Bagaimanakah Cara Bertanya Tentang Satu Aliran?

Started by ryu, 07 September 2011, 03:18:44 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Indra

Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 02:09:36 PM
Terimakasih masukannya. Saya akan lebih berhati-2 lagi ke depannya. Selamat siang

setelah anda mengerti, sekarang silakan anda menjawab pertanyaan2 member lain yg diajukan kepada anda

bawel

Quote from: morpheus on 09 September 2011, 09:53:59 AM
saya merasa tidak ada yg tabu untuk ditanyakan, selama itu dilakukan dengan itikad dan cara yang baik.

tidak semua orang memiliki itikad dan cara yang baik ;D.
sebagai contoh, anggap saya orang yang tidak beritikad baik dan cara saya juga kasar, apakah saya juga tidak mempunyai hak untuk bertanya? apakah saya tidak mempunyai kesempatan untuk dibimbing? ;D

kalo iya, dimana semangat para bodhisatva untuk menyelamatkan saya? ;D

kembali ke bodhisatva bhante sariputra, beliau walau harus mengulang seribu kali untuk membimbing tidak ada beban sekalipun, beliau juga walau dimarahi sama ibunya dengan kasar tapi pada akhirnya bisa menyadarkan ibunya juga ;D.

jadi saya berharap para bodhisatva di sini juga mau meneladani bodhisatva sariputra dalam membimbing yang tidak pernah mengenal lelah apapun kondisinya ;D.

ryu

Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:43:44 AM
Betul sekali, sebatas kepercayaan. Kepercayaan yang sama dengan adanya ayah dan ibu anda. Saya rasa ayah dan ibu anda hanyalah sosok kepercayaan yang anda yakini.
Tetapi bagi anda, ayah dan ibu anda bisa menjadi sosok personal... atau bisa juga menjadi sosok kepercayaan kan?
sepertinya kok jadi kabur nih? ayah ibu anda tidak nyata ya? ayah ibu anda hayalan ya? kok banding2kan dengan amitaba dll?
Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:43:44 AM
Terimakasih atas ajakan anda, saya tidak melihat ada manfaatnya bagi anda atauapun saya. Saya mengajak anda untuk merenungkan kembali jawaban saya di atas dibarengi dengan ketenangan.
rasanya urusan renung merenung urusan ke pribadi deh, disini kita berdskusi bukan urusan perenungan.
Quote from: Blacquejacque on 10 September 2011, 11:43:44 AM
Semoga memang seperti itu...
_/\_
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

Quote from: sobat-dharma on 10 September 2011, 01:37:17 PM
Tetapi dalam Buddhisme, praktik bukan soal menjalankan perintah2. Kalau ada umat Buddhis yang terlalu tekstual, melihat praktik sebagai semata2 hanya mematuhi kata-kata dalam kitab suci, baru dikatakan apa yang dilakukannya tidak berbeda dengan agama2 lainnya. Tapi praktik dalam Buddhisme adalah soal batin diri sendiri, bukan soal mematuhi atau tidak mematuhi perintah siapa-siapa. Semata-mata soal batin (Citta)
menurut anda dalam hal membaca sutra amitaba dll yang menjanjikan srga sukawati dll itu termasuk dalam praktek apa?

buda amitaba dll berikrar itu dalam konteks apa?

menolong manusia dalam konteks simbolisasi atau konteks nyata?

QuoteSoal adanya sedikit kesamaan, tentu saja bukan hal yang mustahil. Sains dan filsafat pun masih memiliki kesamaan dengan agama-agama yang dikritiknya.  Tapi, dalam Buddhisme, semuanya adalah soal batin. Praktikkan sebuah metode  dengan setulus hati ("keyakinan" dalam hal ini adalah bentuk kesungguhan hati dalam menjalankan sesuatu; melakukan segala sesuatu dengan mendalam), tidak perlu terlalu banyak berpikir2 & bertimbang dulu, dan langsung rasakan manfaatnya. Kalau tidak merasakan manfaatnya, meski sudah mempraktikkannya dengan baik, seseorang bebas meninggalkan Buddhisme. Ini bedanya Buddhisme dengan agama lain.
soal batin saya mengerti kok, yang ditanya adalah kontek buda2 yang berikrar untuk menolong manusia2 yang menyebut nama dan mengenal beliau.

soal manfaat, ada janji2 dalam ikrar itu khan mengenai surga2, apakah surga2 itu simbolisasi atau nyata?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

djoe

Quote from: dilbert on 10 September 2011, 11:48:22 AM
apa maksud anda yang ingin disampaikan mengenai Nibbana ? Jangan menyuruh saya untuk konsentrasi untuk mencari tahu apa maksud anda ? ungkapkan secara tersurat... jangan minta secara tersirat untuk bisa di tafsirkan macam-macam...

