Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas

Started by vincentliong, 29 June 2008, 08:44:32 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

vincentliong

#60
Quote from: nyanadhana on 02 July 2008, 01:48:08 PM
saya ga perlu mengklarifikasi apa-apa, zaman sudah canggih, nama anda tinggal dimasukkan dalam tulisan Vincent Liong di google juga ,mbah google yang telah memaparkan semua, atau ketika Vincent Liong dan Budha atau buddha..nanti juga akan keluar sendiri.

Anda berani mengancam saya untuk itu yah, saya akan ancam balik kamu untuk gw masukkan di pengadilan. Apa yang kamu perbuat sampai keluarga kamu diteror itu adalah karena kamu sendiri tidak bisa menjaga semua ucapan kamu ,sudah jelas internet adalah tempat orang membaca daris eluruh tempat tapi tetep aja mencari masalah.

Disini,mungkin kamu berpura-pura manis dan saya yang bermain setan disini. Tujuan kamu selalu berbentuk bombardir milis dengan ide kamu. Ga peduli diterima atau tidak diterima, apakah begini cara bertamu ke rumah seseorang dengan masuk, buang hajat, habis itu pergi,dan kalo pemilik marah2 barumulai dijelaskan tujuan nya apa.

Saya tidak peduli member disini akan mendukung kamu atau menyalahi kamu,karena dari awal saya sendiri yang sengaja bermain setan sama kamu. dan satu hal,nama anda ketika diketik di google pun akan keluar kata pencelaan,penipuan, pembohongan, bahkan oleh pihak temen-temen kampus kamu sendiri atau dosen-dosen di kampus kamu.


Memang di dalam society orang yang berfungsi sebagai evil memang diperlukan dan memang saya sudah merasakan posisi anda yang sebagai evil itu. Anda bermain sebagai evil sudah sangat bagus karena menggunakan semua cara-cara dari si evil telah anda gunakan. Saya memang dulu anak yang kurangajar yang buang hajat seenaknya lalu ditinggal pergi, tetapi buktinya dalam forum ini saya datang karena diundang dan tidak pergi begiru saja ketika biarpun ada evil yang marah-marah. Saya tidak berpura-pura manis, memang pada terakhir ini banyak hal yang mengakibatkan pemikiran baru yang mengubah sopan santun saya. Apakah manusia tidak boleh berubah? Jika ada seorang manusia berubah apakah perlu diungkit kesalahan yang lampau.

Biarpun dulu saya adalah anak yang kurangajatr samasekali saya tidak pernah mengatakan "Agama Buddha, Agama (deleted)".

K.K.

vincentliong,

QuoteSudah saya jawab di tulisan tsb;
"Ternyata kalau kemampuan seseorang hanya sedikit, maka tuntutan pun hanya sedikit. Tetapi kalau kemampuan banyak maka seseorang akan mendapat tuntutan yang banyak. Saya bingung mengapa orang begitu ingin punya kemampuan yang banyak, memangnya mau bikin susah hidupnya sendiri."

kemampuan banyak ataupun sedikit, tidaklah mempengaruhi tuntutan. Contohnya, ada orang yang punya kemampuan dan bisa mendapatkan nafkah cukup, ada yang tidak punya kemampuan dan tidak bisa mendapatkan nafkah cukup. Tetapi siapapun dia, harus menerima tuntutan yang sama ketika harga2 naik, misalnya, yang tentu saja ada orang yang berkemampuan banyak bisa mengikuti, sedangkan yang berkemampuan sedikit, harus menderita.
Kita tidak bisa mengatakan, "jadi orang bodoh saja, nanti harga2 turun".

Nah, kemudian mengenai kehendak bebas, apakah hubungannya dengan kemampuan seseorang? Bukankah ada yang terlahir dengan IQ yang minim yang tidak bisa bebas memilih. Di lain pihak, ada yang terlahir jenius yang bisa memilih banyak hal. Jadi, apa yang menyebabkan Tuhan memberikan porsi kehendak bebas yang berbeda? Apakah berdasarkan kehendak bebas Tuhan atau bagaimana?


