Bhavaviveka "vs" Hinayana

Started by GandalfTheElder, 01 November 2008, 03:18:41 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

truth lover

Quote from: chingik on 12 November 2008, 05:17:08 PM
Quote from: truth lover on 09 November 2008, 09:54:40 PM
QuoteKalau berbicara tentang mencapai pembebasan, ya bisa saja kita katakan Arahat telah terbebas dari jeratan dukkha (siklus samsara).

Mas chingik, saya belum mengerti nih, dikatakan Arahat telah terbebas dari jeratan dukkha (siklus samsara), itu menurut Theravada, bagaimana menurut Mahayana? sebab bingung nih kayaknya ajaran Theravada dan Mahayana berbeda. Mengapa Arahat kok bisa terbebas dari jeratan dukkha coba dong, tolong terangkan menurut Mahayana mengapa demikian?

Terima kasih telah berbagi pengetahuan.
_/\_

Dalam pandangan Mahayana, Arahat terbebas dari siklus samsara dengan mengatasi 10 belenggu batin (samyojana), meskipun ada perbedaan minor ttg isi 10 belenggu dengan Theravada, namun secara garis besar sama , karena sama-sama mengatasi dosa, lobha, dan moha.
Uraian yang lebih luas dalam Mahayana menyebutkan, 10 belenggu merupakan penjabaran dari  Halangan Kekotoran batin (Klesavarana).
Seseorang yang telah mengatasi 10 belenggu akan mencapai kesucian Arahat, dalam Mahayana selevel dengan bodhisatva tingkat ke bhumi ke 7.
Sedangkan Arahat belum mengatasi Halangan Paham (Jneyavarana).
Karena Arahat belum mengatasi Halangan Paham, maka masih menganggap fenomena itu nyata. Sehingga membedakan antara nibbana dan samsara, lalu Arahat memilih 'masuk' ke dalam nibbana.
Jika Seorang Arahat berhasil mengatasi Halangan Paham maka disebut selevel dengan bodhisatva tingkat Keyakinan ke-7. Dengan mengatasi halangan paham, maka Arahat/ Bodhisatva tidak akan berdiam di dalam Nibbana, karena bila halangan paham telah diatasi, konsep nibbana dan samsara tidak terpisahkan lagi, makanya disebut samsara tidak berbeda dengan nibbana, nibbana tidak berbeda dengan samsara, suatu pandangan egaliter non diskriminatif dalam batin seorang bodhisatva.

 

Mas Chingik memang hebat pengetahuan Mahayananya,
keterangan mas Chingik mengenai tingkat-tingkat sesudah mencapai Arahat memang jempol, tapi bukan itu yang saya tanyakan, saya masih belum jelas nih mas, yang saya tanyakan adalah: apakah yang dimaksud terbebas dengan siklus samsara itu? bagaimana sih yang dimaksud dengan terbebas dari jeratan dukkha? apakah dia selalu berbahagia? atau tidak pernah berduka? dan apakah yang dimaksud dengan Nibbana tak berbeda degan samsara? apakah saya lahir jadi manusia juga berarti saya memasuki Nibbana..?

mohon penjelasannya   _/\_
The truth, and nothing but the truth...

chingik

Quote
Mas Chingik memang hebat pengetahuan Mahayananya,
keterangan mas Chingik mengenai tingkat-tingkat sesudah mencapai Arahat memang jempol, tapi bukan itu yang saya tanyakan, saya masih belum jelas nih mas, yang saya tanyakan adalah: apakah yang dimaksud terbebas dengan siklus samsara itu? bagaimana sih yang dimaksud dengan terbebas dari jeratan dukkha? apakah dia selalu berbahagia? atau tidak pernah berduka? dan apakah yang dimaksud dengan Nibbana tak berbeda degan samsara? apakah saya lahir jadi manusia juga berarti saya memasuki Nibbana..?

mohon penjelasannya   

Luar biasa, Truth lover. Anda telah mengajukan pertanyaan yang luar biasa. Cara bertanya anda pun tidak bertele-tele. Langsung menuju ke intinya. Ini menunjukkan anda telah mengkajinya dengan seksama, teliti dan penuh perhatian.
Baiklah dengan segala keterbatasan pengetahuan, saya akan menjawab. JIka ada yang salah, maka saran dan kritik anda sangat dibutuhkan utk meluruskan pandangan saya.

