.
Menurut
hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas.
Suhu
-460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi
diam
dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata
dingin
untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"

Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."

Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga
tidak
ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita
pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk
memecahkan
cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang
gelombang
setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap
suatu
ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut.
Kata
gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu
ada?"

Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang
telah
kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV.
Banyak
perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara
tersebut
adalah manifestasi dari kejahatan."

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda
salah,
Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan.
Seperti
dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk
mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan.
Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia.
Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang
timbul dari
ketiadaan cahaya."

Profesor itu terdiam.

Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.

=================================

Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya.
Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.
Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.

Si tukang cukur bilang,"Saya tidak percaya Tuhan itu ada".
"Kenapa kamu berkata begitu ???" timpal si konsumen.
"Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan... untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada.
Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada,
Adakah yang sakit??,
Adakah anak terlantar??
Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan.
Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi."

Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.
Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.
Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar, kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata,
"Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR."
Si tukang cukur tidak terima," Kamu kok bisa bilang begitu ??".
"Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!"
"Tidak!" elak si konsumen.
"Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana", si konsumen menambahkan.
"Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!", sanggah si tukang cukur.
" Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya", jawab si tukang cukur membela diri.
"Cocok!" kata si konsumen menyetujui.
"Itulah point utama-nya!.
Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !
Tapi apa yang terjadi... orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 09 September 2011, 04:48:02 PM
Quote from: ryu on 09 September 2011, 04:25:12 PM
setiap bahasan, rasanya para mahayanis memberikan pandangan para buda2 itu hanya sebagai simbolisasi dari sifat2 mereka, ketika ditanya sosok real/personifikasinya itu sepertinya kembali kemasalah kepercayaan tanpa bisa dibuat masuk logika aye.

seperti contoh :
ada seseorang yang berbuat baik, maka dia bisa disebut bodisatwa, menggambarkan sifat2nya, ketika di tanya ada tidak sosoknya, maka jawabannya adalah kalau ada orang yang berbuat baik maka bodisatwa itu pasti ada.
logika yang aneh menurut aye.

hampir sama dengan perumpamaan yang dibuat oleh agama tetangga :
APAKAH TUHAN MENCIPTAKAN KEJAHATAN?
...
Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya.
...
pertanyaan anda mengenai simbol/real sudah dijawab oleh mahayanis:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20755.msg369032#msg369032
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20755.msg369040#msg369040

rasa penasaran anda mengenai kesamaan dengan konsep tuhan udah dijawab oleh mahayanis:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20755.msg368901#msg368901
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20755.msg369032#msg369032

nah sekarang katakanlah anda tidak bisa menerima jawaban2 tersebut, maka tidak ada lagi yg bisa didiskusikan.
tindakan yg paling logis yg bisa anda lakukan adalah menerima bahwa pendapat anda berbeda dan tidak cocok dengan ajaran mahayana, ringkaskan kesimpulan anda dan diskusinya diakhiri cukup sampai di sini saja. bukan kah begitu?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 09 September 2011, 05:46:53 PM
Quote from: morpheus on 09 September 2011, 04:48:02 PM
pertanyaan anda mengenai simbol/real sudah dijawab oleh mahayanis:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20755.msg369032#msg369032
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20755.msg369040#msg369040

rasa penasaran anda mengenai kesamaan dengan konsep tuhan udah dijawab oleh mahayanis:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20755.msg368901#msg368901
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20755.msg369032#msg369032

nah sekarang katakanlah anda tidak bisa menerima jawaban2 tersebut, maka tidak ada lagi yg bisa didiskusikan.
tindakan yg paling logis yg bisa anda lakukan adalah menerima bahwa pendapat anda berbeda dan tidak cocok dengan ajaran mahayana, ringkaskan kesimpulan anda dan diskusinya diakhiri cukup sampai di sini saja. bukan kah begitu?

maaf bisa anda jelaskan jawaban dari gandalf itu yang sebenarnya?
jawaban gandalf itu saya rasa masih abu2 dan belum jelas, kalau misalnya jawaban akhir nya yaitu sebatas kepercayaan ya sudah berarti memang sebatas kepercayaan khan kesimpulannya?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: GandalfTheElder on 09 September 2011, 09:27:58 PM
Quote from: morpheus on 09 September 2011, 04:48:02 PM
pertanyaan anda mengenai simbol/real sudah dijawab oleh mahayanis:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20755.msg369032#msg369032
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20755.msg369040#msg369040

rasa penasaran anda mengenai kesamaan dengan konsep tuhan udah dijawab oleh mahayanis:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20755.msg368901#msg368901
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20755.msg369032#msg369032

nah sekarang katakanlah anda tidak bisa menerima jawaban2 tersebut, maka tidak ada lagi yg bisa didiskusikan.
tindakan yg paling logis yg bisa anda lakukan adalah menerima bahwa pendapat anda berbeda dan tidak cocok dengan ajaran mahayana, ringkaskan kesimpulan anda dan diskusinya diakhiri cukup sampai di sini saja. bukan kah begitu?


Wahh.. kurang bro... ta tambahin deh:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20755.msg369259#msg369259

_/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: sobat-dharma on 09 September 2011, 09:31:22 PM
Quote from: ryu on 09 September 2011, 05:46:53 PM
maaf bisa anda jelaskan jawaban dari gandalf itu yang sebenarnya?
jawaban gandalf itu saya rasa masih abu2 dan belum jelas, kalau misalnya jawaban akhir nya yaitu   sebatas kepercayaan ya sudah berarti memang sebatas kepercayaan khan kesimpulannya?

Setelah membaca sutta ini:

Upanisa Sutta (SN XII.23)

Suffering is the condition for faith (saddha);
Faith is the condition for gladness (pamojja);
Gladness is the condition for zest (piti);
Zest is the condition for tranquillity (passaddhi);
Tranquillity is the condition for happiness (sukha);
... Happiness is the condition for concentration (samādhi);
Concentration is the condition for knowledge and vision of reality (yathā,bhuta.ñaa.dassana);
Knowledge and vision of reality is the condition for revulsion [disenchantment] (nibbidā);
Revulsion is the condition for dispassion [letting go of lust] (virāga);
Dispassion is the condition for liberation (vimutti); and
Liberation is the condition for the knowledge of the destruction of the influxes (āsava-k,khaya,ñāna)

Apakah masih merasa bahwa "keyakinan" (faith) hanyalah "sebatas kepercayaan"?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 09 September 2011, 10:06:10 PM
Quote from: GandalfTheElder on 09 September 2011, 09:27:58 PM
Wahh.. kurang bro... ta tambahin deh:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20755.msg369259#msg369259

_/\_
The Siddha Wanderer
bisa minta link2 sutra nya?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 09 September 2011, 10:08:39 PM
Quote from: sobat-dharma on 09 September 2011, 09:31:22 PM
Setelah membaca sutta ini:

Upanisa Sutta (SN XII.23)

Suffering is the condition for faith (saddha);
Faith is the condition for gladness (pamojja);
Gladness is the condition for zest (piti);
Zest is the condition for tranquillity (passaddhi);
Tranquillity is the condition for happiness (sukha);
... Happiness is the condition for concentration (samādhi);
Concentration is the condition for knowledge and vision of reality (yathā,bhuta.ñaa.dassana);
Knowledge and vision of reality is the condition for revulsion [disenchantment] (nibbidā);
Revulsion is the condition for dispassion [letting go of lust] (virāga);
Dispassion is the condition for liberation (vimutti); and
Liberation is the condition for the knowledge of the destruction of the influxes (āsava-k,khaya,ñāna)

Apakah masih merasa bahwa "keyakinan" (faith) hanyalah "sebatas kepercayaan"?
menurut anda keyakinan pada sosok2 buda, awalokite, amitaba kepercayaan sampai sebatas mana?

perbedaan kepercayaan dalam budis dan agama lain boleh di jabarkan?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: sobat-dharma on 09 September 2011, 10:17:39 PM
Quote from: ryu on 09 September 2011, 10:08:39 PM
menurut anda keyakinan pada sosok2 buda, awalokite, amitaba kepercayaan sampai sebatas mana?

perbedaan kepercayaan dalam budis dan agama lain boleh di jabarkan?

Sama dengan keyakinan akan Tiratna/Tri Ratna. Bedanya dengan umat agama lain adalah setelah yakin, Umat Buddha menggunakan keyakinannya untuk mencapai kebebasan dari penderitaan dengan praktik Buddhadharma.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: GandalfTheElder on 10 September 2011, 06:08:47 AM
Quotebisa minta link2 sutra nya?

Kalau mau sutranya lengkap, adanya bahasa Chinese. Anda bisa baca?   :-?

_/\_ _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 10 September 2011, 06:55:26 AM
Quote from: GandalfTheElder on 10 September 2011, 06:08:47 AM
Kalau mau sutranya lengkap, adanya bahasa Chinese. Anda bisa baca?   :-?

_/\_ _/\_
The Siddha Wanderer
kagak :'(

tahu sejarah dibuatnya sutra2 itu gak? apakah bisa dipercaya keotentikannya?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 10 September 2011, 07:05:18 AM
Quote from: sobat-dharma on 09 September 2011, 10:17:39 PM
Sama dengan keyakinan akan Tiratna/Tri Ratna. Bedanya dengan umat agama lain adalah setelah yakin, Umat Buddha menggunakan keyakinannya untuk mencapai kebebasan dari penderitaan dengan praktik Buddhadharma.
i see, jadi dalam buda :
percaya amitaba, masuk surga sukawati, mencapai kebebasan

dalam kr****n :
percaya tuhan, masuk surga, end

apabila ada yang salah kepercayaannya, maka salah satu bisa terperosok ke surga yang salah.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 10 September 2011, 07:23:17 AM
Quote from: ryu on 09 September 2011, 05:46:53 PM
maaf bisa anda jelaskan jawaban dari gandalf itu yang sebenarnya?
jawaban gandalf itu saya rasa masih abu2 dan belum jelas, kalau misalnya jawaban akhir nya yaitu sebatas kepercayaan ya sudah berarti memang sebatas kepercayaan khan kesimpulannya?
walaupun saya bisa jawab sebagai orang luar, sebaiknya ditanyakan langsung ke orangnya di thread itu.
mengenai kesimpulan anda, ya terserah anda sendiri, bebas seperti halnya saya dan om gandalf punya kesimpulan masing2.
sisanya terserah pembaca.

yg jelas anda gak perlu buka thread baru lagi atau singgung sutra mahayana lagi dan lagi diberbagai thread.

ps: lucunya lagi thread yg saya postkan, pertama2 jawabannya merupakan copy-paste dari thread lain. rupanya mahayanis di forum ini perlu minum enervon-c agar cukup stamina mengulang2 penjelasan....
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 10 September 2011, 07:29:37 AM
Quote from: morpheus on 10 September 2011, 07:23:17 AM
walaupun saya bisa jawab sebagai orang luar, sebaiknya ditanyakan langsung ke orangnya di thread itu.
mengenai kesimpulan anda, ya terserah anda sendiri, bebas seperti halnya saya dan om gandalf punya kesimpulan masing2.
sisanya terserah pembaca.

yg jelas anda gak perlu buka thread baru lagi atau singgung sutra mahayana lagi dan lagi diberbagai thread.

ps: lucunya lagi thread yg saya postkan, pertama2 jawabannya merupakan copy-paste dari thread lain. rupanya mahayanis di forum ini perlu minum enervon-c agar cukup stamina mengulang2 penjelasan....
memang benar, semua terserah masing2, dan apabila aye masih belum puas bukankah terserah aye buat thread baru yang lebih spesifik khan?
menurut anda sudah ada blum thread perbandingan tuhan dengan buda2 dalam sutra mahayana?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: GandalfTheElder on 10 September 2011, 08:23:43 AM
Quotetahu sejarah dibuatnya sutra2 itu gak? apakah bisa dipercaya keotentikannya?

Ia otentik. Sutra" itu nggak termasuk (atau dimasukkan oleh para peneliti dalam) bagian "spurious" atau "yang dipertanyakan" dalam Taisho Tripitaka kok. Jadinya ya otentik.

_/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 10 September 2011, 08:26:51 AM
Quote from: GandalfTheElder on 10 September 2011, 08:23:43 AM
Ia otentik. Sutra" itu nggak termasuk (atau dimasukkan oleh para peneliti dalam) bagian "spurious" atau "yang dipertanyakan" dalam Taisho Tripitaka kok. Jadinya ya otentik.

_/\_
The Siddha Wanderer
pembuatan sutra2 itu dibuat sekitar tahun berapa?

seperti sutra2 amitaba, baisajya, dll itu juga tahun berapa? apakah di india juga?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: GandalfTheElder on 10 September 2011, 08:41:42 AM
Quotepembuatan sutra2 itu dibuat sekitar tahun berapa?

seperti sutra2 amitaba, baisajya, dll itu juga tahun berapa? apakah di india juga?

Tentu ada di daerah" yg dulu India pada zaman kuno, naskah Sanskritnya masih ketemu di tanah kelahiran Pangeran Siddharta, Nepal. Temuan paling awal yaitu naskah Sanskrit Saddharmapundarika Sutra dan Astasahasrika Prajnaparamita Sutra, lebih tua daripada naskah tertua Pali. Amitabha juga ada sutra Sanskritnya di Nepal, Bhaisajyaguru Sutra juga ada ketemu di Pakistan.

Manjusri Parinirvana Sutra diterjemahkan Nie Daozhen pada abad ke-3 M, dan menurut standar sejarawan.... sutra itu sudah ada di India 100 tahun sebelum diterjemahkan. Berarti pada abad 2 M, tidak jauh dari Pali.

_/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 10 September 2011, 08:55:24 AM
Quote from: GandalfTheElder on 10 September 2011, 08:41:42 AM
Tentu ada di daerah" yg dulu India pada zaman kuno, naskah Sanskritnya masih ketemu di tanah kelahiran Pangeran Siddharta, Nepal. Temuan paling awal yaitu naskah Sanskrit Saddharmapundarika Sutra dan Astasahasrika Prajnaparamita Sutra, lebih tua daripada naskah tertua Pali. Amitabha juga ada sutra Sanskritnya di Nepal, Bhaisajyaguru Sutra juga ada ketemu di Pakistan.

Manjusri Parinirvana Sutra diterjemahkan Nie Daozhen pada abad ke-3 M, dan menurut standar sejarawan.... sutra itu sudah ada di India 100 tahun sebelum diterjemahkan. Berarti pada abad 2 M, tidak jauh dari Pali.

_/\_
The Siddha Wanderer
dapat sumber2nya dari mana om? ada linknya?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: GandalfTheElder on 10 September 2011, 09:00:53 AM
Quotedapat sumber2nya dari mana om? ada linknya?

Aduh banyak banget pencar". Nanya aja sama om google... gampang dan banyak kok

_/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 10 September 2011, 09:19:20 AM
Quote from: GandalfTheElder on 10 September 2011, 09:00:53 AM
Aduh banyak banget pencar". Nanya aja sama om google... gampang dan banyak kok

_/\_
The Siddha Wanderer
salah satunya aja deh, yng gampang dibaca dan di mengerti ;D
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: sobat-dharma on 10 September 2011, 09:35:54 AM
Quote from: ryu on 10 September 2011, 07:05:18 AM
i see, jadi dalam buda :
percaya amitaba, masuk surga sukawati, mencapai kebebasan

dalam kr****n :
percaya tuhan, masuk surga, end

Tidak. Dalam Buddhisme kepercayaan hanya fondasi untuk menjalankan praktik, tanpa praktik tidak ada Sukhavati. Sedangkan dalam agama lain, semata-mata kepercayaan yang menyelamatka seseorang, tidak ada yang namanya praktik.

Quote from: ryu on 10 September 2011, 07:05:18 AM
apabila ada yang salah kepercayaannya, maka salah satu bisa terperosok ke surga yang salah.

Saya kurang sepakat dengan istilah "surga yang salah." Tapi benar, kalau kita salah memercayai sesuatu, bisa jadi kita terperosok. Misalnya, kalau kita memercayai seseorang yang kita kira kawan ternyata akhirnya ia balik mengkhianati kita, maka kepercayaan kita salah. 

Sama dengan dengan contoh di atas, Buddhis yang meyakini bahwa tanpa praktik, semata-mata dengan mengandalkan kepercayaan saja bisa mencapai Samadhi, adalah tertipu oleh kepercayaan yang salah. Begitu juga Buddhis yang memercayai bahwa semata-mata dengan akal pikirannya bisa mencapai Samadhi berarti menganut kepercayaan yang salah. Kepercayaan yang salah itu sendiri adalah "surga yang salah."

saat memercayai sesuatu kita menerima hal itu dengan terbuka dan lapang, hal tersebut membantu batin kita menjadi lebih rileks dan simpel. Keadaan itu sendiri sebenarnya sudah mirip "surga", karena menghasilkan kebahagiaan ringan. Tapi kalau kebahagiaan ringan itu justru memerosokkan seseorang dalam keadaan yang salah, maka itu namanya "surga yang salah." Hehehe
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 10 September 2011, 09:42:52 AM
Quote from: sobat-dharma on 10 September 2011, 09:35:54 AM
Tidak. Dalam Buddhisme kepercayaan hanya fondasi untuk menjalankan praktik, tanpa praktik tidak ada Sukhavati. Sedangkan dalam agama lain, semata-mata kepercayaan yang menyelamatka seseorang, tidak ada yang namanya praktik.
anda salah mengerti, agama lain juga ada praktek kok ;D

QuoteSaya kurang sepakat dengan istilah "surga yang salah." Tapi benar, kalau kita salah memercayai sesuatu, bisa jadi kita terperosok. Misalnya, kalau kita memercayai seseorang yang kita kira kawan ternyata akhirnya ia balik mengkhianati kita, maka kepercayaan kita salah. 

Sama dengan dengan contoh di atas, Buddhis yang meyakini bahwa tanpa praktik, semata-mata dengan mengandalkan kepercayaan saja bisa mencapai Samadhi, adalah tertipu oleh kepercayaan yang salah. Begitu juga Buddhis yang memercayai bahwa semata-mata dengan akal pikirannya bisa mencapai Samadhi berarti menganut kepercayaan yang salah. Kepercayaan yang salah itu sendiri adalah "surga yang salah."

saat memercayai sesuatu kita menerima hal itu dengan terbuka dan lapang, hal tersebut membantu batin kita menjadi lebih rileks dan simpel. Keadaan itu sendiri sebenarnya sudah mirip "surga", karena menghasilkan kebahagiaan ringan. Tapi kalau kebahagiaan ringan itu justru memerosokkan seseorang dalam keadaan yang salah, maka itu namanya "surga yang salah." Hehehe
ya hal itu sama juga dengan ajaran sebelah kok ;D
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: sobat-dharma on 10 September 2011, 09:47:41 AM
Quote from: ryu on 10 September 2011, 09:42:52 AM
anda salah mengerti, agama lain juga ada praktek kok ;D

Setahu saya dalam agama sebelah, praktik cuma pelengkap bagi kepercayaan. Atau bahkan prkatk hanya bukti bahwa seseorang memiliki kepercayaan. Tapi tidak demikian dalam Buddhisme, praktik bukan sekadar pelengkap atau bukti, tapi justru merupakan sarana utama.

Quote from: ryu on 10 September 2011, 09:42:52 AM
ya hal itu sama juga dengan ajaran sebelah kok ;D
Oh gitu, agama yang mana?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: GandalfTheElder on 10 September 2011, 10:15:33 AM
QuoteSetahu saya dalam agama sebelah, praktik cuma pelengkap bagi kepercayaan. Atau bahkan prkatk hanya bukti bahwa seseorang memiliki kepercayaan. Tapi tidak demikian dalam Buddhisme, praktik bukan sekadar pelengkap atau bukti, tapi justru merupakan sarana utama.

Tepat sekali. Praktik adalah sarana menguji kebenaran keyakinan bagaikan menguji emas. Maka dari itu sangat utama.

Biasnaya agama" Timur cenderung pada praktek, sedangkan agama" Samawi sebaliknya.

QuoteOh gitu, agama yang mana?

Sekarang banyak interpretasi macem" dr berbagai pengikut agama yang sebenarnya melenceng dari hakikat awal mula ajarannya, sehingga seolah" tampak logis....xixixi... tp drpd ini, msh banyak yg feodal kok drpd moderat.

_/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 10 September 2011, 11:00:30 AM
Quote from: morpheus on 09 September 2011, 04:15:50 PM
saya tidak tahu yg anda maksudkan berkontradiksi secara spesifik, tapi saya merasa memang mempelajari mahayana memerlukan bimbingan dari ahlinya agar tidak terjebak yg anda maksudkan "kontradiksi" itu. kalo saya seorang mahayanis, maka saya akan skip sutra2 ataupun ajaran2 yg menurut saya tidak membawa perkembangan batin (entah karena saya tidak bisa mengerti atau memang demikian). seperti halnya yg saya lakukan juga pada sutta2 dan doktrin2 theravada.

Saya kasih contoh kontradiktif...
-- Di Sutra Pemotong Intan (Vajracheddika Prajnaparamita Sutra), dituliskan bahwa bahkan seorang Tathagatha itu tidak dapat menolong makhluk lainnya (dalam mencapai nirvana tentunya). Perilaku seorang bodhisatva sendiri dalam meng-identifikasi diri-nya untuk menolong makhluk hidup adalah ilusi, karena pada dasarnya tidak ada makhluk hidup yang bisa dibebaskan bahkan oleh Tathagatha sendiri (inti-nya adalah semua harus tergantung kepada diri sendiri, Buddha menunjukkan Jalan-nya --yang sudah ditempuh --, kita sendiri yang harus menjalan-i-nya

-- Bandingkan pernyataan di Sutra intan tersebut di atas misalnya dengan Sutra Amitabha dengan ikrar-ikrar Buddha Amitabha (dalam hal ini Amitabha sudah mencapai ke-buddha-an) bukan masih dalam tataran karir bodhisatva...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 10 September 2011, 11:09:31 AM
Quote from: sobat-dharma on 10 September 2011, 09:47:41 AM
Setahu saya dalam agama sebelah, praktik cuma pelengkap bagi kepercayaan. Atau bahkan prkatk hanya bukti bahwa seseorang memiliki kepercayaan. Tapi tidak demikian dalam Buddhisme, praktik bukan sekadar pelengkap atau bukti, tapi justru merupakan sarana utama.
Oh gitu, agama yang mana?
begini om, dalam ajaran2 biasanya ada yang namanya kepercayaan, dia mempercayai ajarannya, dalam ajarannya ada perintah2 untuk menjalaninya untuk mencapai tujuan dari ajaran itu, dan pastinya menjalankan perintah2 itu maka itu disebut praktek.
tidak jauh beda dengan yang anda sampaikan dalam hal kepercayaan dalam agama buda.

anda bisa bilang :
Quotesaat memercayai sesuatu kita menerima hal itu dengan terbuka dan lapang, hal tersebut membantu batin kita menjadi lebih rileks dan simpel. Keadaan itu sendiri sebenarnya sudah mirip "surga", karena menghasilkan kebahagiaan ringan. Tapi kalau kebahagiaan ringan itu justru memerosokkan seseorang dalam keadaan yang salah, maka itu namanya "surga yang salah." Hehehe
ketika mempercayai sesuatu, seperti adanya surga sukawati, itu sudah termasuk kepercayaan, seperti mengucap mantra, kemudian ikrarnya, hal2 itu masuk ke wilayah kepercayaan, dan pembuktiannya pun tidak ada, sehinga tidak jauh beda dengan ajaran agama lain khan?
cara kerja buda2 yang berikrar akan membantu orang2 itu pun menjadi gambaran simbolisasi yang sosoknya pun menjadi "abu2" menjadikan gambaran tiap manusia yang berbuat baik digambarkan "buda" tersebut, kalau ada orang yang jahat otomatis "bukan buda a.k.a Mara", bandingkan dengan ajaran lain yang bisa menggambarkan cara kerja tuhan begitu.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:12:24 AM
Quote from: dilbert on 10 September 2011, 11:00:30 AM
Saya kasih contoh kontradiktif...
-- Di Sutra Pemotong Intan (Vajracheddika Prajnaparamita Sutra), dituliskan bahwa bahkan seorang Tathagatha itu tidak dapat menolong makhluk lainnya (dalam mencapai nirvana tentunya). Perilaku seorang bodhisatva sendiri dalam meng-identifikasi diri-nya untuk menolong makhluk hidup adalah ilusi, karena pada dasarnya tidak ada makhluk hidup yang bisa dibebaskan bahkan oleh Tathagatha sendiri (inti-nya adalah semua harus tergantung kepada diri sendiri, Buddha menunjukkan Jalan-nya --yang sudah ditempuh --, kita sendiri yang harus menjalan-i-nya

-- Bandingkan pernyataan di Sutra intan tersebut di atas misalnya dengan Sutra Amitabha dengan ikrar-ikrar Buddha Amitabha (dalam hal ini Amitabha sudah mencapai ke-buddha-an) bukan masih dalam tataran karir bodhisatva...