Lily W

DD ku sayang....ingat lagu ini....jagalah hati (pikiran)... jangan kau nodai... ;D
Dosa Mula Citta agi menantimu.... ;D
Kata Bung Napi.... Waspada... waspadalah.... ;D
Motto Bung Medho.... Sati....Sati.... ;D

Maaf... kalo saya terlalu bawel.... _/\_

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

morpheus

sabar bang nyana...

saya lihat kata2 itu hanyalah caci maki balas membalas antar pemeluk agama yg menjadi member milisnya vincentliong, bukan tulisan bang vincent sendiri... faktanya begitu, tenangkan hati anda... lebih baik fokus ke topiknya, tul gak? ;D
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

vincentliong

Quote from: Kainyn_Kutho on 02 July 2008, 02:42:11 PM
vincentliong,

QuoteSudah saya jawab di tulisan tsb;
"Ternyata kalau kemampuan seseorang hanya sedikit, maka tuntutan pun hanya sedikit. Tetapi kalau kemampuan banyak maka seseorang akan mendapat tuntutan yang banyak. Saya bingung mengapa orang begitu ingin punya kemampuan yang banyak, memangnya mau bikin susah hidupnya sendiri."

kemampuan banyak ataupun sedikit, tidaklah mempengaruhi tuntutan. Contohnya, ada orang yang punya kemampuan dan bisa mendapatkan nafkah cukup, ada yang tidak punya kemampuan dan tidak bisa mendapatkan nafkah cukup. Tetapi siapapun dia, harus menerima tuntutan yang sama ketika harga2 naik, misalnya, yang tentu saja ada orang yang berkemampuan banyak bisa mengikuti, sedangkan yang berkemampuan sedikit, harus menderita.
Kita tidak bisa mengatakan, "jadi orang bodoh saja, nanti harga2 turun".

Nah, kemudian mengenai kehendak bebas, apakah hubungannya dengan kemampuan seseorang? Bukankah ada yang terlahir dengan IQ yang minim yang tidak bisa bebas memilih. Di lain pihak, ada yang terlahir jenius yang bisa memilih banyak hal. Jadi, apa yang menyebabkan Tuhan memberikan porsi kehendak bebas yang berbeda? Apakah berdasarkan kehendak bebas Tuhan atau bagaimana?


Dalam masalah nafkah ekonomi yang menentukan adalah keterampilan, kejujuran dan kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. Bukan masalah kemampuan atau kepandaian.

Mengenai kehendak bebas memang tidak ada hubungannya. Kehendak bebas itu kesempatan untuk memilih bagi setiap orang. Selama orang masih mempunyai kesempatan memilih maka orang itu masih mempunyai kebebasan. Memang orang yang dengan IQ minim bukan mereka tidak memiliki pilihan tetapi semakin sedikit pilihannya. Kehidupan seseorang dengan IQ yang rendah akan lebih menyenangkan daripada orang yang jenius karena ia dituntut lebih sedikit oleh masyarakat.

nyanadhana

Gapapa, memang aku lagi bermain setan sama si VL ini biar kebuka topengnya ntar, datang ke sini cuman buat cari dukungan.....well.setidaknya member disini bukan member buta yang gampang dihasut hasut. saya pikir manusia memang bisa berubah tapi sifat alami selalu akan ada dan hanya menunggu waktu kebangkitannya kembali.
Muka - muka manis bisa ditampilkan disini namun sebetulnya anda ingin meng enhance ilmu kompatiologi anda sehingga tampaknya agama Buddha juga mendukung cara pemikiran anda.

Thanks , Dhamma itu memang luas dan bisa dimiliki gratis oleh siapa saja tapi sekali lagi ketika usaha menyopet,mencoreng dan mensabotase, tidak akan saya ampuni.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

K.K.