Sebelumnya mari kita pahami dulu apa itu siklus samsara. Ini mengingatkan saya kembali tentang diskusi saya dengan bro Sumedho beberapa waktu lalu tentang pengertian siklus samsara.
"Samsara adalah siklus kelahiran dan kematian yang berulang-ulang".  Dalam Buddhist Dictionary yang disusun oleh Ven.Nyanatiloka juga mendefinisikan samsara sbg: round of rebirth, perpetual wandering. Dengan kata lain, Samsara adalah anonim dari Nibbana. Samsara adalah lingkaran kelahiran-kematian yang berputar-putar. Sedangkan Nibbana adalah berhentinya perputaran itu.
Jadi, terbebas dari siklus samsara adalah pertanda terbebas dari perputaran kelahiran-kematian yang berulang-ulang. Rangkaian Kelahiran-kematian itu ada saatnya terlahir di alam tinggi, ada saatnya terjatuh ke alam rendah, dan yang menentukannya adalah perbuatan kita. Karena terus menerus berproses dalam siklus ini, maka disebut dukkha. Dengan terbebas dari perputaran ini, maka dikatakanlah terbebas dari jeratan dukkha (penderitaan). Terbebas dari dukkha, berarti menemukan kembali kebahagiaan sejati (karena tidak terjebak lagi dalam siklus yg fluktuatif). Menemukan kembali kebahagiaan tertinggi berarti menemukan kebebasan tertinggi. Menemukan kembali kebahagiaan dan kebebasan maka dikatakan tidak akan pernah berduka lagi.

Kebebasan inilah yang disebut dengan Nibbana.
Lantas mengapa dikatakan Nibbana tak berbeda dgn Samsara? Hal ini hanya dapat dipahami oleh orang yang benar-benar telah merealisasi Nibbana. Karena mencapai Nibbana berarti terbebas dari alam pikiran dualitas. Terbebas dari alam pikiran dualitas berarti mencapai keseimbangan egaliter. Batin tidak lagi terpengaruh oleh konsepsi apa yang baik dan buruk, indah dan jelek, bahagia dan duka , begitu juga dengan samsara dan nibbana.  Itulah yang disebut dengan samsara dan nibbana tidak berbeda. Ini hanya bisa dirasakan oleh mereka yang telah merealisasinya.
Sedangkan kita-kita yang lahir jadi manusia sekarang ini tentu tidak bisa dikatakan memasuki nibbana. Karena kita belum mengalaminya.
Jadi samsara=nibbana adalah teori yang dilihat dari perspektif mereka yg telah merealisasinya. Ibarat orang Tokyo yang belum pernah melihat kota Newyork selalu merasa ke dua kota ini sangat berbeda. Namun bila ke dua kota ini sudah sering dikunjungi, maka rasanya sama saja. Ini sekedar gambaran umum, tentu tidak ada analogi yg 100% utuh, karena secara riil, saya blm 'melihat' nibbana.   :P
_/\_



truth lover

QuoteSebelumnya mari kita pahami dulu apa itu siklus samsara. Ini mengingatkan saya kembali tentang diskusi saya dengan bro Sumedho beberapa waktu lalu tentang pengertian siklus samsara.
"Samsara adalah siklus kelahiran dan kematian yang berulang-ulang".  Dalam Buddhist Dictionary yang disusun oleh Ven.Nyanatiloka juga mendefinisikan samsara sbg: round of rebirth, perpetual wandering. Dengan kata lain, Samsara adalah anonim dari Nibbana. Samsara adalah lingkaran kelahiran-kematian yang berputar-putar. Sedangkan Nibbana adalah berhentinya perputaran itu.
Jadi, terbebas dari siklus samsara adalah pertanda terbebas dari perputaran kelahiran-kematian yang berulang-ulang. Rangkaian Kelahiran-kematian itu ada saatnya terlahir di alam tinggi, ada saatnya terjatuh ke alam rendah, dan yang menentukannya adalah perbuatan kita. Karena terus menerus berproses dalam siklus ini, maka disebut dukkha. Dengan terbebas dari perputaran ini, maka dikatakanlah terbebas dari jeratan dukkha (penderitaan). Terbebas dari dukkha, berarti menemukan kembali kebahagiaan sejati (karena tidak terjebak lagi dalam siklus yg fluktuatif). Menemukan kembali kebahagiaan tertinggi berarti menemukan kebebasan tertinggi. Menemukan kembali kebahagiaan dan kebebasan maka dikatakan tidak akan pernah berduka lagi.

Terima kasih mas Chingik atas keterangannya, tapi kalau tidak salah mas Chingik bilang Arahat sudah terbebas dari siklus samsara, terbebas dari kelahiran berulang-ulang, tapi kok terlahir kembali? kita tahu sebagai Bodhisatva kan terlahir lagi tapi katanya terbebas dari kelahiran berulang? ini dua pernyataan kayaknya agak bertentangan...

Yang satu lagi saya ingin bertanya kepada mas chingik kebebasan juga berarti Nibbana, tapi apakah sesudah mencapai Nibbana terlahir lagi?

mohon sharing Dharmanya..   _/\_
The truth, and nothing but the truth...

chingik

 
Quote
Terima kasih mas Chingik atas keterangannya, tapi kalau tidak salah mas Chingik bilang Arahat sudah terbebas dari siklus samsara, terbebas dari kelahiran berulang-ulang, tapi kok terlahir kembali? kita tahu sebagai Bodhisatva kan terlahir lagi tapi katanya terbebas dari kelahiran berulang? ini dua pernyataan kayaknya agak bertentangan...