Saya tidak mengerti apa yang kontradiktif disana?
Semua yang dituliskan di atas memang ada kebenarannya...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 10 September 2011, 11:13:20 AM
Quote from: GandalfTheElder on 10 September 2011, 10:15:33 AM
Tepat sekali. Praktik adalah sarana menguji kebenaran keyakinan bagaikan menguji emas. Maka dari itu sangat utama.

Biasnaya agama" Timur cenderung pada praktek, sedangkan agama" Samawi sebaliknya.
tetap saja prakteknya pun tidak akan bisa membuktikan keberadaan surga sukawati dan buda2 itu khan?

QuoteSekarang banyak interpretasi macem" dr berbagai pengikut agama yang sebenarnya melenceng dari hakikat awal mula ajarannya, sehingga seolah" tampak logis....xixixi... tp drpd ini, msh banyak yg feodal kok drpd moderat.

_/\_
The Siddha Wanderer
tapi saya juga melihat dalam sutra2 pun rasanya melenceng dari hakikat awal mula ajaran buda.

kalau boleh tahu, tafsir2 dari sutra2 itu muncul dari mana ya? apakah dari buda atau ahli2 kitab belakangan?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:26:20 AM
Quote from: ryu on 10 September 2011, 11:09:31 AManda bisa bilang :ketika mempercayai sesuatu, seperti adanya surga sukawati, itu sudah termasuk kepercayaan, seperti mengucap mantra, kemudian ikrarnya, hal2 itu masuk ke wilayah kepercayaan, dan pembuktiannya pun tidak ada, sehinga tidak jauh beda dengan ajaran agama lain khan?
cara kerja buda2 yang berikrar akan membantu orang2 itu pun menjadi gambaran simbolisasi yang sosoknya pun menjadi "abu2" menjadikan gambaran tiap manusia yang berbuat baik digambarkan "buda" tersebut, kalau ada orang yang jahat otomatis "bukan buda a.k.a Mara", bandingkan dengan ajaran lain yang bisa menggambarkan cara kerja tuhan begitu.

Begitupun halnya Nibbana. Dipandang bagaimanapun nibbana tidak ada. Mau berkelit macam apapun, nibbana tidak dapat dibuktikan..

Maka dengan ini, nibbana dapat dikatakan sebagai kepercayaan buta dari para pengikut ajaran Buddha yang mengatakan bahwa nibbana itu nyata.
Dan para penganut ( katanya ) agama Buddha di hampir semua tempat, termasuk kita, dan para umat2 yang rajin belajar dan datang ke vihara, rajin datang mengikuti retret meditasi, semuanya itu tentunya dapat pula disimpulkan menjadi nil prakteknya, mengapa? karena Buddha sendiri mengajarkan untuk menjalankan kehidupan suci agar terbebas dari samsara. Nyatanya, anda, maupun saya, dan para senior dsini lainnya masih menyenangi kehidupan samsara kan?

sdr ryu... kapan pertanyaan ini semua akan berakhir? apakah pemahaman baru timbul atau sekedar kesimpulan buta yang timbul?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 10 September 2011, 11:28:46 AM
Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:12:24 AM

Saya tidak mengerti apa yang kontradiktif disana?
Semua yang dituliskan di atas memang ada kebenarannya...

coba baca 48 ikrar Buddha Amitabha... kemudian bandingkan esensi ikrar-nya dengan apa yang tercantum di Sutra Intan...

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=13116.0    (48 ikrar Buddha Amitabha)

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=11960.0    (Sutra Intan -- Vajracheddika Prajnaparamita Sutra)
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 10 September 2011, 11:30:56 AM
Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:26:20 AM
Begitupun halnya Nibbana. Dipandang bagaimanapun nibbana tidak ada. Mau berkelit macam apapun, nibbana tidak dapat dibuktikan..

Maka dengan ini, nibbana dapat dikatakan sebagai kepercayaan buta dari para pengikut ajaran Buddha yang mengatakan bahwa nibbana itu nyata.
Dan para penganut ( katanya ) agama Buddha di hampir semua tempat, termasuk kita, dan para umat2 yang rajin belajar dan datang ke vihara, rajin datang mengikuti retret meditasi, semuanya itu tentunya dapat pula disimpulkan menjadi nil prakteknya, mengapa? karena Buddha sendiri mengajarkan untuk menjalankan kehidupan suci agar terbebas dari samsara. Nyatanya, anda, maupun saya, dan para senior dsini lainnya masih menyenangi kehidupan samsara kan?

sdr ryu... kapan pertanyaan ini semua akan berakhir? apakah pemahaman baru timbul atau sekedar kesimpulan buta yang timbul?

Nibbana itu nyata... ketika padamnya LDM itu-lah Nibbana... anda bisa bayangkan orang yang punya LDM, kemudian anda bayangkan orang yang aLaDaM --- itulah nibbana...

-- Kutipan Milinda Panha
6. "Apakah berhentinya nafsu itu nibbana?"
"Ya, O baginda. Semua makhluk yang tolol memanjakan diri dalam kenikmatan indera dan objeknya; mereka menemukan kesenangan di dalamnya dan melekat padanya. Oleh karena itu mereka terhanyut oleh banjir [nafsu] dan tidak terbebas dari kelahiran dan kematian. Siswa bijaksana orang-orang suci tidak akan menyenangi kenikmatan indera dan objeknya. Dan di dalam dirinya nafsu keinginan berhenti, kemelekatan berhenti, dumadi berhenti, kelahiran berhenti, usia tua, kematian, kesedihan, ratap tangis, kepedihan, kesengsaraan dan keputusasaan berhenti clan tidak ada lagi. Dengan demikian, berhentinya nafsu adalah nibbana."

7. "Apakah semua orang mencapai nibbana?"
"Tidak semuanya, O baginda; tetapi siapa pun yang berperilaku benar, mengetahui apa yang seharusnya diketahui, mencerap apa yang seharusnya dicerap, meninggalkan apa yang seharusnya ditinggalkan, mengembangkan apa yang seharusnya dikembangkan, dan merealisasikan apa yang seharusnya diwujudkan, dia mencapai nibbana."

8. "Dapatkah orang yang belum mencapai nibbana mengetahui bahwa nibbana itu benar-benar membahagiakan?"
"Ya tentu saja, O baginda. Seperti halnya orang yang belum pernah merasakan tangan dan kakinya putus dipotong dapat mengetahui betapa sakitnya kondisi itu karena mendengar jeritan kesakitan orang yang kehilangan anggota badannya; demikian juga orang yang belum pernah mengetahui betapa membahagiakannya kondisi itu karena mendengar kata-kata yang penuh sukacita dari mereka yang telah mencapainya."

65. Yang Tanpa Sebab

"Nagasena, ada hal-hal di dunia ini yang menjadi ada karena karma, ada yang merupakan hasil dari suatu sebab, dan ada yang dihasilkan oleh musim. Terangkanlah, apakah ada yang tidak termasuk di dalam tiga kategori itu?"
"Ada dua hal, O baginda: ruang dan nibbana."
"Yang Mulia Nagasena, janganlah mengubah kata-kata Sang Penakluk, atau menjawab pertanyaan tanpa mengetahui apa yang Anda katakan!"
"Apa yang telah saya katakan, O baginda, sehingga baginda berkata demikian?"
"Yang Mulia, memang betul apa yang Anda katakana tentang ruang. Tetapi dengan ratusan alasan Sang Buddha menyatakan pada siswa-Nya cara menuju perwujudan nibbana. Dan Anda mengatakan bahwa nibbana bukanlah hasil dari suatu sebab."
"Memang benar, O baginda, dengan banyak cara Sang Buddha menunjukkan jalan bagi perwujudan nibbana, tetapi Beliau tidak menunjukkan sebab bagi timbulnya nibbana."
"Di sini, Nagasena, kami melangkah dari kegelapan menuju ke kegelapan yang lebih pekat; dari ketidakpastian menuju ke kebingungan total. Jika ada ayah dari seorang anak maka kami berharap dapat menemukan ayah dari si ayah itu. Demikian juga, jika ada penyebab bagi perwujudan nibbana, maka kami mengharapkan dapat menemukan penyebab bagi timbulnya nibbana itu."
"Nibbana, O baginda, tidak dibentuk, dan karenanya tidak ada sebab yang dapat ditunjuk bagi pembuatannya. Tidak dapat dikatakan bahwa nibbana itu telah timbul atau dapat timbul; bahwa nibbana itu adalah masa lalu, masa kini atau masa mendatang; atau dapat dikenali dengan mata, telinga, hidung, lidah atau tubuh."
"Kalau begitu, Nagasena, nibbana adalah kondisi yang tidak ada!"
"Nibbana itu ada, O baginda, dan dapat dikenali lewat pikiran. Seorang siswa luhur yang pikirannya murni, mulia, tulus, tidak terhalang, dan bebas dari kemelekatan akan dapat mencapai nibbana."
"Kalau begitu, jelaskanlah dengan perumpamaan, apakah nibbana itu?"
"Apakah ada sesuatu yang disebut angin?"
"Ya, ada."
"Kalau begitu, jelaskanlah dengan perumpamaan, apakah angin itu?"
"Tidaklah mungkin dapat menjelaskan apa angin itu dengan menggunakan perumpamaan, tetapi toh angin itu ada."
"Demikian juga, O baginda, nibbana itu ada tetapi tidak mungkin digambarkan."

66. Cara-cara Menghasilkan

"Apa yang dilahirkan oleh karma, apa yang dilahirkan oleh sebab, dan apa yang dilahirkan oleh musim? Dan apa yang bukan semua itu?"
"Semua makhluk, O baginda, dilahirkan oleh karma. Api, dan semua yang bertumbuh dari biji, dilahirkan oleh sebab. Tanah, air dan angin dilahirkan oleh musim. Sedangkan ruang dan nibbana itu ada, tetapi tidak tergantung dari karma, sebab atau musim. Nibbana, tidak dapat dikatakan dapat dikenali oleh panca indera, tetapi dapat dipahami oleh pikiran. Seorang siswa yang pikirannya murni, dan bebas dari rintangan dapat mencerap nibbana."

79. Kebahagiaan Nibbana

"Apakah nibbana itu sepenuhnya membahagiakan ataukah sebagian menyakitkan?"
"Sepenuhnya membahagiakan."
"Hal itu tidak dapat aku terima. Mereka yang mencarinya harus berlatih amat keras dan berjuang amat keras dengan tubuh dan pikiran, tidak makan kecuali pada saat yang tepat, mengurangi tidur, mengendalikan indera, dan mereka harus meninggalkan kekayaan, keluarga, dan teman-temannya. Mereka yang menikmati kesenangan-kesenangan indera merasa bahagia tetapi Anda mengendalikan diri dan mencegah kenikmatan semacam itu sehingga mengalami ketidaknyamanan dan rasa sakit secara fisik maupun mental."
"O baginda, nibbana tidak mempunyai rasa sakit. Apa yang baginda sebut rasa sakit itu bukanlah nibbana. Memang benar bahwa mereka yang sedang mencari nibbana akan mengalami rasa sakit dan ketidaknyamanan, tetapi sesudah itu mereka akan mengalami kebahagiaan nibbana yang tidak ternoda. Saya akan memberikan alasan untuk itu. Apakah ada, O baginda, suatu kebahagiaan tertentu yang diperoleh karena kedaulatan raja?"
"Ya, ada."
"Apakah hal itu bercampur dengan rasa sakit?"
"Tidak."
"Kalau begitu, O baginda, mengapa bila prajurit daerah-daerah di perbatasan memberontak, raja-raja harus meninggalkan istananya dan menempuh perjalanan di tanah yang tidak rata, menderita akibat gigitan nyamuk dan angin yang panas, dan terlibat pertempuran sengit yang membahayakan nyawa mereka?"
"Itu, Yang Mulia Nagasena, bukanlah kebahagiaan dari kedaulatan raja. Itu hanyalah tahap awal dari pencarian kebahagiaan tersebut. Baru sesudah memenangkan pertempuran maka mereka dapat menikmati kebahagiaan suatu kedaulatan. Dan kebahagiaan itu, Nagasena, tidak bercampur dengan rasa sakit."
"Demikian juga, O baginda, nibbana adalah kebahagiaan yang tidak ternoda, dan tidak ada rasa sakit yang tercampur di dalamnya."

80. Gambaran tentang Nibbana

"Apakah mungkin, Nagasena, menunjukkan ukuran, bentuk, atau jangka waktu nibbana dengan menggunakan perumpamaan?"
"Tidak, hal itu tidak mungkin. Tidak ada hal lain yang menyerupainya."
"Apakah ada sifat nibbana yang terdapat pada hal-hal lain yang dapat ditunjukkan dengan perumpamaan?"
"Ya, itu dapat dilakukan.
"Bagaikan teratai yang tidak basah oleh air, nibbana tidak tercemar oleh kegelapan batin.
"Bagaikan air, nibbana mendinginkan panasnya kegelapan batin dan meredakan nafsu keinginan.
"Bagaikan obat, nibbana melindungi makhluk yang terkena racun kegelapan batin, menyembuhkan penyakit penderitaan, dan memberi gizi seperti nektar.
"Bagaikan samudera yang kosong dari mayat, nibbana sama sekali kosong dari kegelapan batin; seperti samudera yang tidak bertambah walaupun semua air sungai mengalir ke dalamnya, demikian juga nibbana tidak akan bertambah dengan semua makhluk yang mencapainya; nibbana adalah tempat bagi para makhluk agung (para Arahat), dan ia dihiasi oleh gelombang pengetahuan dan kebebasan.
"Bagaikan makanan yang menopang kehidupan, nibbana menyingkirkan usia tua dan kematian; nibbana meningkatkan kekuatan spiritual para makhluk; nibbana memberikan keindahan moralitas, nibbana menghilangkan tekanan kegelapan batin, nibbana menghalau kelelahan semua penderitaan.
"Bagaikan ruang, nibbana tidak dilahirkan, tidak lapuk ataupun hancur, nibbana tidak berlalu di sini dan muncul di tempat lain, nibbana tidak terkalahkan, pencuri tidak dapat mengambilnya, nibbana tidak terikat pada apa pun, nibbana adalah lingkup bagi para Ariya ibarat burung-burung di angkasa, nibbana tidak terhalangi dan tidak terhingga.
"Bagaikan permata yang bisa mengabulkan segala permintaan, nibbana memenuhi semua keinginan, menyebabkan sukacita dan berkilau.
"Bagaikan kayu cendana merah, nibbana sulit didapat, keharumannya tak ada bandingnya dan nibbana dipuji orang-orang bajik.
"Bagaikan ghee yang dikenal karena sifat khasnya, begitu juga nibbana mempunyai sifat khas sendiri; seperti ghee yang beraroma harum, begitu juga nibbana memiliki keharuman moralitas; seperti ghee yang mempunyai cita rasa yang lezat, begitu juga nibbana mempunyai kelezatan cita rasa kebebasan."
"Bagaikan puncak gunung, nibbana sangat tinggi, tidak tergoyahkan, tidak ada jalan masuk bagi kegelapan batin; nibbana tidak mempunyai ruang bagi kegelapan untuk dapat tumbuh, dan nibbana tidak memihak atau berprasangka."


Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 10 September 2011, 11:34:04 AM
Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:26:20 AM
Begitupun halnya Nibbana. Dipandang bagaimanapun nibbana tidak ada. Mau berkelit macam apapun, nibbana tidak dapat dibuktikan..
soal nibana silahkan para budis menjawab, yang ingin saya tanyakan mengenai sosok personal amitaba, buda yang lain dan juga surga2nya itu sebatas kepercayaan bukan?
QuoteMaka dengan ini, nibbana dapat dikatakan sebagai kepercayaan buta dari para pengikut ajaran Buddha yang mengatakan bahwa nibbana itu nyata.
Dan para penganut ( katanya ) agama Buddha di hampir semua tempat, termasuk kita, dan para umat2 yang rajin belajar dan datang ke vihara, rajin datang mengikuti retret meditasi, semuanya itu tentunya dapat pula disimpulkan menjadi nil prakteknya, mengapa? karena Buddha sendiri mengajarkan untuk menjalankan kehidupan suci agar terbebas dari samsara. Nyatanya, anda, maupun saya, dan para senior dsini lainnya masih menyenangi kehidupan samsara kan?
bukankah katanya ada perumah tangga juga bisa mencapai kesucian? apakah menurut anda perkataan buda seperti itu bohong? silahkan buat threadnya ;D

Quotesdr ryu... kapan pertanyaan ini semua akan berakhir? apakah pemahaman baru timbul atau sekedar kesimpulan buta yang timbul?
biarlah pembaca yang cerdas mengambil kesimpulan, pemahaman aye seiring waktu terhadap ajaran mahayana biarlah aye yang ambil kesimpulan dari pertanyaan dan jawaban mahayanis disini ;D
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:36:57 AM
Quote from: dilbert on 10 September 2011, 11:30:56 AM
Nibbana itu nyata... ketika padamnya LDM itu-lah Nibbana... anda bisa bayangkan orang yang punya LDM, kemudian anda bayangkan orang yang aLaDaM --- itulah nibbana...

Nampaknya anda kurang memahami maksud saya.
Maafkan kelancangan saya, mohon anda baca dan merenungkan dengan konsentrasi dan ketenangan agar dapat memahami maksud saya.

Bagi orang-orang yang dipenuhi keraguan akan nibbana, maka jawaban anda di atas hanyalah sebuah perkelitan.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 10 September 2011, 11:40:40 AM
Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:26:20 AM
Begitupun halnya Nibbana. Dipandang bagaimanapun nibbana tidak ada. Mau berkelit macam apapun, nibbana tidak dapat dibuktikan..

Maka dengan ini, nibbana dapat dikatakan sebagai kepercayaan buta dari para pengikut ajaran Buddha yang mengatakan bahwa nibbana itu nyata.
Dan para penganut ( katanya ) agama Buddha di hampir semua tempat, termasuk kita, dan para umat2 yang rajin belajar dan datang ke vihara, rajin datang mengikuti retret meditasi, semuanya itu tentunya dapat pula disimpulkan menjadi nil prakteknya, mengapa? karena Buddha sendiri mengajarkan untuk menjalankan kehidupan suci agar terbebas dari samsara. Nyatanya, anda, maupun saya, dan para senior dsini lainnya masih menyenangi kehidupan samsara kan?

sdr ryu... kapan pertanyaan ini semua akan berakhir? apakah pemahaman baru timbul atau sekedar kesimpulan buta yang timbul?


LANJUT...

81. Perwujudan Nibbana

"Anda mengatakan, Nagasena, bahwa nibbana itu bukan masa lalu, bukan masa kini, dan bukan masa mendatang, bukan timbul dan bukan pula tidak-timbul, dan tidak dapat dihasilkan.15 Dalam hal itu, apakah orang yang mewujudkan nibbana berarti mewujudkan sesuatu yang telah dihasilkan, atau dia sendiri yang pertama-tama menghasilkannya dan baru kemudian mewujudkannya?"
"Bukan itu semua O baginda, tetapi nibbana itu benar-benar ada."
"Nagasena, janganlah menjawab pertanyaan ini dengan membuatnya semakin kabur. Jelaskanlah dan babarkanlah. Nibbana merupakan titik yang membuat banyak orang menjadi bingung dan tersesat di dalam keraguan. Patahkanlah anak panah ketidakpastian ini."
"Unsur nibbana itu benar-benar ada, O baginda. Bila orang telah berlatih dengan benar dan sungguh-sungguh mengerti bentukan-bentukan menurut apa yang telah diajarkan oleh Sang Penakluk, maka dengan kebijaksanaannya dia mewujudkan nibbana.
"Dan bagaimanakah nibbana ditunjukkan? Dengan terbebasnya dari rasa tertekan dan bahaya, dengan kemurnian dan kesejukan. Seperti halnya seseorang, yang ketakutan dan ngeri karena telah terjatuh ke tangan musuh, akan merasa lega dan sangat berbahagia ketika dia dapat meloloskan diri ke tempat yang aman; atau seperti halnya seseorang yang terjatuh di lubang yang penuh kotoran akan merasa lega dan gembira setelah keluar dari lubang itu dan membersihkan diri; seperti halnya seorang yang terjebak api di hutan akan menjadi tenang dan merasakan kesejukan setelah dia mencapai daerah yang aman. Baginda seharusnya menganggap kecemasan yang timbul terus-menerus karena kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian itu sebagai sesuatu yang menakutkan dan mengerikan. Baginda seharusnya menganggap keuntungan, kehormatan dan ketenaran itu sebagai kotoran. Baginda
seharusnya menganggap api berunsur tiga -lobha (keserakahan), dosa (kebencian) dan moha (kegelapan batin)- sebagai sesuatu yang panas dan menusuk.
"Dan bagaimana orang yang berlatih dengan benar dapat mewujudkan nibbana? Dengan benar dia memahami sifat bentukan yang terus berputar dan di sana dia hanya melihat kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian; dia tidak melihat sesuatu yang menyenangkan atau yang serasi di bagian mana pun juga. Karena melihat bahwa tidak ada yang dapat dilekati di sana, bagaikan berada di atas bola besi yang panas membara, pikirannya dipenuhi dengan ketidakpuasan, dan panas menjalar di seluruh tubuhnya; karena merasa putus asa dan tanpa perlindungan, dia menjadi muak dengan kehidupan yang berulang-ulang. Dan bagi orang yang melihat ngerinya rantai kehidupan yang terus berjalan, timbullah pemikiran: 'Roda kehidupan ini berada di atas api dan menyala, penuh dengan penderitaan dan keputusasaan. Jika saja ada akhir dari semua ini, akhir itu akan penuh dengan kedamaian, dan hal itu luar biasa; berhentinya semua bentukan mental, lepasnya kemelekatan, musnahnya keserakahan, hancurnya nafsu keinginan, berhentinya penderitaan, nibbana!
"Dari situ pikirannya melompat ke depan menuju keadaan di mana tidak ada lagi dumadi. Pada saat itulah dia menemukan kedamaian, kemudian dia bersyukur dan bersukacita pada pemikiran: 'Sebuah perlindungan akhirnya ditemukan!' Dia terus berusaha keras di dalam Sang Jalan untuk menghentikan segala bentukan, menemukan caranya, mengembangkannya, dan memanfaatkan sebaik-baiknya. Untuk tujuan itulah dia membangkitkan kewaspadaan, semangat dan sukacitanya; dan dengan berulang-ulang memperhatikan pemikiran itu [muak pada bentukan-bentukan mental], setelah melampaui rantai kehidupan yang terus berjalan, dia dapat memutuskan lingkaran itu. Orang yang telah memutuskan rantai kehidupan yang terus berjalan ini dikatakan telah mewujudkan nibbana."16

82. Di manakah Nibbana?

"Apakah ada tempat, Nagasena, di mana nibbana tersimpan?"
"Tidak, tidak ada, tetapi nibbana itu sungguh-sungguh ada. Seperti halnya tidak ada tempat di mana api disimpan tetapi api dapat dihasilkan dengan menggosokkan dua batang kayu kering."
"Tetapi adakah tempat di mana orang bisa berdiri dan mewujudkan nibbana?"
"Ya, ada; moralitas adalah tempatnya;17 dengan berdiri di atas moralitas, dan dengan penalaran, di mana pun dia berada, bisa di Sychtia atau di Bactria, di China atau Tibet,18 di Kashmir atau Gandhara, di puncak gunung atau surga tertinggi, orang yang berlatih dengan benar dapat mewujudkan nibbana."
"Bagus sekali, Nagasena, Anda telah mengajarkan nibbana, telah menjelaskan tentang perwujudan nibbana, telah memuji kualitas moralitas, menunjukkan cara berlatih yang benar, menjunjung tinggi panji-panji Dhamma, memantapkan Dhamma sebagai prinsip utama. Tidak akan sia-sia atau tanpa buah usaha orang-orang yang mempunyai tujuan yang benar."