QuoteDalam masalah nafkah ekonomi yang menentukan adalah keterampilan, kejujuran dan kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. Bukan masalah kemampuan atau kepandaian.

Mengenai kehendak bebas memang tidak ada hubungannya. Kehendak bebas itu kesempatan untuk memilih bagi setiap orang. Selama orang masih mempunyai kesempatan memilih maka orang itu masih mempunyai kebebasan. Memang orang yang dengan IQ minim bukan mereka tidak memiliki pilihan tetapi semakin sedikit pilihannya. Kehidupan seseorang dengan IQ yang rendah akan lebih menyenangkan daripada orang yang jenius karena ia dituntut lebih sedikit oleh masyarakat.

Tentu saja keterampilan ini sangat bergantung pada kemampuan dan kepandaian, yang biasanya juga ditentukan oleh kelahiran seseorang.
Ya, saya memang tidak mengatakan tidak ada pilihan bagi orang ber-IQ minim, tetapi mereka memiliki (jauh) lebih sedikit pilihan, yang membuat saya bertanya-tanya kekokohan doktrin ini, jika disandingkan dengan kepercayaan Tuhan adalah Mahaadil.
Begitu pula (terlepas dari opini saya tentang yang mana lebih enak antara jenius dan idiot,) orang tidak bisa memilih terlahir menjadi jenius ataupun idiot. Di sini tidak ada kehendak bebas, yang ada adalah telah ditentukan oleh Tuhan.


vincentliong

#67
Quote from: nyanadhana on 02 July 2008, 03:04:52 PM
Gapapa, memang aku lagi bermain setan sama si VL ini biar kebuka topengnya ntar, datang ke sini cuman buat cari dukungan.....well.setidaknya member disini bukan member buta yang gampang dihasut hasut. saya pikir manusia memang bisa berubah tapi sifat alami selalu akan ada dan hanya menunggu waktu kebangkitannya kembali.
Muka - muka manis bisa ditampilkan disini namun sebetulnya anda ingin meng enhance ilmu kompatiologi anda sehingga tampaknya agama Buddha juga mendukung cara pemikiran anda.

Thanks , Dhamma itu memang luas dan bisa dimiliki gratis oleh siapa saja tapi sekali lagi ketika usaha menyopet,mencoreng dan mensabotase, tidak akan saya ampuni.
OK Bos, my friend.

Lily W

Quote from: Kainyn_Kutho on 02 July 2008, 03:08:11 PM
QuoteDalam masalah nafkah ekonomi yang menentukan adalah keterampilan, kejujuran dan kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. Bukan masalah kemampuan atau kepandaian.

Mengenai kehendak bebas memang tidak ada hubungannya. Kehendak bebas itu kesempatan untuk memilih bagi setiap orang. Selama orang masih mempunyai kesempatan memilih maka orang itu masih mempunyai kebebasan. Memang orang yang dengan IQ minim bukan mereka tidak memiliki pilihan tetapi semakin sedikit pilihannya. Kehidupan seseorang dengan IQ yang rendah akan lebih menyenangkan daripada orang yang jenius karena ia dituntut lebih sedikit oleh masyarakat.

Tentu saja keterampilan ini sangat bergantung pada kemampuan dan kepandaian, yang biasanya juga ditentukan oleh kelahiran seseorang.
Ya, saya memang tidak mengatakan tidak ada pilihan bagi orang ber-IQ minim, tetapi mereka memiliki (jauh) lebih sedikit pilihan, yang membuat saya bertanya-tanya kekokohan doktrin ini, jika disandingkan dengan kepercayaan Tuhan adalah Mahaadil.
Begitu pula (terlepas dari opini saya tentang yang mana lebih enak antara jenius dan idiot,) orang tidak bisa memilih terlahir menjadi jenius ataupun idiot. Di sini tidak ada kehendak bebas, yang ada adalah telah ditentukan oleh Tuhan.