Arahat terbebas dari siklus samsara. Tentu saja tidak akan terlahir kembali. Dalam Mahayana, terbebas dari samsara bukan berarti tidak bisa mengunjungi samsara lagi. Ibarat terbebas dari penjara, namun anda masih bisa datang ke penjara, tetapi bukan dalam kapasitas anda terkurung. Begitu juga Arahat yang terbebas dari kelahiran kembali, bila mengambil jalan bodhisatva maka dia bukan 'masuk kembali ke lingkaran samsara", tetapi dia sanggup menggunakan iddhi utk melakukan aktivitas bodhisatva, seperti menjelma di berbagai alam-alam. Dalam Mahayana, Bodhisatva tingkat tinggi tidaklah mengalami ombang-ambing samsara. Namun Bodhisatva sanggup menggunakan kekuatannya utk melakukan berbagai kegiatan di dalam samsara. 
Dalam Dasabhumika Sutra menyebutkan, "Setiap bodhisatva yang telah menyempurnakan jalan tingkat ke enam secara lengkap, naik ke tingkat ke tujuh. Mereka bisa masuk ke tingkat ke tujuh melalui sepuluh jenis pekerjaan khusus dalam Jalan yang dihasilkan melalui ketrampilan dalam cara, kebijaksanaan supraduniawi, dan pengetahuan. Apakah yang sepuluh itu? Mereka mengembangkan batin yang terlatih baik untuk memusat pada kekosongan, ketanpa-tandaan, ketanpa-berharapan, tetapi mereka mengumpulkan perlengkapan luhur berupa kebajikan dan pengetahuan. Mereka masuk ke dalam ketanpa-dirian, tanpa makhluk, tanpa jiwa, tanpa pribadi, dan tanpa pribadi dalam segala hal. Tetapi mereka tidak melepaskan 4 pikiran tanpa batas- maitri, karuna, upekha, mudita. Mereka menjalankan pengamalan supraduniawi utk meningkatkan jalan-jalan kebajikan, tetapi mereka tidak terikat pada apa pun juga. Mereka terlepas dari segala hal yang ada di dunia meskipun mereka menghasilkan serangkaian perhiasan bagi dunia. Mereka sangat hening dan tenang karena bebas dari api samsara meskipun mereka menjalankan pekerjaan utk memadamkan api-api samsara nafsu, kebencian dan pandangan semu pada semua makhluk. Mereka menyadari sifat nondualitas dari keberadaan dan ketakberadaan.

dilbert

Quote from: chingik on 15 November 2008, 08:16:39 PM
Quote
Terima kasih mas Chingik atas keterangannya, tapi kalau tidak salah mas Chingik bilang Arahat sudah terbebas dari siklus samsara, terbebas dari kelahiran berulang-ulang, tapi kok terlahir kembali? kita tahu sebagai Bodhisatva kan terlahir lagi tapi katanya terbebas dari kelahiran berulang? ini dua pernyataan kayaknya agak bertentangan...

Arahat terbebas dari siklus samsara. Tentu saja tidak akan terlahir kembali. Dalam Mahayana, terbebas dari samsara bukan berarti tidak bisa mengunjungi samsara lagi. Ibarat terbebas dari penjara, namun anda masih bisa datang ke penjara, tetapi bukan dalam kapasitas anda terkurung. Begitu juga Arahat yang terbebas dari kelahiran kembali, bila mengambil jalan bodhisatva maka dia bukan 'masuk ...... [/i]


Dalam Mahayana, Arahat mengunjungi samsara ?? tapi katanya tidak terlahir kembali, jadi datang dari mana mengunjungi samsara ??
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

chingik

#155
QuoteDalam Mahayana, Arahat mengunjungi samsara ?? tapi katanya tidak terlahir kembali, jadi datang dari mana mengunjungi samsara ??