Jangan karena anda "mencoba berargumentasi untuk membela" apa yang sedang diperbincangkan, kemudian anda balik menyerang soal Nibbana... hati-hati di-sikat sama ahli-nya.

Ingat selalu menjaga kondisi batin, jika kondisi batin anda tenang maka anda tidak akan mengalami kesulitan bahkan untuk berkonsentrasi untuk menangkap ungkapan yang dalam.
Jika anda tidak mampu menangkapnya, tanyalah dengan bijak dan tenang .

Semoga semua makhluk berbahagia selalu  _/\_

djoe

Quote from: Indra on 10 September 2011, 11:51:00 AM
jika semua yg merespon anda ternyata salah memahami anda, mungkin anda perlu menyusun kembali kalimat anda agar bisa kami pahami.

Itu akibatnya jika terlalu banyak tinta yang diserap, pikiran jadi gelap.

djoe

Quote from: dilbert on 10 September 2011, 11:51:46 AM
dikira-nya kita semua memiliki kemampuan bathin, membaca pikiran orang lain... wkwkwkwkwk...

BUkan kemampuna batin, tetapi tidak mempunyai ketenangan batin dan kebijaksanaan akibat arogansi dengan tinta yang diserapnya sehingga tidak mampu mengerti pembicaraan yang cukup dalam

djoe

Quote from: dilbert on 10 September 2011, 11:48:22 AM

...hati-hati di-sikat sama ahli-nya.

Om dilbert udah nibbana yah??? Ahli nibbana nih yeee

djoe

Quote from: Indra on 10 September 2011, 01:10:29 PM
tidak usah dipedulikan mengenai "ketersinggungan", itu hanya spekulasi anda aja.

Kita sedang berdiskusi dalam sebuah forum terbuka, jika anda ingin berdiskusi secara pribadi dengan Bro Ryu dan tidak ingin member lain berpartisipasi, maka anda sebaiknya menggunakan jalur pribadi melalui PM.

Dalam berdiskusi, kita saling bertanya dan menjawab, jika anda ditanya, maka jawablah, atau katakan "saya menolak untuk menjawab" agar lawan diskusi anda tidak menunggu2 jawaban dari anda.

Maha Guru sedang memberi wejangan ^:)^

djoe

Quote from: sobat-dharma on 10 September 2011, 01:37:17 PM
Tetapi dalam Buddhisme, praktik bukan soal menjalankan perintah2. Kalau ada umat Buddhis yang terlalu tekstual, melihat praktik sebagai semata2 hanya mematuhi kata-kata dalam kitab suci, baru dikatakan apa yang dilakukannya tidak berbeda dengan agama2 lainnya. Tapi praktik dalam Buddhisme adalah soal batin diri sendiri, bukan soal mematuhi atau tidak mematuhi perintah siapa-siapa. Semata-mata soal batin (Citta)

...

Ini yang tidak pahami para penyerap tinta .

Indra

Quote from: djoe on 10 September 2011, 06:58:47 PM
Itu akibatnya jika terlalu banyak tinta yang diserap, pikiran jadi gelap.

saya memang sudah menunggu2 anda menjawab saya. kenapa lama sekali?

tapi ngomong2, saya sudah mulai bosan dengan ungkapan tinta anda, sebaiknya anda segera mencari ungkapan baru demi kesejahteraan anda

sobat-dharma

#146
Quote from: ryu on 10 September 2011, 05:28:45 PM
menurut anda dalam hal membaca sutra amitaba dll yang menjanjikan srga sukawati dll itu termasuk dalam praktek apa?

Ini juga soal batin.

Quote from: ryu on 10 September 2011, 05:28:45 PM
buda amitaba dll berikrar itu dalam konteks apa?

Biasanya ikrar dilakukan saat menerima Tri Sarana. Gunanya untuk membantu agar batin kita lebih bersungguh2 dan sepenuh hati dalam menjalankan praktik.

Quote from: ryu on 10 September 2011, 05:28:45 PM
menolong manusia dalam konteks simbolisasi atau konteks nyata?

Dua-duanya. Karena apa yang kita sebut "nyata" sebenarnya juga adalah ilusi.