2. Latihan Petapa

Raja melihat para bhikkhu di hutan, sendirian dan jauh dari orang lain, menjalankan latihan berat sesuai dengan sumpahnya. Raja juga melihat para perumah-tangga di rumah mereka yang memetik buah manis dari Jalan Mulia. Ketika mempertimbangkan kedua hal ini, raja merasakan keraguan yang mendalam. "Jika umat awam juga mewujudkan kebenaran, maka bersumpah seperti itu tentunya sia-sia saja. Baiklah! Akan saya tanyakan pada guru yang terbaik, yang bijaksana dalam tiga kitab suci yang berisi ajaran Sang Buddha, yang terampil menyanggah argumentasi lawannya. Dia akan mampu menghalau keraguanku!"7
Milinda mendatangi Nagasena, memberi hormat, duduk di satu sisi dan bertanya: "Yang Mulia Nagasena, apakah ada umat awam yang telah mencapai nibbana?"
"Tidak hanya seratus atau seribu, tetapi lebih dari semilyar8 yang telah mencapai nibbana."
"Nagasena, jika perumah tangga yang hidup di rumahnya, yang menikmati kesenangan-kesenangan indera juga dapat mencapai nibbana, apakah gunanya sumpah tambahan tersebut? Jika musuh dapat dikalahkan hanya dengan tinju, apa gunanya mencari senjata? Jika pohon dapat dipanjat begitu saja, apa gunanya tangga? Jika berbaring di lantai sudah nyaman, apa gunanya ranjang? Demikian juga, jika orang awam sudah dapat mencapai nibbana bahkan sembari hidup di rumah, apa gunanya sumpah tambahan?"
"O baginda, ada dua puluh delapan keluhuran sumpah yang dinilai tinggi oleh para Buddha. Menjaga sumpah adalah:

    Suatu cara hidup murni,
    Buahnya membahagiakan,
    Tidak tercela,
    Tidak membawa penderitaan bagi yang lain,
    Memberikan rasa yakin,9
    Tidak menekan,10
    Pasti menyebabkan tumbuhnya sifat-sifat yang baik,
    Mencegah kemunduran,
    Tidak mengotori batin,
    Merupakan perlindungan,
    Memenuhi keinginan,
    Menjinakkan semua makhluk,
    Baik bagi disiplin diri,
    Pantas bagi seorang petapa,
    Dia mandiri,11
    Dia bebas,12
    Menghancurkan nafsu,
    Menghancurkan kebencian,
    Menghancurkan kebodohan batin,
    Mengikis kesombongan,
    Memutus pikiran yang mengembara dan membuat pikiran terpusat,
    Mengatasi keraguan,
    Menghalau kelambanan,
    Melenyapkan ketidak-puasan,
    Membuatnya punya toleransi,
    Tak ada bandingnya,
    Tak terukur, dan
    Mengarah pada hancurnya semua penderitaan.

"Dan siapa pun yang melaksanakan sumpah-sumpah itu akan memperoleh delapan belas sifat yang baik,

    Perilakunya murni,
    Prakteknya terpenuhi,
    Tindakan dan kata-katanya terjaga baik,
    Buah-buah pikirnya murni,
    Semangatnya bangkit,
    Ketakutannya berkurang,
    Pandangan tentang diri terhalau,
    Kemarahan lenyap dan
    Cinta kasih tumbuh,
    Dia makan dengan memahami sifat makanan yang menjijikkan,
    Dia dihormati oleh semua makhluk,
    Dia makan secukupnya,
    Dia penuh kewaspadaan,
    Dia tak-berumah dan
    Dapat berdiam di mana pun yang sesuai baginya,
    Dia jijik terhadap kejahatan,
    Dia bersuka cita di dalam kesendirian dan
    Dia selalu penuh perhatian.

"Dan ada sepuluh macam orang yang pantas mengambil sumpah itu:

    Orang yang penuh keyakinan,
    Orang yang tahu malu,
    Orang yang penuh keberanian,
    Orang yang tidak munafik,
    Orang yang mengandalkan diri sendiri,
    Orang yang tegar,
    Orang yang berniat untuk berlatih,
    Orang yang bertekad kuat,
    Orang yang selalu introspeksi,
    Orang yang penuh kasih sayang.

"Dan semua orang awam yang mewujudkan nibbana ketika hidup di rumahnya bisa melakukan hal itu karena telah mempraktekkan sumpah ini di dalam kelahiran mereka sebelumnya. Tidak akan ada perwujudan tujuan tingkat Arahat di dalam kehidupan kali ini tanpa sumpah tersebut. Tingkat Arahat hanya dapat dicapai dengan usaha yang amat sangat keras. Jadi nilai menjaga sumpah tersebut sangat tinggi, dan kuat adanya.
"Dan siapa pun, O baginda, yang mempunyai niat jahat, mengambil sumpah ini dengan tujuan mencari keuntungan materi, akan mendapatkan hukuman ganda: di dunia ini dia akan dipandang rendah dan dicemooh, dan sesudah mati dia akan menderita di neraka.
"Tetapi siapa pun, O baginda, yang perilakunya sesuai dengan kehidupan kebhikkhuan, yang layak menjadi bhikkhu, yang sedikit keinginannya dan berpuas hati, terbiasa dengan kesendirian, penuh semangat, tidak memiliki akal bulus, dan telah meninggalkan keduniawian bukan karena ingin memperoleh keuntungan dan ketenaran melainkan karena memiliki keyakinan terhadap Dhamma, yang menginginkan kebebasan dari usia tua dan kematian, dia pantas mendapat penghormatan ganda karena dia dicintai oleh dewa dan manusia, dan dengan cepat dia memperoleh empat buah, empat jenis kemampuan membedakan,13 visi berunsur-tiga,14 dan pengetahuan berunsur-enam yang lebih tinggi.15
"Dan apakah tiga belas sumpah tersebut?

    Mengenakan jubah dari potongan-potongan kain,
    Menggunakan hanya tiga jubah,
    Hidup hanya dengan mengumpulkan dana makanan,
    Mengumpulkan dana makanan dari satu rumah ke rumah lain tanpa pilih-pilih,
    Makan sekali sehari,
    Makan hanya dari mangkuk,
    Menolak makanan yang ditawarkan sesudah itu,
    Berdiam di hutan,
    Berdiam di bawah pohon,
    Berdiam di tempat terbuka,
    Berdiam di kuburan,
    Menggunakan tempat tidur mana pun yang diberikan, dan
    Tidak berbaring untuk tidur.16

"Dan dengan menjalankan sumpah-sumpah inilah Upasena dapat mengunjungi Sang Buddha ketika Beliau sedang menyendiri,17 dan karena sumpah yang sama pula Sariputta memiliki keluhuran yang begitu tinggi sehingga dia dinyatakan sebagai orang kedua yang hanya kalah oleh Sang Buddha dalam kemampuannya membabarkan Dhamma."18
"Bagus sekali Nagasena, seluruh Ajaran Sang Buddha, pencapaian adiduniawi dan semua hasil terbaik di dunia ini tercakup di dalam tiga belas latihan pertapa ini.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 10 September 2011, 11:43:03 AM
Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:36:57 AM
Nampaknya anda kurang memahami maksud saya.
Maafkan kelancangan saya, mohon anda baca dan merenungkan dengan konsentrasi dan ketenangan agar dapat memahami maksud saya.

Bagi orang-orang yang dipenuhi keraguan akan nibbana, maka jawaban anda di atas hanyalah sebuah perkelitan.

Semua sifat-sifat Lobha Dosa dan Moha itu bisa diketahui... jika bisa mengetahui karakteristik Lobha Dosa dan Moha, maka seharusnya sifat dan karakteristik aLobha, aDosa dan aMoha itu juga tahu...

kecuali mis : untuk anak-anak yang masih belum memiliki persepsi LDM itu... di Dalam Milinda Panha, dikatakan batas terendah usia untuk mencapai kesucian Arahat adalah 7 tahun.... Karena anak-anak di bawah 7 tahun (mungkin menurut perkembangan manusia pada saat ini), maka usia 7 tahun merupakan batas usia, manusia bisa memiliki persepsi
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:43:44 AM
Quote from: ryu on 10 September 2011, 11:34:04 AM
soal nibana silahkan para budis menjawab, yang ingin saya tanyakan mengenai sosok personal amitaba, buda yang lain dan juga surga2nya itu sebatas kepercayaan bukan?
Betul sekali, sebatas kepercayaan. Kepercayaan yang sama dengan adanya ayah dan ibu anda. Saya rasa ayah dan ibu anda hanyalah sosok kepercayaan yang anda yakini.
Tetapi bagi anda, ayah dan ibu anda bisa menjadi sosok personal... atau bisa juga menjadi sosok kepercayaan kan?


bukankah katanya ada perumah tangga juga bisa mencapai kesucian? apakah menurut anda perkataan buda seperti itu bohong? silahkan buat threadnya ;D
Terimakasih atas ajakan anda, saya tidak melihat ada manfaatnya bagi anda atauapun saya. Saya mengajak anda untuk merenungkan kembali jawaban saya di atas dibarengi dengan ketenangan.

biarlah pembaca yang cerdas mengambil kesimpulan, pemahaman aye seiring waktu terhadap ajaran mahayana biarlah aye yang ambil kesimpulan dari pertanyaan dan jawaban mahayanis disini ;D
Semoga memang seperti itu...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Indra on 10 September 2011, 11:44:53 AM
Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:36:57 AM
Nampaknya anda kurang memahami maksud saya.
Maafkan kelancangan saya, mohon anda baca dan merenungkan dengan konsentrasi dan ketenangan agar dapat memahami maksud saya.

Bagi orang-orang yang dipenuhi keraguan akan nibbana, maka jawaban anda di atas hanyalah sebuah perkelitan.

tidak dipungkiri bahwa memang ada yg meragukan nibbana bahkan ada yg sepenuhnya tidak mempercayai nibbana, tapi selain itu juga ada orang2 yg sudah merealisasi nibbana, dan bagi mereka nibbana adalah nyata bukan kepercayaan semata.

tidak bisa mengeneralisasi sesuatu dengan diri sendiri sebagai patokan. seperti halnya mengatakan bahwa "karena saya tidak suka makan bawang, maka artinya semua orang tidak suka makan bawang; dan karena saya meragukan nibbana, maka artinya semua orang meragukan nibbana."
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:45:23 AM
Quote from: dilbert on 10 September 2011, 11:43:03 AM
Semua sifat-sifat Lobha Dosa dan Moha itu bisa diketahui... jika bisa mengetahui karakteristik Lobha Dosa dan Moha, maka seharusnya sifat dan karakteristik aLobha, aDosa dan aMoha itu juga tahu...

kecuali mis : untuk anak-anak yang masih belum memiliki persepsi LDM itu... di Dalam Milinda Panha, dikatakan batas terendah usia untuk mencapai kesucian Arahat adalah 7 tahun.... Karena anak-anak di bawah 7 tahun (mungkin menurut perkembangan manusia pada saat ini), maka usia 7 tahun merupakan batas usia, manusia bisa memiliki persepsi

Om dillbert... untuk keduakalinya saya mengulangi.. mohon berusaha untuk memahami maksud yang ingin saya sampaikan terlebih dahulu.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:47:16 AM
Quote from: Indra on 10 September 2011, 11:44:53 AM
tidak dipungkiri bahwa memang ada yg meragukan nibbana bahkan ada yg sepenuhnya tidak mempercayai nibbana, tapi selain itu juga ada orang2 yg sudah merealisasi nibbana, dan bagi mereka nibbana adalah nyata bukan kepercayaan semata.

tidak bisa mengeneralisasi sesuatu dengan diri sendiri sebagai patokan. seperti halnya mengatakan bahwa "karena saya tidak suka makan bawang, maka artinya semua orang tidak suka makan bawang; dan karena saya meragukan nibbana, maka artinya semua orang meragukan nibbana."

Mohon maaf... saya tidak berpikir untuk mengeluarkan pernyataan generalisasi. Silakan anda gunakan kebijaksanaan anda untuk membaca dengan pelan..
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 10 September 2011, 11:48:22 AM
Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:45:23 AM
Om dillbert... untuk keduakalinya saya mengulangi.. mohon berusaha untuk memahami maksud yang ingin saya sampaikan terlebih dahulu.

apa maksud anda yang ingin disampaikan mengenai Nibbana ? Jangan menyuruh saya untuk konsentrasi untuk mencari tahu apa maksud anda ? ungkapkan secara tersurat... jangan minta secara tersirat untuk bisa di tafsirkan macam-macam...

Jangan karena anda "mencoba berargumentasi untuk membela" apa yang sedang diperbincangkan, kemudian anda balik menyerang soal Nibbana... hati-hati di-sikat sama ahli-nya.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Indra on 10 September 2011, 11:51:00 AM
Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:47:16 AM
Mohon maaf... saya tidak berpikir untuk mengeluarkan pernyataan generalisasi. Silakan anda gunakan kebijaksanaan anda untuk membaca dengan pelan..

jika semua yg merespon anda ternyata salah memahami anda, mungkin anda perlu menyusun kembali kalimat anda agar bisa kami pahami.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 10 September 2011, 11:51:46 AM
Quote from: Indra on 10 September 2011, 11:51:00 AM
jika semua yg merespon anda ternyata salah memahami anda, mungkin anda perlu menyusun kembali kalimat anda agar bisa kami pahami.

dikira-nya kita semua memiliki kemampuan bathin, membaca pikiran orang lain... wkwkwkwkwk...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Indra on 10 September 2011, 11:53:05 AM
 [at] Blacquejacque,

tanggapan saya pada anda adalah merujuk pada statement anda berikut ini:

Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:26:20 AM
Begitupun halnya Nibbana. Dipandang bagaimanapun nibbana tidak ada. Mau berkelit macam apapun, nibbana tidak dapat dibuktikan..

Maka dengan ini, nibbana dapat dikatakan sebagai kepercayaan buta dari para pengikut ajaran Buddha yang mengatakan bahwa nibbana itu nyata.
Dan para penganut ( katanya ) agama Buddha di hampir semua tempat, termasuk kita, dan para umat2 yang rajin belajar dan datang ke vihara, rajin datang mengikuti retret meditasi, semuanya itu tentunya dapat pula disimpulkan menjadi nil prakteknya, mengapa? karena Buddha sendiri mengajarkan untuk menjalankan kehidupan suci agar terbebas dari samsara. Nyatanya, anda, maupun saya, dan para senior dsini lainnya masih menyenangi kehidupan samsara kan?

Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Blacquejacque on 10 September 2011, 01:03:21 PM
Quote from: dilbert on 10 September 2011, 11:48:22 AM
apa maksud anda yang ingin disampaikan mengenai Nibbana ? Jangan menyuruh saya untuk konsentrasi untuk mencari tahu apa maksud anda ? ungkapkan secara tersurat... jangan minta secara tersirat untuk bisa di tafsirkan macam-macam...

Jangan karena anda "mencoba berargumentasi untuk membela" apa yang sedang diperbincangkan, kemudian anda balik menyerang soal Nibbana... hati-hati di-sikat sama ahli-nya.

Bila memang saya perlu disikat oleh ahlinya, semoga ahli tersebut telah menerapkan ajaran Buddha di dalam kehidupannya.
Dan semoga saya pun dapat mencerna pemahaman yang diajarkan oleh ahli tersebut.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Blacquejacque on 10 September 2011, 01:05:22 PM
Quote from: Indra on 10 September 2011, 11:51:00 AM
jika semua yg merespon anda ternyata salah memahami anda, mungkin anda perlu menyusun kembali kalimat anda agar bisa kami pahami.

Tentu saja, masukan ini amat berarti bagi saya. Ketika saya menuliskan hal tersebut, saya memang menfokuskan diri berbicara kepada rekan ryu.
hal yang saya sadari kemudian adalah rekan-rekan yang lainnya memiliki ketersinggungan dalam hal ini.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Blacquejacque on 10 September 2011, 01:06:22 PM
Quote from: dilbert on 10 September 2011, 11:51:46 AM
dikira-nya kita semua memiliki kemampuan bathin, membaca pikiran orang lain... wkwkwkwkwk...

Saya senang bisa sedikit membuat om tertawa. Semoga om berbahagia
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Indra on 10 September 2011, 01:10:29 PM
Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 01:05:22 PM
Tentu saja, masukan ini amat berarti bagi saya. Ketika saya menuliskan hal tersebut, saya memang menfokuskan diri berbicara kepada rekan ryu.
hal yang saya sadari kemudian adalah rekan-rekan yang lainnya memiliki ketersinggungan dalam hal ini.

tidak usah dipedulikan mengenai "ketersinggungan", itu hanya spekulasi anda aja.

Kita sedang berdiskusi dalam sebuah forum terbuka, jika anda ingin berdiskusi secara pribadi dengan Bro Ryu dan tidak ingin member lain berpartisipasi, maka anda sebaiknya menggunakan jalur pribadi melalui PM.

Dalam berdiskusi, kita saling bertanya dan menjawab, jika anda ditanya, maka jawablah, atau katakan "saya menolak untuk menjawab" agar lawan diskusi anda tidak menunggu2 jawaban dari anda.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: sobat-dharma on 10 September 2011, 01:37:17 PM
Quote from: ryu on 10 September 2011, 11:09:31 AM
begini om, dalam ajaran2 biasanya ada yang namanya kepercayaan, dia mempercayai ajarannya, dalam ajarannya ada perintah2 untuk menjalaninya untuk mencapai tujuan dari ajaran itu, dan pastinya menjalankan perintah2 itu maka itu disebut praktek.
tidak jauh beda dengan yang anda sampaikan dalam hal kepercayaan dalam agama buda.

Tetapi dalam Buddhisme, praktik bukan soal menjalankan perintah2. Kalau ada umat Buddhis yang terlalu tekstual, melihat praktik sebagai semata2 hanya mematuhi kata-kata dalam kitab suci, baru dikatakan apa yang dilakukannya tidak berbeda dengan agama2 lainnya. Tapi praktik dalam Buddhisme adalah soal batin diri sendiri, bukan soal mematuhi atau tidak mematuhi perintah siapa-siapa. Semata-mata soal batin (Citta)

Quote from: ryu on 10 September 2011, 11:09:31 AM
anda bisa bilang :ketika mempercayai sesuatu, seperti adanya surga sukawati, itu sudah termasuk kepercayaan, seperti mengucap mantra, kemudian ikrarnya, hal2 itu masuk ke wilayah kepercayaan, dan pembuktiannya pun tidak ada, sehinga tidak jauh beda dengan ajaran agama lain khan?
cara kerja buda2 yang berikrar akan membantu orang2 itu pun menjadi gambaran simbolisasi yang sosoknya pun menjadi "abu2" menjadikan gambaran tiap manusia yang berbuat baik digambarkan "buda" tersebut, kalau ada orang yang jahat otomatis "bukan buda a.k.a Mara", bandingkan dengan ajaran lain yang bisa menggambarkan cara kerja tuhan begitu.

Soal adanya sedikit kesamaan, tentu saja bukan hal yang mustahil. Sains dan filsafat pun masih memiliki kesamaan dengan agama-agama yang dikritiknya.  Tapi, dalam Buddhisme, semuanya adalah soal batin. Praktikkan sebuah metode  dengan setulus hati ("keyakinan" dalam hal ini adalah bentuk kesungguhan hati dalam menjalankan sesuatu; melakukan segala sesuatu dengan mendalam), tidak perlu terlalu banyak berpikir2 & bertimbang dulu, dan langsung rasakan manfaatnya. Kalau tidak merasakan manfaatnya, meski sudah mempraktikkannya dengan baik, seseorang bebas meninggalkan Buddhisme. Ini bedanya Buddhisme dengan agama lain.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Blacquejacque on 10 September 2011, 02:09:36 PM
Quote from: Indra on 10 September 2011, 01:10:29 PM
tidak usah dipedulikan mengenai "ketersinggungan", itu hanya spekulasi anda aja.

Kita sedang berdiskusi dalam sebuah forum terbuka, jika anda ingin berdiskusi secara pribadi dengan Bro Ryu dan tidak ingin member lain berpartisipasi, maka anda sebaiknya menggunakan jalur pribadi melalui PM.

Dalam berdiskusi, kita saling bertanya dan menjawab, jika anda ditanya, maka jawablah, atau katakan "saya menolak untuk menjawab" agar lawan diskusi anda tidak menunggu2 jawaban dari anda.