Pindola Bhavadraja adalah contoh Arahat yang tidak parinibbana dan bersama 1000 Arahat masih berdiam di salah satu kawasan (西瞿陀尼洲 =Gandhamali?),  tentu sanggup mengunjungi dunia ini kapan pun dia mau. (Tapi bukan berarti dia Terlahir kembali)  Ya mungkin akan dibantah bahwa Arahat Pindola 'kan belum parinibbana. Bagaimana kalo sudah parinibbana? Dalam Pandangan Mahayana tentu masih dapat juga mengunjungi samsara. Contohnya Sariputra, meskipun sudah parinibbana, namun karena Buddha meramalkan Dia akan masuk ke jalur Bodhisatva maka suatu saat dia akan melakukan tugas2 bodhisatva dan "mengunjungi" samsara. Mengenai datang dari mana utk mengunjungi samsara, ya dalam Mahayana 'kan menyebutkan tentang 10 dharmadatu, dan salah satunya Arahat dharmadatu. Di mana Arahat dharmadatu itu? Di batin Arahat itu sendiri.   Sama seperti di manakah nibbana? Nibbana tidak ada di mana-mana, karena itu adalah kondisi batin orang yg telah melenyapkan kekotoran batin. Di manakah Arahat, tidak ada di mana mana karena Arahat bebas dari kekotoran batin. Namun bila Arahat mengembangkan Anuttara samyaksambodhi, maka identik dgn bodhisatva bhumi ke 7 , dia akan melakukan tugas2 bodhisatva dan berdiam dalam dharmadatu bodhisatva. Melalui kekuatan pikiran mereka sanggup berdiam di dalam semua kawasan, mengunjungi semua kawasan utk menyempurnakan paramita mereka. Namun mereka tidak dikatakan terlahir kembali karena faktor-faktor mental yg membuat mereka terlahir kembali telah dipatahkan. Akan tetapi dgn kekuatan abhinna mereka mewujudkan diri sesuai kondisi batin makhluk utk memberi pertolongan. "Sesuai dgn perbedaan2 pd ciri2 jasmani makhluk2, warna, penampilan, status, ukuran jasmani, kecondongan, dan bentuk2 mental mereka, dalam berbagai kalangan di banyak kawasan Buddha, di setiap ini para bodhisatva mewujudkan bentuk yg cocok. Dalam kalangan pengemis mereka mucul sebagai pengemis, dalam kalangan pendeta mereka muncul sebagai pendeta, dalam kalangan ksatria dan administrator mereka muncul sebagai administrator, ...petani, pembantu, perumahtangga, dewa, setan...., Mereka bebas dari semua konsepsi tubuh yg berbeda2 dan telah merealisasi kesamaan tubuh-tubuh;"

dilbert

#156
Quote from: chingik on 15 November 2008, 09:56:43 PM
QuoteDalam Mahayana, Arahat mengunjungi samsara ?? tapi katanya tidak terlahir kembali, jadi datang dari mana mengunjungi samsara ??

Pindola Bhavadraja adalah contoh Arahat yang tidak parinibbana dan bersama 1000 Arahat masih berdiam di salah satu kawasan (西瞿陀尼洲 =Gandhamali?),  tentu sanggup mengunjungi dunia ini kapan pun dia mau. (Tapi bukan berarti dia Terlahir kembali)  Ya mungkin akan dibantah bahwa Arahat Pindola 'kan belum parinibbana. Bagaimana kalo sudah parinibbana? Dalam Pandangan Mahayana tentu masih dapat juga mengunjungi samsara. Contohnya Sariputra, meskipun sudah parinibbana, namun karena Buddha meramalkan Dia akan masuk ke jalur Bodhisatva maka suatu saat dia akan melakukan tugas2 bodhisatva dan "mengunjungi" samsara. Mengenai datang dari mana utk mengunjungi samsara, ya dalam Mahayana 'kan menyebutkan tentang 10 dharmadatu, dan salah satunya Arahat dharmadatu. Di mana Arahat dharmadatu itu? Di batin Arahat itu sendiri.   Sama seperti di manakah nibbana? Nibbana tidak ada di mana-mana, karena itu adalah kondisi batin orang yg telah melenyapkan kekotoran batin. Di manakah Arahat, tidak ada di mana mana karena Arahat bebas dari kekotoran batin. Namun bila Arahat mengembangkan Anuttara samyaksambodhi, maka identik dgn bodhisatva bhumi ke 7 , dia akan melakukan tugas2 bodhisatva dan berdiam dalam dharmadatu bodhisatva. Melalui kekuatan pikiran mereka sanggup berdiam di dalam semua kawasan, mengunjungi semua kawasan utk menyempurnakan paramita mereka. Namun mereka tidak dikatakan terlahir kembali karena faktor-faktor mental yg membuat mereka terlahir kembali telah dipatahkan. Akan tetapi dgn kekuatan abhinna mereka mewujudkan diri sesuai kondisi batin makhluk utk memberi pertolongan. "Sesuai dgn perbedaan2 pd ciri2 jasmani makhluk2, warna, penampilan, status, ukuran jasmani, kecondongan, dan bentuk2 mental mereka, dalam berbagai kalangan di banyak kawasan Buddha, di setiap ini para bodhisatva mewujudkan bentuk yg cocok. Dalam kalangan pengemis mereka mucul sebagai pengemis, dalam kalangan pendeta mereka muncul sebagai pendeta, dalam kalangan ksatria dan administrator mereka muncul sebagai administrator, ...petani, pembantu, perumahtangga, dewa, setan...., Mereka bebas dari semua konsepsi tubuh yg berbeda2 dan telah merealisasi kesamaan tubuh-tubuh;"

arahat yang tidak "parinibbana" memang menjadi suatu "pengecualian". Terbatas pada kapasitas kita untuk mengetahui "dimana" para ARAHAT yang tidak parinibbana. Tentunya ini tidak akan menjadi "perdebatan" tentang ARAHAT yang KEMBALI...