Bro Kainyn... Udah pernah nonton Film (kisah nyata) "Beautiful Mind"?
Kalo udah nonton film itu... orang tidak akan memilih sebagai "jenius" lho....

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

bond

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

K.K.

Lily W,

Udah. Itu film yang sangat bagus. Tapi itu 'kan Schizophrenia, dan tidak ada sangkut pautnya dengan jenius atau tidak.  :)
Memang nasibnya cukup tragis. Dalam kisah nyatanya, kalau tidak salah, istrinya tidak kembali (tidak semanis di film), tetapi memang teori matematikanya akhirnya diakui.

Lily W

Bukankah Kejeniusannya itu yg mempengaruhi timbul penyakit itu? cmiiw

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

K.K.

Lily W,

Bukan. Schizophrenia juga bisa muncul pada orang biasa. 
Sama seperti sebagian (sekitar 10%) orang Autis memiliki kemampuan luar biasa dalam bidang tertentu (istilahnya 'savant'), tetapi kemampuan itu tidak menyebabkan autisme dan autisme juga tidak selalu menyebabkan orang memiliki kemampuan itu. Dan 'savant' inipun bisa terjadi pada orang biasa yang tidak ada autisme.


vincentliong

Quote from: Kainyn_Kutho on 02 July 2008, 03:08:11 PM
QuoteDalam masalah nafkah ekonomi yang menentukan adalah keterampilan, kejujuran dan kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. Bukan masalah kemampuan atau kepandaian.

Mengenai kehendak bebas memang tidak ada hubungannya. Kehendak bebas itu kesempatan untuk memilih bagi setiap orang. Selama orang masih mempunyai kesempatan memilih maka orang itu masih mempunyai kebebasan. Memang orang yang dengan IQ minim bukan mereka tidak memiliki pilihan tetapi semakin sedikit pilihannya. Kehidupan seseorang dengan IQ yang rendah akan lebih menyenangkan daripada orang yang jenius karena ia dituntut lebih sedikit oleh masyarakat.

Tentu saja keterampilan ini sangat bergantung pada kemampuan dan kepandaian, yang biasanya juga ditentukan oleh kelahiran seseorang.
Ya, saya memang tidak mengatakan tidak ada pilihan bagi orang ber-IQ minim, tetapi mereka memiliki (jauh) lebih sedikit pilihan, yang membuat saya bertanya-tanya kekokohan doktrin ini, jika disandingkan dengan kepercayaan Tuhan adalah Mahaadil.
Begitu pula (terlepas dari opini saya tentang yang mana lebih enak antara jenius dan idiot,) orang tidak bisa memilih terlahir menjadi jenius ataupun idiot. Di sini tidak ada kehendak bebas, yang ada adalah telah ditentukan oleh Tuhan.


Konsep keadilan adalah: Yang diberi banyak dituntut banyak, yang diberi sedikit dituntut sedikit. Sama rata itu konsep dari keadilan manusia yang tercemar oleh ide komunisme. Apakah presiden dan tukang kebun yang tuntutannya berbeda apakah adil jika disamakan upahnya.

Lily W

Quote from: Kainyn_Kutho on 02 July 2008, 03:55:50 PM
Lily W,
Bukan. Schizophrenia juga bisa muncul pada orang biasa. 
Sama seperti sebagian (sekitar 10%) orang Autis memiliki kemampuan luar biasa dalam bidang tertentu (istilahnya 'savant'), tetapi kemampuan itu tidak menyebabkan autisme dan autisme juga tidak selalu menyebabkan orang memiliki kemampuan itu. Dan 'savant' inipun bisa terjadi pada orang biasa yang tidak ada autisme.

OK.... saya udah mengerti...
Kata temanku...Schizophrenia itu juga bisa terjadi sama orang yang lagi mengkonsumsi narkoba.

Anumodana atas penjelasannya... _/\_

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are