Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas

Started by vincentliong, 29 June 2008, 08:44:32 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

K.K.

QuoteKonsep keadilan adalah: Yang diberi banyak dituntut banyak, yang diberi sedikit dituntut sedikit. Sama rata itu konsep dari keadilan manusia yang tercemar oleh ide komunisme. Apakah presiden dan tukang kebun yang tuntutannya berbeda apakah adil jika disamakan upahnya.

Bukannya agama yang mencemarkan konsep keadilan yang logis?
Masalahnya ada orang yang mau jadi presiden, tetapi hanya mampu jadi tukang kebun.
Di lain pihak ada orang cuma mampu jadi tukang kebun, tapi bisa jadi presiden hanya karena kolusi.

Lagipula menjadi presiden dan tukang kebun adalah setelah dia memilih pekerjaan, tuntuan dan upahnya. Sedangkan keadilan yang saya tanyakan adalah yang tidak bisa dipilih, misalnya:
1. terlahir di negara perang, mengalami cacad sejak bayi karena bom
2. terlahir di negara damai, di keluarga orang kaya

Bagaimana perbedaan tuntutannya?

K.K.

QuoteKata temanku...Schizophrenia itu juga bisa terjadi sama orang yang lagi mengkonsumsi narkoba.

Ya, halusinasinya macem2, sepertinya schizophrenia salah satunya.
Yang umum kita sebut sebagai 'gila' itu juga adalah schizophrenia, tetapi dalam skala keparahan yang berbeda saja.

_/\_

Edward

jadi inget film fight club-ny brad pitt
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

K.K.

Quote from: Edward on 02 July 2008, 04:18:06 PM
jadi inget film fight club-ny brad pitt

Kalo itu, lebih ke MPD (Multiple Personality Disorder), sama seperti film Identity.

vincentliong

Quote from: Kainyn_Kutho on 02 July 2008, 04:09:27 PM
QuoteKonsep keadilan adalah: Yang diberi banyak dituntut banyak, yang diberi sedikit dituntut sedikit. Sama rata itu konsep dari keadilan manusia yang tercemar oleh ide komunisme. Apakah presiden dan tukang kebun yang tuntutannya berbeda apakah adil jika disamakan upahnya.

Bukannya agama yang mencemarkan konsep keadilan yang logis?
Masalahnya ada orang yang mau jadi presiden, tetapi hanya mampu jadi tukang kebun.
Di lain pihak ada orang cuma mampu jadi tukang kebun, tapi bisa jadi presiden hanya karena kolusi.

Lagipula menjadi presiden dan tukang kebun adalah setelah dia memilih pekerjaan, tuntuan dan upahnya. Sedangkan keadilan yang saya tanyakan adalah yang tidak bisa dipilih, misalnya:
1. terlahir di negara perang, mengalami cacad sejak bayi karena bom
2. terlahir di negara damai, di keluarga orang kaya

Bagaimana perbedaan tuntutannya?


Andaikan seorang tuan yang sangat kaya lalu pergi ke kebun raya bogor. Di depan sana ada 1000 pengemis berderet menunggu sedekah. Lalu tuan itu memberikan sedekah ke beberapa pengemis diantara 1000 pengemis. Biarpun tuan itu membawa uang yang lebih dari cukup untuk memberikan uang kepada 1000 pengemis itu, pasti ia tidak akan memberikan uang itu pada setiap pengemis. Tentu dia memiliki kebijaksanaan terhadap siapa pengemis yang akan diberi dan yang tidak perlu diberi.

Ketika tuan itu tiba memberi uang kepada seorang pengemis yang muda, pengemis yang muda itu berdiri dan berkata;"Mengapa tuan tidak memberikan uang itu ke pengemis yang duduk disamping saya?" Ada tiga kemungkinan yang tuan tsb akan lakukan:
1. Mungkin tuan tersebut tidak menghiraukan omongan anak muda ini dan melanjutkan membagi uang.
2. Bisa saja tidak jadi memberikan uang tsb kepada yang muda tadi, tetapi memberikannya kepada yang duduk disamping si pemuda itu.
3. Bisa saja tuan itu bertanya;"Apa hak kamu mempertanyakan kebijaksanaan saya, coba tanya ke pengemis tua yang buta itu, apakah saya tidak adil?" 
4. Bisa saja tuan itu berkata;"Mengapa kamu sendiri yang sudah saya beri uang tidak rela membagikan uang yang sudah saya berikan kepada kamu kepada pengemis yang duduk disamping kamu yang tidak saya beri?"