Dikatakan bahwa ada 10 dharmadattu... apakah itu ALAM ?? kalau alam berarti ada kelahiran barulah bisa "EKSIS" di alam tersebut. Lantas dikatakan lagi bahwa Arahat Dharmadatu itu berada di bathin ARAHAT itu sendiri... Lagi lagi pernyataan yang AMBIGU... bathin ARAHAT yang mana ?? Apakah di perasaan, pencerapan, ingatan atau kesadaran ARAHAT.

Inilah yang saya katakan In-konsistensi... Satu sisi menyatakan ARAHAT sudah terbebas dari SAMSARA (tidak dilahirkan kembali lagi), satu sisi menyatakan masih bisa mengunjungi SAMSARA...

DAri awal, Saya (dengan versi Theravada saya) tidak menyatakan bahwa Nibbana itu alam... Justru sdr.chingik (dengan versi MAHAYANA-nya) yang menyatakan "seolah-olah" bahwa NIBBANA itu adalah alam, bahwa ada ARAHAT Dharmadattu (tempat para ARAHAT) dsbnya.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

truth lover

Terima kasih mas Chingik atas jawabannya.

tapi tolong dijelaskan lebih jauh, semoga nggak bosan ya...?

QuoteApakah yang sepuluh itu? Mereka mengembangkan batin yang terlatih baik untuk memusat pada kekosongan, ketanpa-tandaan, ketanpa-berharapan, tetapi mereka mengumpulkan perlengkapan luhur berupa kebajikan dan pengetahuan.
apakah batin yang memusat pada kekosongan, ketanpa-tandaan, ketanpa-berharapan masih berharap untuk menjadi Buddha? bukankah seharusnya mereka tak berharap?
QuoteMereka masuk ke dalam ketanpa-dirian, tanpa makhluk, tanpa jiwa, tanpa pribadi, dan tanpa pribadi dalam segala hal. Tetapi mereka tidak melepaskan 4 pikiran tanpa batas- maitri, karuna, upekha, mudita.

bila pikiran yang memiliki maitri, karuna, upekkha dan mudita... bukankah memiliki empat sifat itu juga belum terlepas? bila Arahat masuk pada keadaan ketanpa-dirian, tanpa makhluk, tanpa jiwa, tanpa pribadi, dan tanpa pribadi dalam segala hal. bukankah mereka juga sudah tak berpikir mengenai diri, diri sendiri maupun mahluk lain...?

QuoteMereka menjalankan pengamalan supraduniawi utk meningkatkan jalan-jalan kebajikan, tetapi mereka tidak terikat pada apa pun juga.
Ini juga bukankah kembali ke alam manusia atau ingin menjadi Buddha adalah suatu keterikatan?

QuoteMereka terlepas dari segala hal yang ada di dunia meskipun mereka menghasilkan serangkaian perhiasan bagi dunia.
Maaf lho mas Chingik...bila mereka (Arahat) kembali lagi ke dunia bukankah mereka belum sepenuhnya terlepas? mengapa disini dikatakan "mereka terlepas dari segala hal yang ada di dunia?"

terima kasih atas keterangannya..   _/\_
The truth, and nothing but the truth...

sobat-dharma

Quote from: dilbert on 15 November 2008, 10:16:59 PM

arahat yang tidak "parinibbana" memang menjadi suatu "pengecualian". Terbatas pada kapasitas kita untuk mengetahui "dimana" para ARAHAT yang tidak parinibbana. Tentunya ini tidak akan menjadi "perdebatan" tentang ARAHAT yang KEMBALI...

Dikatakan bahwa ada 10 dharmadattu... apakah itu ALAM ?? kalau alam berarti ada kelahiran barulah bisa "EKSIS" di alam tersebut. Lantas dikatakan lagi bahwa Arahat Dharmadatu itu berada di bathin ARAHAT itu sendiri... Lagi lagi pernyataan yang AMBIGU... bathin ARAHAT yang mana ?? Apakah di perasaan, pencerapan, ingatan atau kesadaran ARAHAT.

Inilah yang saya katakan In-konsistensi... Satu sisi menyatakan ARAHAT sudah terbebas dari SAMSARA (tidak dilahirkan kembali lagi), satu sisi menyatakan masih bisa mengunjungi SAMSARA...

DAri awal, Saya (dengan versi Theravada saya) tidak menyatakan bahwa Nibbana itu alam... Justru sdr.chingik (dengan versi MAHAYANA-nya) yang menyatakan "seolah-olah" bahwa NIBBANA itu adalah alam, bahwa ada ARAHAT Dharmadattu (tempat para ARAHAT) dsbnya.

Anda sulit memahami,  karena masih memisahkan antara alam (dunia eksternal) dengan batin (dunia internal). Dalam mahayana, "alam" dan "batin" bukan lah dua kategori yang terpisah. Justru ketika seseorang masih terjebak untuk memisahkan antara "alam" dan "batin", ia masih terjebak dalam dualitas.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

hendrako

Quote from: sobat-dharma on 16 November 2008, 09:17:57 AM
Quote from: dilbert on 15 November 2008, 10:16:59 PM

arahat yang tidak "parinibbana" memang menjadi suatu "pengecualian". Terbatas pada kapasitas kita untuk mengetahui "dimana" para ARAHAT yang tidak parinibbana. Tentunya ini tidak akan menjadi "perdebatan" tentang ARAHAT yang KEMBALI...

