Manusia atau Tuhan?

Started by g.citra, 11 December 2008, 12:49:53 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

sukma

Intelek dapat dibandingkan dengan kehendak atas tiga cara ;

Pertama ; secara umum dan absolute ; prbandingan ini dibuat tanpa acuan apapun pada barang particular ini atau itu. Dengan perbandingan umum dan Absolut ini , intelek dikatakan lebih cemerlang dari kehendak, sejauh ia mampu menangkap inti esensiil dari barang-barang, sementara kehendak hanya mengorientasikan manusia pada barang-barang tanpa memiliki kebaikkannya  secara actual.

Kedua ; mengenai barang-barang matriil yang dapat di indrai, intelek pun lebih unggul. Contohnya ; mengenal sebuah batu jauh lebih mulia dari pada menghendakinya, sejuah forma dari batu itu secara actual sudah dicapai dan dimiliki intelek dan bukan sekedar tinggal dalam dirinya sebagai sesuatu yang diinginkan.

Ketiga ; menyangkut Yang Illahi, yakni segala sesuatu yang mengatasi kemampuan kodrati akal-budi manusia, kehendak jelas jauh lebih unggul dibandingkan dengan Intelek, karena menginginkan Tuhan dan mencintai-NYA jauh lebih Utama dari pada hanya sekedar Mengenal Dia secara Rasional dan Teoritis. Karena Tuhan memiliki dalam diri-NYA kesempurnaan kebaikkan sehingga Dia lebih pantas dikehendaki dan dicintai dari pada hanya sekedar dikenal lewat ; Ide Kebaikkan yang dapat di-intuisi oleh Intelek.



sukma

g-Citra ; Menurut sebagian orang: Tuhan menciptakan alam semesta beserta isinya (termasuk manusia)...
Lalu ada yang berpendapat: Tuhan tidak ada kalau tidak ada julukkan untuk nya (dibuat oleh manusia)?

Bagaimana pendapat teman - teman?


Sesuai judul threadnya, dan dari pada kita ngawur menjawab bagaimana seh manusia di ciptakan Tuhan.? maka di sini saya akan coba mempertanyakan bagaimana jiwa-jiwa itu diciptakan Tuhan.? Pertanyaan ini rupanya dirumuskan dengan sederhana dan mudah, tetapi jawaban nya sama sekali tidak semudah itu. Mari kita melihat dengan empat jawaban yang berbeda-beda atas pertanyaan itu ;

Pertama ; Tuhan , yang menciptakan jiwa Adam ,langsung menciptakan di dalam jiwa itu juga semua jiwa orang-orang keturunannya, meskipun memang belum dalam keadaan utuh , tetapi masih semacam benih-benih dan baru pada waktunya yang tepat masing-masing akan diberikan keseutuhannya.

Kedua ; Tuhan, setiap kali menciptakan jiwa orang individual khususnya bagi orang itu sendiri.

Ketiga ; Tuhan, yang langsung menciptakan semua jiwa masih menyimpan jiwa-jiwa itu di dalam diri NYA sendiri, dan kemudian mengirim masing-masing jiwa ke badan yang harus dihidupkannya.

Keempat ; juga jiwa-jiwa sesudah diciptakan disimpan dalam diri Tuhan, tetapi kemudian masing-masing berkehendak sendiri untuk turun kedalam badan yang harus dihidupkannya.

Patut dicatat bahwa menurut kedua jawaban yang terakhir itu ada suatu praksistensi jiwa-jiwa, tetapi dalam diri Tuhan, bukan diluar-NYA ; dan sebab itu tidak mungkin bahwa dalam keadaan praeksistensi itu jiwa-jiwa jatuh kedalam dosa.

Teman dan sobat kita yang mengikuti Ajaran Buddhis, tentunya tidak bisa memahami keanehan kejanggalan sesuai keempat point diatas, hanya untuk menanggapi judul thread ini apakah manusia diciptakan Tuhan.? maka saya memposisikan diri ke luar dari Ajaran Buddhis untuk mencari jawaban ini sesuai dengan iman sdr/i kita yang mempercayai manusia adalah Ciptaan Tuhan.

Adios.!   

g.citra

Quotekalau dalam agama kr****n&islam,Tuhan adalah Zat yang gaib{yang hanya bisa kita rasakan kehadirannya ketika kita pasrah atas ketidaberdayaan kita pada sesuatu Zat yang seba Maha atas segalanya dialam ini}.Kata Tuhan diciptakan oleh Tuhan sendiri pada Nabi Adam As{manusia pertama yg dijadikan Tuhan}.agama kr****n & islam sepaham soal itu - nabi2 berikutnya kecuali Nabi terakhir Nabi Muhammad SAW,agama kr****n tidak mengakuinya.Itu sedikit masukan & pandangan kami{saya} yg beragama diluar agama Budha.

[at] Bro Wahyu...

Oke... trims atas masukkannya...
Setelah membaca tulisan anda diatas, ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan:

1. 'Zat yang gaib'...  apakah 'zat' yang anda maksud ini benda? saya bertanya begini karena:

QuoteSosok Tuhan di Buddhisme bukanlah sosok pribadi yang diyakini oleh kebanyakan orang awam.

    Jadi jelas pula kalau sosok Tuhan di Buddhisme bukan pula sebuah benda bukan... :)

2. yang hanya bisa kita rasakan kehadirannya ketika kita pasrah atas ketidaberdayaan kita pada sesuatu Zat
    yang seba Maha atas segalanya dialam ini...
    Mengapa bisa begitu? Bagaimana dengan sebaliknya...?

3. Kata Tuhan diciptakan oleh Tuhan sendiri pada Nabi Adam As{manusia pertama yg dijadikan Tuhan}
    Berarti Tuhan merupakan zat gaib yang hidup bukan?
    Kalau saja benar maka dalam kata lain Tuhan adalah sebuah pribadi walaupun dikatakan gaib...

Karena adanya anggapan inilah makanya dalam buddhis tidak menganggap Tuhan sebagai sebuah pribadi, karena didalam Buddhis segala sesuatu (pribadi ataupun lainnya) tidak kekal adanya (anicca), ketidakkekalan mengakibatkan dukkha (dukkha) dan tidak ada inti yang kekal (annata)...

Mungkin inilah pendapat saya sebagai seorang Buddhis...
Saya berharap, walaupun ada perbedaan pandangan dari anda mengenai tulisan yang telah saya tulis, toh kita semua bisa memecahkannya dengan "kepala dingin"... :)

Walau bagaimanapun tak ada seorang pun yang sempurna...

salam kenal,
Namo Buddhaya...  _/\_ ...


7 Tails

Bagaimana dengan pengaturan hukum alam semesta ?"
Ajaran Buddha mengenai asal alam semesta. Selaras dengan ilmu pengetahuan. Dalam Aganna Sutta, Buddha menggambarkan: alam semesta berulang kali mengalami kehancuran dan tersusun kembali selama masa yang tak terhitung; bumi ini bukanlah satu-satunya planet; ada gugus-gugus yang lebih besar, tatasurya, galaksi, mahagalaksi, dst, tanpa batas. kehidupan pertama terbentuk di atas permukaan air, kehidupan berangsur-angsur berevolusi dari organisme yang sederhana menjadi makin kompleks. Segala proses ini tidak berawal, tidak berakhir, dan berlangsung alamiah.
"Agama masa depan adalah agama kosmik. Melampaui Tuhan sebagai pribadi serta menghindari dogma dan teologi. Mencakup baik alamiah maupun spiritual, agama tersebut seharusnya didasarkan pada rasa keagamaan yang timbul dari pengalaman akan segala sesuatu yang alamiah dan spiritual, berupa kesatuan yang penuh arti. Ajaran Buddha menjawab gambaran ini. Jika ada agama yang akan memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan modern, itu adalah ajaran Buddha." (Albert Einstein, 1939)
korban keganasan

g.citra

Quote"Agama masa depan adalah agama kosmik. Melampaui Tuhan sebagai pribadi serta menghindari dogma dan teologi. Mencakup baik alamiah maupun spiritual, agama tersebut seharusnya didasarkan pada rasa keagamaan yang timbul dari pengalaman akan segala sesuatu yang alamiah dan spiritual, berupa kesatuan yang penuh arti. Ajaran Buddha menjawab gambaran ini. Jika ada agama yang akan memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan modern, itu adalah ajaran Buddha." (Albert Einstein, 1939)

saya copy yah... anumodana 7 tail :... :) :) :)

sukma

Sobat 7 Tails dan g,Citra, mari kita bangun satu persepsi dulu ketika kita Siap berdialog Agama dengan Iman Monoteisme adanya Tuhan Sang Pencipta dari sisi pemahaman   Ajaran Buddhis nya, maka sudah seharusnya kita sebagai pengikut Ajaran Buddhis harus berani keluar dari area amannya yaitu berlindung dibalik Ajaran Buddhis, bila sikap ini tidak berani kita lakukan, maka Dialog untuk mencapai kebaikkan bersama tidak bisa didapati, yang ada hanya debat kusir saja. Kenapa kita sebagai pengikut Ajaran Buddhis tidak berani keluar dari area amannya hanya buat berdialog dengan satu tujuan yaitu Cinta akan Perdamaian.?


Untuk berbicara tentang Tuhan, seharusnya sikap pertama yang harus disepakati yaitu ;

Manusia

1 .Dimulai dari melihat apakah manusia yang berakal budi mampu berbicara dua arah dengan Tuhan Pencipta-NYA.? Jika manusia mampu, maka dari mana bisa di sepakati bahwa kemampuan berbicara dua arah itu ada pada manusia.?

Religiositas

2 . Religiositas lebih melihat aspek yang "didalam lubuk hati". Riak getaran nurani pribadi ; sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena menapaskan intimitas jiwa yakni, cita rasa yang mencakup totalitas ( termasuk rasio dan rasa manusiawi) kedalaman si pribadi manusia. Dan karena itu, pada dasarnya religiositas mengatasi, atau lebih dalam dari Agama yang tampak formal, resmi. Religiositas lebih bergerak dalam tata paguyubuan yang cirinya lebih Intim. Yang pokok religiositas, bukanlah Agama. "Agama, bila masih ingin murni tanpa pamrih, harus mengakui bahwa Agama hanyalah SARANA BELAKA, agar manusia lebih mudah menemukan Jalan ke Tuhan. Agama selaku lembaga yang berunsur  manusiawi juga, tidak dapat meng-claim ketaatan mutlak dari warga, karena Agama TIDAK PERNAH IDENTIK dengan Tuhan Sang Pencipta.
Peraturan Agama manapun pada hakikatnya diadakan selaku lambang dan ekspresi spiritual, selaku sarana pendidikan belaka, namun yang ternyata sepanjang Zaman telah terangkat tanpa sengaja maupun sengaja menjadi TUJUAN. Namun, lambang hanyalah sarana, bukan Tujuan. Simbolisasi hanya cara pendidikan, bukan hakikat isi pendidikan itu sendiri.

Maka, Agama tidak pernah boleh di lepaskan dari Religiositas, terutama kalau religiositas itu sudah berkembang menjadi "Iman / Kepercayaan", artinya "suatu hubungan personal selaku aku (hamba) dan ENGAKU". Iman itu bukanlah suatu perasaan  kabur saja. Iman / Faith yang lengkap ialah kepercayaan atau iman yang mengikut sertakan segala fakultas dan bakat-bakat manusia, termasuk yang paling hebat dalam manusia, ialah AKAL-BUDI, RASIO. Manusia beriman harus mampu mempertanggung jawabkan  Imannya dalam bahasa Rasional juga. Biarpun religiositas tidak bekerja dalam pengertian (otak) tetapi dalam pengalaman ,penghayatan (totalitas diri) yang mendahului analisis atau konseptualisasi, namun, tidak terbatas juga pada perasaan atau afektivitas. Bahkan, religiositas manusia yang Manusiawi Utuh, adalah Kesadaran untuk beramal, menolong orang lain, terutama menolong mereka yang paling menderita atau tersungkur di dalam lembah nista. Religiositas, khususnya sebagai iman personal, diungkapkan dalam agama dan diwujud nyatakan dalam hidup sehari-hari. Maka justru pada taraf religiositas dan iman ada hubungan antara semua orang beragama, biarpun ekpresi keagamaannya, juga dalam ajaran dan dogma, berbeda bahkan bertentangan satu sama lain.

Demikian, Sdr/I  kita khususnya yang ikut Dialog tentang Manusia atau Tuhan, kedua point diatas sudah sangat luas cakupannya untuk berdiskusi tentang manusia ke Tuhan secara manusiawi dan intelektual.

