Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?

Started by ryu, 07 September 2011, 03:18:44 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dilbert

Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:36:57 AM
Nampaknya anda kurang memahami maksud saya.
Maafkan kelancangan saya, mohon anda baca dan merenungkan dengan konsentrasi dan ketenangan agar dapat memahami maksud saya.

Bagi orang-orang yang dipenuhi keraguan akan nibbana, maka jawaban anda di atas hanyalah sebuah perkelitan.

Semua sifat-sifat Lobha Dosa dan Moha itu bisa diketahui... jika bisa mengetahui karakteristik Lobha Dosa dan Moha, maka seharusnya sifat dan karakteristik aLobha, aDosa dan aMoha itu juga tahu...

kecuali mis : untuk anak-anak yang masih belum memiliki persepsi LDM itu... di Dalam Milinda Panha, dikatakan batas terendah usia untuk mencapai kesucian Arahat adalah 7 tahun.... Karena anak-anak di bawah 7 tahun (mungkin menurut perkembangan manusia pada saat ini), maka usia 7 tahun merupakan batas usia, manusia bisa memiliki persepsi
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Blacquejacque

Quote from: ryu on 10 September 2011, 11:34:04 AM
soal nibana silahkan para budis menjawab, yang ingin saya tanyakan mengenai sosok personal amitaba, buda yang lain dan juga surga2nya itu sebatas kepercayaan bukan?
Betul sekali, sebatas kepercayaan. Kepercayaan yang sama dengan adanya ayah dan ibu anda. Saya rasa ayah dan ibu anda hanyalah sosok kepercayaan yang anda yakini.
Tetapi bagi anda, ayah dan ibu anda bisa menjadi sosok personal... atau bisa juga menjadi sosok kepercayaan kan?


bukankah katanya ada perumah tangga juga bisa mencapai kesucian? apakah menurut anda perkataan buda seperti itu bohong? silahkan buat threadnya ;D
Terimakasih atas ajakan anda, saya tidak melihat ada manfaatnya bagi anda atauapun saya. Saya mengajak anda untuk merenungkan kembali jawaban saya di atas dibarengi dengan ketenangan.

biarlah pembaca yang cerdas mengambil kesimpulan, pemahaman aye seiring waktu terhadap ajaran mahayana biarlah aye yang ambil kesimpulan dari pertanyaan dan jawaban mahayanis disini ;D
Semoga memang seperti itu...

Indra

Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:36:57 AM
Nampaknya anda kurang memahami maksud saya.
Maafkan kelancangan saya, mohon anda baca dan merenungkan dengan konsentrasi dan ketenangan agar dapat memahami maksud saya.

Bagi orang-orang yang dipenuhi keraguan akan nibbana, maka jawaban anda di atas hanyalah sebuah perkelitan.

tidak dipungkiri bahwa memang ada yg meragukan nibbana bahkan ada yg sepenuhnya tidak mempercayai nibbana, tapi selain itu juga ada orang2 yg sudah merealisasi nibbana, dan bagi mereka nibbana adalah nyata bukan kepercayaan semata.

tidak bisa mengeneralisasi sesuatu dengan diri sendiri sebagai patokan. seperti halnya mengatakan bahwa "karena saya tidak suka makan bawang, maka artinya semua orang tidak suka makan bawang; dan karena saya meragukan nibbana, maka artinya semua orang meragukan nibbana."

Blacquejacque

Quote from: dilbert on 10 September 2011, 11:43:03 AM
Semua sifat-sifat Lobha Dosa dan Moha itu bisa diketahui... jika bisa mengetahui karakteristik Lobha Dosa dan Moha, maka seharusnya sifat dan karakteristik aLobha, aDosa dan aMoha itu juga tahu...

kecuali mis : untuk anak-anak yang masih belum memiliki persepsi LDM itu... di Dalam Milinda Panha, dikatakan batas terendah usia untuk mencapai kesucian Arahat adalah 7 tahun.... Karena anak-anak di bawah 7 tahun (mungkin menurut perkembangan manusia pada saat ini), maka usia 7 tahun merupakan batas usia, manusia bisa memiliki persepsi

Om dillbert... untuk keduakalinya saya mengulangi.. mohon berusaha untuk memahami maksud yang ingin saya sampaikan terlebih dahulu.