Terimakasih masukannya. Saya akan lebih berhati-2 lagi ke depannya. Selamat siang
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Indra on 10 September 2011, 02:28:54 PM
Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 02:09:36 PM
Terimakasih masukannya. Saya akan lebih berhati-2 lagi ke depannya. Selamat siang

setelah anda mengerti, sekarang silakan anda menjawab pertanyaan2 member lain yg diajukan kepada anda
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: bawel on 10 September 2011, 04:59:21 PM
Quote from: morpheus on 09 September 2011, 09:53:59 AM
saya merasa tidak ada yg tabu untuk ditanyakan, selama itu dilakukan dengan itikad dan cara yang baik.

tidak semua orang memiliki itikad dan cara yang baik ;D.
sebagai contoh, anggap saya orang yang tidak beritikad baik dan cara saya juga kasar, apakah saya juga tidak mempunyai hak untuk bertanya? apakah saya tidak mempunyai kesempatan untuk dibimbing? ;D

kalo iya, dimana semangat para bodhisatva untuk menyelamatkan saya? ;D

kembali ke bodhisatva bhante sariputra, beliau walau harus mengulang seribu kali untuk membimbing tidak ada beban sekalipun, beliau juga walau dimarahi sama ibunya dengan kasar tapi pada akhirnya bisa menyadarkan ibunya juga ;D.

jadi saya berharap para bodhisatva di sini juga mau meneladani bodhisatva sariputra dalam membimbing yang tidak pernah mengenal lelah apapun kondisinya ;D.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 10 September 2011, 05:23:48 PM
Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:43:44 AM
Betul sekali, sebatas kepercayaan. Kepercayaan yang sama dengan adanya ayah dan ibu anda. Saya rasa ayah dan ibu anda hanyalah sosok kepercayaan yang anda yakini.
Tetapi bagi anda, ayah dan ibu anda bisa menjadi sosok personal... atau bisa juga menjadi sosok kepercayaan kan?
sepertinya kok jadi kabur nih? ayah ibu anda tidak nyata ya? ayah ibu anda hayalan ya? kok banding2kan dengan amitaba dll?
Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:43:44 AM
Terimakasih atas ajakan anda, saya tidak melihat ada manfaatnya bagi anda atauapun saya. Saya mengajak anda untuk merenungkan kembali jawaban saya di atas dibarengi dengan ketenangan.
rasanya urusan renung merenung urusan ke pribadi deh, disini kita berdskusi bukan urusan perenungan.
Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:43:44 AM
Semoga memang seperti itu...
_/\_
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 10 September 2011, 05:28:45 PM
Quote from: sobat-dharma on 10 September 2011, 01:37:17 PM
Tetapi dalam Buddhisme, praktik bukan soal menjalankan perintah2. Kalau ada umat Buddhis yang terlalu tekstual, melihat praktik sebagai semata2 hanya mematuhi kata-kata dalam kitab suci, baru dikatakan apa yang dilakukannya tidak berbeda dengan agama2 lainnya. Tapi praktik dalam Buddhisme adalah soal batin diri sendiri, bukan soal mematuhi atau tidak mematuhi perintah siapa-siapa. Semata-mata soal batin (Citta)
menurut anda dalam hal membaca sutra amitaba dll yang menjanjikan srga sukawati dll itu termasuk dalam praktek apa?

buda amitaba dll berikrar itu dalam konteks apa?

menolong manusia dalam konteks simbolisasi atau konteks nyata?

QuoteSoal adanya sedikit kesamaan, tentu saja bukan hal yang mustahil. Sains dan filsafat pun masih memiliki kesamaan dengan agama-agama yang dikritiknya.  Tapi, dalam Buddhisme, semuanya adalah soal batin. Praktikkan sebuah metode  dengan setulus hati ("keyakinan" dalam hal ini adalah bentuk kesungguhan hati dalam menjalankan sesuatu; melakukan segala sesuatu dengan mendalam), tidak perlu terlalu banyak berpikir2 & bertimbang dulu, dan langsung rasakan manfaatnya. Kalau tidak merasakan manfaatnya, meski sudah mempraktikkannya dengan baik, seseorang bebas meninggalkan Buddhisme. Ini bedanya Buddhisme dengan agama lain.
soal batin saya mengerti kok, yang ditanya adalah kontek buda2 yang berikrar untuk menolong manusia2 yang menyebut nama dan mengenal beliau.

soal manfaat, ada janji2 dalam ikrar itu khan mengenai surga2, apakah surga2 itu simbolisasi atau nyata?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 10 September 2011, 06:57:01 PM
Quote from: dilbert on 10 September 2011, 11:48:22 AM
apa maksud anda yang ingin disampaikan mengenai Nibbana ? Jangan menyuruh saya untuk konsentrasi untuk mencari tahu apa maksud anda ? ungkapkan secara tersurat... jangan minta secara tersirat untuk bisa di tafsirkan macam-macam...

Jangan karena anda "mencoba berargumentasi untuk membela" apa yang sedang diperbincangkan, kemudian anda balik menyerang soal Nibbana... hati-hati di-sikat sama ahli-nya.

Ingat selalu menjaga kondisi batin, jika kondisi batin anda tenang maka anda tidak akan mengalami kesulitan bahkan untuk berkonsentrasi untuk menangkap ungkapan yang dalam.
Jika anda tidak mampu menangkapnya, tanyalah dengan bijak dan tenang .

Semoga semua makhluk berbahagia selalu  _/\_
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 10 September 2011, 06:58:47 PM
Quote from: Indra on 10 September 2011, 11:51:00 AM
jika semua yg merespon anda ternyata salah memahami anda, mungkin anda perlu menyusun kembali kalimat anda agar bisa kami pahami.

Itu akibatnya jika terlalu banyak tinta yang diserap, pikiran jadi gelap.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 10 September 2011, 07:00:31 PM
Quote from: dilbert on 10 September 2011, 11:51:46 AM
dikira-nya kita semua memiliki kemampuan bathin, membaca pikiran orang lain... wkwkwkwkwk...

BUkan kemampuna batin, tetapi tidak mempunyai ketenangan batin dan kebijaksanaan akibat arogansi dengan tinta yang diserapnya sehingga tidak mampu mengerti pembicaraan yang cukup dalam
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 10 September 2011, 07:03:54 PM
Quote from: dilbert on 10 September 2011, 11:48:22 AM

...hati-hati di-sikat sama ahli-nya.

Om dilbert udah nibbana yah??? Ahli nibbana nih yeee
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 10 September 2011, 07:05:31 PM
Quote from: Indra on 10 September 2011, 01:10:29 PM
tidak usah dipedulikan mengenai "ketersinggungan", itu hanya spekulasi anda aja.

Kita sedang berdiskusi dalam sebuah forum terbuka, jika anda ingin berdiskusi secara pribadi dengan Bro Ryu dan tidak ingin member lain berpartisipasi, maka anda sebaiknya menggunakan jalur pribadi melalui PM.

Dalam berdiskusi, kita saling bertanya dan menjawab, jika anda ditanya, maka jawablah, atau katakan "saya menolak untuk menjawab" agar lawan diskusi anda tidak menunggu2 jawaban dari anda.

Maha Guru sedang memberi wejangan ^:)^
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 10 September 2011, 07:08:18 PM
Quote from: sobat-dharma on 10 September 2011, 01:37:17 PM
Tetapi dalam Buddhisme, praktik bukan soal menjalankan perintah2. Kalau ada umat Buddhis yang terlalu tekstual, melihat praktik sebagai semata2 hanya mematuhi kata-kata dalam kitab suci, baru dikatakan apa yang dilakukannya tidak berbeda dengan agama2 lainnya. Tapi praktik dalam Buddhisme adalah soal batin diri sendiri, bukan soal mematuhi atau tidak mematuhi perintah siapa-siapa. Semata-mata soal batin (Citta)

...

Ini yang tidak pahami para penyerap tinta .
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Indra on 10 September 2011, 07:16:58 PM
Quote from: djoe on 10 September 2011, 06:58:47 PM
Itu akibatnya jika terlalu banyak tinta yang diserap, pikiran jadi gelap.

saya memang sudah menunggu2 anda menjawab saya. kenapa lama sekali?

tapi ngomong2, saya sudah mulai bosan dengan ungkapan tinta anda, sebaiknya anda segera mencari ungkapan baru demi kesejahteraan anda
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: sobat-dharma on 10 September 2011, 09:22:30 PM
Quote from: ryu on 10 September 2011, 05:28:45 PM
menurut anda dalam hal membaca sutra amitaba dll yang menjanjikan srga sukawati dll itu termasuk dalam praktek apa?

Ini juga soal batin.

Quote from: ryu on 10 September 2011, 05:28:45 PM
buda amitaba dll berikrar itu dalam konteks apa?

Biasanya ikrar dilakukan saat menerima Tri Sarana. Gunanya untuk membantu agar batin kita lebih bersungguh2 dan sepenuh hati dalam menjalankan praktik.

Quote from: ryu on 10 September 2011, 05:28:45 PM
menolong manusia dalam konteks simbolisasi atau konteks nyata?

Dua-duanya. Karena apa yang kita sebut "nyata" sebenarnya juga adalah ilusi.

Quote from: ryu on 10 September 2011, 05:28:45 PM
soal batin saya mengerti kok, yang ditanya adalah kontek buda2 yang berikrar untuk menolong manusia2 yang menyebut nama dan mengenal beliau.

Itu hanya dimengerti oleh orang yang menjalankan praktik tersebut. Percuma dijelaskan dengan kata-kata dan logika. Misalnya, dalam pengalaman saya sulit sekali menjelaskan kepada penganut agama lain bagaimana memperhatikan nafas saja bisa membawa seseorang mencapai tingkat seperti Jhana yang kemudian akan menyebabkan seseorang terlahir di alam dewa kalau mati kelak. Kurang lebih, kesulitan menjelaskannya sama seperti ini.

Quote from: ryu on 10 September 2011, 05:28:45 PM
soal manfaat, ada janji2 dalam ikrar itu khan mengenai surga2, apakah surga2 itu simbolisasi atau nyata?

Menurutmu "surga" itu berdiri sendiri terpisah dari batin atau tidak?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 10 September 2011, 09:49:36 PM
Quote from: Indra on 10 September 2011, 07:16:58 PM
saya memang sudah menunggu2 anda menjawab saya. kenapa lama sekali?

tapi ngomong2, saya sudah mulai bosan dengan ungkapan tinta anda, sebaiknya anda segera mencari ungkapan baru demi kesejahteraan anda

master tinta
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 10 September 2011, 09:51:43 PM
Quote from: sobat-dharma on 10 September 2011, 09:22:30 PM
Ini juga soal batin.

Biasanya ikrar dilakukan saat menerima Tri Sarana. Gunanya untuk membantu agar batin kita lebih bersungguh2 dan sepenuh hati dalam menjalankan praktik.
yang saya maksudkan, ikrar buda amitaba, bukannya ikrar kita :)

QuoteDua-duanya. Karena apa yang kita sebut "nyata" sebenarnya juga adalah ilusi.
apakah menurut mahayana, ada satu sosok abadi yang "bisa" menolong, mengulurkan tangannya, atau misalnya memberikan "sesuatu" kepada seseorang yang membaca sutra2 nya.

QuoteItu hanya dimengerti oleh orang yang menjalankan praktik tersebut. Percuma dijelaskan dengan kata-kata dan logika. Misalnya, dalam pengalaman saya sulit sekali menjelaskan kepada penganut agama lain bagaimana memperhatikan nafas saja bisa membawa seseorang mencapai tingkat seperti Jhana yang kemudian akan menyebabkan seseorang terlahir di alam dewa kalau mati kelak. Kurang lebih, kesulitan menjelaskannya sama seperti ini.
apakah orang yang berpraktek bisa melihat sosok buda?
sejauh manakah latihan2 dalam praktek agar bisa bertemu dengan sosok2 tersebut?
apakah langkah2 latihan itu sesuai dengan sutra itu atau ada penjelasan lain?

QuoteMenurutmu "surga" itu berdiri sendiri terpisah dari batin atau tidak?
pengertian surga rasanya kita harus samakan pandangan kita.

surga agama lain adalah suatu tempat dimana manusia terlahir kembali dan hidup bahagia selama2nya, mungkin perbedaannya sedikit dengan surga sukawati versi amitaba.

kalau pengertian surga dalam amitaba menurut anda/sutra tersebut bagaimana? real / ilusi.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 10 September 2011, 11:24:21 PM
Quote from: ryu on 10 September 2011, 07:29:37 AM
memang benar, semua terserah masing2, dan apabila aye masih belum puas bukankah terserah aye buat thread baru yang lebih spesifik khan?
menurut anda sudah ada blum thread perbandingan tuhan dengan buda2 dalam sutra mahayana?
rasa penasaran anda udah pernah dijawab di thread2 (jamak) lalu.
perbandingan itu sudah pernah anda tanyakan di thread sebelumnya dan sudah pernah dijawab.
kira2 apa tujuan anda membuka thread baru dengan pertanyaan yg sudah pernah diajukan dan sudah pernah dijawab pula?
kesan saya sebagai orang ketiga melihat sepertinya penanya "lupa" dengan jawaban yg pernah diberikan sampai berkali2, sehingga terlihat seperti ada itikad yg tidak baik.

apabila masih belum puas, kejar terus di thread yg sudah ada.
apabila pembahasan sudah mentok, akui saja ada perbedaan pendapat, ringkaskan kesimpulan anda dan diskusi bisa diakhiri.

Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 10 September 2011, 11:31:09 PM
Quote from: dilbert on 10 September 2011, 11:00:30 AM
Saya kasih contoh kontradiktif...
-- Di Sutra Pemotong Intan (Vajracheddika Prajnaparamita Sutra), dituliskan bahwa bahkan seorang Tathagatha itu tidak dapat menolong makhluk lainnya (dalam mencapai nirvana tentunya). Perilaku seorang bodhisatva sendiri dalam meng-identifikasi diri-nya untuk menolong makhluk hidup adalah ilusi, karena pada dasarnya tidak ada makhluk hidup yang bisa dibebaskan bahkan oleh Tathagatha sendiri (inti-nya adalah semua harus tergantung kepada diri sendiri, Buddha menunjukkan Jalan-nya --yang sudah ditempuh --, kita sendiri yang harus menjalan-i-nya

-- Bandingkan pernyataan di Sutra intan tersebut di atas misalnya dengan Sutra Amitabha dengan ikrar-ikrar Buddha Amitabha (dalam hal ini Amitabha sudah mencapai ke-buddha-an) bukan masih dalam tataran karir bodhisatva...
om dilbert, sebenernya ini sudah dijawab rekan2 di thread sebelumnya.
saya sebagai orang luar menafsirkan tidak ada yg bertentangan. singkatnya, mereka yg berpraktik pure land mentransform batin mereka sendiri yg pada akhirnya menyelamatkan diri sendiri. tetap ujung2nya sila - samadhi dan panna.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 11 September 2011, 12:02:11 AM
Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:36:57 AM
Nampaknya anda kurang memahami maksud saya.
Maafkan kelancangan saya, mohon anda baca dan merenungkan dengan konsentrasi dan ketenangan agar dapat memahami maksud saya.

Bagi orang-orang yang dipenuhi keraguan akan nibbana, maka jawaban anda di atas hanyalah sebuah perkelitan.
menurut saya maksud anda sudah terang benderang.

saya sarikan:
ryu: sukhavati itu kepercayaan, gak ada buktinya, karenanya sama kayak agama lain.
blac: nibbana itu juga kepercayaan
dilb: nibbana itu nyata, coba bayangkan kondisi tanpa ldm
dilb: nibbana itu nyata, buktinya buku anu, ayat itu, kalimat ini
indra: nibbana itu terbukti oleh mereka yang udah merealisirnya

sori ya, om2.
yang namanya bayangkan kondisi tanpa ldm, itu namanya tetaplah teori, bukan bukti.
demikian pula buku anu, ayat itu, kalimat ini, bukan lah bukti.
demikian pula orang gak bisa bilang ufo itu terbukti nyata karena ada yg udah "merealisir" alias ngeliat, petrus penjaga pintu surga juga terbukti nyata karena ada yg "merealisir" mati - ngeliat surga - balik idup lagi, dsb. bagi orang luar ini hanyalah sebagai kesaksian objektif, bukan bukti.

bagi orang luar, the unbeliever, yg namanya kepercayaan, itu tetaplah kepercayaan, sifatnya subjektif sesuai dengan pengalaman dan pemikiran penganutnya, bukan berlandaskan fakta2 ilmiah. jadi kalo berbicara mengenai kepercayaan atau keyakinan, yang ada hanyalah pertukaran informasi dan saling mengerti. dalam hal ini yg termasuk kepercayaan mengenai sukhavati (bagi yg gak mengalami), dewa dan asura berantem di tavatimsa (bagi yg bukan pelaku peristiwa bersejarah itu, kalo memang ada), jhana (bagi yg gak pernah mencapai), nyana2 (bagi yg gak pernah), iddhi (bagi yg gak punya)...

jadi bagi saya, agak konyol kalo ada yg mengejar dan mempertanyakan bukti2 dari suatu kepercayaan.
namanya aja udah kepercayaan kok...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 11 September 2011, 12:10:29 AM
Quote from: morpheus on 10 September 2011, 11:24:21 PM
rasa penasaran anda udah pernah dijawab di thread2 (jamak) lalu.
perbandingan itu sudah pernah anda tanyakan di thread sebelumnya dan sudah pernah dijawab.
kira2 apa tujuan anda membuka thread baru dengan pertanyaan yg sudah pernah diajukan dan sudah pernah dijawab pula?
kesan saya sebagai orang ketiga melihat sepertinya penanya "lupa" dengan jawaban yg pernah diberikan sampai berkali2, sehingga terlihat seperti ada itikad yg tidak baik.

apabila masih belum puas, kejar terus di thread yg sudah ada.
apabila pembahasan sudah mentok, akui saja ada perbedaan pendapat, ringkaskan kesimpulan anda dan diskusi bisa diakhiri.


thread itu di buat dari perkembangan "menyebut nama buda"
dari thread itu muncul perumpamaan2 awalokite yang sosok personalnya ada yang katanya menolong orang dari "simbolisasi" dan kemudian sepertinya sosk personalnya menjadi abu2, bahkan seperti menjadi menjurus sama seperti tuhan, apakah tidak boleh saya split lebih kepada perbandingan tuhan dan buda?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 11 September 2011, 12:12:33 AM
Quote from: morpheus on 11 September 2011, 12:02:11 AM
menurut saya maksud anda sudah terang benderang.

saya sarikan:
ryu: sukhavati itu kepercayaan, gak ada buktinya, karenanya sama kayak agama lain.
blac: nibbana itu juga kepercayaan
dilb: nibbana itu nyata, coba bayangkan kondisi tanpa ldm
dilb: nibbana itu nyata, buktinya buku anu, ayat itu, kalimat ini
indra: nibbana itu terbukti oleh mereka yang udah merealisirnya

sori ya, om2.
yang namanya bayangkan kondisi tanpa ldm, itu namanya tetaplah teori, bukan bukti.
demikian pula buku anu, ayat itu, kalimat ini, bukan lah bukti.
demikian pula orang gak bisa bilang ufo itu terbukti nyata karena ada yg udah "merealisir" alias ngeliat, petrus penjaga pintu surga juga terbukti nyata karena ada yg "merealisir" mati - ngeliat surga - balik idup lagi, dsb. bagi orang luar ini hanyalah sebagai kesaksian objektif, bukan bukti.

bagi orang luar, the unbeliever, yg namanya kepercayaan, itu tetaplah kepercayaan, sifatnya subjektif sesuai dengan pengalaman dan pemikiran penganutnya, bukan berlandaskan fakta2 ilmiah. jadi kalo berbicara mengenai kepercayaan atau keyakinan, yang ada hanyalah pertukaran informasi dan saling mengerti. dalam hal ini yg termasuk kepercayaan mengenai sukhavati (bagi yg gak mengalami), dewa dan asura berantem di tavatimsa (bagi yg bukan pelaku peristiwa bersejarah itu, kalo memang ada), jhana (bagi yg gak pernah mencapai), nyana2 (bagi yg gak pernah), iddhi (bagi yg gak punya)...

jadi bagi saya, agak konyol kalo ada yg mengejar dan mempertanyakan bukti2 dari suatu kepercayaan.
namanya aja udah kepercayaan kok...

jadi menurut om morph setuju ya dalam hal sosok2 buda tersebut itu menjadi ke wilayah kepercayaan dan tidak bisa di buktikan?

Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 11 September 2011, 05:15:39 PM
Quote from: morpheus on 11 September 2011, 12:02:11 AM
menurut saya maksud anda sudah terang benderang.

saya sarikan:
ryu: sukhavati itu kepercayaan, gak ada buktinya, karenanya sama kayak agama lain.
blac: nibbana itu juga kepercayaan
dilb: nibbana itu nyata, coba bayangkan kondisi tanpa ldm
dilb: nibbana itu nyata, buktinya buku anu, ayat itu, kalimat ini
indra: nibbana itu terbukti oleh mereka yang udah merealisirnya

sori ya, om2.
yang namanya bayangkan kondisi tanpa ldm, itu namanya tetaplah teori, bukan bukti.
demikian pula buku anu, ayat itu, kalimat ini, bukan lah bukti.
demikian pula orang gak bisa bilang ufo itu terbukti nyata karena ada yg udah "merealisir" alias ngeliat, petrus penjaga pintu surga juga terbukti nyata karena ada yg "merealisir" mati - ngeliat surga - balik idup lagi, dsb. bagi orang luar ini hanyalah sebagai kesaksian objektif, bukan bukti.

bagi orang luar, the unbeliever, yg namanya kepercayaan, itu tetaplah kepercayaan, sifatnya subjektif sesuai dengan pengalaman dan pemikiran penganutnya, bukan berlandaskan fakta2 ilmiah. jadi kalo berbicara mengenai kepercayaan atau keyakinan, yang ada hanyalah pertukaran informasi dan saling mengerti. dalam hal ini yg termasuk kepercayaan mengenai sukhavati (bagi yg gak mengalami), dewa dan asura berantem di tavatimsa (bagi yg bukan pelaku peristiwa bersejarah itu, kalo memang ada), jhana (bagi yg gak pernah mencapai), nyana2 (bagi yg gak pernah), iddhi (bagi yg gak punya)...

jadi bagi saya, agak konyol kalo ada yg mengejar dan mempertanyakan bukti2 dari suatu kepercayaan.
namanya aja udah kepercayaan kok...


Lobha Dosa dan Moha itu nyata gak ?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 11 September 2011, 06:01:00 PM
Quote from: dilbert on 11 September 2011, 05:15:39 PM
Lobha Dosa dan Moha itu nyata gak ?