Dikatakan bahwa ada 10 dharmadattu... apakah itu ALAM ?? kalau alam berarti ada kelahiran barulah bisa "EKSIS" di alam tersebut. Lantas dikatakan lagi bahwa Arahat Dharmadatu itu berada di bathin ARAHAT itu sendiri... Lagi lagi pernyataan yang AMBIGU... bathin ARAHAT yang mana ?? Apakah di perasaan, pencerapan, ingatan atau kesadaran ARAHAT.

Inilah yang saya katakan In-konsistensi... Satu sisi menyatakan ARAHAT sudah terbebas dari SAMSARA (tidak dilahirkan kembali lagi), satu sisi menyatakan masih bisa mengunjungi SAMSARA...

DAri awal, Saya (dengan versi Theravada saya) tidak menyatakan bahwa Nibbana itu alam... Justru sdr.chingik (dengan versi MAHAYANA-nya) yang menyatakan "seolah-olah" bahwa NIBBANA itu adalah alam, bahwa ada ARAHAT Dharmadattu (tempat para ARAHAT) dsbnya.

Anda sulit memahami,  karena masih memisahkan antara alam (dunia eksternal) dengan batin (dunia internal). Dalam mahayana, "alam" dan "batin" bukan lah dua kategori yang terpisah. Justru ketika seseorang masih terjebak untuk memisahkan antara "alam" dan "batin", ia masih terjebak dalam dualitas.

Menurut saya, yang dimaksud oleh bro Dilbert bukanlah soal antara alam dan batin yang notabene masih dalam lingkup samsara (sankhara), namun antara
(pari)-nibbana (yang tidak berkondisi) dan samsara (yang berkondisi),
yang tak terlahir (lagi ) dengan yang masih terlahir kembali,
yang di luar dualitas dengan yang dualitas. (NB: "diluar dualitas" bukan lawan dari dualitas)

Kelihatannya perbedaan pandangan tentang Nibbana inilah yang menyebabkan perbedaan pandangan tentang Arahat.  :-?

yaa... gitu deh

chingik

Quote
arahat yang tidak "parinibbana" memang menjadi suatu "pengecualian". Terbatas pada kapasitas kita untuk mengetahui "dimana" para ARAHAT yang tidak parinibbana. Tentunya ini tidak akan menjadi "perdebatan" tentang ARAHAT yang KEMBALI...

Dikatakan bahwa ada 10 dharmadattu... apakah itu ALAM ?? kalau alam berarti ada kelahiran barulah bisa "EKSIS" di alam tersebut. Lantas dikatakan lagi bahwa Arahat Dharmadatu itu berada di bathin ARAHAT itu sendiri... Lagi lagi pernyataan yang AMBIGU... bathin ARAHAT yang mana ?? Apakah di perasaan, pencerapan, ingatan atau kesadaran ARAHAT.

Inilah yang saya katakan In-konsistensi... Satu sisi menyatakan ARAHAT sudah terbebas dari SAMSARA (tidak dilahirkan kembali lagi), satu sisi menyatakan masih bisa mengunjungi SAMSARA...

DAri awal, Saya (dengan versi Theravada saya) tidak menyatakan bahwa Nibbana itu alam... Justru sdr.chingik (dengan versi MAHAYANA-nya) yang menyatakan "seolah-olah" bahwa NIBBANA itu adalah alam, bahwa ada ARAHAT Dharmadattu (tempat para ARAHAT) dsbnya.

Inkonsistensi bagaimana? Analoginya adalah Orang yang terbebas dari penjara masih sanggup datang ke penjara (tapi bukan dalam kapasitas tekurung).  Jika tidak bisa datang ke penjara (seperti pemahaman anda tentang Arahat) maka ini menunjukkan ada satu rintangan yg tidak dapat ditembus oleh Arahat. Jika ada rintangan, bagaimana bisa disebut mencapai kebebasan?   
Saya tidak mengatakan Arahat yang terbebas dari penjara akan "Terlahir Kembali" dlm pengertian konvensional. Tetapi karena telah mematahkan dualitas, maka Arahat yg masuk ke jalur bodhisatva tidak melekat antara samsara dan nibbana, karena tidak melekat, maka ia leluasa, karena leluasa maka dikatakan batinnya bebas. Tidak ada pernyataan bahwa Arahat akan lahir kembali. Yang ada adalah dengan kekuatan pikiran, Arahat yg masuk ke jalur bodhsiatva dapat melakukan aktivitas kebodhisatvaan dgn berbagai jelmaan.  
Jika mengatakan Arahat tidak akan mengunjungi samsara lagi, justru itu menunjukkan pemikiran dualitas Arahat. Jadi penjelasan singkat bro Soba-dharma saya rasa perlu dicamkan juga.