Blacquejacque

Quote from: Indra on 10 September 2011, 11:44:53 AM
tidak dipungkiri bahwa memang ada yg meragukan nibbana bahkan ada yg sepenuhnya tidak mempercayai nibbana, tapi selain itu juga ada orang2 yg sudah merealisasi nibbana, dan bagi mereka nibbana adalah nyata bukan kepercayaan semata.

tidak bisa mengeneralisasi sesuatu dengan diri sendiri sebagai patokan. seperti halnya mengatakan bahwa "karena saya tidak suka makan bawang, maka artinya semua orang tidak suka makan bawang; dan karena saya meragukan nibbana, maka artinya semua orang meragukan nibbana."

Mohon maaf... saya tidak berpikir untuk mengeluarkan pernyataan generalisasi. Silakan anda gunakan kebijaksanaan anda untuk membaca dengan pelan..

dilbert

#125
Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:45:23 AM
Om dillbert... untuk keduakalinya saya mengulangi.. mohon berusaha untuk memahami maksud yang ingin saya sampaikan terlebih dahulu.

apa maksud anda yang ingin disampaikan mengenai Nibbana ? Jangan menyuruh saya untuk konsentrasi untuk mencari tahu apa maksud anda ? ungkapkan secara tersurat... jangan minta secara tersirat untuk bisa di tafsirkan macam-macam...

Jangan karena anda "mencoba berargumentasi untuk membela" apa yang sedang diperbincangkan, kemudian anda balik menyerang soal Nibbana... hati-hati di-sikat sama ahli-nya.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Indra

Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:47:16 AM
Mohon maaf... saya tidak berpikir untuk mengeluarkan pernyataan generalisasi. Silakan anda gunakan kebijaksanaan anda untuk membaca dengan pelan..

jika semua yg merespon anda ternyata salah memahami anda, mungkin anda perlu menyusun kembali kalimat anda agar bisa kami pahami.

dilbert

Quote from: Indra on 10 September 2011, 11:51:00 AM
jika semua yg merespon anda ternyata salah memahami anda, mungkin anda perlu menyusun kembali kalimat anda agar bisa kami pahami.

dikira-nya kita semua memiliki kemampuan bathin, membaca pikiran orang lain... wkwkwkwkwk...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Indra

 [at] Blacquejacque,

tanggapan saya pada anda adalah merujuk pada statement anda berikut ini:

Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:26:20 AM
Begitupun halnya Nibbana. Dipandang bagaimanapun nibbana tidak ada. Mau berkelit macam apapun, nibbana tidak dapat dibuktikan..

Maka dengan ini, nibbana dapat dikatakan sebagai kepercayaan buta dari para pengikut ajaran Buddha yang mengatakan bahwa nibbana itu nyata.
Dan para penganut ( katanya ) agama Buddha di hampir semua tempat, termasuk kita, dan para umat2 yang rajin belajar dan datang ke vihara, rajin datang mengikuti retret meditasi, semuanya itu tentunya dapat pula disimpulkan menjadi nil prakteknya, mengapa? karena Buddha sendiri mengajarkan untuk menjalankan kehidupan suci agar terbebas dari samsara. Nyatanya, anda, maupun saya, dan para senior dsini lainnya masih menyenangi kehidupan samsara kan?


Blacquejacque

Quote from: dilbert on 10 September 2011, 11:48:22 AM
apa maksud anda yang ingin disampaikan mengenai Nibbana ? Jangan menyuruh saya untuk konsentrasi untuk mencari tahu apa maksud anda ? ungkapkan secara tersurat... jangan minta secara tersirat untuk bisa di tafsirkan macam-macam...

Jangan karena anda "mencoba berargumentasi untuk membela" apa yang sedang diperbincangkan, kemudian anda balik menyerang soal Nibbana... hati-hati di-sikat sama ahli-nya.

Bila memang saya perlu disikat oleh ahlinya, semoga ahli tersebut telah menerapkan ajaran Buddha di dalam kehidupannya.
Dan semoga saya pun dapat mencerna pemahaman yang diajarkan oleh ahli tersebut.

Blacquejacque

Quote from: Indra on 10 September 2011, 11:51:00 AM
jika semua yg merespon anda ternyata salah memahami anda, mungkin anda perlu menyusun kembali kalimat anda agar bisa kami pahami.

Tentu saja, masukan ini amat berarti bagi saya. Ketika saya menuliskan hal tersebut, saya memang menfokuskan diri berbicara kepada rekan ryu.
hal yang saya sadari kemudian adalah rekan-rekan yang lainnya memiliki ketersinggungan dalam hal ini.

Blacquejacque

Quote from: dilbert on 10 September 2011, 11:51:46 AM
dikira-nya kita semua memiliki kemampuan bathin, membaca pikiran orang lain... wkwkwkwkwk...

