Nah, jawaban seperti bro Siswahardy ini baru jelas. Jadi penderitaan fisik yang luar biasa bisa menghambat pencerahan. Thanks bro atas jawabannya. Kalau sudah jelas saya tidak akan bertanya lagi.
Baik, sekarang bagaimana jika kasusnya begini:
1. Ada seorang Arahat.
2. Di daerahnya terjadi pemberontakan oleh orang-orang yang tidak menganut ajaran Buddhis.
3. Ia di penjara.
4. Selama dipenjara, ia disiksa fisik secara luar biasa menyakitkan.
Pertanyaannya: Apakah Arahat ini merasakan kesakitan fisik? Jika ya, apakah ini akan mengurangi tingkat pencerahannya? (Sebab pencerahan dicapai hanya jika tidak ada penderitaan lagi, termasuk fisik)
Silakan bro.
yg merah, siapa bilang begitu? coba baca lagi postingan saya sebelumnya
yg benar: pencerahan dicapai bila
penyebab penderitaan tidak ada lagi
pengertiannya:
orang yg tercerahkan telah melenyapkan sebab2 karma baru yg dpt mengakibatkan penderitaan dan tumimbal lahir (berakibat derita: lahir, sakit, tua & mati)
namun sebab2 karma lampau (terhitung mundur dari detik terakhir sebelum mencapai pencerahan) tetap dapat berakibat/berbuah (contoh: penyiksaan fisik) selama ia belum parinibbana (wafat & tidak bertumimbal-lahir lagi)
nah, untuk kasus yg anda berikan kan jelas kalau di situ ada 'penyiksaan fisik'
buat kita sbg orang awam melihat ia mengalami 'penderitaan fisik'
tapi apakah bathinnya menderita akibat penyiksaan itu?
kita lihat dulu apakah dia teriak2/meringis2/menagis? seharusnya itu tidak terjadi
kalau anda bilang terjadi, maka pastinya dia bukan Arahat