NYATA donk !

tapi sayangnya ada sekelompok manusia menganggap itu ILUSI dan KEPERCAYAAN.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 11 September 2011, 06:03:53 PM
Quote from: morpheus on 11 September 2011, 12:02:11 AM
menurut saya maksud anda sudah terang benderang.

jadi bagi saya, agak konyol kalo ada yg mengejar dan mempertanyakan bukti2 dari suatu kepercayaan.
namanya aja udah kepercayaan kok...


jadi bro Morp menganggap Nibbana ini masih suatu kepercayaan !
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 11 September 2011, 06:05:00 PM
Quote from: adi lim on 11 September 2011, 06:01:00 PM
NYATA donk !

tapi sayangnya ada sekelompok manusia menganggap itu ILUSI dan KEPERCAYAAN.

kalo nyata..trus? hubungannya dgn nibbana apa?

siapa di sini yang sdh menembus paticcasamupada?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 11 September 2011, 06:06:55 PM
Quote from: adi lim on 11 September 2011, 06:03:53 PM
jadi bro Morp menganggap Nibbana ini masih suatu kepercayaan !

nibbana itu bagi kita yang awam (blm melihat) tentu merupakan suatu kepercayaan..
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 11 September 2011, 06:44:33 PM
Quote from: ryu on 11 September 2011, 12:10:29 AM
thread itu di buat dari perkembangan "menyebut nama buda"
dari thread itu muncul perumpamaan2 awalokite yang sosok personalnya ada yang katanya menolong orang dari "simbolisasi" dan kemudian sepertinya sosk personalnya menjadi abu2, bahkan seperti menjadi menjurus sama seperti tuhan, apakah tidak boleh saya split lebih kepada perbandingan tuhan dan buda?
yg namanya split thread itu post yg berisi pertanyaan dan jawabannya dipisahkan menjadi thread yg baru.
membuat thread baru dengan mengajukan ulang sebuah pertanyaan yg sudah dijawab dan menyebutnya sebagai "split" baru pertama kali ini saya melihatnya...

Quote from: ryu on 11 September 2011, 12:12:33 AM
jadi menurut om morph setuju ya dalam hal sosok2 buda tersebut itu menjadi ke wilayah kepercayaan dan tidak bisa di buktikan?
jelas sekali di post saya yg di atas:
"dalam hal ini yg termasuk kepercayaan mengenai sukhavati (bagi yg gak mengalami), dewa dan asura berantem di tavatimsa (bagi yg bukan pelaku peristiwa bersejarah itu, kalo memang ada), jhana (bagi yg gak pernah mencapai), nyana2 (bagi yg gak pernah), iddhi (bagi yg gak punya)"

jadi apa kesimpulan anda kalo memang jelas ini adalah kepercayaan?
sukhavati is a belief, therefore.... ?

Quote from: dilbert on 11 September 2011, 05:15:39 PM
Lobha Dosa dan Moha itu nyata gak ?
kalo nyata kenapa? kalo gak nyata kenapa?

Quote from: adi lim on 11 September 2011, 06:03:53 PM
jadi bro Morp menganggap Nibbana ini masih suatu kepercayaan !
saya yakin bagi semua orang di thread ini, nibbana adalah kepercayaan alias belief.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: DragonHung on 11 September 2011, 07:01:37 PM
Quote from: adi lim on 11 September 2011, 06:01:00 PM
NYATA donk !

tapi sayangnya ada sekelompok manusia menganggap itu ILUSI dan KEPERCAYAAN.

Anda sudah pernah merasakan sendiri keadaan bebas total dari Lobha, Dosa dan Moha?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: sobat-dharma on 11 September 2011, 07:25:19 PM
Quote from: ryu on 10 September 2011, 09:51:43 PM
yang saya maksudkan, ikrar buda amitaba, bukannya ikrar kita :)

Sama saja. Ikrar para Buddha bisanya juga dilakukan saat menjadi Bodhisattva. Ikrar mereka terus dikenang dan diingat sebagai teladan.

Quote from: ryu on 10 September 2011, 09:51:43 PM
apakah menurut mahayana, ada satu sosok abadi yang "bisa" menolong, mengulurkan tangannya, atau misalnya memberikan "sesuatu" kepada seseorang yang membaca sutra2 nya.

Saya tidak tahu abadi atau tidak, dan hal demikian memang tidak bisa dijawab dengan gamblang, tapi kalau menolong sih bisa.

Quote from: ryu on 10 September 2011, 09:51:43 PM
apakah orang yang berpraktek bisa melihat sosok buda?
sejauh manakah latihan2 dalam praktek agar bisa bertemu dengan sosok2 tersebut?
apakah langkah2 latihan itu sesuai dengan sutra itu atau ada penjelasan lain?

Coba saja mempraktikkannya. Caranya cukup nienfo saja. Lafalkan "Namo Amithaba" tiada henti dengan pikiran terpusat dan setulus hati. Saya tidak tahu apakah kamu akan melihat Buddha atau tidak, tapi hanya bisa menjamin bahwa kamu akan merasakan manfaatnya.

Quote from: ryu on 10 September 2011, 09:51:43 PM
pengertian surga rasanya kita harus samakan pandangan kita.

surga agama lain adalah suatu tempat dimana manusia terlahir kembali dan hidup bahagia selama2nya, mungkin perbedaannya sedikit dengan surga sukawati versi amitaba.

kalau pengertian surga dalam amitaba menurut anda/sutra tersebut bagaimana? real / ilusi.


Dua-duanya: nyata  juga ilusi. Sama dengan surga yang dicapai dengan pencapaian Jhana.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 11 September 2011, 07:36:22 PM
Quote from: morpheus on 11 September 2011, 06:44:33 PM
yg namanya split thread itu post yg berisi pertanyaan dan jawabannya dipisahkan menjadi thread yg baru.
membuat thread baru dengan mengajukan ulang sebuah pertanyaan yg sudah dijawab dan menyebutnya sebagai "split" baru pertama kali ini saya melihatnya...
jelas sekali di post saya yg di atas:
"dalam hal ini yg termasuk kepercayaan mengenai sukhavati (bagi yg gak mengalami), dewa dan asura berantem di tavatimsa (bagi yg bukan pelaku peristiwa bersejarah itu, kalo memang ada), jhana (bagi yg gak pernah mencapai), nyana2 (bagi yg gak pernah), iddhi (bagi yg gak punya)"

jadi apa kesimpulan anda kalo memang jelas ini adalah kepercayaan?
sukhavati is a belief, therefore.... ?
kalo nyata kenapa? kalo gak nyata kenapa?
saya yakin bagi semua orang di thread ini, nibbana adalah kepercayaan alias belief.

hmm, berarti memang di ajaran buda ada zona kepercayaan juga yang tidak bisa di buktikan, dan kalau dipertanyakan juga memang susah juga ya jawabannya, intinya memang harus percaya dengan iman juga ujung2nya.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 11 September 2011, 07:45:47 PM
Quote from: sobat-dharma on 11 September 2011, 07:25:19 PM
Sama saja. Ikrar para Buddha bisanya juga dilakukan saat menjadi Bodhisattva. Ikrar mereka terus dikenang dan diingat sebagai teladan.
begini om maksud saya, buda amitaba saja misalnya, beliau khan berikrar, kemudian menciptakan surga sukawati, itu simbolisasi atau nyata, prakteknya apa? kok ke batin?

QuoteSaya tidak tahu abadi atau tidak, dan hal demikian memang tidak bisa dijawab dengan gamblang, tapi kalau menolong sih bisa.
ok :) jadi menurut kepercayaan mahayana, betul khan ada satu sosok yang bisa menolong manusia yang dalam kesulitan khan? bukan suatu simbolisasi.

QuoteCoba saja mempraktikkannya. Caranya cukup nienfo saja. Lafalkan "Namo Amithaba" tiada henti dengan pikiran terpusat dan setulus hati. Saya tidak tahu apakah kamu akan melihat Buddha atau tidak, tapi hanya bisa menjamin bahwa kamu akan merasakan manfaatnya.

dalam hal ini saya setuju saja, karena dalam ajaran lain juga ada metoda2 seperti ini. :)

QuoteDua-duanya: nyata  juga ilusi. Sama dengan surga yang dicapai dengan pencapaian Jhana.
jadi masih abu2, seputar kepercayaan juga, ok deh :)
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Mr. Wei on 11 September 2011, 07:58:35 PM
Quote from: ryu on 11 September 2011, 07:36:22 PM
hmm, berarti memang di ajaran buda ada zona kepercayaan juga yang tidak bisa di buktikan, dan kalau dipertanyakan juga memang susah juga ya jawabannya, intinya memang harus percaya dengan iman juga ujung2nya.

Om Ryu, saya turut beri pendapat.

Dalam Agama Buddha, saya rasa memang ada zona yang tidak terjangkau logika atau pembuktian, memang ada yang harus pakai keyakinan.

Contohnya tumimbal lahir, ini 100% tidak bisa menggunakan logika. Walaupun ada yang mengajukan 'hipnosis regresi ke kelahiran lampau' sebagai buktinya, tetapi tetap tidak bisa 100% itu dikatakan bukti adanya kelahiran kembali. Bisa saja yang 'dihipnosis' itu sebenarnya mengalami ilusi, tetapi dia anggap itu kelahiran lampaunya karena 'sugesti' dari sang hipnotis bahwa ia sedang dihipnosis menuju kelahiran lampau.

Mengenai cerita2 di buku2 yang mengatakan ada si anak X yang tiba2 tahu lokasi YZ padahal si X belum pernah ke YZ sebelumnya, itu tidak bisa dibuktikan pula. Kita tidak tahu itu benar2 kejadian atau bisa-bisanya si penulis buku.
Jadi mirip dengan buku2 agama lain yang mengatakan bahwa ia tertidur, dibawa terbang sama Jes, sampai di neraka, liat orang2 menderita, lalu dibawa kembali lagi ke dunia nyata. Kita tidak tahu itu benar2 kejadian, bisa-bisanya si penulis buku, atau ilusi.

Sekedar share _/\_
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 11 September 2011, 08:16:42 PM
Quote from: Mr. Wei on 11 September 2011, 07:58:35 PM
Om Ryu, saya turut beri pendapat.

Dalam Agama Buddha, saya rasa memang ada zona yang tidak terjangkau logika atau pembuktian, memang ada yang harus pakai keyakinan.

Contohnya tumimbal lahir, ini 100% tidak bisa menggunakan logika. Walaupun ada yang mengajukan 'hipnosis regresi ke kelahiran lampau' sebagai buktinya, tetapi tetap tidak bisa 100% itu dikatakan bukti adanya kelahiran kembali. Bisa saja yang 'dihipnosis' itu sebenarnya mengalami ilusi, tetapi dia anggap itu kelahiran lampaunya karena 'sugesti' dari sang hipnotis bahwa ia sedang dihipnosis menuju kelahiran lampau.

Mengenai cerita2 di buku2 yang mengatakan ada si anak X yang tiba2 tahu lokasi YZ padahal si X belum pernah ke YZ sebelumnya, itu tidak bisa dibuktikan pula. Kita tidak tahu itu benar2 kejadian atau bisa-bisanya si penulis buku.
Jadi mirip dengan buku2 agama lain yang mengatakan bahwa ia tertidur, dibawa terbang sama Jes, sampai di neraka, liat orang2 menderita, lalu dibawa kembali lagi ke dunia nyata. Kita tidak tahu itu benar2 kejadian, bisa-bisanya si penulis buku, atau ilusi.

Sekedar share _/\_
walau memang tidak bisa dibuktikan setidaknya ada sesuatu yang masih bisa masuk dalam logika sehingga seseorang bisa merasa mantap untuk maju melangkah, sama seperti dalam ajaran, langkah2nya itu semua harus dipertimbangkan, untuk apa buda memberi tool seperti JMB* sehingga seseorang bisa merasa mantap menjalankan ajaran buda, bukannya malah percaya kepada hal2 yang aneh yang sepertinya buda sendiri tidak mengajarkan hal2 seperti itu kalau di ajaran sebelah, setidaknya saya ingin tahu penjelasan2 yang masuk logika saya mengenai ajaran2 buda yang mahayana ajarkan.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 11 September 2011, 08:22:20 PM
Quote from: DragonHung on 11 September 2011, 07:01:37 PM
Anda sudah pernah merasakan sendiri keadaan bebas total dari Lobha, Dosa dan Moha?

saya pernah serakah (Lobha)
saya pernah membenci (Dosa)
saya pernah melakukan perbuatan buruk yang memang tidak saya tahu bahwa itu adalah perbuatan buruk (Moha)
apakah ini bukan nyata ?

bro Hung mungkin tidak pernah mengalami nya  !  :o
atau memang masih belum ngerti sampai sekarang. ^-^
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: DragonHung on 11 September 2011, 08:24:00 PM
Quote from: adi lim on 11 September 2011, 08:22:20 PM
saya pernah serakah (Lobha)
saya pernah membenci (Dosa)
saya pernah melakukan perbuatan buruk yang memang tidak saya tahu bahwa itu adalah perbuatan buruk (Moha)
apakah ini bukan nyata ?

bro Hung mungkin tidak pernah mengalami nya  !  :o

Iya, memang setiap orang pernah merasakan lobha, dosa dan moha.  Tapi pernah gak anda merasakan bebas total dari lobha, dosa dan moha?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 11 September 2011, 08:25:55 PM
Quote from: No Pain No Gain on 11 September 2011, 06:05:00 PM
kalo nyata..trus? hubungannya dgn nibbana apa?

siapa di sini yang sdh menembus paticcasamupada?

padamnya LDM itulah pencapaian Nibbana  _/\_
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 11 September 2011, 08:27:45 PM
Quote from: DragonHung on 11 September 2011, 08:24:00 PM
Iya, memang setiap orang pernah merasakan lobha, dosa dan moha.  Tapi pernah gak anda merasakan bebas total dari lobha, dosa dan moha?

yang pasti Bodhisatwa dan para yidam belum bebas dari LDM :)) :))

tapi Buddha Gotama dan siswa2 Arahat, batinnya bersih total dari LDM _/\_
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 11 September 2011, 08:34:11 PM
Quote from: No Pain No Gain on 11 September 2011, 06:06:55 PM
nibbana itu bagi kita yang awam (blm melihat) tentu merupakan suatu kepercayaan..

bro NPNG boleh menganggap Nibbana itu hanya kepercayaan  ^-^

maaf bro NPNG saya BERLAWANAN dengan anda, karena saya yakin Nibbana bisa dicapai kok !
dan sudah terbukti Buddha Gotama dan para Arahant  _/\_
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Mr. Wei on 11 September 2011, 08:44:09 PM
Quote from: ryu on 11 September 2011, 08:16:42 PM
walau memang tidak bisa dibuktikan setidaknya ada sesuatu yang masih bisa masuk dalam logika sehingga seseorang bisa merasa mantap untuk maju melangkah, sama seperti dalam ajaran, langkah2nya itu semua harus dipertimbangkan, untuk apa buda memberi tool seperti JMB* sehingga seseorang bisa merasa mantap menjalankan ajaran buda, bukannya malah percaya kepada hal2 yang aneh yang sepertinya buda sendiri tidak mengajarkan hal2 seperti itu kalau di ajaran sebelah, setidaknya saya ingin tahu penjelasan2 yang masuk logika saya mengenai ajaran2 buda yang mahayana ajarkan.

Kalau dalam pandangan saya setelah membaca semua link rujukan dari Bro Morpheus mengenai jawaban2 dari Bro Gandalf...

Praktik Nian Fo adalah samadhi dgn fokus nama Buddha (entah Amitabha, Bhaijasjya, Avalokitesvara, dsb.). Mengenai ikrar2 Amitabha/Avalokitesvara mengenai 'yang melafal namaku akan dijauhkan dari marabahaya, dsb.', itu adalah perumpamaan/simbol. Misalnya begini, jika kita sering samadhi (dalam praktik Mahayana, samadhi nama Buddha), kita jadi lebih eling, sehingga dalam bertindak kita jadi lebih mawas diri dan tahu diri. Karena kita lebih mawas diri dan tahu diri, kita bertindak dengan bajik sehingga terhindar dari karma buruk atau cibiran orang lain.

Mengenai surga Sukhavati yang dikatakan Amitabha, itu menurut saya juga perumpamaan/simbol. Dikatakan jika menyebut nama Amitabha kita akan dibawa ke surga Sukhavati dengan kehidupan yang sangat panjang dan bisa belajar Dharma dengan baik. Menurut saya itu maksudnya, dengan sering samadhi (dalam praktik Mahayana, samadhi nama Buddha), kita menjadi lebih eling/mawas diri sehingga menjauhi perbuatan2 buruk. Sehingga di kehidupan selanjutnya kita terlahir di alam yang lebih baik (jangka hidupnya lebih panjang daripada manussa bhumi) dan berkesempatan untuk belajar Dharma lagi, atau jika syukur-syukurnya samadhi hingga jhana, itu juga konon katanya rasanya menyenangkan sekali sehingga diumpamakan 'surga'.

Atau bisa juga,

Dengan sering samadhi (dalam praktik Mahayana, samadhi nama Buddha), kita mendapatkan ketenangan secara batiniah. Bukannya kalau bisa hidup dengan tenang, itu rasanya seperti 'surga'? ;D Lalu dengan ketenangan itu, kita bisa belajar Dharma lebih baik lagi.

Lalu mengenai akan diselamatkan bila menyebut nama Amitabha/Avalokitesvara, nah itu juga simbol lagi.
Dengan sering samadhi (dalam praktik Mahayana, samadhi nama Buddha), kita jadi lebih tenang dan mawas diri, dampaknya jadi lebih suka berbuat baik, kalau suka berbuat baik, karma baik bertambah; sehingga jika kita ada masalah, ya vipaka baik kita itu yang melindungi kita. Itu disimbolkan dengan Amitabha/Avalo yang menyelamatkan kita.

Kalau simpulan dari saya, Mahayana itu memang sarat simbol. Bahkan Amitabha/Avalo itu saya sendiri tidak yakin benar2 pernah hidup di dunia ini, bisa saja cuma cerita kiasan dari seorang guru Buddhis di zaman dulu untuk mengajarkan metta/saddha/karuna/dsb.

Mengenai Mahayana yang mengatakan bahwa Arhat itu masih belum sepenuhnya terlepas dari kilesa sehingga perlu mengambil jalur Samma Sambuddha, itu menurut saya memang berbeda dengan Theravada (yang saya anut) yang mengajarkan Arahat sudah terbebaskan dari kilesa.
Kalau bagi saya, itu memang berbeda, tidak perlu dipaksa2kan sama, biarkan berjalan secara sendiri2. Biarkan keyakinan dan kecocokan masing2 yang membuat kita memilih Mahayana atau Theravada.

Itu pendapat saya, bro Ryu; bagaimana pendapat bro Ryu? *ini tanya sungguhan lo, bukan nantang* :)
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 11 September 2011, 08:46:38 PM
Quote from: adi lim on 11 September 2011, 08:34:11 PM
bro NPNG boleh menganggap Nibbana itu hanya kepercayaan  ^-^

maaf bro NPNG saya BERLAWANAN dengan anda, karena saya yakin Nibbana bisa dicapai kok !
dan sudah terbukti Buddha Gotama dan para Arahant  _/\_

selama belum menembus paticcasamupadda, nibbana hanyalah sebuah kepercayaan/keyakinan..
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 11 September 2011, 08:53:13 PM
Quote from: Mr. Wei on 11 September 2011, 08:44:09 PM

Mengenai Mahayana yang mengatakan bahwa Arhat itu masih belum sepenuhnya terlepas dari kilesa sehingga perlu mengambil jalur Samma Sambuddha, itu menurut saya memang berbeda dengan Theravada (yang saya anut) yang mengajarkan Arahat sudah terbebaskan dari kilesa.
Kalau bagi saya, itu memang berbeda, tidak perlu dipaksa2kan sama, biarkan berjalan secara sendiri2. Biarkan keyakinan dan kecocokan masing2 yang membuat kita memilih Mahayana atau Theravada.

bold : tidak ada yang paksa harus sama

tapi karena penasaran aja mengapa Arahat bisa berbeda, yang satu bisa terlahir (Mahayana) yang satu sudah tidak terlahir lagi (Theravada)

menurut bro Wei, Arahat bebas lahir ?

[/quote]
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: DragonHung on 11 September 2011, 08:56:06 PM
Quote from: adi lim on 11 September 2011, 08:27:45 PM
yang pasti Bodhisatwa dan para yidam belum bebas dari LDM :)) :))

tapi Buddha Gotama dan siswa2 Arahat, batinnya bersih total dari LDM _/\_

Iya yang anda katakan itu betul,  tapi apakah anda sudah merealisasikan keadaan bebas total dari lobha, dosa dan moha itu?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 11 September 2011, 08:58:43 PM
Quote from: No Pain No Gain on 11 September 2011, 08:46:38 PM
selama belum menembus paticcasamupadda, nibbana hanyalah sebuah kepercayaan/keyakinan..

ops itu pendapat bro NPNG, itu sah2 saja.

memang kita berlawanan dalam hal keyakinan
IMO, walaupun umat MANUSIA belum bebas LDM, tapi tetap diperbolehkan punya keyakinan (SADDHA) adanya NIBBANA
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 11 September 2011, 09:01:17 PM
Quote from: DragonHung on 11 September 2011, 08:56:06 PM
Iya yang anda katakan itu betul,  tapi apakah anda sudah merealisasikan keadaan bebas total dari lobha, dosa dan moha itu?

100% belum bebas LDM,  bro Hung !  :))

tapi dengan belum bebas dari LDM, apakah tidak boleh punya Saddha tentang Nibbana ! ???
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Mr. Wei on 11 September 2011, 09:02:14 PM
Quote from: adi lim on 11 September 2011, 08:53:13 PM
bold : tidak ada yang paksa harus sama

tapi karena penasaran aja mengapa Arahat bisa berbeda, yang satu bisa terlahir (Mahayana) yang satu sudah tidak terlahir lagi (Theravada)

menurut bro Wei, Arahat bebas lahir ?



Saya juga gak bilang ada yang maksa2in sama, kan saya cuma bilang gak perlu dipaksa2in, hihihi...

Kalau pendapat saya, ya beda paham. Saya gak tahu kenapa bisa beda paham begitu, entah karena (1) pas konsili dan pecah jadi 2 aliran, ada sutta/sutra penting yang berisi kesinkronan M-T yang hilang/rusak, (2) ada bhikkhu palsu yang sengaja ingin memecah belah sangha dengan bikin aliran baru yg melenceng (dan kita tidak tahu mana yang melenceng), atau (3) ada penafsiran dari guru masing2 sehingga tercipta aliran2 baru.

Kemungkinannya: (1) M benar-T salah, (2) T benar-M salah, (3) M benar-T benar tapi ada ketidaksinkronan penafsiran kita, (4) M salah-T salah, K yang benar :hammer:.

Saya juga mau tahu, kalau menurut bro adilim, mengapa bisa berbeda? Mungkin bisa dishare.

nb: salah klik modify tadi
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: DragonHung on 11 September 2011, 09:02:36 PM
Quote from: adi lim on 11 September 2011, 09:01:17 PM
100% belum bebas LDM,  bro Hung !  :))

tapi dengan belum bebas dari LDM, apakah tidak boleh punya Saddha tentang Nibbana ! ???

Jadi apa salahnya dengan mahayanis yang tidak bisa membuktikan tentang buddha dan bodhisatva?  Apakah mereka tidak boleh ada saddha terhadap buddha dan bodhisatva lain?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 11 September 2011, 09:04:11 PM
berbicara mengenai saddha? hmm....
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 11 September 2011, 09:06:26 PM
Quote from: Mr. Wei on 11 September 2011, 09:02:14 PM
Saya juga gak bilang ada yang maksa2in sama, kan saya cuma bilang gak perlu dipaksa2in, hihihi...

Kalau pendapat saya, ya beda paham. Saya gak tahu kenapa bisa beda paham begitu, entah karena (1) pas konsili dan pecah jadi 2 aliran, ada sutta/sutra penting yang berisi kesinkronan M-T yang hilang/rusak, (2) ada bhikkhu palsu yang sengaja ingin memecah belah sangha dengan bikin aliran baru yg melenceng (dan kita tidak tahu mana yang melenceng), atau (3) ada penafsiran dari guru masing2 sehingga tercipta aliran2 baru.

Kemungkinannya: (1) M benar-T salah, (2) T benar-M salah, (3) M benar-T benar tapi ada ketidaksinkronan penafsiran kita, (4) M salah-T salah, K yanbenar :hammer:.Saya juga mau tahu, kalau menurut bro adilim, mengapa bisa berbeda? Mungkin bisa dishare.

saya tanya bro Wei apakah Arahat sudah bebas lahir, jawabnya Ya atau tidak,
tidak usah di putar2 jawaban dan pertanyaan yang bingung !

saya ajarin cara jawab : saya yakin Arahat bebas kelahiran
bagaimana bro Wei ? atau bingung !
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 11 September 2011, 09:10:04 PM
Quote from: adi lim on 11 September 2011, 09:06:26 PM
saya tanya bro Wei apakah Arahat sudah bebas lahir, jawabnya Ya atau tidak,
tidak usah di putar2 jawaban dan pertanyaan yang bingung !

saya ajarin cara jawab : saya yakin Arahat bebas kelahiran



gini aja...yang patut dipertanyakan di sini sebenarnya adalah apakah terdapat perbedaan antar kedua tradisi dalam mewujudkan nibbana?

jika terdapat perbedaan, maka ada something wrong di salah satu tradisi
jika sama/mirip, maka tidak ada yg perlu diperdebatkan..knp? anda harusnya akan tahu kalo anda sdh mencapai nibbana...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 11 September 2011, 09:10:58 PM
Quote from: DragonHung on 11 September 2011, 09:02:36 PM
Jadi apa salahnya dengan mahayanis yang tidak bisa membuktikan tentang buddha dan bodhisatva?  Apakah mereka tidak boleh ada saddha terhadap buddha dan bodhisatva lain?

yakin adanya Buddha atau buda,  yang mana ?  :)
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 11 September 2011, 09:12:36 PM
Quote from: No Pain No Gain on 11 September 2011, 09:10:04 PM
gini aja...yang patut dipertanyakan di sini sebenarnya adalah apakah terdapat perbedaan antar kedua tradisi dalam mewujudkan nibbana?

jika terdapat perbedaan, maka ada something wrong di salah satu tradisi
jika sama/mirip, maka tidak ada yg perlu diperdebatkan..knp? anda harusnya akan tahu kalo anda sdh mencapai nibbana...

jauh bedanya bro NPNG, bisa terlahir dan tidak terlahir
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Mr. Wei on 11 September 2011, 09:20:02 PM
Quote from: adi lim on 11 September 2011, 09:06:26 PM
saya tanya bro Wei apakah Arahat sudah bebas lahir, jawabnya Ya atau tidak,
tidak usah di putar2 jawaban dan pertanyaan yang bingung !

saya ajarin cara jawab : saya yakin Arahat bebas kelahiran
bagaimana bro Wei ? atau bingung !

Ya elah adi lim  ::), saya uda jawab dari tadi kali kalau saya tidak tahu kenapa bisa beda begitu, lalu saya juga menjabarkan berbagai kemungkinan itu.

Adi lim: mengapa Arahat bisa berbeda, yang satu bisa terlahir (Mahayana) yang satu sudah tidak terlahir lagi (Theravada)
Mr. Wei: gak tahu

Lalu di postingan sebelumnya saya juga uda bilang kalau saya itu lebih ke Theravada, sehingga saya lebih yakin kalau Arahat itu bebas dari kelahiran kembali.

Semuanya uda saya jawab kok, dan kalau saya gak tahu saya uda jawab gak tahu :hammer:

Quote from: Mr. Wei
Quote from: adi lim on 11 September 2011, 08:53:13 PM
bold : tidak ada yang paksa harus sama

tapi karena penasaran aja mengapa Arahat bisa berbeda, yang satu bisa terlahir (Mahayana) yang satu sudah tidak terlahir lagi (Theravada)

menurut bro Wei, Arahat bebas lahir ?



Saya juga gak bilang ada yang maksa2in sama, kan saya cuma bilang gak perlu dipaksa2in, hihihi...

Kalau pendapat saya, ya beda paham. Saya gak tahu kenapa bisa beda paham begitu, entah karena (1) pas konsili dan pecah jadi 2 aliran, ada sutta/sutra penting yang berisi kesinkronan M-T yang hilang/rusak, (2) ada bhikkhu palsu yang sengaja ingin memecah belah sangha dengan bikin aliran baru yg melenceng (dan kita tidak tahu mana yang melenceng), atau (3) ada penafsiran dari guru masing2 sehingga tercipta aliran2 baru.

Kemungkinannya: (1) M benar-T salah, (2) T benar-M salah, (3) M benar-T benar tapi ada ketidaksinkronan penafsiran kita, (4) M salah-T salah, K yang benar :hammer:.

Saya juga mau tahu, kalau menurut bro adilim, mengapa bisa berbeda? Mungkin bisa dishare.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 11 September 2011, 09:20:07 PM
Quote from: Mr. Wei on 11 September 2011, 08:44:09 PM
Kalau dalam pandangan saya setelah membaca semua link rujukan dari Bro Morpheus mengenai jawaban2 dari Bro Gandalf...

Praktik Nian Fo adalah samadhi dgn fokus nama Buddha (entah Amitabha, Bhaijasjya, Avalokitesvara, dsb.). Mengenai ikrar2 Amitabha/Avalokitesvara mengenai 'yang melafal namaku akan dijauhkan dari marabahaya, dsb.', itu adalah perumpamaan/simbol. Misalnya begini, jika kita sering samadhi (dalam praktik Mahayana, samadhi nama Buddha), kita jadi lebih eling, sehingga dalam bertindak kita jadi lebih mawas diri dan tahu diri. Karena kita lebih mawas diri dan tahu diri, kita bertindak dengan bajik sehingga terhindar dari karma buruk atau cibiran orang lain.

Mengenai surga Sukhavati yang dikatakan Amitabha, itu menurut saya juga perumpamaan/simbol. Dikatakan jika menyebut nama Amitabha kita akan dibawa ke surga Sukhavati dengan kehidupan yang sangat panjang dan bisa belajar Dharma dengan baik. Menurut saya itu maksudnya, dengan sering samadhi (dalam praktik Mahayana, samadhi nama Buddha), kita menjadi lebih eling/mawas diri sehingga menjauhi perbuatan2 buruk. Sehingga di kehidupan selanjutnya kita terlahir di alam yang lebih baik (jangka hidupnya lebih panjang daripada manussa bhumi) dan berkesempatan untuk belajar Dharma lagi, atau jika syukur-syukurnya samadhi hingga jhana, itu juga konon katanya rasanya menyenangkan sekali sehingga diumpamakan 'surga'.

Atau bisa juga,

Dengan sering samadhi (dalam praktik Mahayana, samadhi nama Buddha), kita mendapatkan ketenangan secara batiniah. Bukannya kalau bisa hidup dengan tenang, itu rasanya seperti 'surga'? ;D Lalu dengan ketenangan itu, kita bisa belajar Dharma lebih baik lagi.

Lalu mengenai akan diselamatkan bila menyebut nama Amitabha/Avalokitesvara, nah itu juga simbol lagi.
Dengan sering samadhi (dalam praktik Mahayana, samadhi nama Buddha), kita jadi lebih tenang dan mawas diri, dampaknya jadi lebih suka berbuat baik, kalau suka berbuat baik, karma baik bertambah; sehingga jika kita ada masalah, ya vipaka baik kita itu yang melindungi kita. Itu disimbolkan dengan Amitabha/Avalo yang menyelamatkan kita.

Kalau simpulan dari saya, Mahayana itu memang sarat simbol. Bahkan Amitabha/Avalo itu saya sendiri tidak yakin benar2 pernah hidup di dunia ini, bisa saja cuma cerita kiasan dari seorang guru Buddhis di zaman dulu untuk mengajarkan metta/saddha/karuna/dsb.

Mengenai Mahayana yang mengatakan bahwa Arhat itu masih belum sepenuhnya terlepas dari kilesa sehingga perlu mengambil jalur Samma Sambuddha, itu menurut saya memang berbeda dengan Theravada (yang saya anut) yang mengajarkan Arahat sudah terbebaskan dari kilesa.
Kalau bagi saya, itu memang berbeda, tidak perlu dipaksa2kan sama, biarkan berjalan secara sendiri2. Biarkan keyakinan dan kecocokan masing2 yang membuat kita memilih Mahayana atau Theravada.

Itu pendapat saya, bro Ryu; bagaimana pendapat bro Ryu? *ini tanya sungguhan lo, bukan nantang* :)
soal simbolisasi saya sudah mengerti, itu hanya ilmu tafsir, sedangkan dalam sutra itu tidak menjelaskan itu sebuah simbolisasi, betul khan?
apakah menurut mr wei buda memang suka membabarkan dama yang area abu2?

bagi umat awam atau yang tidak mengenal budis akan membaca sutra itu pastinya dengan apa yang dibacanya bukan harus ditafsirkan dengan simbolisasi betul tidak?

anggap saja saya umat yang tidak mengenal ajaran buda, ketika saya membaca sutra2 itu setidaknya akan merasa aneh dengan ikrar2 buda amitaba yang begitu banyak, juga dengan sutra2 yang memperbanyak sutra, itu bagi saya hanya seperti hal yang aneh dan perlu saya tanyakan, dan apabila jawaban akhir yaitu kepada kepercayaan ya sudah rasanya akan selesai diskusi ini.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Mr. Wei on 11 September 2011, 09:31:05 PM
Quote from: ryu on 11 September 2011, 09:20:07 PM
soal simbolisasi saya sudah mengerti, itu hanya ilmu tafsir, sedangkan dalam sutra itu tidak menjelaskan itu sebuah simbolisasi, betul khan?
apakah menurut mr wei buda memang suka membabarkan dama yang area abu2?

bagi umat awam atau yang tidak mengenal budis akan membaca sutra itu pastinya dengan apa yang dibacanya bukan harus ditafsirkan dengan simbolisasi betul tidak?

anggap saja saya umat yang tidak mengenal ajaran buda, ketika saya membaca sutra2 itu setidaknya akan merasa aneh dengan ikrar2 buda amitaba yang begitu banyak, juga dengan sutra2 yang memperbanyak sutra, itu bagi saya hanya seperti hal yang aneh dan perlu saya tanyakan, dan apabila jawaban akhir yaitu kepada kepercayaan ya sudah rasanya akan selesai diskusi ini.

Kalau pendapat saya seperti ini...

Buddha kan suka mengajarkan Dhamma kepada orang2 dengan cara yang berbeda2, sesuai dengan perkembangan batin orang tersebut. Saya gak tahu deh referensi Tipitakanya ada di mana aja, saya gak ahli Tipitaka maupun hafal nama Sutta :hammer:, tapi kalau saya baca di Tipitaka2, sering saya temui kisah seperti itu.

Nah, saya gak tahu kenapa Buddha bisa ngajarin dengan perumpamaan seperti itu, tapi saya menduga Buddha melihat bahwa orang itu lebih bisa mudah mengerti Dhamma dengan membangkitkan saddha-nya terlebih dahulu sehingga diberikan perumpamaan seperti itu. Dibangkitkan saddha-nya, dia praktikkan ajaran itu, lalu kebijaksanaan yang muncul dari samadhi tersebutlah yang membuat ia paham apa yang diumpamakan itu. (saya jadi teringat tentang 3 Bodhisatta, panna-dhika, viriya-dhika, saddha-dhika)

Nah bagi bbrp orang, mungkin cara itu kurang cocok untuk melatih perkembangan batinnya.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 11 September 2011, 10:22:44 PM
Quote from: Mr. Wei on 11 September 2011, 09:31:05 PM
Kalau pendapat saya seperti ini...

Buddha kan suka mengajarkan Dhamma kepada orang2 dengan cara yang berbeda2, sesuai dengan perkembangan batin orang tersebut. Saya gak tahu deh referensi Tipitakanya ada di mana aja, saya gak ahli Tipitaka maupun hafal nama Sutta :hammer:, tapi kalau saya baca di Tipitaka2, sering saya temui kisah seperti itu.

Nah, saya gak tahu kenapa Buddha bisa ngajarin dengan perumpamaan seperti itu, tapi saya menduga Buddha melihat bahwa orang itu lebih bisa mudah mengerti Dhamma dengan membangkitkan saddha-nya terlebih dahulu sehingga diberikan perumpamaan seperti itu. Dibangkitkan saddha-nya, dia praktikkan ajaran itu, lalu kebijaksanaan yang muncul dari samadhi tersebutlah yang membuat ia paham apa yang diumpamakan itu. (saya jadi teringat tentang 3 Bodhisatta, panna-dhika, viriya-dhika, saddha-dhika)

Nah bagi bbrp orang, mungkin cara itu kurang cocok untuk melatih perkembangan batinnya.
itu pun menjadi perkiraan jadinya, makanya saya ingin bertanya referensi2, catatan sejarah, bukti2 ilmiah, juga apakah ada bersinggungan dengan ajaran lain sehingga ada pebelokan inti ajaran buda, sehingga keyakinan itu bisa menguatkan seseorang untuk menjalaninya, bukannya dengan mempercayai begitu saja.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 12 September 2011, 12:01:58 AM
Quote from: ryu on 11 September 2011, 07:36:22 PM
hmm, berarti memang di ajaran buda ada zona kepercayaan juga yang tidak bisa di buktikan, dan kalau dipertanyakan juga memang susah juga ya jawabannya, intinya memang harus percaya dengan iman juga ujung2nya.
paccatam veditabbo vinnuhi'ti
dapat diselami dalam batin masing2.

dengan kata lain:
tidak bisa dibuktikan di luar, hanya bisa "dilihat" di dalam batin masing2.
ini berlaku untuk ajaran mahayana maupun theravada.

dan saya kurang setuju dengan quote di atas "harus percaya".
imo, buddha dhamma bisa dipelajari dengan sikap skeptis, dicoba untuk dipraktikkan dan diselami di dalam batin sendiri.
mereka yg melihat dukkha di batinnya sendiri tidak perlu lagi "percaya" dukkha. mereka tahu.
yg tidak bisa dialami dan diselami, skip aja, ndak perlu dipegang erat2, apalagi dipertentangkan.
* disclaimer: ini mungkin bukan pemikiran buddhis mainstream *

Quote from: DragonHung on 11 September 2011, 09:02:36 PM
Jadi apa salahnya dengan mahayanis yang tidak bisa membuktikan tentang buddha dan bodhisatva?  Apakah mereka tidak boleh ada saddha terhadap buddha dan bodhisatva lain?
om dragon, bingo! you've nailed it!

itulah pertanyaan yg jitu kepada mereka yg bias kepada aliran lain.
bagi mereka:
* punyamu itu buda, punyaku itu buddha
* punyamu itu tahayul, punyaku itu logika
* punyamu itu bengkok, punyaku itu lurus
* punyamu itu kepercayaan, punyaku itu saddha
padahal setelah ditelusuri dan ditanyakan di manakah bukti2nya sesuatu yg ajatam abhutam akatam asankhatam, oops... itu hanyalah saddhaku.
ternyata sama2 kepercayaan alias iman alias faith.

karena sama2 kepercayaan, sepertinya konyol mempertentangkan kepercayaan atau keyakinan, sesuatu yg subjektif, sesuatu yg personal.
tidak ada lurus, tidak ada bengkok. tidak ada yg lebih superior, tidak ada yg lebih inferior.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 12 September 2011, 06:02:39 AM
Quote from: Mr. Wei on 11 September 2011, 09:20:02 PM
Saya juga mau tahu, kalau menurut bro adilim, mengapa bisa berbeda? Mungkin bisa dishare.

sumber saya Tipitaka kanon Pali. Arahat tidak terlahir lagi.
kalau di mazhab lain, Arahat masih belum bebas dari kelahiran, harusnya bro Wei tanya yang membuat karangan cerita tsb atau para pakarnya.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 12 September 2011, 06:08:42 AM
Quote from: morpheus on 12 September 2011, 12:01:58 AM
itulah pertanyaan yg jitu kepada mereka yg bias kepada aliran lain.
bagi mereka:
* punyamu itu buda, punyaku itu buddha
* punyamu itu tahayul, punyaku itu logika
* punyamu itu bengkok, punyaku itu lurus
* punyamu itu kepercayaan, punyaku itu saddha
padahal setelah ditelusuri dan ditanyakan di manakah bukti2nya sesuatu yg ajatam abhutam akatam asankhatam, oops... itu hanyalah saddhaku.
ternyata sama2 kepercayaan alias iman alias faith.

karena sama2 kepercayaan, sepertinya konyol mempertentangkan kepercayaan atau keyakinan, sesuatu yg subjektif, sesuatu yg personal.
tidak ada lurus, tidak ada bengkok. tidak ada yg lebih superior, tidak ada yg lebih inferior.


kalau teori memang begitu.
disinilah memang beda Saddha dan kepercayaan
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 12 September 2011, 07:16:49 AM
Quote from: morpheus on 12 September 2011, 12:01:58 AM
paccatam veditabbo vinnuhi'ti
dapat diselami dalam batin masing2.

dengan kata lain:
tidak bisa dibuktikan di luar, hanya bisa "dilihat" di dalam batin masing2.
ini berlaku untuk ajaran mahayana maupun theravada.

dan saya kurang setuju dengan quote di atas "harus percaya".
imo, buddha dhamma bisa dipelajari dengan sikap skeptis, dicoba untuk dipraktikkan dan diselami di dalam batin sendiri.
mereka yg melihat dukkha di batinnya sendiri tidak perlu lagi "percaya" dukkha. mereka tahu.
yg tidak bisa dialami dan diselami, skip aja, ndak perlu dipegang erat2, apalagi dipertentangkan.
* disclaimer: ini mungkin bukan pemikiran buddhis mainstream *
mari kita bahas lebih spesifik, hal-hal mengenai buda amitaba, hal2 yang dipelajari dengan sikap skeptik, seseorang dengan sikap skeptik apakah bisa melihat buda amitaba? rasanya justru dengan sikap skeptiknya dia tidak akan bisa melihat buda amitaba, atau hanya orang2 yang di beri "gift" baru bisa melihat buda amitaba? atau hanya buda amitaba saja yang menentukan dia mau menemui siapa atau mau menolong siapa?
jangan bilang kerusakan pada tipi nya ya soalnya kalau gitu mah apa bedanya dengan ajaran lain :P

Quoteom dragon, bingo! you've nailed it!

itulah pertanyaan yg jitu kepada mereka yg bias kepada aliran lain.
bagi mereka:
* punyamu itu buda, punyaku itu buddha
* punyamu itu tahayul, punyaku itu logika
* punyamu itu bengkok, punyaku itu lurus
* punyamu itu kepercayaan, punyaku itu saddha
padahal setelah ditelusuri dan ditanyakan di manakah bukti2nya sesuatu yg ajatam abhutam akatam asankhatam, oops... itu hanyalah saddhaku.
ternyata sama2 kepercayaan alias iman alias faith.

karena sama2 kepercayaan, sepertinya konyol mempertentangkan kepercayaan atau keyakinan, sesuatu yg subjektif, sesuatu yg personal.
tidak ada lurus, tidak ada bengkok. tidak ada yg lebih superior, tidak ada yg lebih inferior.
hehehehe... baguslah kalau gitu ternyata dalam budis juga ada iman :P
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 12 September 2011, 09:34:58 AM
Quote from: ryu on 12 September 2011, 07:16:49 AM
mari kita bahas lebih spesifik, hal-hal mengenai buda amitaba, hal2 yang dipelajari dengan sikap skeptik, seseorang dengan sikap skeptik apakah bisa melihat buda amitaba? rasanya justru dengan sikap skeptiknya dia tidak akan bisa melihat buda amitaba, atau hanya orang2 yang di beri "gift" baru bisa melihat buda amitaba? atau hanya buda amitaba saja yang menentukan dia mau menemui siapa atau mau menolong siapa?

Quote
jangan bilang kerusakan pada tipi nya ya soalnya kalau gitu mah apa bedanya dengan ajaran lain :P
hehehehe... baguslah kalau gitu ternyata dalam budis juga ada iman :P

kalau Buddhis (ajaran Buddha Gotama) tidak ada imam seperti kepercayaan tetangga

kalau budis memang hampir sama dengan kepercayaan tetangga
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 12 September 2011, 10:07:22 AM
Quote from: DragonHung on 11 September 2011, 07:01:37 PM
Anda sudah pernah merasakan sendiri keadaan bebas total dari Lobha, Dosa dan Moha?

Ketika ada keadaan Lobha, Dosa dan Moha, tentu ada keadaan aLobha, aDosa dan aMoha... masalah realisasi itu masalah kedua... Menurut anda Lobha, Dosa dan Moha itu nyata atau tidak dulu ? jangan melebar ke masalah realisasi.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 12 September 2011, 10:08:49 AM
Quote from: No Pain No Gain on 11 September 2011, 08:46:38 PM
selama belum menembus paticcasamupadda, nibbana hanyalah sebuah kepercayaan/keyakinan..

anda pernah minum racun serangga ? kalau belum pernah minum racun serangga, berarti anda tidak harus yakin bahwa minum racun serangga bisa mematikan....
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 12 September 2011, 10:11:36 AM
Quote from: adi lim on 12 September 2011, 06:08:42 AM
disinilah memang beda Saddha dan kepercayaan
sama aja

Quote from: ryu on 12 September 2011, 07:16:49 AM
mari kita bahas lebih spesifik, hal-hal mengenai buda amitaba, hal2 yang dipelajari dengan sikap skeptik, seseorang dengan sikap skeptik apakah bisa melihat buda amitaba? rasanya justru dengan sikap skeptiknya dia tidak akan bisa melihat buda amitaba, atau hanya orang2 yang di beri "gift" baru bisa melihat buda amitaba? atau hanya buda amitaba saja yang menentukan dia mau menemui siapa atau mau menolong siapa?
jangan bilang kerusakan pada tipi nya ya soalnya kalau gitu mah apa bedanya dengan ajaran lain :P
kalo anda baca tulisan saya di atas: dipelajari dengan sikap skeptis, dicoba untuk dipraktikkan dan diselami di dalam batin sendiri.
kepercayaan diandai2kan, direka2? itu bukan skeptis, itu konyol namanya...

hanya hal2 yg nyata yg bisa diukur yg dapat dibicarakan secara spesifik, diselidiki lebih jauh.
kalo teman anda (nyata) memakai kemeja, anda bisa selidiki merknya apa, ukurannya berapa, bahannya apa, kenapa dia suka kemeja itu.
kalo superman (kepercayaan) memakai celana dalam di luar, apa yg bisa didiskusikan? itu mah konyol, kerjaan anak kecil.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 12 September 2011, 10:16:27 AM
Quote from: morpheus on 12 September 2011, 10:11:36 AM
sama aja
kalo anda baca tulisan saya di atas: dipelajari dengan sikap skeptis, dicoba untuk dipraktikkan dan diselami di dalam batin sendiri.
kepercayaan diandai2kan, direka2? itu bukan skeptis, itu konyol namanya...

hanya hal2 yg nyata yg bisa diukur yg dapat dibicarakan secara spesifik, diselidiki lebih jauh.
kalo teman anda (nyata) memakai kemeja, anda bisa selidiki merknya apa, ukurannya berapa, bahannya apa, kenapa dia suka kemeja itu.
kalo superman (kepercayaan) memakai celana dalam di luar, apa yg bisa didiskusikan? itu mah konyol, kerjaan anak kecil.

lets say, ada seseorang yang rajin baca nien fo, tapi kemudian nasibnya sial terus, tidak pernah bertemu amitaba, yang salah amitaba atau orangnya?

tambahan :
atau ada suatu kepercayaan terhadap supermen, kata supermen asalkan siorang itu berteriak memanggil namanya maka dia akan datang menolong, kemudian ketika siorang itu berteriak sang supermen taunya sedang menolong yang lain dan si orang itu tidak tertolong, yang salah siapa? kalau supermen mau ngeles nanti seperti kasus nenek kebanjiran itu, tau gak waktu itu ada tim sar yang nolong, itu gw ;D
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 12 September 2011, 10:17:20 AM
Quote from: DragonHung on 11 September 2011, 09:02:36 PM
Jadi apa salahnya dengan mahayanis yang tidak bisa membuktikan tentang buddha dan bodhisatva?  Apakah mereka tidak boleh ada saddha terhadap buddha dan bodhisatva lain?

makanya saya tidak pernah nguji konsep Mahayana dengan konsep-nya Theravada... karena tidak apple to apple comparison... yang saya tanyakan adalah konsistensi antara sutra-sutra Mahayana sendiri...