Saya senang bisa sedikit membuat om tertawa. Semoga om berbahagia

Indra

Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 01:05:22 PM
Tentu saja, masukan ini amat berarti bagi saya. Ketika saya menuliskan hal tersebut, saya memang menfokuskan diri berbicara kepada rekan ryu.
hal yang saya sadari kemudian adalah rekan-rekan yang lainnya memiliki ketersinggungan dalam hal ini.

tidak usah dipedulikan mengenai "ketersinggungan", itu hanya spekulasi anda aja.

Kita sedang berdiskusi dalam sebuah forum terbuka, jika anda ingin berdiskusi secara pribadi dengan Bro Ryu dan tidak ingin member lain berpartisipasi, maka anda sebaiknya menggunakan jalur pribadi melalui PM.

Dalam berdiskusi, kita saling bertanya dan menjawab, jika anda ditanya, maka jawablah, atau katakan "saya menolak untuk menjawab" agar lawan diskusi anda tidak menunggu2 jawaban dari anda.

sobat-dharma

#133
Quote from: ryu on 10 September 2011, 11:09:31 AM
begini om, dalam ajaran2 biasanya ada yang namanya kepercayaan, dia mempercayai ajarannya, dalam ajarannya ada perintah2 untuk menjalaninya untuk mencapai tujuan dari ajaran itu, dan pastinya menjalankan perintah2 itu maka itu disebut praktek.
tidak jauh beda dengan yang anda sampaikan dalam hal kepercayaan dalam agama buda.

Tetapi dalam Buddhisme, praktik bukan soal menjalankan perintah2. Kalau ada umat Buddhis yang terlalu tekstual, melihat praktik sebagai semata2 hanya mematuhi kata-kata dalam kitab suci, baru dikatakan apa yang dilakukannya tidak berbeda dengan agama2 lainnya. Tapi praktik dalam Buddhisme adalah soal batin diri sendiri, bukan soal mematuhi atau tidak mematuhi perintah siapa-siapa. Semata-mata soal batin (Citta)

Quote from: ryu on 10 September 2011, 11:09:31 AM
anda bisa bilang :ketika mempercayai sesuatu, seperti adanya surga sukawati, itu sudah termasuk kepercayaan, seperti mengucap mantra, kemudian ikrarnya, hal2 itu masuk ke wilayah kepercayaan, dan pembuktiannya pun tidak ada, sehinga tidak jauh beda dengan ajaran agama lain khan?
cara kerja buda2 yang berikrar akan membantu orang2 itu pun menjadi gambaran simbolisasi yang sosoknya pun menjadi "abu2" menjadikan gambaran tiap manusia yang berbuat baik digambarkan "buda" tersebut, kalau ada orang yang jahat otomatis "bukan buda a.k.a Mara", bandingkan dengan ajaran lain yang bisa menggambarkan cara kerja tuhan begitu.

Soal adanya sedikit kesamaan, tentu saja bukan hal yang mustahil. Sains dan filsafat pun masih memiliki kesamaan dengan agama-agama yang dikritiknya.  Tapi, dalam Buddhisme, semuanya adalah soal batin. Praktikkan sebuah metode  dengan setulus hati ("keyakinan" dalam hal ini adalah bentuk kesungguhan hati dalam menjalankan sesuatu; melakukan segala sesuatu dengan mendalam), tidak perlu terlalu banyak berpikir2 & bertimbang dulu, dan langsung rasakan manfaatnya. Kalau tidak merasakan manfaatnya, meski sudah mempraktikkannya dengan baik, seseorang bebas meninggalkan Buddhisme. Ini bedanya Buddhisme dengan agama lain.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Blacquejacque

Quote from: Indra on 10 September 2011, 01:10:29 PM
tidak usah dipedulikan mengenai "ketersinggungan", itu hanya spekulasi anda aja.

Kita sedang berdiskusi dalam sebuah forum terbuka, jika anda ingin berdiskusi secara pribadi dengan Bro Ryu dan tidak ingin member lain berpartisipasi, maka anda sebaiknya menggunakan jalur pribadi melalui PM.

Dalam berdiskusi, kita saling bertanya dan menjawab, jika anda ditanya, maka jawablah, atau katakan "saya menolak untuk menjawab" agar lawan diskusi anda tidak menunggu2 jawaban dari anda.

Terimakasih masukannya. Saya akan lebih berhati-2 lagi ke depannya. Selamat siang