Kita sebagai ciptaan tidak akan mampu mengerti kebijaksanaan dari sang pencipta. Tetapi yang kita tahu bahwa kalau kita diberi sesuatu yang lebih oleh pencipta maka tugas kita membagikan kepada yang kekurangan.

Jika kita mampu mengerti dengan otak kita yang kecil ini tentang kebijaksanaan dari sang pencipta, maka sang pencipta tidaklah lebih besar dari otak kita yang kecil ini.

K.K.

QuoteAndaikan seorang tuan yang sangat kaya lalu pergi ke kebun raya bogor. Di depan sana ada 1000 pengemis berderet menunggu sedekah. Lalu tuan itu memberikan sedekah ke beberapa pengemis diantara 1000 pengemis. Biarpun tuan itu membawa uang yang lebih dari cukup untuk memberikan uang kepada 1000 pengemis itu, pasti ia tidak akan memberikan uang itu pada setiap pengemis. Tentu dia memiliki kebijaksanaan terhadap siapa pengemis yang akan diberi dan yang tidak perlu diberi.

Nah, itu dia dari awal saya katakan bahwa manusia tidak punya kehendak bebas. Yang berkehendak bebas adalah Tuhan dalam membagi-bagikan berkat (yang jikapun adil atau tidak adil, otak kecil kita tidak akan bisa mempertanyakan kebijaksanaan-Nya).

Kemudian lagi manusia mendapatkan kemampuan yang berbeda. Seperti dalam kisah tadi, si pengemis yang sudah 'dapat' jatah, bisa menggunakannya untuk diri sendiri atau diberikan kepada pengemis yang dianggap lebih membutuhkan. Tapi, pengemis yang tidak dapat 'jatah', kehendak bebasnya hanyalah untuk menggigit jari atau tidak menggigit jari.
Dan tentu saja dalam versi agama, itu disebut keadilan Tuhan yang tidak bisa dijangkau pikiran. Berbeda dengan paham komunisme.


QuoteTetapi yang kita tahu bahwa kalau kita diberi sesuatu yang lebih oleh pencipta maka tugas kita membagikan kepada yang kekurangan.
Lalu tugasnya yang kekurangan, ngapain? mengemis?  ;D


QuoteJika kita mampu mengerti dengan otak kita yang kecil ini tentang kebijaksanaan dari sang pencipta, maka sang pencipta tidaklah lebih besar dari otak kita yang kecil ini.
Jka sang pencipta begitu bijaksana, tentu Dia tidak akan menyatakan keadilan dengan cara yang tidak bisa dimengerti ciptaan-Nya.  ;D


williamhalim

 [at]  Vincent Liong:
Apakah anda 'yakin' akan adanya Sang Pencipta, yg Maha Kuasa, Maha Penyayang dan Maha Adil?
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Riky_dave

Diskusi yang hanya akan menambah "debu"....:)

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Fudotakika

THE WORLD IS JUST AWESOME

vincentliong

#84
Quote from: willibordus on 02 July 2008, 06:36:53 PM
[at]  Vincent Liong:
Apakah anda 'yakin' akan adanya Sang Pencipta, yg Maha Kuasa, Maha Penyayang dan Maha Adil?

Sekian tahun lamanya saya berusaha keras untuk menyangkal keberadaan Sang Pencipta, yg Maha Kuasa, Maha Penyayang dan Maha Adil, karena itulah saya berusaha mulai dari menulis, hingga akhirnya bikin kompatiologi yang berpusat pada "saya/aku" pada masing-masing pribadi.

Yang menjadi masalah, ternyata ada mekanisme dalam mental saya yang ternyata membutuhkan hal yang berusaha saya sangkal tsb.

1. Ada mekanisme pelepasan ketegangan "klimaks" itu sebabnya saya membutuhkan pilihan yang enak dan tidak enak bukan enak dan enak atau tidak enak dan tidak enak.
2. Seperti kata Karl Marx bahwa agama itu "candu masyarakat". Kok saya memerlukan yang namanya meyakini sesuatu, memiliki pengharapan terhadap sesuatu yang tidak kelihatan.
3. Kok ada yang namanya kasih yang kalau saya telah memilikinya baru saya bisa memancarkannya kepada orang lain, lalu kalau orang lain mendapatkannya kok kasih yang ada di dalam diri saya bisa berkembang. Jadi bisa seperti putaran yang makin lama makin membesar tak terbatas.

Ketika saya mau menulis tulisan mengenai Adam dan Hawa seperti biasa saya bertanya pada sahabat-sahabat saya yang ahli di bidangnya, salahsatunya bapak "J.S." yang ahli dalam agama ka****k, dia malah komentar ke saya bahwa; Apakah Adam dan Hawa itu benar-benar ada? Yang penting bagi dia bahwa keberadaan cerita Adam dan Hawa membantu kita memahami manusia seperti Yesus suka bicara perumpamaan-perumpamaan.

Seperti yang saya tulis di e-book Kompatiologi Logika Komunikasi Empati halaman 33 / Posisi Kompatiologi dalam ranah Sumberdaya Manusia;
"Pada awalnya saya sempat berpikir bahwa dekon-kompatiologi dapat mengakibatkan orang kehilangan agama, keyakinan, kepercayaan dan segala label-labelnya. Saya sempat kahwatir tentang masalah-masalah yang bisa saja timbul bila terjadi demikian. Ketika saya masuk ke pengamatan terhadap kondisi terdekon pasca dekon-kompatiologi, rupanya yang terjadi berbeda dengan yang saya perkirakan. Pasca dekon-kompatiologi, para terdekon justru berusaha mendalami agama, keyakinan & kepercayaan-nya sendiri-sendiri dengan lebih mendalam; tidak bisa dipengaruhi dan juga tidak ingin mempengaruhi orang lain dalam hal agama, keyakinan & kepercayaan tersebut; Sebab mereka menganggap agama, keyakinan & kepercayaan sebagai proses pendalaman identitas diri sendiri, seperti orang membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi dan membutuhkan budaya untuk memiliki identitas dalam bermasyarakat."

Jadi buat saya meyakini apa yang disebut Sang Pencipta, yg Maha Kuasa, Maha Penyayang dan Maha Adil adalah bagian dari kebutuhan mental. Akhirnya saya nyerah juga dari penyangkalan saya...

...

Zaman dahulu kala, ada seseorang yang berkesempatan mendapat kehidupan dimana pilihannya adalah enak dan enak, dia menyangkal pilihan enak dan enak tersebut lalu ia keluar dan menemukan bahwa; kehidupan selanjutnya adalah pilihan tidak enak dan tidak enak, dia menyangkal pilihan tidak enak dan tidak enak tersebut.

Dia tidak terima bahwa tidak ada pilihan enak dan tidak enak. yang ada hanyalah enak dan enak atau tidak enak dan tidak enak.

Maka dia berusaha membuat beberapa pilihan baru diluar pilihan yang telah ada tersebut.

(NOTE: Siapakah dia? Inisialnya: "S.G." sudah bisa menebak khan... Lalu apakah pilihan-pilihan baru diluar pilihan yang telah ada tersebut?)

Edward

   #-o #-o #-o
Pusing bro..Bahasamu terlalu sulit dimengerti...Intinya sulit ditangkap..Cma nangkap dikit2..

Begini Bro, yang mo saya tanyain, mengapa menurut bro si mental membutuhkan pegangan? Jadi si tuhan ini hanyalah produk yang diciptakan oleh mental untuk menyenangkan mental?

Jadi keinget cerita Final Fantasy X... ^-^ Faith ,menciptakan dunia khayalan yang akhirnya dunia khayalannya menjadi sangat nyata, dan menutupi kenyataan sebenarnya bahwa faith itu hanya tertidur dan bermimpi...  ^-^

Ow iya, S.G itu siapa? Apa maksudnya enak atau enak, tidak enak atau tidak enak, dan enak atau tidak enak?
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

nyanadhana

Hauhahahaha....ane main Final Fantasy X,sepertinya semua orang terjebak dalam pemikiran sebuah RPG mengenai Sin dan Faith. tuh game bisa menjawab kekonyolan seseorang dalam pola pikir,hauahauhauha.....Btw, si Tidus habis loncat trus ilang kemana yaph? suwe pas lagi nonton FMVnya tiba2 mati listrik zzzzt....jadi mesti main ulang gara-gara memory card ane jadi bermasalah... PLN oh PLN kezamnya dikau....
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

K.K.

QuoteSekian tahun lamanya saya berusaha keras untuk menyangkal keberadaan Sang Pencipta, yg Maha Kuasa, Maha Penyayang dan Maha Adil, karena itulah saya berusaha mulai dari menulis, hingga akhirnya bikin kompatiologi yang berpusat pada "saya/aku" pada masing-masing pribadi.

Wah, ini mirip dengan saya, tapi di sisi satu lagi. Bertahun-tahun saya berusaha percaya keberadaan Sang Pencipta, Mahakuasa, Mahakasih dan Mahaadil sampai akhirnya saya menyerah karena untuk itu, saya harus membuang logika saya.


Quote
Zaman dahulu kala, ada seseorang yang berkesempatan mendapat kehidupan dimana pilihannya adalah enak dan enak, dia menyangkal pilihan enak dan enak tersebut lalu ia keluar dan menemukan bahwa; kehidupan selanjutnya adalah pilihan tidak enak dan tidak enak, dia menyangkal pilihan tidak enak dan tidak enak tersebut.

Dia tidak terima bahwa tidak ada pilihan enak dan tidak enak. yang ada hanyalah enak dan enak atau tidak enak dan tidak enak.

Maka dia berusaha membuat beberapa pilihan baru diluar pilihan yang telah ada tersebut.

Wah, kisahnya keliru tuh. Dia bukan memilih kehidupan "enak dan tidak enak", tetapi melihat bahwa segala sesuatu yang dibatasi oleh dualisme "enak", pasti akan menjadi "tidak enak", dan sebaliknya, karena terkena hukum perubahan. Maka dia mencari jalan di atas "enak dan tidak enak" dan di atas "bukan enak dan bukan juga tidak enak".

vincentliong

#88
Quote from: Edward on 03 July 2008, 03:22:08 AM
   #-o #-o #-o
Pusing bro..Bahasamu terlalu sulit dimengerti...Intinya sulit ditangkap..Cma nangkap dikit2..

Begini Bro, yang mo saya tanyain, mengapa menurut bro si mental membutuhkan pegangan? Jadi si tuhan ini hanyalah produk yang diciptakan oleh mental untuk menyenangkan mental?

Jadi keinget cerita Final Fantasy X... ^-^ Faith ,menciptakan dunia khayalan yang akhirnya dunia khayalannya menjadi sangat nyata, dan menutupi kenyataan sebenarnya bahwa faith itu hanya tertidur dan bermimpi...  ^-^

Ow iya, S.G itu siapa? Apa maksudnya enak atau enak, tidak enak atau tidak enak, dan enak atau tidak enak?

Mekanisme mentalnya intinya 3: Iman Pengharapan dan Kasih. 
"Maka dia berusaha membuat beberapa pilihan baru diluar pilihan yang telah ada tersebut."(yg dialami 'S.G.')
Pilihan barunya adalah "pengharapan" akan nirwana atau mungkin lepas dari siklus hidup dan mati (harap koreksi kalau saya salah). "Kasih" yang dipancarkannya kepada orang lain lalu diterima orang lain menimbulkan penambahan rasa bahagia pada diri sendiri sehingga terjadi siklus pertambahan rasa bahagia yang tidak ada habisnya. "Iman"-nya adalah tercapainya range/jangkauan pengalaman perasaan dari paling enak sampai paling tidak enak. Hal-hal ini dicapai dengan menyangkal banyak hal kecuali keberadaan diri sendiri dan meditasi.

Enak dan enak. Pembandingnya enak adalah enak, jadi sama saja tidak ada pembanding/variasi.
Tidak enak dan tidak enak. Pembandingnya tidak enak adalah tidak enak, jadi sama saja tidak ada pembanding/variasi.

Enak dan tidak enak. Pembandingnya enak adalah tidak enak, antara enak dan tidak enak terdapat suatu range (jangkauan) yang dicapai. Misalnya kalau dalam matematika saya menulis: 1 < 10 maka ada ruangan antara 1 dan 10 yang jangkauannya sebesar 9.

Misalnya seekor anjing memakan dog food yang sama setiap hari (tidak diberi makanan yang lain), lalu tiba-tiba tuannya menjatuhkan sebuah bakso ikan. Maka bakso ikan tsb memberikan pembanding antara dog food dan bakso ikan. Meskipun hanya sesekali pengalaman bakso ikan tsb  ia alami tetapi sangat berarti karena memberikan range/jangkauan perbedaan antara pengalaman makan dog food dan makan bakso ikan.