Walaupun klaim Mahayana, Agamas Sutra (A-Han Jing) adalah konsep-nya Theravada juga, dengan hampir keseluruhan Agama Sutra sama dengan Pali Kanon kecuali mungkin untuk beberapa Sutra/Sutta mis : Brahmajala Sutra di Mahayana dengan Brahmajala Sutta di Pali Kanon yang berbeda isi-nya.

Jadi logika-nya jika Konsep Mahayana secara keseluruhan (yang meliputi golongan kitab -kitab lain di luar Agama Sutra mislnya Sadharmpundarika Sutra, Vaipulya Sutra, Avatamsaka Sutra dan Prajnaparamita Sutra) seharusnya tidak kontradiksi dengan isi dari Agamas Sutra (boleh kita sebut juga sebagai bagian dari Theravada / Pali Kanon).

Ataupun jika memang ada kontradiksi, maka terminologi Mahayana dan Hinayana (Sravakayana) itu memang "ada" / eksis untuk menunjukkan bahwa Mahayana (bodhisatvayana) itu memang lebih superior dibanding dengan Hinayana (Sravakayana)...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 12 September 2011, 10:34:00 AM
Quote from: ryu on 12 September 2011, 10:16:27 AM
lets say, ada seseorang yang rajin baca nien fo, tapi kemudian nasibnya sial terus, tidak pernah bertemu amitaba, yang salah amitaba atau orangnya?
berandai2 mengenai sebuah kepercayaan?
karena pertanyaannya andai2, maka jawabannya juga andai2.
contoh jawabannya:
* cara kerja neinfo itu bukan mekanis, gak bisa ukur kapan nienfo itu mulai bekerja
* sial itu karma, gak ada hubungannya dengan nienfo
* nienfo itu bekerja di dalam batin, gak bisa dilihat dari kesialan yg ada di luar
* nienfonya gak bener sehingga gak bisa membuat terjadinya transformasi batin

saya pikir ini konyol, dan ini tanggapan terakhir saya kalo ini mau anda terus permasalahkan dan spekulasikan, kecuali ada pokok pikiran baru...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 12 September 2011, 10:41:52 AM
Quote from: morpheus on 12 September 2011, 10:34:00 AM
berandai2 mengenai sebuah kepercayaan?
karena pertanyaannya andai2, maka jawabannya juga andai2.
contoh jawabannya:
* cara kerja neinfo itu bukan mekanis, gak bisa ukur kapan nienfo itu mulai bekerja
* sial itu karma, gak ada hubungannya dengan nienfo
* nienfo itu bekerja di dalam batin, gak bisa dilihat dari kesialan yg ada di luar
* nienfonya gak bener sehingga gak bisa membuat terjadinya transformasi batin

saya pikir ini konyol, dan ini tanggapan terakhir saya kalo ini mau anda terus permasalahkan dan spekulasikan, kecuali ada pokok pikiran baru...

ok deh, berarti nienfo itu bukan hal yang pasti, dan suatu jenis kepercayaan yang tidak bisa dijamin kebenarannya, tidak jauh beda dengan kepercayaan lainnya.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 12 September 2011, 10:47:09 AM
rasanya suatu kepercayaan terhadap nienfo buda2 di segala galaxi sudah mentok di sini.

ok dari saya sekian deh.


soal tekad bodisatwa, karirnya ada juga yang mau di tanyakan nih, apa perlu buat thread baru atau mau di sini aja?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 12 September 2011, 10:58:08 AM
Quote from: ryu on 12 September 2011, 10:47:09 AM
rasanya suatu kepercayaan terhadap nienfo buda2 di segala galaxi sudah mentok di sini.

ok dari saya sekian deh.


soal tekad bodisatwa, karirnya ada juga yang mau di tanyakan nih, apa perlu buat thread baru atau mau di sini aja?

sekalian buat thread, nibbana = kepercayaan saja... belum terbukti secara nyata...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: sobat-dharma on 12 September 2011, 11:23:25 AM
Quote from: ryu on 11 September 2011, 07:45:47 PM
begini om maksud saya, buda amitaba saja misalnya, beliau khan berikrar, kemudian menciptakan surga sukawati, itu simbolisasi atau nyata, prakteknya apa? kok ke batin?

Wujud sebagaimana yang dipahami secara eksplisit tertulis adalah simbolisasinya, sedangkan apabila dipraktikkan dengan sungguh2 maka berdampak secara nyata pada batin. Jadi menjadi simbol karena agar dipahami oleh umat awam dari pelbagai lapisan, maka disampaikan dalam wujud2 yang bisa ditangkap oleh indra.

Quote from: ryu on 11 September 2011, 07:45:47 PM
ok :) jadi menurut kepercayaan mahayana, betul khan ada satu sosok yang bisa menolong manusia yang dalam kesulitan khan? bukan suatu simbolisasi.

Tentu. Tapi sebenarnya tidak jelas adalah "makhluk" atau apa. Bisa jadi ia adalah kekuatan batin si praktisi sendiri. Namun, untuk mempermudah bagi umat pemula, maka dikatakan bawa terdapat makhluk lain yang akan menolong. Itulah sebabnya beberapa Master pernah megatakan bahwa pebagai perwujudan Bodhisattva dan karakternya merupakan personifikasi/simbolisasi dari berbagai karakter positif yang dikembangkan oleh seorang praktisi. Jadi tergantung pada praktisinya, mau meyakini itu sebagai "makhluk" yang menolong atau sebagai personifikasi dari karakter positif yang hendak dikembangkan, hasilnya sebenarnya sama saja. Yang pasti, para praktisi terdiri  dari tingkat pencapaian yang berbeda2, semuanya tergantung pada pemahaman yang bergantung pada pencapaian masing2.

Quote from: ryu on 11 September 2011, 07:45:47 PM
dalam hal ini saya setuju saja, karena dalam ajaran lain juga ada metoda2 seperti ini. :)
jadi masih abu2, seputar kepercayaan juga, ok deh :)

Ini cara ryu melihat: Kepercayaan=kabur seperti abu-abu; akal logis=jelas seperti hitam-putih. Padahal menurut sutta, keyakinan dibutuhkan untuk mencapai samadhi. Mengapa harus terus memusuhi keyakinan?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 12 September 2011, 11:35:45 AM
Quote from: morpheus on 12 September 2011, 12:01:58 AM
paccatam veditabbo vinnuhi'ti
dapat diselami dalam batin masing2.

sepertinya terjemahan bukan demikian.

Svakhato bhagavato dhammo = Dhamma telah sempurn dibabarkan oleh Sang Bhagava
Sanditthiko = terlihat amat jelas
Akaliko = tak bersela oleh waktu (tiada sela antara pencapaian Jalan dan pengenyaman Buah)
Ehipasiko = mengundang untuk dibuktikan
Opanayiko = patut diarahkan kedalam batin.
paccattam veditabo vinnuhiti = dapat dihayati oleh para bijaksana dalam batin masing-masing
para bijaksana => mahluk Ariya

IMO
seperti inilah yang sering terjadi, diterjemahkan sendiri2 atau tidak sesuai bahkan ada yang menambah dan mengarang, agar terlihat lebih lain.  :))
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 12 September 2011, 11:39:27 AM
Quote from: dilbert on 12 September 2011, 10:07:22 AM
Ketika ada keadaan Lobha, Dosa dan Moha, tentu ada keadaan aLobha, aDosa dan aMoha... masalah realisasi itu masalah kedua... Menurut anda Lobha, Dosa dan Moha itu nyata atau tidak dulu ? jangan melebar ke masalah realisasi.

itu memang salah satu trik umat budis  :))
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 12 September 2011, 11:46:22 AM
Quote from: ryu on 12 September 2011, 10:41:52 AM
ok deh, berarti nienfo itu bukan hal yang pasti, dan suatu jenis kepercayaan yang tidak bisa dijamin kebenarannya, tidak jauh beda dengan kepercayaan lainnya.
betul, sama seperti kepercayaan theravada lainnya...
silakan dipraktikkan dan diselami dalam batin masing2, bagi yg percaya...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 12 September 2011, 12:01:34 PM
Quote from: dilbert on 12 September 2011, 10:08:49 AM
anda pernah minum racun serangga ? kalau belum pernah minum racun serangga, berarti anda tidak harus yakin bahwa minum racun serangga bisa mematikan....

hmmm...apakah dalam hal ini analogi yang anda berikan relevan dengan pernyataan saya?
apakah adanya nibbana dapat dipersepsikan seperti bahayanya racun serangganya sehingga anda harus yakin kalo nibbana itu memang bener2 ada tanpa mencobanya terlebih dahulu?

saya yakin setiap orang ingin mempertahankan pendapatnya masing2...tapi saya juga yakin kalo anda bener2 menggunakan intelektualitas anda saat menulis pernyataan anda tersebut..
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 12 September 2011, 12:09:21 PM
Quote from: dilbert on 12 September 2011, 10:07:22 AM
Ketika ada keadaan Lobha, Dosa dan Moha, tentu ada keadaan aLobha, aDosa dan aMoha... masalah realisasi itu masalah kedua... Menurut anda Lobha, Dosa dan Moha itu nyata atau tidak dulu ? jangan melebar ke masalah realisasi.

lobha, dosa, dan moha nyata karena kita dapat melihat langsung karena sifatnya yang kasar (mudah terlihat/disadari)..
jika adanya alobha, adosa, amoha, karena pikiran anda telah dipersepsikan oleh konsep dualitas...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 12 September 2011, 12:37:30 PM
Quote from: dilbert on 12 September 2011, 10:17:20 AM
makanya saya tidak pernah nguji konsep Mahayana dengan konsep-nya Theravada... karena tidak apple to apple comparison... yang saya tanyakan adalah konsistensi antara sutra-sutra Mahayana sendiri...

Walaupun klaim Mahayana, Agamas Sutra (A-Han Jing) adalah konsep-nya Theravada juga, dengan hampir keseluruhan Agama Sutra sama dengan Pali Kanon kecuali mungkin untuk beberapa Sutra/Sutta mis : Brahmajala Sutra di Mahayana dengan Brahmajala Sutta di Pali Kanon yang berbeda isi-nya.

Jadi logika-nya jika Konsep Mahayana secara keseluruhan (yang meliputi golongan kitab -kitab lain di luar Agama Sutra mislnya Sadharmpundarika Sutra, Vaipulya Sutra, Avatamsaka Sutra dan Prajnaparamita Sutra) seharusnya tidak kontradiksi dengan isi dari Agamas Sutra (boleh kita sebut juga sebagai bagian dari Theravada / Pali Kanon).

Ataupun jika memang ada kontradiksi, maka terminologi Mahayana dan Hinayana (Sravakayana) itu memang "ada" / eksis untuk menunjukkan bahwa Mahayana (bodhisatvayana) itu memang lebih superior dibanding dengan Hinayana (Sravakayana)...

Begitulah para penyerap tinta. Membandingkan tinta dengan tinta untuk mencari kebenaran. Menguji setiap tinta, Menyerap semua tinta dan  Mencari kebenaran dalam tinta.
Tidak menyadari yang diserap adalah tinta dan bukan kebenaran.
Setelah membandingkan tinta dengan tinta, jika tidak sesuai dengan tinta miliknya maka itu bukan kebenaran.


Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 12 September 2011, 12:45:39 PM
Quote from: dilbert on 12 September 2011, 10:08:49 AM
anda pernah minum racun serangga ? kalau belum pernah minum racun serangga, berarti anda tidak harus yakin bahwa minum racun serangga bisa mematikan....

analogi yang bodoh
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 12 September 2011, 01:13:59 PM
Quote from: djoe on 12 September 2011, 12:37:30 PM
Begitulah para penyerap tinta. Membandingkan tinta dengan tinta untuk mencari kebenaran. Menguji setiap tinta, Menyerap semua tinta dan  Mencari kebenaran dalam tinta.
Tidak menyadari yang diserap adalah tinta dan bukan kebenaran.
Setelah membandingkan tinta dengan tinta, jika tidak sesuai dengan tinta miliknya maka itu bukan kebenaran.

tinta yang dibandingkan adalah tinta di dalam kumpulan sutra Mahayana sendiri...
tinta di dalam agamas sutra (a-han jing) = bagian dari Mahayana Sutra vs Sadharmapundarika Sutra misalnya....
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 12 September 2011, 01:16:32 PM
Quote from: djoe on 12 September 2011, 12:45:39 PM
analogi yang bodoh

setuju...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 12 September 2011, 01:20:53 PM
Quote from: No Pain No Gain on 12 September 2011, 12:01:34 PM
hmmm...apakah dalam hal ini analogi yang anda berikan relevan dengan pernyataan saya?
apakah adanya nibbana dapat dipersepsikan seperti bahayanya racun serangganya sehingga anda harus yakin kalo nibbana itu memang bener2 ada tanpa mencobanya terlebih dahulu?

saya yakin setiap orang ingin mempertahankan pendapatnya masing2...tapi saya juga yakin kalo anda bener2 menggunakan intelektualitas anda saat menulis pernyataan anda tersebut..

berarti anda lebih intelektual, di-saat meragukan kondisi nibbana (aLobha, aDosa dan aMoha) dibandingkan dengan "sindiran" saya soal anda minum racun ? wkwkwkwkwkw

karena saya bisa tahu dari berita-berita, dari pengalaman-pengalaman orang bunuh diri pakai racun serangga, tanpa saya harus mencoba-nya sendiri... dan saya juga tahu bagaimana sifat Lobha, Dosa dan Moha itu sedemikian "merusak" sehingga juga tahu bagaimana "terbebaskan" jika memiliki sifat aLobha, aDosa dan aMoha...

Terserah anda kalau mau terus menerus "mempertahankan idealisme" anda...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 12 September 2011, 01:37:27 PM
Quote from: dilbert on 12 September 2011, 01:20:53 PM
berarti anda lebih intelektual, di-saat meragukan kondisi nibbana (aLobha, aDosa dan aMoha) dibandingkan dengan "sindiran" saya soal anda minum racun ? wkwkwkwkwkw

karena saya bisa tahu dari berita-berita, dari pengalaman-pengalaman orang bunuh diri pakai racun serangga, tanpa saya harus mencoba-nya sendiri... dan saya juga tahu bagaimana sifat Lobha, Dosa dan Moha itu sedemikian "merusak" sehingga juga tahu bagaimana "terbebaskan" jika memiliki sifat aLobha, aDosa dan aMoha...

Terserah anda kalau mau terus menerus "mempertahankan idealisme" anda...

hmmm....trus jika saya bertanya bagaimana karakteristik lobha, dosa, dan moha dari tingkatan yang paling kasar sampai yang paling halus..apa anda bisa menjawabnya?

dr pernyataan  anda, anda mengatakan bahwa anda tahu bagaimana "terbebaskan" dari lobha, dosa, dan moha...sepertinya anda yakin sekali dgn pernyataan anda tsb..kalo begitu, tentu harapan saya sangat besar bagi anda jika saya ingin mengetahui cara2nya dari anda..mulai dr tahapan penganalisaanya serta hasil analisisnya ...bisa dijelaskan ? di sini yang saya harapkan adlaah penjelasan yang sangat mendetail..bukan hanya sekedar menjawab meditasi , vipassana, atau merujuk ke sutta2, dsb...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 12 September 2011, 01:40:50 PM
Quote from: No Pain No Gain on 12 September 2011, 01:37:27 PM
hmmm....trus jika saya bertanya bagaimana karakteristik lobha, dosa, dan moha dari tingkatan yang paling kasar sampai yang paling halus..apa anda bisa menjawabnya?

dr pernyataan  anda, anda mengatakan bahwa anda tahu bagaimana "terbebaskan" dari lobha, dosa, dan moha...sepertinya anda yakin sekali dgn pernyataan anda tsb..kalo begitu, tentu harapan saya sangat besar bagi anda jika saya ingin mengetahui cara2nya dari anda..mulai dr tahapan penganalisaanya serta hasil analisisnya ...bisa dijelaskan ? di sini yang saya harapkan adlaah penjelasan yang sangat mendetail..bukan hanya sekedar menjawab meditasi , vipassana, atau merujuk ke sutta2, dsb...

=)) --> masa saya lebih kaliber daripada sutta-sutta ? yang bener aja...  ^:)^ ^:)^ ^:)^
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 12 September 2011, 01:43:25 PM
Quote from: dilbert on 12 September 2011, 01:40:50 PM
=))

ada yang lucu?

hmmm....lihat batin anda sendiri.. :)
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 12 September 2011, 01:46:04 PM
Quote from: No Pain No Gain on 12 September 2011, 01:43:25 PM
ada yang lucu?

hmmm....lihat batin anda sendiri.. :)

nih saya kasih cermin juga... sama-sama bercermin ya...

masa saya lebih kaliber dari sutta-sutta... yang benar aja....   ^:)^ ^:)^ ^:)^
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 12 September 2011, 01:48:07 PM
Quote from: dilbert on 12 September 2011, 01:46:04 PM
nih saya kasih cermin juga... sama-sama bercermin ya...

saya jelas2 tidak mengatakan saya telah menemukan jalannya dan tahu bagaimana "terbebaskan" dari lobha, dosa, dan moha..apakah saya pernah mengatakan begitu?...
mohon anda jangan misinterpretasi.. :)
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 12 September 2011, 02:07:38 PM
Quote from: No Pain No Gain on 12 September 2011, 01:48:07 PM
saya jelas2 tidak mengatakan saya telah menemukan jalannya dan tahu bagaimana "terbebaskan" dari lobha, dosa, dan moha..apakah saya pernah mengatakan begitu?...
mohon anda jangan misinterpretasi.. :)


Quote from: No Pain No Gain on 12 September 2011, 01:43:25 PM
ada yang lucu?

hmmm....lihat batin anda sendiri.. :)


anda menyuruh saya lihat bathin saya... demikian saya juga sodorkan cermin supaya anda melihat bathin anda sendiri lo... gitu maksudnya supaya anda juga tidak mis-interpretasi...


Quote from: No Pain No Gain on 12 September 2011, 01:48:07 PM
hmmm....trus jika saya bertanya bagaimana karakteristik lobha, dosa, dan moha dari tingkatan yang paling kasar sampai yang paling halus..apa anda bisa menjawabnya?

dr pernyataan  anda, anda mengatakan bahwa anda tahu bagaimana "terbebaskan" dari lobha, dosa, dan moha...sepertinya anda yakin sekali dgn pernyataan anda tsb..kalo begitu, tentu harapan saya sangat besar bagi anda jika saya ingin mengetahui cara2nya dari anda..mulai dr tahapan penganalisaanya serta hasil analisisnya ...bisa dijelaskan ? di sini yang saya harapkan adlaah penjelasan yang sangat mendetail..bukan hanya sekedar menjawab meditasi , vipassana, atau merujuk ke sutta2, dsb..



saya kan ngakak, kok suruh saya jabarkan aLobha, aDosa dan aMoha tanpa merujuk sutta-sutta... berarti ntar saya bisa buat kitab baru donk...

sekali lagi saya...  =)) =)) =)) =)) =))
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 12 September 2011, 02:11:52 PM
Quote from: dilbert on 12 September 2011, 02:07:38 PM
anda menyuruh saya lihat bathin saya... demikian saya juga sodorkan cermin supaya anda melihat bathin anda sendiri lo... gitu maksudnya supaya anda juga tidak mis-interpretasi...

saya kan ngakak, kok suruh saya jabarkan aLobha, aDosa dan aMoha tanpa merujuk sutta-sutta... berarti ntar saya bisa buat kitab baru donk...

sekali lagi saya...  =)) =)) =)) =)) =))

saat saya menulis pernyataan saya ini, saya jg sedang menyadari batin saya..

hmmm...apabila anda  tahu bagaimana "terbebaskan" dari lobha, dosa, dan moha, tentu anda tidak akan merujuk sutta2 lagi..hanya orang bodoh yang melakukan hal tsb..
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 12 September 2011, 02:30:25 PM
Quote from: No Pain No Gain on 12 September 2011, 02:11:52 PM
saat saya menulis pernyataan saya ini, saya jg sedang menyadari batin saya..

hmmm...apabila anda  tahu bagaimana "terbebaskan" dari lobha, dosa, dan moha, tentu anda tidak akan merujuk sutta2 lagi..hanya orang bodoh yang melakukan hal tsb..

jadi harus merujuk pada apa ?
** mohon pencerahannya
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 12 September 2011, 03:19:46 PM
Quote from: dilbert on 12 September 2011, 01:16:32 PM
setuju...

akhirnya pikiran anda terbuka
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 12 September 2011, 03:28:32 PM
Quote from: dilbert on 12 September 2011, 02:30:25 PM
jadi harus merujuk pada apa ?
** mohon pencerahannya

Lihat pada yang dicatat.
Sutta - sutta itu mencatat tentang sumber kebenaran dan bukan merupakan kebenaran. Jadi lihat pada sumbernya
Lihat batin anda
Bukan pada tinta
Bukan mencari kebenaran pada tinta
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 12 September 2011, 03:31:25 PM
Quote from: dilbert on 12 September 2011, 01:46:04 PM
nih saya kasih cermin juga... sama-sama bercermin ya...

masa saya lebih kaliber dari sutta-sutta... yang benar aja....   ^:)^ ^:)^ ^:)^

Jika anda tidak punya potensial untuk lebih kaliber dari sutta - sutta, berarti anda tidak ada bedanya dengan batu.
Anda tidak ada bedanya dengan tinta dan kertas.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 12 September 2011, 03:56:09 PM
Quote from: djoe on 12 September 2011, 03:31:25 PM
Jika anda tidak punya potensial untuk lebih kaliber dari sutta - sutta, berarti anda tidak ada bedanya dengan batu.
Anda tidak ada bedanya dengan tinta dan kertas.

analogi yang bodoh
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 12 September 2011, 04:07:14 PM
Quote from: adi lim on 12 September 2011, 03:56:09 PM
analogi yang bodoh

Bodoh, Tepat, dan apa adanya
Sayangnya anda tidak bisa membedakannya tinta dengan kebenaran
Jadi anda tidak akan mengerti
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 12 September 2011, 04:17:07 PM
Quote from: adi lim on 12 September 2011, 11:39:27 AM
itu memang salah satu trik umat budis  :))

Trik...
hmmmmmmm, pikiran anda benar kaliber bisa sampai berpandangan seperti itu.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 12 September 2011, 04:19:00 PM
Quote from: djoe on 12 September 2011, 04:07:14 PM
Bodoh, Tepat, dan apa adanya
Sayangnya anda tidak bisa membedakannya tinta dengan kebenaran
Jadi anda tidak akan mengerti

akhirnya pikiran anda terbuka dan masih tahu Bodoh
tapi sayank sepertinya anda belum mengerti yang namanya 'tinta'  :))
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 12 September 2011, 04:30:28 PM
Quote from: adi lim on 12 September 2011, 04:19:00 PM
akhirnya pikiran anda terbuka dan masih tahu Bodoh
tapi sayank sepertinya anda belum mengerti yang namanya 'tinta'  :))

kata hanyalah kata
bodoh hanyalah kata
kentut hanyalah kata
pikiran tidak tergerak

Kenapa anda ketawa dan senang hanya karena mendapatkan sedikit kotoran djoe?
Kenapa masih mengkomsumsi kotoran tanpa mengolahnya
Hanya mengakui bodoh pikiran anda sudah tergerak / tertarik dengan kotoran djoe yang dilepas
Saya hanya membuang sedikit kotran disini anda sudah mencengkramnya

Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 12 September 2011, 04:47:19 PM
Quote from: sobat-dharma on 12 September 2011, 11:23:25 AM
Wujud sebagaimana yang dipahami secara eksplisit tertulis adalah simbolisasinya, sedangkan apabila dipraktikkan dengan sungguh2 maka berdampak secara nyata pada batin. Jadi menjadi simbol karena agar dipahami oleh umat awam dari pelbagai lapisan, maka disampaikan dalam wujud2 yang bisa ditangkap oleh indra.

Tentu. Tapi sebenarnya tidak jelas adalah "makhluk" atau apa. Bisa jadi ia adalah kekuatan batin si praktisi sendiri. Namun, untuk mempermudah bagi umat pemula, maka dikatakan bawa terdapat makhluk lain yang akan menolong. Itulah sebabnya beberapa Master pernah megatakan bahwa pebagai perwujudan Bodhisattva dan karakternya merupakan personifikasi/simbolisasi dari berbagai karakter positif yang dikembangkan oleh seorang praktisi. Jadi tergantung pada praktisinya, mau meyakini itu sebagai "makhluk" yang menolong atau sebagai personifikasi dari karakter positif yang hendak dikembangkan, hasilnya sebenarnya sama saja. Yang pasti, para praktisi terdiri  dari tingkat pencapaian yang berbeda2, semuanya tergantung pada pemahaman yang bergantung pada pencapaian masing2.

Ini cara ryu melihat: Kepercayaan=kabur seperti abu-abu; akal logis=jelas seperti hitam-putih. Padahal menurut sutta, keyakinan dibutuhkan untuk mencapai samadhi. Mengapa harus terus memusuhi keyakinan?
mau menanggapi yang ini, intinya kebenaran akan suatu surga sukawati yang dijanjikan itu bisa benar atau simbolisasi, tidak ada jaminan itu suatu kebenaran, tidak ada jaminan surga itu ada, hanya suatu tekad dan simbiolisasi.

soal samadhi bukankah hal itu menjadi menjuru ke yang lain, kita kalau mau fokuskan pada ikrar2, dan personifikasi buda2 tersebut.

kalau tidak ada yang mau di tambahkan selesai sampai di sini.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: Sumedho on 12 September 2011, 04:48:39 PM
sepertinya apa yg dilakukan bro Adi sama seperti oleh bro djoe.

bro adi membuang sedikit kotoran lalu bro djoe juga sudah mencengkramnya.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: ryu on 12 September 2011, 04:52:32 PM
Quote from: Sumedho on 12 September 2011, 04:48:39 PM
sepertinya apa yg dilakukan bro Adi sama seperti oleh bro djoe.

bro adi membuang sedikit kotoran lalu bro djoe juga sudah mencengkramnya.

huh, anda hanya melihat tinta dari tinta djoe, tidak bisa melihat kebenaran tinta master djoe =))
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 12 September 2011, 05:33:19 PM
Quote from: Sumedho on 12 September 2011, 04:48:39 PM
sepertinya apa yg dilakukan bro Adi sama seperti oleh bro djoe.

bro adi membuang sedikit kotoran lalu bro djoe juga sudah mencengkramnya.

Sesama lalat berpesta kotoran , lupa berada dimana, terbuai dengan kotoran, mengkomsumsi dan menganlisa kotoran
dan mulai menceritakan / mengeluarkan kotoran isi pikiraannya dan hasilnya kotoran : berilusi mengetahui kondisi pikiran saya
Begitulah pikiran yang mengkomsumsi kotoran dan mengeluarkan kotoran (GIGO)
Bukannya mengolah tetapi mengeluarkan kotoran
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 12 September 2011, 05:41:36 PM
Quote from: djoe on 12 September 2011, 05:33:19 PM
Sesama lalat berpesta kotoran , lupa berada dimana, terbuai dengan kotoran, mengkomsumsi dan menganlisa kotoran
dan mulai menceritakan / mengeluarkan kotoran isi pikiraannya dan hasilnya kotoran : berilusi mengetahui kondisi pikiran saya
Begitulah pikiran yang mengkomsumsi kotoran dan mengeluarkan kotoran (GIGO)
Bukannya mengolah tetapi mengeluarkan kotoran

Schizoprenia ?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 12 September 2011, 05:51:31 PM
Quote from: dilbert on 12 September 2011, 05:41:36 PM
Schizoprenia ?
_/\_
Semoga semua makhluk berbahagia selalu
Kecuali benda benda mati misalnya batu, tinta dan kertas

Sayangnya banyak orang yang bemimpi tinta dan kertas lebih kaliber dari makhluk hidup yang mempunyai batin dan kesadaran dan mengagungkan tinta dan kertas

Begitulah jika pikiran penuh dengan kotoran batin, sehingga memuliakan benda mati sehingga memposisikan diri sendiri menjadi batu
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 12 September 2011, 08:06:45 PM
Quote from: dilbert on 12 September 2011, 05:41:36 PM
Schizoprenia ?

kemungkinan besar ^-^
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 12 September 2011, 08:13:23 PM
Quote from: djoe on 12 September 2011, 05:33:19 PM
Sesama lalat berpesta kotoran , lupa berada dimana, terbuai dengan kotoran, mengkomsumsi dan menganlisa kotoran
dan mulai menceritakan / mengeluarkan kotoran isi pikiraannya dan hasilnya kotoran : berilusi mengetahui kondisi pikiran saya
Begitulah pikiran yang mengkomsumsi kotoran dan mengeluarkan kotoran (GIGO)
Bukannya mengolah tetapi mengeluarkan kotoran

kesimpulan memang saya mengeluarkan kotoran tapi anda menampungnya kemudian bermain didalamnya  =))

kalau AB terkenal karya tulisan dengan judul cacing dan kotorannya

master djoe terkenal di alam DC dengan pikiran dan tindakannya menjadi Lalat menampung kotoran beserta tinta kertas :))

kita sudahi aja ya master djoe,  :)
jika diteruskan akan bertambah tebal LDM, tinta kertasnya bertambah hitam  :))
_/\_
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 13 September 2011, 09:00:45 AM
Quote from: djoe on 12 September 2011, 05:51:31 PM

_/\_
Semoga semua makhluk berbahagia selalu
Kecuali benda benda mati misalnya batu, tinta dan kertas

Sayangnya banyak orang yang bemimpi tinta dan kertas lebih kaliber dari makhluk hidup yang mempunyai batin dan kesadaran dan mengagungkan tinta dan kertas

Begitulah jika pikiran penuh dengan kotoran batin, sehingga memuliakan benda mati sehingga memposisikan diri sendiri menjadi batu

saya ini (dilbert) ntah ada jasmani dan rohani gak ya ?
;D ;D ;D
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: sobat-dharma on 13 September 2011, 11:17:10 AM
Quote from: ryu on 12 September 2011, 04:47:19 PM
mau menanggapi yang ini, intinya kebenaran akan suatu surga sukawati yang dijanjikan itu bisa benar atau simbolisasi, tidak ada jaminan itu suatu kebenaran, tidak ada jaminan surga itu ada, hanya suatu tekad dan simbiolisasi.

soal samadhi bukankah hal itu menjadi menjuru ke yang lain, kita kalau mau fokuskan pada ikrar2, dan personifikasi buda2 tersebut.

kalau tidak ada yang mau di tambahkan selesai sampai di sini.

Itu tergantung apa yang kamu sebut sebagai "kebenaran". Di balik simbolisasi bisa terdapat kebenaran. Dan, di balik alam sukhavati adalah batin yang dipenuhi kebahagiaan (Sukha) yang menjadi syarat untuk samadhi (seperti dalam Upanisa Sutta: Happiness [sukha] is the condition for concentration [samādhi]). Ada yang mengatakan: "Batin yang Murni/Suci, adalah Alam Murni/Tanah Suci." Praktik Alam Murni adalah metode yang sangat berfaedah dalam membantu seseorang mencapai Samadhi. Jadi, semuanya tidak lepas dari samadhi, maka harus dikatakan tidak terkait dengan samadhi?

Oleh karena itu, meski banyak simbolisasi di dalamnya, semuanya sekaligus juga adalah realitas yang tercermin dari batin. Realitas itu adalah kebenaran. Kebenaran, dalam pengertian ini, bukan pemilahan antara "fakta" dan "dongeng", tapi kebenaran yang dicapai dari praktik yang hanya dapat dirasakan oleh yang merasakannya langsung. Maka tidak ada cara lain selain praktik untuk mengenalinya, bukan dengan diskusi menggunakan akal.

Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 13 September 2011, 11:29:15 AM
Quote from: dilbert on 13 September 2011, 09:00:45 AM
saya ini (dilbert) ntah ada jasmani dan rohani gak ya ?
;D ;D ;D

hmmmm.
batu
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 13 September 2011, 11:44:48 AM
Quote from: adi lim on 12 September 2011, 08:13:23 PM
kesimpulan memang saya mengeluarkan kotoran tapi anda menampungnya kemudian bermain didalamnya  =))

kalau AB terkenal karya tulisan dengan judul cacing dan kotorannya

master djoe terkenal di alam DC dengan pikiran dan tindakannya menjadi Lalat menampung kotoran beserta tinta kertas :))

kita sudahi aja ya master djoe,  :)
jika diteruskan akan bertambah tebal LDM, tinta kertasnya bertambah hitam  :))
_/\_

Tidak ada yang dimulai
Tidak ada yang perlu disudahi
Segala sesuatu muncul dan lenyap, apa adanya
Melihat fenomena hanyalah fenomena
Jika batin dan pikiran melekat pada fenomena
batin terpengaruh dan mengikuti fenomena dan bertindak sesuainya
sehingga timbul masalah dan memecahkan masalah yang diciptakan sendiri sehingga melahirkan pemecah masalah (diri)
batin yang tidak terpengaruh adalah samdhi
tidak ada masalah maka tidak ada pemecah masalah (anatta)
masalah dinamakan masalah karena kita melekat dan memberi arti padanya dan kita menjadi sibuk sendiri mengurus masalah
, sibuk dengan kotoran duniawi.

Mengatakan diakhiri dan dimulai hanyalah batin yang berilusi mengikuti fenomena
Melahirkan diri yang mengakhiri dan memulainya.
tidak ada yang perlu dimulai maka tidak ada yang perlu diakhiri.
sehingga tidak ada yang memulai dan tidak ada yang mengakhiri
anatta

Mengatakan "kita sudahi aja ya master djoe,  :)
jika diteruskan akan bertambah tebal LDM, tinta kertasnya bertambah hitam  :))"

Terlihat jelas kualitas batin anda
Terlihat jelas anda sibuk sendiri dgn kotoran batin
Terlihat jelas sibuk berkutat dan mencerna kotoran tinta
Terlihat tinta diatas kertas yg diserap bertahun tahun dan dibanggakan tidak berguna bagi batin anda



_/\_
semoga semua makhluk berbahagia selalu



Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 13 September 2011, 12:36:38 PM
Quote from: sobat-dharma on 13 September 2011, 11:17:10 AM

Maka tidak ada cara lain selain praktik untuk mengenalinya, bukan dengan diskusi menggunakan akal.


Apakah semua hal harus di-kenal-i dengan praktek secara langsung ? bro sobat dharma Boleh praktek juga donk konsep latihannya ZHEN FO ZHONG GM Master Lu Sheng Yen ? atau bro sobat dharma boleh praktek FALUN GONG dari Master Li Hong Zi yang "konon" ngaku-nya lebih kaliber dari Buddha Sakyamuni... toh kalau diskusi menggunakan akal tidak bisa...

;D ;D ;D
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: No Pain No Gain on 13 September 2011, 12:40:29 PM
mengatakan ajaran saya yang paling bener tanpa mengalaminya sendiri..beuh..nilai sendiri saja..
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 13 September 2011, 12:49:44 PM
Quote from: dilbert on 13 September 2011, 12:36:38 PM
Apakah semua hal harus di-kenal-i dengan praktek secara langsung ? bro sobat dharma Boleh praktek juga donk konsep latihannya ZHEN FO ZHONG GM Master Lu Sheng Yen ? atau bro sobat dharma boleh praktek FALUN GONG dari Master Li Hong Zi yang "konon" ngaku-nya lebih kaliber dari Buddha Sakyamuni... toh kalau diskusi menggunakan akal tidak bisa...

;D ;D ;D


Batu tidak akan pernah mengerti tulisana sobat dharma yang dalam. Karena kebodohan dan kesombongan sehingga tidak bisa melihat bulan yang ditunjuk dengan jari oleh seseorangi, tetapi melihat jarinya. Sehingga penjelasan apapun selalu diplesetkan dan ditafsirkan lain karena yg dikomentari adalah jari bukan bulannya.


Tetapi batu yang diteteskan air terus menerus pada akhirnya juga akan berlubang. Demikian juga batin yang yang penuh kotran batin
Quote from: sobat-dharma on 13 September 2011, 11:17:10 AM
Maka tidak ada cara lain selain praktik untuk mengenalinya, bukan dengan diskusi menggunakan akal.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 13 September 2011, 12:51:55 PM
Quote from: No Pain No Gain on 13 September 2011, 12:40:29 PM
mengatakan ajaran saya yang paling bener tanpa mengalaminya sendiri..beuh..nilai sendiri saja..

Saya sih sekarang gak pernah mau lagi benturkan Pali Kanon vs Sutra Mahayana, karena jawaban seperti bro NPNG itu akan memblokir pertanyaan seperti itu. tetapi saya lebih mengupas antar sutra Mahayana sendiri kan...
Kontradiksi antar sutra-nya euyyy... nilai sendiri saja...

:P ;D ;D ;D ;D ^:)^ ^:)^ ^:)^

Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 13 September 2011, 12:53:35 PM
Quote from: djoe on 13 September 2011, 12:49:44 PM

Batu tidak akan pernah mengerti tulisana sobat dharma yang dalam. Karena kebodohan dan kesombongan sehingga tidak bisa melihat bulan yang ditunjuk dengan jari oleh seseorangi, tetapi melihat jarinya. Sehingga penjelasan apapun selalu diplesetkan dan ditafsirkan lain karena yg dikomentari adalah jari bukan bulannya.


Tetapi batu yang diteteskan air terus menerus pada akhirnya juga akan berlubang. Demikian juga batin yang yang penuh kotran batin

:hammer:
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: K.K. on 13 September 2011, 01:42:58 PM
Saya titip pertanyaan buat yang mengerti Tradisi Mahayana:
Kalau misalnya kita tinggalkan semua simbolisasi dan kebiasaan/tata cara/metode, dan kembali pada makna kebenaran di dalamnya -yang adalah kembali ke pengembangan kualitas bathin diri sendiri- berarti antara Mahayana dan Theravada tidak ada perbedaan yang berarti, kecuali pendekatannya saja?
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: morpheus on 13 September 2011, 01:56:19 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 13 September 2011, 01:42:58 PM
Saya titip pertanyaan buat yang mengerti Tradisi Mahayana:
Kalau misalnya kita tinggalkan semua simbolisasi dan kebiasaan/tata cara/metode, dan kembali pada makna kebenaran di dalamnya -yang adalah kembali ke pengembangan kualitas bathin diri sendiri- berarti antara Mahayana dan Theravada tidak ada perbedaan yang berarti, kecuali pendekatannya saja?
setahu owe itu yg dinamakan orang2: zen...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 13 September 2011, 02:09:38 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 13 September 2011, 01:42:58 PM
Saya titip pertanyaan buat yang mengerti Tradisi Mahayana:
Kalau misalnya kita tinggalkan semua simbolisasi dan kebiasaan/tata cara/metode, dan kembali pada makna kebenaran di dalamnya -yang adalah kembali ke pengembangan kualitas bathin diri sendiri- berarti antara Mahayana dan Theravada tidak ada perbedaan yang berarti, kecuali pendekatannya saja?

penafsirannya...
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: K.K. on 13 September 2011, 02:25:06 PM
Quote from: dilbert on 13 September 2011, 02:09:38 PM
penafsirannya...
Ya, memang beda penafsiran antara setiap orang. Saya tahu mungkin juga pendapat Mahayanis di sini belum tentu bisa mewakili Mahayana secara keseluruhan (seperti pandangan Theravadin di sini juga tidak mewakili Theravada secara keseluruhan), tapi saya mau tahu pendapat pribadinya masing-masing saja.
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: dilbert on 13 September 2011, 02:30:16 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 13 September 2011, 02:25:06 PM
Ya, memang beda penafsiran antara setiap orang. Saya tahu mungkin juga pendapat Mahayanis di sini belum tentu bisa mewakili Mahayana secara keseluruhan (seperti pandangan Theravadin di sini juga tidak mewakili Theravada secara keseluruhan), tapi saya mau tahu pendapat pribadinya masing-masing saja.

kayak upaya kausalya itu semacam ilmu tafsir juga... hihihihihihi
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: K.K. on 13 September 2011, 02:54:45 PM
Quote from: dilbert on 13 September 2011, 02:30:16 PM
kayak upaya kausalya itu semacam ilmu tafsir juga... hihihihihihi
Betul, itu juga tergantung tafsiran. Otomatis antar satu orang dan orang lain, bisa sangat-sangat beda jauh. Maka kembali lagi saya bilang, tidak masalah benar atau tidak menurut kesepakatan, saya mau tahu pendapat pribadi saja (yang juga bisa beda-beda antara Mahayanis satu dengan lainnya).
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 13 September 2011, 08:26:57 PM
Quote from: dilbert on 13 September 2011, 02:30:16 PM
kayak upaya kausalya itu semacam ilmu tafsir juga... hihihihihihi

jadi tafsirnya kebablasan alias amburadul ...... hihihihi.....
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: adi lim on 13 September 2011, 08:29:20 PM
Quote from: djoe on 13 September 2011, 11:44:48 AM
Terlihat jelas kualitas batin anda
Terlihat jelas anda sibuk sendiri dgn kotoran batin
Terlihat jelas sibuk berkutat dan mencerna kotoran tinta
Terlihat tinta diatas kertas yg diserap bertahun tahun dan dibanggakan tidak berguna bagi batin anda
_/\_
semoga semua makhluk berbahagia selalu


jangan lupa ! begitu juga anda sepertinya lebih akut.  :whistle:
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: djoe on 14 September 2011, 05:06:22 PM
Quote from: adi lim on 13 September 2011, 08:29:20 PM
jangan lupa ! begitu juga anda sepertinya lebih akut.  :whistle:

Quote from: djoe on 13 September 2011, 11:44:48 AM
Tidak ada yang dimulai
Tidak ada yang perlu disudahi
Segala sesuatu muncul dan lenyap, apa adanya
Melihat fenomena hanyalah fenomena
Jika batin dan pikiran melekat pada fenomena
batin terpengaruh dan mengikuti fenomena dan bertindak sesuainya
sehingga timbul masalah dan memecahkan masalah yang diciptakan sendiri sehingga melahirkan pemecah masalah (diri)
batin yang tidak terpengaruh adalah samdhi
tidak ada masalah maka tidak ada pemecah masalah (anatta)
masalah dinamakan masalah karena kita melekat dan memberi arti padanya dan kita menjadi sibuk sendiri mengurus masalah
, sibuk dengan kotoran duniawi.

Mengatakan diakhiri dan dimulai hanyalah batin yang berilusi mengikuti fenomena
Melahirkan diri yang mengakhiri dan memulainya.
tidak ada yang perlu dimulai maka tidak ada yang perlu diakhiri.
sehingga tidak ada yang memulai dan tidak ada yang mengakhiri
anatta

Mengatakan "kita sudahi aja ya master djoe,  :)
jika diteruskan akan bertambah tebal LDM, tinta kertasnya bertambah hitam  :))"

Terlihat jelas kualitas batin anda
Terlihat jelas anda sibuk sendiri dgn kotoran batin
Terlihat jelas sibuk berkutat dan mencerna kotoran tinta
Terlihat tinta diatas kertas yg diserap bertahun tahun dan dibanggakan tidak berguna bagi batin anda



_/\_
semoga semua makhluk berbahagia selalu

_/\_

Selalu lihat ke batin
Bersihkan debu setiap saat
seperti cermin yang tidak berdebu
Title: Re: Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?
Post by: GandalfTheElder on 14 September 2011, 06:36:39 PM
QuoteSaya titip pertanyaan buat yang mengerti Tradisi Mahayana:
Kalau misalnya kita tinggalkan semua simbolisasi dan kebiasaan/tata cara/metode, dan kembali pada makna kebenaran di dalamnya -yang adalah kembali ke pengembangan kualitas bathin diri sendiri- berarti antara Mahayana dan Theravada tidak ada perbedaan yang berarti, kecuali pendekatannya saja?

Ya.

Kalau keliatan mata paling jelas ya seperti kata bro. morph: Zen / Chan dengan Theravada. (karena dua"nya sangat menekankan self-power atau jiriki)

Esensi yang dituju sama, maka dari itu mnurut Mahayana dalam Saddharmapundarika Sutra disebutkan Ekabuddhayana mencakup Shravaka, Pratyeka dan Bodhisattva (Theravada dan Mahayana) semuanya sama merupakan satu step menuju tingkatan Buddha.

Di kalangan intern Mahayana sendiri, seringkali Patriark Zen menguasai juga praktik Sukhavati, ada juga Master Zen Hakuin yang memahami praktik daimoku dari aliran Nichiren, semuanya itu karena esensinya sama, perbedaan hanya pada metode pengembangan batin yaitu lewat tariki (other power) atau jiriki (self power) atau kedua"nya.

_/\_
The Siddha Wanderer