Salam  Kalya-nadhamma


ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Lily W

~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

sukma

Quote from: Wolverine on 17 December 2008, 01:13:26 PM
:))

Sdr Wolverine tidakkah khusus di forum ini anda sebagai Moderator saya,?

sukma

Quote from: Lily W on 17 December 2008, 01:15:03 PM


_/\_ :lotus:

Lantas sdri Lily,W juga sesorang Moderator toch.? He...he...

anggara

Quote from: sukma on 17 December 2008, 01:00:52 PM
Sobat 7 Tails dan g,Citra, mari kita bangun satu persepsi dulu ketika kita Siap berdialog Agama dengan Iman Monoteisme adanya Tuhan Sang Pencipta dari sisi pemahaman   Ajaran Buddhis nya, maka sudah seharusnya kita sebagai pengikut Ajaran Buddhis harus berani keluar dari area amannya yaitu berlindung dibalik Ajaran Buddhis, bila sikap ini tidak berani kita lakukan, maka Dialog untuk mencapai kebaikkan bersama tidak bisa didapati, yang ada hanya debat kusir saja. Kenapa kita sebagai pengikut Ajaran Buddhis tidak berani keluar dari area amannya hanya buat berdialog dengan satu tujuan yaitu Cinta akan Perdamaian.?

Sdr. Sukma,
membicarakan Tuhan tidak mungkin menghindari pembicaraan mengenai paham agama lain (non-buddhism). Dalam agama Buddha tidak dikenal adanya Tuhan PENCIPTA. jadi kalau anda mengatakan "area aman", sesungguhnya kami umat buddha bukan berlindung di balik ajaran Buddha, tapi setelah kami mempelajari Buddhism, kami memang sudah tidak lagi meyakini keberadaan Tuhan PENCIPTA. menurut saya anda salah tempat jika memaksakan diskusi mengenai Tuhan PENCIPTA di forum yang tidak mengenal adanya Tuhan PENCIPTA.

Dan kalau sudah mendiskusikan soal keyakinan agama lain, saya rasa tidak etis jika dilakukan di forum Buddhis, karena dikhawatirkan akan berkembang menjadi debat antar agama yang mengarah pada SARA.

_/\_

Lily W

#102
Quote from: sukma on 17 December 2008, 01:21:32 PM
Quote from: Lily W on 17 December 2008, 01:15:03 PM


_/\_ :lotus:

Lantas sdri Lily,W juga sesorang Moderator toch.? He...he...

Sy sbg MOD Abhidhamma.... di thread ini MOD sy ga berfungsi.... ;D (kalo ga percaya...coba tanya ama Tuhan DC? )

MOD jg manusia... :)) (sesuai topik kan? )

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Kagak boleh ketawa yak? :(

Itu padahal reaksi spontan saya loh, karena saya memang bodoh, gak ngerti sama sekali apa yang sukma katakan.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

sukma

Quote from: anggara on 17 December 2008, 01:24:30 PM
Quote from: sukma on 17 December 2008, 01:00:52 PM
Sobat 7 Tails dan g,Citra, mari kita bangun satu persepsi dulu ketika kita Siap berdialog Agama dengan Iman Monoteisme adanya Tuhan Sang Pencipta dari sisi pemahaman   Ajaran Buddhis nya, maka sudah seharusnya kita sebagai pengikut Ajaran Buddhis harus berani keluar dari area amannya yaitu berlindung dibalik Ajaran Buddhis, bila sikap ini tidak berani kita lakukan, maka Dialog untuk mencapai kebaikkan bersama tidak bisa didapati, yang ada hanya debat kusir saja. Kenapa kita sebagai pengikut Ajaran Buddhis tidak berani keluar dari area amannya hanya buat berdialog dengan satu tujuan yaitu Cinta akan Perdamaian.?

Sdr. Sukma,
membicarakan Tuhan tidak mungkin menghindari pembicaraan mengenai paham agama lain (non-buddhism). Dalam agama Buddha tidak dikenal adanya Tuhan PENCIPTA. jadi kalau anda mengatakan "area aman", sesungguhnya kami umat buddha bukan berlindung di balik ajaran Buddha, tapi setelah kami mempelajari Buddhism, kami memang sudah tidak lagi meyakini keberadaan Tuhan PENCIPTA. menurut saya anda salah tempat jika memaksakan diskusi mengenai Tuhan PENCIPTA di forum yang tidak mengenal adanya Tuhan PENCIPTA.

Dan kalau sudah mendiskusikan soal keyakinan agama lain, saya rasa tidak etis jika dilakukan di forum Buddhis, karena dikhawatirkan akan berkembang menjadi debat antar agama yang mengarah pada SARA.

_/\_

Cara diskusi nya tuh...kita bukan mau debat siapa yang benar dan salah tuch.? Open mind donk.? he...he...kenapa harus sampai ke SARA.?