"S.G." itu "S.B.". Selain cara yang ditempuh si "S.G." ada banyak pribadi lain yang menemukan caranya sendiri dalam mengakali problema "Mekanisme mentalnya intinya 3: Iman Pengharapan dan Kasih" dengan caranya masing-masing.

Pilihan cara yang 'saya' (Vincent Liong) pakai cenderung menggunakan minuman tidak menggunakan meditasi, sebab meminum minuman adalah pengalaman ke dalam diri beda dengan pendengaran, penciuman, pengelihatan, perabaan, dlsb yang sifatnya pengalaman ke luar diri. Intinya asal tercapai range/jangkauan/variasi pengalaman pribadi. Hasilnya mirip-mirip karena permasalahan yang ingin dijawab itu-itu saja, penjelasan dan sudutpandang dalam memperlakukan Iman Pengharapan dan Kasih bisa berbeda-beda.

Saya memilih cara ini karena sulit melakukan quality control dalam mengajarkan meditasi sebab siapa tahu isi hati setiap orang, siapa tahu dia mengartikan proses bimbingan secara benar atau salah. Pengalaman pengecapan masih lebih mudah dibuat quality control-nya karena pengalamannya adalah pengalaman fisikal, bukan pengalaman pikiran yang tidak memiliki ketetapan karena bisa berubah dan dimanipulasi oleh pribadi itu sendiri tanpa disadari.

"Iman Pengharapan dan Kasih"
(note: masing-masing dari anda juga bisa melakukan pencarian tentang rumus apa yang mau anda gunakan untuk mengakali permasalahan mental ini. tidak menjadi masalah cara mana yang anda pakai asal dirasa cocok bagi diri anda. Tidak setiap cara diperuntukkan untuk semua orang.)

K.K.

Quote"S.G." itu "S.B.". Selain cara yang ditempuh si "S.G." ada banyak pribadi lain yang menemukan caranya sendiri dalam mengakali problema "Mekanisme mentalnya intinya 3: Iman Pengharapan dan Kasih" dengan caranya masing-masing.

Keliru lagi. S.G. ini tidak menggunakan iman. S.G. ini menggunakan pembuktian dan realisasi kebenaran apa adanya, bukan percaya akan sesuatu yang diyakini sebagai benar.

Kalau dibilang menggunakan "kasih", "kasih" yang seperti apa? Dalam ajaran anda saja, kasih itu dibagi menjadi 4 (Agape, Storge, Philia dan Eros), yang tiga di antaranya (kecuali Agape) itu dalam doktrin S.G. ini termasuk dalam piyappiya (kasih yang berupa kemelekatan). Agape ini dikatakan tidak bersyarat dan tidak terjelaskan, dan saya juga belum pernah menemukan contohnya. Dalam doktrin S.G. ini, kasih yang bukan piyappiya dibagi menjadi 3: metta, karunna dan mudita. Kesemuanya adalah tanpa syarat, tetapi karunna dan mudita adalah terkondisi oleh objek.

Kalau dibilang pengharapan, ini lebih tidak nyambung lagi. Ajaran S.G. ini tidak bertumpu pada pengharapan di masa depan (yang belum tentu datang), tetapi pada "hidup saat ini".





QuoteMisalnya seekor anjing memakan dog food yang sama setiap hari (tidak diberi makanan yang lain), lalu tiba-tiba tuannya menjatuhkan sebuah bakso ikan. Maka bakso ikan tsb memberikan pembanding antara dog food dan bakso ikan. Meskipun hanya sesekali pengalaman bakso ikan tsb  ia alami tetapi sangat berarti karena memberikan range/jangkauan perbedaan antara pengalaman makan dog food dan makan bakso ikan.

Ini salah, dan sudah menyalahi kompatiologi sendiri. Anjing memakan dog food yang sama di pagi hari dan sore hari adalah sudah merupakan pembanding, sebab dimakan dalam waktu yang berbeda. Jadi itu adalah Subjektif (pada si anjing), bukan objektif pada makanan.
Jika dilihat dari psikologi kepribadian, seseorang yang memiliki sindrom bipolar (manic - depresif), memiliki range yang sangat-sangat jauh terhadap satu objek, bahkan tanpa pembanding dengan objek lainnya.
Jadi sebetulnya variasi feel (terutama terhadap yang sifatnya bergantung pada pikiran) yang paling dominan itu ada dalam "subjek", bukan pada "objek".