walau memang tidak bisa dibuktikan setidaknya ada sesuatu yang masih bisa masuk dalam logika sehingga seseorang bisa merasa mantap untuk maju melangkah, sama seperti dalam ajaran, langkah2nya itu semua harus dipertimbangkan, untuk apa buda memberi tool seperti JMB* sehingga seseorang bisa merasa mantap menjalankan ajaran buda, bukannya malah percaya kepada hal2 yang aneh yang sepertinya buda sendiri tidak mengajarkan hal2 seperti itu kalau di ajaran sebelah, setidaknya saya ingin tahu penjelasan2 yang masuk logika saya mengenai ajaran2 buda yang mahayana ajarkan.
Kalau dalam pandangan saya setelah membaca semua link rujukan dari Bro Morpheus mengenai jawaban2 dari Bro Gandalf...
Praktik Nian Fo adalah samadhi dgn fokus nama Buddha (entah Amitabha, Bhaijasjya, Avalokitesvara, dsb.). Mengenai ikrar2 Amitabha/Avalokitesvara mengenai 'yang melafal namaku akan dijauhkan dari marabahaya, dsb.', itu adalah perumpamaan/simbol. Misalnya begini, jika kita sering samadhi (dalam praktik Mahayana, samadhi nama Buddha), kita jadi lebih eling, sehingga dalam bertindak kita jadi lebih mawas diri dan tahu diri. Karena kita lebih mawas diri dan tahu diri, kita bertindak dengan bajik sehingga terhindar dari karma buruk atau cibiran orang lain.
Mengenai surga Sukhavati yang dikatakan Amitabha, itu menurut saya juga perumpamaan/simbol. Dikatakan jika menyebut nama Amitabha kita akan dibawa ke surga Sukhavati dengan kehidupan yang sangat panjang dan bisa belajar Dharma dengan baik. Menurut saya itu maksudnya, dengan sering samadhi (dalam praktik Mahayana, samadhi nama Buddha), kita menjadi lebih eling/mawas diri sehingga menjauhi perbuatan2 buruk. Sehingga di kehidupan selanjutnya kita terlahir di alam yang lebih baik (jangka hidupnya lebih panjang daripada manussa bhumi) dan berkesempatan untuk belajar Dharma lagi, atau jika syukur-syukurnya samadhi hingga jhana, itu juga konon katanya rasanya menyenangkan sekali sehingga diumpamakan 'surga'.
Atau bisa juga,
Dengan sering samadhi (dalam praktik Mahayana, samadhi nama Buddha), kita mendapatkan ketenangan secara batiniah. Bukannya kalau bisa hidup dengan tenang, itu rasanya seperti 'surga'?
Lalu dengan ketenangan itu, kita bisa belajar Dharma lebih baik lagi.
Lalu mengenai akan diselamatkan bila menyebut nama Amitabha/Avalokitesvara, nah itu juga simbol lagi.
Dengan sering samadhi (dalam praktik Mahayana, samadhi nama Buddha), kita jadi lebih tenang dan mawas diri, dampaknya jadi lebih suka berbuat baik, kalau suka berbuat baik, karma baik bertambah; sehingga jika kita ada masalah, ya vipaka baik kita itu yang melindungi kita. Itu disimbolkan dengan Amitabha/Avalo yang menyelamatkan kita.
Kalau simpulan dari saya, Mahayana itu memang sarat simbol. Bahkan Amitabha/Avalo itu saya sendiri tidak yakin benar2 pernah hidup di dunia ini, bisa saja cuma cerita kiasan dari seorang guru Buddhis di zaman dulu untuk mengajarkan metta/saddha/karuna/dsb.
Mengenai Mahayana yang mengatakan bahwa Arhat itu masih belum sepenuhnya terlepas dari kilesa sehingga perlu mengambil jalur Samma Sambuddha, itu menurut saya memang berbeda dengan Theravada (yang saya anut) yang mengajarkan Arahat sudah terbebaskan dari kilesa.
Kalau bagi saya, itu memang berbeda, tidak perlu dipaksa2kan sama, biarkan berjalan secara sendiri2. Biarkan keyakinan dan kecocokan masing2 yang membuat kita memilih Mahayana atau Theravada.
Itu pendapat saya, bro Ryu; bagaimana pendapat bro Ryu? *ini tanya sungguhan lo, bukan nantang*