chingik

Quote
apakah batin yang memusat pada kekosongan, ketanpa-tandaan, ketanpa-berharapan masih berharap untuk menjadi Buddha? bukankah seharusnya mereka tak berharap?
Tak berharap disini merujuk pada 'tak berharap ' pd motivasi dan elemen2 mental negatif, di mana mereka tidak berharap pada hal-hal yang mengarah ke hal-hal duniawi.  Sedangkan pencanangan awal mereka utk mencapai Anuttara Samyaksambodhi sudah tidak berhenti lagi, seperti kendaraan yang melesat, awalnya ada motivasi utk menjalankan kendaraan, setelah bergerak maka tanpa ada dorongan apapun, kendaraan akan tetap melesat. Demikian juga setelah mencapai tahapan ini, bodhisatva telah melesat pada Anuttara Samyaksambodhi tanpa ada dorongan batin seperti awal pencanangannya. Yang ada adalah dorongan2 batin penyeimbang yg tidak dapat disamakan dengan pengharapan. Jadi pengertian tak berharap jangan dipahami secara absolut. Seperti anda mengatakan "Saya sekali makan sudah kenyang". Apakah ini pengertian absolut anda? Jika ya, maka seumur hidup seharusnya anda sekali makan sudah kenyang, tapi tentu ada saat2 lain anda makan 2 kali baru kenyang. Jadi satu istilah jangan dipahami secara absolut, sebuah Sutra jangan dipahami sepenggal-sepenggal.   

Quote
bila pikiran yang memiliki maitri, karuna, upekkha dan mudita... bukankah memiliki empat sifat itu juga belum terlepas?
Jadi pikiran seperti apakah yang menurut anda baru disebut terlepas?

Quote
bila Arahat masuk pada keadaan ketanpa-dirian, tanpa makhluk, tanpa jiwa, tanpa pribadi, dan tanpa pribadi dalam segala hal. bukankah mereka juga sudah tak berpikir mengenai diri, diri sendiri maupun mahluk lain...?
Ya, karena tidak berpikir mengenai diri itulah  maka baru sanggup memberi manfaat sejati pada makhluk2. Jika masih berpikir mengenai diri, maka tidak dapat disebut bodhisatva sejati. 

Quote
Maaf lho mas Chingik...bila mereka (Arahat) kembali lagi ke dunia bukankah mereka belum sepenuhnya terlepas? mengapa disini dikatakan "mereka terlepas dari segala hal yang ada di dunia?"
Terlepas di sini bukan berarti terlepas dari hubungan dengan apapun. Jika benar2 terlepas dari hubungan apapun maka sama saja dengan pandangan nihilis.
Mereka terlepas dari segala hal yang ada di dunia mengandung arti bahwa mereka melakukan apapun tetapi tidak ada kemelekatan. Itulah yang disebut terlepas.


truth lover

#162
Wah semakin banyak pengertian saya akan Mahayana bertambah berkat mas Chingik,

tapi minta nambah pengetahuan ya mas chingik?
Quote
Quote
apakah batin yang memusat pada kekosongan, ketanpa-tandaan, ketanpa-berharapan masih berharap untuk menjadi Buddha? bukankah seharusnya mereka tak berharap?
Tak berharap disini merujuk pada 'tak berharap ' pd motivasi dan elemen2 mental negatif, di mana mereka tidak berharap pada hal-hal yang mengarah ke hal-hal duniawi.  Sedangkan pencanangan awal mereka utk mencapai Anuttara Samyaksambodhi sudah tidak berhenti lagi, seperti kendaraan yang melesat, awalnya ada motivasi utk menjalankan kendaraan, setelah bergerak maka tanpa ada dorongan apapun, kendaraan akan tetap melesat. Demikian juga setelah mencapai tahapan ini, bodhisatva telah melesat pada Anuttara Samyaksambodhi tanpa ada dorongan batin seperti awal pencanangannya. Yang ada adalah dorongan2 batin penyeimbang yg tidak dapat disamakan dengan pengharapan. Jadi pengertian tak berharap jangan dipahami secara absolut. Seperti anda mengatakan "Saya sekali makan sudah kenyang". Apakah ini pengertian absolut anda? Jika ya, maka seumur hidup seharusnya anda sekali makan sudah kenyang, tapi tentu ada saat2 lain anda makan 2 kali baru kenyang. Jadi satu istilah jangan dipahami secara absolut, sebuah Sutra jangan dipahami sepenggal-sepenggal. 

ya memang benar bahwa sutta harus dimengerti secara keseluruhan artinya, oleh sebab itu saya meminta mas Chingik membantu saya agar mendapatkan pengertian secara menyeluruh dan lengkap mengenai Mahayana.

bila seorang Arahat dikatakan bahwa mereka telah tidak tertarik kepada hal-hal duniawi dan tidak berharap dll, apakah menurut mahayana seorang Arahat masih memiliki kekotoran batin? apakah seorang Arahat menurut ajaran Mahayana masih memiliki keinginan duniawi?