Quote from: ryu on 10 September 2011, 05:28:45 PM
soal batin saya mengerti kok, yang ditanya adalah kontek buda2 yang berikrar untuk menolong manusia2 yang menyebut nama dan mengenal beliau.

Itu hanya dimengerti oleh orang yang menjalankan praktik tersebut. Percuma dijelaskan dengan kata-kata dan logika. Misalnya, dalam pengalaman saya sulit sekali menjelaskan kepada penganut agama lain bagaimana memperhatikan nafas saja bisa membawa seseorang mencapai tingkat seperti Jhana yang kemudian akan menyebabkan seseorang terlahir di alam dewa kalau mati kelak. Kurang lebih, kesulitan menjelaskannya sama seperti ini.

Quote from: ryu on 10 September 2011, 05:28:45 PM
soal manfaat, ada janji2 dalam ikrar itu khan mengenai surga2, apakah surga2 itu simbolisasi atau nyata?

Menurutmu "surga" itu berdiri sendiri terpisah dari batin atau tidak?
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

adi lim

Quote from: Indra on 10 September 2011, 07:16:58 PM
saya memang sudah menunggu2 anda menjawab saya. kenapa lama sekali?

tapi ngomong2, saya sudah mulai bosan dengan ungkapan tinta anda, sebaiknya anda segera mencari ungkapan baru demi kesejahteraan anda

master tinta
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

ryu

Quote from: sobat-dharma on 10 September 2011, 09:22:30 PM
Ini juga soal batin.

Biasanya ikrar dilakukan saat menerima Tri Sarana. Gunanya untuk membantu agar batin kita lebih bersungguh2 dan sepenuh hati dalam menjalankan praktik.
yang saya maksudkan, ikrar buda amitaba, bukannya ikrar kita :)

QuoteDua-duanya. Karena apa yang kita sebut "nyata" sebenarnya juga adalah ilusi.
apakah menurut mahayana, ada satu sosok abadi yang "bisa" menolong, mengulurkan tangannya, atau misalnya memberikan "sesuatu" kepada seseorang yang membaca sutra2 nya.

QuoteItu hanya dimengerti oleh orang yang menjalankan praktik tersebut. Percuma dijelaskan dengan kata-kata dan logika. Misalnya, dalam pengalaman saya sulit sekali menjelaskan kepada penganut agama lain bagaimana memperhatikan nafas saja bisa membawa seseorang mencapai tingkat seperti Jhana yang kemudian akan menyebabkan seseorang terlahir di alam dewa kalau mati kelak. Kurang lebih, kesulitan menjelaskannya sama seperti ini.
apakah orang yang berpraktek bisa melihat sosok buda?
sejauh manakah latihan2 dalam praktek agar bisa bertemu dengan sosok2 tersebut?
apakah langkah2 latihan itu sesuai dengan sutra itu atau ada penjelasan lain?

QuoteMenurutmu "surga" itu berdiri sendiri terpisah dari batin atau tidak?
pengertian surga rasanya kita harus samakan pandangan kita.

surga agama lain adalah suatu tempat dimana manusia terlahir kembali dan hidup bahagia selama2nya, mungkin perbedaannya sedikit dengan surga sukawati versi amitaba.

kalau pengertian surga dalam amitaba menurut anda/sutra tersebut bagaimana? real / ilusi.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

morpheus

Quote from: ryu on 10 September 2011, 07:29:37 AM
memang benar, semua terserah masing2, dan apabila aye masih belum puas bukankah terserah aye buat thread baru yang lebih spesifik khan?
menurut anda sudah ada blum thread perbandingan tuhan dengan buda2 dalam sutra mahayana?
rasa penasaran anda udah pernah dijawab di thread2 (jamak) lalu.
perbandingan itu sudah pernah anda tanyakan di thread sebelumnya dan sudah pernah dijawab.
kira2 apa tujuan anda membuka thread baru dengan pertanyaan yg sudah pernah diajukan dan sudah pernah dijawab pula?
kesan saya sebagai orang ketiga melihat sepertinya penanya "lupa" dengan jawaban yg pernah diberikan sampai berkali2, sehingga terlihat seperti ada itikad yg tidak baik.

apabila masih belum puas, kejar terus di thread yg sudah ada.
apabila pembahasan sudah mentok, akui saja ada perbedaan pendapat, ringkaskan kesimpulan anda dan diskusi bisa diakhiri.

* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path