The Tiger and the Strawberry

Started by Petrus, 20 November 2008, 08:52:57 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Gunawan

#15
Upps....Masa Jadi Kutu sich Si Petrus.......?  nanti gak ada yang Ngejunk Lagi dong di DC? .... atau kalo gak jadi Kutu DC aja Gimana?..... :))

Q-Ding Ya Mas.Pet... 8)
Yo kho Vakkali dhamma? passati so ma? passati; yo ma? passati so dhamma? passati.
Dhammañhi, vakkali, passanto ma? passati; ma? passanto dhamma? passati"

kullatiro

hus, jangan gitu dong ini kan misalnya (ini dari cerita tentang bhiku yang melekat pada jubah nya itu, yang lahir menjadi kutu)

hatRed

 [at] Daimond

wah ceritanya mank lucu, sharing donk cerita2 lucu bernuansa buddhis, kalo bisa link nya dong.............................................           


please..............
i'm just a mammal with troubled soul



kullatiro

kan ada di dhmmapada atakata tuh cerita.

dilbert

Quote from: Petrus on 20 November 2008, 08:52:57 AM

The Tiger and the Strawberry

   A man is strolling in the forest, contemplating the meaning of life, wondering what is might be, when he sees, bounding down the track towards him, an enormous tiger, with an even more enormous grin on its face, licking its chops.

Putting aside his contemplations, he hot-foots it in the other direction. As the tiger closes upon him, the track comes to an end at the edge of a cliff, and without pausing for reflection, lest he become a little light lunch, he launches himself into the void.

Fortuitously, he is able to grab hold of a vine, which brings him up short against the cliff face with a thump. The tiger is quite put out, and putting out its claws reaches down to where he hangs, grazing the top of his head.

Once he has regained his composure, he decides to look down, where he sees some good news and some bad news. The good news is that the bottom of the cliff is only a few feet below him. The bad news is that there is another tiger with is paws up the cliff, about to take a lunge at him. He pulls his legs up as far as he can, so that this tiger is only able to graze his feet.

While thinking to himself, thank God for the vine, two little mice, a black mouse and a white mouse, creep out of a hole and begin to gnaw at its root. He decides it is time to make a general appraisal of his situation, with a hungry tiger above grazing his head, a hungry tiger below grazing his feet, and two voracious mice making his hold on the cliff face increasingly tenuous, and he says to himself, another fine mess you got me into.

At this point, he notices, a short distance from him along the cliff face, where the warm sun breaks through the forest canopy, there is a strawberry bush. And on this strawberry bush there is the largest, reddest, juiciest strawberry he has ever seen. In his extremity, he reaches out, plucks the strawberry, and puts it into his mouth. Ah!, he says to himself in delight, absolutely delicious!

Enlightenment :
"The man tasted to the tiger exactly as the strawberry did to the man." In other words, the man, the tiger and the strawberry are all one Self. The "illusion" of individuality is seen through. There is no soul, so there is no fear—no fear of death because there is no one there to die.

=======================================================================================================

Jika perumpamaan ini pernah didiskusikan. Ijinkanlah saya bertanya lagi apakah kesimpulannya (enlightenment) betul ?
Apa yang anda lakukan jika anda adalah orang tsb ?

:-?


Ini adalah salah satu perumpamaan yang sering diceritakan dalam cerita cerita KOAN (gong-an) Buddhisme Zen/Chan. Moral cerita diatas, adalah HIDUP PADA SAAT INI, ketika sedang dirudung masalah tentang MASA LALU (Harimau) yang sudah lewat, kemudian menghadapi lagi kemungkinan akan MASA DEPAN (Tikus) yang masih MISTERI, ada baiknya kita melihat apa yang sedang KITA HADAPI sekarang (Strawberry).

Jadi bukan pada pencerahan yang berkaitan dengan pembahasan Roh/Jiwa dan sebagainya.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Petrus

Quote from: daimond on 20 November 2008, 09:26:50 PM
you disini tanha juga karena tanha adalah pembuat, misalnya petrus menginginkan baju (misalnya yah kan bisa saja kue). nah di plototin deh tuh baju sampai terbawa mimpi. ini menjadi kemelekatan nah besok nya misalnya (amit amit yahh) you kecelakan gitu tapi pas lagi mejelang ajal pikiran nya melekat terus di baju itu.

maka petrus yang sekarang ada akan hilang dan mungkin lahir sebagi kutu di baju tersebut(karena keinginan yang melekat pada baju tersebut).

kan ada di nasarani tidak boleh mengidolakan sesuatu kenapa karena sebab ini lah (memang di nasarni lebih singkat)

tanha itu kan penyebab dukkha, siapa penyebab tanha ??

baju harus dipakaikan supaya yang mati bahagia, gak usah repot-repot menghilangkan keiinginan segala.  ^-^

dilbert

Quote from: Petrus on 20 November 2008, 09:48:05 PM
Quote from: daimond on 20 November 2008, 09:26:50 PM
you disini tanha juga karena tanha adalah pembuat, misalnya petrus menginginkan baju (misalnya yah kan bisa saja kue). nah di plototin deh tuh baju sampai terbawa mimpi. ini menjadi kemelekatan nah besok nya misalnya (amit amit yahh) you kecelakan gitu tapi pas lagi mejelang ajal pikiran nya melekat terus di baju itu.

maka petrus yang sekarang ada akan hilang dan mungkin lahir sebagi kutu di baju tersebut(karena keinginan yang melekat pada baju tersebut).

kan ada di nasarani tidak boleh mengidolakan sesuatu kenapa karena sebab ini lah (memang di nasarni lebih singkat)

tanha itu kan penyebab dukkha, siapa penyebab tanha ??

baju harus dipakaikan supaya yang mati bahagia, gak usah repot-repot menghilangkan keiinginan segala.  ^-^


Avijja (Kegelapan Bathin)
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

hatRed

 [at] Dilbert

saya sering denger istilah "Tanha dan Avijja" (berarti ada 2 hal).
kayaknya bukan avijja deh.

lah om dilbert kan pernah ngasih saya yang ituloh

karena ada ... ada....
karena ada... ada...

itu kali yaa
i'm just a mammal with troubled soul



dilbert

#23
Quote from: hatRed on 20 November 2008, 09:57:30 PM
[at] Dilbert

saya sering denger istilah "Tanha dan Avijja" (berarti ada 2 hal).
kayaknya bukan avijja deh.

lah om dilbert kan pernah ngasih saya yang ituloh

karena ada ... ada....
karena ada... ada...

itu kali yaa

yang dulu di kasih mah Patticca Samupada (hukum sebab akibat yang saling bergantungan)...
Nidana awal di pattica samupada yah adalah Avijja (kegelapan bathin/ketidak-tahuan).

Paticcasamuppada ada 12 faktor sebagai berikut :

1. Avijja paccaya sankhara : Dengan adanya Avijja (kebodohan bathin) maka muncullah Sankhara (bentuk-bentuk karma).
2. Sankhara paccaya vinnanam : Dengan adanya Sankhara (bentuk-bentuk karma) maka muncullah Vinnana (kesadaran).
3. Vinnana paccaya nama-rupam : Dengan adanya Vinnana (kesadaran) maka muncullah Nama-Rupa (bathin jasmani).
4. Nama-Rupa paccaya salayatanam : Dengan adanya Nama-Rupa (bathin-jasmani) maka muncullah Salayatana (enam landasan indera).
5. Salayatana paccaya phasso : Dengan adanya Salayatana (enam landasan indera) maka muncullah Phassa (kesan-kesan/kontak).
6. Phassa paccaya vedana : Dengan adanya Phassa (kesan-kesan kontak) maka muncullah Vedana (perasaan).
7. Vedana paccaya tanha : Dengan adanya Vedana (perasaan) maka muncullah Tanha (keinginan rendah).
8. Tanha paccaya upadanam : Dengan adanya Tanha (keinginan rendah), maka muncullah Upadana (kemelekatan)
9. Upadanna paccaya bhavo : Dengan adanya Upadana (kemelekatan) maka muncullah Bhava (penjadian).
10. Bhava paccaya jati : Dengan adanya Bhava (penjadian) maka muncullah Jati (kelahiran).
11. Jati paccaya jara-maranam : Dengan adanya Jati (kelahiran) maka muncullah Jara (ketuaan) dan Marana (kematian).
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Nevada

Dari timbulnya avijja muncul pula tanha (hasrat rendah) dan upadana (kemelekatan, khususnya kemelekatan pada "keakuan"). Dengan kata lain, dengan munculnya ketidaktahuan (avijja) maka muncul pula kegelapan batin (kamasava-kekotoran batin yang berupa nafsu indera, bhavasava-kekotoran batin yang berupa hasrat untuk menjadi dan ditthasava-kekotoran batin yang berupa kemelekatan terhadap pandangan keliru). Artinya, ketika istilah avijja digunakan, maka mencakup pula hasrat rendah (tanha) dan kemelekatan (upadana). Dalam hal ini, avijja merupakan sebab lampau, sedangkan tanha dan upadana sebagai sebab di masa kini, mengandung arti yang sama. Namun avijja diklasifikasikan sebagi penentu dari yang lampau, sedangkan tanha dan upadana diklasifikasikan sebagai penentu dari masa kini, untuk menujukkan setiap faktor tersebut berperan di dalam keterkaitannya dengan faktor lain pada Paticca Samuppada.

hatRed

kalo begitu penyebab Tanha itu adalah Vedana donk ??

trus nomor2 di Paticcasamuppada itu tidak menandakan urutan kan?
bis kalo gak salah inget di buku pelajaran Agama Buddha SMA doeloe mengatakan bukan berarti urutan.

[at] Dilbert
12, tapi kok cuma ada 11 ya?

[at] upasaka

setuju

Tanha = kini
Avijja = Sebab
i'm just a mammal with troubled soul



Nevada

#26
Paticcasamuppada (Fenomena Hidup dan Kehidupan – Sebab-Musabab yang Saling Bergantung)

   Paticcasamuppada yaitu sebab-musabab yang saling bergantung. Standar format dari Paticcasamuppada tersebut memiliki Dua Interpretasi Utama, yakni satu format adalah sebagai proses yang berlangsung dari kehidupan satu ke kehidupan lain, sedangkan format yang lain merupakan sebuah proses segera, yang muncul di dalam saat-saat kesadaran. Sang Buddha bersabda :
   "Imasmim sati idam hoti,
   "Imassupadda idam uppajjati,
   "Imasmim asati idam na hoti,
   "Imassa nirodha idam nirujjati"
   Artinya :
   "Dengan adanya ini, maka terjadilah itu
   "Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu
   "Dengan tidak adanya ini, maka lenyaplah itu
   "Dengan terhentinya ini, maka terhentilah juga itu"

   Fenomena ini menjelaskan tentang Hukum Relativitas. Segala sesuatu di Semesta Raya ini ada karena Hukum Relativitas. Semuanya merupakan perpaduan berbagai unsur, bergantung pada unsur, dan saling menjadikan. Fenomena kehidupan dan kelangsungan kehidupan ini dapat diterangkan dalam beberapa sudut pandang, antara lain :
– Sudut pandang Nidana 12 (12 Faktor)
– Sudut pandang Tayo Addha 3 (3 Periode)
– Sudut pandang Catusankhepa (4 Bagian)
– Sudut pandang Visatakara (4 Fase 5 Sebab-Akibat)
– Sudut pandang Tini Vattani (3 Lingkaran)
– Sudut pandang Ti Sandhi (3 Hubungan)

Kali ini, saya akan menerangkan Paticcasamuppada dari sudut pandang yang paling umum, yaitu Sudut Pandang Nidana 12 (12 Faktor) :
      1)   Avijja Paccaya Sankhara
            Dikondisikan oleh ketidaktahuan (avijja), maka terjadilah bentuk-bentuk kamma (sankhara)
      2)   Sankhara Paccaya Vinnanam
            Dikondisikan oleh bentuk-bentuk kamma, maka timbullah kesadaran (vinnana)
      3)   Vinnanam Paccaya Namarupam
            Dengan adanya kesadaran, maka timbullah batin (nama) dan badan jasmani (rupa)
      4)   Namarupam Paccaya Salayatanam
            Dikondisikan oleh batin dan badan jasmani, maka timbullah enam landasan indera (salayatana)
      5)   Salayatana Paccaya Phassa
            Dikondisikan oleh enam landasan indera, maka timbullah kontak (phassa)
      6)   Phassa Paccaya Vedana
            Dikondisikan oleh kontak, maka timbullah perasaan (vedana)
      7)   Vedana Paccaya Tanha
            Dikondisikan oleh perasaan, maka timbullah nafsu keinginan (tanha)
     `8)   Tanha Paccaya Upadanam
            Dikondisikan oleh nafsu keinginan, maka timbullah kemelekatan (upadana)
      9)   Upadana Paccaya Bhava
            Dikondisikan oleh kemelekatan, maka timbullah proses penerusan (bhava)
      10) Bhava Paccaya Jati
            Dikondisikan oleh proses penerusan, maka terjadilah kelahiran kembali (jati)
      11) Jati Paccaya Jaramaranam
            Dikondisikan oleh kelahiran, maka terjadilah keluh-kesah, sakit, pelapukan, kematian, dll.
      12) Jara-Marana
            Keluh-kesah, sakit, pelapukan, kematian, dll. adalah takdir yang tidak dipat diingkari

Perlu diketahui, avijja (ketidaktahuan akan kebenaran abadi) bukanlah sebab utama, dan jara-marana bukanlah penyebab avijja. Tiap-tiap Nidana terjadi oleh dan juga berbarengan dengan itu menjadikan. Oleh karena itu mereka semua relatif, saling bergantungan dan saling mengikat serta tidak ada yang tunggal atau berdiri sendiri. Keluh-kesah, sakit, pelapukan, kematian, dan penderitaan adalah takdir yang memang tidak dapat dielakkan. Jadi cara untuk mengakhirinya adalah mengakhiri kelahiran. Mengapa ada kelahiran? Kelahiran ada karena ada sebab yang membawa kita untuk memperpanjang penderitaan. Setelah kematian terjadi, karena sebab itu masih ada maka terjadilah tumimbal lahir atau proses penerusan kehidupan (yang sering disalahartikan sebagai reinkarnasi). Sebab itu adalah proses yang kita buat, proses yang memperpanjang kamma, yaitu proses perbuatan (kamma). Hukum Kamma memiliki kekuatan yang mampu menyeret kita untuk bertumimbal lahir.

Mengapa kita membuat kamma yang bermacam-macam? Kita melakukannya karena kita melekat. Melekat pada sesuatu yang nikmat, melekat pada yang kita sayangi, melekat pada yang kita benci, dan sebagainya. Perasaan ini membuat kita ingin merasakan terus dan tidak rela untuk menghapusnya dalam kehidupan kita, sehingga kekuatan ini akan menyebabkan kita bertumimbal lahir. Lalu kenapa kita bisa melekat? Kita selalu "menginginakan", dan kehendak itulah yang dinamakan sebagai nafsu. Karena nafsulah maka kita melekat. Lalu kenapa bisa ada nafsu? Nafsu bukanlah kodrat kehidupan yang tidak bisa diredam atau dikikis habis. Nafsu muncul karena dikondisikan oleh perasaan. Bila perasaan muncul terhadap sesuatu, maka bila tidak ada kebijaksanaan, pengendalian diri serta perhatian murni (sati), maka terjadilah keinginan untuk merasakan, lalu ingin mengulang-ulang untuk merasakan kembali, sehingga melekat, dan selanjutnya dilakukanlah kamma yang menyebabkan proses tumimbal lahir terjadi kembali.

Lalu apa yang menimbulkan perasaan ? Perasaan itu timbul karena dikondisikan oleh kontak. Kontak yang mengkondisikan ini adalah bentuk kontak batin yang berlangsung saat proses bersama antara indera, objek, perhatian dan media. Contohnya : Saat mata melihat objek penglihatan disertai perhatian pada saat cahaya cukup kuat, maka terjadilah proses batin yang disebut kontak bersamaan dengan kesadaran melihat. Saat kontak terjadi, maka perasaan otomatis muncul. Mengapa terjadi kontak ? Karena ada 6 landasan indera (salayatana). Indera pengelihatan mengadakan kontak dengan dunia luar dengan segala objek wujud, mengkondisikan diri untuk mengenali dunianya. Indera pendengaran mengadakan kontak dengan dunia luar dengan segala objek suara, mengkondisikan diri untuk mengenali dunianya. Indera penciuman mengadakan kontak dengan dunia luar dengan segala objek bebauan, mengkondisikan diri untuk mengenali dunianya. Indera perasa mengadakan kontak dengan dunia luarnya dengan segala objek rasa, mengkondisikan diri untuk mengenali dunianya. Indera peraba mengadakan kontak dengan dunia luar dengan segala objek bentuk, mengkondisikan diri untuk mengenali dunianya. Landasan batin (mental) mengadakan kontak dengan dunia luar dengan segala bentuk pikiran, mengkondisikan diri untuk mengenali dunianya. Karena kontak terjadi akibat adanya 6 landasan indera, bukan berarti kita harus menghancurkannya untuk mencapai kesucian. Semuanya ini dapat dikendalikan oleh sati (perhatian murni).

Mengapa ada salayatana (enam landasan indera) ? Karena ada batin (nama) dan jasmani (rupa). Batin ini bekerja bersama dengan jasmani dalam mengarungi kehidupan. Paduan dari batin dan jasmani ini akan mengkondisikan "alat" untuk mengenali dunianya. Alat inilah yang dinamakan indera. Objek-objek dunia seperti wujud, suara, bebauan, rasa, maupun bentuk itu ada bukan karena menyesuaikan dengan indera. Namun indera timbul karena menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Lalu mengapa ada batin dan jasmani ? Karena ada proses yang menghubungkan kehidupan lampau dengan kehidupan sekarang. Ada kesadaran tumimbal lahir (patisandhi vinnana) yang menghubungkan kehidupan lampau dengan kehidupan sekarang. Lalu mengapa ada kesadaran tumimbal lahir (patisandhi vinnana) ? Karena ada sankhara (kamma) yang bermacam-macam telah dilakukan. Apakah yang telah dilakukan ? Yaitu perbuatan-perbuatan yang akan menyeret kita untuk terus berada dalam samsara (lingkaran penghidupan). Mengapa ada sankhara ? Karena dikondisikan oleh avijja (ketidaktahuan). Tidak mengerti hakekat dari segala sesuatu, tidak mengerti yang baik dan yang jahat, dan tidak mampu menyelami kebenaran abadi. Avijja adalah sumber dari 3 akar kejahatan, yaitu lobha (keserakahan), dosa (kebencian), dan moha (kegelapan batin). Ketika avijja menyelubungi kita, dunia akan terasa gelap. Kita tidak lagi takut untuk berbuat salah, kita tidak lagi malu untuk berbuat yang tidak benar, kita tidak lagi mempunyai kebijaksanaan, terlebih lagi kita tidak akan mampu menguasai pikiran dan tindakan kita. Banyak contoh yang menunjukkan bukti bahwa manusia terselubungi oleh avijja. Mari kita tinjau contoh-contoh berikut :

Manusia dulu menganggap bahwa Matahari yang mengelilingi Bumi, namun kenyataannya Bumilah yang mengelilingi Matahari. Manusia dulu menganggap bahwa Bumi kita ini adalah datar, namun kenyataanya Bumi kita adalah bulat. Dulu kita menganggap bahwa langit kita adalah berwarna biru, namun kenyataanya langit berwarna transparan dan terbias sehingga nampak biru bila dilihat dari Bumi. Manusia dulu berpikir bahwa keturunan hanya dapat didapat melalui pembuahan alami, namun kenyataannya teknologi klonning dapat menciptakan generasi baru, termasuk dapat juga diterapkan pada manusia. Bukti-bukti tadi adalah contoh kecil ketidaktahuan manusia yang ternyata pendapatnya sudah dibuktikan salah oleh ilmu pengetahuan.

Dhamma yang diajarkan Sang Buddha, adalah media yang paling tepat untuk mengikis avijja sampai habis ke akar-akarnya. Karena dengan melenyapkan avijja, maka kita akan mampu melihat kebenaran abadi.
Di dalam Tipitaka (Kitab Suci Agama Buddha, yang berisi semua ajaran dan khotbah Sang Buddha yang disalin dalam 3 bagian besar), dinyatakan bahwa Sang Buddha tidak selalu mendeskripsikan lingkaran Paticcasamuppada di dalam satu bentuk tetap (dari awal hingga akhir seperti di atas). Format seperti di atas digunakan dalam kasus ketika Sang Buddha sedang menjelaskan prinsip Paticcasamuppada secara umum, namun ketika Beliau sedang menjelaskan masalah yang lebih khusus, Beliau sering menjelaskannya dalam urutan yang terbalik, atau bahkan Beliau juga dapat memulainya dari faktor tengah, tergantung dari masalah yang berkaitan.

dilbert

Quote from: hatRed on 20 November 2008, 10:21:34 PM
kalo begitu penyebab Tanha itu adalah Vedana donk ??

trus nomor2 di Paticcasamuppada itu tidak menandakan urutan kan?
bis kalo gak salah inget di buku pelajaran Agama Buddha SMA doeloe mengatakan bukan berarti urutan.

[at] Dilbert
12, tapi kok cuma ada 11 ya?

[at] upasaka

setuju

Tanha = kini
Avijja = Sebab


ada 12 nidana... dalam 11 ketergantungan... urutannya tidak boleh dirubah rubah... Kalau kita melihat bahwa siklus tumimbal lahir terjadi karena avijja (kegelapan bathin/ketidak tahuan)... Karena avijja itulah maka semua respon respon indrawi kita menjadi tanha (nafsu rendah)... ditambah lagi dengan upadana (kemelekatan) seperti yang dijelaskan dengan sangat baik oleh sdr.upasaka, maka masuklah kita ke dalam lingkaran samsara (lahir - mati berulang ulang).
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

hatRed

 [at] Upasaka

wah wah cukup lengkap neh...
tapi saran aja, dirapiin kalau kepanjangan, saya bacanya jadi pusing, pa lagi udah malem bis kerja lagi. :(

paragraph kecil2 atau sedikit melonggarkan kata/baris :)
i'm just a mammal with troubled soul



hatRed

#29
lah... jadi yang bener dimana neh,

12 nidana itu menandakan urutan atau tidak?

kalau seingget saya seperti om Upasaka bilang.

kita boleh memulai dari nomor berapa aja, dan terussss lanjut

tetapi bukan berarti boleh ngacak misal no 2 trus abis no 2 ke no 6 trus 8,4,9,1 dst....
i'm just a mammal with troubled soul