Quote
Quote
bila pikiran yang memiliki maitri, karuna, upekkha dan mudita... bukankah memiliki empat sifat itu juga belum terlepas?
Jadi pikiran seperti apakah yang menurut anda baru disebut terlepas?

justru itu saya ingin meminta pendapat mas Chingik, bukankah memiliki maitri, karuna, mudita dan upekkha juga berarti belum terlepas seluruhnya? belum terlepas dari dualitas maitri-non maitri; karuna-non karuna; mudita-non mudita dan upekkha-non upekkha? bukankah itu berarti belum kosong sepenuhnya? belum terlepas sepenuhnya? pengetahuan saya cetek, mohon koreksinya.

Quote
Quote
bila Arahat masuk pada keadaan ketanpa-dirian, tanpa makhluk, tanpa jiwa, tanpa pribadi, dan tanpa pribadi dalam segala hal. bukankah mereka juga sudah tak berpikir mengenai diri, diri sendiri maupun mahluk lain...?
Ya, karena tidak berpikir mengenai diri itulah  maka baru sanggup memberi manfaat sejati pada makhluk2. Jika masih berpikir mengenai diri, maka tidak dapat disebut bodhisatva sejati. 
ya saya agak setuju pendapat mas Chingik, tetapi pertanyaannya apakah orang yang berpikir mengenai diri, seperti kita-kita ini tak dapat memberi manfaat sejati kepada mahluk-mahluk lain? (oh ya manfaat sejati itu contohnya apa ya mas Chingik?)
Quote
Quote
Maaf lho mas Chingik...bila mereka (Arahat) kembali lagi ke dunia bukankah mereka belum sepenuhnya terlepas? mengapa disini dikatakan "mereka terlepas dari segala hal yang ada di dunia?"
Terlepas di sini bukan berarti terlepas dari hubungan dengan apapun. Jika benar2 terlepas dari hubungan apapun maka sama saja dengan pandangan nihilis.
Mereka terlepas dari segala hal yang ada di dunia mengandung arti bahwa mereka melakukan apapun tetapi tidak ada kemelekatan. Itulah yang disebut terlepas.

Nah ini yang kadang-kadang repot mengenai kemelekatan ini, pernah suatu ketika saya terlibat dalam suatu diskusi, lalu muncul pertanyaan mengenai kemelekatan, kemelekatan terhadap apa?  Dan saya tidak mengerti mengenai kemelekatan karena nampaknya kemelekatan artinya luas sekali. Mas chingik tolong penjelasannya melepas terhadap apa? tidak melepas dalam hal apa? kemelekatan terhadap apa? tidak melekat terhadap apa?

sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas  penjelasannya, maaf merepotkan.

_/\_
The truth, and nothing but the truth...

sobat-dharma

Quote from: hendrako on 16 November 2008, 11:47:38 AM

Kelihatannya perbedaan pandangan tentang Nibbana inilah yang menyebabkan perbedaan pandangan tentang Arahat.  :-?



Ya karena itulah saya melihat jika masih menganut salah satu paham apakah "Nirvana adalah alam" atau "Nirvana atau kondisi batin", maka ia terkurung dalam paham itu. Mungkin ini salah satu dari contoh jneyavarana. Karena memandang nirvana itu adalah kondisi batin, maka jalan sravaka mengira jika seseorang mencapai nibbana maka ia tidak akan kembali lagi (merosot). Padahal nirvana bukan lah batin ataupun alam, karena jika memandang nirvana adalah salah satunya, maka seseorang masih terikat pada dualitas atau paham yang salah (jneya).
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

dilbert

Quote from: sobat-dharma on 16 November 2008, 03:16:12 PM
Quote from: hendrako on 16 November 2008, 11:47:38 AM

Kelihatannya perbedaan pandangan tentang Nibbana inilah yang menyebabkan perbedaan pandangan tentang Arahat.  :-?



Ya karena itulah saya melihat jika masih menganut salah satu paham apakah "Nirvana adalah alam" atau "Nirvana atau kondisi batin", maka ia terkurung dalam paham itu. Mungkin ini salah satu dari contoh jneyavarana. Karena memandang nirvana itu adalah kondisi batin, maka jalan sravaka mengira jika seseorang mencapai nibbana maka ia tidak akan kembali lagi (merosot). Padahal nirvana bukan lah batin ataupun alam, karena jika memandang nirvana adalah salah satunya, maka seseorang masih terikat pada dualitas atau paham yang salah (jneya).

Lantas Nirvana itu apa ?? Dikatakan bahwa nirvana itu bukan alam (saya juga menyatakan bukan alam), juga bukan kondisi bathin (saya lebih setuju dengan terminologi ini). Benar sekali dalam bathin seorang ARAHAT tidak membedakan lagi antara nibbana dan samsara (karena sudah mencapai egaliter non-dualisme), tetapi ketika berbicara kepada umat AWAM, seorang sammasambuddha bahkan harus menjelaskan apa itu samsara dan apa itu nibbana...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan